PENGARUH PENYULUHAN LEPTOSPIROSIS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN PRAKTIK MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN LEPTOSPIROSIS DI KELURAHAN KUNINGAN KOTA SEMARANG TAHUN 2014 Yuninda Fajar K.H*) , Suharyo**) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula I No 5-11 Semarang Email :
[email protected] ABSTRACT Leptospirosis is an acute infectious disease that can infect humans and animals (zoonosis) that caused by Leptospira. Health education about Leptospirosis is one of the waysused to increase the knowledge of leptospirosis with the aim of changing or influencing human behavior in the prevention of leptospirosis. This study aimed to analyze the influence of illumination on the level of knowledge and leptospirosis community practices in the prevention of leptospirosis in Kuninganvillage Semarang 2014. This study used a quasi-experimental method with one group pretest-posttest design was done on 44 respondents. Statistical test used Wilcoxon test. Sampling technique using purposive sampling. Extension method used is a direct extension. Media used are a power point, lefleat, and video. The results indicated that mean knowledge of the respondent before the counseling was 7.66, one week after counseling increasing to 14 and two weeks after counseling increasing to 14.3, mean of practice before the counseling was 9.18. One week after counseling increasing to 10.95 and two weeks after counseling increasing to 14.14. The Wilcoxon test, p-value obtained 0.000 (p <0.05). This showed that the counseling of leptospirosis affect the level of knowledge and practice of the community in the prevention of leptospirosis in the Kuningan village Semarang 2014. For the people to be more active in participating of Health Promotion program by the government, after participating in the activities related to the promotion of public health, it is expected that people can live healthier so that the incidence of the disease can be decreased. Keywords: Leptospirosis, counseling, prevention ABSTRAK Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun hewan (zoonosis) Penyakit ini disebabkan oleh Leptospira. Penyuluhan kesehatan tentang Leptospirosis merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menambah pengetahuan seseorang tentang Leptospirosis dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia dalam pencegahan leptospirosis.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisispengaruhpenyuluhan leptospirosis terhadap tingkat pengetahuan dan praktik masyarakat dalam pencegahan leptospirosis di kelurahan Kuningan kota Semarang tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental dengan menggunakan rancangan one group pretest-postest design yang dilakukan pada 44 orang responden.Uji hipotesis menggunakan uji Wilcoxon. tekhnik pengambilan sample menggunakan purposive sampling. Metode penyuluhan yang digunakan adalah penyuluhan langsung. Media yang digunakan adalah powerpoint, leaflet serta video. Hasil penelitian inimenunjukkan rata – rata pengetahuan responden sebelum penyuluhan sebesar 7,66. Satu minggu setelah penyuluhan meningkat menjadi 14 dan dua minggu setelah penyuluhan kembali meningkat menjadi 14,3. Rata - rata praktik sebelum penyuluhan sebesar 9,18. Satu minggu setelah penyuluhan meningkat menjadi 10,95 dan dua minggu setelah penyuluhan kembali meningkat menjadi 14,14.Dengan uji Wilcoxon, diperoleh nilaip-value sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan leptospirosis berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan praktik masyarakat dalam pencegahan Leptospirosis di kelurahan Kuningan kota Semarang tahun 2014. Bagi masyarakat agar dapat lebih aktif dalam mengikuti program Promosi Kesehatan oleh pemerintah, setelah mengikuti kegiatan terkait promosi kesehatan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat hidup lebih sehat sehingga angka kejadian penyakit dapat menurun. Kata Kunci: Leptospirosis, penyuluhan, pencegahan pemberdayaan PENDAHULUAN Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun hewan (zoonosis). Penyakit ini disebabkan oleh Leptospira interrogans kuman aerob (termasuk golongan Spirochaeta) yang berbentuk spiral dan bergerak aktif. Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Adolf Weil pada tahun 1886.
Penyakit tersebut
ada pada manusia dengan gambaran klinis; demam, pembesaran hati dan limfa, ikterus dan ada tanda-tanda kerusakan
pada
ginjal.
Penyakit
dengan gejala tersebut oleh Goldsmith (1887)
disebut
sebagai
“Weil’s
Disease”.1 Penyuluhan kesehatan adalah salah satu bentuk kegiatan promosi kesehatan yang merupakan proses
masyarakat
atau
memandirikan
untuk
memelihara,
meningkatkan kesehatanya
dan
melindungi
melalui
peningkatan
kesadaran, kemauan dan kemampuan serta pengembangan lingkungan yang sehat. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dengan pembelajaran, yaitu upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan
Kemampuan
dalam
bidang kesehatan.2 Di Jawa Tengah kasus tertinggi leptospirosis ada di Kota Semarang dengan jumlah yang fluktuatif. Pada tahun 2011 jumlah kasus leptospirosis ada 70 kasus dengan 25 meninggal. Pada
tahun
2012
jumlah
kasus
meningkat menjadi 81 kasus namun angka kematian turun menjadi 14 kasus. Sedangkan pada tahun 2013
kasus kembali turun menjadi 71 kasus
di
kelurahan
dengan 11 kasus meninggal.3
tahun 2014.
Kuningan
Semarang
ini
merupakan
Kasus Leptospirosis di Kota Semarang pada Tahun 2013 sebanyak 71
kasus,
mengalami
METODE
penurunan Penelitian
sebesar 12,34% dibandingkan tahun sebelumnya yang
jumlah kasusnya
sebanyak 81 kasus. Sedangkan untuk angka kematian masih sama seperti
rekapitulasi
data
kasus leptospirosis Dinas Kesehatan Kota Semarang pada bulan September 2012 terdapat 71 kasus dengan CFR 19,72%
.
Kasus
tertinggi
ada
di
kecamatan Tembalang dan Semarang
wilayah
Puskesmas
Bandarharjo
mempunyai
leptospirosis
tinggi
kasus
dibandingkan
Dari survey awal yang dilakukan dengan metode wawancarapada bulan Oktober 2014 di kelurahan Kuningan 60%
masyarakat
yang
dijadian sampel survey awal belum mengetahui sehingga
penyakit mereka
bagaimana
leptospirosis.
belum
cara
pencegahan
paham
melakukan penyakit
leptospirosis.Untuk itu perlu dilakukan penelitian leptospirosis
pengaruh terhadap
metodeQuasi
test
design,
maksud
penyuluhan tingkat
pengetahuan dan praktik masyarakat
dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
ada
pengaruh
dalam
pemberian penyuluhan leptospirosis terhadap pengetahuan dan praktik masyarakat
dalam
pencegahan
leptospirosis. Pada
penelitian
ini
diawali
denganpemberiankuesioner pretest,kemudian setelah itu peneliti mengadakan
penyuluhan
mengetahui
wilayah puskesmas yang lain.5
Semarang,
dengan
Eksperimental One group pre test –
Utara. Di wilayah Semarang Utara khususnya
Kuantitatif
menggunakan
post
tahun lalu yaitu sebesar 17 %.4 Berdasarkan
penelitian
Untuk pengaruh
penyuluhan.Metode penyuluhan yang digunakan
adalah
langsung.
Media
penyuluhan
yang
digunakan
adalah powerpoint, leaflet serta video. satu
minggu
peneliti
setelah
penyuluhan
memberikan
kuesioner
postest1 dan dua minggu setelah penyuluhan
peneliti
memberikan
kuesioner postest2 kepada responden dengan
pertanyaan
yang
sama
dengan pretest maupun postest1. Jumlah respondensebanyak 44 orang yang terdiri dari ibu-ibu di
Kelurahan
Kuningan
Teknik
Semarang.
pengambilan
menggunakan dengan
purposive
teknik
3. Data
sampel
postest1satu
sampling
penyuluhan.
aksidental
yaitu
secara
kebetulan
pretest
dengan
minggu
setelah
4. Data Praktik pretestdengan postest2
penentuan sampel dengan mengambil responden
Praktik
dua minggu setelah penyuluhan.
dan HASIL
memenuhi kriteria sampel. Anaisis data menggunakan Uji
Total
responden
yang
Wilcoxon.Data yang akan diuji adalah
diikutsertakan dalam pengolahan data
1. Data Pengetahuan pretestdengan
adalah sebanyak 44 orang. Dari 44
postest1
satu
minggu
setelah
penyuluhan.
di
2. Data Pengetahuan pretest dengan postest2
orang responden semuanya ibu - ibu
dua
minggu
setelah
penyuluhan.
Kelurahan
Kuningan
Semarang
dengan usia 21-30 tahun sebanyak 1 orang
(2,3%),
usia
31-40
tahun
sebanyak 19 orang (43,2%), dan usia 41-50tahun
sebanyak
24 orang
(54,5%). Tabel 1. Rata – rata tingkat pengetahuan masyarakat sebelum dan sesudah penyuluhan Sebelum penyuluhan Mean Min – Max
7,66 1 – 13
1 minggu setelah penyuluhan 14 9 – 15
2 minggu setelah penyuluhan 14,3 10 – 15
Sumber : Data Primer Terolah (2015)
Berdasarkan Tabel 1.rata - rata pengetahuan
masyarakat
Kuningan
sebelum
Kelurahan diberikan
minimum
9
Selanjutnya diberikan
dan dua
maximum minggu
penyuluhan
15.
setelah dilakukan
penyuluhan sebesar 7,66 dengan nilai
kembali posttest dengan hasil rata -
minimum 1 dan maximum 13. Satu
rata
minggu setelah diberikan penyuluhan
Kelurahan Kuningan kembali meningkat
dilakukan posttest pertama dengan
menjadi
hasil
rata
masyarakat
–
rata
Kelurahan
pengetahuan
14,3,
nilai
masyarakat
minimum
pengetahuan
padapostest ke dua ini meningkat
Kuningan
menjadi 10 dengan nilai maximum
meningkat menjadii 14 dengan nilai
sebesar
15.
Tabel 2. Rata – rata praktik masyarakat sebelum dan sesudah penyuluhan Sebelum penyuluhan Mean Min – Max
9,18 3 - 14
1 minggu setelah penyuluhan 10,95 5 – 15
2 minggu setelah penyuluhan 14,14 11 – 15
Sumber : Data Primer Terolah (2015)
Berdasarkan Tabel 2.rata - rata praktik
masyarakat
Kelurahan
sebelum
diberikan
Kuningan
penyuluhan.
Hasil
uji
wilcoxon
diperolehsignificancy 0,0001 (ρ<0,05). Perbandingan
pengetahuan
penyuluhan sebesar 9,18 dengan nilai
sebelum dengan 2 minggu setelah
minimum 3 dan maximum 14. Satu
penyuluhan 0% responden yang lebih
minggu setelah diberikan penyuluhan
rendah dari pada sebelum penyuluhan,
dilakukan
hasil
2,27% responden tetap dan 97,7%
kenaikan rata – rata praktik masyarakat
responden mempunyai pengetahuan
Kelurahan Kuningan yang tidak terlalu
yang lebih baik dari pada sebelum
signifikan yaitu hanya sebesar 1,77
penyuluhan.Hasil
sehingga menjadi 10,95 dengan nilai
diperolehsignificancy 0,0001 (ρ< 0,05).
minimum
posttest1
5
dan
Selanjutnya
dua
diberikan
dengan
maximum minggu
penyuluhan
15.
setelah dilakukan
uji
Perbandingan
praktik
wilcoxon
sebelum
dengan 1 minggu setelah penyuluhan terdapat
5
responden
dengan
kembali posttest dengan hasil rata -
persentase 11,36% yang lebih rendah
rata
Kelurahan
dari pada sebelum penyuluhan, 27,27%
Kuningan kembali meningkat menjadi
responden tetap dan 27 responden
14,14, nilai minimum pada postest2 ini
dengan persentase 61,3% mempunyai
meningkat
praktik yang lebih baik dari pada
praktik
masyarakat
signifikan
menjadi
11
dengan nilai maximum sebesar 15. Pengetahuan sebelum dengan 1 minggu setelah 0% responden lebih rendah
dari
pada
penyuluhan,2,27% dan yang
97,7% lebih
sebelum
responden
sebelum penyuluhan. Hasil uji wilcoxon diperoleh significancy 0,0001 (ρ<0,05). Perbandingan
praktik
sebelum
dengan 2 minggu setelah penyuluhan
tetap
terdapat (2,27%) responden yang lebih
respondenpengetahuan
rendah dari pada sebelum penyuluhan,
baik
darisebelum
4 responden dengan persentase 9,09% tetap dan 88,6%responden mempunyai
praktik yang lebih baik darisebelum
penyuluhan, Hanya saja perubahan
penyuluhan.
praktik
Hasil
uji
wilcoxon
diperoleh significancy 0,0001 (ρ<0,05).
masyarakat
tidak
secepat
perubahan pengetahuan. Rata – rata praktik masyarakat sebelum dilakukan
PEMBAHASAN Hasil
penyuluhan
yang
didapatkan
dari
sebesar
9,18.
Pada
pengambilan posttest yang pertama
penelitian ini adalah terjadi peningkatan
tepatnya
pengetahuan dan praktik masyarakat
penyuluhan,
terkait pencegahan leptospirosis yang
masyarakat meningkat menjadi 10,95
ditunjukan dengan perubahan rata-rata
hanya
yang semakin meningkat. Rata-rata
sesignifikan peningkatan pengetahuan,
pengetahuan
masyarakat
Kelurahan
baru setelah dilakukan posttest ke dua
Kuningan
sebelum
diberikan
yaitu dua minggu setelah penyuluhan
penyuluhan Satu
sebesar 7,66. Kemudian
minggu
setelah
dilakukan
satu
–
–
rata
saja
rata
minggu rata
peningkatan
rata
leptospirosis
setelah
praktik
praktik
tidak
pencegahan
masyarakat
Kelurahan
penyuluhan pengetahuan masyarakat
Kuningan meningka signifikan menjadi
kelurahan
14,14.
kuningan
kembali
diukur
Perubahan
praktik
dengan hasil terjadi peningkatan rata-
membentuk
rata sebesar 6,34 sehingga rata –rata
membutuhkan waktu yang lebih lama
satu
dari
minggu
setelah
sebesar 14. Dua
penyuluahan
minggu setelah
penyuluhan peneliti melakukan posttest kembali
kepada
mengukur terkait
responden
pengetahuan pencegahan
untuk
responden leptospirosis
perilaku
yang
pada
seseorang
perubahan
pengetahuan
akan tetapi perubahan tersebut akan bersifat kekal.6 Penelitian penelitian
ini
sejalan
Pulungan
membuktikan
(2007)
bahwa
dengan yang metode
apakah berubah atau tidak. Setelah
pendidikan kesehatan dengan ceramah
dilakukan posttest ke dua yaitu dua
dapat
minggu setelah penyuluhan, rata-rata
setelah
pengetahuan
dibandingkan dengan pretest. Selain itu
masyarakat
kembali
meningkat yaitu menjadi 14,3. Sama Praktik
dengan
dilakukan
pengetahuan posttest
Pulungan juga menyebutkan bahwa
pengetahuan,
masyarakat
meningkatkan
Kelurahan
pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah
terhadap
peningkatan
Kuningan juga mengalami perubahan
pengetahuan dan sikap dokter kecil
yang
dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk
signifikan
setelah
dilakukan
Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)
menggambarkan
di Kecamatan Helvetia terbukti bahwa
predisposing,
penyuluhan dengan metode ceramah
enabling
cause
dengan
leaflet
diagnosis
and
dengan
film
signifikan
maupun
ceramah
berpengaruh
terhadap
pengetahuan
dan
secara
peningkatan sikap
dokter
7
kecil. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian dari Saleha Sungkar tahun 2010
yang
menyatakan
penyuluhan
bahwa
kerangka reinforcing
penyuluhan
in
and education
evaluation
kesehatan
dimana berkaitan
dengan
perubahan-perubahan
dapat
mengubah
membantu diinginkan.
yang
perilaku
dan
pencapaian tujuan yang 9
Penelitian
ini
sejalan
dengan
dapat
meningkatkan
penelitian dari Deni Kusumastuti pada
pengetahuan
warga
Desa
tahun 2011 yang menyatakan bahwa
mengenai PSN.
8
Berdasarkan
Bayah
terdapat analisis
hasil
uji
kesehatan
pengaruh
penyuluhan
tentang
leptospirosis
perilaku
pencegahan
Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan
terhadap
95% dan α = 0,05 untuk n = 44 ibu –
leptospirosis pada petani di Dusun
ibu, diperoleh nilai ρ value lebih kecil
Mergan Moyudan Sleman.10 Namun
dari 0,05 yaitu 0,0001 < 0,05, maka Ho
penelitian ini tidak sejalan dengan
ditolak sehingga dapat diartikan bahwa
penelitian Nurjana Siti pada tahun 2013
ada pengaruh Penyuluhan leptospirosis
yang menyatakan bahwa tidak ada
terhadap
hubungan
praktik
pencegahan
pengetahuan
tentang
leptospirosis masyarakat Sebelum dan
pencegahan
1 minggu setelah penyuluhan. Hasil
praktik pencegahan leptospirosis.11
setelah dilakukan analisis dengan uji
WHO
Wilcoxon menunjukan bahwa praktik
seseorang
sebelum dengan 1 minggu setelah
disebabkan
penyuluhan terdapat 5 responden yang
perasaan dalam bentuk pengetahuan,
lebih rendah praktiknya dari pada
persepsi,
sebelum penyuluhan, 12 responden
penilaian-penilaian
tetap dan 27 responden mempunyai
terhadap
objek.
praktik yang lebih baik dari pada
dengan
pemberian
sebelum penyuluhan.
kesehatan
Hal ini Lawrence
berkaitan dan
dengan Green
leptospirosis
dengan
mengungkapkan berperilaku oleh
sikap,
bahwa tertentu
pemikiran
kepercayaan,
dan
dan
seseorang Dalam
hal
ini,
penyuluhan
maka pengetahuan akan
teori
bertambah sehingga praktik juga akan
yang
lebih baik.12
Berdasarkan
analisis
hasil
uji
Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05 untuk n = 44 ibu –
terhadap pengetahuan dan praktik ibu dalam pencegahan suatu penyakit.14 Meskipun
praktik
masyarakat
ibu, diperoleh nilai ρvalue lebih kecil
belum
dari 0,05 yaitu 0,0001 < 0,05, maka Ho
lebih sehat setidaknya sudah ada
ditolak sehingga dapat diartikan bahwa
perubahan praktik masyarakat untuk
ada pengaruh Penyuluhan leptospirosis
hidup lebih sehat. Hal ini dipengaruhi
terhadap
pencegahan
dari pengetahuan masyarakat akan
leptospirosis masyarakat Sebelum dan
pencegahan suatu penyakit, sehingga
1 minggu setelah penyuluhan. Hasil
sedikit demi sedikit praktik masyarakat
setelah dilakukan analisis dengan uji
sudah ikut berubah lebih baik seiring
Wilcoxon menunjukan bahwa praktik
meningkatnya pengetahuan mereka.
pengetahuan
semuanya
berubah
menjadi
sebelum dengan 2 minggu setelah penyuluhan terdapat 1 responden yang
SIMPULAN
lebih
1. Satu
rendah
dari
pada
sebelum
minggu
setelah
diberikan
penyuluhan, 4 responden tetap dan 39
penyuluhan (0%) responden yang
responden mempunyai praktik yang
pengetahuannya lebih rendah dari
lebih
pada sebelum penyuluhan, 2,27%
baik
dari
pada
sebelum
penyuluhan. Hal-hal
responden
yang
pengukuran
berkaitan
waktu
penelitian-penelitian pengaruh dimana
dengan
didapatkan lain
dari
tentang
penyuluhan
kesehatan
perubahan
praktik
tetap
dan
responden
97,7%
mempunyai
pengetahuan yang lebih baik dari sebelum penyuluhan. 2. Dua
minggu
penyuluhan
setelah tidak
diberikan
ada
(0%)
membutuhkan waktu yang lebih dari
responden yang pengetahuannya
pada perubahan pengetahuan oleh
lebih rendah dari pada sebelum
karena
penyuluhan,
2,27%
responden
tetap
97,7%
responden
proses
berlangsung
adaptasi
yang
membutuhkan
waktu
yang cukup lama.
13
mempunyai
Hasil dari semua variable yang diuji
sesuai dengan
dan
penelitian
dari
pengetahuan
yang
lebih baik dari sebelum penyuluhan. 3. Satu minggu setelah penyuluhan
Erika Kusumawardani pada tahun 2012
terdapat11,36%
yang
Praktinya lebih rendah dari pada
menyatakan
penyuluhan
bahwa
berpengaruh
bahwa besar
sebelum
responden
penyuluhan,
yang
27,27%
responden
tetap
dan
61,3%
Promosi
Kesehatan
oleh
responden mempunyai praktik yang
pemerintah, diharapkan masyarakat
lebih baik dari sebelum penyuluhan.
dapat hidup lebih sehat sehingga
4. Dua minggu setelah penyuluhan terdapat 2,27% responden yang praktinya lebih rendah dari pada sebelum
penyuluhan,
responden
tetap
dan
angka
kejadian
penyakit
dapat
menurun. 3. Kepada peneliti lain yang berminat
9,09%
melakukan penelitian lebih lanjut
88,6%
dapat menggunakan media atau
responden mempunyai praktik yang
mengembangkan
lebih baik dari sebelum penyuluhan.
penyuluhan
5. Ada pengaruh penyuluhan terhadap
suatu
yang
metode
lebih
lebih
menarik.
tingkat pengetahuan sebelum dan setelah diberikan penyuluhan pada masyarakat di Kelurahan Kuningan
UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih penulis sampaikan
Semarang dibuktikan dengan hasil
kepada
uji
Suharyo M.Kes , bapak dr Zaenal
Wilcoxonnilai
significancy
sebesar 0,0001 (p < 0,05).
sebelum
ibu
dosen
Bapak
Sugiyanto M.Kes , dan ibu Kriswiharsi
6. Ada pengaruh penyuluhan terhadap praktik
bapak
KS M.Kes yang selalu membantu dan
dan
setelah
penyuluhan
pada
dalam proses penyusunan artikel ilmiah
masyarakat di Kelurahan Kuningan
ini. Terima kasih kepada masyarakat
Semarang dibuktikan dengan hasil
Kelurahan Kuningan Semarang yang
uji
telah bersedia menjadi responden.
diberikan
Wilcoxon
nilai
significancy
memberikan
masukan
-
masukan
sebesar 0,0001 (p < 0,05). DAFTAR PUSTAKA SARAN 1. Bagi Dinas Kesehatan diharapkan dapat lebih aktif dalam melakukan promosi kesehatan terkait penyakit leptospirosis sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian penyakit leptospirosis. 2. Bagi masyarakat agar dapat lebih aktif
dalam
mengikuti
program
1. Djono Djunaedi. Kapita Selekta Penyakit
Infeksi.
Umm
Press:
Surabaya.2007 2. Depkes RI, Buku Panduan Strategi Promosi Kesehatan di Indonesia, DepkesRI, Jakarta. 2002 3. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi
JawaTengah
Tahun
Semarang:
Dinas
2013. Kesehatan
Provinsi JawaTengah; 2014.
10. Kusumastuti, Penyuluhan
deni.
Pengaruh
Kesehatan
Tentang
Leptospirosis Terhadap Perilaku
4. Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Pencegahan Leptospirosis Pada
Profil Kesehatan Kota Semarang
Petani di dusunMergan Moyudan
Tahun2013.
Sleman
Semarang:
Dinas
Kesehatan Kota Semarang; 2014. 5. Deviana,
Maharani.Beberapa
faktor risiko yang berhubungan dengankejadian
leptospirosis
Yogyakarta.
STIKES
Skripsi
'AisyiyahYogyakarta
/
Yogyakarta. 2011. 11. Siti, Nurjanah. Hubungan Antara Pengetahuan
Masyarakat
diwilayah puskesmas bandarharjo
TentangPencegahan Leptospirosis
semarangtahun
dan
2013
(Skripsi).
2013
Petugas
KesehatanPuskesmas
6. Maulana DHJ. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC; 2007. 7. Pulungan.
Pengaruh
Metode
Kelurahan
terhadap
Semarang
PeningkatanPengetahuan Dokter
Pemberantasan
Kedungmundu
dengan
Pencegahan
Penyuluhan
Sikap
Perilaku
dan
Kecil
dalam
SarangNyamuk
Leptospirosisdi Tandang
2013.Skripsi,FakultasKesehatan Udinus. 2013 12. Anies.
Seri
lingkungan
penyakit:
DBD) di Kecamatan Helvetia.Tesis.
lingkungan.Jakarta:
Ilmu Kesehatan Masyarakat USU
Komputindo; 2006.
8. Sungkar,
Saleha.
Penyuluhan
Pengaruh
Terhadap
Tingkat
PengetahuanMasyarakatdan Kepadatan
Aedesaegypti
Kota Tahun
Demam Berdarah Dengue (PSN
Medan. 2007.
Praktik
manajemen
dan
berbasis
Elek
Media
13. Notoatmodjo,
Soekidjo.Metode
Penelitian
dan
Kesehatan
Ilmu
Perilaku.EdisiRevisi.Jakarta: Rineka Cipta; 2002.
di
14. Erika Kusumawardani. Pengaruh
KecamatanBayah,Provinsi Banten.
Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Banten.2010
TingkatPengetahuan,
9. Pickett G, Hanlon JJ. Kesehatan Masyarakat
Administrasi
DemamBerdarah
Praktik 9 ed. Trans. Mukti AG.
Anak.Universitas
Jakarta: EGC; 1995.
dan
Praktik Ibu dalam Pencegahan
dan
th
Sikap
Dengue
Pada
Diponegoro
FakultasKedokteran : Semarang. 2012