KATA PENGANTAR
Profil kesehatan Kabupaten
Tahun 2011 merupakan sarana penyajian
data dan informasi yang menggambarkan situasi dan status kesehatan masyarakat yang ada diwilayah Kab. Mamuju. Selain itu Profil kesehatan Kabupaten
Mamuju
Tahun
2011
merupakan
salah
satu
wujud
akuntabilitas dan kinerja Dinas Kesehatan Kab. Mamuju. Dalam penyusunan Profil kesehatan Kabupaten Mamuju Tahun 2011 tersebut kami berupaya menyajikan data secara lengkap sesuai dengan Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Tahun 2011. Secara umum Profil kesehatan Kabupaten Mamuju Tahun 2011 menyajikan data kesehatan yang terpilah menurut jenis kelamin. Dengan tersedianya data kesehatan yang responsif Gender, diharapkan dapat mengidentifikasi ada tidaknya atau besarnya kesenjangan mengenai kondisi, kebutuhan, dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan perempuan terkait
dengan
akses,
partisipasi,
kontrol,
dan
manfaat
dalam
pembangunan di bidang kesehatan. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil kesehatan Kabupaten Mamuju Tahun 2011, saya ucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Kritik dan saran dari semua pihak demi
penyempurnaan
buku
ini
sangat
kami
harapkan.
Semoga
bermanfaat. Mamuju, Juni 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju,
Drg. H. FIRMON, MPH
Kab. Mamuju Utara Durikumba Lara Salopangkang Topoyo Tobadak
Babana
Saluadak
Salugatta Polocamba Pangale
Campaloga Tommo
Kab. Luwu Utara
Tarailu Kalumpang
Topore
Salissingan
Beru-beru Bonehau Keang Ranga-ranga Tampapadang Buttuada Rangas
Dungkait
Karataun
Bambu Binanga Botteng Tapalang Kab. Majene
Karama
Kab. Mamasa
Kab. Tana Toraja
VISI, MISI PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU VISI “GERAKAN MEMBANGUN MAMUJU MENUJU MASYARAKAT MAJU DAN MANDIRI (GERBANG MAJU)” MISI, (yang searah dengan Komitme Lima Jilid II, yaitu : Meneruskan layanan pendidikan dan kesehatan gratis yang semakin dimantapka Ekonomi yang berbasis UKM dan lembaga Ekonomi Desa serta menghidupkan pasar rakyat Percepatan pertumbuhan dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur dan energi Mewujudkan Pemerintah bersih dan baik, berlandaskan pada kedamaian yang bermuara pada peningkatan layanan sistem satu atap Mendorong terciptanya Mamuju sebagai Provinsi yang berwawasan lingkungan
VISI, MISI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAMUJU VISI “Mamuju sehat secara merata, bermutu dan berkeadilan (Maju Serentak) MISI Meningkatkan status kesehatan masyarakat Meningkatkan manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan yang tepat dan mantap Meningkatkan disiplin pegawai yang kuat dan konsisten Meningkatkan regulasi yang berpihak kepada rakyat tanpa merugikan petugas kesehatan Meningkatkan dukungan politik (Political will) Eksekutif dan Legislatif serta pengelolaan keuangan yang kuat, akuntabel dan berkesinambungan Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Kesehatan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Bab I
: Pendahuluan
Bab II : Gambaran Umum 2.1 Keadaan Gegrafis 2.2 Penduduk 2.3 Iklim 2.4 Sosial Ekonomi 2.4.1 Pendidikan 2.4.2 Agama 2.4.3 Ekonomi 2.4.4 Kemiskinan
Bab III : Situasi Derajat Kesehatan 3.1 Angka Kematian 3.1.1 Angka Kematian Bayi 3.1.2 Angka Kematian Balita 3.1.1 Jumlah Kematian Ibu 3.2 Angka Kesakitan 3.2.1 Cakupan Penemuan & Penanganan Penderita Penyakit “Acute Flaccid Paralysis” AFP per 100.000 Penduduk 3.2.2 Prevalensi Tuberkulosis 3.2.3 Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ 3.2.4 Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+ 3.2.5 Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani 3.2.6 Persentase HIV/AIDS ditangani 3.2.7 Persentase Infeksi Menular Seksual Diobati
3.2.8 Darah Donor Diskrining terhadap HIV 3.2.9 Kasus Diare Ditangani 3.2.10 Prevalensi Kusta 3.2.11 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat 3.2.12 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) 3.2.13 Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per-100.000 Penduduk 3.2.14 Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) 3.2.15 Angka Kesakitan Malaria per-1.000 Penduduk 3.2.16 Angka Kematian Malaria 3.2.17 Kasus Penyakit Filariasis Ditangani 3.3 Status Gizi 3.3.1 Persentase Berat Bayi Lahir Rendah 3.3.2 Persentase Balita dengan Gizi Kurang 3.3.3 Persentase Balita dengan Gizi Buruk
Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan 4.1 Pelayanan Kesehatan 4.1.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 4.1.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 4.1.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 4.1.4 Cakupan Pelayanan Nifas 4.1.5 Persentase Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil 4.1.6 Persentase Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet Fe 4.1.7 Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani 4.1.8 Cakupan
Neonatus
dengan
Komplikasi
Ditangani 4.1.9 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi
yang
4.1.10 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita 4.1.11 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas 4.1.12 Persentase KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi 4.1.13 Persentase KB Baru 4.1.14 Persentase KB Aktif 4.1.15 Cakupan Kunjungan Neonatus 4.1.16 Cakupan Kunjungan Bayi 4.1.17 Cakupan
Desa/Kelurahan
“Universal
Child
Immunization” (UCI) 4.1.18 Persentase Cakupan Imunisasi Bayi 4.1.19 Persentase Bayi yang Mendapat ASI Ekslusif 4.1.20 Cakupan Pemberian Makanan Penadamping ASI pada anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin 4.1.21 Jumlah Balita Ditimbang 4.1.22 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 4.1.23 Cakupan Pelayanan Anak Balita 4.1.24 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 4.1.25 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila 4.1.26 Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 4.1.27 Desa/Kelurahan Terkena KLB yang Ditangani 24 Jam 4.1.28 Jumlah Penderita dan Kematian Pada KLB 4.1.29 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
4.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 4.2.1 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar 4.2.2 Cakupan
Pelayanan
Masyarakat Miskin
Kesehatan
Rawat
Jalan
4.2.3 Cakupan
Pelayanan
Kesehatan
Rawat
Inap
Masyarakat Miskin 4.2.4 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap 4.2.5 Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan 4.2.6 Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit 4.2.7 Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit 4.3 Perilaku Hidup Masyarakat 4.3.1 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS
4.4 Keadaan Lingkungan 4.4.1 Persentase Rumah Sehat 4.4.2 Persentase
Rumah/Bangunan
yang
Diperiksa
Jentik Nyamuk Aedes 4.4.3 Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan 4.4.4 Persentase Keluarga dengan Kepemilkan Sarana Sanitasi Dasar 4.4.5 Persentase TTU & TPM 4.4.6 Persentase
Institusi
Dibina
Kesehatan
Lingkungannya Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan 5.1 Sarana Kesehatan 5.1.1 Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat 5.1.2 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilkan 5.1.3 Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Labkes & Memiliki 4 Spesialis Dasar 5.1.4 Posyandu Menurut Strata
5.1.5 Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
5.2 Tenaga Kesehatan 5.2.1 Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan 5.2.2 Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Sarana Puskesmas 5.2.3 Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan 5.2.4 Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana Kesehatan 5.2.5 Jumlah dan Rasio Tenaga Teknis Medis & Fisioterapis di Sarana Kesehatan 5.3 Pembiayaan Kesehatan
Bab VI : Kesimpulan LAMPIRAN – LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan Tahun 2010-2014 adalah “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Dengan Misi : 1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani, 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan, 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan, dan 4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. Dalam upaya mencapai Visi & Misi tersebut salah satu sarana yang dapat digunakan adalah dengan melakukan pelaporan, pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan di kabupaten/kota yang tertuang dalam Profil Kesehatan Kabupaten Kota. Pelaksanaan pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara merata, terjangkau dan berkesinambungan,
ditunjang oleh informasi
kesehatan yang baik sehingga sejalan dengan hal tersebut di harapkan pula terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara bermakna. Sistem informasi kesehatan merupakan sumber daya non fisik manajemen kesehatan yang bertujuan untuk memperoleh data / informasi yang akurat dan lengkap sehingga dapat memonitor perkembangan operasional program dan untuk menentukan strategi dan kebijakan kesehatan baik tingkat daerah maupun nasional. Kebutuhan data dan informasi kesehatan dari hari ke hari semakin meningkat masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
1
pembangunan kesehatan yang telah di lakukan oleh pemerintah terutama terhadap masalah – masalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka, sebab kesehatan menyangkut hajat hidup masyarakat luas, kepedulian masyarakat akan informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi pembangunan kesehatan itu sendiri. Untuk itu pengelola program mengadakan dan memberikan data serta informasi yang di butuhkan masyarakat yang dikemas secara baik. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang – undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah yang mengatur berbagai kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah mengundang konsekuensi bahwa masing – masing daerah harus memiliki system kesehatan sendiri. Termasuk dukungan system informasinya, profil kesehatan adalah salah satu produk dari system informasi kesehatan . Dalam rangka penyebaran data dan informasi kesehatan, “Profil Kesehatan” Kabupaten Mamuju merupakan sarana informasi yang bertujuan untuk mengetahui tentang gambaran situasi dan kondisi kesehatan masyarakat yang ada di Wilayah Kabupaten Mamuju yang diterbitkan setiap tahun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. Profil kesehatan ini menyajikan tentang (1) Gambaran Umum Kabupaten Mamuju yang meliputi ; keadaan geografis dan administratif Wilayah Kabupaten Mamuju, dinamika penduduk, komposisi penduduk dan kepadatan penduduk, situasi pendidikan menurut Kecamatan dan tingkat pendidikan masyarakat yang ditamatkan, keadaan sosial ekonomi, sosial budaya dan lingkungan yang dapat mempengaruhi timbulnya masalahmasalah kesehatan masyarakat , (2) Situasi Derajat Kesehatan yang meliputi ; angka kelahiran penduduk, angka kematian bayi dan balita, angka kematian Ibu akibat persalinan, angka kematian akibat kecelakaan lalulintas, angka
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
2
kesakitan penduduk dalam masyarakat berdasarkan golongan penyakit dalam waktu tertentu, status gizi balita yang ada di wilayah Kabupaten Mamuju yang mencakup BBLR, balita yang ditimbang, balita berat badan naik, balita dibawah garis merah (BGM) dan balita gizi buruk (3) Situasi Upaya Kesehatan yang meliputi ; pencapaian program pokok pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas, Rumah Sakit dan Unit-unit pelayanan kesehatan lainnya, jenis pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang di Puskesmas
dan
Rumah
Sakit,
upaya
kesehatan
keluarga,
upaya
pemberantasan penyakit menular, upaya pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, upaya perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan
alat/sarana kesehatan, (4) Situasi Sumber Daya Kesehatan yang
meliputi ; keadaan tenaga kesehatan menurut kualifikasi pendidikan yang ditamatkan dan jenis jabatan, keadaan sarana pelayanan kesehatan sebagai penunjang, sumber dan besarnya pembiayaan kesehatan dalam program pembangunan kesehatan di daerah, pembiayaan sumber daya kesehatan lainnya, (5) Kesimpulan yang meliputi ; uraian tentang pencapaian program pembangunan kesehatan di Kabupaten Mamuju dan masalah-masalah kesehatan yang belum tercapai, serta (6) Lampiran yang meliputi ; penyajian data umum dan kesehatan yang disajikan dalam bentuk tabel pada lampiran profil yang merupakan sumber rujukan dalam pembahasan Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju, Tahun 2011.
Dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju, uraian penyajian data dan informasi kesehatan meliputi : Bab I
: Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
3
Bab II
: Gambaran Umum Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten/Kota. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan,
ekonomi, pendidikan, sosial budaya
dan
lingkungan. Bab III
: Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai kematian, angka
angka
kesakitan, dan angka status gizi masyarakat
di wilayah Kabupaten Mamuju. Bab IV
: Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan
dasar,
pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi
dasar,
perbaikan
gizi
masyarakat,
pelayanan
kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam Bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan
kesehatan
lainnya
yang
diselenggarakan
di
Kabupaten Mamuju. Bab V
: Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang
sarana
kesehatan,
tenaga
kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya yang ada di Kabupaten Mamuju.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
4
Bab VI
: Penutup Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten
Mamuju
Tahun
2011.
Selain
keberhasilan-
keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal
yang
dianggap
masih
kurang
dalam
rangka
penyelenggaraan program pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten Mamuju. Lampiran : Pada lampiran ini berisi Resume/angka pencapaian Kabupaten Mamuju dan 79 tabel kesehatan yang terkait dengan kesehatan yang responsif gender.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
5
BAB II GAMBARAN UMUM
2.1 KEADAAN GEOGRAFIS Kabupaten Mamuju terletak pada Provinsi Sulawesi Barat pada posisi 10 38’ 110” – 20 54’ 552” Lintang Selatan; dan 110 54’ 47” – 130 5’ 35 Bujur Timur dari Jakarta; (00 0’ 0” Jakarta = 1600 48’ 28” Bujur Timur Green Wich). Kabupaten yang beribukotakan di Kecamatan Mamuju mempunyai batas wilayah sebagai berikut: Utara
:Kabupaten Mamuju Utara
Timur
:Kabupaten Luwu Utara
Selatan :Kabupaten Majene, Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Tana Toraja Barat
:Selat Makassar.
Kabupaten
Mamuju
dengan
luas
wilayah
794.276
Ha,
secara
administrasi pemerintahan terbagi atas 16 Kecamatan, terdiri dari 143 Desa, 10 Kelurahan, dan 2 UPT. Kecamatan Kalumpang merupakan Kecamatan terluas dengan luas 1.731,99 km² atau 21,81 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Mamuju. Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Balabalakang dengan luas wilayah 21,86 km² atau 0,28 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Mamuju. Kabupaten Mamuju memiliki wilayah yang berbukit-bukit dan hampir seluruh kecamatan dilintasi oleh sungai. Kecamatan yang paling banyak dilintasi oleh sungai adalah kecamatan Bonehau yaitu sebanyak 12 sungai.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
6
Diantara
16 kecamatan di Kabupaten
Mamuju,
ibu kota
kecamatan yang letaknya paling jauh dari ibu kota kabupaten adalah ibu kota Kecamatan Balabalakang yaitu sejauh 202 km, dan ibu kota kecamatan yang terdekat dari ibu kota kabupaten adalah ibu kota kecamatan Simboro dengan jarak 6 km.
Tabel 1.
Luas
Wilayah,
Persentase
dan
Banyaknya
Desa/Kelurahan/UPT menurut Kecamatan Tahun 2011. NO
KECAMATAN
DESA/KEL/UPT
LUAS (Km²)
%
1.
Tapalang
9
283,31
3,57
2.
Tapalang Barat
7
131,72
1,66
3.
Mamuju
8
206,64
2,60
4.
Simboro
8
111,94
1,41
5.
Balabalakang
2
21,86
0,28
6.
Kalukku
13
470,26
5,92
7.
Papalang
9
197,60
2,49
8.
Sampaga
7
119,40
1,50
9.
Tommo
14
827,35
10,42
10.
Kalumpang
13
1.731,99
21,81
11.
Bonehau
9
962,12
12,11
12.
Budong-budong
11
222,39
2,80
13.
Pangale
9
111,70
1,41
14.
Topoyo
15
869,89
10,95
15.
Karossa
13
1.138,30
14,33
16.
Tobadak
8
536,29
6,75
7.942,76
100,00
JUMLAH
155
(Sumber : BPS Kab. Mamuju)
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
7
2.2 PENDUDUK Jumlah penduduk Kabupaten Mamuju pada Tahun 2011 sebesar 336.973 Jiwa dengan jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Mamuju yaitu 55.105 jiwa, dan Kecamatan Balabalakang adalah kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit yaitu 2.347 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Mamuju pada tahun 2011 adalah 42 jiwa per Km², atau terdapat sekitar 42 jiwa setiap 1 Km². Jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Mamuju pada tahun 2011 sebanyak 173.413 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 163.560 jiwa. Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki 1,06% lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan, dengan perbandingan jenis kelamin (sex ratio) 106 atau diantara 100 orang perempuan terdapat 106 laki-laki. Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Mamuju sebanyak 75.746, kecamatan yang jumlah rumah tangganya paling banyak adalah Kecamatan Mamuju yaitu sebanyak 11.916 dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 5 orang dan kecamatan yang jumlah rumah tangganya paling sedikit adalah Kecamatan Balabalakang sebanyak 412 dengan rata-rata jumlah jumla anggota rumah tangga sebanyak 6 orang.
2.3 IKLIM Curah hujan di Kabupaten Mamuju tertinggi pada bulan September sebesar 17.570 mm³ dengan hari hujan selama 11 hari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Januari sebesar 2.781mm³
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
8
dengan jumlah hari hujan selama 6 hari. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini.
Gambar 1. Curah Hujan setiap bulan di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0
17.570
11.838 9.654
10.024
7.336 5.099
10.467
11.806 5.865
6.916
2.781 3.135
Sumber : BPS Kab. Mamuju
2.4 SOSIAL EKONOMI 2.4.1.
Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu upaya pemerintah dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan SDM melalui pendidikan adalah dengan mencanangkan program wajib belajar 9 tahun. Dengan program ini diharapkan akan tercipta SDM yang siap bersaing dalam Era Globalisasi. Pemerintah Kabupaten Mamuju menetapkan Visi dan Misi untuk mendukung pengembangan SDM di sektor pendidikan, salah satu Misi Pemerintah Kab. Mamuju yang menyentuh langsung
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
9
pada
sektor
pendidikan
adalah
“Meneruskan
layanan
Pendidikan dan Kesehatan Gratis yang semakin dimantapkan”. Keadaan pendidikan di kabupaten Mamuju dapat dilihat dari jumlah sekolah dan murid, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA).
Tabel 2. : Banyaknya
Sekolah,
Guru,
Murid
Menurut
Kecamatan di Kabupaten Mamuju Tahun 2010 Guru Uraian
Sekolah
Laki-
Perempuan
laki SD
Murid Lakilaki
Perempuan
Rasio Murid terhadap Guru
415
1.470
2.314
30.104
28.418
15
SMP
74
522
526
7.233
7.387
14
SMA
24
234
208
3.095
3.496
15
2.4.2.
Agama Tabel
3. : Banyaknya Tempat Peribadatan di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 TEMPAT PERIBADATAN
TAHUN
2011
MASJID
MUSHOLLAH
GEREJA
PURA
VIHARA
586
195
252
58
6
53,42%
17,77%
22,97%
5,29%
0,55%
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
10
Tabel 4.:
Banyaknya
penduduk
Menurut
Agama
di
Kabupaten Mamuju Tahun 2011 AGAMA TAHU TAHUN ISLAM
2011
2.4.3.
PROTESTAN KATOLIK HINDU BUDHA
245.425
23.641
3.717
6.229
1.251
87,57%
8,43%
1,33%
2,22%
0,45%
Ekonomi Salah satu ukuran yang digunakan untuk melihat kemajuan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).. Selain itu PDRB juga dapat dijadikan cerminan keberhasilan
pelaksanaan
pembangunan
yang
telah
dilaksanakan oleh suatu daerah. Gambar 2. : Trend
Perekonomian
(PDRB)
di
kabupaten
Mamuju 12 10
10,59
9,69 8,26
8 6 4 2 0 PDRB
2008
2009
2010
9,69
8,26
10,59
Secara umum sejak tahun 2008 perekonomian di Kabupaten Mamuju u selalu mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
11
2008 perekonomian Mamuju tumbuh sebesar 9,69% tahun 2009 sebesar 8,26% dan tahun 2010 sebesar 10,59%. PDRB Kabupaten Mamuju atas harga berlaku tahun 2010 sebesar 3.327.886,64 juta rupiah dengan kontribusi terbesar dari sektor pertanian yaitu 49,04% sedangkan sektor dengan kontribusi terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,48%. (sumber BPS Kab. Mamuju)
2.4.4.
Kemiskinan Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan berada
di bawah garis
kemiskinan, pendekatan yang dilakukan oleh BPS adalah konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs aproach), yakni ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar makanan yang disetarakan 2100 kilokalori serta kebutuhan bukan
makanan,
yakni
kebutuhan
minimum
perumahan,
sandang, pendidikan, dan kesehatan. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Mamuju dari tahun 2006 hingga tahun 2010 menurun dari tahun ke tahun. Yaitu dari 11,96% pada tahun 2006 turun menjadi 8,17% pada tahun 2010. Sedangkan garis kemiskinan dari tahun ke tahun terus meningkat yaitu Rp118.318 pada tahun 2006 menjadi Rp 158.782 pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa kemakmuran
masyarakat
Kabupaten
Mamuju
semakin
meningkat
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
12
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Derajat kesehatan Masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Kesehatan merupakan hak dasar setiap manusia dan sangat penting bagi perkembangan sosial dan ekonomi.
Pembangunan
kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang dipengaruhi 4 (empat) faktor menurut “Hendrik L. Blum” yakni lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Dalam mencapai tujuan itu Pemerintah
telah
banyak
berupaya
dan
bersungguh-sungguh
meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Indikator yang dipergunakan untuk mengukur derajat kesehatan Masyarakat Kabupaten Mamuju mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1202/Menkes/SK/VII/2003, tentang indikator Indonesia Sehat 2010 dan pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten/Kota yang antara lain Mortalitas, Morbiditas, dan Status gizi. Derajat
Kesehatan
adalah
parameter
penilaian
indeks
pembangunan kesehatan yang sering digunakan sebagai indikator keberhasilan Pembangunan Kesehatan, Indikator utama yang digunakan antara lain :
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
13
3.1. Angka Kematian (Mortality Rate) 3.1.1
Angka Kematian Bayi Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator sosial yang sangat penting untuk mengukur keberhasilan program pemberantasan berbagai sebab kematian maupun program kesehatan ibu dan anak, sebab AKB ini berkaitan erat dengan tingkat kesehatan ibu dan anak. Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar kematian bayi, dari sisi penyebabnya, ada 2 macam yaitu endogen (Neonatal) dan kematian eksogen (post neonatal). Kematian Neonatal
adalah kematian bayi yang terjadi pada
bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Dan kematian post neonatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian oleh pengaruh lingkungan luar. Salah satu indikator kesejahteraan rakyat di bidang kesehatan adalah Angka kematian bayi ( AKB ) dalam setiap seribu kelahiran hidup. Tingginya AKB merupakan indikator buruknya derajat kesehatan masyarakat secara umum, sebagai dampak dari rendahnya pelayanan kesehatan dan ketidakmampuan secara ekonomi. Jumlah kematian Bayi dalam dua tahun terakhir
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
14
dapat di tekan melalui program – program dibidang kesehatan. Jumlah Kematian Bayi di Kabupaten Mamuju sebanyak 87 orang, Laki-laki (39 orang) Perempuan (48 orang). AKB Kabupaten Mamuju tahun 2011 sebesar 13,2 per 1000 kelahiran hidup atau sebanyak 87 dari 6.601 kelahiran hidup, mengalami penurunan dari Tahun 2010 yaitu 14,8 per 1000 kelahiran hidup atau 85 dari 5.584 kelahiran hidup. Tingginya AKB Tahun 2011 disebabkan karena berbagai macam faktor yaitu disebabkan Asfiksia, BBLR, infeksi dan cacat bawaan.
3.1.2
Angka Kematian Balita Angka kematian Balita menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan factor – factor yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi, kecelakaan. Angka Kematian Balita (AKBA) adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun (59 Bulan) selama satu tahun tertentu per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama (termasuk kematian bayi). AKBA menggambarkan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti Gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan. Balita di Kabupaten
Jumlah Kematian
Mamuju tahun 2011 sebanyak 92 orang,
laki-laki (42 orang) perempuan (50 orang). AKBA Kabupaten Mamuju Tahun 2011 yang tercatat sebesar 13,9 per 1.000 kelahiran hidup.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
15
Gambar 3. :Trend Angka Kematian Bayi ayi dan Anak Balita (AKB/AKABA) per 1000 kelahiran hidup
25 20 17,2 14,7
15
14,8
15,2 13,2
Bayi
10 5 2,4
1,8
2,2
2,1
0 2007
3.1.3
2008
2009
2010
0,76 2011
Jumlah Kematian Ibu Jumlah kematian ibu ( AKI ) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pela pelayanan yanan kesehatan terutama untuk kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas. Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memendang lamanya keha kehamilan milan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab sebab-sebab sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lain lain-lain lain (Budi Utomo 1985). Angka Kematian ibu maternal di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 2 sebanyak 13 Kasus, dengan rincian Kematian Ibu Hamil (5
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
16
Kasus) Kematian Ibu Bersalin (3 Kasus) dan kematian Ibu Nifas (5 kasus)..
Gambar 4 4. :Trend Jumlah Kematian Ibu di Kab. Mamuju Tahun 2007-2011 25 20
21 18
15
15 13
10
10
5 0 2007
3.2.
2008
2009
2010
2011
Angka Kesakitan 3.2.1. Cakupan Penemuan & Penanga Penanganan nan Penderita Penyakit “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) per 100.000 Penduduk. Surveilans AFP pada hakekatnya adalah pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan bukan karena trauma. Kabupaten mamuju pada tahun 2011 tidak ditemukan emukan jumlah penderita AFP.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
17
3.2.2. Prevalensi Tuberkulosis TB atau yang dulu dikenal TBC adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobecterium Tuberculosis). TB dapat menyerang siapa saja, terutama menyerang usia produktif/masi produktif/masih aktif bekerja (15-50 50 tahun) dan anak-anak. anak.
3.2.3. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Berdasarkan Laporan Bidang P2PL Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ di Kabupaten Mamuju pada tahun 2011 sebanyak 326 kasus dari 705 kasus yang diperkirakan atau sebesar 46,24%.
Gambar 5. :Trend Jumlah Penemuan Penderita Baru TB BTA+ di Kab. Mamuju Tahun 2007-2011
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
18
3.2.4.
Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+ TB dapat menyebabkan kematian, apabila tidak diobati, 50% dari pasien akan meninggal setelah 5 tahun. Keberhasilan pelaksanaan program penanggulangan TB Paru dapat diukur dari pencapaian angka kesembuhan penderita. Pada Tahun 2011 Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA+ di Kabupaten Mamuju sebesar 95,65 %. Laki-laki (96,97%) Perempuan (93,33%)
3.2.5.
Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani Sampai saat ini diketahui bahwa 80% - 90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan Pneumonia dan Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian bayi dan balita. Pada tahun 2011 jumlah perkiraan penderita pneumonia pada balita sebanyak 4.212 dengan jumlah penderita balita dan balita
yang ditemukan dan ditangani adalah
556 dengan
persentasi 13,2%.
3.2.6.
Persentase HIV/AIDS ditangani Penyakit HIV/AIDS yang 30 tahun lalu sama sekali belum dikenal,
tapi
saat
ini
sudah
sangat
memprihatinkan
kelangsungan hidup manusia. Epidemi AIDS telah menyebar dengan sangat cepat dan melanda hampir seluruh negara di dunia.
Saat
ini
Indonesia
mengalami
epidemi
yang
berkembang paling cepat di Asia.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
19
Sampai dengan 30 Juni 2009, Departemen Kesehatan sudah melaporkan secara kumulatif kasus AIDS sebesar 17.699 orang dan dilaporkan dari 32 provinsi serta 300 Kab/Kota. Berdasarkan laporan dari Bidang P2PL Dinkes Kab. Mamuju Tahun 2011 tidak ada kasus HIV/AIDS yang ditangani. Akan tetapi hal ini harus tetap menjadi perhatian kita mengingat adanya
fenomena
“Gunung
Es”
dan
tidak
tertutup
kemungkinan ada kasus yang tidak terlapor dan akan ada bahkan cenderung akan terus meningkat di masa yang akan datang.
3.2.7.
Persentase Infeksi Menular Seksual Diobati Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah salah satu penyakit
infeksi
yang
disebabkan
oleh
faktor
perilaku
seseorang akibat hubungan seksual. Penyakit ini biasanya sering terjadi pada daerah – daerah perkotaan karena penyakit ini erat kaitannya dengan keberadaan sarana / tempat – tempat hiburan seperti diskotik, Bartempat penginapan atau hotel sebagai sarana prostitusi bagi wanita tuna susila ( WTS ). Pada tahun 2011 jumlah Infeksi Menular Seksual (IMS) sebanyak 630 kasus , laki-laki (241 kasus) perempuan (389 kasus). Hal ini mengalami peningkatan dari jumlah kasus pada tahun 2010 yaitu sebanyak 493 Kasus.
3.2.8.
Darah Donor Diskrining terhadap HIV Jumlah pendonor di UTD RSUD Mamuju tahun 2011 menurut jenis kelamin sebanyak 930 orang dengan rincian laki – laki
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
20
sebanyak 751 orang dan perempuan 179 orang. Banyaknya jumlah
pendonor
di
RSUD
Mamuju
semua
dilakukan
pemeriksaan sampel darah baik laki – laki maupun perempuan (100%). Dari hasil pemeriksaan
ditemukan postif HIV
sebanyak 3 orang, laki-laki (2 orang) perempuan (1 orang).
3.2.9.
Kasus Diare Ditangani Diare merupakan penyakit menular berbasis lingkungan. Penyakit ini akan tinggi apabila kondisi sanitasi lingkungan yang rendah dan tidak memenuhi syarat – syarat kesehatan. Jumlah kasus diare pada tahun 2011 sebanyak 18.425, lakilaki (9.327) perempuan (9.098), dari 13.850 kasus yang diperkirakan.
3.2.10. Prevalensi Kusta Jumlah Kasus Penyakit Kusta di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 tercatat sebanyak 32 kasus dengan rincian PB 4 kasus dan MB 28 kasus. Sedangkan prevalensi penyakit kusta sebesar 0,9 per 10.000 penduduk.
3.2.11. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Persentase penderita kusta selesai berobat baik dari penderita kusta yang tercatat pada tahun 2009 dan 2010 yang berjumlah 14 orang sebesar 100%.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
21
3.2.12. Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengn Imunisasi (PD3I) Program Imunisasi merupakan salah satu bentuk pencegahan penularan penyakit menular. Pada tahun 2011 Berdasarkan laporan
dan
catatan
Bidang
P2PL
Dinas
Kesehatan
Kabupaten Mamuju tidak terdapat kasus penyakit menular yang di cegah dengan imunisasi (PD3I).
3.2.13. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per100.000 Penduduk Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit menular bersifat akut yang disebabkan oleh virus Dengue, yang ditularkan melalui perantaraan vektor (nyamuk Aedes Aegypti). Jumlah kasus DBD di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 sebanyak 173 kasus , laki-laki (64 kasus) perempuan (109 kasus). Kasus DBD pada tahun 2011 terbanyak ditemukan di Kecamatan Kalukku (81 kasus), Kecamatan Karossa (66 kasus), Kecamatan Topoyo (17 kasus) dan Kecamatan Mamuju (9 kasus). Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue tahun 2011 sebesar 51,34 per-100.000 penduduk
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
22
Gambar 5. :Trend Jumlah kasus DBD di Kab. Mamuju Tahun 2007-2011 120 100
91
80 60 40
37 25
20 0
8
2 2007
2008
2009
2010
2011
3.2.14. Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) Dari 173 kasus DBD yang ditemukan di Kabupaten Mamuju pada tahun 2011 tercatat ada 1 Kematian akibat DBD yang berasal dari Kecamatan Mamuju.
3.2.15. Angka Kesakitan Malaria per per-1.000 Penduduk Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Walaupun angka kesakitan dan kematian akibat malaria di Indonesia saat ini cenderung menurun, namun demikian Pemerintah memandang malaria masih merupakan ancaman terhadap status keseha kesehatan tan masyarakat terutama pada masyarakat yang hidup di daerah terpencil. Kab. Mamuju yang mana sebagian besar wilayahnya masih tergolong daerah terpencil memiliki Angka Kesakitan Malaria sebesar 4,1 per 1000 Penduduk
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
23
3.2.16. Angka Kematian Malaria Di Kabu Kabupaten paten Mauju pada tahun 2012 tidak ditemukan Kematian akibat Malaria.
3.2.17. Kasus Penyakit Filariasis Ditangani Berdasarkan
laporan
Bidang
P2PL
Dinas
Kesehatan
Kabupaten Mamuju Tahun 2011 tidak ditemukan penderita Filariasis. Gambar 6. :Trend Jumlah kasus Filariasis di Kab. Mamuju Tahun 2007-2011 6 6 5 4 3 2 1
0
0
0
2007
2008
2009
0
0 2010
2011
3.3. Status Gizi 3.3.1. Persentase Berat Bayi Lahir Rendah Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan ( premature ) disamping itu
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
24
juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (Usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, Hipertensi dan keadaan – keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang .” ( Pringgardani,SpA). Berat badan Lahir Rendah ( < 2.500 gram ) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. Barker dkk dalam Hardiansyah dkk ( 2000 ) mengungkapkan
bahwa
BBLR
mempunyai
dampak
yang
kompleks sampai usia dewasa antara lain meningkatkan resiko terkena penyakit jantung koroner, Diabetes mellitus, gangguan metabolik dan kekebalan tubuh serta ketahanan fisik yang resultantenya adalah beban ekonomi individu dan masyarakat. Berdasarkan catatan dan laporan Bidang Bina Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Tahun 2011 jumlah bayi lahir yang ditimbang sebanyak 6.337 dari jumlah lahir hidup 6.601 dengan persentase bayi ditimbang 96 % Jumlah bayi lahir BBLR pada tahun 2011 sebanyak 147 bayi dengan persentase 2,3% mengalami peningkatan dari tahun 2010 (1,79%)
3.3.2. Persentase Balita dengan Gizi Kurang
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
25
Masalah gizi kurang atau kurang energy protein ( KEP ) adalah masalah
gizi
berkembang,
yang
banyak
gangguan
ini
diderita dapat
oleh
dilihat
anak dari
dinegara kurangnya
pertumbuhan berat badan atau tinggi badan anak sesuai dengan pertumbuhan umur. Dikatakan gizi buruk apabila berat badan menurut umur tidak sesuai dengan berat badan normal atau kurang <-3 standar deviasi (SD). Jumlah kasus Gizi Kurang di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 sebanyak 1.774 atau 7,18%
3.3.3. Persentase Balita dengan Gizi Buruk Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Anak balita atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan ( standar ) yang telah ditetapkan. pengertian busung lapar adalah keadaan yang terjadi akibat kekurangan pangan dalam kurun waktu tertentu pada satu wilayah, sehingga mengakibatkan kurangnya asupan gizi yang di perlukan, yang pada akhirnya berdampak pada kondisi status gizi menjadi gizi buruk. Jumlah Balita Gizi Buruk di wilayah Kabupaten Mamuju Tahun 2011 sebanyak 59 Balita atau 0,24%, mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2010 sebanyak 18 kasus atau 0.08%.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
26
BAB IV PENCAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
4.1. Pelayanan Kesehatan 4.1.1.
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 Cakupan K1 merupakan gambaran seberapa besar ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan
kesehatan
kesehatan.
Pelayanan
untuk
mendapatkan
yang
diberikan
oleh
pelayanan petugas
Kesehatan pada ibu hamil yang berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care ( ANC ) meliputi penimbangan, berat badan, pemeriksaan kehamilannya, pemberian tablet besi (fe), pemberian imunisasi TT dan konsultasi. Cakupan kunjungan K1 di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 sebesar 99,95%
4.1.2.
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 Sedang seberapa
K4
besar ibu
adalah hamil
merupakan
yang telah
gambaran
mendapatkan
pelayanan ibu hamil sesuai standar dengan paling sedikit 4 ( empat ) kali kunjungan selama kehamilan dengan kriteria sekali pada trisemester pertama, sekali pada trisemester kedua dan dua kali pada trisemester ketiga. Cakupan kunjungan K4 di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 sebesar 81,1%
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
27
4.1.3.
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Tenaga
yang
dapat
memberikan
pertolongan
persalinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional ( dokter spesialis, kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan ) dan dukun bayi ( dukun terlatih dan tidak terlatih). Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian terjadi pada masa di sekitar persalinan, salah satu cara untuk menghindari atau mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai potensi kebidanan. Cakupan kesehatan
Persalinan tahun
yang
2011
ditolong
sebesar
oleh
80%,
tenaga
mengalami
peningkatan dari tahun 2010 (66,95%) Gambar 7. :Trend Cakupan Persalinan di Tolong oleh Nakes di Kab. Mamuju Tahun 2007-2011 90 80
80
70
66,95
60
56,41
50
58,24
40 30 20 10 0 2008
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
2009
2010
2011
28
4.1.4.
Cakupan Pelayanan Nifas Cakupan kunjungan nifas merupakan perawatan ibu maternal
pasca
disamaartikan
persalinan,
dengan
Kunjungan
kunjungan
nifas
neonatus
sering karena
waktunya yang bersamaan. Penurunan angka kematian ibu dapat ditempuh dengan menciptakan kondisi ibu selama kehamilan, persalinan dan post – partum atau nifas menjadi aman dan terpantau oleh Petugas Kesehatan.
Cakupan Pelayanan Ibu Nifas tahun
2011 sebesar 82,9%
4.1.5.
Persentase Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil Persentase cakupan Imunisasi TT2+ Ibu Hamil tahun 2011 sebesar 79,4%. TT-1 (66,1%) TT-2 (51,6%) TT-3 (13,8%) TT-4 (6,0) TT-5 (8,0)
4.1.6.
Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe Pada tahun 2011 Persentase Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet Fe1 (30 tablet) sebesar 92,15% dan Persentase Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet Fe2 (90 tablet) sebesar 79,42%
4.1.7.
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
29
Diperkirakan sekitar 15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan
agar
komplikasi
kebidanan
dapat
segera
dideteksi dan ditangani Resiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan ibu hamil yang
mengancam
misalnya
umur,
kehidupannya
paritas,
interval
maupun dan
janinnya,
tinggi
badan.
Sedangkan yang dimaksud dengan komplikasi pada proses persalinan adalah keadaan dalam proses persalinan yang mangancam keadaan ibu maupun janinnya, misalnya perdarahan, preklamsia ( keracunan kehamilan ), infeksi jalan lahir, letak lintang, partus lama dan lain – lain. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani tahun 2011 berjumlah 573 kasus dari 1.631 perkiraan kasus komplikasi kebidanan atau sebesar 35,1%
4.1.8.
Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani Cakupan Neonatus Risti dengan komplikasi yang ditangani berjumlah
308
kasus
dari
990
perkiraan
Neonatus
Risti/Komplikasi atau sebesar 31,1%.
4.1.9.
Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi Cakupan pemberian Vitamin A pada Bayi usia 6-11 bulan tahun 2011 sebesar 41%.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
30
4.1.10. Cakupan Pemb Pemberian erian Vitamin A pada Anak Balita Cakupan pemberian Vitamin A pada Anak Balita banyak 2 kali sebesar 66,09% 4.1.11. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas Cakupan pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas tahun 2011 sebesar 77,04%
4.1.12. Persentase Peserta K KB B Aktif menurut Jenis Kontrasepsi Persentase peserta KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi Tahun 2011 yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sebesar 1,5%. %. Dan Non Metode Kontrasepsi Jang Jangka ka Panjang (Non MKJP) sebesar 98,5% 98
Gambar 8.
:
Persentase ntase
KB
Aktif
Manurut
Jenis
Kontrasepsi (MKJP) di Kab. Mamuju Tahun 2011
0,3 0 0,1 1,1
IUD
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
MOP
MOW
IMPLAN
31
Gambar 9.
:
Persentase
KB
Aktif
Manurut
Jenis
Kontrasepsi (Non MKJP) di Kab. Mamuju Tahun 2011
2,1 39,1 57,4
SUNTIK
PIL
KONDOM
4.1.13. Persentase KB Baru Jumlah Persentase KB Baru di Kabupaten Mamuju Tahun 2 2011 sebanyak 11.717 dari 60.745 Pasangan Usia Subur (PUS) atau sebesar 19,3%
4.1.14. Persentase KB Aktif Jumlah Persentase KB Aktif di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 sebanyak 45.134 dari 60.745 Pasangan Usia Subur (PUS) ata atau sebesar 74,3%
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
32
4.1.15. Cakupan Kunjungan Neonatus Cakupan kunjungan Neonatus 1 kali (KN1) tahun 2011 sebesar 95,3% Cakupan kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) tahun 2011 sebesar 78,2%.
4.1.16. Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan kunjungan Bayi (minimal 4 kali) tahun 2011 sebesar 99,2%
4.1.17. Cakupan Desa/Kelurahan “Universal Child Immunization” (UCI) Pencapaian Universal Child Imunization (UCI) pada dasarnya merupakan suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap dengan di tunjukkan pada cakupan Imunisasi campak dan polio. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan Wilayah tertentu (desa), hal ini berarti dalam Wilayah
tersebut
dapat
diprediksi
tingkat
kekebalan
masyarakat terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Cakupan desa UCI di Kabupaten Mamuju tahun 2011 sebesar 85,8%. Berdasarkan laporan dan catatan Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju, Bahwa jumlah Desa/Kelurahan UCI tahun 2010 sebesar 76% Tahun 2009 sebesar 20%.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
33
Gambar 10.
: Trend Cakupan Desa UCI di Kab. Mamuju M
100 90
85,8
80
76
70 60 50 40 30 20 10
30 15
0 2008
2009
2011
2010
4.1.18. Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Gambar 11 : Trend Cakupan imunisasi DPT1+HB1 120 100
100 91
91,7
85,3
80 60 39,4 40 20 0 2007
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
2008
2009
2010
2011
34
Gambar 12 : Trend Cakupan imunisasi DPT3+HB3 sebesar 90% 120 100
95,5 90
81
80
72,8
60 40 20
26,9
0 2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 13 : Trend Cakupan imunisasi Campak sebesar 91,5% 120 100
98,9
60
91,5
81
80 66,1
71,6
40 20 0 2007
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
2008
2009
2010
2011
35
Gambar 14 : Trend Cakupan Imunisasi munisasi BCG sebesar 91%
120 100 87,9
98,6
88
80
91 81,9
60 40 20 0 2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 15 : Trend Cakupan Imunisasi Polio3 di Kab. Mamuju 120 100
97,2 90,8
82
80 67,8
75,6
60 40 20 0 2007
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
2008
2009
2010
2011
36
4.1.19. Persentase Bayi yang Mendapat ASI Ekslusif ASI ( Air susu ibu ) merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur – unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak umur 2 tahun. ASI Ekslusif adalah memberikan
ASI saja kepada bayi
sejak lahir sampai 6 bulan. Pada tahun 2011 cakupan pemberian ASI Ekslusif sebesar 77,9% mengalami peningkatan dari tahun 2010 (72,84%). Meskipun
pemberian
ASI Eksklusif meningkat di tahun
2011 tetapi belum memenuhi target yang diharapkan yaitu 80%, perlu mendapat perhatian khusus dan memerlukan pemikiran dalam mencari upaya terobosan serta tindakan nyata
yang
harus
dilakukan
oleh
provider
dibidang
kesehatan dan semua komponen masyarakat dalam rangka penyampaian
informasi
maupun
sosialisasi
guna
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
4.1.20. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung Gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi Gizi selain dari ASI. MP-ASI harus segera diberikan mulai bayi berusia 6
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
37
bulan karena pada usia 6-12 bulan ASI hanya menyediakan ½ atau lebih kebutuhan Gizi bayi dan pada usia 12-24 bulan ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan Gizi bayi. MP-ASI dapat berasal dari bahan makanan lokal yang dibuat sendiri maupun yang berasal dari olahan pabrik dalam bentuk bungkusan, kaleng, atau botol.
4.1.21. Jumlah Balita Ditimbang Perkembangan keadaan gizi masyarakat yang dapat dipantau berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan tiap pemegang Program. Perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam hasil penimbangan balita setiap bulan di posyandu menunjukkan bahwa
pada tahun 2011 jumlah
Balita ditimbang (D) sebanyak 24.760 atau 58,8%. Cakupan Balita dengan BB naik (N/D) tahun 2011 sebesar 61,8% dan Cakupan Balita BGM sebesar 1,2%.
4.1.22. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Jumlah Balita Gizi buruk tahun 2011 berjumlah 59 orang dan yang mendapatkan perawatan berjumlah 59 orang. Cakupan Balita Gizi Buruk yang mendapatkan perawatan sebesar 100%
4.1.23. Cakupan Pelayanan Anak Balita Cakupan Anak Balita yang mendapat pelayanan kesehatan (minimal 8 kali) sebesar 71,5%
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
38
4.1.24. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Cakupan murid SD dan setingkat yang mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai standar di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 sebesar 42,8%
4.1.25. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Cakupan pelayanan kesehatan Usia Lanjut (60 Tahun+) tahun 2011 sebesar 71,91% dengan rincian laki-laki (74,69%) perempuan (69,11%)
4.1.26. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang harus diberikan pelayanan Kesehatan (RS) di Kab/Kota Persentase
sarana
kesehatan
dengan
kemampuan
pelayanan Gawat Darurat (Gadar) level 1 di Kabupaten Mamuju tahun 2011 berjumlah 11 buah, 1 buah Rumah Sakit Umum dan 10 buah puskesmas perawatan atau sebesar 100%.
4.1.27. Desa Kelurahan Terkena KLB yang ditangani
24 jam
Selama tahun 2011 tercatat ada 1 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare tepatnya pada bulan Februari terjadi di Kecamatan Karossa, khususnya di Desa Kayucalla wilayah kerja puskesmas Durikumba.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
39
4.1.28. Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di Desa Kayucalla Kecamatan Karossa menyebabkan kematian (1 orang) dengan penderita yang tercatat berjumlah 4 orang dari 584 penduduk di Desa tersebut.
4.2.29. Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Jumlah seluruh kegiatan penyuluhan kelompok yang dilaksanakan selama Tahun 2011 sebanyak 857 kali yang berasal dari kegiatan penyuluhan 29 Puskesmas.
4.2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 4.2.1.
Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Berdasarkan Laporan dan Catatan Bidang Bina Upaya Pelayanan Kesehatan
Kabupaten Mamuju Tahun 2011
Jumlah peserta Jaminan Kesehatan Pra Bayar (Askes) sebanyak 19.234 dan Peserta Jaminan Kesehatan Pra Bayar (Askeskin/Jamkesmas) sebanyak 123.352. Secara keseluruhan cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar sebesar 42,31%
4.2.2.
Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) Upaya pelayanan kesehatan pada masyarakat di lakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan. Puskesmas dipersiapkan untuk pelayanan kesehatan dasar terutama pelayanan
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
40
rawat jalan, sedangkan rumah sakit disamping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk rawat inap juga melayani kunjungan rawat jalan Berdasarkan Laporan Bidang Bina Upaya pelayanan Kesehatan
di Dinas Kesehatan Kabupaten Tahun 2011,
Jumlah Kunjungan Rawat jalan Masyarakat Miskin yang mendapatkan
Pelayanan
93.704 atau sebesar
Kesehatan
Dasar
sebanyak
76%. Dan pelayanan Kesehatan
Rujukan sebanyak 1.416 atau sebesar 1,1%.
4.2.3.
Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) Pelayanan
rawat
inap
bagi
masyarakat
yang
mendapat gangguan kesehatan berat. Dari 29 Puskesmas yang ada di Kabupaten Mamuju terdapat 10 puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan Rawat Inap. Cakupan
pelayanan
kesehatan
rawat
inap
yang
mendapatkan pelayanan kesehatan dasar sebesar 76% dan cakupan
pelayanan
kesehatan
rawat
inap
yang
mendapatkan pelayanan kesehatan rujukan sebesar 1,1%.
4.2.4.
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jumlah kunjungan rawat jalan di puskesmas sebanyak 388.061 dan jumlah kunjungan rawat jalan di Rumah sakit Umum Daerah sebanyak
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
20.938. secara keseluruhan
41
Jumlah kunjungan rawat jalan di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 sebanyak 408.999. Jumlah kunjungan rawat Inap di Puskesmas sebanyak 2.441 dan jumlah kunjungan rawat inap di rumah sakit Umum daerah sebanyak 6.492. Jumlah seluruh kunjungan rawat Inap di kabupaten Mamuju Tahun 2011 sebanyak 8.933
4.2.5.
Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Laporan Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten
Mamuju
Tahun
2011
tidak
ada
kunjungan gangguan jiwa. Salah satu Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah masih adanya masyarakat yang beranggapan bahwa kesehatan jiwa belum menjadi alasan penting
untuk
datang
berobat
kesarana
pelayanan
kesehatan. Dari permasalahan tersebut, upaya yang perlu dilakukan
adalah
peningkatan
pembinaan
kesehatan jiwa disarana kesehatan milik
program pemerintah
ataupun milik swasta, pelatihan / refressing bagi dokter dan paramedis
puskesmas
terutama
upaya
promotif
dan
preventif serta peningkatan pelaksanaan sistem monitoring dan evaluasi maupun pencatatan pelaporan program kesehatan jiwa.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
42
4.2.6.
Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit Angka kematian Pasien di Rumah Sakit untuk tiap-tiap 1.000 penderita keluar (GDR) Tahun 2011 sebesar 2,7.
4.2.7.
Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Untuk melengkapi Indikator Standar Pelayanan Minimal sebagai salah satu indikator pelayanan publik dalam penyusunan profil ini, disajikan hasil pengumpulan dan analisis data dirumah sakit Kabupaten Mamuju sebagai jenis rumah sakit Type D. Persentase pemakaian tempat atau Bed Occupancy Rate (BOR) di Rumah Sakit Tahun 2011 sebesar 69,8%. Ratarata lama rawatan (dalam satuan hari) seorang pasien atau Length of Stay (LOS) di Rumah Sakit Tahun 2011 sebesar 4,1%. Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya atau Turn Over Interval (TOI) sebesar 1,8%
Tabel 5 : Indikator Pelayanan Rumah Sakit Kabupaten Mamuju Tahun 2011 No 1
Nama Rumah Sakit Rumah Sakit Pemerintah
BOR
LOS
TOI
GDR
69,8
4,1
1,8
2,7
( RSUD Kab. Mamuju )
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
43
4.3. Perilaku Hidup Masyarakat 4.3.1.
Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS. Rumah Tangga ber-PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku indikator,
hidup bersih dan sehat, yang meliputi 10 yaitu
pertolongan
persalinan
oleh
tenaga
kesehatan, bayi diberi ASI Ekslusif, Balita ditimbang setiap bulannya, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. Berdasarkan laporan dari puskesmas
yang telah
melaksanakan pembinaan dan pendataan Rumah Tangga ber PHBS. Jumlah Rumah Tangga yang telah dipantau sebanyak 15.221 RT dari 75.746 RT yang ada di Kabupaten Mamuju atau sebesar 20,1%. Yang telah ber-PHBS sebanyak 11.279 RT atau sebesar 74,1 %.. Akan tetapi dari data yang ada diatas belum mencakup seluruh puskesmas yang ada dimana hanya 7 dari 29 puskesmas yang memasukkan laporan hasil pantauan RT ber-PHBS.
4.4. Keadaan Lingkungan 4.4.1.
Persentase Rumah Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
44
nyaman
agar
meningkatkan lingkungan
penghuninya produktifitas.
yang
tidak
dapat
berkarya
Konstruksi
memenuhi
untuk
rumah
syarat
dan
kesehatan
merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit yang berbasis lingkungan. Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat preventif, promotif dan kuratif. Namun yang menjadi permasalahan utama pada umumnya yaitu masih rendahnya jangkauan program. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh berbagai faktor antara lain : masih kurangnya
tenaga
promosi
di
lapangan,
terbatasnya
anggaran serta akses terhadap lingkungan yang masih rendah. Pada tahun 2011 jumlah Rumah Tangga sehat 11.279 dari 15.221 Rumah Tangga yang diperiksa atau persentase Rumah Sehat sebesar 74,1%.
4.4.2.
Persentase
Rumah/Bangunan
yang
Diperiksa
Jentik
Nyamuk Aedes Secara
umum
rumah
dikatakan
sehat
apabila
memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah bebas jentik nyamuk aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit demam berdarah dengue. Penyakit ini dapat menyerang
semua
orang
dan
dapat
mengakibatkan
kematian terutama pada anak serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
45
Untuk
mencegah
dan
mengendalikan
populasi
nyamuk aedes ini yang menjadi vektor DBD adalah digalakkan upaya Pemberantasan sarang Nyamuk ( PSN) melalui kegiatan 3 M ( Menguras, Menutup, Mengubur ) secara terus menerus yang melibatkan peran serta masyarakat. Berdasarkan Laporan dan Catatan Bidang P2PL Dinas Kabupaten Mamuju tahun 2011 tidak dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk Aedes.
4.4.3.
Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan Lingkungan fisik dan biologis berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, Terutama terlihat dari masih tingginya kesakitan penduduk yang disebabkan penyakit berbasis lingkungan. Timbulnya penyakit yang berbasis lingkungan diantaranya diare, typus dan penyakit parasit serta penyakit lainnya akibat mutu lingkungan yang kurang sebagai
dampak
dari
pencemaran
lingkungan
dan
pertambahan penduduk yang tidak terkendali. Upaya untuk menekan penyakit berbasis lingkungan dengan penyediaan air bersih serta pembuangan kotoran manusia yang memenuhi syarat kesehatan, Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah dan tinja yang tidak memenuhi
syarat
kesehatan
berpengaruh
langsung
terhadap rendahnya kualitas air, serta dapat menimbulkan penyakit menular di masyarakat.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
46
Penyediaan air bersih ( Water Supply ) dapat menjadi media penularan penyakit . Oleh karena sarana yang tidak memenuhi syarat akan tercemar oleh bakteriologis sehingga berpotensi
menimbulkan
penyakit.
Untuk
menghindari
penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi air yang tidak memenuhi syarat kesehatan, Maka harus menggunakan sarana yang menurut standar kesehatan berbagai sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk baik untuk keperluan air minum, masak, mencuci, dan keperluan lainnya. Berdasarkan Laporan dan Catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Tahun 2011 Bidang P2PL,
Bahwa
jumlah keluarga yang diperiksa dengan kepemilikan Akses Air Bersih sebesar 75.746 (100%)
4.4.4.
Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Saluran pembuangan air limbah adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan dikamar mandi, tempat mencuci, dapur dan lain – lain bukan dari jamban.
SPAL
yang
sehat
hendaknya
memenuhi
persyaratan sebagai berikut: 1) Tidak mencemari sumber air bersih ( jarak air dari air bersih minimal 15 meter) 2) Tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat) 3) Tidak menimbulkan bau
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
47
4) Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan ( tidak bocor sampai meluap).
Berdasarkan Laporan dan catatan Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Tahun 2011 Jumlah KK sasaran sebanyak 75.746 yang memiliki sarana Sanitasi Dasar
berupa
Jamban
sebanyak
37.436
dan
yang
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 30.964 atau sebesar 82,7%. Jumlah keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar berupa tempat sampah yaitu 28.281 dan yang memenuhi syarat kesehatan berjumlah 11.723 atau sebesar 41,5%. Jumlah keluarga dengan kepemilikan sarana pengelolaan air limbah yaitu 29.171 dan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 9.179 atau sebesar 31,5%. Untuk menunjang keberhasilan kegiatan sarana sanitasi dasar di kabupaten mamuju maka berbagai upaya kegiatan dilakukan
meliputi
pembangunan,
perbaikan,
dan
penggunaan sarana sanitasi seperti jamban, tempat sampah dan saluran pembuangan air limbah dilingkungan kita namun masih banyak terdapat permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan sarana dan prasarana penyehatan lingkungan, yaitu : 1. Air hanya dipandang sebagai benda 2. Keterbatasan kemampuan pemerintah 3. Penyehatan lingkungan belum menjadi perhatian dan prioritas
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
48
4. Estimasi dalam hal penganggaran sangat jauh dari yang diharapkan
4.4.5.
Persentase
Tempat-Tempat
Umum
dan
Pengelolaan
Makanan (TUPM) Sehat. Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas. Yang dimaksud dengan tempat umum adalah suatu tempat yang dimanfaatkan oleh masyarakat umum seperti hotel / penginapan, restorant / rumah makan, toko, pasar, salon kecantikan, terminal, tempat wisata,tempat ibadah Dll. Berdasarkan Laporan yang masuk tahun 2011 per dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat yang ada di Kabupaten Mamuju Jumlah TUPM yang ada sebanyak 525 buah yang diperiksa sebanyak 127, dan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 86 buah atau sebesar 67,72%.
4.4.6.
Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Berdasarkan Laporan dan Catatan Dinas Kesehatan Bidang Promosi Kabupaten Mamuju Tahun 2011, Jumlah Institusi yang ada di Kabupaten Mamuju sebanyak 1.692 dan yang dibina sebanyak 1.101 dengan persentase 65,1%.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
49
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
5.1.
SARANA KESEHATAN 5.1.1. Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat Selama tahun 2011, Seksi Farmasi dan POM telah melakukan penyusunan rencana / usulan kebutuhan obat PKD (Pelayanan Kesehatan Dasar) berdasarkan data/laporan LPLPO atau LB-2 dari GFK dan PKM secara terkoordinasi. Konsep penyusunan rencana
kebutuhan
”Konsumsi”
obat
PKD
menggunakan
Metode
yaitu berdasarkan pemakaian obat yang ada.
Konsep ini ditunjang dengan melihat asumsi yang ada seperti laju pertumbuhan penduduk Mamuju yang dipatok pada angka 5% pertahun serta asumsi Standar skala nasional tentang biaya pelayanan kesehatan sekitar Rp. 9000,- / kapita, Asumsi lainnya yang dijadikan acuan dalam penyusunan rencana kebutuhan obat PKD antara lain waktu tunggu (lead – time) yaitu waktu yang diperhitungkan terhadap ketersediaan obat di GFK dari proses pemesanan hingga obat tersebut ada dalam gudang Farmasi dan siap di distribusikan . Rata – rata lead time dipatok pada 3 sampai 6 bulan. Adapun kendala yang ditemukan yaitu masih kurangnya sumber daya manusia yang mengerti tentang dunia obat – obatan ditingkat puskesmas, sehingga penanganan obat – obatan sering ditangani oleh sumber daya yang tidak sesuai bidangnya, mengakibatkan banyaknya pemakaian obat yang tidak rasional di puskesmas. Oleh karena itu diharapkan ada solusi,
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
50
mengingat obat merupakan obyek yang sangat berperan pada pelayanan kesehatan , maka pelatihan tentang manajemen obat mutlak dilaksanakan agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang siap pakai. Untuk ketersediaan obat baik ditingkat Kabupaten (Gudang Farmasi) maupun di tingkat puskesmas
dan jajarannya
sepanjang tahun 2011, masih dalam keadaan cukup.
5.1.2. Jumlah
Sarana
Pelayanan
Kesehatan
Menurut
Kepemilikan/Pengelola Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan
kegiatan
promosi
kesehatan,
kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) termaksud
keluarga
berencana
(KB),
perbaikan
gizi,
pemberantasan penyakit menular dan pengobatan. Beberapa puskesmas
yaitu
puskesmas
perawatan,
selain
penyelenggarakan pelayanan kesehatan seperti puskesmas pada umumnya, juga menyediakan fasilitas pelayanan rawat inap. Dengan demikian puskesmas perawatan juga berfungsi sebagai “pusat rujukan antara” yang melayani penderita gawat darurat sebelum dirujuk kerumah sakit. Jumlah puskesmas di Kabupaten Mamuju tahun 2011 sebanyak 29 buah dengan kepemilikan Pemerintah Kabupaten yang terdiri dari 10 buah puskesmas Perawatan dan 19 puskesmas non perawatan. Puskesmas keliling sebanyak 25 buah, dengan kepemilikan Kemenkes 2 buah, dan kepemilikan Pemerintah Kabupaten sebanyak 23 buah. Jumlah Poskesdes sebanyak
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
51
171
buah
dengan
kepemilikan
Pemerintah
Kabupaten.
Posyandu berjumlah 392 buah dengan kepemilikan swasta. Sedangkan Rumah Sakit Umum sebanyak 2 buah dengan kepemilikan Pemerintah Provinsi (1 buah) dan Pemerintah Kabupaten (1 buah). 5.1.3. Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar. Jumlah sarana Pelayanan Kesehatan labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 sebanyak 2 buah yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kab. Mamuju (1 buah) dan Rumah Sakit Regional (1 buah).
5.1.4. Posyandu Menurut Strata Posyandu
merupakan
salah
satu
bentuk
Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan
pembangunan
kesehatan,
guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar,
utamanya
untuk
mempercepat
penurunan
angka
kematian ibu dan bayi. Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1997, berpengaruh terhadap kinerja posyandu yang turun secara bermakna. Dampaknya terlihat pada menurunnya status gizi dan kesehatan masyarakat. Menyikapi kondisi tersubut, pemerintah
telah
mengambil
langkah
bijak
dengan
mengeluarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
52
441.3/1116/SJ/ tanggal 13 Juni 2011 tentang Revitalisasi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Sasaran Revitalisasi Posyandu adalah seluruh posyandu posyand di Seluruh Indonesia. Menyikapi hal tersebut Pemerintah Kabupaten Mamuju dalam hal Ini Bapak Bupati mengeluarkan Instruksi Bupati Mamuju pada hari Gerak PKK ke 34 tanggal 17 Februari 2007 untuk Merevitalisasi Posyandu Di Kabupaten Mamuju. Jumlah posyand posyandu u tahun 2011 sebanyak 392 buah mengalami peningkatan dibanding tahun 2010 yaitu 375 dan tahun 2009 sebanyak 334 buah. Persentase Posyandu Aktif tahun 2011 sebesar 7,91% mengalami peningkatan dari Tahun 2010 (1,6%)
Gambar 16.
:
Persentase
Posyandu
Menurut ut
Strata
di
Kabupaten Mamuju Tahun 2011 0,76 7,14 39,8
52,3
PRATAM A MADYA
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
53
5.1.5. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) Pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM seperti Poskesdes dan Posyandu. Kabupaten Mamuju memiliki 131 Desa/Kelurahan Siaga dari 155 Desa/Kelurahan atau sebesar
84,52%.
Sedangkan
Jumlah
Desa
Siaga
Aktif
sebanyak 30 Desa/Kelurahan atau 23,66%. Sedangkan Jumlah Poskesdes sebanyak 171 buah dan Posyandu sebanyak 392 buah.
5.2.
TENAGA KESEHATAN 5.2.1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis (Dokter Umum, Spesialis, Dokter Gigi) di Sarana Kesehatan Untuk membantu pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
serta
dalam
kesehatan
masyarakat,
upaya mendekatkan pelayanan Pemerintah
telah
mengangkat
dokter/dokter gigi dan bidan sebagai Pegawai tidak tetap dengan masa bakti selama tiga tahun, baik yang diangkat oleh pemerintah pusat dalam hal ini adalah Depkes RI atau dengan cara lain. Pemerintah kabupaten juga diberikan kewenangan untuk mengangkat Dokter/ Dokter Gigi sebagai Pegawai tidak tetap Daerah (PTTD) yang dibiayai oleh APBD masing-masing. Jumlah dokter umum di wilayah kerja dinas kesehatan kab. Mamuju tsebanyak 51 orang yang tersebar di 29 Puskesmas dan 17 orang dokter umum yang ada di RSUD Kab. Mamuju, sehingga total dokter umum yang ada di kabupaten
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
54
Mamuju tahun 2011 sebanyak 68 orang. Rasio Dokter Umum terhadap 100.000 pddk sebesar 20,2. Jumlah dokter spesialis yang ada di Rumah Sakit sebanyak 8 orang, Spesialis kandungan (1 orang), Spesialis Bedah (3 Orang) Spesialis anak (1 orang), Spesialis Penyakit Dalam (1 orang), Spesialis THT (1 orang) Spesialis Patologi Klinik (1 orang). Rasio Dokter Spesialis terhadap 100.000 penduduk sebesar 2,4. Jumlah Dokter Gigi yang ada di wilayah kerja dinas kesehatan Kab. Mamuju sebanyak 20 orang yang tersebar di 16 Puskesmas. Sedangkan jumlah dokter Gigi yang ada di RSUD Kab. Mamuju sebanyak 3 orang, sehingga jumlah dokter gigi di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 sebanyak 23 orang. Rasio Dokter Gigi terhadap 100.000 penduduk adalah 6,8.
5.2.2. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan (Bidan, Perawat) di Sarana Puskesmas Jumlah Bidan yang ada di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 sebanyak 217 orang, Puskesmas (194 orang) RSUD Kab. Mamuju (23 orang). Rasio Tenaga Bidan terhadap 100.000 penduduk sebesar 64. Jumlah Perawat yang ada di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 sebanyak 394 orang. Puskesmas (238) RSUD Kab. Mamuju (156 orang). Rasio tenaga perawat terhadap 100.000 penduduk yaitu 117.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
55
5.2.3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian (Apoteker, Asisten Apoteker) di Sarana Kesehatan Jumlah Tenaga Apoteker di Kabupaten Mamuju tahun 2011 sebanyak 20 orang, puskesmas (6 orang) RSUD Kab. Mamuju (14 orang). Jumlah
Tenaga
Asisten
Apoteker
sebanyak
9
orang,
puskesmas (3 orang) dan RSUD Kab. Mamuju (6 orang). Secara keseluruhan jumlah Tenaga Kefarmasian yang ada di Kabupaten Mamuju sebanyak 29 orang. Rasio Jumlah Tenaga Kefarmasian dengan 100.000 penduduk sebesar 9.
5.2.4. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat (Kesmas, Sanitarian) di Sarana Kesehatan Jumlah tenaga Kesehatan Masyarakat (Kesmas) tahun 2011 sebanyak 21 orang, Puskesmas (12 orang) dan RSUD Kab. Mamuju (9 orang). Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat (Kesmas) terhadap 100.000 penduduk sebesar 6,2. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat (Sanitarian) tahun 2011 sebanyak 25 orang, puskesmas (22 orang) dan RSUD Kab. Mamuju (3 orang). Rasio Tenaga Kesehatan masyarakat (Sanitarian) terhadap 100.000 penduduk sebesar 7,4.
5.2.5. Jumlah dan Rasio Tenaga Teknis Medis dan Fisioterapis di Sarana Kesehatan Jumlah Tenaga Teknis Medis di Kabupaten Mamuju tahun 2011 sebanyak 20 orang dengan rincian jumlah Analisis Lab sebanyak 10 orang, jumlah Teknisi Elektro Medis & Pranata
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
56
Rontgen sebanyak 8 orang, dan Pranata Anastesi sebanyak 2 orang. Rasio Tenaga Teknis Medis terhadap 100.000 penduduk sebesar 5,9. Jumlah tenaga Fisioterapis di Mabupaten Mamuju tahun 2011 sebanyak 8 orang. Dengan rasio terhadap 100.000 penduduk sebesar 2,4. Tabel 6 :
Ketenagaan Kesehatan di Kab. Mamuju Tahun 2007-2011 TAHUN
TENAGA KESEHATAN Dokter Umum
2007
2008
16
24
47
70
68
4
3
3
8
Dokter Spesialis
2010
2009
2011
Dokter Gigi
2
9
19
23
23
Apoteker
7
6
8
14
20
Sarjana Kesehatan Masyarakat
23
24
31
29
21
Perawat
179
202
209
213
394
Bidan
61
71
110
220
217
Gizi
13
11
13
17
25
Sanitarian
16
20
11
32
25
317
371
451
621
801
JUMLAH
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
57
Tabel 7 : Kebutuhan Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Mamuju Berdasarkan Kep.Men.Kes. No. : 1202/Menkes/SK/VIII/2003. (Dihitung dengan asumsi pertambahan rasio tenaga kesehatan dan jumlah penduduk secara linear).
NO 1 2 2 3 5 6 7 8 9
5.3.
KEBUTUHAN KONDISI KETENAGAAN KETENAGAAN TAHUN TAHUN 2011 2012 68 8 23 20 21 394 217 25 25
KETENAGAAN Dokter Umum Dokter Spesialis Dokter Gigi Apoteker Sarjana Kesehatan Masyarakat Perawat Bidan Gizi Sanitarian
PEMBIAYAAN KESEHATAN 5.3.1. Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kabupaten/Kota Salah satu sumber daya yang sangat penting dalam mendukung berbagai aspek kegiatan pembangunan adalah sumber daya pembiayaan. pembiayaan
yang
ada
Pada tahun 2011 sumber
dikelola
pada
Dinas
Kesehatan
Kabupaten mempunyai sumber dari APBD-II terdiri dari : 1. Belanja langsung Dana Alokasi Umum (DAU) sebanyak: Rp. 5.294.180.050, Dana Alokasi Khusus DAK) sebanyak: Rp. 3.024.700.000, Dana Daerah (PAD) sebanyak:
Rp. 1.220.000.000,-
Dana fiskal
Rp. 2.750.719.100,-
lain –lain pendapatan daerah yang sah Rp. 9.925.000.000,Profil Kesehatan Kab.Mamuju
58
2. Belanja tidak langsung Gaji Pegawai (DAU)
Rp. 19.828.602.027,-
Berdasarkan rincian diatas, disebutkan bahwa Total Anggaran Dinas Kesehatan Kab. Mamuju yang bersumber APBD II sebanyak Rp. 42.043.201.177. Selain pembiayaan kesehatan yang bersumber dari APBD-II, sumber pembiayaan lain yang ada di Dinas Kesehatan Kab. Mamuju adalah yang berasal dari APBN sebanyak Rp. 8.712.286.000. Sehingga Total Anggaran Dinas Kesehatan Kab. Mamuju pada tahun 2011 sebanyak Rp. 50.755.487.177.
Gambar 17
: Trend Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju
Rp60.000.000.000 Rp50.755.487.177
Rp50.000.000.000
Rp46.746.203.279
Rp40.000.000.000
Rp40.426.748.003 Rp34.370.211.986
Rp30.000.000.000 Rp31.125.115.376
Rp20.000.000.000 Rp10.000.000.000 Rp2007
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
2008
2009
2010
2011
59
BAB VI PENUTUP
Dalam upaya mencapai Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju yaitu Mamuju Sehat Secara Merata, Bermutu dan Berkeadilan (Maju Serentak) salah satu sarana yang dapat digunakan adalah dengan melakukan Pelaporan, Pemantauan dan Evaluasii terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan.
Keberhasilan dan kegagalan suatu program tidak terlepas dari kinerja yang baik dan didukung oleh perencanaan yang baik dan realistis sesuai dengan tujuan sasaran. Oleh karena itu Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Tahun 2011 diharapkan mampu memberikan dan menyajikan data dan informasi kesehatan
yang ada di Wilayah Kabupaten Mamuju untuk
kemudian dapat dijadikan acuan dalam membuat perencanaan khususnya di bidang kesehatan.
A. Hambatan-Hambatan Adapun hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Program dan Kegiatan selama Tahun 2011, antara lain : 1. Adanya keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dari segi kuantitas maupun kualitas 2. Masih adanya daerah terpencil yang menyebabkan sulitnya akses pelayanan terhadap sarana kesehatan. 3. Masih kurangnya partisipasi atau kerjasama lintas sektor terhadap pelaksanaan kegiatan atau program yang mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
60
4. Fungsi manajemen yang masih perlu dibenahi secara komprehensif
B. Saran 1. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) 2. Penyusunan rencana tahunan dilakukan dengan berdasarkan pada kondisi dan kebutuhan secara lebih realistis dan objectif. 3. Peningkatan kemitraan dengan instansi terkait dan pihak swasta termasuk Organisasi Kemasyarakatan atau Lembaga Swadaya Masyarakat Akhirnya kepada semua pihak kami selalu mengharapkan bimbingan dan arahan untuk penyempurnaan dari Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan dapat dijadikan bahan acuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Mamuju.
Profil Kesehatan Kab.Mamuju
61