UNIVERSITAS INDONESIA
KARAKTERISASI DETEKTOR IN VIVO UNTUK DOSIMETRI RADIOTERAPI EKSTERNA
SKRIPSI
ADEN RENDANG SUMEDI PUTRI 0906601916
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA DEPOK JUNI 2012
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
KARAKTERISASI DETEKTOR IN VIVO UNTUK DOSIMETRI RADIOTERAPI EKSTERNA
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains
ADEN RENDANG SUMEDI PUTRI 0906601916
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA DEPOK JUNI 2012
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
iiUniversitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
iii
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sience Jurusan Fisika Medis pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Pada kesempatan ini ijinkan penulis untuk menyampaikan rasa terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu selama masa penyelesaian skripsi dengan judul “Karakterisasi Detektor In Vivo Untuk Dosimetri Radioterapi Eksterna”. 1. Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya kepada penulis. 2. Bapak dan ibu yang telah memberikan dorongan moral dan material serta semangat dan doa tulus kepada penulis. 3. Bapak Dwi Seno K. W, M.Si dan Bapak Heru Prasetio, M.Si sebagai pembimbing yang telah dengan sabar membimbing sampai dengan selesainya penelitian ini, dan kepada Prof.DR Djarwani D.Soejoko dan Sugiyantari, M.Si sebagai penguji yang telah memberikan masukan dalam perbaikan skripsi ini. 4. Partner skripsi pak Suharsono, mba pipit, Ari, Rion, Bowo, Aisah, dan rekanrekan mahasiswa fisika medis FMIPA UI angkatan 2009. 5. Tiara, Icha, Mira, Mbak Dina, dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini sangat jauh dari sempurna. Walaupun demikian penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan keilmuan di masa yang akan datang. Penulis berharap besar atas saran dan kritik yang membangun demi perbaikan penulisan hasil penelitian ini.
iv
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
Juni 2012
Penulis
v
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Aden Rendang Sumedi Putri : Fisika Medis : Karakterisasi Detektor In Vivo untuk Dosimetri Radioterapi Eksterna
Sistem dosimetri in vivo dengan menggunakan detektor dioda telah dikaraterisasi untuk estimasi dosis pasien. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan karakteristik detektor dioda dengan menentukan faktor kalibrasi dioda dan faktor koreksi dengan beberapa variasi. Langkah penelitian ini antara lain menentukan kesetaraan virtual water terhadap air, faktor kalibrasi dioda, linearitas dosis, koreksi luas lapangan, koreksi SSD, koreksi sudut dan koreksi tray. Pengukuran karakterisasi dioda menghasilkan Faktor kalibrasi dioda pada energi 6 MV sebesar 3,189 cGy/nC dan pada 10 MV sebesar 3,121 cGy/nC. Detektor dioda pada dosis 10-300 cGy memiliki respon linear terhadap perubahan dosis. Variasi luas lapangan memiliki presentase kurang dari 2 %, kecuali pada energi 10 MV dengan luas lapangan 4 x 4 cm2, 35 x 35 dan 40 x 40 cm2. Pada energi 6 MV dan 10 MV semakin pendek jarak, faktor koreksi SSD semakin kecil. Arah datang sinar dari sudut -50 s/d 50 derajat pada energi 6 MV dan 10 MV memberikan efek yang relatif konstan,dan efek arah datang sinar meningkat tajam dimulai dari sudut 60 derajat. Koreksi tray untuk setiap luas lapangan kecuali luas lapangan 4 x 4 cm2 relatif konstan sehingga cukup koreksi dengan satu kondisi saja.
Kata kunci : Karakterisasi dioda, Dosimetri in vivo 49+xii Halaman : 24 gambar ; 14 Tabel Daftar Pustaka 11 (1993-2007)
vi
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
ABSTRACT
Name Program Study Judul
: Aden Rendang Sumedi Putri : Medical Physics : Characterisation of In Vivo Detector for External Radiotherapy Dosimetry
An in vivo dosimetry system that used diode detector was characterized for dose estimates patient. The measurenment was done to determine diode detector characterisation with find calibration factor and correction factor with several variation. Step of this research among others determine virtual water equality to water, diode calibration factor, dose linearity, field size correction, SSD, angular, and tray correction. Diode characterisation measurantment produce 3,189 cGy/nC diode calibration factor at 6 MV and 3,121 cGy/nC at 10 MV. Diode detector has linearity responds at 10 -300 cGy dose. correction factor of field size less to 2 % except field size of 4 x 4, 35 x 35, and 40 x 40 cm2. shorter SSD has less correction factor , the angular effect at -50 up to 50 degrees is constant relatively, and the effect increases start at 60 degrees. Using single tray condition to determine tray correction factor
Key word : Diode Charaterisation, In Vivo Dosimetry
49+xii pages : 24 pictures ; 14 Tabels Bibliography 11 (1993-2007)
vii
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAs
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
KATA PENGANTAR
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
v
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.5 Batasan Penelitian
1 2 2 2 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Dosimetri In Vivo 2.2 Bilik Ionisasi 2.3 Dioda 2.4 Faktor Koreksi 2.3 Faktor Kalibrasi Dosis Masuk
4 5 7 10 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
13
3.1 Verivikasi Dosis Absolut Virtual Water 3.1.1 Dosis Absolut Water Phantom 3.1.2 Dosis Absolut Virtual Water 3.2 Kalibrasi 3.3 Koreksi Linearitas Dosis 3.4 Koreksi Luas Lapangan 3.5 Koreksi SSD 3.6 Koreksi Sudut Sinar Datang 3.7 Koreksi Tray
13 14 14 15 16 17 18 19 19
viii
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
21
4.1 Verivikasi Dosis Absolut pada Virtual Water 4.1.1 Dosis Absolut 6 MV 4.1.2 Dosis Absoult 10 MV 4.2 Pengujian Faktor Kalibrasi 4.3 Pengujian Koreksi Liniearitas Dosis 4.4 Pengujian Koreksi Faktor Luas Lapangan 4.5 Pengujian Koreksi SSD 4.6 Pengujian Koreksi Sudut Sinar Datang 4.7 Pengujian Koreksi Tray
21 21 22 24 25 27 31 34 36
BAB V PENUTUP
39
5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
39 39 41
LAMPIRAN
42
ix
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR TABEL
4.1 Hasil pengukuran dosis absolut water phantom energi 6 MV
21
4.2 Hasil pengukuran dosis absolut virtual water energi 6 MV
22
4.3 Hasil pengukuran dosis absolut water phantom energi 10 MV
23
4.4 Hasil pengukuran dosis absolut virtual phantomenergi 10 MV
23
4.5 Hasil pengukuran faktor kalibrasi energi 6 MV
24
4.6 Hasil pengukuran faktor kalibrasi energi 10 MV
25
4.7 Hasil pengukuran koreksi linearitas dosis energi 6 dan 10 MV
26
4.8 Hasil pengukuran koreksi luas lapangan energi 6 MV
28
4.9 Hasil pengukuran koreksi luas lapangan energi 10 MV
29
4.10 Hasil pengukuran koreksi SSD energi 6 MV
31
4.11 Hasil pengukuran koreksi SSD energi 10 MV
31
4.12 Bacaan dioda koreksi sudut sinar datang energi 6 MV dan 10 MV
34
4.13 Hasil pengukuran faktor koreksi tray energi 6 MV
36
4.14 Hasil pengukuran koreksi tray energi 10 MV
37
x
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Karakteristik sinar pada phantom dan parameter penting
4
Gambar 2.2 Prinsip kerja ionisasi chamber
5
Gambar 2.3 Ionisasi akibat radiasi
6
Gambar 2.4 Detektor Ionisasi chamber tipe farmer
7
Gambar 2.5 Konstruksi jenis dioda menunjukan kompnen mayor dan susunan internal dioda
8
Gambar 2.6 Detektor dioda QED dan lemo konektor
9
Gambar 2.7 Elektrometer detektor dioda QED
9
Gambar 3.1 Set up pengukuran dosis absolut pada water phantom
14
Gambar 3.2 Set up pengukuran dosis absolut pada virtual water
15
Gambar 3.3 Set up pengukuran kalibrasi
15
Gambar 3.4 Set up pengukuran linearitas dosis
16
Gambar 3.5 Set up pengukuran koreksi luas lapangan
17
Gambar 3.6 Set up pengukuran koreksi SSD
18
Gambar 3.7 Set up pengukuran faktor koreksi sudut sinar datang
19
Gambar 3.8 Set up pengukuran faktor koreksi tray
20
Gambar 4.1 Grafik linearitas dosis energi 6 MV
26
Gambar 4.2 Grafik linearitas dosis energi 10 MV
27
Gambar 4.3 Grafik koreksi luas lapangan energi 6 MV
30
Gambar 4.4 Grafik koreksi luas lapangan energi 10 MV
30
Gambar 4.5 Grafik koreksi dioda dan ionisasi chamber energi 6 MV
32
Gambar 4.6 Grafik koreksi dioda dan ionisasi chamber energi 10 MV
32
Gambar 4.7 Grafik faktor koreksi SSD geometri energi 6 MV
33
Gambar 4.8 Grafik faktor koreksi SSD geometri energi 10 MV
33
Gambar 4.9 Grafik koreksi Sudut sinar datang energi 6 MV dan 10 MV
35
xi
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Verifikasi Dosis Absolut
42
Lampiran 2. Hasil Pengukuran Kalibrasi
44
Lampiran 3. Hasil Pengukuran Linearitas
45
Lampiran 4. Hasil Pengukuran Luas Lapangan
46
Lampiran 5. Hasil Pengukuran SSD
48
Lampiran 6. Hasil Pengukuran Sudut Sinar Datang
49
Lampiran 7. Hasil Pengukuran Tray
50
xii
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Penggunaan radiasi pengion untuk mengobati kanker memerlukan akurasi yang sangat tinggi, jika tidak maka kegagalan pengobatan bisa saja terjadi. Besarnya akurasi dosimetri dalam radioterapi dapat ditelusuri dari tahapan-tahapan dosimetri. Pengukuran dosis secara langsung pada pasien atau yang disebut dosimetri in vivo, digunakan untuk mengetahui besarnya akurasi antara perencanaan dengan pelaksanaan. Dosimetri In Vivo merupakan metode langsung untuk memantau dosis yang diterima pasien, dengan meletakkan dosimeter di permukaan tubuh pasien atau di dalam rongga alami pasien ketika pemeriksaan berlangsung. Seluruh prosedur yang ada pada perencanaan dan pelaksanaan radioterapi akan memberikan kontribusi ketidakpastian dosis serap yang diterima pasien, sehingga untuk memeriksa perlakuan radioterapi
tersebut
dibutuhkan
suatu
pengukuran,
yaitu
dengan
menggunakan dosimetri in vivo.(AAPM report no 87) Menurut ICRU tahun 1976 spesifikasi pengukuran dosimetri in vivo terdiri dari dosis masuk, dosis keluar, dan dosis serap intracaviter, penyimpangan maksimal dari pengukuran dosis tidak boleh lebih dari 5%. Bilik ionisasi sebagai dosimeter absolut memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, begitu juga dosimeter yang dipakai untuk dosimetri in vivo. Maka dari itu sama seperti bilik ionisasi, karakteristik dosimeter perlu diketahui terlebih dahulu agar penggunaanya dapat dipakai secara tepat dan lebih efisien. Kondisi dosimetri in vivo pada pasien sering berbeda dengan kondisi kalibrasi standar. Respon dosimeter pada kondisi yang berbeda bisa tidak sama dengan hasil bilik ionisasi, sehingga diperlukan faktor koreksi pada kondisi berkas yang berbeda. Untuk mengetahui karakteristik dosimeter sebelum melakukan dosimetri
in vivo pada pasien, dosimeter perlu
diverivikasi terlebih dahulu pada virtual water, yaitu dengan menentukan
1
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
2
faktor kalibrasi dan faktor koreksi dosimeter. Secara komprehensif, verifikasi perlakuan pada dosimetri in vivo antara lain verifikasi dosis, verifikasi luas lapangan penyinaran, dan verifikasi parameter parameter pada pesawat radioterapi.(Metcalfe, 2007) Sistem dosimetri yang digunakan secara in-vivo sangat bervariasi dan berkembang mengikuti kemajuan teknologi yang digunakan dalam radioterapi. Dalam penelitian kali ini, pengukuran menggunakan virtual water. Dan dosimeter yang digunakan pada penelitian yaitu dosimeter bilik Ionisasi dan dioda. Kelebihan dosimeter dioda daripada dosimeter yang lainnnya karena dioda terintegrasi dengan elektrometer secara langsung sehingga memberikan informasi hasil bacaan dengan segera.
1.2
Perumusan Masalah Penelitian ini dibatasi pada penentuan karakteristik dosimeter dioda dengan menentukan faktor kalibrasi dan faktor koreksi dengan variasi luas lapangan, linearitas dosis, SSD, sudut, dan tray, sehingga dapat digunakan untuk dosimetri in vivo. Energi yang digunakan yaitu sinar foton 6 MV dan 10 MV menggunakan virtual water dan pesawat Linac Electa.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Menentukan karakteristik detektor dioda dengan menentukan faktor kalibrasi dioda dan faktor koreksi dengan variasi luas lapangan, linearitas dosis, SSD, sudut, dan tray, sehingga dapat digunakan untuk dosimetri in vivo.
1.4
Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Secara
umum
penelitian
ini
diharapkan
secara
teoritis
memberikan sumbangan dalam pembelajaran fisika medis, terutama pada pengembangan pemahaman konsep pengukuran verifikasi dosimetri in vivo pada radioterapi eksterna.
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
3
2. Manfaat Praktis a. Bagi rumah sakit, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mengetahui faktor kalibrasi dari dosimeter yang digunakan. b. Bagi Fakultas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan dalam menentukan karakteristik dosimeter dioda untuk teknik dosimetri in vivo, dengan menentukan faktor kalibrasi dan koreksi dari dosimeter dioda. c. Bagi
mahasiswa,
proses
penelitian
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami konsep dan menganalisa karakteristik dosimeter untuk dosimetri in vivo. d. Bagi peneliti, penelitian ini untuk mengetahui faktor kalibrasi dari dosimeter yang hasilnya dapat dipakai dalam pengukuran dosimetri in vivo pada pasien. Selain itu sebagai pengalaman menulis karya ilmiah dan melaksanakan penelitian dalam pendidikan fisika medis sehingga dapat menambah cakrawala pengetahuan peneliti sehingga penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai perbandingan atau referensi untuk penelitian yang relevan.
1.5
Batasan Penelitian Agar penelitian lebih terarah dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Metode pengukuran faktor koreksi dengan variasi ketergantungan sudut, luas lapangan, linearitas dosis, SSD dan tray. Yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan dosimeter dioda, dimana dioda diletakkan pada permukaan virtual water. 2. Metode pengukuran faktor kalibrasi, dioda dibandingkan dengan
dosimeter bilik ionisasi. Dosimeter dioda diletakkan pada permukaan phantom, sedangkan bilik ionisasi diletakkan pada kedalaman referensi 10 cm.
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dosimetri In Vivo Dosimetri In Vivo merupakan pemantauan dosis yang diterima pasien, dengan meletakkan dosimeter di permukaan tubuh pasien atau di dalam rongga alami pasien ketika pemeriksaan berlangsung. Hal tersebut dapat mendeteksi variasi tipe dari kesalahan sepanjang pemberian dosis. Dosimetri in vivo dapat dibagi menjadi tiga kelas, dosis masuk, dosis keluaran dan pengukuran dosis intracavitari. Verivikasi dosis terdiri dari pengukuran untuk dosis masuk (entrance dose) dan dosis keluaran (exit dose). Pengukuran dosis entrans merupakan verivikasi output dan performa dari unit dari tiap perlakuan, dosis entrans juga berfungsi untuk memeriksa akurasi dari set up pasien. Sedangkan penukuran dosis keluaran untuk memverivikasi alogaritma kalkulasi dosis dan menentukan parameter pasien, bentuk, ukuran, jaringan yang inhomegenitas pada prosedur perhitungan dosis.(Nasukha, 2007)
[sumber : estro, 2006] Gambar 2.1 Karakteristik sinar pada phantom dan parameter penting
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
5
Akurasi dari pengukuran dosimetri in vivo ditentukan oleh kombinasi ketidakpastian dari faktor kalibrasi dan faktor koreksi. Untuk mengetahui karakteristik dosimeter sebelum melakukan dosimetri in vivo pada pasien, dosimeter perlu diverivikasi terlebih dahulu pada solid phantom, yaitu dengan menentukan faktor kalibrasi dan faktor koreksi. Untuk itu penelitian kali ini dilakukan
pengukuran terhadap dosimeter untuk mendapatkan faktor kalibrasi dan koreksi dosimeter yang nantinya kedua faktor tesebut dapat digunakan dalam pengukuran dosis pada pasien.
2.2 Bilik Ionisasi Detektor Bilik ionisasi merupakan alat ukur radiasi yang mengukur jumlah ionisasi yang terjadi didalam rongga detector. Secara garis besar detector kamar pengion terdiri dari rongga yang berisi gas yang terlingkupi oleh dinding luar yang terbuat dari bahan bersifat konduktif dan pada bagian tengah terdapat elektroda yang berfungsi untuk mengumpulkan ion. Detektor ini terdiri dari dua elektroda, positif dan negatif, serta berisi gas di antara kedua elektrodanya. Elektroda positif disebut sebagai anoda, yang dihubungkan ke kutub listrik positif, sedangkan elektroda negatif disebut sebagai katoda, yang dihubungkan ke kutub negatif. Kebanyakan detektor ini berbentuk silinder dengan sumbu yang berfungsi sebagai anoda dan dinding silindernya sebagai katoda sebagaimana berikut.
[sumber : www.batan.go.id ] Gambar 2.2 prinsip kerja bilik ionisasi
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
6
Radiasi yang memasuki detektor akan mengionisasi gas dan menghasilkan ion-ion positif dan ion-ion negatif (elektron). Jumlah ion yang akan dihasilkan tersebut sebanding dengan energi radiasi dan berbanding terbalik dengan daya ionisasi gas. Daya ionisasi gas berkisar dari 25 eV s.d. 40 eV. Ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor tersebut akan memberikan kontribusi terbentuknya pulsa listrik ataupun arus listrik.
[ sumber : www.batan.go.id ] Gambar 2.3 Ionisasi akibat radiasi Ion-ion primer yang dihasilkan oleh radiasi akan bergerak menuju elektroda yang sesuai. Pergerakan ion-ion tersebut akan menimbulkan pulsa atau arus listrik. Pergerakan ion tersebut di atas dapat berlangsung bila di antara dua elektroda terdapat cukup medan listrik. Bila medan listriknya semakin tinggi maka energi kinetik ion-ion tersebut akan semakin besar sehingga mampu untuk mengadakan ionisasi lain. Detektor bilik ionisasi kemudian dihubungkan dengan elektormeter. Secara umum, electrometer merupakan suatu rangkaian elektronik yang memiliki penguatan tinggi, feedback negative, operasional amplifier dengan resistor atau kapasitor yang berfungsi untuk mengukur arus dan muatan di dalam detektor bilik ionisasi. Pengukuran biasanya dilakukan menggunakan interval waktu yang konstan. Jenis detektor yang popular dan banyak digunakan adalah detektor bilik ionisasi tipe farmer. Detektor tipe farmer memiliki karakteristik tidak dipengaruhi oleh arah datang sinar radiasi, volume detector berkisar 0.05-1.00 cm3, radius 2-7 mm, panjang 4-25mm, ketebalan dinding detector 0.1g/cm2, dan dapat digunakan untuk pengukuran radiasi foton, elektron, proton dan ion.
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
7
Gambar 2.4 Detektor Ionisasi chamber tipe farmer Detektor plan paralel merupakan tipe lain dari detektor bilik ionisasi, dan direkomendasikan untuk pengukuran dosis electron dengan energi dibawah 10MeV, distribusi dosis kedalaman berkas electron dan foton, dosis permukaan radiasi foton, dan pengukuran didaerah build up. Detektor jenis ini memiliki keunggulan dalam hal resolusi spasial sehingga dapat digunakan untuk pengukuran pada daerah radiasi yang memiliki laju penurunan atau gradien tinggi, karena volume aktif yang berfungsi dalam pengukuran cukup kecil.
2.3 Dioda Detektor dioda jenis silikon adalah dioda jenis p-n yang dibuat dengan cara memberikan silicon tipe p atau n yang diberikan “pengotor” atau doping. Dioda jenis tersebut dikenal dengan detector dioda tipe p-Si atau n-Si. Kedua jenis dioda tersebut dapati ditemui di pasaran, akan tetapi hanya jenis dioda pSi yang sesuai untuk aplikasi radioterapi, karena dioda jenis ini memiliki “dark current” yang rendah dan tahan terhadap kerusakan fisik akibat radiasi. Radiasi yang mengenai dioda akan menghasilkan pasangan electron dan hole (e-h) pada permukaan detector, termasuk juga daerah depletion layer. Muatan yang terbentuk akan ter-“sedot” oleh daerah depletion layer akibat adanya muatan listrik didalam daerah depletion layer. Pada saat muatan melalui daerah tersebut akan terbentuk arus listrik yang kemudian akan terukur oleh system electrometer. (estro, 2006) Pada umumya detector jenis dioda dioperasikan tanpa menggunakan bias listrik untuk mengurangi arus bocor, dan arus yang terjadi pada saat radiasi mengenai dioda bersifat linier terhadap dosis yang terukur. Detector
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
8
dioda memiliki ukuran yang relative lebih kecil dan sensitive dibandingkan dengan detektor bilik ionisasi. Karena ukuran yang kecil dioda banyak digunakan untuk pengukuran dosis in Vivo. Sebelum digunakan detektor dioda harus dikalibrasi dan factor-faktor koreksi yang mempengaruhi bacaan dioda harus diketahui.(www.babehedi.com)
[ sumber : AAPM 87 ] Gambar 2.5 Konstruksi jenis dioda menunjukan komponen mayor dan susunan internal dioda. (3a dioda silinder sun nuclear foton, 3b dioda flat sun nuclear foton, 3c dioda flat scanditronic welhofer, 3d dioda sun nuclear elektron)
Gambar 2.6 merupakan detektor dioda QED warna kuning, yang di desain untuk foton energi 6 – 12 MV. Pada gambar tersebut juga terdapat
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
9
Lemo Konektor, yaitu kabel penghubung antara detektor dioda dengan elektrometer. Detektor dioda ini yang akan dipakai dalam penelitian kali ini
Gambar 2.6 Detektor dioda QED dan Lemo konektor
Dalam penggunaanya, detektor dioda membutuhkan elektrometer sebagai penghubung dengan komputer, elektrometer memiliki minimal 2 channel, yaitu untuk pengukuran dosis masuk dan dosis keluaran. Namun terdapat juga elektrometer yang memiliki hingga 10 channel yang bisa dipakai untuk pengukuran dosimetri in vivo TBI.(Estro, 2006)
Gambar 2.7 Elektrometer detektor dioda QED
Pada gambar 2.7 menunjukan elektrometer dari detektor dioda mempunyai 2 channel, elektrometer membaca sinyal dari detektor dioda, dan dengan bantuan software maka sinyal dari elektrometer dapat dibaca menggunakan komputer.
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
10
2.4 Faktor Koreksi Semua parameter yang dapat mempengaruhi dosimeter bisa menjadi sebab ketika kondisi klinis berbeda dengan kondisi referensi. Kalibrasi saja tidak cukup untuk mengubah sinyal detektor menjadi dosis serap, maka dari itu sejumlah faktor koreksi kemudian dibutuhkan. Faktor koreksi merupakan faktor komulatif jika dikombinasikan dengan faktor kalibrasi untuk mendapatkan nilai dosis yang benar. Jika respon detektor lebih rendah atau lebih tinggi pada kondisi klinis daripada kondisi referensi, maka kedua faktor ini masing masing bisa menjadi pengaruh, lebih besar atau lebih kecil nilainya. Untuk menentukan faktor kalibrasi, perlu menentukan faktor koreksi untuk menghitung variasi dari respon dosimeter yaitu adanya deviasi kondisi referensi. Contoh pada dioda, faktor koreksi yang dapat mempengaruhi respon dioda diantaranya luas lapangan, SSD, modifikasi berkas sinar seperti filter atau wedge, adanya tray atau blok dan sudut sinar. Sinyal dioda tidak hanya sangat tergantung dengan faktor intrinsik dari kristal dioda, akan tetapi juga sifat fisis dari berkas sinar. Fakta bahwa kemampuan dari detektor memiliki kontribusi hamburan yang berbeda dari detektor yang lain pada kedalaman dosis maksimum, sebagai konsekuensi faktor koreksi harus ada dalam penggunaan detektor.
[2.1] Perhitungan faktor koreksi untuk variasi respon ditentukan dengan perbandingan antara bacaan bilik ionisasi dengan bacaan detektor dioda pada kondisi klinis yang dinormalisasi pada kondisi referensi. Kualitas berkas yang perlu di verivikasi adalah, (Estro, 2001) 1. Variasi terhadap sudut yang berbeda yang dinormalisasi dengan berkas sudut sentral axis 2. Faktor koreksi luas lapangan, pengukuran dilakukan dari 4 x 4 cm2 hingga 40 x 40 cm2, pada raferensi SSD 100 cm
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
11
3. Faktor koreksi SSD, diukur berdasarkan kondisi klinis yang biasa dilakukan, antara 90 cm hingga 110 cm, pada referensi luas lapangan 10 x 10 cm2. Dengan catatan bahwa faktor koreksi SSD dan luas lapangan merupakan faktor independen. 4. Wedge, yang tergantung dengan luas lapangan, diukur pada referensi SSD untuk luas lapangan yang berbeda. Perbandingan antara sinyal bilik ionisasi terhadap sinyal detektor kemudian dinormalisasi dengan perbandingan yang sama pada berkas terbuka (dengan luas lapangan yang sama) 5. Tray, tergantung pada SSD dan luas lapangan. Diukur dengan mengulangi seluruh pengukuran pada faktor koreksi SSD dan luas lapangan, dan menormalisasi datanya terhadap kondisi referensi pada berkas sinar terbuka, SSD dan luas lapangan. 6. Blok, diukur dengan luas blok yang berbeda pada kolimator terbuka (contohnya pada kolimator terbuka 20 x 20 cm2 untuk blok 5 x 5 cm2). Dan kondisi referensinya berkas sinar terbuka.
2.5 Faktor kalibrasi dosis masuk Dosimeter dikalibrasi untuk mengukur dosis masuk, dosis yang terukur merupakan dosis pada kedalaman dosis maksimum (Dmax). Faktor kalibrasi dosis masuk, merupakan faktor yang valid untuk kondisi referensi dengan bacaan pada dosimeter. Dosimeter diletakkan pada kedalaman Dmax atau pada permukaan kulit untuk dosimeter yang sudah memiliki build up cap. Dosimeter harus selalu dikalibrasi secara reguler, interval waktu biasanya antara mingguan hingga bulanan. (Estro, 2006) Perhitungan faktor kalibrasi dioda dilakukan dengan menggunakan perumusan
Dw (dmax )
Fcal = R(SSD
[ 2.2]
100)
Dimana,
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
12
Fcal
=
Faktor kalibrasi
Dw(dmax)
=
dosis ionisasi chamber pada dmax
R( SSD 100)
=
Bacaan dioda pada SSD 100 cm
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan menjelaskan langkah langkah yang digunakan dalam penelitian. Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Pesawat radioterapi linear akselerator tipe elekta rumah sakit kanker dharmais.
2. Detektor bilik ionisasi PTW 30013 3. Detektor dioda QED sun nuclear warna kuning 6 – 12 MV sinar foton 4. Water phantom PTW Freiburgh 5. Virtual water P 2519 6. Tray Metode penelitian yang akan dilakukan terdiri dari beberapa tahap antara lain:
3.1 Verifikasi Virtual Water Kalibrasi sangat penting sebagai salah satu upaya optimasi proteksi radiasi terhadap pasien. Tujuannya yaitu menjamin bahwa setiap parameter penyinaran pada pesawat Linac teruji keakurasiannya dan fungsinya sesuai dengan spesifikasi alat dan bila terjadi penyimpangan harus berada dalam nilai batas toleransi yang disepakati. Uji kesesuaian dosis absolut bertujuan untuk membandingkan dosis absolut yang di dapat dari water phantom dengan virtual water. Pengukuran dilakukan menggunakan 2 energi yaitu 6 MV dan 10 MV 3.1.1 Dosis Absolut Water Phantom Pengukuran dosis absolut pada water phantom dilakukan menggunakan detektor bilik ionisasi ptw 30013 yang diletakkan pada kedalaman 10 cm, dengan luas lapangan 10 x 10 cm2. Pengukuran dosis absolut ini mengikuti berdasarkan prosedur dari IAEA TRS 398. Pengukuran dilakukan dengan tiga beda tegangan, yaitu +400 volt, +100 volt, dan -400 volt. Pengukuuran pada dosis absolut
13
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
14
dilakukan pada 2 energi yang berbeda, yaitu pada energi 6 MV menggunakan nilai MU 200, sedangkan pada energi 10 MV menggunakan nilai MU 300.
sumber
SSD 100 cm
D 10 cm Bilik ionisasi Water phantom
Gambar 3.1 Set up pengukuran dosis absolut pada water phantom
3.1.2 Dosis Absolut Virtual Water Pengukuran
dosis
absolut
pada
penelititan
ini
selain
menggunakan water phantom dilakukan juga dengan virtual water. Karena dosimetri in vivo dioda tidak waterproof, maka pengukuran sebaiknya dilakukan pada virtual water. Untuk itu, dalam menentukan faktor kalibrasi dan faktor koreksi dioda, virtual water yang digunakan harus setara dengan air, agar hasilnya dapat dibandingkan dengan pengukuran pada water phantom. Sama seperti pada water phantom, dosis absolut pada virtual water dilakukan menggunakan kondisi yang sama, gambar dibawah menunjukan bahwa detektor yang dipakai adalah detektor bilik ionisasi ptw 30013 yang diletakkan pada kedalaman 10 cm dan penyinaran menggunakan luas lapangan 10 x 10 cm2. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tiga beda tegangan, yaitu +400 volt, +100 volt, dan -400 volt. Pengukuran pada energi 6
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
15
MV menggunakan nilai MU 200, sedangkan pada energi 10 MV menggunakan nilai MU 300. Sumber
SSD 100 cm
D 10 cm Bilik ionisasi Virtual water
Gambar 3.2 Set up pengukuran dosis absolut pada virtual water
3.2 Kalibrasi Untuk menentukan faktor kalibrasi dioda, pengukuran dilakukan dengan menggunakan virtual water, dengan luas lapangan 10 x 10 cm2, dengan SSD 100 cm, sudut gantri 0 derajat. Pengukuran dilakukuan dengan menggunakan variasi MU, dari 10 hingga 300.
Sumber
SSD 100 cm
D 10 cm
Dioda Bilik ionisasi Virtual water
Gambar 3.3 Set up pengukuran kalibrasi
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
16
Untuk menentukan faktor kalibrasi, maka hasil pengukuran di olah menggunakan formula : 𝐷𝑤 (𝑑𝑚𝑎𝑥 )
Fkal = 𝑅(𝑆𝑆𝐷 100)
[3.1]
Dimana, Fkal
=
Faktor kalibrasi
Dw(dmax)
=
dosis ionisasi chamber pada dmax
R(SSD 100)
=
Bacaan dioda pada SSD 100 cm
3.3 Koreksi Linearitas Dosis Linearitas dosis dilakukan dengan tujuan mengetahui karakteristik dioda terhadap pengaruh dosis, yaitu dengan mengetahui bacaan dosimeter dioda seiring dengan berubahnya nilai MU. Pada pengukuran ini kalibrasi dilakukan menggunakan virtual water, menggunakan luas lapangan tetap 10 x 10 cm2, jarak pengukuran dari sumber hingga permukaan virtual water adalah 100 cm, dan sudut gantri vertikal tegak lurus dengan permukaan virtual water. Detektor dioda diletakkan pada permukaan virtual water. Sumber
SSD 100 cm
D 10 cm
Dioda Bilik Ionisasi Virtual water
Gambar 3.4 Set up pengukuran linearitas dosis Pengukuran dilakukan dengan variasi nilai MU, yaitu dari nilai tertinggi 300, 250, 200, 150, 100, 80, 50, 30, 20 hingga yang terendah 10.
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
17
Pengukuran dengan variasi MU dilakukan pada 2 variasi energi yang berbeda yaitu 6 MV dan 10 MV.
3.4 Koreksi Luas Lapangan Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk menentukan keluaran radiasi terhadap pengaruh perubahan luas lapangan. Pengukuran koreksi luas lapangan dilakukan dengan cara melakukan penyinaran pada kondisi luas lapangan yang berbeda, dimulai pada luas lapangan 4 x 4 cm, 5 x 5 cm, 6 x 6 cm, 7 x 7 cm, 8 x 8 cm, 10 x 10 cm, 12 x 12 cm, 15 x 15 cm, 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 30 x 30 cm, 35 x 35 cm dan 40 x 40 cm. Dengan kondisi sudut gantri vertikal, SSD 100 cm, nilai MU tetap. Kalibrasi dilakukan pada 2 energi yaitu 6 MV dan 10 MV.
Pada penyinaran, detektor bilik ionisasi dan dioda digunakan secara bersama sama, dimana bilik ionisasi diletakkan pada kedalaman 10 cm, sedangkan detektor dioda diletakkan pada permukaan virtual water.
Sumber
SSD 100 cm
D 10 cm
Dioda Bilik ionisasi Virtual water
Gambar 3.5 Set up pengukuran koreksi luas lapangan
Untuk menentukan koreksi luas lapangan, hasil pengukuran dirumuskan menjadi :
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
18
CFS =
𝑆 𝑐,𝑝 (𝐹𝑆 ) 𝑆 𝑐,𝑝 (𝐹𝑆 10 𝑥 10) 𝑅 (𝐹𝑆 ) 𝑅 (𝐹𝑆 10 𝑥 10 )
[3.2]
Dimana, CFS
: koreksi luas lapangan
Sc,p (FS)
: bacaan ionisasi chamber per lapangan
Sc,p (FS 10 x 10) : bacaan ionisasi chamber pada luas lapangan 10 x 10 cm2 R(FS)
: bacaan dioda per lapangan
R (FS 10 x 10)
: bacaan dioda pada luas lapangan 10 x 10 cm2
3.5 Koreksi SSD Bacaan detektor Dioda juga perlu diketahui karakteristiknya terhadap perubahan jarak antara sumber dengan permukaan phantom, maka dari itu pengukuran dengan faktor koreksi SSD perlu dilakukan, pengukuran dilakukan menggunakan variasi SSD dengan interval 5 cm, dimulai dari SSD 90 cm hingga 100 cm. SSD yang dipakai sesuai dengan kondisi yang biasa dilakukan pada pasien. Pengukuran dilakukan dengan sudut gantri vertikal tegak lurus dengan permukaan, nilai MU tetap, dan luas lapangan 10 x 10 cm. Pada penyinaran,
detektor bilik ionisasi dan dioda diletakkan bersama sama, dimana bilik ionisasi diletakkan pada kedalaman 10 cm, sedangkan detektor dioda diletakkan pada permukaan phantom. Pengukuran dilakukan pada 2 energi yang berbeda, yaitu 6 MV dan 10 MV. Sumber
SSD
dioda Bilik ionisasi Solid phantom
Gambar 3.6 Set up pengukuran koreksi SSD Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
19
Untuk menentukan koreksi SSD, hasil pengukuran dapat ditentukan dengan formula :
CSSD =
𝐷 𝑊 (𝑆𝑆𝐷 ) 𝐷 𝑊 (𝑆𝑆𝐷 100 ) 𝑅 (𝑆𝑆𝐷 ) 𝑅 (𝑆𝑆𝐷 100 )
[3.3]
Dimana, CSSD
: faktor koreksi SSD
DW (SSD)
: bacaan ionisasi chamber pada SSD tertentu
DW (SSD 100)
: bacaan ionisasi chamber pada SSD 100 cm
R (SSD)
: bacaan detektor dioda pada SSD tertentu
R (SSD 100)
: bacaan detektor dioda pada SSD 100 cm
3.6 Koreksi Sudut Sinar Datang
Pengukuran dilakukan pada sudut -90 s/d 90 dengan resolusi 10 derajat, menggunakan luas lapangan 10 x 10 cm2, SSD 100 cm, dan pada nilai MU tetap. Pada pengukuran ini menggunakan detektor dioda yang diletakkan pada permukaan phantom. Arah berkas sinar 00
-900
900
Gambar 3.7 Set up pengukuran faktor koreksi sudut sinar datang
3.7 Koreksi Tray Tujuan dilakukan pengukuran faktor koreksi tray adalah untuk menentukan koreksi pengukuran yang disebabkan pengaruh tray pada saat pengukuran berlangsung.
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
20
Pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan tray pada pesawat linac kemudian melakukan penyinaran pada variasi luas lapangan, dimulai dari luas lapangan 4 x 4 cm, 5 x 5 cm, 6 x 6 cm, 7 x 7 cm, 8 x 8 cm, 10 x 10 cm, 12 x 12 cm, 15 x 15 cm, 20 x 20 cm. Dengan kondisi sudut gantri vertikal tegak lurus dengan permukaan phantom, SSD 100 cm, dan nilai MU tetap. Sumber tray SSD 100 cm
D 10 cm
Dioda Bilik ionisasi Virtual water
Gambar 3.8 Set up pengukuran faktor koreksi tray
Untuk menentukan koreksi tray, hasil yang diperoleh dari pengukuran dapat ditentukan dengan formula :
Ctray =
𝐷 𝑊 (𝑡𝑟𝑎𝑦 ) 𝐷 𝑊 (𝑜𝑝𝑒𝑛 ) 𝑅 (𝑡𝑟𝑎𝑦 ) 𝑅(𝑜𝑝𝑒𝑛 )
[3.4]
Dimana, Ctray
: faktor koreksi tray
DW (tray) : bacaan bilik ionisasi dengan pemasangan tray DW (open) : bacaan bilik ionisasi tanpa tray R (tray)
: bacaan dioda dengan pemasangan tray
R (open) : bacaan dioda tanpa tray
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Telah dilakukan Verifikasi dosis absolut pada virtual water, kalibrasi, koreksi luas lapagan, koreksi linearitas dosis, koreksi SSD, koreksi sudut sinar datang, dan koreksi tray. Tingkat konsistensi dioda dapat diketahui dengan membandingkan hasil bacaan dioda dengan bacaan dosimeter Bilik ionisasi.
4.1. Verifikasi Dosis Absolut Pada Virtual Water Pada pengujian dosis absolut, pengukuran dilakukan dua kali, yaitu menggunakan water phantom dan virtual water. 4.1.1. Dosis Absolut 6 MV Pada saat pengukuran dosis absolut pada water phantom energi 6 MV, kondisi tekanan udara sebesar 1005 kPa, dengan suhu 190 C, 66 % kelembaban dan dengan MU 200. Sedangkan hasil pengukuran ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil pengukuran dosis absolut water phantom energi 6 MV tegangan kerja (V) 400 -400 100
1 25,77 25,73 25,56 Dengan
Bacaan Bilik Ionisasi (nC) 2 3 4 5 rata2 25,77 25,73 25,78 25,75 25,76 25,75 25,75 25,75 25,75 25,75 25,56 25,57 25,57 25,57 25,57 menggunakan parameter diatas, maka diperoleh
nilai KTP 1,005, Kelek 1, Kpol 1, Ks 1,002. Sehingga diperoleh nilai Mq 0,1300912, Dengan Dzmax 1,0165 cGy/MU Sedangkan pengukuran menggunakan virtual water, menggunakan detektor bilik ionisasi yang diletakkan pada kedalaman 10 cm, MU 200. Kondisi tekanan udara sebesar 1005 kPa, dengan suhu ruangan 24,50 C dan kelembaban 66 %. Hasil pengukuran ditunjukkan pada tabel 4.2.
21
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
22
Tabel 4.2 Hasil pengukuran dosis absolut virtual water energi 6 MV Tegangan kerja (V) 400 -400 100
1 25,3 25,39 25,2
Bacaan Bilik Ionisasi (nC) 2 3 4 5 rata-rata 25,33 25,35 25,36 25,35 25,33 25,37 25,36 25,38 25,38 25,38 25,21 25,22 25,24 25,22 25,22
Dengan menggunakan parameter diatas, maka diperoleh nilai M1 0,1267 nC/MU, KTP 1,0001, Kelek 1, Kpol 1,001, Ks 1,002. Sehingga diperoleh nilai Mq 0,13 Dengan D(Zref) 0,69 cGy/MU, dan dengan perkalian PDD, maka didapat Dw(Zmax) 1,0215 cGy/MU. Berdasarkan pengukuran dari kedua phantom diatas, pengukuran menggunakan water phantom menghasilkan dosis maksimum 1,0165 cGy/MU, sedangkan pada virtual water menghasilkan dosis maksimum 1,0215 cGy/MU. Untuk mendapatkan kesalahan relatif dari pengukuran diatas dapat dicari dengan mengetahui selisih antara dosis pada water phantom terhadap dosis pada virtual water, kemudian hasilnya dibagi dengan dosis pada water phantom dan dikalikan 100 %, maka kesalahan relatif dari pengukuran diatas sebesar 0,49 %. Berdasarkan pengukuran diatas, virtual water dapat digunakan dalam pengukuran selanjutnya, dengan dosis absolutnya yang memiliki kesalahan relatif sekitar 0,49 % terhadap dosis di air. 4.1.2 Dosis Absolut 10 MV Pengukuran dosis absolut menggunakan water phantom energi 10 MV, menggunakan 300 MU kondisi tekanan udara 1004 kPa, dengan suhu ruangan 19,50 C, dan kelembaban 65 %. Sedangkan hasil pengukurannya ditunjukkan pada tabel 4.3
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
23
Tabel 4.3 hasil pengukuran dosis absolut water phantom energi 10 MV Tegangan Kerja (V) 400 100 -400
Bacaan Bilik Ionisasi (nC) 1 2 3 rata-rata 41,98 41,92 41,98 41,96 41,52 41,48 41,50 41,50 41,95 41,95 41,98 41,96
Dengan menggunakan parameter diatas, maka diperoleh nilai KTP 1,004, Kelek 1, Kpol 1,001, Ks 1,004. Sehingga diperoleh nilai Mq 0,141 Dengan D(Zref) 0,74 cGy/MU, dan dengan perkalian PDD, maka didapat Dw(Zmax) 1,0144 cGy/MU. Sedangkan
pada
pengukuran
energi
10
MV
menggunakan solid phantom, besarnya MU yang digunakan yaitu 300, kondisi tekanan udara sebesar 1005 kPa, dengan suhu ruangan 18,80 C, dan kelembaban 66 % Tabel 4.4 Hasil pengukuran dosis absolut virtual water energi 10 MV Tegangan Kerja (V) 400 100 -400
bacaan Bilik Ionisasi (nC) 1 2 3 rata-rata 41,52 41,53 41,51 41,52 41,01 41,06 41,06 41,04 41,40 41,47 41,46 41,44
Dengan menggunakan parameter diatas, maka diperoleh nilai KTP 1,007, Kelek 1, Kpol 0,999, Ks 1,004. Sehingga diperoleh nilai Mq 0,1393 Dengan D(Zref) 0,73 cGy/MU, dan dengan perkalian PDD, maka didapat Dw(Zmax) 1,0064 cGy/MU. Pengukuran energi 10 MV, berdasarkan pengukuran menggunakan water phantom menghasilkan dosis maksimum sebesar 1,0144 cGy/MU, sedangkan pada virtual water dosis maksimum yang didapat sebesar 1,0064 cGy/MU. Maka kesalahan relatif dari pengukuran diatas adalah 0,78 %. Berdasarkan pengukuran diatas, virtual water dapat digunakan dalam pengukuran, dikarenakan pada energi 10 MV virtual water memiliki kesalahan relatif sekitar 0,78 % dosis di
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
24
air. Maka baik pada energi 6 MV maupun 10 MV, virtual water dapat digunakan untuk pengukuran.
4.2
Pengujian Faktor Kalibrasi Pengujian faktor kalibrasi dioda di cari dengan SSD 100 cm, luas lapangan 10 x 10 cm2 dengan variasi MU dari 10 hingga 300. Pada pengukuran, detektor bilik ionisasi dan dioda digunakan secara bersama sama, dimana bilik ionisasi diletakkan pada kedalaman 10 cm, sedangkan detektor dioda diletakkan pada permukaan virtual water. Untuk mendapatkan faktor kalibrasi dioda, dosis pada Dmax dibagi dengan bacaan dioda. Hasil pengukuran ditunjukkan pada tabel 4.5 untuk energi 6 MV, dan tabel 4.6 untuk energi 10 MV.
Tabel 4.5 Hasil pengukuran faktor kalibrasi energi 6 MV dosis (cGy) 300 250 200 150 100 80 50 30 20 10
Dioda (nC) 93,948 78,308 62,621 47,018 31,305 25,091 15,685 9,431 6,278 3,140
Faktor Kalibrasi (cGy/nC) 3,193 3,193 3,194 3,190 3,194 3,188 3,188 3,181 3,186 3,185
Faktor kalibrasi dioda untuk energi 6 MV ditunjukkan pada tabel 4.5. Rata-rata faktor kalibrasi dari dosis 100 hingga 300 cGy sebesar 3,189 dengan deviasi 0,44 %. Berdasarkan tabel tersebut terdapat perubahan faktor kalibrasi pada rentang dosis dari 10 hingga 300 cGy. Dimana dosis dibawah 100, memiliki faktor kalibrasi antara dengan rata rata 3,193. Sedangkan dosis 100 ke 300 cGy, memiliki rata rata faktor kalibrasi 3,186. Dari data diatas menunjukkan bahwa untuk dosis diatas 100 cGy mempunyai kecenderungan faktor kalibrasi yang
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
25
lebih tinggi daripada faktor kalibrasi pada dosis dibawah 100 cGy. Perbedaan faktor kalibrasi dioda dibawah dosis 100 cGy dengan dosis diatas 100 cGy sebesar 0,23 %. Tabel 4.6 Hasil pengukuran faktor kalibrasi 10 MV dosis (cGy) 300 250 200 150 100 80 50 30 20 10
Dioda (nC) 96,1613 80,054 63,975 48,012 32,003 25,640 16,012 9,615 6,409 3,212
Faktor Kalibrasi (cGy/nC) 3,120 3,123 3,126 3,124 3,125 3,120 3,122 3,120 3,120 3,113
Sedangkan untuk energi 10 MV, yang ditunjukkan pada tabel 4.6, rata rata faktor kalibrasi dari dosis 10 cGy hingga 300 cGy sebesar 3,121, dengan deviasi 0,36 %. Ada kecenderungan kenaikan faktor kalibrasi dari dosis dibawah 100 cGy dengan dosis diatas 100 cGy dimana untuk rata rata faktor kalibrasi pada dosis 100 cGy hingga 300 cGy sebesar 3,124, dan pada dosis dibawah 100 cGy sebesar 3,119. Perbedaan dari kedua faktor kalibrasi tersebut sebesar 0,13 %. Dari hasil diatas baik pada 6 MV maupun 10 MV, perbedaan faktor kalibrasi pada dosis dibawah 100 cGy dengan dosis 100 cGy ke atas memiliki perbedaan 0,23 % dan 0,13 %. Nilai tersebut meskipun kecil, namun tetap terlihat perbedaannya. Maka berdasarkan hasil pengukuran diatas, faktor kalibrasi dioda pada energi 6 MV dan 10 MV berbeda..
4.3
Pengujian Koreksi Linearitas dosis Hasil pengukuran energi 6 MV dan 10 MV ditunjukan pada tabel 4.7. Data tersebut diperoleh dari penyinaran dengan Luas
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
26
lapangan 10 x 10 cm2 dan SSD 100 cm, dengan variasi dosis. Penyinaran dilakukan tiga kali untuk masing masing variasi dosis. Tabel 4.7 Hasil pengukuran koreksi linearitas dosis energi 6 MV dan 10 MV dosis (cGy) 300 250 200 150 100 80 50 30 20 10
6 MV (nC) 93,948 78,308 62,621 47,018 31,305 25,091 15,685 9,431 6,278 3,140
10 MV (nC) 96,161 80,054 63,975 48,012 32,003 25,640 16,102 9,615 6,409 3,212
Hasil pengukuran variasi linearitas dosis kemudian diambil rata ratanya, dan dibandingkan dengan dosis masing masing. Dari data
Bacaan Ddioda (nC)
tersebut kemudian dibuat grafik antara dosis dengan bacaan dioda.
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
y = 0,313x + 0,023 R² = 1
0
100
200
300
400
Dosis (cGy)
Gambar 4.1 Grafik linearitas dosis energi 6 MV
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
27
120 y = 0,320x - 0,070 R² = 1
Bacaan Dioda (nC)
100 80 60 40 20 0 0
100
200
300
400
Dosis (cGy)
Gambar 4.2 Grafik linearitas dosis energi 10 MV
Dari kedua gambar diatas, diperoleh hubungan antara dosis yang diberikan pada penyinaran dengan bacaan detektor dioda. Dimana dosis yang diberikan mulai dari dosis terkecil 10 hingga 300 cGy. Dari gambar diatas diketahui semakin besar dosis yang diberikan, semakin besar pula bacaan detektor dioda yang diperoleh. Sifat yang sama ditunjukan oleh kedua energi, yaitu 6 MV dan 10 MV. Hal ini menunjukan Karakteristik dioda, dimana detektor dioda pada energi 6 dan 10 MV memiliki respon linear terhadap perubahan dosis.
4.4
Pengujian Koreksi Faktor Luas Lapangan Pengujian koreksi luas lapangan dilakukan dengan variasi luas lapangan dari luas lapangan terendah 4 x 4 cm2 hingga yang tertinggi. Kondisi pengukuran sudut gantri vertikal, SSD 100 cm, nilai MU 100. Pengukuran dilakukan pada 2 energi yaitu 6 MV dan 10 MV. Pada pengukuran, detektor bilik ionisasi dan dioda digunakan secara bersama sama, dimana bilik ionisasi diletakkan pada kedalaman 10 cm, sedangkan detektor dioda diletakkan pada permukaan phantom.
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
28
Hasil pengukuran koreksi luas lapangan berupa bacaan dari bilik ionisasi dan dioda, baik hasil pengukuran dari bilik ionisasi maupun dioda, diambil rata ratanya. Pengukuran pada bilik ionisasi dilakukan di kedalaman 10 cm, sehingga hasil bacaan perlu dikoreksi menggunakan PDD untuk mendapatkan bacaan pada Dmax. Kemudian bacaan Dmax dinormalisasi pada luas lapangan 10 x 10 cm2. Untuk mendapatkan koreksi luas lapangan, normalisasi bilik ionisasi dibagi dengan normalisasi dioda hasil. Hasil pengukuran koreksi luas lapangan ditunjukkan pada tabel 4.8 untuk energi 6 MV dan 4.9 untuk energi 10 MV. Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Koreksi Luas Lapangan energi 6 MV FS 2 (cm )
Bilik Ionisai D10 (nC)
Dioda
Dmax (nC)
normalisasi
Dmax (nC)
Normalisasi
Faktor Koreksi Luas Lapangan
Presentase
4
10,997
17,501
0,933
29,573
0,944
0,989
1,13 %
5
11,377
17,729
0,945
29,956
0,956
0,989
1,12 %
6
11,703
18,083
0,964
30,338
0,968
0,996
0,41 %
7
11,963
18,326
0,977
30,576
0,976
1,001
-0,14 %
8
12,217
18,555
0,989
30,858
0,985
1,005
-0,47 %
9
12,413
18,644
0,994
31,032
0,990
1,004
-0,38 %
10
12,627
18,756
1,000
31,338
1,000
1,000
0,00 %
12
12,950
19,066
1,017
31,768
1,014
1,003
-0,28 %
15
13,337
19,312
1,030
32,255
1,029
1,000
-0,03 %
20
13,823
19,672
1,049
32,949
1,051
0,996
0,25 %
25
14,137
19,947
1,064
33,402
1,066
0,998
0,22 %
30
14,310
20,012
1,067
33,579
1,072
0,996
0,43 %
35
14,347
19,937
1,063
33,591
1,072
0,992
0,83 %
40
14,330
19,919
1,062
33,437
1,067
0,995
0,47 %
Dari tabel diatas menunjukan bahwa baik ionisasi chamber maupun detektor dioda, memiliki respon yang sama terhadap perubahan luas lapangan, semakin besar luas lapangan, semakin besar pula bacaan detektor. Pada tabel 4.8 ditunjukkan bahwa presentase faktor koreksi luas lapangan pada setiap luas lapangan dibawah dari 2 %.
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
29
Tabel 4.9 Hasil pengukuran koreksi luas lapangan energi 10 MV FS 2 (cm )
Bilik Ionisasi
Dioda normalisasi
Bacaan (nC)
normalisasi
faktor koreksi Luas lapangan
D10 (nC)
Dmax (nC)
presentase
4
12,373
17,753
0,922
27,678
0,877
1,052
-5,24%
5
12,783
18,135
0,942
29,934
0,948
0,994
0,60%
6
13,083
18,402
0,956
30,325
0,960
0,996
0,44%
7
13,337
18,654
0,969
30,634
0,970
0,999
0,09%
8
13,573
18,880
0,981
30,999
0,982
0,999
0,08%
9
13,750
19,041
0,989
31,231
0,989
1,000
-0,03%
10
13,960
19,246
1,000
31,577
1,000
1,000
0,00%
12
14,237
19,468
1,012
32,026
1,014
0,997
0,27%
15
14,580
19,547
1,016
32,599
1,032
0,984
1,62%
20
15,013
20,289
1,054
33,362
1,057
0,998
0,22%
25
15,263
20,375
1,059
33,796
1,070
0,989
1,08%
30
15,393
20,461
1,063
33,884
1,073
0,991
0,93%
35
15,407
20,282
1,054
34,088
1,080
0,976
2,38%
40
15,380
20,254
1,052
33,983
1,076
0,978
2,21%
Sedangkan pada tabel 4.9 yang mewakili energi 10 MV, bahwa sebagian besar luas lapangan memiliki faktor koreksi lebih kecil dari 2 %, kecuali luas lapangan terendah 4 x 4 cm dengan presentase 5,2 % dan 2 luas lapangan tertinggi, yaitu 35 x 35 dan 40 x 40 cm2, masing 2,38 % dan 2,21 %. Inkonsistensi faktor koreksi luas lapangan pada luas lapangan 4 x 4 cm2 sebesar 5,2 %, memperlihatkan adanya respon yang berbeda dari faktor koreksi luas lapangan yang lain. Detektor bilik ionisasi merupakan dosimeter yang tidak didesain untuk luas lapangan yang kecil, hal ini mempengaruhi bacaan dari bilik ionisasi sehingga menjadikan faktor koreksi luas lapangan 4 x 4 cm2 berbeda jauh dan memiliki prosentase koreksi yang lebih besar daripada luas lapangan yang lain, yaitu sebesar 5,2 %. Sedangkan perbedaan koreksi luas lapangan pada luas lapangan 35 x 35 cm2 dan 40 x 40 cm2, dikarenakan perbedaan hamburan pada virtual water, dimana phantom yang digunakan berukuran 30 x 30 cm2, sedangkan pengukuran melebihi ukuran virtual water.
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
Faktor Koreksi
30
1,08 1,06 1,04 1,02 1 0,98 0,96 0,94 0,92
OF IC OF DIODA
0
20
40
60
Luas Lapangan (cm2)
Gambar 4.3 Grafik koreksi luas lapangan energi 6 MV 1,1
Faktor Koreksi
1,05 1 0,95 of IC
0,9
OF DIODA
0,85 0,8 0
20
40
60
Luas Lapangan (cm2)
Gambar 4.4 Grafik koreksi luas lapangan energi 10 MV
Berdasarkan gambar 4.3 dan 4.4, juga ditunjukkan adanya perbedaan antara output faktor bilik ionisasi dengan dioda pada luas lapangan terendah, begitu juga pada luas lapangan tertinggi. Dari faktor koreksi luas lapangan diatas, baik energi 6 MV maupun 10 MV, memiliki presentase tidak lebih dari 2 %, maka dalam hal ini menunjukan bahwa meletakkan dioda pada permukaan phantom dengan bertujuan mendapatkan dosis di Dmax sudah tepat.
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
31
4.5
Pengujian Koreksi SSD Pengukuran koreksi SSD dilakukan menggunakan variasi SSD dengan interval 5 cm, dimulai dari SSD 90 cm hingga 100 cm. SSD yang dipakai sesuai dengan kondisi yang biasa dilakukan pada pasien. Pengukuran dilakukan dengan sudut gantri vertikal tegak lurus dengan permukaan, nilai MU tetap, dan luas lapangan 10 x 10 cm. Pada penyinaran, detektor bilik ionisasi dan dioda diletakkan bersama sama, dimana bilik ionisasi diletakkan pada kedalaman 10 cm, sedangkan detektor dioda diletakkan pada permukaan phantom. Pengukuran dilakukan pada 2 energi yang berbeda, yaitu 6 MV dan 10 MV. Baik bilik ionisasi maupun dioda, untuk setiap SSD diambil rata ratanya, hasil bacaan ionisasi chamber dirubah ke Dmax, kemudian bacaan ionisasi pada dmax dan bacaan dioda dinormalisasi terhadap bacaan pada SSD 100 cm. Untuk menetukan koreksi SSD, normalisasi dari bilik ionisasi dibagi dengan normalisasi dari dioda. Seluruh pengukuran dan hasil pengolahan ditunjukkan pada tabel 4.10 untuk energi 6 MV dan tabel 4.11 untuk energi 10 MV
Tabel 4.10 Hasil pengukuran koreksi SSD energi 6 MV SSD (cm) 110 105 100 95 90
Ionisasi Chamber D10 Dmax (nC) (nC) normalisasi 10,677 15,638 0,836 11,560 17,046 0,911 12,597 18,712 1 13,767 20,616 1,102 15,130 22,861 1,222
Dioda Dmax (nC) 26,025 28,532 31,482 34,943 39,085
normalisasi 0,827 0,906 1 1,110 1,241
Faktor Koreksi SSD
Persentase
1,011 1,005 1 0,993 0,984
-1,10% -0,52% 0,00% 0,73% 1,59%
Tabel 4.11 Hasil pengukuran koreksi SSD energi 10 MV SSD (cm) 110 105 100 95 90
D10 (nC) 11,753 12,797 13,960 15,267 16,797
Bilik Ionisasi Dmax (nC) normalisasi 16,003 0,831 17,527 0,911 19,246 1 21,199 1,101 23,510 1,222
Dioda Dmax (nC) normalisasi 25,897 0,820 28,537 0,904 31,577 1 35,007 1,109 39,139 1,239
Faktor Koreksi SSD 1,014 1,008 1 0,994 0,986
Presentase -1,38% -0,77% 0,00% 0,64% 1,45%
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
32
Pada tabel 4.10 dan 4.11, faktor koreksi SSD memperlihatkan bahwa semakin besar SSD, faktor koreksi semakin besar, dan prosentase peningkatannya tidak lebih dari 1 % untuk setiap peningkatan SSD. Kemudian dari tabel 4.10 dan 4.11 dibuat grafik, grafik hubungan antara normalisasi dengan SSD yang digunakan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.5 untuk energi 6 MV dan 4.6 untuk energi 10 MV
faktor koreksi
1,4 y = -0,020x + 3,083 R² = 0,990 1,2
IC Dioda Linear (IC)
1
Linear (Dioda)
y = -0,019x + 2,939 R² = 0,992 0,8 80
90
100 SSD (cm)
110
120
Gambar 4.5 Grafik koreksi dioda dan bilik ionisasi energi 6 MV
Faktor Koreksi
1,4 y = -0,020x + 3,101 R² = 0,992
1,2
IC dioda Linear (IC)
1
Linear (dioda)
y = -0,019x + 2,954 R² = 0,993
0,8 80
90
100 SSD (cm)
110
120
Gambar 4.6 Grafik koreksi dioda dan bilik ionisasi energi 10 MV Dari gambar 4.5 dan 4.6 menunjukan faktor koreksi SSD pada energi 6 MV dan 10 MV, dari kedua tabel diatas dapat dilihat bacaan dioda dari SSD 110 hingga 90 cm, dimana bacaan dioda meningkat
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
33
ketika SSD semakin pendek, peningkatan bacaan dioda lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan bilik ionisasi, hal ini dikarenakan detektor dioda lebih sensitif terhadap hamburan, dimana semakin dekat ke kolimator semakin besar hamburan, maka semakin besar radiasi yang ditangkap dioda. Dari kedua gambar diatas juga diperoleh hubungan antara jarak dengan bacaan detektor. Dari hubungan tersebut diperoleh nilai yang konsisten, dimana semakin pendek jarak sumber dengan permukaan phantom semakin besar bacaan detektor.
1,003 y = 2,78E-04x + 9,72E-01 R² = 9,97E-01
Faktor Koreksi
1,002 1,001
FK SSD Geometri
1 0,999
Linear (FK SSD Geometri)
0,998 0,997 0,996 80
90
100 SSD (cm)
110
120
Gambar 4.7 Grafik faktor koreksi SSD geometri energi 6 MV
1,006 y = 4,92E-04x + 9,51E-01 R² = 9,97E-01
Faktor Koreksi
1,004
FK SSD geometri
1,002 1
Linear (FK SSD geometri)
0,998 0,996 0,994 80
90
100 SSD (cm)
110
120
Gambar 4.8 Grafik faktor koreksi SSD geometri energi 10 MV Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
34
Sedangkan berdasarkan gambar 4.7 dan 4.8 menunjukkan bahwa faktor koreksi SSD geometri tergantung berdasarkan perubahan SSD, dimana faktor koreksi SSD geometri bersifat linear, semakin besar SSD yang dipakai dalam pengukuran maka koreksi geometri semakin besar pula.
4.6
Pengujian Koreksi Sudut Sinar Datang Hasil pengukuran telah di rata rata dan ditunjukan pada tabel 4.12. Data dari tabel 4.12 diperoleh dari penyinaran dengan Luas lapangan 10 x 10 cm2, SSD 100 dan MU 100 dengan variasi sudut sinar datang. Penyinaran dilakukan tiga kali untuk masing masing variasi sudut sinar datang. Hasil pengukuran variasi sudut sinar datang kemudian diambil rata ratanya dan dilakukan normalisasi terhadap gantri vertikal. Hasil pengolahan data kemudian dibuat grafik
Tabel 4.12 Bacaan dioda koreksi sudut sinar datang energi 6 MV dan 10 MV
sudut 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50 -60 -70 -80 -90
6 MV Bacaan faktor (nC) koreksi 34,760 1,110 34,711 1,108 33,071 1,056 31,934 1,020 31,370 1,002 31,288 0,999 31,270 0,998 31,248 0,998 31,271 0,998 31,322 1,000 31,237 0,997 31,301 0,999 31,215 0,997 31,224 0,997 31,256 0,998 31,872 1,018 33,043 1,055 34,656 1,106 34,566 1,104
10 MV Bacaan Faktor (nC) Koreksi 11,920 1,106 11,904 1,105 11,357 1,054 10,978 1,019 10,790 1,001 10,763 0,999 10,757 0,998 10,749 0,998 10,757 0,998 10,774 1 10,746 0,997 10,767 0,999 10,738 0,997 10,741 0,997 10,752 0,998 10,957 1,017 11,348 1,053 11,885 1,103 11,855 1,100
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
35
1,12 1,1 Faktor Koreksi
1,08 1,06 10 MV
1,04
6 MV
1,02 1 0,98 -100
-50
0 Sudut
50
100
Gambar 4.9 Grafik koreksi Sudut sinar datang energi 6 MV dan 10 MV
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa sudut gantri 0 derajat hingga 50 derajat memiliki koreksi faktor yang tidak terlalu signifikan berbeda. Perubahan faktor koreksi semakin besar ketika berada pada sudut 60 derajat ke atas. Pada tabel 4.12, baik energi 6 MV maupun 10 MV menunjukan bahwa mulai dari sudut 50 derajat dan -50 derajat, besarnya faktor koreksi sudut lebih dari 1,05, peningkatan yang signifikan tersebut juga dapat dilihat pada gambar 4.9. Permukaan dioda merupakan daerah yang paling sensitif terhadap radiasi dibandingkan daerah lain, karena dari permukaan dioda ini yang dipakai untuk menangkap radiasi. Menurunnya radiasi yang diterima dioda dikarenakan respon dioda dalam menangkap radiasi berkurang dikarenakan sudut sinar datang Dari gambar 4.9 juga menunjukan bahwa sudut 60 derajat telah memberikan koreksi faktor yang besar, maka dari itu terlihat jangkauan normal detektor dioda berada pada 0 derajat hingga 50 derajat. Hal ini dikarenakan, hanya sebagian kecil radiasi yang masuk melalui permukaan dioda. Dari gambar 4.9 disimpulkan, dimana pada kedua energi, baik 6 MV maupun 10 MV, dioda memiliki respon yang sama terhadap
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
36
variasi sudut sinar datang. Sehingga pada variasi ini, energi tidak banyak berpengaruh terhadap respon sudut.
4.7
Pengujian Koreksi Tray Pengukuran koreksi tray dilakukan dengan 2 detektor, yaitu dioda yang diletakkan di permukaan phantom, sedangkan bilik ionisasi diletakkan di kedalaman 10 cm. Pengukuran dilakukan 2 kali, yaitu dengan menggunakan tray dan tanpa tray, dengan nilai MU 100 dan SSD 100 cm, sudut gantri 00, dengan variasi luas lapangan. Pengukuran pada bilik ionisasi baik yang menggunakan tray maupun tidak, rata ratanya di rubah hingga bacaanya berada pada Dmax dengan menggunakan PDD. Kemudian bacaan pada Dmax dengan tray dibagi dengan bacaan Dmax tanpa tray, dilakukan pada ionisasi chamber maupun dioda. Untuk mendapatkan faktor koreksi tray, hasil bagi antara Dmax tray dengan Dmax tanpa tray ionisasi chamber dibagi dengan hasil bagi antara dioda tray dengan dioda tanpa tray. Hasil pengukuran telah di rata rata dan ditunjukan pada tabel 4.13 untuk energi 6 MV, dan tabel 4.14 untuk energi 10 MV. Tabel 4.13 Hasil pengukuran faktor koreksi tray energi 6 MV
FS 2 (cm )
Bilik Ionisasi Tray (nC)
tanpa tray (nC) Dmax
Dioda Dmax tray Dmax(tanpa tray)
Tray (nC)
tanpa tray (nC)
Dmax tray Dmax(tanpa tray)
Faktor Koreksi Tray
D10
Dmax
D10
4
9,821
15,630
10,997
17,500
0,893
25,379
29,573
0,856
1,041
5
10,127
15,781
11,377
17,729
0,890
25,858
29,956
0,863
1,031
6
10,423
16,106
11,703
18,083
0,890
26,204
30,338
0,864
1,032
7
10,650
16,314
11,963
18,326
0,890
26,429
30,576
0,864
1,030
8
10,873
16,515
12,217
18,555
0,890
26,709
30,858
0,866
1,028
9
11,057
16,607
12,413
18,644
0,891
26,899
31,032
0,867
1,028
10
11,243
16,701
12,627
18,756
0,890
27,149
31,338
0,866
1,028
12
11,527
16,971
12,950
19,067
0,890
27,511
31,768
0,866
1,028
15
11,897
17,227
13,337
19,312
0,892
28,008
32,255
0,868
1,027
20
12,367
17,599
13,823
19,672
0,895
28,745
32,949
0,872
1,025
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
37
Tabel 4.14 Hasil pengukuran faktor koreksi Tray energi 10 MV Bilik Ionisasi FS 2 (cm )
Tray (nC)
tanpa tray (nC)
Dioda Dmax tray Dmax(tanpa tray)
Tray (nC)
tanpa tray (nC)
Dmax tray Dmax(tanpa tray)
faktor koreksi tray
D10
Dmax
D10
Dmax
4
11,200
16,069
12,373
17,753
0,905
27,385
27,678
0,989
0,915
5
11,545
16,378
12,783
18,135
0,903
27,940
29,934
0,933
0,968
6
11,835
16,647
13,083
18,402
0,905
28,324
30,325
0,934
0,968
7
12,045
16,847
13,336
18,654
0,903
28,636
30,634
0,935
0,966
8
12,265
17,060
13,573
18,880
0,904
28,996
30,999
0,935
0,966
9
12,430
17,213
13,750
19,041
0,904
29,251
31,231
0,937
0,965
10
12,610
17,385
13,960
19,246
0,903
29,574
31,577
0,937
0,964
12
12,890
17,626
14,237
19,468
0,905
30,091
32,026
0,940
0,964
15
13,225
17,731
14,580
19,547
0,907
30,724
32,599
0,942
0,962
20
13,650
18,446
15,013
20,289
0,909
31,604
33,362
0,947
0,960
Dari tabel energi 6 MV dan 10 MV diatas menunjukan bahwa faktor koreksi tray pada energi 6 MV lebih besar dari pada energi 10 MV, dimana pada koreksi tray 6 MV memiliki rata-rata 1,0297, sedangkan pada energi 10 MV memiliki rata-rata 0,9599. Perbedaan signifikan dari faktor koreksi tray baik pada energi 6 MV maupun 10 MV berada pada luas lapangan 4 x 4 cm2. Maka berdasarkan kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa koreksi tray untuk setiap luas lapangan relatif konsan, kecuali luas lapangan 4 x 4 cm2, sehingga cukup koreksi dengan satu kondisi saja. Dari hasil pembahasan keseluruhan pengukuran, maka diperoleh secara Umum bahwa : a.
arah datang sinar pada energi 6 MV dan 10 MV tidak memberikan efek yang berpengaruh dari sudut -50 s/d 50 derajat. Efek arah datang sinar akan meningkat tajam dimulai dari sudut 60 derajat.
b.
Faktor kalibrasi dioda berbeda pada energi 6 MV dan 10 MV, pada dosis diatas 100 cGy faktor kalibrasi yang lebih tinggi daripada faktor kalibrasi pada dosis dibawah 100 cGy.
c.
Bacaan dioda semakin besar pada SSD yang pendek daripada bacaan bilik ionisasi, sehingga semakin pendek jarak, faktor koreksi SSD semakin kecil.
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
38
d.
Dengan menempatkan dioda di permukaan phantom sudah tepat, karena output faktor yang diukur memiliki prosentase kurang 2 %, kecuali pada luas lapangan terendah dan yang tertinggi, dikarenakan perbedaan hamburan yang mempengaruhi detektor.
e.
Faktor tray yang digunakan relatif konstan kecuali pada luas lapangan 4 x 4 cm2 sehingga cukup koreksi dengan 1 kondisi saja
Untuk itu disarankan faktor koreksi dan faktor kalibrasi yang telah diperoleh dari pengukuran digunakan untuk melakukan estimasi dosis pasien secara in vivo menggunakan persamaan
D = Rdioda x Fcal x CF Dimana, D
= Dosis masuk
Rdioda
= Bacaan dioda
Fcal
= Faktor kalibrasi
CF
= Faktor koreksi
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
BAB V KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1
Faktor kalibrasi dioda pada energi 6 MV sebesar 3,189 dan pada 10 MV sebesar 3,121.
2
Detektor dioda pada dosis 10-300 cGy memiliki respon linear terhadap perubahan dosis.
3
Variasi luas lapangan memiliki presentase kurang dari 2 %, kecuali pada energi 10 MV dengan luas lapangan 4 x 4 cm2, 35 x 35 dan 40 x 40 cm2.
4
Pada energi 6 MV dan 10 MV semakin pendek jarak, faktor koreksi SSD semakin kecil.
5
Arah datang sinar dari sudut -50 s/d 50 derajat pada energi 6 MV dan 10 MV memberikan efek yang relatif konstan. Efek arah datang sinar meningkat tajam dimulai dari sudut 60 derajat.
6
Koreksi tray untuk setiap luas lapangan kecuali luas lapangan 4 x 4 cm2 relatif konstan sehingga cukup koreksi dengan satu kondisi saja
5.2
Saran Penelitian ini merupakan penelitian awal yang sangat penting untuk dilanjutkan dengan beberapa saran pelaksanaan berikut : a. Pengukuran dengan energi yang lebih bervariasi. b. Faktor koreksi dan faktor kalibrasi yang telah diperoleh dari pengukuran dapat digunakan untuk melakukan estimasi dosis pasien secara in vivo menggunakan persamaan
D = Rdioda x Fcal x CF
39
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
40
Dimana, D
= Dosis masuk
Rdioda
= Bacaan dioda
Fcal
= Faktor kalibrasi
CF
= Faktor koreksi
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
AAPM Report No. 87. Diode In Vivo Dosimetry for Patients Receiving External Beam Radiation. American Association of Physicists in Medicine. Madison. 2005. Dam, Van dan Marinello. Ed. Booklet 1 Methods for In Vivo Dosimetry In External
Radiotherphy. European Society For Radiotheraphy End
Oncology. Brussels. 2006 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. Panduan Teknis Penyusunan Skripsi Sarjana Sains. Jakarta : UI Press, 2002 Huykens, D.P. et all. Practical Guidelines For The Of In Vivo Dosimetry With Diodes In External Radiotheraphy With Photons Beam (Entrance Dose). European Society For Radiotheraphy End Oncology. Brussels. 2001 International Atomic Energy Agency. Absorbed Dose Determination in External Beam Radiotheraph, Technical Reports Series 398. Vienna. 2000. Metcalfe, Peter, et all. The Physics of Radiotheraphy X-Ray End Electrons. Medical Physics Publishing Madison. Wisconsin. 2007 Nasukha, et all. Dosimetri In-Vivo Pada Pasien Kanker Payudara dan Nasofaring. Kontribusi Fisika Indonesia Vol 3. Jakarta. 2002 .Willians, J. R dan Ed. I. Thwaites. Ed. Radiotheraphy Physics In Practise. Oxford Medical Publications. Edinburgh. 1993
www.babehedi.com/2012/01/V-behavioururldevault/mlo_9537.html www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/pengukuran-radiasi/dasav_04html
41
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Verifikasi Dosis Absolut
Hasil pengukuran dosis absolut water phantom energi 6 MV Bacaan Ionisasi Chamber (nC)
tegangan kerja (V)
1
2
3
4
400
25,77
25,77
25,73
25,78
25,75
25,76
-400
25,73
25,75
25,75
25,75
25,75
25,75
100
25,56
25,56
25,57
25,57
25,57
25,57
5 rata2
Hasil perhitungan water phantom 6 MV M1(NC/MU) 0,1288
KTP
Kelek
Kpol
1,005
1
Ks 1
MQ
D(Zmax) (cGy)
1,002 0,1300912
1,0165
Hasil pengukuran dosis absolut virtual water energi 6 MV Bacaan Ionisasi chamber (nC)
Tegangan kerja (V)
1
2
3
4
5 rata-rata
400
25,3
25,33
25,35
25,36
25,35
25,33
-400
25,39
25,37
25,36
25,38
25,38
25,38
100
25,2
25,21
25,22
25,24
25,22
25,22
Hasil perhitungan virtual phantom 6 MV M1(nC/MU) 0,1267
Ktp 1,001
Kelek
Kpol 1
Ks
1,001
1,002
42
MQ
Dw(Zmax) (cGy/MU)
0,13
1,0215
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
43
Hasil pengukuran dosis absolut water phanton energi 10 MV Bacaan Ionisasi Chamber (nC)
Tegangan Kerja (V)
1
2
3 rata-rata
400
41,98
41,92
41,98
41,96
100
41,52
41,48
41,50
41,50
-400
41,95
41,95
41,98
41,96
Hasil perhitungan water phantom energi 10 MV KTP
Kpol
1,004
Ks
MQ
Kelek
1 1,004 0,141
Dw(zref) cGy/MU
1
Dw(Zmax) cGy/MU
0,74
1,0144
Hasil Pengukuran dosis absolut virtual water energi 10 MV bacaan Ionisasi Chamber (nC)
Tegangan Kerja (V)
1
2
3
rata-rata
400
41,52
41,53
41,51
41,52
100
41,01
41,06
41,06
41,04
-400
41,40
41,47
41,46
41,44
Hasil perhitungan dosis absolut virtual water energi 10 MV Ktp
Ks
Kpol
MQ
1,007 1,004 0,999 0,1398
Kelek
Dw(Zref) cGy/Mu
1 0,73
Dw(Zmax) cGy/MU 1,0064
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
44
Lampiran 2. Hasil pengukuran kalibrasi Hasil pengukuran kalibrasi 6 MV MU (cGy) 300 250 200 150 100 80 50 30 20 10
Dioda Faktor (nC) Kalibrasi 93,948 3,193 78,308 3,193 62,621 3,194 47,018 3,190 31,305 3,194 25,091 3,188 15,685 3,188 9,431 3,181 6,278 3,186 3,140 3,185
Hasil pengukuran kalibrasi 10 MV
MU (cGy) 300 250 200 150 100 80 50 30 20 10
Dioda (nC) 96,1613 80,054 63,975 48,012 32,003 25,640 16,012 9,615 6,409 3,212
Faktor Kalibrasi 3,120 3,123 3,126 3,124 3,125 3,120 3,122 3,120 3,120 3,113
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
45
Lampiran 3. Hasil pengukuran Linearitas
Hasil pengukuran linearitas energi 6 MV dosis(cGy) 300 250 200 150 100 80 50 30 20 10
1 93,8797 78,3393 62,5568 47,0341 31,2971 25,0804 15,6863 9,4207 6,2783 3,1356
bacaan dioda(nC) 2 3 Rata-rata 93,9455 94,0174 93,9475 78,2648 78,3204 78,3082 62,6408 62,6643 62,6206 46,9869 47,0335 47,0182 31,2971 31,3211 31,3051 25,0902 25,1020 25,0909 15,6925 15,6747 15,6845 9,3897 9,4818 9,4308 6,2800 6,2767 6,2783 3,1389 3,1445 3,1397
Hasil pengukuran linearitas energi 10 MV dosis (cGy)
300 250 200 150 100 80 50 30 20 10
1 96,0955 80,1082 63,9449 48,0270 31,9621 25,6731 15,9974 9,6093 6,4071 3,2052
Bacaan dioda (nC) 2 3 rata-rata 96,1658 96,2226 96,1613 80,0569 79,9974 80,0542 63,9593 64,0219 63,9754 47,9856 48,0231 48,0119 32,0115 32,0355 32,0030 25,6251 25,6219 25,6400 16,0266 16,0120 16,0120 9,6223 9,6120 9,6145 6,4164 6,4045 6,4093 3,2152 3,2161 3,2122
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
46
Lampiran 4. Hasil pengukuran luas lapangan Pengukuran Luas lapangan energi 6 MV
FS (cm2) 4 5 6 7 8 9 10 12 15 20 25 30 35 40
Ionisasi Chamber Dmax Dmax D10 (nC) (nC) Dmax(10) 10,997 17,501 0,933 11,377 17,729 0,945 11,703 18,083 0,964 11,963 18,326 0,977 12,217 18,555 0,989 12,413 18,644 0,994 12,627 18,756 1,000 12,950 19,066 1,017 13,337 19,312 1,030 13,823 19,672 1,049 14,137 19,947 1,064 14,310 20,012 1,067 14,347 19,937 1,063 14,330 19,919 1,062
Dioda Faktor Koreksi Dmax Dmax Luas (nC) Lapangan presentase Dmax(10) 29,573 0,944 0,989 1,13 % 29,956 0,956 0,989 1,12 % 30,338 0,968 0,996 0,41 % 30,576 0,976 1,001 -0,14 % 30,858 0,985 1,005 -0,47 % 31,032 0,990 1,004 -0,38 % 31,338 1,000 1,000 0,00 % 31,768 1,014 1,003 -0,28 % 32,255 1,029 1,000 -0,03 % 32,949 1,051 0,996 0,25 % 33,402 1,066 0,998 0,22 % 33,579 1,072 0,996 0,43 % 33,591 1,072 0,992 0,83 % 33,437 1,067 0,995 0,47 %
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
47
Pengukuran Luas Lapangan energi 10 MV
FS (cm2) 4 5 6 7 8 9 10 12 15 20 25 30 35 40
Ionisasi Chamber Dmax Dmax D10 (nC) (nC) Dmax(10) 12,373 17,753 0,922 12,783 18,135 0,942 13,083 18,402 0,956 13,337 18,654 0,969 13,573 18,880 0,981 13,750 19,041 0,989 13,960 19,246 1,000 14,237 19,468 1,012 14,580 19,547 1,016 15,013 20,289 1,054 15,263 20,375 1,059 15,393 20,461 1,063 15,407 20,282 1,054 15,380 20,254 1,052
Dioda
Dmax Bacaan (nC) Dmax(10) 27,678 0,877 29,934 0,948 30,325 0,960 30,634 0,970 30,999 0,982 31,231 0,989 31,577 1,000 32,026 1,014 32,599 1,032 33,362 1,057 33,796 1,070 33,884 1,073 34,088 1,080 33,983 1,076
faktor koreksi Luas lapangan presentase 1,052 -5,24% 0,994 0,60% 0,996 0,44% 0,999 0,09% 0,999 0,08% 1,000 -0,03% 1,000 0,00% 0,997 0,27% 0,984 1,62% 0,998 0,22% 0,989 1,08% 0,991 0,93% 0,976 2,38% 0,978 2,21%
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
48
Lampiran 5. Hasil pengukuran SSD Pengukuran SSD energi 6 MV SSD 110 105 100 95 90
Bacaan IC 10,6767 11,56 12,5967 13,7667 15,13
f meynor 1,0142 1,0074 1 0,9919 0,9831
PDD 0,6828 0,6782 0,6732 0,6678 0,6618
bacaan Dmax 15,6377 17,0458 18,7116 20,6158 22,8609
normalisasi 0,8357 0,9110 1 1,1018 1,2217
dioda 26,0253 28,53187 31,48243 34,943 39,08493
normalisasi 0,8267 0,9063 1 1,1099 1,2415
FK SSD 1,0110 1,0052 1 0,9927 0,9841
Pengukuran SSD energi 10 MV SSD 110 105 100 95 90
IC (nC) 11,7532 12,7967 13,96 15,26 16,79
f meynord 1,0126 1,0066 1 0,9928 0,9850
PDD 0,7344 0,7300 0,7253 0,7201 0,7144
bacaan Normalisasi Normalisasi FK. Dmax IC IC dioda dioda SSD 16,0034 0,8315 25,89707 0,8201 1,0138 17,5284 0,9107 28,53737 0,9037 1,0077 19,2472 1 31,57695 1 1 21,2005 1,1015 35,00697 1,1086 0,9935 23,5108 1,2215 39,13867 1,2395 0,9855
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
49
Lampiran 6. Hasil pengukuran sudut sinar datang Pengukuran sudut sinar datang energi 6 MV dan 10 MV
sudut 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50 -60 -70 -80 -90
6 MV Bacaan faktor (nC) koreksi 34,760 1,110 34,711 1,108 33,071 1,056 31,934 1,020 31,370 1,002 31,288 0,999 31,270 0,998 31,248 0,998 31,271 0,998 31,322 1,000 31,237 0,997 31,301 0,999 31,215 0,997 31,224 0,997 31,256 0,998 31,872 1,018 33,043 1,055 34,656 1,106 34,566 1,104
10 MV Bacaan Faktor (nC) Koreksi 11,920 1,106 11,904 1,105 11,357 1,054 10,978 1,019 10,790 1,001 10,763 0,999 10,757 0,998 10,749 0,998 10,757 0,998 10,774 1 10,746 0,997 10,767 0,999 10,738 0,997 10,741 0,997 10,752 0,998 10,957 1,017 11,348 1,053 11,885 1,103 11,855 1,100
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 7. Hasil pengukuran Tray
Pengukuran tray energi 6 MV FS (cm2) 4 5 6 7 8 9 10 12 15 20
Ionisasi Chamber tanpa tray (nC)
Tray (nC) D10 9,821 10,127 10,423 10,650 10,873 11,057 11,243 11,527 11,897 12,367
Dmax 15,630 15,781 16,106 16,314 16,515 16,607 16,701 16,971 17,227 17,599
D10 10,997 11,377 11,703 11,963 12,217 12,413 12,627 12,950 13,337 13,823
Dmax tray
Tray (nC)
Dmax Dmax(tanpa tray) 17,500 0,893 25,379 17,729 0,890 25,858 18,083 0,890 26,204 18,326 0,890 26,429 18,555 0,890 26,709 18,644 0,891 26,899 18,756 0,890 27,149 19,067 0,890 27,511 19,312 0,892 28,008 19,672 0,895 28,745
50
Dioda tanpa Dmax tray tray (nC) Dmax(tanpa tray) 29,573 0,856 29,956 0,863 30,338 0,864 30,576 0,864 30,858 0,866 31,032 0,867 31,338 0,866 31,768 0,866 32,255 0,868 32,949 0,872
Faktor Koreksi Tray 1,041 1,031 1,032 1,030 1,028 1,028 1,028 1,028 1,027 1,025
Universitas Indonesia
Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012
51
Pengukuran tray energi 10 MV
FS (cm2) 4 5 6 7 8 9 10 12 15 20
Ionisasi Chamber tanpa tray (nC)
Tray (nC) D10 11,200 11,545 11,835 12,045 12,265 12,430 12,610 12,890 13,225 13,650
Dmax 16,069 16,378 16,647 16,847 17,060 17,213 17,385 17,626 17,731 18,446
D10 12,373 12,783 13,083 13,336 13,573 13,750 13,960 14,237 14,580 15,013
Dmax 17,753 18,135 18,402 18,654 18,880 19,041 19,246 19,468 19,547 20,289
Dmax tray Dmax(tanpa tray)
Tray (nC)
0,905 0,903 0,905 0,903 0,904 0,904 0,903 0,905 0,907 0,909
27,385 27,940 28,324 28,636 28,996 29,251 29,574 30,091 30,724 31,604
Dioda tanpa Dmax tray tray Dmax(tanpa tray) (nC) 27,678 0,989 29,934 0,933 30,325 0,934 30,634 0,935 30,999 0,935 31,231 0,937 31,577 0,937 32,026 0,940 32,599 0,942 33,362 0,947
faktor koreksi tray 0,915 0,968 0,968 0,966 0,966 0,965 0,964 0,964 0,962 0,960
Universitas Indonesia Karakterisasi detektor..., Aden Rendang Sumedi Putri, FMIPA UI, 2012