Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Alloh Subhanahu wa ta’ala, atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penyusunan Buku “ Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011 “ ini telah dapat kami selesaikan sebagai rangkaian dari penyajian data / informasi kegiatan yang telah dilaksanakan sejak pada tahun 2011. Data yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Profil Kesehatan ini bersumber dari berbagai unit kerja baik di dalam maupun di luar lingkungan sektor kesehatan. Agar data yang diperoleh relevan dan akurat, maka terhadap data yang berasal dari unit pelaksana teknis (Puskesmas, Instalasi Farmasi) maupun dari Rumah Sakit yang bersumber dari Sistem Pelaporan Rumah Sakit, telah dilakukan uji silang data dengan para pemegang program melalui mekanisme pemutakhiran data di tingkat Kota dan tingkat Provinsi termasuk melibatkan pula lintas sektoral yaitu Badan Pusat Statistik, Bapermas & KB, Satlantas Polwiltabes Kota Semarang, dan lain-lain. “ Profil Kesehatan Kota Semarang “ merupakan sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di Kota Semarang dan hasil kinerja penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Kota Semarang. Indikator data yang tercantum dalam Profil Kesehatan ini adalah Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang terdiri dari indikator derajat kesehatan (mortalitas, morbiditas dan status gizi), indikator lingkungan sehat, indikator perilaku hidup masyarakat, indikator pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, dan kontribusi sektor terkait. Dengan konsistensi penyusunan profil kesehatan yang dilaksanakan setiap tahun, maka berbagai perkembangan indikator yang digunakan dalam pembangunan kesehatan baik indikator masukan, proses maupun indikator keluaran, manfaat dan indikator dampak dapat diikuti secara cermat, fakta ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk melakukan analisa kecenderungan dalam konteks penentu strategi dan kebijakan kesehatan di masa yang akan datang. Untuk meningkatkan mutu Profil Kesehatan Kota Semarang berikutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Semarang, kami sampaikan ucapan terima kasih. Semarang,
Juni 2012
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Ka.Bid Pencegahan dan Pemerantasan Penyakit, ttd dr. Widoyono, M.PH NIP. 19630809 198801 1 001
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
Halaman i ii iv
BAB
I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Sistematika Penulisan
1 1 1 2
BAB
II
GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG 2.1. Keadaan Geografis 2.2. Kependudukan 2.3. Tingkat Pendidikan Penduduk 2.4. Sarana dan Prasarana Kesehatan
3 3 3 7 8
BAB
III
SITUASI DEAJAT KESEHATAN DAERAH 9 3.1. Dasar 9 3.2. Visi dan Misi 10 3.3. Sasaram Program Pembangunan Kesehatan Kota 13 Semarang Tahun 2011 Situasi Derajat Kesehatan 3.4 20 Kematian 20 Kematian Bayi dan Balita 20 Kematian Ibu Maternal 20
BAB
IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN 4.1. Penyakit Menular 4.1.1 Pemberantasa Penyakit DBD 4.1.2 Pemberantasan Penyakit Malaria 4.1.3 Pemberantasan Penyakit TB Paru 4.1.4 Pemberantasan Penyakit Diare 4.1.5 Pemberantasan Penyakit ISPA 4.1.6 Pemberantasan Penyakit Kusta 4.1.7 Pemberantasan Penyakit IMS 4.1.8 Pemberantasan Penyakit Leptospirosis 4.1.9 Surveilans AFP 4.2. Penyakit Tidak Menular 4.3 Kejadian Luar Biasa 4.4. Keadaan Gizi 4.4.1 Status Gizi Bayi dan Balita 4.4.2 ASI Ekslusif 4.5. Perilaku Masyarakat
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
22 22 22 28 30 35 38 40 44 51 53 55 57 59 59 59 60
4.6.
4.7
4.5.1 Rumah Tangga Ber PHBS 4.5.2 Posyandu Purnama dan Mandiri 4.5.3 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 4.5.4 Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin 4.5.5 Ketersediaan Obat Narkotika & Psikotropika Penyehatan Lingkungan 4.6.1 Rumah Sehat 4.6.2 Tempat Umum dan Pengelolaan makanan 4.6.3 Keluarga dengan Kepemilikan Sanitasi Dasar Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 4.7.1 Cakupan Kunjungan Pelayanan Kesehatan 4.7.2 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 4.7.3 Pelayanan Imunisasi 4.7.4 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut 4.7.5 Keluarga Berencana 4.7.6 Kesehatan Kerja dan Kesehatan Institusi 4.7.7 Upaya Kesehatan Khusus
4.8 4.8.1 4.8.2
Obat dan Perbekalan Kesehatan Ketersediaan Obat Essensial dan Generik Ketersediaan Obat Narkotika Psikotropika
75 75 76
4.9.1 4.9.2 4.9.3
Sumber Daya Kesehatan Tenaga Kesehatan Sarana Kesehatan Anggaran Kesehatan
76 76 78 79
4.9
BAB
V
60 61 61 62 62 62 62 63 64 65 65 67 71 72 72 74
KESIMPULAN
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
80
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Index Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya SDM yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan Pembangunan Kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat. Seiring dengan visi tersebut, maka Visi Pembangunan Kesehatan di Kota Semarang yang adalah “Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk Hidup Sehat” Dalam rangka memberikan gambaran situasi kesehatan di Kota Semarang Tahun 2011 perlu diterbitkan Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011. Media Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu sarana untuk menilai pencapaian kinerja pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Kota Semarang Sehat 2013. Profil Kesehatan menyajikan berbagai data dan informasi diantaranya meliputi data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program – program kesehatan, masalah kesehatan dan lain-lain. Tersusunnya Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011 didukung oleh pengelola data dan informasi Dinas Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas, Instalasi Farmasi, berbagai sarana pelayanan kesehatan, juga lintas sektor terkait (Badan Pusat Statistik, ASKES, JAMSOSTEK, Bapermas & KB, POLRESTABES Kota Semarang, dll).
1.2.
Tujuan
1.2.1. U mum Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011 adalah tersedianya data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasilguna dan berdayaguna sebagai upaya menuju Kota Semarang yang Sehat. 1.2.2. Khusus Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah : 1.2.2.1. Diperolehnya Data / informasi umum dan lingkungan yang meliputi lingkungan fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi; 1.2.2.2. Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang meliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat; 1.2.2.3. Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi cakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan. 1.2.2.4. Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan program kesehatan; 1.2.2.5. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program – program kesehatan; 1.2.2.6. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun UnitUnit Kesehatan lainnya; 1.2.2.7. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan. 1.3.
Sistematika Penulisan Untuk lebih menggambarkan situasi derajat kesehatan, peningkatan upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan di Kota Semarang pada Tahun 2010, maka diterbitkanlah Buku Profil Kesehatan Kota Semarang yang disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB
I
PENDAHULUAN
BAB
II
GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG
BAB
III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH
BAB
IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
BAB
V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
LAMPIRAN
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG
2.1.
Keadaan Geografis
2.1.1. Letak Kota Semarang terletak antara garis 6º50’ - 7º10’ Lintang Selatan dan garis 109º35’ - 110º50’ Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis pantai. 2.1.2. Luas Wilayah Kota Semarang Dengan luas wilayah sebesar 373,70 km2, dan merupakan 1,15% dari total luas daratan Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terbagi dalam 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada, kecamatan Mijen (57,55 km2) dan Kecamatan
Gunungpati
(54,11
km2),
dimana
sebagian besar wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan. Sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Semarang Selatan (5,93 km2) dan kecamatan Semarang Tengah (6,14 km2), sebagian besar wilayahnya berupa pusat perekonomian dan bisnis Kota Semarang, seperti bangunan toko/mall, pasar, perkantoran dan sebagainya.
2.2
Kependudukan
2.2.1. Pertumbuhan Penduduk, Persebaran dan Kepadatan Penduduk, Komposisi Penduduk, Kelahiran, Kematian dan Perpindahan 2.2.1.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kota Semarang menurut Profil Kependudukan Kota Semarang oleh BPS sampai dengan akhir Desember tahun 2011 sebesar : 1.544.358 jiwa, terdiri dari 767.884 jiwa penduduk laki-laki dan 776.474 jiwa penduduk perempuan. Dengan
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
jumlah sebesar itu Kota Semarang masih termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah. Tabel 1 : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2004 - 2011 Tahun
Jumlah Penduduk
Tingkat pertumbuhan Setahun ( % )
2004
1.399.133
1,52
2005
1.419.478
1,45
2006
1.434.132
1,02
2007
1.454.594
1,43
2008
1.481.640
1,86
2009
1.506.924
1,53
2010
1.527.433
1,41
2011
1.544.358
1,11
Sumber data : Kantor BPS Kota Semarang – Semarang Dalam Angka
Perkembangan
dan
pertumbuhan
penduduk
selama
7
tahun
terakhir
menunjukkan hasil yang bervariasi dengan tren semakin meningkat. 2.2.1.2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara wilayah Kota Semarang terbagi menjadi dua yaitu daerah Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota Atas).
dataran
geografis
rendah ( Kota
Kota Bawah merupakan pusat
kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri, sedangkan Kota Atas lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan. Sedangkan ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan. Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh dikatakan belum terlalu padat. Pada tahun 2011 kepadatan penduduknya sebesar 4.133 jiwa per km2. Bila dilihat menurut Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk paling kecil adalah Kecamatan Tugu sebesar 938 jiwa per km2, diikuti dengan Kecamatan Mijen 954 jiwa per km2 dan Kecamatan Gunungpati 1.358 jiwa per km2. Ketiga Kecamatan tersebut merupakan daerah pertanian dan perkebunan, sehingga sebagian wilayahnya masih banyak terdapat areal persawahan dan perkebunan,
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Namun sebaliknya untuk Kecamatan-Kecamatan yang terletak di pusat kota, dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya sangat banyak, kepadatan penduduknya sangat tinggi. Yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Semarang Selatan 14.024 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Candisari 12.225 jiwa/km2 , Kecamatan Gayamsari 11.826 jiwa/km2, diteruskan dengan Semarang tengah 11.812 jiwa/km2 dan Kecamatan Semarang Utara 11..615jiwa/km2 . Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat dilihat bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 3,6 atau 4 (empat) anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh Kecamatan yang ada .
2.2.1.3. Komposisi Penduduk Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis kelamin. Dari 1.544.358 penduduk Kota Semarang pada tahun 2011 terdiri dari 767.884 jiwa penduduk laki-laki dan 776.474 jiwa penduduk perempuan.. Indikator dari variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan.
Komposisi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011
Laki-Laki 50%
Perempuan 50%
2.2.1.4. Kelahiran, Kematian dan Perpindahan Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk yang besar sedangkan
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya menjadi sangat berat. Tingkat pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan alamiah dan tingkat pertumbuhan karena migrasi. Tingkat pertumbuhan alamiah secara sederhana dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir dan mati. Pada periode waktu tertentu digambarkan dengan Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Rate ( CBR ) dan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate ( CDR ) yang merupakan perbandingan antara jumlah kelahiran dan kematian selama 1 tahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selama periode 5 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian penduduk di Kota Semarang terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini dilihat bahwa untuk CBR periode 2004 – 2011. Dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2: Perkembangan Kelahiran dan Kematian Penduduk Kota Semarang Periode 2004 – 2011 Tahun Jml Penduduk CBR CDR (/1000 pddk) (/1000 pddk) 2004 1.399.133 12,64 5,27 2005
1.419.478
15,23
6,41
2006
1.434.132
15,46
7,56
2007
1.454.594
16,06
7,04
2008
1.481.640
16,25
6,98
2009
1.506.924
16,60
6,79
2010
1.527.433
2011
1.544.358
Perkem bangan Kelahiran & Kem atian Kota Sem arang Periode 2003-2009 20 15,23 15
12,56
16,06
16,6
12,64
10 5,09
15,46
5,27
6,41
7,56
7,04
6,79
CDR
5 0 2003
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
2004
CBR
2005
2006
2007
2009
2.3.
PENDIDIKAN Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang berperan meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi pendidikan suatu masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Sebagai gambaran tingkat pendidikan penduduk Kota Semarang pada tahun 2011 adalah sebagai berikut : Tabel 3 : Prosentase Tingkat Pendidikan di Kota Semarang Tahun 2011 No
Tingkat Pendidikan
Laki-laki dan Perempuan Jumlah
%
1.
Tdk / blm pernah 92.979 6,54 sekolah 2. Tidak & belum tamat 289.781 20,38 SD 3. S D/MI 325.072 22,86 4. S L T P/MTs 288.341 20,28 5. S L T A/MA 300.020 21,10 6. Akademi 61798 4,35 7. Universitas 63207 4,51 Jumlah: 1.544.358 100,00 Sumber data : BPS Kota Semarang-Kota Semarang Dalam Angka
2.4.
SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN Tabel 4 : Jumlah Sarana dan Prasarana di Kota Semarang A.
SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN 1.
2010
2011
a. Rumah Sakit Swasta
10
10
b. Rumah Sakit Umum Daerah
2
2
c. Rumah Sakit Umum Pusat
1
1
d. Rumah Sakit TNI / POLRI
3
3
e. Rumah Sakit Khusus, terdiri dari :
9
9
Rumah Sakit Umum :
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
-
RS Jiwa
1
1
-
RS Bedah Plastik
1
1
-
Rumah Sakit Ibu dan Anak ( RSIA )
3
3
-
Rumah Sakit Bersalin ( RSB )
3
3
2.
Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA
6
6
3.
Puskesmas , terdiri dari :
37
37
a. Puskesmas Perawatan
13
13
b. Puskesmas Non Perawatan
24
24
Puskesmas Pembantu
34
34
4.
Puskesmas Keliling
37
37
5.
Posyandu yang ada
1.529
1.533
6.
Posyandu Aktif
1.529
1.055
7.
Apotik
369
8.
Laboratorium Kesehatan Swasta
30
9.
Klinik Spesialis
14
10.
Optik
90
11.
95
12.
Klinik 24 Jam
9
13
Toko Obat
65
13.
20
BP Umum
159
14.
139
15.
BP Gigi
8
24
16.
PBDS/Klinik Utama
7
23
Dokter Umum Praktek Swasta
1176
17.
1.327
Dokter Spesialis swasta
649
18.
645
19.
Dokter gigi swasta
294
328
20.
Bidan praktek swasta
50
323
Sumber: Bidang Yankes DKK Semarang
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH
3.1
DASAR Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok yang menjadi
landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dasardasar berikut ini merupakan landasan dalam penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan:
3.1.1
Perikemanusiaan Setiap kegiatan proyek, program kesehatan harus berlandaskan perikemanusiaan yang
dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3.1.2
Pemberdayaan dan Kemandirian Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja sebagai obyek namun
sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan. Segenap komponen bangsa bertangggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya. Setiap kegiatan, proyek, program kesehatan harus mampu membangkitkan peran serta individu, keluarga dan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat menolong dirinya sendiri. Dengan dasar ini, setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan, proyek, program kesehatan difasilitasi agar mampu mengambil keputusan yang tepat ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Warga masyarakat harus mau bahu membahu menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang sesuai kebutuhan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Di lain pihak, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada perlu terus diberdayakan agar mampu memberikan pertolongan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, sesuai dengan norma sosial budaya setempat serta tepat waktu. 3.1.3
Adil dan Merata Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
berkualitas, terjangkau dan tepat waktu, tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan, agama, dan status sosial individu, keluarga dan masyarakat. Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus diimbangi dengan upaya-upaya kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong penduduk beresiko tinggi yang merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian. Kelompok-kelompok penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena selain lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit.
3.1.4
Pengutamaan dan Manfaat Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran dan atau kesehatan dalam
kegiatan, proyek, program kesehatan harus mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan deajat kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi spesifik daerah. 3.2 3.2.1
VISI DAN MISI VISI Dalam mewujudkan gambaran masyarakat Kota Semarang di masa depan maka Dinas
Kesehatan Kota memiliki Visi “Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk Hidup Sehat” Visi tersebut mengandung filosofi pokok yang akan dilaksanakan perwujudannya, yaitu kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit hasil yang akan dapat dicapai. Perilaku masyarakat kota Semarang yang mandiri untuk hidup sehat diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Disamping itu semua lapisan masyarakat di Kota Semarang juga mempunyai akses dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu. 3.2.2
MISI
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi kesehatan di seluruh wilayah Kota Semarang, yang bertanggung jawab secara teknisterhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kota Semarang. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi yang diemban oleh seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administarsi pemerintahan, yaitu : 1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, 2. Memberdayakan masyarakat untuk memiliki kemauan dan kemampuan hidup sehat 3.2.3 TUJUAN 1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang efektif dan efisien. (Misi 1) 2. Meningkatkan kesiapan dan ketersediaan sumberdaya kesehatan dalam mendukung proses pelayanan kesehatan. (Misi 1) 3. Mengembangkan kebijakan dan manajemen yang efektif dan efisien dalam pengelolaan pelayanan dan sumber daya kesehatan. (Misi 1) 4. Meningkatkan pelayanan kefarmasian serta penyediaan obat perbekalan kesehatan yang memenuhi persyaratan mutu. (Misi 1) 5. Meningkatkan perilaku dan peran aktif individu, keluarga dan masyarakat untuk memlihara dan melindungi kesehatan dan lingkungannya sendiri. (Misi 2) 3.2.4. SASARAN 1. Menurunnya angka kesakitan, kematian dan mencegah kecacatan akibat penyakit.. 2. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjangnya. 3. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan keluarga. 4. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat serta kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan gizi. 5. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan. 6. Meningkatnya ketersediaan, kemampuan dan ketrampilan sumberdaya manusia kesehatan sehingga mampu menyelenggarakan upaya kesehatan yang optimal. 7. Meningkatnya kualitas pengelolaan administrasi keuangan, ketatalaksanaan tugas umum dan rumah tangga. 8. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
9. Meningkatnya fungsi perencanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian pelaksanaan kegiatan serta tersedianya berbagai kebijakan kesehatan guna menjamin tercapainya kinerja secara efektif dan efisien. 10. Mengembangkan system informasi kesehatan yang komprehensif, berhasilguna dan berdaya guna 11. Meningkatkan ketersediaan dan mutu pengelolaan obat pelayanan kesehatan 12. Meningkatnya kualitas makanan minuman produksi industri tumah
tangga yang
memnuhi syarat kesehatan 13. Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan berkembangnya upaya kesehatan bersumberdata masyarakat.
3.2.5 STRATEGI KEBIJAKAN Program yang telah disusun dan ditetapkan sebagai strategi kebijakan Dinas Kesehatan Kota Semarang terdiri dari 12 (dua belas ) alternative startegi yang ditetapkan, antara lain 1. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dasar 2. Memanfaatkan secara optimal jejaring kerja yang ada 3. Menggerakkan sumber daya kesehatan secara efektif dengan melibatkan peran aktif masyarakat 4. Meningkatkan advokasi pembiayaan kesehatan pada pemegang kebijakan 5. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program 6. Meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan berbasis teknologi informasi 7. Mengintensifkan promosi kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi khususnya pada kelompok beresiko 8. Mengalokasikan sumber daya kesehatan yang ada pada kegiatan bersasarn masyarakat miskin dan renta 9. Meningkatkan cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan 10. Mengembangkan dan memantapkan program jaminan mutu pada semua pelayanan 11. Meningkatkan kualitas manajemen kesehatan menuju pelayanan kesehatan yang akuntable, transparan dan berkinerja tinggi. 12. Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan sesuai kompetensinya.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
3.3 SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG TAHUN 2011 Kinerja dinas yang ingin diwujudkan/ dicapai dalam tahun 2011 (target) tercermin dalam sasaran-sasaran beserta indikatornya sebagai berikut : A. Menurunnya angka kesakitan, kematian dan mencegah kecacatan akibat penyakit. 1. Kasus demam berdarah yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 48 jam : 45% 2. Kasus demam berdarah yang difogging sesuai standar < 5 hari : 55% 3. Penderita demam berdarah yang ditangani : 100% 4. Incident rate demam berdarah : 260/100.000 penduduk 5. Case fatality rate demam berdarah : 2 % 6. Kesembuhan penderita TB BTA + (cure rate) : 75% 7. Penemuan kasus TB BTA + (case detection rate) : 50% 8. Angka kesakitan diare : 21/1000 penduduk 9. Balita dengan diare yang ditangani : 100% 10. Angka kematian diare : < 1/10.000 penduduk 11. Cakupan penemuan pnemoni balita : 35% 12. Cakupan balita dengan pnemoni yang ditangani : 100% 13. Angka kesakitan pnemoni balita : 320/10.000 penduduk 14. Klien yang mendapat penanganan HIV-AIDS : 75% 15. Kasus infeksi menular seksual yang diobati : 100% 16. Prevalensi HIV-AIDS : 2/10.000 penduduk 17. Darah donor diskrining HIV-AIDS : 100% 18. Penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate) : > 90% 19. Kelurahan mengalami KLB PD3I & keracunan makanan yang ditangani < 24 jam : 100% 20. Kelurahan mengalami KLB penyakit bersumber binatang yang ditangani < 24 jam : 50% 21. Acute flacid paralysis rate < 15 tahun : 2/100.000 penduduk 22. Jejaring deteksi surveilens PTM di RS & puskesmas yang mantap : 80% 23. Puskesmas yang melakukan deteksi dini PTM tertentu : 75% 24. Ketepatan laporan surveilens penyakit menular : 97% 25. Kelengkapan laporan surveilens penyakit menular :100 % 26. Ketepatan laporan penyakit tidak menular : 60%
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
27. Kelengkapan laporan penyakit tidak menular : 750% 28. Kelurahan mencapai Universal Child Imunization (UCI) : 98% 29. Cakupan BIAS : 97,5% 30. Imunisasi calon jemaah haji : 100% 31. Bayi diimunisasi campak :90% B. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjangnya. a. Cakupan rawat jalan di sarkes dasar (puskesmas) : 16% b. Cakupan rawat inap di sarkes dasar (puskesmas) :0,45% c. Pelayanan kesehatan pada kejadian bencana : 100% d. Penerapan ISO puskesmas : 5 puskesmas e. Pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin : 75% f.
Pelayanan kesehatan rujukan pada masyarakat miskin : 14,5%
g. Puskesmas dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat : 48%. h. Rumah sakit dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat : 100% i.
Pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan : 100%
j.
Pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum : 0,31%
k. Sarana kesehatan penunjang yang melaksanakan pemantapan mutu internal: 78% l.
Sarana kesehatan penunjang yang melaksanakan pemantapan mutu eksternal: 63%
C. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan keluarga. a. Cakupan K-4 ibu hamil : 93% b. Cakupan
pertolongan
persalinan
oleh
tenaga
kompetensi kebidanan : 100% c. Deteksi risiko tinggi oleh tenaga kesehatan : 20% d. Deteksi risiko tinggi oleh masyarakat : 10% e. Cakupan kunjungan neonatus : 95% f.
Cakupan kunjungan bayi : 95%
g. Cakupan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) : 0,9%
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
kesehatan
yang
memiliki
h. Cakupan BBLR yang ditangani : 100% i.
Ibu hamil dengan risiko tinggi yang dirujuk : 100%
j.
Bumil risti yang ditangani : 100%
k. Bumil komplikasi yang ditangani : 100% l.
Neonatal risti yang ditangani : 100%
m. Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang balita & anak prasekolah : 77% n. Penjaringan kesehatan siswa SD oleh nakes : 100% o. Pemeriksaan kesehatan siswa SD, SMP, SMA oleh nakes : 70% p. Penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga : 70 kasus q. Cakupan pelayanan kesehatan remaja : 85% r.
Cakupan peserta KB aktif : 95%
s. Penanganan komplikasi KB : 100% t.
Cakupan pelayanan kesehatan usila : 70%
u. Kelompok usila aktif : 85% v. Puskesmas santun lansia : 15 buah
D. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat serta kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan gizi. a. Balita yang datang dan ditimbang : 80% b. Balita yang naik berat badannya : 80% c. Balita bawah garis merah : 2,9% d. Prevalensi gizi kurang balita : 13,6% e. Prevalensi gizi buruk balita : 1,61% f.
Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe : 93%
g. Pemberian vitamin A 2 kali/th pada balita : 96% h. Pemberian vitamin A 1 kali/th pada bayi : 96% i.
Pemberian vitamin A pada ibu nifas : 90%
j.
Anemi gizi besi pada ibu hamil : 24%
k. Ibu hamil kurang energy kronik (KEK) : 3,8% l.
Balita gizi buruk mendapat perawatan : 100%
m. Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6024 bulan dari keluarga miskin : 100% n. Bayi mendapat ASI eksklusif : 40% o. Keluarga sadar gizi : 72%
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
p. Cakupan garam beriodium : 90%
E. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan. a. Cakupan air bersih : 90,8% b. Kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan : 75% c. Kualitas air bersih yang memenuhi syarat kesehatan : 70% d. Rumah sehat : 82% e. Penduduk yang memanfaatkan jamban : 92% f.
Rumah yang mempunyai SPAL : 78%
g. TPA-TPS yang memenuhi syarat kesehatan : 83% h. Tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan : 74% i.
Tempat pengelolaan pestisida sehat : 85%
j.
Institusi yang dibina : 76%
k. Industri rumah tangga makanan minuman yang memenuhi syarat kesehatan : 77% l.
F.
Tempat pengelolaan makanan sehat : 72,5%
Meningkatnya ketersediaan, kemampuan dan ketrampilan sumberdaya manusia kesehatan sehingga mampu menyelenggarakan upaya kesehatan yang optimal. a. Analisis kebutuhan SDM pada tiap unit kerja : 100% b. Pemenuhan kebutuhan dan penempatan SDM : 100% c. Pelaksanaan diklat teknis : d. SDM yang dikirimkan/diajukan mengikuti berbagai diklat teknis : e. SDM yang mengikuti diklat fungsional : f.
Pelayanan/pemberian izin belajar pendidikan formal :
g. SDM yang dikirimkan/diajukan mengikuti berbagai pendidikan nonformal: h. SDM yang dikirimkan/diajukan mengikuti diklat kepemimpinan : i.
G.
Penyelesaian administrasi kepegawaian yang akurat dan tepat waktu : 100%
Meningkatnya kualitas pengelolaan administrasi keuangan, ketatalaksanaan tugas umum dan rumah tangga. a. Penyusunan laporan capaian kinerja keuangan tepat waktu : 100% b. Penyusunan laporan keuangan semester tepat waktu : 100% c. Penyusunan laporan prognosis keuangan tepat waktu : 100%
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
d. Penyusunan laporan keuangan akhir tahun tepat waktu : 100% e. Penyediaan alat, bahan, perlengkapan perkantoran : 100% f.
Pengelolaan surat menyurat dan kearsipan dinas : 100%
g. Pengelolaan dan pemeliharaan atas barang asset dan inventaris dinas :100%
H. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan. a. Bangunan fisik puskesmas dan pustu yang sesuai standar untuk pelayanan kesehatan : 100% b. Ketersediaan alat kesehatan dan kedokteran yang memadai :100% c. Ketersediaan sarana prasarana penunjang pelayanan yang memadai : 100%
I.
Meningkatnya fungsi perencanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian pelaksanaan kegiatan serta tersedianya berbagai kebijakan kesehatan guna menjamin tercapainya kinerja secara efektif dan efisien. a. Ketersediaan dokumen renstra yang mutakhir: 100% b. Ketersediaan dokumen rencana kerja tahunan : 100% c. Penyusunan penetapan kinerja tahunan : 100% d. Penyusunan rencana aksi daerah pencapaian MDG’s : 100% e. Ketersediaan dokumen anggaran : 100% f.
Adanya monitoring evaluasi dan pelaporan kegiatan : 100%
g. Bimbingan teknis perencanaan dan penganggaran puskesmas : 100% h. Penyusunan berbagai pelaporan kinerja (LPJ, LAKIP) : 100% i.
Penerapan analisis standar belanja : 100%
j.
Penerapan standarisasi belanja puskesmas : 100%
k. Penerapan instrument kinerja puskesmas : 100% l.
Tersedianya costing berbagai pelayanan kesehatan SPM : buah
m. Adanya produk hukum, peraturan & kebijakan daerah yang mendukung pelayanan kesehatan :
J.
Mengembangkan sistem informasi kesehatan yang komprehensif, berhasil dan berdaya guna. a. Penyusunan berbagai data/informasi kesehatan yang akurat, lengkap & tepat waktu : 100% b. Penerapan system informasi kesehatan yang berbasis teknologi informasi : 100%
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
K. Meningkatnya ketersediaan dan mutu pengelolaan obat pelayanan kesehatan a. Ketersediaan obat sesuai kebutuhan : 100% b. Pengadaan obat esensial : 100% c. Pengadaan obat generik : 100% d. Ketersediaan narkotika, psikotropika sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan : 100% e. Pengelolaan dan peredaran obat di sarana distribusi obat :
f.
–
puskesmas : 100%
–
apotek : 40%
–
toko obat : 80%
–
BP/RB : 85%
–
IKOT : 10%
–
Toko kosmetik : 30%
Penerapan pengobatan rasional di puskesmas : 30%
g. Pelayanan obat sesuai turan yang berlaku : 95% h. Penulisan resep obat generik : 100% i.
Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) yang menerapkan Cara Pembuatan Obat Tradisional Benar : 30%
j.
L.
Upaya penyuluhan P3 napza oleh petugas kesehatan : 10%
Meningkatnya kualitas makanan minuman produksi industri rumah tangga yang memenuhi syarat kesehatan a. Industri rumah tangga makanan minuman yang telah memiliki sertifikat penyuluhan : 1600 buah
M. Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan berkembangnya upaya kesehatan bersumber daya masyarakat a. Rumah tangga sehat (sehat utama & paripurna) : 57% b. Posyandu purnama : 37% c. Posyandu mandiri : 5% d. Kelurahan siaga aktif : 100% e. Angka bebas jentik : 82% f.
Jaminan pemeliharaan kesehatan bagi penduduk miskin : 100% Total Coverage tahun 2014: %
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
3. 4 Situasi Derajat Kesehatan 3.4.1. Kematian Kejadian
kematian
menggambarkan
status
dalam
kesehatan
masyarakat masyarakat
dari
waktu
secara
ke
kasar,
waktu
dapat
kondisi/
tingkat
permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Selain itu dapat pula digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan : 3.4.1.1 Kematian Bayi dan Balita Pada tahun 2011, berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 314 dari 25.852 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 12,1 per 1.000 KH. Berdasarkan pencapaian tersebut maka terdapat penurunan dari tahun sebelumnya. Sedangkan untuk kematian Anak Balita di Kota Semarang Tahun 2011 sebanyak 70 anak dari 25.852 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKABA) Kota Semarang sebesar 2,7 per 1.000 KH. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 terjadi penurunan.yakni 3,5 per 1.000 KH. 3.4.1.2 Kematian Ibu Maternal (AKI) Berdasarkan laporan Puskesmas
jumlah kematian ibu maternal di Kota
Semarang pada tahun 2011 sebanyak 31 kasus dari 25.852 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 119,9 per 100.000 KH
Grafik 2. Waktu Kejadian Kematian Ibu Maternal
Bumil 23% Bulin 0% Bufas 77%
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Sebanyak 24 kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa nifas, kemudian pada waktu persalinan sebanyak 0 kasus dan masa kehamilan 7 kasus. Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan standar pertolongan persalinan dan pendampingan persalinan dukun bayi oleh tenaga kesehatan, Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) serta yang lainnya.
Grafik 3. Perkembangan Jumlah Kematian Ibu Maternal Kota Semarang Tahun 2005 - 2011
Kematian Ibu Maternal 31
27 22 20 19
15 11
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Grafik 4. Jumlah Kematian Ibu Maternal Berdasarkan Kelompok Umur Kota Semarang Tahun 2011 3%
36%
< 20 Thn 20-34 Thn ≥35 Thn 61%
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
Terdapat beberapa keterkaitan dari beberapa aspek yang dapat mendukung meningkatnya kinerja yang dihubungkan dengan pencapaian pembangunan kesehatan, diantaranya adalah : (1) indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator mortalitas, morbiditas dan status gizi; (2) indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses mutu pelayanan kesehatan; (3) indikator proses dan masukan yang terdiri atas indikator pelayanan sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan dan
kesehatan,
kontribusi sektor terkait.
IV.1. Penyakit Menular IV.1.1 Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Angka Kesakitan Kasus DBD Kota Semarang pada Tahun 2011 sebanyak 1.303 kasus. Jumlah tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan dari Tahun 2010 yang mencapai 5.556 kasus atau turun 76,5%.
IR CFR DBD KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH DAN INDONESIA TAHUN 2005 S.D. 2011 368.7
361 262 197.7 163.1
19.6
129.4 43.3
Th. 2005
52.5
62 71.7
Th. 2006
Th. 2007
33.7
Kota Smg
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
61 59
61.4 55
61.4 55
Th. 2008
Th. 2009
Th. 2010
Jateng
Indonesia
73.87 13.725.74
Th. 2011
Prosentase Penderita DBD Laki-laki 51% atau 660 penderita Tahun 2011 sedikit lebih banyak dibanding Penderita Perempuan dengan prosentase 49% atau 643 penderita. Berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan umur yaitu sebanyak 283 kasus atau
1 – 5 th tahun
22% dan terendah pada golongan umur > 60 th,
sebanyak 7 kasus atau 1%. Jika dilihat dari sudut lebih luas lagi maka golongan usia sekolah paling dominan.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Berdasarkan grafik IR/CFR diatas di atas ini terlihat bahwa kejadian kasus DBD yang digambarkan lewat garis linear trendnya naik. Terjadi penurun jumlah penderita, kematian, IR dan CFR DBD. Jumlah penderita DBD turun signifikan. IR DBD Tahun 2010 yang semula 368,7 menjadi 73,87 atau turun 80%. CFR DBD dari pada Tahun 2010 0,85% turun menjadi 0,77% pada Tahun 2011 atau turun 9,41%. Sampai dengan Tahun 2011 Jumlah kasus dan IR DBD tertinggi pada Tahun 2010, yaitu 5.556 kasus dengan IR 368,7. 1,200.0
GRAFIK BULANAN DBD TAHUN 2011 1,000.0
800.0
600.0
400.0
200.0
Jan-11
FEB
MAR
APR
MEI
JUNI
JULI
AGUST
SEPT
OKT
NOV
DES
P 2011
182
171
215
168
138
132
66
61
54
44
33
39
M 2011
-
1
3
2
-
1
-
1
-
-
-
2
P 2010
446
704
1125
554
588
359
307
281
230
319
327
316
M 2010
2
8
7
2
5
7
7
2
1
1
3
2
Kasus DBD Tahun 2011 tertingi di bulan Maret dengan 215 kasus dan terendah ada di Bulan Nopember 2011 dengan 33 kasus. Puncak kasus DBD Tahun 2011 dan 2010 adalah sama yaitu di Bulan Maret. Tidak ada satu bulan pun kasus DBD Tahun 2011 yang melampaui kasus DBD bulanan pada Tahun 2010. Dilihat dari grafik min max 5 tahun terakhir yang menjadi catatan adalah bahwa pada Tahun 2011 jumlah kasus DBD yang dibawah kasus minimal 5 tahun ada 9 bulan, hanya ada 3 bulan yang jumlah kasus DBD melebihi kasus minimal 5 tahunan yaitu bulan Juni, Juli dan September. Walaupun demikian jumlah kasus pada bulan-bulan tersebut masih di bawah kasus median 5 tahun terakhir.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Tahun 2011 hanya 21 atau 11,9 % kelurahan yang tidak ada kejadian DBD. Kecamatan mijen merupakan kecamatan dengan kelurahan terbanyak yang tidak ada kasus DBD, yaitu 6 kelurahan Incidence Rate DBD per 100.000 tertinggi Tahun 2011 adalah Kelurahan Gajahmungkur sebesar 400,51/100.000 penduduk. Urutan IR berikutnya berturut-turut Kelurahan Tembalang, Srondol Kulon, Karangrejo, Sampangan, Lamper Lor, Mijen, Brumbungan, Jomblang, dan Meteseh. Kecamatan Gajamungkur menempatkan 3 kelurahannya yaitu Gajahmungkur, Karangrejo dan Sampangan. Kelurahan Tembalang kembali masuk 10 besar IR DBD Kota Semarang Tahun 2011, setelah Tahun 2010 Kelurahan Tembalang menduduki rangking 7 IR DBD Kelurahan. Sembilan kelurahan lainnya Tahun 2010 tidak masuk dalam sepuluh besar IR DBD Kelurahan. IR DBD Puskesmas Pegandan merupakan IR DBD Puskesmas tertinggi yaitu 169,82/100.000 penduduk. Sedangkan yang terendah Puskesmas Karang Malang (19,40 per 100.000 penduduk). Lima belas atau 40,4% Puskesmas IR DBD-nya diatas IR DBD kota Semarang, tetapi seluruh puskesmas memenuhi target IR DBD Kota Semarang. Dua puluh tiga atau 62,1% puskesmas belum dapat memenuhi target IR DBD Nasional ≤ 55/100.000 penduduk.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00
134.80 132.52 115.36 114.63 110.20 105.42 99.72 98.13 96.38 87.92 87.38 84.76 84.28 77.09 73.87 72.46 71.74 70.82 68.97 62.52 56.62 56.52 56.27 52.78 51.04 48.44 46.29 45.27 43.29 41.95 40.51 37.62 31.17 30.17 25.69 22.18 19.40
180.00
169.82
IR DBD PUSKESMAS KOTA SEMARANG TH. 2011
20.00 0.00
b. Angka Kematian Jumlah Kematian DBD Tahun 2011 tercatat 10 Kasus atau turun 78,7% dibanding Tahun 2010 yang mencapai 47 kasus kematian. Kasus kematian terbanyak Tahun 2011 pada Bulan Maret dengan 3 kasus kematian. Tahun 2010 kasus kematian terbanyak pada Bulan Februari. CFR Kota Semarang terendah diantara 15 Kabupaten dan Kota yang ada kasus kematian DBD. CFR DBD Tertinggi adalah Kabupaten Blora dengan CFR 7,7% diikuti Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, dan kabupaten kota lain yang dapat dilihat pada tabel di atas. CFR di tiga belas kabupaten kota di atas rata-rata CFR Jawa Tengah, hanya ada dua kabupaten kota CFR DBDnya di bawah CFR Jawa Tengah yaitu Kabupaten Semarang dan Kota Semarang Dilihat dari kasus bulan tidak terjadi KLB DBD pada tingkat kota Tahun 2011.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Angka kematian (CFR) DBD Kota Semarang 0,8%, dimana CFR tertinggi pada Wilayah Puskesmas Bugangan (7,1%) terendah di Wilayah Puskesmas Pandanaran (2,2%). Tidak terjadi kasus kematian di wilayah kerja 28 atau 78,3% puskesmas lainnya atau CFR 0%. CFR seluruh puskesmas di atas rata-rata CFR Kota Semarang (0,80%) dan CFR target Kota Semarang (1,9%). Adapun CFR pada rumah sakit yang terdapat kasus kematian kasus DBD adalah sebagai berikut:
12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00%
11.11%
4.35%
3.28% 1.92%
CFR
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
0.92%
0.68%
0.41%
IV.1.2. Pemberantasan Penyakit Malaria a. Keadaan kasus Situasi angka kesakitan malaria selama tahun 2009 – 2011 relatif cenderung naik, tahun 2009 sebanyak 8 kasus, tahun 2010 sebanyak 7 kasus sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 14 kasus, dan jika tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2011 terdapat peningkatan sebesar 100%, sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik Menurut Jenis Kelamin
12 12 10 8
6
6
L
6 4
2
1
2
P
2
0
2009
Penemuan
penderita
2010
malaria
2011
diwilayah
kecamatan
kota
Semarang
menggunakan indicator Annual Paracite Incidence (API) atau angka parasite malaria per 1.000 penduduk. pada tahun 2011 API kota Semarang sebesar 0,0079 atau naik 0,0033 bila dibandingkan dengan API tahun 2010.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Angka kesakitan menurut bulan selama tahun 2009 – 2011 kejadiannya cenderung fluktuatif, tahun 2009 tertinggi kasus pada bulan Mei dan Juli masing-masing sebanyak 2 kasus, tahun 2010 tertinggi kasus pada bulan November sebanyak 3 kasus. Untuk tahun 2011 tertinggi kasus terjadi pada bulan Mei sebanyak 4 kasus. Jika dilihat trend kasus malaria tahun 2009 dan tahun 2011 menunjukkan adanya peningkatan sebesar 43% sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Angka kesakitan Malaria menurut bulan selama tahun 2009 – 2011
5 4 3 2 1
Nov
Sep
Jul
Mei
Mar
Jan
Nov
Sep
Jul
Mei
Mar
Jan
Nov
Sep
Jul
Mei
Mar
-1
Jan
0
Peta API kota Semarang tahun 2011 N
Terboyo Kulon Trimulyo Tanjungmas Banjardowo Kemijen Tawangsari Kaligawe Genuksari Kudu Randugarut Tambakharjo Tugurejo Tawangmas Kauman Muktiharjo Kidul Karangroto Jerakah Krobokan Sambirejo Sembungharjo Wonosari Sekayu Krapyak Tlogosari Kulon Bongsari Mugasari Gondoriyo Tambak Aji Kalicari Tlogomulyo Purwoyoso Podorejo Beringin Manyaran Tegalsari Palebon Ngaliyan Kalipancur Candi Gemah Wates Bamban Kerep Gajahmungkur Tandang Plamongansari Karangrejo Jangli Pesantren Sukorejo Sadeng Wonoplumbon Tinjom oyo Kedungpane Sendangmulyo Ngesrep Ngadirgo Tembalang Sekaran Kandri Wonolopo Jatibarang Pongangan Bulusan Srondol Kulon Meteseh Mijen Jatirejo Patemon Pedalangan Jatisari Kramas Ngijo Cepoko Banyumanik Rowosari Purwosari Mjn Pakintelan Jabungan Polam an Plalangan Cangkiran Bubakan Gunungpati Pudak Payung Mangkang Kulon Mangunharjo Karanganyar
W S
Sumurrejo
Keterangan API 0% API 0,01-0,99
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Dari peta diatas Jumlah API atau penemuan malaria menurut wilayah kecamatan dikota Semarang tahun 2011, tertinggi adalah kecamatan Tugu sebesar 0,07 Selama tiga tahun terakhir (2009-2011) kasus malaria kota Semarang sebanyak 100% adalah kasus import, karena hasil penyelidikan epidemiologi tidak ditemukan kasus indegenous, sebagai mana dapat dilihat pada grafik diatas. Hasil penyelidikan epidemiologi malaria di kota Semarang sebelum sakit kasus pernah tinggal/bekerja di daerah endemis malaria (Kalimantan, Papua), sebagaimana pada grafik dibawah ini:
2, 14%
4, 29%
8, 57%
Kalimantan
Papua
Puworejo
b. Pelayanan terhadap Penderita Bentuk
pelayanan
yang
diberikan
terhadap
penderita
malaria
adalah
pemeriksaan darah dan pengobatan. Pemeriksaan darah dilakukan terhadap penderita klinis sedangkan pengobatan dilakukan terhadap baik penderita klinis maupun yang positif malaria. Dari semua penderita malaria yang ditemukan di Kota Semarang diberikan pengobatan (100%) IV.1.3 Pemberantasan Penyakit TB Paru a. Penemuan Penderita Baru (CDR) Penemuan suspek tahun 2011 sebanyak 15.001 orang mengalami peningkatan bila dibanding tahun 2010. Penemuan penderita TB Paru BTA positif sebanyak 989 orang (61%), mengalami peningkatan 110 kasus (8 %) bila dibandingkan tahun 2010 (53%). Penemuan kasus TB anak sejumlah 356 kasus (13 %), menurun 2% bila dibandingkan dengan penemuan TB anak di tahun 2010 ( 15%) .
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
N
PETA SUSPEK TAHUN 2011
W
E S
Bandarharjo Genuk Krobokan Karangdoro Bulu Lor Karanganyar Lebdosari Bugangan Poncol Gayamsari Bangetayu Tambakaji Karangayu Miroto Tlogosari Kulon Manyaran Pandanaran Ngemplak Simg Lamper Tengah Ngaliyan Purwoyoso Pegandan Tlogosari Wetan Kagok
Mangkang
Candi Lama Kedungmundu Ngesrep Sekaran Mijen Gunung Pati
Padangsari Srondol
Rowosari
Karangmalang Pudak Payung
Target Penemuan Suspek 0 - 29 / Kurang 30 - 59 / Sedang > 59 / Baik
Prosentase Penemuan suspek tertinggi di Puskesmas Krobokan (117%) 351 dari target 300 suspek, ini merupakan hasil dari petugas yang aktif untuk melakukan pencarian suspek TB. Prosentase penemuan suspek terendah di Puskesmas Gayamsari (17%) 136 dari target 790 suspek. Penemuan Suspek TB pada 3 tahun terakhir mengalami peningkatan, tahun 2009 ditemukan sebanyak 8.003 ( 51% ), tahun 2010 ditemukan sebanyak 10.977 ( 69% ) dan tahun 2011 ditemukan sebanyak 15.001 (93%).
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Grafik Penemuan Suspek Kota Semarang Tahun 2011 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 200 200 200 200 200 200 200 200 201 201 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 Target Suspek 1732 1625 1579 1470 1516 1557 1585 1556 1595 1612 Supek
888 2220 3548 7449 1001 8437 8511 8003 1104 1500
%
5
14
22
51
66
54
54
51
69
93
Penemuan suspek tertinggi di fasilitas pelayanan kesehatan BKPM sejumlah 2.839 suspek diikuti RS Kariadi sejumlah 1.863 suspek sedangkan RS yang menemukan suspek terendah adalah RS William Booth dan RS Bhayangkara Akpol, hal ini dikarenakan petugas terlatih di RS William Booth dan RS Bhayangkara Akpol kurang aktif dan kegiatan penjaringan suspek.
GRAFIK ANGKA PENEMUAN PENDERITA TB TAHUN 2002-2011 70 60
%
50 40 30 20 10 0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
REALISASI 9.5 TARGET
14.6 35.6 55.2
35
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
35
35
55
59
49
48
50
53
61
59
49
48
50
50
55
Angka penemuan penderita baru BTA Positif tahun 2011 mencapai 61% mengalami peningkatan 8% bila dibandingkan tahun 2010 sebesar 53%. Hal ini menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan pelaporan yang lebih baik. PETA CDR TAHUN 2011
N W
E S
Bandarharjo Genuk Krobokan Karangdoro Bulu Lor Karanganyar Lebdosari Bugangan Poncol Gayamsari Bangetayu Tambakaji Karangayu Miroto Tlogosari Kulon Manyaran Pandanaran Ngemplak Simg Lamper Tengah Ngaliyan Purwoyoso Pegandan Tlogosari Wetan Kagok
Mangkang
Candi Lama Kedungmundu Ngesrep Sekaran Mijen Gunung Pati
Padangsari Srondol
Rowosari
Karangmalang Pudak Payung
CDR.shp 0 - 35 / Kurang 36 - 69 / Sedang 70 - 155 / Sesuai Target
Prosentase angka Penemuan Kasus baru BTA Pos tertinggi di capai oleh Puskesmas Mangkang (155%) target 11 kasus menemukan 17 kasus TB BTA Positif, prosentase terendah di puskesmas Karangmalang 0%, target 8 dan tidak menemukan kasus BTA Positif. Hal ini disebabkan oleh karena kurang aktifnya petugas dalam pemberdayaan masyarakat di wilayahnya
GRAFIK KASUS TB BTA POSITIF BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2011
P; 434; 44%
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
L; 555; 56%
b.
Angka kesembuhan (Cure Rate) Angka kesembuhan tahun 2010 sebesar 66 % ( 579 kasus dinyatakan sembuh
dari total kasus 878 yang diobati). Angka kesembuhan th 2010 masih sama dengan angka kesembuhan di tahun 2009, namun belum mencapai target nasional yang 85%, hal ini disebabkan masih ada follow up akhir pengobatan yang tidak dilakukan oleh petugas kesehatan, yang sebagian besar adalah kasus TB yang diobati di Rumah sakit. N
PETA KESEMBUHAN TAHUN 2011 W
E S
Bandarharjo Genuk Krobokan Karangdoro B ulu Lor Lebdosari Karanganyar Bugangan Poncol Gayamsari Bangetayu Tambakaji Karangayu Miroto Tlogosari Kulon Manyaran Pandanaran Ngemplak Simg Lamper Tengah Ngaliyan Purwoyoso PegandanKagok Tlogosari Wetan
Mangkang
Candi Lama Kedungmundu Ngesrep Sekaran Mijen Gunung Pati
Padangsari Srondol
Rowosari
Karangmalang Pudak Payung
Angka kesembuhan di beberapa puskesmas sudah mencapai target namun masih ada 3 puskesmas yang angka kesembuhannya masih sangat rendah / dibawah 50% yaitu puskesmas Pudak Payung, Ngemplak Simongan dan Karang Malang. Hal ini kemungkinan disebabkan karena penderita mangkir, pindah dan meninggal. Evaluasi hasil pengobatan penderita TB Paru BTA positif tahun 2010 sebesar 66%, masih sama dengan evaluasi hasil pengobatan tahun 2009. Pengobatan lengkap 19% mengalami penurunan 1% dibanding 20% pada tahun 2009, penderita meninggal naik 1% dari 2% ditahun 2009 menjadi 3% pada tahun 2010, angka kegagalan masih sama pada th 2010 yaitu 1% sedangkan angka drop out 8% mengalami peningkatan sejumlah 1% bila dibanding tahun 2009 sebesar 7%, hal ini dikarenakan banyak kasus TB positif di Rumah sakit yang mangkir tidak mengambil obat dan tidak dilacak oleh petugas.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Grafik Evaluasi Hasil Pengobatan Penderita TB BTA Positif Tahun 2010
80.00 70.00 60.00
%
50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 SEMBUH
2001 36.14
2002 41.21
2003 67.45
2004 76.88
2005 70
2006 67
2007 75
2008 63
2009 66
2010 66
LENGKAP
56.95
44.24
65.00
8.78
19
14
14
24
20
19
DO
6.44
6.07
6.27
4.30
1
0
2
2
7
8
GAGAL
2.47
3.42
0.39
0.13
4
0
3
3
1
1
PINDAH
0.50
2.42
6.27
4.12
5
0
4
4
4
7
MENINGGAL
1.48
2.42
1.96
1.08
1
4
4
4
2
3
IV.1.4 Pemberantasan Penyakit Diare a. Angka Kesakitan
jumlah penderita(orang)
60,000
GRAFIK PENDERITA DIARE BERDASARKAN GOLONGAN UMUR TAHUN 2005-2011
50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 -
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
< 1 th
3,697
4,144
4,146
3,766
3,446
4,402
6,915
1-4 th
7,491
8,242
8,267
8,625
7,996
10,194
12,550
> 5 th
15,509
16,625
17,530
19,947
18,991
19,895
28,586
Total
26,697
29,011
29,943
32,338
30,433
34,593
48,051
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
GRAFIK KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2011 MENURUT WAKTU KEJADIAN 5000
4552
Axis Title
4000
3814 2909
3000
2896 2587
2000
2068
1445 1475 1596
1455
1000
1947
982
0 Jan
Feb
Mrt
Apr
Mei
Juni
Juli
Agt
Sept
Okt
Nop
Des
Jumlah penderita diare yang berkunjung sarana pelayanan kesehatan sebanyak 48.051 orang, hal ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010. Hal ini mungkin disebabkan karena kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat sudah meningkat, sehingga masyarakat merasa apabila ada keluhan diare langsung dengan kesadaran sendiri berobat ke Puskesmas. Dengan IR (Incidence Rate) sebesar 32 per 1.000 penduduk. hal ini berarti terjadi kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 24 per 1.000 penduduk.
KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2011 MENURUT JENIS KELAMIN
P 6,874 26%
L 19,478 74%
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2011 MENURUT KELOMPOK UMUR
< 1 th 3,109 12%
>15 TH 6.159 23% > 5 th 9.853 37%
1-4 th 7.231 28%
N
PETA IR DIARE 2011
W
E S
BANDARHARJO KROBOKAN KARANGDORO BULU LOR
MANGKANG KARANGANYAR
GENUK
LEBDOSARI
BUGANGAN PONCOL GAYAMSARI BANGETAYU MIROTO HALMAHERA KARANGAYU TLOGOSARI KULON MANYARAN PANDANARAN
TAMBAKAJI
NGEMPLAK S LAMPER TENGAH TLOGOSARI WTN PURWOYOSO PEGANDAN KAGOK
NGALIYAN
CANDILAMA KEDUNGMUNDU
NGESREP SEKARAN MIJEN PADANGSARI GUNUNGPATI SRONDOL
ROWOSARI
KARANGMALANG PUDAK PAYUNG
IR DIARE rendah tinggi
Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa dari 37 Puskesmas di Kota Semarang yang IR nya sesuai dan melebihi target ( target IR 21/1000 penduduk) ada 13 puskesmas yaitu puskesmas Mangkang(35), Ngemplaksimongan ( 33), gunungpati (30), Genuk (28), Karang anyar (28) ,BandarHarjo (27), Lamper tengah (27),Karang malang (26), Ngesrep (25), Bugangan (23), Banget ayu (23),
manyaran (22) dan Halmahera(21),
Puskesmas yang IR diarenya < 21 per 1.000 penduduk ( kurang dari target ) ada 24 Puskesmas yaitu puskesmas Pudakpayung,
Rowosari,
Pdangsari, Mijen, Miroto, Kedungmundu, karangayu,
Krobokan,
Purwoyoso,
Kagok,
Sekaran,
Pegandan,
Pandanaran,T logosari wetan, Srondol, Gayamsari, Karangdoro, Poncol, Tambak aji, Candi lama, Bulu lor, Tlogosari kulon, Ngalian dan Lebdosari Angka kematian (CFR) dihitung berdasarkan jumlah penderita yang meninggal akibat penyakit diare yang berobat di Rumah Sakit
sebesar 0,07 % (32/73748) dan
berdasarkan data yang masuk dapat diketahui dari tahun 2005–2010 tidak ada laporan mengenai penderita diare yang meninggal di Puskesmas, berarti penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang meninggal.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
IV.1.5. Pemberantasan Penyakit ISPA
GRAFIK PENDERITA PNEUMONIA DAN PNEUMONIA BERAT KOTA SEMARANG TAHUN 2005 - 2011
JUMLAH PENDERITA
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Pneumonia Berat < 1 th
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
29
3
5
56
45
17
15
Pneumonia < 1 th
457
609
1,011
1,147
1,268
1,448
1,600
Pneumonia 1-4 th
1,123
1,664
2,206
2,712
3,446
3,132
2,960
27
10
8
8
8
11
12
Pneumonia Berat 1-4 th
Jumlah penderita pneumonia < 1 th pada tahun 2011 ini mengalami kenaikan 152 kasus dari 1.448 menjadi 1.600 tetapi jumlah penderita pneumonia 1-4 th dan Pneumonia Berat < 1 th pada tahun 2011 menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah penderita pneumonia umur 1-4 tahun sebanyak 2.900 balita, penderita pneumonia berat umur < 1 tahun sebanyak 15 balita dan jumlah pneumonia berat umur 1-4 tahun sebanyak 12 balita. IR pneumonia dan pneumonia berat pada tahun 2011 sebesar 304 per 10.000 balita menurun dibanding tahun 2010.
Penurunan IR pneumonia berarti jumlah
penderita pneumonia dan pneumonia berat yang ditemukan semakin menurun, hal ini dipengaruhi oleh peran serta aktif masyarakat untuk mau membawa balitanya berobat ke Puskesmas dan juga peran serta aktif petugas Puskesmas serta kader kesehatan di masyarakat dalam rangka menemukan penderita pneumonia balita di masyarakat.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
IR PNEUMONIA 2011 N
MANGKANG KARANGANYAR
TAMBAKAJI
NGALIYAN
BANDARHARJO GENUK KROBOKAN KARANGDORO BULU LOR BUGANGAN PONCOL GAYAMSARI BANGETAYU KARANGAYU MIROTO TLOGOSARI KULON MANYARAN PANDANARAN NGEMPLAK S TLOGOSARI WTN PURWOYOSO PEGANDAN KAGOK LEBDOSARI
KEDUNGMUNDU CANDILAMA NGESREP SEKARAN MIJEN GUNUNGPATI
PADANGSARI SRONDOL
ROWOSARI
KARANGMALANG PUDAK PAYUNG
Pkm1.shp Rendah Sedang tinggi
Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa Puskesmas yang mempunyai IR Pneumonia melebihi target
330 per 10.000 balita ada 8 Puskesmas
yaitu
puskesmas Ngesrep (1257), Mijen (1064), Miroto ( 620), Halmahera (596), Candilama (531), Poncol (456), lamper tengah (452), Pudak payung (375). Puskesmas yang mempunyai IR pneumonia kurang dari target ada 29 Puskesmas yaitu
puskesmas
karang
anyar.
karangdoro,
Banget
ayu,
Karang
ayu,
kedungmundu,Tlogosari wetan, manyaran, Padangsari, Karang malang, genuk, Ngemplak
simongan,
Tambakaji,
pegandan,
Krobokan,
Gunungpati,
Kagok,Pandanaran, Rowosari, Tlogosari kulon, Bulu lor, Lebdosari,Srondol, Sekaran dan Purwoyoso. Puskesmas yang IR pneumonianya semakin rendah berarti semakin sedikit jumlah penderita pneumonia balita yang ditemukan.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
GRAFIK PROSENTASE CAKUPAN PELAYANAN, KUALITAS TATA LAKSANA DAN MASALAH TATA LAKSANA PENDERITA PNEUMONIA YANG BEROBAT KE PUSKESMAS DI KOTA SEMARANG TAHUN 2005-2011 120
100
PROSENTASE
80
60
40
20
0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Cakupan Penemuan pdrt (%)
16.8
35.02
31
33.5
40.35
40.11
30
Kualitas tata laksana (%)
100
100
100
100
100
100
100
Masalah tata laksana (%)
0
0
0
0
0.04
0
0
Dari hal-hal tersebut diatas permasalahan penyakit ISPA khususnya pneumonia mungkin disebabkan oleh : -
Status gizi balita yang kurang baik, mungkin karena makanan yang dikonsumsi balita tidak mengandung cukup gizi yang diperlukan oleh balita.
-
Daya tahan tubuh balita yang menurun akibat status gizi yang kurang baik/ kurang mencukupi. Namun demikian kasus pneumonia maupun pneumonia berat yang ditemukan tidak sampai menyebabkan terjadinya kematian ( CFR = 0 )
IV.1.6. Pemberantasan Penyakit Kusta
Kusta di Kota Semarang terdapat secara menyebar hampir di 16 Kecamatan. Distribusi berdasarkan Kecamatan adalah sebagaimana terdapat dalam peta berikut
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
PETA TOTAL JUMLAH KASUS KUSTA BERDASARKAN PUSKESMAS KOTA SEMARANG TAHUN 2007 - 2011
SEMARANG UTARA GENUK SEMARANG BARAT SEMARANG TENGAH GAYAMSARI PEDURUNGAN
Kusta Total Per Kec 0- 1 2- 5 6- 8 9 - 11 12 - 20
BANYUMANIK
Bila digambarkan berdasarkan distribusi Kecamatan kasus kusta adalah sebagai peta di atas, dari 16 Kecamatan di Kota Semarang ada 14 Kecamatan yang terdapat kasus kusta, 2 Kecamatan yang tidak ada kasus kusta sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 adalah Kecamatan : Mijen dan Tugu. Kecamatan dengan jumlah kasus antara 12-20 : Gayamsari (16 kss), Pedurungan (15 kss), Semarang Barat (16 kss), Semarang Tengah (14 kss), Semarang Utara (20 kss). Kecamatan dengan jumlah kasus 9 – 11 : Banyumanik (10 kss), Genuk (11 kss). Kecamatan dengan jumlah kasus 6 – 8 : Candisari (7 kss), Semarang Selatan (7 kss), Tembalang (8 kss). Daftar kasus tersebut di atas adalah berdasarkan laporan dari 37 Puskesmas (100 %) dan 1 (20 % ) rumah sakit di Kota Semarang. Gambaran kasus ini hanya sebagian dari kasus kusta Kota Semarang secara keseluruhan dikarenakan belum semua rumah sakit melaksanakan pengobatan kusta dengan menggunakan MDT. Berdasarkan laporan Puskesmas pada tahun 2011,
kasus kusta di Kota
Semarang terdistribusi di 17 Puskesmas, dengan perincian sebagai berikut : Ngesrep ( 7 kasus ), Pegandan (5 kasus ), Bangetayu (4 kasus), Poncol (3 kasus), Lebdosari (3 kasus), Gayamsari (3 kasus), Bandarharjo (3 kasus), Lamper Tengah (2 kasus), Rowosari (2 kasus), Tlogosari Wetan (2 kasus), Bululor (1 kasus), Gunungpati (1 kasus), Kagok (1 kasus), Manyaran (1 kasus), Miroto (1 kasus), Pandanaran (1 kasus), Tlogosari Kulon (1 kasus).
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
PUSKESMAS DENGAN KUSTA DI KOTA SEMARANG
BANGETAYU
PEGANDAN Puskesmas Dengan Kusta 0 1 2- 3 4- 5 6- 7
NGESREP
N W
E S
PETA KUSTA DENGAN CACAT TK.1 DAN 2 KOTA SEMARANG TAHUN 2011
LEBDOSARI
GAYAMSARI MIROTO
BANGETAYU
MANYARAN PEGANDAN NGESREP
Kusta dg Cacat Kusta tanpa cacat Kusta cacat tk. 2 GUNUNGPATI
Berdasarkan peta di atas cacat tingkat 2 terdapat di Puskesmas Bangetayu (1 kss), Gayamsari (1 kss), Gunungpati (1 kss), Lebdosari (1 kss), Manyaran (1 kss), Miroto (1kss), Ngesrep (1 kss), Pegandan (1 kss). Total keseluruhan kasus cacat tingkat 2 : 8 kasus. Cacat tingkat 1 : Gayamsari (1 kss). Pasien-pasien tersebut ditemukan oleh petugas Puskesmas sudah dalam keadaan cacat tingkat 2. Berdasarkan kecacatannya : tangan kontraktur / kithing : 5 kasus ( 62,5 % ), jari mutilasi : 3 kasus ( 37,5 % ), ulkus ulserasi : 4 kasus ( 50 % ).
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Cacat kusta tingkat 2 di Kota Semarang sebanyak : 8 kasus (19,51 % ). Indikator nasional untuk kecacatan kusta di bawah dari 5 % dari kasus yang ditemukan (table 18). Kusta jenis MB atau yang dikenal juga dengan kusta basah, adalah tipe kusta yang mempunyai kemungkinan besar menularkan pada lingkungan sekitar. Kusta jenis MB ditemukan di 16 Puskesmas, dengan jumlah variatif dari 1 kasus hingga 7 kasus per Puskesmas. Kasus tersebut terdistribusi pada Puskesmas sebagai berikut : Ngesrep ( 7 kasus ), Bangetayu ( 4 kss ), Pegandan ( 4 kss ), Poncol ( 3 kss ), Bandarharjo ( 3 kss ), Gayamsari ( 2 kss ), Lamper Tengah ( 2kss ), Lebdosari ( 2 kss ), Tlogosari Wetan ( 2 kss ), Bululor ( 1 kss ), Gunungpati ( 1 kss ), Kagok ( 1 kss ), Manyaran ( 1 kss ), Miroto ( 1 kss ), Rowosari ( 1 kss ), Tlogosari Kulon ( 1 kss ) .
PETA KUSTA JENIS PB KOTA SEMARANG TAHUN 2011
KUSTA JENIS MB KOTA SEMARANG TAHUN 2011 BANDARHARJO PONCOL
LEBDOSARI
BANGETAYU
Kusta MB 0 1 2 3-4 5-7
PEGANDAN
NGESREP
GAYAMSARI
PEGANDAN
Kusta PB Tidak ada kasus Jml kasus 1
ROWOSARI N W
E S
Kusta jenis PB tahun 2011 di Kota Semarang jumlah total : 5 kasus, dengan distribusi sebagai berikut : Lebdosari (1 kasus), Gayamsari (1 kasus), Pandanaran (1 kasus), Rowosari (1 kasus), Pegandan (1 kasus). Angka RFT kusta PB Kota Semarang tahun 2011 adalah : 60 %. Kasus kusta tahun 2011 di Kota Semarang berdasarkan umur sebagai berikut : tertinggi adalah kategori umur 24 – 59 tahun ( 26 kasus, 63% ), 6 – 11 tahun ( 9 kasus , 22 % ), 60 – 76 tahun ( 5 kasus, 12 % ), 12 – 23 tahun ( 1 kasus,3 % ), 0 – 5 tahun ( 0 kasus, 0 % ). Kusta diketahui terjadi pada semua umur berkisar antara bayi sampai umur tua (3 minggu hingga umur 70 tahun lebih). Namun yang terbanyak adalah pada usia muda dan produktif.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Kasus Kusta Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2011 di Kota Semarang 0% 12%
22% 3%
0 - 5 Th 6 - 11 Th 12 - 23 Th 24 - 59 Th
63%
60 - …. Th
IV.1.7. Pemberantasan Penyakit Infeksi Menular Seksual a. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Kasus IMS di Klinik IMS Kota Semarang Tahun 2011 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Kunjungan
25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul AgustSep Okt Nop Des 126 953 896 958 714 101 530 386 639 790 904 805
IMS ditemukan 168 120 145 185 101 180 99 Prosentase
56 125 185 193 177
13. 12. 16. 19. 14. 17. 18. 14. 19. 23. 21. 22.
Grafik diatas menunjukkan persentase kasus IMS mengalami peningkatan selama empat bulan terakhir, yaitu bulan September sebesar 19,6%, bulan Oktober sebesar 23,4%, bulan November sebesar 21,3% dan bulan Desember sebesar 22%. Peningkatan kasus IMS tersebut dimulai pada bulan September sampai dengan Desember karena banyaknya anak asuh baru dan pindahan dari hotspot lain.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Penurunan jumlah kunjungan pada bulan Agustus yaitu 386 kunjungan disebabkan bulan puasa dimana anak asuh banyak yang pulang kampung halaman.
Kasus di Rumah Sakit KASUS IMS BERDASARKAN LAPORAN RUMAH SAKIT DI KOTA SEMARANG TAHUN 2006 - 2011 500 400 300 200 100 0
Tricho Tricho Herpe Herpe Cond Chla Vagini mona mona s Syphil Gonor Penya s yloma mydia Chan tis Candi NGU s s simpl is rhoe genita acumi tracho croid bacter diasis kit lain vagin urethr ex lis nata matis ial alis alis virus 2.006
1
2.007 2.008
0
0
81
0
9
312
0
0
249
9
72
0
2
6
120
0
6
0
0
18
0
0
411
0
140
95
1
2
151
2.009
2
71
0
9
0
149
68
0
0
0
2.010
11
140
2.011
3
97
23
14
0
175
98
4
1
52
10
7
164
126
0
0
63
0
0
10
0
0
443
22
0
308
25
0
203
297
19
29
107
333
33
5
Berdasarkan laporan Rumah Sakit dapat diketahui pada tahun 2011 terdapat 5 jenis IMS yang meningkat jumlah kasusnya, yaitu Candidiasis dari 297 menjadi 333 kasus, Condyloma acuminata dari 98 menjadi 126 kasus, NGU dari 19 menjadi 33 kasus, Herpes genitalis dari 23 menjadi 52 kasus dan Trichomonas urethralis dari tidak ada kasus menjadi 7 kasus. Sedangkan untuk jenis IMS lainnya mengalami penurunan jumlah kasus
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
KASUS IMS DARI LAPORAN RUMAH SAKIT BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2011 250 200 150 100 50 0 Chla Trich Trich Herp Cond Herp Vagin mydi Peny omon omon es ylom Syphi Gono es Chan itis Candi a NGU akit as as simpl a lis rrhoe genit trach croid bacte diasis vagin ureth ex acumi lain alis omati rial alis ralis virus nata s Laki-laki
3
89
24
0
7
73
52
0
0
0
122
25
2
Perempuan
0
8
28
10
0
91
74
0
0
107
211
8
3
KASUS IMS DARI LAPORAN RUMAH SAKIT BERDASARKAN GOLONGAN UMUR TAHUN 2011 120 100 80 60 40 20 0 Herpe Tricho Tricho Herpe Condyl Chlam Vaginit s monas monas s oma ydia Chancr is Syphili Gonorr Candid s hoe genital vagina urethr simple acumi tracho oid bacteri iasis is lis alis x virus nata matis al
NGU
Penya kit lain
< 10
1
3
1
0
2
13
0
0
0
2
22
2
2
11-20
0
10
3
1
0
29
9
0
0
6
35
0
0
21-30
1
46
20
2
3
40
68
0
0
41
106
10
1
31-40
0
13
14
4
2
31
28
0
0
28
79
10
2
Sebagian besar penderita IMS dari laporan rumah sakit adalah perempuan, hal ini disebabkan karena perempuan mempunyai risiko lebih besar untuk terkena IMS dibanding dengan laki-laki. Sedangkan menurut golongan umur kasus terbanyak pada umur 21 – 30 tahun, hal tersebut dapat dimungkinkan karena aktivitas seksual pada kelompok umur tersebut cukup tinggi
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
b. HIV/AIDS Pada tahun 2011 jumlah kasus AIDS di Kota Semarang yaitu sebanyak 59 kasus dan meninggal sebanyak 10 orang. Dapat diketahui jumlah kematian akibat AIDS pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibanding tahun 2010. Sedangkan kumulatif kasus AIDS dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2011 yaitu sebanyak 235 kasus.
Kumulatif Kasus AIDS Tahun 1998 - 2011* di Kota Semarang
235
250 176
200 150 81
100
96
115
48
50
1
1
2
3
4
5
12 23
0 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Kasus AIDS
1
0
1
1
1
1
Kematian
0
0
0
0
0
1
1
3
9
5
4
Kumulatif
1
1
2
3
4
5
12
23
48
81
96
7
11
25
33
15
Des Total 2011
19
61
59
235
2
5
10
40
115 176 235
Kasus HIV mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2010 sebesar 287 orang dan tahun 2011 sebesar 427 orang. Peningkatan kasus HIV pada tahun 2011 karena peningkatan dalam upaya penemuan kasus HIV, peningkatan pada penjangkauan populasi risti, meningkatnya pengetahuan masyarakat umum dan populasi risti
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
1800
Kumulatif Kasus HIV Tahun 1995 - 2011* di Kota Semarang
1711
1600 1400
1284
Data Per Tahun
1200
997
Data Kumulatif
1000 674
800 475
600
427 280
400 200
1 1
5 4
7 2
8 1
12 4
31 13
18 6
51 20
101 50
179
323 195
287
199
0 1995 1997 1998 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Des 2011
Kumulatif Kasus HIV Tahun 1995 - 2011* di Kota Semarang Berdasarkan Jenis Kelamin
47%
Laki-laki
53%
Perempuan
Kumulatif Kasus HIV Tahun 2007 - 2011* di Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Risiko Lain-Lain 21% Pelanggan PS 44%
Pasangan risti 14% WBP Lelaki Seks Lelaki 0% 1% Waria Penasun 3% 5%
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
WPS 12%
Grafik diatas dapat diketahui pelanggan Pekerja Seks merupakan kelompok risiko tertinggi tertular HIV yaitu sebesar 44%, urutan kedua pada kelompok risiko lain-lain sebesar 21%
(lain-lain yaitu penularan melalui perinatal, tidak teridentifikasi) dan
urutan ketiga terjadi pada pasangan risiko tinggi 14%.
Kumulatif Kasus AIDS Tahun 2007 - 2011* di Kota Semarang Berdasarkan Faktor Risiko Tidak Diketahui 6% Pengguna Napza Suntik 12% Homoseksual 3% Biseksual 3%
Perinatal 2%
Heteroseksual 74%
Faktor risiko tertinggi pada kasus AIDS di Kota Semarang yaitu Heteroseksual sebesar 74%. Sedangkan untuk faktor risiko tertinggi kedua yaitu Pengguna Napa Suntik yaitu sebesar 12%.
Berdasarkan Pemetaan kasus menunjukkan bahwa penyebaran kasus AIDS tahun 2011 sudah mencapai seluruh kecamatan di Kota Semarang, kecuali di Kecamatan Tugu dan Kecamatan Mijen. Sedangkan kecamatan yang memiliki kasus AIDS yang tinggi yaitu Ngaliyan, Semarang Barat, Semarang Utara, Gayamsari, Semarang Selatan, Gajah Mungkur, Pedurungan dan Tembalang.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Dari hasil kegiatan VCT tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 29,7%
menjadi 5.181 kunjungan dibandingkan tahun 2010 sebesar 3.971 kunjungan. Konseling pre test yang dilaksanakan pada tahun 2011 meningkat sebesar 44,2% menjadi 5.180 pre test. Sedangkan jumlah klien yang melakukan test tahun 2011 meningkat sebesar 39,7% menjadi 4.851 test. Klien yang mengikuti konseling post test dan ambil hasil meningkat sebesar 58,7% yaitu sebanyak 4.636 post test.
GRAFIK KUNJUNGAN, PRE TEST, KONSELING DAN POST TEST DI KLINIK VCT KOTA SEMARANG TAHUN 2007 S/D 2011 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Kunjungan
Pre Test
Testing
Post Test
2007
5,112
5,112
5,112
3,356
2008
4,860
4,860
4,860
3,396
2009
7,448
6,314
6,874
4,963
2010
3,971
3,591
3,471
2,920
2011
5,181
5,180
4,851
4,636
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
IV.1.8. Pemberantasan Penyakit Leptospirosis
Kasus Leptospirosis di Kota Semarang meningkat dari tahun 2007 sampai dengan 2009, terjadi penurunan pada tahun 2010 dan 2011,sedangkan untuk angka kematian mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun 2010 ke tahun 2011, hal ini kemungkinan disebabkan karena ketidaktahuan penderita atau pengetahuan masyarakat tentang penyakit Leptospirosis sehingga terjadi keterlambatan dalam penanganannya.
KASUS LEPTOSPIROSIS 2002-2011 250 200 150 100 50 0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
P
3
38
40
19
31
8
178
235
71
70
M
1
12
12
3
8
1
8
9
6
25
CFR
33
32
30
16
26
13
4
5
8
36
JUMLAH KASUS LEPTOSPIROSIS TAHUN 2011 20
17 16
15 10 5
8
7 4
7 4
P 2
4
4 1 00
3 1 21 1
4 1
3 0
32
M
0
Berdasarkan IR atau angka kesakitan Leptospirosis tahun 2011, ada 21 Puskesmas dengan IR 0,1 - 10 /100.000 penduduk yaitu Puskesmas Poncol, Miroto, Bandarharjo, Bulu Lor,Halmahera, Lamper Tengah, Karang Ayu, Manyaran, Ngemplak Simongan, Candi lama, Pegandan, Genuk, Telogosari Wetan, Telogosari Kulon, Kedung Mundu, Rowosari, Ngesrep, Padangsari, Srondol, Pudak Payung, dan Gunungpati,
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
sedangkan 4 Puskesmas dengan IR > 10/100.000 pendududk, yaitu Puskesmas Bangetayu, Bugangan, Kagok, dan Pandanaran.
Kasus kematian leptospirosis berdasarkan jenis kelamin pada
tahun 2011
lebih banyak yang laki-laki yaitu sebanyak 17 kasus ( 68 % ) dibandingkan perempuan 8 kasus ( 32 % ). Sedangkan berdasarkan kelompok umur tertinggi adalah kelompok umur > 50 tahun yaitu sebanyak 12 kasus ( 48 % ), sedangkan pada kelompok umur 41 – 50 tahun sebanyak 9 kasus ( 36% ),31 – 40 tahun sebanyak 3 kasus ( 12 % ), 21 – 30 tahun 1 kasus ( 4 % ) dan tidak ditemukan kasus pada kelompok umur 0 – 10 tahun dan 11 – 20 tahun. Dibandingkan tahun 2010 terjadi peningkatan kematian sebesar 27 %.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
IV.1.9. Surveilans Acute Flaccid Paralysis (SAFP) Surveilans AFP pada hakekatnya adalah pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah sebagai berikut : 1.
Melakukan pelacakan terhadap anak usia sama atau kurang dari 15 tahun yang mengalami kelumpuhan layuh mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal
2.
Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan, sebanyak 2 kali selang waktu pengambilan I dan II > 24 jam
3.
Mengirim kedua specimen tinja ke laboratorium Bio Farma Bandung dengan pengemasan khusus/baku
4.
Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologis adanya virus polio liar di dalamnya
5.
Diagnosa akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan adanya kelumpuhan atau tidak
Hasil surveilans AFP di Kota Semarang dari tahun 2005 sampai tahun 2011 selalu ditemukan kasus AFP. Hal ini disebabkan karena surveilans aktif yang sudah berjalan cukup baik .Kasus terbanyak pada tahun 2008 yaitu sebanyak 14 kasus dan terendah pada tahun 2006 yaitu sebanyak 8 kasus.
KASUS AFP DI KOTA SEMARANG TAHUN 2005 - 2011
16 14 12 Jumlah
10 8 6 4 2 0 AFP
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
9
8
11
14
9
12
13
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Kasus AFP yang ditemukan di kota Semarang tahun 2011 sebanyak 13 kasus, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 7 orang (54%) dan perempuan 6 orang (46 %).
Grafik kasus AFP berdasarkan jenis kelamin di Kota Semarang tahun 2011
Prosentase
100 90 80
36 56
50
44
50
2005
2006
70 60 50 40
43
64
30 20 10
57
36
46
56
64
54
44
0 2007
2008
Laki-laki
Perempuan
2009
2010
2011
prosentase
GRAFIK KASUS AFP MENURUT GOLONGAN UMUR DI KOTA SEMARANG TAHUN 2008 - 2011 70 60 50 40 30 20 10 0 1-5 th
2008 40
2009 33
2010 8
2011 54
6-10 th
57
67
33
15
11-15 th
0
0
59
31
Kasus AFP di kota Semarang pada tahun 2011 berada di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep, Manyaran, Kedungmundu, Bangetayu, Gayamsari, Bandarharjo, Tambak Aji, Ngalian dan Krobokan.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
DISTRIBUSI KASUS AFP DI KOTA SEMARANG TH 2011 N W MANGKANG KARANGANYAR
TAMBAKAJI
NGALIYAN
BANDARHARJO KROBOKAN LEBDOSARI BULU LOR
E
GENUK
S
PONCOL GAYAMSARI BANGETAYU KARANGAYU MIROTO TLOGOSARI KULON MANYARAN PANDANARAN KAGOK PURWOYOSO TLOGOSARI WTN PEGANDAN KEDUNGMUNDU CANDILAMA NGESREP SEKARAN
MIJEN GUNUNGPATI
PADANGSARI SRONDOL
ROWOSARI
KARANGMALANG PUDAK PAYUNG
Pkm1.shp Tidak ada kasus Ada kasus
IV.2.
PENYAKIT TIDAK MENULAR Saat ini di negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab kematian utama yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Kecenderungan transisi ini dipengaruhi oleh adanya berubahnya gaya hidup, urbanisasi dan globalisasi. Penyakit yang tergolong dalam penyakit tidak menular (degeneratif) yaitu : Neoplasma (Kanker), Diabetes Mellitus, Gangguan mental, Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, dan lainlain.
DISTRIBUSI KASUS PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KOTA SEMARANG TAHUN 2007 - 2011 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 Angina pektori s 2007 4222 2008 2009
IMA
4213
Dekom Hiperte Hiperte stroke Stroke kordis nsi ess nsi lain hem non hem 7867 58571 65419 3188 6468
DM TGT INS 4391
DM NON INS 52117
5886
2419
10124
92145
38538
3493
9988
25067
39109
5630
2033
6315
99738
13799
2767
8235
13632
40295
2010
3672
1847
4349
89412
18427
2026
7116
9504
37759
2011
6736
2130
9944
106977 21617
2507
12183
14326
45551
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Selama tahun 2007 – 2011 grafik kasus karena PTM ditunjukkan oleh grafik di atas. Pola beraturan serta berulang, di mana angka tertinggi selama lima tahun tersebut terdapat pada kasus
karena Hipertensi dan Diabetes mellitus. Persentase kedua
penyakit tersebut sebagai berikut : Tahun 2007 Hipertensi 48,3 % ; Diabetes mellitus 22 %. Tahun 2008 Hipertensi 42,9 % ; Diabetes mellitus 21,1 %. Tahun 2009 Hipertensi 44,9% ; Diabetes mellitus 21,3 %. Tahun 2010 Hipertensi 46,8 % ; Diabetes mellitus 20,5 % dan Tahun 2011 Hipertensi 42,4% ; Diabetes 19,7%
KASUS PENYAKIT TIDAK MENULAR BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2011
70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0
laki-laki
Angin IMA Deko Hiper a m tensi pekto kordi ess ris s 3719 1389 4447 44106
perempuan 3017
741
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Hiper strok Strok tensi e e non lain hem hem
DM TGT INS
DM NON INS
8590 1286 6716 5472 19941
5497 62871 13027 1221 5467 8854 25610
IV.3. Kejadian Luar Biasa Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kota Semarang tahun 2011 sebanyak 6 kali dengan jumlah penderita 12 orang, menurun sebanyak 9 kali kejadian jika dibandingkan dengan tahun 2010 , seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel KLB (Kejadian Luar Biasa) Kota Semarang Tahun 2009 s/d 2011 No
1. 2. 3.
5.
6.
Jenis KLB Difteri Menin gitis Hepati tis Kerac unan Ma Kanan Camp ak Jumla h
19
TAHUN 2009 Pop At Risk Pdrt 21 519
4,05
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
74
455
16,2
-
-
-
21
95
974
KLB
TAHUN 2010 Pop At Pdrt Risk 6 110
TAHUN 2011 Pop At Pdrt Risk 5 23
5,4
KLB 5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6
27
51
52,96
1
7
7
100
-
3
77
1337
5,7
-
-
-
-
9,75
15
110
1498
7,34
12
30
40
AR %
KLB 6
AR %
6
AR % 21,7
Adapun peta distribusi terhadap kejadian KLB selama tahun 2011 adalah sebagai berikut Peta Distribusi KLB Berdasarkan Puskesmas Kota Semarang Tahun 2011 N
MANGKANG KARANGANYAR
TAMBAKAJI
NGALIYAN
BANDARHARJ O GENUK KROBOKAN KARANGDORO LEBDOSARI BULU LOR BUGANGAN PONCOL GAYAMSARI BANGETAYU KARANGAYU MIROTO TLOGOSARI KULON MANYARAN PANDANARAN NGEMPLAK S TLOGOSARI WTN PURW OYOSO PEGANDAN KAGOK
W
E S
KEDUNGM UNDU CANDILAM A NGESREP SEKARAN MIJEN GUNUNGPATI
PADANGSARI SRONDOL
KARANGMALANG PUDAK PAYUNG
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
ROW OSARI
KLB 2011 Tidak ada kasus Ada kasus
Berikut ini data 10 besar penyakit yang ada di Kota Semarang pada tahun 2011 berdasarkan laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit: Tabel 6 : Data 10 Besar Penyakit di RS dan Puskesmas Tahun 2011 No 1. 2.
3. 4.
5. 6. 7. 8. 9. 10.
Penyakit di Rumah Sakit (Rawat Inap) Perawatan & pemeriksaan pasca persalinan (Z39) Pelayanan kesehatan utk tindakan perawatan khusus lainnya (Z40Z45) Diare & Gastroenteritis (A09) Penyakit yang lebih banyak berhubungan dengan massa (O85 – O99) Demam tifoid & paratifoid (A01) Penyulit kehamilan & persalinan lain (O25 – O29) Demam berdarah dengue (A91) Penyakit hipertensi lainnya (I11 – I13) Senilitas (R54) Hipertensi kehamilan) (O14)
gestasional (akibat dengan protein urin
Jumlah 5.142
Penyakit di Puskesmas
4.410
Infeksi akut lain Saluran napas (J06) Faringitis (J02)
3.304 2.673
Hipertensi Essensial (I10) Gastritis (K29)
18.540 11.926
2.516 2.153
Influensa (J10) Nyeri Kepala (G44)
11.155 10.741
1.187 1.169
Reumatik (M79) Penyakit Pulpa & Jar. Peripikal (K04) DM tidak tergantung insulin (E11) Dermatitis kontak alergik (L23)
9.342 8.463
1.118 1.040
pd
Jumlah 55.209 22.367
7.593 6.989
Sumber data : Laporan SP2RS dan SP3 diolah oleh Bid.Yankes
IV.4. Keadaan Gizi IV.4.1 Status Gizi Bayi dan Balita Perkembangan
keadaan
gizi
masyarakat
dapat
dipantau
melalui hasil
pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu. Menurut laporan puskesmas pada tahun 2011 di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup sebanyak 25.852 bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar 113.936 anak. Untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2011 yaitu sebanyak 187 bayi (0,7%) yang terdiri dari 88 bayi laki-laki dan 99 bayi perempuan. Sedangkan jumlah Balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dari seluruh balita yang ada yaitu sejumlah 87.965 balita dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak 66.123 anak (75,2%) dan Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 736 anak (0,8%).
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian penyakit. Sedangkan untuk kasus gizi buruk ditemukan sebanyak 26 kasus, menurun dari tahun lalu yang berjumlah 34 kasus. Dari seluruh kasus gizi buruk tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi masyarakat dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari, perawatan serta pengobatan baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan bantuan dana program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin)/JAMKESMAS dan APBD II.
IV.4.2. ASI Ekslusif ASI (Air Susu Ibu) merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Oleh sebab itu , pemberian ASI perlu diberikan secara ekslusif sampai umur 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun. Walaupun demikian masih terdapat kendala dalam pemantauan pemberian ASI Ekslusif karena belum ada sistem yang dapat diandalkan. Selama ini pemantauan tingkat pencapaian ASI Ekslusif dilakukan melalui laporan puskesmas yang diperoleh dari hasil wawancara pada waktu kunjungan bayi di Puskesmas. Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2011, pemberian ASI Ekslusif sebesar 1.656 (24,2%) dari 6.833 bayi usia 0 – 6 bulan yang ada. Terdapat beberapa hal yang menghambat pemberian ASI Ekslusif diantaranya adalah : rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan gencarnya pemasaran susu formula. Untuk itu tingkat pencapaian dalam program ASI Ekslusif ini harus mendapatkan perhatian khusus dan memerlukan pemikiran dalam mencari upaya-upaya terobosan serta tindakan nyata yang harus dilakukan oleh provider di bidang kesehatan dan semua komponen masyarakat dalam rangka penyampaian informasi maupun sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
IV.5.
PERILAKU MASYARAKAT
IV.5.1. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah faktor perilaku (teori HL Blum). Perilaku yang sehat diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan suatu penyakit . Pereilaku sehat masyarakat tercermin dalam Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan rumah tangga. Kota Semarang memiliki 16 indikator PHBS yang mengacu pada 16 Indikator PHBS Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dilakukan oleh Dinas kesehatan bermitra dengan PKk dan instansi terkait . Dalam kegiatan PHBS terdiri dari beberapa sasaran kegiatan yaitu PHBS tatanan institusi, tempat-tempat umum dan rumah tangga, dimana tatanan rumah tangga dianggap merupakan tatanan yang mempunyai daya ungkit paling besar terhadap perubahan perilaku masyarakat secara umum. Pada tahun 2011 di Dinas Kesehatan Kota Semarang bermitra dengan PKk telah melakukan survay PHBS tatanan Rumah Tangga diseluruh rumah tangga (total covered) diperoleh hasil yaitu Rumah Tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat (rumah tangga ber PHBS) adalah 309.624 (88.19%) terdiri dari strata utama 255.790. RT (72,94%) strata paripurna 53.474 RT (15.25%). IV.5.2. Posyandu Purnama dan Mandiri Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggrakan dari, oleh, untuk dan bersama masyrakat
guna mempercepat penurunan angka kematia ibu dan bayi. Guna
meningkatkan peran Posyandu dalam pembangunan kesehatan haruslah didukung dengan SDM (Kader, pengurusposyandu, tokoh masyarakat), sarana prasarana (tempat, timbangan, buku administrasi dll) dan peran serta masyarakat itu sendiri Keberadaan Posyandu di Kota Semarang cukup baik, terlihat peningkatan jumlah posyandu setiap tahunnya, tahun 2010 Posyandu yang ada di Kota Semarang berjumlah 1.529 buah, dan meningkat menjadi 1.533 posyandu di tahun 2011 yang terdiri dari 637 posyandu purnama (41,66%) dan 419 Posyandu mandiri (27,40%) sehingga jumlah total posyandu yang tergolong purnama dan mandiri adalah 1056 posyandu (69,06%).
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
IV.5.3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) Salah satu kepedulian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat dalam pelayanan kesehatan adalah melalui pelaksanaan program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JPKM). JPKM merupakan upaya pemeliharaan kesehatan secara paripurna, terstruktur yang dijamin kesinambungan dan mutunya, dimana pembiayaannya
dilaksanakan
secara
pra-upaya.
Penyelenggaraan
pelayanan
kesehatan pada JPKM bertujuan untuk memelihara kesehatan para peserta, bukan hanya sekedar menyembuhkan penyakit tetapi dituntut untuk aktif
berusaha
meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah peserta agar tidak jatuh sakit. Perkembangan Jaminan pemeliharaan Kesehatan di Kota Semarang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya jaminan pemeliharaan kesehatan. Pada tahun 2011 ASKES
: 175.164 jiwa ,Peserta BAPEL
(Hatimas setia)
:
tercatat Peserta 2541 jiwa, Peserta
JAMSOSTEK : 378.793 jiwa .
IV.5.4. Pelayanan Kesehatan pada Masyarakat Miskin Salah
satu
faktor
yang
menentukan
bagi
keberhasilan
pelaksanaan
pembangunan kesehatan adalah kemudahan di dalam akses terhadap pelayanan kesehatan yang ada . tidak terkecuali keluarga miskin, pemerintah memberikan bantuan/subsidi untuk pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin atau Maskin melalui program Jamkesmas, jamperssal dan jamkesmaskot untuk warga Kota Semarang Masyarakat miskin yang terlindungi oleh JPK adalah masyarakat miskin yang telah mempunyai kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Di Kota
Semarang sampai dengan tahun 2011 terdapat masyarakat miskin dan yang memiliki kartu jamkesmas mencapai 306.701 jiwa (68.4%) dari 448.398 masyarakat miskin yang ada. Sedangkan sejumlah 141.697 jiwa dicakup Jamkesmaskot Kota Semarang Berdasarkan Masyarakat
Miskin
data
yang
(ASKESKIN)
dilaporkan, oleh
pemanfaatan
masyarakat
Asuransi
miskin
Kesehatan
(jamkesmas
dan
Jamkesmaskot) dalam pelayanan kesehatan pada tahun 2011 berupa kunjungan rawat jalan yankes dasar sebanyak 389.535 orang (86.87 %) dan rawat inap yankes dasar sebanyak 1176 orang (0.26 %). Yankes rujukan.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
IV.6.
PENYEHATAN LINGKUNGAN Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas lingkungan yaitu melalui kegiatan bersifat promotif, preventif dan protektif. Adapun pelaksanaannya bersama-sama dengan masyarakat, diharapkan secara epidemiologi akan mampu memberikan kontribusi yang bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat. Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan utama adalah masih rendahnya jangkauan program. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh keterbatasan sumber daya kesehatan. Sedangkan permasalahan utama yang dihadapi masyarakat adalah partisipasi masyarakat terhadap upaya penyehatan lingkungan yang masih sangat rendah.
IV.6.1 Rumah Sehat Salah satu Kebutuhan dasar manusia adalah rumah . Keberadaan Rumah tidak hanya sekedar tempat tinggal karena di dalam rumah akan membentuk karakter setiap penghuninya. Rumah yang sehat diharapkan dapat mendukung kesehatan dan meningkatkan produktivitas penghuninya. Pada tahun 2011, jumlah rumah di Kota Semarang tercatat 355.678 unit, Adapun hasil pendataan yang dilakukan oleh sebanyak 286.927 rumah dengan hasil 248.932 rumah (86.8%) dalam katagori rumah sehat Rumah juga merupakan salah satu tempat penularan penyakit, salah satunya adalah penyakit demam berdarah (DBD) yang ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada tahun 2011 tercatat
245.428
rumah/gedung
(85.04%)
bebas jentik nyamuk dari
288.610 rumah/gedung yang diperiksa . Melihat data tersebut menunjukkan mash perlu peningkatan partisipasi masyarakat damam penggerakan kegiatan pemberantasan nyamuk / PSN di rumah dan lingkungannya mengingat Kota Semarang merupakan kota endemis demam berdarah.
IV.6.2 Tempat – Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan ( TTU dan TUPM) Tempat-tempat
umum
merupakan
tempat kegiatan bagi umum yang
disediakan oleh badan – badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap, memiliki fasilitas sanitasi (jamban, tempat pembuangan sampah dan limbah) untuk kebersihan
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
dan kesehatan di lingkungan. Tempat-tempat umum yang sehat berpengaruh cukup besar di masyarakat karena masyarakat menggunakan fasilitas umum tersebut untuk berbagai kepentingan. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang vektor penyakit yang dapat menimbulkan menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Pengawasan sanitasi tempat umum meliputi sarana wisata, sarana ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial. Jumlah TTU dan TPM di Kota Semarang tahun
2011
sejumlah 2.777 pengelolaan makanan (TUPM) di Kota
Semarang meliputi hotel, restoran/rumah makan dan pasar. -
Jumlah hotel : 96 buah, jumlah diperiksa 90 buah, jumlah sehat 90 buah (100%)
-
Jumlah pasar : 61 buah, jumlah diperiksa 52 buah, jumlah sehat 47 buah (90%)
-
Jumlah restoran/rumah makan: 951 buah, jumlah diperiksa 547 buah, jumlah sehat 512 buah (93.60 %)
-
Jumlah TUPM lainnya : 1669 buah, jumlah diperiksa 1.379 buah, jumlah sehat 1203 buah (87.24%)
IV.6.3. Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar IV.6.3.1 Persediaan Air Bersih Air adalah salah satu sumber kehidupan, dan setiap manusia memerlukan air bersih Oleh karena itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Pada tahun 2011 jumlah KK yang memiliki persediaan air bersih sebanyak 306.959 KK(100%) dari 306.959 KK yang diperiksa. Suplai air bersih rumah tangga terbesar di Kota Semarang berasal dari Ledeng 59,6%, Sumur Gali 23,3%. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan meningkat apabila diikuti upaya perbaikan sanitasi (sarana pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah ). Selain itu adanya peran serta dan kesadaran sektor swasta penyedia air bersih yang meningkat berkenaan dengan kualitas air bersih. IV.6.3.2 Jamban Jamban Sehat adalah salah satu syarat rumah sehat. Pengelolaan sebuah jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai upaya untuk mencegah
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan puskesmas, pada tahun 2011 dari
306.959 KK diketahui bahwa 273.855 KK (89,2%) telah memanfaatkan jamban keluarga dan 261.420 KK (95,5%) telah memenuhi syarat jamban yang sehat. Faktor yang turut mendukung pencapaian target tersebut yaitu meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan.
IV.6.3.3 Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Salah satu upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat adalah pengelolaan air limbah yang sesuai standar dan memenuhi syarat kesehatan. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain bukan dari jamban atau peturasan. SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih minimal 10 meter
Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk sarang nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat)
Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat)
Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan (tidak bocor sampai meluap) Pengelolaan limbah di rumah tangga yang diperiksa pada tahun 2011
sebanyak 306.959 KK dan yang memiliki sejumlah 276.945
sedangkan yang
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 264.807 KK. IV.6.3.4 Pembinaan Kesehatan Lingkungan pada Institusi Upaya pembinaan kesehatan lingkungan pada tahun 2011 ini selain dilakukan pada rumah tangga dan tempat-tempat umum, juga dilaksanakan pada beberapa institusi/sarana seperti: -
sarana kesehatan sejumlah 873 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 759 tempat atau 86,9 %.
-
sarana pendidikan sejumlah 1590 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 1524 tempat atau 95,8 %.
-
sarana ibadah sejumlah 2068 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 1758 tempat atau 85 %.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
-
perkantoran sejumlah 476 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 312 tempat atau 65,5 %.
-
Dan sarana lain sejumlah 909 tempat, dan yang telah dibina sebanyak 828 tempat atau 91,1%.
IV.7.
AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
IV.7.1. Cakupan Kunjungan Pelayanan Kesehatan Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan oleh penduduk dapat diperoleh dari data kunjungan rawat jalan dan rawat inap Puskesmas maupun Rumah Sakit. Pada tahun 2011 total kunjungan pasien pada unit rawat jalan di Puskesmas Kota Semarang sebanyak 1.398.308 jika dibandingkan dengan tahun 2010 total kunjungan pelayanan kesehatan rawat jalan di Puskesmas mengalami penurunan, yaitu sebanyak 1.439.924. Sedangkan untuk kunjungan rawat inap Puskesmas yaitu sebesar pada tahun 2011 sebesar 4.474, dan apabila dibandingkan dengan tahun 2010 juga mengalami penurunan dari 5.782 kunjungan pasien. Untuk
pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan di Rumah Sakit Kota
Semarang sebesar 2.207.706 kunjungan, mengalami peningkatan dari tahun 2010 yaitu 1.574.195 kunjungan. Sedangkan untuk kunjungan rawat inap sebesar 142.116 kunjungan, sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kunjungan rwat inap tahun 2010 yaitu 153.730 kunjungan. Namun demikian kunjungan pasien di rumah sakit belum bisa menunjukkan kunjungan khusus warga kota Semarang. Untuk cakupan rawat jalan di Kota Semarang pada tahun 2010 yaitu sebesar 194%.
Sedangkan untuk cakupan rawat inap (kunjungan pasien baru) di sarana
pelayanan kesehatan pada tahun 2010 yaitu sebesar 10%.
Adapun data pemanfaatan Rumah Sakit di Kota Semarang dapat dilihat dari beberapa indikator kinerja Rumah Sakit yang meliputi : a. Bed Occupation Rate (BOR), standar yang ideal untuk suatu Rumah Sakit adalah antara 70% s.d 80%. Manfaat Angka Penggunaan Tempat Tidur (BOR ) adalah untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit. Berdasarkan data yang dilaporkan prosentase BOR yang digunakan pada penderita Rawat Inap di Rumah Sakit se- Kota Semarang pada tahun 2011 mencapai 62,6 % sedikit mengalami peningkatan dati tahun 2010 yang mencapai 60,2% dengan jumlah tempat tidur sebanyak sebesar sebanyak 4.292 unit. Capaian angka ini belum dapat
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
mencapai standar yang ideal untuk Rumah Sakit. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tempat tidur pada Rumah Sakit di Kota Semarang kurang dimanfaatkan secara optimal.
b. Length Of Stay ( LOS) adalah rata-rata dalam 1 (satu) tempat tidur dihuni oleh 1 (satu) penderita rawat inap yang dihitung dalam hari dengan standar ideal antara 6 – 9 hari. Manfaat LOS adalah untuk mengukur efisiensi pelayanan Rumah Sakit, dan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit. Berdasarkan data yang dilaporkan pencapaian LOS RS tahun 2011 mencapai 4,8 hari. Cakupan pencapaian tersebut dapat diartikan bahwa penggunaan tempat tidur di RS di Kota Semarang belum memenuhi standar ideal. c. Turn of Interval (TOI) adalah rata-rata tempat tidur tidak ditempati dengan standar ideal antara 1 – 3 hari. TOI untuk Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 2,9 hari, angka ini sedikit mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 3,4 hari. Angka ini dapat diartikan bahwa pemakaian tempat tidur di Rumah Sakit sudah optimal. d. Gross Death Rate (GDR), adalah angka kematian untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar maksimum adalah 45. Manfaat GDR (Gross Death Rate) untuk mengetahui mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Angka ini bisa untuk menilai mutu pelayanan jika angka kematian kurang dari 48 jam rendah. Berdasarkan data yang dilaporkan GDR Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 30,7 permil sedikit mengalami penurunan kasus jika dibandingkan tahun 2010 sebesar 37,3 per mil.
e. Neath Death Rate (NDR), manfaat NDR adalah untuk mengetahui mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Semakin rendah NDR suatu Rumah Sakit, berarti bahwa mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit makin baik. NDR yang masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 penderita keluar. Pencapaian NDR di Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 16,6 permil., mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 24,8 permil. Dengan demikian secara keseluruhan pelayanan rumah sakit di Kota Semarang masih tergolong baik.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
IV.7.2.
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
IV.7.2.1. Pelayanan Kesehatan Antenatal Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil K1 untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga. Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC) meliputi penimbangan berat badan, pemeriksaan kehamilannya, pemberian tablet besi, pemberian imunisasi TT dan konsultasi. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2011 adalah 26.743 bumil (94,4%). Faktor pendukung dalam hal ini dapat disebabkan oleh meningkatnya kesadaran ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan kesehatan yang ada dan adanya dukungan peningkatan kualitas pelayanan ANC oleh petugas puskesmas. Cakupan K4 Puskesmas dari rentang antara yang terendah adalah Puskesmas Miroto (72,3%) dan yang tertinggi adalah Puskesmas Bugangan (114%). Pada tahun 2011 cakupan untuk pemberian tablet Fe 3 sebanyak 25.397 bumil atau (89,67%) dari 28.323 ibu hamil. Hal ini menunjukkan bahwa penjaringan pertama pada ibu hamil sudah dapat dilaksanakan sesuai target. IV.7.2.2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Ibu Maternal, salah satunya melalui persalinan yang sehat dan aman, yaitu persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan) maupun dengan dukun terlatih yang didampingi oleh tenaga kesehatan. Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang pada tahun 2011 sejumlah 25.972 (96,1%) dari 27.032 total persalinan, hal ini menujukan angka peningkatan dati tahun 2010 sebesar 25.185 (93,19%) dari jumlah perkiraan persalinan sebesar 27.026 kelahiran. Pencapaian ini didukung dengan tersedianya Bidan di seluruh Puskesmas dengan perbandingan Puskesmas dan Bidan yaitu 1 : 4. Disamping itu jumlah Rumah Sakit dan Rumah Bersalin di Kota Semarang yang telah mencukupi.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
IV.7.2.3 Ibu Hamil Resiko Tinggi dan Komplikasi Yang dimaksud dengan risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan ibu hamil yang mengancam kehidupannya maupun janinnya, misalnya umur, paritas, interval dan tinggi badan. Prosentase sasaran ibu hamil risiko tinggi adalah 20% dari ibu hamil yang ada di masyarakat. Pada tahun 2011 jumlah neonatal risti yang ditangani sebesar 2.187 (56,4%) dari total perkiraan 3.878 neonatal komplikasi. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah ibu hamil risiko tinggi/ komplikasi yang ditemukan di Kota Semarang sebesar 5.663 orang dan bumil risti/ komplikasi yang dirujuk yaitu sebanyak 79,99% menunjukkan ada penurunan kasus.
IV.7.2.4. Pemberian Vitamin A Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan. Salah satu dampak kekurangan Vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadai pada anak usia 6 bulan – 59 bulan yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang. Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali per tahun pada Balita dan Ibu Nifas (Bufas)untuk
mempertahankan
bebas
buta
karena
KVA
dan
mencegah
berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja, dan bahkan kebutaan sampai kematian). Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga dapat mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anakterhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan anak. Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah bayi berumur 6 – 11 bulan dan anak umur 12 – 59 bulan yang mendapat kapsul Vitamin A dosis tinggi. Kapsul Vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul Vitamin A biru dengan dosis 100.000 SI yang diberikan pada bayi berumur 6 – 11 bulan dan kapsul Vitamin A berwarna merah diberikan pada anak umur 12 – 59 bulan dan diberikan pada bulan Februari dan Agustus setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas, pada tahun 2011 diketahui bahwa cakupan pemberian suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
sebanyak 14.996
bayi (102,3%), sedangkan pada Balita sebanyak 92.318 anak
(100,97%) serta Bufas 27.002 orang (99,99%). IV.7.2.5. Pelayanan Kesehatan Neonatal, Bayi dan Balita a.
Kunjungan Neonatus (0 – 28 hari) Cakupan kunjungan neonatus (KN 1) tingkat Kota Semarang tahun 2011
sebesar 24.127 (96,75%) sedangkan KN 3 sebesar 23.317 (90,2%) dimana jumlah ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 24.910 anak. Namun demikian kondisi saat ini berupa meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan neonatus, peningkatan pelayanan kesehatan terutama kesehatan anak (neonatus, bayi, balita) di Puskesmas, dan adanya pemeriksaan kunjungan ke rumah oleh tenaga kesehatan bagi neonatus yang tidak dapat berkunjung ke puskesmas serta sistem pencatatan dan pelaporan (PWS KIA) yang sudah berjalan dengan baik. b.
Kunjungan Bayi (1 - 12 bulan) Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi (1 – 12 bulan) yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali. Hasil cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 25.636 (99,2%) dari total jumlah 25.852 jumlah bayi. c.
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak balita dan pra sekolah adalah anak
umur 1 – 6 tahun yang dideteksi dini tumbuh kembang sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali. Pelayanan DDTK anak balita dan prasekolah meliputi kegiatan deteksi dini masalah kesehatan anak menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), monitoring pertumbuhan menggunakan Buku KIA/KMS dan pemantauan perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa dan sosialisasi dan kemandirian), penanganan penyakit sesuai MTBS, penanganan masalah pertumbuhan, stimulasi perkembangan anak balita dan prasekolah, pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih mampu. Hasil cakupan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak balita tingkat Kota Semarang pada tahun 2011 yaitu 87.965 balita ditimbang dari 113.936 anak balita yang ada (77,22%). Dari jumlah tersebut 66.123 anak mengalami peningkatan berat badan atau 75,2%. Data secara terperinci dapat dilihat pada tabel 44.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
IV.7.3.
Pelayanan Imunisasi Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta anak balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan imunisasi DPT3 + HB, Polio 4 dan Campak 80%. Cakupan bayi yang diimunisasi DPT3 + HB pada tahun 2011 sebesar 28.022 anak (191,27%), Polio 3 sebanyak 26.417 anak (102.66%) dan bayi yang telah memperoleh imunisasi campak sebesar 26.779 (182,2%) dari sasaran sejumlah 14.522 bayi. Dari data tersebut maka cakupan imunisasi di Kota Semarang pada bayi telah dilaksanakan secara lengkap dan memenuhi target yang ada. Program imunisasi dapat berjalan secara efektif dan memberikan dampak penurunan kejadian penyakit apabila kelengkapan imunisasi telah terlaksana dan mutu pelayanan imunisasi diterapkan sesuai standar, terutama dalam penangan col chain. Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata dapat dilihat dari pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Tahun 2011 jumlah desa/kelurahan yang sudah mencapai UCI dengan kriteria cakupan DPT 3, polio dan Campak 80% sebanyak 177 kelurahan (100%) dari 177 kelurahan yang ada, jumlah ini sama dari Tahun 2010 yaitu 177 kelurahan (100%).
persen
GRAFIK CAKUPAN IMUNISASI KONTAK LENGKAP DI KOTA SEMARANG TAHUN 2007-2011 120 100 80 60 40 20 0
2007
2008
2009
2010
2011
DPT HB 3
92
108
103
107
109
POLIO 4
86
108
103
102
105
CAMPAK
92
110
106
108
104
Target
90
90
90
90
90
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
IV.7.4
Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Pelayanan kesehatan usila yang dimaksudkan adalah penduduk usia 60 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan baik di puskesmas maupun di Posyandu Kelompok Usia Lanjut. Hasil kegiatan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 30.551 (65,18%) dari 46.872 jumlah usila yang ada. Namun demikian keaktifan petugas puskesmas dalam melakukan pembinaan dan pelayanan di dalam dan luar gedung terhadap kelompok usia lanjut sangat mendukung pencapaian indikator tersebut.
IV.7.5
Keluarga Berencana Salah satu program pemerintah dalam upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak kelahiran dengan program Keluarga Berencana (KB).
1.
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Pada tahun 2011, jumlah PUS yang ada sebanyak 246.618. Yang menjadi
peserta KB baru sebanyak 22.183 orang (9%). Sedang jumlah peserta KB aktif yang telah dibina sebesar 146.604 orang (59,4%).
2.
Peserta KB Baru Dari 22.183 peserta KB Baru, secara rinci mix kontrasepsi yang digunakan
adalah sebagai berikut :
- Suntik
: 56,5%
- Pil
: 18.2%
- Kondom
: 7,6%
- IUD
: 8,7%
- Implant
: 5,3%
- MOW
: 3,0%
- MOP
: 0,7%
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
3.
Peserta KB Aktif Hasil pembinaan peserta KB Aktif selama tahun 2011 sebesar 146.406 dengan
mix kontrasepsi sebagai berikut : - Suntik
: 59,10%
- Pil
: 14,30%
- IUD
: 8.4%
- Implant
: 5.9%
- Kondom
: 5,9%
- MOW
: 5,4%
- MOP
: 1,0%
Dari keseluruhan peserta KB baru selama tahun 2011, pemakaian kontrasepsi suntik merupakan yang tertinggi karena sifatnya yang praktis dan juga cepat dalam mendapatkan pelayanannya. Apabila dibandingkan dengan data tahun 2010, kontrasepsi suntik masih menduduki peringkat teratas, sedangkan kontrasepsi pria merupakan yang paling sedikit digunakan yaitu kondom dan MOP. Hal ini disebabkan banyak suami masih menganggap bahwa istri saja yang mempunyai kewajiban untuk menggunakan kontrasepsi sebagai upaya pengaturan kelahiran.
IV.7.6 Kesehatan Kerja dan Kesehatan Institusi a. Pelayanan Kesehatan Pekerja Pelayanan kesehatan pada pekerja merupakan upaya untuk pemeliharaan kesehatan yang dapat mendukung peningkatan produktivitas pekerja, dimana biasanya pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertahap yaitu berupa pemeriksaan awal bagi calon pekerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan pada akhir masa kerja. Hal ini dimaksudkan agar kesehatan pekerja senantiasa terpelihara mulai awal bekerja hingga nanti pada akhir masa kerjanya sehingga dapat terhindar dari resiko penyakit akibat kerja (PAK). Umumnya pembinaan dan pelayanan kesehatan pada pekerja khususnya pekerja formal dilaksanakan oleh klinik perusahaan atau bekerja sama dengan sarana pelayanan kesehatan yang ada (Puskesmas, Rumah Sakit). Sedangkan untuk pekerja sektor informal masih belum banyak mendapatkan perhatian terutama dalam hal pelayanan kesehatan karena umumnya mereka bekerja secara mandiri diluar
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
tanggung jawab suatu perusahaan/instansi. Apabila dibandingkan prosentase jumlah pekerja, maka sektor informal merupakan bagian terbesar dari angkatan kerja. Selama ini mereka hanya memperoleh pelayanan kesehatan secara umum, namun belum dikaitkan dengan pekerjaannya. Dari laporan Puskesmas yang terdata Cakupan pelayanan kesehatan pekerja pada industri formal di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 28.998 orang 33.6% pekerja formal yang ada. Jumlah ini diperoleh dari pekerja sektor formal yang datang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas dengan fasilitas asuransi berupa ASKES maupun Jamsostek. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan pada pekerja sektor informal terdapat 21.794 pekerja (21,3%), Walaupun pekerja informal tidak berada dalam tanggung jawab suatu badan/instansi seperti pada pekerja formal, tetapi mereka tetap mendapatkan pelayanan kesehatan dengan cara membayar sendiri ataupun melalui kartu sehat maupun asuransi kesehatan keluarga miskin (Askeskin). IV.7.7
Upaya Kesehatan Khusus
IV.7.7.1 Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 60 sarana kesehatan (60%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (100%) dan 12 puskesmas (36,36%). IV.7.7.2
Pelayanan Kesehatan Jiwa Selain
menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
secara
umum,
sarana
kesehatan yang ada juga memberikan pelayanan terhadap kesehatan jiwa. Berdasarkan data yang berhasil didapat, pelayanan kesehatan jiwa pada Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Semarang pada tahun 2011 menunjukkan 35.881 kunjungan pasien. Angka ini termasuk pelayanan kesehatan jiwa bagi warga di luar Kota Semarang. IV.7.7.3
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di puskesmas pada tahun 2011 yaitu tumpatan gigi tetap sebanyak 3.354 kasus. Tindakan dan
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
pencabutan gigi tetap sebanyak 6.950 kasus, dengan rasio untuk tambal dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,5. Di dalam pelayanan UKGS di sekolah dasar, dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi terhadap 24.653 siswa (16,3%), dari total 151.653 anak SD. Dari angka tersebut terdapat 12.709 siswa perlu perawatan dan yang telah mendapatkan perawatan sebanyak 3.997 siswa (31.5%). Berdasarkan data yang ada kesehatan gigi dan mulut masih belum menjadi alasan penting masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih belum terlaksana dengan baik sehingga sering terjadi keterlambatan dalam pelaporannya. Untuk itu perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan gigi mulut khususnya pada upaya kesehatan secara promotif dan preventif, peningkatan kemampuan tenaga kesehatan serta peningkatan kualitas pencatatan dan pelaporan yang ada. IV.8.
OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN LAINNYA
IV.8.1. Ketersediaan dan Kebutuhan Obat Esensial dan Obat Generik Berdasarkan data ketersediaan obat pada tahun 2011 yang berasal dari laporan Instalasi Perbekalan Farmasi Kota Semarang bersumber dari laporan 37 Puskesmas seKota Semarang, jumlah jenis obat yang dibutuhkan oleh Puskesmas rata-rata 102 item, sedangkan jenis obat yang tersedia di Puskesmas rata-rata 129 item. Jika dibandingkan antara kebutuhan obat dengan persediaan yang ada diperoleh ketersediaan obat secara keseluruhan sebesar 130,55%. Berarti secara umum kebutuhan obat di Kota Semarang telah terpenuhi (tersedia). Khusus untuk obat generik, kebutuhan total jenis obat generik seluruh Puskesmas Tahun 2011 adalah rata-rata 108 item. Sedangkan jumlah total jenis obat generik yang tersedia sebanyak 138 item. Jika dibandingkan dengan kebutuhan obat generik maka pemenuhannya sebesar 132,38%. Artinya secara umum kebutuhan obat generik di Puskesmas seluruhnya dapat dipenuhi (tersedia). IV.8.2. Ketersediaan Obat Narkotika dan Psikotropika Data yang dilaporkan untuk ketersediaan obat narkotika dan psikotropika berasal dari 37 puskesmas. Jumlah seluruh kebutuhan obat narkotika dan psikotropika di Kota Semarang tahun 2011 yaitu rata-rata 34 item obat .
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
IV.9. SUMBER DAYA KESEHATAN IV.9.1. Tenaga Kesehatan Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak akan berjalan dengan baik tidak didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. itu diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya kesehatan, yang diharapkan mampu bekerja secara untuk mengembangkan kemampuannya yang optimal pada
manusia
profesional dan
Oleh (SDM)
jika karena dibidang
selalu berusaha
dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Informasi tenaga kesehatan diperlukan bagi perencanaan dan pengadaan tenaga serta pengelolaan kepegawaian. Kesulitan memperoleh data
ketenagaan
yang
mutakhir
disebabkan antara lain karena sifat data ketenagaan yang selalu berubah terus-menerus sehingga sistem pencatatan dan pelaporan belum dapat ditampilkan secara lengkap, akurat dan sistematis. Sebaran tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan Kota Semarang sebagai berikut: Tabel m : Data Tenaga Kesehatan di Kota Semarang Tahun 2011 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Tenaga Kesehatan
Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Sarjana Keperawatan Bidan
Unit Kerja RSU/RS RSB Khusus Lainnya
DKK
Puskesmas
0 5 2 2
2 103 43 129
512 259 52 2574
2 3
9 135
247 292
Tenaga Farmasi 0 31 146 Sarjana Farmasi & Apoteker 3 13 62 Tenaga Sanitarian 3 28 21 Kesehatan Masy. 24 45 75 Tenaga Gizi 4 41 79 Tenaga Terapi Fisik 0 0 100 Tenaga Keteknisian Medik 0 41 367 Sumber : Sub Bag Umum Kepegawaian dan Bidang Yankes
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Institusi Diknakes /Diktat
Sarana Kesh Lain
Jumlah
Rasio tenaga kesehatan Kota Semarang (puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kota Semarang) dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Semarang tahun 2011 dapat diperoleh data sebagai berikut: a. jumlah Dokter Umum sebesar 18.08 per 100.000 penduduk (target IS 2011 : 40/100.000 penduduk) b. jumlah Dokter Spesialis sebesar 29,5 per 100.000 penduduk (target IS 2011: 6/100.000 penduduk) c. jumlah Dokter Gigi sebesar 25.41 per 100.000 penduduk (target IS 2011 : 11/100.000 penduduk) d. jumlah Perawat sebesar 191 per 100.000 penduduk (target IS 2011 : 117,5/100.000 penduduk) e. jumlah Bidan sebesar 26 per 100.000 penduduk (target IS 2011 : 100/100.000 penduduk) f.
jumlah Tenaga Farmasi sebesar 28,9 per 100.000 penduduk (target IS 2011 : 10/100.000 penduduk)
g. jumlah Tenaga Gizi sebesar 8.5 per 100.000 penduduk (target IS 2011 : 22/100.000 penduduk) h. jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat sebesar 7,4 per 100.000 penduduk
(target
IS 2010 : 40/100.000 penduduk) i.
jumlah Tenaga Sanitasi sebesar 5,34 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
j.
jumlah tenaga teknisi medis sebesar 26 per 100.000 penduduk
Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 54 s.d tabel 59. IV.9.2
Sarana Kesehatan Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat perlu didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki kualitas pelayanan yang baik. Sarana kesehatan dasar yang ada di Kota Semarang pada tahun 2011 terdiri dari : 15 Rumah Sakit Umum, 1 Rumah Sakit Jiwa, 4 Rumah Sakit Bersalin, 4 Rumah Sakit Ibu dan Anak, 37 Puskesmas (13 Puskesmas Perawatan dan 24 Puskesmas Non Perawatan), 35 Puskesmas Pembantu, 37 Puskesmas Keliling, 6 Rumah Bersalin, 139 Balai Pengobatan Umum, 24 BP Gigi, 13 Klinik 24 Jam, 369 Apotek, 20 Toko Obat, 23 praktek dokter spesialis/klinik utama, 1.327 praktek dokter
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
umum swasta. 328 praktek dokter gigi, 323 bidan praktek swasta. Data secara lengkapnya dapat dilihat pada tabel 61. Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Laboratorium Kesehatan dan 4 spesialis dasar, dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, telah terdapat beberapa sarana pelayanan kesehatan yang telah dilengkapi oleh fasilitas laboratorium kesehatan dan 4 (empat) spesialis dasar. Kondisi yang ada di Kota Semarang pada tahun 2011, diketahui bahwa sarana kesehatan yang memiliki laboratorium kesehatan sebanyak 61 buah (100%) dan yang memberikan pelayanan 4 spesialis dasar sebesar 15
buah (24,19%). Sarana
kesehatan tersebut terdiri dari : 15 Rumah Sakit Umum dengan fasilitas laboratorium kesehatan dan 4 spesialis dasar; Rumah Sakit Khusus 7 buah yang memiliki laboratorium kesehatan, 1 Rumah Sakit Jiwa, serta 37 puskesmas se-Kota Semarang telah seluruhnya dilengkapi oleh fasilitas laboratorium kesehatan sederhana Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 37 sarana kesehatan (58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (100%) dan 13 puskesmas perawatan (100%). Desa Siaga, merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalahmasalah kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Jumlah desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun 2011 sebanyak 177 Kelurahan. Artinya semua kelurahan di Kota Semarang telah menjadi kelurahan siaga IV.9.3.
Anggaran Kesehatan Alokasi anggaran kesehatan untuk Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar Rp. 110.371.222.850
mengalami penurunan dari tahun 2010 yaitu sebesar Rp.
106.684.129.161,-. Alokasi dana ini terbagi atas: sumber APBD Kota Semarang sebesar Rp. 96.907.659.000,- (87,80%); sumber APBD Propinsi Rp. 1.500.000.000,(1,96%); sumber APBN (DAK) sebesar Rp. 7.858.819.150,- (7,12%), APBN (JAMKESMAS/ASKEKIN)
sebesar
Rp.
2.075.754.700,-
dekonsentralisasi sebesar Rp. 351.320.000 (0,32%)
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
(41,88%),
dana
Sehingga persentase total APBD Dinas Kesehatan terhadapi total APBD Kota Semarang yang sebesar Rp. 2.260.097.665.000,- adalah 4,29%. Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 60.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
BAB V KESIMPULAN Berbagai upaya yang telah dilaksanakan dalam pembangunan kesehatan, antara lain upaya peningkatan dan perbaikan terhadap derajat kesehatan masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya kesehatan. Hasil-hasil kegiatan pembangunan kesehatan di 16 kecamatan di Kota Semarang selama periode 1 (satu) tahun tergambar dalam Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2011. Secara umum upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pembangunan kesehatan telah menunjukkan hasil yang cukup baik, namun
masih ada beberapa
program kesehatan yang belum mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan maupun kekurangan dalam pencapaian upaya-upaya pembangunan kesehatan di Kota Semarang selama tahun 2011 adalah sebagai berikut : a. Berdasarkan hasil laporan berbagai sarana pelayan kesehatan, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang Tahun 2011 sebanyak 314 dari 25852 kelahiran hidup,sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 12,1 per 1.000 KH. Sedangkan untuk kematian Balita di Kota Semarang Tahun 2010 sebanyak 90 anak dari 96.952 balita sehingga Angka Kematian Balita (AKABA) Kota Semarang diperoleh sebesar 3,5 per 1.000 KH. b. Berdasarkan laporan Puskesmas dan Rumah Sakit jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 31 orang dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 25.852 orang. c. Penyakit DBD di Kota Semarang pada tahun
2011
mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya yaitu dari 5.556 kasus menjadi 1.303 kasus sehingga diperoleh angka kesakitan DBD sebesar 73,9 per 10.000 penduduk. d. Berdasarkan laporan Puskesmas, jumlah kasus malaria pada tahun 2010 ditemukan 14 orang (API = 0.01 pddk) meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 7 orang (API = 0.005 pddk). e. Berdasarkan data laporan triwulan (Puskesmas, BP4 dan Rumah Sakit) penemuan penderita TB Paru BTA positif pada tahun 2011 sebanyak 989 (53%) orang mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2010 (872 orang) f.
Penderita diare di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 48.051 penderita dengan angka kesakitan sebesar 32 per 1.000 penduduk, dimana terdapat peningkatan kasus dari tahun 2010 yaitu 34.593 penderita (IR: 24 per 1.000 penduduk)
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
g. IR pneumonia dan pneumonia berat tahun 2011 mencapai 304 per 10.000 balita. Hal ini menurun jika dibandingkan dengan IR untuk tahun 2010 sebesar 401,1 per 10.000 balita h. Pada tahun 2011, penderita kusta jenis PB baru di Kota Semarang yang dilaporkan dari 16 kecamatan sebanyak 5 kasus. Sedangkan jenis MB sebanyak 36 kasus. i.
Jumlah kasus HIV (+) yang ditemukan tahun 2011 sebanyak 427 meningkat secara signifikan dari tahun 2010 yaitu 287 orang. Sedangkan untuk kasus AIDS ditemukan sebanyak 59 kasus dengan kematian 10 orang.
j.
Kasus leptospirosis tahun 2011 sebanyak 70 kasus, sedangkan penderita yang meninggal sebanyak 25 orang dengan angka CFR sebesar 36 per 10.000.
k. Kasus AFP yang ditemukan di Kota Semarang tahun 2011 sebanyak 13 kasus,sedikit meningkat dari tahun 2010 yaitu sebanyak 12 kasus, terbanyak pada golongan umur 1 -5 thn sebanyak 54 kasus. l.
Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi tertinggi yaitu Campak 381, Polio 13 kasus dan hepatitis 18 kasus, sedangkan untuk penyakit lainnya seperti Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum di Kota Semarang Tahun 2011 tidak ditemukan adanya kasus.
m. Data kasus penyakit tidak menular tahun 2011 di Kota Semarang : Kasus penyakit kanker Kanker Payudara 4.946 kasus, Kanker Serviks 5.155 kasus, Kanker Hati dan Empedu 332 kasus, Kanker Bronkus dan Paru 451 kasus. ; Diabetes Mellitus tergantung insulin sebanyak 14.326 kasus, Diabetes Melitus tidak tergantung insulin sebanyak 45.551 kasus ; kasus Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ( Angina Pektoris 6.736 kasus, AMI 2.130 kasus, Dekomp Cordis 9.944 kasus, Hipertensi ess 106.977 kasus dan Stroke 2.507 kasus ) n. Dilaporkan pada tahun 2011 di Kota Semarang terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) sebanyak 6 kejadian dengan jumlah penderita 12 orang. o. Pada tahun 2011 di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup sebanyak 25.852 bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar 113.936 anak. Untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2011 yaitu sebanyak 187 bayi (0,7%). Balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dari seluruh balita yang ada yaitu sejumlah 87.965 anak dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak 66.123 anak (75,2%) dan Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 736 anak (0,8%).
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
p. Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2010, pemberian ASI Ekslusif sebesar 1.656 bayi (24,2%) dari 6.833 bayi umur 0-6 bulan . q. Pada tahun 2010 di Kota Semarang Jumlah Rumah Tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah 309.624 (88,19%) yang terdiri dari strata utama 255.790 RT (72,94%) strata paripurna 53.474 RT (15,25%). r.
Tahun 2010 Posyandu yang ada di Kota Semarang berjumlah 1.533 buah, terdiri dari 637 posyandu purnama (41,66%) dan 419 Posyandu mandiri (27,40%) sehingga jumlah total posyandu yang tergolong purnama dan mandiri adalah 1.056 posyandu (69,06%)
s. Berdasarkan laporan puskesmas, jumlah penduduk yang tercakup dalam dalam berbagai JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) dengan perincian:
t.
Peserta ASKES
: 175.164 jiwa
Peserta BAPEL
:
Peserta JAMSOSTEK
: 378.793 jiwa
2.541 jiwa
Di Kota Semarang sampai dengan tahun 2011 terdapat masyarakat miskin dan yang memiliki kartu ASKESKIN baru mencapai 306.701 jiwa (68,4%) dari 448.398 masyarakat miskin yang ada, 141.697 jiwa dicakup Jamkesmaskot.
u. Kota Semarang pada tahun 2011, jumlah rumah yang ada sebanyak 355.678 unit, sedangkan kategori rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 248.932 rumah (86,8%) dari 286.927 rumah yang dilakukan pemeriksaan v. Jumlah tempat - tempat umum dan tempat pengelolaan makanan di Kota Semarang Tahun 2011 sebanyak 2.777 buah, jumlah diperiksa 2.068 buah dan jumlah yang sehat 1.852 buah atau 89,56%. Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar yaitu : persediaan air bersih sebanyak 306.956 KK (100%) dari 306.959 KK yang diperiksa; sejumlah 273.855 KK telah memanfaatkan jamban keluarga dan 261.420 (95,5%) KK telah memenuhi syarat jamban yang sehat; Pengelolaan limbah di rumah tangga yang diperiksa sebanyak 306.959 KK dan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 264.807 KK dari 276.945 KK yang memiliki; w. Pada tahun 2011 di Kota Semarang total kunjungan pelayanan kesehatan rawat jalan di Puskesmas sebanyak 1.398.308, sedangkan untuk kunjungan rawat inap Puskesmas yaitu sebesar 4.474 kunjungan pasien. Sedangkan pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan di Rumah Sakit yaitu sebanyak 2.207.706 kunjungan dan rawat inap sebesar 142.116 kunjungan. Untuk cakupan rawat jalan di Kota
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Semarang pada tahun 2010 yaitu sebesar 194 %. Sedangkan untuk cakupan rawat inap (kunjungan pasien baru) di sarana pelayanan kesehatan pada tahun 2010 yaitu sebesar 10%. x. Pencapaian hasil kinerja Rumah Sakit di Kota Semarang meliputi : BOR (62,6) ; LOS (4,8) ;TOI (2,9) ; GDR (30,7 permil) ; NDR (16,6 permil). y. Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak :
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2011 adalah 26.743 bumil (94,4%)
Cakupan pemberian tablet (Fe)3 sebanyak 25.397 bumil (89,67%).
Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 25.972 (96,1%) dari jumlah perkiraan persalinan sebesar 27.032 kelahiran.
Pada tahun 2011 ibu hamil risiko tinggi/ komplikasi yang ditemukan di Kota Semarang sebesar 2.187 (56,4%) orang dari total perkiraan 3.878 neonatal komplikasi..
Cakupan pemberian suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi sebanyak 14.996
bayi (102,3%), sedangkan pada Balita sebanyak 92.318
anak (100,97%) serta Bufas 27.002 orang (99,99%).
Cakupan kunjungan neonatus tingkat Kota Semarang tahun 2011 sebesar 24.127 (96,75%)
Hasil cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 25.636 (99,2%) dari total jumlah 25.852 jumlah bayi
Hasil cakupan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak balita dan pra sekolah di tingkat Kota Semarang pada tahun 2011 yaitu 87.965 balita ditimbang dari 113.936 anak balita yang ada (77,22%).
Cakupan bayi yang diimunisasi DPT3 + HB pada tahun 2011 sebesar 28.022 anak (191,27%), Polio 3 sebanyak 26.417 anak (102.66%) dan bayi yang telah memperoleh imunisasi campak sebesar 26.779 (182,2%) dari sasaran sejumlah 14.522 bayi
z. Hasil kegiatan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 30.551 (65,18%) dari 46.872 jumlah usila yang ada. å. Pada tahun 2010, jumlah PUS yang ada sebanyak 246.618. Yang menjadi peserta KB baru sebanyak 22.183 orang (9%). Sedang jumlah peserta KB aktif yang telah dibina sebesar 146.604 orang (59,4%).
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
ä. Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 61 sarana kesehatan (60%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (100%) dan 13 puskesmas (36,36%) ö. Pelayanan kesehatan jiwa pada Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Semarang pada tahun 2011 menunjukkan pencapaian sebesar 35.881 kunjungan. Angka ini termasuk pelayanan kesehatan jiwa bagi warga di luar Kota Semarang aa. Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di puskesmas pada tahun 2011 yaitu tumpatan gigi tetap sebanyak 3.354 kasus. Tindakan dan pencabutan gigi tetap sebanyak 6.950 kasus, dengan rasio untuk tambal dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,5. Di dalam pelayanan UKGS di sekolah dasar, dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi pada 24.653 siswa (16,3%), dari total 151.653 anak SD. Dari angka tersebut terdapat 12.709 siswa perlu perawatan dan yang telah mendapatkan perawatan sebanyak 3.997 siswa (31.5%).
bb. Data ketersediaan obat pada tahun 2011 bersumber dari laporan 37 Puskesmas seKota Semarang, jumlah jenis obat yang dibutuhkan oleh Puskesmas rata-rata 108 item, sedangkan jenis obat yang tersedia di Puskesmas rata-rata 129 item sehingga diperoleh ketersediaan obat secara keseluruhan sebesar 130,55%. Untuk obat generik, kebutuhan total jenis obat generik seluruh Puskesmas Tahun 2011 adalah rata-rata 108 item. Sedangkan jumlah total jenis obat generik yang tersedia sebanyak 138 item, sehingga diperoleh pemenuhan sebesar 132,38%. cc. Jumlah seluruh kebutuhan obat narkotika dan psikotropika di Kota Semarang tahun 2011 yaitu rata-rata 34 item. dd. Rasio tenaga kesehatan Kota Semarang (puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kota Semarang) dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Semarang tahun 2010 dapat diperoleh data sebagai berikut: a. jumlah Dokter Umum sebesar 18.08 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 40/100.000 penduduk) b. jumlah Dokter Spesialis sebesar 29,5 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 6/100.000 penduduk) c. jumlah Dokter Gigi sebesar 25.41 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 11/100.000 penduduk) d. jumlah Perawat sebesar 191 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 117,5/100.000 penduduk)
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
e. jumlah Bidan sebesar 26 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 100/100.000 penduduk) f. jumlah Tenaga Farmasi sebesar 28,9 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 10/100.000 penduduk) g. jumlah Tenaga Gizi sebesar 8.5 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 22/100.000 penduduk) h. jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat sebesar 7,4 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 40/100.000 penduduk) i.
jumlah Tenaga Sanitasi sebesar 5,34 per 100.000 penduduk (target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
j.
jumlah tenaga teknisi medis sebesar 26 per 100.000 penduduk
ee. Sarana kesehatan dasar yang ada di Kota Semarang pada tahun 2011 terdiri dari : 15 Rumah Sakit Umum, 1 Rumah Sakit Jiwa, 4 Rumah Sakit Bersalin, 4 Rumah Sakit Ibu dan Anak, 37 Puskesmas (13 Puskesmas Perawatan dan 24 Puskesmas Non Perawatan), 35 Puskesmas Pembantu, 37 Puskesmas Keliling, 6 Rumah Bersalin, 139 Balai Pengobatan Umum, 24 BP Gigi, 13 Klinik 24 Jam, 369 Apotek, 20 Toko Obat, 23 praktek dokter spesialis/klinik utama, 1.327 praktek dokter umum swasta. 328 praktek dokter gigi, 323 bidan praktek swasta. ff. Alokasi anggaran kesehatan untuk Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar Rp. 110.371.222.850
mengalami kenaikan dari tahun 2010 yaitu sebesar Rp.
106.684.129.161,- Total APBD Dinas Kesehatan dari total APBD Kota Semarang sebesar Rp. 2.260.097.665.000,- adalah 4,29%.
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011