Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya atas tersusunnya Laporan Akuntabilitas Kinerja
Direktorat
Jenderal
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan Lingkungan Tahun 2012. Dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2012, dalam rangka melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Permenkes RI Nomor
2416/MENKES/PER/XII/2011
tentang
Petunjuk
Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan, Ditjen PP dan PL telah menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja sebagai bentuk
pertanggungjawaban
pelaksanaan
Program
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan Lingkungan Tahun 2012 dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan pada Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2010-2014 secara transparan dan akuntabel. Diharapkan laporan ini bisa memberikan informasi secara utuh kepada masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan mengenai pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan pada Tahun 2012. Saya mengharapkan saran dan masukan yang positif dari semua pihak dalam rangka peningkatan kinerja di masa yang akan datang. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012 ini.
Jakarta, Februari 2013 2012 Direktur Jenderal,
Maret
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE NIP 195509031980121001
i
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Tahun 2012
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL) Tahun 2012 ini merupakan laporan pertanggungjawaban kinerja Ditjen PP dan PL dalam melaksanakan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012 yang berorientasi kepada pencapaian tujuan dan sasaran
kinerja
Program
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan
Lingkungan
sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014. Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan memiliki sasaran menurunkan angka kesakitan, kematian dan akibat penyakit dengan melaksanakan 6 kegiatan, yaitu: Pembinaan Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra, Pengendalian Penyakit Menular langsung, Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Penyehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, serta Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Sebagai indikator keberhasilan sasaran pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan telah ditetapkan 10 (sepuluh) indikator kinerja sasaran program yang memiliki target pertahun selama 5 tahun (2010-2014). Pada dokumen Penetapan Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012 telah ditetapkan target dari 11 indikator kinerja Program PP dan PL. Jumlah Indikator menjadi 11 indikator karena ditambahkan satu indikator “Persentase Provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)” yang merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012 dalam melaksanakan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dapat dilihat dari hasil pengukuran indikator sasaran. Dari 11 indikator sasaran yang diukur, 10 indikator dapat mencapai target, dan hanya 1 indikator belum mencapai target yang telah ditetapkan. 10 Indikator yang mencapai target yaitu; kinerja Indikator Bayi Usia 0 – 11 Bulan yang Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap sebesar 102,1%, Jumlah Kasus TB (Per 100.000 Penduduk) sebesar 107,04%, Persentase Kasus Baru TB Paru (BTA Positif) yang Ditemukan sebesar 101,9%, Persentase Kasus Baru TB Paru (BTA Positif) yang Disembuhkan sebesar 104,5%, Angka Kesakitan Penderita DBD Per 100.000 Penduduk
ii
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Tahun 2012
sebesar 130,53%, Prevalensi Kasus HIV sebesar 166,67%, Jumlah Kasus Diare Per 1000 Penduduk sebesar 147,2%, Jumlah Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebesar 101,5%, Persentase Provinsi Yang Melakukan Pembinaan, Pencegahan, dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (SE, Deteksi Dini, KIE, dan Tata Laksana) sebesar 113,6% dan Persentase Provinsi Yang Memiliki Peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebesar 102,3%. Satu indikator yang tidak mencapai target adalah Angka Penemuan Kasus Malaria Per 1000 Penduduk sebesar 88,76%. Kebijakan-kebijakan Ditjen PP dan PL dalam melaksanakan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012 adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan advokasi, sosialisasi dan pengembangan kapasitas kepada pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota. 2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan profesionalisme pengelolaan sumber daya yang meliputi sumber daya manusia, anggaran dan sarana/prasarana. 3. Meningkatkan pelayanan pada kelompok masyarakat risiko tinggi, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan serta daerah bermasalah kesehatan. 4. Mengutamakan upaya program berbasis masyarakat. 5. Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan kerjasama yang baik dengan stakeholder terkait secara lintas program, lintas sektor, organisasi masyarakat, LSM maupun pihak swasta. 6. Meningkatkan dukungan sumber daya anggaran kesehatan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yang bersumber APBN dan BLN (hibah dan pinjaman). 7. Menyelenggarakan surveilans yang berjenjang dari daerah hingga ke pusat sehingga memberikan dukungan data dan informasi yang penting dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring evaluasi serta pelaporan. 8. Memprioritaskan pencapaian sasaran MDG’s, komitmen nasional dan internasional.
Ada beberapa masalah yang dihadapi dalam pencapaian indikator, sbb: 1. Kurangnya
komitmen
dari
pemerintah
daerah
provinsi/kab/kota
dalam
penyelenggaraan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan sehingga kebijakan pemerintah pusat kurang ditindaklanjuti oleh daerah. 2. Terbatasnya SDM Kesehatan secara kuantitas dan kualitas yang dimiliki oleh daerah sehingga upaya kesehatan kurang menjangkau ke masyarakat di daerah-daerah yang terpencil, kepulauan dan perbatasan.
iii
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Tahun 2012
3. Seringnya terjadi pergantian SDM di daerah yang menangani Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan sehingga menyebabkan pelaksanaan program menjadi tidak berkesinambungan. 4. Masih kurang KIE kesehatan khususnya Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan kepada masyarakat khususnya masyarakat di daerah terpencil, kepulauan dan perbatasan, sehinga perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih rendah. 5. Keterlambatan pemerintah daerah menyampaikan data dan laporan ke pusat.
Terhadap masalah-masalah yang dihadapi tersebut di atas, Ditjen PP dan PL akan melakukan upaya tindak lanjut sebagai berikut: 1. Meningkatkan advokasi dan sosialisasi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan kepada DPRD dan pemerintah daerah provinsi/kab/kota. 2. Meningkatkan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. 3. Mendorong dinas kesehatan provinsi untuk melaksanakan pelatihan-pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM kesehatan di tingkat provinsi, kab/kota dan Puskesmas. 4. Meningkatkan KIE kesehatan masyarakat yang menjangkau masyarakat di daerah terpencil, kepulauan dan perbatasan. 5. Meningkatkan koordinasi mekanisme pelaporan dari tingkat Puskesmas, Pemerintah Daerah Kab/Kota, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pusat.
iv
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
DAFTAR ISI halaman Kata Pengantar ..........................................................................................................
i
Ringkasan Eksekutif ..................................................................................................
ii
Daftar Isi ....................................................................................................................
v
Daftar Tabel ...............................................................................................................
vii
Daftar Grafik ..............................................................................................................
viii
BAB I
: PENDAHULUAN ................................................................................... A. B. C. D.
BAB II
BAB III
1
Latar Belakang ................................................................................ Maksud dan Tujuan ......................................................................... Tugas Pokok dan Fungsi ................................................................. Sistematika Penulisan .....................................................................
1 3 3 4
: PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ....................................
6
A. PERENCANAAN KINERJA ............................................................. 1. Rencana Aksi Program .............................................................. 2. Rencana Kinerja Tahunan .......................................................... B. PERJANJIAN KINERJA ...................................................................
6 6 9 10
: AKUNTABILITAS KINERJA ................................................................... A. PENGUKURAN KINERJA ............................................................... B. ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA ................................................. 1. Indikator Persentase Bayi Usia 0-11 Bulan Yang Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap ....................................................... 2. Indikator Angka Penemuan Kasus Malaria (Per 1.000 Penduduk) ........................................................... 3. Indikator Jumlah Kasus TB (Per 100.000 Penduduk) ............ 4. Indikator Persentase Kasus Baru TB Paru (BTA Positif) Yang Ditemukan .................................................................... 5. Indikator Persentase Kasus Baru TB Paru (BTA Positif) Yang Disembuhkan ............................................................... 6. Indikator Angka Kesakitan Penderita DBD Per 100.000 Penduduk ............................................................................... 7. Indikator Prevalensi Kasus HIV ............................................. 8. Indikator Julah Kasus Diare per 1.000 penduduk .................. 9. Indikator Jumlah Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ................................................ 10. Indikator Persentase Provinsi Yang Melakukan Pembinaan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (SE, Deteksi Dini, KIE dan Tata Laksana) .............................
12 12 13
v
13 16 19 22 24 30 32 38 41
45
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
11.
BAB IV
Indikator Provinsi Yang Memiliki Peraturan Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)………………………………......
51
C. SUMBER DAYA .............................................................................. 1. Sumber Daya Manusia ............................................................... 2. Sumber Daya Anggaran ............................................................. 3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana ........................................
55 55 58 60
: SIMPULAN ............................................................................................
62
LAMPIRAN
vi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
DAFTAR TABEL halaman Tabel 1
: Sasaran Program PP Dan PL Tahun 2010-2014 ......................................
Tabel 2
: Rencana Kinerja Tahunan Program Pengendalian Penyakit dan
Tabel 3 Tabel 4
Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7
Tabel 8
8
Penyehatan Lingkungan Tahun 2012 ......................................................
10
: Penetapan Kinerja Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012 .......................................................
11
: Pengukuran Kinerja Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012 ..........................................................................
12
: Perbandingan Target dan Capaian Angka Penemuan Kasus Malaria Per 1000 Penduduk Tahun 2010 - 2012 ..................................................
17
: Perbandingan Target dan Capaian Angka Kesakitan DBD Tahun 2010 - 2012 ...................................................................................
31
: Pagu dan Realisasi Anggaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012 .......................................................
59
: Barang Milik Negara Anggaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012 .......................................................
61
vii
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
DAFTAR GRAFIK halaman Grafik 1 : Perbandingan Persentase Bayi Usia 0-11 Bulan yang Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2012 .....................................................
14
Grafik 2 : Perbandingan Target dan capaian Angka Penemuan Kasus Malaria Per 1000 Penduduk Tahun 2010 - 2012 ..................................................
17
Grafik 3 : Perbandingan Target dan Realisasi Jumlah Kasus TB Per 100.000 Penduduk Tahun 2010 - 2012 .................................................................
20
Grafik 4 : Perbandingan Target dan Realisasi Angka Penemuan Kasus Baru TB Paru Per 100.000 Penduduk Tahun 2010 - 2012 .....................................
23
Grafik 5 : Angka Keberhasilan Pengobatan (success Rate) Tahun 2010 - 2012 .....
25
Grafik 6 : Perbandingan Target dan Capaian Angka Kesakitan Penderita DBD per 100.000 Penduduk Tahun 2010 - 2012 ..............................................
31
Grafik 7 : Perbandingan Target dan Pencapaian Prevalensi Kasus HIV Tahun 2010 - 2012 ..................................................................................
33
Grafik 8 : Perbandingan Target dan Realisasi Jumlah Kasus Diare Per 1000 Penduduk Tahun 2010 – 2012 .................................................................
40
Grafik 9 : Target dan Realisasi Jumlah Desa Yang Melaksanakan STBM Tahun 2010 - 2012 .................................................................................
42
Grafik 10 : Persentase Tingkat Pencapaian Kinerja Indikator Jumlah Desa Yang Melaksanakan STBM Tahun 2010 - 2012 ...............................................
42
Grafik 11 : Target dan Realisasi Indikator Persentase Provinsi Yang Melakukan Pembinan, Pencegahan, dan Penanggulangan PTM Tahun 2010 .............................................................................................
46
Grafik 12 : Target dan Realisasi Indikator Persentase Provinsi Yang Melakukan Pembinan, Pencegahan, dan Penanggulangan PTM Tahun 2010 - 2012 ...................................................................................
47
Grafik 13 : Perbandingan Pencapaian Provinsi Yang Memiliki Perda Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Tahun 2010 - 2012 ................................................... 52 Grafik 14 : Jumlah Pegawai Direktorat Jenderal PP dan PL Berdasarkan Jabatan Tahun 2012 ................................................................................
56
Grafik 15 : Jumlah Pegawai Direktorat Jenderal PP dan PL Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012 ...................................................................
56
Grafik 16 : Jumlah Pegawai Direktorat Jenderal PP dan PL Berdasarkan Golongan Tahun 2012 .............................................................................
57
viii
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Grafik 17 : Jumlah Pegawai Direktorat Jenderal PP dan PL Berdasarkan Pendidikan Tahun 2012 ..........................................................................
57
Grafik 18 : Jumlah Pegawai Direktorat Jenderal PP dan PL Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012 ......................................................................
58
ix
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia sebagaimana secara tegas diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945, yaitu pada pasal 28H bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pembangunan
kesehatan
merupakan
cermin
indikator
utama
keberhasilan
pembangunan Bangsa Indonesia, hal ini mengingat Human Development Index (HDI), Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM), serta Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan kesehatan. Bahkan dalam skala global, pentingnya kesehatan masyarakat juga telah diangkat sebagai faktor utama dalam memenuhi hak dasar manusia di dunia serta menjadi target utama dalam menjamin terwujudnya kesejahteraan, pembangunan masyarakat dan bangsa sebagaimana termuat dalam deklarasi Millenium Development Goals (MDGs). Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia, dan keluarga miskin. Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025 tahapan kedua (2010-2014), kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya
derajat
kesehatan
meningkatnya
kesehatan
gender,
dan
status
meningkatnya
kesehatan tumbuh
gizi
masyarakat,
kembang
optimal,
kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok, dan antar daerah. 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Pemerintah telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 dengan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010, dimana Pembangunan Kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tercantum dalam Bab II yaitu Bidang Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama. Menindaklanjuti Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tersebut di atas, dan dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 yang ditetapkan dengan SK Menkes No. 021/MENKES/SK/1/2011. Renstra Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan langsung oleh Kementerian Kesehatan maupun dengan mendorong peran aktif masyarakat untuk kurun waktu tahun 2010-2014. Salah satu program kesehatan yang menjadi fokus prioritas dibidang upaya pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular, diikuti penyehatan lingkungan adalah Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yang dilaksanakan oleh unit organisasi pelaksana tingkat eselon satu di Kementerian Kesehatan yaitu Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 menetapkan sasaran Program Pengendalian penyakit dan Penyehatan Lingkungan adalah menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL) sebagai unit pelaksana Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan berupaya untuk mencapai sasaran program yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014 dengan melaksanakan kegiatankegiatan yang berorientasi pada pencapaian sasaran dan tujuan program. Sebagai ukuran keberhasilan pencapaian sasaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan,
Renstra
Kementerian
Kesehatan
2010-2014
telah
menetapkan 10 indikator kinerja sasaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dengan target indikator sasaran secara bertahap setiap tahun mulai Tahun 2010 sampai Tahun 2014. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan setiap Instansi pemerintah sebagai unsur 2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
penyelenggara pemerintahan negara untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam melaksanakan misi dalam rangka mencapai visi/tujuan organisasi, Ditjen PP dan PL pada awal tahun 2013 ini berkewajiban untuk menyusun dan menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja kepada Menteri Kesehatan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012 dalam mencapai sasaran/tujuan program yang berasaskan akuntabilitas dan berorientasi pada pencapaian kinerja outcome. Laporan akuntabilitas kinerj Ditjen PP dan PL Tahun 2012 ini merupakan laporan pertanggungjawaban kinerja Ditjen PP dan PL dalam melaksanakan Program PP dan PL untuk mencapai sasaran sebagaimana telah tetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012 pada awal tahun. Pada dokumen Penetapan Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012 telah ditetapkan target dari 11 indikator kinerja Program PP dan PL. Jumlah Indikator menjadi 11 indikator karena ditambahkan satu indikator “Persentase Provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)” yang merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. LAKIP Ditjen PP dan PL tahun 2012 ini disusun dengan mengacu pada Permenkes Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan. B. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL ini adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja Direktur Jenderal PP dan PL secara tertulis kepada Menteri Kesehatan atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Ditjen PP dan PL pada Tahun 2012 dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan khususnya
Program
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan
Lingkungan
sebagaimana telah dirumuskan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014. C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, bahwa Ditjen PP dan PL mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi
3
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
teknis di bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Ditjen PP dan PL menyelenggarakan fungsi: 1. 2. 3. 4. 5.
Perumusan kebijakan di bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan; Pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan; Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan; Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan; dan Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Susunan organisasi Direktorat Jenderal PP dan PL berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Sekretariat Direktorat Jenderal; 2. Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra; 3. Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung; 4. Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang; 5. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular; 6. Direktorat Penyehatan Lingkungan. D. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal PP dan PL terdiri dari : 1.
Kata Pengantar
2.
Ikhtisar Eksekutif
3.
Daftar Isi
4.
BAB I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang penulisan laporan, maksud dan tujuan penulisan, tugas pokok dan fungsi Ditjen PP dan PL, serta sistematika penulisan laporan.
5.
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Bab ini menguraikan beberapa hal penting dalam perencanaan dan perjanjian kinerja Ditjen PP dan PL pada tahun 2012, meliputi : A. Perencanaan Kinerja:
4
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Uraian singkat tentang Rencana Aksi Program 2010-2014 dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Ditjen PP dan PL Tahun 2012. B. Perjanjian Kinerja : Uraian singkat tentang Penetapan Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012. 6.
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Pada bagian ini disajikan hasil pengukuran dan analisis pencapaian kinerja yang di dalamnya menjelaskan analisis per inidikator dengan mengungkapkan kegiatan-kegiatan yang terkait langsung dengan indikator maupun yang bersifat pendukung, termasuk di dalamnya menguraikan secara sistematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala, permasalahan yang dihadapi serta usulan pemecahan masalah yang akan diambil. Pada bagian ini disajikan juga beberapa sumber daya yang mendukung dalam pencapaian kinerja, seperti Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Anggaran, Sumber Daya Sarana dan Prasarana.
7.
BAB IV. SIMPULAN Mengemukakan tinjauan secara umum tentang keberhasilan dan kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang terkait dengan pencapaian kinerja Ditjen PP dan PL serta strategi pemecahan masalah yang akan dilaksanakan di tahun mendatang.
8.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pernyataan Penetapan Kinerja
Form Penetapan Kinerja
Form Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Form Pengukuran Kinerja (PK)
5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA Perencanaan Kinerja merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul. Dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), perencanaan kinerja instansi pemerintah terdiri atas tiga instrumen yaitu: Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan perencanaan 5 tahunan, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK). 1.
Rencana Aksi Program (RAP) Tahun 2010-2014 Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan sebagai salah satu pelaku pembangunan nasional telah menyusun Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan
Tahun
2010-2014
yang
merupakan
dokumen
perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan maupun dengan mendorong peran aktif masyarakat untuk kurun waktu tahun 2010-2014. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 menetapkan 5 program teknis yang salah satunya adalah Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Menindaklanjuti Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, sebagai bentuk perencanaan strategis yang lebih operasional maka Ditjen PP dan PL telah menyusun Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, dan sasaran serta arah kebijakan dan strategi yang menjadi pedoman Ditjen PP dan PL dalam menetapkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) pada tahun 2010 hingga tahun 2014. Penjabaran visi, misi, tujuan, dan sasaran, serta arah kebijakan dan strategi Ditjen PP dan PL adalah sebagai berikut: a.
VISI “Masyarakat sehat yang mandiri dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit dan penyehatan lingkungan serta berkeadilan” 6
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
b.
MISI 1)
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk
swasta
dan
masyarakat
madani
dalam
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. 2)
Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan dalam pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
3)
Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan dalam pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
4)
Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik dalam pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
c.
TUJUAN DAN SASARAN 1)
Tujuan Tujuan Program PP dan PL tahun 2010-2014 adalah terselenggaranya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan secara berhasil-guna dan
berdaya-guna
dalam
rangka
mencapai
derajat
kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya melalui:
Pembinaan surveilans, imunisasi, karantina dan kesehatan matra.
Pengendalian penyakit menular langsung.
Pengendalian penyakit bersumber binatang.
Pengendalian penyakit tidak menular.
Penyehatan lingkungan.
Penyelenggaraan
pengendalian
penyakit
dan
penyehatan
penyakit
dan
penyehatan
lingkungan di pintu gerbang negara.
Penyelenggaraan
pengendalian
lingkungan berbasis laboratorium.
Pengembangan dan penyelenggaraan pusat kajian dan pusat rujukan nasional penyakit infeksi.
Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya dalam Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2)
Sasaran Sasaran Program PP dan PL tahun 2010-2014 adalah menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit, dengan indikator kinerja sasaran sebagai berikut: 7
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Tabel 1 Sasaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2010 - 2014 SASARAN
INDIKATOR
menurunnya 1. Persentase bayi angka usia 0-11 bulan kesakitan, yang mendapat kematian dan imunisasi dasar kecacatan lengkap akibat penyakit 2. Angka penemuan kasus malaria per 1000 penduduk 3. Jumlah kasus TB (per 100.000 penduduk) 4. Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yg ditemukan 5. Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yg disembuhkan 6. Angka kesakitan penderita DBD per 100.000 penduduk 7. Prevalensi kasus HIV 8. Jumlah kasus Diare per 1000 penduduk 9. Jumlah desa yg melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 10.Persentase provinsi yang melakukan pembinaan pencegahan penanggulangan penyakit tidak menular (SE, deteksi dini, KIE dan tata laksana)
d.
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
80
82
85
88
90
2
1,75
1,5
1,25
1
235
231
228
226
224
73
75
80
85
90
85
86
87
87
88
55
54
53
52
51
0,2
<0,5
<0,5
<0,5
<0,5
350
330
315
300
285
2.500
5.500
11.000
16.000
20.000
50
70
80
90
100
ARAH KEBIJAKAN Arah kebijakan Ditjen PP dan PL dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan adalah sebagai berikut : 8
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
1)
Meningkatkan advokasi, sosialisasi dan pengembangan kapasitas.
2)
Meningkatkan
kemampuan
manajemen
dan
profesionalisme
pengelolaan. 3)
Meningkatkan aksessibilitas dan kualitas.
4)
Meningkatkan jangkauan pelayanan pada kelompok masyarakat risiko tinggi, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan serta bermasalah kesehatan.
5)
Mengutamakan upaya program berbasis masyarakat.
6)
Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan kerja sama.
7)
Mengupayakan pemenuhan sumber daya.
8)
Mengutamakan preventif dan promotif.
9)
Memprioritaskan pencapaian sasaran MDG’s, komitmen nasional dan internasional.
e.
STRATEGI Berdasarkan arah kebijakan dalam pengelolaan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, dikembangkan strategi sebagai berikut: 1)
Melaksanakan review dan memperkuat aspek legal
2)
Melaksanakan advokasi dan sosialisasi
3)
Melaksanakan intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi dan inovasi program
2.
4)
Mengembangkan (investasi) sumberdaya manusia
5)
Memperkuat jejaring kerja
6)
Memperkuat logistik, distribusi dan manajemen
7)
Memperkuat surveilans epidemiologi dan aplikasi teknologi informasi
8)
Melaksanakan supervisi/bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi
9)
Mengembangkan dan memperkuat sistem pembiayaan
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Rencana Kinerja Tahunan merupakan proses penetapan tahunan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana aksi program. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen PP dan PL Tahun 2012 disusun berdasarkan sasaran pada Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan beserta target indikator sasaran Tahun 2012 sebagaimana telah ditetapkan 9
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
dalam Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Tahun 2010-2014. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen PP dan PL
Tahun 2012 adalah sebagai berikut: Tabel 2 Rencana Kinerja Tahunan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012
SASARAN STRATEGIS Menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit
INDIKATOR KINERJA Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap Angka penemuan kasus Malaria per 1.000 penduduk Jumlah kasus TB (per 100.000 penduduk) Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang ditemukan Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang disembuhkan Angka kesakitan penderita DBD per 100.000 penduduk Prevalensi kasus HIV Jumlah kasus Diare per 1.000 penduduk Jumlah desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Persentase provinsi yang melakukan pembinaan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular (SE, deteksi dini, KIE dan tata laksana) Persentase provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
TARGET 85 1,50 228 80 87 53 <0,5 315 11.000 80 80
B. PERJANJIAN KINERJA Perjanjian Kinerja atau Penetapan Kinerja Ditjen PP dan PL merupakan dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja Direktur Jenderal PP dan PL kepada Menteri Kesehatan untuk mewujudkan target-target kinerja sasaran Ditjen PP dan PL pada Tahun 2012. Penetapan Kinerja Ditjen PP dan PL disusun berdasar dokumen Rencana Aksi Program PP dan PL Tahun 2010-2014 yang setiap tahunnya dirumuskan menjadi Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan dianggarkan dalam DIPA dan RKA-KL Tahun 2012. Penetapan Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012 telah disusun, didokumentasikan dan ditetapkan oleh Dirjen PP dan PL pada awal tahun 2012 setelah turunnya DIPA dan RKA-KL Tahun 2012. Target-target kinerja sasaran
10
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
program yang ingin dicapai Ditjen PP dan PL dalam dokumen Penetapan Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012, adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Penetapan Kinerja Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012
SASARAN STRATEGIS Menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit
INDIKATOR KINERJA Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap Angka penemuan kasus Malaria per 1.000 penduduk Jumlah kasus TB (per 100.000 penduduk) Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang ditemukan Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang disembuhkan Angka kesakitan penderita DBD per 100.000 penduduk Prevalensi kasus HIV Jumlah kasus Diare per 1.000 penduduk Jumlah desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Persentase provinsi yang melakukan pembinaan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular (SE, deteksi dini, KIE dan tata laksana) Persentase provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
TARGET 85 1,50 228 80 87 53 <0,5 315 11000 80 80
Jumlah Anggaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012 Rp. 1.030.098.591.000,-
11
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. PENGUKURAN KINERJA Akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal PP dan PL Tahun 2012 disusun berdasarkan data pengukuran pencapaian indikator kinerja sasaran selama satu tahun anggaran. Pengukuran kinerja diperoleh melalui penghitungan persentase dari angka realisasi terhadap
angka
target.
Berdasarkan
pengukuran
kinerja
tersebut
diperoleh
pencapaian masing-masing indikator. Dalam dokumen Penetapan Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012 telah ditetapkan sasaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan adalah menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit dengan 11 indikator
kinerja
sasaran
Program
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan
Lingkungan. Di bawah ini akan disampaikan hasil pengukuran kinerja dari masingmasing indikator kinerja sebagai berikut:
Tabel 4 Pengukuran KinerjaProgram Pengendalian Penyakit dan Penyehatan LingkunganTahun 2012
SASARAN Menurunnya
INDIKATOR KINERJA 1.
yang mendapat imunisasi dasar
kesakitan,
lengkap 2.
kecacatan akibat penyakit
Angka penemuan kasus Malaria per 1.000 penduduk
3.
Jumlah kasus TB (per 100.000 penduduk)
4.
Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang ditemukan
5.
Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang disembuhkan
6.
REALISASI
%
85
86,8
102,1
1,5
1,69
88,76
228
213
107,04
80
82,4
101,9
87
90,8
104,5
53
36,82
130,53
<0,5
0,32
166,67
315
214
147,2
Persentase bayi usia 0-11 bulan
angka
kematian dan
TARGET
Angka kesakitan penderita DBD per 100.000 penduduk
7.
Prevalensi kasus HIV
8.
Jumlah kasus Diare per 1.000 penduduk
12
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
9.
Jumlah desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
11.000
11.165
101,5
80
90,9
113,6
80
81,8
102,3
Masyarakat (STBM) 10.
Persentase provinsi yang melakukan pembinaan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular (SE, deteksi dini, KIE dan tata laksana)
11.
Persentase provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
B. ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA 1. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap a. Pengertian Jumlah bayi usia 0-11 bulan yang mendapat Imunisasi dasar lengkap meliputi 1 dosis BCG, 4 dosis Polio, 3 dosis DPT/HB, dan 1 dosis campak di suatu wilayah selama kurun waktu 1 tahun. b. Definisi Operasional : Jumlah bayi usia 0 -11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap meliputi: 1 dosis BCG, 4 dosis Polio, 3 dosis DPT/HB, dan 1 Dosis campak di suatu wilayah selama kurun waktu 1 tahun. c. Cara Perhitungan :
Jumlah bayi usia 0 -11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu --------------------------------------------------------------------------------------x 100% Jumlah seluruh bayi usia 0-11 bulan di suatu wilayah pada kurun waktu yang sama d. Capaian Indikator : Indikator persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap pada tahun 2012 telah mencapai target yang diharapkan. Dari target sebesar 85% telah dicapai hasil sebesar 86,8%, sehingga persentase pencapaiannya sebesar 102,1%.
13
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Grafik 1 Perbandingan Persentase Bayi Usia 0-11 Bulan yang Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2010 - 2012 140 120 100 80
80
91,8
114,8 82
89
108,5
102,1 85 86,8 Target
60
Pencapaian
40
% Capaian
20 0
2010
2011
2012
* Data Per 17 Februari 2013
Perbandingan tahun 2010 - 2012: Dibandingkan dengan realisasi pencapaian pada tahun 2010 sebesar 114,8%, dan 2011 sebesar 108,5%, maka pencapaian indikator Persentase Bayi Usia 011 Bulan yang Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap tahun 2012 mengalami. Namun demikian jika dibandingkan target tahun 2012 yang tetapkan, pencapaian ini telah melampau target yakni mencapai 102,1% atau telah melampau target sebesar 2,1%. e. Upaya yang dilaksanakan untuk Mencapai Target Indikator Keberhasilan pencapaian indikator hingga melampaui target ini merupakan hasil dari upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam mencapai target indikator bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap, antara lain: 1)
Investigasi Lapangan dan Pengendalian Kejadian Luar Biasa Penyakit yang dapat
Dicegah
dengan
Imunisasi
(KLB
PD3I),
melalui
kegiatan
Pendampingan Investigasi Lapangan Pengendalian KLB, Revisi Juknis Pelaksanaan Imunisasi dalam Rangka Penanggulangan KLB Difteri dan Penggandaan
Juknis
Pelaksanaan
Penanggulangan KLB Difteri.
14
Imunisasi
dalam
Rangka
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
2)
Surveilans Epidemiologi (SE) melalui kegiatan Asistensi KOMNAS Ke KOMDA KIPI, Investigasi dan Penatalaksanaan Kasus KIPI, dan Audit Kasus KIPI
3)
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Imunisasi melalui kegiatan Assesment Effective Vaccine Stored Management (EVSM) di Provinsi dengan Nilai Terendah dan Pelaksanaan Data Quality Self assesment (DQS) di Provinsi, Kab/Kota, dan Puskesmas Terpilih.
4)
Komunikasi,
Informasi,
Edukasi
(KIE)
Imunisasi
melalui
kegiatan
Penyusunan Bahan KIE Imunisasi tentang program imunisasi dasar rutin pada bayi, imunisasi rutin pada anak sekolah, imunisasi TT pada WUS dan Penggandaan dan Pendistribusian Bahan KIE 5)
Replikasi Web dan Software Reporting and Recording (RR) Imunisasi di Provinsi Terpilih
6)
Kegiatan assessment Effective Vaccine Management (EVM) Strengthening Surveillance AEFI in West Java dan DI Yogyakarta
7)
Strengthening of The Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI)
8)
Penyusunan Revisi Modul Bagi Pelaksana Imunisasi Basic Health Workers (BHWs)
9)
Penyusunan Juknis/Juklak Dana Dekonsentrasi
10) Penyusunan SOP Pelaksanaan Imunisasi Tingkat Puskesmas 11) Review Pencatatan Dan Pelaporan Imunisasi Berbasis Gender 12) Adaptasi
Instrumen
Effective
Vaccine
Management
(EVM)
Untuk
Peningkatan Kualitas Vaksin 13) Pedoman Pelaksanaan Imunisasi Di Daerah Sulit / Sustainable Outreach Services (SOS) 14) Workshop Pedoman Pelaksanaan imunisasi di daerah sulit/SOS 15) Finalisasi Pedoman Pelaksanaan Imunisasi di Daerah Sulit/Sustainable Outreach Services (SOS) 16) Penggandaan pedoman pelaksanaan imunisasi di daerah sulit/ SOS 17) Revisi Petunjuk Teknis Pelaksanaan BIAS 18) Penggandaan NSPK Imunisasi 19) Workshop Pedoman Pelaksanaan Imunisasi di Daerah Sulit/ Sustainable Outreach Services (SOS) 20) Workshop Orientasi dan Assesment Penguatan Imunisasi Rutin di 4 Kabupaten
15
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
21) Workshop Evaluasi Hasil Assesment Penguatan Imunisasi Rutin di 4 Kabupaten 22) Penyusunan dan Finalisasi Pedoman Serta MNTE 23) SOS (Sustainable Outreach Services) Guidelines Finalization 24) EVM SOP and Key Message adoption 25) Previsit Survey for MNTE Validation
f. Masalah yang dihadapi 1)
Belum semua daerah mempunyai kemampuan melakukan surveilans Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
2)
Belum semua daerah memberikan laporan imunisasi sesuai dengan ketentuan dan tepat waktu
3)
Masih adanya perbedaan data antara desa-puskesmas-kabupaten/kotaprovinsi
4)
Belum optimalnya manajemen logistik (vaksin dan alat suntik) sesuai dengan standar
5)
Belum optimalnya sarana cold chain sesuai standar
g. Usul Pemecahan Masalah 1)
Penguatan Surveilans epidemiologi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
2)
Memberikan umpan balik laporan rutin kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan tembusan Kepala Daerah untuk perbaikan capaian dan pelaporan
3)
Melakukan validasi data
4)
Melakukan on the job training pada saat melakukan monitoring ke lapangan
5)
Menambah sarana cold chain baik dari pusat maupun daerah
2. Angka Penemuan Kasus Malaria Per 1000 Penduduk a. Pengertian Jumlah kasus positif malaria yg ditemukan per 1000 penduduk b. Definisi Operasional Jumlah penderita/kasus Malaria positif per 1.000 penduduk selama periode 1 tahun yang didapat dari Unit Pelayanan Kesehatan (UPK)
16
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
c. Rumus/Cara Perhitungan
Jumlah penderita/ kasus malaria positif ----------------------------------------------------------- x 1.000 Jumlah penduduk dalam 1 tahun d. Capaian Indikator Capain Indikator Angka Penemuan Kasus Malaria Tahun 2012 tidak berhasil mencapai target yang ditetapkan. Dari target 1,5 per 1.000 penduduk tercapai sebesar 1,69 per 1.000 penduduk atau persentase sebesar 88,76%. e. Perbandingan Capaian Perbandingan target dan capaian dari tahun 2010, 2011 dan 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4 Perbandingan Target dan Capaian Angka Penemuan Kasus Malaria Per 1000 Penduduk Tahun 2010 – 2012 Tahun
2010
2011
2012
Target
2
1.75
1.50
Capaian
1.96
1.75
1.69
Jika di tahun 2010 dan 2011 angka penemuan kasus malaria mencapai angka keberhasilan dimana angka penemuannya lebih rendah dari target. Kemudian tahun 2012 tampak bahwa angka penemuan malaria meningkat dari tahun 2011, peningkatan angka penemuan malaria menjadi dianggap sebagai ketidak berhasilan dalam pencapaian indikator ini.
17
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Grafik 2 Perbandingan Target dan Capaian Angka Penemuan Kasus Malaria Per 1000 Penduduk Tahun 2010 – 2012
2,00 1,95 1,90 1,85 1,80 1,75 1,70 1,65 1,60 1,55 1,50 1,45 1,40 1,35 1,30 1,25 1,20
API Target API
2010
2011
2012
f. Upaya – upaya yang telah dilakukan: 1)
Memperluas cakupan dan mendekatkan akses layanan yg bermutu melalui Posmaldes, AIDS TB Malaria (ATM) Center
2)
Penemuan dini dan pengobatan penderita sesuai standar
3)
Meningkatkan pengendalian vektor serta faktor risiko secara terpadu
4)
Pemberdayaan dan penggerakan masyarakat
5)
Menggalang dan penguatan
jejaring kemitraan dengan pemangku
kepentingan/stakeholder. 6)
Penguatan dan pemanfaatan sistem informasi strategis di pusat dan daerah.
7)
Peningkatan advokasi, sosialisasi, dan mobilisasi sosial
8)
Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM dan ketersediaan logistik program
9)
Mendorong peningkatan komitmen pemerintah dan pemerintah daerah
g. Masalah yang dihadapi: 1)
Penggunaan kelambu masih belum optimal, 49,1% (Indonesia Timur & sumatera) dan 48,2% (di Kalimantan &Sulawesi)
2)
96% dilakukan konfirmasi laboratorium dan tes, tetapi mutu lab belum optimal, error rate masih cukup tinggi.
3)
Artemisinin Combined Theraphy (ACT) baru mencapai 80% digunakan.
4)
Lemahnya sistim informasi data kasus malaria, pemetaan endemisitas dan vektor (akurasi, kelengkapan)
18
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
5)
Kurangnya SDM (jumlah dan kompetensi)
6)
Keterbatasan akses pelayanan kesehatan di DTPK.
7)
Belum optimalnya pemanfaatan potensi mitra, (sektor pemerintah, swasta, masyarakat, dan pasien)
h. Usul Pemecahan Masalah: 1)
Memperkuat
dan mengoptimalkan Forum Nasional Gerakan Berantas
Kembali (GEBRAK) Malaria 2)
Penguatan koordinasi dengan pembentukan 5 Malaria Center di Propinsi Papua (2 unit), Papua Barat, Gorontalo dan Bangka Belitung. Saat ini sudah terbentuk 11 Malaria Center di: Provinsi Maluku Utara (9 unit), Provinsi Sumatera Utara, dan propinsi Aceh.
3)
Pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan dan pemberdaayaan Pos Malaria Desa (Posmaldes) dengan target tahun 2014 sebanyak 2.022 unit Posmaldes di 14 provinsi.
4)
Pencegahan
malaria
dengan
melakukan
pendistribusian
kelambu
berinsektisida untuk daerah endemis malaria dan inisiasi surveilans migrasi malaria untuk menekan penularan malaria yang disebabkan kasus import. 5)
Peningkatan Angka Penemuan Kasus Malaria dengan memperluas pelayanan yang berkualitas dan penguatan surveilans (e-sismal/e-based)
6)
Pengendalian resistensi OAM dengan melakukan survei efikasi obat (sentinel: papua, lampung, dan NTT), monitoring kualitas obat dan efek samping obat.
3. Jumlah Kasus TB Per 100.000 Penduduk a. Pengertian Adalah angka prevalensi kasus TB dalam wilayah dan waktu tertentu b. Definisi Operasional adalah jumlah kasus TB per 100.000 penduduk di wilayah tertentu dan waktu tertentu
19
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
c. Rumus/Cara Perhitungan
Jumlah semua tipe kasus TB dlm suatu wilayah tertentu pd waktu tertentu ----------------------------------------------------------------------------------------------X100.000 Jumlah penduduk dalam suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu Penghitungan pencapaian indikator Kasus TB Per 100.000 Penduduk didapat dengan menggunakan model perhitungan ”pemodelan matematika estimasi Epidemi TB di Indonesia” yang bersumber dari modeling estimasi jumlah orang dengan TB data penemuan kasus dan hasil pengobatan TB dari data surveilans program TB. Modeling ini menggunakan data surveilans program TB dan menghasilkan estimasi interval yang lebih kecil dibandingkan dengan estimasi WHO dalam TB Global Report. d. Capaian Indikator Capaian Indikator Jumlah Kasus TB Per 100.000 Penduduk pada tahun 2012 telah berhasil memenuhi target (107,4%) dari target sebesar 228 per 100.000 penduduk dapat direalisasikan sebesar 213 per 100.000 penduduk. Berikut hasil capaian Jumlah Kasus TB Per 100.000 Penduduk pada tahun 20102012:
Grafik 3 Perbandingan Target dan Realisasi Jumlah Kasus TB Per 100.000 Penduduk Tahun 2010 -2012
20
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Perbandingan jumlah kasus TB tahun 2010, 2011 dan 2012 : Berdasarkan diagram batang diatas diketahui bahwa capaian jumlah kasus TB tahun 2010 sebesar 219 per 100.000 penduduk , tahun 2011 sebesar 214 per 100.000 penduduk dan tahun 2012 sebesar 213 per 100.000 penduduk, sehingga selama tiga tahun berturut dapat mencapai target. e. Upaya – upaya yang dilaksanakan 1)
Pelibatan Rumah sakit dalam layanan TB berkualitas dengan memasukan komponen TB dalam Akreditasi Rumah Sakit
2)
Peningkatan
upaya
pemberdayaan
kesehatan
masyarakat
dengan
pemberdayaan kelompok masyarakat lokal dan orang terdampak TB melalui Inisiasi jaringan orang terdampak TB dengan melibatkan organisasi local, dengan terbentuknya JAPETI ( Jaringan Peduli TB Indonesia). 3)
Kerjasama dengan PT ASKES dengan penggagasan penerapan standar pengobatan TB dengan DOTS bagi seluruh pasien TB yang ditangani serta pengembangan skema pembiayaan berbasis asuransi bagi pasien TB
4)
Peningkatan
akses
pelayanan
TB
dengan
strategi
DOTS
dengan
mendekatkan sarana pelayanan kesehatan antara lain dengan pos TB desa 5)
Penandatangan MOU alat rapid test diagnostic GeneXpert dengan 13 site pada tahun 2012 ( Lab Mikro FK UI, RS Persahabatan Jakarta, RS Hasan Sadiin Bandung, RS dr. Soetomo Surabaya, RS Moewardi Solo, BBLK Surabaya, BLK Bandung, RS Adam Malik Medan, Lab Mikro FK UGM DIY, RS Saiful Anwar Malang, RSUD
Labuang Baji Makasar, Lab NHCR
Makasar dan RS Sanglah Denpasar Bali) 6)
Melibatkan Kementerian Pertahanan untuk menjangkau pasien di DTPK
f. Masalah yang dihadapi Masalah yang dihadapi pada pencapaian Indikator Jumlah Kasus TB Per 100.000 Penduduk antara lain : 1. Masih adanya kesenjangan dalam mengakses layanan DOTS berkualitas terutama pada kelompok unreach population yaitu masyarakat dengan TB yang berobat ke layanan swasta (masyarakat yang mempunyai perilaku pencarian pelayanan kesehatan ke swasta/Dokter Praktek Swasta), penderita TB di daerah terpencil, rutan/lapas, penderita TB anak, penderita TB-HIV dan lain-lain.
21
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
2. Masih terdapat sebagian masyarakat yang belum terpapar akses pelayanan pengendalian TB dengan strategi DOTS g. Pemecahan masalah: 1.
Meningkatkan jangkauan layanan DOTS berkualitas melalui pendekatan layanan publik dan private secara komprehensif dan intensifikasi pelacakan kasus (contact tracing)
2.
Meningkatkan pelibatan RS dalam layanan DOTS berkualitas melalui akreditasi RS
3.
Meningkatkan pelibatan dokter praktek swasta dan dokter spesialis dalam layanan DOTS berkualitas
4.
Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dan peningkatan akses pelayanan TB dengan strategi DOTS dengan mendekatkan sarana pelayanan kesehatan antara lain dengan pos TB desa
4.
Persentase Kasus Baru TB Paru (BTA positif) yang Ditemukan a. Pengertian Angka penemuan kasus baru TB Paru BTA positif (Case Detection Rate = CDR) b. Definisi Operasional Angka yang menunjukkan persentase jumlah pasien baru TB Paru BTA positif yang ditemukan dibandingkan dengan jumlah pasien baru TB Paru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. c. Rumus/Cara Perhitungan
Jumlah pasien baru TB Paru (BTA positif) yang dilaporkan --------------------------------------------------------------------------- x 100 % Perkiraan jumlah pasien baru TB Paru (BTA positif) d. Capaian Indikator Capaian indikator persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang ditemukan pada tahun 2012 adalah sebesar 82,4% dari target 80%, sehingga persentase pencapaiannya sebesar 101,9%.
22
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Berikut hasil capaian angka penemuan kasus TB Paru BTA positif tahun 2010 2012 :
Grafik 4 Perbandingan Target dan Realisasi Angka Penemuan Kasus Baru TB Paru Per 100.000 Penduduk Tahun 2010 -2012
Perbandingan dengan tahun 2010, 2011 dan 2012 : Realisasi penemuan kasus TB Paru BTA positif tahun 2010 sebesar 78 % (capaian 107.3%), tahun 2011 sebesar 83.5 % (capaian 89.8%) dan tahun 2012 sebesar 82.4 % (capaian 97.1%). Berdasarkan target yang telah ditetapkan pada tiga tahun tersebut, maka capaiannya indikator telah mencapai target dan mengalami capaian fluktuaktif.
e. Upaya penunjang keberhasilan penemuan kasus TB Paru BTA positif 1) Meningkatkan jangkauan layanan DOTS berkualitas melalui pendekatan layanan publik dan swasta secara komprehensif dan intensifikasi pelacakan kasus (contact tracing) 2) Meningkatkan pelibatan RS dalam layanan DOTS berkualitas melalui akreditasi RS 3) Meningkatkan pelibatan dokter praktek swasta dan dokter spesialis dalam layanan DOTS berkualitas 4) Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
melalui
penyuluhan
mendekatkan sarana layanan TB ke masyarakat melalui pos TB desa
23
dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
f. Masalah yang dihadapi Masalah yang dihadapi pada pencapaian Indikator Jumlah Kasus TB Per 100.000 Penduduk antara lain : 1)
Masih adanya kesenjangan dalam mengakses layanan DOTS berkualitas terutama pada kelompok unreach population yaitu masyarakat dengan TB yang berobat ke layanan swasta (masyarakat yang mempunyai perilaku pencarian pelayanan kesehatan ke swasta/Dokter Praktek Swasta), penderita TB di daerah terpencil, rutan/lapas, penderita TB anak, penderita TB-HIV dan lain-lain.
2)
Masih terdapat sebagian masyarakat yang belum terpapar akses pelayanan pengendalian TB dengan strategi DOTS
g. Usul Pemecahan masalah 1)
Meningkatkan jangkauan layanan DOTS berkualitas melalui pendekatan layanan publik dan private secara komprehensif dan intensifikasi pelacakan kasus (contact tracing)
2)
Meningkatkan pelibatan RS dalam layanan DOTS berkualitas melalui akreditasi RS
3)
Meningkatkan pelibatan dokter praktek swasta dan dokter spesialis dalam layanan DOTS berkualitas
4)
Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dan peningkatan akses pelayanan TB dengan strategi DOTS dengan mendekatkan sarana pelayanan kesehatan antara lain dengan pos TB desa
5. Persentase Kasus Baru TB Paru (BTA positif) Yang Disembuhkan a. Pengertian Adalah angka keberhasilan pengobatan pasien baru TB Paru BTA Positif (Success Rate) b. Definisi Operasional (DO) Angka keberhasilan pengobatan pasien baru TB Paru BTA positif ( Succes Rate) adalah angka yg menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yg sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB Paru BTA positif yg tercatat dan diobati.
Dengan
demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.
24
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
c. Rumus/Cara Perhitungan
Jumlah pasien baru TB Paru BTA positif (sembuh dan pengobatan lengkap) ----------------------------------------------------------------------------------- x 100 % Jumlah pasien baru TB Paru BTA positif yang diobati Penghitungan didapat dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru BTA positif yang mulai berobat dalam 9-12 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang sembuh setelah selesai pengobatan. Oleh karena itu, pasien yang mendapatkan pengobatan di tahun 2011 baru dapat dilaporkan di tahun 2012. d. Hasil Capaian Capaian indikator persentase kasus baru TB paru (BTA positif) yang sembuh dan pengobatan lengkap adalah sebesar 90.8% dari target sebesar 87%, sehingga persentase pencapaiannya adalah sebesar 104.5%.
Perbandingan dengan tahun 2010,2011 dan 2012 : Realisasi angka keberhasilan pengobatan tahun 2010 sebesar 91.2 %, tahun 2011 sebesar 90.3 % dan tahun 2012 sebesar 90,8 %.
Grafik 5 Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) tahun 2010-2012 100% 80% 60% 40% 20% 0%
85% 91,2%
86% 90,3%
87% 90,8%
2010
2011
2012
Data sampai dengan Triwulan IV Tahun 2012, per tanggal 11 Februari 2013
e. Upaya yang telah dilakukan untuk mencapai target indikator 1)
Pelibatan rumah sakit dalam layanan TB berkualitas dengan memasukan komponen TB dalam Akreditasi Rumah Sakit
2)
Peningkatan
upaya
pemberdayaan
kesehatan
masyarakat
dengan
pemberdayaan kelompok masyarakat lokal dan orang terdampak TB melalui Inisiasi jaringan orang terdampak TB dengan melibatkan organisasi lokal,
25
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
dengan terbentuknya JAPETI ( Jaringan Peduli TB Indonesia). JAPETI berperan sebagai mitra pemerintah untuk mengatasi masalah Tuberkulosis dan
mendorong
tumbuh
dan
berkembangnya
masyarakat
peduli
Tuberkulosis serta Keanggotaan JAPETI saat ini telah meliputi 17 provinsi dan 50 kabupaten yang tersebar di seluruh Indonesia 3)
Kerjasama dengan PT ASKES dengan penggagasan penerapan standar pengobatan TB dengan DOTS bagi seluruh pasien TB yang ditangani serta pengembangan skema pembiayaan berbasis asuransi bagi pasien TB
4)
Penerapan pembelajaran TB dalam kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis Kompetensi
5)
Percepatan Perluasan Pelayanan TB MDR secara bertahap. Tahun 2009 : RS Persahabatan dan RS dr. Soetomo. Tahun 2010 – 2011: bertambah dengan RS Syaiful Anwar (Malang), RS Moewardi (Solo) dan RS. Labuang Baji (Makasar), Tahun 2012: 4 Propinsi (Bali, Jawa Barat, Sumatera Utara dan D.I Yogyakarta) pada tahap akhir persiapan
6)
Inisiasi penerapan tes tuberkulin untuk mendukung diagnosis TB pada anak di 5 provinsi ( Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Kalimantan
Timur dan NTB 7)
Inisiasi surveilans sentinel drug resisten TB ( SS DR-TB) pada 4 provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Selatan dan akan dikembangkan untuk 2 provinsi berikutnya Tahun 2013 yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Jawa Barat
8)
Inisiasi Pemberian IPT (Isoniazid Preventive Therapy) telah dimulai sejak pertengahan bulan Mei 2012 di dua provinsi yaitu Provinsi DKI Jakarta ( RSCM dan RS Persahabatan) serta Provinsi Jawa barat (RS Hasan Sadikin dan RS Marzuki Mahdi)
9)
Penguatan jejaring jaminan mutu pemeriksaan laboratorium (EQAS/External Quality Assurances System) sampai dengan tahun 2012 sudah 8 provinsi melaksanakan EQAS dengan metode LQAS (Jambi, Riau, Sumsel, Lampung, Jabar, Kalsel, Bali, NTB)
10) Penggunaan GeneXpert sebagai salah satu Rapid Diagnostic TB untuk TB MDR dan TB HIV 11) Penandatangan MOU alat rapid test diagnostic GeneXpert dengan 13 site pada tahun 2012 ( Lab Mikro FK UI, RS Persahabatan Jakarta, RS Hasan Sadiin Bandung, RS dr. Soetomo Surabaya, RS Moewardi Solo, BBLK Surabaya, BLK Bandung, RS Adam Malik Medan, Lab Mikro FK UGM DIY,
26
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
RS Saiful Anwar Malang, RSUD
Labuang Baji Makasar, Lab NHCR
Makasar dan RS Sanglah Denpasar Bali) 12) Melibatkan Kementerian Pertahanan untuk menjangkau pasien di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) 13) Penerapan Sistem Informasi Terpadu Tuberkulosis (SITT)sebagai langkah untuk monitoring program TB dengan kualitas data yang lebih baik 14) Penyusunan exit strategy program pengendalian TB untuk mengurangi ketergantungan terhadap dana donor f. Masalah yang dihadapi 1)
Masih adanya kesenjangan dalam mengakses layanan DOTS berkualitas terutama pada kelompok unreach population yaitu penderita TB di daerah terpencil,Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), di rutan/Lapas, penderita TB anak, penderita TB HIV, dan lain-lain.
2)
Masih adanya masyarakat dengan TB yang berobat ke layanan swasta dengan layanan DOTS yang kurang berkualitas (masyarakat yang mempunyai perilaku pencarian pelayanan kesehatan ke swasta/dokter praktek swasta).
3)
Meningkatnya resistensi ganda kuman TB terhadap OAT (MDR-TB) karena A Man Made Problem (antara lain pengobatan tidak standar/tidak adequat, pasien kurang patuh dan tidak tuntas berobat, peredaran obat TB lepas secara bebas ).
4)
Kecenderungan donor dependence yang mempengaruhi kesinambungan Program pengendalian TB sehingga perlu adanya exit strategy pasca Global Fund (GF) untuk meningkatkan pendanaan dalam negeri
g. Usul Pemecahan Masalah Pemecahan masalah untuk point no 1 1)
Mencari model pelayanan TB di wilayah DTPK (Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan)
2)
Penguatan koordinasi jejaring Public Private Mix (PPM) di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota
3)
Penguatan sistem komunitas melalui inisiasi pembentukan jaringan orang terdampak TB (JEPATI) dan Peningkatan Integrasi Pelayanan TB dalam POSKESDES
27
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
4)
Pengembangan SOP TB dalam penerapan International Health Regulation (IHR) sebagai upaya pelacakan kasus TB/TB-MDR antar Negara
5)
Pelaksanaan survei prevalensi TB tahun 2013 dan analisis lanjut kajian survei prevalensi TB bekerja sama dengak Balitbangkes
6)
Penguatan dan pemantapan peran dan fungsi National TB Reference Laboratory (NTRL) di BBLK Surabaya untuk pemeriksaan DST/Kultur, BBLK Bandung untuk pemeriksaan Mikroskopis dan Lab Mikrobiologi UI untuk pemeriksaan molekular dan penelitian, serta penguatan jejaring NTRL dengan Supra national Laboratory (SRL)
7)
Meningkatkan upaya-upaya integrasi perolehan data untuk penguatan informasi TB melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Survei Sensus Nasional
(Susenas),
PODES,
Riset
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
(Rifaskes), register kematian dan lain-lain 8)
Integrasi pengembangan SDM TB kedalam pengembangan SDM Kesehatan yg dikembangkan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) , termasuk penerapan berbagai metode pelatihan baru: distance learning, uji kompetensi, mentoring, pelatihan mandiri dan lain-lain
9)
Rencana Intergrasi Sistem Informasi Terpadu Tuberkulosis (SITT) dalam SIKNAS dan SIKDA online
10) Penguatan Sistem Jejaring laboratorium terutama untuk pemantapan jaminan mutu eksternal untuk menjaga mutu diagnosis TB di 33 Provinsi 11) Review hasil pelaksanaan awal Isoniazid Preventive Therapy (IPT) dan mengembangkan kajian kebijakan berdasarkan hasil review 12) Review hasil pelaksanaan awal Tuberkulin dan Skoring Chart serta mengembangkan kajian kebijakan berdasarkan hasil review
Pemecahan masalah untuk point no 2 1)
Melakukan pemetaan dan pemantauan hasil akreditasi RS dan Sertifikasi Praktisi Swasta dalam menjamin layanan TB berkualitas oleh semua penyedia layanan TB (enganging all care providers) dan melindungi masyarakat dari pengobatan TB yang tidak rasional yang bisa menyebabkan terjadinya TB-MDR ( Multi Drug Resistant) /XDR (Extensively Drug Resistant)
2)
Penguatan dalam penerapan pembelajaran TB dalam kurikulum Pendidikan Dokter berbasis kompetensi bekerjasama dengan Dinas Pendidikan serta Fakultas Kedokteran di Indonesia
28
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
3)
Pembuatan Draft SK pemberian kredit point bagi Dokter Praktek Swasta (DPS) yang terlibat dalam pengendalian TB
4)
Rencana 2013 pembahasan sertifikasi TB sebagai salah satu syarat untuk pengajuan STR (Surat Tanda Register)/SIP (Surat Ijin Praktik) oleh IDI
5)
Rencana Revisi & Penyusunan SK untuk Pedoman manajerial pelayanan TB dengan strategi DOTS di RS di Tw I – tahun 2013
6)
Penyusunan dengan
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) sesuai
Permenkes RI No 1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran (SPK) bekerja sama dengan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
Pemecahan masalah untuk point no 3 1)
Ekspansi Pelayanan PMDT untuk menjamin akses universal secara bertahap (33 RS rujukan pada tahun 2015) Rencana tahun 2013:19 Provinsi (NAD, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Riau, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan TImur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi
Tengah,
Maluku,
Sulawesi
Tenggara,
Gorontalo,
Papua),
sedangkan tahun 2014 ada 6 Provinsi antara lain Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Bengkulu, Jambi, Kalimantan Tengah dan Papua Barat)
2)
Melakukan pemetaan dan pemantauan hasil akreditasi RS dan Sertifikasi Praktisi Swasta dalam menjamin layanan TB berkualitas oleh semua penyedia layanan TB (enganging all care providers) dan melindungi masyarakat dari pengobatan TB yang tidak rasional yang bisa menyebabkan terjadinya TB-MDR ( Multi Drug Resistant) /XDR (Extensively Drug Resistant)
3)
Peningkatan jaminan mutu obat TB yang berkualitas melalui: a. Bersama dengan Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (Ditjen Binfar & Alkes) : Melakukan Penegakan hukum (law enforcement) penggunaan obat rasional dalam pengobatan TB untuk mencegah pengobatan yang subStandard atau over-standard yang dapat memicu terjadinya TBMDR/XDR
29
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Meningkatkan mutu produk lokal obat TB melalui prakualifikasi WHO bagi perusahaan farmasi lokal baik untuk obat TB lini pertama maupun obat TB lini kedua b. Bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan: Kajian registrasi dan peredaran obat TB baik lini pertama maupun kedua di pasar bebas Peningkatan post marketing surveillance (pemantauan mutu obat TB pada peredaran sampai ke pasien atau end user)
Pemecahan masalah untuk point no 4 Persiapan untuk keberlangsungan pendanaan program pengendalian TB, antara lain: a) Memperkuat kerjasama dengan asuransi Inisiasi layanan TB sesuai DOTS sebagai bagian dari layanan dasar dalam Universal Coverage (BPJS 1) untuk menjamin akses terhadap layanan TB berkualitas dan mencegah terjadinya epidemi TB-MDR b)
Memperkuat kegiatan advokasi terutama di level provinsi / kabupaten / kota, supaya pemegang kebijakan di daerah bisa mendukung kegiatan program dengan menganggarkan dalam APBD
6. Angka Kesakitan Penderita DBD Per 100.000 Penduduk a. Pengertian Jumlah kasus demam berdarah yang sudah terkonfirmasi dalam satu wilayah dibagi dengan seratus ribu penduduk yang berguna untuk menggambarkan besaran masalah dalam suatu wilayah tersebut. b. Definisi Operasional: Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue per 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun.
c. Rumus/Cara Perhitungan:
Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue ----------------------------------------------------------------------------------- x 100.000 Jumlah penduduk di wilayah tertentu dalam waktu satu tahun
30
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
d. Capaian Indikator: Capaian Indikator Angka Kesakitan Penderita DBD di Tahun 2012 telah berhasil mencapai target yang ditetapkan yaitu mencapai realisasi sebesar 36,82 per 100.000 penduduk dari target 53 per 100.000 penduduk dengan capaian persentase sebesar 130,53%. e. Perbandingan capaian tahun 2010 - 2012: Perbandingan capaian tahun 2010, 2011 dan 2012 dapat dilihat pada tabel dan grafik sebagai berikut:
Tabel 5 Perbandingan Target dan Capaian Angka Kesakitan DBD Tahun 2010 – 2012
Tahun
2010
2011
2012
Target
55
54
53
Capaian
65,70
27,67
36,82
Grafik 6 Perbandingan Target dan Capaian Angka Kesakitan DBD Tahun 2010 – 2012 65,7
70 60
55
54
53
50
36,82
40
27,67
30
Target Capaian
20 10 0 2010
2011
2012
f. Upaya-upaya yang telah dilakukan: 1) Mereview buku-buku Pedoman DBD 2) Melakukan review pengendalian DBD regional Jawa-Bali 3) Melakukan evaluasi Penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT) DBD
31
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
4) Melakukan Monitoring kewaspadaan Dini KLB dan penanggulangan KLB DBD 5) Melaksanakan Lomba Sekolah Sehat di tingkat SD/MI dengan mengutamakan penilaian angka bebas jentik 6) Melaksanakan koordinasi lintas program maupun lintas sektor untuk membahas Program DBD 7) Melakukan bimbingan teknis dan monitoring pengendalian kasus DBD di beberapa provinsi yang tinggi jumlah kasusnya.
g. Masalah yang dihadapi: 1) Keterlambatan pengiriman data dari Provinsi/Kabupaten ke Pusat 2) Tingginya pergantian petugas di daerah yang menangani program 3) Kurangnya SDM pengelola data dan informasi di pusat dan daerah 4) Luasnya Breeding places 5) Peran serta dan kepedulian masyarakat relatif rendah, 6) Kurangnya efektivitas pengendalian vector.
h. Usul Pemecahan Masalah: 1) Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi pusat dan daerah dalam bentuk: a) Membuat surat edaran tentang kewajiban pengiriman data tepat waktu kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia b) Pertemuan koordinasi lintas program dan lintas sektor 2) Melaksanakan pelatihan pengelola program Provinsi dan Kabupaten/Kota dan pelatihan/ kalakarya tentang Tatalaksana DBD bagi tenaga medis secara rutin 3) Mengoptimalkan peran Jumantik dan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat 4) Mapping virus (serotipe)
7. Prevalensi Kasus HIV a. Pengertian Prevalensi Kasus HIV adalah Angka prevalensi HIV pada populasi umur 15-24 tahun.Angka prevalens dapat memberikan indikasi kecenderungan penyebaran HIV di masyarakat umum. b. Definisi Operasional Angka yang digunakan dari estimasi prevalensi HIV penduduk Indonesia 15-24 tahun
32
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
c. Rumus/Cara Perhitungan Mempergunakan mathematic modelling d. Capaian Indikator Indikator Prevalensi Kasus HIV tahun 2012 mencapai target yang ditetapkan. Dari target sebesar angka < 0,5 tercapai realisasi sebesar 0,32% sehingga pencapaiannya 166,67%.
Perbandingan dengan tahun 2010,2011 dan 2012 : Berdasarkan hasil pemodelan matematika diketahui bahwa tahun 2010 prevalensi 0,2 % telah mencapai target, tahun 2011 prevalensi sebesar 0,3% dan tahun 2012 sebesar 0,32%. Hal ini menunjukan peningkatan prevalensi. Namun perlu diperhatikan bahwa peningkatan ini disebabkan penularan HIV terus terjadi sementara ODHA yang sudah ada tetap diperhitungkan sehingga terus menambah jumlah kasus.
Grafik 7 Perbandingan Target dan Pencapaian Indikator Prevalensi Kasus HIV Tahun 2010 - 2012
0,6
<0,5%
0,5 0,4 0,3 0,2
<0,5%
0,3%
0,32%
0,2% 0,2%
Target Realisasi
0,1 0 2010
2011
2012
e. Upaya-upaya yang dilaksanakan 1) 2) 3)
Membuat SK baru tim POKJA HIV AIDS Meningkatkan pembiayaan pengendalian HIV AIDS melalui APBN khususnya pengadaan obat ARV Menandatangani penetapan SKB 5 Menteri (Kemenkes, Kemendiknas, Kemenag, Kemdagri, dan Kemsos)
33
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
4)
Bekerja sama dengan Pusat Promosi Kesehatan melakukan kampanye ‘Aku Bangga Aku Tahu’ 5) Peningkatan pengetahuan komprehensif melalui media KIE yang lebih tepat dan efektif 6) Mendorong Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten dan Kota untuk meningkatkan upaya peningkatan pengetahuan komprehensif 7) Mendorong daerah untuk menyusun regulasi tentang pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS. 8) Mengembangkan layanan komprehensif berkesinambungan di 15 kabupaten/ kota. 9) Peningkatan jumlah outlet, distribusi, dan promosi penggunaan kondom. 10) Peningkatan jumlah klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) 11) Implementasi program penggunaan kondom sebagai bagian layanan kesehatan primer. f. Masalah yang dihadapi 1) Masih tingginya penularan HIV dan IMS a)
Penularan HIV pada subpopulasi heteroseksual semakin meningkat termasuk penularan pada subpopulasi homoseksual dan biseksual.
b)
Penularan IMS dan HIV pada populasi WPS dan Waria belum berhasil dikendalikan.
Hal ini berkorelasi kuat dengan rendahnya tingkat
pemakaian kondom secara konsisten pada setiap kontak seks berisiko dan kesadaran untuk pemeriksaan dan pengobatan IMS yang benar c)
Penularan IMS dan HIV pada ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak sudah menunjukkan kecenderungan meningkat, terutama di provinsiprovinsi berprevalensi HIV tinggi.
2) Masih rendahnya kesadaran masyarakat ttg pencegahan penularan HIV a)
Perubahan sikap dan perilaku pada masyarakat khususnya populasi berisiko belum mencapai titik aman agar penularan HIV-AIDS dan IMS dapat dikendalikan. Belum terbangunnya kesadaran pada populasi berisiko untuk menolong diri sendiri
dan bertanggung jawab pada
anggota keluarga serta masyarakat dari risiko penularan HIV-AIDS dan IMS. b)
Kesadaran masyarakat termasuk populasi berisiko untuk mengetahui status HIV nya masih relatif rendah. Hal ini tergambar dari masih cukup besarnya jumlah temuan kasus AIDS di RS yang sudah berada pada stadium terminal sehingga tingkat kematian kasus AIDS masih tinggi
34
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
c)
Masih kuatnya sikap stigma dan perlakuan diskriminatif masyarakat dan petugas kesehatan kepada ODHA dan populasi berisiko. Hal ini menjadi penyebab dasar terhadap rendahnya partisipasi aktif populasi berisiko untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan terkait HIV-AIDS dan IMS.
3) Terbatasnya Ketersediaan layanan kesehatan komprehensif terkait IMS, HIV dan AIDS a)
Masih terbatasnya jumlah tenaga kesehatan yang peduli, terlatih dan terampil dalam melaksanakan program pengendalian IMS dan HIV serta penyakit oportunistiknya jika dibandingkan dengan luas wilayah prioritas dan besarnya populasi berisiko.
b)
Jumlah dan kualitas fasilitas layanan kesehatan yang mampu memberikan layanan kesehatan komprehensif terkait IMS-HIV dan AIDS masih belum memenuhi kebutuhan.
c)
Layanan kesehatan terkait IMS-HIV belum terintegrasi dalam berbagai bentuk layanan kesehatan yang tersedia
d)
Layanan promosi kesehatan, pencegahan, pemeriksaan, pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi terkait IMS dan HIV-AIDS belum menjangkau semua provinsi dan kab/kota berprevalensi HIV tinggi dengan melibatkan peran semua Puskesmas.
e)
Penerapan kewaspadaan standar di fasilitas layanan kesehatan belum optimal.
Hal ini dapat menjadi penyebab pada kerentanan petugas
kesehatan terhadap penularan HIV f)
Dukungan logistik untuk penyediaan media KIE, alat pencegahan, alat kesehatan, bahan habis pakai, dan obat-obatan untuk IMS, AIDS, dan penyakit oportunistik sudah berkecukupan di wilayah perkotaan kabupaten/kota yang secara geografis mudah dijangkau namun sangat terbatas pada wilayah kabupaten kota yang sulit dijangkau.
4) Hambatan dalam sistem pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi a)
Pencatatan dalam dokumen primer yaitu rekam medis belum mencerminkan Penyelenggaraan praktik kedokteran yang baik di Indonesia.
35
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
b)
Pelaporan pelayanan kesehatan promosi, pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi terkait HIV dan IMS belum terintegrasi dalam sistem informasi fasilitas layanan kesehatan
c)
Monitoring dan evaluasi yang tidak kontinyu akibat ketidak seragaman komitmen dan kemampuan pemerintah daerah dalam pembinaan, pengawasan dan penganggaran kesehatan menyulitkan pengambilan kebijakan yang tepat dalam pengendalian HIV-AIDS & IMS terutama dalam era desentralisasi
g. Usul Pemecahan Masalah 1)
Percepatan dan perluasan program dan layanan yang komprehensif. Sektor kesehatan dan jajarannya di semua tingkatan akan berupaya meningkatkan jumlah fasilitas kesehatan yang peduli dan mengerti permasalahan program dan layanan HIV-AIDS termasuk IMS, diagnosis dini, konseling dan tes (K&T) terintegrasi dalam setiap bentuk program maupun layanan kesehatan, pengurangan dampak buruk napza atau PTRM, dan akses serta ketersediaan ART. Dalam era desentralisasi, sektor kesehatan di tingkat provinsi bersama kabupaten/kota masingmasing menetapkan target percepatan dan perluasan program dengan memberikan perhatian beberapa hal sebagai berikut: a)
Peningkatan kualitas pengetahuan, keterampilan dan kewenangan tenaga kesehatan di pelayanan maupun program.
b)
Ketersediaan dan kecukupan serta berkesinambungan dalam hal logistik obat, bahan habis pakai dan alat kesehatan,
c)
Menyebarluaskan pengetahuan komprehensif promosi, pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi melalui distribusi dan ketersediaan informasi, edukasi dan konseling yang bermutu terutama penguatan substansi pesan tentang cara akurat mencegah penularan IMS dan HIV melalui perilaku seks dan pertukaran darah, dan penularan dari ibu ke bayi/anak beserta faktor dan populasi berisiko, serta pengelompokan media KIE berdasarkan segmentasi populasi risiko tinggi, dan populasi umum.
d)
Meningkatkan efektivitas penggunaan media KIE di pusat-pusat layanan kesehatan (RS, Puskesmas/ Klinik), dan pusat informasi kesehatan pada spot populasi berisiko, beserta layanan yang tersedia.
36
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
e)
Sektor Kesehatan tingkat provinsi dan kabupaten/kota berupaya menggerakkan partisipasi aktif kelompok dukungan sebaya ODHA, populasi berisiko dan pemangku kepentingan lokal untuk pelaksanaan program komunikasi kesehatan
yang berorientasi membangun
motivasi hidup sehat dan rendah risiko penularan HIV. f)
Meningkatkan cakupan pesan tentang kesehatan reproduksi dan seks aman seperti menunda hubungan seks pertama pada remaja dan pemuda, dan mengurangi jumlah pasangan seks pada populasi berisiko.
g)
Menyebarluaskan informasi yang benar untuk menghapus pandangan yang salah tentang penularan IMS dan HIV, pelayanan dan pemeriksaan kesehatan bersahabat serta meningkatkan pelayanan pengobatan terkait HIV dan AIDS.
h)
Meningkatkan cakupan pemakaian kondom pada populasi penjaja seks dan menyediakan serta meresepkan kondom sebagai alat kesehatan preventif bagi setiap pasien IMS.
i)
Meningkatkan pengurangan dampak buruk narkoba melalui layanan PTRM, ketersediaan dan permintaan alat dan jarum suntik steril sekali pakai bagi pengguna narkoba suntik dan menganjurkan rehabilitasi.
2)
Meningkatkan jumlah fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan IMS, PTRM, KT HIV, dan TB-HIV, ART dan IO. Peningkatan jumlah bertujuan untuk mendekatkan akses layanan agar: a)
Prevalensi IMS dan HIV pada populasi berisiko dapat dikendalikan.
b)
Meningkatnya jumlah peserta aktif PTRM.
c)
Meningkatnya cakupan testing
dan konseling HIV pada populasi
berisiko dan rawan tertular HIV, penderita TB dan Ibu hamil
3)
d)
Meningkatnya cakupan penapisan TB pada ODHA dan sebaliknya.
e)
Meningkatnya cakupan layanan PMTCT
f)
Meningkatnya cakupan layanan ART dan IO
Meningkatkan kinerja supervisi, bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi dengan memperkuat kepemimpinan dan koordinasi, serta sinkronisasi pelaksanaan sistem yang telah tersedia.
4)
Memperkuat konsolidasi dan koordinasi pada semua jajaran sektor kesehatan di semua tingkatan.
37
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
5)
Memperkuat penyusunan perencanaan program dan anggaran yang terpadu serta saling bersinergis di semua tingkatan a) Tingkat Pusat: masing-masing unit utama menyusun rencana kerja sebagai penjabaran dari Rencana Aksi ini. b) Tingkat Provinsi: menyusun rencana kerja dimana didalamnya terdapat penetapan kerangka prioritas wilayah dan program, target pencapaian program
yang
terukur,
sistim
pelaksanaan
kegiatan
program,
monitoring dan evaluasi. Tingkat kabupaten/kota dilibat aktifkan dalam proses penyusunan rencana kerja provinsi tersebut. c) Tingkat Kabupaten/Kota: menyusun rencana kerja spesifik tentang sasaran prioritas program dan sub populasi, ukuran pencapaian hasil, alur kerja, dan monitoring serta evaluasi. 6)
Memperkuat alur kerja pelaksanaan program yang saling bersinergis di masing-masing tingkat dan antar tingkat.
7)
Memperkuat kebijakan dan mekanisme pelaksanaan surveilans terpadu.
8)
Memperkuat pelaksanaan sistim supervisi, bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi program.
9)
Memperkuat koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait di masingmasing tingkat agar program percepatan dan perluasan pengendalian IMS, HIV dan AIDS mendapat dukungan politis dan teknis operasional.
10) Membangun perspektif hidup sehat dan rendah risiko penularan HIV. Sektor Kesehatan di masing-masing tingkat melaksanakan advokasi kepada penentu keputusan dan pemangku kepentingan sebagai usaha memperkuat dukungan sumberdaya dan dana, menciptakan suasana kondusif untuk pelaksanaan program, dan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program. 8.
Jumlah kasus Diare per 1000 penduduk a. Pengertian 1)
Diare AKUT adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuiensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari.
2)
Jumlah kasus diare per 1.000 penduduk adalah perkiraan jumlah penderita diare dalam 1.000 penduduk.
38
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
b. Definisi Operasional Perkiraan jumlah penderita diare per 1000 penduduk dalam kurun waktu 1 tahun (angka kesakitan diare) c. Rumus/Cara Perhitungan 1)
Inciden 2 minggu Jumlah penderita diare semua umur mulai 2 minggu ------------------------------------Jumlah penduduk semua umur
2)
Inciden 1 tahun Inciden diare 2 minggu ------------------------------------------------------------------------Faktor koreksi (jumlah penderita diare pada bulan pelaksanaan dibagi jumlah penderita diare 1 tahun) data 1 tahun ini adalah data tahun lalu di puskesmas terpilih dibagi 2 (2 = periode waktu pengamatan 2 minggu)
d. Capaian Indikator Capaian Indikator Jumlah kasus diare per 1.000 penduduk Tahun 2012 telah mencapai target yang ditetapkan (147,2%) dari target
315 kasus diare per
1000 penduduk, realisasi 214 kasus per 1000 penduduk.
Perbandingan dengan tahun 2010, 2011 dan 2012 : Berdasarkan hasil kajian morbiditas diare diketahui bahwa tahun 2010 jumlah kasus diare per 1.000 penduduk sebesar 444, tahun 2011 sebesar 411 dan tahun 2012 sebesar 214%. Hal ini menunjukan penurunan jumlah kasus diare per 1.000 penduduk. Perbandingan dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
39
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Grafik 8 Perbandingan Target dan Realisasi Jumlah Kasus Diare Per 1000 Penduduk Tahun 2010 – 2012
INSIDEN DIARE SEMUA UMUR HASIL KAJIAN MORBIDITAS DIARE 500
Per 1.000 pddk
400 300
411 350
411 335
200
315
300
214
285
250
100 0 '10
11
'12
REALISASI
'13
'14
'15
Tahun TARGET
Sumber : Survei Kemkes RI 1
e. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator: 1) Peningkatan kemitraan dengan menjalin kerja sama lintas program dan sektor dalam menanggulangi KLB/Wabah Diare 2) Sosialisasi tatalaksana diare yang tepat dan cepat di sarana kesehatan (Puskesmas /Rumah Sakit) maupun di rumah tangga. 3) Peningkatan SKD KLB Diare sehingga KLB Diare cepat terdeteksi dan segera dapat diatasi. 4) Promosi tentang upaya rehidrasi oral ditingkatkan, karena hal ini merupakan salah satu prinsip utama dalam talaksana penderita diare.
f. Masalah yang dihadapi 1) Angka kesakitan diare harus didapatkan melalui survey rumah tangga, karena angka dari laporan rutin yang dikumpulkan oleh dinkes propinsi tidak bisa menggambarkan angka kesakitan sebenarnya dipopulasi. g. Usul Pemecahan Masalah 1) Meningkatkan cakupan pelayanan di semua fasilitas pelayanan kesehatan 2) Survei rumah tangga dilakukan setiap 3 tahun sekali 3) Meningkatkan peran kader dalam penemuan kasus di masyarakat
40
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
9. Jumlah desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) h. Pengertian 1. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asalusul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem perundangan nasional dan beradi di daerah kabupaten/kota. 2. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi meliputi 5 pilar yaitu tidak buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar, mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. 3. Desa yang melaksanakan STBM adalah desa yang sudah melaksanakan pemicuan minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja masyarakat, dan telah mempunyai rencana tindak lanjut untuk menuju Sanitasi Total.
c. Definisi operasional : Jumlah Desa yang melaksanakan STBM adalah desa yang sudah melakukan pemicuan minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja masyarakat, dan telah mempunyai rencana tindak lanjut untuk menuju Sanitasi Total. d. Rumus/Cara Perhitungan: Jumlah kumulatif desa yang telah melaksanakan STBM di kecamatan /kabupaten/kota/provinsi
e. Capaian Kinerja Capaian kinerja indikator jumlah desa yang melaksanakan STBM pada Tahun 2012 telah mencapai angka target yang telah ditetapkan. Dari target 11.000 desa telah tercapai 11.156 desa (101,5%).
Tingkat pencapaian target dan realisasi indikator STBM dari tahun 2010 -2012 dapat dilihat pada grafik berikut :
41
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Grafik 9 Target dan Realisasi Jumlah Desa Yang Melaksanakan STBM Tahun 2010 - 2012
Target
Realisasi
20000 16000
11165 11000
6235 2510
5500
2500 Th.2010
Th.2011
Th.2012
Th.2013
Th.2014
Grafik 10 Persentase Tingkat Pencapaian Kinerja Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM Tahun 2010-2014 120 100
113.4 %101.5 %
100.4 %
80 60 40 20 0 2010
2011
2012
0,0
0,0
2013
2014
Setiap tahun jumlah desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat selalu bertambah. Sebagai target awal pada tahun 2010 jumlah desa ada 2.500 desa dan sampai dengan tahun 2014 menjadi sebesar 20.000 desa dengan 42
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
angka capaian atau realisasi yang juga selalu meningkat. pada gambar grafik diatas menunjukkan angka capaian diatas 100 % hal ini menunjukkan pula keberhasilan
kegiatan STBM. Bila
dilihat dari tingkat capaian kinerja,
menunjukkan bahwa capaian kinerja dalam kurun waktu 3 tahun angka yang tertinggi terlihat pada tahun 2011 dengan tingkat capaian kinerja yang dicapai sebesar 113,36%. atau ada penambahan jumlah desa yang menyelenggarakan STBM sebanyak 735 desa.
Sedangkan pada tahun 2012
tingkat capaian kinerja terlihat lebih rendah
dibanding tingkat capaian kinerja pada tahun sebelumnya yaitu hanya sebesar 101,5 % namun dilihat dari jumlah desa yang menyelenggarakan menunjukkan penambahan jumlah desa dari 11.000 desa menjadi 11.165 desa atau penambahan jumlah desa sebanyak 165 desa. hal ini terkait dengan adanya closing date dari 2 proyek yang mendukung penyelenggaran STBM yaitu Proyek WSLIC dan CWSHP.
f. Upaya-upaya Yang Telah Dilakukan Untuk Mencapai Indikator 1)
Meningkatkan
akses
air
minum
dan
sanitasi
dasar
secara
berkesinambungan kepada separuh dari porsi penduduk yang belum mendapat akses air minum dan sanitasi dasar. 2)
Mendorong Pemerintah Daerah untuk Strategi
Nasional
Sanitasi
Total
mengimplementasikan kegiatan
Berbasis
Masyarakat
(SN-STBM)
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 852 Tahun 2008 yang sampai pada akhir Tahun 2012 telah dilaksanakan oleh 11.165 desa di 241 kabupaten/ Kota di Indonesia. 3)
Melaksanakan kerjasama dengan berbagai lintas sektor terkait melalui penerapan PAMSIMAS, CWSH, WSLIC dan ICWRMIP.
4)
Melaksanakan kerjasama dengan mitra donor antara lain Unicef, World Bank, ADB, dan pemerintah daerah (APBD) untuk dukungan dana.
5)
Pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan melalui incash (dana masyarakat) dan inkind (sumber daya lainnya).
g. Masalah yang dihadapi 1)
Terbatasnya dana untuk perbaikan kualitas sarana air minum pedesaan sebagai tindaklanjut hasil inspeksi sanitasi sarana terutama pada daerah-
43
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
daerah pedesaan terpencil dan daerah yang belum terjangkau oleh proyek penyediaan air bersih. 2)
Masih rendahnya komitmen pemerintah daerah dan swasta dibidang penyediaan air minum dan sanitasi yang berkualitas.
3)
Belum
semua
laboratorium
kesehatan
masyarakat
dan
BTKLPP
terakreditasi; 4)
Terbatasnya SDM yg telah mendapat pelatihan dan peralatan uji kualitas.
5)
Belum terdistribusinya sarana dan prasarana laboratorium kit secara merata baik kabupaten/kota, dan desa
6)
Keterbatasan dan tidak meratanya distribusi tenaga operasional lapangan kesehatan lingkungan sampai ke tingkat desa.
7)
Disparitas capaian antar wilayah (antar provinsi dan kabupaten/kota)
8)
Adanya kesenjangan antara kebutuhan dengan kapasitas sumber daya dalam memenuhi kebutuhan penyediaan air minum dan sanitasi pedesaan.
h. Usul Pemecahan Masalah Dalam rangka meningkatkan kinerja pelaksanaan program maka dilakukan berbagai
terobosan-terobosan
indikator,diharapkan
yang
upaya-upaya
dapat
yang
mendukung
dilakukan
dapat
pencapaian memperkecil
permasalahan yang ada antara lain : 1) Meningkatkan komitmen pemerintah daerah dan swasta melalui
advokasi keseluruh stakeholder dibidang penyediaan air minum dan sanitasi yang berkualitas. 2) Meningkatkan sarana dan prasarana laboratorium kesehatan masyarakat dan BTKLPP 3) Mendorong akreditasi laboratorium kesehatan dan BTKLPP. 4)
Melakukan pendampingan pelaksanaan di propinsi dan kab/kota
5)
Harmonisasi program dengan stakeholder terkait (Donor agency, Lembaga Swadaya Masyarakat, Swasta, dll) dalam pelaksanaan kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi berkualitas.
6)
Akselerasi STBM melalui inisiasi daerah dan akses pendanaan BOK
7)
Pengembangan Teknologi Tepat Guna (TTG)
air bersih dan sanitasi di
Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK) dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). 8)
Meningkatkan
pembinaan
yang
diprioritaskan
pada
daerah-daerah
pencapaian target indikatornya di bawah angka rata-rata nasional
44
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
9)
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat terhadap perilaku higiene dan sanitasi melalui penerapan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
10. Persentase
Provinsi
yang
Melakukan
Pembinaan
Pencegahan
dan
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (SE, Deteksi Dini, KIE dan Tata Laksana)
a. Pengertian 1) Provinsi yang melakukan pembinaan pencegahan dan penanggulangan PTM adalah
Provinsi
yang
melakukan
pembinaan
pencegahan
dan
penanggulangan PTM kepada kab/kota di wilayah provinsi tersebut. 2) Ruang lingkup pencegahan dan penanggulangan PTM adalah deteksi dini, penanganan kasus, KIE, dan Surveilans 3) Pembinaan pencegahan dan penanggulangan PTM yang dimaksud adalah memberikan dukungan dalam melaksanakan program PPTM, sehingga kab/kota di wilayah provinsi tersebut dapat melaksanakan program PPTM. b. Definisi operasional Persentase
Provinsi
yang
melakukan
pembinaan
pencegahan
dan
penanggulangan PTM adalah jumlah Provinsi yang melakukan pembinaan pencegahan dan penanggulangan PTM terhadap jumlah provinsi di Indonesia c. Rumus/Cara perhitungan: Persentase Provinsi yang melakukan pembinaan pencegahan dan = penanggulangan PTM
jumlah Provinsi yang melakukan pembinaan pencegahan dan penanggulangan PTM x 100% Jumlah provinsi di Indonesia
d. Pencapaian Indikator Pencapaian Persentase provinsi yang melakukan Pembinaan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (SE, Deteksi Dini, KIE dan Tata laksana), dapat mencapai target yang diharapkan. Target pada tahun 2012 sebesar 80%, realisasi 90,9%, sehingga pencapaiannya sebesar 113,6%.
45
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Grafik 11 Target dan Realisasi Indikator Persentase Provinsi Yang Melakukan Pembinaan Pencegahan dan Penanggulangan PTM Tahun 2012
90,9
Persentase
95 90 85
80
80 75 70
Target
Realisasi
Target provinsi yang melakukan Pembinaan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (SE, Deteksi Dini, KIE dan Tatalaksana), adalah sebesar 80%, yaitu 26 provinsi yang menjadi target. Pada akhir tahun dilaksanakan evaluasi untuk mengukur indikator kinerja tersebut, dari hasil evaluasi tersebut diketahui bahwa 30 provinsi (90,9%) yang sudah melakukan pembinaan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular (SE, Deteksi Dini, KIE dan Tata laksana). Provinsi tersebut adalah
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Banten, Lampung, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Riau, Bangka Belitung, Jambi, Kepulauan Riau, Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Perbandingan pencapaian pengukuran sasaran indikator kinerja tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada grafik berikut:
46
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Grafik 12 Target dan Realisasi Indikator Persentase Provinsi yang melakukan Pembinaan Pencegahan dan Penanggulangan PTM Tahun 2010 – 2012 100
84,8
90,9
persentase
80 60
80 54,5
40
70 Target
50
Capaian
20 0 2010
2011
2012
Tahun
e. Upaya-upaya yang telah dilakukan: 1) Sosialisasi dan advokasi terhadap pemegang kebijakan Meningkatkan peran serta pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam melakukan pengendalian penyakit tidak menular, diperlukan untuk memperkuat
komitmen
daerah
serta
sistem
pembiayaan
program
pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular melalui berbagai kegiatan seperti pada peringatan hari jantung sedunia, hari tanpa tembakau, dll. 2) Penyusunan NSPK Penyusunan NSPK PPTM dilaksanakan guna memperkuat aspek legal dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular meliputi revisi modul TOT pengendalian faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, regulasi pengaturan asupan garam, penyusunan pedoman penemuan dini kanker pada anak, penyusunan pedoman penyakit kronis dan degeneratif,
penyusunan
permenkes
pengendalian
gangguan
akibat
kecelakaan, penyusunan petunjuk teknis pengendalian KDRT, penyusunan pedoman pelayanan PTM di Puskesmas, dan review penyusunan pedoman Posbindu. 3) Bimbingan Teknis secara intensif Bimbingan ini dilaksanakan untuk memperkuat dalam melaksanakan pengendalian penyakit tidak menular di daerah.
47
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
4) Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor dengan penguatan Jejaring di tingkat Provinsi. Koordinasi lintas program dan lintas sektor dengan penguatan forum kota sehat
maupun
Jejaring
pengendalian
penyakit
tidak
menular
untuk
pengendalian penyakit tidak menular di daerah sehingga dapat digunakan sebagai wadah dalam mengkoordinasikan permasalahan dan hambatan dalam
pengendalian
penyakit
tidak
menular.
Lembaga-lembaga
kemasyarakatan termasuk lembaga swadaya masyarakat dan organisasi profesi memiliki peran sentral untuk membangun dukungan masyarakat umum, karenanya harus dilibatkan sebagai mitra aktif dalam proses pengembangan, pelaksanaan pengendalian penyakit tidak menular. 5) Peningkatan kapasitas SDM Peningkatan SDM secara berjenjang akan mempermudah pelaksanaan pengendalian penyakit tidak menular. Pada tahun 2012 telah dilakukan TOT PPTM terintegrasi di 15 provinsi, yang melibatkan pengelola program, dan petugas kesehatan. Diharapkan dengan TOT ini, daerah dapat meningkatkan pengendalian PTM melalui peningkatan pelayanan PTM di fasilitas kesehatan dengan kegiatan pelayanan PTM di Puskesmas, dan juga mengembangkan kegiatan posbindu di kelompok-kelompok masyarakat. 6) Penyediaan Sarana dan Prasarana Penyedian sarana dan prasarana upaya pengendalian penyakit tidak menular dilaksanakan sebagai pendukung dalam mengembangkan dan memperkuat kegiatan pengendalian PTM. Dukungan tersebut berupa penyedian Posbindu Kit, dan alat kesehatan dalam peningkatan pelayanan PTM di Puskesmas .
f.
Masalah yang dihadapi 0) Masih terbatasnya regulasi dalam pengendalian PTM 1) Advokasi yang belum maksimal pada kab/kota Masih terbatasnya upaya pengendalian PTM, baik yang datang dari masyarakat maupun pemerintah. Hal ini terlihat dengan masih rendahnya anggaran dalam pengendalian PTM. 2) Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor yang belum optimal di tingkat Kab/Kota
48
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Kelemahan koordinasi dan ketiadaan rencana bersama antar para pelaku dan penggiat pengendalian PTM, sehingga menghambat pelaksanaan PTM. 3) Sosialisasi yang masih belum maksimal Rendahnya kesadaran masyarakat akan ancaman bahaya PTM, sehingga masyarakat masih perlu diberikan informasi mengenai bahaya PTM dan pentingnya pencegahan PTM melalui pengendalian faktor risiko dan deteksi dini. 4) SDM yang masih terbatas dalam pengendalian PTM 5) Surveilans dan registri PTM yang belum berjalan Belum tersedianya Data PTM dan faktor risikonya sesuai dengan yang diharapkan. Data merupakan sumber informasi untuk advokasi kepada penentu kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaan program PTM
g. Usul Pemecahan Masalah 1) Pengembangan NSPK tentang pengendalian PTM di berbagai tingkat pemerintahan dan didukung oleh semua pihak terkait dan masyarakat diberbagai tatanan. 2) Peningkatan advokasi terhadap stake holder yang terkait Advokasi PPTM kepada Pemerintah (Pusat dan Daerah) secara intensif dan efektif dengan focus pesan ‘Dampak PTM
(ancaman) terhadap
pertumbuhan ekonomi Negara/Daerah, dan juga dalam peningkatan anggaran dalam pengendalian PTM. 3) Peningkatan koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor Dalam meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor baik melalui forum kota sehat maupun jejaring pengendalian PTM untuk membangun dukungan dalam melaksanakan pengendalian PTM. Salah satu kegiatan dalam meningkatkan koordinasi tersebut dengan menyusunan Rencana Aksi Nasional sebagai upaya meningkatkan koordinasi dan rencana bersama antar para pelaku dan penggiat pengendalian PTM.
49
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
4) Peningkatan kapasitas sumber daya dan kelembagaan dalam pengendalian PTM. Peningkatan kapasitas SDM terus dilakukan, terutama untuk 17 provinsi yang belum dilatih untuk membentuk tim pelatih provinsi. Selain itu pelatihan untuk tingkat kab/kota, Puskesmas maupun pelatihan kader melalui dana dekon maupun APBD. 5) Peningkatan sosialisasi pengendalian PTM Sosialisasi pengendalian PTM dalam meningkakan kesadaran masyarakat melalui Promosi kesehatan dan perlindungan populasi berisiko PTM yang efektif dan didukung regulasi memadai melalui kebijakan yang berpihak pada kesehatan untuk menjamin pelaksanaannya secara terintegratif melalui “Triple Acs” (active cities, active community and active citizens) dengan kerja sama lintas program, kemitraan lintas sektor, pemberdayaan swasta/industri dan kelompok masyarakat madani. Upaya
promosi
dan
kampanye
pencegahan
PTM
dilakukan
oleh
Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan lintas program, lintas sektor yaitu organisasi pemerintah, swasta, dan masyarakat. Setiap tahun, Kementerian Kesehatan dan pihak lainnya memperingati Hari PTM Sedunia dengan melaksanakan berbagai kegiatan, berupa: kampanye secara massal dan kegiatan skrening dan deteksi dini PTM. 6) Surveilans Epidemiologi faktor risiko dan registri PTM Mengembangkan SE faktor risiko dan registri PTM terintegrasi dengan SIKDA generik yang telah dibuat oleh Pusdatin kemenkes dalam penyediaan data dan informasi PTM. 7) Penyediaan Sarana dan Prasarana Sebagai dukungan dan memperkuat dalam pelaksanaan pengendalian PTM di daerah, perlu penyedian sarana dan prasarana.
50
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
11. Persentase Provinsi yang Memiliki Peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
h. Pengertian 1)
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan Produk Tembakau.
2)
Ruang lingkup KTR meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.
3)
Pembatasan merokok di tempat-tempat umum adalah untuk mencegah seseorang bukan perokok dari paparan asap tembakau lingkungan (perokok pasif).
4)
Yang dimaksud “tempat umum” adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh masyarakat umum dan/atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, swasta dan masyarakat
5)
Peraturan yang dimaksud dalam indikator ini berupa Surat Edaran/ Instruksi/ SK/ Peraturan Walikota/Bupati/Peraturan Daerah.
i. Definisi operasional Persentase provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah jumlah provinsi yang mempunyai peraturan tentang kawasan tanpa rokok di tingkat provinsi atau tingkat kab/kota terhadap jumlah provinsi di Indonesia. j. Cara perhitungan/rumus Persentase provinsi yang memiliki peraturan tentang KTR
=
jumlah provinsi yang mempunyai peraturan tentang kawasan tanpa rokok di tingkat provinsi atau tingkat kab/kota X 100% Jumlah provinsi di Indonesia
k. Capaian Kinerja Persentase provinsi yang memiliki Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR), mencapai target yang ditentukan. Dari target 80%, realisasi sebesar 81,8%, sehingga pencapaian sebesar 102,3%.
51
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Pada tahun 2012 target Provinsi yang telah memiliki Perda (Perda/ surat edaran/ instruksi/ SK/ Peraturan Gubernur) tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah sebesar 80% yaitu 26 provinsi. Hasil evaluasi, sebanyak 27 (81,8%) provinsi telah memiliki Kebijakan (Perda/ surat edaran/ instruksi/ SK/ Peraturan Gubernur) tingkat provinsi atau tingkat kab/kota tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Banten, Lampung, Kalimantan Selatan, Sualwesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Aceh, Sumatera Utara, dan Bengkulu, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Riau, Bangka Belitung, Jambi, dan Kepulauan Riau. Berikut perbandingan pencapaian dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.
Grafik 13 Perbandingan Pencapain Provinsi yang memiliki Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Tahun 2010, 2011 dan 2012.
90
81,8
80
persentase
70 60 50
80
63,6 45,5
60 Target
40 30
40
Capaian
20 10 0 2010
2011
2012
Tahun
Kekuatan yang ada dalam mendukung tercapainya indikator ini, antara lain sebagai berikut: 1)
UU No. 36 Tentang Kesehatan Tahun 2009, tembakau/rokok merupakan zat adiktif( pasal 113 ayat 2)
2)
Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 188/Menkes/PB/2011 dan Nomor 7 tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
52
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
3)
Keputusan Menteri Kesehatan RI no.073/MENKES/SK/I/2007 tentang Kelompok Kerja Nasional Pengendalian Masalah Tembakau
4)
Monitoring prevalensi merokok (SUSENAS, SKRT, RISKESDAS, GYTS, GATS)
5)
Aliansi Bupati/ Walikota untuk KTR
6)
Adanya jejaring lintas sektor dan lintas program dalam pengendalian tembakau
7)
KTR sebagai indikator Kota Sehat, Sekolah Sehat, Kota Layak Anak
8)
Pedoman Pengembangan KTR dan Pedoman Nasional Pelaksanaan dan Penegakan Hukum Kebijakan KTR
9)
Sudah adanya 4 kota yaitu Bogor, Payakumbuh, Padang Panjang dan Bukit Tinggi telah sukses melakukan larangan total bagi iklan dan promosi rokok di tingkat lokal
10) Cukai tembakau meningkat secara bertahap 11) Kemenkes
mengembangkan
kerjasama
dengan
Kemenkeu
guna
memanfaatkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) di daerah bagi KTR dan pelayanan penyakit terkait rokok, berdasarkan UU Nomor 39 Tentang Cukai Tahun 2007. Untuk meningkatkan penggunaannya bagi kesehatan. l. Upaya yang telah dilakukan pada tahun 2012 antara lain sebagai berikut: 1)
Peningkatan kapasitas sumber daya dan kelembagaan dalam pengendalian tembakau, melalui Pelatihan Manajemen Keuangan dalam Pengendalian Tembakau, Pelatihan
Pelatihan Manajemen
Manajemen dan
Proyek
Pengendalian
Tembakau,
kepemimpinan
Pengendalian
Tembakau,
Pelatihan KTR, Pelatihan Penegakan hukum dan inspeksi kepatuhan di 3 kab/kota 2)
Meningkatkan komitmen dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pengendalian tembakau, melalui pelaksanaan advokasi kepada pengambil kebijakan untuk mendukung pengendalian tembakau dan pengendalian PTM, pertemuan tindak lanjut monitoring aliansi, pertemuan pengembangan kebijakan 100% KTR dengan Gubernur, Pemda, dan Stakeholder di 5 provinsi, pertemuan dengan aliansi bupati dan walikota, Workshop penyusunan draft Naskah Akademik untuk aksesi Framework Convention On Tobacco Control (FCTC), pertemuan rutin dengan stakeholder
53
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
membahas tentang pengendalian tembakau (FCTC, UU Kesehatan) dan perkembangannya setiap 3 bulan. 3)
Mengembangkan KIE melalui berbagai media, dengan menyediakan bahan informasi mengenai pengendalian tembakau, mendistribusikan Factsheet, mengembangkan dan mendistribusikan tanda-tanda dilarang merokok nasional sesuai dengan UU Kesehatan.
4)
Meningkatkan partisipasi seluruh komponen bangsa melalui peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia
5)
Dikembangkannya
klinik
berhenti
merokok
di
pelayanan
kesehatan
masyarakat di Puskesmas dan Rumah Sakit 6)
Mengembangkan regulasi/NSPK pengendalian tembakau, dengan membuat Panduan untuk implementasi nasional penegakan kebijakan 100% KTR, dan mengembangkan bahan advokasi kebijakan pengendalian tembakau.
m. Masalah yang dihadapi 1)
Masih terbatasnya regulasi dalam pengendalian tembakau
2)
Advokasi dan sosialisasi yang masih belum maksimal kepada stakeholder terkait.
3)
Koordinasi lintas program dan lintas sektor yang belum optimal
4)
Rendahnya peran serta dan kesadaran masyarakat akan ancaman bahaya produk tembakau, khususnya rokok.
5)
Masih adanya penolakan dari pihak swasta dan sebagian masyarakat terhadap upaya pengendalian tembakau di Indonesia.
n. Usul Pemecahan Masalah 1)
Pengembangan regulasi tentang pengendalian tembakau di berbagai tingkat pemerintahan dan didukung oleh semua pihak terkait dan masyarakat diberbagai tatanan. Dengan telah di tandatanganinya PP nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam pengendalian tembakau.
2)
Penegakan hukum (law enforcement) secara konsisten sesuai dengan ketentuan yang ada dalam melindungi dampak kesehatan akibat rokok
3)
Peningkatan pemahaman tentang bahaya rokok kepada seluruh lapisan masyarakat
dengan
melibatkan
stakeholder
termasuk
masyarakat,
organisasi profesi, akademisi, lembaga sosial masyarakat (LSM).
54
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
4)
Pengendalian tembakau dilakukan secara komprehensif, berkelanjutan, terintegrasi dengan harmonisasi kebijakan publik dan melalui periode pentahapan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
5)
Komitmen pemerintah dalam penyelenggaraan pengendalian tembakau melalui APBN, APBD dan sumber penganggaran lainnya.
6)
Peningkatan kapasitas sumber daya dan kelembagaan dalam pengendalian tembakau.
7)
Melaksanakan kegiatan MPOWER yaitu : a) Monitor (prevelensi) penggunaan tambakau dan kebijakan preventifnya; b) Perlindungan masyarakat dari asap tembakau; c) Optimalisasi dukungan berhenti merokok; d) Waspadakan masyarakat akan bahaya (asap) tembakau; e) Eliminasi iklan, promosi serta sponsor tembakau/ rokok; f) Raih kenaikan cukai tembakau/rokok.
C. SUMBER DAYA 1. Sumber Daya Manusia Direktorat PP dan PL memiliki Sumber Daya Manusia sebayak 646 (Enam Ratus Empat Puluh Enam) orang pada tahun 2012, dikelompokkan berdasarkan jabatan, kelompok umur, golongan, pendidikan dan jabatan. a. Jabatan Berdasarkan kelompok jabatan, dibagi menjadi 3 yaitu :Jabatan Struktural, Jabatan Fungsional Umum (JFU) dan Jabatan Fungsional Tertentu (JFT), sebagaimana ditampilkan pada grafik di bawah ini:
55
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Grafik 14 Jumlah Pegawai Ditjen PP dan PL Berdasarkan Jabatan Tahun 2012
99 44
Struktural JFT JFU
503
b. Kelompok Umur
Grafik 15 Jumlah Pegawai Ditjen PP dan PL Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012 1 10
7
23-24 25 - 30 Thn 16
12
31 - 35 Thn 36 - 40 Thn 41 - 45 Thn 46 - 50 Thn
15 25
51 - 55 Thn 56 Thn
56
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
c. Golongan
Grafik 16 Jumlah Pegawai Ditjen PP dan PL Berdasarkan Golongan Tahun 2012
4
1 5
44
2
4
I/C
5 20
I/D 24
II/A
32
II/B 81
II/C
126
II/d III/a III/b III/c
185
113
III/d
c. Pendidikan
Grafik 17 Jumlah Pegawai Ditjen PP dan PL Berdasarkan Pendidikan Tahun 2012 3
1 11 9
SD 130
SLTP 9
SLTA D1
356
81
D3 9
DIV S1 S2
305
S3 Spesialis
57
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
e. Jenis Kelamin Jumlah Pegawai Ditjen PP dan PL Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012
275
Perempuan
371
2.
Laki-laki
Sumber Daya Anggaran Sumber daya anggaran yang dikelola oleh Ditjen PP dan PL dalam rangka melaksanakan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012 untuk mencapai target-target sasaran program tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
58
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Tabel 7 Pagu dan Realisasi Anggaran Program Pengendalian Penyakitdan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012
NO 1
KEGIATAN Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra a. RM b. Hibah Langsung
2
Pengendalian Penyakit Menular Langsung a. RM b. Hibah Langsung
3
Pengendalian Bersumber Binatang
ANGGARAN SETELAH REVISI (Rp.)
REALISASI (Rp.)
132,466,000,000
179,614,309,000
159,734,164,805
88.93
132,466,000,000
154,458,720,000 25,155,589,000
139,844,281,307 19,889,883,498
90.54 79.07
89,100,000,000
533,756,450,000
456,711,859,075
85.57
89.100.000.000
186,314,604,000 347,441,846,000
140,205,463,170 316,506,395,905
75.25 91.10
69,300,000,000
179,819,952,000
138,989,694,816
77.29
69,300,000,000
63,040,720,000
42,550,650,963
67.50
116,779,232,000
96,439,043,853
82.58
ANGGARAN SEMULA (Rp.)
Penyakit
a. RM b. Hibah Langsung 4
5
Penyehatan Lingkungan
100,015,003,000
85,263,352,000
75,462,186,999
88.50
a. RM, RMP, Loan dan Hibah b. Hibah Langsung
100,015,003,000
85,044,151,000 219,201,000
75,290,756,999 171,430,000
88.53 78.21
Pengendalian Penyakit Tidak Menular
61,234,000,000
52,772,036,000
50,064,141,987
94.87
a. RM
61,234,000,000
49,229,313,000
47,090,400,186
95.66
3,542,723,000
2,973,741,801
83.94
b. Hibah Langsung
6
%
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
159,757,410,000
106,587,556,000
82,212,103,531
77.13
a. RM
159,757,410,000
104,288,186,000
80,171,951,942
76.88
2,299,370,000
2,040,151,589
88.73
577,994,625,000
469,708,725,000
426,030,613,306
90.70
b. Hibah Langsung 7
UPT
8
Dekonsentrasi
74,663,372,000
89,706,193,000
76,224,276,593
84.97
9
TP
47,326,690,000
47,326,690,000
41,778,215,048
88.28
1,311,857,100,000
1,744,555,263,000
1,507,207,256,160
86.39
JUMLAH
59
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
3.
Sumber Daya Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dapat dikelompokkan atas peralatan, sarana gedung, dan prasarana lainnya. Kegiatan ini dikelola oleh Sekretariat Direktorat Jenderal yang dimanfaatkan oleh satuan kerja pusat termasuk instalasi pendukungnya. Gedung utama terletak di Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat termasuk instalasi gudang, parkir, taman, dan kantin. Posisi neraca barang milik negara per 31 Desember 2012 senilai Rp. 7.188.978.900.776,- yang terdiri dari:
60
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012
Tabel 8 Barang Milik Negara Ditjen PP dan PL Posisi Per Tanggal 31 Desember 2012 KODE
URAIAN
JUMLAH (Rp)
117111
Barang konsumsi
17.883.533.903
117113
Barang untuk pemeliharaan
117114
Suku cadang
117121
Pita cukai, materai dan leges
117124
Peralatan & mesin utk dijual dan diserahkan kpd masy.
117127
Aset lain-lain untuk diserahkan kepada masyarakat
117128
Barang Persediaan lainnya utk dijual/diserahkan ke masy.
117131
Bahan baku
117191
Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga
117199
Persediaan lainnya
131111
Tanah
132111
Peralatan dan mesin
133111
Gedung dan bangunan
134111
Jalan dan jembatan
202.732.800
134112
Irigasi
680.229.950
134113
Jaringan
135111
Aset tetap dalam renovasi
103.962.500
135121
Aset tetap lainnya
16.3.306.630
136111
Konstruksi dalam pengerjaan
162151
Software
162191
Aset tak berwujud lainnya
166112
Aset tetap yg tdk digunakan dlm operasi pemerintahan
299.154.586 96.183.548.750 0 14.413.374.000 74.313.250 2.530.000 13.202.288.636 1.098.844.139 257.073.373.299 97.861.540.889 1.435.858.858.640 211.494.422.988
98.269.196.101
820.432.267.618 1.771.663.928 16.257.700
JUMLAH
158.227.836.548 3.241.813.236.855
61
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
BAB IV SIMPULAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PP dan PL Tahun 2012 merupakan laporan pertanggungjawaban Penyehatan
kinerja
Lingkungan
pelaksanaan
yang
Program
berasaskan
Pengendalian
akuntabilitas
dan
Penyakit
berorientasi
dan pada
pencapaian-pencapaian kinerja sasaran program yang bersifat hasil (outcome). Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan memiliki sasaran menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja diperoleh hasil
bahwa dari 11 Indikator sasaran Program
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, sebanyak 10 indikator telah mencapai target yang ditetapkan, dan hanya 1 indikator belum mencapai target yang ditetapkan. Pencapaian indikator sasaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan masih menghadapi beberapa masalah seperti kurangnya koordinasi dan integrasi antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, komitmen pemerintah daerah yang rendah dalam menyediakan anggaran, serta masih terbatasnya SDM kesehatan secara kualitas dan kualitas. Pada tahun yang akan datang Ditjen PP dan PL berupaya untuk meningkatkan pencapaian sasaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dengan
meningkatkan
sosialisasi
dan
advokasi
kebijakan-kebijakan
Program
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan berupaya mendorong pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota untuk meningkatkan komitmennya dalam penyelenggaraan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
62
LAMPIRAN
PENGUKURAN KINERJA
Unit Organisasi Eselon I
: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Tahun Anggaran
: 2012
SASARAN Menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10.
11.
INDIKATOR KINERJA Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap Angka penemuan kasus Malaria per 1.000 penduduk Jumlah kasus TB (per 100.000 penduduk) Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang ditemukan Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang disembuhkan Angka kesakitan penderita DBD per 100.000 penduduk Prevalensi kasus HIV Jumlah kasus Diare per 1.000 penduduk Jumlah desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Persentase provinsi yang melakukan pembinaan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular (SE, deteksi dini, KIE dan tata laksana) Persentase provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
TARGET
REALISASI
%
85
86,8
102,1
1,5
1,69
88,76
228
213
107,04
80
82,4
101,9
87
90,8
104,5
53
36,82
130,53
<0,5
0,32
166,67
315
214
147,2
11.000
11.165
101,5
80
90,9
113,6
80
81,8
102,3
Jumlah Anggaran Program PP dan PL Tahun 2012
: Rp. 1.744.555.263.000,-
Jumlah Realisasi Anggaran Program PP dan PL Tahun 2012
: Rp. 1.507.207.256.160,-