I.
PENDAHULUAN.
Bagian terbesar dari penduduk Indonesia menggantungkan kebutuhan kalori pada karbohidrat asal beras. Bahan sumber karbohidrat lain belum secara umum digunakan. Tiap orang rata-rata memerlukan 125 kg beras setahun. Itu berarti, 210 juta rakyat Indonesia memerlukan 26.250 juta ton beras pertahun. Ketergantungan akan beras sebagai sumber kalori masih tetap akan menjadi gejala umum. Menukar atau bahkan meniadakan hal tersebut bukanlah perkara gampang. Dan jika laju petumbuhan penduduk tetap secepat saat ini, maka kedepannya akan terjadi peningkatan kebutuhan akan beras yang terus meningkat dari tahun ke tahunnya. Yang paling masuk akal adalah mengusahakan bagaimana kebutuhan akan beras yang jumlahnya tidak sedikit tersebut dapat dipenuhi oleh hasil produksi dalam negeri. Dan secara logika, produk pertanian yang baik akan dihasilkan dari benih yang baik, yang disertai dengan proses pengelolaan serta dukungan kondisi alam yang optimal. Sedangkan sampai saat ini khususnya untuk produk beras/padi, di daerah ini para petani masih mengandalkan hasil panen yang mereka peroleh untuk dijadikan bibit pada musim tanam berikutnya. Kondisi seperti ini akan menyebabkan hasil produksi yang terus menurun baik secara kuantitas ataupun kualitas. Hal tersebut menyebabkan perlu dilakukan upaya penelitian, pengembangan dan produksi benih padi yang berkualitas. Dan diujung tombaknya yang secara langsung berhubungan dengan petani dilapangan, adalah menyediakan bibit/benih yang siap tanam.
1
Oleh karenanya, masih diperlukan pihak-pihak yang mampu mengadakan benih padi siap tanam yang memadai. Dan didalam pertanian padi jenis unggul dikenal ada empat macam jenis benih padi unggul antara lain : >>> Benih Pejenis, yaitu bibit yang dihasilkan oleh Badan Pemulia Tanaman atau badan dibawah pengawasannya. Benih Pejenis dihasilkan dalam jumlah kecil dan dimaksudkan untuk digunakan sebagai penghasil benih dasar. Dikemas dengan label warna Putih. >>> Benih dasar, adalah benih keturunan pertama dari benih pejenis. Benih dasar akan disalurkan ke Balai Benih untuk dibiakkan guna menghasilkan benih pokok. >>> Benih Pokok, keturunan dari benih dasar dan merupakan dasar dari benih sebar atau untuk diperbanyak dalam skala besar. Dikemas dalam label Ungu. >>> Benih Sebar, yaitu benih keturunan benih pokok. Benih Sebar adalah hasil dari penangkar benih dan berjenis unggul yang bersertefikat guna disalurkan kepada para petani untuk ditanam. Dikemas dalam label warna biru. Dan perusahaan benih sebar yang dikenal di Indonesia adalah Perum Sang Hyang Seri milik pemerintah, yang didirikan guna memenuhi kebutuhan benih petani Indonesia. Namun kebutuhan benih tersebut terlalu besar untuk dapat dilayani hanya oleh sebuah perusahaan saja dengan kapasitas produksi yang terbatas. Oleh karenanya dengan adanya kebijakan pemerintah yang mengijinkan pihak swasta sebagai penangkar benih atau penyedia benih sebar maka diharapkan kebutuhan benih padi nasional akan tercukupi. Melihat kebijakan tersebut adalah sebuah peluang baik secara social yaitu untuk membantu ketersediaan pangan nasional namun juga adalah sebuah peluang bisnis yang
2
menguntungkan, baik untuk perusahaan ataupun menambah ketersediaan lapangan kerja. Oleh karenanya, saya H Hizbul Jaddi SE memberabikan diri untuk terjun dalam usaha penangkaran benih padi dan mungkin kedepannya benih-benih tanaman yang lain dengan menanamkan uang sebagai modal awal dari hasil tabungan selama menjadi Manajer Keuangan di PT Lombok Post, perusahaan penerbit harian Lombok Post. Berbekal pengalaman memanage system keuangan di perusahaan tersebut selama lebih kurang 15 tahun, meyakinkan saya untuk mampu menjalankan usaha pembenihan ini. Dan perusahaan pembenihan tersebut saya namakan PB Bejari yang dalam bahasa sasaknya berarti berkembang dan berbiak.. PB Bejari adalah perusahaan penangkar benih yang kami dirikan memfokuskan diri untuk menangkarkan benih benih padi yang ditujukan untuk memenuhi permintaan petani di wilayah NTB. Sebagai perusahaan yang baru beroperasi selama dua tahun dan dengan kemampuan permodalan yang kecil membuat ruang gerak pengembangan usaha kami menjadi terbatas. PB Bejari saat ini tengah merencanakan perluasan usaha dan peningkatan kapasitas produksi merujuk kepada jumlah permintaan benih yang kami terima pada tahun 2008. Dimana kedua hal tersebut diatas tentunya membutuhkan penambahan biaya yang tidak sedikit. Kebutuhan akan tambahan biaya tersebut, disadari tidak mungkin sepenuhnya di tangani sendiri oleh PB Bejari. Oleh karenanya maka diputuskanlah upaya mencari modal dari pihak ketiga.
3
Dan harapan kami, apa yang kami sajikan secara ringkas di dalam proposal ajuan pinjaman dana ini, akan mampu memberikan sedikit gambaran bagi anda akan usaha yang kami jalankan dan kedepannya kita dapat bekerjasama dalam usaha budidaya komoditi ini, dan akan memberikan keuntungan yang memuaskan serta sebagai wujud kepedulian dalam ketahanan pangan nasional kita. DESKRIPSI PRODUK II.
BENIH PADI TANGKARAN (ORYZA SATIVA) Aspek biologi dan anatomi Padi Padi termasuk bangsa rumput-rumputan, dengan anatomi terdiri dari akar, batang, daun dan bulir buah. Merupakan tanaman daerah berawa dan tumbuh subur di lahan yang berlumpur dan tergenang air. Dengan membutuhkan masa pertumbuhan sekitar 3 – 4 bulan. Menghasilkan bulir buah yang menggantung bertundun dengan jumlah 23 tundun yang menghasilkan sampai 100 bulir pertundunnya dalam tiap pohon padi. BENIH PADI TANGKARAN
Seperti yang telah diuraikan dalam pendahuluan diatas, benih tangkaran atau dikenal juga dengan benih sebar adalah : “Benih padi keturunan keempat dari benih hasil pemuliaan (benih pejenis) yang dimaksudkan untuk digunakan/disebar oleh petani sebagai benih bercocok tanam langsung dilahan sawah yang mereka garap dan ditandai oleh label berwarna biru” Lebih jelas lagi dapat dikatakan bahwa, benih ini adalah benih yang diproduksi secara massal oleh para penangkar benih dari keturunan yang filialnya lebih tinggi atau benih pokok. Tujuannya adalah : >>> pada filial keempat inilah benih masih unggul secara
4
biologi dan masih dalam skala usaha yang ekonomis. Atau lebih tepatnya dikatakan bahwa untuk menciptakan benih yang berkualitas dan mampu dibeli oleh para petani.
III.
PELUANG PASAR. Menurut laporan Dinas Pertanian NTB bahwa kebutuhan benih padi di NTB,
pada tahun 2009 diperkirakan sebanyak 2.252.550 kg pertahun dengan luas lahan yang tersedia sebanyak 91.062 hektar. Atau dengan asumsi kebutuhan benih padi non hibrida adalah 25/kg per hektar luas lahan dan benih padi hibrida adalah 15 kg/ha luas lahan. Sedangkan ketersediaan benih padi yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar berdasarkan data tahun 2008 adalah 1.025.000 kg benih non hibrida Sedangkan menurut ASBENINDO (Asosiasi Pembenihan Indonesia) daerah NTB, jumlah penangkar benih yang berizin resmi di NTB masih kurang. Dengan jumlah produksi masing-masing yang terbatas, maka jumlah kebutuhan benih masih mengandalkan import dari luar daerah, yang tentu saja menyebabkan kenaikan harga benih tersebut., menyebabkan para petani enggan membelinya karena dianggap terlalu mahal. V. KEUNGGULAN BENIH PADI HASIL PENANGKARAN PB BEJARI
Perusahaan Benih (PB) dalam proses produksinya berusaha untuk membeli benih pokok dengan kualitas yang terbaik dari beberapa pihak/lembaga pertanian yang tersertifikasi dengan tujuan untuk mendapatkan kualitas benih tangkaran yang tinggi. Dengan memperhitungkan factor kondisi agroclimate di daerah NTB, maka di pilih untuk mengembangkan beberapa benih varietas padi, antara lain : Cibogo, Cilosari, Ciherang,
5
IR 64 dan beberapa lainnya, disamping juga karena varietas-varietas tersebut sudah dikenal masyarakat petani di daerah NTB, lebih familiar sehingga lebih mudah diterima oleh para petani. Dalam demplot (pilot project lahan) setelah dilakukan penanaman diperoleh hasil dari penanaman benih pokok sebanyak 100 kg per ha secara rata-rata dapat dipanen benih padi siap sebar (label biru) sebanyak 10 ton, , yang siap dipasarkan. Benih tersebut di tangkarkan dengan perlakuan dan pengawasan yang ketat dan telah mendapatkan sertifikasi dari Dinas Pertanian NTB (terlampir)
VI.
ANALISA KENDALA USAHA
Sebagai sebuah analisa yang di tujukan sebagai rujukan dalam sebuah keputusan bisnis, maka kami juga mengajukan beberapa kendala yang pernah dan kemungkinan di hadapi dalam budidaya komoditi ini di NTB, dan Pulau Lombok khususnya serta juga beberapa alternatip pemecahan yang pernah kami lakukan. 1. Kendala Agroclimate Pertanian adalah salah satu usaha yang sangat berkaitan dan bergantung pada kondisi alam. Musim hujan yang terlambat atau volumenya kurang, aspek pasokan air irigasi (terutama untuk musim tanam yang kedua), aspek pengendalian hama, ketersediaan pupuk dan obat-obatan pertanian sangat berpengaruh. Dan hal tersebut tidak saja mempengaruhi kami sebagai penangkat benih, akan tetapi juga untuk para petani yang akan menjadi konsumen utama benih yang dihasilkan. Dan tentunya permintaan akan benih akan sangat dipengaruhi oleh kebutuhan petani untuk bercocok tanam. 2. Sikap masyarakat petani.
6
Masyarakat petani masih tidak begitu memperdulikan varietas apakah yang akan mereka tanam. Hal tersebut terkendala karena tingkat pengetahuan sebagian besar petani akan aspek biologi dari varietas benih yang mereka tanam. 3. Daya Beli Petani Daya beli petani sebagai konsumen utama benih padi yang masih rendah sering menyebabkan keuputusan untuk membeli benih padi yang baik menjadi tidak terlakasana. Untuk itu perlu diproduksi jenis benih tangkaran yang harganya terjangkau. Berdasarkan survey terbatas yang pernah kami lakukan, mereka tidak akan mampu membeli benih dengan harga diatas Rp. 7000 per kg, dengan jumlah responden 100 orang petani, dimana yang menyatakan membeli benih unggul kemasan adalah sekitar 44, 3 prosennya. 4. Permodalan Untuk rencana pengembangan usaha yang kami susun, kami membutuhkan suntikan dana setidaknya 2.500.000.000. Kendala usaha di daerah dan jauh dari pusat ekonomi seperti Jakarta dan lainnya adalah sulitnya mencari lembaga pemodal atau pemberi pinjaman yang mampu memberikan pinjaman dalam nominal yang besar. Jumlah dana yang mampu diberikan biasanya terbatas dalam kisaran ratusan juta rupiah saja. VII.
ASUMSI USAHA
Perhitungan analisis usaha tambak dilakukan 1 (satu) tahun sekali dengan asumsi sbb : a. Skala Penangkaran Penggunaan lahan penangkaran/penanaman benih seluas 10 hektar lahan sawah di daerah Selagalas, Gunung Sari, Sayang-sayang dengan status sewa.
7
b. Benih Benih yang digunakan adalah benih pokok dari beberapa lembaga penyalur benih pokok seperti Balai Benih . c. Jumlah Kebutuhan Benih Jumlah benih yang dibutuhkan untuk skala penanamam seluas 10 ha sawah adalah 1.000 kg per 1 kali musim tanam (MT) atau 2.000 kg dalam 1 tahun ( 2 kali musim tanam ). Tabel 1 . Rincian Pengelompokan Kebutuhan Benih dan Masa Panen Varietas Benih Volume Masa Panen Harga Beli Rata-rata Cibogo 200 kg 2 x musim tanam 25.000/kg Cilosari 200 kg 2 x musim tanam 25.000/kg Ciherang 200 kg 2 x musim tanam 25.000/kg Cigeulis 200 kg 2 x musim tanam 25.000/kg IR 64 200 kg 2 x musim tanam 25.000/kg Jumlah 1 ton Sumber : Data Primer di olah. d. Pemupukan Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk : sebanyak 300 kg per ha/musim tanam. Harga pupuk rata-rata adalah 1.500/kg: maka dalam satu musim tanam harga pupuk adalah 300 kg/ha x 10 ha x Rp. 1.500 = Rp. 4.500.000 dan untuk dua kali musim tanam dalam satu tahun sama dengan Rp. 9.000.000. e. Jumlah Tenaga Kerja. Jumlah Tenaga Kerja yang diperlukan adalah 10 orang, dengan upah Rp. 20.000 per HKO atau Rp 200.000 perhari.
8
C. Analisis Biaya Penangkaran Benih Padi Untuk lahan 1 ha dlm 1 tahun I Biaya Produksi a. Biaya Investasi 1 Konstruksi Gudang Penyimpanan a. Gudang Simpan Calon Bibit Kering Sawah (CBKS) b. Gudang Simpan Benih Siap Jual c. Mesin Pengering d. Mesin Pengemas e. Hand Tractor 2 unit x Rp. 20.000.000. 2Lantai Penjemuran 3 Timbangan 4 Rumah Jaga Jumlah B Biaya Tetap (Fixed Cost/FC) 1 Penyusutan Konstruksi Gudang a. Gudang Simpan Calon Bibit Kering Sawah (CBKS) b. Gudang Simpan Benih Siap Jual c. Mesin Pengering d. Mesin Pengemas e. Hand Tractor 2 Penyusutan Timbangan 3 Penyusutan Rumah Jaga 4 Pajak 5 Over Head Cost
200.000.000 300.000.000 800.000.000 100.000.000 40.000.000 200.000.000 5000.000 5000.000 1.650.000.000
350.000 350.000 500.000 500.000 150.000 50.000 150.000 300.000 15.000.000
Jumlah per 10 tahun
C Biaya Variabel (Variabel Cost/VC). 1 Sewa lahan dalam 1 tahun Rp. 3.000.000 per ha 10 ha x Rp 3.000.000 2 Benih pokok per kg Rp. 2.500 Benih dibutuhkan sejumlah 2.000 kg x Rp 25.000 3 Karung Rp. 3.000 Jumlah karung di butuhkan 2.250 kg x Rp 3.000 4 Biaya Angkut Rp. 50.000 per ton Rp. 50.000 x 100 ton 5 Upah Tenaga Kerja per bulan Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000 x 10 bln atau Rp. 20.000.000 6 Pemupukan Rp. 9.000.000/tahun Jumlah
173.500.000
30.000.000 50.000.000 6.750.000 5.000.000 20.000.000 9.000.000 120.750.000
9
D
Kebutuhan Biaya Variabel dalam 10 tahun operasional adalah = jumlah VC x 10 tahun (Rp. 111.750.000 x 10 thn)
1.207.500.000
Jumlah Total Biaya (Total Cost/TC) = ( A+B+C)
3.031.000.000
PENERIMAAN 1
Penjualan Harga rata – rata jual per kg Rp. 6000 Rp. 6000.000 x 100 ton Estimasi Penjualan dalam 10 tahun operasional sama dengan nilai penjualan pertahun dikalikan 10 tahun = Rp. 600.000.000 x 10 tahun e Perhitungan Keuntungan
600.000.000 6.000.000.000
Penerimaan Total (TR) - Biaya Total (TC) Penerimaan Total (TR) Biaya Total (TC)
6.000.000.000 3.031.000.000
Jumlah Penerimaan Bersih (NR)
2.969.000.000
Jadi jumlah keuntungan per tahun adalah Rp. 296.900.000
Analisa Pengembalian Modal f
Revenue Cost Ratio ( R/C) Penerimaan Total (TR) / Biaya Total (TC) Penerimaan Total (TR) Biaya Total (TC) Revenue Cost Ratio
6.000.000.000 3.031.000.000 1,979,5
R/C ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 yang di keluarkan penangkar benih akan mendapat penerimaan sebesar Rp 1,979,5 g
Break Event Point Volume Produksi BEP = Biaya Total : Harga Jual per kg
10
Biaya Total Harga Jual Per Kg
3.031.000.000 6000 BEP
461.250
Ini berarti, titik impas akan diperoleh jika produksi kepiting dihasilkan dalam 1 tahun minimum 461.250 kg atau 230.625 kg per musim tanam h
Break Event Point Harga Produksi BEP = Biaya Total : Prod. Total dalam 10 tahun Biaya Total Prod. Total Per 10 tahun ( dlm kg)
2.767.500.000 1.000.000
BEP
2.767,5
Artinya titik impas usaha diperoleh jika kepiting di jual dengan harga terendah Rp. 2.767,5 per kg
KESIMPULAN Dari analisis diketahui bahwa BEP produksi sebesar 230.625 kg pertahun telah mampu terpenuhi dan BEP Harga Produksi sebesar Rp. 2.767,5 per kg telah terlampaui dengan bukti harga pasar rata-rata sebesar Rp. 6.000 untuk benih yang diproduksi. Kesimpulan sementara dalam proposal yang di ajukan ini adalah Usaha Penangkaran Benih menjadi benih siap sebar Layak Secara Investasi dan Dapat Menghasilkan Keuntungan.
11