Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol.11, No.2, Juni 2015. 99-112.
Karakterisasi pelet sinter simulasi DUPIC hasil proses oksidasi-reduksi siklus ke-1 Erilia Yusnitha, Tri Yulianto, Sigit, Jan Setiawan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN, Kawasan Puspiptek-Serpong, Tangerang Selatan 15314, Banten, Indonesia e-mail :
[email protected] (Naskah diterima 23-06-2015 disetujui 07-07-2015)
Abstract Characterization of UO2 sintered DUPIC simulation fuel pellet of oxidation-reduction process cycle-1. Oxidation process at a temperature of 500 °C had been done to UO2 sintered pellets as DUPIC fuel simulation with burn-up 40 MWd/kgU and 60 MWd/kgU. From oxidation process it was obtained U3O8 powder that then reduced using hydrogen gas at a temperature of 800 oC to reobtain UO2 powder. Characterization of UO2 powder from the cycle-1 of oxidation-reduction process was performed to determine density, surface area, and O/U ratio. To be used as DUPIC fuel, the UO2 powders obtained were compacted to produce green pellets and then were sintered at a temperature of 1700 oC to obtain sintered pellets of oxidation-reduction process product in the cycle-1. Characterization of sintered pellets was carried out in order to determine the density of sintered pellets, hardness, and microstructure. The experiments showed that bulk density and ratio O/U DUPIC fuel simulation with burn-up 40 MWd/kgU and 60 MWd/kgU were relatively similar, but tap density and surface area were different. Characterization of sintered pellets showed density of sintered pellets DUPIC fuel with burn-up 60 MWd/kgU was better than 40 MWd/kgU. However, the microstructure analysis of sintered pellets with burn-up 60 MWd/kgU was better than burn-up 40 MWd/kgU.
Keywords : DUPIC simulated fuel, oxidation-reduction process, density, surface area, O/U ratio.
JTBN | 99
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol.11, No.2, Juni 2015. 99-112.
Abstrak Karakterisasi pelet sinter simulasi DUPIC hasil proses oksidasi-reduksi siklus ke-1. Telah dilakukan karakterisasi terhadap pelet sinter UO2 bahan bakar simulasi DUPIC hasil proses oksidasi-reduksi siklus ke-1. Proses oksidasi dilakukan pada suhu 500 oC terhadap pelet sinter UO2 yang merupakan bahan bakar simulasi DUPIC dengan burn-up 40 MWd/kgU dan 60 MWd/kgU. Dari proses oksidasi tersebut diperoleh serbuk U3O8 yang kemudian direduksi dengan menggunakan gas hidrogen pada suhu 800 oC hingga diperoleh serbuk UO2 DUPIC. Karakterisasi serbuk UO2 hasil oksidasi-reduksi siklus ke-1 tersebut meliputi penentuan densitas, surface area dan rasio O/U. Untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar DUPIC, serbuk UO2 yang diperoleh dikompakkan menjadi pelet mentah kemudian disinter pada suhu 1700 oC hingga diperoleh pelet sinter UO2 DUPIC hasil proses oksidasi-reduksi siklus ke-1. Karakterisasi pelet sinter tersebut dilakukan untuk memperoleh data uji densitas, kekerasan dan mikrostruktur. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa serbuk UO2 bahan bakar DUPIC simulasi dengan burn-up 40 MWd/kgU dan 60 MWd/kgU memberikan nilai bulk density dan rasio O/U yang relatif sama, sedangkan tap density dan surface area, memberikan nilai yang berbeda. Hasil karakterisasi pelet sinter diperoleh bahwa densitas pelet sinter UO2 bahan bakar DUPIC simulasi dengan burn-up 60 MWd/kgU lebih baik dari burn-up 40 MWd/kgU, sedangkan mikrostruktur pelet sinter dengan burn up 60 MWd/kgU lebih baik dibandingkan dengan burn-up 40 MWd/kgU.
Kata kunci : Bahan bakar simulasi DUPIC, proses oksidasi-reduksi, densitas, luas permukaan, rasio O/U.
1.
Pendahuluan DUPIC (Direct Use of PWR spent fuel in
CANDU
reactor)
secara
Hasil fisi yang terdapat dalam bahan bakar
internasional sejak dikembangkan oleh negara
bekas PWR cukup untuk dibakar lagi dalam
Korea bekerja sama dengan Kanada, dan
reaktor
merupakan salah satu teknologi daur ulang
mempunyai kemampuan untuk memperoleh
bahan bakar nuklir alternatif. Teknologi
energi maksimum dari hasil fisi termal pada
tersebut termasuk unik dan penuh inovasi
pembakaran uranium alam. Absorpsi neutron
dibandingkan dengan yang lain seperti olah
yang rendah oleh pendingin dan moderator air
ulang (reprocessing) dan daur ulang bahan
berat sejalan dengan penggunaan uranium
bakar MOX[1]. Dalam konsep DUPIC tersebut
alam dan uranium pengayaan rendah. Faktor
terjadi sinergi antara reaktor PWR dan
yang mendasari teknologi bahan bakar DUPIC
PHWR/CANDU yaitu penggunaan bahan
adalah fleksibilitas dan sinergisme antara
bakar bekas PWR yang dapat digunakan
PWR
kembali
reaktor
menggunakan prinsip penggunaan langsung
PHWR/CANDU tanpa menggunakan metode
bahan bakar bekas PWR secara proses kering
proses basah. Jadi dalam pengolahan bahan
untuk
bakar bekas PWR untuk reaktor CANDU
PHWR/CANDU[3-4].
sebagai
telah
bahan
dikenal
hanya menggunakan proses kering saja[2].
bakar
CANDU.
dan
Reaktor
PHWR/CANDU
fabrikasi
bahan
CANDU
yang
bakar
JTBN | 100
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol.11, No.2, Juni 2015. 99-112.
Proses fabrikasi bahan bakar DUPIC dimulai dari dismantling (pembongkaran) bundel bahan bakar bekas PWR hingga
dan produk fisi ini mempengaruhi serbuk bahan bakar DUPIC dan properti pelet[7]. Dalam bahan bakar, produk fisi dapat
diperoleh rod yang kemudian dipotong-potong
ditemukan
dengan ukuran tertentu
tergantung dari
gelembung gas atau dapat mengendap pada
peralatan yang tersedia. Rod yang sudah
larutan dengan fase sekunder stabil. Uji pasca
terpotong dipisahkan antara bahan bakar dan
iradiasi menunjukkan bahwa dua kelompok
kelongsong (decladding) secara mekanik dan
produk fisi dominan yang terbentuk yaitu
termik. Rod hasil decladding dikenai proses
metallic
OREOX (Oxidation and Reduction of Oxide
phases”.
Fuel) yaitu oksidasi pada suhu sekitar 450 oC
digantikan oleh molybdenum, technetium,
dan reduksi pada suhu 700 oC dalam suasana
ruthenium, rhodium dan palladium, dan “gray
gas argon. Proses OREOX merupakan proses
phases” (Ba, Sr, Cs) (Zr, U, Pu, Mo, RE) O3
yang memiliki ketahanan proliferasi dan
dimana, bagian utama terdiri dari BaZrO3 dan
akuntabilitas[5]. Dalam proses OREOX tidak
elemen tanah jarang (RE). Komposisi fase ini
terjadi proses pemisahan bahan nuklir yang
bergantung dan berdasarkan komposisi bahan
bisa digunakan sebagai senjata nuklir sehingga
fisil,
dapat
telah
temperatur didalam pin, burn-up dan sejarah
(non-proliferation
iradiasi[8]. Berbagai peralatan yang diperlukan
treaty) seperti Indonesia. Siklus oksidasi dan
dalam instalasi bahan bakar DUPIC berada di
reduksi
memecah
dalam hot cell, tungku OREOX, sistem off-gas
kelongsong bahan bakar, hal ini tercapai
treatment, penghancur dan pencampur bahan
dengan meningkatkan stress pada kelongsong
bakar bekas PWR untuk pembuatan bahan
dan dikarenakan peningkatan volume yang
bakar DUPIC, mesin kompaksi, tungku sinter
besar dari UO2 ke U3O8 pada bahan bakar
temperatur tinggi, grinder, pembersih dan
yang dioksidasi[6]. Gas fisi seperti Xe dan Kr
pengering pelet, pengatur stack pelet dan
dihilangkan dari serbuk bahan bakar konversi
pengumpan pelet untuk membuat pelet bahan
pelet bahan bakar bekas selama proses
bakar DUPIC, mesin las laser untuk fabrikasi
OREOX dan nuklida volatil seperti Cs
elemen bahan bakar DUPIC, peralatan kontrol
dihilangkan dari pelet mentah selama proses
kualitas untuk karakterisasi serbuk bahan
sintering. Namun, produk fisi yang lain tetap
bakar DUPIC, pelet dan elemen bakar[9].
dilakukan
menandatangani
di NPT
digunakan
negara
untuk
yang
ada di serbuk bahan bakar dan pelet mentah,
JTBN | 101
sebagai
“white
rasio
terlarut,
inclusions”
Metallic
O/M
atom
“white
bahan
pada
dan
“gray
inclusions”
bakar,
gradien
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol.11, No.2, Juni 2015. 99-112.
Penggunaan hot cell ini dikarenakan bahan
penelitian ini adalah untuk mempelajari
bakar bekas PWR yang merupakan bahan
karakteristik pelet sinter bahan bakar nuklir
awal bahan bakar DUPIC memiliki tingkat
simulasi DUPIC dari serbuk hasil proses
radioaktivitas yang sangat tinggi sehingga
siklus oksidasi-reduksi.
memerlukan
hot
cell
untuk
menjamin
2.
Metodologi
keselamatan pekerja dan lingkungan. fasilitas
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
bahan bakar DUPIC sejak tahun 1999 guna
adalah pelet sinter tipe PWR dengan diameter
memproses bahan bakar bekas PWR dan
11,16 mm dibuat dari serbuk UO2 yang
memfabrikasinya dalam skala laboratorium.
ditambah bahan kimia berbentuk oksida
Dalam fasilitas tersebut, sebanyak 25 buah
sebagai simulasi hasil fisi yaitu Sr, Y, Zr, Mo,
peralatan fabrikasi telah diinstal. Sementara
Ru, Rh, Pd, Te2, Ba, La, Ce, Pr, Nd, Sm, Cd,
itu
Eu, Gd dan Sb – oksida. Pelet-pelet sinter
Korea
di
telah
mengembangkan
Indonesia,
juga
telah
dilakukan
penelitian dan pengembangan bahan bakar
tersebut
DUPIC dimulai dari kajian proses fabrikasi,
sebelumnya[14,15]. Bahan lain adalah Zn stearat
proses
dan
yang digunakan sebagai pelumas pada saat
karakterisasi serbuk hasil proses[10-12]. Namun
pengompakan serbuk menjadi pelet mentah.
penelitian bahan bakar DUPIC di Indonesia
Program komputer Origen digunakan untuk
untuk pembuatan pelet sinter dan karakterisasi
memperkirakan komposisi simulasi bahan
setelah proses siklus oksidasi-reduksi belum
bakar bekas dengan UO2 pengayaan U235 4%,
dilakukan. Pada proses DUPIC tidak ada
lama penyimpanan 5 tahun dengan burn-up 40
proses
MWd/kgU dan 60 MWd/kgU[14]. Selanjutnya
siklus
pemisahan
oksidasi-reduksi
produk
fisi
dan
telah
sinter
diperoleh
dilakukan
dari
proses
penelitian
transuranium, sementara unsur volatil dan
pelet
oksidasi
semi volatil dihilangkan selama perlakuan
menggunakan tungku Thermolyne pada suhu
termal/mekanik. Material radioaktif tinggi
500
diolah melalui proses fabrikasi yang dilakukan
pemanasan 5oC per menit. Pada proses
dalam hot cell[13]. Untuk mengatasi hal
oksidasi ini, pelet sinter hancur menjadi
tersebut, dalam penelitian ini digunakan bahan
bentuk serbuk. Serbuk yang diperoleh dari
kimia (Sr, Y, Zr, Mo, Ru, Rh, Pd, Te2, Ba, La,
proses oksidasi selanjutnya dilakukan proses
Ce, Pr, Nd, Sm, Cd, Eu, Gd dan Sb – oksida)
reduksi dengan menggunakan Muffle Furnace
sebagai pengganti produk fisi sesuai hasil
pada suhu 800 oC selama 3 jam dalam suasana
perhitungan software Origen pada burn up
gas hydrogen.
o
C selama 1 jam dengan kecepatan
40 MWd/kgU dan 60 MWd/kgU. Tujuan dari JTBN | 102
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol.11, No.2, Juni 2015. 99-112.
Setelah proses reduksi, sampel dipasivasi
oksidasi bahan bakar pelet UO2 menyebabkan
dengan menggunakan gas nitrogen. Proses
cracking atau pecahnya pelet UO2, karena
oksidasi-reduksi ini disebut dengan siklus
terjadi kenaikan volume sebesar 32 – 36%,
oksidasi-reduksi ke-1. Setelah itu dilakukan
ketika UO2 bertransformasi menjadi U3O8[16].
karakterisasi antara lain uji tap density
Parameter
menggunakan alat tap density meter, bulk
merupakan faktor penentu hasil serbuk.
density dengan alat bulk density meter, surface
Produk fisi membentuk solid solution di dalam
area dengan alat surface area meter dan rasio
matriks UO2 dan menghambat pembentukan
O/U. Serbuk hasil oksidasi-reduksi siklus ke-1
U3O8[17].
tersebut
kemudian
dipres
menjadi
pelet
mentah tipe PHWR dengan diameter 15 mm
dan
waktu
oksidasi
Oksidasi UO2 melibatkan dua tahap reaksi yaitu: UO2 U3O7/U4O9 U3O8
menggunakan mesin final pressing. Kemudian pelet mentah disinter menjadi pelet sinter
suhu
Pembentukan
U3O7/U4O9
dari
UO2
dengan menggunakan tungku sintering pada
melibatkan penurunan volume yang kecil.
suhu 1700 oC selama 3 jam. Pelet sinter yang
Efek penambahan UO2 dengan produk fisi
diperoleh
terlarut dalam matriks, terutama lanthanida,
dikarakterisasi
pengamatan mikroskop
seperti
mikrosruktur optik
dan
densitas,
dengan uji
alat
terhadap kecepatan oksidasi telah dipelajari
kekerasan
dan telah dituliskan bahwa pada solid UO2-
menggunanakan micro hardness tester. 3.
M2O3-solutions (M = Y, La, Gd) ada kenaikan
Hasil Dan Pembahasan
3.1.
Proses Oksidasi-reduksi siklus ke-1
Pelet UO2 sinter yang mengandung bahan simulasi
hasil
fisi
dengan
kinetik
penghambat
dengan
semakin
pembentukan bertambahnya
U3O8 jumlah
dopan[18]. Setelah proses oksidasi yang mengubah
burn-up
bentuk pelet menjadi serbuk U3O8, maka
40 MWd/kgU dan 60 MWd/kgU setelah
untuk dapat digunakan kembali sebagai bahan
o
dioksidasi pada suhu 500 C selama 1 jam
bakar DUPIC harus diubah kembali menjadi
berubah bentuk menjadi serbuk. Hal ini terjadi
UO2 dengan jalan direduksi dengan gas
karena pada proses oksidasi, pelet sinter
hidrogen pada suhu 800 oC selama 3 jam
berbasis UO2 saat dioksidasi berubah menjadi
dengan reaksi:
U3O8.
Pembentukan
JTBN | 103
U3O8
pada
proses
U3O8 + 2 H2 3 UO2 + 2 H2O
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol.11, No.2, Juni 2015. 99-112.
Serbuk UO2 hasil proses oksidasi-reduksi
karakterisasi serbuk hasil oksidasi-reduksi
siklus ke-1 dikarakterisasi antara lain bulk
pelet simulasi bahan bakar DUPIC dengan
density, tap density, surface area dan rasio
burn-up 40 MWd/kgU dan 60 MWd/kgU.
O/U.
Pada
Tabel
1
ditunjukkan
data
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Bulk Density, Tap Density, Surface Area dan Rasio O/U Serbuk UO2 Simulasi Bahan Bakar DUPIC Proses Oksidasi-Reduksi Siklus ke-1 No.
1
2
Bahan
Bulk Density, g/cm3
Tap Density, g/cm3
Surface Area, m2/g
Rasio O/U
1,8310
2,9686
0,5202
2,0213
1,8200
2,5220
1,1487
2,0325
Serbuk UO2 simulasi bahan bakar DUPIC dengan burn-up 40 MWd/kgU[15] Serbuk UO2 simulasi bahan bakar DUPIC dengan burn-up 60 MWd/kgU
Menurut petunjuk pelaksanaan kendali mutu
reduksi
fabrikasi batas penerimaan bulk density dan
Sebaliknya untuk surface area, telah terjadi
tap density UO2 serbuk untuk pembuatan pelet
penurunan yang mungkin disebabkan butir-
3
. Dari
butir yang diperoleh pada proses oksidasi-
Tabel 1 diperlihatkan bahwa serbuk UO2 hasil
reduksi siklus ke-1 cukup besar. Pada Tabel 1
proses oksidasi reduksi siklus ke 1 memiliki
terlihat bahwa densitas (bulk density dan tap
tap density dan bulk density yang lebih besar
density) untuk burn-up 60 MWd/kgU lebih
dari serbuk UO2 fresh. Jika dibandingkan
rendah daripada yang 40 MWd/kgU. Rasio
dengan densitas (baik bulk density maupun tap
O/U dari kedua jenis burn-up tersebut (40
density) serbuk UO2 yang dicampur dengan
MWd/kgU dan 60 MWd/kgU) cukup baik
hasil fisi sebelum dibuat pelet (pustaka nomor
yaitu masing-masing 2,0213[15] dan 2,0325.
14), maka serbuk hasil proses oksidasi pelet
3.2. Pembuatan pelet mentah dan sinter
adalah 1,5 ± 0,2 g/cm dan 2 g/cm
3 [19]
UO2 menjadi serbuk U3O8 kemudian direduksi
menjadi
bentuk
serbuk
lagi.
simulasi bahan bakar DUPIC
kembali menjadi serbuk UO2, telah terjadi
Setelah proses oksidasi-reduksi selesai
[15]
(disebut siklus oksidasi-reduksi ke-1) dimana
maupun 60 MWd/kgU. Hal ini disebabkan
serbuk U3O8 direduksi menjadi serbuk UO2,
pada proses sinter telah terjadi pamadatan dari
maka langkah selanjutnya adalah proses
yang semula serbuk kemudian menjadi pelet
pengepresan serbuk menjadi pelet mentah tipe
dimana pelet tersebut lalu dioksidasi dan
PHWR.
kenaikan baik untuk burn-up 40 MWd/kgU
JTBN | 104
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol.11, No.2, Juni 2015. 99-112.
Pelet mentah ini kemudian diukur dimensi
g/cm3
1,4363
atau
sekitar
22,5318%
dan ditimbang beratnya sehingga dapat diukur
sedangkan burn-up 60 MWd/kgU mengalami
densitasnya. Selanjutnya dilakukan proses
kenaikan rerata 3,0767 g/cm3 atau sekitar
sintering untuk mengubah pelet mentah
52,3592%. Hal ini menunjukkan bahan bakar
menjadi
simulasi
pelet
sinter.
Hasil
pengukuran
DUPIC
dengan
burn-up
60
densitas pelet mentah dan densitas pelet sinter
MWd/kgU memiliki kemampuan sinter yang
simulasi
40
lebih besar dari burn-up 40 MWd/kgU.
MWd/kgU dan burn-up 60 MWd/kgU hasil
Sehingga dengan densitas pelet mentah yang
siklus oksidasi-reduksi ke-1 diperlihatkan
lebih rendah mampu mendapatkan densitas
pada Tabel 2. Densitas rerata pelet sinter yang
pelet sinter yang lebih besar. Hal ini
diperoleh untuk burn-up 40 MWd/kgU adalah
menunjukkan
7,8144 g/cm3 (71,30 %TD), dimana TD
digunakan untuk simulasi bahan fisi yang
adalah
Sedangkan
sengaja ditambahkan untuk membuat simulasi
densitas rerata pelet sinter yang diperoleh
bahan bakar DUPIC dapat berfungsi sebagai
untuk burn-up 60 MWd/kgU adalah 8,9529
bahan aditif sintering, sehingga mampu
g/cm3 (81,69 %TD). Densitas pelet sinter yang
menambah kecepatan densifikasi pelet pada
diharapkan mencapai 94 - 95 %TD. Dari
proses sintering. Seperti pada pustaka nomer
penelitian ini densitas pelet sinter belum
19 bahwa pada proses pertumbuhan butir,
tercapai sehingga proses oksidasi-reduksi
dengan adanya dopan akan menyebabkan
perlu dilanjutkan sampai beberapa siklus lagi.
pergerakan batas butir menjadi terhambat
Tabel
hasil
fisi
Theoretical
2
dengan
Density.
memperlihatkan
burn-up
burn-up
60
sehingga
bahwa
bahan
memudahkan
kimia
terjadinya
yang
proses
MWd/kgU mengalami peningkatan densitas
densifikasi. Seberapa besar peranan dopan ini
dari pelet mentah ke pelet sinter lebih besar
perlu dikaji lebih lanjut karena untuk simulasi
daripada burn-up 40 MWd/kgU.
bahan bakar DUPIC bahan kimia yang
Bahan bakar simulasi DUPIC dengan burnup 40 MWd/kgU mengalami kenaikan rerata
ditambahkan
pada
penelitian
ini
ada
18 macam.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Densitas Pelet Mentah dan Pelet Sinter Simulasi Bahan Bakar DUPIC Proses OksidasiReduksi Siklus ke-1 Nomor pelet
Burn-up 40 MWd/kgU Densitas Densitas Pelet sinter, Pelet mentah, g/cm3 g/cm3
Burn-up 60 MWd/kgU Densitas Densitas Pelet mentah, Pelet sinter, g/cm3 g/cm3
1
6,5351
7,9519
5,8923
8,9509
2
6,3540
7,7813
5,8563
8,9394
3
6,3781
7,7099
5,8801
8,9688
Rerata
6,3781
7,8144
5,8762
8,9529
JTBN | 105
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol.11, No.2, Juni 2015. 99-112.
Gambar 1. Hubungan Antara Densitas Pelet Mentah burn-up 40 MWd/kgU dan burn-up 60 MWd/kgU
Gambar 2. Hubungan Antara Shrinkage Dengan Bahan Bakar Simulasi DUPIC Proses Oksidasi Reduksi Siklus ke-1 dengan burn-up 40 MWd/kgU dan burn-up 60 MWd/kg. Dari Gambar 2 diperlihatkan bahwa burn-
menyebabkan densitas pelet sinter bahan
up 60 MWd/kgU mempunyai shrinkage yang
bakar simulasi DUPIC proses oksidasi reduksi
lebih besar dari burn-up 40 MWd/kgU.
siklus ke-1 burn-up 60 MWd/kgU lebih besar
Densitas pelet mentah yang lebih rendah
dari burn-up 40 MWd/kgU. Shrinkage yang
mampu memberikan densitas pelet sinter yang
terjadi pada diameter pelet lebih besar
lebih besar. Shrinkage atau penyusutan ini
daripada shrinkage tinggi pelet.
Hal ini terjadi karena alat kompaksi yang digunakan
untuk
pengompakan
serbuk
menjadi pelet mentah adalah single acting
double floating pressing machine. Karakter alat pengompakan menyebabkan pada arah aksial
(tinggi
pelet)
terkena
tekanan JTBN | 106
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol.11, No.2, Juni 2015. 99-112.
pengompakan sedangkan pada arah lateral
dan dopan Er2O3 0,2-1% diperoleh kekerasan
(diameter pelet) tidak mengalami penekanan.
pelet sinter berkisar antara 544 - 668 HVN dan
Hal ini menyebabkan pada saat sintering,
tanpa dopan sebesar 549 HVN[20]. Kekerasan
shrinkage terjadi lebih besar pada area yang
pelet sinter dengan burn up 60 MWd/kgU
tidak mengalami penekanan yaitu arah lateral
lebih kecil dibandingkan dengan yang 40
(diameter pelet).
MWd/kgU. Hal ini mungkin disebabkan oleh
3.3. Pengujian
kekerasan
pelet
sinter
banyaknya hasil fisi simulasi yang ada pada pelet dengan burn up tinggi tersebut. Dari
simulasi hasil fisi Hasil uji kekerasan untuk pelet sinter
Tabel 3, pelet sinter burn-up 40 MWd/kgU
simulasi hasil fisi yang diperoleh dari proses
terdapat rentang kekerasan HVN yang cukup
siklus oksidasi-reduksi ke-1 dengan burn-up
lebar, hal ini menunjukkan kekerasan tidak
40 MWd/kgU dan 60 MWd/kgU diperlihatkan
terdistribusi merata. Hal ini terjadi karena
pada Tabel 3. Kekerasan rerata dari pelet
permukaan sampel yang dijejak alat uji
sinter tersebut masing-masing adalah 589,8
kekerasan
HVN dan
dibawahnya.
451,6 HVN. Dibandingkan
kemungkinan
ada
crack
dengan peneliti lain yang menggunakan UO2 Tabel 3. Data Hasil Uji Kekerasan Pelet Sinter Simulasi Bahan Bakar DUPIC Proses Oksidasi Reduksi Siklus ke 1 dengan Burn-up 40 MWd/kgU dan 60 MWd/kgU
No 1 2 3 4 5 Rerata
Kekerasan HVN 60 MWd/kgU 40 MWd/kgU 383 441 772 464 464 351 724 514 606 488 589,8 451,6
3.4. Pengamatan mikrostruktur Hasil pengamatan mikrostruktur dengan
pada
Gambar
7
Terlihat
perbedaan
bahwa
hingga burn-up
10. 40
perbesaran 500x untuk pelet sinter simulasi
MWd/kgU mulai terjadi pertumbuhan butir
bahan bakar DUPIC proses oksidasi reduksi
memiliki butir yang lebih kecil dibandingkan
siklus ke-1 dengan burn-up 40 MWd/kgU
dengan
diperlihatkan pada Gambar 3 hingga 6 dan
disebabkan komposisi hasil fisi yang tidak
untuk burn-up 60 MWd/kgU diperlihatkan
sama pada kedua burn-up tersebut. Adanya
JTBN | 107
40
MWd/kgU.
Perbedaan
ini
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol.11, No.2, Juni 2015. 99-112.
banyak unsur logam sebagai hasil fisi simulasi
menyebabkan crack didalam. Keberadaan
mengendap dan terdistribusi ke dalam batas
crack didalam bisa diperkuat justifikasinya
butir terutama pada burn-up tinggi. Hal ini
dari hasil pengujian densitas pelet sinter burn-
butir[7].
up 40 MWd/kgU yang lebih rendah dari pelet
MWd/kgU
sinter burn-up 60 MWd/kgU. Sedangkan
pertumbuhan butir tidak sebesar burn-up yang
burn-up 60 MWd/kgU memiliki pori dengan
lebih
Hasil
persebaran yang merata. Hal ini dipengaruhi
MWd/kgU
oleh banyak parameter seperti sifat serbuk,
akan
menghambat
Sehingga
pada
rendah
mikrostruktur
pertumbuhan
burn-up
(40
60
MWd/kgU
burn-up
40
).
memperlihatkan banyak terdapat pori yang
ukuran butir dan parameter pengompakan.
melintang memanjang. Hal ini kemungkinan
10 micron
10 micron
Gambar 3. Mikrostruktur pelet sinter simulasi bahan
Gambar 4. Mikrostruktur pelet sinter simulasi bahan
bakar DUPIC Proses Oksidasi Reduksi Siklus ke 1
bakar DUPIC Proses Oksidasi Reduksi Siklus ke 1
dengan burn-up 40 MWd/kgU penampang melintang
dengan burn-up 40 MWd/kgU penampang melintang
tepi
tengah
10 micron
10 micron
Gambar 5. Mikrostruktur pelet sinter simulasi bahan
Gambar 6. Mikrostruktur pelet sinter simulasi bahan
bakar DUPIC Proses Oksidasi Reduksi Siklus ke 1
bakar DUPIC Proses Oksidasi Reduksi Siklus ke 1
dengan burn-up 40 MWd/kgU penampang membujur
dengan burn-up 40 MWd/kgU penampang membujur
tepi
tengah
JTBN | 108
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol.11, No.2, Juni 2015. 99-112.
10 micron
10 micron
Gambar 7. Mikrostruktur pelet sinter simulasi bahan
Gambar 8. Mikrostruktur pelet sinter simulasi bahan
bakar DUPIC Proses Oksidasi Reduksi Siklus ke 1
bakar DUPIC Proses Oksidasi Reduksi Siklus ke 1
dengan burn-up 60 MWd/kgU penampang melintang
dengan burn-up 60 MWd/kgU penampang melintang
tepi
tengah
10 micron
10 micron
Gambar 9. Mikrostruktur pelet sinter simulasi bahan
Gambar 10. Mikrostruktur pelet sinter simulasi bahan
bakar DUPIC Proses Oksidasi Reduksi Siklus ke 1
bakar DUPIC Proses Oksidasi Reduksi Siklus ke 1
dengan burn-up 60 MWd/kgU penampang membujur
dengan burn-up 60 MWd/kgU penampang membujur
tepi
tengah
4.
siklus ke-1 untuk burn-up 60 MWd/kgU
Kesimpulan Karakterisasi serbuk UO2 hasil proses
(81,69 %TD) lebih baik dari burn-up 40
oksidasi-reduksi siklus ke-1 dengan burn-up
MWd/kgU (71,30 %TD). Kekerasan pelet
40
MWd/kgU
sinter burn-up 40 MWd/kgU sebesar 589,8
menunjukkan bahwa untuk bulk density dan
HVN dan burn-up 60 MWd/kgU sebesar
rasio O/U yang diperoleh relatif sama,
451,6
sedangkan untuk tap density dan surface area
menunjukkan bahwa burn-up 60 MWd/kgU
terdapat perbedaan. Densitas pelet sinter dari
lebih baik dari burn-up 40 MWd/kgU. Adanya
serbuk UO2 hasil proses oksidasi-reduksi
hasil
MWd/kgU
JTBN | 109
dan
60
HVN.
fisi
Pengamatan
pada
serbuk
mikrostruktur
mempengaruhi
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol.11, No.2, Juni 2015. 99-112.
karakteristik pelet sinter, proses oksidasi-
Won Il Ko, Jang Jin Park, Ki Ho Kim, Ho
reduksi perlu dilakukan pengulangan hingga
Hee Lee and Joo Hwan Park, (2006), The
beberapa kali.
Status And Prospect of DUPIC Fuel
5.
Technology, Nuclear Engineering and
Ucapan Terimakasih Penulis
mengucapkan
Technology, Vol. 38 No. 4.
terimakasih
kepada Yth. Tim Penelitian Pengembangan
3.
Chang and Soon-Heung Chang, (2010),
Teknologi Proses DUPIC antara lain Saudara :
Comparative cost analysis of direct
Agus Sartono D.S. A.Md, Mugiyono A.Md,
disposal versus pyro-processing with
Mahpudin, Triarjo S.ST, Suyoto S.ST, Iwan
DUPIC in Korea.
Setiawan ST, Yatno DAS, M.M. Lilis Windaryati,
Mu’nisatun
Sholichah
4.
Moon, Joo Hwan Park, Sang Ho Na and
Sri Wahyuningsih S.ST, serta staf
BKKABN
dan
BPFBBN
yang
Chang Je Park, Kweon Ho Kang, Ho Jin Ryu, Cheol Yong Lee, In Ha Jung, Je Sun
Ngatijo A.Md, Isfandi A.Md, Slamet Pribadi A.Md,
Annals of Nuclear
Energy 37.
S.ST,
Banawa Sri Galuh A.Md, Mujinem A.Md,
Jewhan Lee, Jeong Ik Lee, Won Joon
Kee Chan Song, (2008), Irradiation tests
telah
and
membantu kegiatan penelitian ini.
post-irradiation
examinations
of
DUPIC fuel. Annals of Nuclear Energy 35.
6.
Daftar Pustaka
1.
Jong Sook Hong, Ho Dong.Kim, Myung
B. Szpunar and J.A. Szpunar, (2012),
Seung Yang, Hyun Soo Park, Howard
Application of density functional theory
Menlove,
in assessing properties of thoria and
Ahmed
Abou-Zahra
and
Winston Alston, Safeguards Experience
recycled
on the DUPIC Fuel Cycle Process, LA-
Materials, article in press.
UR-01-0936
2.
5.
Korea
Atomic
Energy
6.
fuels,
Journal
of
Nuclear
Geun Il Park, Jae Won Lee, Jung Won
Research Institut-Korea, Los Alamos
Lee, Young Woo Lee and Kee Chan
National Laboratory, Los Alamos-USA
Song, (2008). Effect of impurities on the
International Atomic Energy Agency,
microstructure of DUPIC fuel pellets
Vienna,
using the simfuel technique, Nuclear
http://lib-www.lanl.gov/la-
pubs/00796025.pdf, diakses 27-6-2014
Engineering and Technology, Vol.40
Myung Seung Yang, Hangbok Choi,
No.3.
Chang Joon Jeong, Kee Chan Song, Jung Won Lee, Geun Il Park, Ho Dong Kim,
JTBN | 110
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol.11, No.2, Juni 2015. 99-112.
7.
8.
G. Brillant, F. Gupta and A. Pasturel,
Choi and Jin Kyoung Kim, (2007),
(2011), Fission products stability in
Evaluation of proliferation resistance
uranium dioxide, Journal of Nuclear
using the INPRO methodology, Nuclear
Materials, 412.
Engineering and Technology, Vol. 39,
http://nextbigfuture.com/2009/04/dupic-
No. 2.
fuel-cycle-direct-use-of.html, Fuel Cycle,
DUPIC
13. Erilia Yusnitha, Tri Yulianto dan Etty
Direct Use of Pressurized
Mutiara, (2013), Pengaruh Burn Up
Water Reactor Spent Fuel in CANDU,
Terhadap
diakses 25 Juni 2014.
Simulasi Bahan Bakar Bekas, Jurnal
9. Sigit, (2006), Proses Fabrikasi Bahan Bakar
Ilmiah
Karakteristik
Daur
Bahan
Pelet
Bakar
Sinter
Nuklir
DUPIC, Prosiding Seminar Nasional XV
URANIA, Vol. 19, No. 3, 149-160,
Kimia Dalam Industri dan Lingkungan,
Serpong, ISSN 0852 – 4777.
hal. 69-74, Yogyakarta, 7 Desember 2006, ISSN 0854-4778.
14. Erilia Yusnitha, Sigit, Bambang, H., Agus, S.D.S., Mugiyono, Ade Mahpudin,
10. Sigit, Martoyo, Ngatijo, Rahmat, P. dan R.
Triarjo, Suyoto, Iwan, S., Yatno, D.A.S.,
Didiek, H., (2005), Pengaruh Siklus Proses
Sugeng, R., M.M. Lilis W., Benawa,
Oksidasi-Reduksi
S.G.,
Uranium
Oksida
Ngatijo.
Rahmiati,
Asminar,
Terhadap Densitas Dan Butiran Serbuk
Mu’nisatun, S., Mujinem, Isfandi, Slamet,
U3O8 Dan UO2, Jurnal Teknologi Bahan
P., (2014), Pengembangan Teknologi
Nuklir, Vol.1, No. 2, Juni 2005, hal 68 -76,
Proses DUPIC, Hasil-hasil Penelitian
P2TBDU BATAN, Serpong, ISSN 1907-
EBN Tahun 2013, PTBBN-BATAN,
2635.
Serpong, ISSN 0854-5561.
11. Sigit, Ghaib Widodo, Haryono, S.W.,
15. B. Szpunar, J.A. Szpunar, V. Milman and
Supardjono, M. dan Nurwidjajadi, (2008),
A. Goldberg, (2013), Implication of
Pengaruh Temperatur, Waktu Oksidasi
volume changes in uranium oxides: A
dan Konsentrasi ZrO2 Terhadap Densitas,
density functional study. Solid State
Luas Permukaan dan Rasio O/U Hasil
Sciences 24, 44 – 53. K.H. Kang, S.H.
Reduksi
Na, K.C. Song, S.H. Lee and S.W. Kim,
(U3O8+ZrO2), Jurnal
Ilmiah
Daur Bahan Bakar Nuklir URANIA,
(2007),
Vol.14, No.3, Serpong, ISSN 0852-4777.
simulated fuel with dissolved fission
12. Myung Seung Yang, Joo Hwan Park, Won Il Ko, Kee Chan Song, Kun Mo
JTBN | 111
products
Oxidation
in
air
behavior
at
Thermochimica Acta 455.
of
573-873
the
K,
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir, Vol.11, No.2, Juni 2015. 99-112.
16. Reijo Pehrman, Martin Trummer, Claudio M. Lousada and Mats Jonsson, (2012),
Bahan Nuklir Vol. 9, No. 1, 1-11, ISSN 1907-2635
On the Redox Reactivity of Doped UO2
18. Abdul Latief, Tata Terbit S., Djoko
Pellets – Influence of Dopants on the
Kisworo, Slamet Pribadi dan Arief, S.A.,
H2O2 Decomposition Mechanism, Jounal
(2005), Pengaruh Tekanan Pengompakan,
of Nuclear Materials, 430.
Komposisi Er2O3 Dan Penyinteran Pada
17. Futichah,
Tri
Yulianto,
(2013),
Temperatur Rendah Terhadap Kualitas
Pembesaran Ukuran Butir UO2 dengan
Pelet
UO2+Er2O3,
Jurnal
Teknologi
Penambahan Dopan Untuk Mengurangi
Bahan Nuklir Vol. 1, No. 2, 58-107, ISSN
Pelepasan Gas Fisi, Jurnal Teknologi
1907-2635.
JTBN | 112