PENGARUH SENAM SEHAT INDONESIA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI
Tentrem Rahayu*, Dony Noerliani**, Anita Dwi Astuti** 1. Program D3 Akademi Keperawatan dr. Soedono Madiun, Jawa Timur 63117, Indonesia *Email:
[email protected]
Abstrak Pendahuluan. Senam Sehat Indonesia merupakan senam kuno yang berasal dari Cina dengan prinsip menenangkan pikiran serta mengendorkan otot – otot untuk memungkinkan energ dasar bangkit dan mengakitifkan fungsi organ dalam memperlancar peredaran darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Senam Sehat Indonesia Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi. Metode. Penelitian ini dilakukan di Perkumpulan Senam Lansia Bharata Wilayah Kerja Puskesmas Oro-Oro Ombo Kota Madiun, dengan populasi 60 orang. Jumlah sampel 30 orang ditentukan dengan teknik purposive sampling karena Hipertensi, terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama semua lansia yang rutin mengikuti Senam Sehat Indonesia sesuai dengan kriteria inklusi dan kelompok kedua lansia hipertensi yang tidak mengikuti Senam Sehat Indonesia. Masing- masing kelompok terdiri dari 15 subyek. Instrumen penelitian ini adalah Sphygmanometer dan Stetoscope. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis eksperimental, rancangan penelitian dengan menggunakan two group pre test and post test design dianalisis dengan Non parametric test, Wilcoxon dan Mann Whitney Test. Hasil : Uji Wilcoxon pre-post tekanan darah kelompok I menunjukkan tekanan darah sistolik P=0.005 (P<0.05) dan tekanan darah diastolik P=0.003 (P<0.05), yang bearti ada pengaruh pemberian Senam Sehat Indonesia terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia hipertensi di posyandu lansia Bharata wilayah kerja Puskesmas Oro-Oro Ombo Kota Madiun. Uji Wilcoxon pre-post pada kelompok II menunjukkan tekanan darah sistolik (P=0.802) dan tekanan darah diastolik (P=0.305) (p>0.05) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah awal dan akhir pada lansia hipertensi yang tidak mengikuti Senam Sehat Indonesia. Uji Mann Whitney tekanan darah antar kedua kelompok Nilai systole dan diastole pre-test pada awal pengukuran tekanan darah tidak didapatkan adanya perbedaan yang signifikan, dimana nilai sig (P>0.05) systole pre-test (P=0.711) dan diastole pre-test (P=0.938), sedangkan pada nilai systole dan diastole post-test ditunjukkan dengan nilai sig (P<0.05) systole post-test (P=0.004) dan diastole post-test (P=0.038) yang berarti terdapat perbedaan signifikan antara kelompok yang mengikuti Senam Sehat Indonesia didapatkan hasil penurunan tekanan darah sedangkan pada lansia hipertensi yang tidak mengikuti Senam Sehat Indonesia tidak terjadi penurunan tekanan darah atau tekanan darah relatif stabil. Analisis. ... Diskusi. KESIMPULAN : Ada pengaruh Senam Sehat Indonesia terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di perkumpulan senam lansia Bharata wilayah kerja Puskesmas Oro-Oro Ombo Kota Madiun Kata kunci : Lansia, Hipertensi, Senam Sehat Indonesia (SSI), Tekanan Darah, Sphygmanometer dan Stetoscope
ABSTRACT THE EFFECT OF SENAM SEHAT INDONESIA CURRENT IN BLOOD PRESSURE IN ELDERLY HYPERTENSION IN ELDERLY BHARATA GYMNASTICS SOCIETY HEALTH WORK AREA PUSKESMAS OROORO OMBO KOTA MADIUN AIM: To identify the effect of Senam Sehat Indonesia current in blood pressure in elderly hypertension in elderly Bharata gymnastics society health work area Puskesmas Oro-Oro Kota
22
Madiun. SUBJECT: 30 subject with hypertension, were divided into two groups. The first group used Senam sehat Indonesia and the second group of elderly with hypertension who do not follow Senam Sehat Indonesia. Each group consisted of 15 subjects. RESEARCH: Elderly Bharata Gymnastics Society Health Work Area Puskesmas Oro-Oro Ombo Kota Madiun RESEARCH TIME: May 8th, 2015 up toand including June 5th, 2015. MEASURING INSTRUMENT: Sphygmanometer and Stetoscope DESIGN: Research method of this study is quantitative methods by experimental type which is the research that use two group pre test and post test design. ANALYSIS: Non-parametric test, Wilcoxon and Mann Whitney Test. RESULTS: Wilcoxon test pre-post blood pressure group I showed systolic blood pressure P = 0.005 (P <0.05) and diastolic blood pressure P = 0.003 (P <0.05), which shall mean there is an effect of Senam Sehat Indonesia on systolic blood pressure and diastolic elderly hypertensive whereas the second group did not. Mann Whitney test blood pressure systole and diastole pre-test between the two groups was not found any significant difference, where the value sig (P> 0.05) systole pre-test (P = 0711) and diastole pre-test (P = 0938), whereas the value of systole and diastole post-test indicated by the value sig (P <0.05) systole post-test (P = 0.004) and diastolic post-test (P = 0.038), which means that there are significant differences between the groups that follow Senam Sehat Indonesia result whereas a decrease in blood pressure in elderly hypertensive not follow Senam Sehat Indonesia did not decrease blood pressure or blood pressure relatively stable. ANALYSIS: Giving Gymnastics Healthy Indonesia showed a significant change in the reduction of blood pressure in elderly hypertensive. This is due to the principle of the SSI which contain elements of breathing, relaxation and concentration. Giving SSI 2x a week for 4 weeks an impact on the reduction of blood pressure in elderly hypertensive. DISCUSSION: The blood pressure in the elderly with hypertension can be controlled via Senam Sehat Indonesia and be more intensive CONCLUSION: There is a significant effect Senam Sehat Indonesia current in blood pressure in elderly hypertension in elderly Bharata gymnastic society health work area Puskesmas Oro-Oro Ombo Kota Madiun. Keywords: Elderly, Hypertension, Sphygmanometer and Stethoscope.
Senam
Sehat
Indonesia
(SSI),
Blood
Pressure,
atau perilaku yang dialami pada masa remaja. Sekitar 45% kasus baru HIV dialami kelompok usia 1524 tahun. Data menunjukkan, di Indonesia kasus AIDS sudah mencapai 8.914 orang, dimana separuh dari kasus ini adalah kaum muda (umur 15-29 tahun = 57,4 %). Sekitar 16 juta remaja putri berusia 15 sampai 19 melahirkan setiap tahun, yang merupakan 11 persen dari total kelahiran. Kehamilan dan persalinan pada remaja akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian, baik pada ibu maupun bayinya. Masalah - masalah pada remaja tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya, namun demikian sesungguhnya dapat dicegah dan ditangani.
Pendahuluan Masa remaja merupakan salah satu masa yang sangat penting dalam siklus hidup manusia dimana terjadi perubahan yang sangat dramatis baik perubahan fisik, seksual, psikologis, maupun mental. Remaja merupakan kelompok populasi yang besar, yaitu sekitar 20% dari polulasi dunia dan 85% di antaranya tinggal di negara sedang berkembang. K elompok remaja sangat berisiko mengalami masalah kesehatan yang berhubungan dengan perilaku, seperti masalah seksual, kesehatan reproduksi, merokok, penyalahgunaan obat adiktif, kekerasan, dan kecelakaan. Menurut WHO tahun 2008, sepertiga masalah kesehatan pada dewasa berhubungan dengan kondisi
23
Data Komisi Nasional Perlindungan Anak tahun 2008 dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kota besar diperoleh hasil, 97 persen remaja pernah menonton film porno serta 93,7% pernah melakukan ciuman, meraba kemaluan, ataupun melakukan seks oral. Sebanyak 62,7% remaja SMP tidak perawan dan 21,2% remaja mengaku pernah aborsi. Menurut data
pencegahan seks bebas remaja perlu dilakukan pembinaan atau bimbingan dengan pendekatan spiritual. Bimbingan akan menjadi efektif jika dilakukan dalam kelompok teman sebaya (peer group). Bimbingan mental spiritual secara efektif dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Bimbingan mental spiritual yang dilakukan meliputi bimbingan moral, pembentukan sikap dan mental yang pada umumnya dilakukan sejak anak masih kecil. Bimbingan mental spiritual merupakan salah satu cara untuk membentuk akhlak manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur dan bersusila, sehingga seseorang dapat terhindar dari sifat tercela sebagai langkah penanggulangan terhadap timbulnya kenakalan remaja. Bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat membahas topik atau permasalahan peserta didik dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Winkel mengemukakan bahwa bimbingan kelompok merupakan “salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan bimbingan” (W. S Winkel: 2009). Sedangkan menurut Tatiek Romlah bahwa bimbingan kelompok adalah “Proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa” (Tatiek Romlah: 1989). Menurut Slamet Santoso peer group adalah suatu kelompok yang anggotanya mempunyai persamaan
sensus tahun 2010 jumlah penduduk Jatim mencapai 37,4 juta. Penduduk berusia 10-24 th di Provinsi Jawa Timur sebesar 8.965.537 jiwa atau 23,9 % dimana usia perkawinan pertama berdasarkan laporan rutin dari Provinsi Jawa Timur terdapat 19,58 % yang menikah sebelum usia 20 tahun. Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jatim menyatakan sebanyak 16,84 persen pada wanita atau remaja yang usia dibawah 20 tahun yang menikah dini dari 18.792 pernikahan di bulan Januari 2013. Perilaku seks bebas pada remaja terjadi di kota dan desa pada tingkat ekonomi kaya dan miskin. Untuk itu, pemerintah perlu meningkatkan ada Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja di daerah-daerah dan harus terus dipantau. Untuk dapat menghindari dan mengatasi permasalahan tersebut, remaja memerlukan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, yaitu orangtua, lingkungan, institusi pendidikan, serta pemerintah. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan remaja terhadap masalah kesehatan sehingga mampu mengubah perilaku seseorang ke arah yang positif dan lebih baik dapat dilakukan melalui pembinaan remaja di lembaga – lembaga formal maupun non formal. Dalam upaya mendukung
24
usia dan status posisi sosial. Remaja akan masuk dalam lingkungan kelompok yang memiliki usia, status dan posisi sosial yang sama. Kesamaan ini akan membuat seorang remaja lebih mudah dalam merasakan, mengerti, dan menumbuhkan rasa toleransi antara anggota satu dengan yang lain. Mereka juga akan saling bertukar pengalaman yang dimiliki antara satu dengan yang lainnya (Slamet Santosa: 1993). Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas penerapan bimbingan spiritual dengan teknik peer group untuk meningkatkan sikap remaja dalam upaya pencegahan seks bebas remaja.
teknik Stratified Proposional Random Sampling. Jumlah sampel dihitung dengan rumus Slovin pada tingkat kesalahan 10% dengan jumlah populasi siswa kelas 7 dan 8 di SMPN 8 Kota Madiun 375 siswa, maka jumlah sampel yang diperoleh 80 orang. Penelitian dimulai dengan pemilihan kader yang selanjutnya diberikan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan seks bebas, sehingga dapat meneruskan informasi kepada teman sebaya yang lain dalam kelompoknya (peer group). Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner pengetahuan yang telah diuji coba sebelumnya. Data dikumpulkan pada saat pretest (sebelum perlakuan) dan postest (setelah perlakuan). Analisa data menggunakan program SPSS dengan uji statistik paired t – test taraf signifikansi p=0,05.
Bahan dan Metode Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Pre Experimental Design dengan rancangan One Group Pre- Test dan Post-Test Design. Dalam penelitian ini penilaian dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 7 dan 8 SMPN 8 Madiun sejumlah 375 siswa. Pada penelitian ini siswa kelas 9 tidak termasuk dalam populasi dengan pertimbangan kebijakan dari pihak sekolah bahwa siswa kelas 9 karena sedang fokus persiapan ujian ujian nasional. Sampel dalam penelitian ini adalah Kader Kesehatan Sekolah dan siswa teman sebaya. Sampel kader kesehatan sekolah ditentukan dengan teknik purposive sampling yaitu berdasarkan informasi dari pihak sekolah dan pertimbangan efektifitas pelatihan. Jumlah sampel kader adalah 10 siswa, 5 siswa untuk kelas 7 dan 5 siswa untuk kelas 8. Sampel teman sebaya ditentukan dengan
Hasil 1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMPN 8 Kota Madiun mulai tanggal 09 Mei – 11 Juni 2015, dengan jumlah responden yang terkumpul sesuai frame sampling 80 responden, akan tetapi terdapat 2 responden data tidak terisi secara lengkap, sehingga total reponden 78 siswa. Setiap kegiatan terdiri dari 20 siswa yang dibagi dalam 2 kelompok, sehingga masing – masing kelompok 10 siswa dan didampingi 2 kader sekolah serta 1 fasilitator dari Tim Peneliti. 2. Karakterisktik Responden Responden penelitian sejumlah 78 siswa terdiri dari 40 (51,3%) kelas VII dan 38 (48,7%) kelas VIII, 53 (67,9%) perempuan dan 25 (32,1% ) laki –laki; dengan distribusi terbanyak usia 13 tahun
25
dan 14 tahun masing – masing 37,1% dan 55,7%. Responden yang pernah memperoleh informasi tentang seks bebas sejumlah 59 (75,6%) atau siswa, sedangkan 19 (24,4%) siswa belum pernah mendapat informasi. Dari 59 siswa yang telah mendapatkan informasi, 24 (30,7%) pernah mendapatkan informasi 1 kali dan 35 (44,9%) mendapatkan informasi lebih dari 1 kali. Informasi yang diperoleh 48 (61,5%) siswa berasal dari guru sekolah maupun petugas kesehatan sedangkan 11 (14,1%) mendapatkan informasi dari masyarakat. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman melihat adegan porno sebanyak 19 (24,4%) responden pernah, dengan rincian 12,8% responden pernah melihat sekali dan 11,6% lebih dari satu kali. Responden yang suka membaca bacaan/melihat gambar dan
menonton film porno terdapat 20,5% responden serta 11,5% pernah menonton lebih dari 1 kali. Pengalaman responden berpacaran ditemukan hampir setengahnya yaitu 37 (47,4%) responden pernah berpacaran, dengan lama pacaran 37,2% kurang dari 6 bulan dan 11,5% lebih dari 6 bulan. Sedangkan perbuatan yang dilakukan selama berpacaran bervariasi, dan yang tebanyak adalah SMS (Short Messeg Sent) – an, kencan 23(29,5%) dan 12(15,4%) kencan sampai pegangan. Namun demikian ditemukan pula 2(2,6% ) responden sudah pernah sampai ciuman. 3. Sikap Responden Perubahan sikap siswa setelah mendapat bimbingan spiritual dengan teknik peer group dilihat dengan membandingkan hasil pre test dan post test pada tabel berikut:
Tabel 6: Hasil nilai pre test dan post test terhadap sikap siswa dalam pencegahan seks bebas pada remaja di SMPN 8 Kota Madiun tahun 2015. Nilai Pre test Post test Besar sampel
Statistik Median 101.00 104.50 78
SD 10.839 7,420
Data tersebut menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap pencegahan seks bebas memiliki nilai median pre test 101.00 dan post test 104.50. Standart deviasi nilai pre test 10.839 dan post test 10.698. Pada pre test memiliki nilai minimum dan maksimum yaitu 74 - 123, sedangkan post test memiliki nilai minimum dan maksimum yaitu 70 – 126. Hal ini menunjukkan bahwa nilai antara pre test dan post test terjadi peningkatan
Min – Max 74 – 123 70 – 126
P 0,000
tetapi tidak bermakna. Berdasarkan uji normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov – Smirnov Test diperoleh nilai KSZ sebesar 0,374 dan Asymp.sig. sebesar 0.999 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal, sehingga uji statistik yang digunakan adalah paired t – test. Adapun hasil uji paired t – test sebagai berikut:
Tabel 7: Hasil uji statistic sikap dengan menggunakan Paired Samples Statistics Paired Samples Test
26
Paired Differences
Pair 1 pre – post test
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
-3.000
9.853
1.116
Hasil uji statistik dengan menggunakan paired test statistics bahwa sikap sebelum dan sesudah bimbingan berhubungan secara nyata karena nilai probabilitas < 0,05. Berdasarkan perbadingan nilai probabilitas (Sig) bahwa jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan jika probablitias < 0,05, maka Ho ditolak. Oleh karena didapatkan t hitung -2,689 dengan nilai probabalitas (Sig.) 0,009 maka Ho diterima yang berarti bahwa sikap sebelum dan sesudah diberikan bimbingan spiritual dengan teknik peer group adalah sama atau tidak berbeda nyata.
95% Confidence Interval of the Difference Lowe Upper r -.778 5.222
t
2.686
df
77
Sig. (2tailed ) 0.09
sampai pegangan. Namun demikian ditemukan pula 2(2,6%) responden sudah pernah sampai ciuman. Hal ini dapat menyebabkan kontradiksi antara pernyataan dan fenomena. Pengalaman responden meskipun memberikan pengaruh negative akan tetapi menyenangkan bagi responden. Hal ini sesuai dengan dalil bahwa kebanyakan manusia itu menukar akhirat dengan kesenangan dunia; neraka itu diliputi oleh kesenangan dunia dan jika lakilaki dan perempuan di tempat sepi maka yang ketiga adalah syetan. Meskipun sudah ada larangan dalam Surat Al-Isra’ ayat 32:“Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. Namun demikian karena fitrah manusia yang diliputi oleh hawa nafsu maka hal ini menyebabkan manusia cenderung ingin memuaskan nafsunya meskipun sudah mendapatkan peringatan dari Allah. Manusia lebih menyukai dengan kesenangan dunia yang hanya sesaat dan bujuk rayu setan itu menyenangkan, apalagi jika seseorang laki – laki dan perempuan berduaan maka setan akan menjerumuskan. Pengalaman – pengalaman yang menyenangkan itulah yang dapat menyebabkan seseorang merasa enggan untuk meninggalkannya.
Pembahasan Kondisi tersebut dimungkinkan adanya faktor dari dalam diri siswa, yaitu penolakan terhadap pernyataan yang dihadapi dalam tes, terutama bagi siswa yang sudah terpapar bacaan atau tontonan porno bahkan ada yang sudah berpengalaman berpacaran. Hasil penelitian didapatkan bahwa siswa yang berpengalaman melihat adegan porno sebanyak 19 (24,4%) dan 37 (47,4%) responden pernah berpacaran, dengan lama pacaran 37,2% kurang dari 6 bulan dan 11,5% lebih dari 6 bulan. Sedangkan perbuatan yang dilakukan selama berpacaran bervariasi, dan yang tebanyak adalah SMS (Short Messeg Sent) – an, kencan 23(29,5%) dan 12(15,4%) kencan 27
Sebagian besar siswa berusia 13 – 14 tahun yang merupakan kelompok usia remaja awal. Kelompok ini disebut juga masa puber terjadi perubahan – perubahan baik fisik maupun psikologis. Perubahan fisik remaja melibatkan perubahan – perubahan bentuk tubuh maupun hormon – hormon reproduksi yang mulai berkembang dan matang. Hal mempengaruhi dorongan seksual remaja yang menyebabkan remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Remaja merasa nyaman dengan teman lawan jenis bahkan sering menjadikan remaja merasa bangga jika sudah mempunyai teman dekat (pacar). Hal tersebut berkaitan pula dengan masa remaja merupakan masa mencari identitas diri dan sesuai dengan pendapat Hurlock dalam Sarwono (2005) bahwa masa remaja sebagai periode perubahan yaitu perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja akan seiring dengan perubahan sikap dan perilaku. Faktor proses bimbingan dimungkinkan juga berpengaruh terhadap tidak adanya perubahan sikap siswa terhadap pencegahan seks bebas. Bimbingan ini dilaksanakan 1 (satu) kali dengan waktu kurang lebih 60 menit, dimungkinkan sebagai faktor penyebab sikap siswa tidak mengalami perubahan setelah mendapat bimbingan. Penelitian Setiani (2014) di SDN Karangcegak Semarang menyatakan bahwa konsentrasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. Siswa mendapat treatment 8 kali, pertemuan dilakukan 2 kali dalam seminggu. Hal ini menunjukkan bahwa untuk merubah sikap seseorang diperlukan proses yang
lebih intensif dan waktu yang lebih lama. Sementara sikap seseorang juga dipengaruhi oleh media masa. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (2007) bahwa media masa elektronik maupun media cetak sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Seiring dengan perkembangan elektronika, pada jaman sekarang semua orang memiliki handphone(hp)/gagget termasuk dalam hal ini siswa SMP, sehingga orang bisa dengan mudah mengakses informasi lewat internet. Semua siswa yang berpengalaman pacaran mereka menggunakan handphone, sehingga setiap saat bisa berkomunikasi dengan pacarnya bahkan bisa menonton adegan porno melalui handphone, bahkan tidak sedikit mereka yang berpacaran lebih dari 6 bulan. Menurut Azwar (2007) bahwa Pengalaman yang sama melibatkan emosi, karena suatu kejadian yang telah menyerap perasannya sulit dilupakan sehingga reaksi akan merupakan reaksi berdasarkan usaha menjauhi situasi yang diharapkan. Pengalaman pacaran ini dimungkinkan menyenangkan bagi siswa dan telah memberikan pengaruh emosi bagi siswa. Siswa merasa senang mempunyai teman dekat karena ada tempat berbagi atau curhat atau bahkan bisa menunjukkan kepada teman sebaya bahwa dia sudah besar(remaja). Sehingga dengan bimbingan yang dilakukan belum bisa begitu saja merubah sikap siswa. Simpulan dan Saran Simpulan a. sikap sebelum dan diberikan bimbingan 28
sesudah spiritual
dengan metode peer group adalah sama atau tidak berbeda nyata atau tidak memberikan perubahan yang bermakna. b. Frekuensi bimbingan yang kurang sebagai salah satu faktor penyebab hasil bimbingan kurang efektif.
Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Metode Diskusi Untuk Mengembangkan Konsep Diri Pada Siswa Kelas X SMA Negeri I Wonoasri Tahun Pelajaran 2011/2012. Chrisna. 2010. kenakalan remaja di era reformatika, Seks Bebas di Kalangan Remaja (Pelajar dan Mahasiswa),Penyimpangan. (online). http://blabla.student.umm.ac.id/2 010/08/12/seks-bebas-dikalangan remaja -pelajar-danmahasiswa penyimpang ankenakalan-atau-gaya-hidup/. Diakses 19 maret 2012. Depkes, Poltekkes. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Salemba Medika: Jakarta Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika: Jakarta Judarwanto W, 2010. Inilah Permasalahan Kesehatan Remaja Masa Kini,http://childrenclinic. wordpress.com/2010/12/23/fotopermasalahan-kesehatanremaja/, 18 Juni 2014 Muhammad, Naufal. 2009. Bahaya Seks Bebas dan Pengertian Seks Bebas. (online) http://info.gexcess.com/id/online.info, diakses 4 Desember 2009. Musaini Y.N.I, dkk. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Merokok Pada Siswa Laki – Laki Kelas XI SMK Murni Surakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. MetodologiPenelitianKesehatan. Rineka Cipta: Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.Ilmu Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta Nurafiat Eef, 2010. Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling terhadap Peningkatan
Saran a. Bagi Lahan Penelitian untuk menerapkan bimbingan spiritual dengan teknik Peer Group dalam upaya pencegahan seks bebas bagi siswa baru dengan frekuensi yang lebih intensif. b. Bagi Institusi Pendidikan hendaknya memperbanyak referensi yang berkaitan dengan metode pembelajaran dan bimbingan. c. Bagi Peneliti Selanjutnya, diharapkan melakukan penelitian tentang perilaku siswa terhadap upaya pencegahan seks bebas setelah mendapatkan bimbingan spiritual dengan metode peer group dengan lebih intensif. Daftar Pustaka Amelia R, 2011. Metode Bimbingan Mental Spiritual Terhadap Penyandang Masalah Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya Jakarta. http:repository. uinjkt.ac.iddspacebitstream1234 567 8945631 RIANA%20 AMELIA-FDK.pdf. Diakses 05 Agustus 2015. Catio M, 2013. Peran Pendidikan dalam Mengatasi Masalah Kesehatan Remaja, http://idai. or.idpublic-articles/seputarkesehatan-anak/peranpendidikan-dalam-mengatasimasalah-kesehatan-remaja.html. Diakses 18 Juni 2014 Chotidjah HA, 2012. Keefektifan 29
Motivasi Belajar Siswa dan Kecerdasan Spiritual Siswa. httpweb.iain cirebon. ac.idebookrepositoryPPI106020004 .pdf, 05 Agustus 15 Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta Pratiwi. 2004. Pendidikan seks untuk remaja. Tugu Publisher. Jakarta Problem Kesehatan Reproduksi Remaja,https://www.k4health.or g/toolkits/indonesia/problemkesehatan-reproduksi-remaja, 18 Juni 2014 Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembanganya. ANDI:Yogyakarta Soetjiningsih.2010.TumbuhKembang Remaja dan Permasalahanya. Sagung Seto: Jakarta Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta: Bandung Sarwono, W Sarlito. 2011. Psikologi Remaja. PT Rajagravindo Persada: Jakarta Trucco, Elisa M, et al. 2011. Interpersonal Goals and Susceptibility to Peer Influence: Risk Factors for Intentions to Initiate Substance Use during Early Adolescence. Jurnal Early Adolesc 31(4): 526–547. Whaley and Wong (2008). Nursing Care Of Infant and Children. Mosby-Year Book, Inc. St. Louis, Missouri. Yusuf, Syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
30