ANAK KOIN DAN KEMISKINAN TERSTRUKTUR --------------------------------------------------------------------------------------------------“ANAK KOIN” AND STRUCTURIZED POVERTY Uliviana Restu Handaningtias Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 081809419669/
[email protected] Idi Dimyati Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Ade Irfan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ABSTRAK Anak koin adalah istilah untuk menyebutkan sejumlah anak-anak yang beratraksi terjun dari kapal Feri yang sedang bersandar untuk mengejar koin yang dilempar oleh penumpang. Semakin banyak penumpang yang melepar koin maka semakin lama anak-anak tersebut menyelam kedalam laut. Atraksi ini telah dilakukan turun temurun, dari bapak ke anak, dari paman ke keponakan, dan seterusnya. Kengerian penumpang yang menyaksikan anak-anak terjun dari atas kapal Feri, justru disalurkan dengan memberi uang kepada mereka. Hal ini memicu anak-anak tersebut untuk meneruskan aktivitas tersebut sebagai sarana untuk mendapatkan uang walaupun bertaruh nyawa. Penelitian ini secara sederhana akan melihat bagaimana anak koin telah dilestarikan oleh masyarakat agar tetap miskin melalui pendekatan interaksi simbolik Mead dan Blummer. Hasil penelitian menggambarkan bahwa masyarakat secara sosial memiliki kepedulian tetapi secara personal, masyarakat enggan untuk keluar dari zona nyamannya dan melihat realitas sebagai bagian dari kehidupannya. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa faktor uang selalu menjadi alasan bagi masyarakat untuk membenarkan tindakannya terhadap anak koin. Dalam hal ini, anak koin sebagai subjek, memperlihatkan sikap tidak peduli dengan dirinya sendiri dan lebih mementingkan keakraban yang terjalin dengan sesama anak koin dan bagaimana mereka menjadikan aktivitas tersebut sebagai profesi untuk memperoleh uang. Kata kunci: anak koin, interaksi simbolik, kemiskinan terstruktur
JURNAL RISET KOMUNIKASI
66
ABSTRACT Anak koin is a term to represent a numbers of children who done a stunt in a Fery boats. They will chase money (in form of coin) that passenger threw to the sea, without any diving equiptment. This activity were held from father to son, from uncle to nephew, from best frient to another. Therefore, this activity already consider as a profession to make money. Society that become passenger of the Ferry boat, generally will see those anak koin as entertainment and for anak koin itself, they see this as an opportunity to make money. Money is the reason for making everything right, even when it cost your life. Anak koin at Merak harbour did it. This research are using symbolic interaction as research approach. The result showing that anak koin is becoming a structurized poverty when society justified them. They can-t leave this activity becouse it is the easy way to make money and they always consider their friend at anak koin community as family that they cannot abanned. So in this case, anak koin were not only created by nature, but also growth by nurture of society. Keywords: Anak Koin phenomena, symbolic interaction, structuriled poverty.
JURNAL RISET KOMUNIKASI
67
Anak Koin dan Kemiskinan Terstruktur
membawa
PENDAHULUAN Pelabuhan Merak adalah salah
kedalam
kemiskinan berbagai
tersebut
bentuk,
salah
satu pelabuhan tersibuk di pulau Jawa.
satunya adalah Anak Koin. Berbalut
Rutenya adalah Merak-Lampung dan
dengan ideologi sebagai masyarakat
sebaliknya Lampung-Merak. Kejadian
kelas bawah, anak koin menolak
menarik terlihat ketika penumpang
disebut sebagai pengemis. Aktivitas
sedang
menyelam kedalam laut untuk mencari
menunggu
kapal
untuk
berangkat. Beberapa anakan terlihat
koin,
berada dia atas dek kapal, ketika
mengemis,
seorang penumpang menjatuhkan uan
tersebut adalah pekerjaan, maka anak
(dalam bentuk koin) kedalam air aut,
koin
sontak anak-anak tersebut terjun bebas
komunitasnya.
kedalam air dan mencari koin yang
komunitas telah menjadi keluarga,
jatuh
yang
dimana mereka menghabiskan 5-7 jam
kemudian
sehari bersama komunitas tersebut,
melemparkan kembali sejumlah koin
jauh lebih lama dibandingkan dengan
ke bawah kapal. Anak-anak yang telah
keluarga intinya.
tersebut.
melihat
aksi
Penumpang ini
koin
tersebut.
Atraksi
pekerjaan,
dan
bukan
karena
sangat
aktivitas
loyal Bagi
terhadap anak
koin,
Interaksi anak koin dengan
berada di air, berebut menyelam dan mencari
adalah
masyarakat
pemberi
koin,
telah
dilakukan tanpa menggunakan alat
menjadi hubungan simbiosis yang
bantu pernafasan atau alat keselamatan
tidak dapat dipisahkan. Masyarakat
lainnya.
tersebut,
memberi koin sebagai upah dan anak
kehidupan mereka berada di bawah air
koin menerima upah tersebut sebagai
tersebut. Seperti halnya bernafas, tidak
hasil dari pekerjaan mereka. Kondisi
ada
ataupun
akan terus berulang selama masyarakat
kengerian ketika berhadapan dengan
masih memberi uang dan anak koin
desiran
menganggapnya
Bagi
lagi
kecanggungan
ombak
begitulah
anak-anak
laut.
masyarakat
Anak
koin,
menyebut
kelompok anak-anak tersebut. Anak koin, adalah fenomena
Fenomenologis sebagai kehidupan
sebagai
pekerjaan.
melihat anak koin
subjek,
sebagai
aktor
yang
memiliki
hasrat,
yang lahir diatas kemiskinan yang
harapan, dan kehidupan sendiri yang
seolah tanpa akhir. Masyarakat yang
unik.
telah terbiasa melihat kemiskinan akan
diperlukan
Pandangan untuk
subjektif
ini
mengimbangi
JURNAL RISET KOMUNIKASI
68
Anak Koin dan Kemiskinan Terstruktur
Perspektif interaksi simbolik
pandangan sebelumnya yang melihat anak koin sebagai penyandang masalah
mengandung
kesejahteraan sosial ataupun memiliki
dengan tindakan sosial, bahwa,
kesenjangan ekonomi. Sebagai subjek
perilaku manusia, proses sosial dan
yang dinamis, Anak koin memberi
pragmatismenya
indikasi sebagai komuninatas yang
“makna subjektifnya” (subjective
hidup dan dinamis, dengan budaya
meaning). Blumer mengungkapkan
yang tercipta didalam komunitasnya,
tiga
bahasa yang dipergunakan sesamanya,
simbolik,
dan simbol-simbol lain yang hanya
bertindak
dipahami oleh sesama Anak koin.
berdasarkan makna-makna yang ada
Masyarakat secara sosial akan
premis
unsur
yang
sama
merupakan
mengenai yaitu:
interaksi
1.
Manusia
terhadap
sesuatu
pada sesuatu itu bagi mereka; 2.
melihat anak koin sebagai gambaran
Makna
yang
berbagai
“interaksi sosial seseorang dengan
di
kota manapun,
orang lain”; 3. Makna tersebut
menyamaratakannya
dengan
disempurnakan saat proses interaksi
selalu
ada
struktur sosial
komunitas
dalam
pengemis,
komunitas
pengamen, komunitas anak jalanan, dan
sebagainya.
Indonesia,
Bagi
melihat
masyarakat
orang
miskin
tersebut
berasal
dari
sosial berlangsung. Mead kemampuan
menjelaskan
bahwa
manusia
untuk
merespons simbol-simbol diantara
bukanlah hal yang aneh, bukan juga
mereka
hal yang harus dipikirkan dengan
membawa
rumit.
adalah
interaksionisme simbolik kepada
bawah,
konsep tentang diri (self). Mead
dilihat
menjelaskan bahwa secara sosial,
Orang
masyarakat termarjinalkan
miskin, kelas dan
hanya
ketika
berinteraksi, penjelasan
sebagai sebuah masalah sosial.
seseorang
dapat
melakukan
Rumusan Masalah
tindakan kepada dirinya sendiri
“Bagaimana penggambaran anak koin
seperti juga kepada orang lain. Dia
sebagai kemiskinan oleh masyarakat”.
dapat memuji dirinya, meyalahkan dirinya, atau mendorong dirinya sendiri; dia berbagi dirinya dengan
TINJAUAN PUSTAKA 1. Interaksi Blummer
simbolik
Mead
dan
dirinya sendiri, menghukum dirinya oleh dirinya sendiri, dan seterusnya.
JURNAL RISET KOMUNIKASI
69
Anak Koin dan Kemiskinan Terstruktur
Dengan kata lain, seseorang dapat
permainan, dan kedua game stage
menjadikan dirinya sebagai objek
atau tahap pertandingan. Sebagai
tindakannya sendiri. Diri (the self)
proses sosial, diri terdiri atas dua
terbentuk dengan cara yang sama
fase, yaitu; “I” (aku) dan “Me”
sebagai bjek, melalui “definsi” yang
(daku).
dibuat bersama dengan orang lain.
kecenderungan
Mekanisme melihat
dirinya
sesorang sendiri
“I”
merupakan individu
yang
dapat
impulsif, spontan, pengalaman tidak
sebagai
terorganisasikan atau dengan kata
objek adalah melalui pengambilan
lain
peran
kecenderungan individu yang tidak
(role-taking)
melibatkan
proses
dengan komunikasi,
merepresentasikan
terarah.
“Me”
menunjukkan
khususnya melalui gerakan vokal
individu yang bekerjasama dengan
atau berbicara. Pengembangan diri
orang lain meliputi seperangkat
tersebut
sikap
berbarengan
dengan
dan
definisi
berdasarkan
pengembangan kemampuan dirinya
pengertian dan harapan dari orang
dalam pengambilan peran. Disinlah
lain atau yang dapat diterima dalam
peranan bahasa sangat menentukan.
kelompok. Dalam beberapa situasi,
Bahasa
“Me” melibatkan generilzed other
atau
simbol-simbol
signifikan inilah yang diperlukan
dan
seorang anak untuk memperoleh
tertentu. “I” karena bersifat spontan,
makna atau definisi segala sesuatu
maka
yang berada di sekitarnya. Dengan
menciptakan aktivitas yang baru
mempelajari
dan
simbol-simbol
sesekali
ia
beberapa
potensial
kreatif,
sedangkan
orang
untuk “Me”
kelompoknya, seorang anak dapat
sebagai
pengatur
menginternalisasikan definisi suatu
individu
kepada
kejadian atau suatu benda tertentu
terarahkan dan serasi (goal-directed
kedalam dirinya sendiri, termask
activity and comformity).
definisi yang dibuatnya sendiri.
memunculkan aktivitas
yang
2. Anak Koin
bahwa
Sejarah terbentuknya anak koin
pengembangan diri dapat diamati
di pelabuhan penyeberangan Merak
dengan jelas pada diri anak-anak.
hingga
Pengembangan terbagi atas dua
diketahui
tahap, yaitu; Play Stage atau tahap
terbentuknya. Dapat diperkirakan
Mead
menyebutkan
saat
kini
kapan
belum persis
JURNAL RISET KOMUNIKASI
dapat waktu
70
Anak Koin dan Kemiskinan Terstruktur
terbentuknya
anak
koin
sendiri
menyebutkan bahwa miskin, berarti
beriringan dengan awal mulanya
juga
pelabuhan Merak di bangun, yaitu
dalam memenuhi kebutuhan dasar
pada tahun 1973 yang dikelola oleh
minimal untuk hidup layak (BPS
PT ASDP (Persero). Salah satu
dan Depsos, 2002). Pernyataan lain
(mantan) Anak Koin, pak Nedi 59
juga
tahun, menyatakan bahwa anak koin
sebagai sebagai sebuah keadaan
sudah
dimana
ada
sejak
berdirinya
ketidakmampuan
menyebutkan
terjadi
individu
kemiskinan
ketidakmampuan
pelabuhan Merak, bapak Nedi mulai
untuk memenuhi kebutuhan dasar
menjalani profesi anak Koin sejak
seperti; makanan, pakaian, tempat
tahun 1976 atau tiga tahun setelah
berlindung,
dibangunnya pelabuhan Merak oleh
kesehatan.
PT ASDP (Persero). Ketertarikan
disebabkan oleh kelangkaan alat
pak Nedi menjadi anak koin pada
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun
saat itu faktor kebutuhan, pada usia
sulitnya akses terhadap pendidikan
muda, beliau pergi meninggalkan
dan pekerjaan.
rumah, sejak itulah bapak Nedi memutuskan
untuk
“bekerja”
pendidikan, Kemiskinan
dan dapat
Frank Ellis menyatakan bahwa kemiskinan
memiliki
berbagai
menghasilkan uang untuk betahan
dimensi yang menyangkut aspek
hidup. Pak Nedi mulai bergaul
ekonomi,
dengan anak koin yang sudah ada di
psikologis. Orang dapat disebut
pelabuhan Merak dan menjalani
miskin jika dalam kadar tertentu
profesi anak koin pada usia 18
sumber daya ekonomi yang mereka
tahun. Saat ini pak Nedi sudah tidak
miliki dibawah target atau patokan
menjadi anak koin, pekerjaan beliau
yang telah ditentukan. Pernyataan
sehari-hari
menjadi
tersebut mengarahkan definisi pada
yang
aspek politik, dimana penentu target
pemungut
hanyalah botol
plastik
tersebar di pelabuhan Merak. 3. Kemiskinan Kemiskinan, secara etimologis
politik
dan
sosial-
dan patokan adalah pemerintah sebagai kelompok penguasa atas hidup
masyarakatnya.
Dengan
berasal dari kata “miskin” yang
patokan tersebut, maka pemerintah
berarti tidak berharta benda dan
dapat membuat pengelompokkan
serba kekurangan. Definisi lain
masyarakat dan menyusun struktur
JURNAL RISET KOMUNIKASI
71
Anak Koin dan Kemiskinan Terstruktur
masyarakat berdasarkan kelompok
dan dirinya sendiri sebagai aset
tersebut.
target
untuk memperoleh pekerjaan atau
tersebut juga berfungsi sebagai
penghidupan yang layak. Dalam
acuan untuk membuat program-
dimensi
program pembangunan ekonomi.
kelompok
Patokan
atau
Dimensi lain yaitu ekonomi, menyatakan
bahwa
kemiskinan
sosial-psikologis,
dalam
masyarakat
berperan
membantu
anggota
masyarakat untuk mengenali dan
sosial juga terjadi ketika masyarakat
memahami
secara sosial tidak masuk atau sulit
sehinggaterciptalah opini bersama
akses kedalam jaringan sosial dan
mengenai kemiskinan. Tidak semua
struktur sosial yang mendukung
kelompok
orang
opini
untuk
mendapatkan
kemiskinan
masyarakat
yang
tersebut,
memiliki
sama
mengenai seringkali
kesempatan agar produktivitasnya
kemiskinan
sehingg
meningkat. Dimensi ini melihat
kemiskinan
dianggap
kemiskinan sosial sebagai kondisi
bagian dari masalah daerah atau
ekonomi
negara.
yang disebabkan oleh
adanya faktor-faktor penghambat sehingga
mencegah
dan
menghalangi
seseorang
memanfaatkan
kesempatan
Penyebab bervariasi,
sebagai
kemiskinan mulai
dari;
laju
untuk
pertumbuhan penduduk yang tidak
yang
terkendali, jumlah angkatan kerja
tersedia agar dapat berproduksi dan
yang
berdaya ekonomi
permintaan
Dimensi sosial dan psikologis
tidak
seimbang
dengan
kerja,
tingkat
pendidikan yang rendah, kurangnya
memandang kemiskinan dari sudut
perhatian
pandang
bahwa
ekonomi dan pembangunan yang
kemiskinan adalah masalah dalam
tidak merata di wilayah-wilayah
diri orang tersebut yang tidak
Indonesia (terutama wilayah diluar
mampu
tenaga,
pulau Jawa) sehingga kesenjangan
untuk
dapat terlihat jelas antara kelompok
mental
yang
berbeda,
memanfaatkan maupun
memenuhi
fisiknya
kebutuhan
dasarnya.
pemerintah,
distribusi
miskin dan berada.
Menjadi miskin adalah pilihan, begitupun sebaliknya. Pilihan yang dimasud berkaitan dengan tubuh
JURNAL RISET KOMUNIKASI
72
Anak Koin dan Kemiskinan Terstruktur
memadai, sebagian besar putus sekolah
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian
menggunakan
dengan alasan klasik; tidak punya
konstruktivisme.
biaya. Anak koin menciptakan dirinya
ini
paradigma
Konstruktivisme memandang realitas
sebagai
kehidupan sosial bukanlah realitas
Keahlian
yang natural, tetapi terbentuk dari hasil
berenang, menyelam, dan terjun bebas
kontruksi. Paradigma kontruktivisme
dari atas dek kapal. Keberanian adalah
dapat menemukan bagaimana peristiwa
modal anak koin untuk mencapai hasil
atau
dikontruksi,
maksimal. Penumpang adalah pemberi
paradigma kontruksionis sering disebut
upah. Berbeda dengan pemberi upah
juga sebagai paradigma produksi dan
yang umum terjadi pada dunia kerja
pertukaran
studi
konvensial, dalam dunia anak koin,
data
penumpang di “paksa” untuk memberi
dilakukan melalui teknik wawancara
uang. Pemaksaan tersebut berjalan
dan observasi, dengan informannya
secara
adalah Anak Koin yang berada di
verbal anak koin kepada penumpang,
Pelabuhan Merak. Informan tersebut
atau atraksi nekad menceburkan diri
adalah; Haryanto (21 tahun), Adi (23
dari atas kapal, dan heroisme antar
tahun), Loka Pita Sari (14 tahun), Ajat
anak koin ketika terjun dan menyelam
Syaputra 17 tahun), Husni (30 tahun),
kedalam air. Penumpang dipandang
Yadi (19 tahun). Dari semua anak koin
sebagai
yang menjadi informan, hanya Ajat
berhubungan
yang bersekolah, sedangkan informan
mereka miliki.
realitas
tersebut
makna
komunikasi.
dalam
Pengumpulan
lainnya tidak melanjutkan pendidikan formal, dan memilih putus sekolah.
pekerja yang
simbolik,
pihak
dengan
keahlian.
dimaksud
melalui
adalah
teriakan
pasif
yang
hanya
dengan
uang
yang
Interaksi yang anak koin jalin dengan penumpang memiliki
pesan
agar penumpang bersedia melempar uang koin kepada anak pengumpul
PEMBAHASAN Anak Koin, secara sederhana
koin, dari pesan tersebut penumpang
adalah fenomena yang tumbuh dan
yang memahami akan bersedia untuk
berkembang diantara struktur sosial
melemparkan uang koin dan sebagian
dan ekonomi masyarakat menengah
penumpang lainnya yang
bawah.
sekedar melihat atraksi anak koin di
memiliki
Anak koin umumnya tidak pendidikan
formal
yang
pelabuhan
penyeberangan
JURNAL RISET KOMUNIKASI
hanya
Merak. 73
Anak Koin dan Kemiskinan Terstruktur
hubungan
dari penilaian sudut pandang atau
simbiosis dengan penumpang. Anak
pendapat orang lain, dan teori interaksi
koin ada karena ada penumpang yang
simbolik adalah salah satu cabang
melemparkan
dalam
Anak
koin,
lahir
dari
uang
kedalam
air,
teori
sosiologi
yang
akan
mengemukakan tentang diri sendiri
bereaksi mencari perhatian penumpang
(the-self) dan dunia luarnya. Penilaian
agar mau memberi mereka uang untuk
terhadap diri sendiri merupakan sebuah
dilempar kedalam air. Simbol yang
penilaian yang melekat pada diri
dipertukarkan antara anak koin dan
seseorang, begitu pula anak koin
penumpang hanya sebagai penguat
memiliki penilaian diri sendiri serta
makna “memberi uang”. Bagi anak
terdapat penilaian orang lain terhadap
koin, komunikasi hanya terjalin jika
diri anak koin. Anak koin melihat diri
penumpang memberi uang, apabila
mereka dalam dua aspek. Sebagai
penumpang tersebut tidak memberi
pribadi, mereka menilai bahwa diri
uang maka anak koin akan berusaha
mereka sama seperti anak lain pada
mecari perhatian dan menunjukkan
umumnya, tidak ada yang berbeda.
atraksi yang merujuk kembali pada
Tetapi sebagai anggota masyarakat,
makna “upah/uang”. Dalam hal ini,
maka anak koin melihat diri mereka
uang tidak lagi menjadi sekedar alat
dalam kacamata komunitas, bahwa
pembayaran, tetapi juga sebagai alat
mereka adalah “anak koin” bukan
komunikasi. Interaksi yang terjalin
sekedar masyarakat biasa.
sebaliknya
anak
koin
pun
antara Anak koin dengan penumpang
Sebagai fenomena yang lahir
semata didasarkan pada keberadaan
dari kalangan masyarakat bawah, anak
uang yang dilemparkan atau belum
koin memiliki kecenderungan yang
dilemparkan oleh penumpang. Uang
sama dengan komunitas lain yang lahir
menjadi
bahasa
dari
bersama
Anak
penumpang.
yang
dipahami
koin
Masing-masing
dengan pihak
strata
komunitas
yang
sama,
pengamen,
seperti
komuniktas
anak jalanan, komunitas punk, dan
memberi kontribusi dalam konsumsi
sebagainya.
Setiap
komunitas
makna kata uang, sehingga uang tidak
mengembangkan ideologinya masing-
lagi menjadi (sekedar) “úang”.
masing, ideologi yang diterjemahkan
Diri (Self) adalah kemampuan
dengan baik melalui bahasa, sikap,
untuk merefleksikan diri tiap individu
perilaku, dan penampilan. Hal ini dapat
JURNAL RISET KOMUNIKASI
74
Anak Koin dan Kemiskinan Terstruktur
terlihat dalam komunitas Anak koin.
Masyarakat
(Society)
adalah
sosial
yang
Bahasa simbolik dipertukarkan kepada
jejaring
sesama anggota, kode-kode tubuh juga
diciptakan,
dibangun untuk memberikan identitas
dikonstruksikan oleh tiap individu di
pada
Setiap
tengah masyarakat, dan tiap individu
anggota akan saling mengenali anggota
tersebut terlibat dalam perilaku yang
lainnya, dan memahami percakapan
mereka pilih secara aktif dan sukarela,
yang dilakukan serta makna dan
yang pada akhirnya mengantarkan
tujuannya.
yang
manusia dalam proses pengambilan
akan
peran di tengah masyarakatnya. Untuk
memperkaya simbol dan tanda milik
menciptakan hubungan sosial anak
komunitas.
koin di tengah masyarakat, anak koin
anggota
komunitas.
Setiap
dilakukan
oleh
interaksi anak
koin
Hal yang berbeda justru ada
hubungan
mempunyai
dibangun,
sebuah
dan
perilaku
atau
pada penilaian orang lain terhadap
tindakan yang mereka gunakan di
anak koin. Masyarakat umum akan
kalangan masyarakat, peran yang anak
melihat anak koin sebagai sebuah
koin gunakan di masyarakat hanya
fenomena yang lahir dari kemiskinan,
sebatas menjadi anak pengumpul koin
seperti
dan
di pelabuhan penyeberangan Merak.
pengamen, sehingga masyarakat akan
Masyarakat sekitar pelabuhan Merak
bereaksi dengan sikap yang sama
melihat Anak koin hanya sebatas anak
ketika mereka bertemu atau melihat
pengumpul koin yang berusaha untuk
pengemis dan pengamen dengan anak
memenuhi biaya kehidupan sehari-
koin. Anak koin sendiri melihat diri
hari, bagi keluarga inti Anak koin,
mereka berbeda dengan pengemis dan
kegiatan mencari uang di pelabuhan
pengamen ataupun komunitas lain.
adalah
Anak koin menanggap diri mereka
menyelam dan berenang tanpa bantuan
lebih terhormat, karena bekerja dengan
alat di pandang sebagai hal yang wajar.
mengunakan keahlian yang spesifik
Minimnya
yaitu menyelam dan berenang. Anak
keselamatan adalah salah satu faktor
koin telah menjelma menjadi sebuah
yang mendorong persepsi tersebut.
profesi dan identitas yang melekat
Perilaku anak koin dianggap sebagai
pada diri setiap anggota komunitas.
pengalaman
halnya
pengemis
hal
yang
kecenderungan
biasa,
termasuk
pengetahuan
anak-anak
akan
sehingga
keluarga
JURNAL RISET KOMUNIKASI
adalah 75
Anak Koin dan Kemiskinan Terstruktur
membiarkan anak mereka menjadi
daerah
Anak koin. Uang yang dihasilkan oleh
ketrampilan lain kepada Anak koin,
Anak
uang
hanya terjadi selintas waktu, dan Anak
keluarga, uang tersebut adalah uang
koin pun kembali kepada aktivitasnya
sang anak. Orangtua hanya menerima
semula,
uang tersebut apabila di berikan oleh
ketrampilan tersebut
sang anak. Tetapi berbeda dengan
berguna bagi dirinya. Berguna yang
Anak koin yang berusia diatas 30
dimaksud oleh Anak koin adalah
tahun.
“menghasilkan uang”.
koin
tidak
menjadi
Umumnya
menikah
dan
sehingga
mereka
memiliki
aktivitas
merupakan
telah
koin
dengan
pelatihan
anggapan
bahwa
tidak banyak
Masyarakat melihat Anak koin
keluarga,
Anak
memberikan
tidaklah berbeda dengan pengemis, keberadaannya membuat
pelabuhan
pekerjaan
untuk
nafkah
bagi
(fasilitas umum) menjadi tidak nyaman
keluarganya. Anak koin yang berusia
dan terkesan liar. Persepsi “kumuh”
dewasa telah memulai aktivitas sebagai
umumnya
Anak koin diusia yang relatif muda
ketidaknyamanan pada fasilitas umum
(seperti halnya anggota berusia muda
(termasuk
lainnya di dalam komunitas tersebut).
pelabuhan,
Informan Husni (30th) menyatakan
terminal, dan sebagainya), sehingga
bahwa ia menjadi tulang punggung
masyarakat cenderung mengabaikan
keluarga, aktivitas menyelam sebagai
keberadaan pengemis dan Anak koin,
Anak koin telah dilakukan sejak
dan mengganggapnya sebagai masalah
berusia remaja, sehingga saat ini, ia
sosial
merasa tidak memiliki keahlian apapun
Pemerintah Daerah. Fenomena Anak
selain
koin dengan kekhasannya tidak lantas
menghasilkan
keahlian
berenang
dan
menimbulkan
perasaan
didalamnya taman
kota,
adalah bandara,
yang harus ditangani
menyelam sebagai anak koin. Alasan
merubah
inilah yang memotivasi dirinya untuk
Anak koin membuat simbol untuk
tetap bekerja sebagai Anak koin.
memberi
identitas
dengan
komunitas
Menarik untuk dilihat lebih
persepsi
tersebut.
oleh
yang
Upaya
berbeda
lain,
tidak
masyarakat
untuk
jauh adalah, bahwa suatu kegiatan
mempengaruhi
yang telah dilakukan turun temurun,
menyadari perbedaan Anak koin dan
menjadi sebuah keahlian yang seakan
kelompok
pengemis
dan
tidak tergantikan. Upaya pemerintah
Persepsi
tersebut,
sesungguhnya
JURNAL RISET KOMUNIKASI
lainnya.
76
Anak Koin dan Kemiskinan Terstruktur
menjadi salah satu pemicu interaksi
tidak memiliki akses terhadap jaringan
Anak
penumpang
ekonomi dan finansial (bank, koperasi,
hanyalah berdasarkan makna “uang”
atau bantuan pemerintah), jaringan
yang dipertukarkan.
tenaga kerja, dan keahlian, yang
koin
dengan
Anak
koin
secara
politis
memungkinkan
mereka
untuk
termasuk kedalam kategori “miskin”,
memperoleh
pekerjaan sebagai Anak koin bukanlah
sehingga
pekerjaan yang secara legal tertera
kepada dimensi politis, bahwa karena
dalam struktur masyarakat, sehingga
tidak
Anak koin dianggap sebagai orang
produktivitas,
yang tidak bekerja dan tidak memiliki
dianggap
kemampuan
cukup
masuk kedalam kategori “miskin” oleh
untuk memenuhi kebutuhan hidup
pemerintah, dan seterusnya. Faktor
layak sesuai dengan target pemerintah.
kemiskinan dibuat oleh pemerintah,
Dengan demikian, maka Anak koin
dimasukkan
secara
masyarakat,
finansial
otomatis
yang
akan
dimasukkan
kesempatan
siklusnya
akan
memiliki
kembali
keahlian
dan
Anak
koin
maka
tidak
produksi,
bekerja,
sehingga
kedalam
struktur
bahkan
kedalam kelompok masyarakat yang
dipelihara
tidak berdaya atau tidak memiliki
memberi “peran” pada dunia ekonomi
kemampuan
dan
untuk
kebutuhan
dasaranya
kehidupan
yang
memenuhi
bawah
Indonesia,
begitupun yang terjadi dengan Anak
(miskin)
koin.
maka SIMPULAN DAN SARAN
sebagai masalah sosial yang sama
1. Anak
kelompok
sehingga
Dengan
pemerintah akan melihat Anak koin
dengan
untuk
masyarakat menjadi semakin miskin,
masuknya Anak koin kedalam struktur masyarakat
politik
pemerintah
target
dan
layak.
oleh
kemiskinan
pengemis,
koin
membentuk
dirinya
berdasarkan pengalamannya sebagai
gelandangan, PSK, dan pengamen,
anggota
yang harus diatasi dengan program
dengan anggota lain yang lebih tua
sosial melalui dinas-dinas terkait.
dan
Secara
ekonomis,
umumnya
komunitas,
pengalaman
interaksi
yang
dibagi
bersama antar anggota. Mind Anak
Anak koin tidak memiliki pendidikan
koin
terbentuk
ketika
yang cukup (sebagian besar putus
dilakukan secara kontinu tanpa
sekolah di tingkat Sekolah Dasar),
adanya
hambatan
interaksi
komunikasi.
JURNAL RISET KOMUNIKASI
77
Anak Koin dan Kemiskinan Terstruktur
Pengalaman Anak koin berinteraksi dengan penumpang kapal, bertukar simbol
dan
percakapan
untuk
meminta “uang” sebagai upah yang layak
diterima,
pemahaman
membentuk
bahwa
.
Society
terbentuk oleh mind dan self yang dibalut oleh opini masyarakat dan pemerintah.
Masyarakat
melihat
Anak koin tidak berbeda dengan kelompok
pengemis,
pengamen,
gelandangan dan PSK. Bagi Anak koin, keberadaan mereka bukanlah beban sosial, sebaliknya, menjadi “Anak koin” merupakan pekerjaan. 2. Anak
koin
kelompok
termasuk
kedalam
masyarakat
“miskin”
dengan ciri-ciri kemiskinan yang melekat. Faktor kemiskinan dibuat oleh
pemerintah,
dimasukkan
struktur
masyarakat,
kedalam
bahkan kemiskinan dipelihara oleh pemerintah untuk memberi “peran” pada dunia ekonomi dan politik Indonesia,
sehingga
masyarakat
menjadi semakin miskin, dan hal inilah yang terjadi dengan Anak koin.
JURNAL RISET KOMUNIKASI
78
Anak Koin dan Kemiskinan Terstruktur
DAFTAR PUSTAKA J.Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. J.Severin, Werner; W. Tarkard, James. 2011. Teori Komunikasi, Jakarta: Kencana. Mulyana, Deddy; Rakhmat Jalaluddin. 2006. Komunikasi Antarbudaya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sihabudin, Ahmad; Winangsih, Rahmi. 2012. Komunikasi Antarmanusia, Serang: Pustaka Getok Tular. Sobur,
Alex. 2009. Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
JURNAL RISET KOMUNIKASI
79