ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENGGEMUKKAN DOMBA DI MITRA TANI FARM (Studi Kasus : Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)
FREDY ADI WIJAYA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Analisis Pendapatan Usahatani Penggemukkan domba di Mitra Tani Farm (Studi Kasus: Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor) merupakan benar hasil karya penulis dengan arahan dari komisi pembimbing yang belum pernah diajukan pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis juga menyatakan bahwa skripsi ini tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang telah disebutkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir. Dengan ini penulis melimpahkan hak cipta dari karya tulis penulis kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Fredy Adi Wijaya NIM. H34114053
ABSTRAK FREDY ADI WIJAYA. Analisis Pendapatan Usahatani Penggemukkan Domba di Mitra Tani Farm (Studi Kasus: Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA. Domba merupakan salah satu komoditas peternakan dengan konsumsi yang meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia saat ini belum mampu mencukupi kebutuhan daging domba dalam negeri. Meningkatnya permintaan daging domba merupakan sinyal bagi para peternak domba yang mengusahakan daging domba yang pada akhirnya akan mempengaruhi penerimaan dan pendapatan peternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan usahatani penggemukkan domba, struktur biaya, penerimaan, pendapatan, dan efisiensi pendapatan usahatani penggemukkan domba. Pemilihan lokasi dilakukan dengan purposive sampling yaitu di Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor sebagai salah satu sentra komoditas domba di Indonesia. Analisis dilakukan dengan analisis usahatani didukung oleh data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani penggemukkan domba di Mitra Tani Farm efisien dan menguntungkan, terlihat dari nilai R/C ratio atas biaya tunai sebesar 1.54 dan R/C ratio atas biaya total sebesar 1,50. Kata Kunci: R/C ratio, analisis usahatani, pendapatan dan keuntungan
ABSTRACT ADI FREDY WIJAYA. Farm Revenue Analysis Of Lamb Fattening In Mitra Tani Farm (Case Study: Tegal Waru Village, District Ciampea, Bogor Regency). Supervised by BUDI WAHYU PRIATNA. Lamb is one of the farm commodity consumption increased from year to year. Indonesia has not been able to fulfill the needs of domestic lamb. The continuing slowdown of production shows that the demand for lamb is on the rise. The increasing deman for lamb is a signal for farmers who seek lamb chops that will ultimately affect their revenue and income. This study aims to detemine the variabilty of lamb fattening in farmm cost structure, acceptance, revenus, and efficiency of lamb fattening in farming income. Location selection is done by purposive sampling in the village of Tegal Waru, Ciampe district, Bogor regency as one of the centres of lamb commodities in Indonesia. Analyses were perfomed with analysis of farming, supported by primary and secondary data. The results showed that fattening sheep farming in the Mitra Tani Farm efficient and profitable, visible from the R / C ratio of 1.54 over cash costs and R / C ratio of the total cost of 1.50. Keywords : R/C Ratio, Farm Analysis, Feeder Lambs, Revenue and Profits
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENGGEMUKKAN DOMBA DI MITRA TANI FARM (Studi Kasus : Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)
FREDY ADI WIJAYA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul
Nama NIM
: Analisis Pendapatan Usahatani Penggemukkan Domba di Mitra Tani Farm (Studi Kasus: Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor) : Fredy Adi Wijaya : H34114053
Disetujui Oleh:
Dr Ir Wahyu Budi Priatna, M Si Pembimbing
Diketahui Oleh:
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai kaya akhir dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Penggemukkan Domba (Studi Kasus: Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor) sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Laporan ini merupakan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan di Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Penelitian ini merumuskan mengenai analisis pendapatan usahatani terkait guna mengetahui pendapatan yang diperoleh Mitra Tani Farm. Analisis dilakukan guna mengetahui struktur biaya, penerimaan, dan pendapatan dari komoditas domba tersebut untuk mengetahui penggunaan input produksi yang akan menghasilkan pendapatan yang lebih menguntungkan. Penyusunan kajian ini juga merupakan suatu proses belajar untuk memahami potensi dan permasalahan yang ada di lapangan, khususnya dalam kegiatan usaha dibidang agribisnis. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata dengan segala keterbatasan dan kekurangan penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan kepada para pembaca sekalian. Amin.
Bogor, September 2013
Fredy Adi Wijaya
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN
ix ix 1
Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 2 3 4 4
TINJAUAN PUSTAKA
4
Sejarah Domba Pendapatan Usahatani Penggemukan Domba
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Klasifikasi Usahatani Biaya Usahatani Penerimaan Usahatani Pendapatan Usahatani Kerangka Pemikiran Operasional Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penentuan Lokasi Penelitian Analisis Usahatani Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Asumsi Dasar Penelitian
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Kecamatan Ciampea Gambaran Usahatani Penggemukan Domba di Mitra Tani Farm Sejarah Mitra Tani Farm Karakteristik Usahatani Penggemukan Domba Kegiatan Usahatani Penggemukan Domba di Mitra Tani Farm
HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Usahatani Penggemukan Domba di Desa Mitra Tani Farm Analisis Struktur Biaya Usahatani Penggemukkan Domba di Mitra Tani Farm Analisis Pendapatan dan Biaya Usahatani Domba di Mitra Tani Farm Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani Domba di Mitra Tani Farm
SIMPULAN SARAN
4 8
11 11 12 13 14 14 14 16 17 17 17 18 18 21
22 22 24 24 25 25
34 34 35 35 37 39
40 40
DAFTAR TABEL 1 Produksi daging domba menurut provinsi tahun 2008–2012 2 Populasi domba di sentra peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 3 Kajian penelitian terdahulu 4 Jenis data dan sumber data penelitian 5 Metode perhitungan usahatani penggemukkan domba di Mitra Tani Farm 6 Klasifikasi penduduk menurut agama 7 Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan pada tahun 2010 8 Ciri-ciri fisik bakalan yang baik 9 Kelebihan dan kekurangan Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis 10 Umur bakalan domba dengan susunan gigi domba 11 Obat dan vitamin di Mitra Tani Farm 12 Kandungan nutrisi konsentrat 13 Daftar harga domba di Mitra Tani Farm 14 Nilai penyusutan pada usahatani penggemukan domba di Mitra Tani Farm 15 Perhitungan analisis efisiensi penggemukkan domba di Mitra Tani Farm
1 2 10 17 21 23 23 28 29 30 31 32 34 37 39
DAFTAR GAMBAR 1 Domba ekor gemuk 2 Domba Ekor Tipis 3 Domba Garut 4 Domba Batur 5 Domba Texel 6 Kerangka pemikiran operasional 7 Kandang panggung di Mitra Tani Farm 8 Kandang koloni di Mitra Tani Farm 9 Kandang batere 10 Layout kandang penggemukan pada mitra tani farm, 2013 11 Grafik biaya variabel di Mitra Tani Farm pada tahun 2013
5 5 6 7 7 15 26 27 27 33 38
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuisioner penelitian 2 Perhitungan L/R penggemukkan domba di Mitra Tani Farm 3 Flow Chart proses penggemukan domba di Mitra Tani Farm
42 46 47
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu subsektor unggulan Indonesia yang terus dikembangkan dalam beberapa tahun belakangan ini. Pengembangan subsektor peternakan merupakan salah satu upaya strategis yang dapat menghasilkan beberapa manfaat, diantaranya pemenuhan kebutuhan bahan makanan yang terus meningkat dan peningkatan jumlah lapangan kerja sektor peternakan sehingga dapat meningkatkan pendapatan rata-rata penduduk Indonesia. Subsektor peternakan menghasilkan beberapa komoditi unggulan yang menjadi komponen utama dalam pengusahaan beberapa pelaku bisnis peternakan di Indonesia, salah satunya yaitu komoditi domba pedaging. Peningkatan permintaan produk peternakan di Jawa Barat dari tahun ke tahun semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi. Domba merupakan salah satu hewan ternak yang mempunyai peranan yang cukup penting dalam pemenuhaan sumber protein, gizi masyarakat dan kebutuhan ekonomi di Indonesia. Komoditas ternak domba terdiri dari daging, wol dan kulit yang berpotensi dan dapat memberi peluang usaha untuk meningkatakn taraf hidup rakyat, karena mempunyai potensi yang sangat besar dan memiliki beberapa keuntungan, seperti mudah perawatannya dan dapat berkembang biak dengan tingkat kesuburan yang tinggi dan mudah beradaptasi. Upaya pengembangan ternak domba di Indonesia saat ini masih perlu ditingkatkan melalui seleksi, seleksi perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu gentik suatu ternak. Tingginya permintaan tidak diiringi dengan perkembangan dan pertumbuhan industri peternakan itu sendiri.Industri peternakan di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Data produksi daging domba berdasarkan provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Produksi daging domba menurut provinsi tahun 2008–2012 Provinsi Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Sumatra Utara
2008 24 212 6 067 9 360 1 318
Tahun (ton) 2009 2010 2011 34 440 7 131 4 597 1 471
27 258 5 412 4 640 1 569
26 459 6 927 5 045 1 589
2012
Pertumbuhan (%)
25 124 7 136 5 148 1 628
-505 302 205 250
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan 2013
Tabel 1 menunjukkan produksi domba di provinsi Jawa Barat cenderung meningkat tiap tahunnya, walaupun terjadi penurunan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengusahaan ternak domba di Jawa Barat terus menerus dikembangkan oleh pelaku usaha ternak domba di Jawa Barat. Pengembangan usaha ternak domba di Jawa Barat didukung dengan rencana daerah Provinsi Jawa Barat yang tertuang dalam Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 yang
2 didalamnya terdapat beberapa isu strategis daerah dan sasaran pembangunan daerah diantaranya Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat yang direspon melalui beberapa kebijakan, diantaranya peningkatan produksi satu juta ekor sapi sapi perah dan sepuluh juta ekor domba, sehingga diharapkan dapat tercapai kemandirian pangan di setiap daerah di provinsi Jawa Barat. Salah satu sentra penghasil domba di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Kabupaten bogor merupakan penghasil domba yang cukup terkenal di daerah Jabodetabek. Produksi domba di Kabupaten/Kota sentra peternakan Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Populasi domba di sentra peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 Kabupaten/Kota Kabupaten Bogor Kabupaten Bandung Kabupaten Sukabumi Kabupaten Cianjur Kabupaten Garut
Jantan 119 810 116 669 110 558 118 153 380 661
Betina 160 988 106 738 399 199 236 306 338 059
Jumlah (ekor) 280 798 223 407 509 757 354 459 718 720
Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2013
Populasi domba di Indonesia saat ini mencapai 19 347 475 ekor, sedangkan populasi domba di Jawa Barat mencapai 4 221 806 ekor (55.92 persen populasi nasional). Permintaan daging domba di Jawa Barat sangat tinggi. Kondisi ini semakin tidak baik oleh sulit tercapainya Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2010. Saat ini diperkirakan kemampuan produksi daging sapi di dalam negeri baru mampu mermberikan kontribusi sekitar 70 sampai 75 persen terhadap kebutuhan nasional, padahal PSDS 2010 yang telah dicanangkan oleh pemerintah menuntut produksi daging sapi dalam negeri untuk memberikan kontribusi sebesar 90 sampai 95 persen. Bila sampai tahun 2010 terjadi kekurangan pasokan daging sapi di pasaran, akan berpengaruh kepada peningkatan konsumsi daging domba, walaupun untuk daging domba mempunyai pangsa pasar tersendiri. Saat ini pangsa pasar daging domba di Indonesia tergolong sangat rendah atau hanya sebesar lima persen, daging unggas 56 persen, daging sapi 23 persen, daging babi 13 persen, daging lainnya tiga persen (Dirjen Peternakan 2006).
Perumusan Masalah Keberadaan peternakan domba sebagai salah satu produsen domba di kabupaten Bogor memiliki peran tersendiri bagi masyarakat sekitar, terutama dalam hal ekonomi dan pemenuhan gizi masyarakat terhadap daging. Kebutuhan domba untuk kegiatan penggemukan diperoleh dari plasma yang dimiliki. Unit usaha penggemukan domba yang berperan sebagai induk dari plasma yang dimiliki yang berperan sebagai menjual indukan berkualitas dan bersedia membeli anakan yang di budidayakan oleh plasma. Dalam usahanya unit usaha penggemukan domba mampu menampung domba sebanyak 1 500 ekor domba. Produksi domba terus meningkat, salah satunya dikarenakan dengan meningkatnya jumlah peternak yang menjadi plasma
3 dan upaya-upaya yang terus dilakukan oleh pihak Mitra Tani Farm untuk membantu para peternak dalam membuka bisnis baru dan meningkatkan produksi domba, diantaranya dengan mengadakan pemeriksaan ke setiap plasma apabila mengalami penurunan produksi dan bekerjasama dalam bidang pemasaran dan rutin mengadakan diskusi serta penyuluhan, seperti dalam hal pembuatan pakan yang baik. Peningkatan produksi domba setiap tahunnya pada unit usaha penggemukan domba menjadi potensi dalam hal ketersediaan bahan baku yang berkesinambungan. Mitra Tani Farm merupakan salah satu peternakan domba yang terkenal di daerah Jabodetabek dan Bandung, karena memliki kemitraan dengan petani-petani dan jaringan di daerah tersebut. Saat ini Mitra Tani Farm memiliki kandang penggemukan dan pembibitan domba. Kandang pembibitan dibangun bertujuan untuk meningkatkan populasi domba, sedangkan kandang penggemukan berfungsi untuk menngemukan domba bakalan hingga layak dijual. Domba yang berada di kandang penggemukan dan pembibitan berasal dari petanipetani yang menjadi mitra. Jenis domba yang ada di Mitra Tani Farm adalah jenis domba ekor gemuk dan domba ekor tipis. Mitra Tani Farm saat ini terfokus pada tujuan awal perusahaan yaitu penggemukan domba, namun masih dapat di jumpai unit bisnis pembibitan domba, akan tetapi unit bisnis ini hanya sekitar lima persen dari total keseluruhan usahanya. Mitra Tani Farm mendapatkan bakalan domba yang sesuai dengan keinginannya dengan bekerja sama dengan peternak mitra yang ada di daerahnya, sehingga didapatkan bakalan domba yang berkualitas. Mitra Tani Farm menggunakan pakan-pakan yang berkualitas, seperti konsentrat dan ampas tahu. Berdasarkan uraian diatas permasalahan yang dikaji dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah struktur biaya dan penerimaan usahatani pada kegiatan penggemukan domba di Mitra Tani Farm? 2. Bagaimanakah pendapatan dan efisiensi pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan usahatani penggemukan domba di Mitra Tani Farm?
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang terjadi di lapangan dan latar belakang penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis struktur biaya dan penerimaan dalam kegiatan usahatani penggemukan domba di Mitra Tani Farm. 2. Menganalisis pendapatan serta efisiensi pendapatan pada kegiatan usahatani penggemukan domba, sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam pengambilan keputusan.
4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu sumber informasi dan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait yaitu: 1. Bagi pemilik perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk pengambilan keputusan. 2. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan manfaat guna melakukan studi lain maupun penelitian ilmiah yang lebih mendalam terkait dengan analisis usahatani penggemukan domba. 3. Bagi peneliti, kajian ini diharapkan dapat menjadi bekal untuk mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam analisis guna pengambilan keputusan yang tepat dalam menjalankan usaha. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dan batasan penelitian yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Penggemukan Domba di Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor ini dikhususkan membahas mengenai Analisis Pendapatan Usaha Penggemukan Domba. Perbandingan dilakukan terhadap analisis biaya, penerimaan, pendapatan, dan R/C ratio.
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Domba Domba atau biri-biri (Ovis) adalah ruminansia dengan rambut tebal dan dikenal orang banyak karena dipelihara untuk dimanfaatkan rambut (disebut wol), daging dan susunya. Jenis domba yang paling banyak dikenal orang adalah domba pemliharaan (Ovis aries), yang diduga keturunan dari moufflon liar dar Asia Tengah Selatan dan Barat-Daya. Untuk tipe lain dari domba dan kerabat dekatnya lihat kambing antilop. Domba berbeda dengan kambing, Berikut jenis-jenis domba : 1. Domba Ekor Gemuk Domba ekor gemuk ini banyak terdapat di Jawa Timur dan Madura, serta pulau-pulau di Nusa Tenggara. Di Sulawesi Selatan dikenal sebagai domba Donggala. Di pulau jawa dikenal juga dengan domba kibas Tanda-tanda yang merupakan karakteristik khas domba ekor gemuk adalah ekor yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor membesar merupakan timbunan lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil tidak berlemak. Warna bulu putih, tidak bertanduk. Bulu wolnya kasar. Domba ini dikenal sebagai domba yang tahan terhadap panas dan kering. Domba ini diduga berasal dari Asia Barat Daya yang dibawa oleh pedagang bangsa Arab pada abad ke-18. Pada sekitar tahun 1731-1779 pemerintah Hindia Belanda telah mengimpor domba Kirmani, yaitu domba ekor gemuk dari Persia. Bentuk tubuh domba ekor gemuk lebih besar dari pada domba ekor tipis. Domba ini merupakan domba pedaging atau domba potong , berat jantan dewasa antara
5 40–60 kilogram, sedangkan berat badan betina dewasa 25–35 kilogram. Tinggi badan pada jantan dewasa antara 60–65 sentimeter sedangkan pada betina dewasa 52–60 sentimeter. Domba ekor gemuk dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Domba ekor gemuk 2. Domba Ekor Tipis Domba ekor tipis ini merupakan domba yang banyak terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini termasuk golongan domba kecil, dengan berat potong sekitar 20–30 kilogram. Warna bulu putih dan biasanya memiliki bercak hitam di sekeliling matanya. Ekornya tidak menunjukkan adanya desposisi lemak. Domba ekor tipis jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan yang betina biasanya tidak bertanduk. Bulunya berupa wol yang kasar. Domba Ekor Tipis atau sering disebut Domba Gembel dalam istilah Indonesia, dikenal merupakan domba asli Indonesia, bersifat prolific (dapat melahirkan anak kembar 2-5 ekor). Baik domba jantan maupun betina merupakan tipe domba penghasil daging atau sering disebut jenis domba potong atau domba pedaging. Domba ekor tipis dapat dilihat pada Gambar 2. Karakteristik: a. Berat domba jantan dapat mencapai 30-35 kilogram dan domba betina dapat mencapai 15-20 kilogram. b. Domba jantan memiliki tanduk kecil dan melingkar, sedangkan domba betina tidak bertanduk. c. Warna bulu dominan putih, dengan warna hitam di seputar mata, hidung dan beberapa bagian tubuh lainnya.
Gambar 2 Domba Ekor Tipis
6 3. Domba Garut Domba ini secara turun temurun berkembang di Indonesia. Domba ini diduga merupakan persilangan dari domba merino, domba ekor gemuk (kibas) dan domba lokal parahyangan. Domba garut, baik jantan maupun betina merupakan domba tipe penghasil daging. Jenis Domba jantan tertentu juga digunakan sebagai domba aduankarena memiliki leher yang kuat. Selain itu kulit domba garut merupakan salah satu kulit dengan kualitas terbaik di dunia. Karakteristik: a. Berat domba jantan dapat mencapai lebih dari 60 kilogram dan domba betina dapat mencapai lebih dari 30 kilogram. b. Domba jantan memiliki tanduk besar, kuat dan melingkar, sedangkan domba betina tidak bertanduk. c. Warna bulu terdiri dari hitam, putih dan coklat atau campuran dari ketiganya. d. Telinga domba dapat berupa daun telinga yang tampak berukuran sedang, atau kecil berbentuk tonjolan saja dan terletak di belakang tanduk. Domba Garut dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Domba Garut 4. Domba Batur Domba Batur merupakan domba hasil persilangan dari domba ekor tipis, domba Suffolk dan domba Texel. Berkembang baik di Indonesia selama bertahun-tahun. Domba batur jantan dan betina merupakan tipe domba potong yang merupakan penghasil daging yang baik.karakteristik domba batur sebagai berikut: a. Berat domba jantan batur dapat mencapai lebih dari 90 kilogram dan domba betina dapat mencapai 80 kilogram. b. Baik domba jantan maupun betina tidak memiliki tanduk. c. Warna bulu dominan putih dan menutupi seluruh tubuhnya hingga bagian muka. Domba Batur dapat dilihat pada Gambar 4.
7
Gambar 4 Domba Batur 5. Domba Texel Domba Texel atau juga dikenal dengan nama Dombos yang artinya Domba Texel Wonosobo. Domba Texel mempunyai ciri khas yang mudah dibedakan dari domba jenis lain yaitu: Mempunyai bulu wol yang keriting halus berbentuk spiral berwarna putih yang menyelimuti bagian tubuhnya kecuali perut bagian bawah, keempat kaki dan kepala. Postur tubuh tinggi besar dan panjang dengan leher panjang dan ekor kecil. Domba Texel tergolong ternak unggulan yang berpotensi sebagai penghasil daging. Bobot badan dewasa jantan dapat mencapai 100 kg dan yang betina 80 kilogram dengan karkas sekitar 55 persen. Dalam penggemukkan secara intensif dapat menghasilkan pertambahan berat badan 265–285 gram/hari. Di samping itu Domba Texel dapat menghasilkan bulu wool berkualitas sebanyak 1 000 gram/ekor/tahun, yang dapat diolah sebagai komoditas yang mempunyai nilai tambah. Domba Texel tergolong ternak yang cepat berkembang biak, dapat beranak pertama kali pada umur 15 bulan dan selanjutnya dapat melahirkan setiap delapan bulan. Anak pertama cenderung tunggal dan anak berikutnya kadang-kadang kembar dua. Domba Texel mempunyai karakter genetik yang cenderung dominan. Domba Texel dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Domba Texel
8 Pendapatan Usahatani Kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai produksi di bidang pertanian. Pada akhirnya kegiatan produksi yang diusahakan akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi atau memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan. Pendapatan usahatani akan mendorong petani untuk mengalokasikan pendapatannya dalam berbagai kegunaan seperti sebagai modal untuk melakukan kegiatan usahatani selanjutnya, tabungan dan pengeluaran lain untuk memnuhi kebutuhan keluarga (Hernanto 1989). Pendapatan yang dihasilkan dalam cukup menguntungkan berdasarkan hasil penelitian terdahulu. Dalton (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Mente (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur)” yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi usahatani jambu Mente saat ini, menganalisi biaya-biaya yang dikeluarkan, menganalisis pendapatan, menganalisis efisiensi usahatani jambu mente. Usahatani jambu mente yang dilakukan para petani pada saat ini adalah usahatani input rendah (low input) dan system usahatani yang dilakukan secara sederhana/konvensional. Hasil analisis biaya menunjukan bahwa pada musim panen pada tahun 2007, total biaya usahatani jambu mente per luas lahan milik petani sebesar Rp 1 530 125 yang terdiri dari total biaya tunak sebesar Rp 214 425 dan total biaya diperhitungkan sebesar Rp 1 315 700. Untuk analisis pendapatan, rata-rata pendapatan yang diperoleh petani adalah sebesar Rp 1 937 600 yang terdiri dari pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 1 723 175 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 407 405. Analisis efisiensi yang menggunakan analisis R/C rasio menunjukkan bahwa petani memperoleh R/C rasio atas biaya tunai sebesar 9.04 dan R/C rasio atas biaya total sebesar 1.27. Nilai R/C atas biaya tunai lebih besar bila dibandingkan dengan biaya tunai. Nilai R/C rasio atas biata total diperoleh > 1, menunjukkan bahwa usahatani jambu mente yang dijalankan petani tergolong efisien dan menguntungkan. Tantri (2008), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Cabang Usahatani dan Tataniaga Pisang Tanduk (Studi kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)” meneliti mengenai bagaimana pengelolaan usahtan pisang tanduk, analisis usahatani pendapatan dan analisis imbangan penerimaan dan biaya atau R/C rasio. Hasil analisis pendapatan dapat diketahui biaya total yang dikeluarkan petani sebesar Rp 236 549 dan besarnya penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp 250 000. Dari hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani pisang tanduk nilai R/C rasio atas biaya tunai sebesar 4.31 dan R/C rasio atas biaya total sebesar 1.05 ini menunjukkan bahwa usahatani pisang tanduk masih menguntungkan bagi petani. R/C atas biaya tunai juga lebih besar bila dibandingkan dengan R/C biaya total. Hal ini dikarenakan bibit pisang tanduk dikelompokkan menjadi biaya diperhitungkan, karena untuk mendapatkan bibit pisang tanduk petani memperolehnya dari anakan pisang tanduk yang sudah ada dari tanaman sbeelumnya. Selain itu, tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan budidaya pisang tanduk menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, sehingga tenaga kerja dikelompokkan kedalam biaya diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh para petani hanya diperuntukkan untuk biaya pupuk dan pajak yang di jumlahnya
9 hanya sebesar Rp 58 000 dan pendapatan atas biaya tunai yang dihasilkan sebesar Rp 192 000 sehingga R/C yang dihasilkan atas biaya tunai lebih besar dari total yaitu 4.31. Dalimunthe (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Usahtani Nenas dengan Standar Prosedur Opersional (SPO) (Kasus: Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor)” meneliti mengenai bagaimana cara meneraplan teknik bercocok tanam secara SPO, perbandingan analsiis biaya dan pendapatan usahatani nenas non SPO dan yang dengan SPO. Peneliti menemukan bahwa teknik bercocok tanam para petani masih ada yang dilakukan secara tradisional, sehingga mutu dan produksi buah nenas yang dihasilkan masih rendag sehingga perlu diterapkan SPO. Dari hasil pendapatan usahatani nenas yang menggunakan SPO dapat diketahui biaya total yang harus dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 16 806 250 dengan total penerimaan sebesar Rp 24 000 000. Nenas non SPO total biaya total yang harus dikeluarkan petani lebih rendah sebesar Rp 19 200.000 jauh dari total penerimaan nenas yang menggunakan SPO, dan pendapatan tunai sebesar Rp 20 087 500. Nilai imbangan penerimaan dan biaya (R/C) atas biaya tunai untuk usahatani nenas SPO sebesar 6.13, sedangkan untuk nenas non SPO sebesar 12.59. Nilai imbangan peneriamaan dan biaya R/C atas biaya tunai lebih besar untuk nenas yang non SPO, hal ini dikarenakan total biaya tunai yang dikeluarkan di nenas SPO lebih kecil yaitu sebesar Rp 1 525 000 dimana kebutuhan untuk pupuk lebih rendah bila dibandingkan kebutuhan pupuk untuk nenas SPO maupun non SPO dimasukkan kedalam biaya diperhitungkan. Tetapi dilihat dari nilai imbangan dan biaya R/C atas biaya total untuk nenas Spo lebih besar bila dibandingkan nenas non SPO yaitu sebesar 1.43 untuk nenas SPO dan 1.39 untuk nenas non SPO lebih layak diusahakan, karena memliki perencanaan yang jelas, sehingga akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan dan tentunya dengan kualitas berbeda. Widianingsih (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Usahatani dan Pemasaran Pepaya California bedasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) (Kasus: Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogoe Jawa Barat)” meneliti mengenai identifikasi dan perbandingan usahatani pepaya California bedasarkan SPO dengan non SPO, menghitung pendapatan kedua usahatani pepaya California, menganalisis dan membandingkan saluran pemasaran usahatani pepaya California bedasarkan SPO dan non SPO. Perbedaan system usahatani pepaya California SPO dan non SPO hanya terletak pada input yang digunakan, yaitu pupuk dan obat-obatan. Hasil analisis pendapatan biaya dapat ditinjau bahwa R/C rasio pepaya California SPO lebih besar dibandingkan dengan non SPO, yaitu nilai R/C rasio atas biaya total untuk pepaya California SPO adalah sebesar 3.02 sementara non SPO adalah 2.46. Perbedaan R/C rasio yang dihasilkan antara pepaya California SPO dan non SPO terletak pad ajumlah produksi yang dihasilkan oleh petani adalah sebesar 297 500 kilogram per hektar dengan harga jual Rp1 750 per kilogram. Sedangkan untuk pepaya California non SPO jumlah produksi yang dihasilkan sebesar 97 480 kilogram per hektat, dengan harga jual Rp1 500 per kilogram. Usahatani pepaya SPO yang dikembangkan petani dapat meningkatkan pendapatan petani menjadi lebih tinggi dari pendapatan petani pepaya non SPO. Secara ringkas untuk penelitian yang terdahulu dan berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
10 Tabel 3 Kajian penelitian terdahulu No 1
Nama Penulis Apollonari Ratu Dalton
Tahun
Judul
2008
Analisis Pendapatan Usahatni Jambu Mente (Kasus di Desa Ratulodog, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur)
2
Artanti Widianingsi h
2008
Analisis Usahatani dan Pemasaran Pepaya California berdasarkan standar prosedur operasional (SOP) (Kasus: Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor Jawa Barat)
3
Siti Fatimah Dalmunthe
2008
4
Tantri Maharani
2008
Analisis Usahatani Nenas dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) (Kasus: Desa Cipelang kecamatan Cijeruk, Kbaupaten Bogor) Analisis Cabang Usahatani dan tataniaga pisang tanduk (Studi kasus:Desa Nanggerang, Kecamatan cicurug, kabupaten sukabumi, propinsi Jawa Barat
Tujuan Penelitian 1.
Menggambarkan kondisi usahatani jambu mente pada saat ini. 2. Menganalisis biayabiaya yang dikeluarkan untuk usahatani jambu mente 3. Menganalisis pendapatan yang diterima petani dari usahatani jambu mente 4. Menganalisis efisiensi usahatani jambu mente 1. Mengindentifikasi dan membandingkan usahatani pepaya California berdasarkan SPO dan Non SPO 2. Menghitung dan membandingkan pendapatan usahatani pepaya California berdasarkan SPO dan Non SPO 3. Menganalisis dan membandingkan saluran pemasaran pepaya California berdasarkan SPO dan Non SPO 1. Menganalisis pendapatan usahatani buah nenas berdasarkan SPO dan non SPO 2. Menganalisi perbandingan hasil usahatani buah nenas berdasarkan SPO dan Non SPO 1. Menganalisis usahatani tanduk di penelitian 2. Menganalisis tataniaga tanduk di penelitian
cabang pisang lokasi sistem pisang lokasi
Metode Penelitian 1. Analisi Sistem Usahatani 2. Analisis Pendapatan Usahatani 3. Analisis R/C Ratio
1. Analisis Sistem Usahatani 2. Analisis Pendapatan Usahatani 3. Analisis R/C Ratio
1. AnalisisPendapat an Usahatani 2. Analisis R/C Ratio
1.Analisis Cabang Usahatani 2. Analisis Tataniaga 3. Analisis R/C Ratio
11
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang memperlajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. (Soekartawi. 2006). Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Perlunya analisis usahatani memang bukan untuk kepentingan petani saja tetapi juga untuk para penyuluh pertanian seperti Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Penyuluh Pertanian Madya (PPM), dan Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS), para mahasiswa atau pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan analisis usahatani. Usahatani pada skala usaha yang luas pada umunya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat komersial, dan sebaliknya usahatani kecil umumnya bermodal pas-pasan, teknologi tradisional, lenih bersifat untuk memnuhi kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan dari dilakukannya kegiatan usahatani adalah memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Konsep memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana cara mengalokasikan sumberdaya yang tersedia dengan jumlah tertentu agar dapat seefifiesn mungkin untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Sedangkan untuk konsep meminimumkan biaya adalah bagamana agar dapat menekan biaya yang sekecilkecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu. (Soekartwai.1986). Ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia adalah : (1) Kecilnya luas lahan yang dimiliki oleh para petani, (2) Modal yang dimiliki para petani terbatas, (3) Rendahnya keterampilan dan pengetahuan manajemen yang dimiliki oleh para petani, (4) Produktivitas dan efisiensi yang rendah, (5) Petani dalam kondisi sebagai penerima harga karena mempunyai posisi yang lemah dan (6) Rendahnya tingkat pendapatan petani. Menurut Hernanto (1989) dalam Dalmunthe, untuk melakukan usahtani ada empat unsur pokok, yaitu : 1. Tanah Usahatani tanah dapat berupa pekarangan, tegalan, sawah dan sebagainya. Status kepemilikan dari tahan tersebut dapat diperoleh dengan cara membeli, menyewa, bagi hasil, pemberian negara, warisan atau wakaf. 2. Tenaga Kerja Tenaga kerja dalam usahatani dapat berupa tenaga kerja manusia, ternak dan alat-alat mekanik. Tenaga kerja manusia dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan.
12 3. Modal Modal merupakan salah satu faktor produksi yang dapat mendukung lancarnya suatu kegiatan usahatani. Modal dalam usahtani digunakan untuk membeli saran produksi serta untuk pengeluaran selama kegiatan berlangsung. Modal tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber, yaitu : milik pribadi, pinjaman atau kredit, warisan dan sebagainya. 4. Pengelolaan atau Manajemen Manajemen usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan mengoragnisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasinya dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan produksi pertanian seperti yang diharpkan. Klasifikasi Usahatani Klasifikasi usahatani terjadi karena adanya perbedaan faktor fisik, ekonomis serta faktor-faktor lain. Faktor fisik meliputi iklim, topografi, ketinggian diatas permukaan air laut dan jenis tanah. Faktor fisik menyebabkan adanya tempattempat tertentu yang hanya mengusahakan tanaman jenis tertentu, karena pada dasarnya masing-masing jenis tanaman selalu membutuhkan persyaratan tertentu pula. Faktor ekonomis meliputi permintaan pasar, pembiayaan, modal yang tersedia dan risiko yang akan dihadapi petani akan membuat batasan kepada petani untuk berusahatani. Faktor lainnya adanya serangan hama penyakit, pilihan pribadi dan sebagainnya akan menetukan dan membatasi kegiatan usahatani (Suratiyah. 2009). KlAsifikasi usahatani dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: 1. Corak dan Sifat Apabila menurut corak dan sifat, usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu komersial dan subsisten. Untuk usahatani komersial telah memperhatikan kualitas serta kuantitas produk karena usahatani komersial bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar dan sangat berorientasi terhadap profit. Sedangkan untuk usahatani subsistance tidak memperhatikan kualitas dan kuantitas karena usahtani ini bertujuan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sifat usahatani sangat sederhana. 2. Organisasi Menurut organisasi usahatani dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Usahatani individual yaitu seluruh proses dikerjakan oleh petani itu sendiri beserta keluarganya dimulai dari perencanaan, mengolah tanah hingga pemasaran ditentukan sendiri. b. Usahatani kolektif yaitu usahatani yang seluruh proses produksinya dikerjakan bersama oleh suatu kelompok yang kemudian hasilnya dibagi dalam bentuk natura maupun keuntungan. c. Usahatani kooperatif yaitu usahatani yang tiap prosesnya dikerjakan secara individual, pengerjaan secara kelompok hanya untuk beberapa kegiatan yang dianggap penting untuk dikerjakan bersama.
13 3. Pola Pola usahatani dibedakan menjadi tiga, yaitu : a. Usahatani khusus ialah usahatani yang hanya mengusahakn satu cabang usahatani saja, misalnya usahatani peternakan, perikanan, dan tanaman pangan. b. Usahat tidak khusus ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha secara bersama-sama, tetapi dalam batasan yang tegas. c. Usahatani campuran ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang secara bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas, seperti tumpang sari dan mina padi. 4. Tipe Menurut tipe usahatani dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan komoditas yang diusahakan, contoh: Usahatani peternakana, tanaman, dan perikanan. Biaya Usahatani Biaya usahatani dapat diartikan sebagai berbagai pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk membiayai seluruh kegiatan usahatani yang dilakukan. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak tunai. Seluruh nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayarkan dengan benda atau berdasarkan kredit harus dimasukkan sebagai biaya. Hernanto (1989) mengkaji biaya-biaya dalam usahatani yang dibedakan berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan atau diperhitungkan (biaya tunai) dan biaya yang tidak dikeluarkan secara langsung (biaya tidak tunai/non tunai). Berbagai biaya tersebut adalah sebagai berikut: a. Biaya tunai Biaya tunai merupakan biaya tetap dan biaya variabel yang langsung dibayarkan secara tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya biaya untuk pengeluaran bibit, obat-obatan, pupuk, dan tenaga kerja yang dikeluarkan secara langsung. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani guna pemenuhan kebutuhan dalam kegiatan usahatani. b. Biaya tidak tunai (non tunai) Biaya tidak tunai dapat dikatakan sebagai biaya yang diperhitungkan dan tidak dikeluarkan secara tunai. Biaya tidak tunai terdiri dari biaya penyusutan alat–alat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga kerja dalam keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai digunakan untuk melihat bagaimana manajemen suatu usahatani yang dikonversi kedalam nilai uang. Petani sebagai pelaksana kegiatan usahatani mengharapkan produksi yang besar agar dapat memperoleh pendapatan yang besar. Petani memanfaatkan modal, tenaga kerja dan sarana produksi lainnya sebagai cara untuk mendapatkan produksi yang sesuai dengan harapan. Produksi yang diterima oleh petani tidak selalu sesuai dengan keinginan para petani.
14 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani dapat diartikan sebagai nilai produk usahatani dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam kegiatan usahatani, maupun digunakan sebagai pembayaran yang disimpan. Penerimaan usahatani merupakan suatu hasil produksi fisik yang dinyatakan dalam jumlah uang yang diperoleh dengan perkalian antara output produksi dengan harga jual per satu satuan output (Soekartawi dkk, 1986). Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor– faktor produksi (lahan, modal, tenaga kerja dan pengelolaan). Fungsi pendapatan dalam usahatani antara lain guna pemenuhan kebutuhan sehari–hari (keluarga petani) maupu kebutuhan kegiatan usahatani selanjutnya. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani guna mengukur imbalan yang diperoleh petani akibat penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan. Penerimaan terdiri dari (1) nilai produk yang dijual: tenaman, ternak, ikan (2) produk yang dikonsumsi dan keperluan lain (3)kenaikan nilai inventaris. Pengeluaran usahatani atau biaya produksi terdiri dari (1)biaya variabel dan biaya tetap (2) biaya tunai (3) biaya yang diperhitungkan (4)penurunan nilai inventaris (5) bunga modal. Pendapatan usahatani dihitung berdasarkan selisih antara penerimaan dan permintaan sebagai ukuran keberhasilan usahatani (Hernanto 1989).
Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka pemikiran terkait dengan permasalahan yang terjadi dilapangan yang telah dirumuskan dalam permasalahan penelitian dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Kerangka pemikiran digambarkan dalam suatu bagan alur kerangka pemikiran yang disebut kerangka pemikiran konseptual. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui pendapatan usatahni penggemukkan pada komoditas domba yang diusahakan oleh Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Usahatani merupakan kegiatan pengelolaan berbagai faktor produksi untuk menghasilkan suatu produk guna memperoleh keuntungan yang diharapkan. Berdasarkan data dan hasil observasi di lapangan diketahui bahwa Mitra Tani Farm mengusahakan penggemukkan domba dengan berbagai jenis domba yang mempunyai keunggulan dan kekurangan dari masing-masing jenis domba. Input merupakan faktor produksi yang mempengaruhi struktur biaya dalam usahatani. Penggunaan input produksi yang terdiri dari bakalan domba, pakan, obatobatan, tenaga kerja dan peralatan yang digunakan. Kerangka pemikiran operasional pada Analisis Pendapatan Usahatani Penggemukkan Domba di Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 1.
15 Apakah Usahatani Menguntungan atau Tidak ?
Usahatani Penggemukkan Domba di Mitra Tani Farm
Analisis Usahatani
Biaya
Penerimaan 1) Daging Domba 2) Kotoran Domba
1) Biaya Tetap 2) Biaya Variabel
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 1) Pendapatan 2) Analisis (R/C)
REKOMENDASI
Gambar 6 Kerangka pemikiran operasional analisis pendapatan usahatani penggemukkan domba (Studi Kasus: Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor) Bakalan domba merupakan input produksi utama yang digunakan untuk menghasilkan output produksi. Pemilihan bakalan domba baik akan sangat mempengaruhi output yang dihasilkan. Penggunaan jumpal input produksi dan harga input produksu yang digunakan akan mempengaruhi struktur biaya usahatani. Penggunaan input yang berbeda akan mempengaruhi jumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam satu kali kegiatan produksi. Selain input produksi, output yang dihasilkan dari pengusahaan komoditas domba. Jumlah output dan harga output yang dihasilkan akan mempengaruhi penerimaan usahatani. Besar
16 kecilnya penerimaan dipengaruhi oleh jumlah output dan harga ouput yang merupakan hasil perkalian kedua variabel tersebut. Penerimaan usahatani merupakan hasil yang diperoleh atas pengkombinasian input produksi sehingga menghasilkan output dengan jumlah dan kualitas yang berbeda. Penggunaan jenis bakalan yang berbeda akan berdampak pada output yang dihasilkan. Biaya dan penerimaan usahatani merupakan faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani. Pendapatan usahatani dihitung berdasarkan hasil pengurangan antara penerimaan yang diperoleh dan biaya yang harus dikeluarkan dalam satu kali kegiatan produksi. Pendapatan usahatani juga dapat dikatakan sebagai selisih antara penerimaan dan biaya. Besar kecilnya biaya maupun penerimaan akan berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan usahatani penggemukkan domba. Pendapatan usahatani menunjukkan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan usahatani yang dilakukan. Pendapatan usahatani perlu dinilai berdasarkan efisiensi pendapatan usahatani guna mengetahui seberapa besar penerimaan yang dihasilkan terhadap seluruh biaya yang dikeluarkan baik tunai maupun non tunai. Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilakn yang dinilai dari segi besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai hasil dari kegiatan yang diusahakan. Berhasil atau tidaknya suatu kegiatan usahatani dilihat berdasarkan efisiensi pendapatan yang dihitung melalui analisis R/C ratio. Analisis R/C ratio yakni merupakan perhitungan atas penrimaan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Analisis pendapatan dan keuntungan menghitung seberapa besar tingkat efisiensi yang dihasilkan dalam kegiatan usahatani penggemukkan domba di Mitra Tani Farm yang tidak hanya memperhitungakn nilai tunai saja tetapi juga nilai-nilai perhitungan non tunai yang sebetulnya penting untuk di perhitungkan. Berdasarkan hasil perhitungan usahatani penggemukkan domba dapat diketahui seberapa besar hasil pengusahaan penggemukkan domba yang telah dijalankan oleh Mitra Tani Farm. Hasil perhitungan yang telah dilakukan selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan, untuk pengambilan keputusan sebagai rekomendasi bagi Mitra Tani Farm.
METODE PENELITIAN Penelitian pendapatan usahatani penggemukan domba di Mitra Tani Farm dilakukan dengan mengukur efisiensi usahatani (R/C ratio). Besaran R/C ratio didapat dengan menganalisa struktur biaya dan penerimaan dari Mitra Tani Farm. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada peternakan dan penggemukan domba di Mitra Tani Farm, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan Kecamatan Ciampea khususnya Desa Tegal Waru merupakan salah satu sentra penghasil domba di Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilakukan dari bulan April 2013 sampai dengan Mei 2013.
17 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi untuk kegiatan penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Penentuan lokasi usaha dilakukan secara sengaja dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di lapangan. Pemilihan teknik dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor merupakan lokasi yang tepat untuk dijadikan subjek penelitian karena memiliki berbagai informasi yang dibutuhkan selama proses penelitian. Analisis Usahatani Analisis usahatani pada dasarnya merupakan alat yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dari suatu kegiatan usahatani. Adapun tujuan dari dilakukannya analisis usahatani adalah untuk melihat dari keragaan dari suatu kegiatan usahatani. Untuk melihat keragaan dari usahatani terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan, yaitu: Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini, terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, berupa data hasil wawancara dan pengisian kuisioner. Responden adalah Mitra Tani Farm yang mengusahakan penggemukan domba pada lahan mereka. Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer, yaitu data-data yang didapat dari literatur ataupun instansi terkait. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, literatur-literatur yang relevan dengan tujuan serta dari sumber lain seperti browsing internet, artikel majalah dan pustaka lainnya. Penggunaan data dan sumber data yang telah diuraikan diatas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jenis data dan sumber data penelitian Jenis Data Primer 1. Komoditas 2. Penggunaan Input 3. Harga Input 4. Produksi 5. Harga Output 6. Keuangan
Sekuder 1. Data Produksi 2. Data Populasi 3. Profil Desa
Sumber
PIC
Ket.
MT Farm MT Farm MT Farm MT Farm MT Farm MT Farm MT Farm
MT Farm MT Farm MT Farm MT Farm MT Farm MT Farm MT Farm
April-Mei 2013 April-Mei 2013 April-Mei 2013 April-Mei 2013 April-Mei 2013 April-Mei 2013 April-Mei 2013
Dirjen Peternakan Dirjen Peternakan Kantor Kecamatan
Peneliti Peneliti Divisi Humas
April 2013 April 2013 April 2013
Keterangan : PIC (Person In Charge
18 Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data primer adalah wawancara dan observasi. Kegiatan wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung dan melakukan diskusi dengan pihak terkait untuk mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan dalam penelitian. Observasi dilakukan dengan cara pencatatan langsung di lokasi penelitian tentang aktivitas usahatani yang dilakukan. Untuk memperoleh data sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur dan mencari data yang bersumber dari internet. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan dengan cara memberikan gambaran deskriptif untuk menggambarkan kondisi umum lokasi usahatani yang dijadikan objek penelitian. Analisis kuantitatif dilakukan dengan mengolah data menggunakan metode analisis usahatani. Data dan informasi yang telah dikumpulkan diolah dengan bantuan kalkulator, komputer dan disajikan dalam bentuk deskriptif dan tabulasi data. Analisis Pendapatan Usahatani Analisis usahatani digunakan untuk melihat seberapa besar pendapatan usahatani yang diperoleh dari kegiatan produksi yang dihasilkan. Analisis usahatani dihitung berdasarkan analisis pendapatan dan efisiensi pendapatan yang dipengaruhi oleh penerimaan dan biaya (Soekartwai, 2006). Perhitungan untuk berbagai komponen dalam kegiatan usahatani secara umum adalah sebagai berikut: 1. Penerimaan Usahatani Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual yang dirumuskan sebagai berikut: TR = P x Q Keterangan: TR = Total penerimaan P = Harga domba Q = Jumlah domba yang dihasilkan 2. Biaya Usahatani Biaya Usahatani adalah penjumlahan biaya secara keseluruhan yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani baik biaya tunai maupun non tunai dan dijumlahkan secara keseluruhan. Perhitungan biaya usahatani adalah sebagai berikut: TC = C + NC
19 Keterangan: TC = Total Biaya C = Total Biaya Tunai (Cash) NC = Total Biaya Non tunai (Non cash) 3. Biaya Produksi a. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya jumlah output. Bahkan bila untuk sementara produksi dihentikan, biaya tetap ini harus tetap dikeluarkan dalam jumlah yang sama, yang termasuk dalam biaya tetap ini misalnya gaji tenaga administrasim penyusutan mesin, penyusutan gedung dan peralatan lain, sewa tanah, sewa kantor dan sewa gudang. b. Biaya Variabel Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya berubah-ubah, tergantung dari banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Semakin besar jumlah output semakin besar pula biaya variabel yang harus dikeluarkan. Yang termasuk dalam biaya variabel ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, bahan bakar, listrik, dan lainnya. 4. Pendapatan Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dan total biaya usahatani. Pendapatan dibedakan atas perhitungan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Perhitungan pendapatan tunai dan pendapatan total adalah sebagai berikut: Perhitungan pendapatan tunai: Y = TR - C Perhitungan pendapatan total: YT = TR - TC Keterangan : Y = Pendapatan tunai atau keuntungan tunai usahatani YT = Pendapatan total atau keuntungan total usahatani TR = Penerimaan usahatani C = Biaya tunai usahatani TC = Biaya total usahatani termasuk biaya tunai non tunai didalamnya Hubungan antara biaya dan penerimaan usahatani ada beberapa kemungkinan yang terjadi, antara lain : a. Biaya usahatani lebih besar dari penerimaan maka usahatani disebut rugi sehingga tidak layak untuk diusahakan.. b. Biaya usahatani sama dengan penerimaan maka usahatani berada dalam kondisi titik impas (Break Even Point) atau disebut tidak rugi atau tIdak untung. c. Biaya usahatani lebih kecil dari penerimaan maka usahatani disebut untung dan layak untuk diusahakan.
20 5. Analisis R/C Ratio Analisis R/C ratio adalah perbandingan antara total penerimaan biaya yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi usahatani. Hal ini menunjukan besarnya penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat dari setiap biaya yang dikeluarkan. Analisis R/C ratio digunakan untuk menilai tingkat efisiensi usahatani yang dilakukan. Setiap usaha dikatakan ekonomis dibandingkan dengan usaha lain apabila rasio output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan lebih menguntungkan. Dalam penelitian ini, efisiensi pendapatan usahatani yang dihitung berdasarkan R/C ratio dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: R/C Atas Biaya Tunai = Total Penerimaan Total Biaya Tunai R/C Atas Biaya Total = Total Penerimaan Total Biaya
Analisis efisiensi pendapatan usahatani digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya. Rasio ini merupakan perbandingan antara penerimaaan kotor yang diterima petani dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi yang terdiri dari analisis R/C ratio atas biaya tunai dan analisis R/C ratio atas biaya total. Hasil analisis R/C ratio menunjukan efisiensi pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan. Hasil analisis R/C ratio dikategorikan sebagai berikut: a. R/C > 1, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan yang lebih besar dari pada tambahan biaya atau secara sederhana kegiatan usaha tani tersebut menguntungkan dan layak dilaksanakan. b. R/C < 1, artinya usahatani tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak untuk dilaksanakan. c. R/C = 1, artinya kegiatan usahatani yang dijalankan berada pada kondisi keuntungan normal yang mengindikasikan bahwa usahatani yang dilakukan tidak untung dan tidak rugi secara ekonomis namun tetap saja merugi dari segi waktu dan tenaga yang dikeluarkan. 5. Penyusutan Penyusutan dilakukan untuk menghitung biaya yang hilang atas penggunaan alat-alat untuk melakukan suatu kegiatan produksi dalam usahatani. Dalam penelitian ini penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Untuk menghitung penyusutan, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Penyusutan = Nilai beli – Nilai sisa Usia Ekonomis
21 Hasil dari perhitungan struktur biaya, penerimaan, pendapatan, dan efisiensi pendapatan selanjutnya akan dimasukkan kedalam tabel.. Penggunaan tabel dilakukan untuk menganalisis hasil perhitungan ekonomi dari masing-masing penggunaan pakan. Tabel usahatani dalam kajian analisis pendapatan usahatani penggemukan domba dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Metode perhitungan usahatani penggemukkan domba di Mitra Tani Farm 1.
2.
3.
4. 5. 6. 7. 8.
Komponen Penerimaaan Produksi Harga Jual Total Penerimaan Biaya Tunai Usahatani Sewa Lahan Bakalan Domba Pakan Hijauan Pakan Konsentrat Obat-obatan Tenaga Kerja Luar Keluarga Total Biaya Tunai Biaya Non Tunai Sewa Lahan (Jika Lahan Milik MT Farm) Tenaga Kerja dalam Keluarga Penyusutan Total Biaya Non Tunai Biaya Total Usahatani Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total R/C atas biaya tunai R/C atas biaya total
Komoditi Domba
Asumsi Dasar Penelitian Analisis struktur biaya dan penerimaan untuk perhitungan pendapatan usahatani penggemukan domba di Mitra Tani Farm menggunakan asumsi sebagai berikut: 1. Total kapasitas seluruh kandang sebanyak 1 500 ekor domba 2. Bobot bakalan domba baik betina maupun jantan seberat 15 kg 3. Bobot akhir domba baik jantan maupun betina seberat 25 kg. 4. Kebutuhan pakan: a. Konsentrat: 0.6 kg per ekor per hari b. Hijauan: 5 kg per ekor per hari c. Ampas tahu: 0.5 kg per ekor per hari 5. Pakan konsentrat dan ampas tahu diberikan setiap hari selama 90 hari, namun untuk pakan hijauan hanya diberikan selama dua minggu pertama. 6. Kebutuhan bahan bakar untuk transportasi sebanyak 600 liter.
22
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Kecamatan Ciampea Kondisi Geografis Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang termasuk daerah pengembangan Wilayah Barat, yang mempunyai luas wilayah sekitar ± 55.63 Km2, dan secara administratif Kecamatan Ciampea terbagi dalam tiga belas Desa, dengan kondisi geografis mempunyai batas dengan : 1. Sebelah Utara : Kecamatan Ranca Bungur dan Kemang 2. Sebelah Selatan : Kecamatan Tenjolaya 3. Sebelah barat : Kecamatan Cibungbulang 4. Sebelah Timur : Kecamatan Dramaga Berdasarkan jarak orbitas serta sarana transportasi anatara pusat pemerintahan Kecamatan Ciampea dengan : 1. Ibukota Negara ( Jakarta ) : 80 kilometer Ibukota Provindi ( Bandung ) : 147 kilometer 2. 3. Ibukota Kabupaten ( Cibinong ) : 29 kilometer Sedangkan bentuk dan kontur tanah wilayah Kecamatan Ciampea diperkirakan sebagai berikut : 1. Dataran sekitar 45 persen, perbukitan sekitar 55 persen 2. Ketinggian wilayah berada diantara 300 di atas permukaan laut 3. Suhu udara antara 300C / 200C 4. Curah hujan rata-rata pertahun sekitar 22 hari Kondisi Demografis Penduduk Kecamatan Ciampea mempunyai pekerjaan yang beraneka ragam, namun secara garis besar sebagian penduduk bekerja sebagai pedagang dan petani. Berdasarkan laporan penduduk bulan Desember 2012, tercatat jumlah penduduk Kecamatan Ciampe sebanyak 41 823 kepala keluarga. Dengan jumlah penduduk sebanyak 149 568 jiwa yang terdiri dari Laki-laki sebanyak 77 177 jiwa dan Perempuan sebanyak 72 391 jiwa. Kondisi Sosial Budaya Mayoritas penduduk Kecamatan Ciampe Bogor adalah suku sunda dengan bahasa sehari-hari yang dipergunakan adalah Bahasa Sunda. Sebagai masyarakat yang terbuka, masyarakat Kecamatan Ciampea tidak menolak kehadiran masyarakat dari luar untuk hidup saling berdampingan dan saling menghormati. Masyarakat Kecamatan Ciampe Kabupaten Bogor mayoritas beragama islam, selain itu di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor juga terdapat agamaagama lain yang hidup berdampingan dan saling damai. Data klasifikasi penduduk menurut agama di Kecamatan Ciampea dapat dilihat pada Tabel 6.
23 Tabel 6 Klasifikasi penduduk menurut agama No 1 2 3 4 5 6
Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Budha Hindu Khonghucu
Jumlah / Jiwa 145 632 761 368 426 216 822
Persen (%) 99.72 0.54 0.26 0.30 0.18 0.58
Sumber : Laporan Tahunan Kasie Kesra Kecamatan Ciampea, 2012
Berdasarkan data klasifikasi penduduk menurut agama, meliputi agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Budha, Hindu, dan Khonghucu, agama Islam mempunyai jumlah yang paling besar diantara agama lainnya ( Tabel 6 ). Hal ini menunjukkan Kecamatan Ciampe mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan agribisnis penggemukan domba. Berdasarkan data yang ada jumlah pemmeluk agama Islam mencapai 145 632 jiwa atau sekitar 99.72 persen, angka tersebut merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan agama lainnya yang terdapat di Kecamatan Ciampea. Kondisi Ekonomi Mayoritas penduduk Kecamatan Ciampe Bogor, Desa Tegal Waru mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang, selain itu di Desa Tegal Waru juga terdapat pekerjaan lainnya. Data jumlah penduduk berdasarkan Pekerjaan atau mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah penduduk Desa Tegal Waru berdasarkan pekerjaan/mata pencaharian pada tahun 2010 Jenis Pekerjaan
Petani PNS / TNI Pensiunan Buruh Pertambangan Pedagang Pengemudi / Jasa Buruh Industri Lainnya
Jumlah/ Jiwa 8 978 180 406 5 857 10 871 563 2 442 1 963
Persen (%) 28.72 0.58 1.30 18.74 34.78 1.80 7.81 6.28
Sumber : Laporan Tahunan Kasie Kecamatan Ciampea, 2012
Berdasarkan data penduduk pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Kecamatan Ciampea, Desa Tegal Waru adalah pedagang yaitu sebanyak 10 871 jiwa atau sebesar 34.78 persen, angka terseut merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan pekerjaan lainnya. Para penduduk di Kecamatan ini tidak hanya berdagang di Kecamatan Ciampea saja, melainkan di Kecamatan lainnya. Sejalan dengan semangat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah terjadi perubahan dalam mengelola segala potensi dan keragaman Daerah dalam mewujudkan penyelanggaraan Pemerintahan. Pelaksanaan pembangunan serta pembinaan kemasyarakatan dan tugas-tugas
24 pembantuan. Kecamatan Ciampea merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Bogor yang termasuk wilayah pengembangan dan pembangunan di Bogor Barat, yang mata pencaharian warga masyarakatnya mempunyai pekerjaan yang beraneka ragam, namun secara garis besar sebagian penduduk adalah bekerja sebagai pedagang dan petani. Wilayah ini diharapkan dapat berfungsi sebagai pengembangan pemukiman, pariwisata, kerajinan, pertanian, perikanan dan pelestarian sumber daya air. Sektor pertanian akan dikembangkan pada kegiatan pertanian berupa pertanian lahan basah, agrowista, lahan kering/perkebunan/palawija. Sektor peternakan dan perikanan, Kecamtan Ciamper merupakan sentra peternakan unggas potong dan domba yang hasilnya untuk pasokan bagi masyarakat Ibukota Negara serta daerah sekitar seperti Kabupaten / Kota Tangerang dan Depok. Pada saat ini Kecamatan Ciampea sedang berupaya untuk dapat menumbuhkembangkan Home Industry tas dan jaket untuk pasaran daerah Jabodetabek, adapun kendala yang sedang dihadapi adalah masalah permodalan akibat suku bunga bank yang tinggi hal ini berpengaruh terhadap nilai jual barang, sehingga harga jual barang akan kalah bersaing dengan pabrik besar yang ada di Kota Bogor. Kecamatan Ciampea memerlukan penanganan kebijakan yang sangat krusial dari pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, hal ini disebabkan karena letak Kecamatan Ciampe merupakan pintu gerbang wilayah barat yang mempunyai banyak potensi yang berlum tergali seperti potensi pertanian, pariwisata, peternakan, home industry, dan lainnya. Hal tersebut perlu mendapat perhatian dari pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor untuk pengembangan wilayah barat, sehingga dapat berdampak positif bagi masyarakat dan peningkatan pendapatan daerah bagi Pemerintah Kabupaten Bogor. Gambaran Usahatani Penggemukan Domba di Mitra Tani Farm Sejarah Mitra Tani Farm Mitra Tani Farm merupakan perusahaan yang bergerak dalam budidaya dan pemasaran komoditas peternakan, khususnya domba. Mitra Tani farm didirikan oleh empat orang yaitu, Budi Susilo Setiawan, S.Pt, Amrul Lubis, S.Pt, M.Afnan Wasom, S.Pt, dan Baharudin, S.Pt pada tahun 2004, keempat pendiri Mitra Tani Farm tersebut merupakan lulusan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Para pendiri Mitra Tani Farm telah terjun di bidang peternakan domba saat masih duduk di bangku perkuliahan. Modal untuk mendirikan peternakan ini didapatkan dari Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Dalam dua tahun Mitra Tani Farm sudah mencapai peningkatan wilayah pemasaran seperti Jabodetabek, Bandung dan Solo. Kemajuan pemasaran tersebut Mitra Tani Farm mendapatkan investasi dari seorang pengusaha bernama Drs. Muhtadi sebesar Rp100 000 000. Modal dari investasi tersebut digunakan untuk membeli lahan, pembuatan kandang, dan pembelian bibit domba. Mitra Tani Farm memiliki Visi, yaitu Menjadikan Mitra Tani Farm sebagai pusat penjualan domba dan kambing di Jakarta, Depok, Bogor, Tanggerang, Bekasi dan daerah Jawa Barat. Selain itu Mitra Tani farm juga memiliki misi untuk mencapai visi tersebut, yaitu menyediakan domba dan kambing murah, sehat dan berkualitas.
25 Mitra Tani Farm dikelola oleh empat orang manajer yaitu, Manajer Produksi dan Adminstrasi, Manajer Pemasaran, Manajer Distribusi, dan Manajer Supplier Stock. Manajer Produksi dan Administrasi bertugas untuk mengatur proses produksi, mulai dari proses pemilihan bakalan hingga penggemukan. Manajer produksi ini merangkap sebagai administrasi yang bertugas mendata jumlah populasi ternak yang terdapat di Mitra Tani farm dan mendata penjualan Mitra Tani Farm. Manajer Pemasaran bertugas untuk mengatur strategi pemasaran di Mitra Tani Farm, sehingga domba yang ada dapat terjual dengan cepat, sedangkan Manajer Distribusi bertugas untuk mengantarkan hewan ternak sampai ke tempat pembeli/konsumen. Pembeli/ konsumen Mitra Tani farm seringkali terdapat di Bandung, Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi) dan Banten. Manajer Supplier Stock bertugas untuk menyeleksi dan menyediakan hewan ternak yang akan dikirim ke Mitra Tani farm untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Karakteristik Usahatani Penggemukan Domba Pada umumnya petani di Desa Tegal Waru melakukan kegiatan usahatani penggemukan domba tidak dengan sistem satuan per ekor, hal ini dikarenakan biaya yang cukup besar untuk melakukan hal itu, sehingga dilakukan pengusahaan dengan menyatukan beberapa domba dengan jumlah dalah satu kandang mencapai 12 sampai 15 ekor. Jenis domba yang diusahakan di Mitra Tani Farm umumnya domba ekor tipis dan domba ekor gemuk. Berdasarkan hasil wawancara dan terjun langsung dilapangan, tipe usahatani penggemukan domba yang dilakukan di Mitra Tani farm umumnya merupakan jenis domba ekor tipis dan gemuk. Kegiatan yang dijalankan bersifat komersial untuk diusahakan dijual ke konsumen guna memperoleh keuntungan. Bentuk kegiatan usahatani yang dilakukan di Mitra Tani farm merupakan kegiatan usahatani penggemukan inti-plasma atau kemitraan. Melalui kegiatan inti plasma dapat memudahkan Mitra Tani Farm dalam mendapatkan pengadaan input, produksi maupun pemasaran. Kegiatan Usahatani Penggemukan Domba di Mitra Tani Farm Umumnya domba dapat dibudidayakan sepanjang tahun, artinya tidak tergantung pada musim. Domba dapat diusahakan baik pada musim hujan, maupun musim kemarau, asalkan ketersedian air pada musim kemarau mencukupi, karena dapat menyebabkan domba kekurangan minum. Mitra Tani Farm melakukan usahatani penggemukan domba karena komoditas domba mempunyai peluang yang cukup baik setiap tahunnya. Berikut merupakan kegiatan usahatani penggemukan domba di Mitra Tani Farm yang terdiri dari kegiatan persiapan kandang, persiapan calon bakalan domba, pemeliharaan, hingga pemanenan dan penanganan pasca panen. Dalam pelaksanaan kegiatan usahatani penggemukan domba, kegiatan yang dilakukan umumnya sama hanya saja dengan peternak lain namun dibedakan dalam penggunaan input produksi meliputi calon bakalan, pakan, dan penanganan saat pemeliharaan.
26 1. Persiapan Kandang Kandang yang digunakan untuk penggemukan domba berbeda dan harus terpisah dengan kandang untuk pembiakan. Tipe kandang yang digunakan yaitu kandang panggung. Lantai pada kandang tipe ini terletak di atas tanah (ada kolong). Fungsi kolong ini untuk menampung kotoran ternak. Kandang yang demikian cocok untuk daerah-daerah yang curah hujannya tingi, sering banjir, dan permukaan tanahnya lembab. Tipe kandang panggung ini mempunyai dua model kandang, yaitu kandang koloni dan kandang batere. Tipe kandang panggung di Mitra Tani Farm dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 7 Kandang panggung di Mitra Tani Farm Kandang yang digunakan di Mitra Tani Farm menggunakan kandang panggung, hal ini dimaksudkan agar mempermudah untuk membersihkan kotoran kandang, sehingga udara di sekitar kandang tidak terlalu menyengat. a) Kandang koloni Kandang koloni adalah kandang yang digunakan untuk menempatkan domba secara berkelompok. Gerakan domba dalam kandang ini bebas, jumlah ternak dalam satu kelompok maksimal 12 sampai 15 ekor. Penempatan domba dalam kelompok perlu disesuaikan dengan berat badan dan jenis kelamin, terutama apabila domba sudah dewasa kelamin (pubertas), sehingga tidak terjadi perkawinan yang tidak direncanakan. Selain itu juga perlu diperhatikan keadaan domba tersebut, bertanduk atau tidak. Jika bertanduk, kemungkinan akan terjadi perkelahian yang dapat mengakibatkan cidera pada tubuh domba. Model kandang koloni di Mitra Tani Farm dapat dilihat pada Gambar 3.
27
Gambar 8 Kandang koloni di Mitra Tani Farm Kandang koloni yang digunakan di Mitra Tani Farm berisikan 12 sampai 15 ekor domba. Di kandang koloni dikelompokkan domba berdasarkan berat bobot domba, sehingga pertambahan bobot domba dapat diketahui dengan baik. b) Kandang batere Kandang batere adalah kandang yang digunakan untuk menempatkan domba secara individu. Kandang seperti ini memiliki sekat-sekat didalamnya. Penempatan domba secara individu ini dapat juga menghindari terjadinya pekelahian domba. Gerakan domba juga terbatas sehingga tidak banyak energi yang hilang untuk aktivitas yang tidak perlu. Model kandang batere di Mitra Tani Farm dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 9 Kandang batere Kandang Batere tidak digunakan di Mitra Tani Farm, karena dalam pembuatan kandang batere membutuhkan biaya yang lebih besar. penggunaan kandang batere membatasi ruang gerak domba, sehingga domba tidak dapat bergerak dengan bebas.
28 2. Persiapan Calon Bakalan Keuntungan usaha penggemukan domba yang paling utama adalah mendapatkan pertambahan bobot badan yang tinggi dalam waktu cepat. Waktu juga menjadi penting dalam penggemukan domba terkait dengan pertumbuhan domba. Oleh karena itu kunci sukses usaha penggemukan domba adalah laju pertumbuhan yang tinggi, dapat diukur dari pertambahan bobot badan harian. Laju pertumbuhan ini ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya potensi genetik, pakan, kesehatan dan lingkungan. Idealnya domba yang akan digemukkan memiliki ciri-ciri fisik seperti pada Tabel 8. Tabel 8 Ciri-ciri fisik bakalan yang baik No Bagian Tubuh 1 Kepala
2
Badan
3
Pantat
4
Kaki
a) b) c) d) e) f) g) a) b) c) d) e) f) g) h) a) b) a) b) c)
5
Bulu/Wool
6
Gigi
d) a) b) a)
7
Jenis Kelamin
b) a) b)
Sumber : Mitra Tani Farm, 2013
Karakteristik Tidak terlalu panjang Dari depan terlihat besar dan lebar Mulut besar dan lebar Moncong tidak runcing Bertanduk sedang Daun telinga panjang Mata tidak rabun. Badan panjang dan besar Punggung rata, lurus (tidak cekung ke bawah), dan lebar (tidak tipis) Dada dalam dan lebar Bentuk perut normal, tidak buncit Tulang iga (dada) terlihat lebar Bagian depan sampai belakang terlihat rata Bentuk badan tidak runving Berat badan berkisar 10 – 25 kg Dari belakang terlihat lebar Tidak runcing Kaki kokoh, lurus, dan kuat Terlihat tonjolan tulang yang besar pada kaki Kaki kuat dan normal, tidak berberntuk X atau O Bila berjalan, kaki terlihat bagus Halus, tidak kasar dan tidak gembel Warna bulu putih polos Jumlah gigi yang dipilh lengkap, rahang atas dan rahang bawah rata Belum ada yang tanggal Pilih bakalan domba jantan, karena pasarnya lebih luas. Pertumbuhan domba jantan lebih cepat dibandingkan dengan domba betina
29 Mitra Tani Farm memilih calon bakalan dengan selektif. Seleksi yang mungkin dilakukan adalah melalui seleksi individu dengan melihat ciri-ciri fisik. Seleksi berdasarkan catatan silsilah/keturunan atau saudara tidak dapat dilakukan, kecuali jika pembibitan dilakukan sendiri. Dalam memilih bakalan domba tidak dapat dilakukan sembarangan, calon bakalan domba harus mempunyai sepsifikasi seprti diatas, sehingga pada proses produksi, penggemukkan domba mendapatkan output domba yang berkualitas baik. 3. Pemilihan Jenis Domba Jenis domba yang dipilih sebagai bakalan untuk digemukkan sebaiknya disesuaikan dengan selera pasar yang akan membeli. Jenis domba yang banyak digemukkan di Mitra Tani Farm adalah domba ekor gemuk (DEG) dan domba ekor tipis (DET). Kelebihan dan kekurangan masing-masing domba dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Kelebihan dan kekurangan Domba Ekor Gemuk (DEG) dan Domba Ekor Tipis (DET) No Parameter 1
Domba Ekor Gemuk (DEG) Relatif lebih lambat
Domba Ekor Tipis (DET) Relatif lebih cepat
Relatif lebih agresif
Relatif lebih tenang
Perlemakan hanya tersebar di permukaan daging atau di bawah kulit
Lemak terbanyak terdapat di ekor. Perlemakan tersebar di permukaan daging dan di dalam daging Relatif lebih tinggi, karena pertumbuhannya lebih cepat sehingga bobot potongnya lebih tinggi. Relatif lebih sesuai untuk sate dan masalan lainnya yang dibakar, karena lemaknya lebih banyak sehingga baunya harum dan rasannya empuk. Tidak semua konsumen mau menerima DEG dengan alasan perlemakan yang berlebih
3
Rataan pertambahan berat badan harian Tingkah laku di kandang Perlemakan
4
Persentase karkas
5
Bahan makanan
6
Pasar untuk wilayah Jabodetabek
Relatif bisa diterima oleh semua konsumen
7
Kualitas kulit
Lebih banyak masuk kualitas dua dan afkir karena susunan wool disekitar perut lebih jarang, kulit lebih tipis
2
Sumber : Mitra Tani Farm, 2013
Relatif lebih rendah karena pertumbuhannya lamat, sehingga bobot potongnya lebih rendah Relatif lebih sesuai untuk masakan gulai, sop, semur, dan masakan berkuah lainnya
Lebih masuk kualitas satu karena kulit lebih tebal, lebih panjang, dan susunan wool lebih rapat dan lebat.
30 Masing-masing jenis domba mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, hal ini disesuaikan dengan permintaan konsumen, untuk konsumen daerah Jakarta dan sekitarnya lebih menyukai domba ekor gemuk, sedangkan untuk daerah bogor dan sekitar lebih menyukai domba ekor tipis. 4. Umur Bakalan dan Pertumbuhan Domba yang akan digemukkan hendaknya masih cukup muda, sehingga masih dapat tumbuh dengan cepat. Domba yang akan digemukkan sebaiknya domba yang berumur satu tahun. Untuk mengetahui umur bakalan domba dapat melihat catatan dari peternakan pembibitan. Namun tidak semua peternakan pembibitan memiliki catatan yang lengkap. Cara praktis untuk mengetahui umur bakalan dpat dilihat dari susunan gigi pada Tabel 10. Tabel 10 Umur bakalan domba dengan susunan gigi domba No 1 2 3 4 5 6
Susunan Gigi Gigi susu belum lepas Sepasang gigi susu berganti dengan gigi tetap Dua pasang gigi susu berganti dengan gigi tetap Tiga pasang gigi susu berganti dengan gigi tetap Seluruh gigi susu berganti dengan gigi tetap Gigi tetap sudah usang
Prediksi Umur < 1 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun Umur berlanjut
Sumber : Mitra Tani Farm, 2013
Pemilihan ini berdasarkan kecepatan pertumbuhan ternak yang mula-mula cepat sampai 1/3 – 1/2 bobot berat badan dewasa, kemudian lambat pada akhir kecepatan pertumbuhan bertambah sampai dengan akhir pertumbuhan. Titik balik saat kecepatan pertumbuhan lambat terjadi saat ternak pubertas (dewasa kelamin) pada umur delapan bulan. 5. Penimbangan dan Penomoran Bakalan Penimbangan domba dilakukan pada saat awal masuk kandang untuk mengetahui bobot awal. Penimbangan berikutnya dilakukan setiap akhir bulan untuk mengetahui pertambahan bobot harian domba. Timbangan yang digunakan untuk menimbang domba dapat berupa timbangan duduk. Namun, bila domba selalu bergerak dan tidak bisa diam, domba bisa dipegang dan ditimbang bersamaan dengan orang yang memegangnya. Bobot domba diketahui dengan cara menyelisihkan bobot total dengan bobot orang yang memegangnya. Pemberian tanda pengenal pada domba digunakan untuk memudahkan dalam pencatatan data. Tanda pengenak yang bisa digunakan untuk mengetahui domba yaitu berupa kalung. Kalung bisa berupa pipa PVC atau lempengan logam yang diikat menggunakan talu nilon. Pada pipa PVC atau lempengan dibuat tulisan berupa angka atau kode huruf yang menunjukkan nama peternakan (farm) dan urutan domba. Kelebihan dari kalung sebagai tanda pengenal adalah bisa digunakan berulangkali dan hanya membutuhkan waktu yang tidak lama dalam memasangkannya. 6. Pemberian Obat dan Vitamin Domba yang datang ke Mitra Tani Farm harus disuntik vitamin dan antibiotik terlebih dahulu. Bagian yang disuntik adalah bagian belakang paha dengan cara disuntikan intramuskuler (tembus daging/otot). Vitamin yang
31 disuntikan adalah vitamin B12 dan vitamin B complecs dengan dosis dua ml setiap domba yang bertujuan untuk mengurangi stress akibat perjalanan selama pengiriman dan meningkatkan daya tahan tubuh domba. Antibiotik disuntikan dengan dosis yang sama yang bertujuan untuk mengobati penyakit yang terdapat pada domba serta mempercepat proses kesembuhan saat infeksi. Daftar obat yang terdapat di Mitra Tani Farm dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Obat dan vitamin di Mitra Tani Farm Nama Obat/Vitamin Albenol Abendazol Limouxin 200 LA Vitamin B Complecs Invermec ATP Tonic Parenteral Gusanex
Kegunaan Obat Cacing Obat Cacing Antibiotik Vitamin Anti Stress Mengontrol Parasit Antibiotik Membunuh Lalat dan Larva pada luka
Cara Pemakain Oral Oral Intramuskular Injeksi Intramuskular Intramuskular Disemprotkan pada bagian luka
Sumber : Mitra Tani Farm, 2013
Obat-obatan yang digunakan di Mitra Tani Farm beraneka ragam tergantung kebutuhan, obat-obatan yang digunakan merupakan obat-obatan yang terbukti mampu mengatasi penyakit yang ada di domba. Pemilihan obat-obatan dilakukan oleh staff yang ahli dibidangnya. 7. Penyediaan Pakan dan Pemberian Pakan Pakan merupakan salah satu bagian terpenting dalam penggemukan domba. Pakan yang umum diberikan berupa hijauan, tetapi pada saat ketersedian hijauan berkurang maka perlu dilakukan penambahan pakan penguat. Pemberian pakan untuk penggemukan di Mitra Tani farm diberikan secara ad libitum, yang artinya pakan yang disediakan senantiasa tersedia di tempat pakan ternak. Pakan yang diberikan biasanya berupa hijuan rumput, ampas tahu, dan konsentrat. Dalam satu kandang dibagi menjadi 10 ruang kandang koloni dan lima kandang khusus beranak, satu ruang koloni berisi 10 – 12 ekor domba. Pakan yang diberikan kepada domba berupa kosentrat dan hijauan untuk proses penggemukan. Di Mitra Tani Farm Konsentrat tidak dibuat sendiri melainkan membeli dari tempat lain. Konsentrat atau pakan penguat merupakan pakan yang memiliki kandungan zat makanan tertentu dengan kandungan energi relatif tinggi, serat kasar dan daya cernanya yang baik. Pakan ini cocok untuk menambah zat makanan yang ada. Konsentrat yang dibeli oleh Mitra Tani Farm merupakan pakan yang komposisinya telah ditentukan oleh Mitra Tani Farm sendiri. Dalam pembuatan konsentrat Mitra Tani Farm bekerjasama dengan pabrik pakan ternak Tani Mulay yang berada di Kecamatan Cibinong – Bogor. Konsentrat yang diinginkan oleh Mitra Tani Farm mempunyai kandungan nutrisi yang dapat dilihat pada Tabel 12.
32 Tabel 12 Kandungan nutrisi konsentrat No 1 2 3 4
Nutrisi Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Total Digestible Nutrient (TDN)
Kandungan 16 – 17 % 6– 7 % 15 – 18 % 70 – 72 %
Sumber : Mitra Tani Farm, 2013
Pada proses penggemukan, kosentrat yang dibutuhkan adalah 0.6 kg setiap harinya untuk satu ekor domba. Pemberian pakan konsentrat dilakukan pada pagi hari, yaitu pukul 07 00 pagi dengan takaran 0.3 kg untuk setiap domba, sedangkan untuk sore hari pada pukul 14.30 diberikan kembali konsentrat dengan takaran yang sama. 8. Pemeliharaan Produktivitas ternak domba, terutama pertumbuhan dan kemapuan produksinya dipengaruhi oleh faktor genetik (30%) dan lingkungan (70%). Pengaruh lingkungan antara lain terdiri dari pakan, teknik pemeliharaan, kesehatan dan iklim. Diantara faktor tersebut pakan mempunyai pengaruh paling besar, yakni sekiatr 60%. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan perawatan tubuh, yakni memerptahankan suhu tubuh, kerja tubuh yang normal, bergerak, dan memperbaiki jaringan yang rusak. Kelebihan pakan di atas kebutuhan hidup pokok tersebut digunakan untuk produksi, yakni pertumbuhan, penggemukan, produksi susu, reproduksi, dan tenaga. Pemeliharaan di Mitra Tani Farm meliputi pemeliharaan domba dan kandang. Pemeliharaan domba dilakukan dengan pencukuran bulu domba, menggunting kuku domba, dan penyuntikan terhadap domba-domba yang sakit, sedangkan untuk pemeliharaan kandang dilakukan pembersihan setiap harinya. Pemeliharaan domba yang rutin dilakukan adalah pencukuran bulu domba. Pencukuran bulu domba ini bertujuan agar tidak ada kutu yang menempel pada kulit domba. Kutu yang menempel pada kulit domba bersifat menghisap darah domba yang mengakibatkan domba stress, sehingga penambahan bobot badan menjadi tidak optimal. Pencukuran bulu domba dilakukan secara manual dengan menggunakan gunting biasa. Sebelum dilakukan pencukuran, kaki domba diikat menggunakan tali rafia kemudian ditidurkan. Hal ini dilakukan agar mengurangi gerakan domba ketika dicukur yang dapat mengakibatkan kulit domba tergunting. Jika kulit domba tergunting maka langsung di semprotkan gusanex. 9. Pengendalian penyakit Pemotongan kuku domba merupakan salah satu perawatan yang dilakukan oleh Mitra Tani Farm. Pemotongan kuku ini bertujuan agar domba dapat berdiri secara seimbang dan terhindar dari penyakit kuku. Selain pemotongan bulu dan kuku, kegiatan penyuntikan terhadap domba yang sakit merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di Mitra Tani Farm. Penyuntikan dilakukan jika ada domba yang sakit. Tanda-tanda domba yang sakit adalah tidak memakan pakan yang diberikan atau lubang duburnya kotor
33 oleh kotoran yang mencret. Domba-domba dengan tanda-tanda tersebut harus segera dilakukan penyuntikan. Obat yang digunakan adalah vitamin B complecs dan Limouxin dengan takaran 2 ml disuntikan ke bagian belakang paha. Agar tidak terkena tulang, jarum suntik yang disuntikan hanya setengah dari panjang jarum suntik tersebut. Penyakit yang sering terjadi di Mitra Tani Farm yaitu Diare, Kudis, Sakit Mata (pink eye), dan kembung (bload). Kegiatan pemeliharaan kandang di Mitra Tani farm meliputi pembersihan kotoran ternak dan pembersihan tempat pakan sehabis diberi pakan. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan di Mitra Tani farm. Pembersihan kotoran ternak di lakukan setiap hari. Kandang penggemukan domba yang terdapat di Mitra Tani farm merupakan tipe kandang panggung. Kandang tipe panggung dipilih bertujuan agar kotoran domba mudah dibersihkan dan diangkut. Kotoran domba tersebut dipakai untuk pemupukan rumput gajah, sayuran organik dan dijual ke perusahaan yang membutuhkan. Harga satu karung kotoran di jual seharga Rp 5000. 10. Pemanenan Pemanenan domba dilakukan selama tiga sampai empat bulan. Pengelolaan yang baik akan memberikan hasil yang optimal. Keberhasilan penggemukan domba bisa dilihat dari bobot hidup domba saat akan dipanen, tingkat kematian (mortalitas) dan kualitas daging (persentase karkas dan perlemakan). Dengan bobot badan yang sama pada awal masuknya bakalan domba, bobot badan akhir domba berbeda-beda sesuai dengan jenis pakan yang diberikan. Desain layout peternakan Mitra Tani Farm 1A
2A
T
3A
S
U 4A
5A
6A
7A
B 8A
9A
10A
11A
12A
Gambar 10 Layout kandang penggemukan pada Mitra Tani Farm, 2013
34 Ket: 1A 2A 3A 4A 5A 6A 7A 8A 9A 10A 11A 12A
: Tempat Pembuangan Limbah : Tempat Pemotongan Domba : Kandang Bibit : Kandang Penggemukan A : Kandang Penggemukan B : Kandang Penggemukan C : Kandang Penggemukan D : Rumah Manajer Produksi dan Administrasi : Rumah Manajer Aqiqah : Kantor : Tempat Penyimpanan Konsentrat : Rumah Pengolah Daging Domba dan Makanan
HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Usahatani Penggemukan Domba di Desa Mitra Tani Farm Kegiatan usahatani penggemukan domba yang dilakukan di Mitra Tani Farm umumnya menggunakan input produksi seperti bakalan domba dengan jenis domba ekor gemuk (DEG) dan domba ekor tipis (DET) yang diperoleh dari wilayah luar jawa dan mitra. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya mitra yang bermitra dengan Mitra Tani Farm. Di Desa Tegal Waru sendiri terdapat sekitar lebih dari 30 peternak yang bermitra dengan Mitra Tani Farm. Ada beberapa faktor banyaknya para peternak yang ingin bermitra dengan Mitra Tani Farm antara lain kemudahan untuk mendapatkan bakalan domba, adanya pemeriksaan rutin oleh Mitra Tani Farm dan pasar yang terjamin. Bakalan domba merupakan input produksi yang sangat penting dalam penggemukan domba, karena dengan bakalan domba yang berkualitas bagus akan menghasilkan output daging domba yang baik, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan peternak. Harga bakalan domba yang dijual kepada konsumen dan kepada mitra memiliki harga yang berbeda. Daftar harga domba di Mitra Tani Farm dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Daftar harga domba di Mitra Tani Farm No 1 2 3 4 5
Nama Produk Domba Jantan Plasma Domba Betina Plasma Domba Jantan Non-Plasma Domba Betina Non-Plasma Betina Bibit/Produktif
Sumber : Mitra Tani Farm, 2013
Harga 50.000/kg 35.000/kg 55.000/kg 40.000/kg 50.000/kg
35 Aspek pasar juga merupakan alasan peternak untuk bermitra dengan Mitra Tani Farm, terjaminnya pasar memudahkan peternak untuk memasarkan domba yang di produksinya. Dalam menjual hasil produksinya Mitra Tani Farm juga menjamin daging domba yang diproduksinya berkualitas baik, karena dibudidayakan oleh staff ahli dibidangnya, sehingga konsumen yang membelinya tidak perlu takut akan daging domba yang akan dibelinya. Analisis Struktur Biaya Usahatani Penggemukkan Domba di Mitra Tani Farm Keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani penggemukkan domba di Mitra Tani Farm terdisi dari biaya tunai dan tidak tunai. Biaya tunai meliputi biaya bakalan, pakan, obat-obatan, tenaga kerja dan pajak tanah yang dikeluarkan setiap tahunnya. Biaya tidak tunai meliputi biaya penyusutan dan biaya sewa lahan milik pribadi yang diasumsikan sebagai biaya non tunai. Harga lahan di Desa Tegal Waru yaitu antara Rp 30 000 – Rp 50 000 per meter persegi, harga rata-rata sewa lahan di Desa Tegal Waru yaitu sebesar Rp 5 000 000 untuk luasan 1 000 meter persegi pertahun. Bakalan domba yang digunakan oleh Mitra Tani Farm terdiri dari domba ekor gemuk (DEG) dan domba ekor tipis (DET). Bakalan domba yang digunakan di peroleh dari plasma yang bekerja sama dengan Mitra Tani Farm yang beradad di wilayah bogor dan luar jawa. Perhitungan rata-rata bakalan domba yang digunakan untuk satu kandang besar sebanyak 120 sampai 150 ekor, tiap kandang koloni terdiri dari 10 sampai 12 sampai 15 ekor domba. Penggunaan pakan dalam kegiatan usahatani penggemukan domba terdiri dari pakan konsentrat yang terdiri dari kangkung kering, dedak dan ampas tahu, untuk kangkung kering dan dedak sudah tercampur di pabrik pakan, sehingga Mitra Tani Farm tidak membuatnya sendiri, akan tetapi komposisi kandungan yang terdapat di pakan berasal dari Mitra Tani Farm, sehingga kualitas pakan yang diperoleh menjadi lebih terjamin kualitasnya. Pakan konsentrat dibeli oleh Mitra Tani Farm dengan harga Rp 2 000 per kilogramnya. Setiap bakalan domba membutuhkan 0,6 kilogram pakan konsentrat setiap harinya, sehingga dalam satu hari Mitra Tani Farm membutuhkan pakan sebanyak enam kilogram untuk 1 500 ekor domba dan biaya sebesar Rp 600 000 setiap bulannya, sehingga membutuhkan biaya Rp 1 800 000 setiap siklus produksi yaitu sekitar tiga bulan. Dalam penggemukkan penggunaan pakan rumput hanya untuk mengdaptasikan bakalan domba yang baru masuk dan untuk selanjutnya digunakan pakan konsentrat secara keseluruhan. Penggunaan obat-obatan oleh Mitra Tani Farm sangat beragam, hal ini sangat dipengaruhi oleh jenis penyakit yang dialami oleh domba. Jenis obatobatan yang digunakan anatra lain Albenol, Abendazol, Limouxin 200 LA, Vitamin B Complecs, Invermec, ATP Tonic Parenteral, Prima Colmy Plus, Oxysalmo LA, Gusanex. Tenaga kerja di Mitra Tani Farm berasal dari warga daerah sekitar. Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan wanita. Tenaga kerja laki-laki bekerja dalam kegiatan produksi, seperti seleksi bakalan, pemeliharaan, penjualan, administrasi hingga pemananenan, sedangkan tenaga kerja wanita melakukan kegiatan pencatatan jumlah domba yang akan di beli. Jam
36 kerja yang diberlakukan di Mitra Tani Farm dimulai pukul 07 00 WIB sampai dengan pukul 16 00 WIB. Jumlah upah yang diberikan pada jenis pekerjaan yang dilakukan hampir sama. Setiap pekerja diberikan upah sebesar Rp 200 000–Rp 250 000 setiap minggunya, yang membedakan untuk manajer/pemilik pembagian keuntungan yang dilakukan, sesuai kesepakatan para manajer. Seluruh perhitungan biaya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 14 Biaya tunai pada usahatani penggemukkan domba di Mitra Tani Farm tahun 2013 No
Biaya Tunai
Harga/Satuan
Biaya Variabel Bakalan Domba Domba Jantan (ekor) Rp 48.000 Domba Betina (ekor) Rp 30.000 Total Biaya Bakalan 2 Pakan Konsenrat (kg) Rp 2.000 Hijauan (kg) Rp 350 Ampas Tahu (kg) Rp 600 Total Biaya Pakan 3 Obat-obatan 4 Bahan Bakar (liter) Rp 6.500 Total Biaya Variabel Biaya Tetap 4 Tenaga Kerja Manajer Pemasaran Manajer Produksi Manajer Supplier Stock Bagian Kandang Supir Administrasi Total Biaya Tenaga Kerja Biaya Lembur Rp 25.000 Listrik, Air, Telepon Biaya Makan Rp 15.000 Total Biaya Tetap Total Biaya Tunai
Jumlah
3 Bulan
1
18000 4500
Rp Rp Rp
81000 105000 67500
Rp 162.000.000 Rp 36.750.000 Rp 40.500.000 Rp 239.250.000 Rp 860.000 Rp 3.900.000 Rp 1.243.010.000
600
1 1 1 10 1 2 4 16
864.000.000 135.000.000 999.000.000
Rp 10.500.000 Rp 10.500.000 Rp 10.500.000 Rp 30.000.000 Rp 3.000.000 Rp 6.000.000 Rp 70.500.000 Rp 300.000 Rp 480.000 Rp 21.600.000 Rp 71.280.000 Rp 1.314.290.000
Peralatan yang digunakan dalam usahatani penggemukan domba di Mitra Tani Farm umunya hampir sama dengan kegiatan usahatani penggemukan domba lainnya. Peralatan yang digunakan meliputi kandang, pompa air, sekop, lampu, kabel, tandon, talang air, karung, sumur, dan saklar listrik. Perhitungan kepemilikan peralatan dilakukan untuk menghitung biaya non tunai berupa biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh Mitra Tani Farm. Peralatan merupakan investasi yang digunakan dalam kegiatan usahatni dimana penggunaannya tidak habis dalam satu kali masa produksi, sehingga perhitungannya hanya dilihat
37 berdasarkan nilai penyusutannya dalam satu musim tanam dan tidak dihitung berdasarkan harga beli peralatan. Penggunaan perlatan dan nilai penyusutan peralatan dalam usahatani penggemukan domba dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 15 Penggunaan alat dan nilai penyusutan pada usahatani penggemukan domba di Mitra Tani Farm Jenis Alat Kandang Pompa Air Mobil Sekop Lampu Kabel Tandon Talang Air Karung
Nilai Investasi Rp 8.000.000 Rp 3.500.000 Rp 100.000.000 Rp 70.000 Rp 45.000 Rp 5.000 Rp 500.000 Rp 3.750 Rp 2.000
Jumlah Umur Ekonomis 10 8 1 8 1 8 1 1 40 1 36 8 1 8 90 2 50 1 Total Penyusutan
Nilai Sisa Rp 8.000.000 Rp 350.000 Rp 10.000.000 Rp 7.000 Rp 180.000 Rp 18.000 Rp 50.000 Rp 33.750 Rp 10.000
Penyusutan per periode(3 Bulan) Rp 2.250.000 Rp 98.438 Rp 2.812.500 Rp 15.750 Rp 405.000 Rp 5.063 Rp 14.063 Rp 37.969 Rp 22.500 Rp 5.661.281
Penyusutan per Tahun Rp 9.000.000 Rp 393.750 Rp 11.250.000 Rp 63.000 Rp 1.620.000 Rp 20.250 Rp 56.250 Rp 151.875 Rp 90.000 Rp 22.645.125
Sumber : Mitra Tani Farm
Dalam satu kali siklus produksi yakni sekitar tiga bulan, biaya penyusutan yang diperhitungkan dalam biaya non tunai ialah sebesar Rp 5 661 281. Sedangkan biaya penyusutan dalam satu tahun ialah sebesar Rp 22 645 125. Berdasarkan urain diatas dapat diketahui berbagai faktor produksi yang mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh Mitra Tani Farm. Analisis Pendapatan dan Biaya Usahatani Penggemukan Domba di Mitra Tani Farm Hasil analisis pendapatan usahatani penggemukkan domba menunjukkan selisih antara penerimaan adan biaya yang harus dikeluarkan, dilihat berdasarkan nilai yang dihasilkan. Analisis pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan yang dihasilkan dengan sejumlah biaya yang dikeluarkan. Analisis pendapatan usahtani penggemukkan domba di Mitra Tani Farm berdasarkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Komponen-komponen penerimaan Mitra Tani Farm terlihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Penerimaan usahatani penggemukkan domba di Mitra Tani Farm tahun 2013 Penerimaan Domba Jantan Domba Betina Kotoran Domba Kulit Domba
Satuan Kg Kg Karung Lembar
Bobot Domba 25 25
Total Penerimaan
Jumlah 1200 300 1200 1500
Rp Rp Rp Rp
Harga 55.000 35.000 5.000 60.000
3 Bulan
1 Tahun
Rp 1.650.000.000 Rp 262.500.000 Rp 24.000.000 Rp 90.000.000 Rp 2.026.500.000
Rp 6.600.000.000 Rp 1.050.000.000 Rp 72.000.000 Rp 360.000.000 Rp 8.082.000.000
Analisis pendapatan usahatani penggemukkan domba di Mitra Tani Farm dihasilkan penerimaan untuk satu periode sebesar Rp 2 026 500 000, sedangkan untuk satu tahun dihasilkan laba bersih sebesar Rp 8 082 000 000. Pendapatan
38 yang besar tentunya mempunyai kendala dalam pengusahaannya, mencari bakalan domba yang berkualitas tidaklah mudah. Untuk mendapatkan bakalan domba yang berkualitas Mitra Tani Farm Bekerja sama dengan para peternak yang ada di wilayah Jabodetabek dan luar jawa, sehingga ketersediaan pasokan domba untuk konsumen maupun mitra dapat terpenuhi. Saat ini konsumen yang rutin setiap harinya untuk membeli domba berasal dari wilayah jakarta, setiap harinya konsumen memesan 10 ekor domba. Pendapatan yang tinggi sejalan dengan biaya yang dikeluarkan dan kendala produksi yang dijalankan. Grafik komposisi biaya produksi di Mitra Tani Farm dapat dilihat pada Gambar 11.
Biaya Produksi per Periode 52%
13%
23%
12%
Pakan Konsentrat
Pakan Hijauan
Pakan Ampas Tahu
Tenaga Kerja
Gambar 11 Grafik biaya produksi di Mitra Tani Farm pada tahun 2013 Biaya produksi yang terdapat di Mitra Tani Farm dapat dilihat pada gambar diatas, setiap periodenya Mitra Tani Farm harus mengeluarkan biaya produksi seperti pakan konsenrat, pakan hijauan, pakan ampas tahu, obat-obatan dan tenaga kerja. Biaya terbesar terdapat pada biaya konsenrat yaitu sebesar 52 %, biaya pakan hijauan sebesar 12%, biaya pakan ampas tahu sebesar 13, dan tenaga kerja sebesar 23% dengan jumlah output domba yang dikeluarkan sebanyak 1 500 ekor. Biaya tetap total (TFC) yang terdapat di Mitra Tani Farm setiap periode produksinya sebesar Rp 71 280 000, setiap bulannya dengan jumlah output yang relatif tetap. Sehingga dapat dikatakan biaya tetap yang dikeluarkan oleh Mitra Tani Farm tidak berpengaruh terhadap banyaknya hasil produksi Dari hasil perhitungan pendapatan yang diterima oleh Mitra Tani Farm setiap periodenya semakin meningkat. Usaha penggemukkan domba ini mempunyai pangsa pasar yang cukup baik untuk diusahakan. Hal tersebut dapat menandakan berkembangnya usaha penggemukkan domba yang semakin meningkat.
39 Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani Penggemukkan Domba di Mitra Tani Farm Analisis efisiensi pendapatan dihitung nilai R/C ratio pada usaha penggemukkan domba yang dihasilkan dari penggunaan bakalan domba. Sama seperti halnya analisis pendapatan, analisis R/C Ratio juga dihitung berdasarkan analisis R/C ratio atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai R/C ratio yang dihasilkan atas biaya tunai pada komoditas penggemukkan domba ialah sebesar 1.54 yang artinya bahwa setiap Rp 1 yang dikeluarkan atas biaya tunai akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 154. Sedangkan nilai R/C ratio dari penerimaan yang dikeluarkan terhadap total biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan adalah sebesar Rp 1.50, yang artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan dari biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1.50. Berdasarkan hasil analisis R/C ratio dari pengusahaan penggemukkan domba baik atas biaya tunai maupun biaya total keduanya sama-sama menguntungkan, dapat dilihat bahwa keduanya memiliki nilai R/C lebih dari satu yang artinya kegiatan usahatani penggemukkan domba ini masih layak untuk dilanjutkan. Dilihat dari sisi efisiensi pendapatan, usahatani penggemukkan domba tersebut efisien utnuk diusahakan. Nilai R/C ratio juga berbanding lurus dengan nilai pendapatan. Hasil perhitungan atas efisiensi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Hasil perhitungan analisis efisiensi usahatani penggemukkan domba di Mitra Tani Farm.
Keterangan R/C atas Biaya Tunai R/C atas Biaya Total
3 Bulan 1,54 1,50
1 Tahun 1,54 1,53
Dari hasil perhitungan usahatani penggemukkan domba efisien untuk dijalankan, hanya saja terdapat beberapa kendala dalam pengusahaanya seperti sulitnya bakalan domba saat menjelang hari raya, serta kesulitan menyimpan pakan seperti ampas tahu yang mudah busuk, namun semua itu tentunya sesuai dengan keuntungan yang dihasilkan. Nilai R/C yang didapatkan dari biaya tunai dan biaya total sama, hal ini dikarenakan biaya non tunai yang tidak terlalu besar, sehingga tidak mempunyai pengaruh yang cukup besar.
40
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Sebagian besar bakalan domba yang digunakan menggunakan jenis domba ekor gemuk (DEG) dan domba ekor tipis (DET). Bakalan domba yang digemukkan di Mitra Tani Farm juga sebagian besar berjenis kelamin jantan. Berdasarkan struktur biaya yang dihasilkan, besarnya biaya yang dikeluarkan berbanding lurus dengan keuntungan yang dihasilkan. Analisis pendapatan usahatani penggemukkan domba menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp 686 556 500 setiap periodenya dengan jumlah domba jantan sebanyak 1 200 ekor dan domba betina sebanyak 300 ekor. Analisis efisiensi menunjukkan bahwa usahatani penggemukkan domba dengan nilai R/C ratio atas biaya tunai senilai 1.54 dan R/C atas biaya total sebesar 1.50. Perhitungan efisiensi pendapatan menunjukkan bahwa penggunaan bakalan domba pada usahatani penggemukkan sudah berjalan efisien. Hal ini dapat dijadikan rekomendasi bagi para peternak lainnya dalam menjalankan usahanya, salah satu faktor penting dalam pengusahaan penggemukan domba terdapat pada bakalan domba dan pakan yang digunakan.
SARAN Berdasarkan hasil kajian, dengan melihat prospek pengusahaan penggemukkan domba, menghasilkan pendapatan yang relatif besar dan efisien, sehingga sebaiknya penambahan investasi baru berupa kandang dapat dipertimbangkan oleh Mitra Tani Farm guna memperoleh keuntungan yang diperoleh dalam kegiatan penggemukkan domba.
41
DAFTAR PUSTAKA Dalimunthe, SF. 2008. Analisis Usahatani Nenas dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) (Kasus: Desa Cipelang kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor) [Skripsi] Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Daton, AR. 2008. Analisis Pendapatan Usahatni Jambu Mente (Kasus di Desa Ratulodog, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) [Skripsi] Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jendral Peternakan. 2009. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian. Hernanto, Fadholi. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Maharani, T. 2008. Analisis Cabang Usahatani dan tataniaga pisang tanduk (Studi kasus:Desa Nanggerang, Kecamatan cicurug, kabupaten sukabumi, propinsi Jawa Barat) [Skripsi] Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Soekartawi, A. Soeharjo. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI - Press. Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta : PT Raja GrafindoPersada. Soekartwai 2006. Analisis Usahatani. Jakarta : Universitas Indonesia Suratiyah. 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya Widianingsih, A. 2008. Analisis Usahatani dan Pemasaran Pepaya California berdasarkan standar prosedur operasional (SOP) (Kasus: Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor Jawa Barat) [Skripsi] Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Nuraini I. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro. Malang : UPT Universitas Muhammadiyah Malang
42
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner penelitian Kuesioner Penelitian untuk Mitra Tani Farm Kabupaten Bogor, Jawa Barat Kuisioner ini digunakan sebagai sumber data primer dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Penggemukan Domba di Mitra Tani Farm, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat” oleh Fredy Adi Wijaya H34114053. Semua informasi bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk kepentingan akademis.
Hari / Tanggal
:
Waktu
:
1. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Identitas Diri Nama Jenis Kelamin Umur Alamat Nomor Telepon Pendidikan Terakhir Jumlah Anggota Keluarga Status Keluarga 1. Istri 2. Anak 3. ...... 4. .......
Umur
: : : : : : Tingkat Pendidikan
8. 9.
Pengalaman Menggemukan Domba Alasan Menggemukan Domba
: :
2. 1. 2. 3. 4.
Investasi Modal Awal Sumber Kepemilikan Modal Sumber Pinjaman Bunga Pinjaman
: : Pribadi/Pinjaman : :
Pekerjaan
43 Bangunan dan Peralatan Penggemukan Domba Bangunan atau Alat
Jumlah
Tahun Pembuatan dan Pembelian
Harga Pembuatan dan Pembelian
Umur Pakai
3.
Tentang Perkembangan Penggemukan Domba
1.
4.
Pada tahun berapa pertama kali memulai usaha penggemukan domba ?.......... Pada saat melakukan penggemukan pertama kali, berapakah harga yang diterima ?....... Bagaimana perkembagan harga domba dari tahun ketahun ? a. Meningkat b. Menurun c. Cenderung Stabil Kriteria Bakalan Domba ?......
4.
Keragaan Pendapatan Usahatani Penggemukan Domba
1. 2. 3. 4.
Luas Lahan Penggemukan Domba Jumlah Kandang Kapasitas Kandang Asal Pemerolehan Bakalan Domba a. Beli Nama Penjual Harga Bakalan Domba b. Petani Sendiri c. Lainnya Pakan
2. 3.
5.
Jenis Pakan
Asal Pakan
Harga Pembelian
: : : : : : : :
Berapa banyak Pemberian Pakan
Intensitas Pemberian Pakan
44 6.
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja Kegiatan Lakilaki
Perem puan
Anak anak
Keluarga/ Non Keluarga
Berapa Jam Kerja Per Hari
Berapa Hari Pengguna aan TK
Upak TK
Pemilihan Bakalan Domba Persiapan Kandang Pembuatan Pakan Pemberian Pakan Pembersihan Kandang Pengendalian Penyakit Penjualan/Pe masaran Pemotongan Jumlah
7.
Pengendalian Penyakit Jenis Hama dan Penyakit 1. .... 2. ..... 3. ..... 4. ..... 5. ......
8.
Bahan atau Alat
Dosis
Harga
Teknis Pengendalian
Pemanenan Bahan dan Alat
Jumlah
Harga
45 A. Biaya dan Pendapatan Penggemukan Domba 1. Sifat Usaha Penggemukan Domba : Utama/Sampingan *Jika utama berhenti sampai pertanyaan ini 2. Usaha Sampingan : 3. Pendapatan Usaha Sampingan : 4. Status kepemilikan : Pribadi/Sewa 5. *Jika Sewa Besarnya Biaya Sewa : 6. *Jika Pribadi Besarnya Pajak Lahan : Sarana Produksi Penggemukan Domba 1. 2. 3. 4. 5.
7.
Uraian Bakalan Pakan ....... ........ ....... Total
Jumlah
Harga
Penerimaan Usaha Penggemukan Domba
Jumlah Penjualan Domba (Kg) a
Harga Daging Domba (Kg) b
Penerimaan Usaha Penggemukan Domba axb
46 Lampiran 2 Perhitungan L/R penggemukkan domba di Mitra Tani Farm
Penerimaan Domba Jantan Domba Betina Kotoran Domba Kulit Domba Total Penerimaan Biaya Variabel Bakalan Domba Domba Jantan Domba Betina Total Biaya Bakalan Pakan Konsenrat Hijauan Ampas Tahu Total Biaya Pakan Obat-obatan Bahan Bakar (liter) Total Biaya Variabel Laba Kotor Biaya Tetap Tenaga Kerja Manajer Pemasaran Manajer Produksi Manajer Supplier Stock Bagian Kandang Supir Administrasi Total Biaya Tenaga Kerja Biaya Lembur Listrik, Air, Telepon Biaya Makan Sewa Lahan Penyusutan Total Biaya Total Biaya Tetap Laba Bersih
Rp Rp Rp Rp Rp
3 Bulan 1.650.000.000 262.500.000 24.000.000 90.000.000 2.026.500.000
Rp Rp Rp
864.000.000 135.000.000 999.000.000
Rp 3.456.000.000 Rp 540.000.000 Rp 3.996.000.000
Rp 162.000.000 Rp 36.750.000 Rp 40.500.000 Rp 239.250.000 Rp 860.000 Rp 3.900.000 Rp 1.243.010.000 Rp 783.490.000
Rp 648.000.000 Rp 147.000.000 Rp 162.000.000 Rp 957.000.000 Rp 3.440.000 Rp 15.600.000 Rp 4.972.040.000 Rp 3.109.960.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp 42.000.000 Rp 42.000.000 Rp 42.000.000 Rp 120.000.000 Rp 12.000.000 Rp 24.000.000 Rp 282.000.000 Rp 1.200.000 Rp 1.920.000 Rp 86.400.000 Rp 5.000.000 Rp 158.952.000 Rp 105.734.000 Rp 387.734.000 Rp 2.722.226.000
10.500.000 10.500.000 10.500.000 30.000.000 3.000.000 6.000.000 70.500.000 300.000 480.000 21.600.000 1.250.000 39.738.000 26.433.500 96.933.500 686.556.500
Rp Rp Rp Rp Rp
1 Tahun 6.600.000.000 1.050.000.000 72.000.000 360.000.000 8.082.000.000
47 Lampiran 3 Flow Chart proses penggemukan domba di Mitra Tani Farm
Domba Datang
Tahap 1 (Penanganan Domba saat Datang
2 Hari
Penimbangan dan Pencatatan 1 Hari
Sisa Hasil Produksi
Kotoran Domba
Sisa Hasil Produksi
Proses Pembibitan
Pemberian Pakan dan Pemeliharaaan
Proses Penggemukan
Kotoran Domba
3 – 4 Bulan
1 Tahun
Bibit Siap Jual
Tahap 2 (Proses Produksi)
Domba Siap Potong dan Jual
48
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Fredy Adi Wijaya, lahir di Bogor pada tanggal 8 Februari 1989, penulis merupakan anak pertama, sebagai anak kandung dari Bapak Andri Oei dan Ibu Lusih Suherman. Pendidikan awal yang diikuti penulis dimulai sejak tahun 1994 di TK Mardi Yuana Cibinong. Pendidikan Sekolah Dasar penulis dimulai pada tahun 1995 di SD Mardi Yuana Cibinong hingga lulus pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Mardi Waluya Cibinong dan lulus pada tahun 2005. Selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan penulis di SMA Budi Mulia pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Diploma Institut Pertanian Bogor pada Program Keahlian Manajemen Agribisnis melalui jalur USMI. Karya penulis yang berjudul Kajian Pengembangan Bisnis, Peningkatan Kapasitas Produksi Jamur Tiram Putih, Studi Kasus: Opat Mojang diselesaikan penulis pada tahun 2011 dan lulus pada tahun yang sama. Penulis melanjutkan kembali untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Alih Jenis Agribisnis pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011. Selama menempuh pendidikan di Alih Jenis Agribisnis IPB, penulis pernah ikut serta dalam beberapa kegiatan kepanitian di lingkungan kampus.