KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI 13 AKSESI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
MELISA A24061174
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN MELISA. Karakterisasi Morfologi dan Agronomi 13 Aksesi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). (Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN dan ENDANG MURNIATI). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan agronomi 13 aksesi jarak pagar, mengidentifikasi aksesi jarak pagar potensial untuk mengembangkan kultivar unggul baru, serta mengetahui tingkat kemiripan pada 13 aksesi jarak pagar. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo untuk kegiatan pembibitan dan Kebun jarak pagar PT. Indocement, Citeureup, Bogor untuk penanaman di lapangan. Penelitian berlangsung pada Oktober 2009 – April 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor. Penelitian ini dilakukan terhadap 13 Aksesi jarak pagar yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, yaitu: Bali, Banten, Biak, Bogor, Jayapura, Medan, Sukabumi dan Sulawesi. Pada penelitian ini 13 aksesi jarak pagar dijadikan sebagai perlakuan. Setiap aksesi terdiri atas 5 tanaman dan setiap tanaman dalam aksesi tersebut dijadikan sebagai ulangan, dengan demikian terdapat 65 unit percobaan. Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari setek batang. Pembibitan jarak pagar dilakukan menggunakan polibag ukuran 25 cm x 25 cm. Pada saat pembibitan, tanaman ditempatkan di bawah naungan. Tanaman dipindah ke lapangan setelah berumur 2 bulan. Penanaman di lapangan menggunakan jarak tanam 2 m x 2.5 m dan lubang tanam 50 cm x 50 cm x 50 cm. Pengamatan dibagi menjadi dua tahap, yaitu selama fase vegetatif dan fase generatif. Karakter tanaman jarak pagar yang diamati meliputi karakter kuantitatif dan karakter kualitatif. Pengamatan pada fase vegetatif dilakukan pada saat tanaman berumur 0 MSP (pembibitan), 2 MSP, 6 MSP dan 10 MSP sedangkan pengamatan pada fase generatif dilakukan dua kali dalam seminggu. Data pengamatan kuantitatif diolah menggunakan analisis ragam (ANOVA) sedangkan untuk data karakter kualitatif dilakukan identifikasi terhadap peubahnya. Kemiripan antar aksesi jarak pagar dilakukan menggunakan analisis gerombol.
ii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar aksesi jarak pagar pada beberapa peubah pertumbuhan fase vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif perbedaan antar aksesi terlihat pada peubah diameter batang setek, jumlah cabang (2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP), tinggi cabang (0 MSP, 2 MSP, dan 6 MSP), dan panjang tangkai daun (6 MSP dan 10 MSP). Pada fase generatif perbedaan antar aksesi jarak pagar terlihat pada peubah jumlah buah per tanaman, persentase cabang produktif, keserempakan masak buah, jumlah biji per tanaman, bobot biji kering, dan waktu mekar bunga pertama. Peubah pertumbuhan lain seperti jumlah buah per malai, jumlah sepal, jumlah petal, dan jumlah cabang produktif tidak berbeda antar aksesi jarak pagar. Seleksi terhadap 13 aksesi jarak pagar dilakukan berdasarkan lima peubah terpilih yang terdiri atas jumlah cabang, keserempakan masak buah, jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman dan bobot biji kering. Pemilihan peubah ini berdasarkan pada karakter morfologi dan agronomi serta adanya perbedaan nyata dengan uji DMRT pada taraf 5 % antar aksesi jarak pagar pada kelima peubah terpilih. Berdasarkan seleksi terhadap lima peubah terpilih didapatkan lima aksesi jarak pagar yang potensial untuk pengembangan kultivar unggul baru. Aksesi jarak pagar potensial tersebut terdiri atas aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5. Analisis gerombol dilakukan terhadap 13 aksesi jarak pagar berdasarkan karakter kuantitatif. Hasil analisis gerombol menunjukkan bahwa pada tingkat kemiripan 80 % ke-13 aksesi jarak pagar mengelompok pada tiga gerombol. Gerombol 1 terdiri atas tujuh aksesi yaitu aksesi Bal, Ban-1, Ban-2, Ban-3, Med, Sul-4 dan Sul-5. Gerombol 2 terdiri atas dua aksesi yaitu Bia dan Jay. Gerombol 3 terdiri atas empat aksesi yaitu Bog-4 dan Bog-6 serta aksesi Suk-3 dan Suk-5. Hasil identifikasi karakter kualitatif terhadap 13 aksesi jarak pagar menunjukkan bahwa terdapat kemiripan karakter pada sebagian besar peubah kualitatif dari 13 aksesi jarak pagar. Peubah tersebut terdiri atas bentuk daun, tekstur daun, warna daun muda (pucuk), warna daun tua, warna batang, jenis bunga yang pertama mekar, jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai, warna petal, warna sepal, warna buah muda, bentuk biji, dan warna biji.
iii
KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI 13 AKSESI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
MELISA A24061174
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI 13 AKSESI JARAK PAGAR (Jatropha curas L.)
Nama
: MELISA
NIM
: A240611174
Menyetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr.
Dr. Ir. Endang Murniati, MS.
NIP. 19630628 199002 1 002
NIP. 19471006 198003 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr. NIP 19611101 198703 1 003
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Rangkasbitung, Provinsi Banten pada tanggal 22 Mei 1988. Penulis merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dari Bapak Cep Munir dan Ibu Encop Sopiati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN MCT IV Rangkasbitung pada tahun 2000. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTPN 2 Rangkasbitung. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 2 Rangkasbitung pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui USMI. Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis aktif di organisasi intra kampus, diantaranya menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON) dan Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) periode 2007-2008. Penulis juga aktif menjadi pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Gentra Kaheman periode 2008 - 2009. Penulis juga aktif di organisasi ektra kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Faperta. Penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan kepanitian, seperti Festival Tanaman (FESTA XXIX) tahun 2008, Masa Perkenalan Departemen (MPD) Agronomi dan Hortikultura tahun 2008, serta Seminar Nasional HMI komisariat Faperta IPB tahun 2008.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penelitian yang berjudul “Karakterisasi Morfologi dan Agronomi 13 Aksesi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)” ini dilaksanakan terdorong keinginan penulis untuk mengetahui karakteristik morfologi dari beberapa aksesi jarak pagar khususnya di wilayah Indonesia serta untuk mengidentifikasi aksesi jarak pagar yang potensial. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr. selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi 2. Dr. Ir. Endang Murniati, MS. selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi 3. Dr. Ir. Yudiwanti WE Kusumo, MS. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran kepada penulis 4. Misnen, SP.MSi. dan Mas Ali (alm), serta Teknisi kebun jarak pagar PT Indocement yang telah membantu kegiatan penelitian di lapang 5. Mamah, Bapak, Ceu Euis, A Wawan, A Jajang, Teh Dwi, Teh Nina, Afaz, dan Kakak-kakak iparku yang telah memberikan dukungannya baik secara moriil maupun materiil 6. Lely, Leni, Maika, Tami, Teh Arrin, Muteb, keluarga Aisyah dan Jasmin yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan selama penelitian dan penulisan skripsi serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan. Bogor, Mei 2011 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 Tujuan .................................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4 Botani dan Ciri Morfologi Jarak Pagar.................................................. 4 Ekologi Jarak Pagar ............................................................................... 5 Manfaat dan Produktivitas Jarak Pagar ................................................. 7 Keragaman Jarak Pagar di Indonesia..................................................... 8 BAHAN DAN METODE ............................................................................... 10 Tempat dan Waktu................................................................................. 10 Bahan dan Alat ...................................................................................... 10 Metode Percobaan ................................................................................. 10 Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 11 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 16 Hasil ....................................................................................................... 16 Kondisi Umum ........................................................................ 16 Karakter Kualitatif 13 Aksesi Jarak Pagar .............................. 17 Karakter Kuantitatif 13 Aksesi Jarak Pagar ............................ 24 Analisis Kemiripan 15 Aksesi Jarak Pagar ............................. 38 Seleksi 13 Aksesi Jarak Pagar ................................................. 39 Pembahasan ........................................................................................... 42 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 56 Kesimpulan ............................................................................................ 56 Saran ...................................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57 LAMPIRAN .................................................................................................... 61
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Kondisi iklim selama Oktober 2009 sampai April 2010 di Kebun Jarak Pagar PT. Indocement, Citeureup, Bogor. ...................................... 16 2. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada pembibitan (0 MSP).................................................................................. 21 3. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada 2 MSP ........... 22 4. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada fase generatif .................................................................................................... 23 5. Rekapitulasi hasil sidik ragam 13 aksesi jarak pagar terhadap karakter pertumbuhan vegetatif dan generatif .......................................... 24 6. Diameter batang setek dan jumlah buku setek 13 aksesi jarak pagar di pembibitan (0 MSP).................................................................... 26 7. Tinggi cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP ............................ 27 8. Jumlah cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP ........................... 29 9. Diameter cabang 13 aksesi jarak pagar pada 2 – 10 MSP ........................ 30 10. Panjang daun 13 aksesi jarak pagar pada 0 MSP – 10 MSP .................... 31 11. Panjang tangkai daun 13 aksesi jarak pagar pada 0 - 10 MSP ................. 32 12. Peubah jumlah cabang produktif, persentase cabang produktif, waktu mekar bunga pertama, dan keserempakan masak buah 13 aksesi jarak pagar...................................................................................... 35 13. Jumlah buah yang dipanen, jumlah buah per malai, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering 13 aksesi jarak pagar ........................ 37 14. Korelasi jumlah cabang, keserempakan masak buah (hari), jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering (gram) ............................................................................................ 39 15. Lima peubah terpilih untuk seleksi 13 aksesi jarak pagar berdasarkan peubah pada fase vegetatif dan fase generatif ...................... 40 16. Seleksi 13 aksesi jarak pagar berdasarkan peubah terpilih....................... 42
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Tanaman jarak pagar yang terserang hama dan penyakit : a) terserang tungau; b) terserang embun tepung; c) terserang bercak daun bakteri; d) terserang kutu tepung putih ................................ 17 2. Jumlah sudut tepi daun jarak pagar : a) jumlah sudut tepi daun lima; b) jumlah sudut tepi daun 7; c) tepi daun bergerigi ......................... 18 3. Warna daun muda jarak pagar: a) coklat; b) hijau kecoklatan; c) hijau. ..................................................................................................... 19 4. Jenis bunga jarak pagar berdasarkan bunga yang mekar dalam satu malai: a) bunga jantan-betina dalam satu malai; b) bunga jantan-hermaprodit dalam satu malai. ...................................................... 20 5. Dendrogram 13 aksesi jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan karakter kuantitatif pertumbuhan vegetatif dan generatif .................................................................................................... 38
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Sidik ragam peubah kuantitatif pada fase vegetatif. ................................. 62 2. Sidik ragam peubah kuantitatif pada fase generatif.................................. 65 3. Kode 13 aksesi jarak pagar di lapangan ................................................... 66 4. Data curah hujan, suhu hujan, suhu tanah dan udara, solar radiation dan air tanah .............................................................................. 67
PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis energi di Indonesia sebagai akibat semakin menipisnya cadangan bahan bakar minyak khususnya bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui telah menuntut Indonesia untuk mencari sumber bahan bakar alternatif yang bersifat dapat diperbaharui (Sardjono, 2006). Oleh karena itu pemerintah mulai meningkatkan perhatian terhadap sumber-sumber energi terbarukan terutama dari komoditas pertanian, dengan memanfaatkan bahan bakar nabati (BBN) atau yang lebih dikenal dengan istilah biofuel. Ditjenbun dalam Arisanti (2010) menyatakan pemerintah mencanangkan program pengembangan biofuel melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Inpres No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar lain. Komoditas pertanian yang banyak dibudidayakan dan potensial untuk sumber bahan bakar nabati cukup banyak, antara lain kelapa sawit, jarak pagar, tebu, sagu, dan ubi kayu (Priyanto, 2007). Tanaman jarak pagar merupakan salah satu tanaman yang potensial sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM). Karmawati (2008) menyatakan bahwa presiden telah menetapkan program peruntukan biodisel dari kelapa sawit dan jarak pagar melalui Inpres No.2/2006 yang menargetkan penanamannya 1.5 juta hektar pagar pada tahun 2010. Hasnam (2006)
menyatakan
bahwa
melalui
Program
Pengembangan
Bioenergi
diproyeksikan pada tahun 2010 dapat dihasilkan 1.85 juta kilo liter bioetanol dari ubi kayu dan tetes tebu dan 1.24 juta kilo liter biodiesel dari kelapa sawit dan jarak pagar atau 10% dari kebutuhan premium dan 10% dari kebutuhan solar. Menurut Syahbuddin (2008), jarak pagar memiliki potensi yang harus dikembangkan dalam kerangka penurunan emisi karbon dalam bingkai CDM (Clear Development Mechanism) atau yang dikenal juga dengan istilah “carbon trading”. Prastowo (2007) menyatakan bahwa perkebunan jarak pagar seluas 1 ha dapat menghasilkan 2,7 ton crude jatropha oil (CJO), dengan asumsi setelah 5 tahun jarak pagar dapat berproduksi sekitar 8-10 ton/ha dengan rendemen jarak pagar yaitu 30%.
2 Penelitian mengenai jarak pagar saat ini terus digalakkan, terutama untuk mengidentifikasi keragaman dan potensi hasil jarak pagar. Pada tahun 2006 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan telah melakukan eksplorasi plasma nutfah jarak pagar pada 12 provinsi. Melalui eksplorasi terkumpul 12 provenan dan tiga spesies jatropha lainnya (Karmawati, 2008). Koleksi Puslitbang Pertanian berasal dari Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Maluku (Mahmud, 2006). Hasnam (2007) menyebutkan seleksi dari hasil eksplorasi yang ditanam di tiga lokasi, yaitu: Asembagus, Muktiharjo, dan Pakuwon. menghasilkan IP-1P dan IP-2P dengan potensi hasil biji kering per hektar pada tahun pertama sebesar 1-1.2 ton pada IP-1P dan 2-2.5 ton pada IP-2P. Pada tahun 2009, eksplorasi jarak pagar juga dilakukan di pulau Bangka dengan mengambil setek atau benih jarak pagar langsung dari kabupaten Bangka Tengah, Bangka Selatan, dan kota Pangkal Pinang dan menghasilkan satu provenan dengan produktivitas tinggi (23 buah per tandan) dan kadar minyak cukup tinggi (>35%) yang dikoleksi dari Desa Pasir Garam, Kecamatan Simpang Kates, Kabupaten Bangka Tengah (Purwati, 2010). Kegiatan eksplorasi harus terus lakukan dalam rangka meningkatkan potensi hasil jarak pagar. Peningkatan potensi hasil tanaman jarak pagar dapat dilakukan dengan program pemuliaan tanaman, salah satunya yaitu melalui karakterisasi. Kegiatan karakterisasi diakukan untuk mengetahui sifat-sifat penting yang terkandung di dalam suatu materi genetik. Karakterisasi sangat penting dalam kegiatan pemuliaan dan membantu meciptakan varietas jarak pagar yang seperior (Surahman et al., 2009). Kemajuan perbaikan bahan tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan keragaman genetik pada bahan tanaman (plasma nutfah) yang dimiliki (Hasnam, 2007). Keanekaragaman genetik dalam suatu populasi tanaman jarak pagar sangat diperlukan karena merupakan kekayaan genetik yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan varietas unggul baru. Oleh karena itu penelitian tentang karakterisasi morfologi dan agronomi ini dirasa sangat penting dan diharapkan dapat membantu perkembangan penelitian jarak pagar selanjutnya.
3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Mempelajari karakteristik 13 aksesi jarak pagar berdasarkan karakter morfologi dan agronomi.
2.
Mengidentifikasi aksesi jarak pagar potensial untuk dikembangkan sebagai kultivar unggul baru.
3.
Mengetahui tingkat kemiripan pada 13 aksesi jarak pagar
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ciri Morfologi Jarak Pagar Jarak
pagar
termasuk
ke
dalam
kingdom
Plantae,
subkingdom
Tracheobionta (tumbuhan vasikular), divisi Spermatophyta, ordo Euphorbiales, famili Euphorbiaceae, dan termasuk ke dalam genus Jatropha curcas L. Jarak pagar termasuk jenis pohon perdu. Tanaman ini dapat mencapai umur 50 tahun. Tinggi tanaman pada kondisi normal adalah 1.5 – 5 meter. Percabangannya tidak teratur, dengan ranting bulat dan tebal. Kulit batang berwarna keabu-abuan, atau kemerah-merahan (Nurcholis dan Sumarsih, 2007). Daun jarak pagar cukup besar, panjang helai daun 6 – 16 cm dan lebar 5 – 15 cm. Helaian daun berbentuk bulat telur dengan pangkal berbentuk jantung. Bunga jarak pagar muncul pada saat tanaman mulai berumur 3 – 4 bulan. Pembungaan umumnya terbentuk pada saat musim kemarau, namun pada musim hujan bunga juga dapat muncul. Bunga muncul secara terminal dari percabangan. Bunga terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terletak pada setiap malai. Bunga betina bertangkai tebal dan berambut seperti sarang laba–laba dan ukurannya lebih besar dari bunga jantan (Nurcholis dan Sumarsih, 2007). Jarak pagar (Jatropha curcas L.) termasuk tanaman berumah satu atau monoecious, artinya alat kelamin jantan dan betina berada pada satu tanaman. Berdasarkan alat kelamin pada bunga, terdapat dua tipe yaitu tanaman uni-seksual dan andromonoecious. Secara umum, kedua tipe ini memiliki morfologi organ seperti akar, batang, daun dan buah yang hampir sama. Perbedaan yang jelas terdapat pada bunganya, tanaman uniseksual menghasilkan bunga jantan dan betina sedangkan andromonoecious menghasilkan bunga jantan dan hermaprodit (Asbani, 2009). Ahmad (2008) menyatakan bahwa jumlah bunga betina dalam satu malai adalah sebesar 5 bunga betina/malai. Bunga jantan dan betina jarak pagar tidak mekar secara bersamaan melainkan bertahap dengan pola yang tidak tentu. Daun kelopak atau sepal pada bunga jarak berwarna hijau sedangkan daun mahkota atau petal berwarna putih. Lima sepal tersusun menyirip (imbricata) mengikuti rumus 2/5 atau quincuncialis. Susunan petal adalah teruntir ke satu arah
5 baik ke kiri (sinistrosum contortus) maupun kanan (dextrorsum contortus). Benang sari berjumlah 10 buah yang terbagi dalam dua lingkaran yaitu lingkaran luar dan dalam, kedudukan benang sari di lingkaran luar lebih rendah dibandingkan lingkaran dalam. Kepala sari berwarna orange, ketinggian pada bunga hermaprodit sama dengan kepala putik (Asbani, 2009). Buah jarak pagar banyak dihasilkan pada musim kering, sekitar 2–3 bulan setelah pemupukan. Buah jarak tersusun dalam tandan buah kurang lebih berjumlah 10 buah/tandan. Buah jarak yang telah matang akan pecah sesuai ruang dalam buah. Dalam setiap buah jarak terdapat 3 biji. Biji yang tua berbentuk panjang dengan ukuran 18 mm dan lebar 7–11 mm. Biji jarak memiliki cangkang biji yang tipis. Matang buah jarak ditandai dengan perubahan warna buah dari hijau menjadi kuning (Nurcholis dan Sumarsih, 2007). Ekologi Jarak Pagar Tanaman jarak pagar merupakan tanaman dikotil yang berasal dari Amerika Tengah dan saat ini telah tersebar di berbagai tempat di Afrika dan Asia. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai daerah dengan agroklimat yang beragam, dari daerah tropis yang sangat kering sampai subtropis lembab maupun daerah hutan basah. Tanaman ini memiliki nama latin Jatropha curcas L (Nurcholis dan Sumarsih, 2007). Heller (1996) menyatakan bahwa jarak pagar diperkirakan berasal dari Meksiko.Pada daerah tersebut tanaman jarak pagar tumbuh secara alami di kawasan hutan pinggiran pantai di Afrika dan Asia, jarak pagar hanya dijadikan sebagai tanaman pagar atau pembatas lahan pertanian. Jarak pagar menyebar di Malaka setelah tahun 1700-an dan di Filipina sebelum tahun 1750. Wahid (2006) menyatakan bahwa berdasarkan lingkungan tumbuh, tanaman jarak pagar dapat dikatakan termasuk tanaman kosmopolitan. Artinya, tanaman yang dapat tumbuh pada berbagai ekosistem mulai dari daerah yang sangat kering temperate dengan curah hujan hanya sekitar 300 – 500 mm/tahun sampai daerah yang sangat basah dengan curah hujan 4 000 – 6 000 mm/tahun. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh di daerah dataran rendah bahkan pinggir pantai sampai ketingian di atas 1 000 m dpl.
6 Tanaman jarak pagar dikenal sebagai tanaman yang mudah beradaptasi dengan lingkungan. Jarak pagar dapat tumbuh baik di tempat yang memiliki ketinggian 0 – 2 000 meter di atas permukaan laut (m dpl) dengan temperatur 18 – 30oC. Tanaman ini memerlukan penyinaran matahari secara langsung sehingga tidak boleh ternaungi (Nurcholis dan Sumarsih, 2007). Kondisi optimal untuk pertumbuhan dan produksi jarak pagar dalam rangka pengembangan jarak pagar sebagai bahan baku biofuel di Indonesia adalah daerah dengan ketinggian 0 – 600 m dpl atau dataran rendah yang memiliki suhu harian antara 22 – 35oC dengan curah hujan antara 500 – 1 500 mm dan hari hujan antara 100 – 120 hari/tahun. Menurut klasifikasi Oldeman daerah dengan tipe iklim C, D, dan E. Di luar batas dan kriteria tersebut, walaupun masih dapat tumbuh diperkirakan produksinya tidak akan optimal (Wahid, 2006). Mahmud (2008) menjelaskan bahwa jarak pagar dapat tumbuh pada lahanlahan marginal yang miskin hara dengan drainase dan aerasi yang baik. Pertumbuhannya cukup baik pada tanah-tanah ringan (terbaik mengandung pasir 60 - 90%), berbatu, berlereng, pada perbukitan atau sepanjang saluran air dan batas-batas kebun. Lahan-lahan yang subur, dimana air tidak tergenang juga dapat digunakan bagi pertanaman jarak pagar. Bila perakarannya sudah cukup berkembang, jarak pagar toleran tehadap kondisi tanah-tanah masam atau alkalin (terbaik pada pH tanah 5,5 – 6,5). Peningkatan kemasaman tanah nyata menghambat pertumbuhan jarak pagar. Pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, luas daun dan diameter batang), pada pH 4,4 hanya mencapai 30-50% dari nilai pertumbuhan vegetatif tersebut menunjukan hubungan yang sangat erat dengan nilai R2 yang tinggi (> 0,93). Nilai pH tanah < 5,0 berpotensi menurunkan penampilan pertumbuhan jarak pagar (Pitono et al., 2008). Jarak pagar membutuhkan curah hujan paling sedikit 600 mm per tahun untuk tumbuh baik dan jika curah hujan kurang dari 600 mm per tahun maka tanaman jarak pagar tidak dapat tumbuh, kecuali dalam kondisi tertentu seperti di Kepulauan Cape Verde, meskipun curah hujan hanya 250 mm per tahun tetapi kelembaban udaranya sangat tinggi (Mahmud et al., 2008).
7 Manfaat dan Produktivitas Jarak Pagar Jarak pagar memiliki berbagai macam manfaat dan kegunaan. Hasnam (2007) menyatakan bahwa jarak pagar dimanfaatkan untuk memulihkan lahan pertanian yang sudah mengalami degradasi kesuburan akibat pertanian berpindah, pertambangan dan kerusakan-kerusakan akibat berbagai aktivitas manusia. Di Luxor, Mesir, jarak pagar juga digunakan untuk penghutanan kembali gurun pasir dengan bantuan sedikit pengairan. Dia juga menambahkan bahwa di Afrika, jarak pagar digunakan untuk sumber bahan baku industri sabun di Eropa. Jarak pagar juga dapat dijadikan sebagai pakan ternak dan obat. Priyanto (2007) menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah melalui proses penghilangan racun (detoksifikasi), bungkil biji jarak dapat dimanfaaatkan untuk pakan ternak atau industri berbasis protein. Sementara itu kulit biji jarak melalui pirolisis dapat dikonversi menjadi bahan bakar cair pengganti minyak berat (residu) untuk kebutuhan industri. Hasnam (2007) menyatakan di Afrika, jarak pagar digunakan untuk sumber bahan baku industri sabun di Eropa. Heller (1996) menyatakan jarak pagar dapat digunakan untuk pengobatan. Minyak jarak pagar dapat mengobati penyakit kulit dan meringankan rasa sakit akibat rematik. Jamu-jamuan dari daun jarak digunakan sebagai anti septic setelah proses kelahiran. Produktivitas jarak pagar di Paraguay mencapai 3-4 ton biji kering/ha/tahun pada umur 7-9 tahun, sedangkan di Thailand mencapai 2,1 ton/ha/tahun. Pada jarak tanam 1 x 1 m dan tanpa dipupuk, produktivitas jarak pagar yaitu sebesar 638 kg/ha/tahun di Timur Laut Thailand (Hasnam, 2007). Hasil penelitian Hasnam (2007) juga menyebutkan bahwa pada tahun pertama, potensi hasil biji kering pada IP-1P yaitu sebesar 1-1.2 ton/ha/tahun, sedangkan potensi hasil IP-2P yaitu sebesar 2-2.5 ton/ha/tahun dan masih dapat meningkat sampai IP-3P. Luntungan dalam Effendi (2010) menyatakan prediksi produktivitas jarak pagar pada tahun ke-5 yaitu IP-1P sebesar 5 ton/ha, IP-2P 6 ton/ha, dan IP-3P sebanyak 8 ton/ha Biji jarak pagar memiliki kandungan minyak yang tinggi. Beberapa penelitian menyebutkan dalam satu daging biji terkandung sekitar 30% minyak (SJO) dan 70% sisanya berupa ampas yang bisa digunakan sebagai pupuk yang
8 kaya akan kandungan nitrogen. Biji jarak yang berbentuk lonjong dan berwarna kehitaman mengandung minyak dengan rendemen 25-30%. Ampas biji jarak pagar mengandung 4.44% nitrogen, 2.09 P2O5, dan 1.68 K2O (Priyanto, 2007). Kandungan minyak biji yang diperoleh dari biji tanaman asal setek yang dipanen pada musim hujan sekitar 46.39 % - 48.47 %. Sedangkan kandungan minyak biji yang dipanen pada musim kemarau berkisar 41.15 % - 51.19 %. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi lingkungan yang kering dapat meningkatkan kandungan minyak biji jarak pagar (Santoso et al.,2008) Bungkil daging biji jarak pagar banyak mengandung unsur hara N, P, dan K. Kandungan kimia yang terdapat dalam bungkil daging biji jarak pagar antara lain: C organic (55.2%), N (4.1%) P (0.5%), K (1.2%), Ca (0,3%) Mg (0.4%), dan Na (0.1%) (Nurcholis dan Sumarsih, 2007). Keragaman Jarak Pagar di Indonesia Hasnam (2006) menyatakan bahwa jarak pagar dibawa ke Asia oleh pelautpelaut Portugis, jarak pagar sudah dibudidayakan di Afrika untuk sumber bahan baku industri sabun di Eropa. Dengan demikian variasi genetik di Asia jelas lebih kecil dibandingkan dengan variasi genetik di pusat asal jarak pagar di Amerika Tengah. Jadi mudah dipahami mengapa koleksi ex-situ jarak pagar berbentuk provenan (populasi sumber) dan jumlahnya sangat terbatas. Mulyani, (2007) menyatakan bahwa di lapangan, pertumbuhan vegetatif sangat bervariasi meskipun waktu penanaman bersamaan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sumber benih. Benih yang berbeda akan menyebabkan pertumbuhan berbeda, dan di masyarakat variasi benih cukup besar. Hasnam
(2007)
menyatakan
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Perkebunan telah memulai kegiatan eksplorasi ke berbagai wilayah Indonesia sejak tahun 2005. Dari eksplorasi tersebut berhasil diperoleh 200.000 bahan tanaman berupa benih dan setek yang dikumpulkan dari 54 kabupaten di 11 provinsi (Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Maluku). Hasil eksplorasi tersebut ditanam di tiga lokasi (Asembagus,
9 Muktiharjo, dan Pakuwon). Evaluasi awal menunjukkan adanya keragaman pada potensi hasil dan periode berbunga. Hartati (2008a) menyatakan populasi di kebun induk baik IP-1 maupun IP-2 menunjukkan adanya variasi pada karakter morfologi kualitatif maupun kuantitatif karena setiap tanaman adalah suatu genotipa yang berbeda dengan tanaman lainnya. Hartati et al., (2009) menyebutkan koefisien keragaman yang ditentukan dari data hasil pengamatan pada karakter pertumbuhan vegetatif yang meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah cabang total dan jumlah cabang produktif menunjukkan nilai yang tinggi (17 - 45%). Namun Purwati (2010) menyatakan berdasarkan hasil analisis RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA), 55 provenan jarak pagar koleksi Balittas yang berasal dari Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan memiliki keragaman genetik rendah.
10
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor sebagai lokasi pembibitan dan di Kebun Jarak Pagar Indocement, Citeureup, Bogor untuk lokasi penanaman lapang. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2009 – April 2010. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bibit jarak pagar hasil setek batang yang terdiri atas 13 aksesi jarak pagar yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, yaitu: Bali, Banten, Biak, Bogor, Jayapura, Medan Sukabumi, dan Sulawesi. Alat yang digunakan yaitu: mistar, spidol permanen, plastik, jangka sorong, timbangan digital, tali dan mika/ kertas dan label. Metode Percobaan Pada penelitian ini 13 aksesi jarak pagar dijadikan sebagai perlakuan. Setiap aksesi terdiri atas 5 tanaman dan setiap tanaman dalam aksesi tersebut dijadikan sebagai ulangan, dengan demikian terdapat 65 unit percobaan. Ketiga belas aksesi tersebut terdiri atas Aksesi Bali (Bal), Banten (Ban-1, Ban-2, dan Ban-3), Biak (Bia), Bogor (Bog-4 dan Bog-6), Jayapura (Jay), Medan (Med), Sukabumi (Suk-3 dan Suk-5) dan Sulawesi (Sul-2 dan Sul-3). Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengolahan data adalah Rangcangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan model sebagai berikut: Yij = µ + ti + εij Dengan: i = 1,2,3,4,.. i dan j = 1,2,3.4... j Keterangan: Yij
= nilai pengamatan aksesi ke-i dan ulangan ke-j
µ
= nilai tengah umum (rata-rata)
ti
= pengaruh aksesi ke-i
εij
= pengaruh acak pada aksesi ke-i dan ulangan ke-j
11 Pelaksanaan Penelitian Perbanyakan tanaman jarak pagar dilakukan melalui setek batang. Pembibitan dilakukan di dalam polibag berukuran 25 cm x 25 cm dengan komposisi media tanam berupa tanah, sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Selama pembibitan, bahan tanam ditempatkan di bawah naungan. Kegiatan pembibitan dilakukan selama enam minggu. Bahan tanam yang telah berumur enam minggu kemudian dipindahkan ke lapangan yang berlokasi di Kebun Jarak Pagar PT Indocement. Bibit jarak pagar yang dipindah ke lapang ditanam dengan jarak tanam 2 meter untuk jarak tanam dalam aksesi dan 2.5 meter untuk jarak tanam antar aksesi, sedangkan lubang tanam dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Tanaman ditanam pada lahan tanpa naungan. Kegiatan pemupukan dilakukan pada saat tanaman di lapang dengan dosis pemupukan yaitu 5 kg pupuk kandang per tanaman sedangkan kegiatan penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan. Pengamatan Pengamatan dilakukan berdasarkan karakter morfologi dan agronomi yang terdiri atas karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Karakter agronomi yang diamati adalah karakter tanaman jarak pagar yang mempengaruhi daya hasil biji yang tinggi. Karakter ini meliputi jumlah cabang produktif, waktu mekar bunga pertama, jumlah buah per malai, jumlah buah per tanaman, total bobot biji jarak pagar kering, dan jumlah biji jarak pagar per tanaman. Pengamatan dilakukan saat di pembibitan (tanaman berumur enam minggu) dan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan. Pengamatan karakter morfologi pertama di lapangan dilakukan dua minggu setelah pindah tanam (MSP) dan selanjutnya pengamatan dilakukan empat minggu sekali. Pengamatan karakter agronomi dimulai pada saat memasuki fase generatif (11 MSP) dan dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu. Pengamatan karakter kualitatif selama fase vegetatif dilakukan pada 0 MSP (di pembibitan) dan 2 MSP. Data yang dikumpulkan berdasarkan pengamatan kualitatif tanaman jarak pagar meliputi: 1. Daun: bentuk daun, tekstur daun, jumlah tepi daun, urat tulang daun, warna daun
12 muda, warna daun tua, dan warna tangkai daun. ¾ Bentuk daun, diamati pada daun yang terletak pada cabang terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Pengambilan data dilakukan dengan membandingkan panjang dan lebar daun. Bentuk daun menurut Tjitrosoepomo (1985) dapat dibedakan berdasarkan perbandingan panjang dan lebar daun menjadi: o Bulat atau bundar (orbicularis), jika perbandingan panjang dan lebar yaitu 1 : 1 o Jorong (ovalis atau ellipticus), jika perbandingan panjang dan lebar yaitu 1.5-2 : 1 o Memanjang (oblogus), jika perbandingan panjang dan lebar yaitu 2.53:1 o Bangun lanset (lanceolatus), jika perbandingan panjang dan lebar yaitu 3-5 : 1 ¾ Tekstur daun, daun yang diamati adalah daun yang terletak pada cabang terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Tekstur daun dibedakan menjadi dua karakter yaitu licin dan kasar. ¾ Sudut tepi daun, daun yang diamati terletak pada cabang terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Sudut tepi daun dihitung berdasarkan jumlah sudut tepi daun yang diamati. ¾ Urat tulang daun, tulang daun yang diamati adalah daun di cabang terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Urat tulang daun dibedakan menjadi dua karakter yaitu jelas dan kurang jelas. ¾ Warna daun muda dan warna daun tua yang diamati adalah daun muda dan daun tua pada cabang terpanjang. Daun tua yang diamati adalah daun yang tumbuh maksimal. Warna daun muda dibedakan menjadi hijau, coklat, dan hijau kecoklatan sedangkan warna daun tua dibedakan menjadi hijau dan hijau tua. ¾ Warna tangkai daun, tangkai daun yang diamati terletak pada cabang terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Warna tangkai daun dapat dibedakan menjadi hijau dan hijau keunguan.
13 2. Batang: warna batang ¾ Warna batang setek diamati di pembibitan dan setelah dipindahkan ke lapangan. Warna batang dapat dibedakan menjadi hijau dan abu-abu. 3. Bunga: jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai (hermaprodit dan jantan atau jantan dan betina) dan jenis bunga berdasarkan bunga yang pertama mekar (betina, jantan, atau hermaprodit), warna sepal, dan warna petal. ¾ Jenis bunga diamati dua malai per tanaman sedangkan warna sepal dan warna petal diamati tiga bunga per malai. Pengamatan dilakukan dua kali dalam seminggu. 4. Buah: bentuk buah muda dan warna buah muda ¾ Bentuk buah muda dan warna buah muda diamati pada dua malai dengan mengambil sampel sebanyak tiga buah per malai pada cabang terpanjang. 5. Biji: bentuk biji dan warna biji ¾ Bentuk biji dan warna biji diamati dengan mengambil sampel sebanyak tiga buah jarak pagar yang sudah masak (berwarna kuning). Pengamatan terhadap karakter kuantitatif selama fase vegetatif dilakukan sebanyak empat kali pengamatan, yaitu 0 MSP, 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP. Pengamatan selama fase vegetatif dilakukan sampai 75 % tanaman jarak pagar di lapangan berbunga. Karakter kuantitatif selama fase generatif diamati dua kali dalam seminggu. Karakter kuantitatif yang diamati adalah: 1. Batang: diameter batang dan jumlah buku ¾ Diameter batang dan jumlah buku hanya diamati saat di pembibitan. Pengamatan diameter batang diukur 5 cm dari permukaan tanah. 2. Cabang: tinggi cabang, jumlah cabang, diameter cabang, jumlah cabang produktif, dan persentase cabang produktif ¾ Tinggi cabang diamati pada cabang tertinggi. Diameter cabang diamati pada cabang terpanjang dengan jarak dari titik percabangan adalah 5 cm. Pengamatan terhadap karakter jumlah cabang produktif dilakukan di akhir penelitian. Persentase cabang produktif dihitung dengan membandingkan jumlah cabang produktif dengan jumlah cabang dalam satu tanaman. 3. Daun: jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan panjang tangkai daun ¾ Karakter ini diamati saat di pembibitan dan di lapangan. Daun dan tangkai daun
14 yang diamati adalah daun dan tangkai daun dengan pertumbuhan maksimum pada cabang terpanjang. Jumlah daun hanya diamati pada cabang terpanjang. Panjang tangkai daun diamati setelah tanaman jarak pagar dipindahkan ke lapangan. 4. Bunga: waktu mekar bunga pertama, jumlah sepal, dan jumlah petal ¾ Pengamatan dilakukan pada waktu bunga jarak pagar pertama mekar. Waktu mekar bunga pertama dihitung setelah tanaman dipindahkan ke lapangan. Pengamatan jumlah sepal dan petal dilakukan pada tiga bunga jarak pagar dalam satu malai. 5. Buah: jumlah buah per malai, jumlah buah per tanaman (jumlah buah yang di panen dalam pada satu tanaman), dan keserempakan masak buah ¾ Pengamatan terhadap jumlah buah per malai dilakukan pada malai kedua dan malai ketiga. Pemanenan dilakukan secara bertahap karena buah jarak pagar tidak masak bersamaan. Jumlah buah yang dipanen dihitung selama pengamatan yaitu Februari – April 2010. ¾ Keserempakan masak buah jarak pagar diamati dari waktu pertama buah berwarna kuning sampai semua buah dalam satu malai berwarna kuning. Keserempakan masak buah jarak pagar diamati pada malai kedua dan malai ketiga. 6. Biji: jumlah biji per tanaman (jumlah biji yang dipanen pada satu tanaman) dan bobot biji kering ¾ Jumlah biji dan bobot biji kering diamati pada buah masak yang dipanen selama penelitian. Analisis Data Data hasil pengamatan kuantitatif dianalisis menggunakan analisis ragam. Jika hasil analisis ragam menunjukkan nilai yang berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%. Sedangkan
untuk
data
pengamatan
kualitatif
dianalisis
dengan
cara
mengidentifikasi karakter kualitatif. Data yang dianalisis adalah data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan seluruh peubah pertumbuhan 13 Aksesi jarak pagar. Adapun tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
15 1.
Analisis Sidik Ragam (Uji F) Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan aksesi terhadap
peubah
yang
diamati.
Analisis
ragam
digunakan
untuk
menganalisis data kuantitatif. 2.
Analisis Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) Analisis ini merupakan uji lanjut dari hasil analisis ragam terhadap perlakuan aksesi yang berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan dan untuk melihat perbandingan antara masing-masing aksesi.
3.
Analisis Uji Korelasi Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahi hubungan atau pengaruh antar lima peubah terpilih pada tahap seleksi
4.
Analis Gerombol (Cluster Analysis) Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kemiripan antara masingmasing aksesi berdasarkan kesamaan karakter yang dimiliki aksesi-aksesi tersebut. Karakter-karakter itu kemudian akan diklasifikasikan dalam satu atau bebetapa cluster (kelompok) sehingga objek yang berada pada satu cluster memiliki kemiripan satu dengan yang lainnya. Karakter yang digunakan dalam analisis ini yaitu karakter kuantitatif dari pertumbuhan vegetatif dan generatif. Peubah karakter yang digunakan yaitu jumlah daun, panjang tangkai daun, jumlah buah per tanaman, bobot biji kering per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan persentase cabang produktif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Jarak pagar ditanam pada lahan bekas penambangan kapur. Lahan penelitian berlokasi di Kebun jarak pagar PT. Indocement, Citeureup, Bogor dan berada pada ketinggian 200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kondisi iklim selama penelitian cukup baik. Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari PT Indocement, Citeureup,
Bogor,
diketahui
rata-rata
curah
hujan
di
lapangan
yaitu
313 mm/bulan, dengan rata-rata suhu udara, radiasi sinar matahari, dan kadar air tanah yaitu 29.8 oC, 175.50 W/m2, dan 21.14 %. Kondisi iklim selama penelitian di Kebun Jarak PT. Indocement, Citeureup, Bogor disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kondisi iklim selama Oktober 2009 sampai April 2010 di Kebun Jarak Pagar PT. Indocement, Citeureup, Bogor. Curah hujan Suhu udara (mm/bulan) (oC) Oktober (2009) 422 30 November (2009) 42 31 Desember (2009) Januari (2010) Februari (2010) 489 29 Maret (2010) 535 29 April (2010) 77 30 Sumber : PT Indocement, Citeureup, Bogor. Bulan
Solar radiasi (W/m2) 214.02 176.93 174.72 137.99 169.26 168.03 187.53
Kadar air tanah (%) 19 20 22 22 22 23 20
Curah hujan tertinggi pada pengamatan di lapangan terjadi pada bulan Maret 2010 sebesar 535 mm/bulan sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan November 2009 sebesar 42 mm/bulan. Temperatur udara tertinggi terjadi pada bulan November yaitu sebesar 31 oC dan temperatur udara terendah terjadi pada bulan Februari dan Maret 2010 yaitu sebesar 29 oC. Radiasi sinar tertinggi saat penelitian terjadi pada bulan Oktober 2009 yaitu sebesar 214.02 W/m2 dan kadar air tanah tertinggi pada bulan Maret 2010 sebesar 23 %. Kondisi tanaman jarak pagar setelah pindah tanam di lapangan cukup baik. Hal ini didukung oleh kondisi curah hujan yang cukup sehingga ketersediaan air
17 untuk kebutuhan tanaman tercukupi. Namun pada saat tanaman mencapai fase generatif, tanaman jarak pagar mulai terserang hama penyakit yaitu pada 14 – 28 MSP. Hama yang menyerang tanaman jarak pagar di lapangan yaitu Valanga nigricornis Burmeister (belalang), Spodoptera litura (ulat grayak),Chrysochoris javanus Westw. (kepik penghisap cairan buah), Tetranychus sp. (tungau), dan Ferrisia virgata (kutu bertepung putih). Penyakit yang menyerang tanaman jarak pagar yaitu busuk Fusarium, bercak daun bakteri, witche’s broom dan penyakit embun tepung yang disebabkan oleh cendawan Oidium sp. Tanaman yang terserang tungau, embun tepung, bercak daun Cercospora dan kutu bertepung putih dapat di lihat pada Gambar 1.
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 1. Tanaman jarak pagar yang terserang hama dan penyakit : a) terserang tungau; b) terserang embun tepung; c) terserang bercak daun bakteri; d) terserang kutu tepung putih Karakter Kualitatif 13 Aksesi Jarak Pagar Pengamatan karakter kualitatif dilakukan saat di pembibitan (0 MSP), setelah dipindah ke lapangan (2 MSP) dan setelah tanaman jarak pagar mencapai fase generatif. Saat di pembibitan dan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan pengamatan karakter kualitatif dilakukan pada daun dan batang setek jarak pagar.
18 Peubah karakter yang diamati pada daun dan batang setek terdiri atas bentuk daun, tekstur daun, tepi daun, urat tulang daun, warna daun muda, warna daun tua, warna tangkai daun, dan warna batang setek. Pengamatan karakter kualitatif setelah tanaman mencapai fase generatif dilakukan pada bunga, buah, dan biji jarak pagar. Peubah karakter yang diamati terdiri atas jenis bunga berdasarkan bunga yang pertama mekar, jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai, warna sepal, warna petal, bentuk buah muda, warna buah muda, bentuk biji, dan warna biji. Hasil
pengamatan
terhadap
karakter
kualitatif
daun
jarak
pagar
menunjukkan bahwa bentuk daun 13 aksesi jarak pagar saat di pembibitan dan setelah dipindah ke lapangan yaitu bulat. Tekstur daun pada pada pembibitan yaitu licin kecuali pada aksesi Bog-4 dan Suk-5 yang bertekstur kasar sedangkan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan 13 aksesi jarak pagar memiliki tekstur daun kasar. Sudut tepi daun jarak pagar dihitung dari jumlah sudut yang terdapat pada tepi daun. Sudut tepi daun dari 13 aksesi jarak pagar bervariasi yaitu memiliki jumlah sudut tepi daun 5 dan 7. Sudut tepi daun saat di pembibitan maupun setelah dipindahkan ke lapangan tetap sama. Sudut tepi daun pada aksesi Ban-1, Ban-2, Ban-3, Bia, Bog-4, Jay, Med, Suk-3, Sul-2, dan Sul-3 berjumlah 5 sudut sedangkan pada aksesi Bali, Bog-6 dan Suk-5 sudut tepi daun memiliki jumlah sudut 7 (Tabel 2 dan 3). Jumlah sudut tepi daun jarak pagar disajikan pada Gambar 2.
a
b
c
Gambar 2. Jumlah sudut tepi daun jarak pagar : a) jumlah sudut tepi daun lima; b) jumlah sudut tepi daun 7; c) tepi daun bergerigi Urat tulang daun jarak pagar pada saat pembibitan dan di lapangan hampir sama yaitu sebagian besar aksesi memiliki urat tulang daun yang kurang jelas sedangkan sisanya memiliki urat tulang daun yang jelas. Pada pembibitan urat
19 tulang daun tampak kurang jelas terdapat pada aksesi Bal, Ban-3, Bia, Bog-4, Bog-6, Jay, Suk-3, dan Sul-3 sedangkan di lapangan urat tulang daun yang kurang jelas terdapat pada aksesi Bal, Ban-3, Bia, Bog-4, Bog-6, Jay, dan Suk-3. Warna daun muda jarak pagar terdiri atas warna hijau, hijau kecoklatan, dan coklat (Gambar 3). Warna daun muda saat di pembibitan (0 MSP) sebagian berwarna hijau yaitu pada aksesi Ban-1, Ban-2, Bia, Bog-6, Jay, dan Sul-2 dan sisanya berwarna hijau kecoklatan (Ban-3, Bog-4, Suk-3, dan Sul-3) dan coklat (Bal, Med, Suk-5). Warna daun muda pada 13 aksesi jarak pagar setelah tanaman dipindahkan ke lapangan (2 MSP) yaitu coklat. Warna daun tua jarak pagar terdiri atas hijau dan hijau tua. Saat di pembibitan dan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan warna daun tua pada sebagian besar aksesi jarak pagar yaitu hijau sedangkan sisanya berwarna hijau tua. Pada saat pembibitan daun tua yang berwarna hijau tua terdapat pada aksesi Ban-1, Med, dan Sul-2 sedangkan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan warna hijau tua terdapat pada aksesi Bog-6, Suk-3, dan Sul-2 (Tabel 2 dan 3).
(a) (a)
(b)
(c)
Gambar 3. Warna daun muda jarak pagar: a) coklat; b) hijau kecoklatan; c) hijau. Karakter kualitatif juga diamati pada peubah warna tangkai daun. Warna tangkai daun jarak pagar terdiri atas warna hijau dan hijau keunguan. Saat di pembibitan (0 MSP) warna tangkai daun pada aksesi Bal, Ban-2, Ban-3, Bog-4, Jay, Med, Suk-3, Suk-5, Sul-2 dan Sul-3 berwarna hijau keunguan sedangkan warna tangkai daun pada aksesi Ban-1, Bia, dan Bog-6 yaitu hijau. Setelah dipindah ke lapangan (2 MSP) tangkai daun yang berwarna hijau keunguan terdapat pada aksesi Bal, Bog-4, Jay, Suk-3, Suk-5, Sul-2, dan Sul-3 sedangkan tangkai daun yang berwarna hijau terdapat pada aksesi Ban-1, Ban-2, Ban-3, Bia, Bog-6, dan Med (Tabel 2 dan 3).
20 Warna batang jarak pagar saat di pembibitan untuk aksesi Bal, Ban-1, Ban-3, Bog-4, Bog-6, Jay, Suk-3, Suk-5, dan Sul-3 yaitu abu-abu dan sisanya berwarna hijau. Warna batang 13 aksesi jarak pagar setelah tanaman dipindahkan ke lapangan seluruhnya berwarna abu-abu (Tabel 2 dan 3). Jenis bunga jarak pagar dibedakan berdasarkan bunga yang pertama mekar dan bunga yang terbentuk dalam satu malai. Jenis bunga berdasarkan bunga yang pertama mekar dibedakan menjadi bunga jantan, bunga betina dan bunga hermaprodit. Jenis bunga jantan terdapat pada aksesi Bali, Ban-1, Ban-2, Bog-6, Jay, Med, Suk-3, Sul-2, dan Sul-3. Jenis bunga betina terdapat pada aksesi Bog-4 dan Suk-5. Adapun jenis bunga hermaprodit terdapat pada aksesi Ban-3 dan Bia. Berdasaran bunga yang terbentuk dalam satu malai, sebagian besar aksesi jarak pagar memiliki jenis bunga jantan-betina dan sisanya memiliki jenis bunga jantan-hermaprodit. Jenis bunga jantan-hermaprodit terdapat pada aksesi Ban-3, Bia, dan Sul-3. Jenis bunga jarak pagar berdasarkan bunga yang mekar dalam satu malai dapat dilihat pada Gambar 5. Ketiga belas aksesi jarak pagar memiliki petal yang berwarna hijau kekuningan dan sepal yang berwarna hijau muda (Tabel 4).
Betina
Jantan
a
Hermaprodit
b
Gambar 4. Jenis bunga jarak pagar berdasarkan bunga yang mekar dalam satu malai: a) bunga jantan-betina dalam satu malai; b) bunga jantan-hermaprodit dalam satu malai. Karakter kualitatif buah diamati pada buah muda. Bentuk buah muda pada aksesi Bal, Ban-2, Bia, Jay, Suk-3, Sul-2, dan Sul-3 yaitu bulat sedangkan buah muda pada akfsesi lainnya yaitu Ban-1, Ban-3, Bog-4, Bog-6, Med, dan Suk-5 berbentuk lonjong. Warna buah muda pada seluruh aksesi jarak pagar yaitu hijau. Biji dari 13 aksesi jarak pagar yaitu lonjong dan berwarna hitam (Tabel 4).
Tabel 2. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada pembibitan (0 MSP)
Aksesi Bal Ban-1 Ban-2 Ban-3 Bia Bog-4 Bog-6 Jay Med Suk-3 Suk-5 Sul-2 Sul-3
Bentuk
Tekstur
Tepi
Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat
Licin Licin Licin Licin Licin Kasar Licin Licin Licin Licin Kasar Licin Licin
Runcing 7 Runcing 5 Runcing 5 Runcing 5 Runcing 5 Runcing 5 Runcing 7 Runcing 5 Runcing 5 Runcing 5 Runcing 7 Runcing 5 Runcing 5
Daun Urat Tulang Daun Muda Kurang jelas Jelas Jelas Kurang jelas Kurang jelas Kurang jelas Kurang jelas Kurang jelas Jelas Kurang jelas Jelas Jelas Kurang jelas
Coklat Hijau Hijau Hijau kecoklatan Hijau Hijau kecoklatan Hijau Hijau Coklat Hijau kecoklatan Coklat Hijau Hijau kecoklatan
Warna Tua Hijau Hijau tua Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau tua Hijau Hijau Hijau tua Hijau
Tangkai Hijau ungu Hijau Hijau ungu Hijau ungu Hijau Hijau ungu Hijau Hijau ungu Hijau ungu Hijau ungu Hijau ungu Hijau ungu Hijau ungu
Batang Warna Batang Abu-abu Abu-abu Hijau Abu-abu Hijau Abu-abu Abu-abu Abu-abu Hijau Abu-abu Abu-abu Hijau Abu-abu
21
22
Tabel 3. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada 2 MSP Daun Aksesi Bal Ban-1 Ban-2 Ban-3 Bia Bog-4 Bog-6 Jay Med Suk-3 Suk-5 Sul-2 Sul-3
Bentuk
Tekstur
Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat
Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar
Tepi Runcing 7 Runcing 5 Runcing 5 Runcing 5 Runcing 5 Runcing 5 Runcing 7 Runcing 5 Runcing 5 Runcing 5 Runcing 7 Runcing 5 Runcing 5
Urat Tulang Daun Kurang jelas Jelas Jelas Kurang jelas Kurang jelas Kurang jelas Kurang jelas Kurang jelas Jelas Kurang jelas Jelas Jelas Jelas
Batang Pucuk Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat
Warna Tua Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau tua Hijau Hijau Hijau tua Hijau Hijau tua Hijau
Tangkai Hijau ungu Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau ungu Hijau Hijau ungu Hijau Hijau ungu Hijau ungu Hijau ungu Hijau ungu
Warna Batang Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu
22
23
Tabel 4. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada fase generatif
Aksesi Bal Ban-1 Ban-2 Ban-3 Bia Bog-4 Bog-6 Jay Med Suk-3 Suk-5 Sul-2 Sul-3
Jenis bunga yang pertama mekar Jantan Jantan Jantan Hermaprodit Hermaprodit Betina Jantan Jantan Jantan Jantan Betina Jantan Jantan
Bunga Jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai Jantan-betina Jantan-betina Jantan-betina Jantan-hermaprodit Jantan-hermaprodit Jantan-betina Jantan-betina Jantan-betina Jantan-betina Jantan-betina Jantan-betina Jantan-betina Jantan-hermaprodit
Warna Petal
Sepal
Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan
Hijau muda Hijau muda Hijau muda Hijau muda Hijau muda Hijau muda Hijau muda Hijau muda Hijau muda Hijau muda Hijau muda Hijau muda Hijau muda
Buah Bentuk Warna (buah (buah muda) muda) Bulat Hijau Lonjong Hijau Bulat Hijau Lonjong Hijau Bulat Hijau Lonjong Hijau Lonjong Hijau Bulat Hijau Lonjong Hijau Bulat Hijau Lonjong Hijau Bulat Hijau Bulat Hijau
Biji Bentuk
Warna
lonjong lonjong lonjong lonjong lonjong lonjong lonjong lonjong lonjong lonjong lonjong lonjong lonjong
Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam
23
24 Karakter Kuantitatif 13 Aksesi Jarak Pagar Pengamatan karakter kuantitatif dari 13 aksesi jarak pagar dilakukan pada fase vegetatif dan generatif. Rekapitulasi pengaruh 13 aksesi jarak pagar terhadap karakter morfologi dan agronomi serta koefisien keragaman jarak pagar pada fase vegetatif dan fase generatif ditampilkan pada Tabel 5 sedangkan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 1 – 2. Tabel 5.
Rekapitulasi hasil sidik ragam 13 aksesi jarak pagar terhadap karakter pertumbuhan vegetatif dan generatif
Karakter Morfologi dan Agronomi Fase Vegetatif 0 MSP Diameter batang Jumlah buku Jumlah cabang Tinggi cabang Panjang daun Lebar daun Jumlah daun 2 MSP Diameter cabang Jumlah cabang Tinggi cabang Panjang daun Lebar daun Jumlah daun Panjang tangkai daun 6 MSP Diameter cabang Jumlah cabang Tinggi cabang Panjang daun Lebar daun Jumlah daun Panjang tangkai daun 10 MSP Diameter cabang Jumlah cabang Tinggi cabang
Aksesi
KK (%)
** tn tn ** * tn tn
19.54 22.63 37.45 27.38 18.98 24.12 28.36
tn * ** tn tn tn tn
24.82 33.87 26.07 14.56 17.08 23.36 24.27
tn ** * tn tn tn **
20.75 25.90 30.26 11.78 12.41 39.35 16.91
** ** tn
13.41 25.09 18.70
25 Tabel 5. Lanjutan Karakter Morfologi dan Agronomi Panjang daun Lebar daun Jumlah daun Panjang tangkai daun Fase Generatif Jumlah cabang produktif Persentase cabang produktif Waktu mekar bunga pertama Jumlah buah per malai Jumlah buah per tanaman Keserempakan masak buah Jumlah biji per tanaman Bobot biji kering
Aksesi tn tn tn **
KK (%) 9.94 10.79 35.49 11.52
tn * ** tn ** * ** *
43.96 23.96b) 11.16 21.95a) 32.44a) 26.44a) 36.57a) 38.60a)
Keterangan : *: berpengaruh nyata pada taraf 5 % ** : berpengaruh sangat nyata pada taraf 1 % tn: tidak berpengaruh nyata KK: Koefisien Keragaman a : transformasi √ 0.5 MSP: Minggu Setelah Pindah b : transformasi arcsin
Aksesi berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang setek tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah buku (Tabel 5). Rata-rata diameter batang setek 13 aksesi jarak pagar yaitu 1.61 cm sedangkan rata-rata jumlah buku setek yaitu 14.4 buku. Kisaran diameter batang setek 13 aksesi jarak pagar yaitu 1.32 - 2.18 cm sedangkan kisaran jumlah buku yaitu 12.2 – 17.2 buku. Diameter batang setek terbesar pada 13 aksesi jarak pagar terdapat pada aksesi Jay sedangkan diameter batang terkecil terdapat pada aksesi Ban-2. Jumlah buku pada aksesi Ban-1 dan Sul-2 sama banyak yaitu 17.2 buku dan merupakan jumlah buku terbanyak diantara 13 aksesi jarak pagar. Aksesi yang memiliki jumlah buku paling sedikit yaitu aksesi Bog-6. Nilai tengah dan pengaruh aksesi terhadap peubah karakter diameter batang setek dan jumlah buku disajikan pada Tabel 6. Ukuran diameter batang antar aksesi jarak pagar berbeda. Kisaran diameter batang setek 13 aksesi jarak pagar berdasarkan masing-masing daerah asalnya yaitu: daerah Bali (Bal) sekitar 1.38 cm, Banten (Ban-1, Ban-2, dan Ban-3) berkisar 1.32 – 2.14 cm, Biak (Bia) dan Medan (Med) sekitar 1.66 cm, Bogor (Bog-4 dan Bog-6) berkisar 1.44 – 1.54 cm, Jayapura (Jay) sekitar 2.18 cm,
26 Sukabumi (Suk-3 dan Suk-5) berkisar 1.44 – 1.50 cm, dan Sulawesi (Sul-2 dan Sul-3) berkisar 1.46 – 1.58 cm (Tabel 6). Berdasarkan masing-masing daerah asalnya, aksesi jarak pagar yang memiliki rentang ukuran diameter batang yang paling tinggi yaitu aksesi dari daerah Banten (1.32 – 2.14 cm). Diameter batang terkecil pada daerah Banten dimiliki oleh aksesi Ban-2 sedangkan diameter batang tertinggi pada daerah Banten dimiliki oleh aksesi Ban-3. Ukuran diameter batang dari aksesi Ban-2 (1.32 cm) merupakan diameter terkecil diantara aksesi jarak pagar lain sedangkan diameter batang dari aksesi Ban-3 (2.14 cm) merupakan diameter batang terbesar kedua setelah aksesi Jay (2.18 cm). Kisaran jumlah buku untuk aksesi jarak pagar berdasarkan asal daerahnya yaitu: 14.0 buku untuk aksesi jarak pagar dari Bali, 12.4 – 17.2 buku untuk aksesi dari Banten, 13.0 buku untuk aksesi dari Biak, 12.2 – 16.4 buku untuk aksesi dari Bogor, 13.6 buku untuk aksesi dari Jayapura, 14.2 buku untuk aksesi dari Medan, 12.8 – 14.6 buku untuk aksesi dari Sukabumi dan 14.8 – 17.2 buku untuk aksesi dari Sulawesi (Tabel 6). Tabel 6.
Aksesi Bal Ban-1 Ban-2 Ban-3 Bia Bog-4 Bog-6 Jay Med Suk-3 Suk-5 Sul-2 Sul-3
Diameter batang setek dan jumlah buku setek 13 aksesi jarak pagar di pembibitan (0 MSP) Diameter batang setek (cm) 1.38 b 1.62 b 1.32 b 2.14 a 1.66 b 1.44 b 1.54 b 2.18 a 1.66 b 1.50 b 1.44 b 1.46 b 1.58 b
Jumlah buku 14.0 17.2 15.0 12.4 13.0 16.4 12.2 13.6 14.2 12.8 14.6 17.2 14.8
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
27 Aksesi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap peubah tinggi cabang pada 0 MSP dan 2 MSP serta berpengaruh nyata pada 6 MSP (Tabel 5). Tinggi cabang pada 0 MSP yaitu berkisar 2.92 – 17.24 cm dengan rata-rata tinggi cabang yaitu 10.33 cm. Kisaran tinggi cabang pada 2 MSP dan 6 MSP yaitu 3.96 – 20.60 cm dan 14.92 – 29.82 cm dengan rata-rata tinggi cabang yaitu 12.56 cm dan 24.05 cm dan pada 10 MSP tinggi cabang berkisar 33.62 – 48.28 cm dengan rata-rata tinggi cabang 43.29 cm. Pada 0 MSP tinggi cabang tertinggi terdapat pada aksesi Ban-3 dengan tinggi cabang 17.24 cm dan tinggi cabang terendah terdapat pada aksesi Suk-3 dengan tinggi cabang 2.92 cm. Pada 10 MSP cabang tertinggi juga terdapat pada aksesi Ban-3 dengan tinggi cabang 48.28 cm sedangkan cabang terendah terdapat pada aksesi Jay dengan tinggi cabang 33.62 cm. Tinggi cabang pada aksesi Suk-3 mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dengan selisih tinggi cabang pada 0 MSP dan 10 MSP sebesar 39.08 cm. Peningkatan pertumbuhan yang pesat ini terjadi pada 6 dan 10 MSP. Pertumbuhan tinggi cabang paling pesat ditunjukkan oleh aksesi Bog-4 dengan selisih tinggi cabang 40.68 cm. Tinggi cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 MSP – 10 MSP ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7. Tinggi cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP Aksesi Bal Ban-1 Ban-2 Ban-3 Bia Bog-4 Bog-6 Jay Med Suk-3 Suk-5 Sul-2 Sul-3
0 MSP 10.26 abcd 10.14 abcd 16.76 a 17.24 a 8.88 abcde 4.70 de 8.40 bcde 7.16 cde 12.82 abc 2.92 e 7.16 bcde 13.8 ab 14.06 ab
Tinggi cabang (cm) 2 MSP 6 MSP 15.50 ab 24.24 abc 14.62 abc 29.34 a 20.60 a 29.24 a 17.34 ab 28.86 ab 16.34 ab 21.72 abc 6.44 cd 23.84abc 12.36 abc 25.30abc 8.30 bcd 14.92 c 9.44 bcd 19.30 abc 3.96 d 18.10 bc 7.42 cd 22.92 abc 14.00 abc 29.82 a 16.96 ab 26.26 ab
10 MSP 45.98 45.50 47.70 48.28 34.52 45.38 46.90 33.62 41.70 42.00 44.60 46.00 41.80
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
28 Tabel 7 menunjukkan bahwa aksesi jarak pagar yang berasal dari daerah Banten memiliki rata-rata tinggi cabang yang tertinggi diantara aksesi dari daerah lain di setiap minggu pengamatan. Rata-rata tinggi cabang untuk aksesi jarak pagar dari Banten pada tiap-tiap MSP yaitu: 14.71 cm pada 0 MSP, 17.52 cm pada 2 MSP, 29.15 cm pada 6 MSP, dan 47.16 cm pada 10 MSP. Aksesi jarak pagar yang memiliki rata-rata tinggi cabang terendah yaitu aksesi jarak pagar dari Sukabumi (pada 0 MSP dan 2 MSP), tetapi setelah mencapai 6 MSP dan 10 MSP terjadi peningkatan pertumbuhan tinggi cabang yang pesat sehingga tinggi cabang aksesi ini dapat menyamai tinggi cabang pada aksesi jarak pagar dari daerah lain. Rata-rata tinggi cabang pada aksesi jarak pagar yang berasal dari daerah lain pada 0 MSP yaitu 10.26 cm untuk aksesi jarak pagar dari Bali, 8.88 cm untuk aksesi dari Biak, 6.55 untuk aksesi dari Bogor, 7.16 cm untuk aksesi dari Jayapura, 12.82 untuk aksesi dari Medan, dan 13.93 untuk aksesi dari Sulawesi. Rata-rata tinggi cabang pada 10 MSP untuk daerah Bali, Biak, Bogor, Medan, Sukabumi dan Sulawesi masing-masing yaitu 45.98 cm, 34.52 cm, 46.14 cm, 41.70 cm, 43.30 cm, dan 43.90 cm. Aksesi berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang pada 2 MSP dan sangat nyata pada 6 MSP dan 10 MSP (Tabel 5). Pada 0 MSP jumlah cabang berkisar 3.5 – 6.4 cabang. Jumlah cabang tertinggi terdapat pada aksesi Ban-2 sedangkan jumlah cabang terendah terdapat pada aksesi Ban-1. Pada 10 MSP jumlah cabang bervariasi antar aksesi. Jumlah cabang pada 10 MSP berkisar 2.4 - 5.2 cabang. Jumlah cabang tertinggi terdapat pada aksesi Ban-2 sedangkan jumlah cabang terendah terdapat pada aksesi Suk-3. Jumlah cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP dapat dilihat pada Tabel 8. Beberapa aksesi jarak pagar di lapangan mengalami penurunan jumlah cabang yang diakibatkan karena kerontokan, terutama terjadi pada cabang-cabang kecil. Pada 10 MSP kisaran jumlah cabang tertinggi terdapat pada aksesi yang berasal dari Banten yang berkisar 3.2 – 5.2 cabang. Pada daerah ini jumlah cabang tertinggi terdapat pada aksesi Ban-2. Jumlah cabang pada aksesi Ban-2 ini merupakan jumlah cabang tertinggi diantara aksesi jarak pagar lain. Kisaran jumlah cabang untuk aksesi jarak pagar dari daerah selain Banten yaitu 4.8 cabang untuk aksesi jarak pagar dari Bali dan Biak, 3.4 cabang untuk aksesi dari Bogor,
29 3.6 cabang untuk aksesi dari Jayapura, 3.8 cabang untuk aksesi dari Medan, 2.5 - 4 cabang untuk askesi dari Sukabumi, dan 3.4 – 4.4 cabang untuk aksesi dari Sulawesi (Tabel 8). Tabel 8. Jumlah cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP Aksesi Bal Ban-1 Ban-2 Ban-3 Bia Bog-4 Bog-6 Jay Med Suk-3 Suk-5 Sul-2 Sul-3
0 MSP 5.0 3.5 6.4 5.0 4.2 4.4 4.8 5.8 5.2 5.8 3.6 3.8 4.4
2 MSP 4.6 2.6 5.2 4.2 3.4 2.8 2.8 2.8 3.8 3.8 2.8 3.4 4.2
Jumlah cabang 6 MSP 4.8 ab 3.2 cd 5.2a 4.8 ab 4.8 ab 3.4 bcd 3.4 bcd 3.6 bcd 3.8 abcd 2.4 d 2.6 d 3.4 bcd 4.4 abc
10 MSP 4.8 ab 3.2 cd 5.2 a 4.8 ab 4.8 ab 3.4 bcd 3.4 bcd 3.6 bcd 3.8 abcd 2.4 d 2.6 d 3.4 bcd 4.4 abc
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Aksesi berpengaruh sangat nyata terhadap diameter cabang pada 10 MSP (Tabel 5) tetapi tidak berpengaruh pada 2 MSP dan 6 MSP. Diameter cabang pada 2 MSP berkisar 0.48 – 0.70 cm sedangkan pada 6 MSP dan 10 MSP diameter cabang berkisar 0.74 – 1.14 cm dan 1.11 – 1.61 cm dengan rata-rata 0.91 cm dan 1.37 cm. Pada 10 MSP diameter cabang tertinggi terdapat pada aksesi Bog-4 dan diameter terendah terdapat pada aksesi Jay (Tabel 9). Diameter cabang pada 10 MSP berbeda antar aksesi. Berdasarkan asal daerahnya aksesi jarak pagar yang berasal dari Bogor memiliki kisaran diameter cabang 1.46 – 1.61 cm dengan rata-rata diameter cabang sebesar 1.54 cm. Aksesi dari Bogor ini memiliki rata-rata diameter cabang tertinggi diantara daerah lain sedangkan rata-rata diameter cabang terendah terdapat pada aksesi dari Jayapura yaitu 1.11 cm. Kisaran diameter cabang untuk aksesi jarak pagar dari daerah lain yaitu 1.27 cm untuk aksesi jarak pagar dari Bali, 1.27 – 1.57 cm untuk aksesi dari Banten, 1.15 cm untuk aksesi dari Biak, 1.34 cm untuk aksesi dari Medan,
30 1.34 – 1.53 cm untuk aksesi dari Sukabumi dan 1.40 – 1.44 cm untuk aksesi dari Sulawesi. Rata-rata diameter cabang untuk aksesi jarak pagar dari daerah Bali, Banten, Biak, Medan, Sukabumi, dan Sulawesi masing-masing yaitu 1.27 cm, 1.41 cm, 1.15 cm, 1.34 cm, 1.44 cm, dan 1.42 cm. Diameter cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Diameter cabang 13 aksesi jarak pagar pada 2 – 10 MSP Aksesi Bal Ban-1 Ban-2 Ban-3 Bia Bog-4 Bog-6 Jay Med Suk-3 Suk-5 Sul-2 Sul-3
2 MSP 0.61 0.67 0.63 0.64 0.60 0.67 0.56 0.48 0.70 0.54 0.61 0.64 0.56
Diameter cabang 6 MSP 10 MSP 0.82 1.27 bcd 1.14 1.57 a 0.97 1.27 bcd 0.89 1.38 abc 0.74 1.15 cd 0.95 1.61 a 0.90 1.46 ab 0.83 1.11 d 0.96 1.34 abcd 0.80 1.53 ab 0.92 1.34 abcd 1.00 1.44 ab 0.92 1.40 abc
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Aksesi tidak berbeda nyata terhadap peubah jumlah daun (Tabel 5). Ratarata jumlah daun jarak pagar pada tiap-tiap MSP yaitu 8.1 helai pada 0 MSP, 9.5 helai pada 2 MSP, 27.7 helai pada 6 MSP dan 48.4 helai pada 10 MSP. Jumlah daun tertinggi pada 0 MSP terdapat pada aksesi Med (10.2 helai) sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada aksesi Ban-3 (6.4 helai). Pada 10 MSP jumlah daun tertinggi terdapat pada aksesi Sul-3 (65.2 helai) sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada aksesi Jay (22.2 helai). Pada 10 MSP aksesi jarak pagar dari Bogor memiliki rata-rata jumlah daun tertinggi diantara aksesi dari daerah lain sedangkan rata-rata jumlah daun terendah terdapat pada aksesi yang berasal dari Jayapura. Rata-rata jumlah daun untuk aksesi jarak pagar dari Bali, Banten, Biak, Bogor, Jayapura, Medan, Sukabumi,
31 dan Sulawesi masing-masing yaitu 47.4 helai, 51.6 helai, 45.4 helai, 54.5 helai, 22.2 helai, 44.4 helai, 48.9 helai, dan 53.7 helai. Aksesi berpengaruh nyata terhadap panjang daun jarak pagar pada 0 MSP tetapi tidak berpengaruh pada 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP (Tabel 5). Panjang daun pada 0 MSP berkisar 7.54 – 10.60 cm dengan rata-rata panjang daun sebesar 9.10 cm. Panjang daun tertinggi terdapat pada aksesi Sul-2 sedangkan panjang daun terendah terdapat pada aksesi Bog-6. Pada 10 MSP panjang daun berkisar 12.56 – 15.18 cm dengan rata-rata 13.37 cm. panjang daun tertinggi pada 10 MSP terdapat pada aksesi Sul-2 sedangkan panjang daun terendah terdapat pada aksesi Jay (Tabel 10). Tabel 10. Panjang daun 13 aksesi jarak pagar pada 0 MSP – 10 MSP Aksesi Bal Ban-1 Ban-2 Ban-3 Bia Bog-4 Bog-6 Jay Med Suk-3 Suk-5 Sul-2 Sul-3
0 MSP 9.00 abc 9.26 abc 10.44 ab 10.50 a 7.92 bc 8.10 abc 7.54 c 8.42 abc 10.52 a 8.10 abc 9.31 abc 10.60 a 8.60 abc
Panjang daun (cm) 2 MSP 6 MSP 10.5 11.48 10.74 12.22 10.58 11.40 9.28 11.46 10.50 10.98 8.48 11.34 9.14 11.74 9.28 9.82 9.58 11.10 8.74 11.10 9.74 11.94 10.88 11.52 8.78 11.40
10 MSP 13.42 12.74 12.60 13.76 14.40 13.44 13.24 12.56 12.72 12.64 14.28 15.18 12.80
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa berdasarkan asal daerahnya, kisaran panjang daun tertinggi terdapat pada aksesi yang berasal dari Sulawesi yaitu sekitar 8.60 cm (Sul-3) – 10.60 cm (Sul-2). Rata-rata panjang daun untuk aksesi jarak pagar yang berasal dari daerah Bali, Banten, Biak, Bogor, Jayapura, Medan, Sukabumi, dan Sulawesi yaitu 9.00 cm, 10.07 cm, 7.92 cm, 7.82 cm, 8.42 cm, 10.52 cm, 8.71 cm dan 9.60 cm.
32 Aksesi tidak berpengaruh terhadap lebar daun jarak pagar (Tabel 5). Kisaran lebar daun pada 0 MSP, 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP yaitu 7.40 – 11.84 cm, 8.96 – 12.06 cm, 10.70 – 13.60 cm, dan 14.54 – 17.50 cm sedangkan rata-rata lebar daun pada 0 MSP, 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP yaitu 9.49 cm,10.30 cm, 12.71 cm, dan 16.08 cm. Lebar daun tertinggi pada 0 MSP terdapat pada aksesi Sul-2 dan lebar daun terendah terdapat pada aksesi Bog-6. Namun pada 10 MSP lebar daun tertinggi terdapat pada aksesi Ban-1 dan lebar daun terendah terdapat pada aksesi Bia. Pada 10 MSP rata-rata lebar daun untuk aksesi jarak pagar yang berasal dari daerah Bali, Banten. Biak, Bogor, Jayapura, Medan, Sukabumi, dan Sulawesi masing-masing yaitu 17.48 cm, 16.35 cm, 14.54 cm, 16.12 cm, 15.26 cm, 16.02 cm, 15.40 cm dan 16.80 cm. Aksesi berpengaruh sangat nyata terhadap panjang tangkai daun jarak pagar pada 6 MSP dan 10 MSP tetapi tidak berpengaruh pada 2 MSP (Tabel 5). Kisaran panjang tangkai daun pada 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP yaitu 9.28 – 14.46 cm, 10.54 – 16.30 cm, dan 14.10 – 19.70 cm. Rata-rata panjang tangkai daun pada 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP yaitu 12.47 cm, 13.71 cm, dan 16.99 cm. Panjang tangkai daun 13 aksesi jarak pagar ditunjukkan pada Tabel 11. Tabel 11. Panjang tangkai daun 13 aksesi jarak pagar pada 0 - 10 MSP Aksesi Bal Ban-1 Ban-2 Ban-3 Bia Bog-4 Bog-6 Jay Med Suk-3 Suk-5 Sul-2 Sul-3
2 MSP 14.24 13.96 13.46 13.34 10.36 13.36 13.66 10.98 11.74 9.28 12.74 14.46 11.36
Panjang tangkai daun (cm) 6 MSP 10 MSP 16.30 a 17.08 abc 14.70 a 16.60 bcd 14.32 a 17.90 ab 14.76 a 19.70 a 10.94 bcd 16.64 bcd 15.52 a 17.96 ab 13.56 abcd 16.20 bcd 10.54 d 14.98 cd 10.78 cd 14.10 d 14.12 ab 17.86 ab 13.92 abc 17.04 abc 14.24 a 16.74 bcd 14.48 a 18.02 ab
Keterangan: Nilai pada kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %
33 Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa pada 10 MSP panjang tangkai daun tertinggi terdapat pada aksesi Ban-3 sedangkan panjang tangkai daun terendah terdapat pada aksesi Medan. Berdasarkan asal daerah dari aksesi jarak pagar, rata-rata panjang daun untuk aksesi dari Banten lebih tinggi dari daerah lain sedangkan rata-rata panjang tangkai daun terendah terdapat pada aksesi dari daerah Medan. Rata-rata panjang tangkai daun jarak pagar untuk tiap - tiap daerah pada 10 MSP yaitu 17.08 cm untuk aksesi jarak pagar dari Bali, 18.07 cm untuk aksesi dari Banten, 16.64 cm untuk aksesi dari Biak, 17.08 cm untuk aksesi dari Bogor, 14.98 cm untuk aksesi dari Jayapura, 14.10 cm untuk aksesi dari Medan, 17.45 cm untuk aksesi dari Sukabumi dan 17.38 cm untuk aksesi dari Sulawesi. Aksesi berpengaruh terhadap beberapa peubah produksi jarak pagar yaitu persentase cabang produktif, waktu mekar bunga pertama, dan keserempakan masak buah tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah cabang produktif (Tabel 5). Jumlah cabang produktif 13 aksesi jarak pagar berkisar 1.8 – 4.2 cabang dengan rata-rata sebesar 2.9 cabang. Jumlah cabang produktif tertinggi terdapat pada aksesi Bia sedangkan jumlah cabang produktif terendah terdapat pada aksesi Ban-1. Berdasarkan daerah asal dari aksesi jarak pagar, rata-rata jumlah cabang produktif tertinggi terdapat pada aksesi jarak pagar yang berasal dari Biak sedangkan jumlah cabang produktif terendah terdapat pada aksesi jarak pagar dari Banten. Rata-rata jumlah cabang produktif untuk aksesi jarak pagar dari tiap daerah yaitu 3.3 cabang untuk aksesi jarak pagar dari Bali, 2.4 cabang untuk aksesi dari Banten, 4.2 cabang untuk aksesi dari Biak, 2.8 cabang untuk aksesi dari Bogor, 3.6 cabang untuk aksesi dari Jayapura, 3.3 cabang untuk aksesi dari Medan, 2.5 cabang untuk aksesi dari Sukabumi, dan 2.8 cabang untuk aksesi dari Sulawesi (Tabel 12). Persentase cabang produktif berbeda antar aksesi jarak pagar. Kisaran persentase cabang produktif dari 13 aksesi jarak pagar yaitu 58.75 % - 100 % dengan rata-rata persentase cabang produktif sebesar 82.98 %. Persentase cabang produktif tertinggi (100 %) terdapat pada empat aksesi yaitu aksesi Bog-4, Jay, Suk-3 dan Suk-5 sedangkan persentase cabang produksi terendah terdapat pada aksesi Ban-2. Berdasarkan daerah asal dari aksesi jarak pagar, rata-rata persentase
34 cabang tertinggi (100 %) terdapat pada dua aksesi yaitu aksesi jarak pagar dari Jayapura dan aksesi dari Sukabumi sedangkan aksesi dari daerah lain memiliki persentase jumlah cabang yang lebih rendah dari kedua aksesi tersebut. Persentase cabang produktif terendah terdapat pada aksesi jarak pagar yang berasal dari Bali. Rata-rata persentase jumlah cabang untuk aksesi jarak pagar dari Banten, Biak, Bogor, Medan, dan Sulawesi masing-masing yaitu 68.48 %, 90.00 %, 85.00 %, 85.00 %, dan 83.14 % (Tabel 12). Waktu mekar bunga pertama antar aksesi jarak pagar juga berbeda. Waktu mekar bunga pertama dari 13 aksesi jarakpagar berkisar 93.40 – 133.00 hari dengan rata-rata 109.73 hari. Waktu mekar bunga pertama tercepat terdapat pada aksesi Suk-5 sedangkan waktu mekar bunga pertama paling lama ditunjukkan oleh aksesi Sul-2. Berdasarkan daerah asal , kisaran waktu mekar bunga pertama pada aksesi jarak pagar yang berasal dari daerah Bali berkisar 126.50 hari, aksesi dari Banten berkisar 109.40 – 113.40 hari, aksesi dari Biak berkisar 108.60 hari, dan aksesi dari Bogor berkisar 98.80 – 107.00 hari. Adapun kisaran waktu mekar bunga pertama pada aksesi dari Jayapura yaitu berkisar 98.80 hari, aksesi dari Medan berkisar 107.00 hari, aksesi dari Sukabumi berkisar 93.40 – 107.00 hari, dan aksesi dari Sulawesi berkisar 111.80 – 133.00 hari. Rata-rata waktu mekar bunga pertama untuk aksesi yang berasal dari Bali, Banten, Biak, Bogor, Jayapura, Medan, Sukabumi, dan Sulawesi masing-masing yaitu 126.50 hari, 111.53 hari, 108.60 hari, 102.90 hari, 98.80 hari, 107.00 hari, 100.20 hari, dan 122.40 hari (Tabel 12) Keserempakan masak buah juga berbeda antar aksesi jarak pagar. Keserempakan masak buah 13 aksesi jarak pagar berkisar 3.00 – 10.40 hari dengan rata-rata yaitu 6.70 hari. Keserempakan masak buah paling cepat terdapat pada aksesi Ban-2 sedangkan keserempakan masak buah paling lambat terdapat pada aksesi Suk-5. Berdasarkan asal daerah, kisaran waktu keserempakan masak buah jarak pagar yaitu 6.50 hari untuk aksesi dari Bali, 3.00 – 5.40 hari untuk aksesi dari Banten, 4.20 hari untuk aksesi dari Bia, dan 5.80 – 10.20 hari untuk aksesi dari Bogor. Kisaran keserempakan masak buah untuk daerah Jayapura dan Medan yaitu 5.80 hari dan 6.00 hari dan kisaran keserempakan masak buah untuk
35 aksesi dari daerah Sukabumi dan Sulawesi yaitu 7.00 – 10.40 hari dan 4.60 – 5.25 hari. Adapun rata-rata keserempakan masak buah untuk aksesi jarak pagar yang berasal dari Bali, Banten, Biak, Bogor, Jayapura, Medan, Sukabumi dan Sulawesi masing-masing yaitu 6.50 hari, 4.40 hari, 4.20 hari, 8.00 hari, 5.80 hari, 6.00 hari, 8.70 hari, dan 4.93 hari (Tabel 12). Tabel 12.
Aksesi Bal Ban-1 Ban-2 Ban-3 Bia Bog-4 Bog-6 Jay Med Suk-3 Suk-5 Sul-2 Sul-3
Peubah jumlah cabang produktif, persentase cabang produktif, waktu mekar bunga pertama, dan keserempakan masak buah 13 aksesi jarak pagar. Jumlah cabang produktif 3.3 1.8 2.6 2.8 4.2 3.4 2.2 3.6 3.3 2.4 2.6 2.3 3.2
Persentase cabang produktif (%) 62.00 bc 83.50 abc 58.75 c 63.20 bc 90.00 abc 100.00 a 70.00 abc 100.00 a 85.00 abc 100.00 a 100.00 a 91.67 ab 74.60 abc
Waktu mekar bunga pertama (hari)
Keserempakan masak buah (hari)
126.50 ab 113.40 bc 111.80 bcd 109.40 bcd 108.60 bcd 98.80 cd 107.00 cd 98.80 cd 107.00 cd 107.00 cd 93.40 d 133.00 a 111.80 bcd
6.50 abc 4.80 bc 3.00 c 5.40 bc 4.20 c 5.80 abc 10.20 ab 5.80 abc 6.00 abc 7.00 abc 10.40 a 5.25 abc 4.60 c
Keterangan: Nilai pada kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %
Aksesi berpengaruh terhadap jumlah buah per tanaman (jumlah buah yang dipanen pada satu tanaman), jumlah biji per tanaman (jumlah biji yang dipanen pada satu tanaman), dan bobot biji kering (bobot biji kering yang di panen pada satu tanaman) tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah buah per malai (Tabel 5). Jumlah buah per tanaman berbeda antar aksesi jarak pagar. Kisaran jumlah buah per tanaman pada 13 aksesi jarak pagar yaitu 10.6 – 81.8 buah dengan rata-rata 41.1 buah. Aksesi Bog-4 merupakan aksesi yang memiliki jumlah buah per tanaman yang paling banyak diantara aksesi yang berasal dari daerah lain sedangkan jumlah buah per tanaman paling sedikit terdapat pada aksesi Ban-2 (Tabel 13).
36 Berdasarkan asal daerah, aksesi jarak pagar yang berasal dari Bogor memiliki rata-rata jumlah buah per tanaman paling tinggi diantara aksesi dari daerah lain yaitu sebanyak 72.3 buah sedangkan aksesi yang memiliki rata-rata jumlah buah per tanaman paling sedikit terdapat pada aksesi dari Banten yaitu sebesar 20.3 buah per tanaman. Rata-rata jumlah buah per tanaman untuk aksesi dari Bali, Biak, Jayapura, Medan, Sukabumi, dan Sulawesi masing-masing yaitu sebanyak 60.5 buah, 29.8 buah, 37.8 buah, 35.0 buah, 56.9 buah, dan 21.0 buah (Tabel 13). Jumlah buah per malai antar aksesi jarak pagar tidak berbeda. Kisaran jumlah buah per malai pada 13 aksesi jarak pagar yaitu sebesar 4.6 – 10.5 buah dengan rata-rata jumlah buah per malai sebesar 7.2 buah. Jumlah buah per malai paling banyak (10.5 buah) terdapat pada aksesi Bal sedangkan jumlah buah per malai paling sedikit (4.6 buah) terdapat pada dua aksesi yaitu aksesi Ban-1 dan Ban-2 (Tabel 13). Kisaran jumlah buah per malai untuk aksesi dari masing-masing daerah yaitu 10.50 buah untuk aksesi jarak pagar dari Bali, 4.6 – 7.2 buah untuk aksesi dari Banten, 5.4 buah untuk aksesi dari Biak, 7.0 – 8.2 buah untuk aksesi dari Bogor, 7.4 buah untuk aksesi dari Jayapura, 8.3 buah untuk aksesi dari Medan, 7.4 – 8.8 buah untuk aksesi Sukabumi dan 6.8 – 7.2 buah untuk aksesi Sulawesi. Rata-rata jumlah buah per malai untuk aksesi jarak pagar dari Bali, Banten, Biak, Bogor, Jayapura, Medan, Sukabumi, dan Sulawesi masing-masing yaitu 10.5 buah, 5.5 buah, 5.4 buah, 7.6 buah, 7.4 buah, 8.3 buah, 8.1 buah, dan 7 buah. Jumlah buah per malai tertinggi terdapat pada aksesi jarak pagar yang berasal dari Bali sedangkan jumlah buah per malai terendah terdapat pada aksesi dari Biak (Tabel 13). Jumlah biji per tanaman berbeda antar aksesi jarak pagar. Kisaran jumlah biji per tanaman yaitu 34.6 – 184.4 biji dengan rata-rata jumlah biji per tanaman sebesar 102.9 biji. Aksesi Bog-4 memiliki jumlah biji per tanaman paling banyak diantara aksesi lain sedangkan jumlah biji per tanaman yang paling sedikit terdapat pada aksesi Ban-1 (Tabel 13). Berdasarkan asal daerah, rata-rata jumlah biji per tanaman yang paling banyak terdapat pada aksesi yang berasal dari Bogor yaitu sebesar 169.1 biji sedangkan jumlah biji paling sedikit terdapat pada aksesi
37 yang berasal dari Sulawesi yaitu sebesar 53.6 biji. Rata-rata jumlah biji per tanaman untuk aksesi jarak pagar dari Bali, Banten, Biak, Jayapura, Medan, dan Sukabumi masing-masing yaitu 149.5 biji, 57.7 biji, 112.0 biji, 95.0 biji, 67.8 biji, dan 147.2 biji (Tabel 13). Tabel 13.
Aksesi Bal Ban-1 Ban-2 Ban-3 Bia Bog-4 Bog-6 Jay Med Suk-3 Suk-5 Sul-2 Sul-3
Jumlah buah yang dipanen, jumlah buah per malai, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering 13 aksesi jarak pagar
Jumlah buah per tanaman 60.5 abc 11.6 de 10.6 e 38.6 bcde 39.8 bcde 81.8 a 62.8 ab 37.8 bcd 35.0 bcde 64.6 ab 49.2 abc 17.0 de 25.2 cde
Jumlah buah per malai 10.5 4.6 4.6 7.2 5.4 7.0 8.2 7.4 8.3 7.4 8.8 6.8 7.2
Jumlah biji per tanaman 149.50 ab 34.6 c 42.6 c 96.0 bc 112.0 abc 184.4 a 153.8 ab 95.0 abc 67.8 abc 155.6 ab 138.8 ab 35.8 c 71.4 abc
Bobot biji kering (g) 103.83 abc 37.91 cd 33.39 cd 71.90 abcd 70.25 abcd 130.03 a 108.98 ab 66.46 abcd 41.96 bcd 102.18 ab 78.44 abcd 23.98 d 46.89 bcd
Keterangan: Nilai pada kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %
Bobot biji kering juga berbeda antar aksesi jarak pagar. Bobot biji kering dari 13 aksesi jarak pagar berkisar 23.98 – 130.03 gram dengan rata-rata 70.48 gram. Bobot biji kering tertinggi terdapat pada aksesi Bog-4 sedangkan bobot biji kering terendah terdapat pada aksesi Sul-2. Kisaran bobot biji kering jarak pagar untuk aksesi dari tiap-tiap daerah yaitu 103.83 gram untuk aksesi jarak pagar dari Bali, 33.39 – 71.90 gram untuk aksesi dari Banten, 70.25 gram untuk aksesi dari Biak, 108.98 – 130.03 gram untuk aksesi dari Bogor, 66.64 gram untuk aksesi dari Jayapura, 41.96 gram untuk aksesi dari Medan, 78.44 – 102.18 gram untuk aksesi dari Sukabumi, dan 23.98 – 46.89 gram untuk aksesi dari Sulawesi. Rata-rata bobot biji kering untuk aksesi jarak pagar dari Bali, Banten, Biak, Bogor, Jayapura, Medan, Sukabumi, dan Sulawesi masing-masing yaitu 103.83 gram, 47.73 gram, 70.25 gram, 119.51 gram, 66.64 gram, 41.96 gram, 90.31 gram, dan 35.44 gram (Tabel 13).
38 Analisis Kemiripan 15 Aksesi Jarak Pagar Analisis kemiripan pada 13 aksesi jarak pagar dilakukan melalui cluster analysis (analisis gerombol). Analisis gerombol didasarkan pada peubah fase vegetatif dan fase generatif yang diamati. Peubah fase vegetatif pada 10 MSP yang digunakan adalah lebar daun, panjang tangkai, jumlah cabang, dan tinggi cabang sedangkan peubah fase generatif yang digunakan dalam analisis gerombol adalah jumlah cabang produktif, waktu mekar bunga pertama, jumlah buah per tanaman, jumlah buah per malai, keserempakan masak buah, dan bobot biji kering. Hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk dendrogram (Gambar 5). Koefisian Kemiripan (%) Aksesi
100
95
90
85
80
75
Ban-3 Bal Sul-3 Ban-1 Sul-2
1
Med Ban-2 Bia
2
Jay Suk-5 Bog-6
3
Bog-4 Suk-3
Gambar 5. Dendrogram 13 aksesi jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan karakter kuantitatif pertumbuhan vegetatif dan generatif Hasil analisis gerombol pada koefisien kemiripan 80% menunjukkan bahwa 13 aksesi jarak pagar mengelompok ke dalam tiga gerombol utama. Gerombol 1 terdiri atas tujuh aksesi. Aksesi tersebut antara lain aksesi Bal, Ban-1, Ban-2, Ban-3, Med, Sul-2, dan Sul-3. Gerombol 2 terdiri atas dua aksesi yaitu aksesi Bia dan Jay. Gerombol 3 terdiri atas empat aksesi yaitu aksesi Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5. Pada Gambar 3 juga dapat dilihat bahwa aksesi-aksesi jarak pagar dari daerah yang sama cenderung menggerombol pada gerombol yang sama. Hal ini
39 ditunjukkan pada aksesi jarak pagar yang berasal dari Banten (Ban-1, Ban-2, dan Ban-3) dan Sulawesi (Sul-2 dan Sul-3) yang menggerombol pada Gerombol 1 serta aksesi dari Bogor (Bog-4, dan Bog-6) dan Sukabumi (Suk-3 dan Suk-5) yang menggerombol pada Gerombol 3. Seleksi 13 Aksesi Jarak Pagar Seleksi jarak pagar dilakukan untuk memilih aksesi-aksesi jarak pagar yang unggul berdasarkan karakter morfologi dan agronomi. Aksesi jarak pagar diseleksi berdasarkan lima peubah terpilih. Pemilihan peubah ini berdasarkan adanya perbedaan nyata dengan uji DMRT pada taraf 5 % antar aksesi jarak pagar terhadap kelima peubah tersebut. Kelima peubah tersebut mencakup peubah pada fase vegetatif dan generatif yang terdiri atas jumlah cabang pada 10 MSP, keserempakan masak buah, jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering per tanaman. Pada kelima peubah terpilih juga dilakukan uji korelasi untuk mengetahui hubungan antar masing-masing peubah. Uji korelasi pada lima peubah terpilih disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Korelasi jumlah cabang, keserempakan masak buah (hari), jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering (gram) Jumlah cabang (10 MSP) Jumlah 1 Cabang Keserempakan z* masak buah -0.61890 (hari) Jumlah buah per tanaman Jumlah biji per tanaman Bobot biji kering (gram)
Keserempakan masak buah (hari)
Jumlah buah per tanaman
Jumlah biji per tanaman
Bobot biji kering (gram)
1
-0.32292
tn
0.57322
*
1
-0.28560
tn
0.59985
*
0.97880
**
1
-0.24106
tn
0.53120
tn
0.96917
**
0.97735
Keterangan : * = berpengaruh sangat nyata taraf 5 % ** = berpengaruh nyata taraf 1 %`
**
1
tn = tidak berpengaruh nyata z = nilai r2
Pada peubah jumlah cabang hasil uji korelasi menunjukkan bahwa jumlah cabang (10 MSP) nyata dipengaruhi oleh keserempakan masak buah dan tidak
40 dipengaruhi oleh peubah pertumbuhan lain. Uji korelasi juga menunjukkan bahwa keserempakan masak buah nyata dipengaruhi oleh jumlah buah per tanaman dan jumlah biji per tanaman. Korelasi yang sangat nyata terdapat pada korelasi antara bobot biji kering dengan peubah jumlah biji per tanaman dan jumlah buah per biji. Hasil seleksi terhadap lima peubah terpilih disajikan pada Tabel 15. Pada peubah jumlah cabang (10 MSP) terseleksi lima aksesi jarak pagar yang memiliki jumlah cabang paling banyak dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata jumlah cabang 13 aksesi jarak pagar (> 3.8 cabang). Kelima aksesi jarak pagar ini terdiri atas aksesi Bal, Ban-2, Ban-3, Bia, dan Sul-3. Diantara kelima aksesi ini, aksesi Bal, Ban-3, dan Bia memiliki jumlah cabang yang sama yaitu 4.8 cabang sedangkan aksesi Ban-2 dan Sul-3 masing-masing memiliki jumlah cabang sebesar 5.2 dan 4.4 cabang (Tabel 15). Tabel 15. Lima peubah terpilih untuk seleksi 13 aksesi jarak pagar berdasarkan peubah pada fase vegetatif dan fase generatif
Bal Ban-1 Ban-2 Ban-3 Bia Bog-4 Bog-6 Jay Med Suk-3 Suk-5 Sul-2 Sul-3
Jumlah cabang (10 MSP) 4.8 ab 3.2 cd 5.2 a 4.8 ab 4.8 ab 3.4 bcd 3.4 bcd 3.6 bcd 3.8 abcd 2.4 d 2.6 d 3.4 bcd 4.4 abc
Rata-rata
3.9
Perlakuan
Keserempakan masak buah (hari) 6.50 abc 4.80 bc 3.00 c 5.40 bc 4.20 c 5.80 abc 10.20 ab 5.80 abc 6.00 abc 7.00 abc 10.40 a 5.25 bc 4.60 c 6.07
60.50 abc 11.60 de 10.60 e 38.60 bcde 39.80 bcde 81.80 a 62.80 ab 37.80 bcd 35.00 bcde 64.60 ab 49.20 abc 17.00 de 25.20 cde
Jumlah biji per tanaman 149.50 ab 34.60 c 42.60 c 96.00 bc 112.00 abc 184.40 a 153.80 ab 95.00 abc 67.75 abc 155.60 ab 138.80 ab 35.75 c 71.40 abc
103.83 abc 37.91 cd 33.39 cd 71.90 abcd 70.25 abcd 130.03 a 108.98 ab 66.46 abcd 41.96 bcd 102.18 ab 78.44 abcd 23.98 d 46.89 bcd
41.12
102.86
70.48
Jumlah buah per tanaman
Bobot biji kering (g)
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa seleksi berdasarkan peubah keserempakan masak buah menghasilkan lima aksesi terbaik yaitu Ban-1, Ban-2, Bia, Sul-2 dan Sul-3. Keserempakan masak buah pada kelima aksesi ini
41 membutuhkan waktu yang lebih cepat dibanding rata-rata waktu keserempakan masak buah pada 13 aksesi jarak pagar (< 6.07). Waktu yang diperlukan untuk keserempakan masak buah pada kelima aksesi ini yaitu 4.80 hari untuk aksesi Ban-1, 3.00 hari untuk aksesi Ban-2, 4.20 hari untuk aksesi Bia, 5.25 hari untuk aksesi Sul-2, dan 4.60 hari untuk aksesi Sul-3. Seleksi pada peubah jumlah buah per tanaman (jumlah buah yang dipanen) menghasilkan lima aksesi terbaik yaitu aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5. Jumlah buah per tanaman dari kelima aksesi jarak pagar ini lebih tinggi dari rata-rata jumlah buah per tanaman pada 13 aksesi jarak pagar (> 41.12 buah). Jumlah buah per tanaman pada aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5 masing-masing yaitu 60.50 buah, 81.80 buah, 62.80 buah, 64.60 buah, dan 49.20 buah (Tabel 15). Seleksi pada peubah jumlah biji per tanaman terseleksi lima aksesi jarak pagar terbaik. Kelima aksesi tersebut terdiri atas aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5. Jumlah biji per tanaman pada kelima aksesi lebih tinggi dari rata-rata jumlah biji per tanaman 13 aksesi jarak pagar (> 102.86 biji). Jumlah biji per tanaman untuk aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5 masing-msing yaitu 149.50 biji, 184.40 biji, 153.80 biji, 155.60 biji, dan 138.80 biji (Tabel 15). Seleksi pada peubah bobot biji kering terseleksi lima aksesi jarak pagar terbaik. Kelima aksesi tersebut terdiri atas aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5. Bobot biji kering pada lima aksesi tersebut lebih tinggi dari rata-rata yaitu bobot biji kering 13 aksesi jarak pagar (> 70.48 g). Bobot biji kering untuk aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5 masing-masing yaitu 103.83 g, 130.03 g, 108.98 g, 102.18 g, dan 78.44 g (Tabel 15). Hasil seleksi dari 13 aksesi jarak pagar menunjukkan bahwa masing-masing aksesi jarak pagar memiliki keunggulan (karakter tertinggi) yang berbeda. Aksesi jarak pagar yang dipilih sebagai aksesi jarak pagar potensial yaitu aksesi yang memiliki tiga keunggulan dari lima peubah terpilih. Berdasarkan seleksi pada lima peubah terpilih terdapat lima aksesi jarak pagar potensial yang terdiri atas aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5. Hasil seleksi berdasarkan lima peubah terpilih pada 13 aksesi jarak pagar disajikan pada Tabel 16.
42 Tabel 16. Seleksi 13 aksesi jarak pagar berdasarkan peubah terpilih
Aksesi Bal Ban-1 Ban-2 Ban-3 Bia Bog-4 Bog-6 Jay Med Suk-3 Suk-5 Sul-2 Sul-3
Jumlah cabang (10 MSP) √ √ √ √
√
Keserempakan masak buah (hari)
Jumlah buah per tanaman
Jumlah biji per tanaman
Bobot Kering Biji (gram)
√
√
√
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √ √
√ √
Karakter tertinggi 4 1 2 1 2 3 3 0 2 3 3 1 2
Keterangan: √: menunjukkan nilai tertinggi yang dimiliki oleh masing-masing aksesi pada peubah jumlah cabang, jumlah cabang produktif, dan jumlah buah per malai sedangkan pada peubah waktu mekar bunga pertama dan keserempakan masak buah menunjukkan nilai terendah
Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa aksesi Bal dipilih berdasarkan empat keunggulan yang dimiliki yaitu pada peubah jumlah cabang, jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering per tanaman. Aksesi Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5 terpilih untuk peubah yang sama yaitu waktu mekar bunga pertama, jumlah buah per tanaman, dan jumlah biji per tanaman. Pembahasan Pada penelitian ini jarak pagar ditanam di Kebun jarak pagar PT. Indocement, Citeureup, Bogor yang berada pada ketinggian 200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Rata-rata curah hujan di lapangan yaitu 313 mm/bulan. Wahid (2006) menyatakan di Indonesia daerah yang diperkirakan optimal untuk pertumbuhan dan produksi dalam rangka pengembangan jarak pagar sebagai bahan baku biofuel adalah daerah dengan ketinggian 0 – 600 m dpl atau dataran rendah yang memiliki suhu harian antara 22 – 35o C dengan curah hujan antara 500 – 1 500 mm. Purlani (2006) menyatakan bahwa terpenuhinya kondisi lingkungan yang cocok di awal pertumbuhan berupa tersedianya nutrisi dan air yang cukup akan
43 memacu pertumbuhan tanaman jarak pagar lebih subur dan cepat besar. Pada fase pertumbuhan vegetatif kondisi curah hujan di lapangan cukup merata dan pertumbuhan tanaman jarak pagar nampak baik dan lebih subur. Namun pada fase pertumbuhan generatif, kondisi curah hujan yang tinggi menyebabkan kerontokan pada bunga dan mengurangi produksi buah. Pada fase generatif pertumbuhan tanaman jarak pagar juga terganggu akibat serangan hama dan penyakit. Tanaman jarak pagar terserang hama dan penyakit pada saat memasuki fase pertumbuhan generatif yang ditandai dengan proses munculnya bunga (14 – 28 MSP). Hama yang menyerang tanaman jarak pagar yaitu Valanga nigricornis Burmeister (belalang), Spodoptera litura (ulat grayak),Chrysochoris javanus Westw. (kepik penghisap cairan buah), Tetranychus sp. (tungau), dan Ferrisia virgata (kutu bertepung putih). Hama Tetranichus sp. menyerang tunas daun pada titik tumbuh dan daun jarak pagar yang belum berkembang sempurna. Purlani (2006) menyatakan tanaman jarak pagar pada fase primordia bunga mengalami tingkat kepekaan yang tinggi terhadap serangan tungau, pertumbuhan tunas baru terhenti, pembentukan tangkai infloresens terhambat dan susunan bunga menggumpal di ujung batang. Penyakit yang menyerang tanaman jarak pagar yaitu busuk Fusarium, bercak daun Cercospora, witche’s broom dan penyakit embun tepung. Penyakit busuk Fusarium disebabkan oleh Fusarium solani. Bagian tanaman yang terserang penyakit ini yaitu daun. Serangan pada tanaman di lapang menyebabkan daun berwarna hijau pudar, layu kemudian mati selain itu daun-daun di bagian bawah tanaman rontok dan hanya menyisakan daun-daun di bagian atas saja. Penyakit bercak daun bakteri disebabkan oleh Xanthomonas ricinicola. Gejala yang ditimbulkan adalah berupa bercak bulat dan tidak beraturan berwarna coklat gelap. Gejala pada daun yaitu tampak bercak berwarna coklat kehitaman dan agak basah. Penyakit lain yang menyerang tanaman jarak pagar di lapangan yaitu penyakit embun tepung. Gejala yang ditunjukkan yaitu terdapat bercak berwarna putih kelabu. Gejala serangan yang berat dapat menutupi seluruh permukaan bagian tanaman yang diserang dan dapat mengganggu proses fisiologi serta pertumbuhan tanaman (Dadang, 2005).
44 Santoso (2009) menyatakan bahwa karakter kualitatif tanaman biasanya lebih stabil dibandingkan karakter kuantitatif yang terpengaruh oleh perubahan lingkungan. Bahan tanaman jarak pagar pada penelitian ini berasal dari beberapa wilayah di Indonesia. Hasil analisis kualitatif yang memperlihatkan adanya kesamaan karakter antara beberapa aksesi jarak pagar yang diamati. Kesamaan karakter jarak pagar pada fase vegetatif dan generatif dapat dilihat pada peubah bentuk daun, tekstur daun, warna daun muda (pucuk), warna daun tua, warna batang, jenis bunga yang pertama mekar, jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai, warna petal, warna sepal, warna buah muda, bentuk biji, dan warna biji. Pengamatan bentuk daun didasarkan pada perbandingan panjang dan lebar daun. Bentuk daun yang diamati pada seluruh aksesi jarak pagar menunjukkan bentuk bulat dengan bentuk ujung daun yang runcing. Tjitrosoepomo (1985) mengatakan bahwa daun jarak pagar memiliki bentuk perisai (peltatus) dan biasanya merupakan bangun bulat. Tekstur daun jarak pagar terdiri atas kasar dan halus. Tekstur daun pada tiap aksesi jarak pagar hampir sama yaitu licin (saat pembibitan) dan kasar (setelah dipindahkan ke lapangan). Perbedaan tekstur daun pada saat di pembibitan dan di lapangan diduga akibat daun jarak pagar pada saat pembibitan sebagian besar masih muda atau belum berkembang sempurna. Arisanti (2010) menyatakan bahwa daun jarak pagar muda memiliki tekstur daun licin dan tidak memiliki bulu. Jumlah sudut daun jarak pagar dihitung dari jumlah sudut yang terdapat pada tepi daun. Jumlah sudut daun pada 13 aksesi jarak pagar bervariasi yaitu bersudut 5, dan 7. Tepi daun saat di pembibitan maupun setelah dipindahkan ke lapangan tetap sama. Daun jarak pagar memiliki tepi daun yang agak bergelombang namun ada pula yang datar. Santoso (2009) menyatakan gelombang pada tepi daun akan tampak nyata jika daun menghadapi terik sinar matahari. Pada daun jarak terdapat tulang daun. Urat tulang daun pada sebagian besar aksesi jarak pagar di pembibitan maupun di lapangan yaitu kurang jelas sedangkan sisanya memiliki urat tulang daun yang jelas. Pada pembibitan urat tulang daun yang kurang jelas terdapat pada aksesi Bal, Ban-3, Bia, Bog-4, Bog-6, Jay, Suk-3, dan Sul-3 sedangkan di lapangan urat tulang daun yang kurang jelas terdapat pada aksesi Bal, Ban-3, Bia, Bog-4, Bog-6, Jay, dan Suk-3.
45 Warna daun muda jarak pagar terdiri atas warna hijau, hijau kecoklatan, dan coklat. Pada saat pembibitan warna daun muda pada 13 aksesi jarak pagar bervariasi namun setelah tanaman dipindahkan ke lapangan warna daun muda pada seluruh aksesi jarak pagar sama yaitu berwarna coklat. Perbedaan warna daun muda saat di pembibitan dan di lapangan diduga juga disebabkan karena faktor penyinaran matahari. Pada saat di pembibitan tanaman dalam kondisi ternaungi sehingga sinar matahari tidak mengenai daun muda sedangkan di lapangan tanaman jarak pagar berada pada lahan terbuka dan sinar matahari dapat mengenai daun muda secara langsung. Warna daun tua jarak pagar terdiri atas hijau dan hijau tua. Warna daun tua pada 13 aksesi jarak pagar hampir sama yaitu berwarna hijau namun
pada
beberapa aksesi daun tua berwarna hijau tua. Saat di pembibitan daun tua yang berwarna hijau tua terdapat pada aksesi Ban-1, Med, dan Sul-2 sedangkan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan warna hijau tua terdapat pada aksesi Bog-6, Suk-3, dan Sul-2. Karakter kualitatif juga diamati pada peubah warna tangkai daun. Tangkai daun menghubungkan helaian daun dengan batang. Warna tangkai daun jarak pagar terdiri atas warna hijau dan hijau keunguan. Warna hijau keunguan terdapat di sekitar pangkal tangkai daun. Santoso (2009) menyatakan bahwa tangkai daun umumnya berwarna ungu khususnya pada pangkal (dekat buku) dan ujung tangkai daun (dekat dasar helai daun) saat berumur muda atau bila terkena sinar matahari. Batang jarak pagar berbentuk Bulat. Pada batang terdapat sejumlah buku. Buku merupakan tempat duduknya tangkai daun (Tjitrosoepomo, 1985). Karakter morfologi batang tanaman jarak pagar memiliki beberapa kesamaan terutama untuk warna batang pada saat di lapangan. Warna batang seluruh aksesi jarak pagar di lapangan berwarna abu-abu. Pada saat pembibitan warna batang beberapa aksesi menunjukkan warna hijau. Arisanti (2010) menyatakan batang muda berwarna hijau sedangkan batang tua berwarna keabuan. Tanaman jarak pagar merupakan tanaman yang berbunga banyak atau disebut planta multiflora dan berkumpul membentuk suatu rangkaian bunga atau disebut bunga majemuk (Tjitrosoepomo, 1985). Tanaman jarak pagar merupakan tanaman berumah satu atau monoecious, artinya alat kelamin jantan dan betina
46 berada pada satu tanaman. Berdasarkan alat kelamin pada bunga, terdapat dua tipe yaitu
tanaman
uni-seksual
dan
andromonoecious.
Tanaman
uniseksual
menghasilkan bunga jantan dan betina sedangkan andromonoecious menghasilkan bunga jantan dan hermaprodit (Asbani, 2009). Jenis bunga jarak pagar dibedakan berdasarkan bunga yang pertama mekar dan bunga yang terbentuk dalam satu malai. Jenis bunga berdasarkan bunga yang pertama mekar dibedakan menjadi bunga jantan, bunga betina dan bunga hermaprodit. Bunga yang pertama mekar pada sebagian aksesi jarak pagar yaitu bunga jantan tetapi pada beberapa aksesi bunga betina dan hermaprodit mekar terlebih dulu. Pada aksesi Bog-4 dan Suk-5 bunga betina mekar terlebih dulu sedangkan pada aksesi Ban-3 dan Bia bunga yang pertama mekar yaitu bunga hermaprodit. Menurut Hartati (2007) adakalanya bunga jantan mekar terlebih dahulu dari bunga betina (jantan), namun pada kondisi lain bunga betina mekar lebih dulu dari bunga jantan (betina), akan tetapi tipe jantan lebih sering dijumpai daripada tipe betina. Jenis bunga jarak pagar juga dibedakan berdasarkan bunga yang terbentuk. Jenis bunga dibagi menjadi betina-jantan dan jantan-hermaprodit. Pada jenis bunga jantan- hermaprodit, dalam satu rangkaian bunga hanya ditemukan bunga jantan dan hermaprodit, sedangkan pada jenis jantan-betina, dalam satu malai hanya terdapat bunga jantan dan betina. Berdasaran bunga yang terbentuk dalam satu malai, sebagian besar aksesi jarak pagar memiliki jenis bunga jantan-betina dan sisanya memiliki jenis bunga jantan-hermaprodit. Jenis bunga jantanhermaprodit terdapat pada aksesi Ban-3, Bia, dan Sul-3. Karakter kualitatif juga diamati pada buah dan biji. Bentuk buah diamati pada buah muda. Bentuk buah muda terdiri atas bulat dan lonjong. Bentuk buah muda pada aksesi Bal, Ban-2, Bia, Jay, Suk-3, Sul-2, dan Sul-3 yaitu bulat sedangkan buah muda pada aksesi lainnya yaitu Ban-1, Ban-3, Bog-4, Bog-6, Med, dan Suk-5 berbentuk lonjong. Pada peubah warna buah, bentuk biji dan warna biji terdapat kesamaan pada 13 aksesi jarak pagar. Warna buah muda pada seluruh aksesi jarak pagar yaitu hijau, dan biji berbentuk lonjong dan berwarna hitam
47 Hadiarti dan Sukmadjaja (2002) menyatakan bahwa penanda morfologi dan agronomi merupakan wujud nyata dari keragaman fenotipik. Cross dalam Santoso (2009) menyatakan bahwa penanda morfologi merupakan penanda yang sudah lama digunakan dalam melakukan deskripsi taksonomi karena lebih mudah, cepat, sederhana, dan relatif murah serta setiap tanaman memiliki deskripsi morfologi spesifik yang merupakan penanda dari suatu tanaman. Pengamatan fase vegetatif meliputi karakter kuantitatif yang terdiri atas diameter batang setek, jumlah buku setek, diameter cabang, jumlah cabang, tinggi cabang, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, dan panjang tangkai daun. Hasil sidik ragam menunjukkan aksesi berpengaruh nyata terhadap beberapa karakter kuantitatif pada fase vegetatif. Pada fase vegetatif aksesi berpengaruh pada peubah diameter batang setek, jumlah cabang (2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP), tinggi cabang (0 MSP, 2 MSP, dan 6 MSP), dan panjang tangkai daun (6 MSP dan 10 MSP). Batang tersusun dari ruas yang merentang diantara buku-buku batang tempat melekatnya daun, dimana jumlah buku dan ruas sama dengan jumlah daun. Pada penelitian ini jumlah buku jarak pagar berkisar 12.2 – 17.2 buku. Pengamatan terhadap diameter batang dan jumlah buku setek dilakukan pada saat di pembibitan (0 MSP). Santoso (2009) menyatakan ukuran diameter batang setek mencerminkan perbesaran tingkat ketuaan jaringan batang setek bersangkutan. Semakin besar diameter batang setek semakin lanjut perkembangan jaringan setek tersebut atau semakin kecil diameter semakin muda jaringan tersebut. Diameter batang setek dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit di lapangan. Berdasarkan penelitian Santoso (2009) pertumbuhan bibit jarak pagar yang baik dan dengan adaptasi yang baik setelah pindah tanam di lapangan ditunjukkan oleh bobot setk dengan panjang 20-30 cm dan pada bibit asal setek dengan diameter 2.0 – 2.4 cm atau 2.5 – 2.9 cm dengan panjang 30 cm. Ukuran diameter batang yang digunakan pada penelitian ini berkisar 1.32 - 2.18 cm. Ukuran diameter batang setek ini lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran diameter batang setek yang digunakan pada penelitian Santoso (2009) namun kondisi pertumbuhan tanaman di lapangan menunjukkan kondisi yang baik.
48 Daun yang disokong oleh batang dan cabang diperlukan untuk penyerapan dan pengubahan energi cahaya menjadi pertumbuhan dan menghasilkan panen melalui fotosintesis (Gardner et al., 1991). Pengamatan daun jarak pagar dilakukan pada daun jarak pagar yang telah tumbuh maksimal. Pengamatan daun jarak pagar terdiri atas pengamatatan panjang daun, lebar daun dan jumlah daun. Bibit jarak pagar di pembibitan berada di bawah naungan sedangkan di lapangan jarak pagar ditanam di lahan terbuka dan langsung terkena sinar matahari. Humphries dan Wheeler dalam Gardner et al., (1991) menyatakan bahwa jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan. Daun sebelah bawah suatu tanaman ukurannya lebih kecil dan seringkali gugur karena tekanan lingkungan dan penuaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh aksesi nyata pada peubah panjang daun saat di pembibitan (0 MSP) sedangkan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan aksesi tidak berpengaruh terhadap panjang daun. Pengaruh aksesi juga tidak nyata terhadap peubah lebar dan jumlah daun pada tiap MSP. Rata-rata panjang daun 13 aksesi jarak pagar saat di pembibitan yaitu 9.1 cm dan pada 10 MSP rata-rata panjang daun mencapai 13.37 cm. Ratarata lebar daun di pembibitan (0 MSP) yaitu 9.49 cm dan pada 10 MSP lebar daun jarak pagar mencapai 16.08 cm. Lebar daun merupakan salah satu cara tanaman beradaptasi
dengan
lingkungannya.
Wijayanti
dalam
Nurjanah
(2008),
menyatakan bahwa tanaman yang ternaungi akan memiliki daun yang lebih lebar jika dibandingkan dengan daun yang tidak ternaungi. Peningkatan ukuran lebar daun dipengaruhi oleh proses fisiologi. Menurut Taiz dan Zeiger (1991) suhu berpengaruh pada jumlah CO2 yang diikat pada proses respirasi. Kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya dan temperature tinggi membuat tanaman mengurangi absorbs radiasi matahari dan mengurangi ukuran daun. Jumlah daun jarak pagar di pembibitan rata-rata berjumlah 8.1 helai daun sedangkan pada 10 MSP jumlah daun di lapangan berjumlah 48.4 helai. Gardner et al.,(1991) menyatakan jumlah daun yang dihasilkan pada suatu pucuk atau sirip ditentukan oleh permulaan pembungaan. Pada 6 MSP jumlah daun jarak pagar mencapai 27.7 helai dan sebagian tanaman sudah mulai berbunga. Berdasarkan
49 penelitian Santoso (2009) diperlukan sejumlah daun tertentu untuk suatu tanaman mencapai fase dewasa dan kemudian memasuki fase generatif. Pada tanaman jarak pagar, untuk mendukung pembentukan bunga dan pembuahan diperlukan 26 – 27 helai daun pada cabang primer, 4 - 14 helai daun pada cabang sekunder, dan 4 – 10 helai daun pada cabang tersier. Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaian daun dan bertugas untuk menempatkan helaian daun pada posisi sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh cahaya matahari sebanyak-banyaknya (Tjitrosoepomo, 1985). Pengamatan panjang tangkai daun dilakukan pada 2 MSP, 6 MSP dan 10 MSP. Aksesi berpengaruh terhadap panjang tangkai daun jarak pagar pada 6 MSP dan 10 MSP tetapi tidak berpengaruh pada 2 MSP. Rata-rata panjang tangkai daun pada 2 MSP yaitu 12.47 cm dan pada 10 MSP rata-rata panjang tangkai daun jarak pagar mencapai 16.99 cm. Thorne dalam Gardner et al., (1991) menyatakan bahwa pada tanaman dikotil daun-daun yang tangkainya panjang dan dasar tankainya lebar juga memberikan sumbangan hasil fotosintesis yang berarti. Tanaman jarak pagar memiliki tipe percabangan yang tidak teratur. Tinggi cabang ditentukan dengan mengukur cabang primer terpanjang dari batang utama. Tinggi cabang mengalami peningkatan pada setiap minggu pengamatan. Rata-rata tinggi cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 MSP yaitu 10.33 cm dan pada 10 MSP tinggi cabang mencapai 34.29 cm. Santoso (2009) menyebutkan perpanjangan cabang primer terhenti setelah terbentuk bunga di bagian terminal pada cabang tersebut. Data pertumbuhan menunjukkan bahwa tinggi cabang semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan vegetatifnya. Pengamatan jumlah cabang dan diameter cabang dilakukan pada cabang primer. Cabang primer banyak terbentuk di pangkal batang dekat permukaan tanah. Rata-rata jumlah cabang 13 aksesi jarak pagar pada pembibitan (0 MSP) yaitu 4.8 cabang. Pada 2 MSP rata-rata jumlah cabang yaitu 3.6 cabang. Jumlah cabang pada 2 MSP mengalami penurunan jika dibandingkan dengan jumlah cabang 0 MSP. Hal ini diduga disebabkan karena kerontokan terutama pada cabang kecil. Pada 10 MSP jumlah cabang 13 aksesi jarak pagar mencapai 3.84 cabang.
50 Diameter cabang 13 aksesi jarak pagar pada setiap minggu pengamatan mengalami peningkatan. Pada 2 MSP rata-rata diameter cabang yaitu 0.61 cm dan pada 10 MSP rata-rata diameter cabang 13 aksesi jarak pagar yaitu 1.54 cm. Santoso (2009) menyatakan bahwa jumlah cabang primer dan jumlah cabang sekunder mempengaruhi tipe pertumbuhan jarak pagar. Tanaman jarak pagar yang memiliki jumlah cabang primer sedikit tipe pertumbuhannya tampak tegak akan tetapi jika jumlah cabang sekundernya banyak pertumbuhannya tampak seperti semak. Pengamatan fase generatif meliputi karakter kuantitatif yang terdiri atas jumlah buah per tanaman, jumlah buah per malai, jumlah petal, jumlah sepal, jumlah cabang produktif, persentase cabang produktif, keserempakan masak buah, produksi biji per tanaman, bobot kering biji per tanaman, dan waktu mekar bunga pertama. Pada fase generatif aksesi berpengaruh terhadap sebagian besar peubah produksi yaitu jumlah buah per tanaman, persentase cabang produktif, keserempakan masak buah, jumlah biji per tanaman, bobot biji kering, dan waktu mekar bunga pertama. Pada peubah pertumbuhan lain seperti jumlah buah per malai, jumlah sepal, jumlah petal, dan jumlah cabang produktif aksesi tidak menunjukkan berbeda nyata. Arisanti (2010), menyatakan bahwa bunga jarak pagar tersusun dalam infloresen. Bunga memiliki lima kelopak bunga (sepal) dan lima mahkota bunga (petal). Berdasarkan pernyataan Weiss dalam Mardjono (2000), bunga jarak pagar tidak mempunyai daun mahkota, tetapi mempunyai 3-5 kelopak bunga. Pada penelitian ini jumlah sepal dan petal 13 aksesi jarak pagar yaitu lima helai. Waktu mekar bunga pertama merupakan waktu dimana bunga dalam suatu tanaman jarak pagar mekar pertama kali. Raden (2009) menyebutkan bahwa umumnya bunga yang berada di ujung malai utama mekar lebih dulu kemudian diikuti oleh bunga lainnya. Kuncup yang terbentuk terlebih dahulu akan mekar lebih awal. Waktu berbunga dipengaruhi oleh jumlah dan proporsi bunga-bunga betina. Tanaman yang berbunga awal biasanya akan memiliki lebih banyak bunga betina dibandingkan dengan tanaman yang berbunga akhir (Hartati, 2008b). Hartati (2006) juga menyebutkan potensi jarak pagar dalam membentuk bunga jantan dan bunga betina dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor fisik.
51 Santoso (2009) menyatakan bahwa tanaman yang berasal dari setek lebih cepat berbunga disebabkan oleh tingkat kedewasaan tanaman asal setek lebih cepat dibandingkan tanaman yang berasal dari biji. Pada penelitian ini waktu mekar bunga pertama berbeda antar aksesi jarak pagar. Waktu mekar bunga pertama pada tanaman jarak pagar yaitu sekitar 3.00 – 10.40 hari dengan rata-rata yaitu 6.70 hari. Waktu mekar paling cepat yaitu 93.40 hari (aksesi Suk-5) sedangkan waktu mekar bunga paling lama yaitu 133.00 hari (Sul-2). Waktu mekar bunga pada penelitian ini lebih cepat dibandingkan hasil penelitian Arisanti (2010) yang menyatakan waktu mekar bunga tercepat terdapat pada aksesi IP-2P yaitu sekitar 134.2 HST sedangkan waktu berbunga paling lambat yaitu Sumbawa 177.8 HST. Hartati et al., (2009) menyatakan bahwa pada tanaman jarak pagar dukungan karakter vegetatif sangat baik diperlukan untuk mendapatkan hasil buah yang banyak. Jumlah buah per tanaman tiap aksesi berbeda. Pada penelitian ini jumlah buah per tanaman di hitung pada tanaman yang sudah dipanen. Rata-rata jumlah buah per tanaman pada 13 aksesi jarak pagar yaitu 41.1 buah per tanaman. Jumlah buah per tanaman paling tinggi yaitu 81.8 buah (Bog-4) sedangkan jumlah buah per tanaman paling rendah yaitu 34.6 buah (Ban-1). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arisanti (2010) menunjukkan ratarata jumlah buah pertanaman yang dihasilkan yaitu 43.4 buah. Jumlah buah tertinggi terdapat pada aksesi IP-2P yaitu 109.9 buah sedangkan jumlah buah per tanaman paling rendah terdapat pada aksesi Lombok Barat yaitu 25.8 buah. Ratarata jumlah buah per tanaman yang dihasilkan pada penelitian ini masih lebih rendah jika dibandingkan jumlah buah pada penelitian yang dilakukan Arisanti. Hal ini terjadi karena pada penelitian ini jumlah buah per tanaman diamati sampai usia tanaman 7 bulan sedangkan pada pengamatan Arisanti (2010) jumlah buah per tanaman diamati sampai tanaman berusia 12 bulan. Selain itu juga diduga karena perbedaan iklim dan kandungan hara pada lahan penelitian. Menurut Hartati et al., (2009) jumlah cabang total tidak berkorelasi positif dengan komponen hasil. Namun, jumlah cabang produktif berkorelasi positif dengan komponen hasil. Pada penelitian ini aksesi tidak berpengaruh terhadap jumlah cabang produktif namun berpengaruh terhadap persentase cabang
52 produktif. Rata-rata jumlah cabang produktif 13 aksesi jarak pagar yaitu 2.84 cabang sedangkan persentase cabang produktif yaitu 77.2 %. Pembungaan jarak pagar mempengaruhi pembuahan. Menurut Hartati (2007) adakalanya bunga jantan mekar terlebih dahulu dari bunga betina. Bunga jantan yang telah mekar akan segera gugur walaupun bunga di dalam tandan belum mekar semua. Sehingga pada saat buah terbentuk, masih ada bunga jantan atau bunga betina yang baru mekar. Hal ini menyebabkan tingkat kemasakan yang berbeda-beda dalam satu tandan buah. Afandi (2009) menyebutkan bahwa periode mekarnya bunga pada jarak pagar memiliki variasi yang cukup tinggi antar genotipe maupun antar pohon dalam satu genotipe. Pada tanaman protandri bunga jantan mekar 1-6 hari lebih dahulu daripada bunga betina Waktu masak buah yang tidak serempak menyebabkan proses pemanenan buah jarak dilakukan secara bertahap. Panen buah jarak dilakukan dengan cara memetik buah yang telah berwarna kuning terlebih dahulu, sedangkan buah yang masih berwarna hijau dibiarkan dan tidak dipanen sampai buah tersebut menguning dan siap untuk dipanen. Keserempakan masak buah antar aksesi jarak pagar memerlukan waktu yang berbeda. Rata-rata keserempakan masak buah 13 aksesi jarak pagar yaitu 6.07 hari. Keserempakan masak buah paling cepat yaitu 4.60 hari (Sul-3) sedangkan keserempakan masak buah paling lambat yaitu 10.40 hari (Suk-5). Buah jarak pagar sering disebut kapsul dan istilah biologinya biasa disebut buah kendaga (reghma), mempunyai sifat seperti buah berbelah dan tiap bagian buah mudah pecah sehingga biji yang terletak di dalamnya dapat terlepas dari bilik atau ruang (Titjorosoepomo, 1985). Pada saat buah dipecah, terdapat tiga buah ruang. Pada masing-masing ruang terdapat satu biji jarak pagar, sehingga umumnya dalam satu buah jarak pagar terdapat tiga biji jarak pagar. Jumlah biji per tanaman pada 13 aksesi jarak pagar memiliki kisaran 34.6 – 184.4 biji. Jumlah biji paling tinggi dimiliki oleh aksesi Bog-4 sedangkan jumlah biji paling rendah dimiliki oleh aksesi Ban-1. Penelitian Arisanti (2010) menyebutkan bahwa jumlah biji per tanaman jarak pagar yang diamati pada usia 12 bulan yaitu berkisar 64.3 – 162.6 biji. Jumlah biji ini berkorelasi nyata dengan bobot kering
53 biji. Bobot biji kering per tanaman jarak pagar dari 13 aksesi memiliki kisaran 23.98 gram – 130.03 gram. Kemiripan antar aksesi dicari berdasarkan pada koefisien kemiripan. Karakter yang digunakan dalam pengelompokan ini adalah karakter kuantitatif vegetatif (10 MSP) dan kuantitatif generatif. Peubah fase vegetatif yang digunakan adalah lebar daun, panjang tangkai, jumlah cabang, dan tinggi cabang sedangkan peubah fase generatif yang digunakan dalam analisis gerombol adalah jumlah cabang produktif, waktu mekar bunga pertama, jumlah buah per tanaman, jumlah buah per malai, keserempakan masak buah, dan bobot biji kering. Pada penelitian Arisanti (2010), karakter yang digunakan dalam Analisis kekerabatan diantaranya yaitu karakter jumlah cabang sekunder, jumlah cabang produktif, jumlah daun saat muncul bunga pertama, jumlah bunga jantan per malai, jumlah malai per tanaman, jumlah buah per tanaman, dan bobot kering biji per tanaman. Analisis kemiripan dilakukan dengan menggunakan analisis gerombol (cluster analysis) dan disajikan dalam bentuk dendrogram. Yunianti et al., (2007) menyatakan bahwa analsis gerombol bertujuan untuk mengelompokkan data (pengamatan) ke dalam beberapa kelas, sehingga anggota di dalam satu kelas lebih homogen (serupa) dibandingkan dengan anggota dalam kelas lain. Berdasarkan tingkat kemiripan 80 %, 13 aksesi jarak pagar mengelompok pada tiga gerombol utama. Gerombol 1 terdiri atas tujuh aksesi. Aksesi tersebut antara lain aksesi Bal, Ban-1, Ban-2, Ban-3, Med, Sul-2, dan Sul-3. Gerombol 2 terdiri atas dua aksesi yaitu aksesi Bia dan Jay. Gerombol 3 terdiri atas empat aksesi yaitu aksesi Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5. Hamzah (2005) menyatakan bahwa kondisi mikro lingkungan tempat tumbuh relatif seragam dan kondisi lingkungan yang relatif seragam membuat kecepatan evolusi antar populasi yang berdekatan tersebut relatif sama sehingga walaupun telah terjadi evolusi yang lama, genotipe-genotipe yang berdekatan tersebut tidak terlalu jauh berbeda. Pada penelitian ini aksesi-aksesi jarak pagar dari daerah yang sama cenderung menggerombol pada gerombol yang sama. Hal ini ditunjukkan pada aksesi jarak pagar yang berasal dari Banten (Ban-1, Ban-2, dan Ban-3) dan Sulawesi (Sul-2 dan Sul-3) yang menggerombol pada Gerombol 1
54 serta aksesi dari Bogor (Bog-4, dan Bg-6) dan Sukabumi (Suk-3 dan Suk-5) yang menggerombol pada Gerombol 2. Respon tanaman dapat ditunjukkan dalam bentuk perubahan penampilan biologis. Perlakuan aksesi jarak pagar menunjukkan perbedaan terhadap beberapa peubah pertumbuhan. Nurjanah (2008) dalam penelitiannya menggunakan beberapa peubah yang menunjukkan beda nyata terhadap perlakuan aksesi seperti diameter pangkal batang, panjang daun, bobot basah, jumlah daun, dan bobot kering untuk tahap seleksi pada 17 aksesi pegagan. Pada penelitian ini aksesi jarak pagar diseleksi berdasarkan lima peubah terpilih. Pemilihan peubah ini berdasarkan adanya perbedaan nyata dengan uji DMRT pada taraf 5 % antar aksesi jarak pagar terhadap kelima peubah tersebut. Kelima peubah tersebut mencakup peubah pada fase vegetatif dan generatif yang terdiri atas jumlah cabang pada 10 MSP, keserempakan masak buah, jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman dan bobot biji kering. Pada peubah jumlah cabang (10 MSP), jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering dipilih lima aksesi terbaik berdasarkan nilai tertinggi sedangkan pada peubah keserempakan masak bunga dipilih lima aksesi terbaik berdasarkan nilai terendah. Untuk mengetahui hubungan antar masing-masing peubah terpilih dilakukan uji korelasi. Gomez dan Gomez (1995) menyatakan bahwa uji bedanyata koefisien korelasi linear merupakan ukuran derajat hubungan linear antara dua peubah x dan y. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi antar peubahpeubah terpilih. Jumlah cabang (10 MSP) berkorelasi negatif dengan keserempakan masak buah. Semakin banyak jumlah cabang maka nilai keserempakan masak buah semakin kecil sehingga waktu yang diperlukan untuk keserempakan semakin cepat. Selain itu jumlah cabang paling banyak juga diharapkan dapat menghasilkan jumlah cabang produktif yang tinggi sehingga produksi buah dan biji jarak juga tinggi. Keserempakan masak buah nyata dipengaruhi oleh jumlah buah per tanaman dan jumlah biji per tanaman. Semakin banyak jumlah buah dan biji per tanaman maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk keserempakan
55 masak buah. Panen buah jarak umumnya dilakukan bertahap sesuai kematangan buah dengan demikian waktu keserempakan masak buah yang lebih cepat dapat mempermudah proses pemanenan buah. Jumlah buah dan jumlah biji per tanaman berkorelasi dengan bobot biji kering. Dengan demikian jumlah buah dan biji yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan bobot kering biji jarak dan meningkatkan produksi minyak jarak. Berdasarkan hasil seleksi terhadap lima peubah terpilih, secara keseluruhan terdapat lima aksesi terbaik yaitu aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5.
56
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ketiga belas aksesi jarak pagar memiliki perbedaan keragaan pada karakter diameter batang setek, jumlah cabang (2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP), tinggi cabang (0 MSP, 2 MSP, dan 6 MSP), dan panjang tangkai daun (6 MSP dan 10 MSP). Pada fase generatif perbedaan antar aksesi jarak pagar terlihat pada peubah persentase cabang produktif, waktu mekar bunga pertama, keserempakan masak buah, jumlah biji per tanaman, dan bobot kering biji. Aksesi jarak pagar yang potensial untuk dikembangkan menjadi kultivar unggul baru berdasarkan seleksi pada lima peubah karakter produksi yaitu aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3, dan Suk-5. Hasil analisis gerombol pada tingkat kemiripan 80 % menunjukkan bahwa 13 aksesi jarak pagar mengelompok pada tiga gerombol utama. Gerombol 1 terdiri atas tujuh aksesi. Aksesi tersebut antara lain aksesi Bal, Ban-1, Ban-2, Ban-3, Med, Sul-2, dan Sul-3. Gerombol 2 terdiri atas dua aksesi yaitu aksesi Bia dan Jay. Gerombol 3 terdiri atas empat aksesi yaitu aksesi Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5 Saran Perlu dilakukan penelitian lanjut terhadap aksesi-aksesi jarak pagar potensial hasil seleksi untuk mengetahui produktivitas di lahan optimum serta perlu dilakukan uji multilokasi untuk mengetahui daya adaptasi dari aksesi potensial hasil seleksi.
DAFTAR PUSTAKA Afandi, R. 2009. Keberhasilan Reproduksi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.): Penyerbukan Alami dan Buatan. Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 38 hal. Ahmad, A. S. 2008. Keberhasilan Sistem Reproduksi dan Sistem Perkawinan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Genotipe Lampung, Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 hal. Arisanti, Y. 2010. Analisis Karakter Agronomi dan Pola Pita Isozim Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) di Daerah Beriklim Basah. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 78 hal. Asbani, N. 2009. Jarak pagar andromonoecious. Infotek Perkebunan. 1:23. Dadang. 2005. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn). Prosiding Seminar Nasional. Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi Lembaga Penelitian dan pemberdayaan Masyarakat IPB. Bogor. 90-103 hal. Effendi. 2010. Perbaikan produksi jarak pagar (Jatropha cursas L.) melalui inovasi teknologi sistem tanam rapat. Infotek Perkebunan 2:33. Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan dari : Physiology of Crop Plants. Penerjemah : H. Susilo. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal. Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 698 hal. Hadiarti. S., D. Sukmadjaja. 2002. Keragaman pola pita beberapa genotipe nenas berdasarkan analisis isozim. Jurnal Bioteknologi Pertanian 7:62-70. Hamzah. 2005. Studi Keragaman Genetik dan Pendugaan Derajat Perkawinan Silang Berdasarkan Analisis Isozim serta Pengujian Provenansi Jenis Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.). Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanan Bogor. Bogor Hartati, S.R. 2006. Persentase bunga betina sebagai salah satu faktor penentu produksi benih jarak pagar (Jatropha curcas L.). Infotek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.).Puslitbang Perkebunan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1:5. Hartati, S.R. 2007. Jarak pagar, menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri?. Infotek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) 2:37.
58 Hartati, S.R. 2008a. Variasi tanaman jarak pagar dari satu sumber benih satu genotipa. Infotek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) 3:1. Hartati, S.R. 2008b. Pengaruh perubahan iklim terhadap pembungaan dan pembuahan jarak pagar. Infotek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) 2:6. Hartati S., A. Setiawan, B. Heliyanto, D. Pranowo, dan Sudarsono. 2009. Keragaan morfologi dan hasil 60 individu jarak pagar (Jatropha curcas L.) terpilih di Kebun Percobaan Pakuwon Sukabumi. Jurnal Littri16(4):152 – 161. Karmawati, E. 2008. Ancaman benih palsu. Infotek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) 3:30. Hasnam. 2006. Variasi Jatropha curcas L. Infotek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) 2:1. Hasnam, 2007. Status Perbaikan dan Penyediaan Bahan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Prosiding Lokakarya II. Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Bogor. 8-9 hal. Heller, J. 1996. Physic nut. Jatropha curcas L. –Promoting the Conservation and Use of Underutilitized and Negleted Crop 1. International Plant Genetic resources Institute. Rome. 66p. Karmawati, E. 2008. Ancaman benih palsu. Infotek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) 3:30. Mahmud, Z. 2006. Penelitian yang sedang dikerjakan oleh Puslitbang Perkebunan. Infotek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) 1:3 Mahmud, Z. 2008. Anda bertanya? kami menjawab!. Infotek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) 3:39. Mahmud, Z., D. Allorerung, dan A.A Rivaie. 2008. Teknik Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. 18 hal. Mardjono, R. 2000. Morfologi Tanaman Jarak. Monograf Balittas 6:1-5. Mulyani, A. 2007. Kenampakan jarak pagar (Jatropha curcas) di Jawa Barat. Infotek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) 3:11. Nurcholis, M. dan S. Sumarsih. 2007. Jarak Pagar dan Pembuatan Biodiesel. Kanisius. Yogyakarta. 83 hal. Nurjanah, N.N. 2008. Studi Karakter Agronomi pada 17 Aksesi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
59 Pitono, J., M. Raharjo, S.M.D. Rosita, O. Trisilawati, H. Nurhayati, N. Maslaha, dan Setiawan. 2008. Karakteristik tanah untuk budidaya jarak pagar. Infotek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) 3:39. Prastowo, B. 2007. Potensi sektor pertanian penghasil dan pengguna energi terbarukan. Perspektif 6:85-93. Priyanto, U. 2007. Menghasilkan Biodiesel Jarak Pagar Berkualitas. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 52 hal. Purlani, E. 2006. Mite: Eriophydae dan Tarsonemidae hama utama jarak pagar (Jatropha curcas L.) di daerah kering beriklim kering. Infotek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) 1:30 Purwati, R. D. 2010. Eksplorasi plasma nutfah di Pulau Bangka. Infotek Perkebunan 2:2. Raden, I. 2009. Hubungan Arsitektur Tajuk dengan Fotosintesis, Produksi dan Kandungan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Santoso, B.B., Hasnam, Hariyadi, S. Susanto, dan B.S. Purwoko 2008. Potensi hasil jarak pagar (Jatropha curcas L.) pada satu tahun budidaya di lahan kering lombok barat, nusa tenggara barat. Bul. Agron. 36:161-167. Santoso, B.B. 2009. Karakterisasi Morfo-ekotipe dan Kajian Beberapa Aspek Agronomi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) di Nusa Tenggara Barat. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sardjono, M. 2006. Pengembangan Jarak Pagar dalam Menghasilkan Bahan Mentah Biodisel yang Ramah Lingkungan. Pelatihan Pengembangan Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Ditjen Perkebunan. Jakarta. Surahman, M., E. Santosa, F.N. Nisya. 2009. Karakterisasi dan analisis gerombol plasma nutfah jarak pagar indonesia dan beberapa negara lain menggunakan marka morfologi dan molekuler. J. Agron. 37:256-264. Syahbuddin, H. 2008. Potensi Serapan Karbon Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 34 hal. Taiz, L. and E. Zeiger. 1991. Plant Phisiology. The Benjamin Publishing Compay Inc. Red wood City, California. 559 p. Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 268 hal. Wahid, P. 2006. Jarak pagar dan lingkungan. Infotek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) 1:18.
60 Yunianti, R., S. Sastrosumarjo, S. Sujiprihati, M. Surahman, dan S.H. Hidayat. 2007. Ketahanan 22 genotipe cabai (capsicum spp.) terhadap phytophthora capsici leonian dan keragaman genetiknya. Bul. Agron. 35:103-111.
LAMPIRAN
62 Lampiran 1. Sidik ragam peubah kuantitatif pada fase vegetatif. Peubah 1. Diameter batang Aksesi Galat Total 2. Diameter cabang a. 2 MSP Aksesi Galat Total b. 6 MSP Aksesi Galat Total c. 10 MSP Aksesi Galat Total 3. Jumlah buku Aksesi Galat Total 4. Jumlah cabang a. 0 MSP Aksesi Galat Total b. 2 MSP Aksesi Galat Total c. 6 MSP Aksesi Galat Total d. 10 MSP Aksesi Galat Total 5. Tinggi cabang a. 0 MSP Aksesi Galat Umum
Db
JK
KT F Hitung
Pr>F
12 49 61
3.9487 5.0055 8.9542
0.3291 0.1022
3.22
0.0018
12 49 61
0.1887 1.1755 1.3642
0.0157 0.0239
0.66
0.7841
12 49 61
0.5825 1.7230 2.3055
0.0485 0.0352
1.38
0.2073
12 49 61
0.9669 1.0766 2.0436
0.0805 0.0251
3.22
0.0023
12 49 61
150.9419 548.3000 699.2419
12.5785 11.1898
1.12
0.3632
12 49 61
43.3709 154.5000 197.8709
3.6143 3.1531
1.15
0.347
12 49 61
39.9385 76.0000 115.9385
3.3282 1.4615
2.28
0.0206
12 49 61
47.9385 51.2000 99.1385
3.9948 0.9846
4.06
0.0002
12 49 61
60.9538 48.8000 109.7538
5.0794 0.9384
5.41
0.0001
12 49 61
32.2895 37.1232 69.4127
2.6907 0.7576
3.55
0.0008
63 Lampiran 1. Lanjutan Peubah b. 2 MSP Aksesi Galat Total c. 6 MSP Aksesi Galat Total d. 10 MSP Aksesi Galat Total 6. Jumlah daun a. 0 MSP Aksesi Galat Total b. 2 MSP Aksesi Galat Total c. 6 MSP Aksesi Galat Total d. 10 MSP Aksesi Galat Total 7. Panjang daun a. 0 MSP Aksesi Galat Total b. 2 MSP Aksesi Galat Total c. 6 MSP Aksesi Galat Total
Db 12 49 61
JK
F Hitung
Pr>F
2.9809 0.8188
3.64
0.0006
12 49 61
1 110.4944 92.5412 2 701.5890 55.13447 3 812.0834
1.68
0.1011
12 49 61
1 078.0780 3 282.7570 4 360.8350
89.8398 66.9950
1.34
0.227
12 49 61
71.3919 252.3500 323.7419
5.9493 5.1500
1.16
0.3406
12 49 61
94.2194 242.7000 336.9194
7.8516 4.9531
1.59
0.1273
12 49 61
16.5316 51.8783 68.4099
1.3776 1.0587
1.3
0.2483
6 289.5210 524.1268 15 644.3500 319.2725 21 933.8710
1.64
0.1108
12 49 61
35.7719 40.1243 75.8963
KT
12 49 61
72.6854 153.4170 226.1024
6.0571 3.1309
1.93
0.0528
12 49 61
47.1642 99.6945 146.8587
3.9303 2.0345
1.93
0.0532
12 49 61
11.9097 74.3395 86.2492
0.9925 1.5171
0.65
0.7852
64 Lampiran 1. Lanjutan Peubah d. 10 MSP Aksesi Galat Total 8. Lebar daun a. 0 MSP Aksesi Galat Total b. 2 MSP Aksesi Galat Total c. 6 MSP Aksesi Galat Total d. 10 MSP Aksesi Galat Total 9. Panjang tangkai a.. 2 MSP Aksesi Galat Total b. 6 MSP Aksesi Galat Total c. 10 MSP Aksesi Galat Total
db
JK
KT
F Hitung
Pr>F
12 49 61
37.0673 87.4515 124.5188
3.0889 1.7847
1.73
0.0887
12 49 61
91.4808 256.4030 347.8838
7.6234 5.2327
1.46
0.1734
12 49 61
51.0785 135.5570 186.6355
4.2565 2.7665
1.54
0.1426
12 49 61
21.6374 101.3110 122.9484
1.8032 2.0675
0.87
0.5795
12 49 61
51.4615 148.2535 199.7150
4.2885 3.0255
1.42
0.1903
12 49 61
134.2771 463.8500 598.1271
11.1897 9.4663
1.18
0.322
12 49 61
161.5966 266.8905 428.4871
13.4663 5.4467
2.47
0.013
12 49 61
104.68527420 177.17150000 281.85677420
8.7237 3.6157
2.41
0.0152
65 Lampiran 2. Sidik ragam peubah kuantitatif pada fase generatif Peubah Db JK 1. Jumlah buah per tanaman Aksesi 12 197.0807 Galat 49 183.8377 Umum 61 380.918 2. Jumlah buah per malai Aksesi 12 5.7317 Galat 49 16.2895 Total 61 22.0212 3. Keserempakan masak buah Aksesi 12 10.6357 Galat 49 20.2285 Total 61 30.8643 4. Jumlah cabang produktif Aksesi 12 86.9693 Galat 49 191.9500 Total 61 278.9193 5. Persentase cabang produktif Aksesi 12 13 053.5167 Galat 47 20 110.4167 Total 64 33 163.9333 6. jumlah biji per tanaman Aksesi 12 422.6718 Galat 49 577.3756 Total 61 1000.0474 7. Bobot kering biji per tanaman Aksesi 12 264.3698 Galat 50 457.1644 Total 62 721.5342 8. Waktu mekar bunga pertama Aksesi 12 5 229.2500 Galat 49 8 024.7500 1 3254.000 Total 61
KT
F Hitung
Pr>F
16.4233 3.7517
4.38
0.0001
0.4776 0.3324
1.4
0.1818
0.8863 0.4128
2.15
0.0304
7.2474 3.9173
1.85
0.0656
1 087.7930 427.8812
2.54
0.0113
35.2226 11.7831
2.99
0.0033
22.0308 9.1432
2.41
0.0150
435.7708 163.7704
2.66
0.0079
66 Lampiran 3. Kode 13 aksesi jarak pagar di lapangan Kode di lapang
Genotipe Biak
Aksesi
Kode di lapang
Bia
73-II-3
Biak 7
32
73-II-3
Biak
73-II-3 Ban-3
185-I-5
103-I-5 33
103-I-5
185-I-5
103-I-5
185-I-5 Bog-4
103-III-5
86-II-4
103-III-5
86-II-4
103-III-5 Jay
73-II-4
Sentani
73-II-4
Sentani
73-II-4 Bal
137-I-1 137-I-1
113-I-1
137-I-1
113-I-1 103-1-3
137-I-1 Ban-1
96-I-4 96-I-4
103-1-3
48
96-I-4
103-1-3
96-I-4
103-1-3
96-I-4
103-I-4 103-I-4 103-I-4 103-I-4
Med
137-I-1 43
113-I-1
103-I-4 28
73-II-4
Sentani
103-1-3 27
Suk-3
73-II-4 41
113-I-1 23
103-III-5
86-II-4
113-I-1
Sul-3
103-III-5 34
Sentani 20
185-I-5
103-I-5
Sentani
Sul-2
185-I-5
86-II-4 16
Suk-5
73-II-3
Biak
86-II-4
Aksesi
73-II-3
Biak
103-I-5 8
Genotipe
Ban-2
Bog-6
67 Lampiran 4. Data curah hujan, suhu hujan, suhu tanah dan udara, solar radiation dan air tanah Tahun
Bulan
2009
Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April
2010
Curah Hujan (mm) Min Rataan 0 0.07 0 0.14 0 0.28 0 0.07 0 0 0 0.52 0 0.36 0 0.05
Mak 32.01 43.21 0.28 0.07 31.61 39.21 28.81
Suhu Tanah (oC)
Suhu Udara (oC)
Solar Radiation (W/m2)
Min Rataan Mak Min Rataan Mak Min 20.53 27.44 35.21 27.11 30.63 33.47 0.6 20.46 27.37 36.25 27.85 30.7 34.1 0.6 20.39 26.95 35.45 27.73 30.26 35.69 0.6 22.08 27.59 35.05 28.02 30.7 33.55 0.6 0.6 0.6 22.35 26.49 33.99 25.5 29.22 36.47 0.6 22.32 26.61 34.26 25.89 29.25 35.32 0.6 21.22 27.48 35.29 25.31 29.92 37.81 0.6
Rataan 205.79 230.58 214.02 176.93 174.72 137.99 169.26 168.03 187.23
Mak 0.47 1016.9 1060.6 1214.4 1039.4 1133.1 1175.6 1160.9 1244.4
Air Tanah Min Rataan 0.07 0.12 0.07 0.1 0.13 0.19 0.13 0.2 0.2 0.22 0.19 0.22 0.2 0.22 0.2 0.23 0.19 0.21
Mak 0.47 0.47 0.47 0.47 0.46 0.46 0.46 0.44 0.44
66