Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal dari daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar (Widya, 2008). Saat ini luas areal tanaman kakao di Indonesia mencapai 1.732.954 ha, mengalami perluasan areal sebesar 0,02% dari tahun 2011 yaitu 1.732.954 ha. Produksi kakao juga mengalami peningkatan sebesesar 31,46% dari jumlah produksi 712.231 ton (2011) menjadi 936.266 ton (2012) sementara ekspor biji kakao menurun dalam kurun waktu 3 tahun yaitu sebesar 163.501 ton tahun 2012, menurun dibandingkan tahun 2011 sebesar 210.067 ton dan sebesar 432.437 ton tahun 2010. Saat ini Indonesia berada diurutan ketiga sebagai produsen biji kakao dunia setelah Pantai Gading dan Ghana dengan menyumbang devisa sebesar USD 1.053.446.947 (1,053 Milyar) dari ekspor biji kakao dan produk kakao olahan (Diektorat Jenderal Perkebunan, 2012). Salah satu usaha yang dapat dikelola untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi kakao adalah dengan memperhatikan aspek dari budidaya tanaman kakao itu sendiri. Diantaranya adalah pengelolaan tanah, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, serta pemberian zat pengatur tumbuh. Yang juga tidak kalah pentingnya dalam budidaya tanaman kakao adalah penyediaan bahan tanam dalam pembibitan, karena dari pembibitan inilah akan didapatkan bahan tanam yang layak untuk ditanam di lapangan yang nantinya
Universitas Sumatera Utara
akan menghasilkan bibit tanaman kakao yang mampu berproduksi secara maksimal (Siregar dkk, 2010). Pada pembibitan yang menggunakan polibag, kekurangan air merupakan masalah yang sering dihadapi, dimana tanaman akan mempunyai respon kekurangan air yang lebih besar dibanding tanaman yang ditanam di lapangan. Kakao merupakan tanaman yang rentan terhadap kekurangan air. Tanaman yang kekurangan air merupakan masalah yang paling utama pada tanaman yang masih muda karena lebih peka dibanding tanaman tua. Kekurangan air akan segera mengurangi kegiatan fotosintesis sehingga mengganggu produksi karbohidrat. Bila
keadaan
ini
terus
berlanjut
akan
menyebabkan
tanaman
mati
(Mildaerizanti dan Meilin, 2006). Air diperlukan sebagai media untuk aktivitas metabolisme dalam tubuh tanaman dengan fungsi yang kompleks. Selain itu fungsi air di dalam tanah adalah sabagai media pembawa hara dan oksigen sehingga dapat diserap oleh tanaman dan mikroba yang ada di bahan organik. Ketersediaan air bagi semua tanaman adalah mutlak. Jumlah air yang optimum adalah jumlah air yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kapasitas lapang. Jika ketersediaannya berlebihan atau kekurangan, air akan menjadi masalah bagi tanaman. Untuk menyediakan air pada tingkat yang mencukupi, penyiraman pada pembibitan kakao memerlukan biaya yang cukup besar dalam penyediaan air dan tenaga kerja. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain untuk
mengefisiensikan pemberian air tanpa
menghambat pertumbuhan kakao di pembibitan. Penggunaan pupuk organik vermikompos merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air tanah sekaligus memperbaiki struktur tanah sebab pupuk
Universitas Sumatera Utara
organik vermikompos memiliki lubang pori yang cukup besar dalam menahan air tanah (Taniwiryono, 2010). Pupuk organik vermikompos merupakan pupuk organik yang dihasilkan dari tanah bekas pemeliharaan cacing. Vermikompos merupakan produk samping dari budidaya cacing tanah berupa pupuk organik yang sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan akan menjaga produktivitas tanah. Vermikompos mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu hormon seperti giberelin, sitokinin, dan auxin, mengandung unsur hara ( N, P, K, Mg, dan Ca) serta Azotobacter sp. yang merupakan bakteri penambat N non - simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Nuryati, 2004). Pupuk vermikompos memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk organik lainnya. Pupuk vermikompos memiliki kemampuan untuk mengikat air dan unsur hara tanah lebih tinggi dibandingkan pupuk kompos lainnya, pupuk vermikompos mengandung enzim yang membantu dalam proses sintesis nutrisi dalam vermikompos,
sehingga
dapat
langsung
terserap
oleh
tanaman,
mengandung mikroba tanah yang berguna meningkatkan kesehatan tanah dan tanaman, juga menjadi sumber nutrisi bagi mikroba tanah (Mashur, 2001). Menurut Lakitan (1996), tanah yang digunakan untuk pemibitan kakao adalah tanah topsoil. Sementara itu lahan subur yang banyak mengandung topsoil sudah semakin sedikit sedangkan pertanaman kakao harus ditingkatkan. Dengan demikian diusahakan untuk memanfaatkan lahan marjinal yang kekurangan unsur hara seperti tanah subsoil. Dengan demikian berkurangnya tingkat kesuburan tanah, maka akan mengakibatkan produksi pertanian. Karena lahan – lahan yang
Universitas Sumatera Utara
berpotensi untuk menghasilkantelah digunakan untuk lahan pemukiman. Selain itu terjadi pengikisan tanah lapisan topsoil yang banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman pada tanah yang digunakan untuk pertanian semakin memperparah kondisi ini. Sehingga untuk meningkatkan produktivitas tersebut diperlukan alternative lain, yaitu sesuatu yang digunakan sebagai campuran media yang dapat memberikan nutrisi bagi tanaman. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian pupuk organik vermikompos dan interval penyiraman air terhadap pertumbuhan vegetatif bibit kakao (Theobroma cacao L.) pada tanah subsoil.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian Untuk
mengetahui
respons
pertumbuhan
bibit
kakao
(Theobroma cacao L.) terhadap pemberian pupuk organik vermikompos dan interval penyiraman air pada tanah subsoil. Hipotesis Penelitian Ada pengaruh pemberian pupuk organik vermikompos dan interval penyiraman air serta interaksi antara kedua faktor terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) pada tanah subsoil. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data sebagai bahan penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi dalam budidaya pembibitan kakao (Theobroma cacao L.)
Universitas Sumatera Utara