PENGARUH PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI BAGI PENDENGARNYA (Kasus Pendengar di Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)
MARETA TEDE I34080033
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
ii
ABSTRACT This research aimed to analize the influence of radio programs towards listeners. These research goals are: (1) to analyze listeners exposure towards radio programs and it’s assessment towards radio programs (2) to analyze factors that effect radio programs exposures towards listeners and the assessment of radio programs by listeners (3) to analyze the influence of radio programs towards listeners and factors that influencing it. The result show that listeners exposure towards radio programs and it’s assessment towards radio programs were influenced by listeners characteristic. Among several variables of listeners characteristic that have significant relation towards radio programs exposure is mass
media
ownership
with
listening
duration.
Meanwhile,
listeners
characteristics which have a relation with listeners assessment towards radio programs are mass media ownership with the assessment of radio broadcasting material, the announcer, and the duration of the programs, the age of listeners and it’s assessment towards the radio programs are broadcasted, listeners occupation and it’s assessment towards radio broadcasting material and how its been presented. The results also shows that the radio programs that have been broadcasted gave several effects. The Effect of radio programs towards listeners are the increasing of cognitive and affective aspects. Keywords: radio programs, influences, listeners
iii
RINGKASAN MARETA TEDE. Pengaruh Program Siaran Radio Pertanian Ciawi Bagi Pendengarnya (Kasus Pendengar di Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan DJUARA P. LUBIS Kehebatan teknologi komunikasi menyebabkan berbagai informasi dapat disampaikan dengan mudah. Hal ini terwujud salah satunya melalui media massa baik media elektronik maupun cetak, yang merupakan hasil perwujudan dari komunikasi massa. Melalui media massa masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi yang mereka butuhkan. Pada kenyataannya informasi tidak diterima secara serentak oleh khalayak. Terkadang dapat terjadi kesenjangan informasi pada masyarakat. Oleh karena itu salah satu media massa yang mampu dalam menjembatani terjadinya kesenjangan informasi adalah radio. Merebaknya keberadaan radio swasta
di Indonesia mengindikasikan
adanya situasi kompetisi yang semakin ketat antar radio siaran. Terdapat beberapa stasiun radio dengan berbagai macam program acara, baik itu program acara musik, lagu-lagu yang sedang hits, berita lokal maupun mancanegara dan life style. Namun saat ini hanya sedikit dari stasiun radio yang menyiarkan sebuah acara yang disajikan khusus untuk masyarakat pedesaan atau masyarakat pertanian. Radio Pertanian Ciawi (RPC) merupakan salah satu radio pertanian yang menyajikan program-program siaran radio bernuansakan pertanian dan pedesaan. Melalui program siaran yang disajikan RPC diharapkan dapat memenuhi ketersediaan kebutuhan informasi yang dapat memberikan suatu pengaruh bagi pendengarnya. Tujuan penelitian ini secara umum untuk mempelajari pengaruh program siaran Radio Pertanian Ciawi bagi pendengarnya. Adapun secara spesifik tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui dan menganalisis: (1) keterdedahan pendengar pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran radio, (2) faktor-faktor yang mempengaruhi keterdedahan pendengar pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran radio, (3) pengaruh program siaran radio bagi pendengarnya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dan didukung oleh penelitian eksperimen dengan terdiri dari kelompok yang diberikan perlakuan
iv
(experimental group) dan kelompok pembanding (control group). Kelompok eksperimen pada penelitian ini adalah pendengar RPC di Desa Cileungsi, sedangkan kelompok kontrol merupakan bukan kelompok pendengar yang tidak pernah mendengarkan siaran RPC. Responden dalam penelitian ini sebanyak 30 orang, pengambilan sampel penelitian dilakukan secara purposive. Data hasil pengolahan kuesioner disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Sementara untuk menganalisis hubungan antar variabel penelitian dilakukan analisis statistik menggunakan uji Chi-Square dan Rank-Spearman, dan untuk menganalisis uji beda antara nilai pre-test dan post-test digunakan metode OneSimple T (metode t hitung). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa keterdedahan pendengar pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran radio dipengaruhi oleh karakteristik pendengar. Karakteristik pendengar yang berpengaruh terhadap keterdedahannya pada siaran radio adalah kepemilikan media massa terhadap lama mendengarkan. Sementara karakteristik pendengar yang berpengaruh pada penilaiannya terhadap program siaran adalah kepemilikan media massa pada penilaian terhadap penyiar dan durasi siaran, serta umur responden terhadap penilaiannya terhadap waktu siaran. Di samping itu keterdedahan pendengar pada siaran radio mempengaruhi penilaiannya terhadap program siaran radio yakni lama mendengarkan mempengaruhi penilaian responden terhadap durasi siaran. Program siaran Radio Pertanian Ciawi memberikan pengaruh bagi pendengarnya, yakni terhadap tingkat kognitif dan afektif pendengar. Berdasarkan nilai pre-test dan post-test pada responden diketahui telah terjadi peningkatan kognitif responden sebesar 26,7 persen dari sebelum mendengarkan program siaran dengan setelah mendengarkan, dengan nilai uji beda 7,96 dan signifikansi 0,000 < 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak, atau dapat disimpulkan antara nilai pre-test dan post-test keduanya berbeda nyata. Di samping itu juga terjadi peningkatan afektif responden sebesar 6,7 persen dengan nilai uji beda 4,50 dan signifikansi 0,000 < 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak, atau dengan kata lain nilai pre-test dan post-test keduanya berbeda nyata. Namun keterdedahan pendengar pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran tidak mempengaruhi tingkat kognitif dan afektif responden.
PENGARUH PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI BAGI PENDENGARNYA (Kasus Pendengar di Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)
Oleh : MARETA TEDE I34080033
SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh : Nama
: Mareta Tede
NRP
: I34080033
Judul
: Pengaruh Program Siaran Radio Pertanian Ciawi Bagi Pendengarnya (Kasus Pendengar di Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS NIP. 19600315 198503 1 002 Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus
:
vii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PENGARUH PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI BAGI PENDENGARNYA (Kasus Pendengar di Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN BAIK OLEH PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN, KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA BERTANGGUNG JAWAB ATAS PERNYATAAN INI.
Bogor, Februari 2012
Mareta Tede NRP. I34080033
viii
RIWAYAT HIDUP Mareta Tede merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, buah hati dari Bapak Thamrin Sjuhada, S.E., M.M. (alm) dan Ibu Djuariah. Penulis lahir di Bogor pada tanggal 25 Maret 1990. Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak-Kanak (TK) Triguna Bogor periode tahun 1994-1996. Penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Polisi 1 Bogor periode tahun 1996-2002. Pendidikan menengah diikuti penulis di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bogor periode tahun 2002-2005. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Bogor periode tahun 2005-2008. Kemudian setamat SMA pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia melalui jalur masuk Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Sejak duduk di bangku sekolah penulis aktif di beberapa organisasi sekolah seperti pramuka dan PASSUS (Pasukan Khusus) Paskibraka. Selain itu selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif dalam kegiatan-kegiatan akademik yang tercatat sebagai Asisten Praktikum Mata Kuliah Dasar-Dasar Komunikasi selama dua semester tahun ajaran 2010/2011. Penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan yang tergabung dalam organisasi berupa Himpunan Profesi (Himpro) di departemen yakni HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat), pada divisi Research and Development dan divisi Public Relation periode 2010-2011. Selain itu penulis juga terlibat dalam beberapa kepanitian, diantaranya yaitu CSR Essential, Masa perkenalan Departemen (MPD), dan Masa Perkenalan Fakultas (MPF). Penulis juga tercatat sebagai mahasiswi program akselerasi sehingga dapat menyelesaikan masa studi selama 3,5 tahun.
ix
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, berkah, dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Program Siaran Radio Pertanian Ciawi Bagi Pendengarnya (Kasus Pendengar di Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)” tepat pada waktunya dan sesuai dengan yang direncanakan. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam proses penyelesaian Skripsi ini hingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada mereka, khususnya kepada: 1. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan motivasi sejak penyusunan Studi Pustaka sampai dengan penyelesaian Skripsi ini. 2. Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS selaku dosen penguji utama yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis atas Skripsi ini. 3. Martua Sihaloho, SP, M.Si selaku dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis atas Skripsi ini. 4. Bapak Dadan, Ibu Regi, dan seluruh pihak RPC yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan informasi. 5. Orang tua tercinta, (alm) ayahanda Thamrin Sjuhada, S.E., M.M. yang telah memberikan doanya di surga. Ibunda Djuariah yang selalu sabar memberi semangat, dukungan, doa, dan semua pengorbanannya dengan penuh keikhlasan kepada penulis. 6. Kakak-kakakku tersayang Bonanza Tede, Nosagita Tede, dan Muhammad Falaq Ramdani terimakasih atas doa, dukungan, dan perhatiannya. Keponakan tersayang Arsya yang telah memberikan hiburan bagi penulis. 7.
Ir. H. Wandoyo Siswanto, M.Sc dan Dini Wandoyo (Om Wandoyo dan Tante Dini) selaku orang tua kedua bagi penulis terimakasih atas doa, dukungan, dan perhatian yang diberikan kepada penulis.
8. Sahabat-sahabat terbaik Rizki Mila Amalia, Pradiana Feberia, Selvia Rabiia Zahrah, dan Nursyarifah teman bermain sekaligus teman berbagi ilmu terimakasih atas semangat, dukungan, dan kebersamaannya selama di KPM.
x
9. Teman-teman seperjuangan dalam program akselerasi, Rizki Mila A, Nursyarifah, Selvia Rabiia Z, Didit Darmawan, Febli Tanzenia, Putri Ekasari, Nurdini P, Debbie Luciani, Irna Lestari, Yessy Marga S, Agus Sandra, Ari W, Rika Yulia, dan Annisa Avianti yang saling memberi dukungan dan semangat. 10. Syifa Utari Diah Permatasari, Betha Sri Ambarwati, dan Nurul Qomariasih yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini. 11. Teman-teman Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 45 atas dukungannya dan tidak dapat penulis tulis satu-persatu. 12. Kepada berbagai pihak lainnya, yang tidak dapat penulis tuliskan namanya satu persatu yang terkait dalam penyelesaian penulisan Skripsi.
Bogor, Februari 2012
xi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..
xv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..
xxi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..
xxi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
1
1.1
Latar Belakang …………………………………………….........
1
1.2
Perumusan Masalah ……………………………………….........
4
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………….
5
1.4
Kegunaan Penelitian ………………………………………........
5
BAB II PENDEKATAN TEORITIS …………………………………….
7
2.1 Tinjauan Pustaka …………………………………………….....
7
2.1.1 Perkembangan Radio di Indonesia …………………......
7
2.1.2 Radio sebagai Media Komunikasi Massa ……………...
8
2.1.3 2.1.4
Radio Siaran ………………………………………….... Karakteristik dan Khalayak Pendengar Radio ………….
9 10
2.1.5 Keterdedahan pada Siaran Radio ……………………......
11
2.1.6 Program Siaran Radio ……………………………….......
12
2.1.7 Penilaian terhadap Program Siaran Radio ……………....
13
2.1.8 Efek Komunikasi Massa …………………………….......
15
2.2
Kerangka Pemikiran ……………………………………………
16
2.3
Hipotesis Penelitian ………………………………………….....
18
2.4
Definisi Operasional ……………………………………………
19
BAB III PENDEKATAN LAPANGAN …………………………………
24
3.1 Metode Penelitian ………………………………………………
24
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………...
25
3.3
Teknik Pengambilan Sampel …………………………………...
26
3.4 Jenis Data dan Metode Pengambilan Data ……………………..
27
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………………………….
28
BAB IV GAMBARAN UMUM ARENA PENELITIAN ……………….
30
4.1
Gambaran Umum Wilayah Desa Cileungsi …………………….
30
xii
4.1.1 Kondisi Geografi ……………………………………......
30
4.1.2 Kondisi Demografi ………………………………….......
30
Gambaran Umum Radio Pertanian Ciawi (RPC) ………………
33
4.2.1 Profil Radio Pertanian Ciawi …………………...............
33
4.2.2 Struktur Organisasi Radio Pertanian Ciawi …..................
34
4.2.3 Segmen dan Format Siaran Radio Pertanian …................
36
4.2.4 Format Radio Pertanian Ciawi ………………................. 4.2.5 Profil Program Siaran Karedok Radio Pertanian Ciawi ...
38 39
BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO , DAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ……………………………….
40
4.2
5.1
Karakteristik Responden ………………………………………..
40
5.2
Keterdedahan pada Siaran Radio ………………………….........
42
5.3 Penilaian terhadap Program Siaran Radio ……………………...
43
5.4
Hubungan Karakteristik Responden dengan Keterdedahannya pada Siaran Radio ………………………………………………
47
5.4.1 Hubungan Umur dengan Frekuensi Mendengarkan …....
47
5.4.2
Hubungan Umur dengan Lama Mendengarkan …….......
48
5.4.3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Frekuensi Mendengarkan ………………………………………….
50
5.4.4
Hubungan Jenis Kelamin dengan Lama Mendengarkan…
51
5.4.5 Hubungan Pendidikan dengan Frekuensi Mendengarkan..
52
5.4.6 Hubungan Pendidikan dengan Lama Mendengarkan …..
53
5.4.7 Hubungan Pekerjaan dengan Frekuensi Mendengarkan ...
54
5.4.8 Hubungan Pekerjaan dengan Frekuensi Mendengarkan ..
56
5.4.9
Hubungan Kepemilikan Media Massa dengan Frekuensi Mendengarkan ……………………………………….....
57
5.4.10 Hubungan Kepemilikan Media Massa dengan Lama Mendengarkan ……………………………………….....
58
5.5 Hubungan Karakteristik Responden dengan Penilaiannya terhadap Program Siaran ……………………………………….
60
5.5.1
Hubungan Umur dengan Penilaian terhadap Program Siaran …………………………………………………...
60
5.5.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Penilaian terhadap Program Siaran ………………………………………....
65
5.5.3 Hubungan Pendidikan dengan Penilaian terhadap Program Siaran …………………………………………………....
71
xiii
5.5.4 Hubungan Pekerjaan dengan Penilaian terhadap Program Siaran …………………………………………................ 5.5.5
76
Hubungan Kepemilikan Media Massa dengan Penilaian terhadap Program Siaran ………………………….........
81
5.6 Hubungan Keterdedahan pada Siaran Radio dengan Penilaian terhadap Program Siaran ……………………………………….
86
5.6.1
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Materi Siaran …………………......
86
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Cara Penyajian ……………….......
87
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Penyiar ……………………...........
88
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Durasi Siaran …………………......
89
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Waktu Siaran …………………......
90
5.6.6 Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Materi Siaran ………………..........
91
5.6.7 Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Cara Penyajian ……………….......
92
5.6.8 Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Penyiar ……………………….......
93
5.6.9 Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Durasi Siaran …………………......
94
5.6.10 Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Waktu Siaran ………………..........
95
Ikhtisar ………………………………………………………….
96
BAB VI PENGARUH PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI BAGI PENDENGARNYA DAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA …………………………......
97
5.6.2 5.6.3 5.6.4 5.6.5
5.7
6.1
Tingkat Kognitif Responden Tentang Materi Siaran ………......
97
6.2
Tingkat Afektif Responden Mengenai Materi Siaran ……….....
100
6.3 Hubungan Keterdedahan Responden pada Siaran Radio dengan Tingkat Kognitif dan Afektifnya Mengenai Materi Siaran …………………………………………………………...
102
6.3.1 Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran ……………............................................................
102
xiv
6.4
6.3.2 Hubungan Lama Mendengarkan dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran ……......
105
Hubungan Penilaian Responden terhadap Program Siaran dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran ……………………………...................................
108
6.4.1
Hubungan Penilaian Responden terhadap Materi Siaran dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran …………………......................
Hubungan Penilaian Responden terhadap Cara Penyajian dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran ……………………………...... 6.4.3 Hubungan Penilaian Responden terhadap Penyiar dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran ………………………………………....... 6.4.4 Hubungan Penilaian Responden terhadap Durasi Siaran dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran ……………………………...... 6.4.5 Hubungan Penilaian Responden terhadap Waktu Siaran dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran ………………………….......... 6.5 Ikhtisar …………………………………………………………. BAB VII PENUTUP …………………………………………………….. 7.1 Kesimpulan …………………………………………………….. 7.2 Saran …………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… LAMPIRAN ……………………………………………………………...
108
6.4.2
110
113
115
117 119 121 121 122 123 125
xv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2011-2012 ………….
26
Tabel 2.
Batas Wilayah Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi ………….
30
Tabel 3.
Sebaran Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Desa Cileungsi Kecamatan Ciawi …………..
31
Sebaran Mata Pencaharian Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Cileungsi Kecamatan Ciawi ………………….
32
Tabel 5.
Sebaran Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Cileungsi ......
33
Tabel 6.
Jumlah dan Persentase Pendengar Radio Pertanian Ciawi (RPC) Menurut Karakteristik Individu di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
41
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keterdedahan pada Siaran Radio di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………….
42
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya Terhadap Program Siaran Radio di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
44
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 …..
47
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………...
49
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
50
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 …..
51
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 …..
52
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……….
53
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 …..
55
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……….
56
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
58
Tabel 4.
Tabel 7. Tabel 8.
Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11.
Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17.
xvi
Tabel 18.
Tabel 19.
Tabel 20.
Tabel 21. Tabel 22.
Tabel 23.
Tabel 24.
Tabel 25.
Tabel 26.
Tabel 27.
Tabel 28.
Tabel 29.
Tabel 30.
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
59
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 …………………………………………………………
60
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
61
Jumlah dan persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 ....
62
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
63
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
64
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 …………………………………………………..
66
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
67
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
68
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
69
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
70
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
71
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
72
xvii
Tabel 31. Tabel 32.
Tabel 33.
Tabel 34.
Tabel 35.
Tabel 36. Tabel 37.
Tabel 38.
Tabel 39.
Tabel 40.
Tabel 41.
Tabel 42.
Tabel 43.
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 ....
73
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
74
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
75
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
76
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
77
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 ....
78
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
79
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
80
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileunngi Tahun 2011 ………………………………………
81
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
82
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
83
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
84
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
85
xviii
Tabel 44.
Tabel 45.
Tabel 46.
Tabel 47.
Tabel 48.
Tabel 49.
Tabel 50.
Tabel 51.
Tabel 52.
Tabel 53.
Tabel 54.
Tabel 55. Tabel 56.
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
82 86
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 …………………………………
87
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
88
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
89
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
90
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
91
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi tahun 2011 ………………………………….
92
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
93
Jumlah dan Persentasi Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
94
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
95
Jumlah dan Persentase Perubahan Nilai Pre-test dan Post-test Responden Tentang Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 …………………………………………………………
98
Perbandingan Nilai Pre-test dan Post-test antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………………………...
99
Jumlah dan Persentase Perubahan Nilai Pre-test dan Post-test Tingkat Afektif Responden Mengenai Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
100
xix
Tabel 57.
Perbandingan Nilai Pre-test dan Post-test Terkait Afektif antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……..
101
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
103
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
104
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
105
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
107
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Materi Siaran dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
108
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Materi Siaran dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
109
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Cara Penyajian dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
111
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Cara Penyajian dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
112
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Penyiar dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
113
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Penyiar dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
114
Tabel 68. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Durasi Siaran dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
115
Tabel 58.
Tabel 59.
Tabel 60.
Tabel 61.
Tabel 62.
Tabel 63.
Tabel 64.
Tabel 65.
Tabel 66.
Tabel 67.
xx
Tabel 69.
Tabel 70.
Tabel 71.
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Durasi Siaran dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011 ………………………………………………….
116
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Waktu Siaran dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
117
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Waktu Siaran dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011 ……………………………………….
118
xxi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Kerangka Berpikir ………………………………………….
18
Gambar 2.
Struktur Organisasi Radio Pertanian Ciawi ………………..
35
Gambar 3.
Komposisi Program Siaran Radio Pertanian Ciawi ………..
37
Gambar 4.
Perubahan Rataan Nilai Pre-test dan Post-test …………….
98
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1.
Peta Lokasi Penelitian Desa Cileungsi Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor ………………………………………. 126
Lampiran 2.
Daftar nama Mitra RPC di Desa Cileungsi Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor ………………………………..
127
Lampiran 3.
Materi Siaran Radio ……………………………………
128
Lampiran 4.
Hasil Olahan Data antar Variabel yang Berhubungan …
132
Lampiran 5.
Dokumentasi …………………………………………… 135
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kehebatan teknologi komunikasi menyebabkan berbagai informasi dapat
disampaikan dengan mudah. Hal ini terwujud salah satunya melalui media massa baik media elektronik maupun cetak yang merupakan hasil perwujudan dari komunikasi massa. Soekartawi (2005) menyatakan bahwa informasi yang dibutuhkan dapat diberikan melalui berbagai proses komunikasi, salah satunya dengan bentuk komunikasi massa melalui media massa seperti televisi, radio, ataupun surat kabar. Jalaludin Rakhmat mengartikan komunikasi massa sebagai “jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat” (Rakhmat, 2005). Melalui media massa masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi yang mereka butuhkan. Pada kenyataannya informasi tidak diterima secara serentak oleh khalayak. Terkadang dapat terjadi kesenjangan informasi pada masyarakat. Oleh karena itu salah satu media massa yang mampu dalam menjembatani terjadinya kesenjangan informasi adalah radio. Radio merupakan salah satu media massa yang hingga saat ini masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya. Zulkarimen Nasution melihat fungsi media massa sebagai “pemberi informasi, pembuatan keputusan, dan sebagai pendidik” (Nasution, 1998). Media massa diketahui memiliki kekuatan mengandalkan pengetahuan khalayaknya melalui apa yang disiarkan dan tidak disiarkannya. Radio sebagai media yang bersifat audio memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh media massa lain, yaitu kecepatan dalam menyampaikan informasi, kemudahan dalam mengakses siaran radio, biaya yang murah, luasnya jangkauan siar, membangun imajinasi pendengar, bersifat personal, dapat didengarkan dimanapun sambil melakukan kegiatan sehari-hari, dan mampu menjangkau daerah pedalaman. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Tubs dan Moss (2001) bahwa informasi yang disiarkan melalui media massa seperti radio menyebabkan terjadinya difusi
2
informasi, yang pada akhirnya membuat khalayak yang mendengarkan mempelajari suatu inovasi dari informasi yang diterimanya. Selain itu radio merupakan salah satu media massa yang mampu mempengaruhi khalayak. Changara (2006) mengemukakan bahwa pengaruh yang diberikan pada khalayak bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behavior). Sebagai salah satu media massa yang memberikan pengaruh terhadap khalayaknya, hingga saat ini radio masih tetap banyak dimanfaatkan oleh banyak orang dalam memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan. Menurut Nasution (1998) media massa seperti radio dapat
dimanfaatkan
untuk
mengajarkan
kepada
masyarakat
bermacam
keterampilan dan dalam kondisi tertentu mempengaruhi afektif mental dan perilaku mereka. Bahkan sampai saat ini radio masih cukup efektif dalam menjembatani kesenjangan informasi yang terjadi khususnya pada masyarakat di pedesaan. Radio sebagai media komunikasi massa dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak seperti pemerintah untuk menyebarkan informasi yang mendukung pelaksanaan suatu program pembangunan. Di dalam Undang-Undang Penyiaran, radio penyiaran diartikan sebagai “media komunikasi dengar yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur, dan berkesinambungan” (UU No. 32 Tahun 2002). Siaran radio dapat menyampaikan pesan secara serentak dengan kecepatan tinggi, dapat mengatasi ketidakmampuan baca tulis, dan relatif lebih murah peralatannya bila dibandingkan dengan televisi. Keunggulan-keunggulan ini yang menjadi pertimbangan digunakannya siaran radio untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas terlebih masyarakat yang tinggal di pedesaan. Merebaknya keberadaan radio swasta di Indonesia mengindikasikan adanya situasi kompetisi yang semakin ketat antar radio siaran. Persaingan yang tidak terhindarkan menyebabkan masing-masing stasiun radio selalu berupaya untuk menyajikan suatu siaran yang menarik bagi pendengar dengan cara menyajikan suatu program acara siaran yang berbeda dengan radio lain. Keefektifan media penyiaran radio tergantung pada seberapa banyak pendengar yang menikmati dan mendengarkan program-program radio. Terdapat beberapa
3
stasiun radio dengan berbagai macam program acara, baik itu program acara musik, lagu-lagu yang sedang hits, berita lokal maupun mancanegara, dan life style. Setiap stasiun radio memiliki suatu program khusus yang dirancang pada segmentasi salah satu kategori khalayak pendengar yang dapat memberikan suatu pengaruh. Selain itu setiap stasiun radio juga memiliki cara masing-masing dalam mengemas siarannya agar menarik perhatian khalayak pendengar. Namun saat ini hanya sedikit dari stasiun radio yang menyiarkan sebuah acara yang disajikan khusus untuk masyarakat pedesaan atau masyarakat pertanian. Kebanyakan stasiun radio yang ada saat ini terutama radio-radio swasta, berkonsentrasi menyajikan sebuah program menarik untuk segmentasi khalayak pendengar bagi kaum remaja dan kaum dewasa perkotaan, seperti program musik, lifestyle, request lagu-lagu yang sedang hits, dan lain-lain. Maraknya program-program siaran radio yang dihadirkan oleh radio swasta menyajikan acara siaran dengan materi program yang cenderung bersifat hiburan, semata-mata demi memenuhi kebutuhan bagi khalayak pendengar kalangan remaja dan kaum dewasa. Hal ini menyebabkan sedikit terlupakannya kebutuhan informasi bagi masyarakat pedesaan. Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan masih menjadikan radio sebagai media yang paling krusial dalam fungsinya untuk memperoleh informasi dan pendidikan (Syarchie, 2008). Menurut Nasution (1998) setelah mendengarkan siaran radio masyarakat pedesaan atau masyarakat pertanian mendapatkan banyak informasi baru untuk menambah pengetahuan dan menggunakannya sebagai bahan diskusi, yang selanjutnya akan membawa mereka ke tahap putusan inovasi. Masih menurut Nasution (1998) dalam siaran radio yang diperuntukkan bagi masyarakat pedesaan berbagai informasi dan pengetahuan baru dikemas dalam bermacam bentuk seperti drama, percakapan, ataupun uraian biasa, dan diolah semenarik mungkin agar masyarakat tertarik untuk mengikuti siaran tersebut. Radio Pertanian Ciawi (RPC) merupakan salah satu radio pertanian yang menyajikan program-program siaran radio bernuansakan pertanian dan pedesaan. RPC dengan visi “Menjadi Suara Hati Masyarakat Pertanian” memiliki sasaran khalayak pendengar potensial yang berada di wilayah jangkauan RPC meliputi kota maupun kabupaten Bogor, sampai di beberapa wilayah Sumatera (Lampung
4
dan Palembang) (Mulyandari,dkk., 2010). Keberadaan RPC sebagai salah satu radio pertanian diharapkan dapat mengatasi kesenjangan komunikasi pihak pengambil kebijakan dengan masyarakat pertanian dan masyarakat lainnya. Sebagai radio yang bernuansakan pertanian dan pedesaan, program siaran yang disajikan RPC dikemas untuk menjadi salah satu sumber informasi bagi pendengarnya, khususnya para mitra tani. Mulyandari, dkk. (2010) menyatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh RPC bertujuan agar pendengar dapat memperoleh efek yakni berupa perubahan pengetahuan dan sikap terhadap materi siaran yang disampaikan. Program-program siaran yang disajikan oleh RPC hampir sebagian besar merupakan program yang menitikberatkan pada informasi pendidikan penyuluhan pertanian. Selaras dengan itu tak jarang informasi yang disiarkan melalui program siaran RPC dapat menambah pengetahuan bagi para pendengarnya setelah mendengarkan siaran yang disajikan. Oleh karena itu hal yang mendasari dalam penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengaruh dari program siaran Radio Pertanian Ciawi yang diberikan bagi pendengarnya, sehingga menjadi penting untuk dikaji.
1.2
Perumusan Masalah Radio di dalam menyajikan suatu siaran diharapkan mampu memberikan
ketertarikan pada diri khalayak pendengar yang mendengarkannya. Setiap stasiun radio memiliki suatu cara dalam mengemas siarannya sebagai upaya menjaring khalayak pendengar yang dapat memberikan pengaruh. Persaingan yang semakin ketat di antara pihak stasiun radio menyebabkan masing-masing stasiun radio berlomba-lomba dalam menyajikan suatu program siaran yang menarik bagi khalayak pendengar. Stasiun radio yang berhasil dalam menyajikan suatu siaran yang menarik dapat dilihat dari keterdedahan khalayak pendengar pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran radio. Tanpa adanya upaya dari pihak stasiun radio untuk menyajikan suatu siaran yang menarik, maka akan menyebabkan siaran radio yang disajikan tidak mendapatkan tempat di hati khalayak pendengar. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka pertanyaan penelitian yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
1. Bagaimana keterdedahan pendengar pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran radio? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keterdedahan pendengar pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran radio? 3. Sejauh mana program siaran radio berpengaruh bagi pendengarnya, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum untuk mempelajari pengaruh program
siaran Radio Pertanian Ciawi bagi pendengarnya. Adapun secara spesik tujuannya adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Keterdedahan pendengar pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran radio 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterdedahan pendengar pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran radio. 3. Pengaruh program siaran radio bagi pendengar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh kalangan baik bagi
sivitas akademika, masyarakat umum, maupun bagi pemerintah. Adapun manfaat yang diharapkan diperoleh masing-masing pihak adalah sebagai berikut: 1. Sivitas Akademika Bagi sivitas akademika penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi permasalahan media massa khususnya media massa radio. Lebih jauh penelitian ini mencoba memaparkan mengenai pengaruh program siaran radio bagi pendengarnya. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur dan menjadi landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh program siaran radio sebagai salah satu sumber informasi bagi khalayak pendengarnya.
6
2. Masyarakat Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat serta meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap program siaran tentang informasi pertanian. Lebih jauh masyarakat menjadi paham mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tebentuknya efek program siaran radio bagi pendengarnya. 3. Pemerintah Bagi pemerintah penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan yang berhubungan dengan media massa radio dalam mempertahankan program-program siaran yang bernuansakan pertanian dan pedesaan, untuk tetap digunakan sebagai salah satu sumber informasi bagi pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat pedesaan atau masyarakat pertanian.
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Perkembangan Radio di Indonesia Berkembangnya berbagai media massa yang terjadi diikuti juga dengan berkembangnya media massa radio. Indonesia pun tidak luput dari perkembangan media massa radio yang terjadi. Perkembangan radio di Indonesia dimulai dari zaman penjajahan Belanda, zaman Jepang, zaman kemerdekaan, dan zaman orde baru. (Rousydiy, 1985). 1.
Zaman Penjajahan Belanda Radio siaran yang pertama didirikan di Indonesia adalah Bataviase Radio Vereneging (BRV) di Jakarta (Batavia tempo dulu) yang resmi didirkan pada tanggal 16 Juni 1925. Pada saat itu Indonesia masih di jajah oleh Belanda dan status dari radio tersebut berstatus swasta. Setelah BRV berdiri, secara serempak berdiri pula badan-badan radio siaran lainnya di kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya. Di antara sekian banyak radio siaran itu yang terbesar dan terlengkap adalah NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Bandung, dan Medan, karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda.
2.
Zaman Jepang Ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta. Cabangcabangnya di daerah dinamakan Hoso Kyoku terdapat di Bandung, Purwakarta, Jogjakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang.
3.
Zaman Kemerdekaan Setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 berkumandang, radio siaran belum lagi terorganisir dalam organisasi yang rapi. Maka pada tanggal 10 September 1945 pemimpin-pemimpin radio
8
siaran berkumpul untuk menuntut kepada Jepang untuk menyerahkan semua studio radio beserta pemancar dan perlengkapannya. Sejak tanggal 27 Desember 1949 radio siaran di Indonesia memakai stasiun call Radio Republik Indonesia Serikat kemudian menjadi stasiun call “Radio Indonesia Merdeka.” 4.
Zaman Orde Baru Sampai akhir tahun 1966, RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia, radio siaran yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah. Pada waktu ini RRI mempunyai 49 stasiun di seluruh Indonesia.
2.1.2 Radio sebagai Media Komunikasi Massa Para pakar komunikasi memberikan julukan pada radio sebagai kekuatan kelima (The Fifth Estate, setelah eksekutif, legislatif, yudikatif, dan pers (surat kabar)). Agus Setiaman sepakat dengan julukan “The Fifth Estate” tersebut bahwa “julukan ini barangkali tidaklah berlebihan karena dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki radio mempunyai pengaruh” (Setiaman, 2003). Komunikasi massa tidak lepas dari pengaruh media yang menjadi alat penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Sebagai salah satu media massa yang memberikan pengaruh terhadap khalayaknya, hingga saat ini radio masih tetap banyak dimanfaatkan oleh banyak orang dalam memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan. Radio memiliki keunggulan dibandingkan dengan media massa lain. Beberapa keunggulan radio yaitu (Riswandi, 2009): 1. Cepat dan langsung. Sarana tercepat, lebih cepat dari koran atau dan televisi, dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat tanpa melalui proses yang rumit dan butuh waktu banyak seperti siaran televisi atau sajian media cetak. 2. Akrab. Radio siaran adalah alat yang “mendekatkan” atau mengakrabkan pendengar/khalayak dengan penyiar atau bahkan dengan pemiliknya. 3. Hangat. Paduan kata-kata, musik, dan efek suara dalam siaran radio mampu mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar akan bereaksi atas kehangatan
9
suara penyiar dan seringkali berpikir bahwa penyiar adalah seorang teman bagi mereka. 4. Tanpa batas. Siaran radio menembus batas-batas geografis, kultural, serta kelas sosial. 5. Murah. Harga sebuah radio sekaligus mendengarkan siarannya relatif lebih murah dibandingkan dengan harga sebuah televisi atau berlangganan media cetak. Bahkan pendengar siaran radio pun tidak dipungut iuran sepeser pun. 6. Fleksibel. Siaran radio dapat dinikmati sambil mengerjakan hal lain tanpa mengganggu aktivitas yang lain seperti belajar, memasak, mengemudi, membaca surat kabar, dan sebagainya. Menurut Changara (2006) kehadiran media massa lain seperti media televisi ternyata tidak mampu menggeser penggemar radio. Radio bisa dinikmati sambil mengerjakan pekerjaan lain seperti memasak, menulis, menjahit, dan semacamnya. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi pada media lain seperti TV, film, dan surat kabar.
2.1.3
Radio Siaran Radio yang selanjutnya disebut radio siaran adalah media komunikasi
massa elektronik bersifat auditif yang menggunakan ranah publik (frekuensi). Radio merupakan sebagai salah satu bukti nyata dari perkembangan teknologi komunikasi yang juga sudah menunjukkan perannya dalam kehidupan. Pemanfaatan radio semakin lama semakin bertambah. Sebagai salah satu media massa, radio memiliki karakteristik yang khas dibandingkan media massa lain yaitu (Riswandi, 2009): (1) Imajinatif, pesan radio dapat mengajak pendengarnya untuk berimajinasi. (2) Auditif, sifat radio untuk didengar sehingga dengan demikian sampai di pendengaran hanya sepintas dan tidak dapat diulang kembali. (3) Mengandung gangguan, baik berupa gangguan yang disebabkan faktor semantik maupun oleh faktor teknis. (4) Akrab. Meskipun radio merupakan media komunikasi massa, akan tetapi radio siaran bisa “menyapa” pendengar secara pribadi, seolah-olah teman akrab yang hadir di tengah-tengah pendengarnya. (5)
10
Identik dengan musik, radio adalah sarana hiburan termurah dan tercepat sehingga menjadi media utama untuk mendengarkan musik. Oleh berbagai pihak radio siaran dianggap memiliki kekuatan yang begitu besar dan memiliki kekuasaan yang begitu hebat terhadap khalayaknya. Menurut Setiaman (2003), paling tidak ada tiga faktor penyebab yang membuat radio memiliki kekuatan yaitu: 1.
Radio siaran bersifat langsung Artinya siaran radio dapat mencapai sasarannya tanpa mengalami proses yang rumit. Sifat langsung ini menyebabkan tingkat aktualitas informasi yang disajikan lebih aktual.
2.
Radio Siaran menembus jarak dan rintangan Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan bagaimanapun jauhnya audience yang dituju, radio dapat menembus halangan apapun yang membatasinya.
3.
Radio siaran memiliki daya tarik Daya tarik ini disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada pada radio, yakni musik, kata-kata, dan efek suara. Keuntungan radio siaran adalah sifatnya yang santai. Orang bisa
menikmati acara siaran radio sambil makan, sambil bekerja bahkan sambil mengemudikan mobil. Tidak demikian halnya dengan media massa yang lain.
2.1.4
Karakteristik dan Khalayak Pendengar Radio Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca,
pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi (Changara, 2006). Radio yang merupakan salah satu media massa tentunya juga memiliki khalayak yang terlibat. Biasanya khalayak dari media massa radio disebut sebagai khalayak pendengar. Menurut Masduki (2002) dalam Puspitasari (2009) membagi pendengar radio dalam empat kategori yakni pendengar aktif, pasif, selektif, dan spontan. Pendengar spontan adalah pendengar yang tanpa sengaja mendengar suatu siaran radio dan relatif lebih mudah teralih perhatiannya pada hal lain. Pendengar pasif adalah pendengar yang sering mendengarkan suatu program radio tetapi jarang melakukan interaksi
11
dengan penyiar dan hanya mendengarkan siaran radio saja. Pendengar selektif adalah pendengar yang hanya memilih untuk mendengarkan program siaran tertentu yang memang diminati olehnya, baik dikarenakan kualitas program yang ditawarkan maupun karena tertarik terhadap penyiar yang bersiaran. Pendengar aktif adalah pendengar yang selalu mendengarkan siaran suatu stasiun radio dan mereka juga sering aktif berinteraksi dengan penyiar pada saat siaran berlangsung dengan mengirimkan sms atau telepon ke stasiun radio yang bersangkutan. Menurut McQuail (2005) karakteristik individu yang berkaitan dengan khalayak media massa meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Berbagai ahli mengemukakan bahwa pendengar radio siaran memiliki sifat-sifat yang dapat diamati, diantaranya adalah heterogen, selektif dan aktif. Effendy (2003) menyatakan bahwa salah satu sifat yang dimiliki oleh pendengar radio adalah heterogen, yang berarti pendengar adalah massa, sejumlah orang yang sangat banyak, terpencar-pencar dan tidak saling mengenal. Menurut McQuail (2005) sifat selektif dilihat dari segi pendengar dapat memilih program siaran radio yang disukainya.
Selain itu pendengar radio juga bersifat aktif.
Apabila menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun radio, pendengar aktif berfikir dan melakukan interpretasi, kemudian bertanya-tanya pada dirinya apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar radio bernilai benar atau tidak.
2.1.5 Keterdedahan pada Siaran Radio Rosengren (1974) dalam Morissan (2005) mengartikan terpaan media (media exposure) sebagai penggunaan isi media untuk mendapatkan pemenuhan atas kebutuhan seseorang. Penggunaan media ini terdiri dari jumlah waktu yang digunakan untuk mengikuti media, jenis isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara khalayak media massa dengan isi media massa yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan media yang mengacu pada utilitas, intensionalitas, selektivitas, dan keterlibatan khalayak dengan media. Terkait dengan media massa radio, maka terpaan media disini diartikan sebagai keterdedahan khalayak pada siaran radio yang dikategorikan
12
menjadi frekuensi khalayak mendengarkan siaran radio dan lamanya khalayak mendengarkan siaran radio.
2.1.6 Program Siaran Radio Pada umumnya setiap stasiun radio memiliki cara masing-masing dalam mengemas siarannya agar menarik perhatian khalayak pendengar. Penyajian suatu siaran yang menarik oleh stasiun radio akan menentukan keberhasilan dari radio tersebut untuk menjaring khalayak pendengar dalam menyiarkan suatu informasi. Tentu saja program siaran juga tidak terlepas dari penyajian yang dilakukan oleh pihak stasiun radio. Program siaran yang dikemas secara menarik akan membuat pendengar untuk terus mendengarkan siaran tersebut. Menurut Morissan (2005) memproduksi program siaran memerlukan kemampuan dan keterampilan sehingga menghasilkan produksi program yang menarik didengar. Secara umum program siaran radio terdiri atas dua jenis, yaitu musik dan informasi. Kedua jenis program ini kemudian dikemas dalam berbagai bentuk yang pada intinya harus bisa memenuhi kebutuhan khalayak dalam hal musik dan informasi. Program yang sering menjadi perhatian dari pihak stasiun radio untuk dikemas secara menarik umumnya seperti berita radio, perbincangan (talk show), info hiburan, dan jingle radio. Menurut Morissan (2005) bentuk penyajian berita radio terdiri atas: (1) Siaran langsung (live report), yaitu reporter mendapatkan fakta atau peristiwa dari lapangan dan pada saat bersamaan melaporkannya dari lokasi. (2) Siaran tunda, reporter mendapatkan fakta dari lapangan, kemudian kembali ke studio untuk mengolahnya terlebih dahulu sebelum disiarkan. Informasi yang diperoleh ini dapat dikemas ke dalam berita langsung (straight news) atau berita feature. Sementara perbincangan radio (talk show) biasanya diarahkan oleh seorang pemandu acara (host) bersama satu atau lebih narasumber untuk membahas sebuah topik yang sudah dirancang sebelumnya. Adapun masih menurut Morissan (2005) tiga bentuk program perbincangan yang banyak digunakan oleh stasiun radio adalah: (1) One-on-one-show, yaitu bentuk perbincangan saat penyiar dan narasumber mendiskusikan suatu topik dengan dua posisi mikropon terpisah di ruang studio yang sama. (2) Panel discussion, pewawancara sebagai moderator hadir bersama sejumlah narasumber. (3) Call in
13
Show, program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dari pendengar. Topik ditentukan oleh penyiar kemudian pendengar diminta untuk memberikan respon. Sementara itu infotainment yang merupakan singkatan dari information dan entertainment berupa kombinasi sajian siaran informasi dan hiburan dikemas secara easy listening. Infotainment dalam kemasan yang lebih lengkap disebut majalah udara yaitu suatu acara yang memadukan antara musik, lagu, tuturan informasi, berita, dan iklan (Morissan, 2005). Biasanya tema yang dibahas dalam program ini antara lain wawancara artis penyanyi yang membahas album barunya, interaktif dengan pendengar membahas suatu tema tertentu, dan lain-lain. Tiga bentuk penyajian infotainment radio yang popular di Indonesia menurut Morissan (2005) adalah: (1) Info-entertainment, penyampaian informasi dari dunia hiburan dengan diselingi pemutaran lagu. (2) Infotainment, penyampaian informasi, promosi dan sejenisnya dari dunia hiburan yang topiknya menyatu atau senada dengan lagu-lagu atau musik yang diputar. (3) Infotainment dan entertainment, sajian informasi khususnya berisi berita-berita aktual dilengkapi perbincangan yang tidak selalu dari khazanah dunia hiburan, diselingi pemutaran lagu, iklan dan sebagainya.
2.1.7 Penilaian terhadap Program Siaran Radio Keberhasilan stasiun radio dalam menyajikan suatu program siaran akan ditentukan oleh seberapa banyak khalayak pendengar yang tertarik untuk mendengarkan program siaran yang disajikan. Di samping itu, keberhasilan suatu program siaran yang disajikan oleh pihak stasiun radio akan digunakan dalam menjaring khalayak pendengar yang lebih banyak untuk mau mendengarkan program siaran tersebut. Ada atau tidaknya khalayak pendengar yang mengikuti atau mendengarkan acara yang disajikan oleh suatu stasiun radio tentunya menentukan keberhasilan dari program tersebut dalam menyajikan suatu siaran yang menarik pendengar (Kermite,1997) Menurut Kermite (1997) di dalam hasil penelitiannya, terdapat faktorfaktor yang mempengaruhi ketertarikan khalayak pendengar untuk mengikuti
14
acara atau program siaran yang disajikan yaitu dengan memberikan penilaian terhadap program siaran yang terdiri dari: 1) Kesesuaian waktu siaran, merupakan penempatan waktu untuk menyajikan suatu acara/program yang sesuai dengan diinginkan oleh pendengar. Penempatan waktu siaran yang tepat dilakukan oleh suatu stasiun radio maka akan menyebabkan pendengar untuk mau terus mendengarkan siaran yang disajikan. 2) Pengemasan/cara penyajian siaran, pengemasan acara yang dilakukan dengan baik secara tidak langsung membuat jumlah pendengar semakin menambah. Apabila acara disajikan dengan menarik tentunya akan banyak pendengar yang tertarik untuk mendengarkan acara – acara siaran yang disajikan. 3) Penyiar, yakni kualitas yang baik dimiliki oleh penyiar akan berpengaruh terhadap ketertarikan pendengar untuk mengikuti acara/program yang disajikan. Di samping itu suasana keakraban yang mampu dibangun oleh penyiar dengan pendengar juga dapat menimbulkan ketertarikan pendengar untuk mengikuti atau mendengarkan acara /program siaran yang disajikan. Selain itu Oktaviana (2010) di dalam penelitiannya menyatakan bahwa durasi siaran juga merupakan faktor yang mempengaruhi ketertarikan khalayak pendengar dalam mendengarkan acara/program siaran yang disajikan oleh suatu stasiun radio, serta tak luput mendapatkan penilaian dari pendengar. Durasi siaran yang digunakan dengan jumlah waktu tidak terlalu lama atau tidak terlalu singkat oleh stasiun radio akan menyebabkan khalayak pendengar merasa puas dengan siaran yang diberikan. Hal ini dikarenakan apabila durasi siaran terlalu lama akan membuat khalayak pendengar jenuh untuk mendengarkan siaran yang diberikan. Sementara apabila durasi siaran terlalu sebentar akan membuat kebutuhan informasi dari khalayak pendengar tidak sepenuhnya terpenuhi. Hal tersebut kemudian diperkuat oleh hasil penelitian Kaban (2009) yang menyatakan bahwa materi siaran turut berpengaruh dalam menentukan keberhasilan program siaran radio dan mendapatkan suatu penilaian dari pendengar terhadap kualitasnya. Penggunaan materi siaran harus disajikan dengan materi yang berbeda-beda. Penyajian materi yang berbeda-beda kepada pendengar dimaksudkan agar tidak menjadi jenuh dengan materi yang itu-itu saja. Idealnya
15
semakin baik penilaian yang diberikan khalayak pendengar terhadap program siaran maka program tersebut cukup dikatakan berhasil penyajiannya.
2.1.8
Efek Komunikasi Massa Efek komunikasi massa pada dasarnya memberikan penejelasan dimana
terdapat efek tertentu akibat dari pesan yang disampaikan oleh media kepada komunikannya. Efek bukan hanya sekedar reaksi penerima terhadap pesan yang dilontarkan oleh komunikator, melainkan merupakan panduan sejumlah kekuatan yang bekerja dalam masyarakat. Bentuk konkrit dari efek dalam komunikasi massa adalah terjadinya perubahan kognitif atau afektif atau perilaku khalayak akibat pesan yang diterimanya. Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Menurut Rakhmat (2005) efek dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yakni: 1.
Efek Kognitif Komunikasi Massa Efek kognitif komunikasi massa dimulai dengan menelaah pada pembentukan dan perubahan citra hingga akhirnya terlihat pada efek prososial kognitif media massa, yakni bagaimana media massa membantu khalayak mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. a. Pembentukan dan Perubahan Citra: Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Bagi khalayak, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan, atau mendefinisikan citra. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi – realitas tangan – kedua (second hand reality), akhirnya seseorang membentuk citra tentang lingkungan sosial berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan media massa. b. Efek Prososial Kognitif Informasi yang disampaikan oleh media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Informasi yang diterima masyarakat dari media
16
massa menyebabkan mereka memperoleh kognitif yang mendalam tentang bidang yang diminatinya (efek prososial kognitif) 2.
Efek Afektif Komunikasi Massa Efek afektif berkaitan dengan perasaan, yang biasanya ditunjukkan dengan pembentukan ataupun perubahan afektif. Afektif bersumber pada organisasi kognitif – pada informasi dan kognitif yang dimiliki. Afektif pada seseorang atau sesuatu bergantung pada citra yang dimiliki tentang orang atau suatu objek. Media massa tidak mengubah afektif secara langsung. Media massa mengubah dulu citra, dan citra mendasari afektif.
3.
Efek Behavioral Komunikasi Massa Efek behavioral berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Tindakan akan dilakukan seseorang bila dirinya sendiri mendorong tindakan itu. Dorongan itu mungkin timbul dari perasaan puas, senang, atau dipenuhinya citra diri yang ideal. Dengan kata lain efek behavioral timbul setelah munculnya efek kognitif dan efek afektif. Akibat dari efek komunikasi massa adalah terjadinya perubahan pada diri
khalayak komunikasi massa yaitu perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Respons kognitif merupakan penguasaan individu mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan informasi yang disampaikan. Sementara respon afektif adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang berhubungan dengan informasi yang disampaikan kepada khalayak. Berdasarkan penelitian Mardianah (2010) kognitif dan afektif pendengar terbentuk setelah mereka telah terdedah oleh media massa.
2.2
Kerangka Pemikiran Radio yang merupakan salah satu media massa dalam menyampaikan
pesan kepada masyarakat luas diharapkan dapat menyajikan suatu program siaran untuk pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat yang berada di pedesaan. Sebagai salah satu media komunikasi massa sudah tentu radio memiliki khalayak pendengar yang mendengarkan siaran yang disajikannya.
17
Merujuk pada McQuail (2005) khalayak pendengar dari radio terdiri dari berbagai macam karakteristik meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan, dan kepemilikan media massa. Berdasarkan karakteristik khalayak pendengar tersebut akan dilihat seberapa besar hubungannya dengan keterdedahan pendengar pada siaran radio. Selain itu akan dlihat juga seberapa besar hubungannya dengan penilaian khalayak pendengar terhadap program siaran yang disajikan, yang pada akhirnya akan terlihat hubungannya terhadap tingkat kognitif dan afektif khalayak pendengar. Program siaran yang menarik akan digunakan oleh pihak stasiun radio untuk menjaring khalayak pendengar. Keterdedahan pendengar pada siaran radio perlu diperhatikan dalam upaya untuk menjaring pendengar oleh pihak stasiun radio. Merujuk Rosengren (1974) dalam Morissan (2005) tentang terpaan media, keterdedahan pendengar pada siaran radio dapat dilihat dari frekuensi mendengarkan dan lama mendengarkan. Semakin sering dan lama pendengar mendengarkan siaran radio akan terlihat pengaruhnya bagi pendengar terhadap program siaran yang disajikan. Penilaian khalayak pendengar terhadap suatu program siaran juga perlu diperhatikan oleh pihak stasiun radio untuk melihat respon pendengar terhadap program siaran yang disajikan. Mengacu pada hasil penelitian Kermite (1997) dan Oktaviana (2010), penilaian pendengar terhadap program siaran dapat dilihat pada aspek materi/isi siaran, bentuk penyajian/cara penyajian siaran, penyiar yang menyajikan siaran, durasi siaran yang digunakan, serta kesesuaian waktu siaran. Semakin baik penilaian khalayak pendengar terhadap program siaran yang disajikan akan terlihat juga pengaruhnya terhadap tingkat kognitif dan afektif khalayak pendengar. Program siaran radio yang disajikan secara menarik oleh pihak stasiun radio diduga mempengaruhi tingkat kognitif dan afektif khalayak pendengar. Merujuk pada Mardianah (2010), tingkat kognitif dan afektif khalayak pendengar radio diperkirakan terbentuk setelah mereka mendengarkan materi siaran yang disajikan. Penjelasan di atas bergambar dalam kerangka berpikir berikut (Gambar 1.)
18
Keterdedahan pada Siaran Radio: 1. Frekuensi mendengarkan 2. Lama mendengarkan
Karakteristik Khalayak Pendengar: 1. 2. 3. 4. 5.
Penilaian terhadap Program Siaran:
Umur Jenis kelamin Pendidikan Jenis pekerjaan Kepemilikan media massa
1. Materi/Isi Siaran 2. Bentuk Penyajian /Cara Penyajian 3. Penyiar 4. Durasi siaran 5. Waktu siaran
Pengaruh Program Siaran Radio: 1. Tingkat Kognitif, dan 2. Tingkat Afektif
Keterangan = berhubungan Gambar 1. Kerangka Berpikir 2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Karakteristik khalayak pendengar yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, jens pekerjaan, dan kepemilikan media massa berhubungan signifikan dengan keterdedahannya pada siaran radio. 2. Karakteristik khalayak pendengar yang terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan kepemilikan media massa
19
berhubungan signifikan dengan penilaiannya terhadap program siaran radio. 3. Keterdedahan pendengar pada siaran radio yang terdiri dari frekuensi mendengarkan dan lama mendengarkan berhubungan signifikan dengan penilaiannya terhadap program siaran. 4. Keterdedahan pendengar pada siaran radio berhubungan signifikan dengan tingkat kognitif dan afektif pendengar 5. Penilaian pendengar terhadap program siaran berhubungan signifikan dengan tingkat kognitif dan afektif pendengar 6. Terdapat perbedaan nyata antara nilai pre-test dan post-test tingkat kognitif dan afektif pendengar
2.4 Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Indikator
Pengukuran
Umur
Lamanya massa hidup responden sampai dengan ketika mengisi kuesioner
Usia responden pada saat penelitian yang dihitung dalam satuan tahun dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat
Pernyataan responden tentang umur pada saat diwawancarai yang dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu: kategori umur muda (≤ 25 tahun), kategori umur dewasa (2637 tahun), dan kategori umur tua (≥ 38 tahun)
Jenis Kelamin
Identitas responden berdasarkan faktor biologis yang tercatat dalam tanda pengenal
Jenis kelamin Pernyataan responden responden pada tentang jenis kelamin saat saat mengisi diwawancarai yang kuesioner dikategorikan menjadi dua penelitian kategori yaitu: Laki–Laki (L) dan Perempuan (P)
Pendidikan
Lamanya responden memperoleh atau mengikuti pendidikan formal
Jenjang pendidikan terakhir yang pernah ditempuh responden
Pernyataan responden berkaitan dengan jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden, dikategorikan ke dalam empat kategori yaitu: Tidak Lulus SD, Lulus SD/sederajat, Tamat SMP,
20
Tamat SMA. Pekerjaan
Kegiatan atau kesibukan utama yang sedang dijalankan oleh responden
Kegiatan atau kesibukan utama yang dijalankan oleh responden untuk memperoleh nafkah/pendapatan
Pernyataan responden tentang jenis pekerjaan yang dijalankannya saat penelitian berlangsung. Pekerjaan responden dikategorikan menjadi dua kategori yaitu: pertanian dan non pertanian
Kepemilikan media massa
Jenis media massa yang dimiliki oleh responden
jumlah media Pernyataan responden massa yang mengenai jumlah media dimiliki oleh massa yang dimiliki untuk responden. menambah informasi selain dari radio dan dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu responden yang memiliki: televisi, koran, televisi dan koran
Frekuensi Mendengarkan
Keseringan /frekuensi responden mendengarkan radio
Tingkat keseringan responden mendengarkan siaran radio dalam satu minggu terakhir saat penelitian ini berlangsung
Pernyataan responden tentang tingkat keseringan mendengarkan siaran radio RPC dalam satu minggu terakhir, dan dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, tinggi. Pengukuran dilakukan dengan memberikan skor: skor 1 (12 kali tergolong kategori rendah); skor 2 (3-4 kali tergolong kategori sedang); skor 3 (setiap hari tergolong kategori tinggi)
Lama Mendengarkan
waktu rata-rata yang diluangkan oleh responden untuk mendengarkan radio dalam sehari
Jumlah waktu responden mendengarkan siaran radio RPC dalam satu minggu terakhir pada saat penelitian
Pernyataan responden tentang jumlah waktu mendengarkan siaran radio RPC dalam satu minggu terakhir, dan dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, tinggi. Pengukuran dilakukan dengan memberikan skor: skor 1 (12 jam/hari tergolong rendah); skor 2 (2-4 jam/ hari tergolong sedang); skor 3 (> 4 jam/hari tergolong tinggi).
21
Materi siaran
Kualitas daya tarik materi yang disajikan dalam program siaran
Jumlah kualitas daya tarik materi yang disajikan pada program siaran dalam satu minggu terakhir sebelum penelitian dilaksanakan
Pernyataan responden tentang penilaian terhadap daya tarik materi yang disiarkan, dan dibagi dalam empat tingkat pernyataan, yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, dan sangat sesuai. Pengukuran dilakukan dengan membagi dalam tiga kategori: skor < 27(tidak baik); skor 27 (cukup baik); skor > 27 (sangat baik)
Bentuk penyajian/cara penyajian
Cara yang digunakan pihak radio dalam menyajikan program siaran.
Berbagai penilaian yang diberikan responden terhadap cara penyampaian materi yang disiarkan.
Pernyataan responden tentang penilaian terhadap tingkat kesesuaian cara penyampaian materi siaran dengan yang diinginkannya, dan dibagi dalam empat tingkat pernyataan yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, sangat sesuai. Pengukuran dilakukan dengan membagi dalam tiga kategori, yaitu: skor < 27 (tidak menarik); skor 27-28 (cukup menarik); skor > 28 (sangat menarik)
Penyiar
Seseorang yang dipercaya untuk membawakan program siaran yang disajikan
Berbagai penilaian yang diberikan responden terhadap kesesuaian dari penyiar yang menyajikan siaran
Pernyataan responden tentang penilaian terhadap kesesuaian dari penyiar yang menyajikan siaran, dan dibagi dalam empat tingkat pernyataan yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, sangat sesuai. Pengukuran dilakukan dengan membagi tiga kategori, yaitu: skor < 26 (tidak interaktif); skor 2628,75 (cukup interaktif); skor > 28,75 (sangat interaktif)
Durasi siaran
Banyaknya Berbagai penilaian Pernyataan responden waktu yang yang diberikan tentang penilaian terhadap digunakan responden kesesuaian banyaknya
22
untuk menyajikan program siaran.
terhadap banyaknya waktu yang digunakan untuk menyajikan program siaran
waktu yang digunakan untuk menyajikan program siaran. Pernyataan dibagi menjadi empat tingkat pernyataan yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, dan sangat sesuai. Pengukuran dilakukan dengan membagi dalam dua kategori yaitu: skor ≤ 18 (tidak sesuai); skor > 18 (sesuai)
Waktu siaran
Waktu yang digunakan untuk menyajikan program siaran.
Berbagai penilaian yang diberikan responden terhadap waktu penyiaran yang digunakan pihak radio untuk menyajikan program
Pernyataan responden tentang penilaian terhadap jumlah kesesuaian terhadap waktu penyiaran yang digunakan dan dibagi dalam empat tingkat pernyataan yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, sangat sesuai. Pengukuran dilakukan dengan membagi dalam tiga kategori, yaitu: skor < 15 (tidak sesuai); skor 15-17 (cukup sesuai); skor > 17 (sangat sesuai)
Tingkat Kognitif
kemampuan untuk memahami, mengingat, dan mendefinisikan mengenai informasi yang disampaikan melalui program siaran RPC
Tingkat penambahan pemahaman responden atas informasi yang diberikan dalam program siaran RPC.
Aspek kognitif dikenali dari pemahaman maupun kognitif responden mengenai materi siaran. Pengukuran dilakukan dengan mengkategorikan berdasarkan tingkat pemahaman responden pada nilai pre-test dan post-test yaitu: nilai < 4 (rendah), nilai 5-7 (sedang); nilai > 8 (tinggi).
Tingkat Afektif
Perasaan suka atau tidak suka dari responden terhadap materi siaran yang disampaikan melalui program siaran
Perubahan tingkat afektif responden terhadap program siaran RPC
Pernyataan responden tentang afektif berisi minat, ,apresiasi terhadap materi siaran program RPC. Pengukuran dilakukan dengan mengaktegorikan terhadap tingkat afektif yang ditunjukkan oleh responden, yaitu: a. saat
23
RPC
pre-test skor < 30 (rendah) skor 30-35 (sedang), skor > 35 (tinggi), b. saat post-test skor < 33 (rendah), 33-37 (sedang), skor > 37 (tinggi)
BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif korelasional yang
didukung dengan penelitian eksperimental. “Penelitian eksperimental merupakan penelitian yang sesuai untuk pengujian hipotesa tertentu dan dimaksudkan untuk mengetahui hubungan sebab akibat variabel penelitian” (Singarimbun dan Effendi, 1989). Menurut Faisal (2005) penelitian eksperimental dimaksudkan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu treatment eksperimental pada suatu kelompok yang dilakukan secara terkendali. Penelitian eksperimental dilakukan dengan terdiri dari kelompok yang diberikan perlakuan (experimental group) dan kelompok pembanding (control group). Singarimbun dan Effendi (1989) menyatakan bahwa digunakannya kelompok kontrol adalah sebagai pembanding dalam penelitian eksperimental untuk mengetahui adanya perbedaan efek dari suatu perlakuan yang diberikan, dengan perlakuan hanya diberikan kepada kelompok eksperimen. Kelompok responden pada penelitian ini dibedakan antara kelompok pendengar siaran RPC (kelompok eksperimental), dan bukan kelompok pendengar yang
digunakan
sebagai
pembanding
(kelompok
kontrol).
Kelompok
eksperimental di dalam penelitian ini adalah pendengar RPC di Desa Cileungsi khususnya di Kampung Ciherang Gede yang juga sebagai mitra RPC. Sementara kelompok kontrolnya adalah masih warga Desa Cileungsi di Kampung Ciherang Gede namun yang tidak pernah mendengarkan siaran RPC. Sebelum dilakukan perlakuan, kedua kelompok terlebih dahulu di tes (pre-test) untuk mengukur tingkat kognitif dan afektif responden. Setelah mendengarkan salah satu program siaran RPC yang telah dipilih sebagai sampel acara, lalu kelompok eksperimen ini diuji tingkat kognitifnya (post-test) dan dibandingkan hasilnya dengan kelompok pembanding (kelompok kontrol) yang tidak mendengarkan program siaran radio dan juga dengan hasil pre-test untuk menentukan terjadinya peningkatan tingkat kognitif dan afektif responden. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
25
dengan didukung oleh data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara tidak terstruktur antara peneliti dengan informan dan responden.
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Radio Pertanian Ciawi (RPC).
Lokasi
penelitian dipilih secara sengaja (purposive). Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan observasi melalui studi langsung pada tempat dan internet. Radio Pertanian Ciawi merupakan salah satu lembaga penyiaran informasi pertanian yang yang menitikberatkan pada aspek layanan pendidikan dan informasi bagi masyarakat khususnya bagi masyarakat pertanian. Radio Pertanian Ciawi memiliki sasaran khalayak pendengar dengan jangkauan hingga beberapa kota seperti Tangerang, Sukabumi, dan Sumatera (Palembang dan Lampung). Selain itu, setelah melakukan penjajagan awal melalui wawancara mendalam dengan pihak RPC, didapatkan bahwa RPC memiliki program siaran radio yang menitikberatkan pada penyampaian informasi pembangunan pertanian dan cukup banyak diminati oleh khalayak pendengar khususnya bagi para petani. Oleh karena itu, lokasi ini dianggap representatif untuk mempelajari pengaruh program siaran radio bagi pendengarnya khususnya terhadap tingkat kognitif dan afektif pendengar.
26
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2011 - 2012 Kegiatan
Juni
Septem ber 2011
2011
1 2 3 4 3
4
Oktober
November
Desember
Januari
2011
2011
2011
2012
2012 1 2 3 4 1
2 3 4 1 2 3 4
1 2 3 4
Penyusunan proposal skripsi Kolokium Perbaikan proposal
Pengumpulan data lapangan Pengolahan data dan analisis data Penulisan draft skripsi Sidang skripsi Perbaikan skripsi
3.3
Februari
Teknik Pengambilan Sampel Populasi sampling dalam penelitian ini adalah warga Desa Cileungsi,
Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, sedangkan populasi sasaran adalah pendengar RPC yang menjadi mitra RPC di wilayah tersebut. Unit analisis pada penelitian ini adalah individu. Pemilihan lokasi sampel dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa lokasi Desa Cileungsi merupakan salah satu kawasan lingkar RPC serta di Desa Cileungsi tersebar pendengar RPC yang juga merupakan mitra dari Radio Pertanian Ciawi. Kerangka sampling merupakan daftar populasi yang karakteristiknya sesuai dengan masalah yang diteliti. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara purposive kepada kelompok pendengar yang menjadi mitra RPC sesuai
1
27
dengan kriteria populasi sampel yang dibutuhkan. Berkaitan dengan hal ini sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan responden yang akan dijadikan subjek penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1989). Sebanyak tiga puluh orang diambil sebagai sampel penelitian yang digolongkan ke dalam kelompok eksperimen (kelompok pendengar), dengan pertimbangan jumlah tiga puluh orang responden ini diambil sesuai dengan banyaknya jumlah pendengar yang menjadi mitra RPC di Desa Cileungsi, khususnya di Kampung Ciherang Gede. Sementara sepuluh orang responden bukan mitra RPC warga di Desa Cileungsi diambil sebagai sampel yang digolongkan ke dalam kelompok kontrol yakni kelompok yang tidak pernah mendengarkan siaran RPC. Pada penelitian ini program siaran yang digunakan untuk melihat pengaruhnya bagi pendengar adalah program siaran Karedok. Alasan dipilihnya program Karedok adalah program tersebut merupakan program siaran yang berisikan informasi-informasi mengenai inovasi pertanian dan dapat berfungsi sebagai siaran pendidikan, sehingga program tersebut sesuai dengan kriteria program yang dibutuhkan untuk melihat pengaruhnya bagi pendengar khususnya terhadap tingkat kognitif dan afektif pendengar.
3.4
Jenis Data dan Metode Pengambilan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian langsung di lapangan menggunakan kuesioner dan wawancara terstruktur serta pre-test dan post-test. Selain itu dilakukan juga wawancara terstruktur terhadap pihak RPC dan observasi yang diperoleh melalui pengamatan terhadap kondisi sekitar. Sementara data sekunder diperoleh dari Desa Cileungsi mengenai kependudukan, letak geografis, demografis, dan gambaran umum lokasi penelitian secara keseluruhan. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari dokumentasi Radio Pertanian Ciawi (RPC) berupa profil organisasi RPC. Metode pengumpulan data yang akan dilakukan di lapangan adalah dengan wawancara, kuesioner, observasi, dan dokumentasi.
28
Program siaran yang dipilih sebagai sampel acara adalah program Karedok (Kasawang Rarancang Endah Dina Obrolan Kiwari) yang merupakan salah satu program unggulan RPC yang diputar pada hari Jumat, 21 Oktober 2011 pukul 17.00-18.00 WIB, berisikan materi tentang bidang pertanian. Pre-test dilakukan pada hari Rabu dan Kamis, 19-20 Oktober 2011 kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada hari Jumat tanggal 21 Oktober 2011 diperdengarkan program siaran Karedok hanya kepada kelompok eksperimen (responden). Pada hari Sabtu tanggal 22 Oktober 2011 kemudian diadakan post-test kepada kedua kelompok.
3.5
Teknik Pengolahan dan Analisis data Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu pertama, melakukan pengkodean kemudian memasukkan data ke dalam kartu atau berkas data. Kedua, membuat tabel frekuensi atau tabel silang. Ketiga, mengedit yakni mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi atau tabel silang (Singarimbun dan Effendi, 1989). Data hasil kuesioner terhadap responden kemudian selanjutnya diolah secara statistik deskriptif dengan menggunakan software SPSS for Windows versi 17.0 dan Microsoft Excel 2007. Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan sekumpulan data secara visual dimana dapat dilakukan dalam dua bagian yaitu dalam bentuk gambar dan tulisan. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data berupa tabel frekuensi dan tabulasi silang (crosstab). Tabel frekuensi digunakan untuk menggambarkan karakteristik khalayak pendengar, keterdedahan pendengar pada siaran radio, penilaian pendengar terhadap program siaran, serta tingkat kognitif dan afektif khalayak pendengar. Tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan data dalam bentuk baris dan kolom. Untuk menguji hubungan antar variabel yang kemudian dianalisis dan dinterpretasikan dengan menggunakan analisis korelasi Rank-Spearman dan uji statistik Chi-Square. Analisis korelasi Rank-Spearman dan uji statistik ChiSquare untuk menguji hubungan data yang berupa kategorik terdiri dari data nominal dan data ordinal.
29
Uji Chi-Square digunakan untuk menganalisis hubungan antara jenis kelamin dan pekerjaan responden dengan keterdedahannya pada siaran radio, penilaian terhadap program siaran, serta tingkat kognitif dan afektif. Uji Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara umur, pendidikan, kepemilikan media massa, keterdedahan pada siaran radio yang terdiri dari frekuensi mendengarkan dan lama mendengarkan, penilaian terhadap program siaran yang terdiri dari materi siaran, cara penyajian, penyiar, durasi siaran, dan waktu siaran, serta tingkat kognitif dan afektif. Sementara itu untuk menganalisis uji beda antara nilai pre-test dan post-test digunakan metode One-Sampe T (metode t hitung). Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data secara kualitatif sebagai pendukung. Data yang bersifat kualitatif, baik yang berupa hasil wawancara bebas dan observasi, dan data sekunder berupa gambaran kondisi lapangan dianalisis dengan membaca grafik, tabel, dan lain-lain, serta disampaikan secara deskriptif guna mempertajam hasil penelitian.
BAB IV GAMBARAN UMUM ARENA PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Wilayah Desa Cileungsi
4.1.1 Kondisi Geografi Cileungsi merupakan desa yang berada di wilayah Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa Cileungsi mempunyai luas wilayah 701,2190 Ha/m2 yang terbagi dalam empat dusun, lima Rukun Warga (RW), dan 30 Rukun Tetangga (RT). Berada di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 3,5 mm3 dan suhu rata-rata harian 200C-250C menyebabkan suhu udara di Desa Cileungsi terasa cukup sejuk. Batas wilayah Desa Cileungsi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Batas Wilayah Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi: Batas
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Sebelah Utara
Desa Citapen
Kecamatan Ciawi
Sebelah Selatan
Desa Pancawati
Kecamatan Caringin
Sebelah Timur
Gunung Pangrango
-
Sebelah Barat
Desa Ciderum
Kecamatan Caringin
Sumber: Data Monografi Desa Cileungsi, Tahun 2010
Letak Desa Cileungsi mudah dijangkau dengan kendaraan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Jarak tempuh dari Desa Cileungsi ke Kecamatan terdekat dengan menggunakan angkutan umum dari segi waktu sekitar 30 menit. 4.1.2 Kondisi Demografi Jumlah penduduk Desa Cileungsi hingga bulan Desember 2010 tercatat sebanyak 7.505 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.922 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 3.583 jiwa. Adapun data jumlah penduduk yang dikelompokkan berdasarkan umur dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 3.
31
Tabel 3. Sebaran Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Desa Cileungsi Kecamatan Ciawi Kelompok Umur (Tahun)
Laki – Laki
Perempuan
Jumlah
0–4
385
394
779
5–9
402
378
780
10 – 14
403
401
804
15 – 19
401
343
744
20 – 24
399
332
731
25 – 29
352
333
685
30 – 34
332
297
629
35-39
292
276
568
40 – 44
231
243
474
45 – 49
226
167
393
50 – 54
160
136
296
55 – 59
123
86
209
60 – 64
67
67
134
65 – 69
67
63
130
70 – ke atas
82
67
149
3.922
3.583
7.505
Jumlah
Sumber: Data Monoggrafi Desa Cileungsi 2010
Penduduk Desa Cileungsi memiliki mata pencaharian yang didominasi oleh sebagian besar adalah petani dan buruh tani. Sebagai desa yang memiliki lahan pertanian terbesar di Kecamatan Ciawi, masyarakat Desa Cileungsi mampu memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan baik. Sebagian besar dari mereka
merupakan
petani
penghasil
padi,
sehingga
dengan
demikian
mencerminkan bahwa masyarakat Desa Cileungsi merupakan masyarakat yang memiliki sifat homogen, yakni karakteristik masyarakatnya bersifat hampir seragam.
32
Tabel 4. Sebaran Mata Pencaharian Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Cileungsi Kecamatan Ciawi Laki – Laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
Petani
316
100
416
22,33
Buruh Tani
400
303
703
37,74
PNS
16
12
28
1,50
Pengrajin
4
-
4
0,22
Pedagang Keliling
8
4
12
0,64
Peternak
6
3
9
0,48
Pembantu Rumah Tangga
-
60
60
3,22
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
-
22
22
1,18
Pengusaha kecil&menengah
2
1
3
0,16
Karyawan swasta
350
250
600
32,22
Jumlah
1102
761
1863
100,0
Jenis Pekerjaan
Sumber: Data Monografi Desa Cileungsi 2010
Tingkat pendidikan penduduk Desa Cileungsi sebagian besar merupakan tamatan SD/sederajat. Hal ini didukung dengan adanya fasilitas gedung SD sebanyak lima buah dan Madrasah Ibtidaiyah sebanyak dua buah. Sementara untuk gedung sekolah SMP/sederajat hanya memiliki satu buah Madrasah Tsanawiyah saja. Penduduk yang mengecap pendidikan SMP harus bersekolah di luar wilayah desa tersebut, begitu pula dengan penduduk yang merupakan tamatan SMA/sederajat, Sarjana Muda/Akademi, S1, S2, dan S3. Selain itu Desa Cileungsi memiliki lima buah TK, sehingga pada usia dini masyarakat Desa Cileungsi sudah dapat mengenyam pendidikan.
33
Tabel 5. Sebaran Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Cileungsi (dalam jumlah) Tingkat Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
Tidak tamat SD
515
Tamat SD/sederajat
2643
Tamat SMP/sederajat
533
Tamat SMA/sederajat
290
Tamat Akademi/Sarjana Muda
40
Tamat perguruan tinggi / S1
14
Tamat perguruan tinggi / S2
11
Tamat perguruan tinggi / S3
10
Jumlah
4056
Sumber: Data Monografi Desa Cileungsi 2010
4.2
Gambaran Umum Radio Pertanian Ciawi
4.2.1
Profil Radio Pertanian Ciawi Radio Pertanian Ciawi (RPC) mulai mengudara pada tanggal 6 Februari
2004 dengan frekuensi gelombang 107,7 FM dan 846 AM. Untuk memperluas jangkauan dan komersialisasi siaran, maka sesuai UU No. 32 Tahun 2002 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menerbitkan Ijin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP), pada tanggal 15 januari 2007 RPC mengalami perubahan dari radio yang berbasis komunitas menjadi radio bersifat komersil dengan menggunakan frekuensi 95,3 FM. Perubahan status radio menjadi bersifat lebih komersil tidak hanya guna memperluas jangkauan siaran tetapi sasaran yang diperoleh juga lebih luas dan beragam. Implikasi perubahan status RPC dari radio komunitas menjadi radio komersil terhadap pembuatan program tidak mengalami perubahan yang signifikan. Divisi program RPC tetap meproduksi berbagai program yang mengedepankan informasi pertanian yang tentunya bermanfaat bagi pendengar. Motif RPC merubah status radio karena dilatarbelakangi oleh permintaan masyarakat, karena dengan saluran radio komunitas, kualitas daya pancar dan siar RPC kurang bagus dan terdengar. Oleh karena itu, RPC berinisiatif memperluas daya jangkau dan siar tersebut dengan menggunakan saluran komersial yang
34
tentunya memiliki kualitas yang bagus dan mampu mencapai jangkauan yang lebih luas. Sebagai radio yang berada dibawah pimpinan PPMKP Departemen Pertanian maka RPC mempunyai visi “Menjadi suara hati masyarakat pertanian” dengan misi RPC adalah: 1. Mengkomunikasikan kebijakan pembangunan 2. Menyuarakan aspirasi masyarakat pertanian 3. Mengembangkan kualitas SDM pertanian 4. Menjadi mitra usaha terpercaya 5. Menjadi media hiburan yang sehat bagi pendengar 6. Membangun jejaring kerja masyarakat pertanian Radio Pertanian Ciawi yang merupakan radio bagi masyarakat pertanian memiliki target pendengar yang terdiri dari (1) petani dan keluarganya, (2) pengusaha agribisnis, (3) petugas pertanian, (4) masyarakat umum. Sementara narasumber siaran RPC di bidang pembangunan pertanian diantaranya didukung oleh Kementrian Pertanian, Kementrian Kehutanan, Kementrian Kesehatan, Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementrian Pendidikan Nasional, Perguruan Tinggi, Pemda Kabupaten/Kota, dan Lembaga Swadaya Msyarakat (LSM). Radio Pertanian Ciawi merupakan organisasi yang tidak berdiri sendiri. Setiap sumber informasi yang akan disampaikan bekerja sama dengan kelembagaan yang terkait di sekitar lokasi RPC. RPC bekerja sama dengan pihak penyelenggara kegiatan pembangunan bidang pertanian, baik dari lingkup Deptan, Pemerintah Daerah, maupun organisasi pertanian, seperti Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) dan Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) untuk melakukan siaran luar di studio mini yang RPC miliki.
4.2.2
Struktur Organisasi Radio Pertanian Ciawi Berdasarkan
Surat
Keputusan
Kepala
PMPSDMP
No.
16/SK/SM/630/02/2005 tentang struktur organisasi yang ditetapkan pada tanggal 19 Februari 2005, dalam pelaksanaannya RPC dipimpin oleh Kepala Stasiun yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Pusat. Kedudukan tertinggi adalah
35
penanggung jawab yang bertanggung jawab terhadap seluruh aspek pengelolaan RPC yang ditempati langsung oleh kepala PPMKP Ciawi. Pengembangan format, program, naskah, multimedia, penelitian, dan pengembangan siaran radio baik on air maupun off air diserahkan kepada tim kreatif yang terdiri dari para penyuluh pertanian, pustakawan, dan widyaisyawara untuk bertanggung jawab sepenuhnya.
Penanggung Jawab Umum Kepala Pusat PPMKP
Penanggung Jawab Pengelolaan RPC PPMKP
Tim Penasehat • Operasional • Teknis
Penanggung Jawab Harian RPC PPMKP
Tim Kreatif
• Manajemen
Divisi Program
Divisi Pemasaran
Divisi Operasional / Teknis
Gambar 2. Struktur Organisasi Radio Pertanian Ciawi Keterangan: : Garis Hubungan langsung : Garis Koordinasi / Konsultasi Tim penasehat selalu memberikan arahan, kritik, dan saran kepada pengelola siaran sebagai bahan pertimbangan bagi kepala stasiun yang bertanggung jawab terhadap kelancaran siaran. Divisi program bertugas merancang isi dan produksi siaran serta menentukan penjadwalan program yang dapat menarik pendengar serta memonitor, mengevaluasi, dan membuat laporan
36
berkaitan dengan pengembangan program RPC. Divisi program ini bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan program siaran yang memiliki sub divisi penata musik, yang bertugas merancang jenis musik apa yang cocok untuk diputar pada suat program siaran yang berlangsung. Koordinator penyiar yang bertugas menyeleksi siapa penyiar yang cocok untuk membawakan suatu program acara, penanggung jawab berita pertanian dan non pertanian. Divisi pemasaran bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan operasional, administrasi atau keuangan, dan perlengkapan RPC diserahkan kepada divisi teknis dan operasional. Sementara divisi rumah tangga dan perlengkapan (operasional/teknis) ditugaskan untuk mengontrol dan merawat segala perlengkapan dan fasilitas untuk absensi karyawan, kebersihan dan kepentingan bersama di seputar lingkungan RPC-PPMKP Ciawi.
4.2.3 Segmen dan Format Siaran Radio Pertanian Ciawi Secara umum target audien siaran RPC yang menjadi khalayak potensial adalah petani dan keluarganya (petani, pemuda tani dan wanita tani), generasi muda perdesaan, LSM (lembaga kemasyarakatan), lembaga pemerintah, pengusaha agribisnis, penyuluh pertanian, pertugas pertanian, widyaiswara, tenaga fungsional lainnya, serta masyarakat lain yang memiliki perhatian terhadap bidang pertanian. Secara umum program RPC dibagi menjadi dua jenis yaitu program offair dan on-air. Program off-air merupakan kegiatan yang diselenggarakan RPC di luar bentuk broadcast (on-air) yang meliputi kegiatan: (1) RPC fans club yang dimotori oleh kontak tani, petani, dan masyarakat umum, (2) jumpa pendengar; dan (3) berbagai kegiatan sosial. Adapun untuk program on-air, siaran RPC mengudara setiap hari yaitu mulai jam 5 pagi sampai jam 24.00. Program on-air RPC dituangkan ke dalam lima prioritas program utama sesuai dengan urutan prioritasnya, yaitu: (1) pendidikan, penyuluhan, dan informasi pertanian, (2) informasi layanan masyarakat, (3) siraman rohani, (4) hiburan, dan (5) pelestarian budaya. Kelima program utama tersebut mempunyai format persentase sebagai berikut: Pendidikan (penyuluhan pertanian) sebesar 45 persen, hiburan 30 persen, agama 15 persen, dan budaya 10 persen.
37
Program RPC disajikan dengan gaya siaran yang akrab, santai, dan kekeluargaan. RPC mengudara setiap hari yaitu jam 05.00–24.00 dengan sebagian besar siarannya bersifat live dan interaktif, sehingga tidak monologis, yaitu dapat berbentuk Obrolan Pakar (wawancara terstruktur), Di antara pematang (fakta lapangan), Agri-info (informasi agribisnis interaktif), Profil petani/pengusaha, Quiz pertanian, dan Kontak pendengar dan hiburan. 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
pertanian umum hiburan agama
mata acara
Gambar 3. Komposisi Program Siaran Radio Pertanian Ciawi
Secara umum pada dasarnya RPC telah memiliki konsep program yang partisipatif dengan melibatkan masyarakat. Namun demikian, sejak adanya pemotongan anggaran dari Departemen Pertanian menyangkut anggaran negara, maka RPC mengurangi kunjungan secara langsung ke lapangan, kecuali apabila mendapat
undangan
dari
kelompok
atau
masyarakat
tertentu.
Terkait
operasionalisasi program yang dijalankan RPC bekerja sama dengan pihak penyelenggaran kegiatan, baik dari lingkup Deptan, Pemerintah Daerah, maupun organisasi pertanian, seperti Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) dan Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) untuk melakukan siaran luar di studio mini yang RPC miliki. Kegiatan ini bertujuan untuk mempercepat informasi kepada masyarakat pertanian terutama di sekitar wilayah kegiatan berlangsung karena jarak jangkau RPC terbatas, maka dengan adanya studio mini ini sekaligus menjadi salahsatu promosi tentang keberadaan RPC.
38
4.2.4
Format Radio Pertanian Ciawi Radio Pertanian Ciawi merupakan sebuah radio yang dirancang untuk
menyebarkan informasi, teknologi, dan pengetahuan pertanian bagi masyarakat tani. Selain itu RPC juga digunakan sebagai media sosialisasi bagi pemerintah seperti Pertemuan Nasional (PENAS), Agropolitan, Pengelola Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S), Magang Jepang, dan lain-lain. Oleh karena itu diharapkan dapat memotivasi timbulnya apresiasi masyarakat di luar pertanian terhadap dunia pertanian sehingga mereka peduli dan mencintai dunia pertanian. Format Radio Pertanian Ciawi yakni Agri Infotainment, lebih jelas dapat dilihat pada identitas RPC secara spesifik sebagai berikut: Stasiun
: Radio Pertanian Ciawi
Motto / Semboyan
: “ Radionya Masyarakat Pertanian”
Frekuensi
: 95,3 FM dan 846 AM
Radius Jangkauan
: Bogor Kota dan Kabupaten, sebagian Cianjur, sebagian Sukabumi, Depok, dan sebagian Provinsi Banten
Format Radio
: Agri Infotainment
Format Musik
: Indonesia popular, Dangdut, Barat, Etnis
Sapaan Pendengar
: Mitra RPC, Mitra Tani (Khusus Masyarakat Tani)
Segmen Pendengar
: Petani dan keluarganya, Pengusaha Pertanian, Petugas Pertanian, Masyarakat Umum
Klasifikasi Pendengar : Dewasa muda dan dewasa Gaya Siaran
: Akrab, Santai, dan Kekeluargaan
Format RPC sebagai Agri Infotainment memberikan ciri khas tersendiri bagi RPC yang membedakannya dari radio komersial lainnya. Format tersebut membuat RPC selalu mengedepankan acara pendidikan dan informasi pertanian, tanpa mengesampingkan informasi lainnya. RPC berusaha menyajikan beragam acara dengan sarat pendidikan, sekalipun dalam berbagai acara hiburan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beragam insert yang diputar saat jeda iklan pada program acara hiburan. Hal ini bertujuan agar pendengar (masyarakat) selalu mendapat manfaat yang maksimal dari keberadaan RPC. Diharapkan informasi yang diperoleh oleh pendengar dapat dijadikan kekuatan untuk membuat sebuah
39
perubahan ke arah yang lebih maju dan dapat memotivasi pendengar untuk berpartisipasi dalam berbagai program yang diinformasikan dalam insert dan beragam acara RPC. Asumsinya informasi merupakan sebuah alat atau kekuatan pendengar untuk mewujudkan pemberdayaan.
4.2.5
Profil Program Siaran Karedok Radio Pertanian Ciawi Program siaran Karedok adalah suatu program siaran yang disajikan setiap
hari senin sampai jumat pada pukul 17.00 – 18.00 WIB di Radio Pertanian Ciawi. Program ini merupakan program yang diformat sebagai program pendidikan, penyuluhan, dan informasi pertanian bagi pendengarnya. Nama Karedok sendiri merupakan suatu singkatan dari Kasawang Rarancang Endah Dina Obrolan Kiwari. Pemberian nama Karedok merupakan suatu akronim yang memiliki arti yang mudah dipahami di lingkungan audien RPC, yaitu mengandung kata-kata dengan bahasa lokal (Sunda). Program siaran Karedok merupakan salah satu program unggulan dari Radio Pertanian Ciawi. Sejak tahun 2004, Badan Litbang Pertanian telah menjalin kerjasama dengan Radio Pertanian Ciawi sebagai salah satu upaya untuk membantu menyebarluaskan inovasi teknologi pertanian. Penyampaian informasi teknologi pertanian tersebut dikemas dalam acara program siaran Karedok. Program siaran Karedok dibuat untuk meningkatkan wawasan pendengar di bidang teknologi, pengembangan agribisnis, dan permasalahan lainnya di bidang pertanian, peternakan, kehutanan, dan bidang terkait lainnya serta mengetahui lebih jelas serta memotivasi pelaku agribisnis agar mau dan mampu menerapkan pengetahuan, dan rakitan teknologi sebagaimana yang dianjurkan. Program ini disajikan untuk mitra tani masyarakat pertanian, pemerhati pertanian, penyuluh pertanian, dan petugas pertanian yang dikemas dalam bentuk obrolan. Obrolan tersebut menghadirkan narasumber dan para peneliti, atau para pakar Badan Litbang Pertanian. Pendengar dapat mengajukan pertanyaan, sehingga para mitra pendengar dapat mengajukan berbagai macam pertanyaan dan permasalahan sekitar dunia teknologi pertanian.
BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
5.1
Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi
keterdedahan responden pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran radio. Karakteristik responden terdiri dari lima variabel, yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan, dan kepemilikan media massa. Umur responden dibagi menjadi tiga kategori yakni kategori responden yang berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun), kategori responden yang berumur dewasa (26 sampai 37 tahun), dan kategori responden yang berumur tua (lebih dari sama dengan 38 tahun), sedangkan jenis kelamin digolongkan menjadi lakilaki dan perempuan. Variabel tingkat pendidikan di bagi menjadi empat kategori, yaitu tidak tamat SD, tamat SD, SMP, dan SMA. Sementara untuk variabel jenis pekerjaan dibagi menjadi dua kategori, yaitu responden yang bekerja di bidang pertanian dan responden yang bekerja di bidang non-pertanian. Variabel kepemilikan media massa dibagi menjadi tiga kategori yaitu responden yang memiliki televisi, responden yang memiliki koran, dan responden yang memiliki televisi dan koran. Data penjabaran dari karakteristik pendengar Radio Pertanian Ciawi (RPC) di Desa Cileungsi disajikan dalam Tabel 6. Sebagian besar responden yang merupakan pendengar RPC adalah responden yang tergolong pada kategori berumur dewasa (26 sampai 37 tahun), yakni sebesar 43,3 persen. Sementara responden yang tergolong kategori berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun) yang menjadi pendengar RPC sebesar 30,0 persen, dan responden yang tergolong kategori berumur tua ( lebih dari sama dengan 38 tahun) yang menjadi pendengar RPC sebesar 26,7 persen. Berdasarkan hasil yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa responden yang berusia 26 sampai 37 tahun masih memiliki minat yang tinggi untuk mendengarkan radio. Selain itu hampir sebagian besar responden yang menjadi pendengar RPC adalah
41
responden laki–laki yakni sebesar 70,0 persen, sementara responden perempuan yang menjadi pendengar RPC hanya sebesar 30,0 persen. Tabel 6. Jumlah dan Persentase Pendengar Radio Pertanian Ciawi (RPC) Menurut Karakteristik Individu di Desa Cileungsi Tahun 2011 Karakteristik Individu
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Muda (≤ 25 tahun)
9
30,0
Dewasa (26-37 tahun)
13
43,3
Tua (≥ 38 tahun)
8
26,7
Laki-laki
21
70,0
Perempuan
9
30,0
Tidak Tamat SD
1
3,3
Tamat SD
11
36,7
SMP
8
26,7
SMA
10
33,3
Pertanian
15
50,0
Non-pertanian
15
50,0
Televisi
25
83,3
Koran
2
6,7
Televisi dan Koran
3
10,0
Umur
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Jenis Pekerjaan
Kepemilikan Media Massa
Tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah hanya sampai tamat SD, yakni sebesar 36,7 persen seperti yang terlihat pada Tabel 6. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Cileungsi hanya mengenyam pendidikan hingga tamat SD sesuai dengan data yang diperoleh dari aparatur desa. Wilayah desa Cileungsi yang memiliki lahan pertanian paling luas di Kecamatan Ciawi menyebabkan hampir sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup di bidang pertanian, yaitu bekerja sebagai petani, buruh tani, ataupun ternak. Hal ini membuat masyarakat Desa Cileungsi merupakan
42
masyarakat yang bersifat homogen, yakni memiliki karakteristik yang hampir sama masyarakatnya. Sifat homogen ini terlihat dari jenis pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat Desa Cileungsi. Sebagian besar masyarakat bekerja di bidang pertanian, yakni berkisar 60 persen dari seluruh masyarakat Desa Cileungsi. Meskipun demikian, tidak dipungkiri juga banyak warga yang bekerja di bidang non-pertanian. Hal ini terlihat pada Tabel 6 bahwa responden yang bermata pencaharian di bidang pertanian memiliki persentasi sebesar 50,0 persen dan responden yang bermata pencaharian di bidang non-pertanian juga memiliki persentase sebesar 50,0 persen. Sementara itu kepemilikan media massa merupakan jenis media massa yang dimiliki oleh responden dalam memperoleh suatu informasi selain dari radio. Berdasarkan Tabel 7 sebesar 83,3 persen responden memiliki televisi, 6,7 persen memiliki koran, dan 10,0 persen memiliki televisi dan koran.
5.2
Keterdedahan pada Siaran Radio Keterdedahan responden pada siaran radio yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah terdiri dari frekuensi mendengarkan dan lama mendengarkan siaran radio. Frekuensi mendengarkan adalah tingkat keseringan responden dalam mendengarkan program siaran radio RPC dalam satu minggu terakhir. Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keterdedahan pada Siaran Radio di Desa Cileungsi Tahun 2011 Keterdedahan pada Siaran Radio
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 - 2 kali/minggu
8
26,7
3 - 4 kali/minggu
18
60,0
Setiap hari
4
13,3
1 - 2 jam / hari
21
70,0
3 – 4 jam/hari
6
20,0
> 4 jam/hari
3
10,0
Frekuensi Mendengarkan
Lama Mendengarkan
43
Berdasarkan Tabel 13 sebagian besar responden mendengarkan RPC berkisar antara tiga sampai empat kali per minggu dan termasuk dalam kategori sedang, yakni sebanyak 60,0 persen. Sementara 26,7 persen responden mendengarkan RPC berkisar antara satu sampai dua kali per minggu dan termasuk dalam kategori rendah, dan 13,3 persen responden mengaku setiap hari mendengarkan RPC dan termasuk dalam kategori tinggi. Terkait mendengarkan siaran radio sebagian besar responden mengaku bahwa mereka tidak hanya mendengarkan siaran RPC saja, tetapi juga mendengarkan siaran dari radio lain seperti Megaswara FM, Elshinta FM, dan Fajri FM. Meskipun diakui mereka bahwa siaran RPC merupakan siaran favorit. Lama responden mendengarkan siaran radio sebagian besar berkisar antara satu sampai dua jam per hari, yakni sebesar 70,0 persen. Lama mendengarkan siaran radio oleh responden sebagaimana yang ditampilkan dalam Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar waktu yang diluangkan oleh responden adalah untuk bekerja maupun melakukan aktivitas yang lainnya. Biasanya responden mendengarkan siaran radio di pagi hari sebelum mereka beraktifitas atau di sore hari saat sebagian besar responden telah selesai melaksanakan kegiatan produktifnya.
5.3
Penilaian terhadap Program Siaran Radio Penilaian pendengar terhadap program siaran radio yang disajikan
merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan oleh pihak stasiun radio. Hal tersebut akan menunjukkan tingkat keberhasilan pihak stasiun radio dalam menyajikan suatu program siaran bagi pendengarnya. Semakin baik penilaian pendengar terhadap program siaran yang disajikan, maka hal tersebut menandakan bahwa program yang disajikan berhasil menarik ketertarikan pendengar untuk mendengarkan program siaran tersebut. Penilaian pendengar terhadap program siaran radio terdiri atas penilaian terhadap materi siaran, bentuk/cara penyajian, penyiar, durasi siaran, dan waktu siaran.
44
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya terhadap Program Siaran Radio di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Program Siaran
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Tidak baik
5
16,7
Cukup baik
19
63,3
Sangat baik
6
20,0
Tidak menarik
7
23,3
Cukup menarik
17
56,7
Sangat menarik
6
20,0
Tidak interaktif
9
30,0
Cukup interaktif
13
43,3
Sangat interaktif
8
26,7
Tidak sesuai
11
36,7
Sesuai
19
63,3
Tidak sesuai
5
16,7
Cukup Sesuai
20
66,7
Sangat sesuai
5
16,7
Materi Siaran
Cara Penyajian
Penyiar
Durasi Siaran
Waktu Siaran
Materi siaran yang disajikan harus mampu menarik ketertarikan pendengar untuk mendengarkan program siaran. Hal ini dapat terlihat dari daya tarik yang dimiliki materi siaran. Daya tarik materi siaran ini dapat dilihat melalui topik materi yang terkini, lengkap dan terperinci, mampu menjawab keingintahuan pendengar, sesuai dengan yang diharapkan pendengar, serta dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi pendengar. Sebesar 63,3 persen responden menilai bahwa materi siaran yang disajikan sudah cukup baik. Responden menilai materi siaran yang disajikan sudah cukup baik, karena materi dalam program siaran setiap hari disajikan dengan topik berbeda-beda dan terkadang materi yang disajikan sebelumnya tidak pernah mereka ketahui, sehingga dapat menjadi sumber informasi baru dan menambah wawasan mereka. Sementara responden
45
yang menilai materi disajikan tidak baik sebesar 16,7 persen dikarenakan responden menganggap bahwa materi siaran yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh mereka, dan topik yang disampaikan sudah mereka ketahui sebelumnya. Sebesar 20,0 persen responden menilai materi siaran sangat baik. Sebagian besar responden menilai bahwa cara penyajian yang dilakukan sudah cukup menarik, yaitu sebesar 56,7 persen. Cara penyajian program siaran yang dilakukan dilihat melalui cara penyajian program yang menggunakan pemutaran lagu-lagu di sela-sela pembahasan materi, selalu menghadirkan narasumber, melibatkan pendengar untuk ikut serta berpendapat mengenai materi siaran yang dibahas melalui telepon atau sms, serta program siaran disajikan dengan obrola santai. Responden menilai bahwa cara penyajian program siaran yang dilakukan saat ini ikut menambah ketertarikan mereka untuk mendengarkan program siaran. Sementara sebesar 23,3 persen responden menilai bahwa cara penyajian program siaran yang dilakukan tidak menarik dan 20,0 persen responden yang menilai cara penyajian program yang dilakukan sangat menarik. Penyiar yang menyajikan program siaran harus mampu menciptakan suasana interaktif dengan pendengar. Hal ini juga menjadi salah satu faktor kunci yang menyebabkan program siaran menarik atau tidak untuk didengarkan. Penyiar yang berhasil menyajikan program siaran dengan baik dapat dilihat melalui kualitas baik yang dimiliki, ramah dan santun dalam membawakan siaran, menciptakan suasana interaktif dan kedekatan dengan pendengar, memberikan kesempatan pendengar untuk bertanya atau ikut menyampaikan pendapat mengenai topik yang dibicarakan, serta ikut membantu pendengar lebih memahami materi siaran. Sebagian besar responden menilai bahwa penyiar RPC sudah cukup interaktif dalam menyajikan program siaran, yaitu sebesar 43,3 persen. Responden menilai penyiar RPC sudah cukup interaktif, karena dalam menyajikan program siaran penyiar memiliki kualitas yang cukup baik dalam menyampaikan materi siaran. Hal ini secara tidak langsung membuat responden cukup terbantu dalam memahami materi siaran yang dibawakannya. Bahkan di luar jam siaran penyiar terkadang berkunjung ke tempat responden untuk sekedar berbincang-bincang
46
atau mengisi waktu luang dengan mereka. Hal ini menandakan bahwa penyiar tidak hanya interaktif saat siaran saja dengan pendengar namun juga menjalin kedekatan dengan para pendengar RPC di luar jam siaran. Selain itu juga tak jarang penyiar memberikan kesempatan bagi mitra RPC untuk melakukan siaran bersama di studio dalam membahas suatu materi. Sementara sebesar 30,0 persen responden menilai penyiar tidak interaktif dalam menyajikan program siaran, dan sebesar 26,7 persen responden menilai sangat interaktif. Durasi siaran yang terlalu lama untuk menyajikan program siaran akan membuat pendengar bosan untuk mendengarkan program siaran tersebut, namun durasi yang terlalu singkat juga dinilai kurang menjawab keingintahuan pendengar tentang materi siaran yang disajikan. Kesesuaian durasi siaran penting untuk diperhatikan dalam menyajikan program siaran. Sebagian besar responden menilai durasi siaran yang digunakan sudah sesuai, yaitu sebesar 63,3 persen. Durasi satu jam yang digunakan untuk menyajikan program siaran mengenai informasi pertanian dinilai sudah sangat sesuai oleh responden. Responden menilai bahwa durasi siaran satu jam tidak membuat mereka bosan dan menganggap waktu satu jam merupakan waktu yang tepat untuk membahas semua materi hingga selesai. Sementara sebesar 36,7 persen responden menilai durasi siaran yang tidak sesuai. Menurut mereka durasi siaran selama satu jam tidak sesuai karena terkadang mereka tertinggal mengikuti program siaran, sehingga tidak dapat menyimak seluruh pembahasan materi. Pemilihan waktu siaran yang sesuai dalam menyajikan program siaran juga perlu diperhatikan oleh pihak stasiun radio. Waktu siaran yang digunakan dalam menyajikan program siaran harus disesuaikan dengan aktivitas pendengar, agar saat materi disampaikan pendengar berada pada keadaan yang nyaman untuk mendengarkan program siaran tersebut. Kesesuaian waktu siaran yang digunakan dilihat melalui penggunaan waktu siaran yang tidak menganggu aktivitas pendengar dan dapat dijadikan untuk menemani pendengar saat waktu beristirahat. Sebagian besar responden menilai bahwa waktu siaran yang digunakan dalam menyajikan program siaran sudah cukup sesuai, yaitu sebesar 66,7 persen. Program siaran yang disajikan setiap harinya dan pada waktu sore hari dinilai sebagian responden merupakan waktu yang ideal. Oleh karena
47
sebagian besar responden beraktivitas melakukan kegiatan produktif dari pagi hingga sore hari, maka mereka menyatakan bahwa waktu yang digunakan untuk mendengarkan radio adalah pada saat sore hari setelah mereka selesai beraktivitas. Waktu sore hari merupakan waktu santai mereka setelah lelah beraktifitas. Sementara responden yang menilai bahwa waktu siaran yang digunakan tidak sesuai sebesar 46,7 persen. Hal ini karena beberapa responden menyatakan bahwa mereka setiap harinya terkadang bekerja hingga larut malam sehingga tidak sempat untuk mendengarkan siaran radio. Sebesar 16,7 persen responden menilai sudah sangat sesuai.
5.4 5.4.1
Hubungan Karakteristik Responden dengan Keterdedahannya pada Siaran Radio Hubungan Umur dengan Frekuensi Mendengarkan Variabel umur yang dihubungkan dengan frekuensi mendengarkan
bertujuan untuk melihat apakah umur dapat berpengaruh terhadap frekuensi mendengarkan responden dalam mendengarkan siaran RPC. Data hubungan antara umur responden dan frekuensi mendengarkan tersaji pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Frekuensi Mendengarkan Rendah
Umur
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Muda (≤ 25 tahun)
1
11,1
7
77,8
1
11,1
9
100,0
Dewasa (26-37 tahun)
3
23,1
7
53,8
3
23,1
13
100,0
Tua (≥ 38 tahun)
4
50,0
4
50,0
0
0,0
8
100,0
Jumlah
8
26,7
18
60,0
4
13,3
30
100,0
Responden yang tergolong kategori umur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun) dengan frekuensi mendengarkan yang rendah sebesar 11,1 persen, sebesar 77,8 persen dengan frekuensi mendengarkan sedang, dan sebesar 11,1 persen dengan frekuensi mendengarkan tinggi. Sebesar 23,1 persen responden yang tergolong kategori umur dewasa (26 sampai 37 tahun) memiliki frekuensi
48
mendengarkan yang rendah, sebesar 53,8 persen dengan frekuensi mendengarkan yang sedang, dan sebesar 23,1 persen dengan frekuensi mendengarkan tinggi. Sementara responden yang tergolong kategori umur tua (lebih dari sama dengan 38 tahun) dengan frekuensi mendengarkan yang rendah dan sedang adalah masing-masing sebesar 50,0 persen. Oleh karena nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,105 > 0,05 maka Ho diterima, atau menunjukkan bahwa antara umur responden dengan frekuensinya mendengarkan siaran radio tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya kategori umur responden yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada frekuensinya mendengarkan radio. Pada Tabel 9 terlihat bahwa baik responden yang berasal dari kategori umur yang berbeda ternyata sama-sama memiliki frekuensi mendengarkan yang hampir sama, yakni frekuensi yang tergolong kategori sedang. Menurut penuturan responden hal ini dikarenakan terkadang dalam mendengarkan siaran radio mereka tidak hanya selalu mendengarkan siaran RPC setiap harinya, namun juga mendengarkan siaran radio lain untuk mendapatkan suatu informasi maupun hiburan. Terlebih bagi responden yang berumur tua untuk mendapatkan informasi mengenai keagamaan biasanya mendengarkan siaran radio Fajri FM yang merupakan siaran radio islami. Sementara bagi responden yang berumur muda untuk mendapatkan siaran hiburan biasanya mendengarkan siaran radio Megaswara FM, karena lebih banyak menyajikan program siaran hiburan.
5.4.2
Hubungan Umur dengan Lama Mendengarkan Pendengar yang mendengarkan siaran RPC terdiri dari berbagai kategori
umur. Beragamnya program siaran yang disajikan oleh RPC menyebabkan pendengar yang menjadi segmentasi RPC adalah kategori semua umur. Oleh karena itu umur responden juga dilihat hubungannya dengan lama mendengarkan responden dalam mendengarkan siaran radio RPC. Kategori responden yang berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun) dengan lama mendengarkan yang rendah dan sedang adalah masing-masing sebesar 44,4 persen dan sebesar 11,2 persen dengan lama mendengarkan yang tinggi. Kategori responden yang berumur dewasa (26 sampai 37 tahun) dengan
49
lama mendengarkan yang rendah adalah sebesar 76,9 persen, 7,7 persen dengan lama mendengarkan yang sedang, dan sebesar 15,4 persen dengan lama mendengarkan yang tinggi. Sementara kategori responden yang berumur tua (lebih dari sama dengan 38 tahun) dengan lama mendengarkan yang rendah sebesar 87,5
persen dan 12,5 persen dengan lama mendengarkan yang sedang. Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Lama Mendengarkan Umur
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Muda (≤ 25 tahun)
4
44,4
4
44,4
1
11,2
9
100,0
Dewasa (26-37 tahun)
10
76,9
1
7,7
2
15,4
13
100,0
Tua (≥ 38 tahun)
7
87,5
1
12,5
0
0,0
8
100,0
Jumlah
21
70,0
6
20,0
3
10,0
30
100,0
Oleh karena nilai siginifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,062 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara umur dengan lama mendengarkan tidak terdapat hubungan yang signifikan. Artinya kategori umur responden tidak memberikan pengaruh yang berbeda dalam menentukan lamanya seseorang mendengarkan siaran radio. Responden dari masing-masing kategori umur menunjukkan lama mendengarkan yang tergolong kategori rendah sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel 10. Hal ini dikarenakan biasanya responden mendengarkan siaran radio RPC pada waktu-waktu tertentu seperti di pagi hari sebelum mereka melakukan aktivitas produktifnya atau di waktu sore hari setelah mereka selesai beraktifitas, dan biasanya mereka mendengarkan radio sambil mengisi waktu luang saja. Sebagian besar responden bekerja pada waktu produktif yakni pada pukul 06.00 pagi hingga pukul 17.00 sore, sehingga waktu yang dimiliki untuk mendengarkan radio tidak begitu banyak dan hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja. Bahkan seringnya mereka lebih banyak mendengarkan radio di sore hari, namun tak jarang juga mereka lebih memilih untuk menonton televisi setelah selesai beraktivitas seharian.
50
5.4.3
Hubungan Jenis Kelamin dengan Frekuensi Mendengarkan Selain variabel umur, variabel jenis kelamin juga dilihat hubungannya
dengan frekuensi mendengarkan. Hal ini untuk melihat apakah jenis kelamin tertentu berpengaruh terhadap frekuensi mendengarkan siaran radio. Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Frekuensi Mendengarkan Rendah
Jenis Kelamin
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki-laki
6
28,6
11
52,4
4
19,0
21
100,0
Perempuan
2
22,7
7
77,8
0
0,0
9
100,0
Jumlah
8
26,7
18
60,0
4
13,3
30,0
100,0
Kategori responden yang berjenis kelamin laki-laki dengan frekuensi mendengarkan yang rendah adalah sebesar 28,6 persen, 52,4 persen dengan frekuensi yang sedang, dan 19,0 dengan frekuensi mendengarkan yang tinggi. Sementara kategori responden yang berjenis kelamin perempuan dengan frekuensi mendengarkan yang rendah adalah sebesar 22,7 persen dan 77,8 persen dengan frekuensi mendengarkan yang sedang. Nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,288 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin responden dengan frekuensinya mendengarkan siaran RPC. Artinya jenis kelamin responden yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap frekuensi mendengarkan siaran radio RPC. Berdasarkan Tabel 11 baik responden yang berjenis kelamin laki-laki maupun responden yang berjenis kelamin perempuan sama-sama memiliki persentasi terbesar untuk frekuensi mendengarkan dalam kategori sedang. Menurut
salah
satu
responden
perempuan
menuturkan
bahwa
dirinya
mendengarkan radio dengan frekuensi tiga sampai empat kali per minggu untuk mendengarkan program siaran favoritnya. Tak jarang dengan tetangganya mereka mendengarkan siaran RPC bersama-sama dengan volume yang cukup keras. Sementara salah satu responden perempuan yang lain menyatakan bahwa hampir
51
setiap hari ia mendengarkan siaran RPC sambil menemaninya mengerjakan pekerjaan rumah.
5.4.4
Hubungan Jenis Kelamin dengan Lama Mendengarkan Data
hubungan
antara
jenis
kelamin
responden
dengan
lama
mendengarkan tersaji pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Lama Mendengarkan Rendah
Jenis Kelamin
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki-laki
15
71,4
3
14,3
3
14,3
21
100,0
Perempuan
6
66,7
7
33,3
0
0,0
9
100,0
Jumlah
21
70,0
6
20,0
3
10,0
30
100,0
Kategori responden laki-laki yang lama mendengarkan termasuk kategori rendah sebesar 71,4 persen dan sebesar 14,3 persen termasuk masing-masing kategori sedang dan tinggi. Sementara kategori responden perempuan yang lama mendengarkan kategori rendah sebesar 66,7 persen dan 33,3 persen kategori sedang. Berdasarkan hasil tersebut baik responden laki-laki maupun responden perempuan
sebagian
besar
berada
pada
kategori
rendah
dalam
lama
mendengarkan siaran radio. Oleh karena nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,294 > 0,05 maka berarti Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa antara variabel jenis kelamin responden tidak terdapat hubungan signifikan dengan lamanya responden dalam mendengarkan siaran radio RPC. Artinya jenis kelamin responden tidak memberikan pengaruh yang berbeda dalam menentukan lama mendengarkan responden untuk mendengarkan radio. Tersitanya waktu responden untuk melakukan aktifitas produktif dari pagi hingga sore hari menyebabkan mereka tidak terlalu lama meluangkan waktunya untuk sekedar mendengarkan siaran radio. Baik responden laki-laki maupun responden perempuan ternyata memiliki kesibukan yang sama. Setiap harinya
52
mereka disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Menurut penuturan salah satu responden menyatakan bahwa dalam sehari waktu yang diluangkan untuk mendengarkan siaran radio hanya berkisar satu atau dua jam setiap harinya. Hal ini dikarenakan biasanya apabila sudah lelah beraktifitas dari pagi hingga sore salah satu cara untuk beristirahat dan mencari hiburan tidak hanya melalui mendengarkan siaran radio. Biasanya responden memilih menonton televisi untuk mencari hiburan, karena menurutnya menonton hiburan di televisi lebih menarik dan tidak membuatnya bosan.
5.4.5
Hubungan Pendidikan dengan Frekuensi Mendengarkan Data
hubungan
antara
pendidikan
responden
dengan
frekuensi
mendengarkan tersaji Pada Tabel 13. Seluruh responden berpendidikan tidak tamat SD memiliki frekuensi mendengarkan yang sedang yakni sebesar 100,0 persen. Responden yang berpendidikan SD dengan frekuensi mendengarkan yang rendah sebesar 45,5 persen dan 54,5 persen dengan frekuensi mendengarkan yang sedang. Sebesar 75,0 persen responden yang berpendidikan SMP dengan frekuensi mendengarkan yang sedang dan 25,0 persen dengan frekuensi mendengarkan yang tinggi. Sementara responden yang berpendidikan SMA dengan frekuensi mendengarkan yang rendah sebesar 30,0 persen, 50,0 persen dengan frekuensi mendengarkan yang sedang, dan 20,0 persen dengan frekuensi mendengarkan yang tinggi. Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Frekuensi Mendengarkan Rendah
Pendidikan
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak Tamat SD
0
0,0
1
100,0
0
0,0
1
100,0
SD
5
45,5
6
54,5
0
0,0
11
100,0
SMP
0
0,0
6
75,0
2
25,0
8
100,0
SMA
3
30,0
5
50,0
2
20,0
10
100,0
Jumlah
8
26,7
18
60,0
4
13,3
30
100,0
53
Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,248 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa antara pendidikan dengan frekuensi mendengarkan tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya tingkat pendidikan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap frekuensi mendengarkan responden. Salah satu responden menyatakan bahwa biasanya ia mendengarkan siaran radio RPC saat salah satu program siaran yang disukainya sedang diputar. Program-program siaran yang disajikan oleh Radio Pertanian Ciawi banyak disukai oleh pendengarnya yang berasal dari beragam kategori. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan oleh pihak RPC pada tahun 2006, khalayak aktual yang menjadi pendengar RPC menurut tingkat pendidikan yaitu berasal dari seluruh tingkatan pendidikan. Artinya khalayak dari jenis tingkat pendidikan apapun dapat menjadi pendengar RPC. Setiap program yang disiarkan oleh RPC memiliki kekhususan yang menarik sesuai dengan seleranya.
5.4.6
Hubungan Pendidikan dengan Lama Mendengarkan Antara variabel pendidikan dan lama mendengarkan juga dilihat
hubungannya untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan seseorang yang dimiliki ikut berpengaruh dalam menentukan lama mendengarkan siaran radio. Data hubungan antara pendidikan responden dengan lama mendengarkan tersaji pada Tabel 14. Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Lama Mendengarkan Rendah
Pendidikan
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak Tamat SD
1
100,0
0
0,0
0
0,0
1
100,0
SD
9
81,8
2
18,2
0
0,0
11
100,0
SMP
3
37,5
3
37,5
2
25,0
8
100,0
SMA
8
80,0
1
10,0
1
10,0
10
100,0
Jumlah
21
70,0
6
20,0
3
10,0
30
100,0
54
Sebesar 100,0 persen kategori responden yang berpendidikan tidak tamat SD memiliki lama mendengarkan rendah. Kategori responden yang berpendidikan SD juga memiliki lama mendengarkan rendah sebesar 81,8 persen dan sebesar 18,2 persen pada kategori sedang. Kategori responden yang berpendidikan SMP memiliki lama mendengarkan rendah dan sedang masing-masing sebesar 37,5 persen, dan 25,0 persen pada kategori tinggi. Sementara untuk kategori responden yang berpendidikan SMA memiliki lama mendengarkan rendah sebesar 80,0 persen dan masing-masing 10,0 persen pada kategori sedang dan tinggi. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,615 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa antara pendidikan dengan lama mendengarkan tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya tingkat pendidikan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula dalam menentukan lama responden mendengarkan siaran radio. Salah satu faktor yang menyebabkan responden lama atau tidaknya mendengarkan siaran radio adalah kesibukan yang dialami oleh masing-masing responden. Selain itu juga disebabkan oleh keputusan responden untuk lebih memilih memanfaatkan media massa lain untuk mengisi waktu kosong mereka, seperti menonton televisi.
5.4.7
Hubungan Pekerjaan dengan Frekuensi Mendengarkan Masyarakat Desa Cileungsi merupakan masyarakat yang bersifat
homogen, yakni memiliki karakteristik yang hampir sama masyarakatnya. Sifat homogen ini terlihat dari jenis pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat Desa Cileungsi. Sebagian besar masyarakat bekerja di bidang pertanian, yakni berkisar 60 persen dari seluruh masyarakat Desa Cileungsi. Hal ini didukung oleh luasnya lahan pertanian yang dimiliki Desa Cileungsi. Oleh karena itu penggolongan untuk kategori pekerjaan responden dibagi menjadi dua, yaitu responden yang bekerja di bidang pertanian dan responden yang bekerja di bidang non-pertanian. Responden yang bekerja di bidang pertanian dan non-pertanian sama-sama senang mendengarkan siaran radio RPC. Oleh karena itu antara pekerjaan dengan frekuensi mendengarkan dilihat hubungannya.
55
Tabel 15. Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Frekuensi Mendengarkan Jenis Pekerjaan
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Pertanian
4
26,7
9
60,0
2
13,3
15
100,0
Non-pertanian
4
26,7
9
60,0
2
13,3
15
100,0
Jumlah
8
26,7
18
60,0
4
13,3
30
100,0
Kategori responden yang bekerja di bidang pertanian memiliki frekuensi mendengarkan rendah sebesar 26,7 persen, 60,0 persen memiliki frekuensi mendengarkan sedang, dan 13,3 persen memiliki frekuensi mendengarkan tinggi. Persentasi tersebut juga sama dengan kategori responden yang bekerja di bidang non-pertanian. Oleh karena nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 1,00 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara pekerjaan dengan frekuensi mendengarkan tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya jenis pekerjaan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap frekuensi mendengarkan responden. Jenis pekerjaan tertentu yang dimiliki responden tidak ada yang lebih memberikan pengaruh besar dalam menentukan frekuensi mendengarkan. Baik responden yang bekerja di bidang pertanian maupun responden yang bekerja di bidang non-pertanian memiliki proporsi yang sama dalam setiap kategori frekuensi mendengarkan. Di antara kedua jenis kategori jenis pekerjaan tidak ada yang lebih tinggi persentasi dan pengaruhnya dalam menentukan frekuensi mendengarkan responden. Menurut responden yang bekerja di bidang non-pertanian dirinya sering mendengarkan siaran RPC, karena meskipun sebagian besar program siaran yang disajikan membahas mengenai pertanian namun tidak membuat pendengar yang berasal dari non-pertanian tidak dapat mendengarkannya. Banyak juga program-program siaran RPC yang menyajikan informasi lain, seperti hiburan, keagamaan, dan lain-lain. Meskipun segmentasi khalayak pendengar dari program siaran RPC yang menjadi sasaran RPC adalah masyarakat pertanian, namun hal ini tidak menyebabkan khalayak pendengar yang bukan berasal dari non-pertanian
56
tidak dapat mendengarkan program-program siaran yang disajikan. Khalayak pendengar yang berasal dari pekerjaan apapun dapat menjadi pendengar RPC, karena program-program siaran RPC yang disajikan tidak hanya selalu berupa program tentang informasi pertanian. Program siaran yang disajikan RPC terdiri dari beberapa kategori yakni pendidikan dan penyuluhan, hiburan, agama, dan budaya.
5.4.8
Hubungan Pekerjaan dengan Lama Mendengarkan Antara pekerjaan dengan lama mendengarkan dilihat juga hubungannya.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah salah satu kategori jenis pekerjaan menentukan pengaruhnya terhadap lama mendengarkan seseorang dalam mendengarkan siaran radio. Data hubungan antara pekerjaan responden dengan lama mendengarkan tersaji pada Tabel 16. Berdasarkan Tabel 16 responden yang bekerja di bidang pertanian dan memiliki lama mendengarkan pada kategori rendah sebesar 80,0 persen, 13,3 persen pada kategori sedang, dan 6,7 persen pada kategori tinggi. Sementara responden yang bekerja di bidang non-pertanian memiliki lama mendengarkan pada kategori rendah sebesar 60,0 persen, 26,7 persen pada kategori sedang, dan 13,3 persen pada kategori tinggi. Tabel 16. Jumlah Responden Menurut Pekerjaan dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Lama Mendengarkan Jenis Pekerjaan
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Pertanian
12
80,0
2
13,3
1
6,7
15
100,0
Non-pertanian
9
60,0
4
26,7
2
13,3
15
100,0
Jumlah
21
70,0
6
20,0
3
10,0
30
100,0
Oleh karena nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,490 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara pekerjaan responden dengan lama mendengarkan tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya kategori pekerjaan
57
responden yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap lama mendengarkannya. Ternyata responden yang bekerja di bidang pertanian ataupun non-pertanian tidak memiliki lama mendengarkan yang tinggi. Menurut salah satu responden yang bekerja di bidang pertanian biasanya apabila sudah lelah bekerja di sawah dirinya lebih memilih untuk beristirahat, sehingga waktu untuk mendengarkan radio menjadi berkurang. Selain itu penyebab cuaca juga menjadi pemicu dirinya tidak bisa mendengarkan siaran RPC. Menurutnya apabila turun hujan frekuensi siaran RPC terkadang hilang sehingga siarannya terputus. Persentase terbesar yang dimiliki oleh program siaran RPC adalah untuk program pendidikan (penyuluhan pertanian) yakni sebesar 45 persen. Hal ini sesuai dengan tujuan dari RPC yang ingin menjadi sebuah media dalam menyediakan informasi pertanian yang bermanfaat bagi masyarakat pertanian. Namun meskipun program siaran yang disajikan sebagian besar bernuansakan pertanian tidak menyebabkan responden yang bekerja di bidang pertanian memiliki lama mendengarkan yang tinggi.
5.4.9
Hubungan Kepemilikan Mendengarkan
Media
Massa
dengan
Frekuensi
Variabel kepemilikan terhadap media massa dilihat hubungannya dengan frekuensi mendengarkan. Tujuannya adalah untuk melihat apakah kepemilikan media massa selain radio bagi responden turut berpengaruh dalam menentukan frekuensi mendengarkannya. Responden dalam mendapatkan suatu informasi baru terkadang tidak selalu didapatkan dari radio saja, namun mereka dapat memperolehnya dari televisi maupun koran. Responden yang memiliki media massa televisi sebagian besar berada pada kategori sedang untuk frekuensi mendengarkan siaran radio, yaitu sebesar 64,0 persen, 28,0 persen pada kategori rendah, dan 8,0 persen pada kategori tinggi. Sementara responden yang memiliki koran berada pada kategori rendah dan tinggi yakni masing-masing sebesar 50,0 persen, sedangkan responden yang memiliki televisi dan koran dengan frekuensi mendengarkan siaran radio pada kategori sedang sebesar 66,7 persen, dan 33,3 persen pada kategori tinggi.
58
Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Frekuensi Mendengarkan Kepemilikan Media Massa
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Televisi
7
28,0
16
64,0
2
8,0
25
100,0
Koran
1
50,0
0
0,0
1
50,0
2
100,0
Televisi dan koran
0
0,0
2
66,7
1
33,3
3
100,0
Jumlah
8
26,7
18
60,0
4
13,3
30
100,0
Oleh karena nilai signifikansi 0,212 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara kepemilikan media massa selain radio dengan frekuensi responden mendengarkan siaran radio. Artinya kepemilikan media massa yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap frekuensi mendengarkan responden dalam mendengarkan siaran radio. Salah satu responden menyatakan bahwa biasanya ia menonton televisi maupun membaca koran untuk mendapatkan informasi yang ter-update dan hiburan terutamanya, sementara untuk mendapatkan informasi mengenai bidang pertanian hanya ia dapatkan melalui siaran RPC. Saat ini ketersediaan informasiinformasi mengenai bidang pertanian tidak banyak didapatkan dari media massa, baik melalui televisi, surat kabar ataupun radio. Namun Radio Pertanian Ciawi merupakan satu-satunya radio pertanian di Bogor yang masih mempertahankan informasi pertanian sebagai fokus utamanya.
5.4.10 Hubungan Kepemilikan Media Massa dengan Lama Mendengarkan Antara variabel kepemilikan media massa dengan lama mendengarkan juga dilihat hubungannya. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah jenis media massa lain yang dimiliki responden selain radio akan berpengaruh terhadap lama mendengarkan responden.
59
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Lama Mendengarkan Kepemilikan Media Massa
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Televisi
20
80,0
4
16,0
1
4,0
25
100,0
Koran
1
50,0
0
0,0
1
50,0
2
100,0
Televisi dan koran
0
0,0
2
66,7
1
33,3
3
100,0
Jumlah
21
70,0
6
20,0
3
10,0
30
100,0
Responden yang memiliki televisi dengan lama mendengarkan siaran radio yang rendah sebesar 80,0 persen, 16,0 persen dengan lama mendengarkan yang sedang, dan 4,0 persen dengan lama mendengarkan yang tinggi. Responden yang memiliki koran dengan lama mendengarkan siaran radio yang rendah dan tinggi adalah masing-masing sebesar 50,0 persen. Sementara responden yang memiliki televisi dan koran dengan lama mendengarkan siaran radio yang sedang sebesar 66,7 persen dan 33,3 persen dengan lama mendengarkan yang tinggi. Oleh karena nilai signifikansi 0,002 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kepemilikan media massa lain oleh responden dengan lama mendengarkan siaran radio. Artinya kepemilikan media massa lain yang berbeda oleh responden memberikan pengaruh terhadap lama mendengarkan siaran radio yang berbeda pula. Kepemilikan media massa selain radio oleh responden dapat menyebabkan responden menjadi lebih berkurang waktunya untuk mendengarkan radio. Terbaginya waktu untuk memanfaatkan seluruh jenis media massa yang responden miliki membuat lama untuk mendengarkan siaran radio menjadi rendah. Salah satu responden menyatakan bahwa terkadang ia lebih memilih untuk menonton televisi dibandingkan untuk mendengarkan radio, karena baginya televisi merupakan media massa yang paling menarik dibandingkan dengan media massa lain. Menurut alasannya bahwa televisi lebih lebih banyak memberikan sajian informasi dan hiburan yang lebih beragam dibandingkan media massa lain. Media massa televisi memang merupakan media massa yang paling banyak
60
disenangi oleh khalayak, mengingat fungsinya yang mengandalkan audio dan visual khalayak dibandingkan dengan media massa lain.
5.5
Hubungan Karakteristik Responden dengan Penilaiannya terhadap Program Siaran 5.5.1 Hubungan Umur dengan Penilaian terhadap Program Siaran Penilaian pendengar terhadap program siaran terdiri dari penilaian terhadap materi siaran, cara penyajian, penyiar, durasi siaran, dan waktu siaran. Materi siaran yang disajikan oleh pihak stasiun radio memiliki ketertarikan tersendiri bagi pendengar dalam setiap kategori umur yang berbeda. Biasanya pendengar yang berumur tergolong muda tentunya memiliki kriteria tersendiri untuk menyukai materi siaran seperti apa yang menarik untuk didengar. Umur responden juga dilihat hubungannya dengan materi siaran. Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Materi Siaran Umur
Tidak Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Muda (≤ 25 tahun)
1
11,1
6
66,7
2
22,2
9
100,0
Dewasa (26-37 tahun)
3
23,1
8
61,5
2
15,4
13
100,0
Tua (≥ 38 tahun)
1
12,5
5
62,5
2
25,0
8
100,0
Jumlah
5
16,7
19
63,3
6
20,0
30
100,0
Kategori responden yang berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun ) menilai materi siaran tergolong tidak baik kualitasnya yakni sebesar 11,1 persen, 66,7 persen menilai cukup baik, dan 22,2 persen menilai sangat baik. Kategori responden yang berumur dewasa (26 sampai 37 tahun) dan menilai materi siaran tergolong tidak baik sebesar 23,1 persen, 61,5 persen menilai cukup baik, dan 15,4 persen menilai sangat baik. Sementara itu kategori responden yang berumur tua (lebih dari sama dengan 38 tahun) menilai materi siaran tidak baik sebesar 12,5 persen, 62,5 persen menilai cukup baik, dan 25,0 persen menilai sangat baik. Oleh karena nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,998 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara umur dengan
61
penilaian terhadap materi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya umur responden yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap penilaian yang berbeda pula. Materi siaran yang disajikan dalam program siaran RPC disesuaikan berdasarkan dengan kebutuhan pendengar. Tidak jarang materi siaran yang disajikan dalam program siaran RPC ditentukan atas usulan dari pendengar yang kemudian didiskusikan oleh pihak RPC di meja evaluasi siaran. Bahkan narasumber yang akan mengisi siaran di RPC juga terkadang terjun langsung kepada pendengar untuk mengetahui informasi apa yang sedang dibutuhkan pendengar, sehingga dapat dirumuskan suatu materi siaran yang sesuai. Selain itu dilihat juga hubungan antara variabel umur dengan penilaian terhadap cara penyajian program siaran. Hal ini untuk melihat sejauh mana umur responden berpengaruh bagi penilaiannya terhadap cara penyajian program siaran. Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Cara Penyajian Umur
Tidak Menarik
Cukup Menarik
Sangat Menarik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Muda (≤ 25 tahun)
1
11,1
5
55,6
3
33,3
9
100,0
Dewasa (26-37 tahun)
5
38,5
6
46,1
2
15,4
13
100,0
Tua (≥ 38 tahun)
1
12,5
6
75,0
1
12,5
8
100,0
Jumlah
7
23,3
17
56,17
6
20,0
30
100,0
Kategori responden berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun) sebesar 11,1 persen menilai cara penyajian tidak menarik, sebesar 55,6 persen menilai cukup menarik, dan 33,3 persen menilai sangat menarik. Kategori responden berumur dewasa (26 sampai 37 tahun) sebesar 38,5 persen menilai cara penyajian tidak menarik, 46,1 persen menilai cukup menarik, dan 15,4 persen menilai sangat menarik. Sementara kategori responden berumur tua (lebih dari sama dengan 38 tahun) sebesar 12,5 persen menilai cara penyajian tidak menarik, 75,0 persen menilai cukup menarik dan 12,5 persen menilai sangat menarik. Oleh karena nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,465 > 0,05 maka
62
Ho diterima, atau dengan kata lain antara umur responden dan penilaiannya terhadap cara penyajian tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya umur responden yang berbeda tidak berpengaruh dalam memberikan penilaian yang berbeda pula terhadap cara penyajian program. Sebagian besar responden dari setiap kategori umur menilai cara penyajian yang dilakukan oleh RPC sudah cukup menarik mengingat program siaran Karedok merupakan salah satu program unggulan RPC. Responden menyatakan bahwa program yang disajikan dalam bentuk obrolan ini sangat disukai oleh mereka karena terkesan lebih santai, sehingga materi siaran yang disajikan pun lebih menarik untuk didengar. Tak jarang saat penyajian program diselipkan candaan atau guyonan dari penyiar maupun narasumber dengan tujuan agar suasana siaran menjadi lebih hidup. Pada Tabel 21 tersaji data hubungan antara umur dengan penilaian terhadap penyiar. Antara variabel umur dengan penilaian terhadap penyiar dilihat hubungannya untuk mengetahui sejauh mana umur seseorang berpengaruh dalam menentukan penilaian kepada penyiar. Tabel 21. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Penyiar Umur
Tidak Interaktif
Cukup Interaktif
Sangat Interaktif
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Muda (≤ 25 tahun)
2
22,3
4
44,4
3
33,3
9
100,0
Dewasa (26-37 tahun)
6
46,2
4
30,8
3
23,0
13
100,0
Tua (≥ 38 tahun)
1
12,5
5
62,5
2
25,0
8
100,0
Jumlah
9
30,0
13
43,3
8
26,7
30
100,0
Kategori responden yang berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun) sebesar 22,3 persen menilai penyiar yang menyajikan program siaran tidak interaktif, 44,4 persen menilai cukup interaktif, dan 33,3 persen menilai sangat interaktif. Sementara kategori responden berumur dewasa (26 sampai 37 tahun) sebesar 46,2 persen menilai penyiar tidak interaktif, 30,8 persen menilai cukup interaktif dan 23,0 persen menilai sangat interaktif. Sebesar 12,5 persen kategori
63
responden berumur tua (lebih dari sama dengan 38 tahun) menilai penyiar tidak interaktif, 62,5 persen menilai cukup interaktif, dan 25,0 persen persen menilai sangat interaktif. Oleh karena nilai signifikansi 0,985 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa umur responden tidak berhubungan signifikan dengan penilaiannya terhadap penyiar RPC. Artinya kategori umur yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula bagi penilaian yang diberikan terhadap penyiar. Penyiar RPC merupakan penyiar yang memiliki kualitas baik dalam menyajikan program siaran. Terdapat satu divisi khusus di RPC yang menentukan penyiar yang cocok untuk siaran. Penyiar mampu menjalin kedekatan dengan pendengar baik di dalam studio maupun di luar studio siaran. Kegiatan siaran bersama pendengar, mitra tani, ataupun mitra RPC sering dilakukan dengan penyiar dalam membahas suatu topik tertentu. Penyiar terkadang sengaja mengundang mitra RPC ke dalam studio untuk siaran bersama. Hal ini mencerminkan kedekatan dan keakraban yang terjalin antara pihak RPC dengan pendengarnya. Hubungan antara umur dengan durasi siaran juga dilihat untuk mengetahui apakah umur responden yang dimiliki pada satu kategori tertentu berpengaruh terhadap penilaian durasi siaran yang digunakan saat ini oleh pihak RPC dalam menyajikan program siaran Karedok. Pada Tabel 22 tersaji data hubungan antara umur responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran. Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian Terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian Terhadap Durasi Siaran Umur
Tidak Sesuai
Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Muda (≤ 25 tahun)
3
33,3
6
66,7
9
100,0
Dewasa (26-37 tahun)
6
46,2
7
53,8
13
100,0
Tua (≥ 38 tahun)
2
25,0
6
75,0
8
100,0
Jumlah
11
36,7
19
63,3
30
100,0
64
Kategori responden yang berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun) sebesar 33,3 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan 66,7 persen menilai sudah sesuai. Sementara kategori responden yang berumur dewasa (26 sampai 37 tahun) sebesar 46,2 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan 53,8 persen menilai sudah sesuai. Kategori responden yang berumur tua (lebih dari sama dengan 38 tahun) sebesar 25,0 persen menilai tidak sesuai durasi siaran yang digunakan
dan 75,0 persen menilai sudah sesuai. Oleh karena nilai signifikansi 0,771 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara umur responden dengan penilaian terhadap durasi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya umur responden yang berbeda tidak mempengaruhi penilaian yang berbeda pula terhadap durasi siaran. Penetapan durasi siaran yang digunakan untuk menyajikan program siaran dilakukan oleh pihak RPC. Selain itu penetapan durasi siaran disesuaikan dengan jenis program. Setiap program memiliki durasi yang hampir sama pemutarannya yakni kurang lebih selama satu hingga dua jam. Selain itu antara variabel umur dengan penilaian terhadap waktu siaran yang digunakan juga dilihat hubungannya. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah kategori tertentu umur seseorang berpengaruh dalam memberikan penilaian terhadap waktu siaran. Pada Tabel 23 tersaji data hubungan antara umur responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran. Tabel 23. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Waktu Siaran Umur
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Muda (≤ 25 tahun)
0
0,0
5
55,6
4
44,4
9
100,0
Dewasa (26-37 tahun)
3
23,1
10
76,9
0
0,0
13
100,0
Tua (≥ 38 tahun)
2
25,0
5
62,5
1
12,5
8
100,0
Jumlah
5
16,7
20
66,7
5
16,7
30
100,0
Kategori responden berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun) sebesar 55,6 persen menilai waktu siaran cukup sesuai penggunaannya dan 44,4 persen menilai sangat sesuai. Responden yang tergolong kategori berumur dewasa
65
(26 sampai 37 tahun) sebesar 23,1 persen menilai waktu siaran tidak sesuai dan 76,9 persen menilai cukup sesuai. Sebesar 25,0 persen kategori responden yang berumur dewasa (lebih dari sama dengan 38 tahun) menilai waktu siaran tidak sesuai, 62,5 persen menilai cukup sesuai, dan 12,5 persen menilai sangat sesuai. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,034 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara umur responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran. Artinya kategori umur responden yang berbeda mempengaruhi penilaian yang berbeda pula terhadap waktu siaran. Ternyata responden yang tergolong kategori berumur muda memiliki persentasi terbesar dalam menilai kesesuaian waktu siaran. Hal ini dikarenakan responden yang masih tergolong berumur muda lebih banyak memiliki waktu luang dibandingkan dengan responden yang berumur dewasa ataupun berumur tua. Dengan demikian pada waktu sore hari saat pemutaran program siaran mereka dapat mendengarkannya. Sementara bagi responden yang tergolong kategori berumur dewasa ataupun tua terkadang pada waktu sore hari mereka masih bekerja, sehingga tidak dapat mendengarkan siaran radio dan menganggap waktu sore hari kurang sesuai untuk menyajikan program siaran.
5.5.2
Hubungan Jenis Kelamin dengan Penilaian terhadap Program Siaran Pendengar laki-laki dan pendengar perempuan biasanya memiliki selera
yang berbeda dalam memilih program siaran radio untuk didengarkan. Umumnya pendengar laki-laki memilih untuk mendengarkan program siaran yang bersifat umum, sementara pendengar perempuan lebih memilih mendengarkan program siaran yang bernuansa hiburan dan program siaran yang dikhususkan untuk kaum perempuan, seperti program Juwita (Jendela Wanita). Oleh karena itu akan dilihat hubungan antara jenis kelamin dengan penilaian terhadap program siaran radio. Pada Tabel 24 tersaji data hubungan antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran.
66
Tabel 24. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Materi Siaran Jenis Kelamin
Tidak Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki-Laki
5
23,8
11
52,4
5
23,8
21
100,0
Perempuan
0
0,0
8
88,9
1
11,1
9
100,0
Jumlah
5
16,7
19
63,3
6
20,0
30
100,0
Kategori responden yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 23,8 persen menilai materi siaran yang disajikan tidak baik kualitasnya, 52,4 persen menilai cukup baik, dan 23,8 persen menilai sangat baik. Sementara responden yang berjenis kelamin perempuan sebesar 88,9 persen menilai cukup baik materi siaran yang disajikan persen dan 11,1 persen menilai sangat baik. Nilai p-value dari analisis uji Chi-square 0,137 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya jenis kelamin responden yang berbeda tidak mempengaruhi penilaian yang berbeda pula terhadap materi siaran. Baik responden laki-laki maupun responden perempuan sama-sama menilai bahwa materi siaran yang disajikan sudah sangat baik dan mampu memberikan informasi baru bagi mereka. Program siaran Karedok RPC merupakan program yang menyajikan informasi mengenai teknologi pertanian dan permasalahan di bidang pertanian, peternakan, kehutanan, kehutanan, dan bidang lainnya. Materi siaran disajikan dengan segmentasi khususnya untuk pendengar mitra tani atau masyarakat pertanian dan masyarakat luas umumnya. Program siaran Karedok RPC dapat didengarkan oleh semua kategori pendengar, meskipun segmentasi khususnya untuk masyarakat pertanian. Begitupun juga baik pendengar laki-laki maupun pendengar perempuan dapat mendengarkan program tersebut, karena informasi yang disampaikan bersifat umum di bidang pertanian. Sama halnya dengan penilaian terhadap materi siaran, antara variabel jenis kelamin dengan penilaian terhadap cara penyajian juga dilihat hubungannya. Pada
67
Tabel 25 tersaji data hubungan antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian. Tabel 25. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Cara Penyajian Jenis Kelamin
Tidak Menarik
Cukup Menarik
Sangat Menarik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki-laki
5
23,8
11
52,4
5
23,8
21
100,0
Perempuan
2
22,2
6
66,7
1
11,1
9
100,0
Jumlah
7
23,3
17
56,7
6
20,0
30
100,0
Responden laki-laki yang menilai cara penyajian tidak menarik sebesar 23,8 persen, 52,4 persen menilai cukup menarik, dan 23,8 persen menilai sangat menarik. Sementara sebesar 22,2 persen responden perempuan menilai cara penyajian tidak menarik, 66,7 persen menilai cukup menarik, dan 11,1 persen menilai sangat menarik. Oleh karena nilai p-value 0,894 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin responden dengan penilaian yang diberikan terhadap cara penyajian. Artinya salah satu jenis kelamin tertentu tidak memiliki pengaruh yang lebih besar dalam memberikan penilaian terhadap cara penyajian program siaran dibandingkan jenis kelamin yang lain. Responden yang berjenis kelamin laki-laki dan berjenis kelamin perempuan mempunyai penilaian yang sama terhadap cara penyajian yang dilakukan RPC dalam menyiarkan program siaran. Kedua kategori responden sepakat bahwa cara penyajian dari program siaran Karedok sudah sangat menarik untuk didengarkan. Menurut salah satu responden perempuan meskipun program Karedok membahas mengenai informasi pertanian namun cara penyajiannya dibuat menjadi lebih ringan, sehingga pendengar menjadi lebih santai untuk mendengarkannya. Antara variabel jenis kelamin dengan penilaian terhadap penyiar juga dilihat hubungannya. Hal ini untuk melihat jenis kelamin apa yang berpengaruh
68
dalam memberikan penilaian lebih tinggi terhadap penyiar RPC. Pada Tabel 26 tersaji data hubungan antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap penyiar. Tabel 26. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Penyiar Jenis Kelamin
Tidak Interaktif
Cukup Interaktif
Sangat Interaktif
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki-laki
6
28,6
9
42,8
6
28,6
21
100,0
Perempuan
3
33,3
4
44,4
2
22,3
13
100,0
Jumlah
9
30,0
13
43,3
8
26,7
30
100,0
Kategori responden laki-laki sebesar 28,6 persen menilai penyiar tidak interaktif, 42,8 persen menilai cukup interaktif dan 28,6 persen menilai sangat interaktif. Sementara kategori responden perempuan sebesar 33,3 persen menilai penyiar tidak interaktif, 44,4 persen menilai cukup interaktif, dan 22,3 persen menilai penyiar sangat interaktif. Nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,929 > 0,05 maka Ho diterima, dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap penyiar. Artinya kategori jenis kelamin yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap penyiar. Responden yang berjenis kelamin lakilaki dan perempuan memiliki penilaian yang sama terhadap penyiar RPC. Responden menyatakan bahwa seluruh penyiar RPC yang menyajikan program siaran Karedok sudah sangat interaktif dalam membawakan program siaran. Selain itu menurut salah satu responden penyiar RPC berbeda dengan penyiar radio lainnya, karena hanya penyiar RPC yang mau berkunjung ke tempatnya meskipun hanya sekedar berbincang-bincang. Sementara itu pada Tabel 27 tersaji data hubungan antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran. Sebesar 42,9 persen responden laki-laki menilai durasi siaran tidak sesuai dan 57,1 persen menilai sudah sesuai. Sementara sebesar 22,2 persen responden perempuan menilai bahwa
69
durasi siaran yang digunakan saat ini tidak sesuai dan 77,8 persen menilai sudah sesuai. Tabel 27. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Durasi Siaran Jenis Kelamin
Tidak Sesuai
Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Laki-Laki
9
42,9
12
57,1
21
100,0
Perempuan
2
22,2
7
77,8
9
100,0
Jumlah
11
36,7
19
63,3
30
100,0
Nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,282 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, atau dengan kata lain antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya jenis kelamin yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula dalam penilaiannya terhadap durasi siaran. Responden laki-laki ataupun perempuan tidak memberikan penilaian yang lebih tinggi terhadap durasi siaran di antara satu sama lain. Bagi responden dari kedua kategori sama-sama menilai bahwa satu hingga dua jam merupakan waktu yang ideal untuk menyajikan program siaran. Hal ini karena durasi waktu tersebut dinilai sangat pas dan tidak membuat bosan pendengar jika mendengarkannya. Selain itu dilihat juga hubungan antara jenis kelamin dengan penilaian terhadap waktu siaran yang digunakan dalam menyajikan program siaran. Pada Tabel 28 tersaji data hubungan antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran.
70
Tabel 28. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Waktu Siaran Jenis Kelamin
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki-laki
4
19,0
15
71,5
2
9,5
21
100,0
Perempuan
1
11,1
5
55,6
3
33,3
9
100,0
Jumlah
5
16,7
20
66,7
5
16,7
30
100,0
Sebesar 19,0 persen responden laki-laki menilai bahwa waktu siaran yang digunakan saat ini tidak sesuai, 71,5 persen menilai cukup sesuai, dan 9,5 persen menilai sangat sesuai. Sementara sebesar 11,1 persen responden perempuan menilai waktu siaran yang digunakan tidak sesuai, 55,6 persen menilai cukup sesuai, dan 33,3 persen menilai sangat sesuai. Oleh karena nilai p-value 0,270 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran. Jenis kelamin responden tidak memberikan pengaruh terhadap penilaiannya bagi waktu siaran yang digunakan. Baik responden laki-laki maupun responden perempuan menilai bahwa waktu siaran yang digunakan saat ini untuk menyajikan program siaran yakni pada waktu sore merupakan waktu sangat sesuai, karena pada waktu tersebut mereka sudah selesai melakukan aktifitas produktifnya. Hal ini dikarenakan baik responden laki-laki maupun responden perempuan memiliki kesibukan yang sama dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Sebagian besar responden laki-laki bekerja dari pukul 06.00 – 17.00 wib dan tak jarang beberapa dari mereka bekerja hingga larut malam. Sementara responden perempuan sebagian besar di antara mereka merupakan ibu rumah tangga. Setiap harinya mereka sibuk mengurusi keluarga dan anak-anak mereka.
71
5.5.3 Hubungan Pendidikan dengan Penilaian terhadap Program Siaran Variabel pendidikan responden akan dilihat hubungannya dengan penilaiannya terhadap program siaran siaran. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang dapat digunakannya untuk menilai program siaran radio. Pada Tabel 29 tersaji data hubungan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran. Sebesar 100,0 persen responden yang berpendidikan tidak tamat SD menilai materi siaran cukup baik kualitasnya, sedangkan sebesar 27,3 persen responden yang berpendidikan SD menilai materi siaran tidak baik kualitasnya, 63,6 persen menilai cukup baik, dan 9,1 persen menilai sangat baik. Kategori responden yang berpendidikan SMP sebesar 12,5 persen menilai materi siaran tidak baik kualitasnya, 75,0 persen menilai cukup baik, dan 12,5 persen menilai sangat baik. Sementara sebesar 10,0 persen responden yang berpendidikan SMA menilai materi siaran tidak baik kualitasnya, 50,0 persen menilai cukup baik, dan 40,0 persen menilai sangat baik. Tabel 29. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian Terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian Terhadap Materi Siaran Pendidikan
Tidak Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak tamat SD
0
0,0
1
100,0
0
0,0
1
100,0
SD
3
27,3
7
63,6
1
9,1
11
100,0
SMP
1
12,5
6
75,0
1
12,5
8
100,0
SMA
1
10,0
5
50,0
4
40,0
10
100,0
Jumlah
5
16,7
19
63,3
6
20,0
30
100,0
Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,086 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa pendidikan responden tidak memiliki hubungan signifikan dengan penilaian yang diberikan terhadap materi siaran. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan responden bukan berarti semakin tinggi penilaian yang diberikan untuk materi siaran dan sebaliknya. Penilaian terhadap materi siaran yang diberikan oleh responden bukan berdasarkan tingkat
72
pendidikan yang dimilikinya. Responden akan memberikan penilaian yang baik terhadap materi siaran apabila materi siaran yang disajikan menarik didengarkan oleh mereka dan dapat memberikan manfaat setelah mendengarkannya. Sementara itu pada Tabel 30 tersaji jumlah responden menurut pendidikan dan penilaiannya terhadap cara penyajian. Kategori responden yang berpendidikan tidak tamat SD sebesar 100,0 persen menilai cara penyajian tidak menarik, sedangkan kategori responden yang berpendidikan SD sebesar 9,1 persen menilai tidak menarik cara penyajian yang digunakan, 72,7 persen menilai cukup menarik, dan 18,2 persen menilai sangat menarik. Responden yang berpendidikan SMP menilai cara penyajian tidak menarik sebesar 37,5 persen, 50,0 persen menilai cukup menarik, dan 12,5 persen menilai sangat menarik. Sebesar 20,0 persen kategori responden yang berpendidikan SMA menilai tidak menarik, 50,0 persen menilai cukup menarik dan 30,0 persen menilai sangat menarik. Tabel 30. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Cara Penyajian Pendidikan
Tidak Menarik
Cukup Menarik
Sangat Menarik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak tamat SD
1
100,0
0
0,0
0
0,0
1
100,0
SD
1
9,1
8
72,7
2
18,2
11
100,0
SMP
3
37,5
4
50,0
1
12,5
8
100,0
SMA
2
20,0
5
50,0
3
30,0
10
100,0
Jumlah
7
23,3
17
56,7
6
20,0
30
100,0
Oleh karena nilai signifikansi 0,656 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian. Artinya tingkat pendidikan responden yang berbeda tidak mempengaruhi penilaiannya terhadap cara penyajian yang berbeda pula. Responden yang termasuk ke dalam seluruh kategori tingkat pendidikan sama-sama memiliki penilaian yang baik terhadap cara penyajian, yaitu menganggap bahwa cara penyajian program siaran cukup menarik.
73
Program siaran dikemas dalam bentuk obrolan antara penyiar dengan narasumber. Bentuk obrolan yang digunakan dalam menyajikan program tersebut dipilih agar dapat lebih dinikmati oleh semua kategori pendengar dengan kesan santai yang dihadirkan. Bagi pendengar yang ingin bergabung dalam program tersebut dapat melalui telepon ataupun sms. Pendengar dapat memberikan pertanyaan ataupun pendapat kepada narasumber melalui telepon atau sms, agar keingintahuan mereka dapat terjawab segera apabila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti. Pada Tabel 31 tersaji data hubungan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap penyiar. Tabel 31. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Penyiar Pendidikan
Tidak Interaktif
Cukup Interaktif
Sangat Interaktif
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak tamat SD
1
100,0
0
0,0
0
0,0
1
100,0
SD
0
0,0
8
72,7
3
27,3
13
100,0
SMP
3
37,5
3
37,5
2
25,0
8
100,0
SMA
5
50,0
2
20,0
3
30,0
10
100,0
Jumlah
9
30,0
13
43,3
8
26,7
30
100,0
Kategori responden yang berpendidikan tidak tamat SD seluruhnya menilai penyiar tidak interaktif yakni sebesar 100,0 persen, sedangkan kategori responden yang berpendidikan SD sebesar 72,7 persen menilai penyiar cukup interaktif, dan 27,3 persen menilai sangat interaktif. Kategori responden yang berpendidikan SMP sebesar 37,5 persen menilai penyiar tidak interaktif, 37,5 persen juga menilai cukup interaktif, dan 25,0 persen menilai sangat interaktif. Sementara kategori responden yang berpendidikan SMA sebesar 50,0 persen menilai penyiar tidak interaktif, 20,0 persen menilai cukup inetraktif, dan 30,0 persen menilai sangat interaktif. Oleh karena nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,345 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap penyiar tidak terdapat
74
hubungan signifikan. Artinya penilaian terhadap penyiar yang diberikan oleh responden bukan berdasarkan tingkat pendidikan yang mereka miliki. Bagi responden yang terpenting adalah penyiar dapat menyajikan program siaran dengan baik yang secara tidak langsung dapat menarik minat pendengar untuk mau mendengarkan program siaran tersebut. Antara variabel pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran juga dapat dilihat hubungannya. Data hubungan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran tersaji pada Tabel 32. Tabel 32. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Durasi Siaran Pendidikan
Tidak Sesuai
Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Tidak tamat SD
0
0,0
1
100,0
1
100,0
SD
2
18,2
9
81,8
11
100,0
SMP
4
50,0
4
50,0
8
100,0
SMA
5
50,0
5
50,0
10
100,0
Jumlah
11
36,7
19
63,3
30
100,0
Kategori responden yang berpendidikan tidak tamat SD sebesar 100,0 persen menilai durasi siaran yang digunakan sudah sesuai. Kategori responden yang berpendidikan SD sebesar 18,2 persen menilai tidak sesuai durasi siaran yang digunakan dan 81,8 persen menilai sudah sesuai. Sementara kategori responden yang berpendidikan SMP masing-masing sebesar 40,0 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan sudah sesuai. Kategori responden yang berpendidikan SMA sebesar 50,0 persen menilai durasi siaran yang digunakan saat ini tidak sesuai dan 50,0 persen menilai sesuai. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,932 > 0,05 menunjukkan bahwa Ho diterima atau tidak terdapat hubungan signifikan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran. Artinya pendidikan yang dimiliki responden tidak berpengaruh terhadap penilaian yang diberikannya pada durasi siaran.
75
Data hubungan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran tersaji pada Tabel 33. Kategori responden yang berpendidikan tidak tamat SD seluruhnya yakni sebesar 100,0 persen menilai waktu siaran cukup sesuai, sedangkan responden yang berpendidikan SD sebesar 9,1 persen menilai waktu siaran tidak sesuai, 63,6 persen menilai cukup sesuai, dan 27,3 persen menilai waktu siaran sangat sesuai. Sebesar 25,0 persen kategori responden berpendidikan SMP menilai tidak sesuai, 62,5 persen menilai cukup sesuai, dan 12,5 persen menilai sangat sesuai. Sementara sebesar 20,0 persen kategori responden berpendidikan SMA menilai tidak sesuai, 70,0 persen menilai cukup sesuai, dan 10,0 persen menilai sangat sesuai. Tabel 33. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Waktu Siaran Pendidikan
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak tamat SD
0
0,0
1
100,0
0
0,0
1
100,0
SD
1
9,1
7
63,6
3
27,3
11
100,0
SMP
2
25,0
5
62,5
1
12,5
8
100,0
SMA
2
20,0
7
70,0
1
10,0
10
100,0
Jumlah
5
16,7
20
66,6
5
16,7
30
100,0
Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,296 > 0,05 menandakan bahwa Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran. Artinya pendidikan seseorang tidak berpengaruh dalam memberikan penilaian terhadap kesesuaian waktu siaran yang digunakan untuk menyajikan program siaran. Semakin tinggi pendidikan responden tidak memberikan penilaian yang tinggi pula terhadap kesesuaian waktu siaran, begitupun sebaliknya. Penentuan waktu yang akan digunakan untuk menyajikan setiap masingmasing program siaran RPC sudah ditetapkan oleh pihak RPC dengan menyesuaikan waktu-waktu yang sering digunakan oleh pendengar untuk mendengarkan siaran radio. Seperti program siaran Karedok yang disiarkan pada
76
sore hari disesuaikan dengan saat-saat audien utama yakni khususnya mitra tani yang memang pada waktu sore mereka sudah selesai beraktifitas di sawah. Selain itu program hiburan yang disajikan pada waktu malam hari disesuaikan dengan jam istirahat pendengar, sehingga mendengarkan program hiburan RPC dapat sambil beristirahat.
5.5.4 Hubungan Pekerjaan dengan Penilaian terhadap Program Siaran Jenis pekerjaan juga dilihat hubungannya dengan penilaian terhadap program siaran. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pekerjaan yang digeluti oleh seorang responden dapat memberikan pengaruh kepada penilaian yang diberikannya terhadap program siaran. Pada Tabel 34 tersaji data hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran. Tabel 34. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Materi Siaran Pekerjaan
Tidak Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Pertanian
4
26,7
6
40,0
5
33,5
15
100,0
Non-pertanian
1
6,7
13
86,6
1
6,7
15
100,0
Jumlah
5
16,7
19
63,3
6
20,0
30
100,0
Kategori responden yang bekerja di bidang pertanian sebesar 26,7 persen menilai materi siaran tergolong pada kategori sangat baik, 40,0 persen menilai cukup baik, dan 33,5 persen menilai sangat baik. Sementara responden yang bekerja di bidang non-pertanian sebesar 16,7 persen menilai bahwa materi yang disajikan tidak baik kualitasnya, 86,6 persen menilai cukup baik, dan 6,7 persen menilai sangat baik. Oleh karena nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,030 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dengan kata lain terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran. Artinya kategori pekerjaan yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap materi siaran.
77
Responden yang bekerja di bidang non-pertanian memberikan penilaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang bekerja di bidang pertanian. Menurut responden yang bekerja di bidang non-pertanian materi siaran yang disajikan pada program siaran RPC memiliki kekhasan tersendiri, karena hanya di RPC siaran mengenai informasi pertanian dapat diperoleh. Meskipun tidak mengerti bidang pertanian, namun mereka menganggap bahwa materi siaran yang disajikan RPC mengenai informasi teknologi pertanian sangat baik kualitasnya. Topik materi siaran yang disajikan berasal dari Balai Penyuluhan dan Petanian, Dinas Pertanian, dan lain-lain. Tidak ada radio lain yang dapat menyajikan materi siaran yang berupa informasi seperti itu. Menurut mereka kebanyakan dari radio lain hanya menyajikan suatu hiburan saja bagi pendengarnya. Sementara bagi responden yang bekerja di bidang pertanian menilai bahwa terkadang materi siaran yang disajikan sudah mereka ketahui terlebih dahulu informasinya, sehingga menganggap bahwa tidak mendapatkan informasi baru setelah mendengarkan siaran. Selain itu dilihat juga hubungan antara variabel pekerjaan dengan penilaian terhadap cara penyajian. Data hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian tersaji pada Tabel 35. Tabel 35. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Cara Penyajian Pekerjaan
Tidak Menarik
Cukup Menarik
Sangat Menarik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Pertanian
5
33,3
5
33,3
5
33,3
15
100,0
Non-pertanian
2
13,3
12
80,0
1
6,7
15
100,0
Jumlah
7
23,3
17
56,7
6
20,0
30
100,0
Sebesar 33,3 responden yang bekerja di bidang pertanian menilai bahwa cara penyajian program siaran tidak menarik, 33,3 persen menilai cukup menarik, dan 33,3 persen menilai sangat menarik. Sementara responden yang bekerja di bidang non-pertanian sebesar 13,3 persen menilai tidak menarik cara
78
penyajiannya, 80,0 persen menilai cukup menarik, dan hanya 6,7 persen yang menilai sangat menarik. Oleh karena nilai p-value 0,033 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dengan kata lain antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian terdapat hubungan signifikan. Artinya kategori pekerjaan yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaian responden terhadap cara penyajian. Responden yang bekerja di bidang non-pertanian memberikan penilaian yang lebih tinggi dibandingkan responden yang bekerja di bidang pertanian. Bagi responden yang bekerja di bidang non-pertanian penyajian yang disajikan melalui bentuk obrolan membuat penyampaian materi siaran dapat lebih mudah dipahami oleh pendengar. Di samping itu pemutaran lagu-lagu sunda di sela-sela penyampaian materi membuat program siaran tersebut menjadi lebih menarik, sehingga pendengar yang bukan dari bidang pertanian juga merasa senang mendengarkan program tersebut. Pada Tabel 36 tersaji data hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap penyiar. Tabel 36. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Penyiar Pekerjaan
Tidak Interaktif
Cukup Interaktif
Sangat Interaktif
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Pertanian
4
26,7
7
46,6
4
26,7
15
100,0
Non-pertanian
5
33,3
6
40,0
4
26,7
15
100,0
Jumlah
9
30,0
13
43,3
8
26,7
30
100,0
Sebesar 26,7 persen responden yang bekerja di bidang pertanian menilai penyiar RPC tidak interaktif, 46,6 persen menilai cukup interaktif, dan 26,7 persen menilai sangat interaktif. Sementara kategori responden yang bekerja di bidang non-pertanian sebesar 33,3 persen menilai penyiar RPC tidak interaktif, 40,0 persen menilai cukup interaktif, dan 26,7 persen menilai sangat interaktif. Oleh karena nilai p-value 0,910 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya
79
terhadap penyiar. Artinya satu jenis pekerjaan tertentu responden tidak memberikan pengaruh penilaian yang lebih tinggi terhadap penyiar dibandingkan jenis pekerjaan yang lain. Responden yang bekerja di bidang pertanian memberikan penilaian yang sama dengan responden yang bekerja di bidang pertanian. Antara pekerjaan responden dengan penilaian terhadap durasi siaran juga dilihat hubungannya. Hal ini untuk melihat apakah pekerjaan yang digeluti responden menentukan penilaian yang diberikannya terhadap durasi siaran yang digunakaan saat ini untuk menyajikan program siaran. Pada Tabel 37 tersaji data hubungan antara pekerjaan dengan penilaian terhadap durasi siaran Tabel 37. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Durasi Siaran Pekerjaan
Tidak Sesuai
Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Pertanian
5
33,3
10
66,7
15
100,0
Non-pertanian
6
40,0
9
60,0
15
100,0
Jumlah
11
36,7
19
63,3
30
100,0
Kategori responden yang bekerja di bidang pertanian sebesar 33,3 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan 66,7 persen menilai sesuai. Sementara responden yang bekerja di bidang pertanian sebesar 40,0 persen menilai tidak sesuai durasi siaran yang digunakan saat ini dan 60,0 persen menilai sesuai. Oleh karena nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,705 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap kesesuaian durasi siaran. Artinya pekerjaan responden yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap durasi siaran. Responden menganggap bahwa untuk menyajikan suatu program siaran radio yang menyajikan suatu informasi seperti program Karedok cukup satu hingga dua jam durasinya. Hal ini untuk menghindari rasa bosan bagi pendengar yang mendengarkannya. Lain halnya dengan program khusus hiburan responden
80
beranggapan bahwa dapat lebih dari dua jam untuk menyajikannya, karena hiburan sangat digemari oleh pendengar dan tidak akan menimbulkan rasa bosan jika terlalu lama mendengarkannya. Pada Tabel 38 tersaji data hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran. Tabel 38. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi tahun 2011 Penilaian terhadap Waktu Siaran Pekerjaan
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Pertanian
2
13,3
12
80,0
1
6,7
15
100,0
Non-pertanian
3
20,0
8
53,3
4
26,7
15
100,0
Jumlah
5
16,7
20
66,6
5
16,7
30
100,0
Responden yang bekerja di bidang pertanian sebesar 13,3 persen menilai waktu siaran yang digunakan tidak sesuai, 80,0 persen menilai cukup sesuai, dan 6,7 persen menilai sangat sesuai. Sementara responden yang bekerja di bidang non-pertanian sebesar 20,0 persen menilai waktu siaran tidak sesuai, 53,3 persen menilai cukup sesuai, dan 26,7 persen menilai sangat sesuai. Nilai p-value 0,247 > 0,05 menunjukkan bahwa Ho di terima, atau dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap kesesuaian waktu siaran yang digunakan. Artinya suatu pekerjaan yang digeluti oleh responden tidak memberikan pengaruh pada penilaian yang diberikan terhadap kesesuaian waktu siaran dalam menyajikan program siaran. Waktu sore hari yang digunakan dalam menyajikan program siaran menurut kedua kelompok responden merupakan waktu yang sesuai, karena kedua kategori responden tersebut pada waktu sore hari sudah selesai melakukan aktifitas produktifnya, sehingga pada waktu tersebut mereka sudah dapat mendengarkan program siaran yang disajikan.
81
5.5.5
Hubungan Kepemilikan Media Massa dengan Penilaian terhadap Program Siaran Kepemilikan media massa bagi responden juga dilihat hubungannya
dengan penilaian terhadap program siaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh yang diberikan bagi responden yang memiliki satu atau lebih jenis media massa lain terhadap penilaian pada program siaran. Pada Tabel 39 tersaji data hubungan antara kepemilikan media massa selain radio dan penilaiannya terhadap materi siaran. Tabel 39. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Materi Siaran Kepemilikan Media Massa
Tidak Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Televisi
4
16,0
16
64,0
5
20,0
25
100,0
Koran
1
50,0
0
0,0
1
50,0
2
100,0
Televisi dan Koran
0
0,0
3
100,0
0
0,0
3
100,0
Jumlah
5
16,7
19
63,3
6
20,0
30
100,0
Kategori responden yang memiliki televisi sebesar 16,0 persen menilai materi siaran yang disajikan tidak baik kualitasnya, 64,0 persen menilai cukup baik, dan 20,0 persen menilai sangat baik. Kategori responden yang memiliki koran sebesar 50,0 persen menilai materi siaran tidak baik kualitasnya dan 50,0 persen menilai cukup baik. Sementara responden yang memiliki televisi dan koran seluruhnya yakni sebesar 100,0 persen menilai materi siaran cukup baik yakni sebesar 100,0 persen. Oleh karena nilai signifikansi 0,897 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara kepemilikan media massa dengan penilaian terhadap materi siaran. Artinya kepemilikan media massa yang berbeda bagi responden tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap materi siaran. Masing-masing responden dari ketiga kategori sama-sama menilai bahwa materi siaran yang disajikan pada program siaran sudah cukup baik kualitasnya. Menurut responden meskipun mereka juga sering memanfaatkan televisi ataupun
82
koran yang mereka miliki untuk memperoleh informasi atau berita, namun materi siaran yang didengarkannya melalui siaran radio memiliki daya tarik tersendiri. Jika melalui televisi ataupun koran sebagian besar berisikan informasi atau berita politik, ekonomi, dan lain-lain, namun melalui siaran RPC informasi yang mereka dapatkan lebih khusus mengenai bidang pertanian utamanya seperti inovasi teknologi pertanian. Selain itu dilihat juga hubungan antara variabel kepemilikan media massa lain dengan penilaian terhadap cara penyajian program siaran. Data hubungan antara kepemilikan media massa dan penilaiannya terhadap cara penyajian tersaji pada Tabel 40. Tabel 40. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Cara Penyajian Kepemilikan Media Massa
Tidak Menarik
Cukup Menarik
Sangat Menarik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Televisi
4
16,0
15
60,0
6
24,0
25
100,0
Koran
1
50,0
1
50,0
0
0,0
2
100,0
Televisi dan Koran
2
66,7
1
33,3
0
0,0
3
100,0
Jumlah
7
23,3
17
56,7
6
20,0
30
100,0
Kategori responden yang memiliki televisi sebesar 16,0 persen menilai cara penyajian tidak menarik, 60,0 persen menilai cukup menarik, dan 24,0 persen menilai sangat menarik. Responden yang memiliki koran sebesar 50,0 persen menilai cara penyajian tidak menarik dan 50,0 persen menilai cukup menarik. Sementara responden yang memiliki televisi dan koran sebesar 66,7 persen menilai cara penyajian tidak menarik dan 33,3 persen menilai cukup menarik. Oleh karena nilai signifikansi 0,033 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kepemilikan media massa selain radio oleh responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian. Artinya kategori kepemilikan media massa yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap penilaian yang diberikan untuk cara penyajian program.
83
Terdapatnya hubungan tersebut dapat dilihat pada kategori responden yang memiliki televisi dan koran, bahwa responden yang tergolong kategori tersebut menilai cara penyajian tidak menarik. Responden yang memiliki media massa lebih banyak akan membagi waktu untuk memanfaatkan media massa yang dimilikinya, sehingga menyebabkan penilaiannya menjadi semakin berkurang saat mendengarkan siaran radio. Selain itu responden akan lebih selektif dalam memilih informasi dan membandingkan cara penyajian yang dilakukan dari media massa berbeda. Pada Tabel 41 tersaji data hubungan antara kepemilikan media massa dengan penilaian responden terhadap penyiar. Tabel 41. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Penyiar Kepemilikan Media Massa
Tidak Interaktif
Cukup Interaktif
Sangat Interaktif
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Televisi
5
20,0
12
48,0
8
32,0
25
100,0
Koran
1
50,0
1
50,0
0
0,0
2
100,0
Televisi dan koran
3
100,0
0
0,0
0
0,0
3
100,0
Jumlah
9
30,0
13
43,3
8
26,7
30
100,0
Responden yang memiliki televisi sebesar 20,0 persen menilai penyiar tidak interaktif, 48,0 persen menilai cukup interaktif, dan 32,0 persen menilai sangat interaktif. Responden yang memiliki koran sebesar 50,0 persen menilai penyiar tidak interaktif dan 50,0 persen menilai cukup interaktif. Sementara responden yang memiliki televisi dan koran sebesar 100,0 persen menilai penyiar tidak interaktif. Nilai signifikansi 0,033 < 0,05 menunjukkan bahwa Ho ditolak, atau dengan kata lain terdapat hubungan antara kepemilikan media massa oleh responden dengan penilaiannya terhadap penyiar. Artinya kategori kepemilikan media massa lain yang berbeda oleh responden memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap penilaiannya kepada penyiar RPC. Terdapatnya hubungan dapat dilihat pada kategori responden yang memiliki televisi dan koran seluruhnya menilai penyiar tidak interaktif, karena
84
menurut mereka penyiar radio terkadang tidak dapat menjalin keakraban dengan pendengarnya karena hanya satu orang saja jumlahnya, dibandingkan melihat program acara di televisi yang dapat melibatkan beberapa pembawa acara sehingga menjadi lebih komunikatif. Selain itu penyiar radio juga tidak terlihat wujudnya oleh mereka. Sementara untuk memperoleh informasi dari koran dapat secara langsung dengan membacanya, tanpa harus melalui orang lain seperti penyiar. Pada Tabel 42 tersaji data hubungan antara kepemilikan media massa oleh responden dan penilaiannya terhadap durasi siaran. Tabel 42. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Durasi Siaran Kepemilikan Media Massa
Tidak Sesuai
Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Televisi
7
28,0
18
72,0
25
100,0
Koran
1
50,0
1
50,0
2
100,0
Televisi dan Koran
3
100,0
0
0,0
3
100,0
Jumlah
11
36,7
19
63,3
30
100,0
Responden yang memiliki televisi sebesar 28,0 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan 72,0 persen menilai sesuai. Responden yang memiliki koran sebesar 50,0 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan 50,0 persen menilai sesuai. Sementara responden yang memiliki televisi dan koran seluruhnya yakni sebesar 100,0 persen menilai durasi siaran tidak sesuai. Oleh karena nilai signifikansi 0,021 < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak, atau dengan kata lain terdapat hubungan signifikan antara kepemilikan media massa selain radio dengan penilaian terhadap durasi siaran. Artinya tiap kategori kepemilikan media massa lain yang berbeda mempengaruhi penilaian yang berbeda pula terhadap durasi siaran. Semakin banyak jumlah media massa yang dimiliki oleh responden menyebabkan penilaian yang diberikan lebih rendah. Hal ini terlihat bagi responden yang memiliki televisi dan koran menganggap bahwa durasi satu hingga dua jam yang digunakan untuk menyajikan program siaran
85
kurang begitu sesuai, karena durasi tersebut bisa membuat pendengar jenuh namun bisa juga membuat pendengar kurang merasa puas dengan sajian yang didengarkan. Data hubungan antara kepemilikan media massa dan penilaiannya terhadap waktu siaran tersaji pada Tabel 43. Tabel 43. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Waktu Siaran Kepemilikan Media Massa
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Televisi
3
12,0
17
68,0
5
20,0
25
100,0
Koran
0
0,0
2
100,0
0
0,0
2
100,0
Televisi dan Koran
2
66,7
1
33,3
0
0,0
3
100,0
Jumlah
5
16,7
20
66,6
5
16,7
30
100,0
Sebesar 12,0 persen responden yang memiliki televisi menilai waktu siaran tidak sesuai, 68,0 persen menilai cukup sesuai, dan 20,0 persen menilai sangat sesuai. Sementara responden yang memiliki koran sebesar 100,0 persen menilai waktu siaran cukup sesuai. Responden yang memiliki televisi dan koran sebesar 66,7 persen menilai waktu siaran tidak sesuai dan 33,3 persen menilai cukup sesuai. Oleh karena p-value 0,076 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara kepemilikan media massa lain oleh responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran. Artinya kepemilikan media massa lain yang berbeda tidak mempengaruhi penilaian yang berbeda pula terhadap waktu siaran. Bagi responden aktifitas untuk mendengarkan siaran radio dilakukan pada waktu kapan saja dan dimana saja, karena untuk mendengarkan siaran radio bisa didengarkan melalui telepon gengggam. Sementara memanfaatkan kepemilikan media massa lain seperti untuk menonton televisi lebih banyak dilakukan pada malam hari bersama keluarga dan untuk membaca koran tidak terlalu sering dilakukan, sehingga penilaian mereka terhadap kesesuaian waktu siaran tidak
86
berbeda meskipun jenis kepemilikan media massa yang dimiliki oleh responden berbeda juga.
5.6 5.6.1
Hubungan Keterdedahan pada Siaran Radio dengan Penilaian Responden terhadap Program Siaran Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Materi Siaran Keterdedahan pada siaran radio bagi responden akan menunjukkan
seberapa sering dan lama ia menghabiskan waktu untuk mendengarkan siaran radio. Tingkat keseringan responden dalam mendengarkan siaran radio akan berpengaruh pada penilaiannya pada program siaran yang disajikan. Semakin sering ia mendengarkan program siaran maka kemungkinan akan semakin baik penilaian yang diberikannya. Data hubungan antara frekuensi mendengarkan dan penilaian responden terhadap materi siaran tersaji dalam Tabel 44. Tabel 44. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Materi Siaran Frekuensi Mendengarkan
Tidak Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
1
12,5
4
50,0
3
37,5
8
100,0
Sedang
2
11,1
13
72,2
3
16,7
18
100,0
Tinggi
2
50,0
2
50,0
0
0,0
4
100,0
Jumlah
5
16,7
19
63,3
6
20,0
30
100,0
Sebesar 12,5 persen responden yang frekuensi mendengarkannya rendah menilai materi siaran tidak baik kualitasnya, 50,0 persen menilai cukup baik, dan 37,5 menilai materi siaran sangat baik. Kategori responden yang frekuensi mendengarkannya sedang sebesar 11,1 persen menilai materi siaran tidak baik, 72,2 persen menilai cukup baik, dan 16,7 menilai sangat baik. Sementara sebesar 50,0 persen responden yang frekuensi mendengarkannya tinggi menilai materi siaran tidak baik dan 50,0 persen menilai cukup baik. Oleh karena nilai
87
signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,069 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara frekuensi mendengarkan
dengan penilaian responden terhadap materi siaran. Artinya
frekuensi mendengarkan yang berbeda tidak mempengaruhi penilaian yang berbeda pula terhadap materi siaran. Materi yang disajikan dalam program siaran merupakan materi yang dibuat oleh narasumber ahli, sehingga kualitas dari materi siaran yang disajikan dapat teruji. Tak jarang narasumber turun langsung ke lapang untuk mengetahui informasi apa yang sedang dibutuhkan oleh pendengar. Oleh karena itu baik responden yang frekuensi mendengarkannya tergolong rendah, sedang maupun tinggi menilai bahwa materi siaran yang disajikan sudah sangat baik, sehingga setiap harinya selalu ada informasi baru yang diperoleh.
5.6.2
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Cara Penyajian Data hubungan antara frekuensi mendengarkan dengan penilaian
responden terhadap cara penyajian tersaji dalam Tabel 45. Tabel 45. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Cara Penyajian Frekuensi Mendengarkan
Tidak Menarik
Cukup Menarik
Sangat Menarik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
0
0,0
6
75,0
2
25,0
8
100,0
Sedang
6
33,3
8
44,5
4
22,2
18
100,0
Tinggi
1
25,0
3
75,0
0
0,0
4
100,0
Jumlah
7
23,3
17
56,7
6
20,0
30
100,0
Sebesar 75,0 persen responden yang frekuensi mendengarkannya rendah menilai cara penyajian program tidak menarik dan 25,0 persen menilai sangat menarik. Kategori responden yang frekuensi mendengarkannya sedang sebesar 33,3 persen menilai cara penyajian program tidak menarik, 44,5 persen menilai cukup menarik, dan 22,2 persen menilai sangat menarik. Sementara kategori
88
responden yang frekuensi mendengarkannya tinggi sebesar 25,0 persen menilai tidak menarik dan 75,0 persen menilai cukup menarik. Oleh karena nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,161 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara frekuensi mendengarkan dengan penilaian responden terhadap cara penyajian. Artinya frekuensi mendengarkan yang berbeda tidak memberikan pengaruh penilaian yang berbeda pula terhadap cara penyajian. Setiap harinya program yang disiarkan menggunakan cara penyajian yang sama yaitu melalui bentuk obrolan, sehingga meskipun responden memiliki frekuensi yang berbeda namun tetap menilai cara penyajian sudah sangat menarik.
5.6.3
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Penyiar Data hubungan antara frekuensi mendengarkan responden dengan
penilaiannya terhadap penyiar tersaji pada Tabel 46. Tabel 46. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Penyiar Frekuensi Mendengarkan
Tidak Interaktif
Cukup Interaktif
Sangat Interaktif
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
2
25,0
3
37,5
3
37,5
8
100,0
Sedang
4
22,2
9
50,0
5
27,8
18
100,0
Tinggi
3
75,0
1
25,0
0
0,0
4
100,0
Jumlah
9
30,0
13
43,3
8
26,7
30
100,0
Sebesar 25,0 persen responden yang frekuensi mendengarkannya rendah menilai penyiar tidak interaktif, 37,5 persen menilai cukup interaktif, dan 37,5 persen
menilai
penyiar
sangat
interaktif.
Responden
yang
frekuensi
mendengarkannya sedang sebesar 22,2 persen menilai penyiar tidak interaktif, 50,0 persen menilai cukup interaktif, dan 27,8 persen menilai sangat interaktif. Sementara kategori responden yang frekuensi mendengarkannya tinggi sebesar 75,0 persen menilai penyiar tidak interaktif dan 25,0 persen menilai cukup
89
interaktif. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,132 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara frekuensi mendengarkan responden dengan penilaiannya terhadap penyiar tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya frekuensi mendengarkan responden yang berbeda tidak mempengaruhi penilaiannya terhadap penyiar menjadi berbeda pula. Penyiar RPC dalam menyajikan program siaran membangun suasana keakraban dan interaktif dengan pendengarnya, seperti memberikan kesempatan pendengar untuk bertanya, berkomentar, memberikan masukan melalui telepon dan sms. Hal ini untuk menciptakan suasana komunikasi yang berlangsung secara dua arah dan dapat menghasilkan feedback baik secara langsung maupun tidak langsung.
5.6.4
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Durasi Siaran Data
hubungan
antara
frekuensi
mendengarkan
responden
dan
penilaiannya terhadap durasi siaran tersaji pada Tabel 47. Tabel 47. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Durasi Siaran Frekuensi Mendengarkan
Tidak Sesuai
Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Rendah
3
37,5
5
62,5
8
100,0
Sedang
4
22,2
14
77,8
18
100,0
Tinggi
4
100,0
0
0,0
4
100,0
Jumlah
11
36,7
19
63,3
30
100,0
Sebesar 37,5 persen responden yang frekuensi mendengarkannya rendah menilai durasi siaran tidak sesuai dan 62,5 persen menilai sesuai. Responden yang frekuensi mendengarkannya sedang sebesar 22,2 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan 77,8 persen menilai sesuai. Sementara responden yang frekuensi mendengarkannya tinggi seluruhnya sebesar 100,0 persen menilai durasi siaran tidak sesuai. Oleh karena nilai signifikansi 0,188 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat
disimpulkan
bahwa
frekuensi
mendengarkan
responden
dengan
90
penilaiannya terhadap durasi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya semakin sering responden mendengarkan siaran radio tidak berarti penilaiannya terhadap durasi siaran semakin tinggi.
5.6.5
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Waktu Siaran Data hubungan antara frekuensi mendengarkan responden dengan
penilaiannya terhadap waktu siaran tersaji pada Tabel 48. Sebesar 25,0 persen responden yang frekuensi mendengarkannya rendah menilai waktu siaran tidak sesuai dan 75,0 persen menilai cukup sesuai. Responden yang frekuensi mendengarkannya sedang sebesar 16,7 persen menilai waktu siaran tidak sesuai, 55,6 persen menilai cukup sesuai, dan 22,7 persen menilai sangat sesuai. Sementara responden yang frekuensi mendengarkannya tinggi sebesar 100,0 persen menilai waktu siaran cukup sesuai. Tabel 48. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Waktu Siaran Frekuensi Mendengarkan
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
2
25,0
6
75,0
0
0,0
8
100,0
Sedang
3
16,7
10
55,6
5
27,7
18
100,0
Tinggi
0
0,0
4
100,0
0
0,0
4
100,0
Jumlah
5
16,7
20
66,6
5
16,7
30
100,0
Oleh karena nilai signifikansi 0,293 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara frekuensi mendengarkan responden dan penilaiannya terhadap waktu siaran tidak terdapat hubungan sinifikan. Artinya frekuensi mendengarkan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaian terhadap waktu siaran. Menurut responden intensitasnya mendengarkan siaran radio tidak hanya dilakukan pada waktu sore hari, namun juga pada saat–saat waktu luang yang mereka miliki.
91
5.6.6
Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Materi Siaran Data hubungan antara lama mendengarkan responden dengan penilaiannya
terhadap materi siaran tersaji pada Tabel 49. Tabel 49. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Materi Siaran Lama Mendengarkan
Tidak Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
3
14,3
12
57,1
6
28,6
21
100,0
Sedang
1
16,7
5
83,3
0
0,0
6
100,0
Tinggi
1
33,3
2
66,7
0
0,0
4
100,0
Jumlah
5
16,7
19
63,3
5
20,0
30
100,0
Kategori responden yang lama mendengarkannya rendah sebesar 14,3 persen menilai materi siaran tidak baik kualitasnya, 57,1 persen menilai cukup baik, dan 28,6 persen menilai materi siaran sangat baik. Kategori responden yang lama mendengarkannya sedang sebesar 16,7 persen menilai materi siaran tidak baik dan 83,3 persen menilai cukup baik. Sementara kategori responden yang lama mendengarkannya tinggi sebesar 33,3 persen menilai materi siaran tidak baik dan 66,7 persen menilai sangat baik. Oleh karena nilai signifikansi 0,124 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara lama mendengarkan responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Penilaian responden terhadap materi siaran bukan berdasarkan lamanya ia mendengarkan siaran radio. Baik responden yang lama mendengarkannya rendah, sedang, maupun tinggi relatif menilai materi siaran sudah sangat baik kualitasnya. Responden beranggapan bahwa materi siaran yang disajikan setiap harinya dengan topik yang berbeda-beda dan sangat bermanfaat bagi mereka, karena perumusan materi dilakukan oleh narasumber ahli, sehingga daya tarik kualitas dari materi siaran sudah terbukti. Meskipun tidak terlalu lama saat mendengarkan siaran radio namun responden sudah dapat menangkap informasi yang
92
disampaikan karena materi siaran disampaikan secara terperinci, jelas, dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pendengar.
5.6.7 Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Cara Penyajian Data hubungan antara lama mendengarkan dengan penilaian responden terhadap cara penyajian disajikan pada Tabel 50. Tabel 50. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Cara Penyajian Lama Mendengarkan
Tidak Menarik
Cukup Menarik
Sangat Menarik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
3
14,3
13
61,9
5
23,8
21
100,0
Sedang
3
50,0
2
33,3
1
16,7
6
100,0
Tinggi
1
33,3
2
66,7
0
0,0
4
100,0
Jumlah
7
23,3
17
56,7
6
20,0
30
100,0
Sebesar 14,3 persen responden yang lama mendengarkannya rendah menilai cara penyajian tidak menarik, 61,9 persen menilai cukup menarik, dan 23,8 persen menilai sangat menarik. Responden yang lama mendengarkannya sedang sebesar 50,0 persen menilai cara penyajian tidak menarik, 33,3 persen cukup menarik, dan 16,7 menilai sangat menarik. Sementara responden yang lama mendengarkannya tinggi sebesar 33,3 persen
menilai cara penyajian tidak
menarik dan 66,7 persen menilai sangat menarik. Oleh karena nilai signifikansi 0,112 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara lama mendengarkan responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian. Artinya lama mendengarkan yang berbeda pada responden tidak mempengaruhi penilaiannya yang berbeda pula terhadap cara penyajian. Menurut responden penyajian program siaran sudah cukup menarik, dengan diselingi pemutaran lagu-lagu sunda membuat program siaran menjadi lebih hidup. Pendengar pun dapat berpartisipasi pada program siaran dengan
93
memberikan komentar, saran atau pertanyaan melalui telepon dan sms. Bagi pendengar yang tidak sempat berpartisipasi dapat mengirimkan fax kepada pihak RPC. Hal ini menandakan bahwa RPC berupaya untuk menyajikan program siaran yang menarik bagi pendengarnya.
5.6.8
Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Penyiar Data hubungan antara lama mendengarkan dengan penilaian responden
terhadap penyiar disajikan pada Tabel 51. Tabel 51. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Penyiar Lama Mendengarkan
Tidak Interaktif
Cukup Interaktif
Sangat Interaktif
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
5
23,8
10
47,6
6
28,6
21
100,0
Sedang
2
33,3
2
33,3
2
33,3
6
100,0
Tinggi
2
66,7
1
33,3
0
0,0
4
100,0
Jumlah
9
30,0
13
43,3
8
26,7
30
100,0
Sebesar 23,8 persen responden yang lama mendengarkannya pada kategori rendah menilai penyiar tidak interaktif, 47,6 persen menilai cukup interaktif, dan 28,6 menilai sangat interaktif. Sementara sebesar 33,3 persen responden yang lama mendengarkannya pada kategori sedang menilai penyiar tidak interaktif, 33,3 persen menilai cukup interaktif, dan 33,3 persen menilai sangat interaktif. Responden yang lama mendengarkannya pada kategori tinggi sebesar 66,7 persen menilai penyiar tidak interaktif dan 33,3 persen menilai cukup interaktif. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,284 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara lama mendengarkan responden dengan penilaiannya tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya lama mendengarkan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap penyiar.
94
5.6.9
Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Durasi Siaran Data hubungan antara lama mendengarkan dengan penilaian responden
terhadap durasi siaran disajikan pada Tabel 52. Tabel 52. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Durasi Siaran Frekuensi Mendengarkan
Tidak Sesuai
Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Rendah
5
23,8
16
76,2
21
100,0
Sedang
3
50,0
3
50,0
6
100,0
Tinggi
3
100,0
0
0,0
3
100,0
Jumlah
11
36,7
19
63,3
30
100,0
Sebesar 23,8 persen responden yang lama mendengarkannya rendah menilai durasi siaran tidak sesuai dan 76,2 persen menilai sesuai. Sementara responden yang lama mendengarkannya sedang sebesar 50,0 persen menilai tidak sesuai dan 50,0 persen menilai sesuai. Responden yang lama mendengarkannya tinggi sebesar 100,0 persen menilai durasi siaran tidak sesuai. Oleh karena signifikansi 0,013 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dapat disimpulkan bahwa antara lama mendengarkan dengan penilaian responden terhadap durasi siaran terdapat hubungan. Artinya lama mendengarkan yang berbeda oleh responden memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap durasi siaran. Hal ini terlihat pada kategori responden yang lama mendengarkannya rendah dan tinggi. Kategori responden yang lama mendengarkannya rendah menilai bahwa durasi siaran sudah sesuai. Bagi responden karena mereka mendengarkan siaran radio tidak lebih dari dua jam, maka durasi satu hingga dua jam sudah sesuai untuk menyajikan program siaran. Sementara bagi responden yang lama mendengarkannya tinggi menilai bahwa durasi tidak sesuai, karena dinilai kurang menjawab keingintahuannya saat mendengarkan program siaran.
95
5.6.10 Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Waktu Siaran Data hubungan antara lama mendengarkan dengan penilaian responden terhadap waktu siaran tersaji pada Tabel 53. Tabel 53. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Waktu Siaran Lama Mendengarkan
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
3
14,3
16
76,2
2
9,5
21
100,0
Sedang
2
33,3
1
16,7
3
50,0
6
100,0
Tinggi
0
0,0
3
100,0
0
0,0
4
100,0
Jumlah
5
16,7
20
66,7
5
16,7
30
100,0
Sebesar 14,3 persen responden yang lama mendengarkannya rendah menilai waktu siaran tidak sesuai, 76,2 persen menilai cukup sesuai, dan 9,5 persen menilai sangat sesuai. Kategori responden yang lama mendengarkannya sedang sebesar 33,3 persen menilai waktu siaran tidak sesuai, 16,7 persen menilai cukup sesuai, dan 50,0 persen menilai sangat sesuai. Sementara kategori responden yang lama mendengarkannya tinggi seluruhnya sebesar 100,0 persen menilai waktu siaran cukup sesuai. Oleh karena nilai signifikansi 0,556 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa antara lama mendengarkan dengan penilaian responden terhadap waktu siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya lama mendengarkan yang berbeda pada responden tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula bagi penilaiannya terhadap waktu siaran. Menurut responden yang setiap harinya mendengarkan siaran radio berkisar lebih dari empat jam menganggap bahwa waktu yang dihabiskan untuk mendengarkan siaran radio justru pada waktu sore hari, karena pada saat itulah waktu kosong yang ia miliki dan dapat memiliki waktu yang lebih banyak untuk mendengarkan
siaran
radio.
Begitupun
dengan
responden
yang
hanya
96
mendengarkan siaran radio tidak lebih dari dua jam juga lebih banyak mendengarkannya pada waktu sore hari.
5.7
Ikhtisar Sebagian besar responden yang menjadi pendengar program siaran RPC
merupakan responden yang tergolong kategori umur dewasa yakni umur 26 sampai 37 tahun dan sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebesar 70,0 persen. Tingkat pendidikan sebagian besar responden merupakan tidak tamat SD sebesar 36,7 persen, dengan pekerjaan di bidang pertanian dan non-pertanian masing-masing sebesar 50,0 persen. Sementara media massa selain radio yang dimiliki responden untuk memperoleh informasi sebagian besar kepemilikan terhadap televisi. Sebagian besar responden memiliki frekuensi mendengarkan yang tergolong sedang yakni sebesar 60,0 persen dengan lama mendengarkan yang rendah sebesar 70,0 persen. Selain itu penilaian responden terhadap program siaran yang mencakup penilaian terhadap materi siaran, cara penyajian, penyiar, durasi siaran, dan waktu siaran tergolong baik penilaiannya. Keterdedahan responden pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran radio dipengaruhi oleh karakteristik responden. Karakteristik responden yang berhubungan dengan keterdedahannya pada siaran radio yakni kepemilikan media massa dengan lama mendengarkan. Sementara karakteristik responden yang berhubungan dengan penilaiannya terhadap program siaran yakni umur responden dengan penilaian terhadap waktu siaran, pekerjaan dengan penilaian terhadap materi siaran dan cara penyajian, serta kepemilikan media massa dengan penilaian terhadap cara penyajian, penyiar, dan durasi siaran, serta. Keterdedahan
responden
pada
siaran
radio
yang
berhubungan
dengan
penilaiannya terhadap program siaran radio yakni lama mendengarkan responden dengan penilaian terhadap durasi siaran.
97
BAB VI PENGARUH PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI BAGI PENDENGARNYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
6.1
Tingkat Kognitif Responden Tentang Materi Siaran Tingkat kognitif responden merupakan tingkat pemahaman responden
yang diperoleh melalui program siaran radio RPC sesudah mendengarkan materi siaran. Tingkat kognitif responden yang diperoleh ini dilihat dari perubahan kognitif setelah mendengarkan materi siaran dengan kognitif sebelum mendengarkan materi siaran melalui program siaran radio RPC. Terdapat empat belas pertanyaan yang diberikan kepada responden berkaitan dengan materi siaran, yakni informasi tentang bidang pertanian mengenai Varietas Unggul Baru (VUB) padi. Materi ini merupakan materi yang diberikan oleh pihak Balai Besar Penelitian Tanaman Padi bekerjasama dengan pihak RPC yang disajikan pada program siaran Karedok, mendatangkan satu orang narasumber yang ditemani oleh satu orang penyiar sebagai moderator. Setiap pertanyaan memiliki nilai satu sehingga total nilai maksimum yang dapat diperoleh yakni empat belas dan nilai minimum nol. Hasil test menunjukkan saat pre-test bahwa total nilai maksimum yang diperoleh responden adalah dua belas dan nilai minimum yang diperoleh adalah tiga. Sementara hasil yang ditunjukkan pada saat post-test yakni total nilai maksimum adalah empat belas dan total nilai minimum sepuluh. Nilai rataan yang diperoleh responden saat pretest yaitu sebesar 8,6, sedangkan nilai rataan yang diperoleh responden saat posttest yaitu sebesar 12,7. Dilihat dari nilai rataan yang diperoleh melalui pre-test dan post-test menunjukkan bahwa terjadi perubahan tingkat kognitif pada responden sebelum mendengarkan siaran radio dengan setelah responden mendengarkan siaran radio. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kognitif pada responden setelah mendengarkan materi siaran melalui siaran radio RPC sebesar 26,7 persen atau meningkat 4,1 point. ( lihat Gambar 4 )
98
Gambar 4. Perubahan Rataan Nilai Pre-test dan Post-test
Tabel 54 menyajikan sebaran data perubahan tingkat kognitif responden mengenai materi siaran yang didengarkan melalui siaran radio RPC. Perubahan nilai terbesar yang bisa diperoleh adalah 14 dan nilai terkecil adalah 0. Responden dikatakan mengalami perubahan nilai yang tinggi apabila nilai yang diperoleh > 8, 5-7 tergolong sedang, dan < 4 tergolong rendah.
Tabel 54. Jumlah dan Persentase Perubahan Nilai Pre-test dan Post-test Responden terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Tingkat Kognitif
Pre-Test
Post-Test
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Rendah
4
13,3
6
20,0
Sedang
23
76,7
13
43,3
Tinggi
3
10,0
11
36,7
Berdasarkan Tabel 54 setelah responden mendengarkan materi siaran melalui siaran radio RPC terjadi perubahan tingkat kognitif responden. Salah satu responden menyatakan bahwa materi siaran yang disajikan mengenai varietas unggul baru padi memberikan informasi baru bagi dirinya. Responden kini menjadi lebih tahu mengenai varietas unggul baru padi termasuk manfaat dan
99
keunggulannya, dan ia menjadi tahu bahwa pemerintah telah meluncurkan suatu varietas baru untuk membantu para pelaku usahatani dalam meningkatkan produktivitas usahatani. Selama ini ia hanya tahu varietas lama yang digunakannya pada usahatani yang dijalankan yakni varietas padi bernama Ciherang. Namun setelah RPC melalui program siaran Karedok menyiarkan materi siaran mengenai varietas unggul baru padi, khususnya responden yang bekerja di bidang pertanian menjadi tahu adanya varietas unggul baru padi yang diluncurkan pemerintah beserta keunggulannya.
Tabel 55. Perbandingan Nilai Pre-Test dan Post-Test antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kel. Eksperimen
Kelompok Kontrol
Aspek yang Diukur
Pre-Test
Post-Test
Perubahan nilai
Pre-Test
Post-Test
Perubahan nilai
Kognitif
8,6
12,7
4,1
6,1
5,3
-0,8
Tabel 55 menunjukkan perbandingan nilai pre-test dan post-test antara kelompok eksperimen (kelompok pendengar) dengan kelompok kontrol (kelompok bukan pendengar). Digunakannya kelompok kontrol tersebut sebagai pembanding dalam melihat tingkat kognitif. Pada kelompok pendengar (kelompok eksperimen) terjadi peningkatan kognitif, yang semula pada pre-test mendapat skor nilai rata-rata 8,6 setelah mendengarkan siaran radio nilai rata-rata post-test yang diperoleh 12,7. Sementara pada kelompok bukan pendengar (kelompok kontrol) terjadi penurunan kognitif, yang semula nilai rata-rata pre-test yang diperoleh sebesar 6,1 namun nilai rata-rata post-test yang diperoleh sebesar 5,3. Berdasarkan skor nilai pre-test dan post-test pada kelompok pendengar yang dianalisis dengan menggunakan metode One-Sample T (metode t hitung) dilakukan uji beda dengan diperoleh nilai t hitung 7,96 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak, atau dengan kata lain nilai pretest dan post-test pada responden (kelompok pendengar) keduanya berbeda nyata. Sementara pada kelompok bukan pendengar (kelompok kontrol) nilai t hitung
100
sebesar -1,44 dan nilai signifikansi 0,182 > 0,05 yang berarti Ho diterima, atau dengan kata lain tidak berbeda nyata. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa program siaran radio yang diperdengarkan kepada responden (kelompok pendengar) memberikan pengaruh berupa peningkatan kognitif bagi mereka tentang varietas unggul baru padi. Hal ini mengindikasikan bahwa program siaran RPC melalui siaran radio mampu meningkatkan kognitif responden dengan baik. Mengingat sifatnya yang hanya mengandalkan indera pendengaran, program yang disampaikan melalui media radio cukup berhasil dalam menyampaikan informasi.
6.2
Tingkat Afektif Responden Mengenai Materi Siaran Tingkat afektif responden dilihat melalui suatu sikap yang ditunjukkan
berisi minat, apresiasi, dan perasaan terhadap materi siaran setelah mendengarkan materi melalui program siaran radio RPC. Tingkat afektif yang ditunjukkan responden berkaitan dengan materi siaran di bidang pertanian mengenai varietas unggul baru (VUB), mencakup manfaat varietas unggul baru, keunggulan dari varietas unggul baru, kekurangan varietas unggul baru, dan keinginan untuk menggunakan varietas unggul baru. Hasil test menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan afektif responden terhadap materi siaran yang didengarkan melalui siaran radio RPC. Sebelum responden didengarkan materi siaran melalui siaran radio (pre-test), tingkat afektif dari responden yang tergolong tinggi menunjukkan persentase sebesar 23,3 persen. Namun setelah responden mendengarkan materi siaran melalui siaran radio, tingkat afektif yang tergolong tinggi dari responden sebesar 30,0 persen atau dengan kata lain meningkat sebesar 6,7 persen.
Tabel 56. Jumlah dan Persentase Perubahan Nilai Pre-test dan Post-test Tingkat Afektif Responden terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Tingkat Afektif
Pre-Test
Post-Test
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Rendah
7
23,3
7
23,3
Sedang
16
53,3
14
46,7
Tinggi
7
23,3
9
30,0
101
Berdasarkan Tabel 56 tingkat afektif yang ditunjukkan oleh sebagian responden
sudah
tergolong
dalam
kategori
sedang
meskipun
sebelum
didengarkannya materi siaran mengenai Varietas Unggul Baru (VUB) padi. Namun setelah mendengarkan materi siaran tingkat afektif yang ditunjukkan oleh sebagian
besar
responden
lebih
meningkat
dari
sebelumnya.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa program siaran RPC mampu meningkatkan afektif responden terhadap materi siaran yang disajikan. Program siaran yang menyajikan materi di bidang pertanian cukup berpengaruh terhadap peningkatan afektif responden. Salah seorang responden yang bekerja sebagai petani mengaku bahwa setelah mendengarkan materi siaran mengenai varietas unggul baru padi ia tertarik untuk menggunakan varietas unggul baru di lahan pertaniannya, yang sebelumnya kurang ia kenal varietas tersebut. Namun setelah ia mendengarkan materi siaran yang dipaparkan oleh narasumber secara lengkap dan terperinci mengenai varietas unggul baru padi termasuk manfaat dan keunggulannya, ia menilai bahwa varietas unggul baru padi dapat memberikan keuntungan bagi usahatani dan produksi. Selain itu ia juga menyatakan memiliki keinginan untuk mencoba menggunakan varietas unggul baru padi bagi usahatani yang dijalankannya.
Tabel 57. Perbandingan Nilai Pre-Test dan Post-Test Terkait Afektif antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kel. Eksperimen
Kelompok Kontrol
Aspek yang Diukur
Pre-Test
Post-Test
Perubahan nilai
Pre-Test
Post-Test
Perubahan nilai
Afektif
32,3
35,3
3,0
29,0
24,9
-4,1
Tabel 57 menunjukkan bahwa pada kelompok pendengar (kelompok eksperimen) terjadi peningkatan afektif, yang semula pada pre-test mendapat skor nilai rata-rata 32,3 setelah mendengarkan siaran radio nilai rata-rata post-test yang diperoleh 35,3. Sementara pada kelompok bukan pendengar (kelompok kontrol)
102
terjadi penurunan afektif, yang semula nilai rata-rata pre-test yang diperoleh sebesar 29,0 namun nilai rata-rata post-test yang diperoleh sebesar 24,9. Berdasarkan skor nilai pre-test dan post-test pada kelompok pendengar yang dianalisis dengan menggunakan metode One-Sample T (metode t hitung) dilakukan uji beda dengan nilai t hitung 4,50 dan diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak, atau dengan kata lain nilai pretest dan post-test pada responden (kelompok pendengar) terkait tingkat afektifnya terhadap materi siaran keduanya berbeda nyata. Sementara pada kelompok bukan pendengar (kelompok kontrol) nilai t hitung sebesar -1,96 dan nilai signifikansi yang diperoleh 0,084 > 0,05 yang berarti Ho diterima, atau dengan kata lain tidak berbeda nyata. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa program siaran radio yang diperdengarkan kepada responden (kelompok pendengar) juga memberikan pengaruh berupa peningkatan afektif bagi mereka tentang varietas unggul baru padi.
6.3 6.3.1
Hubungan Keterdedahan Responden pada Siaran Radio dengan Tingkat Kognitif dan Afektifnya Mengenai Materi Siaran Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran Program siaran Radio Pertanian Ciawi dapat dikatakan sudah cukup
memberikan pengaruh kepada khalayak pendengar yang mendengarkannya, khususnya terhadap tingkat kognitif dan afektif pendengar. Pengaruh dari program siaran Radio Pertanian Ciawi terlihat pada tingkat kognitif dan afektif pendengar setelah mendengarkan materi siaran yang disajikan. Jika pemahaman pendengar mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan materi siaran tentang varietas unggul baru (VUB) padi tinggi serta apresiasi, perasaan, minat, dan keinginan yang berhubungan dengan informasi yang disampaikan mengenai materi siaran varietas unggul baru (VUB) padi tinggi, maka program siaran RPC telah berpengaruh bagi pendengar. Hal ini sesuai dengan yang telah dijelaskan mengenai hasil pre-test dan post-test responden terkait tingkat kognitif dan afektif setelah mendengarkan materi siaran melalui siaran RPC. Tidak hanya itu saja,
103
keterdedahan pada siaran radio yang dialami oleh responden juga dapat dilihat pengaruhnya terhadap tingkat kognitif dan afektif responden. Data hubungan antara keterdedahan oleh siaran radio dengan tingkat kognitif dan afektif responden secara ringkas disajikan pada Tabel 58 dan Tabel 59.
Tabel 58. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi tahun 2011 Tingkat Kognitif Frekuensi Mendengarkan
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
1
12,5
2
25,0
5
62,5
8
100,0
Sedang
4
22,2
10
55,6
4
22,2
6
100,0
Tinggi
1
25,0
1
25,0
2
50,0
4
100,0
Jumlah
6
20,0
13
43,3
11
36,7
30
100,0
Sebesar 12,5 persen responden yang tergolong dalam kategori frekuensi mendengarkan rendah memiliki tingkat kognitif yang rendah, 25,0 persen dengan tingkat kognitif sedang, dan 62,5 persen dengan tingkat kognitif tinggi. Sementara sebesar 22,2 persen responden yang tergolong dalam kategori frekuensi mendengarkan sedang dengan tingkat kognitif rendah, 55,6 persen dengan tingkat kognitif sedang, dan 22,2 persen dengan tingkat kognitif tinggi. Untuk responden yang tergolong dalam kategori frekuensi mendengarkan tinggi sebesar 25,0 persen memiliki tingkat kognitif yang rendah, 25,0 persen dengan tingkat kognitif sedang, dan 50,0 persen dengan tingkat kognitif tinggi. Oleh karena nilai signifikansi 0,314 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara frekuensi mendengarkan dengan tingkat kognitif responden tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya frekuensi mendengarkan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap tingkat kognitif responden. Ternyata frekuensi mendengarkan yang tinggi tidak menjamin tingkat kognitif yang dimiliki responden juga menjadi tinggi. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat kognitif yang dimiliki oleh responden tidak dilihat berdasarkan
104
frekuensi mendengarkannya, namun bisa saja responden sudah mengetahui sebelumnya informasi tentang varietas unggul baru (VUB) padi yang disajikan melalui program siaran RPC. Terlebih bagi responden yang bekerja di bidang pertanian, biasanya mereka sering melakukan diskusi bersama dengan temantemannya untuk saling bertukar pikiran tentang bidang pertanian di satu tempat perkumpulan. Hal ini karena biasanya mereka yang mengetahui informasi baru akan segera memberitahukan kepada teman-temannya yang belum mengetahui.
Tabel 59. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011 Tingkat Afektif Frekuensi Mendengarkan
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
2
25,0
5
62,5
1
12,5
8
100,0
Sedang
5
27,8
6
33,3
7
38,9
18
100,0
Tinggi
0
0,0
3
75,0
1
25,0
4
100,0
Jumlah
7
23,3
14
46,7
9
30,0
30
100,0
Berdasarkan Tabel 59 sebesar 25,0 persen responden yang tergolong kategori frekuensi mendengarkan rendah memiliki tingkat afektif yang rendah, 62,5 persen dengan tingkat afektif kategori sedang, dan 12,5 persen dengan tingkat afektif kategori tinggi. Responden yang tergolong dalam kategori frekuensi mendengarkan sedang sebesar 27,8 persen memiliki tingkat afektif yang rendah, 33,3 persen dengan tingkat afektif kategori sedang, dan 38,9 persen dengan tingkat afektif kategori tinggi. Sementara responden yang tergolong kategori frekuensi mendengarkan tinggi sebesar 75,0 persen memiliki tingkat afektif yang sedang dan 25,0 persen dengan tingkat afektif tinggi. Oleh karena nilai signifikansi 0,368 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa antara frekuensi mendengarkan dan tingkat afektif responden tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya frekuensi mendengarkan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap tingkat afektif responden. Afektif responden terbentuk setelah mereka mendengarkan materi siaran yang
105
disajikan. Setelah mendengarkan siaran responden baru akan menunjukkan afektif mereka mengenai materi siaran yang didengarkannya.
6.3.2 Hubungan Lama Mendengarkan dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran Selain melihat hubungan antara frekuensi mendengarkan dengan tingkat kognitif dan afektif responden, dilihat juga hubungan antara lama mendengarkan responden dengan tingkat kognitif dan afektif responden. Diperkirakan bahwa semakin lama seseorang mendengarkan siaran radio maka pemahaman dan apresiasi perasaan, minat, dan keinginan yang ditunjukkan responden akan semakin baik. Data hubungan antara lama mendengarkan dengan tingkat kognitif dan tingkat afektif responden tersaji dalam Tabel 60 dan Tabel 61.
Tabel 60. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi Tahun 2011 Tingkat Kognitif Lama Mendengarkan
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
2
9,5
12
57,2
7
33,3
21
100,0
Sedang
3
50,0
1
16,7
2
33,3
5
100,0
Tinggi
1
33,3
0
0,0
2
66,7
3
100,0
Jumlah
6
20,0
13
43,3
11
36,7
30
100,0
Sebesar 9,5 persen responden yang lama mendengarkannya tergolong rendah memiliki tingkat kognitif yang rendah, 57,2 persen dengan tingkat kognitif yang sedang, dan 33,3 dengan tingkat kognitif yang tinggi. Sementara responden yang tergolong lama mendengarkan kategori sedang sebesar 50,0 persen memiliki tingkat kognitif yang rendah, 15,7 persen dengan tingkat kognitif yang sedang, dan 33,3 persen dengan tingkat kognitif yang tinggi. Kategori responden yang lama mendengarkannya tergolong tinggi sebesar 33,3 persen memiliki tingkat kognitif yang rendah dan 66,7 persen dengan tingkat kognitif yang tinggi. Oleh
106
karena nilai signifikansi 0,668 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara lama mendengarkan responden tidak berhubungan signifikan dengan tingkat
kognitifnya
tentang
materi
siaran.
Artinya
lamanya
seseorang
mendengarkan siaran radio tidak mempengaruhi terhadap tingkat kognitif yang dimiliki. Semakin lamanya responden mendengarkan radio belum tentu menjadi semakin tinggi kognitif yang dimilikinya. Tingkat kognitif yang dimiliki responden dapat disebabkan bukan hanya karena lamanya ia mendengarkan siaran. Sudah mengetahui sebelumnya mengenai informasi yang disajikan bagi responden dapat menjadi penyebab tingginya tingkat kognitif mereka. Media massa radio mampu memberikan pengaruh kepada pendengarnya yakni berupa penambahan wawasan bagi pendengar atas informasi yang disajikannya. Menurut penuturan salah satu responden menyatakan bahwa meskipun ia tidak terlalu lama menghabiskan waktu untuk mendengarkan siaran radio, namun hal tersebut cukup memberikan suatu wawasan baru atas informasi yang disajikannya dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan baru. Selain itu untuk memperoleh pengetahuan baru yang belum diketahuinya dapat ia peroleh dari sumber lain, seperti dari teman, televisi, ataupun surat kabar. Berdasarkan Tabel 61 kategori responden yang tergolong lama mendengarkan rendah sebesar 19,0 persen memiliki tingkat afektif yang rendah, 52,4 persen memiliki tingkat afektif yang sedang, dan 28,6 persen memiliki tingkat afektif yang tinggi. Responden yang tergolong kategori lama mendengarkan sedang sebesar 50,0 persen memiliki tingkat afektif yang rendah, 16,7 persen memiliki tingkat afektif yang sedang, dan 33,3 persen memiliki tingkat afektif yang tinggi. Sementara kategori responden yang tergolong lama mendengarkan tinggi sebesar 66,7 persen memiliki tingkat afektif yang sedang dan 33,3 persen memiliki tingkat afektif yang tinggi.
107
Tabel 61. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011 Tingkat Afektif Lama Mendengarkan
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
4
19,0
11
52,4
6
28,6
21
100,0
Sedang
3
50,0
1
16,7
2
33,3
6
100,0
Tinggi
0
0,0
2
66,7
1
33,3
3
100,0
Jumlah
7
23,3
14
46,7
9
30,0
30
100,0
Oleh karena nilai signifikansi 0,670 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara lama mendengarkan dengan tingkat afektif responden. Artinya lama mendengarkan seseorang tidak berpengaruh pada tingkat afektifnya terhadap materi siaran. Materi siaran yang menyajikan tentang informasi di bidang pertanian mengenai varietas unggul baru (VUB) padi dianggap responden sebagai informasi yang berguna dan bermanfaat terutaman bagi mereka yang bekerja di bidang pertanian. Meskipun sebagian besar responden tergolong pada kategori lama mendengarkan yang rendah namun mereka menunjukkan tingkat afektif yang tinggi terhadap materi tersebut. Responden menyatakan bahwa mereka selalu senang mendengarkan materi yang disajikan pada program siaran Karedok, karena informasi-informasi yang diberikan menarik untuk didengar. Salah satu responden yang memang bekerja di bidang pertanian menuturkan bahwa ia sangat senang mendengarkan materi siaran tentang bidang pertanian mengenai varietas unggul baru (VUB) padi, dan antusias dengan kehadiran varietas unggul baru (VUB) padi yang diluncurkan pemerintah. Meskipun keinginan untuk menggunakan varietas unggul baru (VUB) padi pada lahan pertaniannya tidak dapat dilakukan, karena ketidakcocokan kategori lahan yang sesuai dengan penggunaan VUB.
108
6.4
Hubungan Penilaian Responden terhadap Program Siaran dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran
Program siaran radio yang menarik untuk didengarkan akan memberikan pengaruh bagi khalayak pendengarnya, antara lain terhadap tingkat kognitif dan afektif pendengar. Setelah mendengarkan program siaran radio biasanya pendengar dapat menilai apakah program yang didengarkannya tersebut menarik atau tidak. Penilaian terhadap program siaran radio yang diberikan oleh pendengar memungkinkan akan berpengaruh juga terhadap tingkat kognitif dan afektif mereka.
6.4.1
Hubungan Penilaian Responden terhadap Materi Siaran dengan tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran Data hubungan antara penilaian responden terhadap materi siaran dengan
tingkat kognitif dan afektif responden tersaji dalam Tabel 62 dan Tabel 63.
Tabel 62. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Materi Siaran dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi Tahun 2011
Penilaian terhadap Materi Siaran
Tingkat Kognitif Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak baik
1
20,0
2
40,0
2
40,0
5
100,0
Cukup baik
4
21,1
9
47,4
6
31,5
19
100,0
Sangat baik
1
16,7
2
33,3
3
50,0
6
100,0
Jumlah
6
20,0
13
43,3
11
36,7
30
100,0
Sebesar 20,0 persen responden yang menilai materi siaran tidak baik kualitasnya memiliki tingkat kognitif yang rendah, 40,0 persen memiliki tingkat kognitif yang sedang, dan 40,0 persen memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Kategori responden yang menilai materi siaran cukup baik sebesar 21,1 persen memiliki tingkat kognitif yang rendah, 47,4 persen memiliki tingkat kognitif yang sedang, dan 31,5 persen memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Sementara responden yang menilai materi siaran sangat baik sebesar 16,7 persen memiliki
109
tingkat kognitif yang rendah, 33,3 persen memiliki tingkat kognitif yang sedang, dan
50,0 persen memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Oleh karena nilai
signifikansi 0,725 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara penilaian responden terhadap materi siaran dengan tingkat kognitif responden tidak terdapat hubungan signifikan. Responden yang menilai materi siaran cukup baik maupun sangat baik sama-sama memiliki tingkat kognitif yang relatif tinggi. Hal ini menandakan bahwa penilaian yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada tingkat kognitif responden. Program siaran Karedok merupakan program yang diformat untuk menyediakan informasi-informasi di bidang pertanian dan berfungsi sebagai siaran pendidikan bagi pendengarnya. Hal ini yang menyebabkan bahwa pendengar dapat merasakan manfaatnya dari materi siaran yang disajikan. Oleh karena itu tingkat kognitif yang dimiliki responden tentang materi siaran tergolong kategori tinggi setelah mendengarkan materi siaran. Mengingat bahwa pesan/informasi yang disampaikan melalui program RPC ditujukan agar pendengar mengalami perubahan kognitif maupun afektif (Mulyandari,dkk., 2010).
Tabel 63. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Materi Siaran dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011
Penilaian terhadap Materi Siaran
Tingkat Afektif Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak baik
0
0,0
3
60,0
2
40,0
5
100,0
Cukup baik
6
31,6
10
52,6
3
15,8
19
100,0
Sangat baik
1
16,7
1
16,7
4
66,4
6
100,0
Jumlah
7
23,3
14
46,7
9
30,0
30
100,0
Berdasarkan Tabel 63 sebesar 60,0 persen responden yang menilai materi siaran tidak baik memiliki tingkat afektif yang tergolong sedang dan 40,0 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong tinggi. Sebesar 31,6 persen responden yang menilai materi siaran cukup baik memiliki tingkat afektif yang tergolong
110
rendah, 52,6 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong sedang, dan 15,8 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong tinggi. Sementara itu sebesar 16,7 persen responden yang menilai materi siaran sangat baik memiliki tingkat afektif yang tergolong rendah, 16,7 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong sedang, dan 66,6 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong tinggi. Oleh karena nilai signifikansi 0,529 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara penilaian responden terhadap materi siaran dengan tingkat afektif responden tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya penilaian responden yang berbeda terhadap materi siaran tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap tingkat afektif responden. Sebagian besar responden menunjukkan tingkat afektif yang tergolong relatif tinggi, meskipun penilaian terhadap materi siaran berbeda-beda diberikan. Hal ini dikarenakan bahwa responden menganggap setiap materi siaran di bidang pertanian yang disajikan dalam program siaran Karedok selalu memberikan manfaat bagi pendengarnya. Mereka selalu antusias dan menunjukkan minat yang tinggi terhadap materi siaran yang disajikan, karena bagi mereka informasi baru yang didapatkan dari program siaran Karedok dapat dijadikan sebagai bahan diskusi dan sebagai salah satu sumber pengetahuan mereka.
6.4.2
Hubungan Penilaian Responden terhadap Cara Penyajian dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran Data hubungan antara penilaian responden terhadap cara penyajian dan
tingkat kognitif dan afektif responden tersaji pada Tabel 64 dan Tabel 65. Sebesar 28,6 persen responden yang menilai cara penyajian tidak menarik memiliki tingkat kognitif yang rendah, 42,8 persen memiliki tingkat kognitif yang sedang, dan 28,6 persen memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Sementara kategori responden yang menilai cara penyajian cukup menarik sebesar 17,6 persen memiliki tingkat kognitif yang rendah, 41,2 persen memiliki tingkat kognitif yang sedang, dan 41,2 persen memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Sebesar 16,7 persen responden yang menilai cara penyajian sangat menarik memiliki tingkat
111
kognitif yang rendah, 50,0 persen memiliki tingkat kognitif yang sedang, dan 33,3 persen memiliki tingkat kognitif yang tinggi.
Tabel 64. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Cara Penyajian dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi Tahun 2011
Penilaian terhadap Cara Penyajian
Tingkat Kognitif Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak menarik
2
28,6
3
42,8
2
28,6
7
100,0
Cukup menarik
3
17,6
7
41,2
7
41,2
17
100,0
Sangat menarik
1
16,7
3
50,0
2
33,3
6
100,0
Jumlah
6
20,0
13
43,3
11
36,7
30
100,0
Oleh karena nilai signifikansi 0,684 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa antara penilaian responden terhadap cara penyajian dengan tingkat kognitifnya tentang materi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya tingkat kognitif tentang materi siaran yang dimiliki oleh responden tidak dipengaruhi oleh penilaiannya terhadap cara penyajian program. Tingkat kognitif responden yang dimiliki terbentuk karena pada saat mendengarkan siaran ia benar-benar fokus mendengarkan informasi yang disampaikan, sehingga pemahaman tentang materi siaran benar-benar dimengerti oleh dirinya. Sementara itu data hubungan antara penilaian responden terhadap cara penyajian dengan tingkat afektifnya mengenai materi siaran tersaji pada Tabel 65. Sebesar 28,6 persen responden yang menilai cara penyajian tidak menarik memiliki tingkat afektif yang tergolong rendah, 14,3 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong sedang, dan 57,1 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong tinggi. Responden yang menilai cara penyajian cukup menarik sebesar 23,5 persen memiliki tingkat afektif yang rendah, 70,6 persen memiliki tingkat afektif yang sedang, dan 5,9 persen memiliki tingkat afektif yang tinggi. Sementara kategori responden yang menilai cara penyajian sangat menarik sebesar 16,7 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong rendah, 16,7 persen
112
memiliki tingkat afektif yang tergolong sedang, dan 66,6 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong tinggi.
Tabel 65. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Cara Penyajian dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011
Penilaian terhadap Cara Penyajian
Tingkat Afektif Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak menarik
2
28,6
1
14,3
4
57,1
7
100,0
Cukup menarik
4
23,5
12
70,6
1
5,9
17
100,0
Sangat menarik
1
16,7
1
16,7
4
66,6
6
100,0
Jumlah
7
23,3
14
46,7
9
30,0
30
100,0
Oleh karena nilai signifikansi 0,728 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa antara penilaian responden terhadap cara penyajian program siaran dengan tingkat afektifnya mengenai materi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya penilaian responden yang berbeda terhadap cara penyajian program siaran tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap tingkat afektif responden. Responden yang memberikan penilaian berbeda-berbeda terhadap cara penyajian program relatif menunjukkan tingkat afektif yang sama mengenai materi siaran, yakni tergolong pada kategori tinggi. Hal ini dikarenakan bahwa meskipun penilaian yang diberikan berbeda oleh tiap responden, namun mereka sepakat bahwa materi tentang bidang pertanian mengenai varietas unggul baru (VUB) padi merupakan satu informasi baru yang bermanfaat bagi mereka terlebih responden yang bekerja di bidang pertanian. Setelah mendengarkan pemaparan materi dari narasumber ahli mereka menjadi lebih menunjukkan rasa antusias terhadap materi siaran yang disajikan.
113
6.4.3
Hubungan Penilaian Responden terhadap Penyiar dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran Data hubungan antara penilaian responden terhadap penyiar dengan
tingkat kognitif dan afektif responden tersaji pada Tabel 66 dan Tabel 67.
Tabel 66. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Penyiar dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi Tahun 2011
Penilaian terhadap Penyiar
Tingkat Kognitif Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak interaktif
1
11,1
5
55,6
3
33,3
9
100,0
Cukup interaktif
3
23,0
5
38,5
5
38,5
13
100,0
Sangat interaktif
2
25,0
3
37,5
3
37,5
8
100,0
Jumlah
6
20,0
13
43,3
11
36,7
30
100,0
Responden yang menilai penyiar tidak interaktif sebesar 11,1 persen memiliki tingkat kognitif yang tergolong rendah, 55,6 persen memiliki tingkat kognitif yang tergolong sedang, dan 33,3 persen memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Sebesar 23,3 persen responden yang menilai penyiar cukup interaktif memiliki tingkat kognitif yang tergolong rendah, 38,5 persen memiliki tingkat kognitif yang tergolong sedang, dan 38,5 persen memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Sementara responden yang menilai penyiar sangat interaktif sebesar 25,0 persen memiliki tingkat kognitif yang rendah, 37,5 persen memiliki tingkat kognitif yang sedang, dan 37,5 persen memiliki tingkat kognitif yang tinggi tentang materi siaran. Oleh karena nilai signifikansi 0,839 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara penilaian responden terhadap penyiar dengan tingkat kognitifnya tentang materi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya penilaian responden yang berbeda terhadap penyiar tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula bagi tingkat kognitifnya tentang materi siaran. Meskipun penilaian terhadap penyiar yang diberikan oleh responden berbeda-beda namun sebagian besar dari mereka memiliki tingkat kognitif yang
114
tergolong sedang dan tinggi tentang materi siaran yang disajikan. Penyiar RPC menyajikan program dengan berusaha membantu pendengar untuk dapat lebih memahami isi materi siaran. Penyiar secara mendetail membahas materi siaran yang disajikan bersama narasumber, sehingga keingintahuan yang ada pada pendengar dapat sedikit terjawab oleh penyiar dan tingkat kognitif pendengar menjadi lebih baik terhadap materi siaran yang didengarkannya.
Tabel 67. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Penyiar dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011
Penilaian terhadap Penyiar
Tingkat Afektif Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak interaktif
4
44,5
2
22,2
3
33,3
9
100,0
Cukup interaktif
2
15,4
8
61,5
3
23,1
11
100,0
Sangat interaktif
1
12,5
4
50,0
3
37,5
6
100,0
Jumlah
6
20,0
13
43,3
11
36,7
30
100,0
Sebesar 44,5 persen responden yang menilai penyiar tidak interaktif memiliki tingkat afektif yang rendah, 22,2 persen memiliki tingkat afektif yang sedang, dan 33,3 persen memiliki tingkat afektif yang tinggi. Responden yang menilai penyiar cukup interaktif sebesar 15,4 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong rendah, 61,5 persen memiliki tingkat afektif yang sedang, dan 23,1 persen memiliki tingkat afektif yang tinggi. Sementara responden yang menilai penyiar sangat interaktif sebesar 22,5 persen memiliki tingkat afektif yang rendah, 50,0 persen memiliki tingkat afektif yang sedang, dan 37,5 persen memiliki tingkat afektif yang tinggi. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,343 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa antara penilaian responden terhadap penyiar dengan tingkat afektifnya mengenai materi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya penilaian responden yang berbeda terhadap penyiar tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula bagi tingkat afektifnya mengenai materi siaran.
115
Baik responden yang menilai cukup interaktif maupun sangat interaktif terhadap penyiar relatif memiliki tingkat afektif dengan kategori tinggi mengenai materi siaran. Afektif responden terbentuk setelah mendengarkan materi siaran yang disajikan oleh penyiar bersama narasumber. Responden akan terfokus pada materi yang disajikan saat mendengarkan siaran radio. Apabila materi siaran tentang bidang pertanian yang disajikan menarik minat mereka, maka responden pun akan menunjukkan tingkat afektif yang relatif tergolong kategori sedang atau tinggi begitupun sebaliknya. Dengan demikian hal ini tidak dipengaruhi berdasarkan penilaiannya terhadap penyiar yang membawakan program siaran.
6.4.4
Hubungan Penilaian Responden terhadap Durasi Siaran dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran Data hubungan antara penilaian responden terhadap durasi siaran dengan
kognitif dan afektif responden mengenai materi siaran tersaji pada Tabel 68 dan Tabel 69.
Tabel 68. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Durasi Siaran dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi Tahun 2011
Penilaian terhadap Durasi Siaran
Tingkat Kognitif Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak sesuai
3
27,2
4
36,4
4
36,4
11
100,0
Sesuai
3
15,8
9
47,4
7
36,8
6
100,0
Jumlah
6
20,0
13
43,3
11
36,7
30
100,0
Responden yang menilai durasi siaran tidak sesuai sebesar 27,2 persen memiliki tingkat kognitif yang rendah, 36,4 persen memiliki tingkat kognitif yang sedang, dan 36,4 persen memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Sebesar 15,8 persen responden yang menilai durasi siaran sesuai memiliki tingkat kognitif yang rendah, 47,4 persen memiliki tingkat kognitif yang sedang, dan 36,8 persen memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Oleh karena nilai signifikansi 0,718 > 0,05
116
maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara penilaian responden terhadap durasi siaran dengan tingkat kognitifnya tentang materi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya penilaian responden yang berbeda terhadap durasi siaran tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula bagi tingkat kognitifnya tentang materi siaran. Meskipun terdapat responden yang menilai durasi siaran tidak sesuai namun ternyata tingkat kognitifnya tentang materi siaran tergolong kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian yang berbeda oleh responden terhadap durasi siaran tidak mempengaruhi tingkat kognitifnya tentang materi siaran. Baik responden yang menilai durasi siaran tidak sesuai ataupun responden yang menilai durasi siaran sesuai sama-sama berada pada kategori sedang dan tinggi kognitifnya. Materi siaran tentang bidang pertanian yang disajikan cukup di anggap berhasil menjadi salah satu sumber informasi bagi pendengar.
Tabel 69. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Durasi Siaran dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011
Penilaian terhadap Durasi Siaran
Tingkat Afektif Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak sesuai
3
27,3
4
36,4
4
36,4
11
100,0
Sesuai
4
21,1
10
52,6
5
26,3
19
100,0
Jumlah
7
23,3
14
46,7
9
30,0
30
100,0
Responden yang menilai durasi siaran tidak sesuai sebesar 27,3 persen memiliki tingkat afektif yang rendah, 36,4 persen memiliki tingkat afektif yang sedang, dan 36,4 persen memiliki tingkat afektif yang tinggi. Sementara responden yang menilai durasi siaran sesuai sebesar 21,1 persen memiliki tingkat afektif yang rendah, 52,6 persen memiliki tingkat afektif yang sedang, dan 26,3 persen memiliki tingkat afektif yang tinggi. Oleh karena nilai signifikansi 0,874 > 0,05 maka Ho diterima, aau dapat disimpulkan bahwa antara penilaian responden terhadap durasi siaran dengan tingkat afektifnya mengenai materi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya penilaian responden yang berbeda terhadap
117
durasi siaran tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula bagi tingkat afektifnya mengenai materi siaran. Meskipun durasi siaran yang digunakan untuk menyajikan program siaran dianggap tidak sesuai, tetapi apabila materi siaran menarik minat dan perhatian pendengar serta menyukai untuk mendengarkannya maka pendengar akan menunjukkan tingkat afektif yang tergolong tinggi terhadap materi tersebut. Bagi responden minat maupun keinginan mereka untuk mendengarkan program siaran tergantung pada ketertarikannya terhadap materi siaran yang disajikan. Menurut salah satu responden menyatakan bahwa dirinya sangat senang dengan materi siaran yang disajikan tentang bidang pertanian. Materi siaran yang disajikan merupakan informasi baru baginya sehingga dianggap bermanfaat setelah mendengarkannya.
6.4.5
Hubungan Penilaian Responden terhadap Waktu Siaran dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran Data hubungan antara penilaian responden terhadap waktu siaran dengan
tingkat kognitif dan afektifnya mengenai materi siaran tersaji pada Tabel 70 dan Tabel 71.
Tabel 70. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Waktu Siaran dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi Tahun 2011
Penilaian terhadap Waktu Siaran
Tingkat Kognitif Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak sesuai
0
0,0
3
60,0
2
40,0
5
100,0
Cukup sesuai
4
20,0
8
40,0
8
40,0
20
100,0
Sangat sesuai
2
40,0
2
40,0
1
20,0
5
100,0
Jumlah
6
20,0
13
43,3
11
36,7
30
100,0
Sebesar 60,0 persen responden yang menilai waktu siaran tidak sesuai memiliki tingkat kognitif yang sedang dan 40,0 persen memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Responden yang menilai waktu siaran cukup sesuai sebesar 20,0
118
persen memiliki tingkat kognitif yang rendah, 40,0 persen memiliki tingkat kognitif yang sedang, dan 40,0 persen memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Sementara sebesar 40,0 persen responden yang menilai waktu siaran sangat sesuai memiliki tingkat kognitif yang rendah, 40,0 persen memiliki tingkat kognitif yang sedang, dan 20,0 persen memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Oleh karena signifikansi 0,237 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara penilaian responden terhadap waktu siaran dengan tingkat kognitifnya tentang materi siaran. Artinya penilaian responden yang berbeda terhadap waktu siaran tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula bagi tingkat kognitifnya tentang materi siaran. Responden yang menilai cukup sesuai maupun sangat sesuai terhadap waktu siaran sama-sama memiliki tingkat kognitif tentang materi siaran yang tergolong kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian yang berbeda tidak mempengaruhi tingkat kognitif responden. Tingkat kognitif yang dimiliki responden tentang materi siaran tidak berdasarkan penilaiannya terhadap waktu siaran, melainkan pada penerimaan responden mengenai materi siaran yang disajikan. Responden yang menganggap materi siaran tentang bidang pertanian merupakan materi yang bermanfaat untuk didengar maka tingkat kognitifnya pun akan tergolong baik atau relatif tinggi.
Tabel 71. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian terhadap Waktu Siaran dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011
Penilaian terhadap Waktu Siaran
Tingkat Afektif Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak sesuai
2
40,0
1
20,0
2
40,0
5
100,0
Cukup sesuai
3
15,0
12
60,0
5
25,0
20
100,0
Sangat sesuai
2
40,0
1
20,0
2
40,0
6
100,0
Jumlah
7
23,3
14
46,7
9
30,0
30
100,0
Responden yang menilai waktu siaran tidak sesuai sebesar 40,0 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong rendah, 20,0 persen memiliki tingkat
119
afektif yang tergolong sedang, dan 40,0 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong kategori tinggi. Sebesar 15,0 persen responden yang menilai waktu siaran cukup sesuai memiliki tingkat afektif yang tergolong rendah, 60,0 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong sedang, dan 25,0 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong tinggi. Sementara kategori responden yang menilai waktu siaran sangat sesuai sebesar 40,0 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong rendah, 20,0 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong sedang, dan 40,0 persen memiliki tingkat afektif yang tergolong tinggi. Oleh karena signifikansi 1,00 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara penilaian responden terhadap waktu siaran dengan tingkat afektifnya mengenai materi siaran. Artinya penilaian responden yang berbeda terhadap waktu siaran tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula bagi tingkat afektifnya mengenai materi siaran. Meskipun terdapat beberapa responden yang memberikan penilaian yang berbeda satu sama lain terhadap waktu siaran, namun tingkat afektif yang ditunjukkan oleh mereka tetap tergolong kategori cukup tinggi. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden menganggap bahwa setiap materi siaran yang disajikan oleh RPC merupakan materi yang memberikan suatu informasi bermanfaat bagi mereka, sehingga setiap mendengarkan program siaran RPC mereka selalu menunjukkan minat dan keinginan yang cukup tinggi. Selain itu tingkat afektif yang ditunjukkan oleh responden akan tinggi apabila program siaran yang didengarkannya merupakan program favorit mereka.
6.5
Ikhtisar Program siaran Radio Pertanian Ciawi cukup memberikan pengaruh bagi
pendengarnya, diantaranya terhadap tingkat kognitif dan afektif. Berdasarkan nilai pre-test dan post-test didapatkan hasil bahwa telah terjadi peningkatan kognitif sebesar 26,7 persen, sementara afektif pendengar juga terjadi peningkatan meskipun hanya sekitar 6,7 persen. Selain itu nilai uji beda untuk tingkat kognitif sebesar 7, 96 dengan signifikansi 0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa Ho ditolak, atau dapat disimpulkan nilai pre-test dan post-test keduanya berbeda nyata. Sementara nilai uji beda untuk tingkat afektif sebesar 4,50 dengan signifikansi
120
0,000 < 0,05 juga menunjukkan bahwa Ho ditolak, atau nilai pre-test dan post-test keduanya berbeda nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa program siaran radio yang diperdengarkan kepada responden memberikan pengaruh bagi peningkatan kognitif dan afektif pendengar. Namun antara keterdedahan responden pada siaran radio dengan tingkat kognitif dan afektifnya mengenai materi siaran tidak terdapat hubungan. Begitupun dengan penilaian responden terhadap program siaran dengan tingkat kognitif dan afektif responden juga tidak terdapat hubungan.
BAB VII PENUTUP
7.1
Kesimpulan
1. Sebagian besar responden memiliki frekuensi mendengarkan yang tergolong sedang dengan lama mendengarkan yang rendah. Selain itu penilaian responden terhadap program siaran yang mencakup penilaian terhadap materi siaran, cara penyajian, penyiar, durasi siaran, dan waktu siaran tergolong baik penilaiannya. 2. Keterdedahan responden pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran radio dipengaruhi oleh karakteristik pendengar. Di antara karakteristik responden yang terdiri dari variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kepemilikan media massa hanya satu variabel yang berhubungan dengan keterdedahan pada siaran radio. Karakteristik responden yang berhubungan dengan keterdedahannya pada siaran radio yakni hanya kepemilikan media massa dengan lama mendengarkan. Hal ini disebabkan oleh terbaginya waktu untuk memanfaatkan seluruh jenis media massa yang responden miliki membuat lama untuk mendengarkan siaran radio menjadi rendah. Sementara karakteristik responden yang berhubungan dengan penilaiannya terhadap program siaran yakni kepemilikan media massa dengan penilaian terhadap cara penyajian, penyiar, dan durasi siaran. Selain itu pekerjaan responden juga berhubungan dengan penilaiannya terhadap materi siaran dan cara penyajian. Di samping itu umur responden juga berhubungan dengan penilaiannya terhadap waktu siaran. Keterdedahan responden pada siaran radio yang berhubungan dengan penilaiannya terhadap program siaran radio yakni lamanya responden mendengarkan siaran radio dengan penilaiannya terhadap durasi siaran. Kategori responden yang lama mendengarkannya rendah menilai durasi siaran sudah sesuai. Sementara kategori responden yang lama mendengarkannya tinggi menilai durasi siaran tidak sesuai.
122
3. Program siaran Radio Pertanian Ciawi memberikan pengaruh bagi pendengarnya, diantaranya terhadap tingkat kognitif dan afektif responden. Program siaran radio yang diperdengarkan kepada responden (kelompok pendengar) memberikan pengaruh berupa peningkatan kognitif dan afektif bagi responden mengenai materi siaran di bidang pertanian. Berdasarkan nilai pre-test dan post-test yang didapatkan oleh responden terdapat perbedaan yang signifikan dan menunjukkan adanya perubahan nilai dari sebelum responden mendengarkan program siaran radio dengan setelah mendengarkan. Dilihat dari nilai rataan program siaran RPC mampu meningkatkan kognitif responden sebesar 30,0 persen dan meningkatkan afektif sebesar 6,7 persen. Namun antara keterdedahan responden pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran radio tidak terdapat hubungan dengan tingka kognitif dan afektif responden.
7.2
Saran Bagi pihak RPC sebaiknya memperhatikan materi-materi siaran yang akan
disajikan. Materi-materi siaran yang akan disajikan setiap harinya dianjurkan selalu informasi terbaru yang belum diketahui oleh pendengar, karena terkadang pendengar sudah mengetahui terlebih dahulu materi yang disajikan. Oleh karena itu hendaknya pihak RPC terus melakukan inovasi-inovasi ataupun kreasi – kreasi yang lebih menarik dalam menyajikan program siaran. Selain itu RPC perlu melakukan survei kepada pendengarnya mengenai program seperti apa yang dibutuhkan oleh mereka namun tidak menghilangkan ciri khas dari RPC yang mengedepankan bidang pertanian.
DAFTAR PUSTAKA Changara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta [ID]: PT. RajaGrafindo Persada. Effendy, Onong Udjang. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung [ID]: PT. Citra Aditya Bakti. Faisal, Sanapiah. 2005. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta [ID]: PT. RajaGrafindo Persada Kaban, Herika Karunia. 2009. Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma Fm ( 99,5 Mhz ) Dan Minat Dengar. Studi Deskriptif tentang Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma Fm Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe. [Skripsi]. [Internet]. [Dikutip 24 April 2011]. Medan [ID]: Universitas Sumatera Utara. Dapat diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16924 Kermite, Martinus Philipus. 1997. Upaya Meningkatkan Frekuensi Mendengarkan Radio Gajah Mada Melalui Pemilihan Program Siaran yang Diminati Pendengar di Kotamadya Semarang. [Tesis]. [Internet]. [Dikutip 24 April 2011]. Semarang [ID]: Universitas Diponegoro. Dapat diunduh dari: http://eprints.undip.ac.id/8682/1/1997MM165.pdf. Mardianah. 2010. Pengaruh Siaran Radio dalam Penyebaran Informasi Teknologi Budidaya Padi Sawah terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Petani. Kasus Desa Kluting Jaya, Kecamatan Weda Selatan, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. McQuail, Denis. 2005. McQuail’s Mass Communication Theory. London [ENG]: Saege Publication Ltd. Morissan, M.A. 2005. Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio Dan Televisi. Tangerang [ID]: Ramdina Prakarsa. Mulyandari, Retno SH, Saleh, Amiruddin, Dadan. 2010. Revitalisasi Radio Pertanian Ciawi (RPC) sebagai Pusat Informasi Pembangunan Pertanian. Jurnal Informatika Pertanian. Vol. 19, No. 10. [Internet]. [Dikutip tanggal 15 September 2011]. Dapat diunduh dari: http://www.litbang.deptan.go.id/warta-ip/pdf-file/5.retno_vol19-1-10.pdf. Nasution, Zulkarimen. 1998. Komunikasi Pembangunan. Jakarta [ID]: PT RajaGrafindo Persada.
124
Oktaviana, Yessy. 2010. Pengaruh Radio terhadap Sikap Mahasiswa. Studi Korelasional Pengaruh Program Acara Akustar di Radio Star Fm terhadap Sikap Bermusik Mahasiswa Fakultas Sastra USU. [Skripsi]. [Internet] [Dikutip 24 April 2011]. Medan [ID]: Universitas Sumatera Utara. Dapat diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/18233. Puspitasari, Noviana. 2009. Persepsi Khalayak Pendengar Tentang Mutu Siaran Radio Pertanian Ciawi. Studi Kasus Desa Cileungsi Kecamatan Ciawi dan Desa Ciriung Kecamatan Cibinong. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung [ID]: PT Remaja Rosdakarya. Riswandi. 2009. Dasar – Dasar Penyiaran. Jakarta [ID]: Graha Ilmu. Rousydiy, T.A. Lathief. 1985. Dasar – Dasar Rhetorica Komunikasi dan Informasi. Jakarta [ID]: Firma “Rimbow” Medan. Rubin, Alan M. 2005. The Uses-and-Gratifications Perspective Of Media Efects. Dalam: Bryant J, Zillman D, editor: Media effects: Advances in theory and research. Hal 525-548. London [ENG]: Lawrence Erlbaum Associates. Setiaman, Agus. 2003. Radio Siaran: Konsep Pendahuluan. Dalam: Mulyana, Deddy, editor: Dunia komunikasi dan dunia kita. Jurnal Komunikasi dan Informasi. Hal 128-133. Fakultas Ilmu Komunikasi. Universitas Padjajaran. Syarchie, Yasmin Muslihat. 2008. Efektivitas Program Penyuluhan Pertanian Melalui Siaran Radio. Kasus Petani Pendengar Siaran Radio Pertanian Ciawi (RPC). [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: LP3ES Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta [ID]: UI Press. Tubbs SL, Moss S. 2001. Konteks – Konteks Komunikasi. (Alih bahasa dari bahasa Inggris oleh Mulyana, Deddy ). Bandung [ID]: PT Remaja Rosdakarya. Judul Asli : Human Communication. [UU] Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.
125
LAMPIRAN
126
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Desa Cileungsi Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.
Wilayah Lokasi Penelitian Sumber: http://maps.google.co.id/maps?hl=id&q=desa+cileungsi+kecamatan+ciawi+loc:near:Cia wi,+Jawa+Barat
127
Lampiran 2. Daftar Nama Mitra RPC di Desa Cileungsi Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama IWS NAR EST ABD DDI HRY USP DST ABQ HAR DIS ABN UCM RSV AID ENG MIK DOK DSH EVN SAN ABK KOM SUG SIH MMR NIS AHD AKD JAW
Umur 24 tahun 25 tahun 29 tahun 23 tahun 37 tahun 29 tahun 38 tahun 32 tahun 45 tahun 32 tahun 30 tahun 40 tahun 48 tahun 19 tahun 19 tahun 27 tahun 30 tahun 19 tahun 22 tahun 20 tahun 45 tahun 32 tahun 37 tahun 45 tahun 27 tahun 44 tahun 35 tahun 45 tahun 24 tahun 38 tahun
Pekerjaan Petani Ternak Budi daya ikan Ternak Pengemudi Petani Petani Ternak Petani Petani wiraswasta Petani Ibu rumah tangga Pelajar Pelajar Ibu rumah tangga Petani Pelajar Buruh Ibu rumah tangga Petani Petani Ibu rumah tangga Pedagang Ibu rumah tangga Buruh Ibu rumah tangga Petani Wiraswasta Petani
Alamat Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede Kp. Ciherang Gede
128
Lampiran 3. Materi Siaran Radio Peluncuran Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Oleh : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jln Raya No. 9 Sukamandi, Subang 41256
RINGKASAN Varietas Unggul Baru (VUB) Padi merupakan salah satu komponen dasar penting dalam peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani padi. VUB merupakan dukungan teknologi yang merupakan komponen dasar sekaligus menjadi faktor kunci dalam suatu usaha tani padi. Pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian telah melepas berbagai VUB padi, baik padi inbrida maupun hibrida. Tahun 2008-2010 telah dilepas sekitar 30 VUB padi; sebanyak 13 varietas inbrida untuk padi sawah irigasi dengan nama baru Inpari (Inbrida Padi Sawah Irigasi), enam varietas Inpara (Inbrida Padi Sawah Rawa Lebak dan Pasang Surut), enam varietas Inpago (Inbrida Padi Gogo), dan lima diantaranya varietas Hipa (Hibrida Padi). Pelepasan varietas baru tersebut diharapkan dapat memenuhi keperluan VUB di yang dapat beradaptasi di berbagai daerah sesuai dengan kondisi lingkungan spesifik.
PENDAHULUAN Peningkatan produksi pangan, utamanya padi merupakan program strategis pemerintah. Perlu diingat bahwa padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan, yang mempunyai peranan penting dalam mencapai keberhasilan pangan, serta yang tidak kalah pentingnya adalah member kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional. Ada beberapa hal yang harus dicermati sehubungan dengan usaha peningkatan produksi beras, antara lain: (a) jumlah penduduk meningkat hingga lebih dari 235 juta jiwa, (b) konsumsi beras per kapita adalah 137 kg, (c) laju pertumbuhan produksi stagnan, (d) degradasi dan konversi lahan, (e) perubahan iklim sulit diprediksi, (f) adopsi teknologi, infrastruktur, permodalan, kelembagaan, jaminan harga panen. Pemerintah telah mencanangkan suatu gerakan yang gaungnya bersifat nasional, yaitu Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
129
Target yang ingin dicapai pada tahun 2007 adalah peningkatan 2 juta ton bahkan selanjutnya produksi ditingkatkan 5% per tahun hingga tahun 2009. Salah satu upaya meningkatkan produksi padi dalam P2BN dilakukan melalui pendekatan pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan inovasi teknologi andalan dalam pencapaian peningkatan produksi padi nasional ke depan. PTT adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui peraturan atau opsi komponen teknologi yang diterapkan secara partisipatif bersama petani. PTT merupakan teknologi di dalamnya terdapat beberapa komponen yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi fisik, sosial-ekonomi, budaya, dan keinginan petani. Salah satu komponen ang merupakan komponen dasar dan merupakan faktor kunci dalam pelaksanaan PTT adalah Varietas Unggul Baru (VUB). Hasil kajian yang telah dilakukan ternyata VUB memberikan kontribusi lebih dari 60% terhadap peningkatan hasil. VUB (Varietas Unggul Baru) Ciri: Produksi tinggi, memiliki sifat toleransi terhadap PTT, dan cekaman lingkungan serta sifat lain. Benih dan Varietas Unggul Padi Sawah •
Tipe VUB: anakan banyak (> 20 /rmpn) ± 150 gbh/malai
•
Tipe VUTB: anakan sedikit (< 15/rmpn) ± 250 gbh/malai
•
Tipe VUH: asal generasi persilangan pertama (F1) memiliki potensi hasil lebih tinggi dari VUB yang dominan di suatu areal (Tidak untuk dibenihkan) Tahun 2008 – 2009 Badan Litbang Pertanian melalui Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi telah melepas sebanyak 13 varietas unggul baru Inpari (Inbrida Padi Sawah Irigasi) dan 5 varietas unggul baru Inpara (Inbrida Padi Rawa Pasang Surut dan Lebak). Varietas unggul baru tersebut diharapkan dapat menggantikan varietas unggul yang telah lama digunakan seperti IR64, Ciherang, dsb. Mulai 2008 penamaan varietas padi tidak lagi menggunakan nama sungai, namun menggunakan nama INPA (Inbrida Padi) seperti halnya nama HIPA (Hibrida Padi). Kesepuluh varietas unggul padi sawah irigasi tersebut, berturutturut sebagai berikut: Inpari 1, Inpari 2, Inpari 3, Inpari 4, Inpari 5 Merawu, Inpari 6 Jete, Inpari 7 Lanrang, Inpari 8, Inpari 9 Elo, dan Inpari 10 Laeya. Pemberian
130
nama tersebut mencerminkan juga ekosistem lokasi pengembangannya. Nama Inpari 5, Inpari 6, Inpari 7, Inpari 9, dan Inpari 10, Inpari 11, Inpari 12, dan Inpari 13 berturut-turut diikuti nama tempat asal pengusul pelepasan varietas. Lima varietas padi rawa pasang surut dan rawa lebak yang telah dilepas, berturut-turut diberi nama Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4, dan Inpara 5. Secara umum Inpara 1-13 cocok ditanam untuk ekosistem sawah dataran rendah hingga ketinggian sekitar 600 m dari permukaan laut. Ketigabelas varietas tersebut memiliki tekstur nasi pulen dengan potensi hasil berkisar antara 7-12 t/ha. Masing-masing keunggulan dari Inpari 1-10, antara lain sebagai berikut: 1. Inpari 1: umur sangat genjah (108 HSS), tahan terhadap wereng coklat biotipe 2, serta tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) strain 3, 4 , dan 8. 2. Inpari 2: agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3, agak tahan terhadap HDB strain 3 serta agak tahan terhadap virus tungro inokulum 103 dan 031. 3. Inpari 3: agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, agak tahan terhadap HDB strain 3 serta agak tahan terhadap virus tungro inokulum 013, 031, 073. 4. Inpari 4: agak tahan terhadap HDB strain 3 dan 4 serta agak tahan terhadap virus tungro inokulum 031 dan 073. 5. Inpari 5 Merawu: agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, dan 3, agak tahan terhadap HDB strain 3, serta agak tahan terhadap virus tungro inokulum 031 dan 013. Keunggulan mutu spesifik dari varietas ini adalah memiliki kandungan Fe tinggi (18-33 ppm) pada beras pecah kulitnya. 6. Inpari 6: memiliki ketahanan terhadap wereng coklat dan HDB sama dengan Inpari 1 namun umur lebih panjang (118 HSS) dan potensi hasil mencapai 12 t/ha. 7. Inpari 7: agak tahan terhadap HDB strain III, toleran terhadap virus tungro inokulum 013. 8. Inpari 8: tahan terhadap penyakit HDB Strain III, tahan terhadap virus tungro inokulum 013 dan 031 serta agak tahan inokulum 073. 9. Inpari 9 Elo: agak tahan terhadap HDB strain III, tahan terhadap virus tungro inokulum 013 dan 031 serta agak terhadap tahan inokulum 073.
131
10. Inpari 10 laeya: agak tahan terhadap wereng coklat biotipe I dan 2, agak tahan terhadap bakteri HDB III dan agak rentan strain IV dan rentan terhadap virus tungro varian 013, 031 dan 131 11. Inpari 11: agak tahan terhadap hama wereng Batang coklat biotipe 1 dan 2 serta rentan terhadap biotipe 3, tahan terhadap penyakit HDB strain III, agak tahan terhadap strain IV dan VII, tahan terhadap penyakit Blas ras 13 12. Inpari 12: agak tahan terhadap hama wereng Batang coklat biotipe 1 dan 2 serta rentan terhadap biotipe 3, tahan terhadap penyakit HDB strain III, agak tahan terhadap strain IV dan VII, tahan terhadap penyakit Blas ras 033, agak tahan terhadap ras 133 dan 073 serta rentan terhadap ras 173. 13. Inpari 13: umur sangat genjah, tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3, tahan terhadap penyakit bias ras 033, potensi hasil 8,0 ton/ha. Inbirda padi rawa (Inpara) merupakan varietas padi untuk ditanam di lahan rawa lebak dan pasang surut serta daerah rawan banjir. Secara umum potensi hasil kelima varietas yang telah dilepas berkisar antara 5,6 – 7,6 ton/ha. Karakteristik masing-masing Inpara adalah sebagai berikut: 1.
Inpara 1: umur 131 HSS, nasi pera, tahan HDB dan Blas, agak tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2, serta toleran keracunan Al dan Fe.
2.
Inpara 2: umur 128 HSS, nasi pulen, tahan HDB dan Blas, agak tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2, serta toleran keracunan Ai dan Fe.
3.
Inpara 3: umur 127 HSS, nasi pera, tahan Blas ras 101, 123, 141, dan 372, agak tahan wereng coklat biotope 3, serta toleran keracunan Al dan Fe.
4.
Inpara 4: umur 135 HSS, nasi pera, toleran rendaman 14 hari fase vegetatif.
5.
Inpara 5: umur 115 HSS, tekstur nasi sedang, toleran rendaman 14 hari fase vegetatif.
132
Lampiran 4. Hasil Olah Data antar Variabel yang Berhubungan 1. Hasil Analisis Hubungan Karakteristik Pendengar dengan Keterdedahannya pada Siaran Radio (Menggunakan SPSS 17.0) a. Kepemilikan Media Massa * Lama Mendengarkan Correlations kepemilikan
lama
media massa lain mendengarkan Spearman's rho
kepemilikan media massa
Correlation Coefficient
lain
Sig. (2-tailed)
1.000
.533**
.
.002
30
30
.533**
1.000
.002
.
30
30
N lama mendengarkan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Hasil Analisis Hubungan Karakteristik Pendengar dengan Penilaiannya Terhadap Program Siaran (Menggunakan SPSS 17.0) a. Umur * Penilaian Terhadap Waktu Siaran Correlations umur Spearman's rho
umur
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
waktu siaran
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
waktu siaran
1.000
-.389*
.
.034
30
30
-.389*
1.000
.034
.
30
30
133
b. Pekerjaan * Penilaian Terhadap Materi Siaran Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
7.046a
2
.030
Likelihood Ratio
7.479
2
.024
Linear-by-Linear
.088
1
.767
Association N of Valid Cases
30
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,50.
c. Pekerjaan * Penilaian Terhadap Cara Penyajian Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
6.835a
2
.033
Likelihood Ratio
7.209
2
.027
Linear-by-Linear
.075
1
.785
Association N of Valid Cases
30
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,00.
d. Kepemilikan Media Massa * Penilaian Terhadap Cara Penyajian Correlations kepemilikan media massa lain cara penyajian Spearman's rho
kepemilikan media massa lain
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
cara penyajian
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
1.000
-.391*
.
.033
30
30
-.391*
1.000
.033
.
30
30
134
e. Kepemilikan Media Massa * Penilaian Terhadap Penyiar Correlations kepemilikan media massa lain Spearman's rho
kepemilikan media massa
Correlation Coefficient
lain
Sig. (2-tailed)
1.000
-.469**
.
.009
30
30
-.469**
1.000
.009
.
30
30
N penyiar
Correlation Coefficient
penyiar
Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
f. Kepemilikan Media Massa * Penilaian Terhadap Durasi Siaran Correlations kepemilikan media massa lain Spearman's rho
kepemilikan media massa
Correlation Coefficient
lain
Sig. (2-tailed)
1.000
-.419*
.
.021
30
30
-.419*
1.000
.021
.
30
30
N durasi siaran
Correlation Coefficient
durasi siaran
Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
g. Lama Mendengarkan * Penilaian Terhadap Durasi Siaran Correlations lama mendengarkan Spearman's rho
lama mendengarkan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
durasi siaran
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
durasi siaran
1.000
-.446*
.
.013
30
30
-.446*
1.000
.013
.
30
30
135 Lampiran 5. Dokumentasi
Saat responden mengisi pre-test dan post-test