ANALISIS PERBANDINGAN KEUNTUNGAN BANK DAN NASABAH ANTARA PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK MUAMALAT SURABAYA DAN PEMBIAYAAN KONVENSIONAL DENGAN METODE SISTEM DINAMIK Ratih Prameswari Wardhani, Ahmad Rusdiansyah, Naning Aranti Wessiani Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email :
[email protected] ;
[email protected];
[email protected]
Abstrak Sistem perbankan di Indonesia saat ini banyak menganut sistem perbankan ganda atau dual banking system, dimana perbankan tersebut menggunakan dua jenis sistem, yaitu sistem syariah (bagi hasil) dan sistem konvensional (suku bunga). Produk Mudharabah menjadi salah satu produk pembiayaan yang dikelola oleh bank syariah, dimana investasi dana usaha 100% berasal dari pihak bank. Produk ini menerapkan sistem bagi hasil, dimana keuntungan usaha akan dibagihasilkan dengan kesepakatan antara pihak nasabah peminjam dengan pihak bank. Dengan sistem bagi hasil dan berdasarkan besar keuntungan usaha yang tidak dapat diprediksi, maka besar keuntungan bagi pihak bank serta nasabah syariah pun akan berfluktuatif. Berbeda dengan sistem konvensional yang besar bunganya sudah ditetapkan di awal dan tidak berubah-ubah menurut kondisi pendapatan usaha. Sehingga, dalam penelitian ini, dilakukan simulasi dinamis terhadap perubahan rasio bagi hasil dengan keuntungan bank syariah, serta skenario terhadap perubahan nilai rate kegagalan usaha. Dari hasil simulasi skenario yang dilakukan, didapatkan bahwa nisbah bank yang menghasilkan keuntungan yang lebih baik yaitu sebesar 0.88, dan dengan besar rate gagal usaha 10%. Keuntungan yang lebih baik bagi kedua belah pihak (nasabah dan bank) berada pada nisbah sebesar 40 untuk pihak nasabah sehingga menghasilkan keuntungan nasabah total Rp 130.056.620,- dan nisbah bank sebesar 60 sehingga menghasilkan keuntungan bank sebesar Rp. 1.724.206.216,-. Selain itu, keuntungan bank konvensional cenderung lebih besar dan tidak fluktuatif seperti halnya keuntungan bank syariah. Hal ini dikarenakan hasil pendapatan usaha berpengaruh terhadap besar pendapatan bagi hasil untuk pihak bank. Sehingga, kondisi keuntungan usaha lebih berpengaruh terhadap keuntungan bank syariah, jika dibandingkan dengan keuntungan bank konvensional yang selalu meningkat. Kata kunci : Mudharabah, bagi hasil, Simulasi dinamis ABSTRACT Today, Indonesia's banking system has many embrace dual banking system or the dual banking system, where banks are using two types of systems, namely Islamic system (sharing system) and the conventional system (interest rates). Mudharabah product become one of financing products managed by Islamic banks, which invest 100% of operating funds come from the bank. This product applies sharing system, which profit will be distributed to the agreement between the parties with the bank's borrowers. With profit-sharing system and based on the large business profits that can not be predicted, then the big advantage for the customers of Islamic banks and the Islamic banks it self, also will fluctuate. Unlike conventional systems of interest have been defined at the beginning and did not vary according to state revenue. Thus, in this study, dynamic simulation of changes in profitsharing ratio of Islamic banks, as well as the scenario of changing exchange rate of business failure. From the simulation scenario assessment, indicate that the ratio of banks that
produce a better profit that is equal to 0.88, and with a great rate of 10% of business failure. The advantage which better for both parties (customer and the bank) is in the ratio of 40 to the customer resulting in total customer profit of Rp 130.056.620, - and the ratio of 60 banks so that banks make a profit of Rp. 1.724.206.216, -. In addition, conventional bank profits tend to be large and do not fluctuate as profit Islamic bank. This is because the results affect the big revenue-sharing revenues to the bank. Thus, the condition affects profit more Islamic bank profits, as compared with conventional bank profits are always increasing. Key Words :
Mudharabah, profit-sharing, Dynamic programming
1. Pendahuluan 1.1Latar Belakang Masalah Di Indonesia, Bank Syariah pertama baru lahir tahun 1991 dan beroperasi secara resmi tahun 1992. Sedangkan, pemikiran pemikiran tentang hal ini telah terjadi sejak tahun 1970-an. Hal ini karena adanya peranan pemerintah dalam pendirian Bank Syariah (Karim, 2004). Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka system dual banking atau sistem perbankan ganda pada dasar sistem Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersamasama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektorsektor perekonomian nasional. Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih
bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang. Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang no.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan (Bank Indonesia, 2010). Saat ini, begitu banyak bank yang mengadopsi nama ‘syariah’. Padahal pada
awalnya bank-bank tersebut adalah bank konvensional yang menerapkan sistem riba dalam bentuk bunga bank. Dalam masa perkembangan sistem syariah, perbankan di Indonesia perlu melakukan kajian terhadap penerapan sistem syariah dan dibandingkan dengan sistem konvensional melalui sudut pandang sistem pembiayaan, keuntungan, serta kriteria yang lain berdasarkan karakteristik tiap-tiap jenis perbankan. Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional adalah pada sistem keuntungannya. Pada bank syariah, sistem keuntungannya berupa bagi hasil, sementara pada bank konvensional sistem keuntungannya berupa bunga bank. Banyak masyarakat awam di Indonesia yang menganggap bahwa perbedaan dari kedua jenis bank tersebut hanyalah pada sistem keuntungannya tersebut. Padahal sistem keuntungan tersebut hanyalah sebuah ‘perbedaan mendasar’ dari kedua jenis bank. Masih banyak sekali perbedaan-perbedaan yang ada pada bank syariah dengan bank konvensional. Dalam sistem bank syariah, dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi jelas berbeda dengan deposito pada bank konvensional, dimana deposito merupakan upaya membungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja si nasabah membutuhkan, maka bank syariah harus dapat memenuhinya, akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang membutuhkan pengendapan dana. Karena pengendapan dananya tidak lama atau cuma titipan, maka bank boleh saja tidak memberikan imbal hasil. Sedangkan jika dana nasabah tersebut diinvestasikan, maka karena konsep investasi adalah usaha yang menanggung risiko, artinya setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya terdapat pula risiko untuk menerima kerugian, maka antara nasabah dan banknya sama-sama saling berbagi baik keuntungan maupun risiko.
Sesuai dengan fungsi bank sebagai intermediary, yaitu lembaga keuangan penyalur dana nasabah penyimpan kepada nasabah peminjam, dana nasabah yang terkumpul dengan cara titipan atau investasi tadi kemudian, dimanfaatkan atau disalurkan ke dalam traksaksi perniagaan yang diperbolehkan pada sistem syariah. Hasil keuntungan dari pemanfaatan dana nasabah yang disalurkan ke dalam berbagai usaha itulah yang akan dibagikan kepada nasabah. Hasil usaha semakin tinggi, maka semakin besar pula keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya. Namun, jika keuntungannya kecil, otomatis semakin kecil pula keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya. Jadi, konsep bagi hasil hanya bisa berjalan jika dana nasabah di bank diinvestasikan terlebih dahulu kedalam usaha, barulah keuntungan usahanya dibagikan. Berbeda dengan simpanan nasabah di bank konvensional, tidak peduli apakah simpanan tersebut disalurkan ke dalam usaha atau tidak, bank tetap wajib membayar bunganya. Dengan demikian, sistem bagi hasil membuat besar kecilnya keuntungan yang diterima nasabah mengikuti besar kecilnya keuntungan bank syariah. Semakin besar keuntungan bank syariah semakin besar pula keuntungan nasabahnya. Berbeda dengan bank konvensional, keuntungan banknya tidak dibagikan kepada nasabahnya. Tidak peduli berapapun jumlah keuntungan bank konvesional, nasabah hanya dibayar sejumlah prosentase dari dana yang disimpannya saja. Jika bank konvensional membayar bunga kepada nasabahnya, maka bank syariah membayar bagi hasil keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Sistem bank syariah memiliki bermacam produk perbankan yang terbagi lagi menjadi berbagai jenis pembiayaan, salah satu jenis pembiayaan yang diterapkan oleh bank syariah yaitu, pembiayaan murabahah. Dimana jenis pembiayaan ini terjadi pada proses jual beli suatu barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang nilainya disepakati kedua belah pihak
(pihak bank dan peminjam). Kesepakatan bagi hasil ini ditetapkan dengan suatu angka rasio bagi hasil atau nisbah. Nisbah antara bank dengan nasabahnya ditentukan di awal, misalnya ditentukan porsi masingmasing pihak 60:40, yang berarti atas hasil usaha yang diperoleh akan didistribusikan sebesar 60% bagi nasabah dan 40% bagi bank. (www.danareksa.com) Dengan melihat berbagai pertimbangan dari jenis perbankan tersebut, maka perlu dilakukan analisa terhadap penerapan masing-masing sistem tersebut dengan menggunakan metodologi sistem bagi hasil untuk salah satu jenis pembiayaan pada bank syariah, yaitu pembiayaan mudharabah, dan bayar bunga, serta dengan pertimbangan skenario keputusan lainnya. 1.2
Perumusan Masalah, Tujuan, dan Manfaat
Penelitian mengenai sistem perbankan syariah terutama dalam segi penganalisaaan sistem bagi hasil sudah pernah ada. Diantaranya yaitu, penelitian milik Liza Fajarningtyas (2009), yang membahas mengenai besar keuntungan yang didapat dari studi kasus usaha sapi perah dan perkebunan tebu menggunakan dan membandingkan keuntungan sistem produk pembiayaan musyarakah, istishna, dan mudharabah. Selain itu, juga melihat perbandingan margin yang didapat oleh usaha tersebut apabila menggunakan sistem pembiayaan konvensional. Sedangkan, pada penelitian yang dilakukan oleh Erna Rindawati (2007) lebih condong menguraikan permasalahan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan bank konvensional untuk masing-masing rasio keuangan, serta melihat perbedaan yang signifikan atas kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional secara keseluruhan. Namun sepengetahuan kami sebagai peneliti, masih belum terdapat penelitian yang fokus terhadap perbandingan keuntungan antara pihak
bank dan pihak nasabah. Kita hanya sebatas tahu bahwa perbankan konvensional menggunakan sistem bunga, sedangkan perbankan syariah menggunakan sistem bagi hasil. Selama ini, belum ada penelitian yang membicarakan mengenai perbandingan secara garis besar antara keuntungan pihak bank dan pihak nasabah pada bank konvensional dengan keuntungan pihak bank dan nasabah bank syariah, dalam hal penghimpunan dana dan penyaluran dana. Sistem pembagian hasil pada perbankan syariah serta keuntungan yang didpatkan merupakan fungsi dari waktu, dimana kondisi sistem dapat berubah setiap saat dikarenakan adanya pengaruh penghimpunan dana (tabungan, deposito, dll) dan penyaluran dana (peminjaman dana Mudharabah) yang bersifat uncertain. Maka dari itu, metode yang tepat untuk penelitian ini adalah simulasi sistem dinamik yang dikembangkan oleh Forrester. Dengan menggunakan model simulasi ini, dapat diketahui hubungan antar komponen yang berinteraksi pada sistem bagi hasil perbankan syariah secara keseluruhan dan dengan berbagai skenario yang bisa dievaluasi untuk bisa dijadikan pertimbangan rekomendasi kebijakan yang dapat dterapkan. Maka dari itu, pada penelitian ini dilakukan pengembangan model terhadap sistem bagi hasil bank syariah, juga sistem konvensional, yang tidak hanya memperhatikan keuntungan pihak bank tapi juga keuntungan pihak nasabah. Dengan kata lain, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana melakukan pemodelan terhadap sistem bagi hasil pada pembiayaan mudharabah serta melakukan simulasi terhadap skenario bagi hasil sehingga dihasilkan keuntungan bank yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mendapatkan pemodelan sistem bagi hasil yang diterapkan oleh bank syariah, dengan menggunakan produk pembiayaan mudharabah, dan sistem bank konvensional serta nasabah kedua jenis bank. Selain itu, untuk mendapatkan rasio
sistem bagi hasil yang mencapai tingkat keuntungan bank yang lebih baik dan membandingkan dengan keuntungan bank konvensional, serta membandingkan keuntungan lebih baik yang diperoleh nasabah bank konvensional dengan nasabah bank syariah. Tujuan lainnya yaitu, untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik untuk pihak bank syariah dan pihak nasabah syariah. Sedangkan untuk manfaat dari penelitian ini, yaitu bisa mendapatkan skenario berupa rasio sistem bagi hasil melalui penggambaran perilaku sistem proses bagi hasil yang disimulasikan hingga dihasilkan nilai keuntungan yang lebih baik. Selain itu, bisa didapatkan pemahaman yang lebih mengenai keterkaitan antar hubungan komponen dalam sistem bagi hasil perbankan syariah. 1.3. Batasan dan Asumsi Penelitian ini hanya dibatasi pada pembuatan model sistem yang hanya meneliti sistem bagi hasil untuk jenis produk mudharabah saja. Selain itu, asumsi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu besar biaya bank syariah dan bank konvensional pada model dianggap sama. 2.
Metode Penelitian Berikut ini merupakan tahapan yang dilakukan pada penelitian ini. (a) Identifikasi Permasalahan Sistem Bagi hasil Tahap awal di dalam penelitian ini adalah melakukan pengidentifikasian masalah yang akan diselesaikan. Masalah yang akan diteliti kali ini adalah mengenai analisa perilaku sistem pembagian hasil terhadap keuntungan bank syariah dan membandingkannya dengan bank konvensional. Selain nantinya bertujuan untuk melihat keuntungan bank, penelitian ini juga akan melihat keuntungan nasabah dari kedua sistem perbankan tersebut lalu membandingkannya. Setelah didapatkan model yang merepresentasikan keadaan sistem, selanjutnya membuat skenario yang menghasilkan keuntungan yang lebih baik.
(b) Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian Setelah melakukan identifikasi masalah dan mempelajari gambaran umum sistem, maka untuk dapat merencanakan langkah-langkah yang dapat diambil pada penelitian ini, maka harus dilakukan perumusan masalah yaitu melakukan pemodelan terhadap sistem bagi hasil pada pembiayaan mudharabah dan melakukan simulasi terhadap skenario kebijakan bank yang lebih baik. Selain itu, nantinya akan dilakukan perbandingan antara kebijakan sistem bank syariah dengan sistem bank konvensional serta keuntungan yang didapatkan oleh bank dan nasabah. (c) Tinjauan Pustaka mengenai Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional Tinjauan pustaka merupakan tahap memahami dan menelusuri literaturliteratur buku, jurnal, artikel, dan lainnya yang berkaitan dengan sistem perbankan syariah hingga produk mudharabah yang akan menjadi sasaran penelitian. Selain itu, juga literatur mengenai sistem bank konvensional secara umum. Sebagai dasar penelitian, harus ada studi literatur yang digunakan sebagai pedoman dalam menyelesaikan masalah dan pencapaian tujuan penelitian. Sebagai tahapan dalam penyelesaian masalah, maka dibutuhkan metode yang dapat mendukung penyelesaian tersebut. Maka dari itu, juga dipaparkan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan metode penyelesaian yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu metode sistem dinamik. Dengan adanya studi pustaka ini, maka diharapkan dapat menjadi pembanding antara yang terjadi di dunia nyata dan sebagai penuntun langkah-langkah atas tindakan yang akan diambil untuk penelitian ini. (d) Pengumpulan data dan proses Konseptualisasi Sistem Proses ini merupakan suatu upaya untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi riil perbankan syariah yang berkaitan dengan proses alur pembiayaan mudharabah, alur penghimpunan dana, perbedaan mengenai
perbankan syariah dengan perbankan konvensional melalui brainstorming langsung dengan pihak bank syariah. Selain itu, dalam mendukung representasi model sistem yang dibuat, maka dibutuhkan salah satu data usaha mudharabah yang ditangani oleh pihak bank syariah. Pengumpulan data yang dilakukan juga harus sejalan dengan batasan-batasan penelitian serta metode penyelesaian yang dilakukan pada penelitian agar tidak terlalu luas dan menyimpang sehingga nantinya dapat mencapai tujuan penelitian yang diharapkan. Dalam proses brainstorming dan mendapatkan data sekunder pada pihak perbankan, perlu juga diidentifikasikan batasan-batasan yang dipakai sesuai kondisi yang terjadi pada perusahaan. Tahap dimulainya pengolahan data disini yaitu, konseptualisasi sistem yang dilakukan melalui proses causal-loop. Proses ini dimulai setelah benar-benar dipahami sistem amatan yang menjadi penelitian kali ini serta batasan dan asumsi yang telah ditetapkan. Konseptualisasi sistem ini digunakan untuk menggambarkan secara umum mengenai simulasi sistem dinamis yang akan dilakukan. (e) Formulasi model sistem Pada tahap formulasi model ini, dilakukan langkah-langkah spesifikasi dari struktur model, melakukan estimasi parameter, hubungan timbal balik, serta kondisi initial. Memahami dan menguji konsistensi model apakah sudah sesuai dengan tujuan dan batasan yang dibuat. (f) Simulasi, Verifikasi, dan Validasi Model Setelah mendapatkan model, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan simulasi atau running model sistem. Setelah didapatkan hasilnya, dilakukan analisa dan pemahaman terhadap hasil simulasi. Setelah itu, dilakukan tahap verifikasi, dimana merupakan tahapan pengecekan bahwa model yang dibuat benar dan masuk akal, serta satuan unitnya sudah sesuai. Lalu, dilakukan tahap validasi model dimana
untuk memastikan bahwa model yang dibuat benar-benar dapat merepresentasikan kondisi riil sistem. (g) Pengembangan skenario Setelah didapatkan hasil simulasi kondisi riil saat ini, selanjutnya dilakukan simulasi untuk skenario pengembangan yang telah dibuat. Skenario dalam simulasi sistem dinamis ini dilakukan untuk mengetahui dampak perubahan nilai dari beberapa variabel yang dianggap berpengaruh terhadap kondisi sistem. Perlakuan terhadap skenario model sistem ini, salah satunya dengan merubah rasio nisbah. (h) Analisa dan Kesimpulan Saran Hasil Penelitian Tahap ini melakukan analisa dan interpretasi terhadap pengolahan data dan hasil simulasi terhadap model sistem perbankan syariah yang telah dilakukan, serta membandingkan dengan bank konvensional. Selain itu, juga melakukan analisa terhadap skenario-skenario simulasi. Dari hasil analisa dan interpretasi terhadap hasil simulasi pemodelan yang dibuat, maka dapat ditarik kesimpulan yang menjawab tujuan dari penelitian ini. Melalui kesimpulan yang diambil dapat dilihat mengenai halhal apa saja yang telah diperoleh dari keseluruhan tahapan. Selain itu, pada tahap ini dapat diberikan saran untuk penelitian selanjutnya. 3.
Hasil dan Analisa Berdasarkan teori perspektif, bank Islam berbeda dengan bank konvensional karena bunga hukumnya haram (tidak diperbolehkan) bagi Islam. Karakteristik khusus yang dapat dilihat dari bank Islam, yaitu mengenai paradigma profit-and-loss sharing (PLS). Paradigma ini dipengaruhi oleh dasar konsep mudharabah (profitsharing) dan musyarakah (kerjasama). Hal inilah yang dibawa oleh perbankan syariah di Indonesia, salah satunya yaitu Bank Muamalat. Dalam melakukan proses peminjaman dana untuk usaha pada pihak bank, perlu melengkapi beberapa syarat yang diajukan. Hal ini dikarenakan pihak
bank sebagai peminjam modal usaha 100% harus lebih selektif terhadap usaha yang akan dibangun. Pembiayaan dalam bentuk modal/dana yang diberikan oleh bank untuk peminjam (mudharib) kelola dalam usaha, telah disepakati bersama. Selanjutnya dalam pembiayaan ini, pihak mudharib dan bank sepakat untuk berbagi hasil atas pendapatan usaha tersebut. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan. Jenis usaha yang dapat dibiayai antara lain usaha perdagangan, industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak, dan lain-lain berupa modal kerja dan investasi. Ada 3 macam persyaratan umum yang ditentukan oleh bank, yaitu pembiayaan perorangan dengan pengajuan minimal Rp. 50 juta, pembiayaan koperasi, dan pembiayaan korporasi (PT/CV). Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian operational manager Bank Syariah mengenai kondisi secara garis besar perbankan syariah dengan perbankan konvensional, Beliau menjelaskan bahwa perbedaan yang mendasar antara kedua jenis bank tersebut adalah bagaimana bank tersebut mendapatkan keuntungan. Pendapatan bank syariah tidak hanya bergantung pada DPK (Dana Pihak Ketiga) saja, tetapi juga bergantung pada dana bagi hasil dan angsuran pinjaman dari biaya usaha yang dipinjamkan pihak bank ke pihak nasabah. Jika usaha yang didirikan atas kesepakatan antara pihak bank dan pihak nasabah gagal/rugi, maka pihak nasabah hanya berkewajiban untuk membayar biaya pinjaman saja. Namun, di sisi lain, hal tersebut sangat merugikan pihak bank karena proses pengangsurannya tanpa bagi hasil tersebut justru menghambat pemasukan bank. Sedangkan, pada bank konvensional, pihak bank tidak akan turut campur terlalu dalam mengenai perkembangan usaha pihak nasabah yang meminjam dana pada bank. Satu hal yang
penting disini yaitu, pihak nasabah harus membayar angsuran tepat waktu dan dengan bunga yang telah ditetapkan oleh pihak bank. Bunga bank bersifat tetap (flat). Sehingga, jika ternyata usaha pihak nasabah terjadi kerugian, maka pihak bank tidak ikut menanggung kerugian karena pinjaman apapun harus dikembalikan dengan tambahan bunga yang sudah ditetapkan per bulannya atau per periode penetapan angsurannya. Selain jumlah deposito dan tabungan yang masuk ke kas pendapatan bank, besar kecilnya bagi hasil yang berubah-ubah sesuai kondisi hasil pengembalian pinjaman serta bagi hasil sesuai keuntungan (berdasar kesepakatan) dan besarnya dana yang dikeluarkan oleh bank sebagai peminjaman untuk usaha yang lain, mempengaruhi fluktuatifnya pendapatan bank. Sedangkan, untuk bank konvensional, sebesar apapun pinjaman nasabah kepada bank, digunakan untuk usaha apapun, rugi ataupun untung, yang penting nasabah wajib membayar angsuran pinjaman tepat waktu dengan tambahan bunga yang flat (tetap). Hal ini tentu lebih banyak menguntungkan pihak bank. Berbagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah nisbah bagi hasil, yaitu proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Misalnya, jika customer service bank syariah menawarkan nisbah bagi hasil Tabungan iB sebesar 65:35, itu artinya nasabah bank syariah akan memperoleh bagi hasil sebesar 65% dari return investasi yang dihasilkan oleh bank syariah melalui pengelolaan dana-dana masyarakat di sektor riil. Sementara itu bank syariah akan mendapatkan porsi bagi hasil sebesar 35%. Penetapan bagi hasil di Bank Muamalat dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung HI-1000, yakni angka yang menunjukkan hasil investasi yang diperoleh dari penyaluran setiap Rp. 1.000 dana nasabah. HI-1000 ini merupakan sebuah cara perhitungan yang lebih kompetitif dan dengan transparasi pengelolaan dana lebih tinggi melalui laporan keuangan bank setiap bulan.
Dalam menyusun suatu sistem, harus dipahami terlebih dulu konseptual sistem yang akan dibuat. Lalu, setelah itu, baru dibuat sub-sub model sistemnya. Aliran sistem pembiayaan mudharabah dengan salah satu kasus yang ditangani bank yaitu koperasi, dapat digambarkan pada alur sebagai berikut.
dibuat seperti pada gambar 3.2, maka bisa didapatkan model causal-loop sebagai berikut.
Pembiayaan KOPERASI
BMI Penempatan dana 1x angs dan kewajiban bulanan
Transaksi Jual Beli dan angsuran ANGGOTA
Gambar 3.1 Alur Pembiayaan Mudharabah pada sistem Koperasi (Bank Muamalat, 2010)
Sebagai salah satu sumber pembiayaan, BMI (Bank Muamalat Indonesia) menyalurkan 100% dana untuk pembiayaan usaha koperasi dengan pertimbangan data dan laporan keuangan koperasi beberapa tahun lalu. Berdasarkan tren historis dan kemampuan usaha dalam menghasilkan keuntungan, maka pihak bank menyetujui proposal usaha dalam upaya peminjaman dana. Namun, sebelumnya dilakukan kesepakatan atau dalam syariah dinamakan akad untuk menyepakati peraturan bagi hasil keuntungan usaha. Pihak bank dalam hal ini telah memperkirakan bagi hasil yang akan disepakati melalui estimasi cashflow pembiayaan mudharabah kepada anggota koperasi.
Gambar 3.2 Model penelitian sistem syariah
Dari garis besar model tersebut, maka dapat didetailkan lagi kedalam model causal-loop yang nantinya akan dipecah lagi menjadi sub-sub model. Sehingga, dari garis besar model penelitian yang
Gambar 3.3 Causal-loop diagram model sistem syariah
Model sistem syariah dapat digambarkan melalui causal loop diagram berdasarkan variabel yang telah diidentifikasi oleh pembuat model. Setelah variabel-variabel telah ditentukan oleh pembuat model dan dihubungkan keterkaitan di antara variabel tersebut, maka diberikan polarity yang menggambarkan hubungan umpan balik positif atau negatif. Model untuk membandingkan keuntungan nasabah bank syariah dengan keuntungan nasabah bank konvensional khususnya untuk penabung ditunjukkan pada gambar sebagai berikut.
Tabel 3.1. Numerical Experiment untuk bagi hasil
Running simulation Rp2,500,000,000.00 Rp2,000,000,000.00 10
Rp1,500,000,000.00
Gambar 3.4. Sub model nasabah bank syariah
Pada sub model ini, langsung diinputkan keuntungan kotor dikurangi dengan pembagian keuntungan dari bank kepada nasabah sesuai porsi yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan keuntungan tersebut sudah dimodelkan pada sub model- sub model sistem syariah sebelumnya.
20 Rp1,000,000,000.00
30
Rp500,000,000.00 Rp0.00 1
2
3
4
5
Gambar 3.6. Grafik Keuntungan Bank dengan Perubahan Nisbah
Berdasarkan gambar grafik 3.6 diatas, untuk bank konvensional tidak terpengaruh dengan perubahan rate kegagalan karena sistem perbankan tersebut tidak dipengaruhi oleh kondisi riil nasabah peminjam. Angsuran peminjaman harus dikembalikan dengan tambahan bunga yang ditetapkan. Sehingga, rate kegagalan yang dialami nasabah tidak akan berpengaruh terhadap pemasukan bank konvensional. Keuntungan bank dan nasabah 20,000,000,000.00
Gambar 3.5. Sub model nasabah bank konvensional
Sedangkan, untuk model nasabah bank konvensional, perlu memasukkan kembali variabel hasil usaha dengan beban operasional dan juga besar tabungan, karena pertimbangan bunga yang diinputkan.
15,000,000,000.00 Konvensional
10,000,000,000.00
Syariah
5,000,000,000.00 0.00 1
2 Bank vs nasabah
3.1 Analisa Hasil Skenario Perubahan Nisbah dan Rate Kegagalan Usaha
Gambar 3.7. Grafik Keuntungan Bank dengan Nasabah
Dengan berbagai percobaan mulai dari rate nisbah bank sebesar 40 hingga nisbah bank sebesar 80, maka didapatkan besar nilai masing-masing sebagai berikut.
Berdasarkan gambar 3.7 di atas, dapat disimpulkan bahwa besar keuntungan konvensional jauh melebihi keuntungan bank syariah dikarenakan sistem bunga yang lebih berlaku pada perbankan tersebut. Sedangkan untuk keuntungan nasabah, jelas mengikuti pada
keuntungan yang didapat oleh masingmasing bank. Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan dimana didapat bahwa nilai yang menguntungkan perbankan syariah dengan nasabah bank syariah masing-masing adalah dengan nisbah sebesar 0.60 untuk pihak bank dan 0.40 untuk pihak nasabah. Tabel 3.2 Jumlah Keuntungan terbaik pihak bank dan nasabah
Berdasarkan tabel 3.2 di atas, setelah dilakukan pembandingan nilai dengan numerical experiment untuk kedua belah pihak dan dengan pertimbangan historical data yang dimiliki, maka didapatkan nisbah tersebut yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. Untuk pihak bank mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.724.206.216,- sedangkan untuk pihak nasabah menghasilkan keuntungan nasabah total Rp 130.056.620,4. Kesimpulan Dan Saran Berikut ini merupakan beberapa kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan. 1. Keuntungan bersih bank konvensional secaraakumulasi memang cenderung lebih tinggi
dibanding dengan keuntungan bank syariah. Walau pada bulan-bulan awal, keuntungan bank syariah lebih besar, namun secara akumulasi hingga bulan ke sekian, keuntungan bank konvensional lebih besar. Hal ini dikarenakan pengaruh sistem bunga berbunga. 2. Skenario keuntungan perbankan syariah yang lebih baik berada pada kondisi nisbah bank sebesar 0.88, namun hal ini berbanding terbalik bagi keuntungan pihak nasabah bank syariah dengan nisbah nasabah sebesar 0.12. Skenario keuntungan perbankan syariah dengan rate kegagalan 20% cenderung lebih besar daripada dengan rate kegagalan 80%. Hal ini dikarenakan pendapatan bank dipengaruhi langsung oleh besar kecilnya pendapatan usaha. Keuntungan maupun kerugian usaha juga menjadi tanggungan pihak bank. 3. Keuntungan yang lebih baik bagi kedua belah pihak (nasabah dan bank) berada pada nisbah sebesar 40 untuk pihak nasabah sehingga menghasilkan keuntungan nasabah total Rp 130.056.620,- dan nisbah bank sebesar 60 sehingga menghasilkan keuntungan bank sebesar Rp. 1.724.206.216,-. Untuk memperoleh penelitian dengan lebih kompleks dan general, terutama dari segi produk perbankan syariah yang digunakan, maka dapat dilakukan penelitian dengan m elihat pengaruh sistem perbankan syariah dengan penerapan lebih dari satu produk atau satu produk saja selain produk mudharabah. Selain itu, bisa juga dengan meneliti resiko pembiayaan satu produk perbankan syariah atau lebih dari satu produk pembiayaan syariah terhadap keuntungan bank dan dibandingkan dengan resiko pembiayaan perbankan konvensional.
5. Daftar Pustaka Aminy, M. Muhajir. 2010. Kata ‘ Syariah’ Pada Bank Syariah.
.Diakses pada tanggal 4 Oktober 2010. Antonio, M.Syafi’i. 2001. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik. Tazkia Cendekia. Bank Indonesia. Tabungan iB, menabung sekaligus berinvestasi. . Diakses pada tanggal 23 Desember 2010 Chairi, Zulfi. 2005. Pelaksanaan Kredit Perbankan Syariah MenurutUndang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara. Fajarningtyas, Liza. 2009. Pemodelan Sistem Pembiayaan di Bank Syari’ah dengan Pendekatan Metodologi Sistem Dinamik : Studi Kasus Pembiayaan Pada Usaha Sapi Perah dan Perkebunan Tebu. Jurusan Teknik Industri, ITS. Nurbaya, Ferial. 2010. Kendalakendala yang Dihadapi Perbankan Syari’ah di Indonesia. .
Diakses pada tanggal 22 September 2010. Rindawati, Erna. 2007. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan PerbankanKonvensional. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Rini, Mike. 2000. Simpanan Bagi Hasil Di Bank. Safir Senduk & Rekan.. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2010. Wahid, Abdul.2007. Perencanaan Strategi Menggunakan Model Sistem Dinamik. Departemen Teknik Gas dan Petrokimia FTUI. Wirjodirdjo, Budisantoso. 2007. Sistem Dinamik. Jurusan Teknik Industri, ITS. Yunani, Siti. 2004. Kajian atas perbedaan pengakuan pendapatan pada bank syariah dan bank konvensional dalam kaitannya dengan penyajian laporan laba rugi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor.