1
PENGARUH LATIHAN MENGGUNAKAN RAKET BERBEBAN TERHADAP KETERAMPILAN SMASH PERMAINAN BULUTANGKIS (Eksperimen pada Siswa Ekstrakurikuler Bulutangkis SMK Al-Hasanah Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya) \ Khevy dwi mardiana 1) Iis Marwan 2) 1) Mahasiswa PJKR FKIP Universitas Siliwangi:
[email protected] 2) Dosen PJKR FKIP Universitas Siliwangi:
[email protected]
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan menggunakan raket berbeban terhadap keterampilan smash permainan bulutangkis pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK AL hasanah Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Kegiatan proses pelatihan dilakukan selama 18 kali pertemuan. Populasi penelitian adalah siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK AL hasanah Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 20 orang. Sampel penulis tetapkan sebanyak 20 orang, sehingga semua populasi dijadikan sampel (Total populasi). Instrumen penelitian menggunakan tes keterampilan smash yang sudah baku dilakukan pada tes awal dan tes akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan smash menggunakan raket berbeban dapat meningkatkan keterampilan smash bulutangkis pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK AL hasanah Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya Dari hasil uji perbedaan peningkatan hasil latihan, diperoleh hasil bahwa latihan dengan menggunakan raket berbeban hasilnya efektif terhadap keterampilan smash bulutangkis siswa sekolah menengah atas. Untuk meningkatkan keterampilan smash bulutangkis dianjurkan menggunakan bentuk latihan dengan menggunakan raket berbeban.
Kata kunci: latihan , raket berbeban , keterampilan smash permainan bulutangkis
1
2
EFFECT OF EXERCISE OF USE SKILL laden RACKET SMASH GAMES BADMINTON ( Experiments on Student Extracurricular Badminton SMK Al - Hasanah Gunungtanjung District of Tasikmalaya Regency ) 1)Students PJKR FKIP Siliwangi University: khevydwimardiana @yahoo.com 2) Lecturer PJKR FKIP Siliwangi University :
[email protected]
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of exercise using the skills laden smash rackets badminton game badminton extracurricular student of SMK AL hasanah Gunungtanjung Tasikmalaya regency . This study used an experimental method . Activities carried out during the training process 18 meetings . The study population is a student extracurricular badminton SMK AL hasanah Gunungtanjung Tasikmalaya many as 20 people . Samples authors define as many as 20 people , so that all the sampled population ( total population ) . The research instrument using skill smash test is standard tests performed at the beginning and end of the test . The results showed that the load-bearing exercise smashes racket to improve the skills of badminton smash in badminton extracurricular student of SMK AL hasanah Gunungtanjung Tasikmalaya From the result of differences in yield improvement exercise test , the results showed that exercise using the results laden racket smash badminton skills effectively to high school students . To improve the skills of badminton smash is recommended to use a form of exercise using a racket burden .
Keywords : exercise , racket burden , skill smash badminton game
2
3
PENDAHULUAN Bulutangkis termasuk cabang olahraga yang populer di Indonesia. Fakta menunjukkan bahwa lapangan bulutangkis banyak didirikan hampir disetiap daerah, event-event sering dilaksanakan baik tingkat lokal, regional, nasional dan kejuaraan dunia. Atlet-atlet Indonesia termasuk yang dianggap paling berat dalam setiap event, bahkan atlet Susi Susanti asal Tasikmalaya termasuk atlet peraih medali emas dan berjaya pada olimpiade di Barcelona pada tahun 1992. Olahraga bulutangkis dapat memasyarakat dengan cepat disebabkan beberapa hal antara lain : (1) Keterampilan dasarnya mudah dipelajari bagi pemula, (2) Dapat dimainkan oleh semua lapisan masyarakat, (3) Mendatangkan kesenangan bagi yang memainkannya, (4) Tidak memerlukan tempat yang luas, dan (5) Alat yang digunakan relatif ringan dan mudah. Bulutangkis adalah cabang olahraga yang termasuk ke dalam kelompok olahraga permainan. Olahraga ini dapat dimainkan di dalam maupun di luar ruangan, di atas lapangan empat persegi panjang yang dibatasi dengan garis dalam ukuran panjang dan lebar tertentu. Berikut akan diterangkan bagaimana melatih pukulan smash dengan kekuatan penuh (powerful smash) : 1. Kontak poin harus tinggi dan pastikan berada di depan badan si pemain. 2. Pada saat memukul kok, pergelangan tangan memukul dengan cepat kearah bawah dan ke arah dalam, kepala raket mengenai kok langsung pada posisi tegak lurus terhadap kok. 3. Saat memukul kok, kita harus mempercepat pergelangan tangan dan pemakaian tenaga mesti fokus, jari-jari memegang grip dengan cukup ketat untuk menambah "ledakan" dan mempercepat laju kepala raket. Mengingat pada kenyataan pembelajaran bulutangkis di sekolah menengah atas (SMA/SMK) siswa mengalami kesulitan diberi teknik dasar smash, maka guru 3
4
harus mampu menciptakan dan membuat metode pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Lutan, (1988:397) menjelaskan bahwa, "Metode sebagai suatu cara untuk melangsungkan proses mengajar-belajar sehingga tujuan dapat dicapai." Kutipan tersebut menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah untuk berlangsungnya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Karena itu memilih dan menentukan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Metode pembelajaran smash dari masing-masing guru berbeda atau beragam, tergantung penguasaan
dan
pemahaman
guru
dalam
menentukan
metode
pembelajaran atau latihan yang sekiranya efektif dan efisien untuk digunakan. Berdasarkan informasi dari guru Penjasorkes di SMK Al Hasanah Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya, siswa kelas X masih kesulitan dalam melakukan smash bulutangkis. Hal ini terbukti saat melakukan smash shuttle cock nyangkut ke net atau tidak sampai lapangan lawan bahkan shuttle cock melambung. Berdasarkan informasi dari guru Penjasorkes di SMK Al Hasanah Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya, siswa kelas X masih kesulitan dalam melakukan smash bulutangkis. Hal ini terbukti saat melakukan smash shuttle cock nyangkut ke net atau tidak sampai lapangan lawan bahkan shuttle cock melambung. Raket berbeban maksudnya raket yang diberi beban dibagian leher frame seberat 200 gram. Dengan cara ini raket lebih berat dari yang standar. Cara ini digunakan oleh pelatih bulutangkis dalam melatih teknik dasar bulutangkis, namun belum diketahui efektivitasnya. Dengan cara ini dapat mendorong kemandirian siswa; memotivasi siswa dan melatih kecermatan analisis siswa. Guru mendorong siswa untuk mengembangkan 4
5
keterampilan untuk memantau diri sendiri; Guru mempercayai siswa; Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berpusat pada proses periksa sendiri dan pelaksanaan
tugas; Siswa
belajar
sendiri;
Siswa mengenali
keterbatasan,
keberhasilan dan kegagalannya sendiri; dan Siswa memakai umpan balik dari periksa sendiri untuk berusaha memperbaikinya. Penelitian ini penulis laksanakan pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK Al Hasanah Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya. Di sekolah tersebut permainan bulutangkis sebagai salah satu cabang olahraga prioritas untuk dikembangkan sebagai olahraga unggulan. Tersedianya sasarana maupun prasarana untuk pelaksanaan penelitian seperri lapangan bulutangkis. Adanya rekomendasi dari Kepala Sekolah dan dukungan dari guru-guru olahraga untuk sekolahnya dijadikan tempat pelaksanaan penelitian. Penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen, instrumen penelitian menggunakan tes keterampilan smash yang sudah baku. Sampel penelitian sebanyak 20 orang. Lokasi dan tempat pelaksanaaan penelitian dilakukan di lapangan bulutangkis SMK Al Hasanah Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis gunakan metode eksperimen. Metode ini dipergunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian ini adalah melakukan
5
6
uji coba tentang sesuatu, yang dalam hal ini adalah pelatihan smash menggunakan raket berbeban terhadap hasil smash permainan bulutangkis. Surakhmad, (2013 : 159) menjelaskan mengenai metode eksperimen sebagai berikut : "Bereksperimen ialah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat sesuatu hasil." Nazir (2008:74) menjelaskan sebagai berikut, "Eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition), di mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti. Dengan demikian, penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol." Dari kutipan tersebut, maka bereksperimen adalah cara mengadakan kegiatan percobaan yang bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat antara variabelvariabel yang diselidiki. Artinya, penelitian eksperimen dilakukan untuk meneliti hubungan sebab-akibat. Dalam hal ini yang dijadikan eksperimennya adalah latihan smash dengan menggunakan raket berbeban yang dilakukan oleh siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK Al-Hasanah Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya. PEMBAHASAN Dengan menggunakan prosedur pengolahan data sebagaimana diungkapkan pada Bab III, maka hasil pengolahan data dapat penulis uraikan pada bagian berikut. Hasil penghitungan nilai rata-rata, simpangan baku dan varians hasil pelatihan smash bulutangkis menggunakan raket berbeban dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 1 Hasil Penghitungan Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians
6
7
Variabel Tes
Nilai Rata-rata
Simpangan Baku
Varians
Tes Awal
5,8
1,1
1,21
Tes Akhir
8,3
1,4
1,96
Pengujian normalitas tes ini menggunakan tes kecocokan chi-kuadrat. Hasil pengujian akan menentukan pendekatan mana yang akan dipergunakan dalam analisis data, apakah pendekatan parametrik atau non-parametrik. Pendekatan parametrik digunakan apabila hasil pengujian tes tersebut ternyata normal. Sedangkan pendekatan non-parametrik digunakan apabila hasil pengujian tes tersebut ternyata tidak normal. Setelah dihitung diperoleh hasil sebagaimana dalam Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Hasil Pengujian Distribusi Normal Latihan Smash Bulutangkis
Variabel Tes
Nilai
Chi-kuadrat Batas Penolakan
Kesimpulan
hitung
Hipotesis *)
Tes Awal
1,17
9,49
Normal
Tes Akhir
3,30
11,1
Normal
*) α = 0,05 Untuk mengetahui homogen atau tidaknya sampel yang diteliti, maka perlu dihitung homogenitas sampel penelitian. Pengujian homogenitas ini juga merupakan salah satu syarat digunakannya uji t. Hasil penghitungan homogenitas sampel sebagaimana dalam Tabel 4.3 berikut ini. Tabel 3 Hasil Pengujian Homogenitas F-tabel α = 0,05 Variabel Tes
Nilai F-hitung
Kesimpulan (30, 30)
7
8
Tes Awal 1,62
2,12
Homogen
Tes Akhir Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat hasilnya bahwa nilai F-hitung lebih kecil atau berada dalam F-tabel, dengan demikian hasilnya homogen. Uji peningkatan hasil latihan smash menggunakan raket berbeban. Pengujian bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis yang ditetapkan itu benar atau tidak. Untuk membuktikannya penulis menggunakan uji kesamaan dua rata-rata : uji satu pihak dengan menggunakan uji t’. Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan (berarti) dari dua variabel yang diteliti. Hasil pengujian hipotesis adalah sebagaimana dalam Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Hasil Pengujian Hipotesis Latihan Smash Bulutangkis t1-tabel Variabel Tes
t1-hitung
α = 0,05
Kesimpulan
Tes Awal 6,25
1,73
Signifikan
Tes Akhir Kriteria pengujian, terima hipotesis (Ho) jika –t1 (1- ) < t1 < (1- ), di mana t (1- ) di dapat dari distribusi t1 dengan derajat kebebasan (dk) = n 1 + n2 –2 dan peluang (1- ). Tarap nyata = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95 % untuk harga lainnya hipotesis ditolak. Artinya hipotesis nol (H0) diterima apabila t hitung berada dalam daerah penerimaan yakni – 1,73 < t < 1,73 dan
tolak H0 jika t-hitung
mempunyai harga lain. Dari Tabel 4.5 tersebut terlihat nilai t-hitung sebesar 6,25 berada di luar daerah penerimaan nilai t-tabel sebesar 1,73 artinya latihan smash menggunakan raket berbeban secara signifikan berpengaruh terhadap keterampilan smash pada permainan bulutangkis. Ini berarti “Terdapat pengaruh yang berarti 8
9
pelatihan smash menggunakan raket berbeban terhadap keterampilan smash pada permainan bulutangkis pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK Al-Hasanah Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014.” Hipotesis penelitian yang diajukan adalah “Pelatihan smash menggunakan raket berbeban secara signifikan berpengaruh terhadap keterampilan smash pada permainan bulutangkis siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK Al-Hasanah Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014.””. Hipotesis tersebut diterima, karena terbukti dari hasil penelitian bahwa pelatihan smash menggunakan raket berbeban secara signifikan berpengaruh terhadap keterampilan smash pada permainan bulutangkis siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK Al-Hasanah Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014.”. Dalam pembahasan hasil penelitian ini, penulis mengadakan pencocokan terhadap hipotesis penelitian yang diajukan.
Adapun hipotesis penelitian yang
penulis ajukan sebagaimana dalam Bab II penelitian ini adalah sebagai berikut: “Pelatihan smash menggunakan raket berbeban secara signifikan berpengaruh terhadap hasil smash bulutangkis siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK Al-Hasanah Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014.” Hipotesis tersebut hasilnya diterima, karena terbukti dari pengujian hipotesis secara statistika dengan perolehan hasil t-hitung sebesar 6,25 berada di luar daerah penerimaan t-tabel 1,73 yang berarti bahwa pelatihan smash menggunakan raket berbeban secara signifikan berpengaruh terhadap keterampilan smash pada permainan bulutangkis untuk siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK Al-Hasanah Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014.”. Permainan bulutangkis berperan dalam meningkatkan jumlah pemain aktif dan merupakan wahana pembinaan usia dini. Olahragawan muda akan lebih mudah mempelajari
keterampilan
bulutangkis, 9
sebab
agak
sulit
mengembangkan
10
keterampilan tersebut pada usia dewasa. Permainan bulutangkis memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan berbagai kemampuan, fisik, mental, dan sosial sebagai dasar dalam pengembangan prestasi bulutangkis sebenarnya. Hal ini selaras pula dengan teori kepelatihan bahwa permainan bulutangkis dimulai pada usia 11 – 12 tahun yang diharapkan mencapai puncaknya pada usia 20 – 25 tahun. Permainan bulutangkis merupakan salah satu bentuk pencapaian tujuan pendidikan jasmani disekolah dasar sebagaimana dikemukakan Ateng, Abdul Kadir (1992:23) yaitu peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan menggambarkan
nilai-nilai
watak.
pendidikan
terkait dengan yang
itu,
terkandung
analisis berikut dalam
permainan
bulutangkis, yaitu: (1) nilai-nilai sosial seperti kerjasama dan toleransi; (2) nilai-nilai kompetitif seperti sikap pantang menyerah, berusaha merebut peluang; (3) nilai-nilai sportivitas seperti mau mengakui keunggulan lawan dan mengakui keterbatasan diri; (4) keterampilan berfikir dan kreativitas seperti penerapan taktik dalam situasi permainan yang komplek untuk memenangkan suatu permainan; (5) taat pada aturan karena dalam permainan di batasi oleh aturan-aturan yang disepakati bersama. Permainan bulutangkis termasuk aktivitas permainan kompetitif Werner (1979) yang pendapatnya dikutip oleh Yudiana, Yuyun (2008:3) menyatakan bahwa “aktivitas permainan adalah aktivitas kompetitif yang dilakukan secara individual atau kelompok dengan menerapkan aturan dan penilaian yang objektif terhadap penampilan kemampuan keterampilan gerak yang dimiliki strategi dengan maksud untuk mencapai kemenangan”. Begitu juga yang dinyatakan oleh Saunders (1999) dan Stanley (1977) yang dikutip oleh Wall dan Murray (1994) dalam buku Yudiana, (2008:3) bahwa “permainan adalah aktivitas kompetitif secara individual atau kelompok dengan maksud untuk menang, dengan menggunakan strategi dan keterampilan untuk menjaga lawan secara individu atau kelompok dari kemenangan.”
10
11
Bahkan menurut Lutan, (1988 : 123) bahwa, ”aktivitas permainan lebih mengarah kepada kegiatan bermain.
Dan karakteristik kegiatan bermainnya
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peragaan ketangkasan fisik, yang bentuknya meliputi aktivitas keterampilan, kesegaran jasmani, atau kombinasi dari keduanya.” Menurut para ahli (Sutoto, Mukholid, dan Aminah, 1991:129) bahwa ”permainan merupakan aktivitas yang sangat digemari oleh anak-anak, para remaja, dan bahkan para orang tua.” Ada yang berpendapat bahwa permainan atau bermain berguna bagi perkembangan pribadi, yang positif dan menyenangkan. Ada pula yang berpendapat bahwa permainan bermanfaat bagi perkembangan biologis dan juga pendidikan. Melalui permainan dapat dikembangkan kestabilan dan pengendalian emosi yang sangat penting bagi keseimbangan mental. Melalui permainan juga dapat dikembangkan kecepatan proses hubungan hidup antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, bahkan antara negara dan bangsa sedunia. Permainan merupakan bagian dari bidang kajian pendidikan jasmani yang mempunyai banyak sekali kegiatannya. Karena permainan dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang bersifat jasmani, koordinasi gerak, kejiwaan, dan sosial. Melalui permainan akan terkondisikan dan mempersiapkan anak untuk mampu melakukan
aktivitas-aktivitas
olahraga
lainnya,
seperti:
atletik,
sepakbola,
bulutangkis, bolabasket, senam, dan berenang (Sutoto, Mukholid, dan Aminah, 1991:128). Menurut Ateng, Abdul Kadir (1992:2) bahwa ”dunia anak adalah dunia bermain sehingga penyajian dalam pelatihan pendidikan jasmaninya haruslah dalam bentuk permainan”.
Permainan berperan sebagai kendaraan pertama untuk
mempelajari diri sendiri dan dunia sekitarnya. Melalui permainan, indivual atau kelompok, aktif atau diam, anak-anak mengembangkan pemahaman dasar dari dunia tempat mereka hidup.
11
12
Kesempatan untuk bermain yang berarti melatih diri adalah syarat mutlak bagi anak untuk pertumbuhannya. Bermain sama pentingnya dengan makan, minum dan pakaian.
Bahkan orang yang melarang anak bermain sebenarnya berbuat suatu
kejahatan yang besar terhadap anak.
Bermain dikalangan manusia, di dalam
kehidupan bermasyarakat merupakan latihan untuk dapat hidup sebagai manusia. Makin banyak kesempatan bermain, makin sempurnalah penyesuaian anak terhadap kebutuhan hidup dalam masyarakatnya dikemudian kelak. Dalam menerapkan bentuk pelatihan bulutangkis kepada anak-anak sekolah dasar perlu ditumbuhkan motivasi-motivasi latihan.
Cara yang dapat dilakukan
adalah dengan variasi-variasi model latihan, sehingga tidak membosankan. Dilakukannya dalam bentuk kompetitif adalah salah satu cara yang dapat diberikan, seperti apabila siswa mampu membuat skor tertinggi dengan cara hasil servis masuk pada petak nilai baik maka diberi pujian. Dengan menggunakan proses pelatihan smash menggunakan raket berbeban dapat memotivasi anak untuk giat berlatih karena unsur variasi-variasi gerak dapat diperoleh dengan bentuk pelatihan ini, selain itu kekerapan dalam melakukan gerak lebih sering dilakukan dibandingkan dengan bentuk permainan bulutangkis yang sebenarnya. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis dengan menggunakan pendekatan statistika, penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut : Terdapat pengaruh yang signifikan latihan smash dengan menggunakan raket berbeban terhadap hasil smash pada permainan bulutangkis siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK Al-Hasanah Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014.” Hal ini berarti bahwa belajar servis dengan menggunakan raket berbeban efektif terhadap hasil smash dalam permainan bulutangkis.
12
13
Mengacu pada hasil yang telah diperoleh penelitian ini, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan penguasaan teknik dasar bulutangkis khususnya teknik smash, penulis menyarankan kepada para guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, pembina olahraga maupun pelatih bulutangkis dapat dijadikan tolok ukur untuk melakukan teknik smash dengan menggunakan raket berbeban karena hasilnya efektif terhadap hasil smash dalam permainan bulutangkis. 2. Karena ruang lingkup penelitian ini terbatas, penulis menyarankan kepada berbagai pihak yang tertarik untuk membahas dan meneliti mengenai masalah yang sama, agar melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan ruang lingkup penelitian yang lebih luas sehingga diperoleh hasil yang lebih empirik, misalnya dengan menggunakan sampel yang lebih banyak atau pada sampel atlet yang sudah profesional. DAFTAR PUSTAKA Abdoellah, Arma, 2007, Olahraga Untuk Perguruan Tinggi, Yogyakarta, Sastra Hudaya, Arikunto, Suharsimi, 2007, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Yogyakarta, Rineka-Cipta Ateng, Abdul Kadir, 1992, Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani, Jakarta, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, Dirjendikti, Depdikbud. Dinata, Marta dan Tarigan, Herman. 2004. Bulutangkis. Cetakan Pertama. Jakarta : Cerdas Jaya. Harsono, 1988, Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching, Jakarta, Tambak Kusuma. Kosasih, Engkos, 1993, Pendidikan Jasmani: Teori dan Praktek, Jakarta, Gelira Aksara. Lutan, Rusli, 1988, Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan Metode, 13
14
Jakarta, P2LPTK Depdikbud. Matakupan, 2006, Teori Bermain, Modul 1-6, Proyek PGSD D-II, Jakarta, Depdikbud. Marwan, Iis, 2007, “Pembinaan Olahraga Presztasi”, Makalah, Tasikmalaya, PJKR FKIP Universitas Siliwangi. Marwan, Iis, 2008, “Metodologi Penelitian”, Diktat, Tasikmalaya, PJKR FKIP Universitas Siliwangi. Nasution, 2005, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bandung, Tarsito. Nurhasan, 2006, "Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga", Diktat, Bandung, FPOK UPI. PBSI. Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis. Jakarta : PB PBSI. Poerwadarminta, WJS., 2005, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. Singgih, Gunarsa, 2002, Psikologi Olahraga, Jakarta, Rineka-Cipta. Sudjana, 2003, Metoda Statistika, Bandung, Tarsito. Suharto, 1997, Informasi Kesehatan & Olahraga, Jakarta, Pusat Komunikasi Pemuda, Kantor Menpora. Surakhmad, Winarno, 2007, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik, Bandung, Tarsito. ________, 2006, KTSP: GBPP Penjasorkes untuk SD, Jakarta, Depdiknas. ________, 2000, ”Bola”, Tabloid, Edisi hari Selasa, 13 Juni 2000, hal 15, kolom 5.
14
15
15