KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS KOLAM RENANG
NAMA
: Aji Setiawan
NIM
: 11.01.2876
KELAS
: 11.D3.01
JURUSAN : TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012
ABSTRAK Geliat bisnis yang luar biasa dari pengelolaan kolam renang harus diimbangi dengan manajemen yang baik. Penempatan SDM yang tepat, dan pelayanan kepada publik yang tak mengecewakan. Barometer keuntungannya dapat dilihat dari banyaknya pengunjung yang datang setiap bulannya. Bila bagus dalam tata pengelolaannya, maka bisnis ini akan menjadi bisnis yang sangat menguntungkan. Bahkan akan banyak menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi para generasi muda. Kolam renang yang dikelola dengan manajemen yang baik, dan didukung pula dengan pemeliharaan yang baik akan membawa keuntungan yang melimpah. Para pengunjung akan datang lagi, dan merasakan pelayanan yang memuaskan dari pengelola kolam renang. Geliat bisnis yang menantang dari pengelolaan kolam renang membuat saya yakin bisnis ini akan terus mengalir seperti air pancuran yang terus menerus mengucurkan air. Seolah-olah mengatakan kepada kami bahwa bisnis tak akan pernah sepi dari pengunjung. Oleh karena itu, kemampuan manajemen dalam mengelola bisnis ini dalam mengeruk, dan meraup keuntungan akan terlihat dari mereka melayani pengunjung dengan penuh senyuman termanisnya. Kalau sudah begitu, bukankah bisnis kolam renang itu menggiurkan?
ISI Ada beberapa hal yang membuat bisnis kolam renang itu menarik bagi saya. Asetnya Utuh Bisnis kolam renang, pada dasarnya adalah bisnis jasa penyewaan property (berupa kolam renang). Dengan mengingat bahwa property (kolam renang) yang disewakan adalah senantiasa dijaga (attended) oleh pemilik atau pegawainya, maka cenderung akan senantiasa 'utuh'. Jadi, tidak sama dengan bisnis 'dagang beras'. Kalau berasnya terjual, maka berasnya 'hilang'/habis, dan pengusaha/pedagang, harus kulakan lagi. Berbeda pula dengan bisnis penyewaan mobil, dimana barang yang disewakan cenderung jatuh harganya cepat sekali, seperti berdagang buah atau sayuran. Jadi, ini titik menarik yang pertama: investasi kita relatif senantiasa utuh (bahkan berkembang seiring dengan kenaikan harga tanah/property). Seapes-apesnya, kolam renang itu sepi, dan bisa dijual kembali dengan nilai jual yang sesuai harga propertynya yang cenderung terus naik dari waktu ke waktu. Murah Biaya Operasionalnya Yang kedua, bisnis ini relatif murah biaya operasionalnya, karena itu bisa dianggap sebagai bisnis jasa-jasa murni, seperti bisnis hotel, salon, tukang cukur, bengkel mobil, penyewaan apartemen, penyewaan lapangan badminton, penyewaan lapangan tenis, atau penyewaan lapangan futsal, seperti itu. Tidak ada biaya kulak yang tinggi seperti toko/mini-mart atau perdagangan pada umumnya.
Ujungnya dari biaya operasional yang murah ini nanti apa? Benar sekali: margin keuntungan yang relatif tinggi.
Perlu Banyak Tenaga Terampil Yang ketiga, bisnis kolam renang relatif tidak terlalu memerlukan tenaga amat terampil, dan juga tidak memerlukan banyak pegawai. Jadi, lebih mirip penyewaan apartemen saja, atau penyewaan lapangan olah raga (stadion, futsal, badminton, tenis, dlsb). Bisnis hotel, masih memerlukan pegawai dalam jumlah banyak, dengan ketrampilan pelayanan yang tinggi. Salon dan tukang cukur, perlu tenaga penyalon dan penyukur yang handal. Bengkel mobil, idem ditto, perlu montir terampil. Mendapatkan pegawai terampil, ini bisa merupakan kendala kunci bagi enterpreuner. Demikian pula, mengelola pegawai dalam jumlah banyak, itu juga bisa menjadi kendala bagi enterpreuner. Dalam bisnis kolam renang, ini nyaris bukan kendala!
Tetap Menyerap Tenaga Kerja Yang keempat,... walau tidak memerlukan tenaga terampil dalam jumlah banyak, kurang lebih cuma seperti toko/mini-mart/mracang, tapi bisnis kolam renang ini tetap menyerap tenaga kerja juga, manajer kolam, lalu pegawai yang bertugas jaga/mengawasi perenang, urusan karcis, memelihara kebersihan/operasional kolam, memelihara kebersihan umum, bisa juga ada pegawai untuk bisnis sampingan bagian penjualan makanan dan toko, juru parkir, dst. Di kolam kita, para guru renang, bisa juga mendapatkan nafkahnya. Bagi seorang 'visioner' di daerah, yang ingin berkontribusi untuk kampung halaman, ini bisa menjadi peluang yang pas. Bayangkanlah, anda punya saudara-saudara, handai taulan, katakanlah, lima orang,... ada yang cuma lulusan SMA, ada yang lulusan perguruan tinggi atau jebolan perguruan tinggi tapi tidak punya keahlian istimewa apa-apa,... ada seorang yang sudah berumur, bisa manajemen dikit-dikit, terpercaya, tapi tidak punya penghasilan yang besar. Sudahlah, bikinkan saja kolam renang, dilatih sedikit oleh spesialis pembuat kolam renang, pasti bisalah menjalankan kolam renang. Lebih bisa daripada harus mengoperasikan, misalnya, bengkel sepeda motor atau perdagangan sembako.
Mencari Pelanggannya Tidak Ruwet Yang kelima, kendala usaha biasanya adalah marketing. Membuat 'dagangan', berupa barang atau jasa, itu kadang bisa diatasi dengan lebih mudah, membuka toko, apa susahnya? Membuka bengkel motor, apa susahnya? Tapi, bagaimana mensukseskan pemasarannya? Itu adalah pertanyaan inti enterpreuner yang utama. Nah, ini pula yang sering membuat orang maju-mundur untuk membuat lapangan olahraga (futsal, badminton, tenis, skating, dlsb). Lapangan bisa di-set-up dengan mudah, tapi kemudian kalau tidak ada yang menyewa, bagaimana? Bikin bengkel motor, tapi terus sepi sunyi, sendiri, rugilah bandar....
Kolam renang relatif berbeda. Karena ini bukan olah raga permainan, dan ada unsur relaksasi, unsur bermain, yang tinggi, dan juga tidak bersifat musiman, laki-perempuan, segala usia, anak-anak bahkan manula juga bisa,... maka, bila lokasi dipilih dengan baik, memasarkan kolam renang cenderung lebih mudah dibandingkan dengan, misalnya, lapangan badminton. Umumnya, pada weekdays (senin s/d jumat), kolam renang menyasar pasar pelajar, anak-anak sekolah, mulai dari SD sampai SMA. Perguruan tinggi dan taman kanak-kanak sebetulnya bisa disasar juga, walau sekarang ini kurang lazim. Caranya bagaimana? Berbagi-hasil dengan pihak sekolahan atau guru-gurunya. Dengan pola ini, sekolah/guru bergerak sebagai 'pemasar' yang rajin, karena mereka mendapat bagian, yang jumlahnya bisa cukup lumayan. Jadi,... pemilik kolam renang tidak harus menggaji pegawai sales/marketing yang khusus. Di sisi lain, untuk week-end (sabtu s/d minggu), kolam bisa menyasar pasar keluarga atau perenang umum, yang mungkin jumlahnya lebih sedikit, tapi membayar lebih mahal. Biasanya, pada suatu kota kecil, jumlah kolam renang relatif sedikit, sehingga terkenal, seantero kota, tahu akan keberadaan kolam renang itu, tidak perlu gembar-gembor promosi lagi. Di pihak lain, kalau di kota besar, orang cenderung suka dengan kolam renang yang dekat dengan tempat tinggalnya. Jadi, walaupun kolam renang jumlahnya banyak, tapi yang dekat dengan tiap-tiap pemukiman, tidaklah banyak, klop. Jarang sekali kota yang punya substitusi untuk kolam renang, berupa danau, atau sungai, yang bening kencling. Kalau tidak mau membayar lapangan badminton, orang bisa tepak-tepakan di jalan depan rumah. Kalau tidak mau membayar sewa lapangan futsal, orang bisa main futsal di lapangan seadanya, tapi berenang,... kalau tidak di kolam renang, mau dimana? Kadang-kadang tidak mudah mencari alternatif lainnnya. Oleh karena itu, sering kita lihat kolam renang itu berjubel.
Di Kolam Renang Bisa Ada Bisnis Sampingannya Yang keenam, bisa ada bisnis ikutan yang juga profitable di kolam renang yang terkelola dengan baik. Berbeda dengan lapangan badminton yang 'relatif sepi', kolam renang biasanya ramai kemrubut, dan biasanya orang berenang mudah lapar (atau haus juga!), sehingga bisnis makanan/minuman bisa jadi bisnis sampingan yang amat menguntungkan. Bisa pula dilirik pendapatan perparkiran, bila areanya memungkinkan. Dengan telah digambarkan segalanya di atas, soal labanya ini sekarang tinggal masalah matematika sederhana saja. Untuk lebih gamblangnya silakan langsung melihat tabel di bawah ini dalam satuan juta rupiah. Untuk Kota Kecil
Dengan catatan, bahwa perhitungan laba tersebut tidak memperhitungkan biaya depresiasi.
Biaya depresiasi dapat diperkirakan. Lahan depresiasinya nol. Dari investasi Rp. 800 jt - 1M, unsur permesinannya hanyalah sekitar Rp. 50 juta saja, katakanlah didepresiasikan 5 tahun, berarti per tahun Rp. 10 juta. Sisanya bangunan Rp. 750 - 950 juta, didepresiasikan dalam 15 tahun, nilainya menjadi Rp. 50 - 63,33 juta. Jadi, total depresiasi per tahun adalah Rp. 60-73,33 juta. Sehingga, bila dimasukkan unsur depresiasi, keuntungan bersihnya menjadi sekitar Rp. 120-217 juta/tahun. Untuk Kota Besar Bisa kita buat perhitungan yang sama, sehingga figurnya seperti di bawah ini:
Apakah ini realistis? Ada kasus riilnya. Belum lama ini, di Jakarta Timur, ada suatu kolam renang yang ditawarkan dengan harga sewa Rp. 30 juta/bulan untuk dioperasikan, dan itu adalah harga yang wajar. Karena apa? Penyewa tentunya tidak menanggung biaya depresiasi, dan sebagai gantinya, mereka membayar biaya sewa. Dengan pendapatan Rp. 50-70 juta, dikurangi biaya-biaya masih ada hasil kotor Rp. 40-59 juta. Dikurangi biaya sewa Rp. 30 juta, masih ada untung bersih Rp. 10-19 juta/bulan. Dengan profil laba seperti ini, bila nilai tanah tidak diperhitungkan, praktis sebenarnya modal sudah kembali ke tangan pemilik kolam renang dalam waktu sekitar 2-3 tahun saja untuk di kota besar, atau 3-9 tahun untuk kota kecil. Dari situ, terlihat bahwa ini adalah bisnis yang menarik. Apalagi dengan mengingat bahwa aset kolam renang itu kurang lebih utuh terus, bahkan meningkat harganya. Perlu pula diingat, apabila yang mengoperasikan adalah handai taulan kita sendiri, maka handai taulan kita itu juga menikmati pendapatan per bulan yang lumayan, dan itu juga suatu keuntungan walaupun kecil. Dalam hal margin profitnya, dapat diperhatikan di sini, kolam yang berukuran lebih besar, yaitu 12x25m, profit marginnya lebih besar secara prosentase dibandingkan kolam yang lebih kecil, dan itulah sebabnya, apabila segala sesuatunya memungkinkan, pengusaha kolam lebih baik membuat kolam yang relatif besar. Demikian pula, lokasi amat menentukan tingkat keuntungan dan pengembalian investasi. Contoh di sini adalah kota besar vs. kota kecil, tapi secara umum bisa dibandingkan lokasi yang pas, dan lokasi yang agak kurang pas. Sekarang segalanya sudah jelas, silakan menimbang-nimbang. Bisnis kolam renang bukanlah bisnis yang buruk.
REFRENSI http://www.ilmuiman.net/PoolExpert/BIZ/PeluangBisnis.htm http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2011/05/02/kolam-renang-dan-geliat-bisnisnya-yangmenantang