Artikel Penelitian
Faktor-faktor Berhubungan dengan Tumor/Kanker Saluran Cerna Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional
Olwin Nainggolan, Anna Maria S, Marice S Puslitbang Biomedis dan Farmasi Departemen Kesehatan RI
Abstrak: Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Penelitian analisis lanjut Riskesdas 2007 ini bertujuan untuk menilai hubungan antara berbagai karakteristik (jenis kelamin, umur, pendidikan, indeks massa tubuh) dan perilaku merokok, minum alkohol, konsumsi buah sayur serta konsumsi makanan berlemak dengan risiko tumor/ kanker saluran cerna. Desain analisis ini adalah kasus kontrol; kasus adalah responden yang memiliki riwayat kasus tumor/kanker saluran cerna, sedangkan kontrol adalah responden yang tidak memiliki riwayat tumor/kanker saluran cerna berdasarkan data Riskesdas 2007. Kontrol diambil secara acak sebanyak 4 kali jumlah kasus dan di-matched berdasarkan kabupaten. Dalam penelitian ini jumlah kasus sebanyak 248 orang dan jumlah kontrol 992 orang. Hasil analisis menunjukkan ada 5 variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan tumor/kanker saluran cerna, yaitu jenis kelamin perempuan (OR 2,15; 95%CI 1,403,30), umur 60 tahun ke atas (OR 11,63; 95%CI 6,81-19,90), pendidikan tinggi (OR 1,88; 95%CI 1,07-3,32), obesitas (OR 1,73; 95%CI 10,97-3,09), dan pernah merokok (OR 1,99; 95%CI 1,05-3,80). Tidak didapatkan berhubungan bermakna antara perilaku minum alkohol, konsumsi buah sayur, konsumsi makanan berlemak dan tumor/kanker saluran cerna. Kata kunci: Indonesia, kasus kontrol, kanker hati, kanker usus, Riskesdas
510
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 11, Nopember 2009
Faktor-faktor Berhubungan dengan Tumor/Kanker Saluran Cerna
Factors Associated with Gastrointestinal Cancer Based Olwin Nainggolan, Anna Maria S, Marice S Center of Biomedical and Pharmaceutical Research and Development, National Institute of Health Reseach and Development, Ministry of Health
Abstract: Cancer is one of the major cause of death in developing countries. The objective of the study was to assess the association between various respondents’ characteristics (i.e. sex, age, education, body mass index), smoking habit, alcohol drinking habit, consumption of fruit and vegetable, as well as consumption of fatty foods with the risk of gastric tumor/cancer. The research design was a case control. A case was defined as positive history of gastrointestinal tumor/cancer, while control was defined as respondents with no history of gastrointestinal tumor/ cancer from the 2007 Basic Health Survey (Riskesdas). The number of controls was four times the number of cases and they were matched based on District. The analysis was performed in 248 cases and 992 controls. The results show that there were only 5 variables statistically significantly associated with gastrointestinal tumor/cancer, namely: female gender (OR 2.15, 95% CI 1.403.30), age 60+ years old (OR 11.63;95% CI 6.81-19.90), higher education (OR 1.88, 95% CI 1.07-3.32), obesity (OR 1.73, 95% CI 10.97-3.09), and being ex smokers (OR 1.99, 95% CI 1.053.80). The association with alcohol drinking behavior, fruit and vegetables consumption, or fatty food consumption were not statistically significant. Keywords: case control, Indonesian, intestinal cancer, liver cancer, Riskesdas
Pendahuluan Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, mempunyai kemampuan untuk menginvasi dan bermetastasis.1 Dari tahun ke tahun peringkat penyakit kanker sebagai penyebab kematian di banyak negara semakin mengkhawatirkan. WHO memperkirakan kematian akibat kanker lebih tinggi dibandingkan dengan kematian akibat AIDS, TB maupun malaria. Pada tahun 2008 ada 12 juta kasus baru di dunia dengan kematian 7,6 juta orang akibat kanker (WHO).2 Di Indonesia menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) kematian akibat kanker tahun 1992 ada 4,8%, tahun 1995 meningkat menjadi 5,0% dan tahun 2001 meningkat lagi menjadi 6,0%. Penyakit kanker menempati urutan kelima sebagai penyebab kematian di Indonesia.3 Di negara-negara maju yang penduduknya banyak mengkonsumsi makanan siap saji, makanan dengan kadar lemak tinggi, kadar serat rendah, makanan yang mengandung bahan pengawet (zat aditif) seperti makanan kaleng, sosis, makanan yang diasap dan konsumsi alkohol dilaporkan angka kejadian kanker saluran cerna meningkat. Jepang, Chili, Finlandia dan Islandia merupakan negara-negara dengan angka kejadian kanker lambung paling tinggi di dunia.4 Di Indonesia, keganasan saluran cerna yang termasuk paling banyak dijumpai adalah kanker usus besar (karsinoma
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 11, Nopember 2009
kolorektal) dan menempati urutan keenam dari penyakit keganasan.5 Secara global kanker saluran cerna banyak menyerang pasien berusia lanjut dan risiko terkena kanker ini akan meningkat hingga 25 persen pada yang minum lebih dari 30 gram alkohol/hari. Risiko terbesar penyakit ini makin besar pada kombinasi minum alkohol dan kebiasaan tidak sehat lainnya, yaitu merokok.6 Tumor adalah pembengkakan yang disebabkan oleh adanya inflamasi atau peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam tubuh. Tipe tumor berdasarkan pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi tumor ganas (malignant tumor) dan tumor jinak (benign tumor). Tumor ganas ini juga disebut kanker. Sampai saat ini faktor risiko kejadian tumor/kanker saluran cerna serta berapa besar insidens terjadinya tumor/ kanker saluran cerna pada kelompok masyarakat belum diketahui secara pasti, namun angka kejadian di pusat-pusat onkologi tumor/kanker saluran cerna terus meningkat. Oleh karena itu, analisis data dilakukan terhadap data survei nasional Riskesdas untuk menilai hubungan antara karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, indeks massa tubuh (IMT), perilaku minum alkohol, penggunaan tembakau serta konsumsi buah sayur serta makanan berlemak dengan angka kanker saluran cerna.
511
Faktor-faktor Berhubungan dengan Tumor/Kanker Saluran Cerna Metode Keterbatasan penelitian ini adalah beberapa variabel ditanyakan (diukur) setelah responden mengalami kejadian tumor/kanker saluran cerna, bukan sebelum terjadinya tumor/kanker saluran cerna. Variabel tersebut meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dikompositkan menjadi variabel IMT, perilaku makan buah dan sayur, perilaku makan makanan berlemak, serta perilaku minum alkohol. Perilaku diet seseorang yang sudah terkena tumor/kanker kemungkinan berbeda dengan yang belum terkena tumor/kanker saluran cerna. Keterbatasan lainnya, pertanyaan jenis tumor/kanker usus dan tumor/kanker hati digabung menjadi tumor/kanker saluran cerna, padahal etiologi dan patogenesis kedua jenis tumor/kanker berbeda. Riskesdas adalah sebuah survei yang didesain secara cross sectional yang bersifat deskriptif. Desain Riskesdas terutama dimaksudkan untuk menggambarkan masalah kesehatan penduduk secara umum, yang berorientasi pada kepentingan para pengambil keputusan sampai tingkat kabupaten/kota. Sampel Riskesdas 2007 menggunakan semua rumah tangga terpilih dari Susenas 2007. Metodologi penghitungan dan cara penarikan sampel Susenas 2007 adalah two stage sampling. Sampel kabupaten/kota berjumlah 440 daerah (dari jumlah keseluruhan sebanyak 456 kabupaten/kota) yang tersebar di 33 (tiga puluh tiga) provinsi di Indonesia. Dari semua kabupaten/kota yang masuk dalam kerangka sampel kabupaten/kota diambil sejumlah blok sensus yang proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/ kota tersebut. Kemungkinan sebuah blok sensus masuk ke dalam sampel blok sensus pada sebuah kabupaten/kota bersifat proporsional terhadap jumlah rumah tangga pada sebuah kabupaten/kota (probability proportion to size). Bila dalam sebuah blok sensus terdapat lebih dari 150 rumah tangga maka dalam penarikan sampel di tingkat ini akan dibentuk sub blok sensus. Dari setiap blok sensus terpilih kemudian dipilih 16 rumah tangga secara acak sederhana (simple random sampling), yang menjadi sampel rumah tangga dengan jumlah rumah tangga di blok sensus tersebut. Selanjutnya, seluruh anggota rumah tangga dari setiap rumah tangga yang terpilih dari kedua proses penarikan sampel tersebut, diambil sebagai sampel individu. Dalam instrumen Riskesdas 2007 pertanyaan tumor/ kanker saluran cerna terdapat pada Blok B 37, B 39 dan B 39f. Pertanyaan B37 “Apakah [nama] selama ini pernah didiagnosis menderita penyakit tumor/kanker oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)” sedangkan Blok B39 “Di mana lokasi tumor/kanker tersebut?”. Blok B 39f “Saluran cerna (usus, hati)”. Analisis menggunakan desain studi epidemiologi kasus kontrol. Kasus adalah pengakuan responden pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan pernah menderita tumor/ kanker saluran cerna. Kontrol adalah responden yang tidak pernah terkena tumor/kanker dan dilakukan matching 512
berdasarkan kabupaten. Kontrol diambil secara acak dengan perbandingan jumlah kasus dan kontrol adalah 1:4. Pertanyaan yang diajukan pada kuesioner tidak membedakan apakah responden menderita tumor atau kanker, karena istilah tumor dan kanker jelas berbeda dalam dunia medis dan keduanya digabung menjadi tumor/kanker. Disebutkan dalam kuesioner bahwa tumor/kanker saluran cerna terdiri dari tumor/kanker usus dan tumor/kanker hati. Data tumor/kanker saluran cerna diperoleh berdasarkan pengakuan responden pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan tidak melalui pemeriksaan laboratorium patologi anatomik. Responden dalam penelitian ini adalah yang berumur >10 tahun karena pertanyaan perilaku minum alkohol, merokok konsumsi buah sayur dan makanan berlemak hanya ditanyakan pada kelompok umur tersebut. Seluruh responden baik kasus maupun kontrol dikelompokkan ke dalam empat kategori umur, yaitu kelompok umur 10-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun, 50-59 tahun dan terakhir 60 tahun ke atas. Kelompok umur 10-19 tahun dan 20-29 tahun digabung menjadi kelompok umur 10-29 tahun, karena ternyata kelompok umur 10-19 tahun hanya terdiri dari 5 orang. Pendidikan dibuat menjadi tiga kategori, yaitu pendidikan rendah, pendidikan sedang dan pendidikan tinggi. Pendidikan rendah jika responden mempunyai pendidikan mulai dari tidak bersekolah, tamat sekolah dasar, tamat sekolah menengah pertama. Pendidikan menengah jika responden mempunyai pendidikan sekolah menengah atas. Kategori pendidikan tinggi jika responden telah lulus dari perguruan tinggi. Konsumsi buah sayur merupakan variabel komposit dari pertanyaan berapa kali dan berapa porsi responden mengkonsumsi buah dan sayur dalam sehari. WHO mensyaratkan setiap orang mengkonsumsi buah sayur minimal 5 porsi setiap hari selama 7 hari dalam seminggu yang artinya harus memakan buah dan sayur sekitar 400–600 g untuk mendapatkan sekitar 20 gram serat. Jika responden mengkonsumsi <5 porsi dikategorikan sebagai “kurang” konsumsi buah sayur, sedangkan konsumsi >5 porsi dikategorikan sebagai “cukup”. Konsumsi makanan berlemak diperoleh dari pertanyaan berapa kali responden mengkonsumsi makanan berlemak. Jika responden menjawab: >1 kali per hari, dan 1 kali perhari dimasukkan ke dalam kategori “sering”, jika jawabannya 3-6 kali perminggu, 1-2 kali perminggu serta <3 kali sebulan masuk kedalam kategori “jarang”, sedang lainnya masuk kedalam kategori “tidak pernah”. IMT dihitung menggunakan rumus berat (Kg) dibagi tinggi (m2) dikategorikan ke dalam empat kategori, yaitu kurus (<18,5); normal (18,5–24,9); berat badan (BB) berlebih (2529,9); obesitas (>30). Hubungan antara tumor/kanker saluran cerna dengan variabel independen diukur dengan menggunakan odds ratio (OR) serta 95% confidence interval (95%CI). Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 15, data dianalisis secara univariat, Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 11, Nopember 2009
Faktor-faktor Berhubungan dengan Tumor/Kanker Saluran Cerna bivariat dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat karakteristik serta komparabilitas kasus dan kontrol, kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat. Masingmasing variabel independen dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen. Bila analisis bivariat menghasilkan nilai p<0,25, maka variabel tersebut langsung masuk tahap multivariat. Untuk variabel independen yang hasil bivariatnya menghasilkan nilai p>0,25 namun secara substansi penting, maka variabel tersebut dimasukkan ke dalam model multivariat. Tahap selanjutnya adalah pemilihan kandidat variabel yang akan masuk ke dalam model. Pemilihan dilakukan secara hirarki dengan cara semua variabel independen dimasukkan ke dalam model, kemudian nilai p yang tidak bermakna (p>0,05) dikeluarkan dari model secara berurutan, dimulai dari nilai p yang terbesar. Setiap pengeluaran satu variabel dilakukan penilaian terhadap perubahan nilai OR dengan membandingkan OR sebelum dan sesudah variabel tersebut dikeluarkan. Jika terdapat perbedaan OR yang cukup besar (> 10%), berarti variabel tersebut tidak dapat dikeluarkan dari model karena akan menggangu estimasi OR variabel bebas lain. Analisis multivariat ini dilakukan untuk menentukan besarnya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dengan mengontrol variabel yang dianggap sebagai perancu (confounding). Hasil Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 768.635 responden berumur >10 tahun. Dalam kuesioner Riskesdas 2007 terdapat 13 jenis tumor/kanker yang ditanyakan. Responden yang menderita tumor/kanker adalah sebanyak 4.017 orang, sedang yang tidak menderita kanker adalah 763.811 orang dan yang tidak menjawab sebanyak 807 orang. Ada 248 orang kasus penderita tumor/kanker saluran cerna pada responden yang berumur >10 tahun. Tabel 1. Urutan Terbanyak Responden Umur 10 Tahun ke Atas yang Menderita Kasus Tumor/Kanker di Indonesia pada Riskesdas 2007 Tumor/kanker Alat kelamin wanita, ovarium. cervix uteri Payudara Kulit Kelenjar gondok, endokrin Jaringan lunak Saluran cerna Rongga mulut dan tenggorokan Tulang, tulang rawan Mata, otak, bagian susunan saraf pusat Alat kelamin pria/prostat Saluran kemih Paru-paru Darah
Jumlah kasus 793 618 517 552 483 248 181 174 164 146 95 29 22
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 11, Nopember 2009
Tabel 1 menunjukkan jumlah kasus tumor/kanker tertinggi adalah kanker alat kelamin wanita, ovarium, serviks uteri dengan jumlah kasus 793 orang, diikuti tumor/kanker payudara dengan jumlah kasus 618 orang serta tumor/kanker kulit dengan jumlah kasus 517 orang. Sedangkan responden yang menderita tumor/kanker saluran cerna berada pada urutan ke-6 dari keseluruhan kasus tumor/kanker dengan jumlah kasus sebanyak 248 orang. Karena perbandingan antara kasus dan kontrol adalah 1:4, maka jumlah kontrol adalah 992 orang. Tabel 2. Karakteristik Kasus dan Kontrol Tumor/Kanker Saluran Cerna, Riskesdas 2007 Variabel
Kasus (n=248) n %
Kontrol (n=992) n %
Jenis Kelamin • Perempuan 172 69,4 529 • Laki-laki 76 30,6 461 Umur • 10-29 tahun 28 11,3 418 • 30-39 tahun 41 16,5 185 • 40-49 tahun 60 24,2 173 • 50-59 tahun 46 18,5 121 • 60 + tahun 73 29,4 93 Pendidikana • rendah 191 77,0 720 • menengah 33 13,3 216 • tinggi 24 9,7 54 Indeks Massa Tubuhb • kurus 35 14,9 191 • normal 127 54,0 603 • berat badan lebih 25 10,6 96 • gemuk 48 20,4 86 Merokok dalam 1 bulan • tiap hari 39 15,7 205 • kadang-kadang 7 2,8 72 • dulu pernah 27 10,9 44 • tidak merokok 175 70,6 667 Minum alkohol dalam 12 bulan terakhir • ya 12 4,9 43 • tidak 235 95,1 942 Konsumsi buah sayurc • kurang 215 92,3 855 • cukup 18 7,7 62 Konsumsi makanan berlemakd • sering 30 12,1 116 • kadang-kadang 174 70,2 735 • Tidak pernah 44 17,7 135
Nilai p
<0,001 53,4 46,6 <0,001 42,2 18,7 17,5 12,2 9,4 <0,001 72,7 21,8 5,5 <0,001 19,6 61,8 9,8 8,8 <0,001 20,7 7,3 4,5 67,5 0,730 4,4 95,6 0,600 93,2 6,8 0,250 11,8 74,5 13,7
a
pendidikan rendah (tidak sekolah, SD, SMP), menengah (SMA), tinggi (Perguruan Tinggi) b berdasarkan IMT (kurus: <8,5; normal: 18,5-24,9; bb lebih : 2529,9; obesitas >30) c standard WHO (cukup: >5 porsi/hari; kurang: <5 porsi/hari) d sering (>1 kali/hari,1 kali/hari; kadang-kadang (2-6 kali/minggu, 1-2 kali/minggu, <3 kali/bulan) n jumlah sampel
Pada tabel 2 terlihat bahwa penderita tumor/kanker saluran cerna berjenis kelamin perempuan (69,4%) lebih banyak dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Pada kelompok
513
Faktor-faktor Berhubungan dengan Tumor/Kanker Saluran Cerna responden kontrol jenis kelamin perempuan dan laki-laki hampir tidak jauh berbeda dimana perempuan sebanyak 53,4%, sedang laki-laki sebanyak 46,6%. Setelah dilakukan uji statistik ditemukan terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin terhadap kejadian tumor/kanker saluran cerna (nilai p<0,001). Berdasarkan pengelompokan umur, diperoleh bahwa jumlah kasus yang paling sedikit terdapat pada kelompok umur 10-29 tahun sebanyak 28 kasus, sedangkan kasus yang paling banyak terdapat pada kelompok umur lebih dari 60 tahun dengan jumlah kasus sebanyak 73 kasus. Terlihat kecenderungan bahwa persentase kasus meningkat sampai kelompok umur 40-49 tahun yang kemudian menurun lagi pada kelompok umur berikutnya pada kelompok 50-59 tahun, namun kemudian meningkat lagi pada umur >60 tahun. Dari uji statistik di mana ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian tumor/kanker saluran cerna (p<0,001). Berdasarkan tingkat pendidikan, persentase kasus paling tinggi terdapat pada responden berpendidikan rendah sebanyak 77,0%, pada responden berpendidikan menengah sebanyak 13,3%, dan makin menurun pada responden berpendidikan tinggi yaitu 9,7%. Analisis statistik dengan uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian tumor/kanker saluran cerna (p<0,001). Ditemukan kasus maupun kontrol lebih dari separuhnya pada berat badan normal. Setelah dilakukan uji statistik ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian tumor/kanker saluran cerna (p<0,001). Dari perilaku merokok terlihat bahwa persentase kasus yang terbesar (70,6%) tidak merokok. Kelompok kontrol yang tidak merokok sebesar 67,5%. Dari uji statistik terdapat hubungan yang bermakna dari perilaku merokok terhadap kejadian tumor/kanker saluran cerna (p<0,001). Kelompok kasus yang mempunyai perilaku konsumsi alkohol dalam 12 bulan terakhir sebesar 4,9%, sedang pada kelompok kontrol 4,4%. Perilaku konsumsi alkohol tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian tumor/kanker saluran cerna (p=0,730). Sebanyak 92,3% kasus kurang mengkonsumsi buah sayur dan 7,7% cukup mengkonsumsi buah sayur. Terlihat bahwa persentase terbesar pada kelompok kategori kadangkadang sebesar 70,2% dan pada kelompok kontrol persentase terbesar juga terdapat pada kategori kadang-kadang sebesar 74,5%. Tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi lemak maupun buah sayur dengan tumor/kanker saluran cerna. Dari tabel 3 terlihat bahwa ORcrude jenis kelamin 1,97 (95%CI 1,46-2,65) yang berarti bahwa perempuan mempunyai faktor risiko hampir 2 kali dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki terhadap tumor/kanker saluran cerna. Kelompok umur 60+ tahun lebih memiliki risiko tertinggi tumor/kanker 514
Tabel 3. Analisis Bivariat Tumor/kanker Saluran Cerna Menurut Karakteristik Responden Riskesdas 2007 Variabel
ORcrude
Jenis Kelamin • Perempuan 1,97 • Laki-laki 1 Umur • 60 + tahun 11,71 • 50-59 tahun 5,67 • 40-49 tahun 5,17 • 30-39 tahun 3,30 • 10-29 tahun 1 Pendidikan • tinggi 1,67 • menengah 0,57 • rendah 1 Berat badan • gemuk 3,04 • berat badan lebih 1,42 • normal 1,14 • kurus 1 Merokok dalam 1 bulan terakhir • tiap hari 0,72 • ya,kadang-kadang 0,37 • dulu pernah 2,33 • tidak merokok 1 Minum alkohol dalam 12 bln terakhir • ya 1,11 • tidak 1 Konsumsi buah sayur • kurang 1,15 • cukup 1 Konsumsi makanan berlemak • Sering 0,73 • kadang-kadang 0,72 • Tidak pernah 1
95% CI
Nilai p <0,001
1,46-2,65 Referens <0,001 7,17-19,13 3,40- 9,46 3,19- 8,38 1,98- 5,51 Referens 0,020 1,00- 2,78 0,38- 0,85 Referens <0,001 1,83- 5,04 0,80- 2,51 0,76-1,72 Referens <0,001 0,49- 1,06 0,16- 0,81 1,40- 3,80 Referens 0,730 0,58-2,15 Referens 0,600 0,66- 1,99 Referens 0,250 0,46- 1,34 0,49-1,06 Referens
ORc: odds ratio crude, 95% CI: 95% confidence interval
saluran cerna, yaitu hampir 12 kali dibandingkan kelompok umur 10-29 tahun. Berat badan normal mempunyai risiko tumor/kanker saluran cerna 1,2 kali dibandingkan dengan yang kurus, berat badan lebih mempunyai risiko 1,4 kali dan berat badan obes mempunyai risiko 3 kali dibandingkan responden yang kurus. Tidak terlihat adanya perbedaan risiko tumor/kanker saluran cerna pada responden dengan perilaku tiap hari merokok dan yang kadang-kadang merokok dengan yang tidak merokok. Akan tetapi, responden yang dulu pernah merokok mempunyai OR crude 2,33 (95%CI 1,40-3,80) dibandingkan dengan responden yang tidak pernah merokok. Dengan nilai p<0,05, maka variabel jenis kelamin, umur, IMT, dan kebiasaan merokok masuk ke dalam analisis multivariat. Tidak ada perbedaan risiko antara responden yang mempunyai perilaku minum alkohol dengan responden yang tidak minum alkohol. Demikian pula tidak ada peningkatan risiko yang bermakna pada responden yang responden yang kurang konsumsi buah dan sayur, maupun responden yang sering mengkonsumsi makanan berlemak. Karena nilai p>0,25, maka variabel perilaku minum alkohol, konsumsi buah dan Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 11, Nopember 2009
Faktor-faktor Berhubungan dengan Tumor/Kanker Saluran Cerna sayur, maupun konsumsi makanan berlemak tidak masuk ke dalam analisis multivariat. Tabel 4. Hasil Akhir Analisis Multivariat Variabel
ORsuaian
95% CI
Nilai p
Jenis kelamin perempuan Umur • 60+ tahun • 50–59 tahun • 40–49 tahun • 30–39 tahun • 10–29 tahun Pendidikan • tinggi • menengah • rendah Berat badan • gemuk • berat badan lebih • normal • kurus Merokok dalam 1 bulan terakhir • tiap hari • ya, kadang-kadang • dulu pernah • tidak merokok
2,15
1,40- 3,30
<0,001 <0,001
11,63 5,10 5,65 3,40 1
6,81-19,90 2,88- 9,02 3,35- 9,55 1,96- 5,89 Referens
1,88 0,74 1
1,07- 3,32 0,47- 1,16 Referens
1,73 0,77 0,94 1
0,97- 3,09 0,40- 2,48 0,59- 1,50 Referens
0,95 0,43 1,99 1
0,57- 1,59 0,18- 1,01 1,05- 3,80 Referens
0,020
0,020
0,010
95% CI: 95% confidence interval
Hasil akhir analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan tumor/ kanker saluran cerna. Jenis kelamin perempuan mempunyai faktor risiko tumor/kanker saluran pencernaan 2,1 kali lebih besar dibandingkan laki-laki. Kelompok umur 30-39 tahun mempunyai risiko 3,4 kali sedangkan kelompok umur 60 tahun ke atas mempunyai risiko 11,6 kali lebih besar dibandingkan kelompok umur 10-29 tahun. Tidak ada perbedaan risiko antara pendidikan rendah dengan responden yang mempunyai pendidikan menengah. Akan tetapi, responden pendidikan tinggi mempunyai risiko hampir 1,9 kali dibandingkan dengn pendidikan rendah. Berat badan “normal” dan “berat badan lebih”, tidak mempunyai perbedaan risiko dibandingkan dengan “berat badan kurus”. Sedangkan “berat badan obes” mempunyai risiko 1,7 kali dibandingkan dengan berat badan kurus. Untuk perilaku merokok, tidak ada perbedaan risiko tumor/kanker saluran cerna antara responden yang tiap hari maupun yang kadang-kadang merokok dengan responden yang tidak pernah merokok. Namun responden yang dulu pernah merokok mempunyai ORsuaian 1,99. Diskusi Pada penelitian ini ditemukan bahwa jenis kelamin, umur, pendidikan, berat badan dan perilaku merokok adalah fakor risiko yang berhubungan dengan tumor/kanker saluran pencernaan. Berdasarkan analisis multivariat secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin perempuan
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 11, Nopember 2009
mempunyai risiko 2,2 kali terkena tumor/kanker saluran cerna dibandingkan dengan laki-laki. Mungkin hal ini disebabkan responden perempuan lebih terbuka dibandingkan dengan responden laki-laki ketika ditanyakan penyakit yang pernah dan sedang diderita. Perempuan cenderung akan akan segera mengunjungi pelayanan kesehatan jika memiliki keluhan. Berbeda dengan laki-laki yang sering menyembunyikan keluhan, sehingga saat diketahui jenis penyakitnya sudah pada tingkat lanjut sehingga sulit disembuhkan. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa proporsi perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi jenis kelamin lakilaki. Pada saat tim pewawancara berkunjung kerumah lakilaki sering tidak sedang berada dirumah karena beberapa alasan antara lain karena sedang bekerja, sedang dalam perjalanan dan lain-lain, menyebabkan response rate perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Temuan ini berbeda dengan hasil penelitian Ahn YO et al13 yang menyatakan bahwa insidens kanker saluran cerna di Korea pada tahun 1986-1987 pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Ia mendapati insidens kanker saluran cerna 57,9 per 100.000 pada laki-laki, dan 25,1 per 100.000 pada perempuan.13 Demikian juga dengan penelitian Suwanrungruang dkk15 yang melakukan penelitian di Thailand tahun 2008 menyatakan bahwa insidens kasus kanker cerna di Thailand 4,9 per 100.000 laki-laki dan 3,0 per 100.000 perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Ahn YO et al di Korea serta Suwanrungruang dkk di Thailand dilakukan pada responden yang berobat ke rumah sakit. Sedangkan pada Riskesdas 2007 responden didapatkan dari populasi di masyarakat. Responden yang berumur 60 tahun ke atas mempunyai risiko 11,63 kali dibandingkan dengan responden yang berumur 10-29 tahun. Ada kecenderungan bahwa semakin tua seseorang maka risiko terkena tumor/kanker juga semakin meningkat. Terlihat bahwa bahwa responden yang berumur 60 tahun ke atas mempunyai jumlah kasus yang paling besar, yaitu 29,4%. Banyak jenis tumor/kanker tidak menunjukkan gejala yang khas, misalnya tumor/kanker saluran cerna. Seiring dengan pertambahan usia maka gejala akan semakin tampak. Gejala kanker saluran cerna tidak spesifik, bahkan pada stadium dini sering kali hanya terasa tidak enak perut, mual, kembung, dan sering bersendawa. Gejala lain adalah nyeri ulu hati, muntah darah, penurunan berat badan, perdarahan saluran cerna dan anemia, serta sulit menelan. Karena gejala yang tidak khas ini menyebabkan penegakkan diagnosis sering terlambat. Biasanya gejala-gejala di atas makin sering menjadi keluhan utama manusia lanjut usia (manula) yang akhirnya pergi ke dokter untuk memeriksakan diri atas keluhan-keluhan tersebut. Inilah yang menjelaskan mengapa umur 60 tahun ke atas mempunyai proporsi penderita tumor/kanker saluran cera lebih banyak diban-dingkan dengan kelompok umur yang lebih muda. Faktor yang lain yang menjadi perhatian adalah seiring dengan meningkatnya harapan hidup, maka risiko munculnya kanker pada usia
515
Faktor-faktor Berhubungan dengan Tumor/Kanker Saluran Cerna lanjut juga akan turut meningkat. Analisis multivariat menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pendidikan tinggi mempunyai risiko terkena tumor/kanker saluran cerna lebih tinggi 1,88 kali dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah dan menengah. Seharusnya dengan pendidikan yang relatif lebih tinggi dan kemudahan akses informasi, mereka mempunyai risiko tumor/kanker saluran cerna yang relatif lebih rendah. Risiko terkena tumor/kanker dipengaruhi antara lain life style (gaya hidup), lingkungan, infeksi yang berkaitan dengan kanker serta riwayat keluarga. Dengan pendidikan yang yang lebih tinggi kemungkinan juga mempunyai status sosial ekonomi juga lebih tinggi dibandingan dengan status sosial ekonomi responden yang mempunyai tingkat pendidikan rendah. Dengan status sosial ekonomi yang tinggi, life style sesorang juga dapat berubah. Analisis multivariat menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan risiko kanker saluran cerna yang bermakna antara berat badan kurus dengan berat badan normal dan berat badan lebih. Namun berat badan obes mempunyai risiko kanker saluran cerna 1,7 kali dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat badan kurus. Dari beberapa penelitian menujukkan bahwa lemak hewani yang dimakan (contohnya daging sapi) sampai 70 gram sehari dapat meningkatkan risiko terkena kanker yang tinggi. Pembongkaran lemak dalam tubuh akan menghasilkan asam galat. Dalam dosis yang tinggi asam ini diduga menjadi penyebab “kanker usus”. Lemak daging sapi meningkatkan kandungan besi dalam tubuh; hal ini diduga menjadi penyebab “kanker usus”. Lemak adalah penghantar energi yang tinggi, hal ini secara tidak langsung merangsang pertumbuhan (perkembangan) sel-sel kanker dalam tubuh.8 Analisis multivariat kebiasaan merokok dalam 1 bulan terakhir menunjukkan bahwa perilaku merokok “setiap hari” dengan perilaku merokok “kadang-kadang” menunjukkan ORsuaian yang hampir sama dengan perilaku “tidak pernah merokok”. Reponden yang riwayatnya dahulu pernah merokok menunjukkan risiko terkena tumor/kanker saluran cerna 2 kali dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok. Hal ini dapat dijelaskan bahwa seseorang yang sudah didiagnosis terkena tumor/kanker besar kemungkinan akan menghentikan kebiasaan merokoknya. Akan lebih mudah untuk memberi saran seseorang untuk berhenti merokok jika sudah sakit dibandingkan dengan seseorang tidak pernah atau belum pernah sakit. Penelitian Jung et al.12 di Korea menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan determinan yang penting untuk terjadinya tumor/kanker saluran pencernaan dan mendapatkan bahwa risiko antara responden yang mempunyai perilaku merokok tiap hari dengan dahulu pernah merokok (mantan perokok) hampir sama. Merokok setiap hari mempunyai ORsuaian 3,4 (95%CI 1,7-6,8) dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok, sedang yang dahulu pernah merokok memiliki ORsuaian 3,0 (95%CI 1,4-6,2).12
516
Kesimpulan dan Saran Tumor/kanker saluran cerna menempati urutan ke-6 terbanyak dari seluruh jenis tumor/kanker yang ada. Perempuan mempunyai risiko 2,2 kali lebih besar dibandingkan laki-laki. Risiko tumor/kanker saluran cerna akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur dan semakin tinggi tingkat pendidikan. Berat badan obes mempunyai risiko 1,7 kali dibandingkan dengan responden yang mempunyai berat badan kurus. Kebiasaan merokok berhubungan bermakna dengan tumor/kanker saluran cerna. Kebiasaan minum alkohol, konsumsi buah sayur, maupun konsumsi makanan berlemak tidak berhubungan bermakna dengan tumor/kanker saluran cerna Berdasarkan temuan ini, deteksi dini kanker dapat dilakukan pada kelompok populasi umum berusia di atas 40 tahun. Diperlukan pemberian informasi yang lebih intensif dan edukasi bagi masyarakat untuk mengenali gejala awal tumor/kanker saluran cerna. Kampanye perilaku hidup sehat harus lebih digiatkan. Untuk Riskesdas selanjutnya perlu pembedaan antara responden yang terkena tumor dengan yang terkena kanker, karena secara klinis penyakit tumor dan kanker sangat berbeda. Selain itu, perlu dibedakan tumor/ kanker usus dan tumor/kanker hati karena faktor risiko kedua tumor/kanker tersebut juga berbeda. Daftar Pustaka 1.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper (terj). Ed 24. Jakarta: EGC; 1997. 2. WHO. Cancer key fact (Global Burden of Cancer). Geneva: WHO; 2008 3. Survei Kesehatan Rumah Tangga. Laporan studi mortalitas 2001: pola penyakit penyebab kematian di Indonesia. Jakarta: Badan Litbang Departemen Kesehatan; 2002. 4. Memperbaiki pola makan mencegah kanker. 2008. [Diunduh tanggal 22-10-2008] dari www.cahya.sayanginanda.com/kanker/ garam-penyebab-kanker-lambung 5. Deteksi dini kanker usus besar. 2008. [Diunduh tanggal 23-102008] dari http://www.republika.co.id/ 6. Mira Suprayatmi. Kanker yang menakutkan: dari makanan. Majalah Hörzu Jerman, 13 Agustus 1993; 33:19-24. 7. Sutadi SM. Pola keganasan cerna bagian atas dan bawah secara endoskopi di H Adam Malik-Medan. Bagian Ilmu Penyakit Dalam, FK USU Medan. Digitized by USU digital library, 2003 8. Nashimoto IN, Hamada GS, Kowalski LP, Rodrigues JG, Iriya K, Sasazuki S, et al. Risk factors for stomach cancer in Brazil (I): a case-control study among non-Japanese Brazilians in São Paulo. Japanese J Clin Oncol. 2002;32:277-283 9. Breslow NE, Day NE. Statistical methods in cancer research, the analysis of case control studies vol 1. Lyon: WHO, International Agency for Reseach on Cancer; 1980. 10. Santi R. Determinan indeks massa tubuh remaja putri di kota Bukit Tinggi tahun 2006. KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006; 1(3):134-138 11. Jung KL, Byung JP, Keun YY,Yoon OH. Dietary factors and stomach cancer: a case control study in Korea. Int J Epidemiol. 1995;24(1):33-41. 12. Ahn YO, Park BJ, Yoo KY. Incidence estimation of stomach cancer among Koreans. J Kor Med Sci. 1991. Volume 6(1):7-14.
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 11, Nopember 2009
Faktor-faktor Berhubungan dengan Tumor/Kanker Saluran Cerna 13. National cancer control programmes, policies and managerial guidelines, 2nd ed. Geneva: WHO; 2002. 14. Suwanrungruang K, Sriamporn S, Wiangnon S, Rangsrikaje D, Sookprasert A, Thipsuntornsak N, et al. Life style-related risk factors for stomach cancer in Northwest Thailand. Asia Pacific J Cancer Prev. 2008;vol.9:71-75. 15. Cai L, Li Zheng Z, Feng Zhang Z. Risk factors of the gastric
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 11, Nopember 2009
cardia cancer: a case control study in Fujian Province. World J Gastroenterol. 2003;9(2):214-218 16. Inoue M, Tsugane S. Epidemiology of gastric cancer in Japan. Postgraduate Med J. 2005;81:419-424. EV
517