Karena Kita Adalah Hujan Perempuanku, dengarkanlah rintik hujan hari ini masih mengenang nama kita yang lalu. Memberi kita banyak cerita tentang harum mawar kesukaan kita. Seringkali kita lupa bagaimana cara mencandai hujan kesukaan kita. Tak perlu ragu apalagi resah ketika hujan-hujan kesukaan kita datang menghampiri dan melabuhkan rasanya pada pucuk-pucuk harapan kita suatu hari nanti. Perempuanku, dengarlah deru suara hati ini. Izinkan ia mengetuk sebagian pintu di hatimu yang gerimis oleh banyak air mata tentang cinta kita yang terus mengakar. Jangan pernah merasakan beda dengan segala cinta yang kuluapkan di hari-harimu yang berwarna. Kita akan saling mengikat banyak cerita pada setiap catatan kata tentang pemetik air mata yang hadir setiap kita menangis bersama. Perempuanku, aku hanyalah lelakimu yang biasa. Lahir diantara denyut waktu yang berdenyar lalu membiarkan segalanya berubah. Aku tak bisa membuat semacam prosa sederhana untuk menjelaskan betapa hidup penuh karunia. Tentang sunah yang harus kita genapkan bersama di Juni nanti, aku masih berharap kau dan aku tetap saling mencinta. Menjadi seperti Muhammad dan Khadijah, Rhumaisha dan Abu Thalhah, atau Ibrahim dan Hajar.
Aldy Istanzia Wiguna Aku ingin kelak kita bisa seperti mereka pada hari yang telah dijanjikan-Nya. Perempuanku, dengarlah suara hatiku yang mengangkasa diantara deru catatan waktuku. Kita seperti hujan yang selalu ramai oleh suara anak-anak yang bermain bola di padang kebahagiaan punya kita. Tak ada kata sesal atau apapun itu yang membuatmu ragu. Rumput padang kebahagiaan kelak akan menyemai banyak rasa pada titik-titik hujan yang mengguratkan aksaranya hari ini. Mendung di langit sana seumpama hijab yang membuat kita semakin sadar dan paham bahwa semua ini harus kita lalui. Perempuanku, aku ingin menjadi imam dalam setiap perjalanan shalatmu. Aku ingin menghapus air matamu meski engkau selalu mengatakan ”kau lelaki pemetik air mataku”. Kau, kelak akan menjadi titik-titik penghias hidupku. Kau akan menjadi ratuku di surga nanti. Kau yang akan menghiasi istana kehidupanku dengan sakinah, mawaddah dan warrahmah sebagai bangunan cintanya. Kau, adalah perempuanku. Perempuanku, hujan kali ini telah memberikan kita banyak cerita. Cerita tentang gemericik air kesukaan kita yang pelan-pelan pulang mengguratkan aksara terindahnya untuk kita. Berlari mengeja banyak tawa pada titik-titik harapan yang begitu lembut menayangkan kisah indah kita. Karena seperti katamu, ini bukan
2
Karena Kita Adalah Hujan masalah menang atau kalah. Namun, ini masalah kita yang akan berikrar cinta pada sisa-sisa hujan di Juni mendatang. Perempuanku, dengarlah aku yang masih mencari penawar dahaga di cawan-cawan hujan kesukaan kita bersama. Ada yang perlu kau kisahkan pada titik-titiknya yang menyepi dalam kelembutan harihari kita. Jangan ada ragu, karena seperti katamu kita adalah hujan. Menyemai banyak kata pada titik-titik risalah kebenaran tentang sunnah sang Nabi yang akan kita genapkan suatu hari nanti. Perempuanku, aku ingin engkau tetap menjadi hujan sama sepertiku. Memberikan kesuburan pada setiap panggilan kehidupan yang membuat kita saling menawan makna. Dan kita akan saling bersulang dengan air hujan kesukaan kita di bawah guyuran cinta para malaikat yang bersaksi pada segala kehidupan kita bersama nanti. Kita akan tetap mengarungi banyak samudera kehidupan. Melewati berbagai macam cobaan dan ujian yang akan menetap pada rangkaian waktu tentang kita yang bahagia di ujung danau bersama hujan yang mengiringi sepetak perjalanan kita. Perempuanku, kelak kita akan menetap pada musim hujan kesukaan kita. Saling berbincang tentang kita di masa dulu. Saat kita bertaaruf ria, berebut novel Ayat-Ayat Cinta kesukaan kita bersama. Atau, kita akan saling berbincang dan bercanda lalu membiarkan kisah kita ditulis sejarah dan diguratkan titik-titik
3
Aldy Istanzia Wiguna hujan kegemaran kita. Tak ada yang perlu kau takutkan ketika bayang demi bayang ini kembali mengaksarakan hujan bulan Juni kesukaan kita. Perempuanku, setiap jejak cinta kita selalu terlukis dengan ujian dan cobaan yang merekatkan segala jalan bahagia kita. Ada sinar di matamu yang menjadi pelangi setiap hujan usai mengguratkan aksara-aksara terbaiknya hari ini. Perempuanku, ada saatnya segala rangkaian aksara ini bermuara pada sungai-sungai yang menampung hujan kesukaan kita bersama. Juni, memang masih jauh di mata. Namun, hujan dan baunya sudah mengundang banyak rasa untuk kembali mengulang segala bahasa tentang cinta kita yang makin rekat bahkan rekah di sepanjang perjalanannya. Perempuanku, aku ingin kelak semua yang kutuliskan ini bisa dirangkai pada batangan hujan kesukaan kita. Rintiknya tentu akan memberikan kita banyak rencana diantara sederet kata bahagia yang memberikan kita bahasa terbaiknya. Cinta tidak mungkin salah menunjuk. Ia akan bekerja dengan caranya yang begitu indah tanpa kita tahu bagaimana cara kerjanya. Takkan ada yang tahu siapa saja yang ditunjuk cinta untuk dipersatukan dalam rangkaian kisah paling menakjubkan.
4
Karena Kita Adalah Hujan Perempuanku, aku ingin engkau menjadi Zulaikhaku yang menemani kehidupanku
hari-hariku
kala
membuatku
rangkaian lemah
fitnah
dan
dan
tidak
badai berdaya
menghadapinya. Aku ingin engkau menjadi Khadijahku yang setia mendampingi jejak-jejak kegelisahanku lalu dengan tenang kau berujar “tenang sayang, Ia takkan mengecewakanmu”. Perempuanku, hujan hari ini kembali mengingatkan aku pada rembulan di matamu. Membayang pada setiap haruku tentang tangis demi tangis yang dipetik para pemetik air mata. Perempuanku, seperti katamu pada hujan-hujan di hari kemarin. Aku akan tetap menjadi hujan di langitmu, karena sampai kapanpun juga kita adalah hujan yang akan mengaksarakan banyak suara pada titik-titik langit di setiap aksara tepat di pekarangan paragraf kesukaan kita bersama di buku kehidupan kita nantinya.
5