23 IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DAN MEKANISME ANTAGONISMENYA TERHADAP JAMUR Fusarium oxysporum f. sp. vanillae PADA TANAMAN VANILI IDENTIFICATION OF ENDOPHYTIC FUNGI AND THEIR ANTAGONISM MECHANISM TO Fusarium oxysporum f. sp. vanillae FUNGUS ON VANILLA PLANT I Made Sudantha*) dan Abdul Latief Abadi**) *) PS. Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Mataram **) Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi jamur endofit pada tanaman vanili dan mengetahui mekanisme antagonismenya terhadap jamur F. oxysporum f. sp. vanillae penyebab penyakit busuk batang. Metode penelitian yang digunakan adalah eksploratif dan eksperimental. Metode eksploratif meliputi isolasi jamur endofit, pemurnian isolat dan identifikasi isolat, sedangkan metode eksperimental meliputi uji antagonisme isolat jamur endofit dengan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae secara oposisi langsung dan uap biakan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: ditemukan 16 isolat jamur endofit yaitu Trichoderma sp. ENDO-01 akar tanah Timbenuh (T. viride), Trichoderma sp. ENDO-02 batang Timbenuh (T. koningii), Trichoderma sp. ENDO-03 buah Timbenuh (T. longibrachiatum), Trichoderma sp. ENDO-05 batang Selebung (T. pseudokoningii), Trichoderma sp. ENDO-06 batang Celelos (T. viride), Rhizoctonia sp. ENDO-07 batang Timbenuh, Rhizoctonia sp. ENDO-08 batang Selebung, Cladosporium sp. ENDO-09 batang Timbenuh, Cladosporium sp. ENDO-10 daun Timbenuh, Cladosporium sp. ENDO-11 buah Selebung, Cladosporium sp. ENDO-12 akar udara Selebung, Cladosporium sp. ENDO-13 batang Celelos, Penicllium sp. ENDO-14 akar tanah Timbenuh (P. citrinum), Aspergillus sp. ENDO-15 akar udara Timbenuh (A. plavus), Aspergillus sp. ENDO-16 daun Timbenuh (A. plavus), Aspergillus sp. ENDO-17 akar tanah Selebung (A. niger). Semua jamur endofit bersifat antagonistik terhadap jamur F. oxysporum f. sp. vanillae. Lima isolat jamur endofit Trichoderma spp. dan dua isolat jamur endofit Rhizoctonia spp. paling mampu menghambat pertumbuhan F. oxysporum f. sp. vanillae dengan cara fisik (kompetisi ruang dan mikoparasit) dan mengeluarkan antibiotik yang didifusikan ke dalam medium agar. ABSTRACT This research was aimed to identify endophytic fungi and to know their antagonism mechanism to F. oxysporum f. sp. vanillae fungus, the causal agent of vine rot disease of vanilla plant. The research used explorative and experimental methods. Isolation of endophytic fungi, isolate purification and identification were covered in explorative method, while experimental method covered examination of antagonism with F. oxysporum f. sp. vanillae fungus through direct opposition and steam of endophytic fungi culture. Results showed that 16 isolates of endophytic fungi were found namely Trichoderma sp. ENDO-01 (from soil & roots, Timbenuh) (T. viride), Trichoderma sp. ENDO-02 (from vines, Timbenuh) (T. koningii), Trichoderma sp. ENDO-03 (from beans, Timbenuh) (T. longibrachiatum), Trichoderma sp. ENDO-05 (from vines, Selebung) (T. pseudokoningii), Trichoderma sp. ENDO-06 (from vines, Celelos) (T. viride), Rhizoctonia sp. ENDO-07 (from vines, Timbenuh), Rhizoctonia sp. ENDO-08 (from vines, Selebung), Cladosporium sp. ENDO-09 (from vines, Timbenuh), Cladosporium sp. ENDO-10 (from leaves, Timbenuh), Cladosporium sp. ENDO-11 (from beans, Selebung), Cladosporium sp. ENDO-12 (from aerial roots, Selebung), Cladosporium sp. ENDO-13 (from vines Celelos), Penicllium sp. ENDO-14 (from soil & roots, Timbenuh) (P. citrinum), Aspergillus sp. ENDO-15 (from aerial roots, Timbenuh) (A. plavus), Aspergillus sp. ENDO-16 (from leaves, Timbenuh) (A. plavus), Aspergillus sp. ENDO-17 (from soil & roots, Selebung) (A. niger). All of the endophytic fungi were antagonistic to F. oxysporum f. sp. vanillae fungus. Five Trichoderma spp. isolates and two Rhizoctonia spp. isolates were the most capable of inhibiting the growth of the F. oxysporum f. sp. vanillae fungus through physical mechanisms (competition for growth space and mycoparasitism) and production of antibiotics diffused to agar medium. _____________________________________________________________________ Kata kunci : endofit, antagonisme, isolat, mikoparasit dan antibiotik. Key words: endophytic, antagonism, isolate, mycoparasite, and antibiotics.
Agroteksos Volume 17 Nomor 1, April 2007
24 PENDAHULUAN Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae merupakan kendala utama dalam pengembangan tanaman vanili. Jamur ini menyerang semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun dan buah. Infeksi oleh jamur ini kebanyakan dimulai dari stek tanaman karena jamur sudah terlanjur ada di dalam tanah dan dilanjutkan menyerang pada akar dan batang. Sedangkan serangan pada daun dan buah bersumber dari percikan air atau peralatan yang sudah terinfeksi (Semangun, 1991). Pada tanaman dewasa tingkat kematian akibat serangan jamur ini mencapai 50 – 100 %, memperpendek umur produksi dari 10 kali panen menjadi dua kali bahkan tidak dapat berproduksi (Hadisutrisno, 2005). Selain itu, menyebabkan produktivitas tanaman vanili menjadi rendah yaitu berkisar antara 0,2 – 0,5 kg polong kering per pohon, padahal potensinya dapat mencapai 1,0 – 1,5 kg polong kering per pohon (Ruhnayat, 2004). Menurut Hadisutrisno (dalam Redaksi Trubus, 2004), 7 – 32 % bibit yang berasal dari stek terkontaminasi oleh jamur ini, walaupun tanaman induknya tidak menunjukkan gejala serangan. Sampai saat ini penyakit busuk batang vanili merupakan salah satu penyakit pada tanaman vanili yang sulit dikendalikan, karena jamur F. oxysporum f. sp. vanillae memiliki struktur bertahan berupa klamidospora yang dapat bertahan dalam tanah sebagai saprofit dalam waktu relatif lama sekitar tiga sampai empat tahun walau tanpa tanaman inang (Sukamto dan Tombe, 1995; Nurawan et al., 1995). Selain itu menurut Hadisutrisno (2005), sulitnya pengendalian penyakit ini disebabkan karena penularannya melalui stek yang sudah terinfeksi, sehingga penyebarannya menjadi cepat dan meluas. Ruhnayat (2004) mengatakan bahwa sampai saat ini belum ditemukan klon vanili yang tahan atau toleran terhadap penyakit ini. Pengendalian penyakit busuk batang yang paling banyak dilakukan saat ini adalah penggunaan fungusida melalui perlakuan stek dan penyemprotan pada tanaman. Namun aplikasi fungisida seringkali gagal menghadapi serangan jamur F. oxysporum yang berat (Ruhnayat, 2004). Salah satu alternatif pengendalian adalah secara hayati menggunakan jamur endofit yang bersifat antagonistik Jamur endofit adalah jamur yang hidup di dalam jaringan tanaman sehat tanpa menyebabkan gejala atau kerusakan pada tanaman inang (Petrini, 1991). Keuntungan dengan adanya jamur endofit pada tanaman inang adalah meningkatnya toleransi terhadap logam berat, Sudantha, I.M. & A.L. Abadi: Identifikasi …
meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, menekan serangan hama, resistensi sistemik terhadap patogen (Saikkonen et al., 1998 dalam Arnold et al., 2003). Jamur endofit menghasilkan alkoloid dan mikotoxin lainnya sehingga memungkinkan digunakan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit (Petrini, 1993). Jamur endofit menghasilkan senyawa aktif biologis secara in-vitro antara lain alkaloid, paxillin, lolitrems dan tetranone steroid (Dahlam et al., 1991; Brunner dan Petrini, 1992). Di Indonesia laporan tentang jamur endofit pada berbagai tanaman sangat terbatas. Irawati (2005) melaporkan bahwa jamur Rhizoctonia sp. ditemukan pada akar tanaman vanili sehat, namun belum dimanfaatkan untuk pengendalian penyakit. Sulistyowati et al. (2005) melaporkan bahwa jamur endofit Trichoderma asperellum yang diisolasi dari jaringan batang jeruk bertindak sebagai antagonis terhadap jamur Phytophthora spp. dan Diplodia spp. Budi et al. (2005) mengatakan bahwa jamur endofit Penicillium spp, Gliocladium spp. dan Trichoderma spp. yang ditemukan pada jaringan batang dan akar padi rawa pasang surut dapat menekan kejadian penyakit yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan identifikasi jamur endofit antagonistik pada tanaman vanili dan mekanisme antagonismenya terhadap F. oxysporum f. sp. vanillae dengan tujuan untuk mengetahui keragaman hayati jamur endofit pada tanaman vanili dan mekanisme antagonismenya terhadap jamur F. oxysporum f. sp. vanillae penyebab penyakit busuk batang pada tanaman vanili. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan dua metode, yaitu deskriptif dan eksperimental. Metode deskriptif dilaksanakan melalui teknik survei dan eksplorasi di lapang dan laboratorium, sedang metode eksperimental dilaksanakan melalui serangkaian percobaan di laboratorium. Pengambilan tanaman vanili sehat dan sakit Pengambilan sampel tanaman vanili sehat dan terinfeksi penyakit busuk batang dilakukan di Dusun Timbenuh Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur, Dusun Selebung Desa Selebung Kecamatan Batukliang Kabupaten Lombok Tengah, dan Dusun Jurang Malang Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Tanaman vanili yang diduga mengandung jamur endofit
25 diambil dari tanaman vanili yang sehat di antara tanaman yang sakit, sedangkan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae diisolasi dari tanaman vanili yang menunjukkan gejala busuk batang. Pada masing-masing lokasi dipilih 5 tanaman, kemudian bagian akar, pangkal batang dan daun dari masing-masing tanaman tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik, selanjutnya dibawa ke laboratorium. Isolasi, Pemurnian dan Identifikasi Jamur F. oxysporum f. sp. vanillae Jamur F. oxysporum f. sp. vanillae diisolasi dari jaringan tanaman vanili yang menunjukkan gejala busuk batang. Bagian akar atau pangkal batang tanaman sakit dipotong, dicelupkan ke dalam alkohol 70% kemudian dimasukkan ke dalam aquadest steril. Potongan akar yang sakit ditumbuhkan pada medium PDA. Jamur yang tumbuh kemudian dimurnikan dan diidentifikasi untuk digunakan sebagai sumber inokulum (Windels, 1993). Isolasi, Pemurnian dan Identifikasi Jamur Endofit Jamur endofit diisolasi dari akar, batang dan daun vanili yang sehat dan sakit. Metode isolasi yang digunakan serupa dengan yang digunakan oleh Petrini dan Carroll (1991 dalam Arnold, 2000). Akar, batang dan daun vanili dipotongpotong sepanjang 1,0 - 1,5 cm, dilakukan sterilisasi permukaannya dengan menggunakan Klorox atau sodium hypochlorite komersial 10 % selama dua menit, alkohol absolut 96 % (selama 30 detik) atau ethanol 75 % (selama dua menit) sebanyak tiga kali, dan aquades steril sebanyak tiga kali. Masing-masing bahan yang sudah disterilkan permukaannya diletakkan pada medium Potato Dekstrose Agar (PDA) pada cawan Petri dan diangkat lagi yang bertujuan untuk mengetahui apakah permukaan bahanbahan yang telah disterilkan tadi benar-benar telah steril atau sebagai kontrol (bahan untuk mengecek). Selanjutnya dipotong sepanjang 0,5 cm dan dibelah kemudian ditumbuhkan pada medium PDA yang telah diberi asam laktat atau antibiotik untuk menghindari kontaminasi oleh bakteri. Jamur yang tumbuh, masing-masing di pindahkan ke dalam cawan Petri yang berisi medium PDA (pH 6) dan diinkubasikan pada suhu 25o C. Isolasi dilakukan dengan teknik transfer konidium tunggal (Burgess et al., 1988), kemudian diberi tanda. Pengamatan dilakukan terhadap kecepatan pertumbuhan, warna koloni, hifa dan spora yang dihasilkan. Selanjutnya diidentifikasi menggunakan buku kunci
identifikasi dan jamur-jamur endofit yang ditemukan digunakan untuk percobaan di laboratorium. Uji Antagonisme Jamur Endofit dengan Jamur F. oxysporum f. sp. vanillae Uji antagonisme dilakukan dengan cara inokulum isolat jamur F. oxysporum f. sp. vanillae dan setiap isolat jamur endofit potensial ditumbuhkan pada jarak 4 cm di tengah medium PDA dalam cawan Petri yang berdiameter 9 cm. Inokulum jamur F. oxysporum berupa potongan biakan berdiameter 4 mm pada medium PDA. Pengujian dilakukan dengan tiga ulangan, kemudian biakan tersebut diinkubasikan pada suhu 25o C. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan koloni jamur F. oxysporum f. sp. vanillae dan adanya zona hambatan di antara dua koloni jamur yang beroposisi. Penghambatan pertumbuhan miselium jamur F. oxysporum f. sp. vanillae oleh jamur endofit dihitung berdasarkan rumus yang diadaptasikan dari rumus yang dikemukakan oleh Fokkema (1973 dalam Skidmore, 1976) yaitu:
I=
(r1 + r2 ) × 100% r1
I = persentase hambatan, r1 = jari-jari koloni jamur F. oxysporum f. sp. vanillae yang tumbuh ke arah berlawanan dengan tempat jamur endofit, dan r2 = jari-jari koloni jamur F. oxysporum f. sp. vanillae yang tumbuh ke arah jamur endofit. Untuk antagonisme antara jamur F. oxysporum f. sp. vanillae dengan jamur endofit yang mengeluarkan senyawa antibiotik, selain mengukur jari-jari koloni, diukur pula jarak zona hambatan (d) yaitu zona ujung koloni endofit dengan ujung koloni jamur F. oxysporum f. sp. vanillae. Perhitungan persentase hambatan dilakukan pada data hasil pengukuran jari-jari koloni jamur F. oxysporum f. sp. vanillae pada hari ketiga setelah inokulasi jamur endofit. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan Analisis Keragaman pada taraf nyata 0,05 dan apabila antar perlakuan ada yang berbeda nyata (signifikan) maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur pada taraf nyata yang sama. Uji Uap Biakan Jamur Endofit dengan Jamur F. oxysporum f. sp. vanillae Pada pengujian ini, biakan jamur endofit antagonis dan biakan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae dalam cawan Petri yang terpisah ditangkupkan satu sama lain. Hal ini bertujuan Agroteksos Volume 17 Nomor 1, April 2007
26 untuk mengetahui adanya uap biakan jamur endofit antagonis yang mengandung antibiotik terhadap jamur F. oxysporum f. sp. vanillae. Untuk itu dibuat biakan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae dengan cara menanam sepotong biakan berdiameter 4 mm pada medium PDA dalam cawan Petri (sebanyak 15 ml). Dibuat juga biakan jamur endofit antagonis pada medium PDA dalam cawan Petri berdiameter 9 cm. Caranya dengan menanam sepotong biakan jamur endofit antagonis yang berdiameter 4 mm dari biakan berumur tiga hari dalam medium PDA di tengah cawan Petri yang telah berisi 15 ml medium PDA. Di atas dasar cawan Petri berisi biakan jamur endofit antagonis ini kemudian ditangkupkan biakan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae. Pengamatan pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae dilakukan dengan cara mengukur diameter koloni biakan setiap 24 jam sampai biakan berumur lima hari. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan Analisis Keragaman pada taraf nyata 0,05 dan apabila antar perlakuan ada yang berbeda nyata (signifikan) maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur pada taraf nyata yang sama. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal dilakukan identifikasi isolat jamur endofit yang diperoleh sampai tingkat genus sesuai dengan deskripsi yang dikemukakan oleh Rifai (1969), Barnet dan Hunter (1998) dan Domsch et. al. (1980) berdasarkan mikroskopis (bentuk konidia, bentuk konidiofor dan fialid) sehingga diperoleh lima genus yaitu Trichoderma (ordo Moniliales dan famili Moniliaceae), Rhizoctonia (ordo Agonomycetales dan famili Stilbellaceae atau Mycelia sterilia), Cladosporium (ordo Moniliales dan famili Moniliaceae), Penicillium (Moniliales dan famili Moniliaceae), dan Aspergillus (Moniliales dan famili Moniliaceae). Selanjutnya semua isolat jamur endofit yang diperoleh diidentifikasi sampai tingkat species terutama dilakukan secara mikroskopis berdasarkan warna hifa, bentuk konidia atau phialospore, bentuk konidiofor dan bentuk phialide, sedangkan untuk memastikan perbedaan species jamur yang termasuk dalam satu genus dilakukan pula pengamatan makroskopis meliputi warna, ketebalan, pola pertumbuhan dan diameter koloni, karena setiap species jamur mempunyai ciri khas dalam hal kenampakan makroskopisnya. Dari lima genus jamur endofit yang ditemukan didentifikasi
Sudantha, I.M. & A.L. Abadi: Identifikasi …
menjadi 16 species seperti yang disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1 - 5. Dari lima genus jamur endofit yang ditemukan pada jaringan tanaman vanili sehat, ada satu genus yang pernah dilaporkan oleh Irawati (2005), yaitu jamur Rhizoctonia sp. ditemukan pada akar tanaman vanili sehat, namun belum dimanfaatkan untuk pengendalian penyakit, sedang jamur lain dilaporkan oleh Sulistyowati et al. (2005), yaitu jamur endofit Trichoderma asperellum ditemukan pada jaringan batang jeruk sehat. Budi et al. (2005) menemukan jamur endofit Trichoderma spp. dan Penicillium sp. pada jaringan batang dan akar padi rawa pasang surut. Mekkamol (1998 dalam Lumyong et al., 2004) menemukan jamur Cladosporium sp. pada jaringan batang pohon jati. Hasil uji antagonisme antara jamur endofit dengan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae dengan metode oposisi langsung disajikan pada Tabel 2. Semua isolat jamur endofit dapat menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae, namun tingkat penghambatannya berbeda-beda. Jamur endofit yang paling mampu menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae adalah semua isolat jamur Trichoderma spp., yaitu Trichoderma sp. ENDO-01 akar tanah Timbenuh (T. viride) dengan nilai 45,222 %, Trichoderma sp. ENDO02 batang Timbenuh (T. koningii) dengan nilai 44,444 %, Trichoderma sp. ENDO-03 buah Timbenuh (T. longibrachiatum) dengan nilai 43,833 %, Trichoderma sp. ENDO-05 batang Selebung (T. pseudokoningii) dengan nilai 43,278 %, dan Trichoderma sp. ENDO-06 batang Celelos (T. viride) dengan nilai 43,278 %, disusul dengan jamur Rhizoctonia spp. dengan kisaran nilai 41,425 % - 41,599 %, Penicllium sp. dengan nilai 13,556 %, Aspergillus spp. dengan kisaran nilai 5,333 % – 6,722 % dan Cladosporium spp. dengan kisaran nilai 1.333 % - 2,667 %. Dalam uji antagonisme semua isolat jamur endofit Trichoderma spp tidak menampakan zona hambatan, bahkan dapat tumbuh terus melewati koloni jamur F. oxysporum f. sp. vanillae sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae terhambat. Demikian pula jamur endofit Rhizoctonia spp. isolat ENDO-07 batang Timbenuh dan ENDO08 Selebung tidak terlihat adanya zona hambatan dan tumbuh terus sampai menutupi permukaan koloni jamur F. oxysporum f. sp. vanillae. Jamur Penicllium sp. ENDO-14 akar tanah Timbenuh (P. citrinum), jamur Aspergillus sp. ENDO-15 akar udara Timbenuh (A. plavus) dalam menghambat pertumbuhan jamur F.
27 oxysporum f. sp. vanillae tidak terlihat adanya zona hambatan, berbeda halnya dengan jamur endofit Cladosporium spp. menampakan adanya zona hambatan (Gambar 6). Adanya keragaman tingkat penghambatan terhadap jamur F. oxysprum f. sp. vanillae oleh jamur endofit diduga erat kaitannya dengan kemampuan dari jamur endofit berkompetisi dengan patogen terutama sebagai mikoparasit dan kecepatan tumbuh. Jamur Trichoderma spp. dan Rhizoctonia spp. mempunyai pertumbuhan yang cepat yaitu dalam waktu tiga hari telah menutupi cawan Petri, sedangkan jamur endofit lainnya pertumbuhannya lambat sehingga tidak mampu menghambat jamur F. oxysprum f. sp. vanillae (Tabel 1). Selain itu menurut Liu dan Baker (1980 dalam Cook dan Baker, 1983) bahwa pertumbuhan miselia dari Trichoderma spp. panjang dan melilit serta melakukan penetrasi ke dalam miselia dari inang jamur lain, kemudian jamur Trichoderma spp. tumbuh dan memenuhi hifa host, sehingga menyebabkan jamur host lisis dan hancur. Kejadian seperti ini pernah dilaporkan oleh Chet dan Baker (1981) bahwa Trichoderma menghasilkan enzim ß (1,3) glukanase dan sellulase yang mampu mendegradasi dinding sel inang. Selain itu AbdEl Moity dan Shatla (1981) menyatakan bahwa Trichoderma merupakan mikoparasit yang dapat melakukan penetrasi ke miselium dan sclerotia jamur lain sehingga terjadi lisis dan pengkristalan. Selanjutnya menurut Papavizas (1985), mekanisme mikoparasitisme dimulai dengan pelunakan sel inang oleh enzim yang dihasilkan oleh mikoparasit sebelum kerusakan dan kematian sel inang. Hasil uji antagonisme antara jamur endofit dengan jamur F. oxysprum f. sp. vanillae dengan metode uap biakan disajikan pada Tabel 3. Pertumbuhan jamur F. oxysprum f. sp. vanillae pada medium PDA terhambat secara nyata bila biakan tersebut ditangkupkan di atas biakan jamur endofit antagonis dibandingkan dengan bila biakan yang sama ditangkupkan di atas medium PDA tanpa jamur endofit antagonis (kontrol). Jamur endofit yang paling mampu menghambat pertumbuhan jamur F. oxysprum f. sp. vanillae adalah jamur endofit Trichoderma spp. dan Rhizoctonia spp., hal ini diperlihatkan dengan kecilnya diameter koloni jamur F. oxysprum f. sp. vanillae (Gambar 7). Terhambatnya pertumbuhan koloni jamur F. oxysprum f. sp. vanillae pada uji ini diduga bahwa semua jamur endofit mengeluarkan antibiotik atau alkaloid yang mudah menguap. Adanya perbedaan kemampuan menghambat diantara jamur endofit diduga karena jumlah antibiotik atau alkaloid yang dihasilkan oleh
masing-masing jamur endofit berbeda. Jamur endofit Trichoderma spp. dan Rhizoctonia spp. mempunyai pertumbuhan yang cepat yaitu dalam waktu tiga hari telah menutupi cawan Petri (Tabel 1) sehingga menghasilkan antibiotik atau alkaloid yang lebih banyak dibandingkan dengan jamur endofit lainnya. Telah diketahui bahwa jamur T. viride menghasilkan gliotoksin pertama kali dilaporkan oleh Weindling dan Emerson (1936), dan Brian (1944) (dalam Cook dan Baker, 1983). Brian dan McGowan (1945) mengatakan bahwa selain gliotoksin, T. viride juga menghasilkan viridin seperti yang dihasilkan oleh jamur Gliocladium virens (dalam Cook dan Baker, 1983). Rifai (1969) melaporkan bahwa jamur T. viride mengeluarkan bau minyak kelapa terutama pada biakan yang sudah tua. Domsch et al. (1980) mengemukakan bahwa jamur Aspergillus plavus menghasilkan aflatoksin, sedang jamur Penicillium citrinum menghasilkan citrin yang berperan sebagai fungistatik yang dapat menghambat pertumbuhan jamur lain. Denis dan Webster (1971a) mengatakan bahwa beberapa isolat Trichoderma mengeluarkan substansi toksik yang didifusikan ke dalam medium berupa antibiotik yang larut dalam kloroform termasuk trikodermin dan peptida yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Fomes annosus. Selain itu menurut Denis dan Webster (1971b) antibiotik yang dikeluarkan oleh Trichoderma menyebabkan hifa F. annosus dan Rhizoctonia solani mengalami vakoulasi, koagulasi sitoplasma, kadang-kadang terjadi lisis hifa. Metabolit yang mudah menguap tersebut diidentifikasi sebagai asetaldehida yang menghambat pertumbuhan R. Solani. Yetti et. al. (2001) juga melaporkan bahwa jamur T. harzianum mengeluarkan senyawa anti mikroba yang mampu menghambat pertumbuhan jamur S. rolfsii. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ditemukan 16 isolat jamur endofit pada jaringan tanaman vanili sehat, yaitu Trichoderma sp. ENDO-01 akar tanah Timbenuh (T. viride), Trichoderma sp. ENDO02 batang Timbenuh (T. koningii), Trichoderma sp. ENDO-03 buah Timbenuh (T. longibrachiatum), Trichoderma sp. ENDO-05 batang Selebung (T. pseudokoningii), Trichoderma sp. ENDO-06 batang Celelos (T. viride), Rhizoctonia sp. ENDO-07 batang Timbenuh, Rhizoctonia sp. ENDO-08 batang Selebung, Cladosporium sp. ENDO-09 batang Agroteksos Volume 17 Nomor 1, April 2007
28 Timbenuh, Cladosporium sp. ENDO-10 daun Timbenuh, Cladosporium sp. ENDO-11 buah Selebung, Cladosporium sp. ENDO-12 akar udara Selebung, Cladosporium sp. ENDO-13 batang Celelos, Penicllium sp. ENDO-14 akar tanah Timbenuh (P. citrinum), Aspergillus sp. ENDO-15 akar udara Timbenuh (A. plavus), Aspergillus sp. ENDO-16 daun Timbenuh (A. plavus), Aspergillus sp. ENDO-17 akar tanah Selebung (A. niger). Semua isolat jamur endofit bersifat antagonistik terhadap jamur F. oxysporum f. sp. vanillae. Lima isolat jamur endofit Trichoderma spp. dan dua isolat jamur endofit Rhizoctonia spp. paling mampu menghambat pertumbuhan F. oxysporum f. sp. vanillae dengan cara fisik (kompetisi ruang dan mikoparasit) dan mengeluarkan antibiotik yang didifusikan ke dalam medium agar. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut penggunaan lima isolat jamur endofit Trichoderma spp. dan dua isolat jamur endofit Rhizoctonia spp. sebagai agens pengendali hayati penyakit busuk batang vanili pada kondisi rumah kaca dan lapang. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Direktur Binlitabmas Dirjen Dikti dan Ketua Lembaga Penelitian Universitas Mataram yang telah memberikan dana penelitian fundamental melalui Binlitabmas Dirjen Dikti Depdiknas, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor: 028/SP3/PP/ DP2M/II/ 2006 tanggal 1 Pebruari 2006. DAFTAR PUSTAKA Abd-El Moity, H. and M. N. Shatla.1981. Biological control of white rot disease of onion (Sclerotium cepivorum) by Trichoderma harzianum. Phytopathologiche Zeitschrift 100: 29 - 35. Arnold, A. E. 2000. Fungal Endophytes of Tropical Trees: Methods and Potential for Biological Control of Fungal Pathogen of Cocoa. Department of Ecology and Evolutionary Biology, University of Arizona, Tucson USA. http://www.cabicomodities.org/Acc/ACCrc/PDFFiles, 18 Maret 2005. Arnold, A. E., L. C. Mejia, D. Kyllo, E. I. Rojash, Z. Maynard, N. Robbins and E. A. Sudantha, I.M. & A.L. Abadi: Identifikasi …
Herre. 2003. Fungal Endophytes Limit Pathogen Damage In a Tropical Tree. PNAS vol. 100 No. 26: 15649 – 15654. Published online: Barnett, H. L. And B. B. Hunter. 1998. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Fourth Edition. APS Press, The American Phytopathological Society, St. Paul, Minnesota. 218 p. Brunner, F. and O. Petrini. 1992. Taxonomic Studies of Xylaria species and Xylariaceous Endophytes by Izozyme Electrophoresis. Mycological Research 96: 723 – 733. Budi, I. S. Mariana and Rachmadi. 2005. Exploration of Tidal Swamp Rice Endophytic Fungi from South Kalimantan and Biological Control of Rhizoctonia. Burgess, L. W., C. M. Liddell and B. A. Summerell. 1988. Laboratory Mannual For Fusarium Research. Second Edition. Fusarium Research Laboratory Departement of Plant Pathology and Agricultural Entomology The University of Sydney. 156 p. Chet, I. and R. Baker, 1981. Isolation and biocontrol potential of Trichoderma hamatum from soil naturally suppressive to Rhizoctonia solani. Phytopathology 71: 286 - 290. Cook, R. J. and K. F. Baker. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plant Pathogens. The American Phytopathological Society. St. Paul, Minnesota. 539 hal. Dahlam, D. L., H. Eichenseer and M. R. Siegel. 1991. Chemical Perspectives on EndophyteGrass Interaction and Their Implications to Insect Herbivory. In: Microbial Mediation of Plant-Herbivore Interaction (Eds. Barbosa, P., V. A. Krichil and C. G. Jones). Jhon Wiley & Sons Inc., New York: 227 – 252. Dennis, C. and J. Webster. 1971a. Antagonistic properties of species groups of Trichoderma. I. Production of non-volatile antibiotics. Trans. Brit. Mycol. Soc. 57 (1): 25 -39. Dennis, C. and J. Webster. 1971b. Antagonistic properties of species groups of Trichoderma. III. Hyphal interaction. Trans. Brit. Mycol. Soc. 57 (3): 363 - 369. Domsch, K. H.; W. Gams and T. Anderson. 1980. Compendium of Soil Fungi. Academic Press. New York. 859 p.
29 Hadisutrisno, B. 2005. Budidaya Vanili Tahan Penyakit Busuk Batang. Penerbit Penebar Swadaya, Depok. 87 p. Irawati, A. F. C. 2005. Characterization and Hypovirulent Test of Rhizoctonia sp. from Healthy Vanilla Roots. Paper Presented on The 1st International Conference of Crop Security 2005, Brawijaya University, Malang, September 20th – 22nd, 2005. 17 p. Lumyong, S., P. Lumyong and K. D. Hyde, 2004. Endophytes. In Jones, E. B. G., M. Tantichareon and K. D. Hyde (Ed.), Thai Fungal Diversity. Published by BIOTEC Thailand and Biodiversity Research and Training Program (BRTI/TRF. Biotec). 197 – 212. Nurawan, A., M. Tombe dan K. Matsumoto. 1995. Penelitian Daya Antagonisme Isolat Bakteri yang Diisolasi Dari Rhizosfera Berbagai Jenis Tanaman Terhadap Patogen Busuk Batang Vanili. Dalam Parman et al. (Penyunting), Peran Fitopatologi dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutandi Kawasan Timur Indonesia. Risalah Kongres Nasional XIII dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia di Mataram. 356 – 359. Papavizas, G. C. 1985. Trichoderma and Gliocladium: Biology, ecology and potential for biocontrol. Ann. Rev. Phytopathology 23: 23 - 54. Petrini, O. 1991. Fungal Endophytes of Tree Leaves. In: Microbial Ecology of Leaves (Eds. Andrews, J. H. and S. S. Hirano). Springer-Verlag, Berlin. 179 – 197. Petrini, O. 1993. Endophyt of Pteridium spp.: Some Consederations for Biological Control. Sydowia 45: 330 –338. Redaksi Trubus, 2004. Panduan Praktis: Vanili Kiat bebas Busuk Batang. Penerbit Majalah Trubus, Jakarta. 16 hal. Rifai, M. A. 1969. A Revision of The Genus Trichoderma. Mycological Papers, No. 16.
Commonwealth Mycological Instittute Kew, Surrey, England. 56 hal. Ruhnayat, A. 2004. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Bertanam Vanili Si Emas Hijau nan Wangi. Agromedia Pustaka, Jakarta. 51 hal. Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada Press, Yogyakarta. 529 – 535. Skidmore, A. M. 1976. Intraction in Relation to Biological Control of Plant Pathogens. In Dickinson, C. H. and T. F. Preece (Edt.). Microbiology of A Serial Plant Surface. Academic Press, New York. 507 - 528 Sukamto dan M. Tombe. 1995. Antagonisme Trichoderma viride terhadap Fusarium oxysporum f. sp. vanillae secara In-Vitro. Dalam Parman et al. (Penyunting), Peran Fitopatologi dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutandi Kawasan Timur Indonesia. Risalah Kongres Nasional XIII dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia di Mataram. 600 – 604. Sulistyowati, L., N. F. Deci and A. R. Gendall. 2005. Isolation and Sequencing of Chitinase and Glucanase Genes of Endophytic Trichoderma asperellum from Citrus Stem. In Program and Abstract The 1st International Conference of Crop Security 2005, Brawijaya University, Malang, September 20th – 22nd, 2005. 264. Windels, C. E. 1993. Fusarium. In Methods for Research on Soilborne Phytopathogenic Fungi. (Singelton, L. L., J. D. Mihail and C. M. Rush. APS Press, The American Phytopathological Society, St. Paul, Minnesota. 115 – 126. Yetti E., Mardinus, T. Habazar dan A. Bachtiar. 2001. Studi kemampuan isolat-isolat jamur Trichoderma spp. yang beredar di Sumatera Barat untuk pengendalian jamur patogen Sclerotium rolfsii pada bibit cabai. Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah PFI, Bogor. 167 - 173.
Agroteksos Volume 17 Nomor 1, April 2007
30
Tabel 1. Hasil identifikasi makroskopis dan mikroskopis isolat jamur endofit yang ditemukan pada jaringan akar tanah, akar udara, batang, daun dan buah tanaman vanili No. Nama Isolat Jamur Endofit 1.
Trichoderma sp. isolat ENDO-01 akar tanah Timbenuh
2.
Trichoderma sp. isolat ENDO-02 batang Timbenuh
3.
Trichoderma sp. isolat ENDO-03 buah Timbenuh
Identifikasi Makroskopis Mikroskopis Warna dan Pola Warna hifa, Bentuk ketebalan pertumbuhan bentuk dan konidiofor koloni dan diameter ukuran dan fialid koloni konidia Miselia Konidiofor Koloni Koloni bercabang tumbuh cepat hyaline, berwarna berdinding banyak. putih, setelah dan merata, Phialide 3 hari setelah bersekat, terbentuk bercabang, terbentuk inokulasi konidia phialospore 2 – 3 pada menjadi hijau menutupi cawan Petri. bulat, ujung tua sampai Hifa udara berwarna percabangan, hijau muncul ke hijau dan pada tiap kebiruan. permukaan berdiameter ujung phalide Koloni 3–5µ terbentuk tumbuh tebal phialospore dan padat. Miselia Konidiofor Koloni Koloni hyaline, bercabang berwarna tumbuh bercabang banyak. putih, setelah merata dan cepat, banyak, Phialide terbentuk setelah tiga bersekat., berbentuk phialospore kerucut, berubah hari inokulasi phialospore elips pada menjadi putih menutupi seluruh berukuran 3 – ujungnya kehijauan. Koloni permukaan 5 µ x 2 – 3 µ, terdapat phialospore. tumbuh tebal cawan Petri. berwarna dan padat. hijau muda Koloni Miselia Cabang Koloni tumbuh bersekat, utama berwarna hyaline, konidiofor putih, setelah merata dan cepat, Phialospore tumbuh bentuk setelah 3 hari berbentuk memanjang. konidia diinokulasi elips Phalide berubah berukuran 3 – seperti botol menjadi putih menutupi 6µx2–3µ pada ujung seluruh kehijauan, permukaan berwarna menghasilkan kemudian hijau pucat phialospore menjadi hijau cawan Petri tua.
Sudantha, I.M. & A.L. Abadi: Identifikasi …
Hasil Identifikasi Trichoderma viride
Trichoderma. koningii
Trichoderma longibrachiatum
31 4
Trichoderma sp. isolat ENDO-05 batang Selebung
5
Trichoderma sp. isolat ENDO-06 batang Celelos
6
Rhizoctonia sp. isolat ENDO-07 batang Timbenuh
7
Rhizoctonia sp. isolat ENDO-08 batang Selebung Cladosporium sp. isolat ENDO-09 batang Timbenuh
8
Koloni berwarna putih, setelah terbentuk konidia menjadi putih kehijauan, mengeluarkan pigment ke dalam medium sehingga berubah menjadi kekuningan Koloni berwarna putih, setelah membentuk konidia berubah menjadi hijau tua sampai hijau kebiruan
Miselia tumbuh menyebar, sedikit sekali menghasilkan hifa udara. Koloni jamur menutupi permukaan medium secara merata pada hari ke lima setelah inokulasi
Miselia bercabang, bersekat dan berdinding halus. Phialospore bulat sampai elips berwarna hijau, berdiameter 3–6µ
Cabang utama konidiofor steril, setelah dewasa terbentuk spora seperti tepung. Konidiofor sedikit percabangan dan phalide yang terbentuk sedikit Konidiofor bercabang banyak. Phialide terbentuk lebih 2 – 3 pada ujung percabangan, dan pada tiap ujung phalide terbentuk phialospore Miselia bercabang siku-siku, membentuk sclerotia berwarna hitam di atas permukaan koloni
Trichoderma pseudokoningii
Konidiofor bercabangcabang dan berkelompok.
Cladosporium sp.
Trichoderma Miselia jamur viride hyaline, berdinding, bersekat, bercabang, phialospore berbentuk bulat berwarna hijau dan berdiameter 3 –5µ Koloni jamur Hifa kasar Rhizoctonia sp. berwarna dan panjang, putih, berwarna kemudian hyaline berubah sampai hitam, menjadi tidak coklat mempunyai kehitaman. konidia (miselium steril). Karakteristik makroskopis dan mikroskopis sama seperti Rhizoctonia sp. isolat ENDO-07 batang Timbenuh
Koloni jamur berwarna putih, dengan semakin tuanya umur koloni berubah menjadi kecoklatan
Miselia menyebar secara merata. Koloni tumbuh cepat, 3 hari setelah inokulasi menutupi seluruh cawan Petri. Koloni tumbuh cepat, 3 hari setelah inokulasi telah menutupi cawan Petri
Miselia tumbuh menyebar, pada umur 3 hari setelah inokulasi koloni berdiameter 4,4 cm.
Hifa bersekat, konidia bersel 1–2 berwarna gelap, berbentuk bulat sampai lonjong, berukukuran antara 6 – 10 µx3–5µ
Agroteksos Volume 17 Nomor 1, April 2007
32 9
10
11
12
13
Cladosporium sp. isolat ENDO-10 daun Timbenuh Cladosporium sp. isolat ENDO-11 buah Selebung Cladosporium sp. isolat ENDO-12 akar udara Selebung Cladosporium sp. isolat ENDO-13 batang Celelos Penicllium sp. isolat ENDO-14 akar tanah Timbenuh
14
Aspergillus sp. isolat ENDO-15 akar udara Timbenuh
15
Aspergillus sp. isolat ENDO-16 daun Timbenuh
Karakteristik makroskopis dan mikroskopis sama seperti Cladosporium sp. isolat ENDO-09 batang Timbenuh
Karakteristik makroskopis dan mikroskopis sama seperti Cladosporium sp. isolat ENDO-09 batang Timbenuh
Karakteristik makroskopis dan mikroskopis sama seperti Cladosporium sp. isolat ENDO-09 batang Timbenuh
Karakteristik makroskopis dan mikroskopis sama seperti Cladosporium sp. isolat ENDO-09 batang Timbenuh
Penicllium Jamur Koloni citrinum mempunyai berwarna konidiofor hijau berdinding kebiruan dan mengeluarkan halus, bercabangpigment. cabang Konidia melingkar, berbentuk ada yang bulat sampai tunggal dan lonjong, ada yang berdiameter antara 3 – 4 µ ganda. Konidiofor Aspergillus Jamur Koloni jamur Konidia hyaline, pada plavus mempunyai tumbuh berbentuk ujungnya koloni lambat sekali, bulat sampai membesar berwarna berdiameter lonjong hijau 2,8 cm berwarna membentuk setelah tiga hijau, bulatan dan hari berdiameter 3 terdapat kumpulan inokulasi – 5 µ, konidia phalide berangkaiseperti rangkai tabung berjumlah (sterigmata). banyak Karakteristik makroskopis dan mikroskopis sama seperti Aspergillus sp. isolat ENDO-15 akar udara Timbenuh Koloni jamur berwarna hijau kebiruan dan mengeluarkan pigment yang didifusikan ke dalam media
Koloni jamur tumbuh lambat sekali, setelah diinkubasi selama tiga hari berdiameter 2,2 cm.
Sudantha, I.M. & A.L. Abadi: Identifikasi …
33 16
Aspergillus sp. isolat ENDO-17 akar tanah Selebung
Jamur mempunyai koloni berwarna hitam
Koloni jamur tumbuh lambat sekali, berdiameter 2,8 cm setelah tiga hari inokulasi
Konidia berukuran besar, bentuk bulat sampai lonjong berwarna hitam berdiameter 4 – 6 µ,
Konidiofor panjang, hyaline, pada ujungnya membesar membentuk bulatan dan terdapat kumpulan phalide
Aspergillus niger
Tabel 2. Rata-rata persentase hambatan pertumbuhan jamur F. oxysprum f. sp. vanillae yang beroposisi dengan beberapa jamur endofit No.
Perlakuan jamur F. oxysprum f. sp. vanillae yang beroposisi Rata-rata dengan jamur endofit hambatan (%) 1 Trichoderma sp. ENDO-01 akar tanah Timbenuh (T. viride) 45.222 f 2 Trichoderma sp. ENDO-02 batang Timbenuh (T. koningii) 44.444 f 3 Trichoderma sp. ENDO-03 buah Timbenuh (T. longibrachiatum) 43.833 ef 4 Trichoderma sp. ENDO-05 batang Selebung (T. pseudokoningii) 43.278 ef 5 Trichoderma sp. ENDO-06 batang Celelos (T. viride) 43.278 ef 6 Rhizoctonia sp. ENDO-07 batang Timbenuh 41.599 e 7 Rhizoctonia sp. ENDO-08 batang Selebung 41.425 e 8 Cladosporium sp. ENDO-09 batang Timbenuh 2.667 b 9 Cladosporium sp. ENDO-10 daun Timbenuh 2.667 b 10 Cladosporium sp. ENDO-11 buah Selebung 1.333 b 11 Cladosporium sp. ENDO-12 akar udara Selebung 2.667 b 12 Cladosporium sp. ENDO-13 batang Celelos 2.667 b 13 Penicllium sp. ENDO-14 akar tanah Timbenuh (P. citrinum) 13.556 d 14 Aspergillus sp. ENDO-15 akar udara Timbenuh (A. plavus) 5.389 c 15 Aspergillus sp. ENDO-16 daun Timbenuh (A. plavus) 5.333 c 16 Aspergillus sp. ENDO-17 akar tanah Selebung (A. niger) 6.722 c 17 Kontrol (tanpa jamur endofit) 0.000 a *) Angka yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 0,05.
Agroteksos Volume 17 Nomor 1, April 2007
34 Tabel 3. Rata-rata diameter koloni jamur F. oxysprum f. sp. vanillae pada medium PDA dalam cawan Petri yang ditangkupkan di atas biakan beberapa jamur endofit setelah diinkubasikan delapan hari No.
Perlakuan jamur F. oxysprum f. sp. vanillae yang ditangkupkan di atas biakan jamur endofit
Rata-rata diameter koloni jamur F. oxysprum f. sp. vanillae (mm) 1 Trichoderma sp. ENDO-01 akar tanah Timbenuh (T. viride) 37.000 a *) 2 Trichoderma sp. ENDO-02 batang Timbenuh (T. koningii) 35.333 a 3 Trichoderma sp. ENDO-03 buah Timbenuh (T. longibrachiatum) 38.000 a 4 Trichoderma sp. ENDO-05 batang Selebung (T. pseudokoningii) 34.667 a 5 Trichoderma sp. ENDO-06 batang Celelos (T. viride) 30.000 a 6 Rhizoctonia sp. ENDO-07 batang Timbenuh 40.333 ab 7 Rhizoctonia sp. ENDO-08 batang Selebung 33.333 a 8 Cladosporium sp. ENDO-09 batang Timbenuh 65.000 c 9 Cladosporium sp. ENDO-10 daun Timbenuh 60.667 bc 10 Cladosporium sp. ENDO-11 buah Selebung 64.667 c 11 Cladosporium sp. ENDO-12 akar udara Selebung 56.333 bc 12 Cladosporium sp. ENDO-13 batang Celelos 55.667 bc 13 Penicllium sp. ENDO-14 akar tanah Timbenuh (P. citrinum) 50.000 b 14 Aspergillus sp. ENDO-15 akar udara Timbenuh (A. plavus) 74.000 c 15 Aspergillus sp. ENDO-16 daun Timbenuh (A. plavus) 75.333 c 16 Aspergillus sp. ENDO-17 akar tanah Selebung (A. niger) 80.333 cd 17 Kontrol (tanpa jamur endofit) 90.000 d *) Angka yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 0,05
Berikut ini beberapa contoh koloni dan morfologi jamur endofit yang ditemukan pada jaringan vanili sehat seperti yang tampak pada Gambar 1 – 5.
2
3
1
10 µ
Koloni
Morfologi (1 = phialide, 2 = phialosprore, 3 = konidiofor)
Gambar 1. Koloni dan morfologi jamur endofit Trichoderma sp. isolat ENDO-02 batang vanili Timbenuh (T. koningii)
Sudantha, I.M. & A.L. Abadi: Identifikasi …
35
1
Koloni
Morfologi (1 = hifa siku)
Gambar 2. Koloni dan morfologi jamur endofit Rhizoctonia sp. isolat ENDO-08 batang vanili Selebung (Rhizoctonia sp.)
2
1
3
10 µ
Koloni
Morfologi ( 1 = konidia, 2 = hifa, 3 = konidiofor)
Gambar 3. Koloni dan morfologi jamur endofit Cladosporium sp. isolat ENDO-09 batang vanili Timbenuh (Cladosporium sp.)
Agroteksos Volume 17 Nomor 1, April 2007
36
1 10 µ
2
3 Koloni
Morfologi (1 = konidia, 2 = konidiofor, 3 = hifa) Gambar 4. Koloni dan morfologi jamur endofit Penicillium sp. isolat ENDO-14 akar tanah vanili Timbenuh (P. citrinum)
2 3 1
10 µ
Koloni
Morfologi (1 = konidia, 2 = kumpulan phialide, 3 = konidiofor) Gambar 5. Koloni dan morfologi jamur endofit Aspergillus sp. isolat ENDO-15 akar udara vanili Timbenuh (A. plavus )
F
F
F
T
T
R
Trichoderma sp. ENDO-01 akar tanah vanili Timbenuh (T. viride) dengan F. oxysporum f. sp. vanillae
Trichoderma sp. ENDO-05 batang vanili Selebung (T. pseudokoningii) dengan F. oxysporum f. sp. vanillae
Sudantha, I.M. & A.L. Abadi: Identifikasi …
Rhizoctonia sp. ENDO-07 batang vanili Timbenuh dengan F. oxysporum f. sp. vanillae
37
F
F
F
R
P
Cladosporium sp. ENDO-09 batang vanili Timbenuh dengan F. oxysporum f. sp. vanillae
Antagonisme antara Penicillium sp. isolat ENDO-14 akar tanah vanili Timbenuh (P. citrinum) dengan F. oxysporum f. sp. vanillae
A Antagonisme antara Aspergillus sp. isolat ENDO-16 daun vanili Timbenuh (A. plavus) dengan F. oxysporum f. sp. vanillae
Gambar 6. Antagonisme antara beberapa isolat jamur endofit Trichoderma spp. (T), Rhizoctonia spp. (R), Cladosporium spp. (C), Penicillium sp. (P) dan Aspergillus spp. (A) dengan F. oxysporum f. sp. vanillae (F)
Jamur F. oxysporum f. sp. vanillae yang ditangkupkan di atas biakan Trichoderma sp. ENDO-02 batang Timbenuh (T. koningii)
Jamur F. oxysporum f. sp. vanillae yang ditangkupkan di atas biakan Trichoderma sp. ENDO-06 batang Celelos (T. polysporum)
Jamur F. oxysporum f. sp. vanillae yang ditangkupkan di atas biakan Gliocladium sp. ENDO-18 batang Jurang Malang (G. Catenulatum)
Agroteksos Volume 17 Nomor 1, April 2007
38
Jamur F. oxysporum f. sp. vanillae yang ditangkupkan di atas biakan Rhizoctonia sp. ENDO-08 batang Selebung
Jamur F. oxysporum f. sp. vanillae yang ditangkupkan di atas biakan Cladosporium sp. ENDO-10 daun Timbenuh
Jamur F. oxysporum f. sp. vanillae yang ditangkupkan di atas medium PDA tanpa jamur endofit (kontrol)
Gambar 7. Pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae pada medium PDA yang ditangkupkan di atas biakan jamur endofit Trichoderma sp., Rhizoctonia sp. Gliocladium sp., Cladosporium sp. dan kontrol setelah diinkubasikan tujuh hari
Sudantha, I.M. & A.L. Abadi: Identifikasi …