Bandung,
Pro,ceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sains dmt Tekrwlagi Menuju Era Tinggal Landas
DOSIMETRI RADIOTERAPI UNTUKBERKAS
8 - 10 Oktober
1991 PPTN - BATAN
FOTON ASIMETRIK
Susetyo Trijoko Pus at Standarisasi Penelitian Keselamatan Radiasi - Badan Tenaga Atom Nasional AJBSTRAK DOSIMETRI RADIOTERAPI UNTUK BERKAS FOTON ASIMETRIK. Telah dilakukan penelitian dosimetri radioterapi dengan menggunakan berkas foton asimetrik berenergi 6-MV yang berasal dari pesawat akselerator linier (linac) Philips SL-25 di Westmead Hospital, Sydney. Beberapa parameter dosimetri, seperti faktor keluaran (OF), nisbah tertinggi- jaringan (TMR),nisbah sentra-jauh (OCR),dan nisbah sentra -jauh utama (POCR),diukur di dalam fantom-air pada berbagai kedalaman dan luas lapangan (FS) radiasi. Kemudian profil dosis untuk lapangan radiasi asimetrik dihitung dengan menggunakan parameter- parameter tersebut.Distribusi dosis untuk berkas radiasi asimetrik yang sarna, juga diukur dengan menggunakan detektor bilik pengionan 0,6 cc di dalam fantom-air. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan antara dosis terukur dan dosis perhitungan mencapai 3% pada jarak 14 cm dari sumbu pusat, tetapi untuk titik-titik di dekat sumbu pusat perbedaannya di bawah 1%. ABSTRACT RADIOTHERAPEUTICAL DOSIMETRY FOR ASYMMETRIC PHOTON BEAMS. Research on radio therapeutical dosimetry of asymmetric photon beam having energy of 6-MV produced by linear accelerator (linac) machine Philips SL-25 was carried out in Westmead Hospital, Sydney. Several dosimetric parameters, such as output factor (OF), tissue-maximum ratio (TMR), off-centre ratio (OCR),and primary off-centre ratio (POCR) were measured in a water-phantom at various depths and radi;.tion field sizes (FS). Then dose profiles of asymmetric radiation field were calculated by applying those parameters. Dose distributions of the same chamber detector of 0.6 cc in the water-phantom.Experiment results showed that the difference between the measu~d dose and calculated dose reached 3% at a distance of 14 cm away from central axis, but at point close to the central axis the differences were below 1%.
PENDAHULUAN Pesawat akselerator linier (linac) medik model Philips SL-25 yang digunakan dalam penelitian ini memiliki keunikan pada sistem kolimasi radiasinya,yang terdiri atas 4 rahang (jaw) yang masing- masing dapat digerakkan secara bebas. Dengan 4 rahang bebas tersebut, berkas radiasinya dapat berbentuk lapangan radiasi simetrik maupun asimetrik. Penggunaan berkas foton asimetrik untuk menyinari kanker merupakan satu subyekyang relatif baru dalam dosimetri radioterapi. Kombinasi tiga arah penyinaran (three-field technique) dengan menggunakan berkas foton asimetrik terbukti sangat efektif untuk tempi kanker payudara [1]. Untuk menghitung dosis dari berkas foton asimetrik, Chui et.al [2]memperkenalkan suatu metoda yang didasarkan pada parameter dosimetri berkas foton simetrik. Metoda baru yang diperkenalkan pada akhir tahun 1988 tersebut belum pernah diterapkan pada pesawat linac selainjenis Varian Clinac-6/100 berenergi 6 MV. Dalam penelitian ini profil dosis berkas foton asimetrik yang berasal dari pesawat linac
Philips SL-25 dihitung dengan menggunakan metoda Chui, kemudian hasilnya dibandingkan dengan profil dosis hasil pengukuran. TEOR!
Perhitungan dosis untuk berkas foton asimetrik melibatkan sejumlah parameter dan memerlukan banyak data. Parameter tersebut antara lain adalah faktor keluaran (OF), nisbah tertinggi-jaringan (TMR), dan nisbah sentrajauh (OCR). Paktor keluaran (OP)
OF adalah perbandingan laju dosis pada luas lapangan wx wcm terhadap lajudosis pada luas lapangan 10 x 10 cm, yang diukur pada kedalaman d-max [3]. Dengan definisi tersebut, OF secara matematik dapat dituliskan: (1)
Nisbah tertinggi -jaringan (TMR)
TMR adalah perbandingan laju dosis untuk luas lapangan w x w cm pada kedalaman d(cm) terhadap laju dosis di titik yang sarna pada
410
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sains dan Tekrwwgi Menuju Era Tinggal Landas
kedalaman d-max [3]. Selanjutnya dirumuskan: TMR (d,w)
=])
Bandung,
(2)
Nisbah sentra-jauh (OCR)
OCR didefinisikan sebagai perbandingan laju dosis pada jarak r (em) dari sumbu berkas simetri terhadap laju dosis pada sumbu berkas pada kedalaman yang sarna [4]. OCRdapatdituliskan OCR (r,d)
=
D (r,d) / D (o,d)
Oktober 1991 PPTN - BATAN
o (r,d,w) mewakili laju dosis untuk semua titik di bawah berkas radiasi foton asimetrik (Gambar 1). Membagi 0 (r,d, w) dengan dosis referensi, n (10), akan didapatkan distribusi laju dosis (profil dosis) dari berkas foton yang bersangkutan.
TMR dapat
(d,w) / D (d-max,w)
8 - 10
]) (r,d,w) /:0 (10)
=
OF (w) x TMR (d,w) x OCR (r,d) (7)
Dengan mengetahui nilai-nilai OF, TMH dan OCR, maka distribusi laju dosis untuk lapangan radiasi asimetrik pada kedalaman tertentu dapat dihitung seeara manual dengan
(3)
Dalam metoda Chui [4], OCR dihitung dengan mengalikan nisbah sentra-jauh utama (POCR) dan fungsi ba tas (BF) seperti yang dijelaskan berikut ini.
FOKUS
Nisbah sentrarjauh utama (POCR) POCR didefinisikan sebagai perbandingan laju dosis pada jarak r(em) dari sumbu pusat terhadap laju dosis pada sumbu pusat pada kedalaman yang sarna untuk luas lapangan maksimum [4]. Idealnya, POCR diukur pada lapangan radiasi tak-hingga,tanpa adanya sistem kolimator. Akan tetapi hal ini tentu saja tidak mungkin bisa dilakukan. Sebagai pendekatannya, POCR ditentukan pada profil dosis pada arah diagonal dari lapangan 40 x 40 em.
KOL/MATOR
SUMBU
PUSA T
I , .UDARA
:
Fungsi batas (BF) P , ------- ~----.-
BF ini dimaksudkan untuk menjelaskan distribusi laju dosis di daerah sekitar perbatasan lapangan radiasi. Selanjutnya BF didefinisikan sebagai perbandingan dari OCR di suatu titik dengan POCR pada titik yang sarna [4] dan dirumuskan: BF (s,d) = OCR (r,d) / POCR (r,d)
w
Gambar 1. Berkas foton asimetrik an dosis di titik M (r,d, w)
perrhitung-
(4)
di mana s(em) adalah jarak dari titik pengukuran ke batas lapangan radiasi. s ada1ah no1 untuk titik tepat pada batas, s-positif untuk daerah di da1am berkas radiasi, dan s-negatif untuk daerah di 1uar berkas daerah radiasi. Apabila nilai-nilai POCR dan BF telah diketahui, maka nilai OCR di semua titik dalam berkas radiasi dapat ditentukan dengan perumusan: OCR (r,d) = POCR (r,d) x BF (s,d) (5) Dengan mengetahui OCR di semua titik, maka laju dosis radiasi di semua titik, 0 (r,d,w), akhirnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan [1],[2] dan [3]:
D (r,d,w) = D (10) x OF (w) x TMR (d,w) x OCR (r,d) (6)
menggunakan
persamaan
(7) di atas.
PERALATAN DAN TATA KERJA p,engukuran Faktor Keluaran (OF)
Detektor bilik pengionan 0,6 ee. (Nuclear Enterprise Inc.) yang dihubungkan dengan Dosemeter Farmer digital model 2570,dan fantom-air standar yang berdimensi luar 30 x 30 x 30 em digunakan dalam penelitian ini. Berka;s foton yang digunakan berenergi 6-MV dan berasal dari pesawat linac Philips SL-25. Pus at bilik pengionan ditempatkan tepat pad a isocentre (pusat rotasi kepala) pesawat, pada keda1aman dosis maksimum (d-max), yaitu 1,5 em air. Pengukuran OF dilakukan dengan menggunakan lapangan radiasi bujur sangkar dan empat persegi panjang dari 5 x 15
411
Band1J.ng, 8 - 10 Okwber 1991 PPTN - BATAN
Proceedings Seminar Reakwr Nuklir dalam Penelitian Sains dan- Tekrwlogi Menuju Era Tinggal Landns
Pada Tabel 1 terlihat bahwa OF semakin besar dengan adanya penambahan luas lapangan radiasi (w).Penambahan nilai OF terhadap luas lapangan (w) hampir mengikuti fungsi hiperbolik, seperti dinyatakan oleh Horn
em sampai dengan 25 x 25 em. Dosis yang tereatnt kemudian dikalikan dengan faktor koreksi temperatur dan tekanan udara ruang, KpT [5]. Faktor konversi R/Gy dan faktor koreksi KPT sudah built-in dalam Dosemeter Farmer 2570.
[6].
Pengukuran Nisbah Tertinggi-Jaringan (TMR)
Pada Tabe12 dapat dilihat bahwa besarnya nilai OF bergantung pada eara pembukaan rahang Gaw).Luas lapangan yang sarna bisa memberikan nilai OF yang berbeda. Pembukaan rahangatas (Y)eenderungmemberikan nilai OF yang lebih besar dari pada rahang bawah (X), misalnya nilai OF (5 x 25) lebih besar 1% daripada nilai OF (25x 5). Pengaruh inijuga pernah dilaporkan oleh Luxton et.al [7] yang menggunakan linae CGR Saturne-25. Pada Tabel 3 terlihat bahwa untuk kedalaman lebih besar dari 3 em, nilai TMR semakin besar dengan adanya penambahan luas lapangan radiasi.
Peralatan yang digunakan adalah sarna dengan perala tan untuk pengukuran OF. Pengukuran dilakukan pada lapangan radiasi bujur s.angkar 5 x 5 em sampai dengan 25 x 25 em, dan kedalaman dari 1,5 sampai dengan 20 em air. Pengukuran
Profil Dosis
Perala tan-perala tan berikut ini digunakan untuk mengukur profil dosis: 1. Fantom-air Therados Seanditronix yang berdimensi luar 60 x 60 x 50 em. 2. Dua detektor dioda silikon (tipe-p). Satu untuk scanning profil dosis, yang lainnya sebagai referensi. 3. Panel kontrol yang digunakan untuk mengatur posisi dari scanning detector.
Tabel1. Faktor keluaran (OF) dari berkas radiasi foton berenergi 6MV,Philips SL-25 OF 0,976 0,993 0,986 0,956 1,007 1,026 1,000 1,012 1,017 1,022 1,040 1,044 1,046 1,048 0,967 1,030 1,033 1,035 1,038 1,042 1,049 Luaslapangan(FS) emxem
4,.Plotter.
Detektor diatur pada posisi isocentre level. 24 24 menggerakkan deScanning dilakukan dengan 20 23 25 13 14 19 21 22 12 15 106x6 11x11 7x7 8x8 9x9 xx10 20 23 13 14 21 22 25 12 15 19 17x17 18 16 18 16 tektor di bawah berkas radiasi,pada kedalaman 5x5 a.ir. Dilakukan pengukuran dua jenis profil doSIS:
1. Profil dosis utama untuk melakukan POCR, diukur pada arah diagonal dari lapangan radiasi 40 x 40 em, dengan kedalaman air 1,5; 5; 10; 15 dan 20 em. ~~.Profil dosis untuk menentukan OCR diukur untuk lapangan radiasi 8 x 8 em, 10 x 10 em dan 15 x 15 em pada arah sumbu utama (sumbu X dan Y), masing-masing pada kedalaman air1,5; 5; 10; 15 dan 20 em. Pengukuran Dosis Berkas FotonAsimetrik
Peralatan yang digunakan sarna dengan peralatan untuk pengukuran OF. Pada pengukuran ini, lapangan radiasi asimetrik 10 x 15 em digeser sejauh 5 em dan 10 (:mdari sumbu pusat. Detektor kem~dian digerakkan, dari kiri ke kanan, menyeberangi berkas radiasi. Pada setiap posisi (r,d,w) di mana r adalah jarak ke sumbu pusat (dalam em), d adalah kedalaman air (dalam em) dan wadalah panjangsisi lapangan radiasi bujursangkar (dalam em), dosisnya dieatat. Variasi kedalaman airnya adalah 1,5; 5; 10 dan 15 em. HASILDAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran OF dari pesawat linac Philips SL-25 dapat dilihat pada Tabel 1 dan 'rabel 2.
Perbedaan TMR (20,25) dan TMR (20,5) meneapai 11%.Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan intensitas dan energi radiasi hambur yang datang dari sistem kolimator dan fantomair. Hal demikian telah diuraikan dalam
412
Bmulllng, 8 - 10 Oktober 19!Il PPTN - BATAN
Proceedings Seminar Reaktor Nllklir dalmn Penelitian Sains clan Tekrwlogi Menuju Era Tinggal Landas
pengembangan konsep nisbah udara- jaringan 3%. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena (TAR)menjadi konsep nisbah tertinggi-jaringan me- toda Chui yang mengasumsikan bahwa untuk berkas foton energi tinggi [8]. POCR untuk berkas asimetrik adalah sarna Nilai POCRyangdiperoleh dari hasil peng- dengan berkas simetrik. Selain itu perlu ukuran profil dosis utama dapat dilihat pada diketahui pula bahwa nilai POCR tergantung Tabel 2. Faktor keluaran (OF) unntuk lapangan radiasi bujur sangkar dan empat persel~i panjang, dari berkas foton 6-MV,philips SL-25 0,983 1,006 0,975 0,978 0,982 1,014 0,995 1,010 0,999 1,003 0,956 0,979 8,0 0,972 0,992 1,035 1,017 1,043 1,049 1,019 1,026 1,032 1,023 1,005 1,025 1,016 1,033 1,040 1,036 0,968 0,972 10,0 20,0 15,0 12,0 0,994 1,007 0,987 0,983 1,013 0,986 1,002 1,012 0,991 1,008 1,000 1,021 1,028 1,044 25,0 0,993 Rahang atas (Y),em 5,0 Rahang 5,0
Tabel4 (halaman berikut). Nilai POCRtersebut telah dinormalisasikan ke dosis sumbu pusat. Nilai fungsi batas (BF) yang dihitung dengan menggunakan persamaan (4) diperlihatkan pada Tabel 5 ( halamn berikut ). Selanjutnya BF tersebut dapat digunakan kembali untuk menghitung OCR dengan menggunakan persamaan (5). Perbandingan antara profil dosis terukur dan hasil perhitungan dengan persamaan (7) dapat dilihat pada Gambar 2, 3, 4 dan 5 (lihat halaman berikut). Dari gambar-gambar tersebut, terlihat adanya sedikit perbedaan antara kedua profil dosis. Untuk titik-titikyang
pada jenis dan bahan filter penyeragam berkas (flattening fil- ter) dan susunan kolimator, sehingga tiap-tiap jenis pesawat memiliki POCR .;ersendiri. KESIMPUIAN
Telah didapatkan profil dosis berkas foton asimetrik yang berasal dari pesawat linae Philips SL-25, baik dari perhitungan maupun hasil pengukuran pada berbagai kedalaman air. Profil dosis pengukuran tidak berbeda jauh dengan hasil pengukuran langsung dengan menggunakan bilik pengionan 0,6 ee. Metoda Chui untuk dosimetri radioterapi berkas foton asimetrik dapat dikatakan eukup Tabel 3. TMR dari berkas foton 6-MV,Philips SL-25
10 8x8 xxx10 15 15 12 20 25 12 20 25 0,977 1,000 0,599 0,682 0,486 0,999 0,651 0,843 0,981 0,936 0,784 0,805 0,632 0,830 0,711 0,929 0,910 0,0,923 0,741 1,000 0,740 0,729 0,859 0,982 0,932 0,759 0,849 0,983 0,942 0,794 0,819 0,875 0,829 0,999 0,549 0,534 0,682 0,517 0,592 0,568 0,664 0,701 0,611 0,715 0,770 0,869 0,782 0,944 5x5 Kedalam-0,807
Luas lapangan (FS) (em x em)
dekat dengan sumbu berkas, perbedaannya di bawah 1%.Untuk dae'rah yang jauh dari sumbu pusat, misalnya 14 em, perbedaannya meneapai
akurat, sehingga parameter berkas simetrik yang telah ada dapat digunakan untuk menentukan profil dosis berkas foton asimetrik. Wa-
413
Prcoceedings Seminar Reakwr Nuklir dalam Penelitian Sains cUm Tekrwlogi Menuju Era Tinggal Land.as
Banchtng,
8 -10
Okwber 1991 PPTN - BATAN
Tabel 4. POCR untuk berkas foton 6-MV, Philips SL-25 1,062 1,058 1,044 1,028 1,043 1,046 1,047 1,048 1,051 1,054 1,056 1,034 1,037 1,040 1,022 1,018 1,036 1,039 1,026 1,000 0,997 0,990 1,006 1,013 1,002 1,009 1,004 0,992 0,994 0,995 0,996 0,998 1,042 1,041 0,972 0,975 0,978 1,5 5,0 0,999 1,016 1,031 1,004 1,032 1,033 1,034 1,003 1,001 1,038 1,007 1,019 1,005 1,014 1,023 1,002 1,010 1,015 1,029 0,991 0,985 0,993 1,011 0,982 0,993 0,992 0,988 1,000 0,990 0,997 0,995 0,996 1,000 d1,060 d1,017 ==== 10,0 15,0 20,0 0,988
POCR
laupun untuk daerah yang semakin jauh dari sumbu pusat dapat terjadi perbedaan dosis sekitar 3%,dipandang dari segi dosimetri, angka perbedaan 3% ini masih di bawah total toleransi dosis yang diijinkan untuk terapi, yaitu sebesar Ei%.
UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada DR. L. Holley (University of Technology Sydney) dan Mr. J.F. Drew (Westmead Hospital) yang telah menjadi pembimbing dalam penelitian ini.
DAFfAR PUSTAKA 1. PODGORSAK, E.B., GOSSELIN, M., PLA, M., KIM, T.H., FREEMAN, C.R., A simple isocentric technique for irradiation of the breast, chest, wall and peripheral lymphatics. The British Journal of Radiology, 57 (1984) 57-63.
~!.CHUI,
C.S., MOHAN, R., FONTE LA, D., Dose computations independent jaws, Medical Physics 15 (1988) 92-95.
414
for asymmetric
fields defined by
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalum Penelitian Sains dan Tekrwlogi Menuju Era Tinggal Landas
DDS!S
B(mdung,
l,
R£LATIF
1.21---·-------- "---
,..
I
I
It 0.8,
!
I
I 0.6
Oktober 1991 PPTN - BAT AN
- - - - -;-, - - - -., :10
I
0
,
I
8 -10
~... ' .... ,
I
15 ..:. ,
,
,
L
-!
I I I J
- -•I I,
-
- .
10 _ :
'J
,.~
![
i
.1.
........ ..•
-I
t.J I
-- I I I
~----_:
.•
_.J
I i I
0.4
I i
02f ~
I
o ~~ -4
-2
a
2 JARAK
JI
~
FS 10
\.
.......
\
-
X
15 em:
PEr~GUKURAN
..- .. PERH!
TUNGAN
·-..L.-·-L_ .....l_...L....- ...L----LJ
4 DAR!
6 SUM8U
8
10
PUSAT
12
j4
t6
(em)
Gambar 2. Profil dosis terukur dan hasil perhitungan dari berkas foton asimetrik, pada kedalaman 1,5 em air.
DDS!S
R£LATIr
1 0,8
0.6
0,4 FS 10 X' 15 em :
~I
0.2 !12 -2 68 4 16 14 20 O ...l.. J ...
OAR!
SUM8U
-4 PUSAT
(em)
P£NGUKURAN
I
PERH!
TUNGAN
01
Gambar 3. Profil dosis terukur dan hasil perhitungan dari berkas foton asimetrik, pada kedalaman 5 em air. 3. KHAN, F.M., SEWCHAND, W., LEE, J., WILLIAMSON, J.F., Revision of tissue-maximum ratio and scatter-maximum ratio concepts for cobalt-60 and higher energy x-ray beams, Medical Physics; 7 (1980) 230-237.
415
Bandung,
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sains dan Teknologi Menuju Era Tinggal Landas
DOSlS
8 -10
Oktober 1991 PPTN - BATAN
RELATlf
1~
O.8~ !
f(\iII
I
0.6~
i
04
• •
\\ I
I
\
I
;
0.2 ~.
u L:.-::._~_~ -(
C
;:
\
".
:-. __-L.--L_ 4
.Jr"I""
FS 10'x I: em.
I,
/ 4
~
'
I I
6
\
,_.L--L-=-~
R
!O
\2
14
16
SUl'lfHl PUS AT (em)
iJARJ
GambaI' 4. Profil dosis terukur dan hasil perhitungan dari berkas foton asimetrik, pada kedalaman 10 cm air.
DO';
is
RlLA
11
f
r---------- _.__
1~
-.-.nm--l
._n-_ ..__
I
!
~8~
...
I
O.6~
I
O~ ~
\ I 02 ~ I .-/'
01
-4
l
I /
I
I
,
\.
I I
\
\
.
\
/
I
,
-2
0
I
I
2
4
JARAK
DARl
)'
\
'---
I
I
I
6
8
!O
SUM8U
PUSAT
I
I
12
14
FS 10 X 15 em PENGUKURA', PERHI
TUNG~N
~
16
(em)
GambaI' 5. Profil dosis terukur dan hasil perhitungan dari berkas foton asimetrik, pada kedalaman 15 cm air. 4. CHUI, C.S., MOHAN,R., Off-centre ratios for three-dimensional dose calculations, Medical Physics, 13 (1986) 409-412.
416
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam PeMlitiau Sains duu Tekrwlogi Menuju Era Tinggal Landas
Baudung,
8 - 10 Oktober
1991 PPTN - BATAN
5. MASSEY, J.B., Manual of dosimetry in radiotherapy, Technical reports series no.HO, IAEA, Vienna (1970) 6. HORN, R.A., Computer program for output and depth dose from hyperbolic equations, Medical Physics, 8 (1981) 108-110. 7. LUXTON, G., ASTRAHAN, M.A., Characteristics of the high-energy photon beam of a 25-MV accelerator, Medical Physics, 15 (1986) 82-87. 8. HOLT, J.G., LAUGHLIN, J.S., MORONEY, J.P., The extension of the concept tissue-air ratio (TAR)to high-energy x-ray beams, Radiology, 96 (1970) 437-446. 9. JOHNS, H.E., CUNNINGHAM, J.R., The physics of radiology, 4th edition, Springfield, Illinois (1985) 10. IAEA, Technical reports series no. 277, Vienna (1987)
417