KARAKTERISTIK KUANTITATIF DAN KUALITATIF KAMBING DAN DOMBA SEBAGAI HEWAN QURBAN DI MITRA TANI FARM
SKRIPSI SITI ASLIMAH
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN SITI ASLIMAH. D1407243. 2012. Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Kambing dan Domba Sebagai Hewan Qurban di Mitra Tani Farm. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Hj. Komariah, M.Si Pembimbing Anggota : Ir. Dwi Joko Setyono, M.Si Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pilihan (preferensi) konsumen dari berbagai wilayah terhadap jenis ternak qurban, mempelajari karakteristik kuantitatif dan kualitatif kambing dan domba qurban di Mitra Tani Farm dan mempelajari kriteria ternak penentu konsumen hewan qurban (konsumen akhir dan pedagang). Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan September hingga November 2010 di Mitra Tani Farm Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Sampel ternak dipilih dengan menggunakan metode insidental sampling. Sampel yang diamati sebanyak 83 ekor Kambing Jawarandu, 37 ekor Domba Garut, 25 ekor Domba Ekor Tipis dan 35 ekor Domba Ekor Gemuk, semuanya berjenis kelamin jantan. Peubah yang diamati yaitu sifat kualitatif, meliputi ada tidaknya tanduk dan warna bulu. Sifat kuantitatif meliputi bobot badan, lingkar dada, panjang badan dan umur ternak. Wawancara dilakukan dengan pemilik MT Farm dan 60 konsumen qurban di MT Farm (30 konsumen akhir, 30 pedagang). Data dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia. Uji T digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ukuran tubuh diantara kambing dan domba qurban. Analisis korelasi dan regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara bobot badan dengan ukuran tubuh ternak. Analisis preferensi konsumen terhadap jenis ternak dan kriterianya dilakukan dengan uji khi kuadrat. Hasil penelitian menunjukan bahwa rataan bobot badan Kambing Jawarandu, Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk sebagai hewan qurban secara berturut-turut yaitu 25,84±4,54; 29,32±3,61; 28,45±5,54 dan 28,44±4,65 kg. Lingkar dada mempunyai nilai korelasi yang lebih tinggi terhadap bobot badan daripada panjang badan. Persentase umur domba qurban yaitu: 57,73% (I0); 37,11% (I1) dan 5,16 % (I2), sedangkan pada kambing terdiri dari 63,86% (I0); 30,12% (I1) dan 6,02% (I2).Warna bulu dominan pada Kambing Jawarandu adalah coklat (54,22%), hitam (26,51%) dan putih (19,28%). Keragaman warna bulu berdasarkan fenotipik pada Domba Garut lebih tinggi dari Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk. Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis mempunyai keserupaan frekuensi fenotipik. Konsumen Jakarta, Depok dan Tangerang nyata (P<0,05) lebih memilih kambing daripada domba, sedangkan konsumen Bogor nyata lebih memilih domba (tanduk maupun tidak) daripada kambing. Konsumen dari kalangan pedagang mempertimbangkan bobot badan (postur) dan harga terlebih dahulu dibandingkan karakteristik lain, sedangkan konsumen akhir membeli ternak didasarkan atas anggaran dana yang sudah disiapkan. Kata-kata kunci: karakteristik, kambing, domba, qurban, mitra tani farm.
ABSTRACT Quantitatif and Qualitatif Characteristic of Goat and Sheep As Qurban Cattle At Mitra Tani Farm Aslimah, S., Komariah and D. J. Setyono The research have been done to studied the quantitatif and qualitative characteristics sheep and goats as qurban cattle at MT Farm, studied the consumers preferences about kind of qurban cattle and studied the criteria (age, body weight, color, horn) in selecting sheep and goats qurban among consumers. The samples were collected from the MT Farm as follows: 83 goats, 37 Garut rams, 25 Thin-Tailed rams and 35 Fat-Tailed rams. Parametre were collected include weight, chest circumference, body length, age, horn and wool’s color. Interviews were conducted with owner and consumers MT Farm (30 trader and 30 consumers). The data analysis have been done by descriptive, chi-square, correlation, regretion and T test. The results shown that the average of Jawarandu, Garut rams, Fat-Tailed rams and Thin-Tailed rams body weight as qurban cattle were 25.84±4.54, 29.2±3.61, 28.45±4.65 and 28.44±5.54 kg. Chest circumference had higher correlation with body weight rather than body length. Percentage the age of rams qurban were 57.73% (I0), 37.11% (I1) and 5.16 % (I2), while in goats 63.86% (I0), 30.12% (I1) and 6.02% (I2). The dominant color of Jawarandu goat were brown (54.22%), black (26.51%) and white (19.28%). Fat-Tailed rams wool’s color more uniform rather than Thin-Tailed rams or Garut rams. Consumer Jakarta, Depok and Tangerang significantly (P<0.05) prefer goats rather than sheep, while consumers Bogor, significantly prefer ram than goats. Traders bought cattle by the weight of the body (posture) and price, while consumers bought based on budget. Keywords : characteristics, sheep, goat, qurban, mitra tani farm.
KARAKTERISTIK KUANTITATIF DAN KUALITATIF KAMBING DAN DOMBA SEBAGAI HEWAN QURBAN DI MITRA TANI FARM
SITI ASLIMAH D14070243
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul : Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Kambing dan Domba Sebagai Hewan Qurban Di Mitra Tani Farm Nama : Siti Aslimah NIM : D14070243
Menyetujui, Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
(Ir. Hj. Komariah, M.Si) NIP: 19590515 198903 2 001
(Ir. Dwi Joko Setyono, M.Si) NIP: 19601123 198903 1 001
Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Proff. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc) NIP: 19591213 198603 1 004
Tanggal Ujian : 29 Februari 2012
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 6 Januari 1989 di Purworejo, Jawa Tengah. Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara, dari pasangan Ahmad Marsudi dan Marinah. Riwayat pendidikan Penulis dimulai dari TK Widoro (1995-1996), SD Negeri Sutogaten (1996-2001), SMP Negeri 20 Purworejo (2001-2004) dan SMA Negeri 2 Purworejo (2004-2007). Penulis diterima sebagai mahasiswi Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (2007). Selama belajar di Fakultas Peternakan IPB, penulis pernah aktif menjadi Senior Residence Asrama Putri TPB IPB (2009-2011), anggota Korp Sukarela PMI Unit 1 IPB (2007-2009), anggota DKM Al-Hurriyah IPB (2007-2008), pengurus Lembaga Dakwah Fakultas Famm Al-Annam (2008-2009). Penulis juga pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam IPB (2009-2011). Penulis pernah mendapat hibah dana kewirausahaan dari Career Development and Alumny Affair IPB (2011). Beasiswa yang pernah diterima penulis selama studi di IPB antara lain beasiswa Yayasan Karya Salemba Empat (2008-2011), beasiswa Mandiri DPU DT Bogor, PPA dan beasiswa penelitian dari Bogor International Club.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga beserta para sahabat sebagai suri tauladan hingga akhir zaman. Skripsi dengan judul, “Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Kambing dan Domba Sebagai Hewan Qurban di Mitra Tani Farm” merupakan tugas akhir yang menjadi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Kambing dan domba merupakan komoditi peternakan yang dapat dijadikan sebagai ternak qurban, namun terdapat persyaratan karakteristik. Penelitian dan penulisan skripsi ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik kuantitatif dan kualitatif (bobot badan, umur, warna bulu dan sifat pertandukan) domba dan kambing qurban yang ada di Mitra Tani Farm serta mengetahui pilihan (preferensi) konsumen terhadap jenis dan kriteria ternak qurban. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan acuan penyediaan kambing dan domba qurban. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat Penulis harapkan agar skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membaca serta memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan dan peternakan. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bogor, Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR SAMPUL DALAM……………………………………….....
i
RINGKASAN…………………………………………………...............
ii
ABSTRACT……………………………………………………………..
iii
LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………..
iv
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………..
v
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………..
vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………..
vii
DAFTAR ISI…………………………………………………….............
viii
DAFTAR TABEL……………………………………………………….
x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………............
xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………….............
xii
PENDAHULUAN………………………………………………….........
1
Latar Belakang…………………………………………………... Tujuan……………………………………………………………
1 2
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………...........
3
Qurban………………………………………………………....... Asal dan Klasifikasi Domba……………………………………. Asal dan Klasifikasi Kambing………………………………….. Sifat Kuantitatif dan Kualitatif…………………………………. Pertumbuhan dan Perkembangan……………………………….. Perilaku Konsumen Hewan Qurban…………………….............. Pelestarian Sumberdaya Genetik Ternak ……………………….
3 4 6 7 8 9 10
MATERI DAN METODE……………………………………………….
12
Lokasi dan Waktu……………………………………………….. Materi……………...…………………………………………….. Prosedur …………………………………………………............ Rancangan dan Analisis Data……………………………………
12 12 12 14
HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….
16
Keadaan Umum Penelitian………………………………............ Pilihan Konsumen terhadap Hewan Qurban……………………. Karakteristik Kuantitatif Kambing dan Domba Qurban………… Analisis Regresi dan Korelasi antara Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Domba dan Kambing Qurban…………………….. Umur Ternak Qurban……………………………………………. Karakteristik Kualitatif Kambing dan Domba Qurban…………..
16 17 19
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….
29
21 23 25
Kesimpulan……………………………………………................ Saran……………………………………………………………..
29 29
UCAPAN TERIMA KASIH…………………………………………….
30
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
31
LAMPIRAN…………………………………………………………….
35
ix
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Pendugaan Umur Domba dan Kambing Berdasarkan Pergantian Gigi Seri…………………………………………
13
Kelompok dan Harga Ternak Qurban di MT Farm Tahun 2010…………………………………………………………..
17
Penjualan Kambing dan Domba Qurban MT Farm Tahun 2010 ke Beberapa Wilayah Konsumen………………………
18
4.
Rataan Bobot Badan Kambing dan Domba Qurban ………...
19
5.
Rataan Ukuran Tubuh Domba Qurban………………………
21
6.
Rataan Ukuran Tubuh Kambing Qurban…………………….
21
7.
Analisis Regresi dan Korelasi antara Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Pada Domba dan Kambing Qurban …………...
22
8.
Persentase Umur Ternak Qurban ……………………………
24
9.
Persentase Domba dan Kambing Qurban Berdasarkan Warna Bulu Dominan………………………………………………..
25
Persentase Domba dan Kambing Qurban Berdasarkan Pertandukan…………………………………………………..
26
Persentase Kriteria Ternak Penentu Konsumen Qurban……..
27
2. 3.
10. 11.
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Susunan Gigi Kambing…………………………………….........
13
2.
Pengukuran Bagian-Bagian Tubuh Domba……………………...
14
3.
Diagram Distribusi Ternak Qurban di Beberapa Wilayah Konsumen………………………………………………………..
18
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Lembar Pengamatan Domba dan Kambing ………………
36
2.
Populasi Nasional Ternak Kambing dan Domba Tahun 20092010…………………………………………………………….....
37
3.
Kuesioner Peternakan Penyedia Hewan Qurban………………….
38
4.
Kuisioner Konsumen Hewan Qurban Di MT Farm………….......
39
5.
Uji T Pada Ukuran Tubuh Kambing dan Domba Qurban………
40
6.
Uji T Harga Domba Bertanduk dan Tidak Bertanduk……………
44
7.
Analisis Regresi dan Korelasi antara Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Kambing dan Domba Qurban ………………………………
44
Uji Khi Kuadrat Penjualan Ternak Qurban di Beberapa Wilayah dan Preferensi Konsumen terhadap Jenis Ternak Qurban…..........
46
8.
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia berpotensi besar sebagai pasar ternak (khususnya ruminansia kecil) untuk memenuhi kebutuhan ibadah seperti qurban dan aqiqah. Qurban dilakukan dengan jalan menyembelih ternak (kambing, domba, sapi, kerbau atau unta) serta membagi-bagikan dagingnya kepada yang membutuhkan terutama fakir miskin, dilaksanakan sesuai syariah, sejak sesudah selesai melaksanakan shalat Idul Adha hingga berakhirnya hari tasyriq (tanggal 10 sampai 13 Dzulhijjah). Menjelang hari raya Idul Adha, permintaan ternak qurban di berbagai daerah meningkat pesat jika dibandingkan dengan bulan-bulan di luar Idul Adha. Meningkatnya pemahamam umat Islam terhadap qurban menyebabkan permintaan domba dan atau kambing juga meningkat. Permintaan hewan qurban di Jawa Barat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan berkisar antara 5% sampai 10%. Jumlah permintaan domba qurban sebanyak 250.000 ekor (Dinas Peternakan dan Perikanan, 2009). Di Kabupaten Bogor mencapai 27.257 ekor domba dan 7.755 ekor kambing (Dinas Peternakan dan Perikanan, 2010). Hal tersebut sangat mungkin akan terjadi secara berulang setiap tahun karena qurban merupakan ibadah yang bersifat sangat dianjurkan dilaksanakan setiap tahun bagi orang Islam yang mampu (Rasyid dan Mahmud 2011). Dalam pelaksanaan qurban, ternak harus memiliki kriteria tertentu sebelum dijadikan sebagai hewan qurban. Disunahkan berqurban dengan ternak yang gemuk dan baik. Umur ternak harus memenuhi kriteria syariah, tidak memiliki cacat seperti: buta, sakit, pincang, kurus, lumpuh, kaki terputus, telinga robek dan lainnya (Muhammad, 2002). Peternak, pedagang atau penyedia hewan qurban yang baik harus mengacu kriteria tersebut dalam penyediaannya. Di Bogor terdapat beberapa peternakan penyedia hewan qurban, salah satunya adalah Mitra Tani Farm yang sudah dijalankan semenjak tahun 2004. Konsumennya menyebar di beberapa daerah seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan kota lainnya. Kondisi yang terjadi di lapangan memperlihatkan bahwa konsumen mempunyai kriteria tertentu dalam pembelian ternak qurban, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik kambingdomba qurban yang ada di Mitra Tani Farm.
Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1.
Mempelajari pilihan (preferensi) konsumen hewan qurban berdasarkan wilayah.
2.
Mempelajari karakteristik kuantitaf (bobot badan, lingkar dada, panjang badan, umur) dan kualitatif (warna bulu, tanduk) kambing dan domba qurban di Mitra Tani Farm.
3.
Mempelajari kriteria fisik (umur, bobot badan, warna bulu, tanduk) dalam memilih kambing dan domba qurban antara pedagang dengan konsumen akhir.
2
TINJAUAN PUSTAKA Qurban Definisi dan Hukum Berqurban Qurban adalah usaha pendekatan diri seorang hamba kepada Allah SWT dengan jalan menyembelih ternak, membagikan daging terutama kepada fakir miskin, dilaksanakan sesuai syariat, sejak selesai shalat Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah hingga 13 Dzulhijjah (hari tasyriq) sebagai bentuk rasa syukur serta mensyi`arkan agama Islam (Muhammad, 2002). Hukum ibadah ini bersifat sangat dianjurkan (sunnah muakkad) dan dilaksanakan setiap tahun bagi orang Islam yang mampu (Rasyid dan Mahmud 2011). Dasar Hukum Berqurban Dasar hukum berqurban terdapat dalam Al-Quran dan Hadist. Pada Al-Quran terdapat dalam QS. Al Kautsar ayat 2 dan QS. Al Hajj ayat 34. Artinya yaitu maka shalatlah karena Rabbmu dan sembelihlah qurban (QS. Al Kautsar ayat 2), dan untuk setiap umat Kami tetapkan ibadah qurban, supaya mereka mengingat nama Allah terhadap rizki yang telah Allah karuniakan kepada mereka berupa binatang ternak, maka sesembahan kalian itu adalah sesembahan yang satu, maka hanya kepadaNyalah kalian berserah diri (QS. Al Hajj ayat 34). Salah satu dasar hukum berqurban dalam Hadist atau sunnah Rasulullah SAW yaitu bahwa setiap tahun Nabi Muhammad SAW selalu menyembelih hewan qurban (Muhammad, 2002). Syarat Hewan Qurban Syarat hewan qurban menurut tuntunan Rasulullah SAW adalah: 1) berupa ternak unta, sapi, kambing atau domba (kibasy); 2) umur memenuhi syariat, yakni genap berusia setengah tahun (jadz’ah) untuk domba dan genap berusia setahun untuk kambing (tsaniyah) dan 3) tidak cacat. Cacat yang dimaksud adalah: (a) buta, (b) sakit yang menyebabkan lemah dan tidak bisa berjalan; penyakit kudis yang parah; luka yang dalam; gangguan pencernaan sehingga fecesnya encer dan lain-lain. Ternak tersebut boleh digunakan untuk berqurban jika telah sembuh, (c) pincang (d) kurus (e) tertimpa sesuatu yang dapat menyebabkan kematian. Ternak tersebut dapat digunakan
sebagai
qurban
setelah
selamat
dari
bahaya
kematian
mengancamnya, (f) lumpuh dan (g) kaki terputus (Muhammad, 2002).
yang
Ternak yang makruh dijadikan hewan qurban adalah: (1) telinga robek; (2) separuh tanduk terpotong atau tidak bertanduk; (3) kemampuan melihat hilang meski kondisi mata dalam keadaan utuh; (4) lemah sehingga tidak bisa berjalan; (5) ternak kastrasi; (6) sebagian gigi rontok, adapun jika sejak lahir tidak memiliki gigi maka tidak dimakruhkan dan (7) puting susu dipotong (Muhammad, 2002). Asal dan Klasifikasi Domba Domba termasuk ternak yang pertama di domestikasi di wilayah Irak (Fertile Cresent) kira-kira 8000-9000 tahun yang lalu. Hasil penelitian genetik terhadap tiga spesies domba liar yaitu Urial (Ovis vignel), Argali (Ovis ammon) dan Eroasia Mouflon (Ovis mosinon atau orientalis) yang diusulkan sebagai tetua domba domestikasi menunjukkan tidak ada kontribusi dari spesies Urial dan Argali. Hal ini mendukung pendapat bahwa Mouflon Asia (Ovis Orientalis) adalah satu-satunya keturunan dari domba domestikasi (Chessa et al., 2009). Domba diklasifikasikan ke dalam kerajaan (kingdom) hewan, filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (hewan menyusui), ordo Artiodactyla (berkuku genap), sub ordo Ruminate (Ruminansia), famili Bovidae (hewan memamah biak), genus Ovis dan spesies Ovis Aries (Damron, 2006). Domba Ekor Gemuk Domba Ekor Gemuk (DEG) yang ada di Indonesia berasal dari Afrika yang dibawa oleh pedagang Arab dan Spanyol pada abad ke 17 maupun oleh pemerintah Hindia Belanda pada abad ke 18 (Dinas Peternakan Jawa Timur, 1991). Dominasi populasi DEG terbesar adalah Jawa Timur dan Indonesia bagian timur. Domba Ekor Gemuk di Jawa Timur dominan di Kabupaten Sumenep, Pamekasan, Situbondo, Probolinggo dan Pasuruan. Wilayah penyebaran merupakan daerah pantai dengan curah hujan yang relatif kurang. Status sumber daya genetik DEG tidak memiliki resiko, namun perlu dipertahankan kemurnian dan diperluas ragam genetiknya. Keunggulan genetik DEG adalah bertahan dalam kondisi lingkungan kering dan mempunyai tingkat reproduksi bagus. Ciri-ciri spesifik DEG adalah berukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan domba lokal; pola warna tubuh putih; wool kasar tetapi rapi; tipe telinga kecil dengan arah menyamping dan mendatar; jantan tidak bertanduk dan hanya sedikit yang mempunyai tanduk kecil sedangkan betina
4
tidak bertanduk; ekor tebal, lebar, panjang normal 15 sampai 18 vertebra, bentuk S atau sigmoid, ujung menggantung bebas (Tiesnamurti dan Santiananda, 2006). Wijonarko (2007) menyatakan bahwa Domba Ekor Gemuk dikategorikan sebagai domba tipe pedaging. Menurut Destanto (2011) Domba Ekor Gemuk umur I0 dan umur I1 memiliki rataan bobot badan 18,74±6,05 dan 17,94±5,71 kg; lingkar dada 58,17±4,86 dan 60,33±5,83 cm; panjang badan 48,85±4,68 dan 48,9±4,77 cm. Kartika (2008) menyatakan Domba Ekor Gemuk sudah seragam dalam hal warna bulu, kemungkinan warna bulu domba tersebut sudah murni, sedangkan Domba Ekor Tipis dan Domba Garut dapat dinyatakan belum murni karena masih beragam dalam hal warna bulu. Warna bulu yang spesifik hanya ditemukan pada jenis Domba Ekor Gemuk dengan fenotipik seragam yaitu tubuh putih polos kepala putih (100%). Domba Ekor Tipis Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia. Distribusi DET banyak ditemukan di daerah yang relatif basah seperti Jawa Barat. Domba ini mampu hidup di daerah gersang (Tiesnamurti dan Santiananda, 2006). Domba Ekor Tipis memiliki tubuh kecil sehingga disebut domba Kacang, domba Kampung atau domba Jawa (Mulliadi, 1996). Domba ini mempunyai ciri ekor pendek dan kecil; warna rambut pada umumnya putih, kasar dan tersebar tidak teratur pada bagian tubuhnya; jantan mempunyai tanduk sedangkan betina tidak (Arifin et al., 2007). Menurut Destanto (2011), Domba Ekor Tipis umur I0 dan umur I1 memiliki rataan bobot badan 15,32±5,44 dan 23,91±6,56 kg; lingkar dada 56,15±6,89 dan 65,62±6,69 cm; panjang badan 46,65±4,92 dan 51,71±4,75 cm. Domba Garut Domba Garut atau Domba Priangan berasal dari persilangan Domba Merino dari Australia, Domba Kaapstad dari Afrika Selatan yang disilangkan dengan Domba Ekor Tipis atau Domba Lokal (Food and Agriculture Organization, 2011). Domba Garut merupakan domba lokal Indonesia yang banyak tersebar di Jawa Barat terutama di Kabupaten Garut (Sumantri et al., 2007). Ciri-ciri Domba Garut adalah warna tubuh dan kepala dominan kombinasi hitam-putih; tanduk domba jantan besar dan panjang dengan variasi bentuk melingkar atau melengkung mengarah ke depan dan ke luar; domba betina bertanduk kecil atau tidak bertanduk; bentuk telinga kecil
5
(rumpung) dengan panjang <4 cm sampai sedang (ngadaun hiris) dengan panjang antara 4-8 cm; bentuk ekor segitiga, dengan bagian pangkal lebar dan mengecil ke arah ujung (ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong). Bobot badan, panjang badan dan lingkar dada jantan adalah 57,74±11,9; 63,41±5,7 dan 88,73±7,6 cm (Departemen Pertanian, 2011). Riwantoro (2005) mendapatkan warna dasar Domba Garut adalah hitam, putih dan coklat. Warna putih dan hitam banyak dijumpai pada Domba Garut jantan tipe daging. Asal dan Klasifikasi Kambing Kambing telah didomestikasi 10000 tahun yang lalu di Pegunungan Zagros, Irak Utara. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus) berasal dari 3 kelompok kambing liar yang telah dijinakkan, yaitu Bezoar goat atau kambing liar Eropa (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra aegagrus blithy) dan Makhor goat atau Kambing Makhor di pegunungan Himalaya (Capra falconeri). Sebagian besar kambing yang diternakkan di Asia berasal dari keturunan Bezoar (Zeder dan Hesse, 2000). Kambing diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, kelas Mammalia, ordo Artiodactyla, family Bovidae, Subfamilia Caprinae, genus Capra (Damron, 2006). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan (2009), populasi kambing di Indonesia dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan. Tahun 2005 populasinya 13.409.277 ekor dan tahun 2009
sebanyak 15.655.740 ekor.
Populasi kambing terbanyak terdapat di pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat) sedangkan populasi terkecil terdapat di propinsi DKI Jakarta dan Bangka Belitung. Menurut Setiadi et al. (2002) rumpun kambing yang dominan di Indonesia yakni Kambing Kacang dan Kambing Etawah. Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah dari India dengan Kambing Kacang dari Indonesia. Peranakan yang penampilannya mirip Kambing Kacang disebut Bligon atau Jawarandu yang merupakan tipe pedaging. Ciri khas Kambing PE antara lain telinga panjang, lembek menggantung dan ujungnya agak berlipat; ujung tanduk agak melengkung; tubuh tinggi dan pipih. Warna bulu terdiri dari warna tunggal (putih, hitam dan coklat) dan belang (belang hitam, belang coklat, dan putih bertotol hitam) (Pamungkas et al., 2009). 6
Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia. Kambing ini memiliki ciri bulu pendek. Warna bulu terdiri dari warna tunggal (putih, hitam dan cokelat) dan campuran dari ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun betina mempunyai tanduk yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Kambing Kacang memiliki leher pendek, punggung melengkung sedikit lebih tinggi dari pada bahunya serta telinga pendek dan tegak. Bobot kambing jantan dewasa kurang lebih 25 kg, panjang badan 55 cm dan tinggi pundak 55,7 cm (Pamungkas et al., 2009). Kambing Jawarandu memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan Kambing Peranakan Etawah (PE) jantan dengan Kambing Kacang betina, dimana sifat fisik Kambing Kacang lebih dominan. Hasil dari persilangan ini diharapkan seekor kambing dengan penampilan fisik besar dan tingkat kesuburan yang tinggi. Jantan maupun betina sama-sama merupakan tipe pedaging. Kambing ini memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari kambing PE. Bobot badan jantan mencapai 25-60 kg. Bobot badan saat estrus pertama (umur 6-7 bulan) adalah 32,17 kg. Kambing ini memiliki telinga lebar, terbuka, panjang, dan terkulai serta tidak melipat; profil muka agak cembung; moncong lancip; sosok tubuh terlihat tebal dan bulu tubuh kasar. Warna tubuh dominan putih, coklat muda, dan coklat (Lestari, 2009). Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Sifat kualitatif meliputi sifat luar ternak, dapat diketahui tanpa harus mengukur dan biasanya hanya dikontrol oleh sepasang gen, sedangkan sifat kuantitatif harus dideteksi dengan pengukuran dan melibatkan cara perhitungan tertentu. Sifat kuantitatif dikontrol oleh banyak pasangan gen. Contoh dari sifat kualitatif adalah warna, pola warna, sifat bertanduk atau tidak bertanduk, sedangkan sifat kuantitatif seperti bobot badan, panjang badan dan lingkar dada (Salamena, 2006; Noor, 2008). Warna bulu dapat digunakan sebagai penciri bangsa domba dan sebagai merek dagang (trade mark) suatu perusahaan breeder tertentu. Inounu et al. (2009) mendapatkan 65,7% domba berpenampakan umum warna putih yang ditentukan oleh lokus Agouti yang meliputi lima kelompok fenotip yaitu white atau tan, wild, badgerface, light badgerface, black dan tan. Gen tipe wild (A+) menyebabkan 7
tampaknya garis warna hitam pada bagian atas punggung, kepala, bahu dan leher. Gen badgerface hampir sama dengan tipe wild tetapi area hitam lebih melebar. Penampakan warna bulu yang dipengaruhi oleh gen badgerface banyak ditemukan pada Domba Garut dari pada domba persilangan. Kehadiran gen AWt akan menutup semua gen apapun yang mengatur pemunculan warna, sehingga gen AWt memberikan ekspresi dominan penuh pada semua gen pengatur warna (Lisa, 2011). Kartika (2008) menemukan keragaman warna bulu berdasarkan fenotipik pada Domba Garut lebih tinggi dari Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Tipis lebih tinggi dari Domba Ekor Gemuk. Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis mempunyai keserupaan frekuensi fenotipik. Berdasarkan Hadist, karakteristik ternak yang akan dijadikan qurban antara lain yaitu: bertanduk, performa baik dan sempurna, gemuk, berwarna putih yang tercampur hitam (amlah) di bagian mulut, kedua mata dan kaki. Maksud gemuk adalah yang memiliki banyak daging dan lemak. Hewan pejantan lebih utama daripada betina (Muhammad, 2010). Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponenkomponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ dalam serta komponen kimia terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Perkembangan adalah perubahan struktur tubuh, perubahan kemampuan dan komposisi. Periode pertumbuhan dan perkembangan dibedakan menjadi periode sebelum lahir (prenatal) dan periode setelah lahir (postnatal). Pertumbuhan prenatal dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu periode ovum, periode embrio dan periode fetus. Pertumbuhan post natal dibagi menjadi pertumbuhan prasapih dan pascasapih (Soeparno, 2005). Pertumbuhan prasapih pada domba dipengaruhi oleh genotip, bobot lahir, bulan atau musim lahir, umur induk, jenis kelamin anak dan umur penyapihan (Subandriyo et al., 2000). Pertumbuhan lepas sapih (pasca sapih) ditentukan oleh bangsa, jenis kelamin, mutu pakan yang diberikan, umur dan bobot sapih serta lingkungan misalnya suhu udara, kondisi kandang, pengendalian parasit dan penyakit lainnya (Salim et al., 2003; Kuswandi dan Thalib 2005). Pada masa pasca sapih dapat dikatakan ternak sudah bebas dari pengaruh induk. Ternak dari satu bangsa 8
tertentu cenderung tumbuh dan berkembang dalam suatu sifat yang khas sehingga merupakan sifat khas bangsanya (Handiwirawan et al., 2011). Soeparno (2005) menambahkan bahwa pertumbuhan ternak diatur oleh hormon baik secara langsung maupun tidak langsung. Ukuran-ukuran tubuh seperti panjang badan dan lingkar dada mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda (Salamena, 2006). Korelasi yang erat antara bobot badan dan setiap ukuran tubuh merupakan perwujudan dari adanya proses pertumbuhan untuk menjaga keseimbangan biologis. Setiap pertumbuhan komponen-komponen tubuh akan diikuti dengan meningkatnya ukuran-ukuran tubuh (Doho,1994). Jimmy et al. (2010) menyimpulkan bahwa bobot badan di semua jenis kelamin, usia dan bangsa dapat diprediksi melalui lingkar dada dan tinggi pundak. Bangsa, umur dan jenis kelamin secara signifikan (P<0,05) mempengaruhi semua ukuran tubuh. Hewan yang berumur lebih tua mempunyai ukuran lebih besar (P<0,05) dibandingkan ternak berusia muda. Fourie et al. (2002) menyatakan bahwa lingkar dada selalu menjadi parameter penentu bobot badan pada tiap persamaan pendugaan bobot badan, bahkan menjadi parameter utama. Lingkar dada adalah bagian tubuh yang mengalami perbesaran ke arah samping. Pertambahan bobot badan ternak menyebabkan hewan bertambah besar dan diikuti dengan pertambahan dan perkembangan otot yang ada di daerah dada sehingga ukuran lingkar dada semakin meningkat (Doho, 1994). Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985) mendapatkan hasil bahwa lingkar dada memiliki koefisien pertumbuhan (0,3286) yang paling tinggi dibandingkan ukuran tubuh yang lain. Lingkar dada mempunyai proses pertumbuhan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai penduga bobot tubuh, lingkar dada masih lebih mengikuti pertambahan bobot badan selama ternak tumbuh dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya (Herman et al., 1985). Hal inilah yang menyebabkan lingkar dada dapat lebih akurat dalam menduga bobot hidup ternak. Pengukuran lingkar dada lebih mudah dan akurat dibandingkan ukuran tubuh lainnya (Slippers et al., 2000) karena dapat diukur pada ternak dengan posisi apapun. Perilaku Konsumen Hewan Qurban Perilaku konsumen didefinisikan sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar yang melakukan aspek pertukaran 9
dalam hidup. Definisi tersebut mengandung makna: (1) perilaku konsumen adalah dinamis, selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu; (2) perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh dan pikiran (kognisi), perilaku dan kejadian di sekitar dan (3) perilaku konsumen melibatkan pertukaran, sehingga membutuhkan peran
pemasaran
melalui
formulasi
dan
penerapan
strategi
pemasaran
(Peter dan Olson, 1999). Pilihan konsumen terhadap jenis domba biasanya tergantung pada wilayah atau daerah tempat tinggal. Masyarakat di Jawa Barat lebih memilih domba daripada kambing untuk berbagai keperluan, seperti qurban. Konsumen pun memiliki kriteria domba tersendiri yang disukai untuk berbagai keperluan. Umumnya, konsumen menyukai jenis domba bertanduk untuk keperluan khusus seperti qurban. Asumsinya, tampilan domba terlihat lebih gagah, sementara itu masyarakat di Jakarta lebih memilih kambing daripada domba untuk keperluan qurban (Lubis et al., 2010). Pelestarian Sumberdaya Genetik Ternak Punahnya keragaman plasma nutfah ternak tidak akan dapat diganti meskipun dengan kemajuan bioteknologi, paling tidak sampai saat ini. Negara-negara sedang berkembang pada umumnya berada pada iklim dengan perubahan temperatur yang ekstrim antara musim panas dan hujan. Pada kondisi tersebut akan terbentuk rumpun ternak yang beradaptasi. Walaupun produktivitasnya rendah, apabila dibandingkan dengan rumpun yang terdapat di daerah temperate, rumpun ternak ini memiliki daya tahan terhadap berbagai macam penyakit, tahan terhadap fluktuasi ketersediaan pakan dan air, tahan terhadap perubahan temperatur, kelembaban dan pengaruh iklim ekstrim lainnya serta mampu beradaptasi terhadap pemeliharaan yang kurang baik (Food and Agriculture Organization, 2007). Pelestarian terhadap sumberdaya genetik ternak lokal sebagai bagian dari komponen keanekaragaman hayati penting untuk memenuhi kebutuhan pangan, pertanian dan perkembangan sosial masyarakat di masa yang akan datang. Beberapa alasannya antara lain: (1) lebih dari 60% dari rumpun ternak di dunia berada di negara-negara sedang berkembang, (2) konservasi rumpun ternak lokal tidak menarik bagi petani, (3) secara umum tidak ada program monitoring yang sistematis dan tidak tersedianya informasi deskriptif dasar sebagian besar sumberdaya genetik ternak dan
10
(4) sedikit sekali rumpun-rumpun hewan ternak asli yang telah digunakan dan dikembangkan secara aktif (Food and Agriculture Organization, 2007). Pelestarian sumberdaya genetik ternak dapat dilakukan salah satu atau gabungan dari: (1) mempertahankan populasi ternak hidup baik dalam bentuk in-situ maupun ex-situ pada satu tempat tertentu, (2) penyimpanan beku (cryogenic) dan (3) penyimpanan dalam bentuk DNA. Dalam beberapa hal, mempertahankan populasi merupakan metode yang lebih praktis dan mempunyai beberapa keuntungan antara lain: rumpun-rumpun ternak yang dilestarikan secara bertahap dapat merespon terhadap perubahan pengaruh eksternal dan memungkinkan dilakukan evaluasi performanya (Food and Agriculture Organization, 2007). Pengelolaan sumber daya genetik yang efektif memerlukan kapasitas sumber daya optimal, termasuk diantaranya adalah sumber daya manusia yang terlatih dan fasilitas teknis yang mencukupi, struktur organisasi yang tepat (misal untuk pencatatan ternak dan evaluasi genetik) maupun keterlibatan stakeholder yang cukup beragam (khususnya pemulia dan pemelihara ternak) dalam perencanaan dan penentuan keputusan (Food and Agriculture Orgnization, 2007).
11
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04/ RW 05, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian berlangsung dari bulan September hingga November 2010. Materi Ternak Populasi ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing dan domba qurban Idul Adha 1432 H/ 2010 M yang sudah terbeli oleh konsumen, yaitu 1001 ekor Kambing Jawarandu, 320 ekor Domba Tanduk (terdiri dari Domba Garut dan Domba Ekor Tipis) dan 427 ekor Gibas (Domba Ekor Gemuk). Sampel yang diamati sebanyak 83 ekor Kambing Jawarandu, 37 ekor Domba Garut, 25 ekor Domba Ekor Tipis dan 35 ekor Domba Ekor Gemuk, semuanya berjenis kelamin jantan. Peralatan Peralatan yang digunakan adalah sepatu boot, warepack, alat tulis, kamera, tongkat ukur dan pita ukur. Prosedur Persiapan Sebelum penelitian dimulai, dilakukan survei dan wawancara dengan pemilik usaha untuk mengetahui hal-hal terkait dengan qurban seperti jenis ternak yang disediakan, waktu mulai terjadi transaksi penjualan ternak qurban dan tata laksana di kandang menjelang Idul Adha. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mengukur, mengamati karakteristik ternak dan wawancara. Karakteristik kuantitatif meliputi: panjang badan, lingkar dada dan umur ternak. Karakteristik kualitatif yang diamati meliputi ada tidaknya tanduk dan warna bulu. Wawancara dilakukan dengan pemilik dan konsumen MT Farm (30 konsumen akhir
dan 30 pedagang). Pengumpulan data primer dilakukan menjelang hari raya Idul Adha, yaitu akhir bulan September hingga November 2010. Sampel ternak dipilih dengan menggunakan metode sampling insidental (kebetulan), yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan. Ternak yang secara insidental ditemui digunakan sebagai sampel. Data sekunder berasal dari rekapitulasi MT Farm yaitu berupa data bobot badan, total penjualan ternak qurban dan asal pembeli. Berikut ini adalah cara pengukuran dan pengamatan data primer: 1)
Tanduk: memperhatikan ada tidaknya tanduk.
2)
Warna bulu: didasarkan pada kelompok warna dominan. Warna dominan adalah warna yang paling banyak persentase warna tubuh (diperkirakan diatas 60%), dikelompokkan ke dalam 3 macam, yaitu: putih (P), hitam (H) dan coklat (C).
3)
Pendugaan umur domba dan kambing berdasarkan pergantian gigi seri. Pendugaan umur domba berdasarkan gigi disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pendugaan Umur Domba dan Kambing berdasarkan Pergantian Gigi Seri Umur
Penggantian Gigi Seri
Kode Umur
Keterangan
Kurang dari 1 tahun
Gigi seri masih utuh
I0
Gambar 1a
1-2 tahun
Satu pasang gigi permanen
I1
Gambar 1b
2-3 tahun
Dua pasang gigi permanen
I2
Gambar 1c
3-4 tahun
Tiga pasang gigi permanen
I3
Gambar 1d
4-5 tahun
Seluruh gigi permenen
I4
Gambar 1e
Sumber: Devendra dan McLeroy (1992) Keterangan gambar:
(a) I0
(b) I1
(c) I2
(d) I3
(e) I4
Gambar 1. Susunan Gigi Kambing 13
4)
Panjang badan (PB) diukur dengan menghitung jarak garis lurus dari tepi depan luar tulang bahu (Os scapula) sampai benjolan tulang lapis/tulang duduk (Os ischium), menggunakan tongkat ukur. Panjang badan bersatuan cm.
5)
Lingkar dada (LD) diukur melingkar rongga dada di belakang sendi bahu; pengukuran menggunakan pita ukur (cm).
Gambar 2. Pengukuran Bagian Tubuh Domba
Rancangan dan Analisis Data Statistik Deskriptif Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan keadaan umum lokasi penelitian dan variabel yang diamati (bobot badan, lingkar dada, panjang badan, tanduk, warna bulu dan umur). Analisis statistik deskriptif diolah dengan program perangkat lunak (software) Minitab 15. Analisis Korelasi dan Regresi Analisis korelasi digunakan untuk melihat korelasi antara parameter ukuran tubuh (panjang badan dan lingkar dada) dengan bobot badan ternak. Parameter yang nyata dilanjutkan dengan analisis regresi. Analisis korelasi dan regresi diolah dengan program perangkat lunak (software) Minitab 15 dengan selang kepercayaan 95%. Analisis khi kuadrat (X2) Analisis khi kuadrat digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan antara jumlah dan jenis ternak yang terjual ke wilayah satu dengan wilayah lainnya serta menguji ada tidaknya perbedaan antara jenis konsumen dengan karakteristik ternak (bobot badan, umur, warna bulu dan ada tidaknya tanduk) yang dibeli. Analisis khi 14
kuadrat diolah dengan program perangkat lunak (software) SPSS (Statistical Product and Service Solutions) dengan selang kepercayaan 95%. Uji T Uji T digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tanduk terhadap harga jual domba serta mengetahui ada tidaknya perbedaan ukuran tubuh diantara kambing dan domba qurban. Uji T diolah dengan program perangkat lunak (software) Minitab 15.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Tempat Penelitian MT Farm berlokasi di Jalan Baru Manunggal 51, No. 39, RT 04/ RW 05, Desa Tegal Waru, Ciampea, Bogor. Desa Ciampea berada pada ketinggian 219 m di atas permukaan laut dengan curah hujan 400-600 mm per tahun, temperatur udara berkisar 23-300C dan kelembaban 60%-90%. MT
Farm didirikan pada bulan
September 2004 oleh empat orang sarjana peternakan Institut Pertanian Bogor. Usaha yang dijalankan meliputi penggemukan domba, kambing dan sapi; pembibitan kambing dan domba; penjualan pakan konsentrat dan hijauan; katering aqiqah; budidaya sayur organik dan ikan. Segmentasi pasarnya adalah lembaga aqiqah seJabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), rumah potong hewan dan konsumen qurban. MT Farm mempunyai lahan seluas sekitar 4 hektar, terdiri dari bangunan kantor, kandang pembibitan, kandang penggemukan, tempat penyiapan pakan, lahan sayur organik, kolam ikan, lahan rumput, kolam penanganan limbah cair, tempat pemotongan ternak dan rumah karyawan. Sistem perkandangan yang digunakan adalah kandang koloni berbentuk panggung dan nonpanggung. Alas kandang berpanggung terbuat dari bambu dan disusun bercelah, sedangkan nonpanggung terbuat dari semen. Kandang penggemukan berpanggung terdiri dari empat blok dengan 10 petak di masing-masing blok. Satu petak dapat menampung sekitar 15 ekor ternak, sehingga kapasitas total kandang sekitar 600 ekor. Atap kandang bertipe monitor. Pakan diberikan tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore. Pakan berupa ampas tahu (konsentrat) dan rumput lapang. Tempat pakan berada pada kedua sisi bangunan kandang. Kotoran ternak diolah menjadi pupuk. Ternak Penelitian Ternak qurban yang disediakan MT Farm menjelang hari raya Idul Adha tahun 2010 secara lengkap disajikan pada Tabel 2. MT Farm bekerjasama dengan peternak mitra di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dalam penyediaan kambing maupun domba qurban. Kambing Jawa didapatkan dari Jawa Timur (90%)
dan Jawa Tengah (10%), Domba tanduk didapatkan dari Bandung dan Bogor. Domba Gibas didatangkan dari Jawa Timur (80%) dan Jawa Barat (20%). Ternak didatangkan mulai dari satu minggu sampai tiga bulan sebelum qurban. Sebagian besar kambing didatangkan seminggu sebelum qurban. Hal ini dikarenakan kapasitas kandang yang terbatas. Tabel 2. Kelompok dan Harga Ternak Qurban di MT Farm Tahun 2010 Kelas
Bobot (kg)
Harga (Rp) Kambing Jawa dan Domba Tanduk
Domba Gibas
A
22-24
900.000,00
800.000,00
B
25-27
1.000.000,00
900.000,00
C
28-30
1.125.000,00
1.000.000,00
D
31-33
1.250.000,00
1.100.000,00
E
34-36
1.350.000,00
1.200.000,00
F
37-40
1.500.000,00
1.300.000,00
Keterangan: Kambing Jawa= Kambing Jawarandu, Domba Tanduk=Domba Garut dan Domba Ekor Tipis, Domba Gibas= Domba Ekor Gemuk
Pilihan Konsumen Terhadap Hewan Qurban Menjelang qurban 2010, MT Farm menyediakan 2.000 ekor ternak yang terdiri dari 1.015 ekor kambing, 327 ekor domba tanduk dan 665 ekor Domba Gibas. Kambing qurban disediakan lebih banyak daripada domba karena berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, permintaan kambing lebih banyak. Permintaan tersebut datang dari konsumen asal Jakarta dan atau yang akan di pasarkan di Jakarta. Domba Gibas disediakan lebih banyak daripada domba tanduk karena selain untuk menyediakan permintaan qurban juga untuk menyediakan permintaan konsumen harian yang lebih memilih Domba Gibas. Konsumen tersebut adalah pedagang gulai atau sate dan keperluan aqiqah. Jumlah keseluruhan ternak yang terjual sebanyak 1.748 ekor. Rincian jumlah dari masing-masing kelompok ternak dan wilayah konsumennya secara lengkap disajikan pada Tabel 3. Data menunjukkan bahwa konsumen Jakarta dan Bogor mendominasi pembelian kambing dan domba qurban dibandingkan Depok, Tangerang, Bandung dan Yogyakarta (Gambar 3).
17
Tabel 3. Penjualan Kambing dan Domba Qurban MT Farm Tahun 2010 ke Beberapa Wilayah Konsumen No
Daerah Tujuan
Kambing
Domba Tanduk
Gibas
Total
1
Jakarta
803
4
61
868
2
Bogor
84
239
248
571
3
Depok
44
1
2
47
4
Tangerang
64
3
1
68
5
Bandung
6
15
0
21
6
Yogyakarta
0
58
115
173
1001
320
427
1748
Jumlah Ternak (ekor)
Total
1000 800 Gibas
600 400
Domba Tanduk Kambing
200 0
a akart Yog y un g Band eran g Tang
r
k Dep o
Bogo
ta Jak ar
Konsumen
Gambar 3. Diagram Distribusi Ternak Qurban di Beberapa Wilayah Konsumen Sebesar 80,22% kambing terjual ke Jakarta, sedangkan 74,69% domba tanduk dan 58,08% Gibas ke Bogor. Hasil uji khi kuadrat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (P<0,05) antara daerah konsumen dengan jenis ternak yang dibeli. Konsumen Jakarta, Depok dan Tangerang nyata (P<0,05) lebih memilih kambing daripada domba, sedangkan konsumen Bogor nyata (P<0,05) lebih memilih domba (tanduk maupun tidak) daripada kambing. Ternak yang daerah tujuannya ke Bandung dan Yogyakarta, pembelinya adalah lembaga sosial yang kemudian mendistribusikannya ke daerah tersebut. Dalam pembeliannya, lembaga tersebut tidak menyebutkan jenis ternak yang dikehendaki, tetapi disesuaikan dengan dana
18
yang disediakan tanpa mengabaikan syarat yang berlaku seperti umur dan kesehatan. Distribusi ke Yogyakarta dipusatkan di daerah korban bencana gunung merapi. Karakteristik Kuantitatif Kambing dan Domba Qurban Bobot Badan Rataan bobot badan domba dan kambing qurban di MT Farm secara lengkap disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Bobot Badan Kambing dan Domba Qurban Jenis Ternak
Bobot Badan (kg)
Kelas
DG (n=37)
29,32±3,61
A
B-D
DET (n=25)
28,45±5,54A
A-E
DEG (n=35)
28,44±4,65A
A-E
KJR (n=83)
25,84±4,54B
A-D
Rataan (n=180)
27,43±4,75
A-D
Keterangan: DG= Domba Garut, DET= Domba Ekor Tipis, DEG= Domba Ekor Gemuk, KJR= Kambing Jawarandu, BB= bobot badan, LD= lingkar dada, PB= panjang badan, Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil sangat beda nyata (P<0,01).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rataan bobot badan antara bangsa Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil ini tidak sesuai dengan pendapat Handiwirawan et al. (2011) bahwa perbedaan bangsa mempengaruhi pertumbuhan, ternak dari satu bangsa tertentu cenderung tumbuh dan berkembang dalam suatu sifat yang khas sehingga merupakan sifat khas bangsanya. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor, pertama kualitas domba yang digunakan pada penelitian Handiwirawan et al. (2011) secara genetik jauh lebih baik dan seragam. Kedua, faktor lingkungan seperti pakan berbeda. Domba di MT Farm berasal dari beberapa peternak di berbagai daerah dengan kondisi lingkungan dan manajemen pemeliharaan berbeda, sehingga meskipun ada waktu penggemukan dengan pakan, kondisi kandang serta lingkungan yang sama ketika di MT Farm, mungkin tidak memberikan pengaruh yang nyata. Bobot badan Domba Garut pada penelitian ini lebih rendah dari bobot yang ditetapkan Departemen Pertanian (2011) mengenai rumpun Domba Garut, yaitu 19
57,74±11,9 kg. Perbedaan yang sangat jauh ini dimungkikan Domba Garut di MT Farm sudah tidak murni, hasil perkawinan dengan domba-domba lokal lainnya. Rataan bobot badan Kambing Jawarandu terlihat sangat nyata berbeda (P<0,01) dengan Domba Garut dan Domba Ekor Gemuk, sedangkan dengan Domba Ekor Tipis berbeda nyata (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan spesies mempengaruhi ukuran atau bobot badan. Secara umum, bobot badan dari domba dan kambing qurban di MT Farm berkisar 21,3-32,93 kg. Ternak dengan bobot tersebut masuk pada kelas A-D dengan harga Rp 800.000,00-Rp 1.250.000,00. Rataan bobot badan domba maupun kambing qurban yang tidak mencapai 35 kg atau lebih besar dari itu tidak berarti bahwa sulit mendapatkannya, tetapi dalam hal ini MT Farm menyesuaikan dengan permintaan dan daya beli konsumen. Hadist tentang qurban menganjurkan untuk memilih ternak yang gemuk. Umumnya, konsumen akan memilih ternak yang berbobot besar dengan performa yang baik, terlebih jika tujuannya untuk keperluan ibadah. Akan tetapi, keingingan itu tidak selalu dapat terpenuhi jika sudah bersinggungan dengan daya beli dan faktor lain. Lingkar Dada dan Panjang Badan Rataan lingkar dada dan panjang badan domba dan kambing qurban di MT Farm secara lengkap disajikan pada Tabel 5 dan 6. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa ukuran panjang badan domba tidak berbeda nyata diantara ketika bangsa yang berbeda maupun dalam bangsa yang sama pada kelas yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa parameter panjang badan dinilai kurang tepat jika digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan domba yang berkelas (berbobot) tinggi. Secara keseluruhan, adanya perbedaan kelas menunjukkan ukuran lingkar dada yang sangat berbeda nyata antara Domba Garut dan Domba Ekor Tipis dengan Domba Ekor Gemuk. Ukuran lingkar dada domba pada bangsa yang sama tetapi berbeda kelas juga menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Berbeda dengan domba, secara umum adanya perbedaan kelas pada Kambing Jawarandu mempunyai ukuran lingkar dada dan panjang badan yang berbeda. Setiap komponen tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda karena pengaruh genetik maupun lingkungan (Doho, 1994).
20
Tabel 5. Rataan Ukuran Tubuh Domba Qurban Parameter Ukuran
DG
DET
DEG
-------------------------------------------cm------------------------------------------
Tubuh Berdasarkan Keseluruhan Data LD
69,93±5,56A
69,36±5,04A
65,54±4,83B
PB
55,15±4,76
54,64±4,50
53,36±3,17
A-C
68,30±4,46A`
67,12±4,37A
63,52±3,90B
D-F
74,35±6,04A
74,13±2,30AB
70,60±2,80AC
A-C
54,30±4,34
53,74±4,48
52,58±3,17
D-F
57,45±5,31
56,56±4,18
55,30±2,30
Berdasarkan Kelas LD
PB
Keterangan: DG= Domba Garut, DET= Domba Ekor Tipis, DEG= Domba Ekor Gemuk, LD= Lingkar Dada, PB= Panjang Badan, Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil sangat beda nyata (P<0,01).
Tabel 6. Rataan Ukuran Tubuh Kambing Qurban Ukuran
Berdasarkan
Tubuh
Keseluruhan Data
Berdasarkan Kelas A (n=37)
B (n=16) A
LD
63,92±6,24
59.91±4.06
PB
53,22±6,17
49.82±4.49A
63.47±2.35
C (n=15) B
52.34±2.80B
67.03±3.77
D-F (n=15) C
55.43±5.70BC
73.25±6.36D 61.67±5.38D
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil sangat beda nyata (P<0,01).
Analisi Regresi dan Korelasi antara Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Kambing dan Domba Qurban Lingkar dada dan panjang badan memiliki korelasi atau hubungan erat dengan bobot badan Doho (1994). Hasil analisis regresi dan korelasi antara lingkar dada dan panjang badan kambing maupun domba qurban secara lengkap disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 memperlihatkan bahwa nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan lebih besar daripada panjang badan dengan bobot badan. Hasil serupa juga diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Suswati (2010) dan Meivilia (2011). Lingkar dada adalah bagian tubuh yang mengalami perbesaran ke arah
21
samping. Pertambahan bobot badan ternak menyebabkan hewan bertambah besar dan diikuti dengan pertambahan dan perkembangan otot yang ada di daerah dada sehingga ukuran lingkar dada semakin meningkat (Doho, 1994). Tabel 7. Analisis Regresi dan Korelasi antara Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Pada Domba dan Kambing Qurban Parameter Bangsa
LD-BB
PB-BB
Persamaan
Korelasi (r)
R2 (adj) (%)
DG
y= 104 - 2,52 x + 0,021 x2
0,746**
63,6
DET
y= 345,6 - 10,13 x + 0,080 x2
0,708**
61,9
DEG
y= 2.460 - 111,1x + 1,67 x2 - 0,008 x3
0,845**
76
KJR
y= 533,3 - 23,96 x + 0,37 x2 - 0,002 x3
0,812**
69,8
DG
y= 0,353 x + 9,85
0,466**
19,5
DET
y= 0,710 x - 10,3
0,577**
30,4
DEG
y= 0,718 x - 9,9
0,490**
21,7
KJR
y= 0,585 x - 5.27
0.794**
62,7
Keterangan: LD= lingkar dada, PB= panjang badan, x= lingkar dada/ panjang badan, DG= Domba Garut, DET= Domba Ekor Tipis, DEG= Domba Ekor Gemuk, KJR= Kambing Jawarandu, ** = sangat nyata (P<0,01), R2=Kofisien Determinasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985) mendapatkan hasil bahwa lingkar dada memiliki koefisien pertumbuhan (0,3286) yang paling tinggi dibandingkan ukuran tubuh yang lain. Lingkar dada mempunyai proses pertumbuhan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai penduga bobot tubuh, lingkar dada masih lebih mengikuti pertambahan bobot badan selama ternak tumbuh dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya (Herman et al., 1985). Hal inilah yang menyebabkan lingkar dada dapat lebih akurat dalam menduga bobot hidup ternak. Selain itu, pengukuran lingkar dada lebih mudah dan akurat dibandingkan ukuran tubuh lainnya (Slippers et al., 2000) karena dapat diukur pada ternak dengan posisi apapun. Ukuran lingkar dada tidak dipengaruhi oleh posisi berdiri ternak (Suswati, 2010). Fourie et al. (2002) menambahkan bahwa lingkar dada selalu menjadi parameter penentu bobot badan pada tiap persamaan pendugaan bobot badan, bahkan menjadi parameter utama. 22
Nilai ketepatan R2 (adj) yang dihasilkan pada grafik kuadratik antara bobot badan dengan lingkar dada Domba Garut dan Domba Ekor Tipis lebih besar daripada yang dihasilkan pada grafik linier atau pangkat tiga, sedangkan pada Domba Ekor Gemuk dan Kambing Jawarandu nilai ketepatan R2 (adj) yang dihasilkan lebih besar pada grafik pangkat tiga. Hal ini menunjukkan bahwa model grafik kuadratik lebih tepat digunakan untuk menggambarkan hubungan bobot badan (y) terhadap lingkar dada (x) pada Domba Garut dan Domba Ekor Tipis, sedangkan model grafik pangkat tiga lebih tepat digunakan untuk menggambarkan hubungan bobot badan (y) terhadap lingkar dada (x) pada Domba Ekor Gemuk dan Kambing Jawarandu karena nilai ketepatan R2 (adj) yang dihasilkan lebih besar dibandingkan nilai R2 (adj) pada grafik lainnya sehingga nilai errornya akan lebih rendah. Bentuk persamaan yang tidak linier antara bobot badan (y) dengan lingkar dada (x) menunjukkan bahwa pola pertambahan bobot badan antarwaktu sehubungan dengan perubahan lingkar dada adalah tidak tetap. Bobot badan rendah pada permulaan, naik pada tahap pertengahan dan turun ketika di akhir siklus hidupnya. Hal ini berbeda dengan hubungan antara bobot badan dengan panjang badan. Nilai ketepatan R2 (adj) yang dihasilkan pada grafik linier antara bobot badan dengan panjang badan lebih besar daripada yang dihasilkan pada grafik nonlinier, sehingga model grafik linier lebih tepat digunakan untuk menggambarkan hubungan bobot badan (y) terhadap panjang badan (x). Umur Ternak Qurban Umur ternak yang akan dijadikan qurban adalah salah satu syarat qurban. Persentase umur kambing dan domba qurban di MT Farm disajikan pada Tabel 8. Data menunjukkan bahwa 63,86% kambing qurban berumur kurang dari satu tahun. Berdasarkan syariah maka sebanyak 63,86% kambing tersebut belum sah dijadikan qurban karena syarat umur kambing yang akan dijadikan qurban adalah minimal genap berumur 1 tahun, sedangkan domba minimal genap berumur enam bulan (Muhammad, 2002). Banyaknya kambing yang belum cukup umur tersebut tidak berarti bahwa MT Farm tidak memperhatikan fakor umur ternak qurban, tetapi hal tersebut adalah pilihan konsumen sendiri. Tingginya permintaan kambing qurban yang tidak setara dengan jumlah kambing cukup umur membuat konsumen memilih
23
berqurban dengan kambing apa adanya daripada tidak berqurban. Dalam kondisi tersebut, MT Farm pun tidak kuasa melarang. Tabel 8. Persentase Umur Ternak Qurban Jenis
Umur
Ternak
Jumlah
I0
I1
I3
Domba
57,73 (n=56)
37,11 (n=36)
5,16 (n=5)
100 (n=97)
Kambing
63,86 (n=53)
30,12 (n=25)
6,02 (n=5)
100 (n=83)
Keterangan: I0= < 1 tahun, I1= l-2 tahun, I2= 2 -3 tahun, DG= Domba Garut, DET= Domba Ekor Tipis, DEG= Domba Ekor Gemuk.
Hal tersebut adalah gambaran di MT Farm yang bisa jadi merupakan gambaran di beberapa peternakan penyedia kambing qurban. Jika hal tersebut terjadi secara terus menerus setiap tahunnya akan menimbulkan dampak kurang baik. Pertama, dari segi sah tidaknya pelaksanaan ibadah qurban. Kedua, dari segi sistem produksi ternak. Budidaya ternak memerlukan pejantan dengan sifat-sifat unggul untuk dapat menghasilkan anakan dengan performa yang lebih baik. Oleh karena itu, diperlukan sistem produksi yang tepat dalam rangka menyediakan ternak qurban khususnya kambing sehingga permintaan kambing qurban yang tinggi dapat didukung dengan persyaratan yang sesuai syariah tanpa melupakan persediaan ternak pejantan unggul. Sistem yang mungkin dapat dilakukan adalah melakukan konsep pemeliharaan yang terpusat di suatu daerah atau kawasan yang dilengkapi dengan sistem seleksi yang baik sehingga pejantan dengan sifat-sifat yang unggul dapat diselamatkan untuk dijadikan pemacek. Penetapan syarat umur ternak qurban pasti mengandung hikmah di dalamnya. Ilmu pengetahuan menilai bahwa salah satu faktor adanya perbedaan syarat umur antara kambing dengan domba yang akan dijadikan qurban mungkin terkait dengan kualitas daging yang akan dihasilkan. Faktor umur merupakan salah satu hal yang menentukan kualitas dan komposisi daging (Soeparno, 2005). Karakteristik Kualitatif Kambing dan Domba Qurban Warna Bulu Persentase warna bulu dominan kambing dan domba qurban secara lengkap disajikan pada Tabel 9. Data menunjukkan bahwa warna bulu dominan yang terdapat 24
pada domba adalah putih (P) hitam (H) dan coklat (C). Dari ketiga warna tersebut, warna bulu (P) pada domba memiliki persentase terbesar (45,45%-100%). Warna dominan Domba Garut pada penelitian ini sesuai dengan hasil Riwantoro (2005) yang mendapatkan warna dasar Domba Garut adalah hitam, putih dan coklat. Warna putih dan hitam banyak dijumpai pada Domba Garut jantan tipe daging. Tabel 9. Persentase Domba dan Kambing Qurban Berdasarkan Warna Bulu Dominan Jenis Ternak
Putih
Hitam
Coklat
Jumlah
DG
45,45 (n=16)
36,36 (n=13)
18,18 (n=6)
100 (n=37)
DET
100 (n=25)
-
-
100 (n=25)
DEG
100 (n=35)
-
-
100 (n=35)
KJR
19,28 (n=16)
26,51 (n=22)
54,22 (n=45)
100 (n=83)
Rataan
51,11 (n=92)
19,44 (n=35)
28,33 (n=51)
100 (n=180)
Keterangan: DG= Domba Garut; DET= Domba Ekor Tipis; DEG= Domba Ekor Gemuk; KJR= Kambing Jawarandu.
Departemen Pertanian (2011) menjelaskan lebih lanjut bahwa warna tubuh dan kepala dominan Domba Garut adalah kombinasi hitam-putih. Dari ketiga bangsa domba yang diamati, tampak bahwa keragaman warna bulu berdasarkan fenotipik pada Domba Garut lebih tinggi dari Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk. Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis mempunyai keserupaan frekuensi fenotipik. Warna bulu Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis yang sudah seragam ini dimungkinan warna bulu domba tersebut sudah murni. Menurut Kartika (2008), kebanyakan bangsa domba mempunyai fenotip berwarna putih karena gen warna putih (Awt) mempunyai sifat dominan dengan penetrasi yang lengkap terhadap warna lain sehingga akan menutup semua gen apapun yang mengatur pemunculan warna. Salah satu lokus penentu utama warna bulu pada kebanyakan domba adalah lokus Agouti. Inounu et al. (2009) menjelaskan lebih lanjut bahwa 65,7% domba berpenampakan umum warna putih yang ditentukan oleh lokus Agouti yang meliputi lima kelompok fenotip yaitu white atau tan, wild, badgerface, light badgerface, black dan tan. Warna bulu dominan yang terdapat pada Kambing Jawa adalah hitam (H), coklat (C) dan putih (P). Warna bulu (H) terdiri dari hitam polos dan hitam dengan belang. Kambing Jawarandu dengan warna (P) terdiri dari putih polos dan belang, 25
baik belang hitam maupun coklat. Kambing Jawarandu dengan warna dominan (C) tampak lebih beragam dibandingkan dengan kelompok (H) dan (P), yaitu coklat tua polos, coklat muda polos, coklat dengan belang besar, belang kecil hitam maupun putih, coklat dengan garis punggung hitam. Pola warna pada Kambing Jawarandu coklat yang diamati ada tiga macam, yaitu: coklat polos atau coklat dengan hitam, coklat dengan putih atau kombinasi tiga warna tersebut. Dari ketiga kelompok warna bulu dominan, persentasenya dari yang terbesar secara berturut-turut adalah kelompok C (54,22%), H (26,51%) dan P (19,28%). Beragamnya warna bulu kambing yang diamati mengindikasikan bahwa semakin terbuka peluang untuk melakukan seleksi pembentukkan warna-warna tertentu yang khas jika dibutuhkan. Hadist tentang qurban menjelaskan bahwa warna bulu ternak qurban yang utama sebaiknya berwarna putih, adapun jika didapati kambing atau domba qurban yang berwarna coklat, hitam atau yang lainnya maka tetap sah selama ternak tersebut sehat, tidak buta atau lumpuh. Tanduk Ada tidaknya tanduk domba dan kambing qurban yang ada di MT Farm dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Persentase Domba dan Kambing Qurban Berdasarkan Pertandukan Pertandukan Bertanduk
% 75,57 (n=1321)
Tidak bertanduk
24,43(n=427)
Jumlah
100 (n=1748)
Berdasarkan pengamatan yang didapatkan, 75,57% kambing dan domba qurban bertanduk, sisanya sebesar 24,43% tidak bertanduk. Hadist tentang qurban menjelaskan bahwa domba maupun kambing yang bertanduk lebih utama digunakan sebagai qurban. Hasil uji beda menunjukkan bahwa domba yang bertanduk nyata bernilai jual lebih tinggi daripada yang tidak bertanduk (P<0,05) meskipun bobotnya sama. Tanduk pada seekor ternak merupakan salah satu parameter penilaian penampilan individu ternak (Noor, 2008). Utuh tidaknya tanduk juga dapat mempengaruhi penilaian penampilan ternak. Muhammad (2010) menyatakan bahwa
26
ternak yang terpotong separuh tanduknya atau ada cacat dan tidak bertanduk dinilai makruh untuk dijadikan qurban. MT Farm melayani pembelian ternak qurban dalam jumlah sedikit maupun banyak, konsumennya terdiri dari pedagang dan konsumen akhir (baik perorangan maupun lembaga). Beberapa konsumen tersebut memperhatikan karakteristik ternak sebagai kriteria dalam pembelian. Persentase perhatian konsumen terhadap kriteria ternak qurban dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Persentase Kriteria Ternak Penentu Konsumen Qurban Kriteria
Pedagang
Konsumen Akhir
Bobot badan (postur)
66,67 (n= 20 )
-
Umur
16,67 (n= 5 )
6,67 (n= 5 )
Warna Bulu
3,3 (n= 1 )
10 (n= 3)
Tanduk
3,3 (n= 1 )
70 (n= 21 )
10,06 (n= 3)
3,3 (n= 1)
Tanpa kriteria
Adanya karakteristik ternak qurban yang disyariatkan pada akhirnya menyebabkan adanya pilihan yang jelas diantara konsumen atau penyedia yang mengetahui dan memahaminya dalam membeli atau menyediakan ternak. Bagi yang tidak mengetahui syariat tersebut dimungkinkan adanya pilihan yang berubah-ubah sebagaimana pendapat Peter dan Olson (1999) bahwa perilaku konsumen adalah dinamis. Seorang konsumen, kelompok konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa perhatian konsumen qurban terhadap kriteria umur dan warna bulu ternak terlihat rendah dibandingkan dengan bobot badan dan tanduk. Hasil uji khi kuadrat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) antara pedagang dan konsumen akhir dalam pemilihan kriteria ternak qurban. Pedagang nyata (P<0,05) lebih memilih kriteria bobot badan (postur) daripada kriteria lain, sedangkan konsumen akhir nyata (P<0,05) lebih memilih kriteria tanduk. Konsumen akhir juga membeli berdasarkan anggaran dana yang sudah disiapkan. Adanya syariat yang menyatakan bahwa domba yang tidak bertanduk hukumnya makruh untuk dijadikan qurban secara tidak langsung memberikan isyarat 27
pentingnya untuk melestarikan bangsa domba yang bertanduk, tetapi tidak berarti juga bahwa tidak penting melestarikan domba yang tidak bertanduk. Melestarikan keduanya adalah penting untuk memenuhi kebutuhan pangan, pertanian dan perkembangan sosial masyarakat di masa kini dan yang akan datang. Berbeda dengan domba yang secara genetik ada yang tidak bertanduk, pada semua bangsa kambing ditemukan adanya tanduk meskipun besar atau panjangnya berbeda-beda. Dengan demikian, ada tidaknya tanduk pada kambing bukanlah suatu pilihan, tetapi yang menjadi pilihan yaitu mengenai bobot atau postur tubuh. Konsumen cenderung memilih kambing yang postur tubuhnya terlihat tinggi atau besar, padahal belum tentu bobotnya besar. Jika demikian, maka konsumen akan memilih Kambing Jawarandu daripada Kambing Kacang sebagaimana yang sudah terjadi di MT Farm dan pada akhirnya dikhawatirkan populasi Kambing Kacang akan menurun. Dengan demikian, diperlukan upaya pengelolaan sumber daya genetik ternak-ternak yang ada. Menurut Food and Agriculture Organization (2007), pengelolaan sumber daya genetik yang efektif memerlukan SDM yang terlatih, fasilitas yang mencukupi dan struktur organisasi yang tepat (misal untuk pencatatan ternak dan evaluasi genetik) maupun keterlibatan stakeholder yang cukup beragam (khususnya pemulia dan pemelihara ternak).
28
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Rataan bobot badan Kambing Jawarandu, Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk sebagai hewan qurban di MT Farm secara berturut-turut yaitu 25,84±4,54; 29,32±3,61; 28,45±5,54 dan 28,44±4,65 kg. Parameter lingkar dada mempunyai nilai korelasi lebih tinggi dengan bobot badan daripada panjang badan. Persentase umur domba qurban yaitu: 57,73% (I0); 37,11% (I1) dan 5,16 % (I2), sedangkan pada kambing terdiri dari 63,86% (I0); 30,12% (I1) dan 6,02% (I2). Persentase warna bulu dominan pada kambing adalah coklat (54,22%), hitam (26,51%) dan putih (19,28%). Warna coklat tampak lebih beragam dibandingkan dengan warna lainnya. Keragaman warna bulu berdasarkan fenotipik pada Domba Garut lebih tinggi dari Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk. Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis mempunyai keserupaan frekuensi fenotipik. Ternak yang bertanduk nyata bernilai jual lebih tinggi daripada yang tidak bertanduk meskipun bobot badannya sama bahkan lebih tinggi. Konsumen Jakarta, Depok dan Tangerang nyata (P<0,05) lebih memilih kambing daripada domba, sedangkan konsumen Bogor nyata lebih memilih domba (tanduk maupun tidak) daripada kambing sebagai hewan qurban. Konsumen dari kalangan pedagang mempertimbangkan bobot badan (postur) dan harga terlebih dahulu dibandingkan karakteristik lain, sedangkan konsumen individu membeli ternak didasarkan atas anggaran dana yang sudah disiapkan. Saran Penelitian yang sama dapat dilakukan dengan jumlah lokasi peternakan penyedia hewan qurban yang lebih banyak di wilayah yang berbeda dan manajemen pemeliharaan yang berbeda serta wawancara terhadap konsumen dengan kuisioner yang lebih rinci mengenai karakteristik konsumen dan ternak yang dipilih.
UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir dalam memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhamad SAW, keluarga dan para sahabat sebagai suri tauladan hingga akhir zaman. Terima kasih yang sebesar-besarnya Penulis ucapkan kepada Ir. Hj. Komariah, M.Si selaku dosen pembimbing utama sekaligus pembimbing akademik dan Ir. Dwi Joko Setyono, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas nasihat, saran, arahan, kesabaran dan bimbingannya sejak penyusunan proposal sampai selesainya penyusunan tugas akhir ini. Kepada Ir. Sri Rahayu, M.Si selaku dosen penguji seminar sekaligus penguji sidang, Bapak Dr. Didid Diapari, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Afton Attabany, M. Si sebagai dosen penguji sidang yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang membangun untuk perbaikan skripsi, Prof.Dr.Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc selaku Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB, Pak Budi, Pak Afnan, Pak Amrul dan seluruh staf MT Farm atas diijinkannya melakukan penelitian di sana. Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua tercinta Bapak Ahmad Marsudi, Ibu Marinah dan Kakak (Nuryati, Fajar Setyo Susanto, Achmadi, Puji Astuti) untuk segenap perhatian, dukungan moril dan materil, nasihat, doa, kesabaran serta kasih sayang yang tiada terkira sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi. Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada tim pengelola beasiswa (PPA IPB, DPU Daarut Tauhid Bogor, Karya Salemba Empat, Bogor International Club), Sahabat IPTP 44, keluarga besar Asrama TPB IPB, SALAM ISC DKM Al-Hurriyah IPB, KSR PMI Unit 1 IPB, serta kepada seluruh pihak yang telah banyak berperan yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia peternakan.
Bogor, Maret 2012
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Arifin, M., A. Isminursiti, & E. Rianto. 2007. Deposisi protein pada Domba Ekor Tipis jantan yang diberi pakan hijauan dan konsentrat dengan metode penyajian berbeda. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hal: 367373. Batubara, A. 2011. Studi keragaman fenotipik dan genetik beberapa sub populasi kambing lokal Indonesia dan strategi pemanfaatannya secara berkelanjutan. Disertasi. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bradford, G. E. & I. Inounu. 1996. Prolific Breeds of Indonesia. In : Mohamed H. Fahmy (Ed.). Prolific Sheep. CAB International. Cambridge University Press, Cambridge. Chessa, B., F. Pereira., F. Arnaud., & A. Amorim. 2009. Revealing the history of sheep domestication using retrovirus Integrations. Sci. 324 (5926): 532-536. Damron, W. S. 2006. Introduction to Animal Science. Global, Biological, Social and Industry Perspective. 3rd Edition. Oklahoma State University, Ohio. Departemen Pertanian. 2011. Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 2914/Kpts/Ot.140/6/2011 tentang penetapan rumpun Domba Garut. Departemen Pertanian RI, Jakarta. Destanto, F. F. 2011. Estimasi bobot badan menggunakan panjang badan dan lingkar dada pada domba lokal berbeda umur di desa Tegalwaru kecamatan Ciampea Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Devendra, C. & G. B. McLeroy. 1992. Sheep Breeds. In: Editor. Goat and Sheep Production in The Tropic. ELBS. Longmand Group Ltd, England. Dinas Peternakan. 1991. Profil Peternakan Domba Ekor Gemuk di Pulau SapudiMadura. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur, Surabaya. Dinas Peternakan dan Perikanan. 2009. Rekapitulasi Pemotongan Ternak Di Propinsi Jawa Barat. Dinas Peternakan Dan Perikanan Propinsi Jawa Barat, Bandung. Dinas Peternakan dan Perikanan. 2010. Rekapitulasi Pemotongan Ternak Di Kabupaten Bogor Tahun 2009. Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bogor, Bogor. Doho, S. R. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada Domba Ekor Gemuk. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Food and Agriculture Organization. 2007. The State of the World’s Animal Genetic Resources for Food and Agriculture. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). Rome, Italy. Food and Agriculture Organization (FAO) Corporate Document Repository. 2011. Prolific Sheep In Java. http://www.fao.org/DOCREP/004/X6517E/ X6517E04 .htm. [22 September 2011].
Fourie, P. J., F. W. C. Neser, J. J. Oliver, & C. Van Der Weathuizen. 2002. Relationship between production performance, visual appraisal and body measurements of young Dorper Rams. South African Journal of Animal Science 32 : 256-262. Handiwirawan. E, R. R. Noor, C. Sumantri, & Subandriyo. 2011. The differentiation of sheep breed based on the body measurements. J.Ind. Trop.Anim.Agric. 36(1). Herman, R., Suwartono, & Kadarman. 1985. Pendugaan bobot kambing Peranakan Etawah dari ukuran tubuh. Media Peternakan. 10 : 1-11. Inounu, I., D. Ambarawati, & R. H. Mulyono. 2009. Pola warna bulu pada Domba Garut dan persilangannya. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 14(2): 118-130. Inounu, I., D. Mauluddin, R. R. Noor, & Subandriyo. 2007. Analisis kurva pertumbuhan Domba Garut dan persilangannya. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 12: 286-299. Jimmy, S., M. David, K. R. Donald, & M. Dennis. 2010. Variability in body morphometric measurements and their application in predicting live body weight of Mubende and Small East African Goat breeds in Uganda. MiddleEast J. of Scie Research 5 (2): 98-105. Kartika, L. 2008. Keragaman dan karakteristik warna bulu domba-domba lokal (Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut). Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kuswandi & A. Thalib. 2005. Pertumbuhan kambing lepas sapih yang diberi konsentrat terbatas. Prosidiing Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005. Balai Penelitian Ternak Bogor, Bogor. Lisa.
2011. Icelandic Sheep Color and Pattern Genetics. http://www. hawksmountainranch.com/colorpatterngenetics. html. [22 September 2011].
Lestari, A. R. 2009. Penampilau reproduksi Kambing Jawarandu (Studi Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lubis, A., Afnan W., Bahrudin, & Budi S. S. 2010. Beternak dan Bisnis Domba. PT Agro Media Pustaka, Jakarta. Meivilia, M. 2011. Pendugaan bobot hidup pada kambing Kacang berdasarkan ukuran linier tubuh. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Muhammad. 2002. Tata Cara Qurban Tuntunan Nabi. Edisi ke-10. Terjemahan: Aris Munandar. Media Hidayah, Yogyakarta. Mulliadi, D. 1996. Sifat fenotipik domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Noor. R. R. 2008. Genetika Ternak. Cetakan ke-4. Penebar Swadaya, Jakarta. Pamungkas, F. A., A. Batubara, M. Doloksaribu, & E. Sihite. 2009. Petunjuk Teknis Potensi Beberapa Plasma Nutfah Kambing Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 32
Peter, J. P. & J. C. Olson. 1999. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Terjemahan: Damos Sihombing. Erlangga, Jakarta. Rasyid, H. & A. Mahmud. 2011. Pedoman Qurban Praktis dan Higienis. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta. Koja, Jakarta. Riwantoro. 2005. Konservasi plasma nutfah domba Garut dan strategi pengembangannya secara berkelanjutan. Disertasi. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Salamena, J. F. 2006. Karakteristik fenotipik domba Kisar di kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku sebagai langkah awal konservasi dan pengembangannya. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Salim, H. M., M. Shahjalal, A. M. M. Tareque, & N. Akter. 2003. Intake and growth performance of female goats and sheep given concentrate supplement under grazing condition. Pakistan J. of Bio. Sci .6(15);1304. (Abstr.) Setiadi. B., B. Tiesnamurti, Subandryo, T. Sartika, U. Adiati, D.Yulistiani, & I. Sendow. 2002. Koleksi dan evaluasi karakteristik Kambing Kosta dan Gembrong secara ex-situ. Laporan Hasil Penelitian APBN 2001. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Hal 59-73. Slippers, S. C., B. A. Letty, & J. F. de Villiers. 2000. Prediction of the body weight of Nguni goats. South African J. of Anim. Sci. 30(1): 127-128. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan keempat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Subandriyo, B. Setiadi, A. Suparyanto, E. Handiwirawan, & L. Praharani. 2000. Pertumbuhan pra-dan pasca sapih persilangan Domba Rambut dan Lokal Sumatera pada kondisi lapangan percobaan. Prosiding: Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Bogor, 18-19 Sep 2000. Puslitbangnak, Bogor. Subandriyo. 2008. Goat breeding and genetic resources in Indonesia. In Proceedings: International Seminar on Dairy and Meat goat production, Bogor August 5-6, 2008. Bogor: Indonesian Research Institute for Animal Production :29-37. Sumantri, C., Einstiana, J. F. Salamena, & I. Inounu. 2007. Keragaan dan hubungan phylogenic antar domba lokal di Indonesia melalui pendekatan analisis morfologi. J.Ilmu Ternak dan Veteriner 12: 42-54 Suswati. 2010. Sifat kualitatitif dan kuantitatif domba qurban pada grade yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tiesnamurti, B. & A. A Santiananda. 2006. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya genetik Domba Ekor Gemuk. Prosiding Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia. Puslitbang Peternakan, Bogor. Hal: 221-228. Wijonarko, K. 2007. Studi bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh Domba Ekor Gemuk di Pulau Madura dan Rote. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
33
Zeder, M. A. & B. Hesse. 2000. The initial domestication of goats (Capra hircus) in the Zagros mountains 10000 years ago. Science, 287(5461): 2254–2257.
34
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Pengamatan Domba dan Kambing
No
Bangsa/ Jenis Ternak
No Ternak
Umur
Parameter Kuantitatif Lingkar Panjang Bobot dada badan Badan (cm) (cm) (kg)
Parameter Kualitatif Ada Warna tidaknya bulu tanduk
36
Lampiran 2. Populasi Nasional Ternak Kambing dan Domba Tahun 2009-2010 Kambing (ekor) 2009 2010 *) Nanggroe Aceh Darussalam 807506 886468 Sumatera Utara 619941 621496 Sumatera Barat 254449 271140 Riau 184326 186169 Jambi 262072 297386 Sumatera Selatan 365787 413246 Bengkulu 159242 197262 Lampung 1015700 1206383 DKI Jakarta 6061 6122 Jawa Barat 1600423 1825748 Jawa Tengah 3499848 3650341 DI Yogyakarta 308353 319491 Jawa Timur 2779542 2822534 Bali 75138 80001 Nusa Tenggara Barat 439989 457589 Nusa Tenggara Timur 542198 556190 Kalimantan Barat 156354 159482 Kalimantan Tengah 44285 48460 Kalimantan Selatan 123258 130133 Kalimantan Timur 63295 69510 Sulawesi Utara 42814 43456 Sulawesi Tengah 360689 401243 Sulawesi Selatan 437918 442297 Sulawesi Tenggara 114177 117842 Maluku 212554 228814 Papua 42739 44602 Bangka Belitung 10627 11090 Banten 800777 839883 Gorontalo 104672 107289 Maluku Utara 113611 118564 Kepulauan Riau 22037 22998 Papua Barat 13786 15113 Sulawesi Barat 231149 242810 Total 15815317 16841152 Keterangan : *) Angka Sementara Provinsi
Domba (ekor) 2009 2010 *) 193852 221402 268479 268667 4567 5276 3366 3461 56168 58394 33445 33779 4767 5234 82341 83530 1432 1817 5770661 6328643 2148752 2218586 132872 136309 740269 751777 0 0 25878 26654 61049 62415 401 409 1606 1816 3581 3621 930 974 0 0 24699 23419 490 495 177 181 18774 20116 127 134 159 168 619924 657561 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10198766 10914838
37
Lampiran 3. Kuesioner Terhadap Peternakan Penyedia Hewan Qurban 1.
Identitas Usaha Peternakan Nama : Lokasi
:
Mulai berdiri
:
Aset Lahan
:
Kandang
:
Ternak
:
Bentuk perusahaan : 2.
Usaha Peternakan Status kepemilikan ternak
:
Manajemen Pemeliharaan
:
Pakan
:
Sistem pemberian pakan
:
Jenis pakan
:
Pakan utama
:
Pakan tambahan
:
Cara memperoleh pakan
:
Pengeluaran biaya untuk pakan
:
Frekuensi pemberian pakan
:
Perkandangan Bahan bangunan kandang
:
Luasan kandang
:
Jumlah kandang
:
Perawatan kandang
:
Sistem pemeliharaan Sistem pemeliharaan secara umum
:
Sistem penggemukkan
:
-
Lama penggemukan
Penanganan penyakit -
: :
Jenis penyakit dan penanganannya:
38
3.
Permasalahan umum
:
Kendala dalam pemeliharaan
:
Pemasaran Sistem pemasaran
:
Tergabung dalam kelompok pemasaran tertentu : Cara pemasaran
:
Tempat pemasaran
:
Sasaran pemasaran
:
Penentuan harga Lampiran 4. Kuisioner Terhadap Konsumen Hewan Qurban Di MT Farm Identitas Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
Nama : Umur : Alamat : No, Hp/ Telp : Pendidikan terakhir : Pengalaman berdagang:…tahun Daerah pemasaran : Berdagang hewan qurban sebagai a. Usaha utama b. Usaha sambilan Jika usaha berdagang sambilan maka pekerjaan lainnya a. Petani b. Buruh c. Pegawai negeri d. Pegawai swasta e. Lainnya
Komoditas Ternak yang Dibeli 1. Bangsa/Jenis 2. Alasan pemilihan ternak qurban dengan jawaban no. 2 3. Kriteria ternak qurban yang dipilih ( apakah memperhatikan umur, tanduk, warna bulu, bobot badan/ lainnya)
39
Lampiran 5. Uji T Pada Ukuran Tubuh Kambing dan Domba Qurban Uji T Terhadap Bobot Badan Bobot badan Domba Garut (DG) vs Domba Ekor Tipis (DET)
DG DET
Jumlah 37 25
Rataan St. Deviasi Rataan SE 29,32 3,61 0,59 28,45 5,54 1,1
T-Value = 0,69 P-Value = 0,493 Bobot badan Domba Garut (DG) vs Domba Ekor Gemuk (DEG)
DG DEG
Jumlah 37 35
Rataan St. Deviasi Rataan SE 29,32 3,61 0,59 28,45 4,65 0,79
T-Value = 0,89 P-Value = 0,379 Bobot badan Domba Garut (DG) vs Kambing Jawarandu (KJR) Jumlah DG 37 KJR 84
Rataan St. Deviasi Rataan SE 29,32 3,61 0,59 25,82 4,52 0,49
T-Value = 4,54 P-Value = 0,000 Bobot badan Domba Ekor Tipis (DET) vs Domba Ekor Gemuk (DEG)
DET DEG
Jumlah 25 35
Rataan St. Deviasi Rataan SE 28,45 5,54 1,1 28,45 4,65 0,79
T-Value = 0,00 P-Value = 0,999 Bobot badan Domba Ekor Tipis (DET) vs Kambing Jawarandu (KJR)
DET KJR
Jumlah Rataan St. Deviasi Rataan SE 25 28,45 5,54 1,1 84 25,82 4,52 0,49
T-Value = 2,17 P-Value = 0,037
40
Bobot badan Domba Ekor Gemuk (DEG) vs Kambing Jawarandu (KJR) Jumlah DEG 35 KJR 84
Rataan St. Deviasi Rataan SE 28,45 4,65 0,79 4,52 0,49 25,82
T-Value = 2,84 P-Value = 0,006 Uji T Terhadap Lingkar Dada Lingkar dada Domba Garut (DG) vs Domba Ekor Tipis (DET)
DG DET
Jumlah 37 25
Rataan St. Deviasi Rataan SE 69,93 5,56 0,91 69,36 5,04 1,0
T-Value = 0,42 P-Value = 0,676 Lingkar dada Domba Garut (DG) vs Domba Ekor Gemuk (DEG)
DG DEG
Jumlah Rataan St. Deviasi Rataan SE 37 69,93 5,56 0,91 4,83 0,82 35 65,54
T-Value = 3,58 P-Value = 0,001 Lingkar dada Domba Garut (DG) vs Kambing Jawarandu (KJR) Jumlah DG 37 KJR 83
Rataan St. Deviasi Rataan SE 69,93 5,56 0,91 63,92 6,24 0,68
T-Value = 5,26 P-Value = 0,000 Lingkar dada Domba Ekor Tipis (DET) vs Domba Ekor Gemuk (DEG)
DET DEG
Jumlah 25 35
Rataan St. Deviasi Rataan SE 69,36 5,04 1,0 65,54 4,83 0,82
T-Value = 2,94 P-Value = 0,005 Lingkar dada Domba Ekor Tipis (DET) vs Kambing Jawarandu (KJR) Jumlah DET 25 KJR 83
Rataan St. Deviasi Rataan SE 69,36 5,04 1,0 63,92 6,24 0,68
T-Value = 4,46 P-Value = 0,000 41
Lingkar dada Domba Ekot Gemuk (DEG) vs Kambing Jawarandu (KJR)
DEG KJR
Jumlah 35 83
Rataan St. Deviasi Rataan SE 65,54 4,83 0,82 6,24 0,68 63,92
T-Value = 1,52 P-Value = 0,132 Uji T Terhadap Panjang Badan Panjang badan Domba Garut (DG) vs Domba Ekor Tipis (DET)
DG DET
Jumlah 37 25
Rataan St. Deviasi Rataan SE 55,15 4,76 0,78 54,64 4,50 0,90
T-Value = 0,43 P-Value = 0,672 Panjang badan Domba Garut (DG) vs Domba Ekor Gemuk (DEG)
DG DEG
Jumlah 37 35
Rataan St. Deviasi Rataan SE 55,15 4,76 0,78 3,17 0,54 53,36
T-Value = 1,89 P-Value = 0,064 Panjang badan Domba Garut (DG) vs Kambing Jawarandu (KJR) Jumlah DG 37 KJR 83
Rataan St. Deviasi Rataan SE 55,15 4,76 0,78 53,22 6,18 0,68
T-Value = 1,86 P-Value = 0,066 Panjang badan Domba Ekor Tipis (DET) vs Domba Ekor Gemuk (DEG)
DET DEG
Jumlah 25 35
Rataan St. Deviasi Rataan SE 54,64 4,50 0,90 53,36 3,17 0,54
T-Value = 1,22 P-Value = 0,228 Panjang badan Domba Ekor Tipis (DET) vs Kambing Jawarandu (KJR) Jumlah Rataan St. Deviasi Rataan SE DET 25 54,64 4,50 0,90 KJR 83 53,22 6,18 0,68 T-Value = 1,26 P-Value = 0,214 42
Panjang badan Domba Ekor Gemuk (DEG) vs Kambing Jawarandu (KJR) Jumlah DEG 35 KJR 83 T-Value = 0,16
Rataan St. Deviasi Rataan SE 53,36 3,17 0,54 53,22 6,18 0,68 P-Value = 0,877
Hasil Uji T Pada Ukuran Tubuh Berdasarkan Kelas Domba Garut Kelas
LD (cm)
PB (cm)
A-C (n=27)
68,30±4,46a
54,30±4,34
D-F (n=10)
74,35±6,04b
57,45±5,31
Rataan (n=37)
69,93±5,56
55,15S±4,76
LD (cm)
PB (cm)
A-C (n=17)
67,12±4,37A
53,74±4,48
D-F (n=8)
74,13±2,30B
56,56±4,18
Rataan (n=25)
69,36±5,04
54,64±4,50
LD (cm)
PB (cm)
A-C (n=17)
63,52±3,90A
52,58±3,17
D-F (n=8)
70,60±2,80B
55,30±2,30
Rataan (n=25)
65,54±4,83
53,36±3,17
LD (cm)
PB (cm)
A (n=37)
59,91±4,06A
52,34±2,80B
B (n=16)
63,47±2,35B
55,30±2,30
C (n=15)
67,03±3,77C
55,43±5,70BC
D-F (n=15)
73,25±6,36D
61,67±5,38D
Rataan (n=83)
63,92±6,24
53,22±6,18
Domba Ekor Tipis Kelas
Domba Ekor Gemuk Kelas
Kambing Jawarandu Kelas
43
Lampiran 6. Uji T Harga Domba Bertanduk dan Tidak Bertanduk Uji T Harga Domba Bertanduk dan Tidak Bertanduk Berdasarkan Kg Bobot Hidup Hipotesis: 𝐻0 = harga domba bertanduk ≤ domba tidak bertanduk. 𝐻1 = harga domba bertanduk > domba tidak bertanduk. T-Value = 4,56
P-Value = 0,000
Nilai t-stat (4,56) > nilai t-tabel (1,982) atau nilai p-value (0,000) < α (0,05), maka tolak 𝐻0 yaitu harga domba bertanduk lebih mahal daripada domba tidak bertanduk pada taraf nyata 5%. Keterangan: nilai t-tabel = t (0,05;df) = t (0,05;109) = 1,982. Uji T Harga Domba Bertanduk dan Tidak Bertanduk Berdasarkan Kelas Hipotesis: 𝐻0 = harga domba bertanduk ≤ domba tidak bertanduk. 𝐻1 = harga domba bertanduk > domba tidak bertanduk. T-Value = 2,24
P-Value = 0,014
Nilai t-stat (2,24) > nilai t-tabel (1,997) atau nilai p-value (0,014) <α (0,05), maka tolak 𝐻0 yaitu harga domba bertanduk lebih mahal daripada domba tidak bertanduk pada taraf nyata 5%. Keterangan: nilai t-tabel = t (0,05;df) = t (0,05;65) = 1,997 Lampiran 7. Analisis Regresi dan Korelasi antara Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Kambing dan Domba Qurban Analisis Regresi dan Korelasi antara Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Domba Garut Korelasi Pearson dari bobot badan dan lingkar dada = 0,746 P-Value = 0,000 Korelasi Pearson dari bobot badan dan panjang badan = 0,466 P-Value = 0,004 Keterangan: P<0,01) = perbedaan sangat nyata (**), P<0,05 = perbedaan nyata (*), P>0,05 = tidak nyata (tn),
Persamaan Regresi: bobot badan (y) = 104,0 - 2,522 lingkar dada (x) + 0,02066 lingkar dada ( x2 ) S = 2,17541 R-Sq = 65,6% R-Sq (adj) = 63,6%
44
Persamaan Regresi: bobot badan (y) = 9,85 + 0,353 panjang badan (x) Penduga Nilai Nilai SE Konstanta 9,851 6,274 Panjang Badan 0,3530 0,1134
T P 1,57 0,125 3,11 0,004
S = 3,23682 R-Sq = 21,7% R-Sq (adj) = 19,5% Analisis Regresi dan Korelasi Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis Korelasi Pearson dari bobot badan dan lingkar dada = 0,708 P-Value = 0,000 Korelasi Pearson dari bobot badan dan panjang badan = 0,577 P-Value = 0,003 Persamaan Regresi: bobot badan (y) = 345,6 - 10,13 lingkar dada (x) + 0,07975 lingkar dada ( x2 ) S = 3,41858 R-Sq = 65,1% R-Sq (adj) = 61,9% Persamaan Regresi: bobot badan (y) = - 10,3 + 0,710 panjang badan (x) Penduga Nilai Nilai SE T P Konstanta -10,34 11,49 -0,90 0,377 Panjang Badan 0,7100 0,2095 3,39 0,003 S = 4,62259 R-Sq = 33,3% R-Sq (adj) = 30,4% Analisis Regresi dan Korelasi Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Korelasi Pearson dari bobot badan dan lingkar dada = 0,845 P-Value = 0,000 Korelasi Pearson dari bobot badan dan panjang badan = 0,490 P-Value = 0,003 Persamaan Regresi: bobot badan (y) = 2460 - 111,1 lingkar dada (x)+ 1,672 lingkar dada ( x2 ) -0,008300 lingkar dada ( x3 ) S = 2,23265 R-Sq = 79,0% R-Sq (adj) = 76,9% Persamaan Regresi: bobot badan (y) = - 9,9 + 0,718 panjang badan (x) Penduga Nilai Nilai SE T Konstanta -9,86 11,90 -0,83 Panjang Badan 0,7180 0,2226 3,22
P 0,413 0,003
45
S = 4,11275 R-Sq = 24,0% R-Sq (adj) = 21,7% Analisis Regresi dan Korelasi Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Kambing Jawarandu Korelasi Pearson dari bobot badan dan lingkar dada = 0,812 P-Value = 0,000 Korelasi Pearson dari bobot badan dan panjang badan = 0,794 P-Value = 0,000 Persamaan Regresi: bobot badan (y) = 533,3 - 23,96 lingkar dada (x) + 0,3651 lingkar dada ( x2 ) - 0,001792 lingkar dada ( x3 ) S = 2,49778 R-Sq = 70,9% R-Sq (adj) = 69,8% Persamaan Regresi: bobot badan (y) = - 5,27 + 0,585 panjang badan (x) Penduga Nilai Nilai SE T P Konstanta -5,267 2,660 -1,98 0,051 Panjang Badan 0,58456 0,04965 11,77 0,000 S = 2,77665 R-Sq = 63,1% R-Sq (adj) = 62,7% Lampiran 8. Uji Khi Kuadrat Penjualan Ternak Qurban di Beberapa Wilayah dan Preferensi Konsumen terhadap Jenis Ternak Qurban Pearson Chi-Square
Value 1234,901(a)
Df 10
Asymp. Sig. (2 sided) 0,000
Nilai X2 hitung= 1234,901; nilai X2 tabel dengan derajat bebas 3 dan alpha (0,05)= 18,31. Nilai X2 hitung > X2 tabel tolak H0 (nyata terdapat perbedaan antara komoditi ternak dengan wilayah konsumen). Uji Khi Kuadrat Preferensi Konsumen Jakarta-Bogor terhadap Jenis Ternak Qurban Pearson Chi-Square
Value 9,003E2a
Df 2
Asymp. Sig. (2 sided) 0,000
Nilai X2 hitung= 900,3; nilai X2 tabel dengan derajat bebas 2 dan alpha (0,05)= 5,99. Nilai X2 hitung > X2 tabel tolak H0, kesimpulannya nyata beda.
46
Uji Khi Kuadrat Preferensi Konsumen Jakarta-Depok terhadap Jenis Ternak Qurban
Pearson Chi-Square
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
2
0,250
2,770
Nilai X2 hitung= 2,770; nilai X2 tabel dengan derajat bebas 2 dan alpha (0,05)= 5,99. Nilai X2 hitung < X2 tabel terima H0, kesimpulannya tidak nyata beda. Uji Khi Kuadrat Preferensi Konsumen Jakarta-Bandung terhadap Jenis Ternak Qurban Value Pearson Chi-Square
4,939E2
a
df
Asymp. Sig. (2-sided)
2
0,000
Nilai X2 hitung= 493,9; Nilai X2 tabel dengan derajat bebas 2 dan alpha (0,05) = 5,99. Nilai X2 hitung > X2 tabel tolak H0, kesimpulannya nyata beda. Uji Khi Kuadrat Preferensi Konsumen Bogor-Tangerang terhadap Jenis Ternak Qurban
Pearson Chi-Square
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
2,154E2a
2
0,000
Nilai X2 hitung = 215,4; nilai X2 tabel dengan derajat bebas 2 dan alpha (0,05)= 5,99, Nilai X2 hitung > X2 tabel tolak Ho (nyata beda). Uji Khi Kuadrat Preferensi Konsumen Bogor-Depok terhadap Jenis Ternak Qurban
Pearson Chi-Square
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
1,647E2a
2
0,000
Nilai X2 hitung = 164,7; nilai X2 tabel dengan derajat bebas 2 dan alpha (0,05)= 5,99. Nilai X2 hitung > X2 tabel tolak Ho, kesimpulannya nyata beda. Uji Khi Kuadrat Preferensi Konsumen Depok-Yogya terhadap Jenis Ternak Qurban Value Pearson Chi-Square
2,024E2
a
df
Asymp. Sig. (2-sided)
2
0,000
Nilai X2 hitung = 202,4; nilai X2 tabel dengan derajat bebas 2 dan alpha (0,05)= 5,99. Nilai X2 hitung > X2 tabel tolak H0 (nyata beda).
47
Uji Khi Kuadrat Preferensi Konsumen Yogyakarta-Tangerang terhadap Jenis Ternak Qurban
Pearson Chi-Square
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
2,220E2a
2
0,000
Nilai X2 hitung= 222; nilai X2 tabel dengan derajat bebas 2 dan alpha (0,05)= 5,99. Nilai X2 hitung > X2 tabel tolak Ho (nyata beda). Uji Khi Kuadrat Preferensi Konsumen terhadap Kriteria Fisik Ternak Qurban
Pearson Chi-Square
Value 40,463(a)
df 3
Asymp. Sig. (2-sided) 0,000
Nilai X2 hitung = 40,463; nilai X2 tabel dengan derajat bebas 3 dan alpha 0,05= 7, 81. Nilai X2 hitung > X2 tabel tolak H0 (terdapat perbedaan pada kedua jenis konsumen dalam pemilihan kriteria ternak qurban)
48