BAB I: PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Industri baja merupakan salah satu industri pendukung pembangunan
nasional yang sesuai dengan rencana strategis yang sedang direncanakan oleh Pemerintah Indonesia saat ini. 1 Salah satu indikator perkembangan suatu negara bisa dinilai dari tingkat konsumsi bajanya, atau dengan kata lain suatu negara dapat dinilai tingkat kemajuannya dari seberapa besar konsumsi baja per kapita negara tersebut (World Steel Association). Konsumsi baja Indonesia tahun 2012 berada pada angka 61 kg/kapita, dimana angka tersebut masih tergolong rendah dibanding dengan negara lain, seperti Filipina yang mencapai 72 kg/kapita, Malaysia sudah mencapai 354 kg/kapita, dan Singapura sudah mencapai 904 kg/kapita.2 Pemerintah Indonesia saat ini sadar akan hal tersebut dan merencanakan akan meningkatkan konsumsi baja nasional menjadi 100 kg/kapita pada tahun 2015. Hal ini bisa terindikasi dari proyek pengembangan infrastruktur nasional, pengembangan industri otomotif, dan pengembangan sektor pertambangan. Permintaan baja nasional pada tahun 2013 mencapai 12.7 juta ton, namun demikian sebagian besar kebutuhan baja tersebut disuplai dari impor (sebesar 65% dari total permintaan). 3 Hal ini merupakan tantangan bagi industri baja nasional untuk tumbuh dan berkembang. PT. Krakatau Steel merupakan satu-satunya industri nasional milik pemerintah yang bergerak di bidang produksi baja. Hingga
1
Tempo, 2014. Jokowi Fokuskan Anggaran 2015 pada Dua Sektor. Lihat Gambar 1. 3 Lihat Gambar 2. 2
1
saat ini, PT. Krakatau Steel memiliki kapasitas produksi baja hingga 3,15 juta ton.4 Dalam rencana strategisnya, PT. Krakatau Steel melakukan investasi lebih lanjut untuk mampu mendukung konsumsi baja Indonesia yang diperkirakan mencapai 15 juta ton pada tahun 2015 (Kemenperin). Sementara PT. Krakatau Steel terus melakukan investasi untuk memenuhi kebutuhan baja Indonesia, industri baja sedang menghadapi tantangan terkait dengan meningkatnya harga bahan baku, source of energy, currency volatility, kelebihan kapasitas produksi, dan ancaman impor baja luar negeri.5 Persaingan industri baja tidak bisa lepas dari industri baja secara global. Keadaan saat ini adalah industri baja dunia sedang mengalami oversupply (EY, 2014). Tiongkok merupakan salah satu negara penyumbang baja terbanyak di dunia dimana produksi bajanya mencapai 779 juta ton pada tahun 2013. 6 Hal ini berdampak pada standar harga baja dunia yang terus menurun karena oversupply dari Tiongkok telah membuat harga rata-rata baja dunia dari US$ 705/ton pada tahun 2011 menjadi US$ 536/ton pada tahun 2014.7 Laura He bahkan menyebutkan di dalam artikelnya bahwa harga baja Tiongkok kini sudah semurah harga kembang kol.8 Tentu hal ini merupakan ancaman bagi industri nasional, dalam hal ini PT. Krakatau Steel, mengingat Indonesia tengah menghadapi pasar bebas dan persaingan global.
4
Company Profile PT. Krakatau Steel, 2014. EY, 2014. Global Steel 2014, Planning to profit from opportunity: preparing for future demand. 6 World Steel Association, 2014. World Steel in Figures 2014. 7 Krakatau Steel, 2015. Kunjungi PT KS, Menteri BUMN Dukung Krakatau Steel untuk Terus Berkembang. 8 He, L., 2014. China Steel Now As Cheap As Cabbage, Weighing on Global Price. 5
2
PT. Krakatau Steel saat ini belum berada di posisi market leader pada persaingan secara global, setidaknya persaingan di Asia. Posisi tersebut diduduki oleh raksasa dari Korea Selatan, yaitu POSCO, dan Jepang, yaitu NSSM (Nippon Steel and Sumitomo Metal Industries). 9 Jika didasarkan pada Porter’s Generic Strategy10, POSCO memiliki kelebihan dalam hal teknologi, kapasitas, dan efisiensi pembuatan produk sehingga POSCO memiliki keunggulan kompetitif dan bisa dikategorikan sebagai perusahaan yang mengedepankan cost leadership.11 NSSM, di lain pihak, merupakan perusahaan yang melakukan investasi di downstream dan terus melakukan research and development dalam hal kualitas produk baja yang mereka buat sehingga NSSM memiliki keunggulan kompetitif dan bisa dikategorikan
sebagai
perusahaan
yang
mengedepankan
product
quality/differentiation.12 PT. Krakatau Steel sendiri tengah meningkatkan efisiensi dan melakukan investasi di bagian upstream integrated steel making dan mengarah kepada cost leadership. 13 Sedangkan di bagian downstream, PT. Krakatau Steel tengah mengembangkan jenis baja yang mempunyai nilai tambah tinggi dan mengarah kepada product differentiation. Hal ini bisa dilakukan berkat kerjasama perusahaan patungan (joint venture) PT. Krakatau Steel dengan kedua perusahaan yang telah disebutkan di atas. Kurs mata uang asing yang semakin tidak stabil menambah permasalahan yang dihadapi PT. Krakatau Steel mengingat bijih besi sebagai bahan baku dari
9
World Steel Association, 2014. World Steel in Figures 2014. Dijelaskan lebih lanjut pada Bab 2. 11 Citi, 2013. Head-to-Head: POSCO vs NSSM. 12 Ibid. 13 Dijelaskan lebih lanjut pada Company Overview. 10
3
pembuatan baja PT. Krakatau Steel diimpor dari Brazil atau Chili.14 Selain itu, gas alam yang merupakan sumber energi utama untuk mereduksi bijih besi, walaupun menggunakan hasil bumi Indonesia, transaksi jual belinya menggunakan kurs US dollar (Sesuai dengan PSAK 10 yang mengatur tentang functional currency, dimana PT. Krakatau Steel menggunakan US dollar sebagai functional currency-nya). Untuk mengatasi ancaman-ancaman di atas, PT. Krakatau Steel sedang melaksanakan apa yang disebut dengan make-or-buy decision pada lini integrated steel making (seperti slab dan billet) untuk tetap menjaga kosnya pada level terendah. Di sisi lain, PT. Krakatau Steel juga berencana untuk melakukan investasi blast furnace dalam rangka meningkatkan efisiensi produksi sehingga membuat keputusan make-or-buy ini merupakan keputusan jangka pendek, namun harus tetap sesuai dengan rencana strategis yang telah dibuat oleh PT. Krakatau Steel.15 Penulis kemudian tertarik untuk membuat analisis terkait hal tersebut sehingga penulis mengambil judul “Evaluasi Keputusan Membuat-atau-Membeli Produk Setengah Jadi Tahun 2014 untuk Menghadapi Tantangan Saat Ini dan Mewujudkan Rencana Strategis Perusahaan (Studi Kasus pada PT. Krakatau Steel)”.
14 15
Dijelaskan lebih lanjut pada Company Overview. Company Profile PT. Krakatau Steel, 2014.
4
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah guna
memudahkan penulisan studi kasus ini. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Apakah PT. Krakatau Steel sudah tepat dalam menentukan kebijakan antara make-or-buy decision pada produk slab tahun 2014? 2. Apakah PT. Krakatau Steel sudah menggunakan semua alternatif perhitungan kos untuk membuat dan kos untuk membeli? 3. Apakah keputusan mengenai make-or-buy decision sudah sesuai dengan rencana strategis PT. Krakatau Steel dalam memenuhi kebutuhan baja nasional dan menjadi market leader di daerah Asia?
1.3.
Pembatasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, dengan pertimbangan agar penelitian
lebih terfokus serta bisa terkemas dengan baik, penulis membatasi studi kasus ini sebagai berikut: 1. Melakukan analisis mengenai kebijakan make-or-buy decision yang dilakukan oleh PT. Krakatau Steel pada Tahun 2014 yang terfokus pada pembuatan slab. 2. Melakukan evaluasi mengenai kebijakan make-or-buy decision pada pembuatan slab agar sesuai dengan rencana strategis dari PT. Krakatau Steel. 3. Melakukan proyeksi rencana strategis yang akan dilaksanakan oleh PT. Krakatau Steel.
5
1.4.
Tujuan Penulisan Studi Kasus Penulisan studi kasus ini bertujuan untuk:
1. Mendapatkan hasil analisis kebijakan make-or-buy decision yang dilakukan oleh PT. Krakatau Steel. 2. Mendapatkan bukti empiris mengenai penerapan tactical decision making pada suatu perusahaan, dalam hal ini adalah PT. Krakatau Steel. 3. Mendapatkan proyeksi dampak tactical decision making terhadap rencana strategis suatu perusahaan, dalam hal ini adalah PT. Krakatau Steel. 4. Memberikan masukan melalui hasil analisis yang didapatkan kepada PT. Krakatau Steel untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
1.5.
Manfaat Penulisan Studi Kasus Penulisan studi kasus ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk
berbagai pihak, diantaranya adalah: 1. Bagi Pihak Perusahaan Bisa menjadikan hasil analisis yang didapatkan oleh penulis sebagai masukan untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi dari PT. Krakatau Steel yang sejalan dengan rencana strategis perusahaan dalam jangka panjang. 2. Bagi Penulis Untuk menerapkan, membandingkan, dan mendapatkan ilmu lebih lanjut mengenai tactical decision making pada saat duduk di bangku kuliah dengan
6
praktik dunia nyata. Selain itu, wawasan yang didapat diharapkan mampu memberikan pola pikir yang kritis kepada penulis. 3. Bagi Pembaca Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan acuan ketika melakukan penelitian yang serupa dan menindaklanjuti penelitian ini. Penulis juga mengharapkan tanggapan-tanggapan kritis untuk mengembangkan studi kasus ini kepada tahap lebih lanjut.
7