AKUNTABILITAS PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH (ZIS) Yosi Dian Endahwati (Universitas Brawijaya)
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam bagaimana Pengelola BAZ memaknai akuntabilitas dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS). Akuntabilitas dalam pengelolaan ZIS sangat diperlukan untuk mewujudkan kepercayaan pihak-pihak yang terkait, seperti muzakki, mustahiq, Pemerintah maupun masyarakat secara keseluruhan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus (case study). Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) informan, atara lain: informan kunci (key informant) atau tokoh formal dalam penelitian ini yaitu kesekretariatan/karyawan BAZ dan juga terdapat informan pendukung atau informal yaitu Komisi Pengawas, Badan Pelaksana dan Divisi-Divisi yang terkait dalam pengelolaan ZIS pada BAZ Kabupaten Lumajang. Hasil penelitian ini menemukan bahwa akuntabilitas pengelolaan ZIS pada BAZ Kabupaten Lumajang didasarkan pada akuntabilitas vertikal dan horizontal. Prinsip yang ditekankan dalam akuntabilitas vertikal adalah prinsip amanah. Sedangkan prinsip yang ditekankan dalam akuntabilitas horizontal adalah prinsip profesional dan transparan. Praktik akuntabilitas pengelolaan dana ZIS yang dilakukan oleh BAZ Kabupaten Lumajang merupakan sinergi dari akuntabilitas spiritual, akuntabilitas layanan, akuntabilitas program, dan akuntabilitas laporan. Kata kunci: Akuntabilitas, Amanah, Profesional, Transparan ABSTRACT This research’s objective is to understand in depth how BAZ interpret accountability in the management of zakat, infaq, and shadaqah (ZIS). Accountability in the management of (ZIS) is indispensable to realize the belief of the parties concerned, such as, mustahiq, muzakki Government as well as society as a whole. This study used a descriptive qualitative research method with case study approach (case study). In this study there are two (2) informants, among others: the key informants or formal leaders in this research that the secretarial / BAZ employee and there is also a supporter or an informal informant namely Supervisory Commission, Executive Agency and Division-Division involved in the management ZIS of the BAZ Lumajang.
1356
The results of this study found that the accountability of the management of ZIS on BAZ Lumajang based on vertical and horizontal accountability. The principle is emphasized in the vertical accountability is the principle of amanah. While the principle of horizontal accountability is emphasized in a professional and transparent principles. Practice management accountability ZIS conducted by BAZ Lumajang is a synergy of spiritual accountability, accountability of the service, accountability program, and accountability reports. Keywords: Accountability, Amanah, Professional, Transparent
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat
A. Latar Belakang Pada saat ini penyaluran zakat fitrah,
(Sucipto, 2011:1)
zakat mal ataupun infaq dan shadaqah telah
Adanya
badan
tersebut
fitrah tidak hanya dikumpulkan oleh amil
menggembirakan, karena pengumpulan dana
zakat untuk kemudian secara langsung
penghimpunan ZIS terus meningkat. Namun
disalurkan ke pihak penerima zakat, infaq,
disisi lain hal ini memunculkan tantangan
dan shadaqah (ZIS), namun dana ZIS yang
bagi pendayagunaan dana ZIS agar efektif
diterima
dan
untuk
pengembangan
berdampak
luas
suatu
di
hal
ZIS
terkoordinasi dengan baik. Penyaluran zakat
dikelola
merupakan
pengelola
yang
masyarakat.
ekonomi guna meningkatkan kualitas hidup
Peningkatan pengumpulan dana ZIS seperti
bagi penerima dana ZIS. Pengelolaan ZIS
yang diungkapkan dari hasil survei PIRAC
telah dilakukan oleh beberapa lembaga
yang melaporkan bahwa tingkat kesadaran
dalam keorganisasian Badan Amil Zakat
muzakki meningkat dari 49,8% di tahun
atau Lembaga Amil Zakat. Kedua-duanya
2004 menjadi 55% di tahun 2007. Hal ini
telah mendapat payung perlindungan dari
berarti dalam kurun waktu 3 tahun terjadi
pemerintah. Wujud perlindungan pemerintah
peningkatan
terhadap
ZIS
berzakat dalam masyarakat, jika 5,2% itu
tersebut adalah Undang-Undang RI Nomor
dikalikan dengan populasi muzakki di
38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat,
Indonesia, maka terdapat lebih dari 29 juta
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581
keluarga sejahtera yang akan menjadi warga
Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-
sadar zakat. Saat ini, diperkirakan hanya ada
undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
sekitar 12 – 13 juta muzakki
Pengelolaan Zakat, serta Keputusan Direktur
membayar zakat via LAZ, berarti masih ada
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
lebih dari separuh potensi zakat yang belum
kelembagaan
pengelola
Urusan Haji Nomor D/291 Tahun 2000
1357
sebesar
5,2%
kesadaran
yang
tergarap oleh LAZ (Karim dan Syarief,
saat ini sangat dirasakan manfaatnya oleh
2009:7).
masyarakat
Bagi pengelola ZIS, didirikannya
BAZ/LAZ
yang
sedang
berupaya
kesusahan.
sedemikian
rupa
Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil
membantu kesulitan masyarakat miskin
Zakat adalah untuk mengelola dana ZIS dari
dengan berbagai programnya. Tak terkecuali
muzakki,
dan
program pemberdayaan bagi orang miskin di
ekonomi melalui pendekatan community
jalanan. Beragam program dilaksanakan
development
dengan
sebagai
penguat
sosial
(Muhammad,
2006:5).
sumber
pendanaan
(Maksum
dan Andrianto, (2008) bahwa zakat (baik
memberikan yang terbaik bagi masyarakat
fitrah, mal, maupun yang lainnya) tidak
melalui program usaha produktif, terbukti
boleh disalurkan secara langsung dalam
mampu melapangkan beban masyarakat
bentuk uang tunai ataupun barang kebutuhan
akibat himpitan ekonomi. Hal itu takkan
pokok lainnya (misalnya beras). Dengan
mungkin terjadi tanpa adanya kebaikan dan
nilai nomimal yang tidak terlalu besar pasti
kesadaran hati para muzakki yang ditopang
menyebabkan penggunaan atas ZIS yang
oleh amil yang profesional, amanah, dan
diberikan kepada masyarakat miskin hanya
akuntabel.
dapat digunakan dalam jangka waktu yang
modern, amil memiliki posisi yang sangat
pendek.
penting dalam mengemas program-program
ini
sebenarnya
tidak
Dalam
pengelolaan
nilai
menghendaki
mustahiq (orang yang berhak menerima
manusia (walaupun
zakat) (Karim dan Syarief, 2009:4). Program
masalah kaya dan miskin telah menjadi
pemberdayaan zakat tidak hanya bermanfaat
takdir
dioptimalkan,
bagi mustahiq, tetapi juga bermanfaat bagi
sehingga kebebasan kesejahteraan yang
muzakki, karena selain dapat menyalurkan
setara dapat diakses sekaligus dinikmati oleh
zakat, infaq dan shadaqahnya, muzakki juga
setiap manusia. Pengelolaan zakat dengan
akan dapat mengikuti pembinaan agama
sistem administrasi dan tata usaha yang baik
yang dilakukan oleh BAZ ataupun LAZ,
juga ditujukan agar pengumpulan dana zakat
baik melalui pengajian rutin yang dilakukan
dan
oleh BAZ ataupun LAZ, maupun melalui
kesejahteraan umat
seseorang)
pasti
dapat
pendayagunaannya
bisa
media
2009:2).
donatur. Muzakki (orang atau badan yang Badan
Amil
Zakat
(BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ)
dimiliki
oleh
yang
orang
diberikan
bagi
dipertanggungjawabkan (Karim dan Syarief,
Keberadaan
majalah
berdayaguna
zakat
atau
agama
yang
untuk
dikehendaki oleh agama Islam, karena nilaimulia
produk
Semangat
zakat
Pernyataan tersebut didukung oleh Yustika
Kondisi
2009:7).
dari
Muslim
untuk
yang
bekewajiban menunaikan zakat) juga dapat
1358
melakukan konsultasi agama yang dimuat di
yang lebih atas pengelolaan zakat, infaq dan
majalah tersebut.
shadaqah (ZIS) oleh Badan Amil Zakat atau
Bagi muzakki, adanya Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat akan membantu menyalurkan zakat yang wajib dikeluarkan kepada mustahiq, dengan lebih mudah, tidak beresiko adanya kecelakaan saat
membagikan,
dana
zakat
yang
diserahkan juga akan lebih bermanfaat untuk mengentas kemiskinan yang ada. Berzakat dan berinfaq melalui Badan Amil Zakat atau Lembaga
Amil
Zakat
juga
dapat
menjauhkan muzakki dari riya’ terhadap mustahiq. Selain itu, mustahiq tidak merasa rendah dihadapan para muzakki (Harian Pelita,
2012:1).
Namun
sebagian
dari
muzakki (wajib zakat) masih meragukan keberadaan BAZ atau LAZ, dalam hal pendistribusian zakat kepada yang berhak, disamping
banyaknya
keinginan
dari
muzzaki untuk memberikan zakat secara langsung kepada yang berhak (Harian Pelita, 2012:1).
Hal
sebagian
ini
besar
menunjukkan
bahwa
muzakki
masih
menginginkan pengelolaan zakat yang lebih baik, yaitu bahwa pengelola zakat harus memiliki
profesionalisme,
transparansi
dalam pelaporan dan penyaluran yang tepat sasaran, dengan program-program yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Fenomena
di
atas
menunjukkan
bahwa muzakki membutuhkan kepercayaan
Lembaga Amil Zakat. Kepercayaan ini akan terjadi bila pihak pengelola ZIS mampu memberikan
akuntabilitas
publik
atas
pengelolaan ZIS tersebut. BAZ juga harus menunjukkan kinerjanya yang bagus dan membuktikan transparan
kejujuran dan
pengelolanya,
profesional,
sehingga
pemberi zakat percaya untuk menyalurkan zakatnya ke lembaga tersebut (Harian Pelita, 2012:1). Akuntabilitas merupakan suatu cara pertanggungjawaban
manajemen
atau
penerima amanah kepada pemberi amanah atas pengelolaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya baik secara vertikal maupun secara horizontal. Dalam definisi tradisional,
Akuntabilitas
adalah
istilah
umum untuk menjelaskan bahwa organisasi atau perusahaan sudah memenuhi misi yang mereka
emban
(Benveniste
(1991)
sebagaimana dikutip Arifiyadi, (2008:1)). Definisi lain menyebutkan akuntabilitas diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu
atau
dipercayakan untuk
penguasa
yang
mengelola sumber-
sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawabannya. Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan
1359
menyampaikannya secara transparan kepada
pemilik
masyarakat (Arifiyadi, 2008:1).
tetapi juga pihak lain yang turut memberikan
Akuntabilitas juga tersirat dalam AlQur’an
surat
Al
saja
andil, yaitu pekerja, konsumen, pemasok, dan akuntan (Adlan, 2010:3). Triyuwono
mewajibkan pencatatan dari setiap aktivitas
mencoba memasukkan partisipan lain yang
transaksi. Pencatatan transaksi ini akan
secara tidak langsung (indirect participant)
memberikan informasi dan akuntabilitas
untuk
(kekuatan untuk dipertanggungjawabkan)
distribusi
terhadap kondisi riil yang ada kepada publik
memasukkan unsur alam ke dalamnya
sebagai obyek, pihak yang juga punya hak
(Triyuwono, 2003: 84). Uraian tersebut
untuk mempertanyakannya (Adlan, 2010:1).
menunjukkan
syari’ah
282,
(stockholders)
yang
Akuntansi
Baqarah
perusahaan
memandang
memberikan nilai
akuntabilitas
kontribusi tambah
dan
bahwa dalam
sebagai juga
pemahaman
akuntansi
syari’ah
bahwa akuntabilitas yang dianggap sebagai
memiliki bentuk pertanggungjawaban yang
suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
lebih kompleks, karena pengelola suatu
satu
yang
organisasi atau perusahaan tidak hanya
menjadikan perbedaan besar dengan tujuan
bertanggung jawab kepada stockholders,
dasar akuntansi konvensional. Akuntansi
tetapi juga bertanggung jawab kepada pihak
syari’ah melihat bahwa akuntansi bisa
lain yang turut berkepentingan dengan
benar-benar
perusahaan,
sama
lainnya.
Hal
berfungsi
inilah
sebagai
alat
bertanggung
jawab
secara
"penghubung" antara stockholders, entity
sosial, bertanggung jawab kepada Alam dan
dan publik dengan tetap berpegangan pada
Tuhan.
nilai-nilai akuntansi dan ibadah syari'ah.
Akuntabilitas
dalam
kerangka
Kondisi ini menunjukkan bahwa akuntansi
hubungan
keagenan
syari’ah memberikan informasi akuntansi
(principal)
dengan
sesuai dengan kondisi riil, tanpa ada
seringkali
mengalami
rekayasa dari semua pihak, sebagai bentuk
perilaku oportunis dari salah satu pihak
ibadah kepada Allah, sehingga akan tercipta
(agen) yang merupakan wujud dari sifat
hubungan yang baik antara stockholders,
egoistic, materialistic, dan utilitarian. Agen
para akuntan, dan hubungan sosial antar
sebagian
manusia yang lebih baik. Hal ini karena
oportunis,
akuntansi
bahwa
kepentingan pribadinya, yaitu bertindak
organisasi ini sebagai enterprise theory,
untuk kepentingan kesejahteraan pribadinya,
dimana
bukan untuk kepentingan kesejahteraan
syari’ah
memandang
keberlangsungan
hidup
sebuah
organisasi tidak hanya ditentukan oleh
principal.
1360
manusia
antara
pemilik
manajemen
(agen)
ketidakharmonisan
memiliki
cenderung
Disinilah
perilaku
mementingkan
peranan
akuntansi
diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban
Tazkiyah merupakan cara yang disodorkan
(akuntabilitas)
Islam
agen
kepada
principal
(Amerieska, 2009:1).
mengurangi
sifat
dasar
anthropocentrism manusia dan masyarakat,
Akuntansi
sebagai
pertanggungjawaban
untuk
alat
diharapkan
dapat
melalui penyucian diri terus menerus dengan penuh
ketundukan
kepada
Tuhannya
menjadi alat kendali atas aktivitas setiap unit
(Mulawarman, 2011:13). Adanya proses
usaha. Tanggung jawab manajemen tidak
tazkiyah
hanya sebatas mengelola sumber daya yang
ketaqwaan, sehingga menjadikan manusia
ada dalam perusahaan, melainkan juga
akan tunduk dan patuh dalam menjalankan
memperhatikan dampak atas operasional
amanah sesuai aturan Allah.
akan
dapat
mewujudkan
perusahaan terhadap lingkungan sosial dan alam. Akuntansi dalam hal ini bukan hanya
B. Penelitian Terdahulu
dipahami sebagai alat pertanggungjawaban
Penelitian
terdahulu
berikut
ini
atas sumber daya yang digunakan secara
menggambarkan bahwa akuntabilitas dalam
finansial, akan tetapi melihat akuntansi
organisasi Lazis terdiri dari tiga lapisan
sebagai alat pertanggungjawaban horizontal
yaitu fisik, mental dan spiritual. Sebut saja
ditujukan pada masyarakat, pemerintah dan
penelitian yang dilakukan Triyuwono dan
lingkungan
sedangkan
Roekhuddin (2000) mengenai pemahaman
pertanggungjawaban vertikal adalah tertuju
akuntabilitas manajemen sebuah Lembaga
pada Tuhan selaku pemberi amanah. Hal ini
Amil Zakat, Infaq, Shadaqah (Lazis) di
sejalan
Triyuwono
Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan
(2006:334) bahwa akuntansi bukan saja
bahwa akuntabilitas dalam organisasi Lazis
sebagai bentuk akuntabilitas manajemen
terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan fisik,
kepada
mental dan spiritual. Pada tingkatan pertama
alam,
dengan
pemilik,
pernyataan
melainkan
juga
pada
stakeholders dan Tuhan. Akuntabilitas
akuntabilitas
Lazis
adalah
konteks
kepada muzakki (orang atau badan yang
akuntansi syari’ah tidak hanya dilakukan
berhak membayar zakat), munfiq (orang
untuk menjalankan amanah Tuhan, tetapi
yang mengeluarkan infaq), dan mushaddiq
juga
dengan
(pengirim atau pengumpul zakat/shodaqoh).
melakukan tazkiyah (penyucian diri manusia
Media yang dipergunakan adalah laporan
secara terus menerus). Tazkiyah merupakan
keuangan. Pada tingkatan yang kedua
proses dinamis untuk mendorong individu
akuntabilitas
dan masyarakat tumbuh melalui penyucian
kepada Dewan Penasehat. Media yang
terus-menerus
dipergunakan adalah laporan kepada Dewan
harus
dalam
manajemen
disempurnakan
(Mulawarman,
2011:102).
1361
manajemen
Lazis
adalah
Penasehat.
Pada
tingkatan
ketiga
merupakan perwujudan dari akuntabilitas
akuntabilitas
manajemen
adalah
struktur sebagai tubuh manajemen BMH,
kepada Tuhan. Bentuk akuntabilitas pada
sementara akuntabilitas layanan sebagai
tingkatan
ini
karena
akhlak BMH kepada donatur/muzakki, dan
dilakukan
dengan
dimensi
akuntabilitas program sebagai kreatifitas
spiritual manajemen, yaitu sifat iksan dan
BMH dalam menyalurkan dana kepada
taqwa.
mustahik. Hasil analisis Syari’ah Enterprise
sangat
abstrak,
melibatkan
Penelitian bertujuan
Lazis
untuk
Amerieska
(2009)
Theory pada akuntabilitas BMH Cabang
memahami
praktik
Malang mengerucutkan bahwa BMH masih
akuntabilitas BMT dalam dimensi hubungan
memfokuskan
manusia
habbluminannas yang tidak lepas dari aspek
dengan
(habluminnannas), alam
hubungan
(habluminalalaqa)
dan
akuntabilitasnya
pada
habbluminallah. Pada aspek habbluminallah
hubungan dengan Allah (Habluminallah).
mewujudkan
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pengabdian (keimanan), nilai keikhlasan dan
dalam BMT (Baitul Maal Wat Tamwil)
nilai ikhsan (kesadaran transendental). Pada
ternyata
aspek
masih
terdapat
superioritas
holi
spirit
habbluminannas
yaitu
terwujud
nilai
nilai
akuntabilitas yang berpusat pada manusia,
amanah, nilai profesional, nilai transparansi,
karena tingkatan akuntabilitas yang pertama
nilai empati, nilai pendidikan, nilai dakwah,
ditujukan pada dewan pengawas. Tingkatan
nilai ekonomi, dan nilai sosial. pada aspek
kedua, akuntabilitas manajemen diarahkan
habbluminallaq,
pada rapat anggota tahunan. Sedangkan pada
mewujudkan
tingkatan tiga, akuntabilitas manajemen
pemeliharaan alam.
berupa pertanggungjawaban kepada Tuhan. Puspitasari penelitian
(2011)
untuk
nilai
akuntabilitas
pemanfaatan
dan
Penelitian pada Badan Amil Zakat
melakukan
juga dilakukan oleh Singandaru (2011)
praktik
dengan tujuan penelitian untuk mengetahui
Akuntabilitas BMH Cabang Malang dengan
efektivitas BAZ Kota Mataram dalam
Syari’ah
mengelola dana ZIS, mengetahui faktor-
Enterprise Theory melalui metode penelitian
faktor apa saja yang menghambat efektivitas
fenomenologi.
penelitian
ZIS dalam mengelola dana ZIS. Hasil
bahwa pemahaman praktik
penelitian menunjukkan bahwa: (1) BAZ
menggunakan
menunjukkan
memahami
praktik
pendekatan
Hasil
akuntabilitas di BMH merupakan sinergi
Kota
atas akuntabilitas struktur, akuntabilitas
mengelola dana ZIS di Kota Mataram dapat
layanan, dan akuntabilitas program. Praktik
dilihat dari bagaimana mereka menggunakan
akuntabilitas
segala sumber daya yang mereka miliki
BMH
Cabang
Malang
1362
Mataram
telah
efektiv
dalam
untuk menjadi tujuan dan fungsi mereka
dan sebagainya. Sedangkan akuntabilitas
secara umum; (2) dalam mengelola ZIS
dalam konteks organisasi sosial keagamaan
masih ditemui hambatan, yaitu tdak validnya
menekankan pada aspek fisik, mental dan
data, rendahnya kepercayaan muzakki dan
juga spiritual (Amerieska, 2009:3).
masyarakat
umum,
tidak
aplikatifnya
Berdasarkan
penelitian
Undang-Undang, tidak adanya Peraturan
dapat
Daerah, kurangnya sarana prasarana, tidak
akuntabilitas
adanya gaji resmi dan rendahnya insentif
akuntansi merupakan bagian dari pelaporan
bagi pengurus.
akuntansi,
Penelitian
jika
pemahaman
dikaitkan
dengan
sebagai
bentuk
pertanggungjawaban kepada pihak yang
dilakukan
terkait. Jika ditinjau dari teori keagenan,
dengan konteks yang berbeda, seperti pada
maka akuntabilitas melibatkan hubungan
organisasi bisnis, pemerintahan, organisasi
antara agen dan principal, untuk mengurangi
sosial keagamaan baik yang bernuansa
permasalahan
Kristen maupun yang bernuansa Islam.
kepentingan dari agen dan pihak-pihak yang
Beberapa penelitian yang berfokus pada
terkait. Sayangnya tinjauan akuntabilitas
akuntabilitas
hanya
sudah
yang
berfokus
bahwa
pada
akuntabilitas
yang
dikatakan
terdahulu
banyak
bernuansa
Islam,
yang
sebatas
tatanan
misalnya dilakukan oleh Triyuwono dan
menjadikan
Roekhudin (2000), Baroya (2005), Heryani
laporan keuangan.
(2005), Riyadi (2006), Mahmudah (2007),
terkait
akuntabilitas
Selain
itu
dengan
fisik, dalam
yang bentuk
juga
didapatkan
pemahaman
mengenai
Prayitno (2008), Amerieska (2009) Ma’sum
pengkayaan
(2009). Praktik akuntabilitas dalam konteks
akuntabilitas dalam konteks organisasi sosial
organisasi bisnis dan pemerintahan lebih
keagamaan,
menekankan
hubungan
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan
manusia dengan manusia sehingga sifat
bahwa akuntabilitas yang dijalankan hanya
akuntabilitas manajemen lebih menekankan
menonjolkan sifat fisik yang menggunakan
pada aspek fisik dan mengabaikan aspek
media laporan keuangan sebagai bentuk
mental. Aspek fisik tampak dalam laporan
pertanggungjawaban, dan aspek mental yang
keuangan dan analisis kinerja keuangan.
terlihat dalam organisasi keagamaan, namun
Aspek ini lebih besar pengungkapannya
dalam penelitian tersebut belum nampak
dibandingkan aspek mental. Aspek mental
akuntabilitas yang memprioritaskan aspek
tampak pada upaya melakukan akuntabilitas
spiritual, yang memang bersifat abstrak.
pada karyawan, pemilik dan investor dalam
Oleh
pada
dimensi
bentuk program-program sosial, kesehatan, 1363
maupun
karenanya
dalam
pemerintahan.
penelitian
ini
berusaha
mengungkapkan
akuntabilitas
memaknai akuntabilitas pengelolaan zakat,
dalam pandangan akuntansi syari’ah.
infaq, dan shadaqah (ZIS) ?
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
latar
belakang
dan
Tujuan
yang
dicapai
dalam
fokus penelitian, maka dapat diketahui
penelitian ini adalah memahami secara
bahwa Badan Amil Zakat (BAZ) atau
mendalam
Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai pihak
memaknai akuntabilitas dalam pengelolaan
pengelola
zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS).
dana
membangun
ZIS
dan
harus
mampu
meningkatkan
sebagaimana
terhadap
yang
muzakki,
diperintahkan
Allah
dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 282.
Penelitian ini memberikan kontribusi atau manfaat kepada beberapa pihak yang terkait. a.
Kontribusi Teoritis
Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga
Penelitian
Amil
memberikan
Zakat
(LAZ)
membuktikan
harus
kejujuran
BAZ
E. Kontribusi Penelitian
berhubungan dengan akuntabilitas pelaporan diberikan
Pengelola
trust
(kepercayaan) masyarakat, terutama yang
yang
bagaimana
mampu
ini
diharapkan gambaran
dapat
mengenai
pengelolanya,
konsep akuntabilitas pengelolaan ZIS,
transparan dan profesional. Meskipun secara
yang tidak hanya terbatas pada konsep
syari’at
menunaikan
akuntabilitas yang material, tetapi juga
zakatnya dianggap sudah terputus dari
konsep akuntabilitas yang bersifat non
kewajiban sebagai muslim, namun itu belum
material.
ketika
muzakki
selesai dalam konteks pengelolaan zakat. Kondisi
saat
akuntabilitas infaq,
dan
pelaporan
ini dalam
shadaqah yang
b.
Kontribusi Praktis
menuntut
adanya
1) Bagi praktisi hasil penelitian ini
pengelolaan
zakat,
diharapkan dapat menjadi bahan
(ZIS)
akurat
diperlukan dan
masukan
bisa
terhadap
akuntabilitas,
menerapkan
dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu
mengembangkan
kajian secara mendalam diperlukan untuk
akuntabilitas
mengungkap akuntabilitas pengelolaan ZIS
pengelolaan dana ZIS;
pada BAZ. Berpijak pada fakta tersebut
terutama
pada
2) Bagi pihak yang berwenang, hasil penelitian
ini
adalah
masukan
untuk
Pengelola
dan
konsep
maka rumusan masalah dalam penelitian ini Bagaimana
makna
BAZ
kemampuan
1364
dapat
dan
menjadi
meningkatkan pemahaman
akuntabilitas
dalam
pengelolaan
Pilihan
ZIS;
pribadi
peneliti
adalah
legitimasi dan alasan yang tepat
3) Penelitian
ini
dapat
digunakan
untuk menentukan suatu pilihan
sebagai referensi bagi penelitian
(Lincoln dan Guba, 1997).
selanjutnya.
Untuk
Hasil penelitian ini dapat menjadi
penelitian
masukan dan umpan balik dalam
penelitiannya
memaknai
(pengelola zakat/amil zakat), maka
akuntabilitas
bagi
mengakomodir yang
tujuan
fokus
utama
adalah
manusia
pembuat kebijakan dalam rangka
penelitian
ini
menggunakan
mengembangkan
pendekatan
studi
kasus
dan
(case
menyempurnakan
konsep
study). Alasan digunakannya studi
akuntabilitas
bingkai
kasus dalam penelitian ini karena
dalam
penelitian ini ingin mengetahui
dalam
syari’sh,
khususnya
kaitannya dengan pengelolaan dana
bagaimana
ZIS.
memaknai
Pengelola
BAZ
akuntabilitas dalam
pengelolaan
zakat.
Makna
akuntabilitas
diperoleh
dari
penjelasan masing-masing individu secara diskripsi yang terinci serta F. METODE
PENELITIAN
PROSEDUR
KERJA
proses yang diamati.
:
UNTUK
b. Teknis Analisis Data Dengan
MENCARI KEBENARAN a.
Menapaki
Metoda
Pendekatan Deskriptif Kualitatif Teknik
Penelitian
analisis
data
yang
Kualitatif
digunakan dalam penelitian ini
Penelitian kualitatif dirasa tepat
adalah
digunakan dalam studi ini karena
Milles & Huberman yaitu metode
yang menjadi sorotan adalah BAZ
analisis
sebagai
pengelola
zakat
(amil
(interactive model).
zakat).
Perilaku,
pola
pikir,
Hubermen
(1992:
20),
preferensi dan praktik pengelolaan
mengemukakan
bahwa
aktivitas
zakat oleh BAZ dapat dipahami
dalam
data
kualitatif
lebih
lainnya
dilakukan secara interaktif dan
menggunakan pendekatan kualitatif
berlangsung secara terus menerus
adalah pilihan diri pribadi peneliti.
sampai tuntas, sehingga datanya
baik.
Alasan
1365
mengacu
data
analisis
pada
model
konsep
interaktif Miles dan
jenuh.
Ukuran
kejenuhan
data
memiliki pengalaman berinteraksi
ditandai dengan tidak diperolehnya
dengan
lagi data atau informasi baru.
(Pemerintah/DPRD, muzakki, dan
Dalam hal ini, Miles dan Hubermen
mustahiq). Maka dari itu, dalam
mengklasifikasikan
data
penelitian ini peneliti mencoba
dalam tiga langkah, yaitu: reduksi
menentukan informan kunci (key
data (data reduction), penyajian
informant) atau tokoh formal yaitu
data (data display) serta Penarikan
kesekretariatan/karyawan
kesimpulan
dan
verifikasi
Selain itu data juga diperoleh dari
(conclusion
drawing
/
informan pendukung atau informal
analisis
verification). c.
Unit
stakeholders
BAZ.
yaitu Komisi Pengawas, Badan
analisis
dan
Pelaksana dan Divisi-Divisi yang
Penentuan
Informan
terkait dalam pengelolaan zakat
Unit analisis dalam penelitian ini
pada BAZ Kabupaten Lumajang.
berkaitan langsung dengan masalah
d. Sumber Data Penelitian
yang akan diteliti yaitu bagaimana
Sumber
pengelola
digunakan dalam penelitian ini
BAZ
akuntabilitas
memaknai
pengelolaan
zakat,
data
terutama
penelitian
berasal
dari
yang
internal
infaq, dan shadaqah (ZIS). Makna
perusahaan, yang dapat dibedakan
tersebut akan dijadikan sebagai
menjadi data primer dan data
dasar
sekunder.
untuk
menganalisis
Sedangkan
untuk
permasalahan yang dikemukakan.
pengambilan data dilakukan dengan
Makna tersebut juga merupakan
bantuan
bentuk
observasi mendalam oleh peneliti.
pemahaman
mendalam
mengenai bagaimana pihak BAZ memiliki
pengalaman
e.
dalam
catatan
Siasat
lapangan
Mengumpulkan
dan
Data
Empiris
memaknai suatu fenomena yang
Sama halnya dengan penelitian
ingin diungkap peneliti yaitu makna
kualitatif lainnya, metode studi
akuntabilitas pengelolaan zakat.
kasus juga memiliki sejumlah siasat
Informan yang dituju untuk proses
untuk mendapatkan data. Namun
pengambilan data adalah pihak
secara umum sumber data diperoleh
BAZ
dari
yang
secara
langsung
berhubungan
dengan
pengambilan
keputusan
proses
participant
wawancara
dan
dokumen.
1366
serta
observation, beberapa
file
f.
Meniti Keabsahan Data dalam
perspektif
Ketekunan
kepada stakeholders BAZ lainnya yaitu
Keabsahan data merupakan konsep
muzakki dan mustahiq.
yang
b. Sketsa
sangat
memperoleh
penting derajat
untuk
keabsahan
eksteral
Makna
ditujukan
Akuntabilitas
Pengelolaan ZIS
yang tinggi. Teknik pemeriksaan
Sketsa akuntabilitas BAZ Kabupaten
keabsahan data pada penelitian
Lumajang dalam mengelola zakat, infaq,
dilakukan atas dua kriteria, yaitu:
dan shadaqah (ZIS) didasarkan pada 2 (dua)
pertama,
hubungan yaitu hubungan yang bersifat
melalui
pengamatan individu
atas
dan
ketekunan perilaku
organisasi
dari yang
vertikal
dan
hubungan
horizontal.
yang
Hubungan
bersifat vertikal
tergambar dalam aktivitas yang
menumbuhkan nilai amanah, sementara
dilakukan.
hubungan horizontal menumbuhkan nilai
Selain
ketekunan dilakukan kinerja
itu
pula,
pengamatan
ini
untuk hasil
menemukan yang
profesional amanah
dan
transparan.
tersebut
Dari
akan
nilai
terbentuk
dapat
akuntabilitas spiritual, yaitu akuntabilitas
ditunjukkan melalui pengamatan
yang menggambarkan aspek keagamaan
terhadap dokumentasi berupa arsip-
yang
arsip tertulis baik berisi informasi
mewujudkan
materi maupun berisi pesan dan
Akuntabilitas spritual terwujud dalam wisata
informasi umum.
hati, ketaqwaan, dan tazkiyah.
dirasakan
Nilai akuntabilitas
G. Hasil Penelitian a.
organisasi
Fakta
Akuntabilitas
Pengelolaan
Akuntabilitas
pengelolaan
zakat
nilai
untuk
pertanggungjawaban.
profesional layanan
dan
mewujudkan akuntabilitas
program. Akuntabilitas layanan merupakan fenomena
Zakat Pada BAZ
seseorang
yang
memberi
gambaran
hubungan BAZ dengan para donaturnya
BAZ Kabupaten Lumajang dapat dilihat dari
(muzakki/munfiq).
perspektif internal dan eksternal organisasi
muzakki/munfiq mempunyai arti penting
sebagai pelaksana pengelolaan ZIS. Dalam
bagi keberlangsungan organisasi. Sedangkan
perspektif internal organisasi, akuntabilitas
akuntabilitas program merupakan fenomena
ditujukan kepada karyawan dan pemerintah
pertanggungjawaban BAZ kepada mustahiq
daerah
sebagai
dalam bentuk program dakwah, sosial,
bentuk
pendidikan,
dan
dalam
akuntabilitas
layanan
(Bupati
dan
DPRD)
stakeholders
BAZ.
Sedangkan
akuntabilitas
pengelolaan
ZIS
1367
Bagi
ekonomi. adalah
BAZ
Bentuk dengan
pengumpulan dana ZIS melalalui layanan
amanah
jemput zakat muzakki, silaturahim karyawan
memilikinya adalah suatu kewajiban. Pada
BAZ kepada muzakki setiap 2 (dua) bulan
prinsipnya,
sekali untuk memberikan majalah dan
pertanggungjawaban
memberikan informasi mengenai program-
sebagai
program
menggunakan dengan cara dan tujuan yang
BAZ
muzakki.
yang
belum
Akuntabilitas
diketahui
layanan
juga
kepada
orang
amanah
Sang
yang
berhak
merupakan kepada
Pemberi
bentuk
Allah
amanah
Swt untuk
ditetapkan. Dalam pengelolaan dana ZIS,
terwujud dalam pemberian layanan sesuai
amanah
undang-undang yang berlaku. Akuntabilitas
pertanggungjawaban
program
pembuatan
untuk menghimpun dan mengelola dana ZIS
program distribusi dana ZIS yang efektiv
sesuai dengan syari’ah Islam yaitu Al-
dan efisien untuk meningkatkan taraf hidup
Qur’an dan Al-Hadist.
terwujud
dalam
mustahiq.
merupakan kepada
bentuk Allah
Swt
Pertanggungjawaban kepada Tuhan
Dari nilai transparan mewujudkan
berkaitan dengan sifat amanah. Amanah
akuntabilitas laporan. Akuntabilitas laporan
merupakan perilaku yang wajib dimiliki
merupakan
oleh insan kehidupan. Perilaku ini juga
secara
bentuk
tertulis,
pertanggungjawaban
baik
pelaporan
merupakan pengajaran tertinggi didalam
program kerja maupun pelaporan keuangan
Islam. Amanah dalam konteks praktek
BAZ yang diberikan secara periodik kepada
akuntansi,
diinterpretasikan
muzakki dan pemerintah. Akuntabilitas ini
akuntabilitas,
dalam
pada
orang-orang yang memegang amanah harus
dasarnya
dalam
untuk
meningkatkan
pengertian
bertanggung
dan pemerintah.
saham, pelaksana, masyarakat, dan Tuhan.
Bingkai
Amanah
Nilai
Dalam
amanah kepada
kepada
bahwa
transparanasi kegiatan BAZ kepada donatur
c.
jawab
sebagai
akan
pemegang
memberikan
Akuntabilitas Spiritual Pengelolaan
motivasi
karyawan
untuk
ZIS
menjalankan dengan sebaik-baiknya sesuai
Amanah adalah menyampaikan hak
dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist karena
saja
tidak
mereka merasa yakin bahwa segala sesuatu
mengambil sesuatu melebihi haknya dan
akan dipertanggungjawabkan kepada Allah
tidak mengurangi hak orang lain, baik
SWT. Nilai amanah bagi muzakki akan
berupa harga maupun jasa. Dengan kata lain,
dapat
Amanah merupakan hak bagi mukallaf yang
sebagian harta yang dimiliki adalah hak
berkaitan dengan hak orang lain untuk
orang
menunaikannya
meningkatkan kesenangan dan keikhlasan
apa
kepada
pemiliknya,
karena
menyampaikan
1368
menumbuhkan
lain
kesadaran
(fakir/miskin)
bahwa
sehingga
bagi muzakki untuk saling berbagi dengan
menciptakan akuntabilitas layanan BAZ
sesama. Nilai amanah bagi mustahiq akan
terhadap muzakki. Akuntabilitas layanan
memotivasi mustahiq untuk mengelola dan
merupakan
memanfaatkan dana ZIS yang diterima
BAZ terhadap muzakki sebagai sumber
untuk mewujudkan harapan dari muzakki.
donasi melalui pemberian layanan yang
Uraian
prima. Layanan prima merupakan bentuk
tersebut
menunjukkan
bahwa
bentuk
amanah mampu meningkatkan hubungan
layanan
habluminallah
menyalurkan dana ZIS melalui program-
dan
habluminannas.
Hubungan ini akan menjadikan manusia
yang
pertanggungjawaban
memudahkan
muzakki
program amal yang efektif dan terpercaya.
memiliki nilai spiritual yang lebih tinggi.
Pentingnya
akuntabilitas
layanan
Selain nilai amanah, akuntabilitas
kepada donatur adalah: (1) meningkatkan
spiritual juga merefleksikan nilai profesional
kepuasan donatur sehingga donatur dapat
dan nilai transparan. Nilai profesional
loyal dan mengajak orang lain untuk
tampak dalam kepribadian karyawan yang
berdonasi pada badan amil zakat tersebut;
memiliki sifat konsisten, percaya diri, dan
(2) berusaha memberikan pelayanan sesuai
tidak mudah menyerah dalam menjalankan
dengan
tugas pengelolaan ZIS yang merupakan
muzakki merasa puas; (3) faktor pelayanan
amanah
transparan
merupakan salah satu dasar pertimbangan
tampak dalam sifat jujur dan dapat dipercaya
muzakki dalam memilih lembaga amil zakat
ketika mengemban tugas amanah dalam
seiring dengan semakin banyaknya lembaga
mengumpulkan dana ZIS dari muzakki dan
amil zakat yang ada di masyarakat.
Allah
SWT.
Nilai
mendistribusikannya kepada musthiq.. Pengukuran
harapan
donatur/muzakki
agar
Adapun bentuk akuntabilitas layanan
keberhasilan
yang telah dilakukan BAZ terhadap muzakki
akuntabilitas spiritual dapat dilihat dengan
adalah memberikan layanan jemput zakat,
peningkatan ketaqwaan seseorang. Namun
memberikan majalah BAZ setiap 2 (dua)
nilai ini bersifat abstrak dan hanya Allah
bulan sekali, serta adanya silaturahim yang
Swt yang bisa menyatakan bahwa seseorang
dilakukan oleh BAZ kepada muzakki setiap
itu lebih bertaqwa dari orang lain.
2 (dua) bulan sekali. Bentuk akuntabilitas
d. Menggali
Akuntabilitas
Layanan
layanan yang diberikan muzakki tersebut masih dirasakan kurang karena tidak adanya
Muzakki BAZ sebagai organisasi pengelolaan
layanan yang bersifat bersifat imbal balik
zakat akan berhubungan dengan muzakki
bagi
dalam pengumpulan dana ZIS. Hubungan
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
BAZ
muzakki seperti adanya pengajian rutin bagi
dengan
muzakki
tersebur
akan
1369
muzakki
dalam
kaitannya
untuk
muzakki,
konsultasi
dibutuhkan
keagamaan
bagi
yang
muzakki
dalam
dakwah, ekonomi produktif, dan kerja sama dengan UPZ.
menyelesaikan permasalahan-permasalahan
Akuntabilitas
program
kehidupan. Majalah BAZ tidak digunakan
dilaksanakan
secara maksimal untuk menjalin komunikasi
Lumajang
antara muzakki dengan pihak BAZ. Sebagai
membuat
contohnya tidak adanya forum konsultasi
berkompeten sesuai dengan sasaran, yaitu
keagamaan.
memperhatikan kebutuhan kaum dhuafa
Akuntabilitas
menghasilkan
nilai
profesionalisme. layanan
utama
Namun
juga
layanan yaitu
akuntabilitas
mengandung
yang
oleh
BAZ
yang
diwujudkan
Kabupaten
dengan
cara
program-program
termasuk
dalam
yang
8
Ashnaf.
Akuntabilitas program juga diwujudkan
nilai
dengan memberikan persyaratan-persyaratan
dan
tertentu dalam menentukan mustahiq yang
profesionalisme yang transparan. Artinya
akan mendapatkan bantuan dana ZIS. Selain
dalam melakukan layanan kepada muzakki,
itu BAZ juga melakukan pengawasan
BAZ
sebagai
terhadap distribusi program modal bergulir
pengelola dana ZIS telah bersifat prifesional
dalam masa 4 sampai 6 bulan. Adanya
dengan
akuntabilitas program tersebut akan dapat
profesionalisme
yang
Kabupaten
dilandasi
amanah
Lumajang
sifat
amanah
dan
transparan. e.
meningkatkan kepercayaan muzakki dalam
Mengurai
Akuntabilitas
Program
menggunakan BAZ untuk menyalurkan dana ZIS nya. Disamping itu juga meningkatkan
Bagi Mustahiq Akuntabilitas program pada dasarnya
kepercayaan dari pihak mustahiq bahwa
merupakan fenomena pertanggungjawaban
BAZ dalam menyalurkan dana ZIS nya
BAZ
benar-benar tepat sasaran dan bersifat adil.
kepada
program
sosial
pendidikan, dengan
mustahiq
dakwah,
ekonomi,
UPZ.
dalam
dan
bentuk
kesehatan, kerja
Akuntabilitas
sama
program
Akuntabilitas program menghasilkan nilai
utama
yaitu
profesional.
Namun
akuntabilitas program juga mewujudkan
terfokus pada divisi pendayagunaan dan
nilai
distribusi, karena divisi inilah yang bertugas
transparan. Nilai amanah dan transparan
menyalurkan dana ZIS kepada mustahiq.
tersebut
Bentuk program penyaluran dana ZIS yang
profesional
dilakukan
dikelompokkan
meningkatnya kepercayaan muzakki dan
menjadi 6 program, meliputi santunan untuk
mustahiq terhadap program-program yang
8 ashnaf, pendidikan, kesehatan, sosial
dilaksanakan
oleh
BAZ
profesional
akan
yang
amanah
dapat
program
oleh
meningkatkan seiring
BAZ
dengan
Kabupaten
Lumajang sebagai pengelola dana ZIS.
1370
dan
f.
Perwujudan Akuntabilitas Laporan
teratas dibandingnkan dengan BAZ lainnya
Pengelolaan ZIS
di Jawa Timur.
Akuntabilitas
laporan
diartikan
Akuntabilitas
laporan
juga
sebagai bentuk pertanggungjawaban BAZ
mewujudkan nilai transparan yang bersifat
sebagai pihak penghimpun dan pengelola
amanah
dana ZIS kepada pihak-pihak stakeholders
laporan yang bersifat transparan merupakan
BAZ dalam bentuk laporan keuangan,
amanah Allah SWT yang tertuang dalam Al-
maupun laporan program/kegiatan. Pihak-
Qur’an
pihak
stakeholders
sehingga prinsip ini harus benar-benar
adalah
Dewan
yang
dimaksudkan
Pengurus
dan
profesional.
Surah
Pembentukan
Al-Baqarah
ayat
282,
(Dewan
dilaksanakan oleh pengelola dana ZIS untuk
Pertimbangan, Dewan Pelaksana, Dewan
mewujudkan akuntabilitas laporan. Laporan
Pengawas, Divisi-Divisi), Muzakki sebagai
yang
sumber dana, Pemerintah sebagai pihak
meningkatkan
pengawas baik yang bersifat eksekutif
yang terkait khususnya muzakki bahwa
maupun legislatif.
BAZ Kabupaten Lumajang melaksanakan
Dalam akuntabilitas laporan, prinsip
bersifat
transparan
juga
kepercayaan
akan
pihak-pihak
pengelolaan ZIS secara profesional.
utama yang digunakan oleh BAZ adalah prinsip transparansi dan kejujuran. Dengan
H. Kesimpulan
prinsip ini BAZ berupaya memberikan
Akuntabilitas pengelolaan dana ZIS
informasi laporan kegiatan maupun laporan
yang dilakukan dalam BAZ Kabupaten
pengumpulan dan pendistribusian dana ZIS
Lumajang didasarkan pada akuntabilitas
secara jelas, jujur dan dapat dipercaya.
vertikal dan horizontal. Akuntabilitas yang
Sebagai organisasi yang dijalankan oleh
bersifat vertikal merupakan akuntabilitas
manusia, BAZ tak luput dengan kesalahan.
yang berhubungan dengan habluminallah.
Oleh karenanya dalam setiap pemberian
Sedangkan
laporan keuangan, BAZ juga meminta
horizontal menggambarkan hubungan yang
konfirmasi dan verifikasi dari muzakki atau
bersifat
UPZ jika kesalahan pelaporan. Adanya
ditekankan
prinsip
semakin
adalah prinsip amanah. Sedangkan prinsip
Kabupaten
yang ditekankan dalam akuntabilitas yang
ini
dipercaya
menjadikan oleh
BAZ
masyarakat
akuntabilitas
habluminannas. dalam
yang
Prinsip
yang
akuntabilitas vertikal
Lumajang yang ditunjukkan dengan kinerja
bersifat
atau prestasi BAZ yang semakin meningkat
profesionalisme dan transparansi.
dari periode-periode dan menempati posisi
bersifat
horizontal
adalah
prinsip
Amanah pada prinsipnya merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada Allah
1371
Swt sebagai Sang Pemberi Amanah untuk
sebagai sumber donasi melalui pemberian
menggunakan dengan cara dan tujuan yang
layanan
ditetapkan. Dalam pengelolaan dana ZIS,
merupakan
amanah
bentuk
memudahkan muzakki menyalurkan dana
pertanggungjawaban kepada Allah untuk
ZIS melalui program-program amal yang
menghimpun dan mengelola dana ZIS sesuai
efektif dan terpercaya. Adapun bentuk
dengan syari’ah Islam yaitu Al-Qur’an dan
akuntabilitas layanan yang telah dilakukan
Al-Hadist. Dari nilai amanah ini ditemukan
BAZ terhadap muzakki adalah memberikan
konsep
Namun
layanan jemput zakat, memberikan majalah
akuntabilitas spiritual juga mengungkapkan
BAZ setiap 2 (dua) bulan sekali, serta
nilai
transparan.
adanya silaturahim yang dilakukan oleh
Akuntabilitas spiritual, yaitu akuntabilitas
BAZ kepada muzakki setiap 2 (dua) bulan
yang menggambarkan aspek keagamaan
sekali.
merupakan
akuntabilitas
spiritual.
profesional
yang
dirasakan
mewujudkan
nilai
dan
seseorang
yang
prima. bentuk
Layanan
prima
layanan
yang
untuk
Akuntabilitas program pada dasarnya
pertanggungjawaban.
merupakan fenomena pertanggungjawaban
Akuntabilitas spritual terwujud dalam wisata
BAZ
hati, ketaqwaan, dan tazkiyah. Pengukuran
program dakwah, sosial, pendidikan, dan
keberhasilan akuntabilitas spiritual dapat
ekonomi. Akuntabilitas program terfokus
dilihat
pada divisi pendayagunaan dan distribusi,
dengan
peningkatan
ketaqwaan
kepada
mustahiq
karena
bertaqwa yaitu suka menafkahkan harta,
menyalurkan dana ZIS kepada mustahiq.
mampu
Bentuk program penyaluran dana ZIS yang
amarah,
mampu
inilah
dilakukan
bersifat abstrak dan hanya Allah Swt yang
menjadi 5 program, meliputi pendidikan,
bisa menyatakan bahwa seseorang itu lebih
kesehatan,
bertaqwa dari orang lain.
produktif, dan kerja sama dengan UPZ.
akuntabilitas
layanan
dan
sosial
Nilai
BAZ
bertugas
memaafkan orang lain. Namun nilai ini
Nilai profesionalisme menghasilkan
oleh
yang
bentuk
seseorang. Dimana ciri-ciri orang yang
menahan
divisi
dalam
dikelompokkan
dakwah,
transparansi
ekonomi
menghasilkan
akuntabilitas
akuntabilitas laporan. Namun akuntabilitas
program. Namun akuntabilitas layanan dan
laporan juga mengungkapkan adanya nilai
program juga mengungkapkan nilai amanah
amanah dan profesional. Nilai amanah akan
dan transparan untuk mewujudkan atau
melandasi pencatatan/pelaporan ZIS secara
meningkatkan profesioal pengelolaan ZIS.
jujur, sementara nilai profesional akan
Akuntabilitas layanan merupakan bentuk
mendukung
pertanggungjawaban BAZ terhadap muzakki
laporan
1372
terciptanya
sesuai
aturan
akuntabilitas yang
ada.
Akuntabilitas
laporan
diartikan
sebagai
situs
penelitian
untuk
bentuk pertanggungjawaban BAZ sebagai
sehingga
pihak penghimpun dan pengelola dana ZIS
akuntabilitas pengelolaan dana ZIS secara
kepada
BAZ
lebih mendalam.
dalam bentuk laporan keuangan, maupun
Penelitian
pihak-pihak
laporan
stakeholders
program/kegiatan.
stakeholders
yang
Pihak-pihak
dimaksudkan
adalah
dapat
diperbandingkan
menelusuri
ini
penerang
bagi
berikutnya
untuk
makna
berfungsi
sebagai
penelitian-penelitian menemukan
makna
Dewan Pengurus (Dewan Pertimbangan,
akuntabilitas yang berbeda dalam bingkai
Dewan Pelaksana, Dewan Pengawas, Divisi-
yang berbeda pula. Adanya penggalian
Divisi), Muzakki sebagai sumber dana,
penelitian-penelitian baru diharapkan dapat
Pemerintah sebagai pihak pengawas baik
memperbanyak
yang bersifat eksekutif maupun legislatif.
dalam konsep syari’ah.
Praktik dana
ZIS
akuntabilitas
pengelolaan
yang dilakukan oleh BAZ
pemaknaan
Berdasarkan hasil diharapkan
BAZ
dapat
analisis
maka
meningkatkan
Kabupaten Lumajang merupakan sinergi
akuntabilitas
dari akuntabilitas spiritual, akuntabilitas
dengan meningkatkan ketaqwaan muzakki
layanan,
maupun
akuntabilitas
program,
dan
layanan
akuntabilitas
kepada
memberikan
muzakki
solusi
akuntabilitas laporan. Keempat akuntabilitas
permasalahan
tersebut
hubungan
muzakki dengan cara mengadakan pengajian
habluminallah dan habluminannas secara
untuk muzakki/donatur secara rutin, adanya
seimbang untuk mewujudkan ketauhidan
forum konsultasi dalam majalah BAZ yang
masyarakat pada umumnya dan stakeholders
digunakan untuk memberikan solusi atas
pada
permasalahan keagamaan yang dihadapi
akan
membangun
khususnya
(karyawan,
muzakki/donator, dan pemerintah). Sinergi
merupakan
fondasi
yang
yang
dialami
muzakki.
dari akuntabilitas pengelolaan dana ZIS tersebut
keagamaan
atas
Dalam
upaya
meningkatkan
akuntabilitas program, khususnya progam
membangun akhlak dan martabat manusia
ekonomi
menjadi lebih baik lagi.
Kabupaten Lumajang lebih intensif lagi
I.
dalam
Saran
produktif,
memberikan
diharapkan
bimbingan
BAZ
berupa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bimbingan moril, spiritual dan pelatihan.
memperkaya literatur mengenai pembahasan
Selain itu BAZ juga wajib melakukan
akuntabilitas, khususnya akuntabilitas dalam
pemantauan dan pengawasan dengan cara
bingkai
selanjutnya
mengunjungi tempat-tempat usaha para
diharapkan dapat menggunakan beberapa
mustahiq secara rutin setiap sebulan sekali
syari’ah.
Peneliti
1373
sehingga
dapat
selalu
memantau
para
mustahiq dalam menjalankan amanah. Untuk meningkatkan akuntabilitas laporan,
diharapkan
BAZ
Kabupaten
periodik. Tujuannya adalah meningkatkan kepercayaan
pihak-pihak
yang
terkait
dengan BAZ Kabupaten Lumajang sebagai pengelola dana ZIS.
Lumajang dapat melakukan audit secara
November 2007. www.ependidikan.network. Diakses 5 Oktober 2011.
DAFTAR PUSTAKA Adlan, Aqim M. 2010. Perbandinan Antara Akuntansi Konvensional dan Akuntansi Syariah. Artikel Keislaman.www.infopesantren.web.id/ ppssnh.malang/cgi bin/content.cgi/artikel/index.idx. diakses 5 Oktober 2011. Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Pemikiran Norman K. Denzin dan Egon Guba dan penerapannya). Tiara Wacana. Yogyakarta.
Al-Qur’an dan Terjemahan Departemen Agama. 1986. Departemen Agama: YPPA, PT. Bumi Restu. Amerieska, Siti. 2009. Akuntabilitas Pada Baitul Maal Wat Tamwil Ditinjau Dari Perspektif Shari’ate Enterprise Theory. Tesis, Program Magister Akuntansi. Pascasarjana Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya. Amin Silalahi, Gabriel, (2003) Metodologi dan Studi Kasus, cetakan pertama, CV. Citramedia. Anggraini. 2013. http.juwita.blog.fisip.uns.ac.id/2013/.../ deskripftis-kualitatif. Anonim, 2011. Akuntabilitas. Artikel ensiklopedia wikipedia.www.wikipedia.org.id/ 20 April 2011. diakses 28 Oktober 2011. Anonim. 2007. Isu-Isu Kontemporer Akuntansi Syariah. Artikel publikasi Dosen STAIN Pekalongan. 20
Arifiyadi, Teguh. 2008. Konsep dan Arti Akuntabilitas. www.google.com/Inspektorat Jenderal Depkominfo.com. Diakses 7 Oktober 2011. Ary,
Bagus. 2010. Mengenal Prinsip Akuntansi Syariah. www.bagus.student.umm.ac.id/2010/0 1/22. Diakses 5 Oktober 2011.
Bajari, Atwar. 2011. Fenomenologi sebagai Tradisi Penelitian Kualitatif. www.adwarbajari.wordpress.com. Diakses 11 Februari 2012. Bungin Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. ----------- 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta ----------- 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
1374
Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Cetakan Keempat. Kencana. Jakarta. Burrel, Gibson dan Gareth Morgan. 1979. Sosiological Paradigms and Organisational Analysis: of the Sociology of Corporate Life. London: Heinemann. Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design. California: Sage Publication.
Fernanda, Desi. 2011. Isu Aktual Administrasi Negara. www.google.com/akuntabilitas.pdf. diakses 28 Oktober 2011. Hapsari, indri.2012.Hubungan Antara Corporate Governance dan Transparansi dengan Kinerja Perusahaan.jurnal eprints.undip.2012.hal 125.www.eprints.ac.id/27390/jurnal.pdf
--------------. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design. 2nd Edition California: Sage Publication.
Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam. Jakarta: Pustaka Quantum.
Creswell, John W. 2003. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Second Edition. Sage Publications, Inc. New Delhi.
Harian Pelita. 2012. Sebaiknya Muzakki Berzakat Melalui Badan Amil Zakat. Artikel Agama dan Pendidikan di Publikasikan. Edisi Rabu, 8 Februari 2012. www.pelita.or.id/kontak.php. Diakses 9 Februari 2012.
Denzin, N.K. 1989. Interpretive Interactionism. London: Sage Publication ------------- and Lincoln, Y. S. (ed). 1994. Handbook of Qualitative Research. Sage Publications. London. Dewi, Nurul H. 2009. Pemahaman Akuntabilitas Dan Sistem Pengendalian Intern Dalam Mekanisme Pengendalian Internal Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada Bank Syariah X). Jurnal Riset Akuntansi. Vol 3 No2. www.Jurnal puslit2 petra ac.id/ejournal/index.php/nas/article/vie w/17144/17076. Hal 1-23. Diakses 14 September 2011. Dixon, Rob, John Ritchie, and Juliana Siwale. 2006. Micofinance: Accountability from the Grassroots. Accounting, Auditing, and Accountability Journal Vol 19. No 3. Pp 405-427
Heryani, Dahlia. 2005. Studi Penerapan Akuntansi Zakat Pada Lembaga Amil Zakat. Studi Kasus Pada LAZ PT. Semen Padang dan Lazis Universitas Islam Indonesia.. Skripsi dipublikasikan. Universitas Islam Indonesia. Fakultas Ekonomi. Ilmu Ekonomi Studi Pembangungan. Yogyakarta. www.google.com/akuntansizakat.pdf. Diakses 5 Oktober 2011. Ibawa, Muhammad. 2010. Akuntabilitas. www.zonaekis.com/akuntansi/akuntan sisyariah. Diakses 11 Oktober 2010. Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama, Cetakan Ketiga. BPFE. Yogyakarta. Jaya,
Dykstra, Clarence A. (February 1939). "The Quest for Responsibility". American Political Science Review 33 (1): 1-25.
1375
Agung Trana. 2011. Hubungan Amanah dan Motivasi dengan Etos Kerja Kader Hidayatullah. Tesis Dipublikasikan. Program Pasca
Sarjana Studi Kajian Timur Tengah dan Islam. Universitas Indonesia. Pdf. Karim, Adiwarman A dan Syarief, Azhar. 2009. Fenomena Unik Di Balik Menjamurnya Lembaga Amil Zakat (LAZ) Di Indonesia. Jurnal Pemikiran dan Gagasan Vol. I. Zakat & Empowering. www.imz.or.id. Diakses 8 Februari 2012. Kholimi, Masiyah. 2011. Tafsir Sosial Atas Konsep Akuntabiltas Dalam Perspektif Hermeneutika. Disertasi. Program Doktor Ilmu Akuntansi Pascasarjana Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya. Malang. Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Riset Komunikasi. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Lincoln, Y. S., and E. G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. Sage Publications. Beverly Hills. ----------- 1997. Naturalistic Inquiry. Sage Publications. Beverly Hills. Lobo, Annie. 2007. Konsep Akuntabilitas Dalam Perspektif Kristen. Program Studi Magister Sains Akuntansi. Program Pascasarjana. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang. Ma’sum, Mujab Ali. 2009. Optimalisasi zakat Profesi Dalam Rangka Pemberdayaan Keluarga Miskin (Studi Kasus di LAZ BKK PT. PLN (Persero) RJTD Ungaran Kab. Semarang. Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. www.google.com/html.manajemenzak at. Diakses 8 Oktober 2011. Mahmudah, Umi. 2007. Manajemen Dana di lembaga Zakat (Studi pada Lembaga Zakat Baitul Maal Hidayatullah Cabang Malang). Skripsi
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. www.google.com/html.manajemenzak at. Diakses 8 Oktober 2011. Majalah BAZ.2012.BAZ Kota Mataram Studi Banding ke Lumajang, hal 10. Edisi 32. Mei-Juni 2012. Majalah BAZ.2013.Titip BAZ Pada Calon Bupati dan Wakil Bupati, hal 5-6. Edisi xxxvi. Januari-Maret 2013. Masturi sifa.2001. Akuntansi Dalam Perspektif Syariah. Artikel publikasi Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia.www.alislam.or.it. diakses 5 Oktober 2011. Merriem, Sharan B. (1998). Qualitative research and case study applications in education. San Franscisco: JosseyBass Publishers Miles, M. B., and Hubermen A. M. 1992. Qualitative Evaluation Methods. Sage Publications. Beverly Hills. Moleong, Lezy. J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. ----------2005. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. ----------2006. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. ----------2009. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. ----------2010. Metode Penelitian Kualitatif. Cetakan Keduapuluh delapan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
1376
Moustakas, Clark. 1994. Phenomenological Research Methods. Sage Publication.
www.asosiasizakat.blogspot.com. Diakses 14 September 2011.
Mudjiyanto, Bambang dan Kenda N. 2011. Metode Fenomenologi Sebagai Salah Satu Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Komunikologi. Jurnal Penelitian Komunikasi Dan Opini Public. Hal 55-85
Oxford English Dictionary 2nd Ed
Mufraini, Arief. 2008. Akuntansi Dan Manajemen Zakat Mengkomunikasikan Kesadaran Dan Membangun Jaringan. Edisi Pertama. Cetakan Kedua. Kencana, Jakarta.
--------------. 2006. Penyelenggaraan Zakat Oleh Lembaga, Majalah . Muzaki, No.17. Th.02. Nopember hal 6-7.
Muhadjir, Noeng. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin. Yogyakarta. ----------- 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi IV. Rake Sarasin. Yogyakarta. Muhamad. 2002. Manajemen Bank Syari’ah. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Muhammad, Sahri. 2006. Bank Zakat Sebuah Konsep Permodalan. Artikel Majalah Muzaki No. 08.Th.02. Agustus 2006. Hal 4-5. Muhammad. 2002. Pengantar Akuntansi Syari’ah. PT. Salemba Empat. Jakarta. Mulyana, Deddy.2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulawarman, Aji Dedi. 2011. Menyibak Akuntansi Syari’ah. Kreasi Wacana. Yogyakarta. Mustain dan Noor Afiah. 2009. FOZ Ditangan Pengurus Baru. Antara Harapan dan Tantangan. Artikel Majalah INFOZ. Edisi 1. TH V. JuniJuli. Hal4-7.
Permono, Sjechul Hadi.2004. Konsultasi Zakat: Beda Zakat, Infaq dan Shodaqoh, Majalah Laqzis, Agustus 2004 Th.05 hal 10.
Prayitno, Budi. 2008. Optimalisasi Pengelolaan Zakat Pada Badan Amil Zakat Daerah (Tinjauan Terhadap Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara). Program Magister Ilmu Hukum. Universitas Diponegoro. Tesis dipublikasikan www.google.com/pengelolaanzakat.pd f. diakses 14 September 2011 Poerwanti, T dan Zuliyati. 2008. Pentingnya laporan nilai tambah dalam pelaporan keuangan (financial value added/ fva) sebagai pengukur kinerja dan penciptaan nilai Perusahaan. Fokus Ekonomi. ISSN. 1412-3851. Volume 7 nomor 1. Halaman 7-13. April. Puspitasari, Dania. 2011. Fenomenologi Praktik Akuntabilitas BMH (Baitul Maal Hidayatullah) Cabang Malang dalam Perspektif Syari’ah Enterprise Theory). Tesis tidak dipublikasikan Program Magister Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Qamarudin Muhammad, 2013. Inilah karakter orang yang bertaqwa, staff divisi PSDS OSPP UII, artikel Pondok Pesantren UII Jogjakarta, Friday 28 Juni 2013. www.pesantren.uii.ac.id Rahmanurrasjid. 2008. Akuntabilitas dan Transparansi Dalam
1377
Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Baik di Daerah. Program Magister Ilmu Hukum. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.www.google.com/akuntabili tas.pdf. Diakses 28 Oktober 2011. Rakhmat, Agung. 2011. Syariah Enterprise Theory Dan Perbedaannya Dengan Entity Theory. Artikel dipublikasikan. www.wordpress.com. Diakses 17 Januari 2012. Yin, Robert K. 2003. Case Study Research, Design and Methods, Third Edition.Sage Publications, Inc. California Singandaru, Adhitya Bagus. 2011. Efektivitas Badan Amil Zakat ( BAZ) dalam Mengelola Zakat, Infaq, dan Shadaqah. Tesis tidak dipublikasikan Program Magister Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Spradley, JP. 1997. Metode Etnografi. Tiara Wacana Yogyakarta. Yogyakarta. Stake, R. E. 1995. The Art of Case Study Research. Thousand Oaks, CA: SAGE Publications. Subiantoro, E.B dan Iwan Triyuwono. 2004. Laba Humanis: afsir Sosial Atas Konsep Laba dengan Pendekatan Hermeneutika. Bayu Media Publishing. Malang. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung . Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung
Sukoharsono, Eko Ganis. 2006. Alternatif Riset Kualitatif Sain Akuntansi: Biografi, Phenomenology, Grounded Theory, Critical Etnografi dan Case Study. Analisis Makro dan Mikro: Jembatan Kebijakan Ekonomi Indonesia. Karya Bersama, BPFE Unibraw. Suwiknyo, Dwi. 2007. Teori Akuntansi Syari’ah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Islam: La Riba Vol I. No.2. Desember 2007. page211-277. www.google.com/akuntansisyariah. diakses 5 Oktober 2011. Tanjung, Abdul Hafiz.2009.Akuntansi, Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Publik (Sebuah Tantangan).Universitas Nasional Pasim. Tim penulis CID (Circle of Information and Development). 2008. Perluas Partisipasi Publik Dalam Pengelolaan Zakat ZAKAT & EMPOWERING Jurnal Pemikiran dan Gagasan, Volume 1, Nomor 4, Agustus 2008. hal 3-4. www.google.com/jurnal IMZ/Diskursus-Manajemen-Zakat.pdf. Diakses 8 Oktober 2011. Triyuwono, Iwan, Roekhudin. 2000a. Konsistensi Praktek Sistem Pengendalian Intern dan Akuntabilitas pada Lazis (Studi Kasus di Lazis Jakarta). Jurnal Riset Akuntansi (JRAI). Vol.3. No. 2. Juli. Hal 151-162 Triyuwono, Iwan. 2000. Organisasi Dan Akuntansi Syari’ah. Cetakan Pertama. LKiS, Yogyakarta. --------------. 2003. Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syar’ah. IQTISAT Journal of Islamic Economies. Vol 4. No 1. Muharram 1424/March 2003 pp 79-90. www.google.com/jurnal akuntansisyariah.pdf. Diakses 14 September 2011.
1378
--------------. 2006. Akuntansi Syariah. Perspektif, Metodologi dan Teori. Edisi Pertama. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. -------------- 2006. Akuntansi Syari’ah Menuju Puncak Kesadaran Ketuhanan Manunggaling KawuloGusti. Pidato Pengukuhan Guru Besar Akuntansi Syari’ah di Gedung PPI Universitas Brawijaya 2 September 2006. --------------. 2007. Mengangkat ‘Sing Liyan’ untuk Formulasi Nilai Tambah Syariah. Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli: Makasar. Utomo, Setiawan Budi. 2008. Akuntansi Zakat Sebuah Keharusan. Majalah Akuntan Indonesia. Edisi Kedua/Tahun I/Oktober 2008. Hal 1416. www.akuntanindonesia.or.id. Diakses 5 Oktober 2011. Wahab, Rochmat. 2011. Mengenal Studi Kasus. FIP UNY. Pdf Wibisana, M Jusuf. 2009. PSAK Zakat, Terkendala Rumitnya Pengaturan Transaksi. Artikel Majalah INFOZ. Edisi 1. TH V. Juni-Juli. Hal 10. www.asosiasizakat.blogspot.com. Diakses 14 September 2011. Yustika, Ahmad Erani dan Andianto, Jati. 2008. Zakat, Keadilan dan Keseimbangan Sosial. Jurnal Pemikiran dan Gagasan: Zakat & Empowering. Vol 1. Nomor 4, Agustus 2008. Hal 6-15.
1379