KEKUATAN SAMBUNGAN BATANG KAYU-PELAT BAJA DENGAN BEBERAPA JENIS ALAT SAMBUNG TIPE DOWEL DAN KETEBALAN BATANG KAYU Acacia mangium Wild.
Haerul Akbar Dinata
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
KEKUATAN SAMBUNGAN BATANG KAYU-PELAT BAJA DENGAN BEBERAPA JENIS ALAT SAMBUNG TIPE DOWEL DAN KETEBALAN BATANG KAYU Acacia mangium Wild.
Haerul Akbar Dinata E24053675
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
HAERUL AKBAR DINATA. Kekuatan Sambungan Batang Kayu-Pelat Baja Dengan Beberapa Jenis Alat Sambung Tipe Dowel dan Ketebalan Batang Kayu Acacia mangium Wild. Dibimbing oleh T. R. MARDIKANTO dan SUCAHYO SADIYO Sambungan kayu adalah sambungan yang mengikat dua atau lebih papan kayu secara bersamaan dengan menggunakan alat sambung mekanik seperti paku, baut, konektor atau menggunakan alat sambung berupa perekat struktural. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui besar pengaruh jenis alat sambung yang digunakan dan ketebalan kayu terhadap kekuatan sambungan batang kayu dengan pelat baja pada kayu Acacia mangium. Penelitian ini menggunakan tiga jenis alat sambung tipe dowel, yaitu paku, pasak bambu dan pasak kayu. Kayu yang digunakan adalah kayu Acacia mangium dengan variasi ketebalan mulai dari ketebalan batang 3 cm; 3,5 cm; 4 cm; 4,5 cm; 5 cm dan 5,5 cm sedangkan kayu yang digunakan untuk dijadikan pasak adalah kayu bangkirai. Teknik sambungan ini adalah menggunakan pelat baja sebagai pelat sambungnya. Pengujian dilakukan dengan memberi beban tekan pada sambungan. Beban yang diberikan pada sambungan adalah gaya aksial yang arahnya searah dengan panjang balok kayu dan tegak lurus dengan panjang alat sambung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis alat sambung paku memiliki beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja yang paling tinggi, kemudian diikuti oleh alat sambung pasak bambu dan yang paling rendah adalah pasak kayu. Terdapat kecenderungan umum bahwa beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya ketebalan batang pada setiap sesaran. Dengan demikian, berdasarkan ketentuan batasan sesaran yang ditetapkan oleh Amerika Serikat, Australia dan Indonesia yaitu masing-masing pada sesaran 0,38 mm, 0,80 mm dan 1,50 mm, maka nilai beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja untuk diameter yang sama dari alat sambung paku, pasak bambu dan pasak kayu (5,2 mm) berbeda menurut kelompok ketebalan batang sambungnya. Kata kunci : Sambungan, alat sambung, tebal batang, beban ijin
SUMMARY
HAERUL AKBAR DINATA. The Strength of Beam-Steel Plates Joint With Some Type of Dowel Fasteners And Thickness of Acacia mangium Wood. Under Supervision of T. R. MARDIKANTO and SUCAHYO SADIYO. Wood joint is a joint that fasten two or more lumber together by using the mechanical joint such as nails, bolts, connectors or using grafting in the form of structural adhesive. The purpose of this study is to know the influence of the type of fasteners and the thickness of the beam to the strength of beams with steel plate joint on Acacia mangium wood. This study uses three types of dowel type fasteners, ie nails, bamboo pegs and wooden pegs. Wood that used in this study is Acacia mangium wood with variations in thickness from 3 cm, 3.5 cm, 4 cm, 4.5 cm, 5 cm and 5.5 cm, while the wood used to be a wooden pegs is bangkirai wood. This joint technique use a steel plate as connection plate. Testing is done by putting pressure tap on the joint. The direction of loading is an axial direction of the long wooden beams and perpendicular to the length of the fasteners. The results showed that the type of fasteners and thickness of the beam give effect to the strength of the beam-steel plate joint. Joint with nails has the highest allowable load on mangium wood-steel plates joint, followed by a bamboo pegs, and the lowest is the wooden pegs. There is a general tendency that the allowable load of mangium wood-steel plate joint will increase with increasing the beam thickness. Thus, under the provisions of limit displacement set by the the United States, Australia and Indonesia, respectively in displacement of 0.38 mm, 0.80 mm and 1.50 mm, the allowable load of mangium wood-steel plate joint in the same diameters of nails, bamboo pegs and wood pegs (5.2 mm) differ according to the thickness of the beam. Keywords: Connection, connection devices, beam thickness, allowable load
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Keku atan Sambungan Batang Ka yu -P elat Baja D engan Beberapa Jenis A lat Sambung T ipe Dowel dan Ketebalan Batang K a yu Acacia mangium Wild.” adalah hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang
diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2011
Haerul Akbar Dinata NRP. E24053675
Judul
: Kekuatan Sambungan Batang Kayu-Pelat Baja Dengan Beberapa Jenis Alat Sambung Tipe Dowel dan Ketebalan Batang Kayu Acacia mangium Wild.
Nama Mahasiswa
: Haerul Akbar Dinata
NIM
: E24053675
Menyetujui: Komisi Pembimbing,
Ketua,
Anggota,
Ir. T. R. Mardikanto, MS
Dr. Ir. Sucahyo Sadiyo, MS
NIP. 19450909 197403 1 001
NIP. 19580501 198403 1 002
Mengetahui, Ketua Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Wayan Darmawan, MSc NIP : 19660212 199103 1 002
Tanggal lulus:
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini sebagai tugas akhir yang berjudul ”Kekuatan Sambungan Batang Kayu-Pelat Baja Dengan Beberapa Jenis Alat Sambung Tipe Dowel dan Ketebalan Batang Kayu Acacia mangium Wild.”. Karya ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa laboratorium, yaitu Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu serta Laboratorium Peningkatan Mutu Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dari awal Mei hingga akhir Agustus 2010. Sambungan merupakan titik kritis atau titik terlemah dalam suatu konstruksi. Titik-titik kritis tersebut harus mampu menerima atau menahan beban yang terjadi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan suatu sambungan adalah alat sambung yang digunakan. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui jenis alat sambung yang paling baik serta faktor dari batang kayu itu sendiri. Akhirnya, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi mereka yang memerlukannya.
Bogor, Februari 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Haerul Akbar Dinata, dilahirkan di Depok, Jawa Barat pada tanggal 19 Mei 1987 dari pasangan M. Yamin dan Siti Raodah. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, memiliki adik yang bernama Nafiul Umam. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Mekar Sari Depok, SD Negeri 21 Mekarjaya pada tahun 1993 dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTP Negeri 3 Depok dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMUN 2 Depok dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB dan pada tahun 2006 penulis diterima di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis aktif menjadi anggota dan pengurus Himasiltan pada tahun 2007 dan 2008. Pada tahun 2007 penulis melaksanakan praktek lapang PPEH di Kamojang dan Sancang, Jawa Barat, kemudian tahun 2008 melaksanakan praktek lapang P2H di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Pada bulan Februari 2009 penulis melaksanakan praktek kerja lapang di CV. Karya Mina Putra di Rembang, Jawa Timur. Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dengan judul “Kekuatan Sambungan Batang Kayu-Pelat Baja Dengan Beberapa Jenis Alat Sambung Tipe Dowel dan Ketebalan Batang Kayu Acacia mangium Wild.”, di bawah bimbingan Ir. T. R. Mardikanto, MS dan Dr. Ir. Sucahyo Sadiyo, MS.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul ”Kekuatan Sambungan Batang Kayu-Pelat Baja Dengan Beberapa Jenis Alat Sambung Tipe Dowel dan Ketebalan Batang Acacia mangium Wild.”. Tujuan penyusunan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada: 1. Ir. T. R. Mardikanto, MS dan Dr. Ir. Sucahyo Sadiyo, MS selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis. 2. Ayah, ibu dan adik tercinta atas semua dukungan dan kasih sayang yang diberikan, baik moril maupun materil serta doa yang selalu mengalir tanpa henti kepada penulis. 3. Dr. Ir. Ulfah Juniarti Siregar, M.Agr selaku dosen penguji perwakilan dari Departemen Silvikultur, Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS selaku dosen penguji perwakilan dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc selaku dosen penguji perwakilan dari Departemen Manajemen Hutan yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini. 4. M. Irfan, Kadiman dan Esti P. serta seluruh laboran dan staf Departemen Hasil Hutan yang banyak memberikan dukungan dan bantuannya selama ini kepada penulis. 5. Teman-teman program studi hasil hutan angkatan 42, dan semua mahasiswa THH yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas dukungan semangat dan kerjasamanya selama menempuh kuliah di Fakultas Kehutanan IPB. 6. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya dan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Bogor, Februari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................
i
DAFTAR TABEL .........................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................
1
1.2 Tujuan Penelitian ..........................................................................
2
1.3 Hipotesis ...........................................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sambungan Kayu ..........................................................................
3
2.2 Sambungan dengan Paku ...............................................................
4
2.3 Sambungan dengan Pasak ..............................................................
5
2.4 Kayu Akasia (Acacia Mangium) ....................................................
6
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................
7
3.2 Alat dan Bahan ..............................................................................
7
3.2.1 Alat ......................................................................................
7
3.2.2 Bahan ...................................................................................
7
3.3 Metode Penelitian ..........................................................................
8
3.3.1 Pembuatan contoh uji............................................................
8
3.3.2 Pengujian contoh uji .............................................................
10
3.4 Rancangan Percobaan ....................................................................
13
3.5 Analisis Data .................................................................................
14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Kayu .............................................................................
15
4.1.1 Kadar air ...............................................................................
15
4.1.2 Kerapatan dan berat jenis ......................................................
16
4.2 Sifat Mekanis Kayu .......................................................................
17
4.2.1 Kekuatan tekan sejajar serat ..................................................
17
4.2.2 Kekuatan sambungan geser ganda.........................................
18
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...................................................................................
26
5.2 Saran .............................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
27
LAMPIRAN ...................................................................................................
29
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Alat Sambung (a) paku, (b) pasak bambu dan (c) pasak kayu ................... 8 2. Contoh uji (a) sifat fisis (KA, kerapatan dan BJ) dan (b) tekan maksimum sejajar serat ............................................................................. 9 3. Ilustrasi arah gaya pengujian contoh uji kekuatan sambungan batang kayupelat baja terhadap gaya tarik ........................................................................ 10
4. Ilustrasi arah gaya pengujian contoh uji kekuatan sambungan batang kayupelat baja; (a) gaya aksi dan reaksi pada sambungan terhadap gaya tarik (b) gaya aksi dan reaksi pada sambungan terhadap gaya tekan ................. 10 5. Pengujian tekan sejajar serat ..................................................................... 12 6. Pengujian sambungan tarik geser ganda .................................................... 12 7. Kekuatan tekan sejajar serat kayu Acacia mangium................................... 17
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Sifat fisis batang kayu Acacia mangium menurut jenis alat sambung ....... 15 2. Sifat fisis jenis alat sambung yang digunakan ................................................. 16 3. Beban ijin per alat sambung pada tiap sesaran ........................................... 18 4. Analisis ragam beban ijin per alat sambung pada sesaran 0,38; 080; 1,50; 5,00 mm ................................................................................................... 19 5. Uji lanjut Duncan faktor jenis alat sambung pada sesaran 0,38; 0,80; 1,50; 5,00 mm.................................................................................................... 20 6. Uji lanjut Duncan faktor tebal batang pada sesaran 0,38 mm ..................... 21 7. Beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja pada masingmasing jenis alat sambung pada sesaran 0,38 mm ..................................... 21 8. Uji lanjut Duncan faktor tebal batang pada sesaran 0,80 mm ..................... 21 9. Beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja pada masingmasing jenis alat sambung pada sesaran 0,80 mm ..................................... 22 10. Uji lanjut Duncan faktor tebal batang pada sesaran 1,50 mm ..................... 22 11. Beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja pada masingmasing jenis alat sambung pada sesaran 1,50 mm ..................................... 23 12. Uji lanjut Duncan faktor tebal batang saat sesaran 5,00 mm ...................... 23 13. Beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja pada masingmasing jenis alat sambung pada sesaran 1,50 mm ..................................... 24
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Hasil pengukuran volume.......................................................................... 30 2. Hasil pengujian sifat fisis .......................................................................... 34 3. Hasil pengujian tekan sejajar serat............................................................. 39 4. Hasil pengukuran beban ijin per alat sambung ........................................... 42 5. Hasil uji statistik ....................................................................................... 45
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Eksploitasi hutan alam yang berlebihan menyebabkan kondisi hutan alam
semakin rusak parah. Hal ini menyebabkan tingkat produksi kayu dari hutan alam menurun. Untuk itu diperlukan alternatif lain dengan memanfaatkan kayu-kayu yang berasal dari hutan rakyat. Salah satu kebutuhan kayu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat adalah untuk dijadikan sebagai bahan konstruksi bangunan. Beberapa faktor yang menjadikan kayu sebagai bahan konstruksi antara lain adalah mudah untuk dikerjakan, lebih murah, cukup awet, mudah disambung dan memiliki nilai keindahan. Sebagai bahan konstruksi bangunan diperlukan kayu berdiameter besar atau kayu berkualitas tinggi yang biasanya berasal dari hutan alam. Namun, dengan kondisi hutan sekarang ini sangat sulit untuk menemukan kayu tersebut dari hutan alam. Kayu sebagai bahan kostruksi harus memiliki bentangan yang cukup panjang. Di sisi lain, kayu-kayu yang berasal dari hutan rakyat atau yang diperjual belikan di pasaran biasanya memiliki panjang yang terbatas. Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk dapat memanfaatkan kayu-kayu berukuran tidak terlalu panjang dengan suatu teknik sambungan kayu. Sambungan merupakan titik kritis atau titik terlemah dalam suatu konstruksi. Titik-titik kritis tersebut harus mampu menerima atau menahan beban yang terjadi. Salah satu beban pada sambungan yang harus diperhitungkan adalah sambungan tarik. Sambungan tarik merupakan sambungan kayu dimana beban yang bekerja pada sambungan tersebut merupakan beban tarik. Salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan suatu sambungan adalah alat sambung yang digunakan. Alat sambung yang dapat digunakan dalam suatu penyambungan adalah paku dan pasak. Bentuk pasak yang dapat digunakan adalah yang terbuat dari kayu dan bambu. Pelat sambung akan membentuk sambungan dengan mudah dan diharapkan dapat meningkatkan kekuatan sambungan. Paku dan pasak merupakan jenis alat sambung mekanik yang dapat digunakan dalam membuat sambungan kayu. Kedua alat ini, baik paku maupun pasak, relatif murah dan mudah dikerjakan.
1.2
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui besar pengaruh jenis alat
sambung yang digunakan dan ketebalan kayu terhadap kekuatan sambungan batang kayu dengan pelat baja pada kayu Acacia mangium. 1.3
Hipotesis Hipotesis yang diajukan dari penelitian ini adalah bahan dari alat sambung
dan tebal batang akan mempengaruhi kekuatan sambungan terhadap beban tarik. Semakin tinggi kekakuan alat sambung maka semakin tinggi pula kekuatan sambungan. Semakin tebal batang maka kekuatan sambungan akan semakin tinggi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Sambungan Kayu Feirer (1984) dalam Rochimah (2005) menyatakan bahwa sambungan
merupakan seni dan keahlian dari perakitan dan pengikatan dua atau lebih kayu secara bersama-sama. Produk sambungan dapat diikat secara permanen dengan menggunakan perekat, paku maupun baut. Sambungan kayu adalah sambungan yang mengikat dua atau lebih papan kayu secara bersamaan dengan menggunakan alat sambung mekanik seperti baut, paku, pasak, konektor, atau menggunakan alat sambung berupa perekat struktural. Tipe sambungan dengan alat sambung mekanik dikenal dengan istilah mechanical joint dan tipe sambungan dengan alat sambung perekat disebut glued joint. Alat sambung kayu dapat dibedakan dalam 4 golongan, yaitu: 1. Paku, baut, sekrup dan sebagainya. 2. Pasak-pasak kayu keras dan sebagainya. 3. Alat-alat sambung modern (modern timber connector) seperti kokot Bulldog, Geka, Alligator, Bufa, cincin belah (split ring) dan sebagainya. 4. Perekat. Pada penelitian ini, alat sambung yang digunakan adalah alat sambung tipe dowel. Alat sambung tipe dowel adalah alat sambung silindris yang dimasukkan pada bidang sambungan dengan cara dipres. Batang dowel mempunyai bentuk silindris yang dapat terbuat dari besi atau kayu. Sambungan kayu berperan penting dalam konstruksi kayu, seperti pada bangunan gedung, rumah, menara ataupun jembatan. Hal ini dikarenakan struktur kayu terbuat dari komponen yang harus disambungkan secara bersama-sama untuk memindahkan beban yang diterima oleh komponen kayu tersebut (Pun 1987). Sedangkan tujuan dari penyambungan kayu itu sendiri adalah untuk memperoleh panjang yang diinginkan atau membentuk suatu konstruksi rangka batang sesuai dengan yang diinginkan. Tular dan Idris (1981) menyatakan bahwa pada konstruksi bangunan kayu akan timbul gaya-gaya yang bekerja padanya. Karena sambungan merupakan titik terlemah dari suatu batang tarik, maka dalam membuat sambungan harus
diperhitungkan
cara
menyambung
dan
menghubungkan
kayu
sehingga
sambungan dapat menyalurkan gaya yang bekerja padanya. Selain gaya yang bekerja atau beban yang dipikul oleh sambungan yang menggunakan batang kayu adalah timbulnya sesaran. Sesaran merupakan pergeseran/perpindahan alat sambung dari kedudukan semula akibat beban yang bekerja. Beberapa Negara menetapkan batasan sesaran sambungan berbeda-beda, Amerika Serikat menetapkan batasan sesaran sebesar 0,38 mm, Australia menetapkan batasan sesaran sebesar 0,80 mm dan Indonesia menetapkan batasan sesaran sebesar 1,50 mm.
2.2
Sambungan dengan Paku Paku adalah logam keras berujung runcing, umumnya terbuat dari baja,
yang digunakan untuk melekatkan dua bahan dengan menembus keduanya. Paku umumnya ditembuskan pada bahan dengan menggunakan palu atau nail gun yang digerakkan oleh udara bertekanan atau dorongan ledakan kecil. Pelekatan oleh paku terjadi dengan adanya gaya gesek pada arah vertikal dan gaya tegangan pada arah lateral. Ujung paku kadang ditekuk untuk mencegah paku keluar kembali. Alat sambung paku sering dijumpai pada struktur dinding, lantai dan rangka. Paku tersedia dalam bentuk dan ukuran yang bermacam-macam. Umumnya diameter paku berkisar antara 2,75 mm sampai dengan 8 mm dengan panjang berkisar antara 40 mm sampai 200 mm. Angka kelangsingan paku (nilai banding antara panjang terhadap diameter) sangat tinggi sehingga mudahnya paku membengkok saat dipukul. Agar terhindar dari pecahnya kayu, pemasangan paku dapat didahului dengan membuat lubang penuntun dengan diameter 0,9D untuk kayu dengan berat jenis di atas 0,6 dan yang berdiameter 0,75D untuk kayu dengan berat jenis di bawah atau sama dengan 0,6 (Awaludin 2005). Menurut Wiryomartono (1977) konstruksi kayu yang menggunakan paku memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut: a. Harga paku yang murah sehingga dapat meminimalkan biaya konstruksi keseluruhan. b. Sesaran yang terjadi dalam sambungan kecil. c. Dalam pembuatan konstruksi beserta sambungannya tidak diperlukan tenaga ahli.
d. Pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat. e. Perlemahan kayu karena paku-paku kecil. Berdasarkan PKKI (1961) syarat-syarat dan cara perhitungan sambungan paku adalah sebagai berikut: a. Tampang melintang paku yang digunakan dapat berbentuk bulat, persegi atau beralur lurus. b. Kekuatan paku tidak tergantung dari besar sudut antara gaya dan arah serat kayu. c. Ujung paku yang keluar dari sambungan sebaiknya dibengkokkan tegak lurus arah serat, asal pembengkokan tersebut tidak akan merusak kayu. d. Apabila dalam satu baris lebih dari sepuluh batang maka kekuatan paku harus dikurangi dengan 10% dan jika lebih dari 20 batang maka kekuatan paku harus dikurangi 20%. e. Pada sebuah sambungan paling sedikit harus menggunakan 4 batang paku. Menurut Thelandersson dan Hans (2003), terdapat tiga faktor utama yang cenderung mempengaruhi kekuatan sambung yang menggunakan alat sambung tipe dowel (paku atau baut) yaitu: a. Kemampuan lentur alat sambung. Kemampuan melentur ini sangat tergantung dari diameter dan kekuatan bahan/kayu dan alat sambungnya. b. Kemampuan melekat atau mengikat alat sambung ke dalam kayu solid atau kayu komposit. Kekuatan mengikat tersebut tergantung dari kerapatan kayu dalam mencengkeram paku/baut. Dengan demikian, terdapat kaitan langsung dengan luas permukaan (diameter dan panjang) alat sambung yang masuk ke dalam kayu. c. Kekuatan withdrawal terutama pada alat sambung yang memiliki permukaan yang tidak halus.
2.3
Sambungan dengan Pasak Pasak adalah penyambung yang dimasukkan ke dalam takikan-takikan
dalam kayu serta dibebani dengan tekanan dan geseran. Pasak hanya boleh dibuat dari kayu keras, besi atau baja (Anonimous 1961 dalam Irmon 2005). Sedangkan menurut Yap (1964) dalam Irmon (2005), pada prinsipnya pasak adalah suatu benda yang dimasukkan sebagian pada bidang sambungan, dalam tiap-tiap bagian
yang disambung, untuk memindahkan beban dari bagian satu ke bagian yang lain. Jenis-jenis kayu untuk pasak harus dari kayu yang keras serta mempunyai ketahanan geser yang tinggi. Selain dibuat dari kayu, pasak juga dapat dibuat dari bambu. Terdapat tiga jenis bambu yang dapat diproses untuk bahan pasak yaitu bambu betung, bambu tali dan bambu gombong. Selain karena sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, ketiga jenis bambu ini memiliki kekuatan yang cukup baik.
2.4
Kayu Akasia (Acacia mangium) Akasia merupakan salah satu jenis tanaman yang berasal dari famili
Leguminoceae yang potensial untuk reboisasi lahan kritis dan merupakan primadona hutan tanaman industri. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai macam industri. Di Indonesia diketahui terdapat beberapa jenis pohon akasia. Namun hanya tiga di antaranya yang dikenal luas, yakni auri (Acacia auriculiformis), mangium (A. mangium), dan sentang (A. lecophloea). BJ kayu Acacia mangium 0,61 (0,43-0,66). Kayu ini termasuk kelompok kayu dengan Kelas Awet III dan dalam hal kekuatannya, mangium termasuk dalam Kelas Kuat II-III. Kayu umumnya digunakan untuk konstruksi ringan-berat, rangka pintu dan jendela, perabotan rumah tangga, lantai, papan, dinding, tiang, gagang alatalat pertanian, kotak dan batang korek api, papan partikel, papan serat, vinir, dan kayu lapis, pulp dan kertas serta bahan bakar (Mandang dan Pandit, 1997).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Waktu dan Tempat Penelitian ini terdiri dari tiga kelompok kegiatan yaitu penyiapan bahan,
pembuatan contoh uji, dan pengujian. Penyiapan bahan baku dilakukan di workshop penggergajian kayu sedangkan pembuatan dan pengujian contoh uji dilakukan di Laboratorium Keteknikan Kayu dan Laboratorium Kayu Solid Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2010 dengan waktu efektif kurang lebih 3 bulan.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gergaji mesin
digunakan untuk memotong balok kayu menjadi batang-batang contoh uji, mesin serut double planner untuk meratakan sisi dari batang dan mesin bor untuk melubangi batang kayu. Alat ukur meliputi kaliper digunakan untuk mengukur dimensi dari contoh uji, timbangan elektrik untuk menimbang berat contoh uji kadar air, kerapatan dan berat jenis serta oven yang digunakan untuk mengeringkan kayu saat pengujian kadar air kayu, kerapatan dan berat jenis. Alat penunjang meliputi palu digunakan untuk membantu memasukkan paku dan pasak ke dalam batang kayu dan klem penjepit untuk menahan pelat sambung dan batang agar tidak bergeser pada saat pengujian. Alat-alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengujian dan Universal Testing Machine merk Instron Series IX version 8.27.00 kapasitas 5 ton digunakan untuk menguji tekan maksimum sejajar serat dan pengujian sambungan tarik.. 3.2.2
Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Kayu Acacia mangium sebagai bahan yang disambung, yang diperoleh dari tempat pemotongan kayu di desa Petir, Cibeureum, Bogor. 2. Paku baja dengan ukuran diameter 0,52 cm sebanyak 30 batang 3. Pasak bambu dengan ukuran diameter 0,5 cm dan panjang 4,5 cm, 5 cm, 5,5 cm, 6 cm, 6,5 cm, dan 7 cm masing-masing 5 batang
4. Pasak kayu bangkirai dengan ukuran diameter 0,5 cm dan panjang 4,5 cm, 5 cm, 5,5 cm, 6 cm, 6,5 cm, dan 7 cm masing-masing 5 batang 5. Pelat sambung dari pelat baja dengan ukuran 0,6 x 10 x 30 cm sebanyak 2 pasang (4 lempeng) yang sudah dilubangi satu buah lubang sebesar kurang lebih 0,5 cm. Alat sambung yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
(a) (b) (c) Gambar 1 Alat sambung (a) paku, (b) pasak bambu dan (c) pasak kayu. 3.3
Metode Penelitian Pengujian sifat fisis kayu meliputi kerapatan, berat jenis, dan kadar air.
Sedangkan untuk pengujian sifat mekanis kayu meliputi kekuatan tekan sejajar serat kayu dan kekuatan tarik sambungan geser ganda. 3.3.1
Pembuatan contoh uji Sebelum dibuat menjadi contoh uji, balok kayu gergajian tersebut terlebih
dahulu dikeringkan untuk mendapatkan kadar air kering udara. Pembuatan contoh uji meliputi, penyiapan bahan, pembuatan pelat sambung dari baja dan penyambungan kayu dengan pelat sambung (baja). a. Penyiapan bahan Penyiapan contoh uji dapat dibagi dalam beberapa kelompok pengujian diantaranya uji tekan maksimum sejajar serat, kadar air, kerapatan, berat jenis dan uji sambungan tarik geser ganda. Contoh uji untuk pengujian kadar air, berat jenis dan kerapatan dibuat dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm (seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2a). Untuk pengujian tekan sejajar serat kayu dibuat contoh uji dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 6 cm (seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2b). Pengujian terhadap sifat fisis kayu seperti kadar air, berat jenis dan kerapatan ini dilakukan karena
sifat fisis kayu sangat berpengaruh terhadap sifat mekanis kayu dan tidak dapat dipisahkan antara keduanya. Contoh uji yang digunakan untuk sambungan tarik adalah batang kayu dengan ukuran 10 x 36 cm dengan tebal yang bervariasi. Tebal kayu yang diuji berukuran 3,0; 3,5; 4,0; 4,5; 5,0 dan 5,5 cm.
(a)
(b)
Gambar 2 Contoh uji (a) sifat fisis (KA, kerapatan dan BJ) dan (b) tekan sejajar serat. b. Pembuatan pelat sambung Pelat sambung yang digunakan terbuat dari baja. Pelat baja ini berukuran 0,6 x 10 x 30 cm. Pelat baja tersebut kemudian dilubangi sebanyak satu lubang dengan ukuran yang sama dengan ukuran diameter paku dan pasak yaitu ± 0,5 cm. c. Penyambungan kayu dengan paku, pasak dan pelat baja. Penyambungan kayu dengan pelat baja dilakukan dengan cara meletakkan kayu di tengah-tengah antara kedua pelat baja. Pelat baja dilekatkan pada kedua sisi lebar batang kayu. Namun, sebelum dilakukan penyambungan, kayu tersebut juga harus dilubangi untuk menghindari pecah kayu akibat dari pemakuan. Lubang yang dibuat tidak melebihi diameter paku dan pasak yang digunakan. Setelah dibuat sambungan dengan menggunakan pelat baja, kemudian sambungan diuji tekan yang arah gaya/beban tekan sama dengan sisi panjang contoh uji. Masing-masing ujung contoh uji menerima beban tekan sehingga yang menjadi penahan adalah paku/pasak dan kekuatan kayu itu sendiri. Pengujian dengan menekan contoh uji dianggap
atau diasumsikan sama dengan pengujian tarik. Hal ini dapat dijelaskan dengan gambar ilustrasi berikut. Gaya Tarik (P)
Gaya Tarik (P)
Gambar 3 Ilustrasi arah gaya pengujian contoh uji kekuatan sambungan batang kayu-pelat baja terhadap gaya tarik.
½ P (Beban Tarik) Beban Tarik (P) ½ P (Beban Tarik) (a) ½ P (Beban Tekan) Beban Tekan (P) ½ P (Beban Tekan)
(b)
Gambar 4 Ilustrasi arah gaya pengujian contoh uji kekuatan sambungan batang kayu-pelat baja; (a) gaya aksi dan reaksi pada sambungan terhadap gaya tarik (b) gaya aksi dan reaksi pada sambungan terhadap gaya tekan. 3.3.2
Pengujian contoh uji Pengujian yang dilakukan terdiri dari pengujian sifat fisis dan mekanis
kayu. Pengujian sifat fisis kayu meliputi kadar air, berat jenis dan kerapatan. Sedangkan pengujian sifat mekanis meliputi uji tekan maksimum sejajar serat dan uji kekuatan sambungan. a. Kadar air Pengujian kadar air bertujuan untuk mengetahui persentase kandungan air di dalam kayu. Contoh uji ditimbang untuk mengetahui berat awal (kering udara) sebelum dimasukkan ke dalam oven. Kemudian contoh uji dimasukkan ke dalam oven dengan suhu (103±2)ºC sampai mendapatkan berat konstan (kering tanur). Setelah itu contoh uji ditimbang kembali untuk mengetahui berat kering tanur akhir. Perhitungan kadar air dilakukan dengan rumus sebagai berikut: KA KU=
( BKU BKT ) x100% BKT
Keterangan: KAKU = kadar air kering udara (%) BKU = berat kering udara (g) BKT
= berat kering tanur (g)
b. Kerapatan dan berat jenis kayu Pengujian kerapatan kayu dilakukan dengan cara menimbang berat awal (berat kering udara atau berat sebelum dioven) kemudian menghitung volume dari contoh uji yang akan diukur. Nilai kerapatan contoh uji dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: berat awal ( g ) 3
Kerapatan (g/cm )= volume awal ( cm 3 )
Sedangkan perhitungan berat jenis dapat dihitung dengan cara membagi kerapatan kayu dengan kerapatan air. Berat jenis tidak memiliki satuan karena berat jenis adalah nilai relatif. Nilai berat jenis dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: kerapatan kayu (g/cm3) Berat jenis= kerapatan air (1 g/cm3) c. Pengujian tekan sejajar serat Pengujian tekan sejajar serat (Maximum Crushing Strength) dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Machine (UTM) merk Instron. Pengujian dilakukan dengan memberikan beban pada arah sejajar serat kayu dengan posisi contoh uji vertikal. Pemberian beban dilakukan secara perlahan-lahan sampai contoh uji mengalami kerusakan (seperti yang terlihat pada Gambar 5). Beban tersebut merupakan beban maksimum yang dapat diterima contoh uji. Nilai kekuatan sejajar serat tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: MCS=
Pmaks A
Keterangan:
MCS = kekuatan tekan sejajar serat kayu (kg/cm2) Pmaks
= beban tekan maksimum sampai terjadi kerusakan (kg)
A
= luas penampang (cm2)
Gambar 5 Pengujian tekan sejajar serat.
d. Pengujian sambungan tarik geser ganda Sambungan geser ganda adalah sambungan yang dibuat antara batang kayu yang dijepit dengan pelat sambung (baja) pada kedua sisi lebar batang sebagai penopang alat sambung. Alat sambung dimasukkan melalui lubang yang ada pada pelat sambung dan batang kayu. Posisi alat sambung searah dengan arah tebal batang. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Machine (UTM) merk Instron Series IX version 8.27.00 kapasitas 5 ton. Pengujian dilakukan dengan pemberian beban tekan pada sambungan geser ganda itu. Beban yang diberikan pada sambungan adalah gaya aksial yang arahnya searah dengan panjang batang kayu dan lateral yang arahnya tegak lurus dengan panjang alat sambung (seperti yang terlihat pada Gambar 6).
Gambar 6 Pengujian sambungan tarik geser ganda.
Besarnya beban ijin per alat sambung pada sambungan geser ganda ditentukan dengan menggunakan rumus berikut: P-=
P f
Keterangan:
3.4
P-
= beban ijin per alat sambung (kg)
P
= beban sambungan per alat sambung (kg)
f
= faktor keamanan sambungan (2,75)
Rancangan Percobaan Data pengujian sambungan geser ganda diolah menggunakan percobaan
factorial dalam rancangan acak lengkap. Faktor utama A adalah alat sambung yang terdiri atas 3 taraf yaitu paku (A1), pasak bambu (A2), pasak kayu (A3) dan faktor kedua B adalah tebal batang kayu yang terdiri atas 6 taraf yaitu 3,0 cm (B1), 3,5 cm (B2), 4,0 cm (B3), 4,5 cm (B4), 5,0 cm (B5), 5,5 cm (B6). Dari 18 kombinasi perlakuan dengan ulangan sebanyak 5 (lima) kali untuk tiap kombinasinya maka diperoleh 90 (sembilan puluh) satuan percobaan. Model matematika yang digunakan untuk rancangan ini adalah:
Yijk
= µ + Ai + Bj + ABij + εijk
Keterangan: Yijk
= beban ijin per alat sambung pada alat sambung (factor A) ke-i, tebal batang (faktor B) ke-j pada ulangan ke-k (k1, k2, k3, k4, k5)
µ
= rataan umum
Ai
= pengaruh alat sambung ke-i (i= 1,2 dan 3)
Bj
= pengaruh tebal batang ke-j (j= 1, 2, 3, 4, 5 dan 6)
ABij
= interaksi alat sambung ke-i dan tebal batang ke-j
εijk
= pengaruh acak yang menyebar normal (pengaruh acak pada alat sambung ke-i, tebal batang ke-j, dan ulangan ke-k)
3.5
Analisis Data Analisis ragam dilakukan dengan menggunakan program SAS (Statistic
Analysis System) v6.12. Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh setiap faktor maupun interaksi antar faktor. Selanjutnya apabila dari hasil analisis ragam menunjukkan berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan dengan selang kepercayaan 95%. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui urutan kelompok perlakuan berdasarkan hasil beban yang dihasilkan setiap perlakuan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Sifat Fisis Kayu Sifat fisis kayu mempengaruhi kekuatan kayu dalam menerima dan
menahan beban yang terjadi pada kayu itu sendiri. Pengujian sifat fisis yang dilakukan meliputi kadar air, kerapatan dan berat jenis kayu. Umumnya kayu yang memiliki kadar air yang rendah (kadar air di bawah kadar air titik jenuh serat) akan memiliki kekuatan yang semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi kerapatan atau berat jenis kayu maka kekuatan kayunya akan semakin tinggi pula. 4.1.1
Kadar air Hasil rekapitulasi pengujian sifat fisis kayu dapat diihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Sifat fisis batang kayu Acacia mangium menurut jenis alat sambung Alat Sambung (A) Paku (A1)
Tebal Batang (B) 3 cm B1 3,5 cm B2 4 cm B3 4,5 cm B4 5 cm B5 5,5 cm B6 Rataan Pasak Bambu 3 cm B1 (A2) 3,5 cm B2 4 cm B3 4,5 cm B4 5 cm B5 5,5 cm B6 Rataan Pasak Kayu 3 cm B1 (A3) 3,5 cm B2 4 cm B3 4,5 cm B4 5 cm B5 5,5 cm B6 Rataan Rataan Umum
Kadar Air (%) 15,36 15,47 14,59 14,77 14,96 16,79 15,32 15,05 15,77 13,98 16,33 17,61 15,80 15,76 16,16 16,01 13,51 16,19 15,86 14,11 15,31 15,47
Sifat Fisis Kayu Kerapatan (g/cm3) 0,61 0,60 0,60 0,64 0,59 0,60 0,61 0,59 0,60 0,57 0,62 0,60 0,62 0,60 0,64 0,62 0,56 0,58 0,62 0,61 0,60 0,60
Berat Jenis 0,53 0,52 0,53 0,55 0,52 0,51 0,53 0,52 0,52 0,50 0,53 0,51 0,54 0,52 0,55 0,53 0,49 0,50 0,54 0,53 0,52 0,52
Hasil pengujian kadar air terhadap contoh uji yang digunakan, diperoleh kadar air rata-rata keseluruhan sebesar 15,47%. Kadar air terendah adalah sebesar
13,51% sedangkan kadar air tertinggi adalah 17,61%. Kadar air yang diperoleh ini berada pada kadar air kering udara yaitu sekitar 12-18%. Kadar air dapat didefinisikan sebagai perbandingan berat air yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kayu bebas air atau berat kering tanur (BKT). Secara umum, semakin rendah kadar air dibawah titik jenuh serat yang ditetapkan secara teoritis sebesar 30% maka kekuatan kayu tersebut akan semakin tinggi. Titik Jenuh Serat (TJS) adalah titik di mana semua air cair di dalam rongga sel telah dikeluarkan tetapi dinding sel masih jenuh. Jumlah air yang ada di dalam kayu dan fluktuasi waktu akan mempengaruhi sifat fisik dan mekanik kayu tersebut (Haygreen dan Bowyer 1996).
4.1.2
Kerapatan dan berat jenis Hasil pengujian kerapatan dan berat jenis kayu (Tabel 1) menunjukkan
kerapatan rata-rata kayu yang digunakan sebesar 0,60 g/cm3 dengan kerapatan terendahnya sebesar 0,56 g/cm3 dan yang tertinggi sebesar 0,64 g/cm3. Sedangkan berat jenis rata-rata adalah sebesar 0,52 dengan berat jenis terendah 0,49 dan yang tertinggi sebesar 0,55. Berat jenis kayu yang diperoleh pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Malik et al. (2009) yang mengatakan berat jenis kayu Acacia mangium berkisar antara 0,50-0,54. Pengujian sifat fisis juga dilakukan terhadap jenis alat sambung yang digunakan. Hasil pengujian sifat fisis jenis alat sambung dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Sifat fisis jenis alat sambung yang digunakan Jenis Alat Sambung Kadar Air (%) Paku Pasak Bambu 19,16% Pasak Kayu
21,76%
Berat Jenis 7,67 0,76 0,72
Hasil pengujian sifat fisis terhadap jenis alat sambung yang digunakan (Tabel 2) menunjukkan berat jenis paku memiliki nilai yang tertinggi, yaitu sebesar 7,67. Sedangkan berat jenis untuk pasak bambu dan pasak kayu adalah masing-masing sebesar 0,76 dan 0,72. Tingginya berat jenis paku ini disebabkan
oleh bahan penyusun paku yang memiliki berat jenis yang tinggi. Paku disusun oleh bahan baku besi yang memiliki berat jenis 7,8. 4.2
Sifat Mekanis Kayu Sifat mekanis kayu berhubungan dengan kemampuan kayu untuk menahan
gaya dari luar. Semakin tinggi sifat mekanis kayu maka kemampuan kayu untuk menahan gaya dari luar juga semakin tinggi. Pada penelitian ini sifat mekanis kayu yang diuji adalah kekuatan tekan maksimum sejajar serat dan kekuatan sambungan geser ganda batang kayu dengan pelat baja. 4.2.1
Kekuatan tekan sejajar serat Pengujian kekuatan tekan sejajar serat kayu Acacia mangium dalam
penelitian ini diperoleh hasil sebagaimana disajikan pada Gambar 7.
Keterangan:
A1 : jenis alat sambung paku A2 : jenis alat sambung pasak bambu A3 : jenis alat sambung pasak kayu
B1 : tebal batang 3 cm B2 : tebal batang 3,5 cm B3 : tebal batang 4 cm B4 : tebal batang 4,5 cm B5 : tebal batang 5 cm B6 : tebal batang 5,5 cm
Gambar 7 Kekuatan tekan sejajar serat kayu Acacia mangium. Gambar 7 memperlihatkan bahwa rata-rata kekuatan tekan sejajar serat kayu Acacia mangium adalah 383 kg/cm2 dengan nilai terendahnya sebesar 285 kg/cm2 dan yang tertinggi adalah sebesar 439 kg/cm2. Rata-rata kekuatan tekan sejajar serat pada penelitian ini termasuk dalam kisaran kekuatan tekan sejajar serat pada penelitian Malik et al. (2005) yaitu berkisar antara 365,87-467,09 kg/cm2. Secara lengkap, data hasil pengujian kekuatan tekan sejajar serat dapat dilihat pada Lampiran 3.
Haygreen dan Bowyer (1996) menjelaskan tentang kekuatan tekan sejajar serat dan kekuatan tarik sejajar serat. Kekuatan tekan sejajar serat diperlukan untuk menentukan beban yang dipikul suatu tiang atau pancang yang pendek sedangkan kekuatan tarik sejajar serat diperlukan untuk menentukan suku bawah (busur) pada penopang kayu dan dalam rancangan sambungan antara komponenkomponen bangunan.
4.2.2
Kekuatan sambungan geser ganda Data beban ijin per alat sambung dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Beban ijin per alat sambung pada tiap sesaran Alat Sambung
Paku (A1)
Tebal Batang
3 cm 3,5 cm 4 cm 4,5 cm 5 cm 5,5 cm Rataan
Beban Ijin Per Alat Sambung (kg) Sesaran (mm) 0.38 0.80 1.50
5.00
B1 B2 B3 B4 B5 B6
115.41 131.88 138.96 142.13 161.43 163.71 142.25
345.57 356.09 356.41 386.44 387.81 391.37 370.61
163.43 168.71 179.31 179.61 180.91 200.10 178.68
303.11 303.98 307.77 314.39 315.98 336.06 313.55
Pasak Bambu (A2)
B1 B2 B3 B4 B5 B6
45.65 47.23 47.35 51.81 57.11 59.98 51.52
108.18 109.93 112.64 115.69 121.09 127.29 115.80
46.59 48.05 48.53 52.75 59.24 62.38 52.92
54.62 66.82 68.30 77.59 78.43 81.95 71.28
Pasak Kayu (A3)
B1 B2 B3 B4 B5 B6
36.11 38.09 43.93 45.04 45.16 48.14 42.75 78.84
79.92 83.51 88.83 89.61 93.00 93.76 88.11 191.51
38.03 41.15 42.66 43.76 45.76 50.45 43.63 87.27
46.34 51.08 52.40 57.50 58.28 70.00 55.93 146.92
3 cm 3,5 cm 4 cm 4,5 cm 5 cm 5,5 cm Rataan
3 cm 3,5 cm 4 cm 4,5 cm 5 cm 5,5 cm Rataan Rataan Umum
Pengujian
kekuatan
sambungan
geser
ganda
dilakukan
dengan
menentukan beban ijin per alat sambung yang digunakan. Dengan mengabaikan faktor ketebalan batang, beban ijin per alat sambung cenderung meningkat
(berbanding lurus) dengan meningkatnya sesaran yang ditentukan. Demikian pula terhadap faktor ketebalan batang, dengan mengabaikan jenis alat sambung yang digunakan beban ijin meningkat seiring dengan meningkatnya ketebalan batang. Dapat dilihat bahwa beban ijin alat sambung pada tiap sesaran yang paling tinggi adalah pada alat sambung paku, kemudian pasak bambu dan yang paling rendah pada pasak kayu. Untuk mengetahui pengaruh interaksi faktor jenis alat sambung dan tebal batang maka dilakukan uji analisis keragaman saat setiap sesaran yang ditentukan. Tabel 4 Analisis ragam beban ijin per alat sambung pada sesaran 0,38; 080; 1,50; 5,00 mm Sumber Keragaman A (Alat sambung) B (Ketebalan batang) A*B Keterangan:
0,38 mm ** ** tn
**= sangat nyata, *=nyata,
tn
Sesaran 0,80 mm 1,50 mm ** ** ** ** tn tn
5,00 mm ** ** tn
= tidak nyata
Dari hasil uji analisis keragaman pada setiap sesaran yang ditentukan, dapat ditunjukkan bahwa faktor tunggal jenis alat sambung dan ketebalan batang masing-masing memberikan pengaruh yang sangat nyata. Sedangkan faktor interaksi antara jenis alat sambung dan ketebalan batang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban ijin per alat sambung. Selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbandingan masing-masing faktor tunggal terhadap kekuatan sambungan. Hasil uji lanjut Duncan (tabel 5) menunjukkan bahwa pada setiap sesaran yang ditentukan, alat sambung paku (A1) berbeda nyata dan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan pasak bambu (A2) dan alat sambung pasak kayu (A3). Alat sambung pasak bambu (A2) juga selalu memberikan nilai yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan pasak kayu (A3). Perbedaan beban ijin per alat sambung ini diduga dipengaruhi oleh sifat fisis dari masing-masing alat sambung. Seperti diketahui bahwa berat jenis paku sangat tinggi sedangkan pasak bambu dan pasak kayu memiliki berat jenis yang tidak jauh berbeda dan terlihat dari hasil pengujian beban ijin keduanya memiliki pengaruh yang berbeda nyata meskipun nilainya tidak berbeda jauh.
Oleh karena pada setiap sesaran hasil uji lanjut Duncan memperlihatkan fenomena yang sama, maka hasil uji lanjut Duncan pada setiap sesaran disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Uji lanjut Duncan faktor jenis alat sambung pada sesaran 0,38; 0,80; 1,50; 5,00 mm Grup Duncan
Alat Sambung
Rata-rata Beban Ijin Alat Sambung (kg) Sesaran 0,38 mm 5,00 mm 0,80 mm 1,50 mm 142,25 370,61 178,68 313,55
A
Paku
B
Pasak Bambu
51,52
115,80
52,92
71,28
C
Pasak Kayu
42,75
88,11
43,63
55,93
Dari tabel di atas terlihat bahwa alat sambung paku (A1) memiliki beban ijin paling tinggi pada setiap sesaran diikuti oleh pasak bambu (A2) dan yang paling rendah adalah jenis alat sambung pasak kayu (A3). Bahkan bila diambil perbandingan antara paku (A1) dengan pasak bambu (A2), beban ijin paku (A1) dapat mencapai tiga sampai empat kali lipat beban ijin pasak bambu (A2) sedangkan perbandingan antara paku (A1) dengan pasak kayu (A3) dapat mencapai empat sampai enam kali lipat. Hal ini diduga karena paku memiliki bahan penyusun yang keras dibandingkan pasak bambu dan pasak kayu sehingga mampu menahan beban dari sambungan dengan pelat sambung. Hasil uji lanjut Duncan faktor ketebalan batang pada sesaran 0,38 mm menunjukkan bahwa B6 (tebal batang 5,5 cm) menghasilkan rata-rata beban ijin yang lebih besar dan berbeda nyata dengan B2 (tebal batang 3,5 cm) dan B1 (tebal batang 3 cm). Ketebalan batang 5,5 cm (B6) dan 5 cm (B5) menghasilkan beban ijin yang paling tinggi yaitu masing-masing 90,61 kg dan 87,90 kg. Sedangkan tebal batang 3 cm (B1) menghasilkan beban ijin terendah dengan nilai sebesar 65,72 kg. Tabel 6 menunjukkan bahwa peningkatan ketebalan batang diikuti oleh meningkatnya beban ijin. Faktor ketebalan batang diduga dapat mempengaruhi beban ijin karena dengan semakin tebalnya batang maka luas bidang kontak antara batang kayu dengan alat sambung semakin besar.
Tabel 6 Uji lanjut Duncan faktor tebal batang pada sesaran 0,38 mm Grup Duncan Tebal Batang (cm) Rata-rata Beban Ijin (kg) A AB ABC BCD CD D
5,5 5 4,5 4 3,5 3
90,61 87,90 79,66 76,71 72,44 65,72
Keterangan: Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata
Untuk menentukan beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangiumpelat baja pada masing-masing jenis alat sambung pada sesaran 0,38 mm maka perlakuan ketebalan batang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok seperti yang disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7 Beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja pada masing-masing jenis alat sambung pada sesaran 0,38 mm Jenis Alat Sambung Kelompok Ketebalan Batang (cm) Beban Ijin (kg) Paku 3 110 3,5; 4; 4,5 130 5; 5,5 160 Pasak Bambu 3; 3,5; 4; 4,5 45 5; 5,5 57 Pasak Kayu 3; 3,5 36 4; 4,5; 5 43 5,5 48
Hasil uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbandingan rata-rata faktor ketebalan batang terhadap beban ijin saat sesaran 0,80 mm ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8 Uji lanjut Duncan faktor tebal batang pada sesaran 0,80 mm Grup Duncan Tebal Batang (cm) Rata-rata Beban Ijin (kg) A A A B B B
5,5 5 4,5 4 3,5 3
204,14 200,63 197,25 185,96 183,18 177,89
Keterangan: Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata
Tabel 8 menunjukkan bahwa tebal batang B6 (5,5 cm) berbeda nyata dan lebih besar dibandingkan dengan tebal batang B3 (4 cm), B2 (3,5 cm) dan B1 (3
cm). Ketebalan batang 5,5 cm (B6) memberikan beban ijin yang paling tinggi yaitu 204,14 kg sedangkan ketebalan batang 3 cm (B1) memberikan pengaruh terhadap beban ijin yang paling rendah yaitu sebesar 177,89 kg. Secara umum semakin tebal batang memberikan pengaruh terhadap beban ijin. Untuk menentukan beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangiumpelat baja pada masing-masing jenis alat sambung pada sesaran 0,80 mm, perlakuan ketebalan batang dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Tabel 9 Beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja pada masing-masing jenis alat sambung pada sesaran 0,80 mm Jenis Alat Sambung Kelompok Ketebalan Batang (cm) Beban Ijin (kg) Paku 3; 3,5; 4 340 4,5; 5; 5,5 380 Pasak Bambu 3; 3,5; 4; 4,5 108 5; 5,5 121 Pasak Kayu 3; 3,5 79 4; 4,5 88 5; 5,5 93 Hasil uji lanjut Duncan untuk faktor ketebalan batang terhadap beban ijin pada sesaran 1,50 mm ditunjukkan pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10 Uji lanjut Duncan faktor tebal batang pada sesaran 1,50 mm Grup Duncan Tebal Batang (cm) Rata-rata Beban Ijin (kg) A B BC BC CD D
5,5 5 4,5 4 3,5 3
104,31 95,30 92,04 90,01 86,13 82,68
Keterangan: Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata
Hasil uji lanjut Duncan untuk faktor ketebalan batang pada sesaran 1,50 mm (Tabel 10) menunjukkan bahwa tebal batang 5,5 cm (B6) memberikan nilai rata-rata beban ijin yang lebih besar dan menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tebal batang 5 cm (B5), sedangkan tebal batang B5 tidak berbeda nyata dengan B4 dan B3. Tebal batang 3 cm (B1) menghasilkan beban ijin yang terendah dengan nilai 82,68 kg jauh di bawah tebal batang 5,5 cm (B6) yang menghasilkan beban ijin tertinggi dengan nilai 104,31 kg. Dari hasil di atas juga dapat dikatakan
bahwa semakin tebal batang yang disambung
maka beban ijin juga akan
meningkat. Untuk menentukan beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangiumpelat baja pada masing-masing jenis alat sambung pada sesaran 1,50 mm, perlakuan ketebalan batang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok. Tabel 11 Beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja pada masing-masing jenis alat sambung pada sesaran 1,50 mm Jenis Alat Sambung Kelompok Ketebalan Batang (cm) Beban Ijin (kg) Paku 3; 3,5 160 4; 4,5; 5 175 5,5 200 Pasak Bambu 3; 3,5; 4; 4,5 45 5; 5,5 55 Pasak Kayu 3 35 3,5; 4; 4,5; 5 40 5,5 50 Hasil uji lanjut Duncan faktor ketebalan batang pada sesaran 5,00 mm memiliki pola yang sama dengan uji lanjut Duncan pada sesaran 1,50 mm. Hasil uji lanjut Duncan untuk faktor ketebalan batang terhadap beban ijin pada sesaran 5,00 mm disajikan dalam Tabel 12 berikut. Tabel 12 Uji lanjut Duncan faktor tebal batang saat sesaran 5,00 mm Grup Duncan Tebal Batang (cm) Rata-rata Beban Ijin (kg) A 5,5 162,67 B 5 150,90 BC 4,5 147,62 BC 4 144,59 CD 3,5 141,07 D 3 134,69 Keterangan: Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata
Dari hasil uji lanjut Duncan untuk faktor ketebalan batang saat sesaran 5,00 mm (Tabel 12) menunjukkan fenomena yang sama dengan hasil uji lanjut Duncan untuk faktor ketebalan batang saat sesaran 1,50 mm (Tabel 10). Faktor tebal batang 5,5 cm (B6) memiliki nilai yang lebih besar dan berbeda nyata dibandingkan dengan tebal batang 5 cm (B5). Rata-rata beban ijin yang diberikan oleh batang dengan ketebalan 5,5 cm adalah sebesar 162,67 kg, sedangkan yang
paling rendah adalah 134,69 kg yaitu pada tebal batang 3 cm (B1). Di sini juga terlihat bahwa ketebalan batang juga berpengaruh terhadap beban ijin. Beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja pada masing-masing jenis alat sambung pada sesaran 5,00 mm dapat ditentukan dengan mengelompokkan perlakuan ketebalan batangseperti pada Tabel 13. Tabel 13 Beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja pada masing-masing jenis alat sambung pada sesaran 5,00 mm Jenis Alat Sambung Kelompok Ketebalan Batang (cm) Beban Ijin (kg) Paku 3; 3,5; 4 300 4,5; 5 310 5,5 335 Pasak Bambu 3 50 3,5; 4 65 4,5; 5; 5,5 75 Pasak Kayu 3; 3,5; 4 45 4,5; 5 55 5,5 70 Berdasarkan data hubungan jenis alat sambung dengan beban ijinnya maka dapat dirumuskan model matematis menggunakan model regresi linier pada program Microsoft Office Excel. Model matematis dari hubungan antar jenis alat sambung dengan beban ijinnya pada sesaran 0,38 mm adalah y = -49,75x + 178,3 dengan R² = 0,815, pada sesaran 0,80 mm adalah y = -141,2x + 474 dengan R² =
0,822, pada sesaran 1,50 mm adalah y = -67,52x + 226,7 dengan R² = 0,801 dan pada sesaran 5,00 mm adalah y = -128,8x + 404,5 dengan R² = 0,794. Model matematis tersebut dapat menjelaskan respon (y) sebesar R2 untuk masing-masing sesaran di mana (y) merupakan beban ijin per alat sambung. R2 tersebut menerangkan besar pengaruh x terhadap y. Berdasarkan data hubungan antara ketebalan batang dengan beban ijin pada setiap sesaran dapat juga dirumuskan model matematis regresi linier. Pada sesaran 0,38 mm model matematisnya adalah y = 4,581x + 65,09 dengan R² = 0,980, pada sesaran 0,80 mm adalah y = 5,568x + 172 dengan R² = 0,966, pada sesaran 1,50 mm adalah y = 3,943x + 77,97 dengan R² = 0,942 dan pada sesaran 5,00 mm adalah y = 4,929x + 129,6 dengan R² = 0,936. Model matematis di atas dapat menerangkan respon (y) sebesar R2 untuk masing-masing sesaran di mana
(y) tersebut merupakan beban ijin. R² tersebut menerangkan besar pengaruh x terhadap y. Berdasarkan semua penjelasan di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi beban ijin antara lain jenis alat sambung dan ketebalan batang. Hasil penelitian ini menduga bahwa semakin kuat kekuatan alat sambung maka beban ijin alat sambung akan meningkat. Demikian pula dengan ketebalan batang, semakin tebal batang yang digunakan maka beban ijinnya juga akan meningkat. Untuk mendapatkan sambungan yang kuat sebaiknya komponen yang digunakan pada sambungan memiliki kekuatan yang seimbang. Dalam penelitian ini terlihat bahwa pasak bambu dan pasak kayu tidak dapat mengimbangi kekuatan dari pelat sambung yang terbuat dari baja sehingga lebih cepat rusak dibandingkan dengan paku. Namun, pasak tidak dapat mengalami karat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Jenis alat sambung paku memiliki beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja yang paling tinggi, kemudian diikuti oleh alat sambung pasak bambu dan yang paling rendah adalah pasak kayu. 2. Terdapat kecenderungan umum bahwa beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya ketebalan batang pada setiap sesaran. Dengan demikian, berdasarkan ketentuan batasan sesaran yang ditetapkan oleh Amerika Serikat, Australia dan Indonesia yaitu masing-masing pada sesaran 0,38 mm, 0,80 mm dan 1,50 mm, maka nilai beban ijin sambungan batang kayu Acacia mangium-pelat baja untuk diameter yang sama dari alat sambung paku, pasak bambu dan pasak kayu (5,2 mm) berbeda menurut kelompok ketebalan batang sambungnya.
5.2
Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut. 1. Pasak bambu memiliki potensi untuk menggantikan pasak kayu karena memiliki kekuatan yang lebih tinggi sehingga perlu dikaji lebih lanjut mengenai pasak bambu dengan berbagai diameternya. 2. Penggunaan pasak bambu dan pasak kayu dengan diameter kecil pada aplikasinya hanya dapat digunakan pada konstruksi ringan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Paku. Diunduh dari Http://www.wikipedia.org [15 Maret 2010]. . 1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI ) NI-1961. Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. Yayasan Normalisasi Indonesia, Bandung. Awaludin, A. 2005. Dasar-Dasar Perencanaan Sambungan Kayu (Mengacu pada SNI-5,2002). Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Biro Penerbit KMTS UGM. Yogyakarta. Haygreen, J. G., dan Bowyer, J. L. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu: Suatu Pengantar. Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Sutjipto A. Hadikusumo. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Irmon. 2005. Pengaruh jumlah lamina bambu betung terhadap sifat fisis mekanis balok laminasi kayu sengon dengan sambungan pasak. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Malik, J., Adi S., Osly R. 2005. Sari hasil penelitian mangium (Acacia mangium Wild.). http://www.dephut.go.id/penelitian/mangium.html [14 September 2010]. Mandang, Y.I. dan I.K.N. Pandit. 1997. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan. Yayasan PORSEA Bogor dan Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai dan Sumber Daya Kehutanan. Bogor. Pun,C.Y. 1987. Structural Timber Joints. Malayan Forest Record No.32 Forest Research Institut Malaysia. Kuala Lumpur. Rochimah, I. 2005. Keteguhan lentur balok laminasi mekanis tiga jenis kayu menurut berbagai jarak baut. Skripsi. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sriyanto. 2009. Kekuatan sambungan tarik double shear balok kayu-pelat baja menurut diameter dan jumlah paku pada sesaran tertentu. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Sadiyo, S. dan Agustina, S. 2004. Kajian Hubungan Antara Kekuatan Sambungan Paku dengan Diameter Paku dan Berat Jenis Pada Beberapa Kayu Indonesia. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kayu Tropis. Vol.3, No.1. Januari 2005. Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia. Thelandersson, S. dan Hans, J. L. 2003. Timber Engineering. John Wiley and Sons, Ltd. England.
Tular dan Idris, 1981. Sekilas Mengenai Struktur Bangunan Kayu di Indonesia. Proceeding Lokakarya Standarisasi Kayu Bangunan. Departemen Hasil Hutan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wiryomartono, S. 1977. Konstruksi Kayu. Bahan Kuliah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Wulandari, E. Y. 2008. Pengaruh diameter dan jumlah paku terhadap kekuatan sambungan double shear pada balok kayu nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) dan rasamala (Altingia excels Noronha) dengan pelat baja. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Pengukuran Volume Contoh uji A1B1
Ulangan 1 2 3 4 5
p1 (cm) 4.990 4.970 5.010 4.990 5.040
p2 (cm) 4.965 5.025 4.985 5.045 4.980
A1B2
1 2 3 4 5
5.035 4.960 4.975 4.965 5.015
4.960 4.960 5.010 4.990 4.985
A1B3
1 2 3 4 5
4.990 4.955 5.095 4.965 5.000
5.040 5.000 4.990 4.965 5.050
A1B4
1 2 3 4 5
4.985 4.990 5.080 4.990 5.000
5.000 4.970 5.000 5.050 5.000
A1B5
1 2
5.000 5.100
4.980 5.080
p (cm) l1(cm) 4.978 5.025 4.998 5.020 4.998 5.040 5.018 5.050 5.010 5.115 Rata-rata 4.998 5.030 4.960 4.900 4.993 5.060 4.978 5.070 5.000 5.090 Rata-rata 5.015 5.065 4.978 5.050 5.043 5.090 4.965 5.065 5.025 5.040 Rata-rata 4.993 5.075 4.980 5.100 5.040 5.100 5.020 5.060 5.000 5.065 Rata-rata 4.990 5.050 5.090 5.060
l2 (cm) 5.010 5.000 5.060 5.095 5.045
l(cm) 5.018 5.010 5.050 5.073 5.080
t1 (cm) 4.990 4.990 4.860 5.050 5.060
t2 (cm) 5.025 5.030 4.980 5.100 5.040
t (cm) 5.008 5.010 4.920 5.075 5.050
5.065 4.990 5.110 5.050 5.060
5.048 4.945 5.085 5.060 5.075
5.055 5.050 5.095 5.030 5.000
5.085 5.020 5.035 5.060 5.025
5.070 5.035 5.065 5.045 5.013
5.080 5.035 5.050 5.010 5.000
5.073 5.043 5.070 5.038 5.020
5.045 5.000 5.055 5.000 5.015
5.040 5.000 5.060 5.030 5.020
5.043 5.000 5.058 5.015 5.018
5.060 5.060 5.050 5.040 5.040
5.068 5.080 5.075 5.050 5.053
5.050 5.050 5.100 5.095 5.030
5.065 5.050 5.075 5.100 5.065
5.058 5.050 5.088 5.098 5.048
5.085 5.095
5.068 5.078
5.070 5.065
5.060 5.000
5.065 5.033
volume (cm3) 125.060 125.438 124.168 129.165 128.527 126.472 127.890 123.494 128.584 127.064 127.192 126.845 128.274 125.495 129.297 125.431 126.569 127.013 127.952 127.757 130.128 129.227 127.512 128.515 128.078 130.062
Lampiran 1 (lanjutan) 3 4 5
5.050 5.060 5.040
5.070 5.070 5.000
A1B6
1 2 3 4 5
4.950 4.990 5.000 5.000 5.020
5.030 4.980 5.070 5.010 5.050
A2B1
1 2 3 4 5
4.945 5.000 5.040 5.110 4.960
5.000 5.000 5.090 5.045 5.015
A2B2
1 2 3 4 5
5.040 4.990 5.000 5.000 4.985
4.990 4.960 4.980 5.000 4.940
A2B3
1 2 3 4 5
4.980 5.025 5.020 5.010 5.000
5.000 4.950 4.900 4.995 4.965
5.060 5.020 5.065 4.980 5.020 5.050 Rata-rata 4.990 5.020 4.985 5.050 5.035 5.080 5.005 5.085 5.035 5.010 Rata-rata 4.973 5.010 5.000 5.060 5.065 4.980 5.078 5.025 4.988 5.035 Rata-rata 5.015 5.010 4.975 5.025 4.990 5.040 5.000 5.075 4.963 5.040 Rata-rata 4.990 5.030 4.988 5.055 4.960 5.000 5.003 5.080 4.983 4.980 Rata-rata
5.000 5.000 5.010
5.010 4.990 5.030
5.050 5.100 5.060
5.040 5.160 5.000
5.045 5.130 5.030
5.045 5.040 5.080 5.045 5.020
5.033 5.045 5.080 5.065 5.015
5.085 5.030 5.040 5.035 5.060
5.070 5.080 5.060 5.065 5.030
5.078 5.055 5.050 5.050 5.045
5.040 5.035 4.980 5.075 5.040
5.025 5.048 4.980 5.050 5.038
5.100 5.100 5.040 5.030 5.040
5.040 5.045 5.035 5.075 5.080
5.070 5.073 5.038 5.053 5.060
5.030 4.990 5.025 5.050 5.020
5.020 5.008 5.033 5.063 5.030
5.030 4.965 4.970 5.035 5.025
5.060 5.065 5.070 5.010 5.100
5.045 5.015 5.020 5.023 5.063
5.020 5.035 5.000 5.010 4.940
5.025 5.045 5.000 5.045 4.960
5.010 5.060 5.050 5.015 4.955
5.020 5.050 4.955 5.015 5.035
5.015 5.055 5.003 5.015 4.995
127.894 129.657 127.011 128.540 127.507 127.130 129.168 128.019 127.389 127.843 126.683 128.017 127.064 129.553 127.130 127.690 127.009 124.935 126.063 127.132 126.367 126.301 125.750 127.194 124.062 126.567 123.442 125.403
Lampiran 1 (lanjutan) A2B4
1 2 3 4 5
4.990 5.080 5.010 5.050 5.010
4.990 5.060 4.950 5.010 5.070
A2B5
1 2 3 4 5
5.020 5.030 5.040 5.000 5.020
4.940 5.010 5.010 4.955 5.040
A2B6
1 2 3 4 5
4.975 5.040 4.980 5.000 5.015
5.035 5.060 4.980 5.000 5.050
A3B1
1 2 3 4 5
5.020 5.010 5.050 4.990 5.035
4.960 5.020 5.060 5.035 4.975
A3B2
1 2 3 4
4.990 5.010 5.010 5.040
5.100 5.000 5.000 5.070
4.990 5.060 5.070 5.000 4.980 5.050 5.030 5.075 5.040 5.030 Rata-rata 4.980 5.075 5.020 5.075 5.025 5.000 4.978 5.030 5.030 5.000 Rata-rata 5.005 5.000 5.050 5.025 4.980 5.060 5.000 5.075 5.033 5.085 Rata-rata 4.990 5.045 5.015 5.115 5.055 5.040 5.013 5.040 5.005 5.050 Rata-rata 5.045 5.090 5.005 5.055 5.005 5.105 5.055 5.010
5.080 4.970 5.070 5.035 5.015
5.070 4.985 5.060 5.055 5.023
5.060 5.075 5.060 5.055 5.045
5.060 5.090 5.050 5.030 5.060
5.060 5.083 5.055 5.043 5.053
4.935 4.955 5.000 5.020 5.000
5.005 5.015 5.000 5.025 5.000
5.060 5.025 4.985 5.010 5.080
5.015 5.050 5.110 5.050 5.050
5.038 5.038 5.048 5.030 5.065
5.015 5.000 5.080 5.100 5.075
5.008 5.013 5.070 5.088 5.080
5.040 5.010 5.000 5.050 5.045
4.990 4.965 5.060 5.055 5.075
5.015 4.988 5.030 5.053 5.060
5.070 5.060 5.010 5.055 5.110
5.058 5.088 5.025 5.048 5.080
5.070 5.075 5.060 5.025 5.060
5.030 5.050 5.040 5.100 5.090
5.050 5.063 5.050 5.063 5.075
5.050 5.055 5.075 4.970
5.070 5.055 5.090 4.990
5.075 5.085 5.070 5.050
5.065 5.065 5.110 5.080
5.070 5.075 5.090 5.065
128.014 128.455 127.380 128.214 127.896 127.992 125.559 126.821 126.818 125.810 127.385 126.479 125.689 126.249 127.000 128.523 129.359 127.364 127.446 129.164 128.277 128.084 129.034 128.401 129.681 128.399 129.670 127.762
Lampiran 1 (lanjutan) 5
5.030
5.100
A3B3
1 2 3 4 5
4.995 4.945 5.045 4.960 5.000
5.000 4.955 5.100 5.050 5.000
A3B4
1 2 3 4 5
4.980 5.040 5.020 5.035 4.980
5.030 4.980 5.050 5.025 5.020
A3B5
1 2 3 4 5
4.995 5.000 5.070 5.020 4.990
5.020 4.985 5.085 5.020 5.045
A3B6
1 2 3 4 5
4.975 5.020 5.000 4.990 4.900
5.075 5.000 5.030 5.000 5.010
5.065 5.005 Rata-rata 4.998 5.070 4.950 5.080 5.073 5.045 5.005 4.890 5.000 5.020 Rata-rata 5.005 5.085 5.010 5.020 5.035 5.075 5.030 5.010 5.000 5.060 Rata-rata 5.008 5.090 4.993 5.080 5.078 5.040 5.020 5.060 5.018 5.000 Rata-rata 5.025 5.075 5.010 5.030 5.015 5.050 4.995 5.095 4.955 5.085 Rata-rata
5.010
5.008
5.030
5.080
5.055
5.030 5.075 5.000 5.000 5.040
5.050 5.078 5.023 4.945 5.030
5.020 5.050 4.980 5.025 5.035
5.020 5.100 5.060 5.040 5.000
5.020 5.075 5.020 5.033 5.018
5.050 5.045 5.045 5.050 5.110
5.068 5.033 5.060 5.030 5.085
5.035 5.040 5.020 5.050 5.060
5.035 5.040 5.070 5.030 5.110
5.035 5.040 5.045 5.040 5.085
5.030 5.035 5.010 5.080 5.100
5.060 5.058 5.025 5.070 5.050
5.050 5.075 5.040 5.075 5.020
5.065 5.050 5.060 5.055 5.050
5.058 5.063 5.050 5.065 5.035
5.020 5.075 5.070 5.045 5.065
5.048 5.053 5.060 5.070 5.075
5.050 5.045 5.035 5.080 5.090
5.045 5.020 5.025 5.040 5.030
5.048 5.033 5.030 5.060 5.060
128.210 128.744 126.692 127.553 127.893 124.553 126.190 126.576 127.702 127.073 128.532 127.517 129.286 128.022 128.147 127.826 128.848 128.911 127.579 128.262 128.023 127.388 127.641 128.143 127.242 127.687
Lampiran 2 Hasil Pengujian Sifat Fisis Contoh uji A1B1
Volume (cm3)
Ulangan 1 2 3 4 5
A1B2
1 2 3 4 5
A1B3
1 2 3 4 5
A1B4
1 2 3 4
BKU (gr) 125.060 74.727 125.438 79.329 124.168 74.062 129.165 80.211 128.527 75.861 Rata-rata 127.890 77.922 123.494 70.127 128.584 78.558 127.064 78.150 127.192 77.608 Rata-rata 128.274 80.648 125.495 71.827 129.297 78.145 125.431 76.275 126.569 77.019 Rata-rata 127.952 80.131 127.757 85.685 130.128 79.381 129.227 82.559
BKT (gr) 65.600 68.759 63.810 68.930 65.924 67.983 59.264 68.025 67.546 68.546 69.599 62.020 68.398 66.451 68.630 70.389 74.096 69.301 70.797
KA (%) 13.913 15.373 16.066 16.366 15.073 126.472 14.620 18.330 15.484 15.699 13.220 126.845 15.875 15.813 14.250 14.784 12.224 127.013 13.840 15.641 14.545 16.614
Kerapatan (gr/cm3 ) 0.598 0.632 0.596 0.621 0.590 0.608 0.609 0.568 0.611 0.615 0.610 0.603 0.629 0.572 0.604 0.608 0.609 0.604 0.626 0.671 0.610 0.639
BJ 0.525 0.548 0.514 0.534 0.513 0.527 0.532 0.480 0.529 0.532 0.539 0.522 0.543 0.494 0.529 0.530 0.542 0.528 0.550 0.580 0.533 0.548
Lampiran 2 (lanjutan) 5 A1B5
1 2 3 4 5
A1B6
1 2 3 4 5
A2B1
1 2 3 4 5
A2B2
1 2 3 4 5
127.512 Rata-rata 128.078 130.062 127.894 129.657 127.011 Rata-rata 127.507 127.130 129.168 128.019 127.389 Rata-rata 126.683 128.017 127.064 129.553 127.130 Rata-rata 127.009 124.935 126.063 127.132 126.367 Rata-rata
80.304
70.928
75.342 78.339 74.701 72.708 79.976
65.622 68.351 66.189 64.427 66.834
83.004 67.052 71.444 81.941 77.418
70.146 59.369 60.412 68.873 67.065
74.284 75.269 74.531 79.147 76.020
65.759 62.269 66.785 68.860 66.182
79.468 79.863 75.782 74.887 67.839
68.877 69.159 65.924 64.070 58.409
13.219 128.515 14.812 14.613 12.860 12.853 19.664 128.540 18.330 12.941 18.261 18.974 15.437 128.019 12.964 20.877 11.598 14.939 14.865 129.553 15.377 15.477 14.954 16.883 16.145 127.132
0.630 0.635 0.588 0.602 0.584 0.561 0.630 0.593 0.651 0.527 0.553 0.640 0.608 0.596 0.586 0.588 0.587 0.611 0.598 0.594 0.626 0.639 0.601 0.589 0.537 0.598
0.556 0.553 0.512 0.526 0.518 0.497 0.526 0.516 0.550 0.467 0.468 0.538 0.526 0.510 0.519 0.486 0.526 0.532 0.521 0.517 0.542 0.554 0.523 0.504 0.462 0.517
Lampiran 2 (lanjutan) A2B3
1 2 3 4 5
A2B4
1 2 3 4 5
A2B5
1 2 3 4 5
A2B6
1 2 3 4 5
A3B1
1 2
125.750 127.194 124.062 126.567 123.442 Rata-rata 128.014 128.455 127.380 128.214 127.896 Rata-rata 125.559 126.821 126.818 125.810 127.385 Rata-rata 125.689 126.249 125.689 127.000 129.359 Rata-rata 127.446 129.164
67.511 69.019 74.228 75.599 69.666
59.344 61.623 65.587 66.422 59.476
83.688 78.192 77.576 78.756 78.492
71.498 69.407 67.553 67.668 65.018
70.865 75.493 77.593 78.265 79.066
60.038 66.078 65.103 67.138 65.883
81.817 74.815 78.635 81.112 78.516
69.190 66.816 68.208 70.498 66.292
81.835 82.870
71.871 70.365
13.762 12.002 13.175 13.816 17.133 126.567 17.049 12.657 14.837 16.386 20.723 128.214 18.034 14.248 19.185 16.573 20.010 125.810 18.250 11.972 15.287 15.056 18.440 128.523 13.864 17.772
0.537 0.543 0.598 0.597 0.564 0.568 0.654 0.609 0.609 0.614 0.614 0.620 0.564 0.595 0.612 0.622 0.621 0.603 0.651 0.593 0.619 0.631 0.607 0.620 0.642 0.642
0.472 0.484 0.529 0.525 0.482 0.498 0.559 0.540 0.530 0.528 0.508 0.533 0.478 0.521 0.513 0.534 0.517 0.513 0.550 0.529 0.537 0.549 0.512 0.536 0.564 0.545
Lampiran 2 (lanjutan) 3 4 5 A3B2
1 2 3 4 5
A3B3
1 2 3 4 5
A3B4
1 2 3 4 5
A3B5
1 2 3 4
128.277 128.084 129.034 Rata-rata 129.681 128.399 129.670 127.762 128.210 Rata-rata 126.692 127.553 127.893 124.553 126.190 Rata-rata 127.702 127.073 128.532 127.517 129.286 Rata-rata 128.147 127.826 128.848 128.911
82.917 79.388 81.797
71.895 67.849 70.024
84.209 80.959 70.087 80.271 80.314
72.907 67.032 62.121 70.079 69.010
70.257 73.239 69.434 72.958 69.139
61.605 65.036 60.955 65.118 60.155
73.085 78.251 72.318 78.573 71.992
61.655 67.458 61.012 67.831 64.255
78.117 75.709 81.735 84.398
65.762 66.725 70.839 71.173
15.331 17.007 16.813 128.084 15.502 20.777 12.823 14.544 16.380 127.762 14.044 12.613 13.910 12.040 14.935 124.553 18.539 16.000 18.531 15.836 12.041 127.517 18.787 13.464 15.381 18.581
0.646 0.620 0.634 0.637 0.649 0.631 0.541 0.628 0.626 0.615 0.555 0.574 0.543 0.586 0.548 0.561 0.572 0.616 0.563 0.616 0.557 0.585 0.610 0.592 0.634 0.655
0.560 0.530 0.543 0.548 0.562 0.522 0.479 0.549 0.538 0.530 0.486 0.510 0.477 0.523 0.477 0.494 0.483 0.531 0.475 0.532 0.497 0.503 0.513 0.522 0.550 0.552
Lampiran 2 (lanjutan) 5 A3B6
1 2 3 4 5
127.579 Rata-rata 128.023 127.388 127.641 128.143 127.242 Rata-rata
79.900
70.651
81.183 79.245 66.231 81.020 79.361
69.742 70.335 58.975 70.791 69.167
13.091 128.911 16.405 12.668 12.304 14.450 14.738 128.143
0.626 0.623 0.634 0.622 0.519 0.632 0.624 0.606
0.554 0.538 0.545 0.552 0.462 0.552 0.544 0.531
Lampiran 3 Hasil Pengujian Tekan Sejajar Serat Contoh uji A1B1
Ulangan 1 2 3 4 5
p1 (cm) 2.110 2.040 2.100 2.070 2.090
p2 (cm) 2.080 2.100 2.090 2.070 2.045
A1B2
1 2 3 4 5
2.120 2.040 1.940 2.120 2.090
2.100 2.040 2.040 2.110 2.085
A1B3
1 2 3 4 5
2.100 2.100 2.110 2.120 2.060
2.090 2.100 2.120 2.120 2.110
A1B4
1 2 3 4 5
2.045 2.090 2.110 2.070 2.130
2.075 2.100 2.090 2.100 2.110
A1B5
1 2
2.100 2.110
2.090 2.090
p (cm) l1 (cm) 2.095 2.000 2.070 2.120 2.095 2.105 2.070 2.080 2.068 2.125 Rata-rata 2.110 1.910 2.040 2.100 1.990 2.120 2.115 2.095 2.088 2.110 Rata-rata 2.095 2.100 2.100 2.090 2.115 1.900 2.120 2.120 2.085 2.160 Rata-rata 2.060 2.140 2.095 2.090 2.100 2.060 2.085 2.110 2.120 2.090 Rata-rata 2.095 2.070 2.100 2.075
l2 (cm) 2.025 2.100 2.110 2.120 2.100
l (cm) 2.013 2.110 2.108 2.100 2.113
A (cm2 ) 4.216 4.368 4.415 4.347 4.368
P (kg) 1896.771 1913.287 2312.311 1409.077 800.889
1.960 2.100 2.130 2.100 2.090
1.935 2.100 2.125 2.098 2.100
4.083 4.284 4.229 4.436 4.384
2012.872 1786.917 1390.471 1528.693 1808.647
2.020 2.090 1.975 2.070 2.160
2.060 2.090 1.938 2.095 2.160
4.316 4.389 4.098 4.441 4.504
1843.213 2220.816 1930.375 2064.467 936.733
2.110 2.090 2.060 2.120 2.100
2.125 2.090 2.060 2.115 2.095
4.378 4.379 4.326 4.410 4.441
1606.120 1960.223 2499.166 1642.649 1920.533
2.150 2.075
2.110 2.075
4.420 4.358
1636.156 1446.278
MCS (kg/cm2) 449.878 438.054 523.714 324.149 183.371 383.833 493.007 417.114 328.814 344.594 412.580 399.222 427.095 505.996 471.074 464.823 207.997 415.397 366.903 447.688 577.708 372.502 432.416 439.443 370.133 331.905
Lampiran 3 (lanjutan) 3 4 5
2.080 2.070 2.145
2.090 2.080 2.105
A1B6
1 2 3 4 5
2.110 2.160 2.135 2.150 2.090
2.070 2.150 2.140 2.110 2.100
A2B1
1 2 3 4 5
2.060 2.095 2.050 2.060 2.080
2.040 2.075 2.100 2.060 2.060
A2B2
1 2 3 4 5
2.045 2.125 2.090 2.100 2.095
2.085 2.145 2.090 2.090 2.090
A2B3
1 2 3 4 5
2.140 2.130 2.110 2.130 2.075
2.130 2.130 2.140 2.140 2.065
2.085 2.090 2.075 2.120 2.125 1.970 Rata-rata 2.090 2.065 2.155 2.100 2.138 2.100 2.130 2.090 2.095 2.120 Rata-rata 2.050 2.080 2.085 2.070 2.075 2.045 2.060 2.095 2.070 2.130 Rata-rata 2.065 1.850 2.135 2.110 2.090 2.090 2.095 2.130 2.093 2.090 Rata-rata 2.135 2.040 2.130 2.070 2.125 1.900 2.135 2.020 2.070 2.020 Rata-rata
2.090 2.110 2.000
2.090 2.115 1.985
4.358 4.389 4.218
1436.079 845.777 855.265
2.070 2.100 2.080 2.100 2.120
2.068 2.100 2.090 2.095 2.120
4.321 4.526 4.467 4.462 4.441
1948.604 1356.524 1537.809 2357.416 1491.812
2.050 2.050 2.060 2.100 2.140
2.065 2.060 2.053 2.098 2.135
4.233 4.295 4.259 4.321 4.419
2221.226 1118.120 1445.934 2090.023 1649.870
1.850 2.100 2.130 2.135 2.105
1.850 2.105 2.110 2.133 2.098
3.820 4.494 4.410 4.468 4.389
1690.695 1490.393 1577.030 1712.713 1373.850
2.110 2.050 1.875 2.055 1.980
2.075 2.060 1.888 2.038 2.000
4.430 4.388 4.011 4.350 4.140
1257.153 1480.659 1380.436 1433.419 1330.307
329.554 192.720 202.760 285.414 450.953 299.751 344.231 528.290 335.888 391.823 524.709 260.325 339.506 483.707 373.320 396.313 442.561 331.628 357.611 383.364 313.020 365.637 283.774 337.449 344.168 329.517 321.330 323.248
Lampiran 3 (lanjutan) A2B4 1 2 3 4 5
2.100 2.065 2.100 2.090 2.100
2.060 2.065 2.100 2.100 2.140
A2B5
1 2 3 4 5
2.110 2.025 2.130 2.110 2.100
2.100 2.040 2.110 2.130 2.100
A2B6
1 2 3 4 5
2.090 2.135 2.090 2.100 2.085
2.100 2.120 2.090 2.090 2.100
A3B1
1 2 3 4 5
2.130 2.100 2.140 2.100 2.060
2.140 2.100 2.135 2.140 2.030
A3B2
1 2 3 4 5
2.120 2.135 2.130 2.130 2.080
2.075 2.085 2.110 2.070 2.110
2.080 2.130 2.065 2.100 2.100 2.120 2.095 2.080 2.120 2.090 Rata-rata 2.105 2.085 2.033 2.130 2.120 2.085 2.120 2.090 2.100 2.100 Rata-rata 2.095 2.145 2.128 2.120 2.090 2.120 2.095 2.090 2.093 2.070 Rata-rata 2.135 2.075 2.100 2.110 2.138 2.080 2.120 2.120 2.045 2.135 Rata-rata 2.098 2.110 2.110 2.070 2.120 2.110 2.100 2.110 2.095 2.070
2.120 2.110 2.140 2.150 2.100
2.125 2.105 2.130 2.115 2.095
4.420 4.347 4.473 4.431 4.441
1163.003 2285.260 2181.843 1790.959 1840.172
2.085 2.090 2.115 2.090 2.080
2.085 2.110 2.100 2.090 2.090
4.389 4.289 4.452 4.431 4.389
2487.936 2151.184 901.783 911.640 2412.825
2.060 2.120 2.090 2.070 2.060
2.103 2.120 2.105 2.080 2.065
4.405 4.510 4.399 4.358 4.321
758.328 1640.963 2119.845 2200.454 1552.632
2.080 2.100 2.100 2.150 2.100
2.078 2.105 2.090 2.135 2.118
4.435 4.421 4.467 4.526 4.330
1666.983 2089.297 2212.534 1977.136 1618.772
2.040 2.080 2.075 2.110 2.070
2.075 2.075 2.093 2.110 2.070
4.352 4.378 4.436 4.431 4.337
1910.429 2528.709 1403.757 1922.463 2274.035
263.123 525.731 487.781 404.195 414.323 419.030 566.867 501.608 202.557 205.751 549.744 405.305 172.162 363.826 481.843 504.969 359.321 376.424 375.831 472.638 495.265 436.820 373.825 430.876 438.946 577.562 316.439 433.867 524.376
Lampiran 3 (lanjutan) A3B3
1 2 3 4 5
2.100 2.120 2.100 2.120 2.045
2.100 2.110 2.100 2.100 2.000
A3B4
1 2 3 4 5
2.125 2.140 2.135 2.060 2.120
2.150 2.110 2.100 2.100 2.105
A3B5
1 2 3 4 5
2.110 2.070 2.080 2.110 2.140
2.110 2.050 2.070 2.130 2.100
A3B6
1 2 3 4 5
2.070 2.090 2.115 2.070 2.110
2.095 2.140 2.135 2.075 2.120
Rata-rata 2.100 2.100 2.115 2.080 2.100 2.090 2.110 2.060 2.023 2.125 Rata-rata 2.138 2.115 2.125 2.100 2.118 2.070 2.080 2.020 2.113 2.000 Rata-rata 2.110 2.090 2.060 2.065 2.075 2.080 2.120 2.080 2.120 2.110 Rata-rata 2.083 2.150 2.115 2.100 2.125 2.075 2.073 2.070 2.115 2.130 Rata-rata
2.010 2.090 2.080 2.010 2.100
2.055 2.085 2.085 2.035 2.113
4.316 4.410 4.379 4.294 4.273
1062.819 1330.498 1391.132 1323.469 1654.366
2.100 2.140 2.075 1.960 2.060
2.108 2.120 2.073 1.990 2.030
4.505 4.505 4.389 4.139 4.288
1565.065 1519.693 1612.963 1800.955 1633.219
2.120 2.105 2.090 2.060 2.110
2.105 2.085 2.085 2.070 2.110
4.442 4.295 4.326 4.388 4.473
805.072 1624.807 1319.096 1398.468 1535.646
2.100 2.070 2.070 2.095 2.100
2.125 2.085 2.073 2.083 2.115
4.425 4.410 4.404 4.316 4.473
1913.117 1585.911 1897.030 1810.137 1710.394
458.238 246.279 301.716 317.719 308.224 387.210 312.230 347.423 337.335 367.542 435.097 380.848 373.649 181.259 378.293 304.896 318.674 343.299 305.284 432.312 359.635 430.745 419.403 382.363 404.892
Lampiran 4 Hasil Pengukuran Beban Ijin Per Alat Sambung Contoh uji A1B1
Ulangan 1 2 3 4 5
Rata-rata A1B2
Rata-rata A1B3
Rata-rata A1B4
Rata-rata A1B5
Rata-rata A1B6
Rata-rata
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
0.38 113.834 131.770 117.737 106.160 107.536 115.407
Sesaran (mm) 0.80 1.50 339.000 155.567 345.995 187.733 364.763 151.507 328.086 154.850 350.007 167.506 345.570 163.433
5.00 314.176 294.646 301.200 298.452 307.051 303.105
130.455 118.689 128.903 176.831 104.507 131.877 123.640 111.279 166.124 119.725 174.035 138.960 170.691 163.931 98.793 170.319 106.932 142.133 189.426 142.515 184.548 151.699 138.981 161.434 158.065 162.299 143.932 199.369 154.897
366.833 357.496 341.415 351.974 362.737 356.091 351.373 374.274 357.347 323.895 375.150 356.408 402.184 361.261 357.333 399.039 412.388 386.441 377.776 382.369 399.050 369.649 410.182 387.805 418.012 418.274 318.400 389.854 412.291
167.787 151.300 174.846 194.248 155.382 168.713 178.636 189.721 168.839 171.377 187.953 179.305 190.533 152.186 178.344 188.857 188.119 179.608 158.898 194.590 173.347 191.318 186.376 180.906 193.451 186.714 217.557 189.118 213.672
291.872 299.179 297.951 323.552 307.355 303.982 294.167 306.429 317.231 316.201 304.823 307.770 300.114 304.800 304.849 328.058 334.141 314.393 297.937 318.737 327.889 337.610 297.737 315.982 325.663 337.400 343.164 333.110 340.941
163.712
391.366
200.103
336.055
Lampiran 4 (lanjutan) A2B1 1 2 3 4 5 Rata-rata A2B2 1 2 3 4 5 Rata-rata A2B3 1 2 3 4 5 Rata-rata A2B4 1 2 3 4 5 Rata-rata A2B5 1 2 3 4 5 Rata-rata A2B6
Rata-rata
1 2 3 4 5
46.522 46.569 41.524 44.698 48.938 45.650 47.525 45.829 45.209 50.914 47.257 47.347 51.379 47.535 40.722 50.459 46.649 47.349 46.845 53.546 51.116 59.132 48.432 51.814 61.190 58.197 59.896 56.570 49.714 57.113
102.753 103.748 105.055 109.578 119.745 108.176 111.828 103.669 112.920 112.568 108.686 109.934 103.304 112.594 115.446 113.862 118.012 112.644 105.460 124.946 105.421 128.983 113.656 115.693 131.731 115.992 113.098 120.147 124.500 121.093
44.271 47.150 48.221 46.656 46.655 46.591 49.654 45.254 47.310 46.930 51.123 48.054 47.082 46.873 50.667 49.486 48.550 48.531 54.238 48.345 49.331 54.311 57.501 52.745 62.427 58.122 61.198 56.453 57.986 59.237
47.258 59.044 53.155 59.794 53.858 54.622 67.832 64.428 65.828 63.317 72.706 66.822 70.037 70.237 66.986 61.907 72.311 68.296 80.391 70.195 79.319 78.131 79.890 77.585 86.256 49.483 83.455 85.328 87.617 78.428
69.533 61.469 55.250 61.224 52.417 59.979
125.783 139.808 115.666 119.712 135.459 127.285
71.500 61.641 53.154 53.600 72.021 62.383
73.347 88.188 71.006 85.732 91.485 81.952
Lampiran 4 (lanjutan) A3B1
Rata-rata A3B2
Rata-rata A3B3
Rata-rata A3B4
Rata-rata A3B5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Rata-rata A3B6
Rata-rata
1 2 3 4 5
30.247 32.914 43.115 39.101 35.185 36.112 41.123 43.687 33.552 40.841 31.244 38.090 45.273 46.721 40.900 46.874 39.876 43.929 43.351 39.279 46.018 52.696 43.877 45.044 48.638 46.699 43.123 35.010 52.353 45.165
77.707 79.034 82.457 78.786 81.608 79.918 86.844 87.480 77.933 86.268 79.032 83.511 94.750 89.133 88.357 92.708 79.204 88.830 78.854 85.147 92.154 101.568 90.336 89.612 98.680 98.747 103.467 75.606 88.503 93.000
35.824 33.635 39.186 42.704 38.793 38.028 43.462 37.749 37.865 42.872 43.816 41.153 33.427 43.663 45.132 52.066 39.004 42.659 46.732 44.054 46.976 47.050 33.983 43.759 46.523 46.647 43.176 43.297 49.160 45.760
45.445 39.519 47.034 50.574 49.107 46.336 51.815 48.339 43.715 53.142 58.372 51.077 41.604 50.938 54.366 63.471 51.638 52.403 54.284 68.528 57.086 67.849 39.762 57.502 60.569 65.406 51.191 50.057 64.163 58.277
49.178 51.171 57.376 38.306 44.688 48.144
91.232 94.094 86.349 92.668 104.458 93.760
49.279 50.682 56.978 45.979 49.312 50.446
72.288 65.238 81.051 64.169 67.230 69.995
Lampiran 5 Analisis ragam beban ijin per alat sambung pada sesaran 0,38 mm Sumber Keragaman A B A*B Error Total
DB
JK
KT
F
Pr>F
2 5 10 72 89
182109 6585 3156 17732 209582
91055 1317 316 246
369,7 5,35 1,28
0,0001** 0,0003** 0,2572tn
Uji lanjut Duncan faktor jenis alat sambung pada sesaran 0,38 mm Grup Duncan
Rata-rata Beban Ijin Alat Sambung (kg) 142,25 51,52 42,75
A B C
Jumlah Contoh Uji
Alat Sambung
30 30 30
A1 A2 A3
Uji lanjut Duncan faktor tebal batang pada sesaran 0,38 mm Grup Duncan Rata-rata Kekuatan Jumlah Contoh Sambungan (kg) Uji A 90,61 15 AB 87,90 15 ABC 79,66 15 BCD 76,71 15 CD 72,44 15 D 65,72 15
Tebal Batang B6 B5 B4 B3 B2 B1
Analisis ragam beban ijin per alat sambung pada sesaran 0,8 mm Sumber Keragaman A B A*B Error Total
DB
JK
KT
F
Pr>F
2 5 10 72 89
1455058 8421 3709 16427 1483615
727529 1684 371 228
3188,79 7,38 1,63
0,0001** 0,0001** 0,1166tn
Uji lanjut Duncan faktor jenis alat sambung pada sesaran 0,80 mm Grup Duncan A B C
Rata-rata Beban Ijin Alat Sambung (kg) 370,61 115,80 88,11
Jumlah Contoh Uji
Alat Sambung
30 30 30
A1 A2 A3
Lampiran 5 (lanjutan) Uji lanjut Duncan faktor tebal batang pada sesaran 0,80 mm Grup Duncan Rata-rata Kekuatan Jumlah Contoh Sambungan (kg) Uji 204,14 A 15 200,63 A 15 197,25 A 15 185,96 B 15 183,18 B 15 177,89 B 15
Tebal Batang B6 B5 B4 B3 B2 B1
Analisis ragam beban ijin per alat sambung pada sesaran 1,50 mm Sumber Keragaman A B A*B Error Total
DB
JK
KT
F
Pr>F
2 5 10 72 89
341371 4309 1186 6134 353000
170686 862 119 85
2003,5 10,12 1,39
0,0001** 0,0001** 0,2015tn
Uji lanjut Duncan faktor jenis alat sambung pada sesaran 1,50 mm Grup Duncan
Rata-rata Beban Ijin Alat Sambung (kg) 178,68 52,92 43,63
A B C
Jumlah Contoh Uji
Alat Sambung
30 30 30
A1 A2 A3
Uji lanjut Duncan faktor tebal batang pada sesaran 1,50 mm Grup Duncan Rata-rata Kekuatan Jumlah Contoh Sambungan (kg) Uji 104,31 A 15 95,30 B 15 92,04 BC 15 90,01 BC 15 86,13 CD 15 82,68 D 15
Tebal Batang B6 B5 B4 B3 B2 B1
Analisis ragam beban ijin per alat sambung pada sesaran 5,00 mm Sumber Keragaman A B A*B Error Total
DB
JK
KT
F
Pr>F
2 5 10 72 89
1252943 6804 1156 6746 1267649
626471 1361 116 94
6685,94 14,52 1,23
0,0001** 0,0001** 0,2846tn
Lampiran 5 (lanjutan) Uji lanjut Duncan faktor jenis alat sambung pada sesaran 5,00 mm Grup Duncan A B C
Rata-rata Beban Ijin Alat Sambung (kg) 313,55 71,28 55,93
Jumlah Contoh Uji
Alat Sambung
30 30 30
A1 A2 A3
Uji lanjut Duncan faktor tebal batang pada sesaran 5,00 mm Grup Duncan Rata-rata Kekuatan Jumlah Contoh Sambungan (kg) Uji 162,67 A 15 150,90 B 15 147,62 BC 15 144,59 BC 15 141,07 CD 15 134,69 D 15
Tebal Batang B6 B5 B4 B3 B2 B1