KANDUNGAN VOLUME KAYU BATANG PADA HUTAN ALAM JENIS AMPUPU (Eucalyptus urophylla)
Lusia Sulo Marimpan *
ABSTRACT Forest is able to contribute in national development need to contribute for industry and home industry. This research aims to identify natural forest potential of ampupu species (Eucalyptus urophylla) in producing of stem wood volume. This research is conducted upon Eucalyptus urophylla species within natural forest. Potential assessment is conducted by forest inventore with line plot sampling method. Sampling intensitas to used (10%). This volume form factor devided between actual stem wood volume than silinder wood volume at diameter breat high (Dbh) than total tree high. Tree sample with measurement 1179 trees for total quadrats number than 80 quadrats . Dbh Average is 37,7 cm than smaller diameter is 1,59 cm and highest diameter 155,67 cm. High average 11,8 m range tree high 1,8 to 32 m. Wood density is 0,93 gr/cm3.. Trees potential at Eucalyptus urophylla species within natural forest is 370,58 m3/ha than form factor 0,69. Keywords: Eucalyptus urophylla, tree volume, wood density ABSTRAK Hutan mampu berkontribusi dalam pembangunan nasional sebagai penyedia bahan baku bagi kebutuhan industri dan rumah tangga. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) dalam menghasilkan volume kayu batang. Penelitian dilakukan pada hutan jenis Eucalyptus urophylla di hutan alam. Pendugaan potensi dilakukan melalui kegiatan inventore hutan dengan metode line plot sampling. Intensitas sampling yang digunakan (10%). Faktor bentuk volume ini dihitung dengan membandingkan antara volume kayu batang aktual dengan volume kayu silinder pada diameter batang setinggi dada (Dbh) dengan tinggi pohon total. Jumlah pohon sampel yang diukur sebanyak 1179 pohon untuk seluruh petak ukur dengan jumlah 80 petak ukur. Rerata Dbh = 37,7 cm dengan diameter terendah adalah 1,59 dan diameter tertinggi 155,67 cm. Rerata tinggi 11,8 m dengan kisaran tinggi pohon adalah 1,8 m sampai 32 m. Kerapatan kayu diperoleh 0,93 gr/cm3. Potensi tegakan di hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla) adalah 370,58 m3/ha dengan faktor bentuk 0,69. Kata kunci : Eucalyptus urophylla, volume pohon, kerapatan kayu
* Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian-Undana
1238
Hutan merupakan bentuk penutupan lahan yang banyak dijumpai di muka bumi ini. Hal ini bermula sejak manusia mempunyai hubungan yang erat dengan hutan. Hutan sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk mengembalikan hutan pada keadaan semula, sehingga perlu dijaga dan dikelola secara arif dan bijaksana. Fungsi hutan sebagai penghasil kayu sangat memegang peran penting dalam keberlangsungan kehidupan dimuka bumi ini. Peranan strategis hutan dalam pembangunan nasional selama ini hampir sepenuhnya tertumpuh pada hutan alam yang harus menyediakan bahan baku bagi kebutuhan industri. Informasi mengenai inventore hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) dalam menghasilkan volume kayu batang sangat diperlukan untuk mengetahui kemampuan hutan tersebut dalam menghasilkan kayu batang. Pengelolaan sumber daya hutan sampai saat ini walaupun sudah memperhatikan keanekaragaman hayati dan kepentingan masyarakat setempat, tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang menitikberatkan pada pemenuhan fungsi ekonomi, sedangkan produk-produk lainnya (khususnya jasa lingkungan) belum begitu banyak diperhatikan (Simon, 1999). Jika pengelolaannya lestari, maka pembangunan hutan tidak saja bermanfaat dari sisi produk kayunya saja, tetapi juga mempunyai prospek sebagai penyedia jasa lingkungan, yaitu sebagai penyerap gas CO2. Untuk itu penelitian mengenai kandungan volume kayu batang yang ada di hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla) sangat dibutuhkan.
Penelitian ini difokuskan pada hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla), mengingat Ampupu adalah khas tumbuh di Nusa Tenggara Timur yang sampai saat ini belum banyak diketahui kemampuannya dalam menghasilkan volume kayu batang. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi volume kayu batang pada hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla). Sedangkan penelitian ini bermanfaat dalam memberikan informasi tentang kemampuan hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla) menghasilkan volume kayu batang yang selanjutnya akan menjadi masukan bagi semua pihak yang membutukan informasi tentang Ampupu (Eucalyptus urophylla).
Metode Penelitian
* Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian-Undana
1238
Penelitian dilaksanakan di Desa Lelogama Kecamatan Amfoang Selatan Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - September
2009 meliputi kegiatan inventore hutan Alam Eucalyptus urophylla. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: kompas/GPS untuk
menentukan arah dan penentuan letak petak ukur di lapangan, phiband untuk mengukur diameter pohon, hagameter untuk mengukur tinggi pohon, meteran dan patok untuk mengukur dan membuat petak ukur di lapangan. Pengukuran inventore hutan digunakan teknik dengan metode line plot sampling. Intensitas sampling yang digunakan (10%). Dalam jalur tersebut dibuat plot dengan luas 0,1 ha yang selanjutnya dilakukan pengukuran diameter (Dbh) dan tinggi total (H). Pembuatan petak ukur untuk mengetahui pertumbuhan tegakan harus menyebar merata pada semua areal dan berbagai kualitas tempat tumbuh. Untuk penentuan interval diameter dilakukan penetuan range dan kelas diameter terdahulu. Pengukuran faktor bentuk (f) dilakukan dengan menebang pohon sampel yang telah dipilih. Pada penelitian ini ditebang pohon yang diambil menyebar di seluruh lokasi hutan jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) yang ada di Amfoang. Sampel pohonnya yang ditebang, kemudian dilakukan pengukuran panjang batang aktual pohon. Setelah itu batang dibagi menjadi segmen-segmen. Volume tiap segmen dihitung dengan rumus Smallian sebagai berikut : Vs = [ lbdsp + lbdsu] x l
dimana, lbds = 1/4πD2
Keterangan : Vs
:
Volume tiap segmen kayu
lbdsp
:
Luas bidang dasar pangkal
lbdsu
:
Luas bidang dasar ujung
l
:
Panjang Segmen
Pengukuran faktor bentuk volume dilakukan untuk menaksir volume pohon dalam kondisi tegakan berdiri (standing stock). Faktor bentuk volume ini dihitung dengan membandingkan antara volume kayu batang aktual dengan volume kayu silinder pada diameter batang setinggi dada (Dbh) dengan tinggi pohon total. Data penelitian terbagi atas 2 bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui pengukuran, pengamatan, perhitungan, pencatatan dan wawancara dengan pihak-pihak terkait yang * Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian-Undana
1238
berhubungan dengan objek yang diteliti. Data primer yang diperoleh meliputi data tegakan (diameter dan tinggi) dan luasan berdasarkan plot sampel yang dibuat. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain tetapi digunakan oleh peneliti. Data sekunder terdiri atas data administratif, data curah hujan, data sebaran tanah. Data sekunder dikumpulkan dari instansi yang terkait dengan penelitian ini. Untuk memudakan pengukuran dan analisa variabel data tersebut diolah dengan bantuan software SPSS 16 dan Excell.
Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam petak ukur dilakukan pengukuran beberapa parameter pohon yang sangat penting dalam pendugaan potensi pohon. Parameter tersebut adalah tinggi pohon dan diameter setinggi dada (Dbh) sebagai dasar penentuan volume pohon. Rata-rata Dbh dan tinggi pohon Ampupu
(Eucalyptus urophylla) dari
areal sampel seluas 8 ha disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata Data Dbh dan Tinggi Pohon Parameter
Nilai Minimum
Maksimum
Rerata
Std. Deviasi
N (8 ha)
1179
-
-
-
Diameter (cm)
1,59
155,67
37,7
26,78
Tinggi (m)
1,80
32
11,8
5,90
Jumlah pohon sampel yang diukur sebanyak 1179 pohon untuk seluruh petak ukur dengan jumlah 80 petak ukur. Rerata Dbh = 37,7 cm dengan diameter terendah adalah 1,59 dan diameter tertinggi 155,67 cm. Rerata tinggi 11,8 m dengan kisaran tinggi pohon adalah 1,8 m sampai 32 m. Simpangan baku (standard deviation) merupakan suatu nilai yang menunjukan tingkat (derajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan dari reratanya (Riduan, 2007). Dari hasil penelitian diketahui bahwa standar deviasi untuk tinggi adalah 5,90. Dari hasil penelitian diketahui bahwa standar deviasi untuk diameter adalah 26,78 dengan rata-rata diameter 37,3 cm. Simpangan baku diameter ini tinggi karena adanya variasi diameter yang sangat tinggi sehingga diduga bahwa hutan alam menumbuhkan bijinya menjadi anakan secara alami dan tidak ada penyeragaman dalam penanaman dan pemeliharaan. Lain halnya dengan hutan tanaman tingkat simpangan baku rendah karena selain ditanam dalam waktu yang relatif bersamaan juga dilakukan pengelolaan secara intensif. Setelah diameter, tinggi pohon merupakan parameter lain yang mempunyai arti penting dalam penaksiran hasil hutan. Dalam penelitian ini tinggi dan diameter diperlukan untuk menentukan volume. Pengukuran * Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian-Undana
1238
ini dilakukan dengan menggunakan hagameter yang menggunakan prinsip trigonometri. Lokasi penelitian yang cenderung datar–landai serta kerapatan pohon tidak terlalu tinggi memungkinkan untuk digunakan hagameter. Pengukuran dimulai dari pangkal pohon yang berbatasan langsung dengan tanah sampai pada tajuk teratas. Alasan pemilihan alat ini adalah keakuratannya tinggi dan pengukuran jarak horizontal dari pohon ke tempat pengukuran tidak mengalami kesulitan yang berarti pada hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla). Dalam penelitian ini, kesalahan diusahakan untuk seminimal mungkin. Dari hasil penelitian dimana jumlah sampel total 1179 pohon dengan tinggi rata-rata 11,8 m. Tinggi minimum adalah 1,80 m dan tinggi maksimum adalah 32 m. Pendugaan Volume Tegakan Pohon Berdiri Dalam penelitian ini, untuk mengetahui faktor bentuk pada hutan alam Eucayptus urophylla dilakukan dengan mengukur dimensi Dbh dan tinggi pohon total sampai selanjutnya dilakukan penebangan pada pohon tersebut. Pohon yang sudah tumbang kemudian dibagi-bagi dalam beberapa segmen untuk diukur luas bidang dasar pangkal dan luas bidang dasar ujung serta panjang segmen. Tujuannya adalah untuk mendapatkan volume batang aktual. Pohon yang ditebang berdasarkan pendekatan rumus Sturges (seperti pada metode penelitian). Dalam penelitian ini jumlah sampel pohon yang ditebang ada 9 dimana pohon tersebut diperoleh dengan mengambil rata-rata dari kelas diameter. Sampel yang ditebang ada 9 pohon dengan kelas diameter yang berbeda. Hasil pengelolaan data faktor bentuk (f) untuk tegakan Eucalyptus urophylla disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2.Faktor Bentuk Tegakan Eucalyptus urophylla di Hutan Alam Ampupu No
Dbh Rata-rata (cm)
Faktor Bentuk Tinggi Total (m)
(f)
1
7,6
6
0,66
2
22,2
10
0,70
3
37,3
9,6
0,73
4
52,5
12
0,73
5
67,5
20,3
0,68
6
82,8
23
0,69
7
97,1
25
0,70
8
111,5
26
0,63
* Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian-Undana
1238
9
127,4
22,4
0,65
Rerata
67,32
17,14
0,69
Dari Tabel 2 diketahui bahwa rata-rata faktor bentuk untuk tegakan Eucalyptus urophylla di Hutan Alam Lelogama berkisar antara 0,63 – 0,73 dengan rata-rata adalah 0,69. Faktor bentuk yang diperoleh dalam penelitian ini sama dengan ketetapan faktor bentuk untuk hutan alam yang belum diketahui nilainya. Faktor bentuk untuk hutan alam ditetapkan sebesar 0,7. di atas bahwa volume pohon adalah ukuran tiga dimensi sehingga satuannya dalam meter kubik. Volume pohon diketahui dengan melakukan perhitungan data hasil pengukuran diameter batang setinggi dada, tinggi total pohon dan faktor bentuk. Dari hasil inventore hutan juga dapat diketahui potensi tegakan hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla) dengan pendekatan diameter pohon sebagaimana disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3.
Potensi Tegakan Berdiri per Hektar Eucalyptus urophylla di Hutan Alam Jenis Ampupu
Jumlah
Vol Phn (m3)
Vol Phn (m3/ha)
44
0,02
0,83
0,70
39
0,27
10,22
9,6
0,73
26
0,72
18,62
52,5
12
0,73
12
1,78
20,93
5
67,5
20,3
0,68
8
4,98
39,86
6
82,8
23
0,69
4
8,49
29,73
7
97,1
25
0,70
5
12,70
66,66
8
111,5
26
0,63
4
17,41
71,82
9
127,4
22,4
0,65
3
19,55
51,33
17,
0,
65,
284,
14
69
92
61
No
Dbh Rata-rata (cm)
TT (m)
FK (f)
1
7,6
6
0,66
2
22,2
10
3
37,3
4
Pohon/ha
Re ra t
67,32
144
a
Potensi volume pohon per hektar untuk kelas diameter yang berbeda dapat kita lihat pada tabel diatas. Volume pohon per hektar untuk kelas diameter I sampai IX adalah 284,61 m3/ha dengan rata-rata faktor bentuk 0,69. * Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian-Undana
1238
Potensi tertinggi dicapai pada diameter pohon 111,5 cm sebesar 71,822 m3/ha dan terendah pada diameter 7,6 sebesar 0,83 m3/ha. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa potensi tegakan dipengaruhi oleh luas bidang dasar dan jumlah pohon. Bila dicermati bahwa potensi pada hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) menurun pada diameter 82,8 cm dan naik lagi pada 97,1 sampai pada diameter 127,4 cm menurun lagi karena jumlah pohon per hertarnya juga menurun walaupun lbdsnya tinggi tapi jumlahnya kecil maka volume per hektarnya juga menurun. Jika digambarkan dalam grafik maka
volume (m3/ha)
80 70 60 50 40 30 20 10 0
123456789 Kelas Dbh (cm)
akan terlihat seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Potensi Tegakan Menurut Kelas Diameter
Untuk mengetahui potensi kayu yang terdapat pada hutan alam Ampupu maka dengan menggunakan faktor bentuk dalam penelitian ini kemudian digunakan untuk menduga volume total berdiri (standing stock). Potensi kayu untuk seluruh kelas interval dengan diameter 1,59 sampai 155,6 adalah 370,58 m3/ha. Dengan luas lokasi penelitian 80 ha maka stok tegakan berdiri (standing stock) tanaman Eucalyptus urophylla 29.646,56 m3.
Kerapatan Kayu dan Biomassa Kerapatan kayu (wood density) dalam penelitian ini merupakan suatu parameter penting yang perlu diketahui. Pengukuran kerapatan kayu dilakukan selain untuk mengetahui potensi kayu dari suatu kawasan yang umumnya dinyatakan dalam satuan berat kering (ton/ha), juga pendekatan biomassa batang diduga dengan kerapatan kayu. Hal ini karena untuk mengukuran biomassa dengan pendekatan berat basah total tidak mendukung untuk dilakukan dilapangan karena diamater pohon sampel yang besar. * Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian-Undana
1238
Dalam penelitian ini pengukuran kerapatan kayu dilakukan dengan mengambil sampel dari disk batang pangkal, disk batang tengah dan disk batang ujung untuk selanjutnya dibuat dalam bentuk kotak dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm dan dioven sampai mencapai berat kering tanur. Selanjutnya ditimbang untuk mendapatkan berat atau massa dalam satuan gram (gr). Untuk volume kerapatan kayu diperoleh dari volume kotak diatas yang dinyatakan dalam satuan cm3. Kerapatan kayu dalam penelitian ini dinyatakan dalam satuan gr/cm3. Biomassa batang diperoleh setelah mengalikan antara kerapatan kayu dengan volume batang pohon (Purwanto, 2009). Kerapatan suatu benda yang homogen adalah massa atau berat persatuan volume, sehingga kerapatan selalu dinyatakan dengan satuan gram/cm3 atau kg/m3. Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan porositasnya yaitu proporsi volume rongga kosong (Haygreen dan Bowyer, 1996). Kerapatan kayu di dalam suatu spesies ditemukan bervariasi dengan sejumlah faktor yang meliputi letaknya di dalam pohon, letak dalam kisaran spesies tersebut, kondisi tempat tumbuh, dan sumber sumber genetik.
Sebagai bahan perbandingan Hardjana (2009) dalam penelitiannya di hutan tanaman jenis Acacia mangium kerapatan kayu 0,65 gr/cm3 dan kerapatan kayu untuk jenis E. pellita 0,50 gr/cm3. Sementara Adiriono (2009) dalam penelitiannya di hutan tanaman jenis Acacia crassicarpa diperolah 0,44 gr/cm3. Dalam penelitian ini kerapatan kayu untuk jenis Eucalyptus urophylla di hutan alam diperoleh 0,93 gr/cm3. Dengan membandingkan kerapatan kayu untuk jenis Acacia mangium dan Acacia crassicarpa berarti kayu jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) lebih besar. Kerapatan kayu yang dinyatakan dalam satuan gr/cm3 pada hutan alam jenis Eucalyptus urophylla disajikan dalam Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Kerapatan Kayu di Hutan Alam Jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla)
* Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian-Undana
1238
No
Kelas Interval Dbh (cm)
Dbh Rata-rata (cm)
TT (m)
WD (gr/cm3)
1
1,59-14
7,6
6
0,75
2
15-29
22,2
10
0,99
3
30-44
37,3
9,6
0,93
4
45-59
52,5
12
0,93
5
60-74
67,5
20,3
0,93
6
75-89
82,8
23
0,93
7
90-104
97,1
25
0,95
8
105-119
111,5
26
0,98
9
120-134
127,4
22,4
0,99
67,32
17,14
0,93
Rerata
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kerapatan kayu pada diameter 7,6 cm sebesar 0,75 gr/cm3 dan pada diameter 127,4 sebesar 0,99 gr/cm3 dengan rata-rata sebesar 0,93 gr/cm3. Dari hasil ini diinformasikan bahwa hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan biomassa. Kayu jenis ini sangat bagus dimanfaatkan untuk jenis pertukangan karena memiliki kerapatan kayu yang tinggi. Umumnya masyarakat di sekitar lokasi penelitian menggunakan sebagai bahan bangunan rumah terutama kusen. Sementara cabang dan ranting dimanfaatkan masyarakat sebagi bahan bakar karena sifat arangnya yang tahan lama. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian khususnya kadar abu di laboratorium yang rendah sehingga bagus untuk pembakaran. Kayu jenis ini memiliki nilai jual yang tinggi di Kota Kupang dan sekitarnya baik dari kayu maupun dari kayu bakarnya. Untuk kayu bakar di Kota Kupang jenis ini bersaing dengan kayu jenis Kesambi (Schleichera oleosa) dalam segi harga. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah potensi volume kayu per hektar untuk tanaman Eucalyptus urophylla di hutan alam Lelogama Kecamatan Amfoang Selatan adalah 370,58 m3/ha dengan rata-rata faktor bentuk 0,69.
* Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian-Undana
1238
DAFTAR PUSTAKA Adiriono, T. 2009. “Metode Pengukuran Karbon (Carbon Sock) pada Hutan Tanaman Industri Jenis Acasia crassicarpa”. Tesis pada Fakultas Kehutanan Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. BPS. 2007. “Statistik Pertanian Kabupaten Kupang”. Katalog BPS 5173.5303. Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur. BPS. 2008. “Kabupaten Kupang Dalam Angka”. Katalog BPS 1403.5303. Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur. BPS. 2008. “Kecamatan Amfoang Selatan Dalam Angka”. BPS Kabupaten Kupang . Katalog 5173.5303. Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur. Budiyono. 2009. “Statistika Untuk Penelitian”. UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press). Surakarta. Jawa Tengah. Hardjana, A.K. 2009. “Inventore Kandungan Karbon Jenis-Jenis Tanaman Penyusun HTI dan Kemampuannya dalam Menyerap Gas CO2 dari Atmosfer (Studi Kasus di HTI PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur)”. Tesis pada Fakultas Kehutanan Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Haygreen, J.G., Bowyer J.L,. 1996. “Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar”. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Purwanto, R.H,. 2009. “Bahan Ajar Inventore Biomassa Hutan”. Program Pascasarjana, Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta. Riduan., Sunarto H. 2007. “Pengantar Statistik untuk Penelitian:
Pendidikan, Sosial,
Komunikasi dan Bisnis. Lengkap dengan Aplikasi SPSS 14”. Alfabeta. Bandung. Simon, H. 2007. “Metode Inventore Hutan”. Pustaka Pelajar.Yogyakarta. Simon, H. 2009. “Perencanaan Pembangunan Sumber Daya Hutan”. Jilid I Timber Management. Bahan Kuliah (belum dipublikasikan) Fakultas Kehutanan Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sugiyono. 2009. “Statistik Untuk Penelitian”. CV. Alfabeta. Bandung. Supranto, J. 2009. “Statistik Teori dan Aplikasi”. Edisi Ketujuh. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sutaryo, D. 2009. “Penghitunan Biomassa Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon”. Wetlands International Indonesia Programme. Bogor.
* Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian-Undana
1238