KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KELINCI FLEMISH GIANT, ENGLISH SPOT, DAN REX DI KABUPATEN MAGELANG
SKRIPSI LIDIA FAFARITA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN LIDIA FAFARITA. D14102017. 2006. Karakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex di Kabupaten Magelang. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
: Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer : Ir. Bram Brahmantiyo M.Si.
Kelinci (Oryctolagus cuniculus) merupakan ternak mamalia yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil daging untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Beberapa bangsa kelinci dapat dimanfaatkan sebagai panghasil fur ataupun wol, ada juga yang menghasilkan daging sekaligus menghasilkan fur. Kabupaten Magelang merupakan daerah penghasil kelinci, peternakan kelinci tersebut merupakan peternakan rakyat. Terdapat tiga bangsa kelinci yang disukai peternak dari segi bobot badan dan produksi dagingnya. Ketiga bangsa kelinci ini adalah Flemish Giant, English Spot dan Rex. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi karakteristik sifat kualitatif dan kuantitatif ketiga bangsa kelinci yang dapat digunakan untuk budidaya ternak kelinci yang terpola dan sistematis. Penelitian ini dilakukan terhadap: 20 ekor jantan dan 20 ekor betina Flemish Giant, 20 ekor jantan dan 20 ekor betina English Spot, 20 ekor jantan dan 20 ekor betina Rex. Kelinci yang diamati adalah kelinci dewasa kelamin (umur lebih dari 6 bulan). Pengamatan sifat kualitatif terdiri atas pola dan warna kelinci, warna mata, kualitas rambut, bentuk muka, dan bentuk pangkal paha. Sifat kuantitaf yang diamati adalah ukuran-ukuran tubuh yang diperoleh dengan pengukuran secara langsung. Sifat-sifat kualitatif dianalisis secara deskriptif berdasarkan fenotipe setiap bangsa kelinci. Sifat-sifat kuantitatif dianalisis berdasarkan Rancangan Acak Lengkap Faktorial untuk mengetahui pengaruh bangsa dan jenis kelamin terhadap bobot badan dan ukuran tubuh ketiga bangsa kelinci. Analisis Komponen Utama digunakan untuk mengetahui penciri ukuran dan bentuk tubuh ketiga bangsa kelinci dan untuk mendapatkan diskriminasi ukuran dan bentuk tubuh ketiga bangsa kelinci. Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh umur (umur 6-9 bulan dan umur ≥10 bulan) terhadap ukuran tubuh kelinci. Hasil pengamatan sifat kualitatif menunjukkan kelinci Flemish Giant berpola white-belly dengan warna fawn, kelinci English Spot berpola Spot dengan warna coklat, dan kelinci Rex berpola broken dengan warna hitam. Warna mata ketiga bangsa kelinci adalah hitam. Karakteristik rambut Flemish Giant adalah medium dan kasar, English Spot berambut medium dan Rex berambut halus. Bentuk muka ketiga bangsa kelinci adalah oval memanjang. Bentuk pangkal paha Flemish Giant berbentuk menonjol, English Spot berbentuk lancip dan Rex berbentuk bulat. Hasil pengamatan sifat kuantitatif menunjukkan ukuran bagian-bagian tubuh ketiga bangsa kelinci berdasarkan dua kelompok umur secara umum tidak berbeda nyata, namun pada beberapa bagian-bagian tubuh masih terdapat pertambahan ukuran. Ukuran bagian-bagian tubuh kelinci Rex berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kelinci Flemish Giant dan English Spot. Kelinci Rex memiliki tubuh yang lebih kecil daripada Flemish Giant dan English Spot. Beberapa bagian tubuh ketiga bangsa
kelinci tidak berbeda nyata. Hasil Analisis Komponen Utama menunjukkan ukuran tubuh ketiga bangsa kelinci dicirikan oleh panjang tulang punggung dan bentuk tubuh dicirikan oleh lingkar dada. Kata-kata kunci: Flemish Giant, English Spot, Rex, sifat kualitatif, sifat kuantitatif, Analisis Komponen Utama.
ii
ABSTRACT Qualitative and Quantitative Characters of Flemish Giant, English Spot and Rex Rabbits in Magelang Regency Fafarita, L., S. S. Mansjoer, B. Brahmantiyo. Flemish Giant, English Spot and Rex are types of rabbits that are bred in the traditional farm in Magelang. These types of rabbit have great potential in meat and fur production. This research work was aimed to gather information on qualitative and quantitative characters of these species which further can be used to support systematic rabbits breeding. We observed that there are differences in qualitative characters of these three variants. Quantitative character i.e. size, is visible (P<0.01) for variant Rex compared to Flemish Giant and English Spot. Except that for thorax region (perimeter, deep and wide) ulna and humerus of these variants do not differ significantly. Analysis result of the Principal Component Analysis showed that the size of the three variants is characterized by the length of backbone, for female English Spot and Rex are also characterized by thorax perimeter. This character positively corresponds to the size of the animals. Shape is characterized by thorax perimeter, for male Rex rabbits are also characterized by length of their tibia and for female are characterized by length of their backbone. Size of the rabbits also corresponds to shape, except the character of female Rex rabbits i.e. thorax perimeter which negatively corresponds to their shape. Keywords: Flemish Giant, English Spot, Rex, qualitative and quantitative character, Principal Component Analysis.
KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KELINCI FLEMISH GIANT, ENGLISH SPOT, DAN REX DI KABUPATEN MAGELANG
LIDIA FAFARITA D14102017
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KELINCI FLEMISH GIANT, ENGLISH SPOT, DAN REX DI KABUPATEN MAGELANG
Oleh LIDIA FAFARITA D14102017
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 28 Desember 2006
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer NIP. 130 354 159
Ir. Bram Brahmantiyo, M.Si. NIP. 131 898 644
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur.Sc NIP. 131 624 188
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kumango, Tanah Datar, Sumatera Barat, pada tanggal 15 Mei 1984 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Basri Samad dan Hafnah Syarif. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SD Negeri 01 Kumango Utara, Tanah Datar, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTP Negeri 3 Sungai Tarab, Tanah Datar, dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMU Negeri 1 Sungai Tarab, Tanah Datar. Tahun 2002 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER) 2004 dan 2005, Animal Breeding Club (ABC) 2004, selain itu penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Karakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex di Kabupaten Magelang” dibawah bimbingan Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer dan Ir. Bram Brahmantiyo M.Si. Skripsi ini ditulis berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Maret hingga April 2006 pada peternakan kelinci rakyat di lima kecamatan Kabupaten Magelang. Penulis tertarik melakukan penelitian ini karena kelinci merupakan salah satu ternak mamalia yang dapat diternakkan sebagai ternak penghasil daging, fur, wol dan berfungsi ganda. Disamping itu kelinci menghasilkan limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Kabupaten Magelang dipilih sebagai lokasi penelitian sehubungan dengan populasi kelinci yang diternakkan oleh masyarakat sebagai ternak penghasil daging dan diusahakan secara serius. Selama melakukan penelitian penulis tidak banyak mengalami kendala. Salah satu kendala yang penulis hadapi adalah jauhnya jarak antara peternak yang satu dengan peternak lainnya. Namun kendala ini dapat penulis hadapi dengan penuh semangat bersama teman sepenelitian dan tentunya dengan bantuan para peternak kelinci yang memberikan jasa transportasi dan sebagai petunjuk jalan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk memperbaiki karya ini. Mudah-mudahan informasi yang terkandung dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi peternak kelinci di Indonesia. Bogor, Desember 2006 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN................................................................................................
i
ABSTRACT...................................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................
v
DAFTAR ISI..................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL..........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
xi
PENDAHULUAN .........................................................................................
1
Latar Belakang................................................................................... Tujuan ................................................................................................ Manfaat .............................................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
3
Kelinci ............................................................................................... Sejarah dan Klasifikasi ......................................................... Potensi Produksi Kelinci ..................................................... Biologi Umum Kelinci ......................................................... Bangsa kelinci....................................................................... Sifat Kualitatif.................................................................................... Pola dan Warna Rambut Kelinci .......................................... Karakteristik Rambut............................................................ Bentuk Pangkal Paha ............................................................ Sifat Kuantitatif ............................................................. ................... Pertumbuhan dan Faktor yang Mempengaruhinya .............. Ukuran – ukuran Tubuh......................................................... Analisis Komponen Utama ................................................... Seleksi ............................................................................................... Pemeliharaan dan Pakan ....................................................................
3 3 4 4 6 9 10 12 13 13 13 14 15 15 16
METODE.......................................................................................................
18
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. Materi................................................................................................. Ternak..................................................................................... Peralatan.................................................................................. Prosedur ............................................................................................. Pengumpulan data................................................................... Analisis Data......................................................................................
18 18 18 18 19 19 22
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
24
Keadaan Umum ................................................................................. Sifat Kualitatif ................................................................................... Pola dan Warna Rambut ......................................................... Warna Mata.............................................................................. Kondisi Kelinci ....................................................................... Sifat Kuantitatif.................................................................................. Pertumbuhan dan Faktor yang Mempengaruhinya................. Bobot Badan dan Ukuran Tubuh ............................................ Hasil Analisis Komponen Utama ...................................................... Kelinci Jantan ......................................................................... Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan Flemish Giant (FG), English Spot (ES), dan Rex (R) ............ Kelinci Betina ......................................................................... Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Betina Flemish Giant (FG), English Spot (ES), dan Rex (R) ............ Gambaran Umum Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex pada Peternakan Kelinci Rakyat Kabupaten Magelang ............. Flemish Giant.......................................................................... English Spot............................................................................ Rex ..........................................................................................
24 25 25 27 27 29 29 33 44 44
KESIMPULAN..............................................................................................
54
Kesimpulan .........................................................................................
54
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
55
DAFTAR PUSTAKA.............. ......................................................................
56
LAMPIRAN...................................................................................................
59
46 48 50 51 52 52 52
vii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Fenotipe dan Genotipe Warna dan Pola Warna Kelinci.....................
12
2. Persentase fenotipe Kelinci Flemish Giant (FG), English Spot (S) dan Rex (R).............................................................
25
3. Karakteristik Bentuk Kelinci Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) ..........................................................
28
4. Rerata dan Simpangan Baku Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Kelinci Jantan dan Betina Flemish Giant pada Dua Kelompok Umur.................................................................................
30
5. Rerata dan Simpangan Baku Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Kelinci Jantan dan Betina English Spot pada Dua Kelompok Umur.................................................................................
31
6. Rerata dan Simpangan Baku Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Kelinci Jantan dan Betina Rex pada Dua Kelompok Umur...................................................................................................
32
7. Rerata Bobot Badan dan Simpangan Baku Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) (umur>6 bln).......................................................................................
33
8. Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Kepala Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) (umur>6 bln).......................................................................................
35
9. Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Dada Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R)..........................
37
10. Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Kaki Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R).........................
38
11. Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Panjang Tulang Punggung Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R).........................................................................................
40
12. Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Lebar Tulang Pinggul Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R)............
42
13. Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Daun Telinga Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R).........................
42
14. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total (KT) dan Nilai Eigen (λ) pada Kelinci Jantan Flemish Giant (FG), English Spot (ES), Rex (R)................................................................
45
15. Ringkasan Penciri Ukuran Dan Bentuk Tubuh Pada Kelinci Jantan Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R)..............
47
16. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total (KT) dan Nilai Eigen (λ) pada Kelinci Betina Flemish Giant (FG), English Spot (ES), Rex (R)................................................................
48
17. Ringkasan Penciri Ukuran Dan Bentuk Tubuh Pada Kelinci Betina Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R).........................
51
ix
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kelinci Flemish Giant........................................................................
6
2. Kelinci English Spot ..........................................................................
7
3. Kelinci Rex ........................................................................................
9
4. Peralatan Pengukuran Sifat Kuantitatif Ternak Kelinci ....................
18
5. Metode Pengukuran Peubah Kerangka Kelinci .................................
21
6. Fenotipe Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex ...................
27
7. Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan Flemish Giant, English Spot dan Rex ........................................................................
47
8. Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Betina Flemish Giant, English Spot dan Rex ........................................................................
50
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Peta Wilayah Kabupaten Magelang...................................................
59
2. Kondisi Geogafis Lima Kecamatan...................................................
59
3. Variasi Pola dan Warna Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex .............................................................................................
60
4. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan dan Betina Flemish Giant .........................................................................
61
5. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan dan Betina English Spot............................................................................
61
6. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan dan Betina Rex..........................................................................................
62
7. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan dan Betina Flemish Giant, English Spot dan Rex ....................................
62
PENDAHULUAN Latar belakang Kebutuhan protein yang meningkat dan belum terpenuhi di Indonesia sangat perlu diperhatikan. Kekurangan protein dapat merugikan generasi yang akan datang dilihat dari segi tingkat kecerdasan, pola pikir, dan tingkah laku sosial. Sumber protein dengan kualitas yang tinggi dapat diperoleh dari daging, susu, telur dan bahan lain yang dihasilkan oleh ternak. Permintaan produk peternakan terus meningkat
sebagai
bertambahnya
dampak
proporsi
dari
penduduk
adanya
peningkatan
perkotaan,
pendidikan
jumlah dan
penduduk, pengetahuan
masyarakat tentang perlunya makanan yang berkualitas dan bergizi serta adanya dukungan membaiknya pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain peternakan belum mampu menyediakan produk daging dan susu untuk memenuhi permintaan konsumen dan industri, sehingga berakibat ketergantungan terhadap impor yang semakin besar. Kelinci merupakan ternak pilihan untuk sumber daging keluarga, terutama keluarga yang berpenghasilan rendah. Konsumsi daging kelinci mulai digalakkan pada tahun 1982. Namun masyarakat Indonesia belum terbiasa mengkonsumsi daging kelinci karena anggapan bahwa kelinci merupakan ternak hias (fancy). Meskipun masyarakat Indonesia masih ragu untuk mengkonsumsi daging kelinci, permintaan dari luar negeri merupakan peluang untuk mengembangkan usaha ternak kelinci di Indonesia. Amat disayangkan sekali apabila permintaan-permintaan dari luar negeri tidak dapat dipenuhi, padahal Indonesia memiliki daerah-daerah yang cocok untuk mengembangkan usaha ternak kelinci. Populasi kelinci yang diharapkan sebagai penghasil daging juga masih sangat terbatas dan pusat-pusat pembibitan kelinci juga belum tersedia sehingga sangat sulit memperoleh bibit kelinci yang berkualitas. Pemanfaatan ternak kelinci yang tersedia di Indonesia dapat dilakukan dengan cara persilangan dan seleksi agar dapat dihasilkan ternak kelinci yang unggul. Nilai gizi daging kelinci lebih baik dari beberapa ternak lain yang umum dikonsumsi di Indonesia. Terutama dari segi kandungan protein yang tinggi (20,8%) mudah dicerna dan kolesterol rendah dengan kandungan lemak 7,4%. Ternak kelinci dapat berkembang biak dengan cepat dalam waktu yang singkat (6-7 kali beranak
dalam satu tahun), selain itu juga menghasilkan litter size yang cukup tinggi dibanding ternak lain (6-8 ekor per kelahiran). Kelinci juga menghasilkan limbah yang berguna antara lain urine dan feses yang bisa dijadikan pupuk organik untuk tanaman. Kabupaten Magelang merupakan salah satu daerah penghasil kelinci di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah. Pada saat ini ternak kelinci di Magelang mencapai ±22.399 ekor (Widodo, 2006), terdiri atas berbagai ras kelinci lokal maupun semi lokal dan kelinci impor yang asal usulnya sudah tidak diketahui dengan jelas. Bangsa kelinci yang banyak dipelihara peternak adalah Flemish Giant, English Spot dan Rex. Peternak Magelang memelihara ternak kelinci pedaging dalam skala rumah tangga sebagai usaha sambilan. Mereka sangat tertarik dalam usaha pengembangan ternak kelinci, meskipun sistem pengelolaan yang masih sederhana dan belum memperhatikan pola pembibitan yang baik. Peternak membiakkan kelinci tanpa memperhatikan asal usul dan kemurnian kelinci, dan hanya untuk mendapatkan kelinci dengan ukuran dan bobot yang besar. Pemeliharaan dengan pembibitan yang tidak terpola ini disebabkan kurangnya informasi tentang bagaimana pemeliharaan kelinci yang baik. Untuk itu perlu dilakukan sistem pengembangan yang lebih terpola dengan memanfaatkan potensi yang ada baik dari segi bibit maupun pakan yang tersedia. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi karakteristik sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif kelinci Flemish Giant, English Spot, dan Rex yang banyak dikembangkan di Kabupaten Magelang. Manfaat Hasil penelitian dapat digunakan peternak sebagai bahan informasi dalam upaya pengembangan usaha pembibitan ternak kelinci yang terstruktur dan sistematis, terutama pada sistem pengadaan bibit kelinci yang berkualitas.
2
TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Sejarah dan Klasifikasi Kelinci pertama kali didomestikasi pada Zaman Romawi dengan tujuan utama domestikasi adalah untuk mendapatkan dagingnya sebagai sumber pangan. Pada saat itu kelinci disebut leporaria (Cheeke et al., 1987). Kelinci liar (Oryctolagus cuniculus) berasal dari Eropa dan Afrika Utara. Beberapa bangsa kelinci ditemukan pada abad ke-16 yang menyebar di Perancis dan Itali (Lebas et al., 1986). Pada tahun 1606 Oliver de Series mengklasifikakan kelinci atas tiga kelas yaitu kelinci liar, semi liar, dan kelinci peliharaan (domestik). Pada mulanya kelinci diklasifikasikan kedalam ordo rodensia (binatang mengerat) yang bergigi seri empat, tetapi akhirnya dimasukkan kedalam ordo lagomorpha karena bergigi seri enam (Cheeke et al., 1987). Linnaeus, pada tahun 1750 mengklasifikasikan kelinci ke dalam: Kerajaan
: Animalia
Philum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Lagomorpha
Famili
: Leporidae
Genus
: Oryctolagus
Spesies
: cuniculus
Ordo lagomorpha famili leporidae tergolong purba. Fosil yang ditemukan membuktikan kelinci berasal dari zaman Eosen. Awalnya kelinci merupakan objek perburuan, budidaya kelinci sebagai hewan piaraan baru dilakukan pada abad ke-16 yang diawali dari Negara-negara Eropa yaitu Perancis, Itali, dan Inggris. Pada awal abad ke-19 kelinci mulai dipelihara
di bagian Barat Eropa dan Negara-negara
perbatasan, juga di beberapa Negara seperti Australia dan New Zealand. Pengembang biakan kelinci terus meningkat pada Perang Dunia kedua karena kekurangan pangan (Lebas et al., 1986). Kelinci di Indonesia, khususnya di pulau Jawa terdapat ras kelinci lokal yang lambat pertumbuhannya dan ukuran yang kecil. Kelinci ini keturunan kelinci ras Nederland Dwarf yang dibawa oleh orang-orang Belanda sebagai ternak hias pada tahun 1835 (Sarwono, 2001).
Potensi Produksi Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan,
dan
hewan
kesenangan
(Ensminger,
1991).
Umumnya
kelinci
dikelompokkan berdasarkan tujuan pemeliharaannya, yaitu sebagai penghasil daging, kulit rambut atau kelinci hias, meskipun ada tujuan ganda (Raharjo, 1988). Cheeke et al. (1987) berpendapat bahwa kelinci merupakan sumber daging karena mempunyai sifat-sifat yang cocok sebagai ternak kecil penghasil daging di Negara sedang berkembang. Disamping menghasilkan daging dan fur kelinci juga menghasilkan pupuk yang berupa campuran kotoran, sisa pakan dan urine, pupuk ini sangat baik untuk tanaman (Herman, 2003). Karkas kelinci mencapai 60% dari bobot hidup (Lebas et al., 1986). Daging kelinci mengandung protein tinggi (18,5%) dan rendah kolesterol (136mg/100g) (Cheeke et al., 1987). Menurut Eschborn (1985) kelinci mempunyai rata-rata reproduksi yang tinggi dibanding ternak lain (bunting 30-32 hari, litter size rata-rata 7-8 ekor, selang beranak singkat, dan pertumbuhan relatif cepat). Sanford (1980) menyatakan bahwa kelinci dapat dikembangkan dengan tiga cara. Pertama dengan mengendalikan sifat-sifat yang diwariskan untuk menghasilkan warna atau tipe kulit-rambut (fur), kedua mengkombinasikan sifat-sifat yang tampak pada dua atau lebih bangsa kelinci, ketiga sistim seleksi untuk sifat-sifat khusus yang dilakukan sampai derajat tertentu. Biologi Umum Kelinci Kromosom kelinci terdiri atas 22 pasang gen, sepasang gen adalah penentu jenis kelamin, XX untuk betina dan XY untuk jantan. Fenotipe dan genotipe kelinci sangat beragam, keragaman ini sangat berhubungan dengan frekuensi gen dan seleksi, asal dan kondisi geografis, karakteristik bangsa, strain, garis keturunan dan populasi lokal. Fenotipe merupakan pemunculan/penampakan dari genotipe dan lingkungan. Genotipe merupakan dampak dari gen yang terdapat pada beberapa lokus. Karakteristik kuantitatif merupakan dampak genetik yang tidak tampak. Bangsa-bangsa yang dipelihara pada lingkungan yang sama mempunyai perbedaan genotipe (Lebas et al., 1986).
4
Kelinci mempunyai kemampuan produksi yang cepat, dalam satu tahun kelinci dapat beranak 6-7 kali. Kelinci mencapai dewasa kelamin pada umur 5-6 bulan (Robinson, 1984). Kelinci baik dikawinkan pada umur sembilan bulan (Mahalovich, 2004). Masa bunting kelinci adalah 31-32 hari. Litter size sangat bervariasi tergantung bangsa dan tipe kelinci. Kelinci tipe besar mempunyai litter size 3-12 ekor dengan rata-rata perkelahiran 6-7 ekor per induk. Tipe medium dengan litter size 1-8 ekor dengan rata-rata kelahiran 5-6 ekor, dan tipe ringan dengan litter size 1-5 ekor dengan rata-rata perkelahiran 4 ekor (Robinson, 1984). Kelinci dapat dikawinkan kembali dua minggu setelah melahirkan (Raharjo, 1988). Lebas et al. (1986), mengelompokkan kelinci berdasarkan ukuran tubuh dewasa, pertumbuhan rata-rata, dan umur mulai dewasa. Empat kelompok bangsa kelinci berdasarkan bobot hidup dan ukuran tubuh adalah 1) kelinci besar: bobot dewasa lebih dari 5 kg, potensi pertumbuhan bangsa ini dapat diekploitasi terutama untuk crossbreeding, seperti kelinci Bouscat Giant White, French Lop, Flemish Giant dan French Giant Papillon, bangsa ini secara genetik dapat memperbaiki pertumbuhan pada bangsa lain; 2) kelinci medium: bobot dewasa 3,5-4,5 kg, kelinci ini merupakan kelinci yang dapat dipelihara secara intensif untuk produksi daging, kelinci ini memiliki nilai produktivitas yaitu fertilitas yang tinggi, pertumbuhan cepat, perkembangan perototan yang bagus,
kualitas daging yang baik, bangsa
kelinci yang termasuk kedalam bangsa ini adalah English Silver, German Silver, Champagne d’Argent, New Zealan Red, New Zealand White dan Grand Chinchilla; 3) kelinci tipe ringan: bobot dewasa 2,5-3,0 kg, kelinci tipe ringan dapat berkembang dengan sangat cepat dan merupakan induk yang baik, konsumsi pakan lebih sedikit dari pada kelinci tipe besar dan medium dan bisa disilangkan untuk menghasilkan tipe ringan dengan berat karkas 1-1,2 kg, tipe ini terdiri atas Himalaya, Small Chinchilla , Dutch, dan French Havana; 4) kelinci kecil: bobot dewasa 1 kg, kelinci ini merupakan kelinci pertunjukkan, hewan laboratorium, dan sebagai hewan kesenangan.
5
Bangsa Kelinci Flemish Giant. Ras ini di Indonesia dikenal sebagai Vlaames reus, kelinci raksasa dari Vlaam. Kelinci ini menonjol karena ukurannya yang besar dan kualitas fur nya yang bagus. Flemish Giant mempunyai karakteristik rambut pendek (Short hair). Bobot badan jantan rata-rata mencapai 6,3 kg, betina 6,8 kg dan ada yang mencapai 10-12 kg. Kelinci ini dipelihara untuk dikawinsilangkan dengan kelinci lain dalam usaha meningkatkan produksi daging.Variasi warna rambutnya banyak. Paling sering dijumpai adalah steel gray (abu-abu besi) dan sandy (seperti pasir). Warna lainnya adalah hitam, putih, light gray (abu-abu muda), biru, dan fawn. Umumnya kelinci ini bisa dikawinkan pada umur 10-12 bulan (Sarwono, 2001).
Gambar 1. Fenotipe Kelinci Flemish Giant (Mahalovic 2004) Bangsa kelinci Flemish Giant merupakan kelinci tipe besar dengan bobot badan pada umur delapan bulan mencapai 7 kg untuk betina dan 6,5 kg untuk jantan. Pada beberapa spesimen Flemish Giant dapat mencapai bobot 14 kg. Bentuk tubuh Flemish Giant adalah memanjang dengan perkembangan otot yang baik. Bagian dari pinggang dan kaki belakang terlihat lebar dan besar. Kelinci jantan memiliki kepala yang lebar dan besar dibanding kelinci betina. Flemish Giant memiliki fur yang berkilat. Warna Flemish Giant adalah hitam, biru, light grey, sandy, steel gray dan putih. Sandy merupakan warna yang paling umum ditemukan. Umur dewasa kelinci Flemish Giant adalah 9 bulan dengan bobot badan mencapai 9 kg. Flemish Giant
6
memiliki pertulangan/kerangka yang besar dibanding kelinci komersial lainnya (Mahalovich, 2004). English Spot. Ras ini berwarna putih dengan tutul hitam. Sepanjang punggung ada garis hitam dari pangkal telinga memanjang sampai ujung ekor. Perut bertutul hitam seperti puting susu, telinga hitam, mata dilingkari rambut hitam, sehingga tampak seperti memakai kaca mata. Hidung ditutupi rambut hitam berbentuk kupu-kupu. Selain dengan tutul hitam ada juga Eglish Spot dengan tutul biru, abu-abu, cokelat, kuning emas dan lembayung. Semua genetik Spot bersifat heterozigot, sehingga sulit mendapatkan keturunan yang serupa umumnya hanya 50% keturunan yang memiliki ciri-ciri serupa dengan induknya. Bobot kelinci dewasa 2,7-3,6 kg. Anak kelinci pertumbuhannya pesat, cocok untuk penghasil fur sekaligus daging. Kualitas rambutnya sangat baik untuk bahan pakaian dan karkasnya cukup banyak (Sarwono, 2001).
Gambar 2. Fenotipe Kelinci English Spot (Berry, 2005) Bangsa kelinci English Spot merupakan kelinci tipe sedang dengan bobot badan rata-rata 3 kg. Betina Spot dapat dikawinkan pada umur 5 atau 6 bulan, sehingga English Spot dapat beranak sebelum umur satu tahun. Spot memiliki tipe rambut pendek, telinga yang panjang dan tegak (Usagi no Tsukiyo Rabitry, 2005). Menurut Berry (2005), English Spot jantan dewasa memiliki bobot 3 kg dan betina dewasa 3,5 kg. Rex. Bangsa kelinci Rex ditemukan pertama kali oleh seorang peternak Perancis pada tahun 1919, dan pada tahun 1929 kelinci Rex diekspor ke Amerika Serikat. Awalnya kelinci ini dipelihara sebagai hewan peliharaan karena rambutnya yang
7
halus, disamping itu kelinci ini juga diambil daging dan kulit rambutnya. Beberapa tahun kemudian mulai terdapat usaha-usaha untuk mengembangkannya sebagai penghasil bahan baku pada industri garmen (Cheeke et al., 1987). Kelinci Rex pertama kali masuk ke Indonesia melalui importasi oleh Balai Penelitian Ternak Ciawi pada bulan Februari 1988 (Yumiaty, 1991). Rex merupakan kelinci ras baru yang dipelihara di China sejak 1990 (Zhu et al., 2005). Bangsa kelinci Rex dapat dikembangkan di daerah dataran tinggi tempat penghasil sayuran karena suhu ideal untuk pertumbuhan badan dan perkembang biakan adalah 16-18 oC. makin dingin suhu udara makin baik rambut yang dihasilkan. Suhu udara 5-15 oC adalah suhu ideal untuk menghasilkan rambut kualitas terbaik (Raharjo, 1994) Rex memiliki badan yang besar, kulit yang lebar, fur yang sangat baik, dan mudah beradaptasi dengan lingkungan bagian utara Cina (Zhu et al., 2005). Ras Rex dapat diternakkan untuk penghasil daging sekaligus penghasil fur bermutu. Proporsi tubuhnya bagus, bagian belakang membulat dengan baik, tulang-tulangnya kuat, kepala lebar, telinga berdiri tegak, kaki belakang kuat, kokoh berisi. Bobot dewasa 2,7-3,6 kg, rambutnya halus seperti beludru, panjang 1,27 cm atau lebih sesuai dengan standar (Sarwono, 2001). Keistimewaan kelinci Rex yaitu pada rambutnya yang halus seperti beludru, tumbuh tegak, dengan panjang rambut yang sama antara rambut kasar dan rambut halus (Cheeke et al., 1987 dan Johanson dan Randel, 1968). Bangsa kelinci Rex memiliki rambut-rambut pelindung (guard Hair) yang sama panjang dengan rambut halus (down hair) (Sanford dan Woodgate, 1980 dan ARBA, 1996). Sifat rambut halus dan tumbuh pendek disebabkan terdapatnya gen rambut halus rr (Castle dan Law, 1936, Lukefahr dan Robinson, 1988). Pada suhu lingkungan 5-15 oC, hasil rambut kelinci Rex lebih bagus. Rambutnya halus, tebal, padat, dan mengkilat. Makin rendah suhu makin indah dan bagus mutu rambutnya (Sarwono, 2001)
8
Gambar 3. Fenotipe Kelinci Rex (Balai Penelitian Ternak Ciawi) Warna rambut kelinci Rex sangat bervariasi, antara lain putih (White Rex), hitam (Black Rex), biru (Blue Rex), ungu, merah muda (Lilac Rex), cokelat emas (Nutria Rex), merah kuning keemasan (Orange Rex), cokelat gelap kehitam-hitaman (Havana Rex), bertotol-totol seperti anjing Dalmatian (Dalmatian Rex) kombinasi hitam dan orange (Harlequin Rex), cokelat keemasan (Cinnamon Rex), dan sepeti kucing siam (Siamese sable Rex). Ras Rex yang paling terkenal White Rex, yaitu berrambut putih mulus dan tebal. Kualitas rambutnya sangat baik, lembut seperti beludru. Ras ini juga disebut Ermine Rex (Sarwono, 2001). Sifat Kualitatif Sifat kualitatif adalah suatu sifat individu yang dapat diklasifikasikan ke dalam satu dari dua kelompok atau lebih, dan pengelompokan itu berbeda jelas satu sama lain. Sifat kualitatif juga dapat diartikan sebagai sifat luar yang tampak dengan sedikit atau bahkan tak ada hubungannya dengan kemampuan produksi (Warwick et al., 1995). Sifat kualitatif seperti warna, pola warna pada sapi FH, sifat bertanduk atau tidak bertanduk pada sapi sangat mudah dibedakan tanpa harus mengukurnya. Sifat kualitatif biasanya hanya dikontrol oleh sepasang gen dan bersifat tidak aditif, pada populasi yang cukup besar variasi sifat kualitatif bersifat tidak kontinu (Noor, 2000). Variasi pola, warna rambut dan warna mata merupakan sifat kualitatif kelinci yang dipengaruhi oleh gen-gen pengatur pola warna (Lebas et al., 1986), kualitas fur dan rambut merupakan sifat kualitatif yang bernilai komersial (Cheeke et al., 1987).
9
Pola dan Warna Rambut Kelinci Sumber semua warna rambut, kulit, dan mata pada ternak adalah pigmen melanin. Pada mamalia terdapat dua macam melanin yaitu melanin hitam (eumelanin) dan melanin merah (phaeomelanin). Warna-warna yang muncul pada ternak merupakan kombinasi dari kedua macam pigmen ini. Warna rambut, dan kulit dikontrol oleh gen-gen yang terletak pada beberapa lokus yang mempengaruhi sintesis pigmen melalui kerja enzim, begitu juga dengan penyebaran dan lokasi granul pigmen pada sel kulit dan rambut (Noor, 2000). Kerja enzim sensitif terhadap suhu (Johanson dan Randel, 1968). Menurut Mahalovich (2004), terdapat enam lokus yang menentukan fenotipe warna dan pola warna kelinci. Warna kelinci merupakan penurunan sederhana yang ditentukan oleh efek utama gen. Pola warna kelinci berasal dari kelinci liar yang berwarna agouti yang kemudian mengalami mutasi. Warna agouti dijumpai pada spesies liar, umumnya dijumpai pada kelinci dan tikus liar. Gen agouti bersifat dominan (A-) terhadap non Agouti (aa). Individu yang bersifat non-agouti biasanya berwarna hitam, kecuali jika dimodifikasi oleh gen-gen lain. Gen-gen pada lokus C mengontrol pemunculan warna penuh, apabila gen resesif pada lokus C muncul maka warna tidak dimunculkan (albino). Alel chincilla merupakan alel lain yang muncul pada lokus albino. Warna chinchilla adalah warna abu-abu muda yang merupakan pelunturan warna agouti. Gen-gen pada lokus B memunculkan warna hitam atau coklat, pada beberapa kasus memunculkan warna merah atau kuning. Gen pada lokus D mengontrol pelunturan pigmen yang menyebabkan menurunnya penyerapan cahaya dan pelunturan warna, bukan pengurangan pigmen. Gen-gen pada lokus E mengontrol jumlah eumelanin (hitam atau coklat) dan phaeomelanin (merah atau kuning) pada rambut. Warna yang paling dominan dari serangkaian alel ini adalah warna hitam dan paling resesif adalah warna merah dan kuning (Noor, 2000). Menurut
Mahalovich
(2004),
genotipe
asli
kelinci
liar
adalah
AABBCCDDEE. Kelinci liar mengalami mutasi sepanjang waktu dengan adanya seleksi dalam pemeliharaan kelinci. Genotipe kelinci dilambangkan menjadi A-B-C-D-E-, maka terbentuk ruang untuk kemungkinan munculnya alel setiap rangkaian warna. Lokus-lokus penentu warna kelinci dijelaskan berikut ini.
10
1. Lokus A terdiri atas AA, Aa, aa, AA merupakan agouti gelap, Aa agouti lebih terang, aa bersifat epistasis resesif dalam keadaan homozigot memunculkan warna hitam tanpa pola warna. Agouti terang meliputi warna sandy, fawn, light and steel grey dan adanya pengaruh gen pola warna w yang disebut wide-band. 2. Lokus B terdiri atas BB, Bb, bb. B dominan memunculkan warna hitam, bersifat agouti dalam bentuk BB dan Bb. Dalam bentuk homozigot resesif bb memunculkan warna coklat. Pemunculan gen B pada kelinci Flemish Giant mempengaruhi terang gelap fenotipnya. 3. Lokus C terdiri atas CC, Cc dan cc. Rangkaian gen C mengekspresikan perkembangan pigmen hitam dan kuning sepanjang rambut kelinci. Alel C dalam keadaan homozigot dominan dan heterozigot mengatur pemunculan warna. Dalam keadaan resesif cc akan menyebabkan albino. Alel cchmerupakan dominan tidak lengkap yang menunjukkan adanya penurunan produksi pigmen 4. Lokus D terdiri atas DD, Dd dan dd. Alel D dominan merupakan respon terhadap warna agouti dalam bentuk dominan lengkap DD dan heterozigot Dd. Alel D dalam keadaan homozigot resesif dd menyebabkan penurunan penyerapan warna. Warna hitam ke biru. Munculnya alel dd juga mempengaruhi warna mata kelinci hingga berwarna biru (blu-eyes) 5. Lokus E. Terdapat tiga alel dominan ED, Es, E dan dua alel resesif ej dan e. ini disebut juga dengan perpanjangan lokus, agouti hitam EDE memunculkan warna yang sama dengan warna hitam aa. Alel Es menyebabkan warna steel agouti pada Flemish dan juga pada steel Dutch. Alel Es memperpanjang warna hitam pada pertengahan pita dan memungkinkan munculnya warna kuning atau putih pada pertengahan pita. Alel E merupakan perpanjangan gen normal yang ditemukan pada Flemish agouti hitam, ee memunculkan warna fawn. Mutasi yang terjadi pada lokus English menyebabkan warna Broken. Mutasi memunculkan warna burik pada lokus English (en, en) dan Dutch (Du, du). Kelinci papilon adalah En en dalam keadaan heterozigot. Gen En adalah dominan tidak lengkap. EnEn homozigot dominan memunculkan warna yang lebih putih dari pada
11
heterozigot. Homozigot
resesif memunculkan warna yang lebih hitam. Genotip
warna pada kelinci papilon (Giant Checker in English Mariposa pada spanyol) tidak dapat dipastikan. Pada lokus yang lain genotip dudu memunculkan karakteristik pola warna Dutch (Lebas et al., 1986). Tabel 1. Fenotipe dan Genotipe Warna dan Pola Warna Kelinci Fenotipe Warna
Pola warna
Genotipe
1)
Hitam Coklat 1) Fawn1) Agouti 2) Abu-abu (chinchilla)2) Putih 1) Steel grey2) Blue 1) Broken English3) Tricolor (Japanese Brindling)2) White-belly2)
aa aabb ee Acch- cc EsE aadd En en ej ej AwAw
Sumber : 1) Cheeke, et al., 1987 2) Mary F Mahalovich, PhD 3) Lukefahr, S.D, dan R. Robinson. 1988. Coat color genetics and breeding plans for the commercial Rex rabbit. The Journal of Applied Rabbit Research vol. 11 : 2
Karakteristik Rambut Kelinci memiliki tipe rambut yang berbeda, perbedaan tipe ini adalah pengaruh genotipe. Genotip rambut panjang muncul dalam keadaan homozigot resesif ll, untuk rambut normal adalah Ll, dan rambut pendek LL. Kelinci dengan rambut panjang adalah bangsa Anggora yang dapat menghasilkan wool, dan kelinci Rex
mempunyai
rambut
pendek
yang
halus
sebagai
penghasil
fur
(Johanson dan Randel, 1968). Flemish Giant dan English Spot berrambut pendek namun termasuk kedalam rambut normal (Mahalovich, 2004). Genotipe rr untuk Rex mengekspresikan rambut halus (Lebas et al., 1986). Cheeke et al. (1987), melaporkan ada dua tipe pokok rambut berdasarkan ukuran dan fungsinya yaitu rambut kasar atau rambut pelindung (guard hair) dan rambut halus (underfur/downhair). Rambut kasar berfungsi sebagai pelindung, lebih panjang, lebih kasar dan selalu dilengkapi dengan kelenjar keringat (sweat gland), kelenjar palit (sebaceous gland) dan otot penegak rambut (erector pili muscle). Sanford dan Woodgate (1980) menambahkan, batang rambut kasar lebih kuat dan
12
umumnya lebih panjang daripada rambut halus Rambut halus pada umumnya tidak mempunyai kelenjar keringat dan otot penegak rambut. Kelenjar palit mensekresikan suatu zat yang menyebabkan rambut terasa halus dan mempertahankan tekstur kulit tetap baik (Cheeke et al., 1987). Batang rambut kasar berpermukaan halus karena sisi kutikula menempel erat pada bagian korteks dari batang rambut, sedangkan batang rambut halus berpermukaan kasar. Batang rambut kasar dan rambut halus pada bagian atas lebih besar daripada bagian bawahnya. Rambut kasar batangnya lurus mulai dari atas sampai bawah, sedangkan batang rambut halus lurus di bagian atas dan bergelombang dibagian bawah (Prasetyo, 1999). Bentuk Pangkal Paha Bentuk pangkal paha menggambarkan kondisi tubuh kelinci. Kelinci dengan pangkal paha bulat mencerminkan tubuh yang bulat dan padat. Kondisi ini menunjukkan keadaan fisik yang prima dan mencerminkan kandungan dagingnya yang baik (Sarwono, 2001). Sifat Kuantitatif Sifat kuantitatif seperti ukuran badan, produksi susu, kandungan lemak dalam susu dan produksi telur diwariskan dengan cara yang sama (Johansson dan Rendel, 1968). Sifat kuantitatif bersifat aditif, dan pada populasi ternak yang cukup besar maka variasi sifat kuantitatif bersifat kontinu yang dipengaruhi oleh beberapa pasang gen dan perbedaan lingkungan (Noor, 2000). Menurut Lebas et al. (1986), pengaruh lingkungan yang mempengaruhi sifat kuantitatif antara lain iklim, habitat, kondisi lingkungan kelinci, kelembaban, aliran udara, peralatan pemeliharaan, teknik breeding, pemberian pakan praktis dan faktor manusia (breeder). Pertumbuhan dan Faktor yang Mempengaruhinya Pertumbuhan adalah pembentukan jaringan-jaringan baru, sehingga terjadi perubahan bentuk, berat dan komposisi tubuh. Pengukuran pertumbuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun pada dasarnya sama yaitu mengacu pada pertambahan bobot badan. Menurut Stanfield (1983), bobot badan merupakan salah satu sifat yang memiliki nilai ekonomi dan bersifat kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang meliputi pertumbuhan bobot badan dan pertumbuhan semua bagian tubuh secara merata dan proporsional.
13
Respon pertumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu genetik, jenis kelamin, pakan dan manajemen pemeliharaan dan pencegahan penyakit. Perkembangan jaringan otot dan lemak bervariasi berdasarkan umur kelinci. Sebelum mencapai masa pubertas jaringan otot tumbuh lebih awal, stabil dan cenderung menurun seiring meningkatnya umur, diikuti oleh meningkatnya pertumbuhan jaringan lemak. Pertumbuhan tubuh dipengaruhi oleh pakan, suhu, kelembaban dan kesehatan ternak (Eschborn, 1985). Ukuran-ukuran Tubuh Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk pada spesies dalam populasi, khususnya polimorfisme (Campbell dan Lack, 1985). Morfometrik adalah pengukuran bentuk yang dilakukan pada spesies. Pengukuran panjang tulang-tulang mempunyai ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan pengukuran bobot badan (Mansjoer, 1981). Ishii et al. (1996) menyatakan bahwa ukuran dan bentuk tubuh ternak digunakan untuk menentukan pertumbuhan baku dan menilik ternak. Ukuranukuran tubuh dapat juga digunakan untuk mengetahui morfogenetik dari jenis ternak tertentu dalam populasi yang tersebar luas antar wilayah atau Negara. Hasilnya dapat menggambarkan hubungan morfogenetik atau sebarannya dalam suatu wilayah atau Negara dan memberikan gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas bangsa ternak tertentu (Mulliadi, 1996). Pengukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak yaitu sebagai sifat kuantitatif untuk mengetahui perbedaan-perbedaan dalam populasi ternak ataupun digunakan dalam melakukan seleksi (Mulliadi, 1996). Ukuran tubuh sangat bermanfaat sebagai peubah seleksi, karena mempunyai nilai heritabilitas dan keragaman yang cukup besar (Diwyanto, 1982). Ukuran-ukuran tubuh dengan keragaman yang tinggi memberikan petunjuk bahwa ukuran tubuh tersebut dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk meningkatkan produksi di masa yang akan datang. Keragaman yang diperoleh karena pelaksanaan pemuliaan belum dilakukan secara jelas disamping masalah keragaman tatalaksana pemeliharan/lingkungan (Nugrahani, 1997). Ukuran
tubuh
bertambah
sesuai
dengan
bertambahnya
umur
(Saleh et al., 1982). Keragaman bobot badan maupun ukuran-ukuran tubuh memperlihatkan nilai paling tinggi sebelum disapih, dan kemudian berkurang dengan
14
meningkatnya umur. Ukuran-ukuran tubuh tidak terlalu beragam karena ditentukan oleh kerangka yang mencapai ukuran maksimal lebih dini dibandingkan otot dan lemak. Tulang kerangka terus tumbuh dan berkembang sampai menjadi maksimal pada umur dewasa tubuh (Suwartono et al., 1983). Ukuran tubuh ternak dipengaruhi oleh status gizi dan jenis kelamin (Devendra dan Burns, 1994). Ukuran-ukuran permukaan kepala dan bagian tubuh ternak berguna untuk menaksir bobot badan serta memberi gambaran bentuk tubuh yang merupakan ciri khas suatu bangsa ternak tertentu (Doho, 1994). Banyak pengamatan yang menunujukkan adanya perbedaan spesies ternak terutama pada bagian kepala (Frandson, 1992). Analisis Komponen Utama (AKU) Menurut Gasperz (1992), analisis komponen utama (principal component analysis) bertujuan untuk menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi linear dari variabel-variabel. Analisis komponen utama menerangkan keragaman total sistem. Menurut Otsuka et al. (1982), AKU sudah sering digunakan untuk membedakan antar populasi. Menurut Nishida et al. (1982), AKU digunakan untuk membedakan ukuran-ukuran tubuh. Pada aplikasi morfometri, komponen utama pertama dapat diterima sebagai vektor ukuran dan komponen utama kedua sebagai vektor bentuk. Hal tersebut menunjukkan tingkat variasi yang berbeda pada kondisi tubuh dari kelompok hewan. Seleksi Seleksi adalah proses memilih ternak-ternak dalam satu generasi yang akan menjadi tetua untuk generasi selanjutnya dan berapa banyak kerturunan yang dihasilkan (Warwick et al., 1995). Tujuan
seleksi adalah untuk memperbaiki
penampilan dengan meningkatkan nilai genetik ternak dimana teknik pemeliharaan dan pemberian pakan memperlihatkan ekspresi dari nilai genetik. Seleksi dilakukan berdasarkan karakter yang dilihat berdasarkan tujuannya, kemajuan genetik yang diharapkan per unit waktu, dan seleksi bibit (Lebas et al., 1986). Menurut Noor (2000) seleksi akan meningkatkan frekwensi gen-gen yang diinginkan dan menurunkan frekwensi gen-gen yang tidak diinginkan.
15
Terdapat dua teknik dalam melakukan seleksi yaitu seleksi massa dan seleksi berdasarkan kerabat. Seleksi massa merupakan bentuk sederhana dari seleksi individu yaitu seleksi berdasarkan performa yang dimiliki oleh ternak tersebut. Seleksi kerabat merupakan seleksi yang menggunakan catatan hubungan antar individu yaitu seleksi berdasarkan silsilah, hubungan saudara kandung, hubungan saudara tiri dan uji keturunan (Warwick et al., 1995). Seleksi massa untuk ukuran dan bentuk tubuh dikategorikan dalam beberapa ukuran yaitu berat, medium, kecil dan sangat kecil. Karakteristik (performa) ternak yang dijadikan sebagai standar seleksi antara lain bentuk tubuh (kompak atau tidak kompak), warna rambut dan kepadatannya, ukuran telinga, yang berelasi terhadap daya tahannya terhadap iklim yang bebeda-beda, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi
suhu
tubuh
ternak.
Program seleksi
dikembangkan
untuk
pemeliharaan secara intensif skala komersial pada iklim sedang dengan sistem backyard yang dapat disesuaikan dengan tujuan pemeliharaaan. Seleksi akan efektif dengan melakukan 2 tahap yaitu pemeliharaan dan produksi (Lebas et al., 1986). Dalam melakukan seleksi ternak kelinci perlu diperhatikan bobot dan ukuran tubuh, tipe kelinci (tipe pedaging, penghasil wool, penghasil fur, atau tipe ganda) warna rambut, karakteristik rambut dan fur dan keseimbangan tubuh (Keyes, 1997). Pemeliharaan dan Pakan Pada awal abad ke-19 kelinci dipelihara secara tradisional dengan sistem semi intensif memanfaatkan lahan yang tersedia di belakang rumah. Seiring meningkatnya kebutuhan protein sistim pemeliharaan menjadi lebih intensif. Kelinci dapat dipelihara pada suhu optimum 21oC, suhu 25-30 oC dapat menyebabkan stres pada kelinci (Lebas et al., 1986). Suhu 30oC dapat mengakibatkan penurunan fertilitas kelinci (menurunnya kualitas sperma, kematian embrio lebih awal) dan menurunkan kemampuan produksi kelinci (pertumbuhan rambut yang terhambat dan produksi daging yang rendah), suhu rendah juga berpengaruh terhadap bobot badan dan produksi rambut. Kelembaban kurang dari 70%. Konsentrasi gas Amonia kurang dari 30 ppm, H2S <10 ppm, pencahayaan: 12-16 jam untuk kelinci penggemukan, intensitas cahaya 20 lux (Eschborn, 1985). Sistim perkandangan kelinci untuk wilayah dengan ketinggian 250-500 m dpl dapat menggunakan kandang individu yang terbuat dari kayu dan bambu dengan sistim ventilasi tepat. Kandang harus
16
sering dibesihkan untuk menghindari timbulnya bibit penyakit (Smith dan Mangkoewidjojo, 1987) Kelinci sebagai hewan herbivora non rumunansia (Pseudoruminant) dapat memanfaatkan hijauan pakan ternak dan produk-produk hasil pertanian, sejumlah kecil konsentrat ruminan dan pakan ayam (Lukefahr dan Cheeke, 1990). Pada dasarnya kelinci kurang mampu mencerna serat kasar, tetapi kelinci dapat mencerna protein dari tanaman berserat dan memanfaatkannya dengan efektif, laju pakan dalam saluran pencernaan yang lebih cepat menyebabkan tingkat konsumsi menjadi tinggi (Herman, 2003). Untuk skala rumah tangga kelinci juga dapat memanfaatkan sisa dapur, tanaman pekarangan dan sebagainya. Sistem pemeliharaan dapat dilakukan secara ekstensif, semi intensif dan intensif berdasarkan pemberian pakannya. Secara ekstensif kelinci dapat memanfatkan hijauan, pada pemeliharaan semi intensif kelinci dapat diberi pakan hijauan atau hay dan pellet, dan untuk pemeliharaan intensif pakan kelinci yang digunakan adalah pellet (Eschborn, 1985). Eady (2003) menambahkan bahwa dalam pemberian pakan perlu disediakan air minum, selain itu dalam pemeliharaan kelinci perlu diperhatikan kebersihan kandang, ventilasi, perlindungan dari cahaya matahari dan hujan.
17
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada peternakan rakyat yang termasuk anggota Perhimpunan Peternak Kelinci Magelang (PPKM) di lima kecamatan Kabupaten Magelang yaitu Kecamatan Borobudur, Mungkid, Muntilan, Ngluwar dan Mertoyudan. Penelitian dilakukan dari awal Maret sampai akhir April 2006. Materi Ternak Ternak yang digunakan adalah 3 bangsa kelinci dewasa yang siap kawin (umur 6 bulan lebih) yang terdiri atas Flemish Giant (FG) (20 ekor jantan dan 20 ekor betina), English Spot (ES) (20 ekor jantan dan 20 ekor betina), dan Rex (R) (20 ekor jantan dan 20 ekor betina, yang dipelihara oleh anggota perhimpunan peternak rakyat Kabupaten Magelang. Total kelinci yang digunakan adalah 120 ekor kelinci. Ternak kelinci ini dikumpulkan
dari populasi kelinci yang dipelihara
anggota
PPKM sebesar 66% dari 30 orang anggota. Peralatan Peralatan yang digunakan adalah alat-alat ukur antara lain jangka sorong berskala 15 cm, pita ukur berskala 150 cm, timbangan pegas berkapasitas 11 kg dengan skala terkecil 0,25 kg, keranjang kelinci, borang, dan alat tulis.
(b)
(a)
(d)
(c)
Gambar 4. Peralatan Pangukuran Sifat Kuantitatif Ternak Kelinci, (a) keranjang kelinci (b) jangka sorong (c) pita ukur (d) timbangan pegas
Prosedur Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data sifat kualitatif dan data sifat kuantitatif diperoleh dari pengamatan dan pengukuran tubuh kelinci. Data sekunder diperoleh dari catatan yang ada pada peternakan dan dari Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (KIPPK) Magelang, yang mencakup kedaan wilayah dan keadaan iklim dari lima kecamatan tersebut. Data sifat kualitatif dan kuantitaif yang diperoleh dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkan bangsa, jenis kelamin dan umur (umur 6-9 bulan, umur ≥10 bulan). Pengumpulan Data Sifat kualitatif diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap penampilan fisik ketiga bangsa kelinci. Peubah yang diamati : 1)
warna rambut; warna rambut antara lain warna dasar dan warna pembentuk pola warna,
2)
sebaran pola warna rambut pada bagian badan yang diamati mulai dari kepala dan badan, sebaran pola warna dibagi ke dalam kelompok pola warna polos, spot (broken), tricolor dan white-belly;
3)
warna mata terdiri dari 2 kategori yaitu hitam dan merah;
4)
karakteristik rambut dikategorikan atas rambut halus, medium dan kasar (karakteristik rambut berdasarkan ketajaman dan ketebalan rambut pada permukaan rambut kelinci, rambut halus apabila pada saat perabaan tidak terasa tajam dan kaku, rambut medium terasa lebih tajam tetapi tidak terlalu kaku, rambut kasar merupakan rambut yang tajam dan kaku);
5)
tipe muka yang dikategorikan atas oval memanjang, oval dan oval membulat, yang ditentukan berdasarkan indeks ukuran lebar kepala dengan ukuran pajang kepala (indeks antara lebar dengan panjang kepala sesuai dengan tipe muka secara berturut-turut adalah <0,45, ≥0,45-≤0,50 dan >0,50) dan
6)
bentuk pangkal paha; ditentukan dengan perabaan dan melihat bentuk permukaan pangkal paha dari belakang; bentuk pangkal paha terdiri atas tiga tipe yaitu bulat, menonjol, dan lancip, (bulat apabila tidak adanya penonjolan pada kedua sisi pangkal paha, menonjol apabila tampak penonjolan pangkal
19
paha pada kedua sisi pangkal paha, lancip apabila bagian tengah pangkal paha lebih tinggi sehingga membentuk segi tiga). Sifat kuantitatif diperoleh dengan melakukan pengukuran pada bagian-bagian tubuh individu kelinci yang meliputi : 1)
bobot badan (BB), diperoleh dengan cara penimbangan menggunakan timbangan pegas berkapasitas 11 kg dan keranjang kelinci (kg);
2)
panjang kepala (X1) adalah jarak antara titik tertinggi (pangkal telinga) sampai titik terdepan tengkorak (ujung tulang hidung), diukur menggunakan pita ukur (cm);
3)
lebar kepala (X2) adalah jarak antara titik penonjolan tengkorak kiri dan kanan, diukur menggunakan jangka sorong (cm);
4)
tinggi kepala (X3) adalah jarak antara titik tertinggi tengkorak sampai titik terendah rahang bawah; diukur menggunakan jangka sorong (cm);
5)
lingkar dada (X4) adalah lingkar rongga dada di belakang sendi bahu (os scapula) menggunakan pita ukur (cm);
6)
dalam dada (X5) adalah jarak antara titik tertinggi pundak dan tulang dada, diukur dengan jangka sorong (cm);
7)
lebar dada (X6) adalah jarak antara kerangka dada di belakang skapula kanan dan scapula kiri diukur dengan menggunakan jangka sorong (cm);
8)
panjang kaki depan dan belakang adalah panjang kaki atas dan kaki bawah. Panjang kaki depan bawah adalah panjangnya tulang hasta (X7), panjang kaki depan atas adalah panjangnya tulang Humerus (X8), panjang kaki bawah belakang adalah panjang tulang Tarsus (X9), panjang kaki belakang atas adalah panjangnya tulang Tibia (X10);
9)
panjang tulang punggung (X11) diukur dari tulang punggung pertama hingga tulang pangkal ekor diukur dengan menggunakan pita ukur (cm);
10) lebar tulang panggul adalah jarak antara tulang pangkal paha kiri dan pangkal paha kanan (X12) diukur dengan jangka sorong (cm); 11) panjang daun telinga (X15) adalah jarak antara pangkal daun telinga sampai titik ujung telinga menggunakan pita ukur (cm) dan 12) lebar daun telinga (X14) adalah jarak antara dua titik terluar daun telinga secara tegak lurus terhadap panjang telinga diukur menggunakan pita ukur (cm).
20
Pengukuran peubah pada bagian tubuh kelinci dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Metode Pengukuran Peubah Bagian Tubuh Kelinci Keterangan : 1) panjang kepala
13) panjang daun telinga
2) lebar kepala
14) lebar daun telinga
3) tinggi kepala 4) lingkar dada 5) dalam dada 6) lebar dada 7) panjang tulang hasta (radius dan ulna) 8) panjang tulang humerus 9) panjang tulang tarsus 10) panjang tulang tibia 11) panjang tulang punggung 12) lebar tulang pinggul
21
Analisis Data Data sifat kualitatif dijelaskan secara deskriptif berdasarkan persentase nilai fenotipe yang diperoleh untuk mengetahui ciri-ciri fenotipe dan genotipe setiap bangsa kelinci yang terdapat pada PPKM. Data
sifat
kuantitatif
berupa
ukuran-ukuran
tubuh
dikelompokkan
berdasarkan kelompok bangsa, jenis kelamin dan umur. Uji t dilakukan untuk membandingkan rataan pada dua kelompok umur yaitu umur 6-9 bulan dan umur >10 bulan. Data ini dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 3 x 2. Faktor pertama adalah bangsa kelinci yaitu, Flemish Giant, English Spot dan Rex. Faktor kedua adalah jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Data ini diolah menggunakan ANOVA pada perangkat lunak statistik Minitab 14. Uji beda Tukey digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh bangsa terhadap ukuran tubuh ketiga bangsa kelinci. Model matematika yang digunakan menurut Gasperzs (1991) adalah Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + єijk Keterangan : Yijk = nilai pengamatan pada perlakuan bangsa kelinci, jenis kelamin dan interaksinya µ
= rataan umum
αi
= pengaruh faktor α (bangsa kelinci)
βj
= pengaruh faktor β (jenis kelamin)
(αβ)ij
= interaksi antara faktor bangsa dan jenis kelamin
єijk
= pengaruh galat perlakuan Untuk mendapatkan diskriminasi terhadap ukuran dan bentuk tubuh ketiga
bangsa kelinci baik jantan maupun betina data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Komponen Utama (AKU). Penggunaan AKU untuk mendapatkan persamaan ukuran dan bentuk menggunakan model matematika menurut Gasperz (1992) sebagai berikut: YP = a1pX1 + a2pX2 +…+ appXP Keterangan : YP = komponen utama ke-p, a1p-app = vektor ciri atau vektor Eigen ke-p untuk p = 1,2,3,4,…dst, dan Xp
= peubah ke-p untuk p = 1,2,3…dst.
22
Dua komponen utama yang mempunyai nilai keragaman total tertinggi digunakan sebagai persamaan ukuran dan bentuk, perhitungan korelasi menggunakan vektor Eigen dan nilai Eigen yang diperoleh dari AKU yang diturunkan dari matriks kovarian, dengan model matematika sebagai berikut rxiyj =
aij
λj
Si
Keterangan : rxiyj = korelasi antara peubah-peubah xi dan komponen-kompenen utama ke-j (j= 1,2,3,…), aij
= vektor Eigen/vektor ciri ke-j,
λ j = nilai Eigen/ akar ciri ke-j, dan Si
= simpangan baku dari peubah xi . Skor komponen utama yang diperoleh dari persamaan ukuran dan bentuk
disajikan dalam bentuk diagram. Sumbu X sebagai vektor ukuran dan sumbu Y sebagai vektor bentuk. Pengolahan data hasil penelitian dan pembuatan diagram menggunakan perangkat lunak statistik Minitab 14.
23
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Magelang termasuk kedalam provinsi Jawa Tengah, terdiri atas 21 kecamatan, 372 desa, dengan luas wilayah 108.573 Ha. Suhu udara di Kabupaten Magelang berkisar antara 22-26o C, dapat mencapai 32ºC pada beberapa daerah, kelembaban berkisar antara 70-92%. Curah hujan rata-rata 159,5 mm/th. Pada bulan Mei-Oktober curah hujan rata-rata 28 mm dan bulan November-April 281,5 mm. Populasi kelinci pada saat ini mencapai ±22.399 ekor yang terdiri atas berbagai ras kelinci lokal maupun persilangan dan kelinci impor yang asal usulnya sudah tidak diketahui dengan jelas. Bangsa kelinci yang banyak dipelihara peternak adalah Flemish Giant, English Spot dan Rex, sebagian lainnya berupa kelinci hias. Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex diternakan sebagai kelinci penghasil daging, kelinci ini dipasarkan sampai ke Yogyakarta yang merupakan pasar ternak kelinci. Masyarakat Magelang memelihara ternak kelinci sebagai usaha sampingan, ada juga peternak yang memelihara ternak kelinci sebagai usaha pokok. Sistem pemeliharaan dilihat dari segi perkandangan sudah termasuk pemeliharaan intensif dengan memanfaatkan lahan yang ada di belakang rumah (back yard) secara sederhana. Pemberian pakan kelinci memanfaatkan sumberdaya yang ada, yaitu memanfaatkan hijauan berupa rumput lapang dan limbah yang berupa ampas tahu. Sebagian peternak juga menggunakan konsentrat sapi dan pakan ayam pedaging sebagai pakan kelinci. Pakan diberikan tanpa penyediaan air minum, karena peternak menganggap bahwa hijauan dan ampas tahu cukup mengadung air. Limbah ternak kelinci dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman. Dalam pengembangan ternak kelinci, peternak tidak memperhatikan pola pembibitan yang tepat. Kelinci dikawinkan berdasarkan keinginan peternak. Kelinci yang dikawinkan adalah kelinci yang mempunyai bobot badan dan ukuran tubuh yang besar tanpa memperhatikan bangsa dan asal usul kelinci, terutama untuk kelinci pejantan. Kelinci ini diharapkan menghasilkan keturunan dengan litter size yang tinggi dan ukuran yang besar.
Sifat Kualitatif Pola dan Warna Rambut Pola dan warna rambut kelinci merupakan salah satu pembeda/penciri setiap bangsa kelinci. Hasil pengamatan sifat kualitatif pola dan warna rambut, dan warna mata beserta genotipe penentu warna kelinci Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Fenotipe Kelinci Flemish Giant (FG), English Spot (S) dan Rex (R) Bangsa Fenotipe
Genotipe
FG (n = 40)
ES (n = 40)
R (n = 40)
--------------(%)-----------Warna
Hitam Coklat Fawn Steelgray Agouti Putih Abu-abu Blue
Pola
Polos Spot (broken) Tricolor White-belly
Warna mata
Hitam Merah
aaBBC-D-EaabbC-D-EAw-BBC-D-ee A-BBC-D-EsE Aw-B-C-D-EA-B-ccD-EA-B-cchl cchlD-EaaBBC-ddE-
2,5 70,0 10,0 17,5 -
20,0 77,5 2,5 -
65,0 32,5 2,5 -
enen En en e je j AwAw
10,0 90,0
100,0 -
5,0 87,5 7,5 -
-
100,0 -
100,0 -
97,5 2,5
Keterangan: - dapat diisi gen dominan atau gen resesif
Fenotipe kelinci yang dapat digunakan sebagai penciri yang khas dari setiap bangsa kelinci adalah warna dan pola warna. Tiga bangsa kelinci yang diamati pada peternakan kelinci rakyat Kabupaten Magelang adalah Flemish Giant, English Spot dan Rex mempunyai warna yang bervariasi. Pemunculan warna dipengaruhi alel yang dominan dalam satu lokus dan alel yang epistasis terhadap alel lainnya. Pada kelinci alel homosigot resesif bersifat epistasis. Kelinci Flemish Giant terdiri atas warna hitam, fawn, steelgrey, dan agouti, pada populasi kelinci Flemish Giant di peternakan kelinci rakyat Kabupaten Magelang sebagian besar berwarna fawn dengan pola warna white-belly yaitu warna
25
yang lebih terang atau cenderung krem pada bagian perut dengan pendugaan genotipenya enen Aw-BBC-D-ee. Penentu warna fawn (kuning) pada kelinci terletak pada lokus E dalam keadaan homosigot resesif ee yang bersifat epistasis terhadap ekspresi gen lain dalam keadaan heterozigot. Gen Aw mengatur pemunculan warna agouti yang mempunyai warna lebih terang pada bagian perut. Kelinci yang disebut Spot oleh peternak dapat diduga sebagai kelinci English Spot karena mempunyai ciri-ciri dengan warna putih dan pola warna bercak pada bagian perut dan punggung, warna pada daun telinga, hidung, dan lingkar mata (Berry, 2005). Sebagian kelinci mempunyai warna yang berupa garis terputus putus sepanjang punggung kelinci. Warna Spot pada populasi kelinci
ini umumnya
berwarna coklat dengan pendugaan genotipenya EnEn aabbC-D-E-. Genotipe En merupakan genotipe yang mengatur pola warna broken yang merupakan mutasi pada lokus English (Lebas et al., 1986). Dalam keadaan homosigot dominan (EnEn) memunculkan pola yang bagian putihnya lebih banyak daripada warna Spot nya, dan dalam keadaan homosigot resesif enen memunculkan pola yang bagian berwarna lebih banyak daripada bagian putihnya. Warna coklat diatur oleh gen b yang muncul dalam keadaan homosigot resesif (bb) dan bersifat epistasis terhadap gen a yang muncul dalam keadaan homosigot resesif (aa), dan menutupi ekspresi gen lain dalam keadaan heterozigot. Kelinci Rex dengan warna dasar putih dan bercak hitam mendominasi populasi Rex yang terdapat pada peternakan kelinci rakyat di Kabupaten Magelang. Pendugaan genotipe Rex berpola warna hitam adalah En- aaBBC-D-E-. Tiga mecam genotipe yang menentukan pola warna Rex antara lain EnEn aaBBC-D-E-, yang memunculkan bagian putih lebih banyak daripada bagian hitam, enen aaBBC-D-E-, yang memunculkan bagian hitam lebih banyak daripada bagian putih, dan Enen aaBBC-D-E-, yang memunculkan pola papilon dan dikenal sebagai Rex papilon. Warna hitam merupakan ekspresi dari gen a dalam keadaan homosigot resesif (aa) dan bersifat epistasis terhadap gen lain dalam keadaan heterozigot. Pada populasi kelinci Rex terdapat kelinci Rex yang berwarna putih dengan genotipe cc yang berarti albino dengan warna mata merah, dan Rex dengan pola tiga warna yang disebut tricolor (Japanese Brindling) yang terdiri atas warna putih, hitam, dan coklat. Pendugaan genotipe tricolor adalah EnEn aabbC-D-ejej yang mengatur ekspresi dua
26
warna sekaligus. Pola dan warna kelinci ketiga bangsa kelinci yang banyak dipelihara peternak Magelang dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Fenotipe Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex Gambar 6 memperlihatkan fenotipe berupa pola dan warna rambut ketiga bangsa kelinci secara berurutan yaitu Flemish Giant berwarna fawn dengan pola white-belly, English Spot dengan pola warna coklat, dan Rex dengan pola warna hitam. Warna Mata Warna mata merupakan ekspresi genotipe kelinci. Warna mata ketiga bangsa kelinci pada peternakan rakyat ini berwarna hitam untuk kelinci yang mempunyai rambut berwarna dan berwarna merah untuk kelinci yang berambut putih. Pada peternakan kelinci rakyat di Kabupaten Magelang hanya terdapat satu ekor kelinci Rex yang bermata merah. Mata merah yang muncul pada kelinci berambut putih merupakan ekspresi gen cc yang menyebabkan albino pada permukaan tubuh dan merah muda pada mata. Kondisi Kelinci Sifat kualitatif merupakan sifat luar yang tampak pada setiap individu ternak sehingga ternak dapat diklasifikasikan pada kelompok yang berbeda. Sifat kualitatif juga dapat memperlihatkan kondisi kesehatan ternak dan mencerminkan kemampuan produksi setiap individu. Kondisi dan karakteristik rambut, bentuk muka dan bentuk pangkal paha dapat dijadikan indikator kondisi kesehatan dan kemampuan produksi individu kelinci. Persentase sifat kualitatif berupa kondisi rambut, bentuk muka dan bentuk pangkal paha disajikan pada Tabel 3.
27
Tabel 3. Karakteristik Bentuk Kelinci Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) Karakteristik
FG (n = 40)
ES (n = 40)
R (n = 40)
Kondisi Rambut
Halus Medium Kasar
----------------(%)----------------97,5 50,0 70,0 2,5 50,0 30,0 -
Bentuk muka
Oval memanjang Oval Oval membulat
85,0 15,0 -
85,0 15,0 -
72,5 25,0 2,5
Pangkal paha
Bulat Menonjol Lancip
37,5 52,5 10,0
27,5 35,0 37,5
77,5 22,5 -
Kondisi dan Karakteristik Rambut. Kondisi rambut pada kelinci dapat menunjukkan kondisi kesehatan kelinci. Rambut yang halus kuat dan tidak rontok menunjukkan bahwa kelinci tersebut dalam keadaan sehat dan terawat. Kerontokan pada kelinci betina bisa disebabkan karena fase moulting. Kualitas fur juga dilihat dari kondisi rambutnya. Kelinci yang mempunyai rambut halus dan kuat mempunyai nilai fur yang lebih baik daripada kelinci yang mempunyai rambut medium dan kasar. Flemish Giant dan English Spot adalah kelinci yang mempunyai nilai fur yang baik dan rambut normal. Kualitas rambut kelinci Flemish Giant pada peternakan rakyat ini adalah medium dan kasar. Kelinci English Spot mempunyai rambut yang berkualitas medium. Kualitas rambut kelinci pada peternakan ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan antara lain pakan, pameliharaan dan suhu lingkungan. Pemeliharaan kelinci pada peternakan rakyat ini masih dikatakan sederhana (semi intensif) dengan memanfaatkan sumber pakan yang tersedia pada daerah tersebut antara lain ampas tahu dan hijauan, dan tanpa pemberian air minum. Suhu lingkungan yang berkisar antara 26-32 ºC mempengaruhi pertumbuhan rambut kelinci tersebut, karena suhu optimal untuk pemeliharaan kelinci adalah 21 ºC, suhu diatas 25 ºC dapat mengakibatkan stress pada kelinci (Lebas et al., 1986). Sebagian besar Rex adalah berambut Halus yang merupakan ciri bangsa Rex yaitu kelinci berambut halus. Seekor kelinci Rex mempunyai rambut yang tidak halus sebagaimana mestinya. Rex yang tidak berambut halus diduga telah terjadi pencampuran gen dengan bangsa lain. Pencampuran gen menyebabkan karakteristik
28
rambut pada kelinci Rex berubah, hal ini disebabkan gen yang mengekspresikan karakteristik rambut untuk Rex dalam keadaan homosigot resesif. Bentuk Muka. Bentuk muka dapat menggambarkan bentuk badan bangsa kelinci, bentuk muka yang dilihat dari depan terdiri atas tiga kategori yaitu bentuk muka oval memanjang, bentuk muka oval, dan bentuk muka oval membulat. Gambaran bentuk muka berdasarkan nilai ukuran-ukuran kepala. Bentuk muka oval memanjang mempunyai nilai indeks antara lebar kepala dan panjang kepala sebesar <0,45 dan untuk kategori muka oval mempunyai indeks ≥0,45-≤0,50, bentuk muka oval membulat dengan nilai indeks >0,50. Bentuk muka ketiga bangsa kelinci adalah oval memanjang dimana indeks lebar kepala dan panjang kepala adalah <0,45. Sesuai dengan bentuk tubuhnya, kelinci dengan bentuk muka oval memanjang memiliki tubuh yang panjang pula seperti kelinci Flemish Giant dan English Spot. Hal ini dapat dilihat dari ukuran panjang kepala Flemish Giant, English Spot dan Rex sebesar 12,97cm, 12,90cm dan 11,00cm berbanding ukuran panjang tulang punggung sebesar 40,70cm, 42,27cm dan 35,17cm secara berurutan. Bentuk Pangkal Paha. Bentuk pangkal paha menggambarkan kondisi perototan kelinci. Kondisi pangkal paha mencerminkan kelinci yang baik atau kurang baik untuk dikembangkan sebagai kelinci pedaging. Bentuk pangkal paha yang membulat mempunyai kemampuan yang baik untuk dikembangkan sebagai kelinci pedaging. Sebagian kelinci Flemish Giant mempunyai bentuk pangkal paha menonjol, bentuk pangkal paha English Spot cenderung berbentuk lancip, Rex mempunyai bentuk pangkal paha yang cenderung membulat. Kondisi bentuk pangkal paha dipengaruhi pertumbuhan tubuh kelinci yang juga dipengaruhi oleh manajemen pemberian pakan dan genetik. Dalam hal ini kelinci Rex berpotensi dikembangkan sebagai kelinci pedaging. Sifat Kuantitatif Pertumbuhan dan Faktor yang Mempengaruhinya Respon pertumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu genetik, jenis kelamin, pakan, manajemen pemeliharaan dan pencegahan penyakit. Pertumbuhan bobot badan dipengaruhi pertumbuhan tiga jaringan tubuh yaitu pertumbuhan kerangka, pertumbuhan otot, dan pertumbuhan lemak. Ukuran tubuh bertambah
29
sesuai dengan bertambahnya umur (Saleh et al.,1982). Pertumbuhan kerangka maksimal pada umur dewasa tubuh yang mengikuti dewasa kelamin. Flemish Giant. Pertambahan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh kelinci Flemish Giant dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rerata dan Simpangan Baku Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Kelinci Jantan dan Betina Flemish Giant pada Dua Kelompok Umur Jantan Peubah Bobot badan (kg) Panjang kepala (cm) Lbr. kepala (cm) Tinggi kepala (cm) Lingkar dada (cm) Dalam dada (cm) Lbr. dada (cm) Pj. tlg. hasta (cm) Pj. tlg. humerus (cm) Pj. tlg. tarsus (cm) Pj. tlg. tibia (cm) Pj. tlg. punggung (cm) Lbr. tlg. pinggul (cm) Pj. daun telinga (cm) Lbr. daun telinga (cm)
Betina
6-9 bln (n = 11)
≥10 bln (n = 9)
6-9 bln (n = 4)
≥10 bln (n = 16)
2,92±0,55 12,82±1,15 5,15±0,40 5,78±0,95 27,77±2,21 6,97±0,75 6,22±0,61 6,82±0,68 6,82±1,08 5,09±1,09 11,23±1,72 39,91±3,33 6,75±0,78 15,36±1,00 7,55±0,52a
3,19±0,34 13,17±0,56 5,41±0,33 6,21±0,49 28,33±2,14 7,18±1,21 6,46±0,77 6,94±0,39 6,88±0,53 5,61±1,05 11,58±0,90 41,67±3,40 7,29±0,65 15,44±0,77 8,00±0,35b
3,15±0,46 13,13±0,63 4,85±0,52 6,13±0,38 27,25±2,50 6,93±0,95 5,87±0,56 7,13±0,48 7,13±0,85 5,00±0,41 11,13±0,63 42,87±6,33 6,77±0,57 15,13±1,18 7,87±0,63
3,49±0,45 12,56±0,96 4,87±0,43 6,03±0,43 28,78±2,47 7,50±1,36 6,63±0,76 6,59±0,49 6,50±0,58 4,81±0,51 10,72±0,95 43,87±4,54 7,36±0,79 15,06±1,48 7,56±0,83
Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris dalam kolom jenis kelamin yang sama menunjukkan berbeda nyata untuk huruf kecil (P<0,05), dan berbeda sangat nyata untuk huruf besar (P<0,01)
Flemish Giant tidak mengalami pertumbuhan bobot badan dan kerangka tubuh pada umur dewasa kelamin. Hal ini ditunjukkan tidak adanya perbedaan nyata antara bobot badan dan ukuran tubuh dari dua kelompok umur 6-9 bulan dan ≥10 bulan. Perbedaan nyata dapat dilihat pada nilai lebar telinga kelinci Flemish Giant jantan, pada umur 6-9 bulan ukuran lebar telinga 7,55 cm dan pada umur ≥10 bulan ukuran lebar telinga menjadi 8,00 cm, hal ini menunjukkan bahwa pada umur dewasa kelamin lebar telinga semakin bertambah sesuai dengan bertambahnya umur.
30
English Spot. Pertambahan bobot badan dan ukuran tubuh kelinci jantan dan betina English Spot dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rerata dan Simpangan Baku Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Kelinci Jantan dan Betina English Spot pada Dua Kelompok Umur Jantan Peubah Bobot badan (kg) Panjang kepala (cm) Lbr. kepala (cm) Tinggi kepala (cm) Lingkar dada (cm) Dalam dada (cm) Lbr. dada (cm) Pj. tlg. hasta (cm) Pj. tlg. humerus (cm) Pj. tlg. tarsus (cm) Pj. tlg. tibia (cm) Pj. tlg. punggung (cm) Lbr. tlg. pinggul (cm) Pj. daun telinga (cm) Lbr. daun telinga (cm)
Betina
6-9 bln (n = 15)
≥10 bln (n = 5)
6-9 bln (n = 8)
≥10 bln (n = 12)
3,37±0,36 12,60±0,07a 5,19±0,43 5,98±0,68 28,60±1,76 7,47±0,83 6,50±0,68 6,80±0,94 7,21±0,52 4,90±0,57a 11,43±1,28 41,07±3,05A 7,05±0,62 15,73±1,21 8,29±0,49
3,75±0,78 13,80±0,57b 5,33±0,61 5,33±0,61 6,10±1,04 29,30±2,95 7,41±1,25 7,06±1,37 6,90±0,55 5,60±0,74b 10,80±0,76 45,90±2,61B 7,51±1,24 14,60±2,30 8,28±0,26
3,35±0,52 12,56±0,68 4,67±0,18 5,73±0,46 28,13±2,42 6,67±1,45 6,06±0,63 6,63±0,84 7,06±0,56 5,31±0,53 11,13±0,79 41,56±5,69 7,37±0,51 15,37±0,92 7,87±0,44
3,54±0,55 13,33±1,35 4,84±0,32 6,13±0,64 29,29±2,67 6,52±1,99 6,29±1,26 7,25±0,69 7,25±1,06 5,62±1,02 10,79±1,60 44,46±3,99 7,13±1,05 15,42±1,67 7,54±0,62
Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris dalam kolom jenis kelamin yang sama menunjukkan berbeda nyata untuk huruf kecil (P<0,05) dan berbeda sangat nyata untuk huruf besar (P<0,01)
English Spot jantan mengalami pertumbuhan pada beberapa bagian kerangka tubuh, dapat dilihat dari nilai yang berbeda nyata (P<0,05) pada nilai ukuran panjang kepala dan panjang tulang tarsus. Ukuran panjang kepala dan ukuran panjang tulang tarsus bertambah sesuai bertambahnya umur setelah dewasa kelamin. Pada umur 6-9 bulan ukuran panjang kepala 12,60 cm menjadi 13,80 cm pada umur ≥10 bulan. Untuk panjang tulang tarsus sebesar 4,90 cm pada umur 6-9 bulan menjadi 5,60 cm pada umur ≥10 bulan. Pertumbuhan terlihat jelas pada pertambahan panjang tulang pungung yang dinyatakan berbeda sangat nyata (P<0,01), pada umur 6-9 bulan ukuran panjang tulang punggung 41,07 cm menjadi 45,90 cm pada umur ≥10 bulan. Panjang tulang punggung bertambah sesuai bertambahnya umur setelah dewasa kelamin. Kelinci betina English Spot tidak menunjukkan adanya pertumbuhan kerangka yang nyata.
31
Rex. Pertambahan bobot badan dan ukuran tubuh kelinci jantan dan betina Rex dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rerata dan Simpangan Baku Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Kelinci Jantan dan Betina Rex pada Dua Kelompok Umur Jantan
Betina
Peubah
6-9 bln (n = 8)
≥10 bln (n = 12)
6-9 bln (n = 14)
≥10 bln (n = 6)
Bobot badan (kg) Panjang kepala (cm) Lbr. kepala (cm) Tinggi kepala (cm) Lingkar dada (cm) Dalam dada (cm) Lbr. dada (cm) Pj. tlg. hasta (cm) Pj. tlg. humerus (cm) Pj. tlg. tarsus (cm) Pj. tlg. tibia (cm) Pj. tlg. punggung (cm) Lbr. tlg. pinggul (cm) Pj. daun telinga (cm) Lbr. daun telinga (cm)
2,43±0,57a 11,25±0,38 4,84±0,37a 5,87±1,34 27,00±2,20 6,87±0,95 6,09±0,72 6,75±0,65 6,68±0,70 4,31±0,26 9,69±1,16 34,69±2,17 6,23±0,71 11,81±1,10 6,44±0,56
2,78±0,25b 10,85±0,89 5,06±0,18b 5,90±1,06 28,65±1,70 6,81±1,00 6,18±0,70 6,57±0,91 6,62±0,92 4,62±0,36 10,08±1,38 35,58±2,73 6,88±0,79 11,35±0,80 6,25±0,52
2,58±0,35a 10,68±0,79 4,33±0,30 5,27±0,39 27,21±1,63 6,69±0,99 5,53±0,50 6,30±1,04 6,44±1,04 5,18±0,72 10,14±0,77 34,68±1,53a 5,92±0,62 11,02±0,48 6,08±0,42
3,13±0,77b 10,67±0,87 4,54±0,28 5,14±0,65 28,42±3,38 7,50±1,48 6,36±1,52 6,83±1,57 7,08±1,68 5,08±0,58 9,92±0,92 37,08±2,31b 6,52±0,77 10,67±0,75 6,00±0,45
Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris dalam kolom jenis kelamin yang sama menunjukkan berbeda nyata untuk huruf kecil (P<0,05), dan berbeda sangat nyata untuk huruf besar (P<0,01)
Kelinci Rex mengalami pertambahan pada bobot badan pada dua tingkat umur saat dewasa. Nilai bobot badan pada umur 6-9 bulan berbeda nyata (P<0,05) dengan nilai bobot badan pada umur ≥10 bulan, bobot 2,43 kg pada umur 6-9 bulan menjadi 2,78 kg pada umur ≥10 bulan untuk kelinci jantan. Bobot 2,58 kg pada umur 6-9 bulan menjadi 3,13 kg pada umur ≥10 bulan. Pertambahan bobot badan pada umur dewasa dipengaruhi oleh pertumbuhan jaringan lemak yang secara tidak langsung merupakan dampak dari pemberian pakan. Kelinci Rex jantan juga mengalami pertambahan ukuran kerangka tubuh pada ukuran lebar kepala, ukuran lebar kepala semakin bertambah sesuai dengan bertambahnya umur setelah dewasa kelamin, hal ini ditunjukkan oleh nilai ukuran lebar kepala yang berbeda nyata (P<0,05) pada umur 6-9 bulan sebesar 4,84 cm dan umur ≥10 bulan sebesar 5,06 cm. Kelinci betina mengalami pertumbuhan pada ukuran panjang tulang punggung, nilai ukuran panjang tulang punggung berbeda
32
nyata (P<0,05) pada umur 6-9 bulan sebesar 34,68 dan umur ≥10 bulan sebesar 37,08 cm. Pertambahan ukuran tubuh tidak berbeda nyata pada sebagian besar ukuran kerangka tubuh kelinci, pada dasarnya kelinci mengalami dewasa tubuh setelah dewasa kelamin. Hal ini sesuai dengan Suwartono et al. (1983) yang menyatakan pertumbuhan kerangka maksimal pada saat umur dewasa. Bobot Badan dan Ukuran Tubuh Bobot badan dan ukuran kerangka tubuh untuk setiap jenis dan bangsa kelinci adalah berbeda-beda. Terdapat perbedaan dan persamaan antara tiga bangsa kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex yang dipelihara di peternakan kelinci rakyat Kabupaten Magelang. Perbedaan terlihat sangat nyata untuk tipe kelinci yang berbeda yaitu antara kelinci tipe besar dan kelinci tipe medium. Flemish Giant adalah kelinci tipe besar, English Spot dan Rex adalah tipe medium. Bobot Badan. Perbandingan Bobot badan kelinci jantan dan betina Flemish Giant, English Spot dan Rex dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rerata Bobot Badan dan Simpangan Baku Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) (umur>6 bln) Bangsa Jenis Kelamin
Bobot Badan
Jantan (KK) Betina (KK)
FG (n = 20)
ES (n = 20)
R (n = 20)
-------------------------(kg)----------------------2,64±0,44C 3,46±0,51 B 3,04±0,48aB (17%) (16%) (15%) iB B 3,42±0,46 3,46±0,53 2,74±0,55 C (14%) (15%) (20%)
Keterangan : - Huruf vokal untuk kolom dan konsonan untuk baris - Superskrip yang berbeda menyatakan berbeda sangat nyata untuk huruf besar (P<0,01) dan berbeda nyata untuk huruf kecil (P<0,05) - KK: koefisien keragaman
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kelinci jantan dan betina ketiga bangsa mempunyai nilai bobot badan yang berbeda sangat nyata (P<0,01). Perbedaan yang sangat nyata adalah pada kelinci Rex, hal ini menunjukkan bahwa kelinci Rex yang dikembangkan pada peternakan rakyat Kabupaten Magelang berbeda dengan dua bangsa kelinci Flemish Giant dan English Spot. Kelinci English Spot dan Flemish Giant mempunyai nilai bobot badan yang tidak berbeda nyata. Kelinci
33
English Spot adalah kelinci tipe medium yang seharusnya mempunyai kisaran bobot badan yang sama dengan kelinci Rex yaitu 2,7-3,6 kg pada saat dewasa, dan kelinci jantan mempunyai bobot yang lebih rendah yaitu sebesar 3 kg dari bobot betina sebesar 3,5 kg (Berry, 2005). Flemish Giant mempunyai bobot yang lebih besar dibanding kedua kelinci English Spot dan Rex dengan bobot badan rata-rata 6,3 kg untuk jantan dan 6,8 kg untuk betina (Sarwono, 2001). Hasil analisis memperlihatkan bahwa bobot badan kelinci Flemish Giant tidak mencapai rata-rata bobot badan Flemish Giant pada Sarwono (2001). Bobot badan kelinci betina lebih besar daripada bobot badan kelinci jantan, terlihat dari hasil analisis bobot badan antar kelinci jantan dan betina Flemish Giant yang yang berbeda nyata. (P<0,05). Untuk kelinci English Spot dan Rex, bobot badan kelinci jantan dan betina tidak berbeda nyata. Ketiga bangsa kelinci ini baik jantan maupun betina mempunyai keragaman bobot badan yang cukup tinggi, sehingga memungkinkan untuk dilakukan seleksi berdasarkan bobot badan pada populasi kelinci di peternakan rakyat Kabupaten Magelang. Kelinci yang paling beragam adalah kelinci Rex betina dan yang paling seragam adalah kelinci Flemish Giant betina. Kelinci English Spot jantan dan betina mempunyai keragaman yang sama. Keragaman bobot badan yang tinggi dipengaruhi oleh faktor umur, genetik dan lingkungan. Kepala. Ukuran panjang, lebar dan tinggi kepala mempengaruhi bentuk muka. Bentuk muka untuk setiap bangsa kelinci adalah berbeda. Rerata dan simpangan baku ukuran kerangka kepala disajikan pada Tabel 8. Ukuran panjang kepala Flemish Giant, English Spot dan Rex secara berurutan 12,97 cm, 12,90 cm, dan 11,00 cm untuk kelinci jantan, 12,67 cm, 13,03 cm, dan 10,68 cm untuk betina berbeda sangat nyata (P<0,01). Ukuran panjang kepala pada kelinci Flemish Giant dan English Spot relatif sama untuk kedua jenis kelamin. Dilihat dari reratanya, kelinci betina Flemish Giant dan Rex mempunyai ukuran panjang kepala yang lebih panjang daripada kelinci jantannya, dan sebaliknya untuk kelinci English Spot. Ketiga bangsa kelinci memiliki ukuran lebar kepala yang berbeda nyata (P<0,05) untuk kelinci jantan dengan ukuran lebar kepala Flemish Giant, English Spot dan Rex secara berurutan adalah 5,27 cm, 5,23 cm dan 4,96 cm. Ukuran lebar kepala berbeda sangat nyata (P<0,01) untuk kelinci betina dengan ukuran lebar
34
kepala Flemish Giant, English Spot dan Rex secara berurutan adalah 12,67 cm, 13,03 cm dan 10,68 cm. Perbedaan nyata dan sangat nyata adalah pada ukuran lebar kepala kelinci Rex dengan ukuran yang lebih sempit daripada ukuran lebar kepala kelinci Flemish Giant dan English Spot dengan ukuran lebar kepala yang sama. Pada ketiga bangsa kelinci, jenis kelamin jantan mempunyai ukuran lebar kepala yang lebih lebar daripada kelinci betina. Secara statistik ukuran lebar kepala jantan dan betina kelinci Flemish Giant dan English Spot adalah berbeda nyata (P<0,05) dan sangat berbeda nyata untuk kelinci jantan dan betina Rex (P<0,01). Hal ini berarti bahwa antara kelinci jantan dengan kelinci betina ketiga bangsa dapat dibedakan dari lebar kepalanya. Tabel 8. Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Kepala Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) (umur>6 bln) Bangsa Kepala
Panjang
Lebar
Tinggi
Jenis Kelamin
Jantan (KK) Betina (KK) Jantan (KK) Betina (KK) Jantan (KK) Betina (KK)
FG (n = 20)
ES (n = 20)
R (n = 20)
--------------------------(cm)-----------------------11,00±0,78 C 12,97±0,93 B 12,90±1,09 B (7%) (7%) (8%) B B 12,67±0,92 13,03±1,17 10,68±0,79 C (7%) (9%) (7%) ab ab 5,27±0,38 5,23±0,46 4,96±0,27 Ac (7%) (9%) (6%) iB iB 4,77±0,28 4,39±0,31IC 4,87±0,43 (9%) (6%) (7%) b b 5,97±0,79 6,01±0,75 5,74±0,92ac (13%) (13%) (16%) B B 6,05±0,41 5,96±0,59 5,24±0,47iC (7%) (10%) (9%)
Keterangan : - Huruf vokal untuk kolom dan konsonan untuk baris - Superskrip yang berbeda menyatakan berbeda sangat nyata untuk huruf besar (P<0,01) dan berbeda nyata untuk huruf kecil (P<0,05) - KK: koefisien keragaman
Indeks lebar kepala kelinci Flemish Giant jantan adalah 0,41 dan Flemish Giant Betina adalah 0,38. kelinci jantan dan betina Flemish Giant sama-sama mempunyai bentuk muka oval memanjang, namun kelinci betina Flemish mempunyai muka yang lebih panjang. Indeks lebar dan panjang kepala kelinci English Spot jantan adalah 0,37 dan untuk English Spot betina mempunyai indeks 41,0. Kelinci jantan dan betina English Spot sama-sama mempunyai bentuk muka
35
oval memanjang, namun kelinci jantan mempunyai bentuk muka yang lebih panjang daripada kelinci betina. Indeks lebar dan panjang kepala kelinci Rex jantan adalah 0,45 dan untuk betina Rex adalah 0,41. Kelinci Rex jantan mempunyai muka yang lebih oval daripada kelinci Rex betina. Kelinci jantan ketiga bangsa kelinci mempunyai ukuran tinggi kepala yang berbeda nyata (P<0,05), perbedaan nyata adalah pada ukuran tinggi kepala kelinci Rex (5,74 cm), sedangkan ukuran tinggi kepala kelinci jantan Flemish Giant (5,97 cm) dan English Spot (6,01 cm) tidak berbeda nyata. Kelinci betina Rex mempunyai ukuran tinggi kepala 5,24 cm yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap ukuran tinggi kepala kelinci betina Flemish Giant 6,05 cm dan English Spot 5,96 cm yang tidak berbeda nyata. Kelinci Rex jantan dan betina mempunyai ukuran tinggi kepala yang berbeda nyata (P<0,05), kelinci Rex jantan mempunyai ukuran tinggi kepala yang lebih tinggi sebesar 0,5 cm daripada tinggi kepala kelinci Rex betina. Sementara ukuran tinggi kepala antara jantan dan betina Flemish Giant dan English Spot tidak berbeda nyata. Ukuran panjang kepala yang beragam pada populasi kelinci jantan dan betina English Spot. Kelinci jantan dan betina Flemish Giant dan Rex mempunyai keragaman yang sama. Ukuran lebar kepala yang paling beragam adalah kelinci betina Flemish Giant dan kelinci jantan English Spot, keragaman terkecil adalah pada populasi kelinci betina English Spot dan kelinci jantan Rex. Ukuran tinggi kepala sangat beragam untuk kelinci jantan ketiga bangsa, kelinci jantan yang paling beragam adalah kelinci Rex jantan. Ukuran tinggi kepala yang paling seragam adalah ukuran tinggi kepala kelinci betina Flemish Giant, dan ukuran tinggi kepala Rex betina lebih seragam daripada kelinci jantan. Tinggi kepala yang beragam pada populasi ketiga bangsa kelinci akan menyebabkan bentuk kepala yang beragam untuk tiap bangsa. Keragaman ini hanya pada kelinci jantan yang dapat dipengaruhi oleh tingkat umur yang berbeda. Dada. Ukuran kerangka tubuh kelinci dilihat dari ukuran kerangka dada secara statistik tidak berbeda nyata untuk ketiga bangsa. Hasil analisis statistik ukuran lingkar dada dapat dilihat pada Tabel 9. Lingkar dada ketiga bangsa kelinci tidak berbeda nyata baik kelinci jantan maupun kelinci betina, ukuran lingkar dada Flemish Giant, English Spot dan Rex secara berurutan adalah 28,03 cm, 28,77 cm
36
dan 28,03 cm untuk kelinci jantan, 28,47 cm, 28,83 cm dan 27,57 cm untuk kelinci betina. Nilai ukuran dada yang tidak berbeda nyata antara ketiga bangsa menunjukkan bahwa ketiga bangsa kelinci tersebut tidak dapat dibedakan berdasarkan ukuran dada. Tabel 9. Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Dada Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) Bagian Tubuh
Jenis Kelamin
Bangsa FG (n = 20)
ES (n = 20)
R (n = 20)
--------------------------(cm)-----------------------Lingkar Dada
Dalam Dada
Lebar Dada
Jantan (KK) Betina (KK) Jantan (KK) Betina (KK) Jantan (KK) Betina (KK)
28,03±2,14 (8%) 28,47±2,49 (9%)
28,77±2,06 (7%) 28,83±2,57 (9%)
28,03±2,08 (7%) 27,57±2,27 (8%)
7,06±0,96 (14%) 7,38±1,29 (17%)
7,45±0,92 (12%) 6,58±1,76 (27%)
6,33±0,65 (10%) 6,48±0,78 (12%)
6,64±0,89 (14%) 6,20±1,04 (17%)
6,79±0,96 (14%) 6,93±1,18 (17%) 6,11±0,67 (11%) 5,78±0,96 (17%)
Keterangan : - Huruf vokal untuk kolom dan konsonan untuk baris - Superskrip yang berbeda menyatakan berbeda sangat nyata untuk huruf besar (P<0,01) dan berbeda nyata untuk huruf kecil (P<0,05) - KK: koefisien keragaman
Nilai koefisien keragaman menunjukkan ukuran lingkar dada ketiga bangsa tidak terlalu beragam. Keragaman tertinggi yaitu pada kelinci betina Flemish Giant dan English Spot. Ukuran dalam dada kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex secara berurutan 7,06 cm, 7,45 cm dan 6,79 cm untuk jantan, 7,38 cm, 6,58 cm dan 6,93 cm untuk betina mempunyai nilai keragaman yang berbeda. Keragaman tertinggi adalah kelinci betina English Spot, kelinci betina Flemish Giant dan Rex mempunyai keragaman yang sama. Kelinci jantan English Spot jauh lebih seragam dibanding kelinci betinanya, dan lebih seragam dibanding kelinci jantan Flemish Giant dan Rex. Ukuran lebar dada ketiga bangsa kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex secara berurutan 6,33 cm, 6,64 cm dan 6,11 cm untuk kelinci jantan, 6,48 cm, 6,20 cm dan 5,78 cm untuk kelinci betina juga mempunyai keragaman yang tinggi
37
terutama untuk kelinci betina English Spot dan Rex. Kelinci betina ketiga bangsa kelinci mempunyai keragaman yang lebih tinggi daripada kelinci jantannya. Koefisien keragaman yang tinggi memungkinkan untuk diadakan seleksi berdasarkan ukuran dalam dan lebar dada ketiga bangsa kelinci tersebut. Tingginya nilai keragaman dipengaruhi oleh umur yang bervariasi, genetik dan lingkungan kelinci. Semakin bervariasi umur kelinci maka keragaman semakin tinggi. Keragaman yang tinggi pada kelinci English Spot betina dapat diperkirakan sebagai akibat terjadinya pencampuran genetik dari beberapa bangsa kelinci. Kaki. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ketiga bangsa kelinci mempunyai ukuran kaki depan yang tidak berbeda nyata. Rerata ukuran panjang kaki ketiga bangsa kelinci dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Kaki Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) Bagian Kaki
Bangsa Kelinci Jenis Kelamin
FG (n = 20)
ES (n = 20)
R (n = 20)
------------------------(cm)-----------------------Hasta
Humerus
Tarsus
Tibia
Jantan (KK) Betina (KK) Jantan (KK) Betina (KK) Jantan (KK) Betina (KK) Jantan (KK) Betina (KK)
6,87±0,56 (8%) 6,70±0,52 (8%) 6,85±0,86 (13%) 6,63±0,67 (10%)
6,83±0,85 (12%) 7,00±0,79 (11%) 7,13±0,53 (7%) 7,17±0,88 (12%)
6,63±0,83 (12%) 6,46±1,21 (19%) 6,67±0,83 (12%) 6,64±1,26 (19%)
5,33±1,08 B (20%) 5,15±0,67b (10%)
5,07±0,67 B (13%) 5,49±0,85b (16%)
4,50±0,36AC (8%) 4,85±0,49 Ic (13%)
11,38±1,39 B (12%) 10,80±0,89b (8%)
11,27±1,13 B (10%) 10,93±1,32b (12%)
9,97±1,30C (13%) 10,07±0,79c (8%)
Keterangan : - Huruf vokal untuk kolom dan konsonan untuk baris - Superskrip yang berbeda menyatakan berbeda sangat nyata untuk huruf besar (P<0,01) dan berbeda nyata untuk huruf kecil (P<0,05) - KK: koefisien keragaman
38
Ukuran panjang tulang hasta Flemish Giant, English Spot dan Rex secara berurutan 6,87 cm, 6,83 cm dan 6,63 cm untuk kelinci jantan, 6,70 cm, 7,00 cm dan 6,46 cm untuk kelinci betina. Nilai ini secara statistik tidak berbeda nyata untuk ketiga bangsa. Begitu juga ukuran panjang tulang hasta antara jenis kelamin jantan dan betina yang tidak berbeda nyata. Hal ini berarti ketiga bangsa dan antara jenis kelamin jantan betina tidak dapat dibedakan dari panjang tulang hasta. Ukuran panjang tulang humerus Flemish Giant, English Spot dan Rex secara berurutan 6,85 cm, 7,13 cm dan 6,67 cm untuk kelinci jantan, 6,63 cm, 7,17 cm dan 6,64 cm untuk kelinci betina secara statistik juga tidak berbeda nyata pada ketiga bangsa. Antara jenis kelamin jantan dan betina, ukuran panjang tulang humerus tidak berbeda nyata. Ukuran panjang tulang tarsus kelinci jantan ketiga bangsa berbeda sangat nyata (P<0,01), perbedaan sangat nyata yaitu pada kelinci Rex jantan yang mempunyai ukuran panjang tulang tarsus 4,50 cm yang lebih pendek daripada ukuran panjang tulang tarsus kelinci Flemish Giant 5,33 cm dan English Spot 5,07 cm. Dilihat dari rerata ukuran panjang tulang tarsus, kelinci jantan Flemish Giant mempunyai tulang tarsus yang lebih panjang daripada kelinci jantan English Spot. Ukuran panjang tulang tarsus kelinci betina ketiga bangsa berbeda nyata (P<0,05), perbedaan nyata terlihat dari ukuran panjang tulang tarsus kelinci Rex betina 4,85 cm yang lebih pendek dari ukuran panjang tulang tarsus Flemish Giant 5,15 cm yang lebih pendek daripada ukuran tulang tarsus kelinci betina English Spot 5,49 cm, namun perbedaan ini tidaklah nyata. Ukuran panjang tulang tarsus antara kelinci jantan dan betina tidak berbeda untuk kelinci Flemish Giant dan English Spot. Dilihat dari rerata ukuran panjang tulang tarsus, kelinci Flemish Giant jantan mempunyai tulang tarsus yang lebih panjang daripada kelinci betina. Kelinci jantan English Spot mempunyai ukuran tulang tarsus yang lebih pendek daripada kelinci betina. Kelinci jantan dan betina Rex mempunyai ukuran panjang tulang tarsus yang berbeda sangat nyata (P<0,01), kelinci jantan mempunyai ukuran tulang tarsus yang lebih pendek daripada kelinci betina. Hal ini menunjukkan bahwa kelinci jantan dan betina Rex dapat dibedakan dari ukuran panjang tulang tarsusnya. Ukuran panjang tulang tibia ketiga bangsa kelinci berbeda sangat nyata (P<0,01) untuk kelinci jantan dan berbeda nyata (P<0,05) untuk kelinci betina.
39
Perbedaan sangat nyata yaitu pada kelinci Rex jantan yang mempunyai ukuran panjang tulang tibia 9,97 cm lebih pendek daripada panjang tulang tibia kelinci jantan Flemish Giant 11,38 cm dan English Spot 11,27 cm. Kelinci betina Rex mempunyai ukuran panjang tulang tibia 10,07 cm yang lebih pendek daripada panjang tulang tibia kelinci betina Flemish Giant 10,80 cm dan English Spot 10,93 cm. Kelinci jantan dan betina ketiga bangsa tidak mempunyai perbedaan yang nyata pada ukuran panjang tulang tibia. Ukuran panjang tulang hasta lebih seragam pada kelinci jantan dan betina Flemish Giant. Keragaman ukuran panjang tulang hasta tertinggi adalah pada populasi kelinci Rex betina. Ukuran panjang tulang humerus yang paling seragam adalah pada populasi kelinci English Spot jantan, dan keragaman tertinggi pada populasi kelinci Rex betina. Panjang tulang tarsus beragam untuk semua bangsa, kecuali pada kelinci Rex jantan yang mempunyai ukuran panjang tulang tarus lebih seragam. Keragaman ukuran panjang tulang tarsus tertinggi pada populasi kelinci Flemish Giant jantan. Ukuran panjang tulang tibia lebih seragam untuk kelinci betina Flemish Giant dan Rex. Keragaman tertinggi pada populasi kelinci Rex jantan dan diikuti pada kelinci Flemish Giant jantan dan English Spot betina. Panjang Tulang Punggung. Rerata ukuran panjang tulang punggung ketiga bangsa kelinci disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Panjang Tulang Punggung Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) Jenis Kelamin
Bangsa FG (n = 20)
ES (n = 20)
R (n = 20)
--------------------------(cm)-----------------------Tulang Punggung
Jantan (KK) Betina (KK)
40,70±3,39 a B (8%) 43,67±4,77i B (11%)
42,27±3,59 B (8%) 43,30±4,83 B (11%)
35,17±2,56 C (7%) 35,40±2,07 C (6%)
Keterangan : - Huruf vokal untuk kolom dan konsonan untuk baris - Superskrip yang berbeda menyatakan berbeda sangat nyata untuk huruf besar (P<0,01) dan berbeda nyata untuk huruf kecil (P<0,05) - KK: koefisien keragaman
40
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ukuran panjang tulang punggung ketiga bangsa kelinci berbeda sangat nyata (P<0,01) untuk jenis kelamin jantan dan betina. Perbedaan sangat nyata pada ukuran panjang tulang punggung kelinci Rex yang mempunyai ukuran panjang tulang punggung 35,17 cm untuk kelinci jantan dan 35,40 cm untuk kelinci betina yang jauh lebih pendek daripada kelinci Flemish Giant 40,70 cm untuk kelinci jantan dan 43,67 cm untuk kelinci betina, ukuran panjang tulang punggung Rex juga lebih pendek dari pada kelinci English Spot dengan ukuran 42,27 cm untuk kelinci jantan dan 43,30 cm untuk kelinci betina. Hal ini sesuai dengan tipe kelinci Rex sebagai kelinci tipe medium dan bobot badan kelinci yang jauh lebih ringan daripada kelinci Flemish Giant. Kelinci Flemish Giant jantan dan betina mempunyai ukuran panjang tulang punggung yang berbeda nyata (P<0,05), kelinci betina mempunyai ukuran yang lebih panjang. Ukuran panjang tulang punggung kelinci English Spot dan Rex tidak berbeda nyata untuk kelinci jantan dan betina. Untuk ketiga bangsa ukuran panjang tulang punggung betina lebih panjang daripada ukuran panjang tulang punggung kelinci jantan. Dilihat dari koefisien keragaman, ketiga bangsa kelinci mempunyai ukuran panjang tulang punggung yang lebih seragam, populasi kelinci yang paling seragam adalah kelinci Rex betina. Populasi kelinci yang paling beragam adalah kelinci betina Flemish Giant dan English Spot. Lebar Tulang Pinggul. Rerata ukuran lebar tulang pinggul ketiga bangsa kelinci dapat dilihat pada Tabel 12. Ukuran lebar tulang pinggul kelinci jantan ketiga bangsa tidak berbeda nyata. Kelinci betina ketiga bangsa mempunyai ukuran lebar tulang pinggul yang berbeda sangat nyata (P<0,01), perbedaan sangat nyata pada kelinci Rex betina dengan ukuran 6,10 cm, sementara kelinci Flemish Giant 7,25 cm dan English Spot 7,23 cm. Ukuran lebar tulang pinggul jantan dan betina kelinci Flemish Giant dan English secara statistik tidak berbeda nyata, namun jika dilihat dari reratanya, kelinci betina mempunyai ukuran lebar tulang pinggul lebih lebar dari pada kelinci jantan, dengan ukuran lebar tulang pinggul kelinci jantan Flemish Giant 6,99 cm dan English Spot 7,16 cm. Kelinci jantan dan betina Rex mempunyai ukuran lebar tulang pinggul yang berbeda nyata (P<0,05), kelinci jantan mempunyai
41
ukuran lebar tulang pinggul 6,66 cm yang lebih lebar daripada ukuran lebar tulang pinggul kelinci betina. Tabel 12. Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Lebar Tulang Pinggul Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) Jenis Kelamin
Bangsa FG (n = 20)
ES (n = 20)
R (n = 20)
---------------------------(cm)-----------------------Tulang Pinggul
Jantan (KK) Betina (KK)
6,99±0,76 (11%) 7,25±0,78 B (11%)
7,16±0,79 (11%) 7,23±0,87 B (12%)
6,66±0,82a (12%) 6,10±0,71iC (12%)
Keterangan : - Huruf vokal untuk kolom dan konsonan untuk baris - Superskrip yang berbeda menyatakan sangat berbeda nyata untuk huruf besar (P<0,01) dan berbeda nyata untuk huruf kecil (P<0,05) - KK: koefisien keragaman
Ketiga bangsa kelinci mempunyai ukuran lebar tulang pinggul yang beragam, nilai kergaman ketiga bangsa kelinci tersebut tidak berbeda. Kelinci jantan Rex lebih beragam daripada kelinci jantan Flemish Giant dan English Spot. Kelinci betina Flemish Giant lebih seragam daripada kelinci betina English Spot dan Rex. Telinga. Rerata ukuran daun telinga ketiga bangsa kelinci disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Daun Telinga Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) Bagian Telinga
Bangsa Jenis Kelamin
FG (n = 20)
ES (n = 20)
R (n = 20)
---------------------------(cm)------------------------Panjang
Lebar
Jantan (KK) Betina (KK) Jantan (KK) Betina (KK)
15,40±0,88 B (6%) 15,07±1,39 B (9%)
15,45±1,56 B (10%) 15,40±1,39 B (9%)
11,53±0,95aC (8%) 10,92±0,58iC (5%)
7,75±0,50B (6%) 7,62±0,78 B (10%)
8,29±0,44 AB (5%) 7,67±0,57IB (7%)
6,34±0,54C (9%) 6,06±0,42C (7%)
Keterangan : - Huruf vokal untuk kolom dan konsonan untuk baris - Superskrip yang berbeda menyatakan berbeda sangat nyata untuk huruf besar (p<0,01) dan berbeda nyata untuk huruf kecil (p<0,05) - KK: koefisien keragaman
42
Ukuran panjang daun telinga ketiga bangsa kelinci berbeda sangat nyata (P<0,01) untuk kelinci jantan dan betina. Perbedaan sangat nyata adalah kelinci Rex yang mempunyai ukuran panjang daun telinga11,53 cm untuk kelincu jantan dan 10,92 cm untuk kelinci betina yang lebih pendek daripada kedua bangsa kelinci lainnya. Ukuran panjang telinga kelinci Flemish Giant 15,40 cm untuk kelinci jantan dan 15,07 cm untuk kelinci betina, English Spot mempunyai ukuran panjang telinga 15,45 cm untuk kelinci jantan dan 15,40 cm untuk kelinci betina. Ukuran panjang telinga antara kelinci jantan dan betina Flemish Giant dan English Spot tidak berbeda, namun ukuran panjang telinga antara kelinci jantan dengan betina Rex berbeda nyata (P<0,05), kelinci jantan mempunyai ukuran panjang telinga yang lebih panjang. Ukuran lebar telinga baik kelinci jantan maupun kelinci betina ketiga bangsa berbeda sangat nyata (P<0,01). Kelinci Rex mempunyai ukuran lebar telinga yang lebih sempit daripada lebar daun telinga dua bangsa kelinci lainnya, ukuran lebar telinga kelinci Rex jantan adalah 6,34 cm dan ukuran lebar telinga rex betina 6,06 cm. Ukuran lebar telinga antara kelinci jantan dengan betina English Spot berbeda sangat nyata (P<0,01), kelinci jantan mempunyai ukuran daun telinga 8,29 cm yang lebih lebar daripada kelinci betina dengan ukuran 7,67 cm. Sedangkan ukuran lebar telinga Flemish Giant jantan 7,75 cm tidak berbeda nyata dengan ukuran lebar telinga Flemish Giant betina 7,62 cm. Ukuran daun telinga baik panjang maupun lebar mempunyai nilai koefisien keragaman yang rendah. Ukuran panjang telinga yang paling seragam adalah ukuran panjang telinga kelinci Rex betina, dan ukuran yang lebih beragam adalah kelinci English Spot jantan. Ukuran lebar daun telinga yang paling seragam adalah pada populasi kelinci English Spot jantan dan ukuran yang lebih beragam pada populasi kelinci Flemish Giant betina. Keragaman ukuran-ukuran tubuh sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan umur yang ada pada populasi kelinci peternakan kelinci rakyat Kabupaten Magelang. Pencampuran gen akibat persilangan antar bangsa kelinci dapat menyebabkan perubahan genetik. Sejumlah kelinci dalam populasi bangsa yang sama mempunyai perbedaan ukuran-ukuran tubuh yang disebabkan adanya pengaruh gen yang telah tercampur oleh gen dari bangsa lain.
43
Kondisi lingkungan yang meliputi pakan dan iklim lingkungan sekitar sangat mempengaruhi pertumbuhan kelinci. Pemberian pakan yang berbeda menyebabkan pertumbuhan yang berbeda pada kelinci. Peternak kelinci pada umumnya memanfaatkan sumber pakan yang sama, yaitu ampas tahu dan hijauan. Namun untuk beberapa orang peternak ada yang memberi kelinci dengan pakan ayam dan konsentrat sapi, sehingga perbedaan pertumbuhan menyebabkan keragaman pada bobot dan ukuran tubuh kelinci. Keragaman pada populasi ketiga bangsa kelinci dipengaruhi kondisi iklim yang berbeda pada tiap daerah yang mencakup perbedaan suhu, kelembaban dan cahaya. Kondisi lingkungan yang berbeda ini menyebabkan perbedaan pertumbuhan pada kelinci dan menyebabkan keragaman dalam populasi. Umur yang berbeda pada populasi kelinci mempengaruhi keragaman bobot dan ukuran tubuh kelinci. Umur kelinci pada populasi kelinci yang dipelihara peternak sangat beragam. Selain itu penentuan umur pada peternakan ini berdasarkan perkiraan peternak tanpa catatan yang pasti. Hasil Analisis Komponen Utama Kelinci Jantan Persamaan hasil AKU kelinci jantan Flemish Giant (FG), English Spot (ES), dan Rex (R) disajikan pada Tabel 14. Flemish Giant. Berdasarkan persamaan ukuran dan bentuk kelinci Flemish Giant jantan pada Tabel 14, panjang tulang punggung (X11) merupakan penciri ukuran tubuh
Flemish Giant jantan dengan nilai vektor Eigen sebesar 0,902 yang
berkonstribusi besar terhadap persamaan ukuran tubuh. Panjang tulang punggung berkorelasi positif terhadap ukuran tubuh sebesar 0,98, semakin panjang tulang punggung maka skor ukuran tubuh akan semakin besar pula. Bentuk tubuh kelinci Flemish Giant dicirikan Oleh lingkar dada (X4), karena lingkar dada berkontribusi besar terhadap persamaan bentuk tubuh dengan nilai vektor Eigen sebesar 0,884. Lingkar dada berkorelasi positif terhadap bentuk tubuh sebesar 0,89, berarti setiap kenaikan nilai tulang dada akan menaikkan skor bentuk tubuh dan sebaliknya. Menurut Gasperz (1992) keragaman tertinggi pada komponen utama dapat menerangkan keragaman total yang dapat memberikan informasi secara
44
memuaskan. Keragaman total persamaan ukuran dan bentuk adalah sebesar 55% dan 18,5% dengan nilai Eigen masing-masing adalah 13,634 dan 4,595. Keragaman kumulatif kedua komponen utama adalah 73,5%, berarti sebesar 73,5% keragaman data kelinci Flemish Giant jantan dapat dijelaskan oleh kedua komponen utama tersebut. Tabel 14. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total (KT) dan Nilai Eigen (λ) pada Kelinci Jantan Flemish Giant (FG), English Spot (ES), Rex (R) Kelinci
Persamaan
KT
λ
(%) FG
ES
R
Ukuran =
0,133X1+0,035X2+0,112X3+0,245X4-0,026X5 +0,075X6+0,021X7+0,109X8+0,214X9+0,145X10 +0,902X11-0,051X12-0,077X13-0,046X14
55
13,634
Bentuk =
0,147X1+0,054X2-0,007X3+0,884X4+0,298X5 +0,042X6+0,099X7+0,085X8+0,019X9-0,071X10 -0,262X11+0,093X12-0,049X13+0,005X14
18,5
4,595
Ukuran =
0,064X1+0,062X2+0,069X3+0,258X4+0,033X5 +0,127X6+0,057X7+0,013X8+0,087X9-0,018X10 +0,941X11+0,066X12-0,051X13-0,003X14
52,7
14,116
Bentuk =
0,111X1+0,070X2+0,157X3+0,762X4+0,166X5 +0,203X6+0,030X7+0,011X8+0,109X9+0,147X10 -0,270X11+0,218X12+0,392X13+0,004X14
17,4
4,670
Ukuran =
+0,108X1-0,002X2+0,119X3+0,292X4-0,059X5 -0,024X6-0,120X7-0,126X8+0,037X9-0,003X10 +0,916X11-0,103X12+0,054X13+0,031X14
39,8
7,511
Bentuk =
-0,168X1+0,035X2+0,069X3+0,803X4+0,080X5 +0,113X6+0,105X7+0,177X8+0,098X9+0,411X10 -0,175X11+0,222X12-0,025X13+0,016X14
29,0
5,478
Keterangan : KT= Keragaman Total, λ= nilai Eigen,X1 = panjang kepala, X2 = lebar kepala, X3 = tinggi kepala, X4 = lingkar dada, X5 = dalam dada, X6 = lebar dada, X7 = panjang hasta, X8 = panjang humerus, X9 = panjang tarsus, X10 = panjang tibia, X11 = panjang tulang punggung, X12 = lebar tulang pinggul, X13 = panjang daun telinga, X14 = lebar daun telinga
English Spot. Penciri ukuran tubuh kelinci English Spot jantan adalah panjang tulang punggung (X11) dengan nilai vektor Eigen sebesar 0,941 yang berkontribusi besar terhadap persamaan ukuran tubuh. Panjang tulang punggung berkorelasi positif sebesar 0,98 terhadap ukuran tubuh, berarti kenaikan skor panjang tulang punggung akan menaikkan skor ukuran tubuh dan sebaliknya. Bentuk tubuh English Spot jantan dicirikan oleh ukuran lingkar dada (X4) yang berkontribusi besar dengan persamaan bentuk tubuh dengan nilai vektor Eigen
45
sebesar 0,762. ukuran lingkar dada berkorelasi positif terhadap bentuk tubuh dengan nilai korelasi sebesar 0,80, berarti kenaikkan skor lingkar dada akan menaikkan skor bentuk tubuh kelinci English Spot jantan dan sebaliknya. Keragaman total komponen ukuran dan bentuk adalah 52,7% dan 17,4% dengan nilai Eigen masing-masing komponen adalah 14,116 dan 4,670. Keragaman kumulatif kedua komponen utama tersebut adalah 70,1%, berarti sebesar 70,1% keragaman data kelinci dapat dijelaskan oleh komponen utama ukuran dan bentuk. Rex. Penciri ukuran tubuh kelinci Rex jantan adalah panjang tulang punggung yang berkontribusi besar terhadap persamaan ukuran tubuh dengan nilai vektor Eigen 0,916. Panjang tulang punggung berkorelasi positif sebesar 0,98 terhadap ukuran tubuh, berarti kenaikan skor panjang tulang punggung akan menaikkan skor ukuran tubuh kelinci Rex jantan dansebaliknya. Bentuk tubuh kelinci Rex jantan dicirikan oleh ukuran lingkar dada dan panjang tulang tibia yang berontribusi sebesar nilai vektor Eigen 0,803 untuk lingkar dada dan 0,411 untuk panjang tulang tibia. Kedua penciri bentuk tubuh ini berkorelasi positif terhadap bentuk tubuh sebesar 0,90 untuk lingkar dada dan 0,74 untuk panjang tulang tibia. Kenaikkan skor lingkar dada dan panjang tulang tibia akan menaikkan skor bentuk tubuh dan sebaliknya. Keragaman total komponen ukuran dan bentuk adalah 39,8% dan 29,0% dengan nilai Eigen sebesar 7,511 dan 5,478, sehingga keragaman kumulatif kedua komponen tersebut adalah 68,8%, berarti keragaman data kelinci Rex jantan dapat dijelaskan sebesar 68,8% melalui dua komponen utama tersebut. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan Flemish Giant (FG), English Spot (ES), dan Rex (R) Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan Flemish Giant (FG), English Spot (ES), dan Rex (R) dapat dilihat pada Gambar 7. Pada Gambar 7 terdapat tiga kelompok kelinci, dari tiga kelompok tersebut dapat dijelaskan bahwa ketiga bangsa kelinci mempunyai ciri yang hampir sama. Kelompok kelinci Flemish Giant mempunyai ukuran yang sama dengan kelinci English Spot, sementara kelompok kelinci Rex mempunyai ukuran yang lebih kecil daripada kelinci Flemish Giant dan English Spot. Hal ini sesuai dengan nilai rerata ukuran-ukuran tubuh ketiga bangsa kelinci, yang menunjukkan nilai rerata ukuran tubuh kelinci jantan
46
Flemish Giant dan English Spot tidak berbeda nyata, dan berbeda sangat nyata untuk rerata ukuran tubuh kelinci Rex jantan
Gambar 7. Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan Flemish Giant, English Spot dan Rex Ketiga kelompok kelinci pada gambar menjelaskan bahwa bentuk tubuh kelinci jantan Flemish Giant tampak berbeda dari bentuk tubuh kelinci English Spot dan Rex yang mempunyai kesamaan bentuk tubuh. Ringkasan penciri ukuran dan bentuk tubuh pada kelinci jantan Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Ringkasan Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Kelinci Jantan Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) Bangsa FG ES R
Penciri Ukuran Tubuh Panjang tulang punggung
r 0,98
Penciri Bentuk Tubuh Lingkar dada
r 0,89
Panjang tulang punggung
0,98
Lingkar dada
0,80
Panjang tulang punggung
0,98 -
Lingkar dada Panjang tulang tibia
0,90 0,74
Ukuran tubuh ketiga bangsa kelinci dicirikan oleh panjang tulang punggung yang berkorelasi positif dengan nilai korelasi yang tinggi terhadap ukuran tubuh. Bentuk tubuh ketiga bangsa kelinci dicirikan oleh ukuran lingkar dada dan untuk kelinci Rex bentuk tubuh juga dicirikan oleh panjang ukuran panjang tulang tibia. Penciri bentuk tubuh ketiga bangsa berkorelasi positif dan besar terhadap skor bentuk tubuh.
47
Kelinci Betina Persamaan hasil AKU kelinci betina Flemish Giant (FG), English Spot (ES), dan Rex (R) di sajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total (KT) dan Nilai Eigen (λ) pada Kelinci Betina Flemish Giant (FG), English Spot (ES), Rex (R) Kelinci
Persamaan
KT
λ
(%) FG
ES
R
Ukuran =
0,056X1+0,008X2+0,016X3+0,076X4-0,008X5 +0,007X6+0,036X7+0,000X8+0,009X9+0,078X10 +0,991X11-0,011X12-0,029X13-0,027X14
62,0
23,193
Bentuk =
0,008X1+0,050X2+0,000X3+0,931X4+0,165X5 +0,153X6-0,056X7-0,124X8-0,065X9-0,085X10 -0,056X11+0,169X12+0,132X13+0,027X14
18,4
6,889
Ukuran =
0,163X1+0,021X2+0,043X3+0,320X4+0,132X5 +0,082X6+0,056X7+0,050X8+0,117X9+0,054X10 +0,891X11+0,070X12+0,150X13+0,039X14
66,4
28,430
Bentuk =
0,021X1+0,009X2+0,059X3+0,815X4-0,229X5 +0,207X6+0,086X7+0,157X8+0,023X9-0,240X10 -0,325X11+0,106X12+0,165X13+0,049X14
11,8
5,053
Ukuran =
0,070X1+0,006X2+0,033X3+0,620X4+0,316X5 +0,226X6+0,262X7+0,301X8+0,039X9+0,136X10 +0,501X11+0,160X12-0,038X13+0,040X14
39,6
7,054
Bentuk =
-0,125X1+0,024X2-0,040X3-0,710X4+0,122X5 +0,009X6+0,134X7+0,175X8+0,107X9+0,039X10 +0,624X11+0,001X12-0,070X13-0,081X14
25,2
4,489
Keterangan : KT= Keragaman Total, λ= nilai Eigen X1 = panjang kepala, X2 = lebar kepala, X3 = tinggi kepala, X4 = lingkar dada, X5 = dalam dada, X6 = lebar dada, X7 = panjang hasta, X8 = panjang humerus, X9 = panjang tarsus, X10 = panjang tibia, X11 = panjang tulang punggung, X12 = lebar tulang pinggul, X13 = panjang daun telinga, X14 = lebar daun telinga
Flemish Giant. Persamaan komponen utama ukuran menunjukkan bahwa ukuran tubuh kelinci betina Flemish Giant dicirikan oleh panjang tulang punggung dengan nilai vektor Eigen sebesar 0,991 yang berkontribusi besar terhadap persamaan ukuran tubuh. Panjang tulang punggung berkorelasi positif terhadap ukuran tubuh sebesar 0,99, yang berarti kenaikan skor panjang tulang punggung akan menaikkan skor ukuran tubuh kelinci Femish Giant betina dan sebaliknya. Bentuk tubuh kelinci Flemish Giant betina dicirikan oleh ukuran lingkar dada dengan nilai vektor Eigen sebesar 0,931. Lingkar dada berkorelasi positif terhadap bentuk tubuh sebesar 0,98, berarti kenaikan skor lingkar dada akan menaikkan skor
48
bentuk tubuh kelinci Flemish Giant betina dan sebaliknya.Keragaman total komponen ukuran dan bentuk tubuh adalah 62,0% dan 16,4% dengan nilai Eigen sebesar 23,193 dan 6,889. Keragaman kumulatif kedua komponen utama tersebut adalah 80,4%, ini berarti bahwa keragaman data kelinci Flemish Giant betina sebesar 80,4% dapat dijelaskan oleh kedua komponen utama tersebut. English Spot. Penciri ukuran tubuh kelinci English Spot betina adalah lingkar dada dan panjang tulang punggung yang berkontribusi sebesar 0,320 untuk lingkar dada dan 0,891 untuk panjang tulang punggung. Kedua penciri ukuran tubuh ini berkorelasi positif terhadap ukuran tubuh sebesar 0,66 untuk lingkar dada dan 0,98 untuk bentuk tubuh. Kenaikkan skor lingkar dada dan panjang tulang punggung akan menaikkan skor ukuran tubuh. Bentuk tubuh kelinci English Spot betina dicirikan oleh lingkar dada yang berkontribusi besar terhadap persamaan bentuk tubuh dengan nilai vektor Eigen 0,815. Lingkar dada berkorelasi positif terhadap bentuk tubuh sebesar 0,71, berarti kenaikkan skor lingkar dada akan menaikkan skor bentuk tubuh dan sebaliknya. Keragaman total komponen ukuran dan bentuk tubuh adalah 66,4% dan 11,8% dengan nilai Eigen 28,430 dan 5,053. Keragaman kumulatif kedua komponen utama tersebut adalah 78,2%, ini berarti sebesar 78,2% keragaman data English Spot betina dapat dijelaskan oleh kedua komponen utama tersebut. Rex. Penciri ukuran tubuh kelinci Rex betina adalah lingkar dada dan panjang tulang punggung yang berkontribusi sebesar nilai vektor Eigen 0,620 untuk lingkar dada dan 0,501 untuk panjang tulang punggung. Kedua penciri ukuran tubuh ini berkorelasi positif terhadap ukuran tubuh sebesar 0,73 untuk lingkar dada dan 0,64 untuk panjang tulang punggung. Kenaikkan skor lingkar dada dan panjang tulang punggung akan menaikkan skor ukuran tubuh. Bentuk tubuh kelinci Rex betina dicirikan oleh lingkar dada dan panjang tulang punggung yang berkontribusi sebesar 0,710 untuk lingkar dada dan 0,624 untuk panjang tulang punggung. Lingkar dada berkorelasi negatif terhadap bentuk tubuh dengan nilai korelasi -0,66, yang berarti kenaikan skor lingkar dada akan menyebabkan penunrunan terhadap skor bentuk tubuh kelinci Rex betina dan sebaliknya. Panjang tulang punggung berkorelasi positif terhadap bentuk tubuh,
49
kenaikan skor panjang tulang punggung akan menaikkan skor bentuk tubuh dan sebaliknya. Keragaman total kedua komponen utama tersebut adalah 39,6% untuk keragaman ukuran tubuh dan 25,2% untuk keragaman bentuk tubuh dengan nilai Eigen masing-masing 7,054 dan 4,489. Keragaman kumulatif komponen utama ukuran dan bentuk tubuh adalah 64,8%, berarti sebesar 64,8% keragaman data ukuran tubuh kelinci Rex betina dapat dijelaskan melalui kedua komponen utama tersebut. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Betina Flemish Giant (FG), English Spot (ES), dan Rex (R) Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Betina Flemish Giant (FG), English Spot (ES), dan Rex (R) dapat diihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Betina Flemish Giant, English Spot dan Rex Pada Gambar 8 terdapat tiga kelompok bangsa kelinci yang mempunyai kesamaan ukuran dan bentuk tubuh. Kelompok kelinci Flemish Giant betina mempunyai kesamaan ukuran dengan kelinci Rex betina, dan kelinci English Spot betina mempunyai ukuran yang relative lebih besar dari kedua kelinci tersebut. Dari ketiga kelompok bangsa kelinci tersebut terlihat perbedaan bentuk tubuh. Bentuk tubuh kelinci Rex mendekati bentuk tubuh kelinci English Spot, sementara bentuk tubuh kelinci Flemish Giant jelas berbeda dari bangsa English Spot dan Rex.
50
Perbedaan ukuran dan bentuk tubuh dipengaruhi oleh ukuran bagian tubuh yang berpengaruh pada bobot badan. Adanya kesamaan ukuran dan bentuk tubuh juga dipengaruhi oleh ukuran bagian tubuh. Kesamaan ukuran dan bentuk tubuh pada ketiga kelinci disebabkan penciri ukuran dan bentuk tubuh yang sama. Ukuran tubuh sama-sama dicirikan oleh panjang tulang punggung dan bentuk tubuh dicirikan oleh lingkar dada. Ringkasan penciri ukuran dan bentuk tubuh ketiga bangsa kelinci dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Ringkasan Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Kelinci Betina Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) Bangsa
Penciri ukuran
r
Penciri bentuk
FG
Panjang tulang punggung
0,99
Lingkar dada
0,98
ES
Lingkar dada Panjang tulang punggung
Lingkar dada -
0,71
R
Lingkar dada Panjang tulang punggung
0,66 0,98 0,73 0,64
Lingkar dada Panjang tulang punggung
r
-0,66 0,64
Penciri ukuran tubuh kelinci betina Flemish Giant adalah panjang tulang pungung. Penciri ukuran tubuh kelinci betina English Spot dan Rex adalah lingkar dada dan panjang tulang punggung. Pada kelinci English Spot panjang tulang punggung mempunyai korelasi yang lebih besar terhadap ukuran tubuh daripada korelasi lingkar dada terhadap ukuran tubuh. Untuk kelinci Rex lingkar dada mempunyai korelasi yang lebih besar daripada panjang tulang punggung. Penciri ukuran tubuh tersebut berkorelasi positif terhadap ukuran tubuh. Penciri bentuk tubuh ketiga bangsa kelinci adalah lingkar dada, bentuk tubuh kelinci Rex juga dicirikan oleh panjang tulang punggung. Penciri bentuk tubuh berkorelasi positif terhadap bentuk tubuh, kecuali korelasi lingkar dada terhadap bentuk tubuh kelinci Rex yang berkorelasi negatif. Gambaran Umum Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex pada Peternakan Kelinci Rakyat Kabupaten Magelang Sifat kualitatif dan kuantitatif dapat dijadikan sebagai identifikasi ketiga bangsa kelinci yang terdapat pada peternakan kelinci rakyat Kabupaten Magelang. Terdapat perbedaan dan persamaan ciri-ciri penampilan kondisi tubuh pada ketiga bangsa kelinci.
51
Flemish Giant Kelinci Flemish Giant mempunyai ciri fenotipe dengan warna fawn yang mendominasi warna rambut pada populasi kelinci Flemish Giant yang dipelihara pada peternakan Rakyat Kabupaten magelang. Kelinci dengan warna rambut fawn memiliki pola warna yang dikenal dengan istilah White-belly yaitu warna yang lebih terang pada bagian perut. Kelinci ini mempunyai warna mata hitam. Flemish Giant berambut medium dan kasar dengan bentuk pangkal paha menonjol dan lancip. Kelinci ini mempunyai bentuk muka oval memanjang untuk jantan dan betina. Kelinci betina memiliki bentuk muka yang lebih panjang. Ukuran tubuh kelinci Flemish Giant jantan dan betina dicirikan oleh ukuran panjang tulang punggung, dan bentuk tubuhnya dicirikan oleh ukuran lingkar dada. Kedua penciri ini berkorelasi positif terhadap ukuran dan bentuk tubuh kelinci Flemish Giant. English Spot Kelinci English Spot yang dipelihara pada peternakan kelinci rakyat Kabupaten Magelang mempunyai fenotip dengan pola warna Spot atau burik dengan warna Spot coklat mendominasi populasi kelinci English Spot pada peternakan tersebut. Warna mata kelinci ini adalah hitam. English Spot berambut kasar dan medium dengan bentuk pangkal paha yang cenderung lancip. Kelinci ini memiliki bentuk muka oval memanjang untuk jantan dan betina. Kelinci jantan mempunyai bentuk muka yang lebih panjang daripada kelinci betina. Penciri ukuran tubuh kelinci jantan adalah panjang tulang punggung dan bentuk tubuh dicirikan oleh lingkar dada. Kedua penciri ini berkorelasi positif terhadap ukuran dan bentuk tubuh kelinci English Spot jantan. Penciri ukuran tubuh kelinci betina adalah lingkar dada dan panjang tulang punggung yang berkorelasi positif terhadap ukuran tubuh. Penciri bentuk tubuh kelinci betina adalah lingkar dada yang juga berkorelasi positif terhadap bentuk tubuh. Rex Kelinci Rex yang dipelihara pada peternakan kelinci rakyat Kabupaten Magelang mempunyai fenotip dengan pola warna burik dan pappilon dengan variasi warna hitam mendominasi populasi kelinci Rex pada peternakan tersebut. Warna mata kelinci ini adalah hitam. Rex merupakan kelinci berambut halus dan bentuk pangkal paha yang membulat. Kelinci jantan Rex mempunyai bentuk muka oval, dan
52
kelinci betina mempunyai bentuk muka oval memanjang. Penciri ukuran tubuh kelinci jantan adalah panjang tulang punggung yang berkorelasi positif terhadap ukuran tubuh. Bentuk tubuh kelinci jantan dicirikan oleh lingkar dada dan panjang tulang tibia yang kedua penciri ini berkorelasi positif terhadap bentuk tubuh. Penciri ukuran dan bentuk tubuh kelinci betina adalah lingkar dada dan panjang tulang punggung. Penciri ukuran berkorelasi positif dengan ukuran tubuh. Penciri bentuk lingkar dada berkorelasi negatif terhadap bentuk tubuh, dan penciri bentuk panjang tulang punggung berkorelasi positif terhadap bentuk tubuh.
53
KESIMPULAN Kesimpulan Ketiga bangsa kelinci yang dipelihara pada peternakan rakyat Kabupaten Magelang yaitu Flemish Giant, English Spot dan Rex dapat dibedakan dari karakteristik sifat kualitatif. Flemish Giant dengan pola white-belly berwarna fawn, rambut medium dan kasar, muka oval memanjang dan bentuk pangkal paha menonjol. English Spot dengan pola broken berwarna coklat, rambut medium, muka oval memanjang dan bentuk pangkal paha lancip. Rex dengan pola broken berwarna hitam, rambut halus, bentuk muka oval memanjang dan bentuk pangkal paha membulat. Ketiga bangsa kelinci tidak mengalami pertumbuhan yang berarti pada sebagian besar bagian tubuhnya. Kelinci Flemish Giant dan English Spot mempunyai ukuran yang sama pada sebagian besar ukuran tubuhnya dan berbeda dengan kelinci Rex yang berukuran lebih kecil. Dengan kerangka yang besar kelinci Flemish Giant dan English Spot diharapkan sebagai kelinci penghasil daging dengan bobot besar. Kelinci Rex dapat dikembangkan sebagai kelinci penghasil fur dan daging, karena kelinci Rex mempunyai kualitas fur yang baik dan bentuk pangkal paha yang membulat. Ketiga bangsa kelinci berjenis kelamin jantan mempunyai penciri ukuran yang sama yaitu panjang tulang punggung dan penciri bentuk adalah lingkar dada, bentuk kelinci Rex jantan juga dicirikan oleh panjang tulang tibia. Penciri ukuran kelinci betina Flemish Giant adalah panjang tulang punggung dan lingkar dada, penciri ukuran pada betina Rex hanya dicirikan oleh ukuran panjang tulang punggung, bentuk kelinci betina dicirikan oleh lingkar dada, bentuk kelinci betina Rex juga dicirikan oleh panjang tulang punggung. Kelinci jantan Flemish Giant mempunyai ukuran yang sama dengan kelinci English Spot dan berbeda dengan ukuran kelinci Rex. Bentuk kelinci jantan Flemish Giant sama dengan bentuk kelinci Rex dan berbeda dengan bentuk kelinci English Spot. Kelinci betina Flemish Giant mempunyai ukuran yang sama dengan kelinci betina Rex dan berbeda dengan kelinci English Spot. Bentuk kelinci betina ketiga bangsa adalah berbeda.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan dan rahmat-Nya yang tak terhingga dan atas izin-Nya lah skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer dan Ir. Bram Brahmantiyo M.Si. yang telah membimbing, mengarahkan dan mambantu penyusunan usulan proposal hingga tahap akhir penulisan skripsi. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Cece Sumantri selaku dosen pembahas seminar. Terima kasih kepada Ir. R. Bambang Pangestu MS. dan Ir. Didid Diapari MS. selaku dosen penguji sidang sarjana. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Gholib Spt. Yang telah mengajarkan penulis dalam mengolah data penelitian, kepada Rohmah Kusuma Dewi dan Kusmaningrum Mutia Sari sebagai teman sepenelitian yang membantu penulis dalam pengambilan data selama penelitian. Terima kasih Kepada masyarakat Magelang terutama kepada tokoh-tokoh dan anggota Perhimpunan Peternak Kelinci Kabupaten Magelang yang dengan kemurahan hati telah mengizinkan dan membantu penulis dalam pengambilan data penelitian. Kepada seluruh staf Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan yang telah mempermudah berjalannya penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman terdekat yang secara langsung telah membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini. Kepada keluarga besar TPT 39 yang telah mendukung penulis secara langsung maupun tidak langsung atas semangatnya kepada penulis dalam melakukan penelitian ini. Terakhir kepada seluruh civitas akademika IPB dan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA ARBA, 1996. Official Guidebook to Raising Better Rabbits and Cavies. American Rabbit Breeders Association, Inc. Bloomington, II 61704. M dan D Printing Co. Henry, Illinois. Berry, R. 2005. The English Spot Rabbit. American English Spot Rabbit Club. [April 2006] Castle, W.E and L.W. Law. 1936. Satin, a new hair mutation of the Rabbit. J. Hered. 27: 235-240. Champbell, B. dan E. Lack. 1985. A Dictionary of Birds. Buteo Books, Vermilion. Cheeke, P.R., N.M. Patton, S.D. Lukefahr and J.L. McNitt. 1987. Rabbit Production. 6th Edition. The Interstate Printers& Publisher Inc. Danville. Illinois. Devendra, C. dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan: I.D.K. H. Putra. Universitas Udayana & ITB, Bandung Diwyanto, J. 1982. Pengamatan fenotip domba Priangan serta hubungan antara beberapa ukuran tubuh dengan bobot badan. Tesis Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Doho, R. S. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada domba Ekor Gemuk. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Eady, S. J. 2003. Farmed Rabbits in Australia. Rural Industries Research and Development Corporation. Printed on enviontmentally friendly paper by Canprint. Ensminger, N.E. 1991. Rabbits. Animal Science, 9th edition. Interstate Publisher, Inc. All rights reserved. Printed in the United States of America. Eschborn. 1985. A Compendium of Rabbit Production. Deutsche Gesellchaft Technische Zusammenarbeit. Germany. Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Terjemahan : B. Srigandono, dan Soedarsono. Edisi ke empat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Jilid 2. Tarsito, Bandung. Herman, R. 2003. Kelinci sahabat keluarga selama krisis sebagai sumber daging. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Herman, R. 2003. Anatomi dan fisiologi alat pencernaan serta kebutuhan pakan marmot dan kelinci. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ishii, T., T. Oda, K. Fukuda dan N. Fukaya. 1996. three dimensions measuring apparatus for body form of farm animal. Proceeding The AAAP Animal Science Congree. Volume 2. Japanese Society of Zootechncal Science, Tokyo. P : 544-545. Johanson, I. dan J. Randel. 1968. Genetics and Animal Breeding. Oliver & Bayod. Ltd, Edinburgh. W. H. Freeman and Company. San Fransisco.
Keyes, T. 1997. Judging the Flemish Giant. American Rabbit Breeders Asosiation. Washington.[April 2006] Lebas, F., P. Coudert, R. Rouvier, H. de Rochambeau. 1986. The Rabbit. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Italy. Lukefahr, S.D dan R. Robinson. 1988. Coat color genetics and breeding plans or the commercial Rex breed. J. App. Rabbits Res. 11(2): 68-77. Lukefahr, S.D. dan P. R. Cheeke. 1990. Rabbit project planning strategis for developing countries. Livestock Research for Rural Development. 2(2): 1-12. Mahalovich, M. F. 2004. Coat color genetics of the Flemish Giant. American Rabbit Breeders Asosiation.http//www.nffgrb.com/Articles/ArticleGenetics1.html.[Desember 2005] Mansjoer, S.S. 1981. Studi sifat-sifat ekonomis yang menurun pada Ayam Kampung. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Hal : 1-25. Mattjik, A.A. dan I.M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Jilid 1. Edisi ke dua. IPB PRESS, FMIPA IPB, Bogor. Mulliadi, D. 1996. Sifat fenotip domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nishida, T., K. Nozawa, K. Kondo, S.S. Mansjoer dan H. Martojo. 1982. Morphological and genetical studies on the Indonesian native fowl. Dalam: The Origin and Philogeny of Indonesian Native Livestock. Investigation on The Cattle, Fowl and Their Wild Forms. 1 : 85-97. Noor, R.R. 2000. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. Nugrahani, N. 1997. Respon seleksi bobot badan dan keeratan beberapa ukuran tubuh dengan bobot badan pada domba ekor gemuk di UPT HMT Garahan, Jember, Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Otsuka, J., T. Namikawa, K. Nozawa dan H.Martojo. 1982. Statistical analysis on the body measurements of east asian native cattle and bantengs. The Origin and Phylogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Tokyo. Japan. 7-13. Prasetyo, R. S. 1999. Pembentukan bangsa kelinci berbulu halus kilap melalui persilangan bangsa kelinci Rex dengan satin. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Raharjo, Y.C. 1988. Rex Breed Alternative untuk Pengembangan Kelinci. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Raharjo, Y.C. 1994. Potential and prospect of an integrated Rex rabbit farming in supporting an export oriented agribusiness. Indonesia & Journal. 16(4): 6981. Robinson, R. 1984. Evolution of domesticated animals. IL Mason. Animal Breeding Consultant formely FAO. Rome. Longman Inc., New York.
57
Saleh, A.R, S.S. Mansjoer dan A. Saefuddin. 1982. Koreksi antara bobot badan dengan lingkar dada, lebar dada, tinggi pundak, panjang badan dan dalam dada sapi ongol di pulau Sumba. Media Peternakan. 7 (1) : 19-36. Sanford, T. and F.G. Woodgate. 1980. The Domestic Rabbit. 3rd Edition. Granada, London-Toronto-Sydney-New York. Sarwono, B. 2001. Kelinci Potong dan Hias. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Smith, J. B dan Mangkoewidjojo, S. 1987. The care, Breeding and Management of Experimental Animals for Research in the Tropics. International Development Program of Australian Universities and Colleges Limited (IDP),Incorporated in the A.C.T. Canberra. Standfield, W.W. 1983. Theory and Problem of Genetics. 2nd edition. Mc. Graw Hill Book Company Inc, New York Suwartono, R. Herman, dan Kadarman. 1983. Bobot dan Ukuran Tubuh Kambing Peranakan Etawah di Jambi. Media Peternakan 8 (3) : 15-21. Usagi no Tsukiyo Rabitry. 2005 http://www. Tsukiyo.org/Genetics/fur_2.html. [Mei 2006] Warwick, E.J., M. Astuti, dan W. Hardjosoebroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Yumiaty, H.1991. Pengaruh pakan, umur potong dan jenis kelamin terhadap bobot hidup, karkas dan sifat dasar kulit kelinci Rex. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Zhu, Y.F., J.B. Zhang, W.Z. Ren, Y.Z. Wang. 2005. Genetic variation within and among five rabbit populatios using mikrosatellit markers. University of PLA of China.181-185.
58
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Wilayah Kabupaten Magelang
Keterangan: batas merah menunjukkan lokasi penelitian di lima kecamatan, yaitu Kec. Borobudur, Kec. Mertoyudan, Kec. Mungkid, Kec Muntilan, Kec. Ngluwar Lampiran 2. Kondisi Geografis Lima Kecamatan Kecamatan Uraian Borobudur
Ngluwar
Muntilan
54,55
22,44
28,61
37,40
45,35
235
202
348
320
347
Curah hujan (mm/thn)
1.191
2.087
1.887
1.965
1.251
Suhu rata2 (oC)
26-27
26-27
26-27
26-27
26-27
L. daerah (km2) Ketinggian dpl (m)
Mungkid Mertoyudan
59
Lampiran 3. Variasi Pola dan Warna Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex
Keterangan : gambar kelinci Flemish Giant dengan variasi warna abu-abu dan Steelgray
Keterangan : gambar kelinci English Spot dengan pola spot berwana hitam
Keterangan : gambar kelinci Rex dengan pola broken berwarna Coklat dan Tricolor
60
Lampiran 4. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan dan Betina Flemish Giant
Keterangan: PC2-FJ * PC1-FJ = kelompok kelinci jantan Flemish Giant PC2-FB* PC1-FB = kelompok kelinci betina Flemish Giant Lampiran 5. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan dan Betina English Spot
Keterangan: PC2-EJ * PC1-EJ = kelompok kelinci jantan English Spot PC2-EB* PC1-EB = kelompok kelinci betina English Spot
61
Lampiran 6. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan dan Betina Rex
Keterangan: PC2-RJ * PC1-RJ = kelompok kelinci jantan Rex PC2-RB* PC1-RB = kelompok kelinci betina Rex Lampiran 7. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan dan Betina Flemish Giant, English Spot dan Rex
Keterangan: PC2-FJ * PC1-FJ PC2-FB* PC1-FB PC2-EJ * PC1-EJ PC2-EB* PC1-EB PC2-RJ * PC1-RJ PC2-RB* PC1-RB
= kelompok kelinci jantan Flemish Giant = kelompok kelinci betina Flemish Giant = kelompok kelinci jantan English Spot = kelompok kelinci betina English Spot = kelompok kelinci jantan Rex = kelompok kelinci betina Rex
62