KALIMAT YANG TERTINGGAL Karya : Maura Faradila (8.6) Aku ingin kesana, kembali untuk memperbaiki semua, dan merajut kembali tali persahabatan. Dua tahun yang lalu. Aku dan
Ade adalah sahabat baik. Orang
tua kami pun juga sudah kenal
lama. Tak jarang orang-orang
yang
sedang
berduaan dengan Ade selalu
hubungan
spesial antara kami. Aku selalu
melihatku
berpikiran
ada
mengingat satu tanggal yaitu 14
Maret
yang
tidak
lain,tidak
bukan adalah tanggal ulang
tahun
Ade.
Aku
berencana
untuk mentraktirnya. "Mel,hari ini aku seneng banget. Tau gk kenapa?" tanya Ade. "Ya tau lah,ini kan hari ulang tahun kamu. Jadi kamu bahagia." Jelasnya. "Haha, pasti dong, apalagi kamu traktir. Hehehe." Gurauanya. "Kamu tu maunya yang gratis terus." Celotehku. "Eh serius nih, ada satu lagi yang ngebuat aku seneng. Tadi aku kenalan sama cewek namanya Lyly, dan aku langsung suka gitu." Nyengir sambil senyum-senyum menjulurkan lidahnya ke arahku. "Kamu gimana sih, baru kenal aja udah langsung suka gitu, nyengirin aku lagi!" melototin Ade. "Kayaknya ini cinta pertama aku deh Mel. Besok aku kenalin deh." Ajaknya. "Oke." Ucapku ndak bergairah. Saat itu pun aku tak sadar bahwa ini adalah awal dari memudarnya persahabatan ku dengan Ade. Esoknya Ade pun memperkenalkan ku dengan Lyly,entah mengapa aku tak tertarik dengan perkenalan itu. Dan aku mulai punya firasat tak positif,dan benar saja. Ade dan Lyly selalu bersama ke kantin, ke perpus,bahkan pulang sekolah pun bersama. Hari demi hari berlalu ibu ku jatuh sakit dan memerintahkan ku untuk menjenguknya bersama Ade. Aku mencoba menghubungi Ade, namun Ade telah membuat janji dengan Lyly. Aku marah, menggapa disaat seperti ini Ade lebih mementingkan Lyly dibanding sahabatnya sendiri. Satu bulan berlalu, dan kondisi ibu semakin parah. Aku masih marah dengan Ade karena masalah waktu itu. Setiap kali berpapasan aku tak pernah membalas senyumnya. Hingga bel berbunyi dan aku mendapat telpon dari ayahku yang membawa kabar bahwa ibu ku
sudah tiada. Tanpa sadar aku menjatuhkan telepon genggam ku. Tiba-tiba teman ku berdatangan mencoba untuk memeluk dan menghiburku. Yang aku herani dimana Ade disaat seperti ini. Masih dalam kesedihan ku, aku merasakan luka yang teramat dalam,namun aku bisa merasakan kekhawatiran ayah karena sudah beberapa hari aku tidak berangkat sekolah. Akhirnya aku memutuskan untuk bangkit dari keterpurukkanku. Waktu terus berlalu, aku sudah mulai bangkit dari kesedihanku, dan hubunganku dengan Ade semakin memburuk bahkan kami tidak pernah berkomunikasi sama sekali, walaupun setiap berpapasan dia selalu memcoba tersenyum. Hingga saat perpisahan tiba. Acara perpisahan pun berjalan lancar,dan sangat bersyukur karena murid di sekolah ku lulus 100 persen. Untuk merayakannya diadakan pensi. Ada beberapa anak yang menyumbangkan lagu kenangan termasuk Ade. "Hmm... Lagu ini saya persembahkan untuk seseorang yang saya rindukan, seseorang yang membuat saya nyaman bila didekatnya, dia lah sahabat saya. Amelia Kirani. Tersentak aku mendengar Ade mengucap nama ku. Dan aku mulai mendengarkan lagu yang ia nyanyikan. Acara perpisahan memang sangat melelahkan. Aku memutuskan untuk pulang saat melihat jam di tangan ku menunjukkan pukul 22.00. Namun Ade menegurku dan mulai membuka kata " Amel tunggu, aku mau ngomong sama kamu." tegur Ade. "Kenapa De? Udah puas ninggalin aku selama ini??" tanyaku padanya. "Bukan gitu Mel, aku mau minta maaf sama kamu. Aku sadar selama ini aku udah ninggalin kamu dan mentingin urusanku sendiri." Jelasnya dengan terbata-bata. "Kenapa baru sekarang? ,kenapa enggak dari dulu?" tanyaku sedikit dengan suara keras. "Sebenernya aku mau ngomong dari dulu, tapi kamu enggak pernah ngasih aku kesempatan. Udah lah Mel, aku mau minta maaf sama kamu. Pliss maafin aku." Pintanya pada Amel. "Okelah aku memaafkan mu, asalkan kamu janji enggak akan ninggalin aku lagi. Dan maafin aku juga enggak pernah kasih kamu kesempatan buat ngomong." Jelas Amel. "Makasih Mel udah maafin aku, oke deh janji. Santai aja Mel." Bisiknya ditelinga kanan Amel. Akhirnya aku dan Ade menjadi sahabat seperti dulu lagi, dan berjanji tidak akan melupakan masa- masa indah ini sampai tua nanti.
Wisata Rohani
JALAN SELAMAT BERBEKAL RAHMAT Tanpa kasih sayang, tak mungkin ada kehidupan. Kasih sayang itu bersumber dari Allah SWT yang disebut “kasih sayang besar” dan makhluk-Nya terutama manusia yang memberikan “kasih sayang kecil”. Kasih ibu
terhadap
contohnya.
anaknya,
Berkat
kasih
salah
satu
sayang
ibu,
kehidupan manusia terselamatkan dari bahaya kepunahan. Sejak berupa ‘alaqah (gumpalan darah dari perpaduan nuthfah dan ovum) hingga baligh, kehidupan manusia selalu teriring oleh kasih sayang ibu. Bahkan sang ibu tak berberat hati bila kasih sayang itu dilanjutkan sampai ajal sang anak menjelang kubur. Itulah kasih sayang yang sepi dari pamrih. Sekalipun melahirkan anak terasa sangat sakit, nyaris tak ada seorang ibu yang mengungkit jasa agung itu. Apalagi menuntut ganti rugi kepada anaknya dengan sejumlah uang. Maka tepat sekali jika Allah yang Maha peka dalam persoalan ibu yang mengandung, melahirkan, dan mendidik anaknya memberikan predikat ‘amilushshalihat. Allah pun tak segan-segan memberikan gelar syahidah bila seorang ibu meninggal dalam perjuangan selama melahirkan anaknya. Bukan main. Terkesan seakan ongkos melahirkan itu tak mungkin mampu terbayar oleh manusia, sekalipun seluruh isi bumi dijual. Betapa mahal. Syurgalah tebusannya. Kasih sayang dalam bahasa Al-Qur’an disebut “rahmat”. Tanpa rahmat, mustahil ada kehidupan. Betapa besar arti rahmat bagi kehidupan manusia. Sampai-sampai dalam permasalahan “hawa nafsu” itupun, keterlibatan rahmat, niscaya hawa nafsu akan memerintahkan manusia berbuat kejahatan (la-amaratun bisy-syu’). Dan, manusia seringkali segan menolak ajakan sang hawa nafsu yang selalu dibumbui berbagai hal yang amat menggiurkan dan menyenangkan. “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari keinginan terhadap wanita), karena sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi
rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”
(12:53) Tanpa rahmat, seorang muslim akan menjadi obyek, bukan subyek. Dengan leluasa hawa nafsu akan memperburuk sesuai seleranya. Jeleknya lagi, hasil dari perbudakkan nafsu itu bukannya timbulnya pemberontakkan, melainkan semakin jatuh terpuruknya manusia dihadapan sang majikan dengan penuh senang hati. Hanya mereka yang nuraninya lumayan cerdas saja mampu membedakan, bahwa nafsu itu hanya menjanjikan kesengsaraan abadi. Memang ada rahmat Allah yang bersifat umum. Untuk mendapatkannya, tidak perlu berusaha keras. Orang kafir pun merasakannya, sebagaimana seluruh isi alam ini. Tetapi rahmat itu tidak mencegah seseorang dari berbuat kejahatan. Ada rahmat lain yang lebih khusus, yang tidak di obral di sembarang tempat, dan hanya orang-orang tertentu berhak menerimanya. Orangorang yang mendapatkannyalah yang akan menyelamatkan dunia dari bahaya kehancuran. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Setiap urusan yang memiliki arti penting tetapi pelaksanaannya tidak dimulai dengan melibatkan asma Allah, maka terputus dari rahmat Allah SWT.” Makan termasuk urusan penting. Rasulullah SAW memberikan contoh berdoa di saat menjelang makan. Setidak-tidaknya membaca basmallah. Insyaallah, dengan bekal doa itu, rahmat Allah menyertai peristiwa makan sampai ke tempat tujuan. Sehingga energy yang dihasilkan oleh makanan itu akan dengan mudah dikerahkan untuk berbuat kebajikan, bukan kejahatan. Lain halnya jika di saat makan tak terlintas nama Allah dalam benak, maka peristiwa itu tak lebih dari pemenuhan hawa nafsu. Dampaknya harus ditanggung sendiri. Energi hasil makanan yang tidak mengandung rahmat itu bias menjadi kendala untuk diajak berbuat baik. Malah bila digunakan untuk melakukan perbuatan jahat, kecenderungannya lebih besar. (bet)
Kiprah Alumni SI LORENG DARI PUDING SPEGA” ”
Namanya Muhammad Bima Satria Puridham, salah satu alumnus dari SMP N 3 MRANGGEN tahun pelajaran 2010/2011. Pemuda tampan yang masih lajang ini bisa kita jadikan inspirasi dan bisa memberi motivasi kepada adik-adik pembaca,karena kegigihannya dalam belajar dan berusaha yang tidak kenal menyerah. Saat ini dia menjadi salah satu anggota PENERBAD ( Penerbangan Angkatan Darat ) di SKADRON 21/SENA (Jakarta).
Bang Bima dilahirkan pada tanggal 7 September 1996 di Kendari (Sulawesi Tenggara) dalam lingkungan keluarga yang cukup sederhana. Ayahnya bernama bapak IDHAM KHALID (Anggota Polrestabes Semarang) dan Ibunya bernama SRI PURWATI (Ibu Rumah Tangga) yang tinggal di JL. Kebon Rojo Utara X/1 Pucanggading. Bang Bima dilahirkan sebagai anak pertama dari tiga bersaudara . Sejak kecil Bang Bima sudah bercita-cita menjadi tentara. Bagi Bang Bima TENTARA ADALAH HARGA MATI . Waah.........patut dicontoh tekadnya ini. Sejak kecil Bang Bima sudah menunjukkan sikap kemandirian yang baik, (mungkin karena dia anak pertama) dan tidak mudah terpengaruh oleh perilaku aneh-aneh yang sering terjadi dalam lingkungan pergaulan remaja. Semasa belajar di SMP N 3 MRANGGEN Bang Bima memiliki prestasi yang cukup baik . Setiap penerimaan rapor ia selalu masuk dalam sepuluh besar. Eh perlu adik – adik pembaca ketahui, bang Bima ini jarang sekali tersenyum, padahal kalau tersenyum dia tambah ganteng juga lhoo...... Selepas dari SMP N 3 MRANGGEN Bang Bima melanjutkan di SMK PENERBANGAN AQASA BHAKTI SEMARANG. Di SMK ini Bang Bima menjadi anggota POLSIS (Polisi Siswa) dan mengikuti kegiatan Pramuka di Saka Dirgantara. Ia sudah dua kali mengikuti LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) tingkat Nasional, dan pernah mengikuti latihan terjun Para Layang. Ketika ditanya megapa Bang Bima memilih menjadi Tentara (PENERBAD), ia menjawab tegas, karena cita-cita sejak kecil. Bang Bima juga ingin menjaga NKRI yang sangat luas dan beragam ini, sehingga selepas dari SMK PENERBANGAN Bang
“JANGAN HANYA BERMIMPI, TAPI RAIHLAH MIMPI, DAN JANGAN HANYA DIAM NAMUN BERDIRI DAN BERLARILAH UNTUK SEBUAH MIMPI”.
Bima ikut mendaftar di SECABA UNGGULAN. Setelah mengikuti tes yang sangat ketat dan berkat doa dari orang tua , alhamdulillah Bang Bima diterima dan mengikuti pendidikan selama kurang lebih 6 bulan di RINDAM III/ SILIWANGI (BANDUNG). Selesai pendidikan di Bandung, Bang Bima mengikuti pendididkan kejuruan/ DIKMABA Tahap II di PUSDIK PENERBAD SEMARANG, kurang lebih 5 bulan lamanya . Sampai akhirnya Bang Bima ditugaskan di SKADRON 21/SENA (JAKARTA). Namun, saat artikel ini ditulis, Bang Bima masih di Semarang, karena Bang Bima mendapat kesempatan lagi dari kesatuan untuk mengikuti sekolah kejuruan “ARMY FLYING SCHOOL” di PUSDIK PENERBAD lagi dengan kejuruan Kelistrikan Pesawat(AVIONIC) Hebaaat yaaa…. Mau tahu hobby Bang Bima ? semua jenis olahraga ia suka, terutama lari. Mengenai makanan, Bang Bima tidak pilih-pilih, mungkin karena sering keluar masuk hutan ya................ jadi nggak ada pilihan. “TAK ADA ROTAN, AKARPUN JADI”.....
Untuk memotivasi diri sendiri Bang Bima punya semboyan, “JANGAN HANYA BERMIMPI, TAPI RAIHLAH MIMPI, DAN JANGAN HANYA DIAM NAMUN BERDIRI DAN BERLARILAH UNTUK SEBUAH MIMPI”. Semboyan ini hendaknya juga bisa memberikan motivasi kepada pembaca POESPA, untuk tidak hanya punya cita-cita tetapi raih dan wujudkan cita-cita itu. Sebelum perkenalan berakhir Bang Bima berpesan, “JANGAN MUDAH PUTUS ASA ,COBA DAN COBALAH TERUS PASTI MIMPI ITU AKAN TERAIH. SETELAH MIMPI ITU KAMU RAIH, MAJU TERUS......... NKRI BUTUH KAMU LINDUNGI!” JIKA TEMAN-TEMAN INGIN BERKENALAN DENGAN ABANG BIMA ini kontaknya IG: MUHAMMADBIMASP LINE: MUHAMMADBIMASP FACEBOOK: BIMA SATRIA (Writer GANS PURIDHAM)