BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan air. Tertera pada tabel 3. Tabel 3. Tabel rekapitulasi dasarian koefisien penurunan produktifitas tanaman padi di Kabupaten Gorontalo selama 10 tahun (1999 – 2008) CH-ETP (mm)
APWL
KL (mm)
KAT (mm)
∆KAT (mm)
ETA (mm)
ky
Skor
37
5
0
381
381
0
37
0
5
37
20
0
381
381
0
37
0
5
Bulan
Dasarian
CH (mm)
ETP (mm)
Jan
1
42
Jan
2
57
Jan
3
56
38
18
0
381
381
0
38
0
5
Feb
4
72
36
36
0
381
381
0
36
0
5
Feb
5
42
38
4
0
381
381
0
38
0
5
Feb
6
51
40
11
0
381
381
0
40
0
5
Mar
7
55
41
14
0
381
381
0
41
0
5
Mar
8
59
40
19
0
381
381
0
40
0
5
Mar
9
65
38
27
0
381
381
0
38
0
5
Apr
10
50
39
11
0
381
381
0
39
0
5
Apr
11
46
38
8
0
381
381
0
38
0
5
Apr
12
59
37
22
0
381
381
0
37
0
5
Mei
13
72
34
38
0
381
381
0
34
0
5
Mei
14
45
33
12
0
381
381
0
33
0
5
Mei
15
38
34
4
0
381
381
0
34
0
5
Jun
16
35
33
2
0
381
381
0
33
0
5
Jun
17
58
31
27
0
381
381
0
31
0
5
Jun
18
54
30
24
0
381
381
0
30
0
5
Jul
19
46
32
14
0
381
381
0
32
0
5
Jul
20
23
34
-11
-11
381
370
-11
34
0
5
Kategori Kerentanan Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten
Jul
21
19
35
-16
-27
381
355
-15
34
0.03
5
Ags
22
12
37
-25
-52
381
332
-23
35
0.05
4
Resisten
Ags
23
19
38
-19
-71
381
316
-16
35
0.08
4
Resisten
Ags
24
11
40
-29
-100
381
293
-23
34
0.15
3
Sedang
Sep
25
22
43
-21
-121
381
277
-16
38
0.12
4
Resisten
Sep
26
9
44
-35
-156
381
253
-24
33
0.25
3
Sedang
Sep
27
17
44
-27
-183
381
236
-17
34
0.23
3
Sedang
Okt
28
18
46
-28
-211
381
219
-17
35
0.24
3
Sedang
Okt
29
26
44
-18
-229
381
209
-10
36
0.18
3
Sedang
Okt
30
35
45
-10
-239
381
203
-6
41
0.09
4
Resisten
Nov
31
35
43
-8
-247
381
199
-4
39
0.09
4
Resisten
Nov
32
42
42
0
-247
381
199
0
42
0
5
Sangat Resisten
Nov
33
31
41
-10
-257
381
194
-5
36
0.12
4
Resisten
Des
34
46
40
6
0
381
240
46
40
0
5
Des
35
62
41
21
0
381
302
62
41
0
5
Des
36
39
38
1
0
381
341
39
38
0
5
Sangat Resisten Sangat Resisten Sangat Resisten
ky bulanan
Sangat Resisten
Sangat Resisten
Sangat Resisten
Sangat Resisten
Sangat Resisten
Sangat Resisten
Sangat Resisten
Resisten
Sedang
Sedang
Resisten
Sangat Resisten
Pendugaan penurunan produksi tanaman sejalan dengan besarnya kekurangan air yang mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan air untuk evapotranspirasi potensial (Pramudia, 2008). Berdasarkan Tabel 3 di atas koefisien penurunan produksi padi yang dihasilkan yaitu kategori sangat resisten pada bulan Januari sampai bulan Juli dan Desember. Kategori resisten pada bulan Agustus dan November, sedangkan kategori sedang pada bulan September dan Oktober. Produksi padi di kabupaten Gorontalo selama periode 10 tahun yakni tahun 1999 hingga 2008 pada bulan Januari sampai bulan Juli dan bulan Desember, penurunannya tidak dipengaruhi oleh kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kemarau. Hal ini disebabkan karena akumulasi kelebihan dan kekurangan curah hujan pada waktu tersebut masih mencukupi untuk kebutuhan tanaman padi. Berdasarkan pola pembagian wilayah hujan Indonesia Propinsi Gorontalo memiliki pola hujan lokal (Gambar 1) dimana pola curah hujannya sangat dipengaruhi oleh pola topografi wilayah/lokal Modified from DPIAustralia (2002) dalam Amien et al., (2005).
Gambar 1. Pembagian Wilayah Hujan Indonesia Menurut Pola Tipe Hujan Modified from DPI-Australia (2002) dalam Amien et al., (2005).
Dari gambar 1 terlihat bahwa pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodal (satu puncak hujan) tapi bentuknya berlawanan dengan pola hujan pada tipe moonson. Menurut Tjasyono (2007) pengaruh El-Nino (iklim ekstrim berupa kemarau panjang) kuat pada daerah yang dipengaruhi oleh sistim moonson, lemah pada daerah dengan sistem equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal seperti daerah Gorontalo. Berdasarkan neraca air dasarian Kabupaten Gorontalo selama 10 tahun didapatkan grafik seperti tertera pada gambar 2. 80
Surplus
Defisit
CH Dasarian
ETp
CH dan ETp (mm per bulan)
70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930313233343536 Dasarian
Gambar 2. Curah hujan dan ETp dasarian Kabupaten Gorontalo selama 10 tahun (1999 – 2008) Dari gambar 2, terlihat bahwa kategori sedang pada bulan September dan Oktober disebabkan karena pada bulan tersebut akumulasi curah hujan terendah pada dasarian 26 dan terjadi peningkatan laju evapotranspirasi potensial tertinggi pada dasarian 28 dan juga pada bulan tersebut masuk pada musim peralihan dari musim kemarau ke musim hujan yakni bulan September, Oktober dan Nopember (SON)
4.2 Neraca Air Tanaman Padi Sawah A. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Januari) Berdasarkan hasil perhitungan neraca air tanaman padi (tanam Januari) menunjukkan hubungan antara nilai curah hujan efektif yang digunakan pada perakaran tanaman (PE) dan nilai kebutuhan air tanaman padi (ET crop) yang dapat memberi gambaran mengenai saat-saat lahan mengalami kelebihan air (surplus) dan kekurangan air (defisit) (Gambar 3).
CH Efektf dan ETC mm/dec
35,00 30,00 25,00 20,00
15,00
ETC mm/dec
10,00
CH Efektif
5,00 0,00 -5,00 Bulan
Gambar 3. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Januari) Berdasarkan Gambar 3 di atas terlihat bahwa analisis neraca air tanaman padi mengalami kelebihan air (surplus) sejak awal tanam sampai panen. Akan tetapi mengalami sedikit defisit pada bulan Februari dasarian 2 sampai Maret dasarian 1. Pada bulan Januari total curah hujan efektif yang digunakan tanaman padi sebesar 237,6 mm sementara kebutuhan air tanaman padi (ET Crop) selama pertumbuhan sebesar 166,68 mm. B. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Februari) Berdasarkan Gambar 4 di bawah terlihat bahwa analisis neraca air tanaman padi mengalami kelebihan air (surplus). Pada bulan Februari total curah hujan efektif yang digunakan tanaman padi sebesar 237,6 mm sementara kebutuhan air tanaman padi (ET Crop) selama pertumbuhan sebesar 163,29 mm.
35,00 CH Efektf dan ETC mm/dec
30,00 25,00 20,00 ETC mm/dec
15,00
CH Efektif
10,00 5,00 0,00 -5,00 Bulan
Gambar 4. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Februari) C. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Maret) Berdasarkan Gambar 5 di bawah terlihat bahwa analisis neraca air tanaman padi mengalami kelebihan air (surplus). Pada bulan Maret total curah hujan efektif yang digunakan tanaman padi sebesar 250,2 mm sementara kebutuhan air tanaman padi (ET Crop) selama pertumbuhan sebesar 152,83 mm.
CH Efektf dan ETC mm/dec
35,00 30,00 25,00 20,00 ETC mm/dec
15,00
CH Efektif 10,00 5,00 0,00 Bulan
Gambar 5. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Maret)
D. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan April) Berdasarkan Gambar 6 di bawah terlihat bahwa analisis neraca air tanaman padi mengalami kelebihan air (surplus). Pada bulan April total curah hujan efektif yang digunakan tanaman padi sebesar 207 mm sementara kebutuhan air tanaman
CH Efektf dan ETC mm/dec
padi (ET Crop) selama pertumbuhan sebesar 146,25 mm 35,00 30,00 25,00 20,00 ETC mm/dec
15,00
CH Efektif
10,00 5,00 0,00 Bulan
Gambar 6. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan April) E. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Mei) Berdasarkan Gambar 7 di bawah terlihat bahwa analisis neraca air tanaman padi sejak awal tanam mengalami kelebihan air (surplus) tetapi decade selanjutnya mengalami kekurangan air (defisit). Pada bulan Mei total curah hujan efektif yang digunakan tanaman padi sebesar 139,2 mm sementara kebutuhan air tanaman padi (ET Crop) selama pertumbuhan sebesar 144,87 mm, sehingga untuk mendapatkan hasil tanaman padi yag maksimal masih membutuhkan pengairan
CH Efektf dan ETC mm/dec
atau pemberian air sebesar 5,67 mm. 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 -5,00 -10,00
ETC mm/dec CH Efektif
Bulan
Gambar 7. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Mei)
F. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Juni) Berdasarkan Gambar 8 di bawah terlihat bahwa analisis neraca air tanaman padi sejak awal tanam mengalami kelebihan air (surplus) tetapi decade selanjutnya mengalami kekurangan air (defisit). Pada bulan Juni total curah hujan efektif yang digunakan tanaman padi sebesar 75 mm sementara kebutuhan air tanaman padi (ET Crop) selama pertumbuhan sebesar 156,63 mm, sehingga untuk mendapatkan hasil tanaman padi yag maksimal masih membutuhkan pengairan atau pemberian air sebesar 81,63 mm. CH Efektf dan ETC mm/dec
30,00 25,00 20,00 15,00 ETC mm/dec
10,00
CH Efektif
5,00 0,00 -5,00 -10,00 Bulan
Gambar 8. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Juni) G. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Juli) Berdasarkan Gambar 9 bawah terlihat bahwa analisis neraca air tanaman padi sejak awal tanam mengalami kelebihan air (surplus) tetapi decade selanjutnya mengalami kekurangan air (defisit). Pada bulan Juli total curah hujan efektif yang digunakan tanaman padi sebesar 34,2 mm sementara kebutuhan air tanaman padi (ET Crop) selama pertumbuhan sebesar 170,41 mm, sehingga untuk mendapatkan hasil tanaman padi yag maksimal masih membutuhkan pengairan atau pemberian air sebesar 136,21 mm.
CH Efektf dan ETC mm/dec
20,00 15,00 10,00 ETC mm/dec
5,00
CH Efektif
0,00 -5,00 -10,00
Bulan
Gambar 9. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Juli) H. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Agustus) Berdasarkan Gambar 10 di bawah terlihat bahwa analisis neraca air tanaman padi mengalami kekurangan air (defisit) . Pada bulan Agustus total curah hujan efektif yang digunakan tanaman padi sebesar 46,2 mm sementara kebutuhan air tanaman padi (ET Crop) selama pertumbuhan sebesar 180,92 mm, sehingga untuk mendapatkan hasil tanaman padi yag maksimal masih membutuhkan pengairan atau pemberian air sebesar 134,72 mm.
CH Efektf dan ETC mm/dec
20,00 15,00 10,00 ETC mm/dec
5,00
CH Efektif 0,00 -5,00 -10,00
Bulan
Gambar 10. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Agustus) I. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan September) Berdasarkan Gambar 11 di bawah terlihat bahwa analisis neraca air tanaman padi sejak awal tanam mengalami kekurangan air (defisit). Pada bulan September total curah hujan efektif yang digunakan tanaman padi sebesar 109,2 mm sementara kebutuhan air tanaman padi (ET Crop) selama pertumbuhan sebesar 182,62 mm, sehingga untuk mendapatkan hasil tanaman padi yag maksimal masih membutuhkan pengairan atau pemberian air sebesar 73,42 mm.
CH Efektf dan ETC mm/dec
30,00 25,00 20,00 15,00 ETC mm/dec
10,00
CH Efektif
5,00 0,00 -5,00 -10,00 Bulan
Gambar 11. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan September) J. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Oktober) Berdasarkan Gambar 12 di bawah terlihat bahwa analisis neraca air tanaman padi sejak awal tanam mengalami kelebihan air (surplus) tetapi decade selanjutnya mengalami kekurangan air (defisit). Pada bulan Oktober total curah hujan efektif yang digunakan tanaman padi sebesar 173,4 mm sementara kebutuhan air tanaman padi (ET Crop) selama pertumbuhan sebesar 174,38 mm, sehingga untuk mendapatkan hasil tanaman padi yag maksimal masih
CH Efektf dan ETC mm/dec
membutuhkan pengairan atau pemberian air sebesar 0,98 mm. 30,00 25,00 20,00 15,00 ETC mm/dec
10,00
CH Efektif
5,00 0,00
Bulan
Gambar 12. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Oktober)
K. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan November) Berdasarkan Gambar 13 di bawah terlihat bahwa analisis neraca air tanaman padi mengalami kelebihan air (surplus). Pada bulan November total curah hujan efektif yang digunakan tanaman padi sebesar 201,6 mm sementara CH Efektf dan ETC mm/dec
kebutuhan air tanaman padi (ET Crop) selama pertumbuhan sebesar 170,69 mm. 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 -5,00
ETC mm/dec CH Efektif
Bulan
Gambar 13. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan November) L. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Desember) Berdasarkan Gambar 14 di bawah terlihat bahwa analisis neraca air tanaman padi sejak awal tanam mengalami kelebihan air (surplus) sampai panen. Pada bulan Desember total curah hujan efektif yang digunakan tanaman padi sebesar 232,8 mm sementara kebutuhan air tanaman padi (ET Crop) selama pertumbuhan
CH Efektf dan ETC mm/dec
sebesar 167,18 mm. 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00
ETC mm/dec
10,00
CH Efektif
5,00 0,00 -5,00 Bulan
Gambar 14. Neraca Air Tanaman Padi (Tanam Bulan Desember)
Berdasarkan hasil analisis tanaman padi yang ditanam setiap bulan, dari Januari sampai Desember menunjukkan bahwa penanaman
pada bulan Juni
sampai September mengalami kekurangan air artinya kebutuhan air tanaman padi tidak terpenuhi. Oleh karena itu untuk mencapai produksi yang maksimal perlu adanya pengairan sesuai dengan kebutuhan air. Kebutuhan air tanaman perlu diketahui agar air irigasi dapat diberikan sesuai dengan kebutuhannya. Jumlah air yang diberikan secara tepat, di samping akan merangsang pertumbuhan tanaman, juga akan meningkatkan efisiensi penggunaan air sehingga dapat meningkatkan luas areal tanaman yang bisa diairi. Kebutuhan air untuk tanaman merupakan salah satu komponen kebutuhan air yang diperhi-tungkan dalam perancangan sistem irigasi (Purba, 2011). Hasil analisis terhadap produksi tanaman padi tahun 1999-2008 tertera pada gambar 15.
PRODUKSI PADI TAHUNAN (TON/THN) Produksi Padi Tahunan
1600000
8000
40 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun
Gambar 15. Produksi Tanaman Padi Tahun 1999-2008 Dari gambar 15, terlihat bahwa produksi tanaman padi menunjukkan adanya peningkatan produksi tanaman padi dari tahun 2001-2008, sementara jika melihat pola curah hujan dan evapotraspirasi pada gambar 16 di mana ketersediaan air mengalami defisit dari tahun 2002. Tetapi kondisi ketersediaan air yang defisit tersebut tidak mempengaruhi produksi tanaman padi.
CH Tahunan dan ETP
140
CH TAHUNAN
ETP (TAHUNAN)
110
80
50 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun
Gambar 16. Curah Hujan dan Epavotranspirasi Tahunan
Fenomena El Nino dan La Nina tidak mempengaruhi fluktuasi produktivitas tanaman padi di Kabupaten Gorontalo. Hal ini diduga pada tahun 2001 Gorontalo telah menjadi Provinsi di mana pemerintah Provinsi Gorontalo dengan program adalah perbaikan sistem pertanian salah satunya adanya program pompanisasi dari pemerintah yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman sehingga memacu produksi tanaman padi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanum (2007) bahwa produksi akan meningkat jika kebutuhan air tanaman terpenuhi dan irigasi selalu tersedia pada musim kemarau. Menurut Kartiwa (2010) air bagi tanaman merupakan faktor pertama dan utama yang menentukan tingkat produktivitas, intensitas, dan luas tanam potensial setiap lahan pertanian, karena tanaman sangat peka terhadap kekurangan air. Peran air dalam peningkatan produktivitas tanaman sangat besar, karena lahan berpengairan mempunyai potensi lebih tinggi untuk meningkatkan hasil pertanian dibandingkan lahan kering. Selanjutnya Trojer (1996) dalam Nurdin (2004) mengemukakan bahwa jumlah air yang dikonsumsi tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.