Kapter dan Master “Ugh… rasa dingin ini…! Aku ingin cepat-cepat melihat matahari lagi….!” Tiba-tiba saja tubuhku mulai menghangat. “Apa…? Apa Matahari mulai bersinar….!” Aku perlahan-lahan mulai membuka mataku. Tampak hal yang pertama kulihat adalah cahaya terang yang muncul dari sela-sela batu Kristal hitam yang menjorok bagai stalaktif diatas tubuhku yang terbaring diatas meja batu seperti calon tumbal dalam cerita mistis masa lalu. “Haaaaaaah…!” Aku tersentak kaget. Terlihat disekitarku ada Silva, Reon, Shaiha, Verto, Eries, Jaws dan para White Spirits lainnya mengelilingiku. Silva bahkan sempat melambaikan tangannya. Aku langsung berdiri lalu dan seketika merasa heran dengan pakaian yang kini aku kenakan. Pakaian serba putih dengan corak Kristal hitam melingkar dikedua
lengan dan dibagian dada ada corak Kristal berjajar dua garis merangkai segitiga terbalik dibagian depan. “A.. Apa…? Pakaian macam apa ini…?” “Itu pakaian Master White Spirits….!” “Hei… Reon…! Boleh aku coba…? Apa dia benarbenar telah memiliki kekuatan Master…?” “Ya… baiklah…!” Shaiha lalu menembakan senapannya kearahku secara bertubi-tubi. Aku yang kaget tidak sempat untuk menghindar, akhirnya aku hanya diam tanpa melakukan apapun saat peluru-peluru itu meluncur kearahku, tapi anehnya pelurupeluru itu langsung terhenti begitu saja beberapa inci didepanku dan jatuh berserakan dilantai. Aku sangat kaget dengan kejadian yang hanya berlangsung beberapa detik itu hingga aku jatuh terduduk. “Bagus…! Berarti dia memang layak jadi Master kita yang baru…!” Reon berjalan perlahan menghampiriku. Dia lalu mengalungkan sesuatu dileherku. Itu adalah sebuah
2
kalung yang terbuat dari Fiber Thousand Tree Jaws dan dibagian depannya terdapat batu Kristal hitam dan didalamnya terihat sebuah kepingan logam berbentuk seperti tengkorak. “Dengan
begini
kau
resmi
menjadi
Master
kami…!” Mereka semua lalu segera memberi hormat dengan menundukan badan mereka. “Tidak… yang benar saja….!Ugh kenapa harus menjadi master mereka…! Tapi aku bisa cari tahu banyak hal juga dari sini ! Tapi tetap kenapa harus bergabung dengan
mereka
!
Tapi
dengan
begini
aku
bisa
memanfaatkan mereka juga…” Batinku terus bergejolak untuk menjadi Master mereka. Seperti dua sisi ada baiknya ada buruknya, positif dan negative. Kedua pertentangan itu terus terjadi didalam kepalaku. Reon membawaku berjalan melewati sebuah lorong yang minim cahaya. Walaupun dia hanya berjalan disampingku tapi bagiku saat itu dia seperti sedang menyeretku.
3
“Rifera,
Kau
akan
membawaku
kemana…?”
Tanyaku padanya. “Sebentar lagi sampai…! Dan panggil aku Reon saja…!” Jawabnya tanpa memalingkan wajah membuatku berpikir apa dia benar-benar menganggapku sebagai Masternya ataukah sebagai tawanannya. Saat ini rasanya aku ingin kabur saja. Sempat ku berpikir untuk menendang Reon lalu ambil langkah seribu tapi tentunya tak akan semudah itu. Setelah cukup lama berputar-putar kami tiba disebuah pintu yang dijaga super ketat. Reon memberikan intruksi pada para penjaga untuk membuka pintu itu. Pintu mulai terbuka dengan cahaya yang tajam yang seolah menusuk mataku. Seketika aku menutup mataku dan menghalau cahaya dengan tanganku. “Hah tempat apa ini…!” Aku dibuat takjub dengan apa yang kulihat sebuah padang bunga dengan beberapa pohon berbuah ranum dan latar langit biru berada didalam Spirits land. Apa ini nyata Pikirku Ketika itu. 4
“Tempat apa ini…?” Tanyaku tanpa berhenti melihat kesana-kemari. “Ini Kamar Anda…!” Jawab Reon yang mendorong tubuhku perlahan untuk masuk kedalam ruangan kamar atau entah tempat apalah itu. “Kamar…? Jadi aku harus tidur dipadang terbuka seperti ini…?” Tanyaku mengernyitkan dahi. “Tenang saja… langitnya tidak nyata dan setiap malam datang akan berubah menjadi pemandangan langit berbintang…!” Jawab Reon yang kemudian menunjuk ketengah padang dimana disana terdapat tempat tidur yang dihiasi untaian bunga, aneka batu permata dan kain sutra serta beberapa lemari meja dan kursi yang juga dihiasi berbagai ornament senada dengan tempat tidurnya. “Kalau aku seorang wanita… mungkin aku akan menjerit kegirangan karena mendapat kamar seperti ini…!” Kataku tertawa sendiri. Aku benar-benar tidak mengerti dengan selera Master mereka yang sebelumnya. 5