CYBER-TECHN. VOL 4 NO 2 (2010)
ANALISIS STRUKTUR SISTEM KEMITRAAN PEMASARAN AGRIBISNIS SAYURAN (Studi Kasus di Kecamatan Nongkojajar Kabupaten Pasuruan)
Teguh Sarwo Aji *) ABSTRAK Pemikiran sistem adalah untuk mencari keterpaduan antar bagian pemahaman yang utuh, yang diperlukan kerangka pikir baru yang dikenal sebagai pendekatan sistem. Pendekatan ini berupaya untuk menyelesaikan persoalan yang dimulai dari proses identifikasi sejumlah kebutuhan sehingga menghasilkan suatu operasi yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah dengan mengidentifikasi variabel yang berperan sebagai penggerak utama sistem dan mengetahui peubah-peubah yang mempunyai hubungan kontekstual terhadap sistem kemitraan, sehingga akhirnya bisa dirumuskan model hubungan pengaruhnya antar elemen sistem tersebut. Penelitian ini menggunakan metode diskusi oleh ahli dari kalangan perguruan tinggi, birokrasi dan praktisi serta lembaga terkait yang sekaligus sebagai responden terpilih sebanyak 10 orang. Data primer adalah pendapat dari ahli yang dilakukan secara musyawarah. Sampel responden ditentukan secara purposive dengan persyaratan yang tertentu pula. Data sekunder diperoleh melalui metode wawancara dengan responden spesifik dan melalui observasi langsung ke Kabupaten Pasuruan, yang selanjutnya digunakan sebagai data rujukan dalam expert meeting. Hasil kajian terhadap struktur sistem diidentifikasi delapan elemen sistem yaitu : sektor masyarakat, kebutuhan program, kendala, perubahan yang dimungkinkan, tujuan program, tolok ukur, aktivitas yang dibutuhkan dan lembaga terkait. Analisis pembandingan antar sub-elemen diketahui peubah kunci berikut yaitu : petani dari elemen pelaku usaha, pembinaan pelaku, penjaminan modal dan dukungan pemerintah sebagai kebutuhan program, distribusi resiko dan keuntungan yang tidak adil sebagai kendala, jaminan kualitas, kuantitas dan pasar sebagai perubahan, pangsa pasar sebagai tujuan program serta tolok ukurnya adalah meningkatnya kualitas SDM. Dari hasil diskusi para ahli disintese lima kriteria pola pemasaran yaitu : distribusi resiko dan profit yang adil, memperluas kesempatan kerja, peningkatan pendapatan petani, peningkatan keahlian SDM dan jaminan kualitas, kuantitas serta kontinuitas produksi. Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran LATAR BELAKANG Strategi pembangunan pertanian jangka panjang bertujuan untuk mewujudkan pertanian yang tangguh, maju, dan efisien. Indikator keberhasilannya dicirikan oleh adanya peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya. Salah satu prioritas yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan tersebut khususnya sub-sektor tanaman pangan adalah pengembangan komoditas hortikultura. Kesempatan untuk mengembangkan komoditas itu khususnya sayur mayur masih terbuka lebar karena masih banyak lahan pertanian yang belum termanfaatkan secara optimal. Dari luas wilayah Kabupaten Pasuruan sebesar 147.401,50 ha dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian seluas 43.754Ha (29,66%).
47
CYBER-TECHN. VOL 4 NO 2 (2010)
Adanya permintaan sayuran baik untuk kebutuhan pariwisata maupun konsumsi masyarakat petani atau non petani semakin meningkat. Potensi pasar komoditi tersebut di atas di Kabupaten Pasuruan cukup besar. Hal ini akan dapat ditingkatkan lagi oleh beberapa hal seperti perkembangan sektor pariwisata, peningkatan kesadaran dan prilaku konsumsi sayuran oleh masyarakat. Potensi ini akan meningkat pula apabila, komoditas tersebut dapat diolah terlebih dahulu sehingga dapat disimpan lebih lama dan dikirim antar pulau. Konsumsi Total Komoditas Pertanian (Sayuran) di Kabupaten Pasuruan Tahun 2005 (kg/ 6 Bulan) RT Petani RT Non Petani Hotel/Restauran Komoditas (267.763 KK) (187.978 KK) (115 buah) Kol/Kubis 773,16 460,8 78,18 Kentang 623,6 570,5 342,10 Wortel 399,7 317,2 145,5 Tomat 1.865,4 948,8 67,8 Cabe 1.099,3 804,4 234,9 Bawang 864,2 585,8 985,5 Merah Buncis 432,4 179,3 262,2 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan (2005) RUMUSAN MASALAH Berkaitan dengan maksud itu maka melalui penelitian dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut. 1. Elemen apa yang mempunyai hubungan kontekstual dengan sistem kemitraan dalam pemasaran agribisnis sayuran? 2. Sub-elemen yang mana dapat diidentifikasi sebagai penggerak utama sistem? Hal ini sangat penting dilakukan, untuk mendesign program kemitraan khususnya sistem pemasaran sayuran yang berkelanjutan dan berkeadilan. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan, adalah sebagai berikut. 1. Mengkaji elemen-elemen yang mempunyai hubungan kontekstual dengan sistem kemitraan pemasaran agribisnis sayuran. 2. Mengidentifikasi sub-elemen kunci penggerak sistem kemitraan pemasaran agribisnis sayuran. POLA PEMASARAN HASIL USAHATANI SAYURAN Sistem pemasaran merupakan suatu kesatuan urutan lembaga pemasaran yang melakukan fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk dari produsen ketangan konsumen akhir dan memperlancar aliran uang nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif lembaga tersebut. (Gumbira -Said, 2001) Mengingat pentingnya fungsi saluran pemasaran tersebut, maka kerja sama petani dengan perantara pemasaran semestinya ditingkatkan untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua pihak (Kotler, 1997). Saluran distribusi komoditas sayuran di daerah Pasuruan dapat ditunjukkan seperti pada Gambar berikut ini.
48
CYBER-TECHN. VOL 4 NO 2 (2010)
Petani/Produsen
Pedagang/Pengecer
Pedagang/Pengepul
Pasar Swalayan
Pasar Tradisional
Konsumen
Saluran Umum Distribusi Komoditi Sayuran di Kabupaten Pasuruan Konsep agribisnis sebagai suatu sistem selalu menekankan adanya kebersamaan dan saling ketergantungan antar sub-sistem untuk mencapai tujuan bersama. Orientasi tersebut secara implisit menggambarkan bahwa, agribisnis merupakan suatu sistem dan atau suatu entitas (Amirin, 1996) yang tersusun dari sekumpulan sub-sistem yang bergerak secara bersama-sama dan saling tergantung untuk mencapai tujuan bersama. Konsep agribisnis tersebut identik dengan konsep sistem agribisnis ( Simatupang,1993) yakni kumpulan sub-sistem yang bergerak bersama-sama dan saling tergantung untuk mencapai kepentingan bersama. Sedangkan Hafsah (2000) mengemukakan bahwa agribisnis adalah suatu aktivitas usaha ekonomi di bidang pertanian, di mana pelakunya secara konsisten berupaya untuk meraih nilai tambah yang berkesinambungan untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan pasar. Pengertian yang terkandung dalam batasanbatasan seperti di atas menggambarkan agribisnis sebagai suatu perusahaan (agribisnis) yang bisa bekerja secara efisien dengan melakukan suatu koordinasi. Dalam kondisi seperti sekarang keuntungan akan lebih banyak dinikmati oleh sub-sistem hulu maupun hilir (off-farm). Agar pelaku mendapat peluang yang adil dalam memperoleh manfaat bisnisnya maka cara pandang pelaku agribisnis harus diubah dengan memandang agribisnis itu secara makro. Artinya ada suatu keterkaitan dan keterpaduan antar subsistem untuk memperoleh nilai tambah yang maksimal (Kasryno, 1993). KONSEP SISTEM DAN POLA KEMITRAAN USAHA AGRIBISNIS Sumardjo dkk (2002), menjelaskan bahwa konsep agribisnis sebagai suatu sistem selalu menekankan adanya kebersamaan dan saling ketergantungan antar sub-sistem untuk mencapai tujuan bersama. Agribisnis sebagai suatu perusahaan (agribisnis) yang bisa bekerja secara efisien dengan melakukan suatu koordinasi. Dalam kondisi seperti sekarang keuntungan akan lebih banyak dinikmati oleh sub-sistem hulu maupun hilir (offfarm). Menurut Saragih (1998), agar pelaku mendapat peluang yang adil dalam memperoleh manfaat bisnisnya maka cara pandang pelaku agribisnis harus diubah dengan memandang agribisnis itu secara makro. Artinya ada suatu keterkaitan dan keterpaduan antar subsistem untuk memperoleh nilai tambah yang maksimal. Sedangkan pola kemitraan menurut Hafsah (2000), sebagai kerjasama bisnis antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Besar disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah/Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.
49
CYBER-TECHN. VOL 4 NO 2 (2010)
METODE YANG DIGUNAKAN Didalam penelitian ini digunakan teknik ISM yaitu suatu proses pengkajian kelompok, di mana model stuktural dihasilkan guna memotret masalah kompleks dari suatu sistem melalui suatu pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis (Eriyatno, 1998). Tenaga ahli dan Responden dalam penelitian ini dibatasi hanya terhadap struktur sistem pemasaran agribisnis sayuran di desa Kayukebek, Kecamatan Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan sehingga, yang berkepentingan dalam hal ini adalah : (1) petani sayur- mayur, (2) pengepul, (3) pedagang, (4) konsumen di pasar atau hotel dan restoran, serta (5) instansi terkait. Sehingga yang digunakan sebagai responden diambil secara sengaja dari masing-masing pihak yang memenuhi syarat, dan dianggap layak untuk memberikan informasi yang diperlukan. Data yang diperoleh dari responden ini akan digunakan sebagai informasi rujukan dalam expert meeting. ANALISIS STRUKTUR SISTEM Metode pendekatan ISM (Interpretative Structure Modelling) digunakan untuk menjelaskan struktur sistem dalam ”Manajemen Pemasaran Terpadu” yang selanjutnya sebagai sistem kemitraan yang dikaji. Hasil analisis dengan teknik ISM ini akan menjadi suatu pedoman dan merupakan titik tolak dalam merumuskan atau mensintesis pola kemitraan yang efisien dan efektif. Hasil diskusi para ahli (expert) dan praktisi kemitraan tentang sistem pemasaran sayur-mayur, ternyata teridentifikasi sebanyak delapan komponen penting yang perlu dikaji lebih lanjut. Kedelapan komponen tersebut selanjutnya disebut sebagai elemen sistem, antara lain: No Nama Elemen Sub – elemen Kunci 1 Sektor masyarakat Petani 2 Kebutuhan program Pembinaan pelaku usaha Jaminan peminjaman modal Dukungan pemerintah 3 Kendala Distribusi keuntungan dan resiko yang kurang adil 4 Perubahan yang di Adanya jaminan kualitas, kuantitas, biaya dan mungkinkan pasar 5 Tujuan program Peningkatan pangsa pasar 6 Tolak ukur pencapaian Meningkatnya kualitas SDM pelaku usaha tujuan 7 Aktivitas yang Pengembangan sistem insentif dibutuhkan guna perencanaan tindakan 8 Lembaga terkait Hampir semua elemen sistem kecuali pengusaha mitra (whole sale) Kajian terhadap elemen ini melalui diskusi para ahli (expert) dan praktisi, teridentifikasi ada enam sub-elemen yaitu: 1) petani, 2) pedagang, 3) masyarakat sekitar (non petani), 4) eksportir, 5) pengusaha jasa transportasi, dan 6) konsumen. Hasil kajian
50
CYBER-TECHN. VOL 4 NO 2 (2010)
terhadap struktur sistem tersebut terlihat pada ”Structural Self Interaction Matrix (SSIM)” awal yang merupakan sintesis dari para pakar dan praktisi. Dari hasil analisisi diketahui bahwa klasifikasi sub-elemen dibagi ke dalam dua sektor yaitu sektor independen (petani) dan sektor linkage (pedagang, masyarakat (non petani), eksportir, pengusaha jasa transportasi serta konsumen), dimana sub-elemen petani merupakan sub-elemen kunci dalam pengembangan manajemen sistem pemasaran terpadu di Desa Kayukebek, Kabupaten Pasuruan. Sektor ini ada di dalam Strong Driver Weak Dependent (independent), yang berarti bahwa dalam usaha merencanakan pengembangan sistem pemasaran terpadu (kemitraan), petani berperan sebagai peubah bebas yang mempunyai kekuatan penggerak besar terhadap kelangsungan usaha bersama (sistem). Hal ini secara implisit menunjukkan bahwa untuk menjamin sistem kemitraan yang langgeng maka harus dimulai dari petani itu sendiri. Apabila petani sudah mampu memproduksi produk sayuran dengan mutu baik, kuantitas yang cukup dalam jangka panjang (kontinuitas), maka pelaku mitra lainnya seperti pedagang, eksportir, termasuk pengusaha jasa transportasi, dapat beraktivitas dengan baik disertai dukungan masyarakat sekitar, sehingga dapat memenuhi kepuasan konsumen dengan maksimal. Hasil analisis ini dapat menggambarkan bahwa dalam usaha pengembangan sayuran diawali dari kajian sub-elemen petani sebagai sektor masyarakat terpengaruh. Hal ini tentu perlu dukungan kekuatan dari sub-elemen lainnya. Namun berbeda dengan petani, sub-elemen tersebut (lainnya) mempunyai ketergantungan yang besar pada sistem, karena sub-elemen ini berada pada sektor linkage maka perlu dikaji secara hatihati. Perubahan tindakan pada sub- elemen ini akan memberikan dampak terhadap lainnya dan umpan balik pengaruhnya dapat memperbesar dampak terhadap pengumpul/pedagang, pengusaha jasa transportasi dan eksportir yang berperan sebagai penghubung petani (sektor independent) dengan masyarakat sekitar termasuk konsumen (linkage). KESIMPULAN 1. Elemen penting yang perlu untuk dicermati dalam sistem pemasaran sayuran adalah: sektor masyarakat, adanya kebutuhan, kendala, perubahan yang diinginkan, penetapan tujuan, tolok ukur, tuntutan aktivitas, dan pentingnya lembaga terkait. 2. Sub-elemen yang teridentifikasi sebagai penggerak utama sistem adalah: petani (sektor masyarakat), eksistensi pembinaan pelaku usaha, jaminan modal, dan dukungan pemerintah (kebutuhan), distribusi risiko/profit yang kurang adil (kendala), jaminan kualitas, kuantitas, biaya dan pasar produk (perubahan yang diharapkan), serta meningkatnya kualitas SDM pelaku usaha (tolok ukur), selanjutnya peningkatan pangsa pasar (tujuan), serta pengembangan sistem insentif (aktivitas yang diperlukan) maupun lembaga terkait (koperasi, kelompok tani, pengumpul, pengusaha jasa transportasi, lembaga keuangan mikro, lembaga penyuluhan dan pemerintah). *) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan
51
CYBER-TECHN. VOL 4 NO 2 (2010)
DAFTAR PUSTAKA Amirin , T.M. 1999. Pokok-Pokok Teori Sitem. Ed ke-1. Rajawali Pers, Jakarta. Eriyatno, 1998. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. IPB Pers, Bogor. Gumbira-Sa’id, 2001. Manajemen Agribisnis. PT. Ghalia Indonesia. MMA-IPB Bogor. Hafsah, 2000. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Kotler, P., 1977. Manajemen Pemasaran. Prinhallindo, Jakarta. Saragih, B., 1998. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Berbasis Pertanian. Yayasan Mulia Persana Indonesia dan PT. Surveyor Indonesia, Bekerjasama dengan Pusat Studi Pembangunan, Lembaga Penelitian IPB, Bogor. Simatupang dan Pasandaran (1993). Perspektif Pengentasan Kemiskinan dengan Pendekatan Agribisnis. Proseding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III di Jakarta, 23-25 Agustus. Sumardjo dkk, 2002. Teori dan Praktek Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya, Jakarta.
52