PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT BAGI HASIL MUSYARAKAH, DAN NON PERFORMING FINANCING MUSYARAKAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA (Penelitian Pada Bank Umum Syariah Periode 2011 - 2015)
ABSTRAK Salah satu karakteristik sistem ekonomi Islam menurut M.A. Manan dan Monzer Kahf, diantaranya adalah mengunggulkan sistem bagi hasil/profit-loss sharing (Mudharabah dan Musyarakah). Secara umum pembiayaan Murabahah masih mendominasi pada produk Bank Umum Syariah, namun terdapat beberapa Bank Umum Syariah tertentu yang berhasil menyalurkan pembiayaan Musyarakah dalam jumlah yang tinggi, dan mampu menggeser porsi pembiayaan Murabahah. Penelitian ini meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan Musyarakah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menguji adanya pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), tingkat bagi hasi Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) Musyarakah terhadap pembiayaan Musyarakah pada Bank Umum Syariah untuk periode tahun 2011- 2015. Pengujian statistik menggunakan analisis regresi data panel model Random Effect (metode EGSL) dengan software Eviews 8. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara DPK, tingkat bagi hasi Musyarakah, dan NPF Musyarakah terhadap pembiayaan Musyarakah. Secara parsial, DPK berpengaruh positif dan signifikan, tingkat bagi hasi Musyarakah berpengaruh negatif namun tidak signifikan, dan NPF Musyarakah berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pembiayaan Musyarakah.
Kata Kunci: DPK, Tingkat Bagi Hasi Musyarakah, NPF Musyarakah, Pembiayaan Musyarakah
PENDAHULUAN Sejak dua dasawarsa beroperasinya bank syariah di Indonesia,, pertumbuhan jumlah Bank Umum Syariah (BUS) yang signifikan terjadi pada tahun 2010, dari yang awalnya berjumlah 6 BUS menjadi 11 BUS. Menurut Sakti (2011), penambahan jumlah Bank Umum Syariah (BUS) yang melipat ganda di tahun 2010 berasal dari spin-off bank syariah yang berbentuk Unit Usaha Syariah (UUS) atau pendirian bank baru dari para investor yang masuk ke industri perbankan syariah- 2 nasional. Daya tarik industri yang menjadi faktor penentu dari kecenderungan positif ini adalah kebijakan dalam Undang-Undang Perbankan Syariah No.21 tahun 2008 yang mendorong perbankan syariah beroperasi dalam bentuk BUS, khususnya mulai tahun 2023 atau 15 tahun setelah UU Perbankan Syariah dikeluarkan. Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah Desember 2014, jumlah lembaga perbankan syariah meliputi 12 Bank Umum Syariah (BUS) dengan 2.151 kantor, 22 Unit Usaha Syariah (UUS) dengan 320 kantor, dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan 439 kantor. Perkembangan volume usaha Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah cukup pesat dalam lima tahun terakhir. Total aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah tumbuh dari Rp97,519 triliun tahun 2010 menjadi Rp272,343 triliun tahun 2014, sedangkan pembiayaannya meningkat dari Rp68,181 triliun menjadi Rp199,33 triliun. Namun demikian, pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah tersebut masih didominasi oleh pembiayaan jual beli (murabahah) yang berbasis margin. Pada tahun 2014, dari total pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, pembiayaan dengan murabahah mencapai 58,88%, sementara pembiayaan investasi dengan akad musyarakah hanya sebesar 24,78%, dan akad mudharabah 7,2% (Statistik Perbankan Syariah, 2014). Pada dasarnya produk yang ditawarkan perbankan syariah ada tiga, yaitu; 1. Penyaluran Dana (Financing); 2. Penghimpunan Dana (Funding) dan 3. Produk Jasa (Service). Pembiayaan sendiri dibagi dalam empat kategori yaitu 1. Pembiayaan Bagi Hasil (Mudharabah); 2. Pembiayaan Sewa; 3. Pembiayaan Jual – Beli dan 4. Pembiayaan dengan Prinsip Asas Pelengkap. (Karim, 2003). Menurut Antonio (2001), pembiayaan bagi hasil dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu mudharabah, musyarakah, muzara’ah, dan musaqah. Namun demikian, prinsip yang diterapkan di Indonesia ialah musyarakah dan mudharabah. Berikut ini tabel komposisi pembiayaan yang diberikan oleh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan yang diberikan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (dalam Miliar Rupiah)
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah pembiayaan mudharabah dari tahun 2010 hingga 2014hanya mengalami kenaikan sebesar 66% dari Rp8.631 miliar menjadi Rp14.354 miliar, dan pembiayaanmusyarakah meningkat sebesar 237% dari Rp14.624 miliar menjadi Rp49.387 miliar. Sedangkan pembiayaan murabahah meningkat sebesar 213% dari Rp37.508miliar menjadi Rp117.371 miliar. Meskipun dari besarnya angka pembiayaan murabahah masih mendominasi tetapitingkat pertumbuhan jumlah pembiayaan musyarakah lebih besar daripada tingkat pertumbuhan pembiayaan murabahah. Hal itu cukup menggembirakan karena pembiayaan musyarakah merupakan salah satu produk primer bank syariah (Chapra 2006, dalam Ambarwati)yang diharapkan memiliki porsi yang besar pada pembiayaan bank syariah sehingga menarik perhatian penulis untuk memilih pembiayaan musyarakah sebagai bahan penelitian ini. Pada tabel 1.1 menunjukan bahwa jumlah pembiayaan murabahah memiliki porsi terbesar dari total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah yang berarti bahwa pembiayaan bagi hasil, khususnya pembiayaan musyarakah yang angkanya cukup besar belum mampu menggeser dominasi pembiayaan murabahah. Padahal jenis akad produk yang ideal dalam sistem perbankan syariah adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yaitu pembiayaan mudharabah dan pembiayaan. The ideal mode of financing according to Syariah is Mudarabah or Musharakah (Usmani, 2002: 104 dalam Mulyanto). Sedangkan menurut M.A. Manan dan Monzer Kahf, beberapa karakteristik sistem ekonomi Islam diantaranya adalah tidak adanya transaksi berbasis bunga dan mengunggulkan sistem
bagi
hasil/profitloss
sharing
seperti
dalam
mudharabah
dan
musyarakah.
(Syahrulamsari.blogspot.com/2012/03). Untuk mengetahui lebih jelas mengenai besarnya porsi antara
pembiayaan pembiayaan murabahah dan musyarakah pada Bank Umum Syariah dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1.2 Komposisi Pembiayaan Bank Umum Syariah Tahun 2014
Tabel 1.2 menunjukan bahwa secara umum di tahun 2014, komposisi pembiayaan murabahah pada produk pembiayaan pada bank syariah masih lebih tinggi dari pembiayaan musyarakah tetapi di sisi lain terdapat dua bank syariah yang 4 menyalurkan dananya melalui skim pembiayaan musyarakah dalam jumlah lebih besar sehingga menggeser pembiayaan murabahah yaitu Bank Panin Syariah dengan komposisi pembiayaan murabahah dan musyarakah sebesar 12,68% dan 68,71%, lalu Bank Victoria Syariah sebesar 44.51% dan 54.08%. Sedangkan ketimpangan terbesar antara pembiayaan murabahah dan musyarakah terjadi pada Bank Syariah Mega Indonesia dengan komposisinya mencapai 97,54% dan 0,7%, disusul dengan Bank Syariah Mandiri sebesar 68,62% dan 15,56%. Bank Muamalat Indonesia relatif seimbang dengan angka 48% dan 47%. Sedangkan BCA Syariah, BRI Syariah, dan Bank Bukopin Syariah komposisi pembiayaan musyarakahnya rata-rata kurang dari 30% atau setengah dari pembiayaan murabahahnya. Berdasarkan data pada tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa secara umum bank syariah
cenderung bertahan pada zona kenyamanan dengan dominasi pembiayaan murabahah pada produk pembiayaanya padahal semestinya bank syariah harus memperbanyak jumlah pembiayaan bagi hasil musyarakah karena pembiayaan dengan prinsip bagi hasil merupakan ciri khas bank syariah yang membedakannya dengan prinsip bunga pada bank konvensional. Mengutip pendapat Chapra dalam Ambarwati (2008), walaupun sebenarnya secara syariah halal, namun murabahah tidak lebih merupakan produk sekunder dari bank syariah. Sedangkan produk yang primer mudharabah atau musyarakah belum mendapatkan proporsi yang sepantasnya, dari seluruh operasional perbankan syariah. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, fenomena masalah dalam skripsi permasalahan bahwa secara umum pembiayaan murabahah masih mendominasi pada produk pembiayaan syariah pada beberapa Bank Umum Syariah tetapi di sisi lain ada beberapa Bank Umum Syariah tertentu yang berhasil menyalurkan pembiayaan musyarakah dalam jumlah yang tinggi sehingga perlu melakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pembiayaan pembiayaan musyarakah pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
LANDASAN TEORI Dana Pihak Ketiga Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau aktiva lain yang dapat diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktuwaktu atau pada suatu saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur (Arifin, 2005: 46). Menurut Dendawijaya (2009), dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari masyarakat, dan ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80%- 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank yang terdiri dari 3 jenis, yaitu: dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan. 5 1) Giro (Demand Deposits) Giro merupakan simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan. 2) Deposito (Time Deposits) Deposito meruapakan investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan Akad
antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan/atau UUS. 3) Tabungan (Saving) Merupakan simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. (Dendawijaya,2009) Pembiayaan Penyaluran dana atau yang dalam istilah bank syariah disebut pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit (Antonio, 2007: 160). Musyarakah Menurut Muhammad (2005) musyarakah adalah suatu perkongsian antara dua belah pihak atau lebih dalam suatu obyek dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan tanggung jawab akan segala kerugian yang terjadi sesuai dengan penyertaan masing-masing. Menurut Wiroso (2011), musyarakah dapat dibedakan dua jenis yaitu: 1. Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. 2. Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut. Alur transaksi Musyarakah dapat dilihat dalam ilutrasi gambar berikut: Gambar 2.1 Alur Transaksi Musyarakah
Bagi Hasil
Pengertian bagi hasil menurut Muhammad (2005), adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Adapun pengertian bagi hasil menurut Wiroso (2005) adalah besarnya bagian yang menjadi hak nasabah berdasarkan jumlah keuntungan atau kerugian yang diperoleh dari suatu usaha. Menurut Suhendi (2008:138), bagi hasil dibedakan menjadi profit sharing dan - 6 revenue sharing: 1. Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. 2. Revenue Sharing merupakan besaran yang mengacu pada perkalian antara jumlah out put yang dihasilkan dari kagiatan produksi dikalikan dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut. Non Performing Financing (NPF) Risiko pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukan oleh pihak bank (Muhammad, 2005:359). Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet. Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pasal 9 ayat (2), bahwa kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dibagi dalam 5 golongan yaitu lancar (L), dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar (KL), diragukan (D), macet (M).
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Hipotesis Penelitian H1: Dana pihak ketiga meningkat akan menyebabkan pembiayaan musyarakah meningkat H2: Tingkat bagi hasil musyarakah meningkat akan menyebabkan pembiayaan musyarakah meningkat H3: Non performing financing musyarakah meningkat akan menyebabkan pembiayaan musyarakah menurun
METODE PENELITIAN Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian deskriptif melalui pendekatan verifikatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan cara penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, dan data panel. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi dengan model panel Random Effect dengann metode EGLS (Estimated Generalized Least Square) dengan bantuan software Eviews 8.
HASIL DAN DISKUSI Perkembangan rasio DPK dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.1 Perkembangan DPK Bank Umum Syariah
Perkembangan rasio TBH Musyarakah dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4.2 Perkembangan TBH Musyarakah Bank Umum Syariah
Perkembangan rasio NPF Musyarakah dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.3 Perkembangan NPF Musyarakah Bank Umum Syariah
Perkembangan proporsi pembiayaan NPF Musyarakah dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4.4 Perkembangan Pembiayaan Musyarakah Bank Umum Syariah
Pada Gambar 4.4 di atas tampak terjadi ketimpangan yang sangat besar mengenai proporsi pembiayaan musyarakah pada bank umum syariah, khususnya antara Bank Panin Syariah yang terus meningkat dan memliliki proporsi paling tinggi . Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) yang memiliki proporsi paling rendah. Tingginya proporsi pembiayaan musyarakah pada Bank Panin Syariah dan Bank Muamalat Indonesia (BMI) menunjukkan komitmen mereka untuk memberikan dukungan terhadap perkembangan sektor riil. Berdasarkan hasil dari pengujian Uji Hausman maka metode pilihan yang digunakan pada penelitian ini yaitu model Random Effect dengan metode EGLS (Estimated Generalized Least Square). Adapun hasil run dari EGLS terlihat pada tabel 4.4 di bawah ini.
Berdasarkan hasil regresi Random Effect dengan metode EGLS (Estimated Generalized Least Square) diperoleh nilai adjusted R-squared 0,646571. Itu berarti variabel bebas DPK, TBH Musyarakah, dan NPF Musyarakah secara bersamasama mampu menjelaskan variasi dari variabel terikat Pembiayaan Musyarakah sebesar 64,6571 %, sedangkan sisanya 35,3429% dipengaruhi oleh variabelvariabel lainnya yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Hasil Uji F setelah dilakukan regresi Random Effect dengan metode EGLS (Estimated Generalized Least Square) bahwa nilai F-hitung 15,85499 > F-tabel 2,66 (α = 0,05; df1 = 5; df2 = 22), dan Prob (F-statistic) 0,000005 < 0,05 yang berarti Ho ditolak atau variabel bebas (DPK, TBH Musyarakah, dan NPF Musyarakah) memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel pembiayaan musyarakah. Berdasarkan pengamatan nilai signifikansi Uji – t, dengan tingkat α=0,05 maka diperoleh hasil sebagai berikut: • DPK: Prob 0,0000 < 0,05 Artinya, terdapat hubungan signifikan dari DPK terhadap pembiayaan musyarakah • TBH Musyarakah : Prob 0.3200 > 0,05 artinya, tidak terdapat hubungan signifikan dari TBH Musyarakah terhadap pembiayaan musyarakah • NPF Musyarakah: Prob 0.6392 > 0,05 Artinya, tidak terdapat hubungan signifikan dari NPF Musyarakah terhadap pembiayaan musyarakah Kesimpulan - DPK secara parsial berpengaruh positif terhadap Pembiayaan Musyarakah positif dan signifikan - TBH Musyarakah berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap Pembiayaan Musyarakah - NPF Musyarakah berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Pembiayaan Musyarakah.
IMPLIKASI Bank Umum Syariah yang memiliki tingkat bagi hasil (TBH) musyarakah yang lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Umum Syariah lainnya namun jumlah pembiayaan musyarakah yang disalurkannya sangat rendah sebaiknya mempertimbangkan dengan hati-hati dalam menentukan tingkat bagi hasil (TBH) musyarakah yang akan dibagi dengan pihak nasabah. Bank Umum Syariah yang memiliki Non Performing Financing (NPF) musyarakah yang lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Umum Syariah lainnya namun jumlah pembiayaan musyarakah yang disalurkannya sangat rendah sebaiknya memperbanyak jumlah pembiayaan bagi hasil musyarakahnya agar pembiayaan bermasalah di periode selanjutnya tidak semakin . Untuk menghindari angka NPF yang tinggi maka bank syariah harus menyalurkan pembiayaan musyarakah dengan hati-hati dan berkualitas. Beberapa Bank Umum Syariah yang jumlah pembiayaan musyarakahnya masih cukup rendah dibandingkan dengan Bank Umum Syariah sebaiknya memperbanyak jumlah pembiayaan musyarakah karena walaupun murabahah itu halal secara syariah tetapi murabahah
tidak lebih dari produk sekunder bank 9 syariah, sedangkan pembiayaan musyarakah merupakan salah satu produk primer dari bank syariah berdasarkan pendapat Chapra (2004).
DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Septiana. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Tesis PSKTII Universitas Indonesia. Andraeny, Dita. 2011. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil, dan Non Performing Financing Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIV tahun 2011. Antonio, Muhammad Syafi’i. 2007. Bank SyariahdariTeorikePraktik. Jakarta: GemaInsani. Arianti dan Muharam. 2011.Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing, dan Return on Asset Terhadap Pembiayaan pada Perbankan Syariah. Jurnal. Universitas Diponegoro. Arifin, Zainul. 2005. Dasar-dasarManajemen Bank Syriah. Jakarta: PustakaAlfabet. Ascarya. 2007. AkaddanProduk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Press. Budiyoso, Muhammad Taruno. Analisis Risiko Pembiayaan dengan Akad Murabahah pada Bank Syariah. Dendawijaya, Lukman. 2005.ManajemenPerbankan. Jakarta:PenerbitGhalia. Giannini, Nur Gilang. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Accounting Analysis Journal, Universitas Negeri Semarang. Ghoniyah, Nunung dkk. 2012. Pembiayaan Musyarakah dari Sisi Penawaran pada Perbankan Syariah di Indonesia. Artikel. Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Ghozali, Imam. 2006. AplikasiAnalisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BadanPenerbitUniversitasDiponegoro. Gujarati, damodar N. 2003.Basic Econometrics.New York: McGrawHill. Harahap, dll. 2007. AkuntansiPerbankanSyariah. Jakarta: Penerbit LPFE Usakti. Hadiyati, Puji. 2013. Pengaruh Non Performing Financing Pembiayaan Mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia. e-Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol 1, No. 1.Perbanas Institute. Karim, Adiwarman. 2011. Bank Islam, AnalisisFiqihdanKeuangan. Jakarta. PT RajaGrafindoPersada 10 Kuncoro, Mudrajad. 2003. MetodeRisetuntukBisnisdanEkonomi.Jak arta: PenerbitErlangga. Kurniawanti dan Zulfikar. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Seminar Nasional dan Call for PaperProgram Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UniversitasMuhammadiyah Surakarta 2104. Latifah, Durrotul. 2013. Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Musyarakah Pada Bank Umum Syariah. Skripsi.Unissula. Mulyanto. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil Pada PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah/BPRS A. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Nazir, Moh. 2014. MetodePenelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Patila, Dhita Pricilia. 2015. Pengaruh Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Rasio Keuangan, dan Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Musyarakah pada Bank Umum Syariah diIndonesia. Artikel. Universitas Negeri Gorontalo. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentangPenilaianKualitas Bank Umum. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/18/PBI/2008Tentang RestrukturisasiPembiayaanBagi Bank Syariahdan Unit Usaha Syariah. Pramono, Nugroho Heri. 2013. Optimalisasi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Bank Syariah di Indonesia. Accounting Analysis Journal, Universitas Negeri Semarang. Regiana, Anggun. 2014. Pengaruh Tingkat SukuBunga Tingkat BagiHasil, Financing to Deposit Ratio dan Capital Adequacy RatioterhadapDepositoMudharabahpada Bank UmumSyariah. Skripsi. Bandung: Universitas Padjadjaran. Sri, et al. (2013). The Influence of Third-Party Funds, CAR, NPF and ROA Against The Financing of A General Sharia-Based. Journal of The 2013InternationalConference on Business, Economics, and Accounting. Thailand. Sugiyono. 2014. StatistikauntukPenelitian. Bandung: Alfabeta. Suhendi, Hendi. 2008. Fiqh Muamalah:Membahas Ekonomi Islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. SuratEdaran BI No. 12/11/DPNP (31 Maret 2010) 11 Syahroni, M. Irfan. 2011. Mudharabah dan Musyarakah serta Implementasinya dalam Perbankan Syariah. Tri, Basuki Agus. 2014. Regresi Model PAM, ECM dan Data Panel Dengan Eviews 7. Katalog Dalam Terbitan (KDT). Yogyakarta. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentangPerbankanSyariah Wasilah dan Nurhayati. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba UI. Widyagami, Arini Piawi. 2011. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Musyarakah BMT Beringharjo Di Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Wiroso. 2005. Penghimpunan Dana dan DistribusiHasil Usaha Bank Syariah. Jakarta: Grasindo. Wiroso, 2011. ProdukPerbankanSyariah, LPFE Usakti. Yoga, Mohammad Pranata. 2013. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Perbankan Syariah di Indonesia. Skripsi. Bandung: Universitas Padjadjaran. Yulian, Elsa. 2013. Pengaruh Non Performing Financing Terhadap Return On Asset. Skripsi. Bandung: Universitas Komputer Indonesia. www. Abiaqsa.blogspot.com (Ali Sakti) .(http://www.aamslametrusydiana.com/2012/0 2). (http://ainice.blogspot.co.id/2014/08). Www.Syahrulamsari.blogspot.com/2012/03 www.vi2tgeulis.blogspot.co.id/2010/03/ ArtikelFiLink 2009 DepartemenEksternalFoSSEI 2009