Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
KARAKTERISTIK SISTEM PAKAN PADA USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT SAAT MUSIM HUJAN YANG BERKEPANJANGAN (Characteristics of Feeding System in Smallholder Dairy Farms During Long Wet Season) LILIEK RAHARDJO1, I. SUBAGIYO2, S. CHUZAEMI2 dan B. ALI NUGROHO2 1
Fakultas Peternakan Universitas Islam Malang, Jl. Tlaga Mas No. 245 Malang. 2 Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang.
ABSTRACT This research was aimed to study feeding system in smallholder dairy farms during the longwet season. Furthermore, result of this research could be used as consideration to develop feed supply. This research was a descriptive research (especially East Java). Fifty one dairy co-operative were choosen (purposive sampling) based on elevation of the place and cooperative age, therefore dairy co-operative was divided into: (1) Typology I (highland and old); (2) Typology II (mediumland and old); (3) Typology III (lowland and old); and (4) Typology IV (lowland and young). The method of this research was a six-month survey by conducting: (1) Interviewing and distributing questionnaires to 384 respondences that were widely spread in cooperative SAE Pujon (245 farmers), Dau Malang (16 farmers), Suka Makmur, Grati (96 farmers), and Jaya Abadi, Blitar (27 farmers). The observed parameter were feeding of forages, feeding of concentrate and feeding of supplements; (2) Analyzing nutrient contents and the price of feeds; and (3) Observation to twenty farmers on farms in seven days and in every location was determined only five respondences with ownership of at least 3 to 5 lactating cows as representatives. The observed parameters were source of feeds (forage, concentrate and supplement), feed intake (forage, concentrate and supplement) and milk yield and quality. The obtained data were analyzed in statistical description (table, graphs and figure) and t-test. Results showed that: (1) There was the utilization of feedstuffs which was rich in fibre contents and poor in nutrient quality of ration; (2) Quality and quantity of milk produced in typology IV was same as typology I; and (3) Average intake of DM, CP and TDN of each lactating cow were 9.70 – 15.45 kg/h/d; 1.13 – 1.64 kg/h/d and 6.56 – 9.31 kg/h/d respectively. Meanwhile, the average of milk yields, fat contents and total solid were: 7.91 – 13.44 l/h/d; 3.86 – 4.17% and 11.43 – 12.15% respectively. Key Words: Wet Season, Smallholder Dairy Farms, Feeding System ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem pakan pada usaha peternakan sapi perah rakyat saat musim hujan yang berkepanjangan. Selanjutnya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan penyediaan pakan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif (khususnya Jawa Timur). Dari 51 koperasi persusuan dengan pertimbangan (purposive sampling) ketinggian tempat dan umur koperasi, maka koperasi persusuan tersebut terbagi menjadi: (1) Tipologi I (dataran tinggi dan umur tua); (2) Tipologi II (dataran sedang dan umur tua); (3) Tipologi III (dataran rendah dan umur tua); dan (4) Tipologi IV (dataran rendah dan umur muda). Metode yang digunakan adalah survei (± 6 bulan): (1) Wawancara dan penyebaran angket/kuesioner sebanyak 384 responden yaitu KUD/koperasi SAE (Pujon), Dau (Malang), Suka Makmur (Grati) dan Jaya Abadi (Blitar), masing-masing adalah 245, 16, 96 dan 27 responden. Parameter yang diamati adalah pemberian pakan hijauan, konsentrat dan tambahan bahan pakan; (2) Analisa bahan pakan (kandungan nutrisi dan harga bahan pakan); dan (3) Observasi (on farm) selama 7 hari sebanyak 20 responden (5 responden/lokasi dengan sapi laktasi 3 – 5 ekor/responden). Parameter yang diamati adalah sumber bahan pakan (hijauan, konsentrat dan bahan pakan tambahan), konsumsi pakan (BK, PK dan TDN) dan produksi susu (kualitas dan kuantitas). Selanjutnya data yang didapat dianalisa dengan statitistik deskripsi dan uji T. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Adanya pemanfaatan bahan-bahan pakan yang kaya serat dan rendah nutrien dalam komposisi pakan; (2) Kualitas dan kuantitas produksi susu di tipologi IV menyamai di tipologi I dan (3) Konsumsi BK, PK dan TDN sapi laktasi; masing-masing adalah
717
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
9,70 – 15,45 kg/ekor/hari 1,13 – 1,64 kg/ekor/hari dan 6,56 – 9,31 kg/ekor/hari. Sedangkan produksi susu, kadar lemak dan total solid masing-masing adalah: 7,91 – 13,44 liter/ekor/hari; 3,86 – 4,17% dan 11,43 – 12,15%. Kata Kunci: Musim Hujan, Sapi Perah Rakyat, Sistem Pakan
PENDAHULUAN Pakan merupakan komponen biaya utama dalam suatu sistem produksi peternakan, demikian juga untuk ternak sapi perah. Hijauan merupakan pakan pokok ternak tersebut. Di daerah tropis pada umumnya hijauan kualitas nutrisinya lebih rendah daripada hijauan yang tumbuh di daerah temperate, maka pemberian hijauan masih perlu ditambah dengan konsentrat. Hampir semua KUD/koperasi susu di Indonesia memberikan layanan pakan konsentrat kepada anggotanya. Pada umumnya KUD/koperasi menjual pakan konsentrat ke petani-ternak anggota dengan sistem 2 : 1, artinya setiap menjual 2 liter susu maka peternak diwajibkan membeli konsentrat 1 kg. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa produksi susu yang dihasilkan relatif rendah, hal ini kemungkinan bahwa jumlah nutrien pakan yang diberikan (hijauan dan/atau konsentrat) untuk sapi perah laktasi di tingkat petani-ternak masih di bawah kebutuhan nutrien untuk produksi. Ketersediaan hijauan di wilayah umumnya berlimpah pada saat musim hujan. Namun mengingat sebagian besar usaha peternakan sapi perah dimiliki oleh petani-ternak rakyat yang memiliki keterbatasan lahan, maka bagi yang mengandalkan hijauan dari sekitar hutan atau di luar wilayah adanya hujan di atas normal juga menjadi kendala tersendiri untuk mencukupi kebutuhan hijauan secara kontinyu. Kebutuhan konsentrat tidak hanya untuk sapi yang laktasi saja (pedet, dara, betina dewasa kering dan pejantan). Hal ini berakibat semakin tingginya penggunaan konsentrat, sehingga untuk mencukupi kebutuhan tersebut petani-ternak selain membeli di KUD/koperasi juga memberi bahan pakan tambahan/konsentrat buatan sendiri. Kendala yang dihadapi petani-ternak untuk membuat konsentrat sendiri adalah adanya kualitas, kuantitas dan harga dari bahan baku yang selalu fluktuatif. Disamping itu sebagian
718
besar petani-ternak hanya memiliki pendidikan dan pengetahuan tentang nutrisi pakan yang relatif rendah, sehingga mengalami kesulitan untuk menyusun formulasi konsentrat dengan kualitas minimal sesuai dengan rekomendasi SNI (2009). Ketersediaan bahan baku yang fluktuatif secara kualitas, kuantitas dan harga juga merupakan kendala bagi KUD/koperasi untuk membuat konsentrat dengan skala industri, kualitas nutrisi yang stabil dan harga terjangkau oleh petani-ternak. Berdasarkan uraian di atas didapatkan permasalahan, bahwa walaupun musim hujan namun pakan (hijauan/konsentrat) sapi perah laktasi di tingkat petani-ternak masih di bawah kebutuhan nutrien untuk ternak dapat berproduksi secara normal. Penelitian ini bertujuan untuk memberi tambahan pemikiran tentang deskripsi sistem pakan pada usaha peternakan sapi perah rakyat saat musim hujan yang berkepanjangan. Selanjutnya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan penyediaan pakan. MATERI DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif (khususnya untuk wilayah Jawa Timur), yaitu berupaya memberikan gambaran/ uraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi (SURYABRATA,1983; KOUNTOUR, 2003). Dari survei yang telah dilakukan, di wilayah Jawa Timur terdapat 51 koperasi persusuan (GKSI-Jatim 2009). Berdasarkan pertimbangan (purposive sampling) ketinggian tempat Gambar 1 dan umur koperasi Tabel 1, maka didapatkan 4 tipologi koperasi persusuan. Selanjutnya dilakukan penentuan lokasi penelitian secara simple random sampling, selengkapnya karakteristik lokasi penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Penelitian ini menggunakan metode survei (± 6 bulan) yaitu berupa: 1) Wawancara dan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Suhu (°C)
DPL (m) ± 1.400
20,1
± 1.200
21,3
± 1.000
22,5
±
800
23,7
±
600
24,9
±
400
26,1
±
200
27,3
±
0
5 koperasi & 28.500 ekor sapi perah 17 koperasi & 17.464 sapi perah 6 koperasi & 3.321 sapi perah 4 koperasi & 13.856 sapi perah 2 koperasi & 7.090 sapi perah 9 koperasi & 3.856 sapi perah 9 koperasi & 14.253 sapi perah 13 kop. & 27.076 sapi perah Dataran tinggi
sedang
rendah
Wilayah penyebaran sapi perah DPL: di atas permukaan laut Ketinggian tempat koperasi berdasarkan analisa P2JP FP UB, 2010 Suhu diprediksi dengan rumus Braak (ANONYMUS, 1984) Populasi koperasi dan sapi perah (GKSI, 2009) Gambar 1. Transek jumlah koperasi dan populasi sapi perah berdasarkan tinggi tempat dan suhu lingkungan di Jawa Timur Tabel 1. Klasifikasi jumlah koperasi dan populasi sapi perah berdasarkan umur koperasi dan ketinggian tempat Jumlah koperasi (buah)
Populasi sapi perah (ekor)
Dataran rendah
26
48.849
Dataran sedang
12
21.942
Dataran tinggi
8
45,964
Dataran rendah
5
6.336
Dataran sedang
-
-
Dataran tinggi
-
-
51
123.091
Umur koperasi
Ketinggian tempat
Tua (>25 th)
Muda (10 – 25 th)
Jumlah Sumber: GKSI (2009)
penyebaran angket/kuesioner sebanyak 384 responden yaitu KUD/koperasi SAE (Pujon), Dau (Malang), Suka Makmur (Grati) dan Jaya Abadi (Blitar). Masing-masing 245, 16, 96 dan 27 responden. Parameter yang diamati adalah pemberian pakan hijauan, konsentrat dan tambahan bahan pakan tambahan; 2) Analisa kandungan nutrisi dan harga bahan pakan yang ada di masing-masing wilayah dan 3) Observasi (on farm) selama 7 hari sebanyak 20
responden (5 responden/lokasi dengan sapi laktasi 3 – 5 ekor/responden). Parameter yang diamati adalah sumber pakan (hijauan, konsentrat dan bahan pakan tambahan), konsumsi pakan (BK, PK dan TDN) dan produksi susu (kualitas dan kuantitas). Selanjutnya data yang didapat dianalisis secara statistik deskriptif (tabel, grafik, dan gambar) dan uji T (STEEL dan TORRIE, 1991).
719
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Tabel 2. Karakteristik lokasi penelitian. Wilayah
Uraian Tipologi I
Tipologi II
Tipologi III
Tipologi IV
SAE (Pujon)
Dau (Malang)
Suka Makmur (Grati)
Jaya Abadi (Blitar)
Dataran tinggi
Dataran sedang
Dataran rendah
Dataran rendah
Sampel KUD/koperasi Tinggi tempat Umur koperasi
Tua
Tua
Tua
Muda
Suhu lingkungan (°C)
< 21,3
24,9 – 21,9
> 24,9
> 24,9
Populasi peternak (orang)
6.551
404
2.529
694
Poppulasi sapi perah (ekor)
21.208
1.233
16.861
4.507
HASIL DAN PEMBAHASAN Curah hujan Iklim merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam tata laksana pemeliharaan ternak, dalam penentun klasifikasi tipe iklim yang banyak digunakan dalam bidang pertanian/tanaman adalah dengan metode klasifikasi iklim menurut SCHMIDTH dan FERGUSON (KARTASAPOETRA, 1990 dan HANDOKO, 1993). Metode ini menggunakan curah hujan sebagai dasar variabelnya, klasifikasi iklim menurut SCMIDTH dan FERGUSON pada tahun 2007 – 2010 terdapat pada Tabel 3. Berdasarkan data Tabel 3 menunjukkan bahwa ada peningkatan curah hujan di masingmasing tipologi. Sehingga pada tahun 2010 di tipologi I, II dan IV mempunyai iklim sangat basah dan tipologi II mempunyai iklim basah. Curah hujan selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 2. Berdasarkan data Gambar 2 terlihat bahwa hujan relatif merata sepanjang tahun, bulan kering (curah hujan < 60 mm) hanya terjadi pada bulan Juli di tipologi I dan II, bulan Juni dan Agustus di tipologi IV. Adanya iklim sangat basah dan basah ini memungkinkan kebutuhan air untuk tanaman hijauan pakan ternak dapat tumbuh secara baik, sehingga diharapkan kebutuhan hijauan di masing-masing wilayah tercukupi. Pemanfaatan bahan pakan Sebagai anggota KUD/koperasi para petani-ternak sapi perah pada umumnya telah mendapat penyuluhan/pengetahuan tentang manajemen pemeliharaan sapi perah, demikian juga tentang manajemen pakan. Sehingga petani-ternak minimal telah mampu memberi pakan sapi perahnya untuk dapat berproduksi secara normal.
Tabel 3. Perkembangan iklim menurut SCMIDTH dan FERGUSON pada tahun 2007 – 2010 Klasifikasi iklim SCMIDTH & FERGUSON
Wilayah 2007
2008
2009
2010
Sedang
Sangat basah
Basah
Sangat basah
Tipologi II
Basah
Sedang
Basah
Sangat basah
Tipologi III
Sedang
Sedang
Agak basah
Basah
Tipologi IV
Agak basah
Basah
Agak basah
Sangat basah
Tipologi I
Sumber: Karangploso BMKG (2011)
720
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
700
Curah hujan (mm)
600 500 400 300
Tipologi I
200
Tipologi II
100
Tipologi III
0
Tipologi IV
Bulan
Gambar 2. Curah hujan di Jawa Timur pada tahun 2010 (Sumber: BMKG Karangploso, 2011)
Namun demikian setelah memelihara ternak dalam jangka waktu tertentu, petaniternak merasa telah mempunyai cukup pengalaman dan kemampuan pengetahuan tentang pakan. Sebagian petani-ternak tidak merasa puas terhadap kualitas dan harga konsentrat buatan KUD/koperasi. Sehingga didapatkan kelompok-kelompok petani-ternak Tabel 4. Berdasarkan data Tabel 4 terlihat bahwa sebagian besar petani-ternak memberi pakan tambahan selain konsentrat buatan koperasi, bahkan ada petani-ternak yang hanya memberi pakan hijauan ditambah pakan tambahan yaitu di tipologi II, III dan IV masing-masing 16,6, 62,50 dan 16,67%. Hal ini kemungkinan: 1) Tidak ada kewajiban anggota untuk membeli konsentrat di
KUD/koperasi; 2) Petani-ternak merasa telah mempunyai cukup pengalaman dan kemampuan pengetahuan tentang pakan, sehingga merasa tidak puas terhadap kualitas dan harga konsentrat buatan KUD/koperasi, dan 3) Kurangnya sosialisasi tentang manajemen pakan oleh KUD/koperasi, macam dan kandungan nutrisi bahan pakan. Berdasarkan survei/observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pakan di masing-masing wilayah sangat fluktuatif secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas maupun harga. Juga adanya variabilitas kemampuan petani-ternak untuk mendapatkan bahan pakan tersebut, maka menjadikan bahan-bahan pakan yang ada di peternak bervariasi Tabel 5.
Tabel 4. Pengelompokan petani-ternak berdasarkan pemanfaatan bahan pakan Jumlah peternak (%)
Uraian Tipologi I
Tipologi II
245
16
96
27
Hijauan + konst. kop.
46,30
41,67
0,00
0,00
Hijauan + konst. kop. + pakan tambahan
53,70
41,67
37,50
83,33
0,00
16,66
62,50
16,67
100,00
100,00
100,00
100,00
N sampel (responden)
Tipologi III
Tipologi IV
Kelompok petani-ternak:
Hijauan + pakan tambahan Jumlah
721
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Tabel 5. Kandungan nutrien dan harga bahan-bahan pakan di petani-ternak Kandungan nutrien (%) Bahan pakan
BK
PK
TDN
Harga (Rp/kg)
------------------------ 100% BK --------------------Rumput gajah
15,56
10,43
60,45
150
Tebon jagung
17,77 – 22,86
8,53 – 9,51
68,68 – 71,71
200
Rumput lapang segar
22,73 – 26,35
7,51 – 8,53
44,88 – 55,57
50 – 75
Rumput lapang kering
79,25 – 87,06
6,44 – 6,80
47,23 – 51,21
100
Jerami padi segar
35,32
5,61
33,43
75
Konsentrat KUD
85,78 – 88,49
12,18 – 18,85
74,05 - 90,30
1.800 – 2.200
Dedak
88,54 – 90,75
8,17 – 10,40
27,13 – 49,19
1.400
Gamblong
21,96 – 26,63
1,77 – 2,21
51,17 – 60,68
550
Ampas tahu
14,01 – 14,41
24,00 – 25,79
82,61 – 88,58
485
Pollard
84,78
17,56
91,93
2.300
B kedele
86,37
33,71
94,18
2.400
Sumber: Olahan laboratorium nutrisi dan makanan ternak, FAPET UB Malang (2011)
Pakan utama sapi perah adalah hijauan, agar kecernakan nutrien tetap maksimal. Maka imbangan antara hijauan dan konsentrat diusahakan sekitar 60 : 40. Berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa pada masing-masing tipologi terdapat permasalahan kekurangan hijauan. Kekurangan hijauan tersebut kemungkinan: 1) Adanya peralihan pemanfaatan lahan ke tanaman holtikultura di antaranya sayur, buah dan bunga (tipologi I) serta ke tanaman pangan diantaranya padi dan palawija (tipologi II, III dan IV); 2) Selain hutan lindung yang dimiliki perhutani, banyak lahan komunal (perbukitan/pegunungan) yang berubah fungsi menjadi tempat wisata (tipologi I); 3) Adanya kecenderungan untuk memilih membeli hijauan, dari pada menanam/mencari di lahan sendiri/komunal (semua tipologi); 4) Kemampuan daya beli hijauan rendah, sehingga memanfaatkan rumput lapang dan jerami (tipologi II dan III); dan 5) Adanya pemikiran petani-ternak bahwa kekurangan pakan hijauan (tanpa batas minimal) selalu dapat disubstitusi dengan bahan-bahan pakan tambahan atau konsentrat (tipologi IV). Bila diasumsikan sapi perah yang ada mempunyai bobot badan 300 – 400 kg dan membutuhkan konsumsi BK 2,5 – 3% dari bobot badan. Maka berdasarkan data Tabel 6 terlihat bahwa walaupun kebutuhan konsumsi BK di masing-masing tipologi telah terpenuhi,
722
namun konsumsi PK dan TDN relatif rendah. Menurut CHIBA (2009) bahwa untuk sapi perah agar berproduksi optimal dibutuhkan PK dan TDN masing-masing sebesar 12 – 16% dan 68% dari BK pakan. Sehingga wajar bila produksi susu tersebut relatif sedikit (7,91 – 13,44 liter/ekor/hari). Kekurangan PK dan TDN di masing-masing tipologi ini dikarenakan: 1) Salah satu sumber PK dan TDN pakan sapi perah adalah berasal dari konsentrat buatan koperasi, sehingga wajar bila kekurangan PK danTDN tersebut dikarenakan petani-ternak di masing-masing tipologi cenderungan tidak selalu membeli konsentrat buatan koperasi sesuai dengan kebutuhan ternak; 2) PK dan TDN yang berasal dari konsentrat buatan koperasi dan bahan pakan tambahan tidak mencukupi untuk mensubstitusi kekurangan PK dan TDN dari hijauan; 3) PK dan TDN pakan konsentrat buatan koperasi tidak selalu sesuai dengan persyaratan SNI (2009) dan 4) Pemberian bahan pakan tambahan yang tidak menyesuaikan kebutuhan nutrien ternak. Produksi dan kualitas susu di tipologi IV bisa menyamai tipologi I, hal ini dikarenakan adanya pemberian bahan pakan tambahan (buatan petani-ternak) yang relatif banyak. Adanya kandungan energi tinggi dalam pakan, ini memungkinkan terjadinya peningkatan kecernaan dan selanjutnya akan diikuti peningkatan produksi susu.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Tabel 6. Produksi susu, penggunaan bahan pakan dan konsumsi nutrien pakan di masing-masing lokasi penelitian Jenis pakan N sampel (peternak) Suhu kandang (min-mak°C) Kelembaban (%)
Konsumsi nutrien (kg/ekor/hari) Tipologi I
Tipologi II
Tipologi III
Tipologi IV
5
5
5
5
19,40 – 31,00
22,44 – 3,35
24,74 – 33,12
24,33 – 33,30
61,80
57,27
61,62
57,30
a
7,91 ± 1,33
4,17 ± 0,36
3,86 ± 0,14
4,05 ± 0,16
4,06 ± 0,15
11,43 ± 0,77
11,83 ± 0,57
12,15 ± 0,61
11,97 ± 0,24
Hijauan
Rumput gajah, Tebon jagung
Rumput gajah, Tebon jagung, Rumput lapang, Jerami padi
Rumput gajah, Tebon jagung, Rumput lapang, Jerami padi
Rumput gajah Tebon jagung
Pakan tambahan
Konsentrat koperasi, Gamblong, Ampas tahu, Dedak, Pollard
Konsentrat koperasi, Dedak, Pollard
Konsentrat koperasi, Gamblong, Ampas tahu, Dedak
Konsentrat koperasi, Gamblong, Ampas tahu, Dedak, Pollard, B kedele.
Prod. susu (l/ekor/hr) Kadar lemak (%) Total solid (%)
13,44 ± 1,78
b
10,88 ± 1,31
a
12,23 ± 2,49 b
Sumber pakan:
Konsumsi BK (kg): Hijauan
5,57 ± 0,95b
3,23 ± 0,3 a
4,56 ± 0,27b
3,26 ± 0,34a
Konsentrat koperasi
5,15 ± 0,45b
5,01 ± 0,88b
1,86 ± 0,32a
4,10 ± 0,15b
ab
a
ab
8,09 ± 0,87c
Bahan pakan tambahan
3,10 ± 0,52
1,46 ± 0,57
4,09 ± 0,29
13,82 ± 1,92b
9,70 ± 1,79a
10,51 ± 0,88a
15,45 ± 1,36b
Hijauan
0,56 ± 0,10b
0,35 ± 0,02ab
0,42 ± 0,02ab
0,34 ± 0,03a
Konsentrat koperasi
0,84 ± 0,08b
0,74 ± 0,13b
0,27 ± 0,05a
0,51 ± 0,6ab
a
ab
b
0,44 ± 0,03
0,49 ± 0,04b
Jumlah Konsumsi PK (kg):
Bahan pakan tambahan
0,24 ± 0,08
0,44 ± 0,24
1,64 ± 0,26b
1,53 ± 0,39b
1,13 ± 0,08a
1,34 ± 0,13ab
Hijauan
3,20 ± 0,58b
1,36 ± 0,12a
2,65 ± 0,14b
1,97 ± 0,21a
Konsentrat koperasi
3,62 ± 0,31b
3,13 ± 0,55ab
1,09 ± 0,19a
3,38 ± 0,46b
Bahan pakan tambahan
1,70 ± 0,49a
2,09 ± 1,24ab
1,85 ± 0,16a
3,96 ± 0,36b
ab
a
a
9,31 ± 1,03b
Jumlah Konsumsi TDN (kg):
Jumlah
8,52 ± 1,38
6,56 ± 1,91
5,59 ± 0,49
Huruf superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak beda nyata (P > 0,05)
723
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa di petani-ternak sapi perah rakyat menunjukkan: Adanya pemanfaatan bahan-bahan yang kaya serat dan rendah nutrisi dalam komposisi pakan. Kualitas dan kuantitas produksi susu yang dihasilkan di tipologi IV (dataran rendah dan umur koperasi muda) menyamai di tipologi I (dataran tinggi dan umur koperasi tua). Konsumsi BK, PK dan TDN pada sapi laktasi; masing-masing adalah 9,70 – 15,45 kg/ekor/hari, 1,13 – 1,64 kg/ekor/hari dan 6,56 – 9,31 kg/ekor/hari. Sedangkan produksi susu, kadar lemak dan total solid yang dihasilkan; masing-masing adalah 7,91 – 13,44 liter/ekor/hari, 3,86 – 4,17% dan 11,43 – 12,15%.
GKSI J ATIM, 2009, Koleksi data pribadi (tidak dipublikasikan), Gabungan Koperasi Susu Indonesia Wilayah Jawa Timur, Malang. HANDOKO, 1993, Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisika Atmosfir dan Unsur-Unsur Iklim, Pustaka Jaya. Jakarta. KARTASAPOETRA, A.G. 1990. Klimatologi, Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta. KOUNTOUR, R. 2003. Metode Penelitian. Penerbit PPM. Jakarta. SNI. 2009. Pakan Konsentrat Sapi Perah. Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. STEEL, R.G., dan J.H. TORRIE. 1991 Prinsip dan Prosedur Statistik. PT Gramedia Jakarta. SUBANDRIO dan ADIARTO. 2009. Sejarah Perkembangan Peternakan Sapi perah. Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
SURYABRATA, S. 1983. Metodologi Penelitian. Penerbit Rajawali. Jakarta.
BMG-KARANGPLOSO, 2011. Data Klimatologi tahun 2007 – 2010. BMG-Karangploso Kabupaten Malang.
WIDODO M.W. dan A.S. MELLENG. 2008. Budi Daya Sapi Perah. Penerbit Tata Lima Corporation Malang.
CHIBA, L.I. 2009. Animal Nutrition Handbook. 2nd Revision. Department of Animal Sciences. Auburn University. Alabama. http://www.ag.auburn.edu/∞chibale/an15dairy cattlefeeding.pdf (28-11-09).
DISKUSI
Pertanyaan: Tipe 1 mestinya lebih baik karena bersuhu lebih rendah, tetapi mengapa sama dengan tipe 4 ? Konsumsi protein lebih tinggi, apa masih bisa ditingkatkan? Selain lingkungan di dataran rendah, intake protein dan energi rendah. Jawaban: Sapi perah dengan (protein 16%, TDN 18%), produksi 12 – 15%. Adanya asumsi dataran rendah jika mampu memberikan protein setara akan sama dengan dataran tinggi.
724