Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
KAJIAN RESPON Al2O3:C SEBAGAI DOSIMETER TL DAN OSL DALAM DOSIMETRI MEDAN RADIASI PARTIKEL BERMUATAN Hasnel Sofyan Pusat Teknologi Keselamatan dan Metologi Radiasi – BATAN
ABSTRAK KAJIAN RESPON Al2O3:C SEBAGAI DOSIMETER TL DAN OSL DALAM DOSIMETRI MEDAN RADIASI PARTIKEL BERMUATAN. Pengkajian respon dari Al2O3:C yang digunakan sebagai dosimeter TL dan OSL dalam dosimetri dengan medan partikel bermuatan telah dilakukan. Pengukuran paparan radiasi yang disebabkan oleh medan radiasi partikel bermuatan merupakan tantangan dalam dosimetri proteksi. Detektor pasif luminisensi Al2O3:C telah banyak digunakan dalam pemantauan paparan radiasi, dan sinyal TL dan OSLnya berhubungan dengan perangkap utama dosimetrik, dapat digunakan dengan tepat dalam mengukur dosis yang lebih rendah dari 1 – 10 Gy. Sebagai detektor zat padat yang berukuran kecil, dosimeter OSL memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan dosimeter TL. Detektor OSL, disamping memiliki tingkat sensitivitas, presisi dan ketelitian yang tinggi, juga dapat mengestimasi ulang dosis serap, proses pembacaan data yang cepat, kemungkinan penggambaran dosis dan eliminasi langkah-langkah annealing thermal yang kompleks. Stimulasi panas pada TLD dapat menyebabkan efek thermal quenching, yaitu masalah dalam dosimetri yang diantaranya dapat menurunkan nilai efisiensi dan sensitivitas dosimeter. Dengan teknologi OSL, masalah tersebut dapat diselesaikan karena tidak membutuhkan pemanasan bahan dosimeter. Perbedaan efisiensi antara teknik dan bahan dosimeter yang tidak sama berhubungan dengan tanggapan dosis yang bersesuaian dengan dosis tinggi dari radiasi LET rendah. Kata kunci : Dosimeter TL, dosimeter OSL, partikel bermuatan, thermal quenching.
ABSTRACT THE ASSESSMENT OF Al2O3:C RESPONSES AS TL AND OSL DOSIMETER IN THE DOSIMETRY OF CHARGED PARTICLE OF RADIATION FIELDS. The assessment of Al2O3:C responses used as TL and OSL dosimeter in dosimetry of charged particle fields has been done. The measurement of radiation exposure caused by charged particle radiation fields has been challenge in protection dosimetry. Passive detector luminescence of Al2O3:C that already used in monitoring of radiation exposure, dan its signals associated with the main dosimetric trap can be used to precisely measure doses as low as 1–10 Gy. As solid state detector that small size, OSL dosimeter haves some excesses are compared to TL dosimeter. OSL Detector beside high sensitivity, high precision and accuracy, also can be re-estimation of absorbed dose, rapid readout, possibility of dose imaging and elimination of complex thermal annealing steps. The thermally stimulated to TLD caused thermal quenching effect, and that is any problem in dosimetry that can be decrease values of efficiency and sensitivity dosimeter. With OSL technology, that’s problems can be solved because not require thermal process for dosimeter materials. The difference of efficiency between technique and unequal materials of dosimeter related to corresponding dose response and high dose from low LET radiation. Keywords : TL dosimeter, OSL dosimeter, charged particle, thermal quenching.
umum, partikel-partikel bermuatan terdiri
I. PENDAHULUAN dapat
atas elektron (e–), positron (e+), deuteron (d),
dikategorikan sebagai partikel bermuatan
alpha (), ion berat (nomor massa > 4).
berat dan partikel bermuatan ringan. Secara
Sementara itu, partikel bermuatan yang
Partikel
bermuatan
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
35
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
terdapat di angkasa luar sangat kompleks,
kecepatan partikel. Distibusi dosis tersebut
yakni proton berenergi menengah dan tinggi,
merupakan hasil dari partikel bermuatan
elektron, partikel alfa dan ion berat energi
sepanjang track-nya 8. Untuk hal yang rumit
tinggi 1. Pengukuran paparan radiasi yang
bahkan lebih, secara spesifik densitas ionisasi
berasal dari partikel bermuatan merupakan
tidak berhubungan dengan linear energy
tantangan yang harus diselesaikan dalam
transfer (LET), tetapi pada nomor atom
dosimetri
partikel Z dan energi E
proteksi.
Untuk
mengetahui
6
. Energi partikel
besarnya paparan radiasi tersebut, dapat
yang bervariasi sepanjang kurva Bragg, dapat
dilakukan dengan menggunakan kombinasi
mempengaruhi nilai efisiensi luminisensi.
dua atau lebih tipe detektor pasif yaitu
Selain dari itu, berkas energi yang lebar dan
detektor optically atau thermally stimulated
membentang
luminescence dan detektor jejak nuklir zat
menyebabkan setiap titik dosis yang diukur
padat (SSNTD, solid state nuclear track
termasuk didalamnya kontribusi dari partikel-
detectors) 2. Detektor-detektor ini harus dapat
partikel dengan energi berbeda.
saling
melengkapi
kurva
Bragg
dosis
hasil
Aluminum oxide yang ditambahkan
bermuatan
yang
karbon (Al2O3:C) merupakan detektor pasif
dibutuhkan. NCRP (National Council on
luminisensi yang sangat sensitif dan telah
Radiation Protection and Measurements)
mapan digunakan dalam memenuhi berbagai
telah merekomendasikan detektor dengan
kebutuhan untuk pemantauan paparan radiasi.
teknologi optically stimulated luminescence
Detektor
(OSL) dan detektor thermally stimulated
sangat mengurangi keberadaan lapisan udara
luminescence
dosimeter
dengan menghasilkan konsentrasi F– dan F+
thermoluminescence) sebagai detektor pasif
pusat mencapai 1017 and 1016 cm−3 secara
yang digunakan untuk linear energy transfer
berurutan
(LET) rendah 3, sedangkan untuk LET tinggi
detektor Al2O3:C yang dapat digunakan
dapat
dengan
untuk dosimeter TL dan OSL telah menjadi
1,4,5
perhatian dalam penelitian dibandingkan
pengukuran
data
sepanjang
partikel
(TLD
dilakukan
atau
pengukuran
menggunakan SSNTD seperti CR-39
.
Detektor luminisensi zat padat yang
Al2O3, pertumbuhan
9,10
kristalnya
. Di samping itu, sebagai
dengan bahan luminesensi lainnya seperti
pengurangan
lithium florida (LiF), kuarsa dll. Dalam
efisiensi dengan peningkatan densitas dalam
makalah ini, dilakukan pengkajian Al2O3:C
medan
dalam medan radiasi partikel bermuatan yang
menunjukkan radiasi
terjadinya menyebabkan
tanggapan
detektor bergantung pada spektrum medan radiasi
6,7
meliputi sensitivitas, fluensi dan efisiensi.
. Secara fisika, penurunan efisiensi
karena ketidak seragaman distribusi dosis
II.
DOSIMETER LUMINISENSI
6
dapat mencapai dosis lebih tinggi dari 10 Gy serta bergantung pada besarnya muatan dan
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
Aluminum oxide yang ditambahkan karbon
(Al2O3:C)
merupakan
dosimeter
36
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
personil dan lingkungan yang sangat sensitif
digunakan sebagai TLD harus mendapatkan
terhadap paparan radiasi pengion dan UV,
perlakuan
tetapi tidak sensitif terhadap pengaruh cahaya,
luminisensi.
sehingga
untuk
annealing juga dibutuhkan panas agar dapat
melindungi dosimeter dari paparan cahaya.
membersihkan dosimeter dari kemungkinan
Belakangan
masih adanya elektron yang terperangkap.
diperlukan ini,
proteksi
penggunaan
dosimeter
panas
untuk
Selain
itu,
pemanasan
menstimulasi dalam
tersebut
proses
Al2O3:C telah menjadi penting dan semakin
Proses
dibutuhkan dalam dosimetri medis dan ruang
menyebabkan
angkasa. Hal ini disebabkan karena dosimeter
perubahan
sensitivitas
Al2O3:C memiliki kelebihan, diantaranya
penurunan
nilai
dapat digunakan sebagai TLD atau dosimeter
dosimeter yang dikenal juga sebagai thermal
OSL, dan tanggapan dosisnya linier sampai
quenching.
10 Gy, serta pemudaran sinyal thermal pada
merupakan permasalahan serius yang secara
OSL dapat diabaikan 11. Sinyal TL dan OSL
krusial bergantung pada laju pemanasan yang
yang berhubungan dengan perangkap utama
digunakan 2. Dan kondisi ini sulit dihindari
dosimetrik, dapat mengukur dosis dengan
karena semenjak dosimeter harus menerima
tepat pada dosis yang lebih rendah dari 1 –
paparan radiasi, TLD akan
10 Gy 12.
penurunan efisiensi dan sensitivitas 15.
dosimeter
mengalami
atau
efisiensi
Thermal
dapat terjadinya
luminisensi
quenching
ini
mengalami
Dosimeter TL dan OSL memiliki beberapa
kelebihan,
diantaranya
adalah
2. Dosimeter OSL Teknologi OSL yang digunakan
berukuran kecil, tidak memerlukan perangkat khusus
selama
terjadi
pemaparan,
untuk dosimeter
merupakan
salah
satu
kemampuan dalam menyimpan dosis terserap
perkembangan dalam dosimetri yang sangat
terhadap waktu, dan tidak terpengaruh oleh
penting. Sebagai detektor zat padat yang
interferensi mekanik atau elektromagnetik.
berukuran kecil, dosimeter OSL memiliki
Dosimeter OSL, dalam proses pembacaan
beberapa kelebihan dibandingkan dengan
hanya membutuhkan waktu beberapa detik,
dosimeter TL. Detektor OSL, disamping
memiliki kemampuan untuk mengevaluasi
memiliki tingkat sensitivitas, presisi dan
ulang informasi dosis dan penggunaannya
ketelitian
sebagai serat optik
yang
tinggi,
juga
dapat
mengestimasi ulang dosis serap, proses
13,14
.
pembacaan data yang cepat, kemungkinan penggambaran dosis dan eliminasi langkah-
1. Dosimeter TL (TLD) TLD
memiliki
catatan
panjang
langkah annealing thermal yang kompleks
sebagai metode yang sukses digunakan
7,15
dalam dosimetri radiasi. Dalam pembacaan
yang memanfaatkan teknologi OSL menjadi
informasi dosis, bahan luminisensi yang
solusi untuk masalah thermal quenching
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
. Dalam pengukuran sinyal TL, prosedur
37
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
karena dalam proses pembacaan dosis tidak
konduksi. Keadaan proses penggabungan
membutuhkan pemanasan bahan dosimeter,
ulang elektron bebas dan lubang atau
dan juga quenching sinyal luminisensi dapat
sebaliknya
akan
menghasilkan
pancaran
16
2
luminisensi .
dihindarkan . Intensitas yang diberikan oleh OSL disebut juga sebagai sinyal OSL yang nilainya sebanding dengan jumlah energi yang diserap detektor. Pada detektor OSL, proses OSL terjadi antara pita konduksi dan pita valensi sama seperti yang terjadi dalam proses
thermoluminisensi.
terlokalisir
antara
bagian
Cacat bawah
yang pita
konduksi dengan level Fermi disebut sebagai perangkap
elektron,
dan
merupakan
perangkap yang dapat melokalisasi elektron bebas berpindah dalam pita konduksi. Pada sisi lain, cacat yang terlokalisir pada bagian atas pita valensi dengan level Fermi disebut sebagai perangkap lubang (hole traps), dan dapat melokalisasi perangkap bebas dalam
Gambar 1. Diagram pita yang menggambarkan peristiwa OSL (elektron : lingkaran penuh dan lubang : lingkaran kosong), dengan Ee adalah energi aktivasi perangkap electron dan Eh energi aktivasi lubang [16].
pita valensi. Diagram pita proses OSL yang terjadi pada detektor dapat dilihat pada Gambar 1 16. Detektor OSL yang mengalami proses radiasi ionisasi akan menimbulkan pasangan elektron-lubang yaitu perpindahan elektron bebas dalam pita konduksi dan lubang dalam pita valensi. Cacat yang ada pada bahan sebelum dan sesudah terjadinya proses radiasi ionisasi dapat melokalisir elektron bebas dan lubang. Setelah proses radiasi selesai, lubang dan elektron tersisa akan terperangkap dalam suatu keadaan metastabil. Dalam proses stimulasi, cahaya yang diberikan dengan panjang gelombang yang sesuai akan menyebabkan elektron mengalami transisi dari perangkap ke pita
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
III. KARAKTERISTIK DOSIMETER Penggunaan dosimeter OSL untuk mengukur dosis partikel bermuatan, terlebih dahulu harus memahami mekanisme deposisi energi dalam bahan luminisensi, dan proses yang menghasilkan cahaya selama stimulasi optik.
Deposisi
energi
oleh
partikel
bermuatan merupakan karakteristik yang ekstrim dan ketidakseragaman, seperti, dosis tinggi ditemukan sepanjang jejak partikel dan dosis rendah ditemukan dalam daerah antar jejak. Selama stimulasi optik untuk OSL atau stimulasi thermal untuk TL, muatan yang dibebaskan
yang
berpindah
dari
pusat
perangkap ke pusat penggabungan ulang
38
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
akan
menghasilkan
emisi
luminisensi.
untuk dipahami, bahwa peningkatan jumlah
dari
pengisian elektron dari semua perangkap
sinyal
(perangkap dangkal, utama dan perangkap
luminisensi yang sebanding dengan fluensi
terdalam) lebih banyak elektron melalui
partikel bermuatan daripada fluensi tertentu
kombinasi
menjadi supralinier pada fluensi lebih tinggi
penurunan laju perangkap dan peningkatan
sebelum
konsentrasi F+-pusat.
Ekspektasi beberapa
proses
batas
luminisensi efek
normal
yang 6
muncul
merupakan
efek
saturasi
luaran
17
. Supralinieritas merupakan
kompetisi
dimana
hasil
proses
ulang
sehubungan
dengan
Penurunan respon Al2O3:C setelah saturasi dalam literatur dapat diabaikan,
perangkap muatan dalam emisi cahaya
namun
demikian
sensitivitas
bahan
berkurang (per dosis serap) pada fluensi
dipengaruhi oleh konsentrasi pusat kombinasi
rendah.
ulang (F+-pusat) dan konsentrasi ini dapat bervariasi dengan perangkap atau pelepasan
Sensitivitas dosimeter Respon Al2O3:C pada dosis tinggi memperlihatkan perilaku supralinier TL dan OSL yang berhubungan dengan peningkatan sensitivitas, sedangkan penurunan respon setelah
terjadi
keadaan
saturasi
yang
berhubungan dengan penurunan sensitivitas 18,19
. Supralinieritas biasanya diamati pada
bahan-bahan luminisensi dan secara umum dapat dipahami dalam kaitannya dengan mekanisme perbedaan yang ada. Sensitisasi dan supralinieritas Al2O3:C dapat terjadi sebagai peningkatan dosis yang memiliki (1) ketika perangkap elektron bagian dalam yang terisi sedikit, misalnya lebih banyak elektron yang terjerat di dalam perangkap dosimetrik utama
(selama
tahap
iradiasi)
atau
rekombinasi dengan F+-pusat (selama tahap pembacaan), (2) ketika elektron terperangkap sebagai ganti kombinasi ulang F+-pusat yang meningkat,
menghasilkan
lebih
banyak
kombinasi ulang pusat yang tersedia selama tahap proses pembacaan. Hal yang penting
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
pembawa muatan dari tingkat energi dalam (Gambar 2). Sementara itu, penurunan kurva pertumbuhan disebabkan oleh penurunan konsentrasi F+-pusat 10,20 dan ini kelihatannya yang
ditetapkan
dengan
data
pada
+
penyerapan optik oleh F -pusat sebagai fungsi dosis 18. Penurunan yang terjadi dalam sensitivitas oleh penuruanan konsentrasi F+pusat,
kemungkinan
disebabkan
oleh
penangkapan lubang di tingkat perangkap tidak stabil pada 600C. Pendapat ini didukung oleh kenyataan bahwa peningkatan konsentrasi F+-pusat yang diungkapkan oleh pengukuran
serapan
optik
dan
pada
sensitivitas yang diamati dalam penelitian temperatur annealing ~ 600C
18,19
.
Perubahan dalam sensitivitas TL dan OSL yang diamati, tergantung pada pengisian perangkap
elektron
bagian
dalam
dan
perangkap lubang yang dihubungkan dengan konsentrasi F+-pusat. Untuk dosis sampai dengan ~ 10 Gy, sensitisasi dan supraliniritas dengan penurunan dalam kongkurensi oleh
39
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
perangkap elektron yang terdalam terlihat
dosis tinggi dan setiap partikel memiliki
dominan. Pada dosis tinggi (>10 Gy),
kurva peluruhan yang sama dengan pola
+
penurunan sensitivitas dan konsentrasi F -
distribusi dosis yang juga sama pada setiap
pusat kemungkinan pada lokalisasi lubang
kasus 22. Bentuk kurva respon fluensi Al2O3:C
pada perangkap lubang terdalam yang tifak
yang dipapari dengan partikel bermuatan
stabil.
ditunjukan pada Gambar 4. Dosis gamma yang
digambarkan
merepresentasikan
pada dosis
Gambar serap
4
gamma
Al2O3:C dalam air yang diperlukan untuk menghasilkan sinyal OSL yang sama ketika dipapari partikel bermuatan. Dari interaksi track, sublinieritas kurva pertumbuhan OSL yang diamati untuk partikel fluensi tinggi Gambar 2. Sinyal tiga sampel OSL Al2O3:C sebagi fungsi dari pre-dose 19,21.
dapat diharapkan dalam semua kasus.
Respon Fluensi Kurva OSL Al2O3:C yang diiradiasi dengan partikel bermuatan yang berbeda ditunjukan pada Gambar 3. Setiap kurva dinormalisasikan ke intensitas awal yang sama untuk membandingkan bentuk kurva. Hal ini dapat diamati bahwa proses peluruhan OSL lebih cepat untuk dosimeter yang diiradiasi
dengan
partikel
bermuatan
dibandingkan dengan iradiasi beta. Menurut penelitian E.G. Yukihara
21
menunjukan
bahwa tingkat peluruhan OSL berhubungan dengan
dosis
yang
diberikan.
Kurva
peluruhan pada dosis tinggi lebih cepat ketika terjadi peningkatan dosis, dan hal ini dapat
Gambar 3. Kurva OSL Al2O3:C yang dipapari partikel bermuatan dengan beberapa variasi dosis, 35 Gy (4 MeV proton), 46 Gy (2 MeV proton), 45 Gy (1 MeV proton), 40 Gy (13 MeV carbon), 346 Gy (10 MeV oxygen) dan 0,27 Gy (beta) 22.
teramati untuk dosis antara > 10 Gy – 500 Gy. Untuk dosis yang lebih besar dari 500 Gy, seluruh kurva peluruhan OSL menunjukkan indikasi peluruhan yang sama. Data OSL pada Gambar 3 merupakan karakteristik
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
40
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
sinyal dengan dosis referensi DR pada respon dosis linier. Efisiensi ini juga diketahui 6
sebagai fungsi respon dosis supralinieritas
atau faktor
25
. Pada Gambar 5b, efisiensi
TL dan OSL dari Al2O3:C terhadap LET untuk iradiasi partikel bermuatan berat. Efisiensi
didefinisikan
HCP,=
sebagai
(SHCP/DHCP)/(S/D), dengan dosis referensi D diperoleh dari dosis gamma 60Co 21. Efisiensi partikel bermuatan berat pada Gambar 5b Gambar 4. Kurva respon fluensi OSL Al2O3:C untuk partikel bermuatan dengan nilai LET yang berbeda 22.
juga
menunjukkan
ketergantungan
pada
teknik dan sinyal pembacaan. Hal ini berhubungan dengan fakta bahwa iradiasi partikel bermuatan berat akan menghasilkan kepadatan pada daerah ionisasi tinggi. Dalam
Efisiensi dosimeter TL dan OSL Pada efisiensi
ionisasi
relatif
TL
densitas dan
tinggi,
OSL
yaitu
luminisensi per unit dosis dibandingkan dengan dosis referensi atau jenis radiasi, secara umum dapat mengurangi kejenuhan perangkap utama dosimetrik. Bagaimanapun perubahan yang terjadi pada sensitivitas dosimeter, juga mempengaruhi nilai efisiensi. Nilai efisiensi yang dapat terjadi sehubungan dengan
peningkatan
terutama elektron penurunan dengan
karena bagian
dalam
sensitivitas,
pengisian
perangkap
dalam.
efisiensi penurunan
yang
Di
sisi
lain,
dihubungkan
sensitivitas
yang
disebabkan oleh pengisian perangkap lubang yang dalam 24. Gambar 5 menunjukkan efisiensi TL dan OSL dosis tinggi f(D) dan partikel bermuatan
berat
(HCP)
dari
Al2O3:C.
Efisiensi TL dan OSL dari Al2O3:C terhadap dosis serap pada Gambar 5a, didefinisikan sebagai f(D) = (S/D)/(SR/DR), dimana S
perkiraan pertama, nilai efisiensi merupakan hasil dari kombinasi dosis D(r) jejak partikel bermuatan berat dan efisiensi perbedaan dosis f(D) untuk radiasi LETrendah 26. Secara umum,
ketika
radiasi
LET
meningkat,
efisiensi terhadap faktor saturasi perangkap utama dosimetrik dan menurun pada jejak F+pusat. Respon yang berlebihan dari partikel bermuatan
berat
dapat
juga
diamati
sehubungan dengan supralinieritas dosisrespon untuk nilai f(D) > 1
27
seperti dapat
dilihat pada Gambar 5a. Pada
Gambar
5a,
perlu
juga
mengamati bahwa f(D) untuk TL dan OSL hanya memiliki sedikit perbedaan selama mekanisme tidak mempengaruhi proses TL dan OSL. Dalam kasus OSL, f(D) untuk total area dan intensitas awal yang berbeda secara signifikan, juga terlihat pada perubahan bentuk kurva OSL dan area total OSL yang tidak proposional terhadap intensitas awal pada seluruh dosis.
merupakan sinyal dengan dosis D dan SR
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
41
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
IV. KESIMPULAN Dalam
pengukuran
sinyal
TL,
thermal quenching merupakan permasalahan serius yang secara krusial sangat bergantung pada laju pemanasan bahan luminisensi. Pemanfaatan teknologi OSL telah menjadi solusi yang dapat menyelesaikan masalah thermal quenching, karena dalam proses (a)
pembacaan dosis tidak dibutuhkan stimulasi panas. Bahan
yang
digunakan
untuk
dosimeter, teknik pengukuran dan pemilihan sinyal
merupakan
faktor-faktor
yang
memiliki peranan penting dalam menentukan efisiensi. Dalam kasus sinyal OSL pada dosimeter Al2O3:C dengan gelombang yang kontinyu memperlihatkan bentuk kurva yang (b) Gambar 5. Efisiensi TL dan OSL dosimeter Al2O3:C terhadap dosis serap (a) dan terhadap LET iradiasi partikel muatan berat (b) 21.
bergantung
pada
jenis (b)
radiasi.
Pada
LET
dapat
prinsipnya
kebergantungan
digunakan
untuk memisahkan
informasi
relatif dari LET yang berasal dari medan radiasi tidak diketahui. Perbedaan efisiensi antara teknik dan bahan dosimeter yang berbeda berhubungan dengan tanggapan dosis yang bersesuaian dengan dosis tinggi dari radiasi LET rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 5. Kurva efisiensi OSL Al2O3:C untuk partikel bermuatan energi rendah ( intensitas awal dan integrasi) 22.
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
1. GAZA, R., YUKIHARA, E.G., and McKEEVER, S.W.S, (2006), The use of optically stimulated luminescence from Al2O3:C in the dosimetry of high-energy heavy charged particle fields, Radiat. Prot. Dosim. 120, pp. 354–357. 2. McKEEVER, S. W. S., BENTON, E.R., GAZA, R., SAWAKUCHI, G.O., and YUKIHARA, E.G. (2007), Passive space radiation dosimetry using optically
42
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
stimulated luminescence and plastic nuclear track detectors. Radiat. Meas. (to be submitted). 3. NATIONAL COUNCIL ON RADIATION PROTECTION AND MEASUREMENTS, (2002), Operational radiation safety program for astronauts in low-earth orbit: a basic framework. NCRP Report 142 (Bethesda, MD: NCRP). 4. ZHOU, D., SEMONES, E., GAZA, R., JOHNSON, S., ZAPP, N. AND WEYLAND, M., Radiation measured for ISS-Expedition 12 with different dosimeters (2007). Nucl. Instr. Meth. Phys. Res. A 580 pp. pp. 1283-1289. 5. GHERGHEREHCHI, M., AFARIDEH, H., MARAGHE, G.M., MOHAMMADZADEH, A., ESMAEILNEZHAD, M., Proton beam dosimetry by CR-39 track-etched detector (2008), Iran. J. Radiat. Res. 6, pp. 113-120.
luminescence dosimetry. Radiat. Prot. Dosim. 84, pp. 163-168. 11. SAWAKUCHI, G.O., YUKIHARA, E.G., McKEEVER, S.W.S., BENTON, E.R., GAZA, R., UCHIHORI, Y., YASUDA, N. AND KITAMURA, H. (2008), Relative optically stimulated luminescence and thermoluminescence efficiencies of Al2O3:C dosimeters to heavy charged particles with energies relevant to space and radiotherapy dosimetry, Journ. Appl. Phys. 104, 124903. 12. MARKEY, B.G., COLYOTT, L.E. and McKEEVER, S.W.S. (1995), Timeresolved optically stimulated luminescence from -Al2O3:C, Radiat. Meas. 24, pp. 457-463. 13. AKSELROD, M.S. and McKEEVER, S.W.S. (1999), A radiation dosimetry method using pulsed optically stimulated luminescence, Radiat. Prot. Dosim. 81, pp. 167-176.
6. HOROWITZ, Y.S. (1981), The theoretical and microdosimetric basis of thermoluminescence and applications to dosimetry. Phys. Med. Biol. 26, pp. 765– 824.
14. POLF, J.C. YUKIHARA, E.G. AKSELROD, M.S. and McKEEVER S.W.S. (2004), Real-time luminescence from Al2O3 fiber dosimeters, Radiat. Meas. 38, pp. 227-240.
7. YUKIHARA, E.G., SAWAKUCHI, G.O., GUDURU, S., MCKEEVER, S.W.S., GAZA, R., BENTON, E.R., YASUDA, N., UCHIHORI, Y., AND KITAMURA, H. (2006), Application of the optically stimulated luminescence (OSL) technique in space dosimetry. Radiat. Meas. 41, pp. 1126-1135.
15. McKEEVER, S.W.S., and MOSCOVITCH, M. (2003), On the advantages and disadvantages of optically stimulated luminescence dosimetry and thermoluminescence dosimetry. Radiat. Prot. Dosim. 104, 263–270.
8. BUTTS, J.J., AND R. KATZ (1967), Theory of RBE for heavy ion bombardment of dry enzymes and viruses. Radiat. Res. 30, pp. 855–871. 9. AKSELROD, M.S., KORTOV, V.S., (1990), Thermoluminescent and exoemission properties of new highsensitivity TLD -Al2O3:C crystals. Radiat. Prot. Dosim. 33, pp. 123-126. 10. McKEEVER, S.W.S., AKSELROD, M.S., COLYOTT, L.E., Agersnap Larsen, N., Polf, J.C., Whitley, V. (1999), Characterisation of Al2O3 for use in thermally and optically stimulated PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
16. BØTTER-JENSEN, L., McKEEVER, S.W. S. AND WINTLE, A. G. (2003), Optically stimulated luminescence dosimetry. Elsevier, The Netherlands. 17. KALEF-EZRA, J. AND HOROWITZ, Y.S. (1982), Heavy charge particle thermoluminescence dosimetry: track structure theory and experiments. Int. J. Appl. Radiat. Isot. 33, 1085-1100. 18. YUKIHARA, E.G., WHITLEY, V.H., POLF, J.C., KLEIN, D.M., McKEEVER, S.W.S., AKSELROD, A.E. AND AKSELROD, M.S. (2003), The effect of deep trap population on the
43
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
thermoluminescence of Al2O3:C. Radiat. Meas. 37, pp. 627-638. 19. YUKIHARA, E.G., WHITLEY, V.H., McKEEVER, S.W.S., AKSELROD, A.E. AND AKSELROD, M.S. (2004), Effect of high-dose irradiation on the optically stimulated luminescence of Al2O3:C. Radiat. Meas. 38, pp. 317-330 20. CHITHAMBO, M.L., SENDEZERA, E.J. AND DAVIDSON, A.T. (2002), A preliminary thermoluminescence and positron ennihilation study of -Al2O3:C. Radiat. Prot. Dosim. 100, pp. 269-272. 21. YUKIHARA, E.G., GAZA, R., McKEEVER, S.W.S. AND SOARES, C.G. (2004), Optically stimulated luminescence and thermoluminescence efficiencies for high-energy heavy charged particle irradiation in Al2O3:C. Radiat. Meas. 38, pp. 59-70. 22. GAZA, R., YUKIHARA, E.G., McKEEVER, S.W.S., AVILA, O., BUENFIL, AE, GAMBOA-DEBUEN, I., RODRIGUEZ-VILLAFUERTE, M., RUIZ-TREJO, C AND BRANDAN, ME. (2006), Ionisation density dependence of the optically stimulated luminescence dose–response of Al2O3:C to low-energy charged particles, Radiat. Prot. Dosim 119, pp. 375-379. 23. BRANDAN, M. E., GAMBOADEBUEN, I. AND RODRIGUEZVILLAFUERTE (2002), Thermoluminescence induced by heavy charged particles. Radiat. Protect. Dosim. 100, pp. 39-44 24. YUKIHARA, E.G., AND McKEEVER. S.W.S. (2006), Ionization density dependence of the optically and thermally stimulated luminescence from Al2O3:C. Radiat. Prot. Dosim. 119, pp. 206-217. 25. CHEN, R. and McKEEVER, S.W.S. (1997), Theory of Thermoluminescence and Related Phenomena. (Singapore: World Scientific). 26. AVILA, O., GAMBOA-DEBUEN, I. AND BRANDAN, M. E. (1999), Study of the energy deposition in LiF by heavy charged particle irradiation and its PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
relation to the thermoluminescent efficiency of the material. J. Phys. D Appl. Phys. 32, pp. 1175-1181. 27. YASUDA, H. AND KOBAYASHI, I. (2001), Optically stimulated luminescence from Al2O3:C irradiated with relativistic heavy ions. Radiat. Prot. Dosim. 95, pp. 339-343. TANYA JAWAB 1. Penanya : Egnes Ekaranti - PTKMR Pertanyaan : 1. Apakah kemungkinan radiasi masih terperangkap di dalam TLD walaupun TLD telah mengalami pemanasan (annealing) misalnya pada contoh kasus TLD yang menerima dosis tinggi? Jawaban : Hasnel Sofyan 1. Secara teori, setelah proses annealing, TLD akan bersih dari kemungkinan elektron yang terperangkap. 2. Penanya : M Muhadzis G Pertanyaan : 1. Pada dosimeter TL, berapa suhu minimal agar dapat mendeteksi? 2. Landaner Aluminium Oxide manufacturing, selain pabrikan dari Landaner adakah pabrikan lain? 3. Karakteristik fisik Al2O3:C ? Jawaban : Hasnel Sofyan 1. Untuk mendeteksi dalam suhu kamar dapat dilakukan, tetapi untuk proses pembacaan suhu yang dibutuhkan tergantung pada jenis TLD. 2. Tidak ada, yang lain masih dalam skala laboratorium. 3. Kristal, chips dan batangan. 3. Penanya : Suryo - BAPETEN Pertanyaan : 1. Apakah pernah dilakukan perbandingan tingkat respon antara Al2O3:C dengan LiF (TLD 100) untuk kondisi eksposi yang sama? 2. Hasilnya yang mana yang lebih baik? Jawaban : Hasnel Sofyan 1. Belum pernah. 2. TLD Al2O3:C dibanding LiF (TLD 100), lebih sensitif TLD 100 sehingga banyak digunakan untuk medis.
44
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
45