SURVEI PENATAAN DAN PEMUKIMAN MASYARAKAT KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (KAT) KELURAHAN SOWA KECAMATAN TOGOBINONGKO KABUPATEN WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA1 La Harudu2 Utu Rahim3 Abstrak: Komunitas Adat terpencil (KAT) masyarakat kelurahan Sowa merupakan penduduk asli pulau Binongko Kabupaten Wakatobi. Hal ini dikategorikan berdasarkan hasil survei Team Dinas Sosial Kabupaten Wakatobi. Mereka mendiami lokasi yang secara geografis sulit dijangkau, namun secara sosial budaya dan khususnya dalam pemenuhan sosial mereka masih sangat tertinggal jauh dibandingkan dari masyarakat lainnya di kepulauan tersebut. Untuk itu diperlukan survei lapangan yang akan dijadikan sebagai dasar untuk merancang model kebijakan pemberdayaan sosial yang tepat sehingga pihak Dinas Sosial dapat difungsikan sesuai visi dan misinya serta berpartisipasi aktif dalam pembangunan.
Kata Kunci: Pemetaan pemukiman masyrakat, KAT Kelurahan Sowa
PENDAHULUAN
Dalam menghadapi perubahan tata ruang
Gambaran Umum
maka penataan dan pemukiman masyarakat
Keterkaitan Kehidupan KAT dengan
yang di diami oleh KAT dapat dilakukan
lingkungan alam sebagai mata uang dengan
dengan sistem zonasi. Penataan ini harus
dua sisi, artinya kondisi yang paling
sesuai dengan fungsi zonasi yang melibatkan
diharapkan
semua pihak pemangku kepentingan secara
adalah
satu
sisi
statusnya
dipertahankan tetap sebagai kawasan yang
kolaboratif
tidak akan memberikan perubahan berarti
diprediksi memberi manfaat
dalam kehidupan dan tetap memberikan
besar bagi kehidupan KAT dan resikonya di
kehidupan bagi KAT. Disisi lain KAT tetap
prediksi
mempunyai hak yang sama untuk semakin
manajemen kolaboratif konflik-konflik dapat
meningkatkan
di kurangi bahkan dapat dihilangkan serta
kualaitas
hidup
dan
kesejahteraannya.
1. 2. 3.
Hasil Penelitian Lingkup Depsos Wakatobi Tahun 2009. Dosen Pend. Fisika FKIP Unhalu Dosen Pend. Matematika FKIP Unhalu
dan
sangat
partisipatif.
kecil,
Opsi
yang sangat
karena
semua pihak dapat keuntungan.
ini
dengan
Adapun peta permasalahan yang dimaksud
yaitu (1) pada umumnya belum ada sarana
berada pada posisi geografis kelurahan Sowa
transportasi
o
o
umum
dan
hanya
dapat
adalah S 05 39’ 241’’ dan E 123 50’ 340’’.
ditempuh melalui jalur transportasi tertentu
Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan
saja,
Taepabu. Sebelah timur berbatasan dengan
kepentingan adat dalam berbagai aspek
kelurahan Popalia. Sebelah utara berbatasan
kehidupan
dengan hamparan pegunungan Binongko
kepemilikan diperoleh dari warisan atau
dan sebelah selatan berbatasan dengan
berdasarkan ketentuan adat, (4) kehidupan
lautan Flores.
masih diwarnai dengan tradisi kebiasaan
KAT merupakan kelompok sosial
turun
(2)
masih
dan
temurun
kuatnya
pengaruh
penghidupan,
dan
sudah
(3)
mengenal
budaya yang bersifat local dan terpencar
keyakinan (agama), (5) pranata kesehatan
serta kurang atau belum terlibat dalam
masih
jaringan dan pelayanan baik sosial, ekonomi
tradisional seperti dukun dan obat-obat
maupun poloitik (Kepres No. 111/1999)
tradisional
tentang pembinaan kesejahteraan KAT
diwariskan turun temurun dari orang tua,
Criteria umum KAT terdiri dari, (1) bentuk
komunitas
tertutup
lainnya,
kemampuan
(6)
pengetahuan
tokoh adat atau mereka yang dianggap ahli,
dan
(7) pada umumnya hidup dalam suatu garis
homogen, (2) pranata sosisal bertumpuk
keturunan suku atau subsuku dan (8)
pada
hubungan dengan komunitas lain didasarkan
hubungan
kecil,
mengandalkan
kekerabatan,
(3)
pada
umumnya masih hidup dengan sistem
pada kepentingan sosial dan ekonomi
ekonomi subsistem, (4) pada umumnya terpencil secara geografis dan relative sulit
Profil Kabupaten Wakatobi
dijangkau, (5) peralatan dan teknologinya
Berdasarkan
sederhana,
(6)
ketergantungan
historis,
nama
pada
Kabupaten Wakatobi diambil dari nama 4
lingkungan hidup dan sumber alam setempat
pulau utama, yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa,
relative tinggi dan (7) terbatasnya akses
Tomia dan Binongko. Sewaktu Kabupaten
pelayanan sosial ekonomi dan politik.
Wakatobi belum menjadi otonom, secara
Pada semiloka tentang kriteria KAT
administratif
masuk
dalam
wilayah
yang diselenggarakan di Semarang dan
Kabupaten Buton. Wakatobi merupakan
Makassar pada tahun 2003, kriteria tersebut
nama lain dari kepulauan Tukang Besi yang
dipertajam lagi menjadi delapan kriteria,
menurut cerita masyarakat bahwa pada masa
lalu masyarakat Waktobi pandai mengolah
lebih 150 km) dan 132o 20’ – 124’’39’ BT
besi
dan
(kurang lebih 120 km). kabupaten Wakatobi
Sejarah
terdiri atas pulau-pulau kecil dengan kondisi
Kesultanan Buton, arsip Pemerintah Belanda
topografi umumnya rata ( 0 – 3 %) sampai
masih
kemiringan lebih besar dari 45 % (lampiran
menjadi
sebagainya
alat-alat
(Rabani,
menamakan
pertanian 1997).
Wakatobi
dengan
Kepulauan Tukang Besi (KTB). Berdasarkan
1) juga desa Sawo memiliki kemiringan 0 –
penelusuran
sejarah
32 %.
diperkirakan bahwa penamaan Wakatobi
Untuk mencapai lokasi KAT yang
sebagai nama lain Kepulauan Tukang Besi
berada
pada bulan Mei 1952 bertepatan dengan
Biningko dari pusat pemerintahan Sulawesi
lahirnya Organisasi Pelajar Siswa Wakatobi
Tenggara memerlukan 2 – 3 hari dengan
di perantauan untuk elbih mengakrabkan
menggunakan transportasi laut, melintasi
mereka
lautan Banda kemudian lautan Flores
berdasarkan
kecamatan/pulau.
di
kelurahan
Sawo
kecamatan
Dalam arsip Buton dikenal masyarakat Wakatobi sebelum tahun 1960 disebut Buton
Ekonomi
karena berada dalam wilayah Kesultanan
Desa Sawo Kecamatan Binongko
Buton (Schoort, 2003). Nama wakatobi ini
adalah desa pemekaran yang memiliki
di dalamnya terdapat nama Binongko,
potensi ekonomi sebagai berikut:
merupakan salah satu pulau yang dijadikan
• Sektor
tempat survei ini.
ekonomi
unggulan
adalah
perdagangan dan industri • Sektor
Lingkungan Alam Kelurahan Sawo
komoditas
unggulan
adalah
yang
dapat
industri parang
Komunitas Adat Terpencil (KAT)
• Sektor
komoditas
yang berada di Kelurahan Sawo merupakan
dikembangkan adalah berbagai hasil
komunitas
perikanan
adat
Binongko.
Secara
dengan
jumlah
penduduk
administrative kawasan pemukiman mereka
sebesar
berada di kecamatan Binongko Kabupaten
angkatan kerja sebanyak 532 orang yang
Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara.
tersebar di tiga dusun (Kamaluddin dkk,
Lingkungan
alam
Kabupaten
Wakatobi terbentang dari utara ke selatan diantara 512o – 6’10’’ LS (sepanjang kurang
2007).
1471
jiwa
dengan
jumlah
Berdasarkan karakteristik yang ada penelitian
merumuskan
tujuan
sebagai berikut:
Metode
pengumpulan
data
dan
informasi yang terkait dengan penataan dan
a. Menentukan penataan perumahan dengan sistem zonasi.
pemukiman masyarakat komunitas adat terpencil (KAT) ini adalah sebagai berikut:
b. Mengidentifikasi
kriteria
masyarakat
KAT kelurahan Sawo. c. Melakukan
Pengumpulan Data
survey
a. Koordinasi
dengan
instansi-instansi
pelaksana program pemberdayaan KAT sosial
ekonomi
masyarakat KAT Kelurahan Sawo
b. Melaksanakan
survei
peninjauan/kunjungan
ke
dan lapanagan,
wawancara dan diskusi bersama instansi METODOLOGI PENELITIAN
pelaksana program baik di pusat maupun
Pendekatan yang Digunakan
dengan daerah
Pendekatan yang digunakan dalam
c. Melakukan analisis data, baik berupa
penelitian ini adalah pendekatan kualaitatif,
dokumen maupun informasi melalui
yakni jenis pendekatan terbuka, yang dalam
wawancara secara komprehensif baik
proses pengumpulan data melalui kerja
secara kualitatif maupun kuantitatif
lapangan dengan cara pengamatan langsung terhadap
dokumen
pelaksanaan terkait)
program
sebelumnya,
wawancara
langsung
dan
d. Menyusun
objek
(hasil
kebijakan
dilakukan
dinas
pembangunan
serta
melakukan
dengan
kuantitatif
perencanaan tahunan
program dan
jangka
panduan Pengumpulan data dan informasi adalah
menganalisis secara numerik, seperti jumlah, persentase nilai dan sebagainya berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan karena data dan informasi yang terkait dengan angka-angka.
rekomendasi
menengah.
observasi yang telah disiapkan. Pendekatan
alternatif
awal ini dilaksanakan pada bulan Januari April
2009.
Dalam
pelaksanaan
pengumpulan data dan informasi tidak berjalan secara kaku, tetapi masih ada data yang dibutuhkan penentuan zonasi setiap hamparan karena sampai saat ini Desa Sawo belum memiliki tata ruang yang jelas.
Analisis Data
IMPLIKASI HASIL DATA LAPANGAN
Data dan informasi lapangan baik
DENGAN KRITERIA MASYARAKAT
berupa hasil pengamatan dan wawancara
KAT TERHADAP KEBERFUNGSIAN
serta dokumen-dokemen yang terkait dengan
SOSIAL EKONOMI
pelaksanaan pemberdayaan KAT untuk itu
Pemenuhan Kebutuhan
dalam menganalisa data dan informasi ini
Responden
mengkonsumsi
dilakukan dengan mengelompokkan dalam
kebutuhan pokok berupa beras yang dibeli
kategori dan kemudian menjelaskan serta
dari luar kampong, mereka makan dua kali
membandingkan masing-masing kelompok
dan
atau kategori.
tambahan seperti singkong, jagung, pisang,
Analisa
mengkonsumsi
makanan
berusaha
yang dihasilkan oleh masyarakat yang
mengidentifikasi dan menggambarkan pola
mendiami tebing-tebing lereng hamparan
dan tema dari sudut pandang narasumber,
pegunungan
lalu
mengkonsumsi ikan, telur, tahu, tempe, dan
berusaha
ini
sering
untuk
memahami
dan
Binongko.
Responden
menjelaskan pola dan tema.
sayur-sayuran
Data akan disusun secara kategorik, ditinjau
menggambarkan bahwa pada umumnya
secara berulang-ulang dan akan dibuat daftar
responden
ide-ide yang bersamaan dengan membaca
makanan tiga sehat saja.
data dan informasi yang diperoleh.
(daun
baru
kelor).
Hal
mengkonsumsi
ini
jenis
Dalam kaitannya dengan kebutuhan
Sedangkan data-data statistik akan
pokok tidak ada nilai local atau adat istiadat
lebih banyak digunakan sebagai sumber
yang mengatur atau melarang pantangan
inspirasi untuk menjelaskan tentang sebab
untuk mengkonsumsi makanan tersebut.
akibat terjadi dibalik angka-angka tersebut.
Responden sudah mengenal peralatan rumah
Sehingga data-data kuantitatif ini akan di
tangga
interpretasikan dengan data-data kualitatif,
penggorengan
karena
menunjukan
data
interprestasi.
ini
banyak
memberikan
dari
bahan dan
logam
lain-lain).
bahwa
(panic, Hal
responden
ini pada
umumnya sudah menerima teknologi dari luar terkait dengan cara-cara pemenuhan kebutuhan pokok tadi. Dalam perawatan pakaian sebagian besar
(65%)
mencuci
pakaian
setelah
dipakai tiga kali dan sebanyak 35% setelah
Profesi tukang besi, mencari kayu bakar,
dipakai lebih dari tiga kali,
mengambil air dan perbaikan dalam rumah.
hal
ini
menunjukkan bahwa proses yang dilakukan
Pada
umumnya,
responden
masih menyalahi aturan kesehatan dalam
melakukan rekreasi setahun sekali yang
pemanfaatan
rumah
bertepatan dengan hari raya idul fitri
sudah
(lebaran), sebagian hanya mendengarkan
responden
pakaian.
Kondisi
menunjukkan
8,33%
memiliki rumah tembok, 25% memiliki
radio,
rumah setengah tembok, 33,33% responden
isteri, berkunjung ke tetangga dan lain-lain.
menumpang pada rumah panggung keluarga
Hal ini merupakan kegiatan yang biasa
mereka.
menghibur atau mengurangi kejenuhan.
berbincang-bincang dengan
anak
Kondisi transportasi lokal 16,67%
Komunikasi dan interaksi sosial dalam
respoden memiliki sepeda motor, 25%
keluarga cukup baik, mereka sering kali
memiliki sepeda dan tidak memiliki sarana
melakukan kegiatan bersama-sama dengan
transportasi,
anak isterinya seperti makan, ibadah dan
karena
responden
tidak
mempunyai uang untuk membelinya. Saran
kunjungan
hiburan 33,33% responden sudah memiliki
perbedaan-perbedaan perilaku (diskriminasi)
TV, sedangkan 66,67% belum memiliki TV,
anak perempuan dan anak laki-laki dalam
tetapi
mengerjakan
memanfaatkan
tetangga
yang
ke
family.
tugas.
Terjadi
Anak
lagi
perempuan
memiliki TV.
biasanya diminta membantu tugas ibunya
Pemenuhan Kebutuhan Sosial Ekonomi
dan laki-laki diminta untuk membantu tugas
Sebagian besar masyarakat KAT
bapaknya.
masyarakat Sowa tidak memiliki pendidikan
Masyarakat KAT kelurahan Sawo
yaitu 45,85% tamat SD 33,33% dan tamat
kecamatan
SMP 20,83%. Hal ini menunjukan bahwa
komunitas yang dimiliki pola komunitas dan
masyarakat
profesi
interaksi sosial horizontal-egaliter. Citra
kesehariannya adalah tukang pandai besi.
sebagai masyarakat terbuka ini berhubungan
Dalam kaitannya dengan perlakuan terhadap
dengan
anak, sebagian besar (90%) responden
masyarakat
mencari nafkah untuk kebutuhan hidup
terangan tanpa basa-basi dan mudah akrab,
anaknya. Namun kenyataan dilapangan anak
sehingga
dan isterinya dilibatkan dalam pekerjaan.
realitas sosial secara apa adanya. Akan tetapi
KAT
yang
Binongko
aktualisasi yang
mereka
termaksud
diri apa
dapat
dalam
setiap
anggota
adanya,
terang-
membicarakan
keakraban mereka dalam masyarakat belum
ekoiwisata
nampak, karena fakta menunjukkan dari 120
rekreasi di dalamnya ada jalanan,
responden yang dijadikan sampel terdapat
tempat
25% menjawab harus membantu sesuai
bangunan tempat istirahat.
prinsip
dalam
islam.
Sedangkan
50%
yang dirancang untuk
parkiran
dan
bangunan-
c. Zona pembanguna ; daerah digunakan
responden menjawab tidak harus membantu
untuk
karena kita belum pernah dibantu dan kita
pemukiman masyarakat dan fasilitas
tidak mempunyai uang untuk membantu.
lainnya, akan tetapi dipisahkan antara
Selain itu 25% tidak dapat menjawab. Hal
bangunan pemukiman dan gubuk-
ini menunjukan keakraban diantara mereka
gubuk
belum nampak dengan bagus.
melakukan
konstruksi
lokasi
bangunan
tempat
aktivitas
mereka keseharian
(profesi tukang besi). PENUTUP
2. Kriteria Masyarakat Komunitas Adat
Kesimpulan Dari pemaparan tentang pemetaan dan pemukiman masyarakat komunitas adat terpencil
KAT
kelurahan
Sowa
dapat
pemukiman
masyarakat
a. Zonasi inti ; yang didalamya berupa alam
diperuntukkan
dimana
fungsinya
menjaga
proses
alamiah dalam kondisi yang tidak terganggu, contohnya di kelurahan Sowa ada hamparan tempat hidupnya kepiting kenari, juga ada tempattempat yang rawan dengan hempasan
pemanfaatan
pencaharian
mereka
turun
profesi tukang besi ( buat parang,
b. pendidikan mereka relatif rendah, bahkan
sampai
tidak
memiliki
pendidikan sama sekali c. untuk mencapai daerah masyarakat KAT Kelurahan Sowa membutuhkan waktu 2 – 3 hari d. mereka masih tunduk pada adat istiadat setempat e. mereka masih menganut satu garis
gelombang laut. b. Zona
a. mata
barang tajam dan lain-lain)
dilakukan dengan sistem zonasi, yaitu:
cagar
oleh:
temurun hanya dengan mengandalkan
disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemetaan
Terpencil Kelurahan Sowa dicirikan
;
daerah
ini
ekuivalen dengan hutan wisata atau
keturunan, dan
f. mereka masih mengandalkan dukun-
Departemen
Sosial
(2001).
Panduan
Pelaksanaan Pemberdayaan
dukun kampung 3. taraf pendapatan mereka per tahun masih
terpencil. Jakarta. Departemen Sosial Hikmat,
dibawah garis taraf kemiskinan
Adat
H.,
(2007).
Pemberdayaan
Perencanaan
Komunitas
Adat
Terpencil dalam Era Otonomi Daerah
Saran Diperlukan program pemberdayaan
Kamaluddin,
yang diarahkan pada: 1. Memperhatikan nilai-nilai sosial budaya
pemahaman
M.,
dkk
(2006)
Studi
Identifikasi Pengembangan Potensi Ekonomi Adat Terpencil. Jakarta
yang sifatnya keterbukaan 2. Meningkatkan
Departemen Sosial RI. Jakarta
mereka
tentang pendidikan, kesehatan, dan gizi. 3. Memberdayakan profesi mereka melalui
Koperasi No. III Tahun 1999. Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil. Jakarta. Prasetidjo, Adi., Paradigma Pemerintah
pemberian modal usaha 4. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakan kelurahan Sowa melalui
dari
Masyarakat
Terasing
ke
Komunitas Adat Terpencil. PT Karya Pembina Swajaya (2008). Peta
bimbingan ekonomis holistic
Sulawesi Tenggara. Surabaya SP., (2000). WS. Sketsa Blok Sensus Desa
Pustaka BAPPENAS, Direktorat Kewilayahan II 2004/2005.
Laporan
Evaluasi
Program Pemberdayaan Komunitas
Sosial
(2001).
Panduan
Kecamatan
Kabupaten
Wakatobi
Binongko Provinsi
Sulawesi Tenggara. Suradi.
Adat Terpencil. Departemen
Sowa
Kehidupan
Terpencil
studi
Komunitas Sosial
Adat Budaya
Pendataan Komunitas Adat terpencil.
Komunitas Asing di Banyuwangi.
Jakarta. Departemen Sosial
Puslitbang UKS