KAJIAN REKOMENDASI PEMUPUKAN P DAN K UNTUK TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING Syafruddin, Saidah, A. Ardjanhar, C. Manopo, dan Diah Setyiorini Abstrak Pruduktivitas jagung di Provinsi Sulawesi Tengah, masih sangat rendah. Hal ini merupakan suatu tantangan sekaligus peluang dalam pengembangan jagung daerah ini. Pemupukan yang rasional dengan mengacu pada kondidisi tanah dan kebutuhan tanaman dapat menghemat devisa dan meningkatkan efisiensi usahatani sekaligus mengurangi dampak negatif penggunaan pupuk kimia sehingga kelestartian sumberdaya lahan (tanah) dapat terjaga. Uji tanah merupakan salah satu pendekatan dalam penetapan rekomendasi pemupukan yang rasional dan relatif cepat pelaksanaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah menetapkan rekomendasi pupuk P dan K di lahan kering untuk tanaman jagung yang lebih rasional dan spesifik lokasi. Penelitian dilaksanakan selama dua tahun. Tahun pertama dilaksanakan penjajakan status hara hara dan pembuatan status hara P dan K melalui penjenuhan berdasarkan erapan tanah. Dan tahun kedua dilanjutkan dengan pengkajian lapangan yang terdiri dari tiga tahap yakni: 1). Studi korelasi, 2). Uji kalibrasi dan penentuan kelas ketersediaan hara P dan K dan 3). Penyusunan rekomendasi pemupukan P dan K. Pengamatan terhadap pertumbuhan dan hasil memperlihatkan adanya pengaruh interaksi dengan hasil terbaik 6, 22 t/ha pada perlakuan P dan 7, 26 t/ha pada perlakuan K. Kelas ketersediaan hara dan respon tanaman terbagi atas tiga kelas masing-masing rendah, sedang dan tinggi dengan metode/pengekstrak yang berkorelasi sangat baik adalah Truogh, Colwell dan Bray 1 untuk P dan hanya Mechlich untuk K. Takaran pupuk optimum pada masing-masing perlakuan yaitu: P terdiri dari status sangat rendah 77 kg P2O5 /ha (setara dengan 200 kg SP 36/ha atau 170 kg TSP/ha) ; rendah sebanyak 76 kg P2O5 /ha (setara dengan 200 kg SP 36/ ha atau 170 kg TSP/ha); status sedang sebanyak 41 kg P2O5 /ha (setara dengan 113 kg SP 36/ha atau 90 kg TSP/ha) dan status tinggi hingga sangat tinggi tidak membutuhkan pupuk P. K terdiri dari status sangat rendah sebanyak 72 kg K2O/ha (setara dengan 120 kg KCl) status rendah hingga tinggi sebanyak 43 - 49 kg K2O /ha (setara dengan 80 kg KCl/ha) dan status sangat tinggi sebanyak 25 kg K2O /ha (setara dengan 40 kg KCl/ha) Kata Kunci: Jagung Lahan kering dan pemupukan P dan K
Lap PK 04.doc
1
1. LATAR BELAKANG Program ketahanan pangan dalam artian jumlah yang cukup, kualitas baik, distribusi cepat, dan dapat dijangkau oleh petani dan masyarakat pada umumnya. Program ini dihadapkan pada laju pertumbuhan penduduk yang cepat, terjadinya penciutan lahan sawah yang subur dan terjadinya stagnasi produktivitas lahan sawah intensifikasi serta kebiasaan masyarakat makan beras sebagai bahan makanan pokok (Adiningsih, 1992; Sutanto, 1997; Fagi et. al., 2002). Jagung merupakan komoditi pertanian yang berpeluang sebagai komoditi pangan alternatif dan sebagai bahan baku industri pakan dan makanan ringan. Sampai saat ini, tanaman jagung masih belum dimanfaat secara optimal. Potensi lahan kering di Sulawesi Tengah yang dapat dikembangkan untuk usahatani jagung cukup besar. Hasil pengamatan Fagi et al, (1993) meyimpulkan bahwa lahan kering di Sulawesi Tengah menduduki proporsi yang cukup besar yaitu sekitar 2/3 dari luas areal Sulawesi Tengah. Syafruddin et al, (1999) melaporkan bahwa lahan kering yang dapat di kembangkan untuk pertaniaan di Sulawesi Tengah sekitar 286.600 ha dan 79.862 ha atau sekitar 27,86 % dari luas lahan kering yang ada berada di Kabupaten Donggala. Untuk mendapatkan produksi jagung yang optimum seharusnya pemberian pupuk didasarkan pada suatu rekomendasi yang rasional dengan merujuk pada kebutuhan tanaman dan kemampuan tanah menyediakan unsur hara, sifat tanah, kualitas
air
pengairan
dan pengelolaan oleh petani. Pendekatan ini dapat
dilaksanakan dengan baik dan menguntungkan bila rekomendasi pemupukan
Lap PK 04.doc
2
didasarkan pada uji tanah.
Pendekatan uji tanah sebagai dasar rekomendasi
pemupukan telah dilaksanakan dengan baik dan berhasil di berbagai tempat seiring dengan kondisi IPTEK yang maju dan berkembang. Hasil penelitian sebelumnya menunjukan bahwa kadar hara P dan K rendah diperoleh dari tanah asal desa Petimbe Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala (Syafruddin, dkk, 2004) Peningkatan produksi dan pengusahaan tanaman ini secara luas yang di sertai dengan penerapan teknologi pemupukan spesifik lokasi merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pangan dan industri pakan ternak yang cenderung makin meningkat. Agar sasaran tersebut dapat dicapai, maka peningkatan produksi perlu dibarengi dengan penanganan/pengolahan hasil. Peluang pemanfaatan komoditas tersebut adalah dapat digunakan sebagai bahan pangan dan industri pakan ternak. Dari kondisi tersebut di atas, maka perlu dipikirkan suatu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan penetapan rekomendasi pemupukan P dan K agar produktivitas yang tinggi dapat dicapai tanpa merusak lingkungan tanah sebagai media tumbuh tanaman sekaligus mendukung program ketahanan pangan secara lokal dan nasional sehingga dapat menyumbang terhadap PDRB daerah. 2. DASAR PERTIMBANGAN Permintaan pupuk sub sektor tanaman pangan terus meningkat seiring dengan meningkatnya luas panen, takaran, dan jenis pupuk yang digunakan untuk mempertahankan swasembada pangan.
Sampai saat ini pupuk belum digunakan
secara rasional sesuai kebutuhan tanaman dan kemampuan tanah menyediakan unsur
Lap PK 04.doc
3
hara. Pemupukan yang rasional dan berimbang dapat tercapai apabila memperhatikan status dan dinamika hara tersebut didalam tanah serta kebutuhan tanaman akan hara tersebut untuk mencapai produksi optimum. Pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menguntungkan bila rekomendasi pemupukan didasarkan pada uji tanah. Secara umum uji tanah adalah suatu kegiatan analisis kimia yang sederhana, cepat, murah, tepat dan dapat diulang (reproduceable) untuk menduga ketersediaan hara tertentu dalam tanah dalam hubungannya dengan kebutuhan hara tertentu. Pada dasarnya tahapan kegiatan uji tanah meliputi : (1) pengambilan contoh tanah yang benar dan dapat mewakili lokasi yang diminta rekomendasinya; (2) analisis kimia di laboratorium dengan menggunakan metoda yang tepat dan teruji; (3) interpretasi hasil analisis; dan (4) rekomendasi pemupukan (Melsted dan Peck, 1973; Widjaya-Adhi, 1985). Tahap 2 biasanya dilakukan berdasarkan hasil penelitian korelasi, sedangkan tahap 3 dan 4 berdasarkan hasil penelitian kalibrasi uji tanah di lapang. Nilai uji tanah tidak akan berarti apabila tidak ada hasil penelitian korelasi dan kalibrasi uji tanah. Penelitian korelasi uji tanah menghasilkan metoda ekstraksi terpilih untuk suatu tanaman pada suatu tanah di lokasi yang spesifik.
Selanjutnya untuk
menentukan hubungan antara kadar hara dalam tanah dengan tanggap tanaman dan kebutuhan pupuk, diperlukan penelitian kalibrasi uji tanah di lapang. Hasil penelitian kalibrasi digunakan sebagai dasar untuk menginterpretasi data uji tanah dalam menyusun rekomendasi pemupukan.
Lap PK 04.doc
Penelitian kalibrasi pada prinsipnya adalah
4
mempelajari respon tanaman terhadap pemberian suatu hara (dalam bentuk pupuk) pada berbagai status hara tanah (dari status hara sangat rendah hingga sangat tinggi). Penelitian kalibrasi uji tanah dapat dilakukan melalui pendekatan lokasi tunggal dan lokasi banyak. Pendekatan lokasi tunggal dilakukan melalui dua tahap penelitian, yaitu : tahap pertama membuat status hara buatan dari sangat rendah hingga sangat tinggi dan tahap kedua melaksanakan percobaan pemupukan pada berbagai status hara tanah yang dihasilkan pada tahap pertama.
Sedangkan
pendekatan lokasi banyak dilakukan dengan memilih sejumlah lokasi percobaan yang mempunyai sebaran nilai uji tanah dari sangat
rendah hingga sangat tinggi.
Selanjutnya percobaan pemupukan diletakkan di setiap lokasi tersebut. Hasil penelitian kalibrasi digunakan untuk menentukan batas kritis suatu hara atau kelas ketersediaan hara tersebut untuk suatu tanaman pada tanah tertentu. Penentuan kelas ketersediaan hara dapat digunakan metoda grafik Cate dan Nelson (1965).
Metoda ini hanya dapat menentukan nilai kritis untuk suatu uji tanah.
Sebaran nilai uji tanah terhadap tanggap tanaman hanya dapat dibedakan dua kelompok, yaitu lebih rendah dan lebih tinggi dari nilai kritis. Untuk memperhalus rekomendasi diperlukan pembedaan nilai uji tanah ke dalam lebih dari dua kelas. Metoda analisis keragaman yang dimodifikasi adalah salah satu alternatif yang dapat dipergunakan (Widjaya-Adhi, 1986). Penyusunan
rekomendasi
pemupukan
berdasarkan
uji
tanah
dapat
dilaksanakan dengan menggunakan beberapa cara. Cara tersebut adalah : (1) kurva respon pemupukan untuk masing-masing kelas uji tanah atau disebut kurva umum
Lap PK 04.doc
5
(generalized curve), (2) kurva hubungan nilai uji tanah dan respon pemupukan yang memberikan taraf kecukupan (sufficiency level), dan (3) kurva ekstraksi atau kurva erapan dan kebutuhan eksternal (external requirement).
Penelitian ini akan
menggunakan cara pertama yaitu kurva umum. Hasil-hasil penelitian kalibrasi uji tanah menunjukkan bahwa batas kritis P untuk lahan kering tergantung pada jenis tanah dan tanaman. Untuk jagung yang ditanam di Typic Paleudults diperoleh batas kritis 3.5 ppm P dengan metode olsen, 5 ppm P dengan metode Bray-1 dan 6 ppm P dengan metode Troug yang dimodifikasi. Untuk jagung yang ditanam di Tropeptic Eutrustox diperoleh batas kritis 5 ppm P dengan metode Olsen dan Bray-1, serta 12 ppm P dengan metode Troug yang dimodifikasi (Widjaya Adhi dan Silva, 1986).
TUJUAN, KELUARAN, DAN MANFAAT 1. TUJUAN Menyusun rekomendasi pemupukan P dan K di lahan kering untuk tanaman jagung yang lebih rasional dan spesifik lokasi untuk setiap kelas status hara berdasarkan kurva respon umum di setiap kelas uji tanah. 2. LUARAN Rekomendasi pemupukan P untuk tanaman jagung di lahan kering yang lebih rasional dan efisien berdasarkan status hara tanah yang dapat menghemat kebutuhan pupuk dan mengurangi resiko pencemaran lingkungan akibat pemupukan yang berlebihan.
Lap PK 04.doc
6
3. MANFAAT Penggunaan pupuk P dan K yang rasional dan efisien untuk pertanaman jagung pada berbagai status hara P dan K pada lahan kering.
METODOLOGI Lokasi pengkajian didasarkan pada hasil analisis hara K dan P di wilayah Kabupaten Donggala yang telah ditetapkan pada tahun 2003 yaitu Desa Petimbe Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala. Penelitian
ini
akan
menggunakan
pendekatan lokasi tunggal (single location), yaitu dengan membuat status hara tanah buatan dari sangat rendah hingga sangat tinggi, lalu melaksanakan percobaan pemupukan pada setiap status hara tanah. Kelas ketersediaan hara P dan K tanah ditentukan dengan menggunakan metode analisis keragaman yang dimodifikasi (Nelson dan Anderson, 1977).
Selanjutnya rekomendasi pemupukan disusun
berdasarkan kurva respon umum disetiap kelas uji tanah.
Adapun tahapan
pelaksanaanya adalah sebagai berikut : 1. Studi Korelasi Lokasi
:
Lokasi percobaan
ditetapkan berdasarkan kadar P
dan K tanah yang rendah dari hasil kegiatan tahun 2003 yaitu desa Petimbe Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala. Pendekatan penelitian
: Lokasi tunggal ( single site location )
Rancangan percobaan
: Petak terpisah dengan 3 ulangan.
Lap PK 04.doc
7
Petak utama
:
status P dan K
buatan
mulai dari sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Anak petak
: takaran pupuk P dan K dari 0, 20 ; 40; 80; dan 160 kg P/ha.
Tanaman indikator
: Jagung ( varietas Sukmaraga)
Parameter
:
1. Tinggi tanaman umur 6 MST dan saat menjelang panen 2. Berat kering brangkasan, klobot, dan bobot 100 biji 3. Serapan hara P dan K tanaman 4. Tanah : P dan K terekstrak HCl 25%, Bray 1, Bray 2, Truogh, Mechlich 1, Olsen, NH 4 O Ac pH 7 dan Colwell. 5. Hasil Panen (t/ha)
2. Uji kalibrasi dan Penentuan Kelas Ketersediaan Hara P dan K Kelas ketersediaan hara P dan K tanah ditentukan dengan metode analisis keragaman yang dimodifikasi (Nelson dan Anderson, 1977). Prosedurnya adalah sebagai berikut : (1) Menghitung Δ Ymaks; Δ Ymaks = (Ymaks -Y0) dimana Ymaks adalah hasil biji kering maksimum dan Yo adalah hasil biji kering pada perlakuan tanpa pemberian pupuk. (2) Menyusun data menurut peningkatan nilai uji tanah. (3) Mengelompokkan data ke dalam beberapa kelompok ΔYmaks dengan dasar pertimbangan di dalam menarik batas sub kelompok sebagai berikut : Lap PK 04.doc
8
(a)
harus terdapat penurunan cukup besar dari ΔYmaks antara nilai sebelah menyebelah batas pemisah dan rata-rata ΔYmaks harus naik,
(b)
batas pemisah tidak ditarik antara dua nilai uji tanah yang sama atau hampir sama, dan
(c)
anggota kelompok sekurang-kurangnya dua.
(4) Menghitung pasangan data (ni), simpangan baku (Si), dan rata-rata ΔYmaks i dari kelompok ke i dan S gabungan (pooled S) dari semua kelompok. (5) Menguji perbedaan antara dua ΔYmaks rata-rata dari kelompok yang berurutan dengan uji t-student satu arah dengan rumus : t = (ΔYmaks i - ΔYmaks i + 1 )/ S (1/ni + 1/ni+1)0.5, bila perbedaan ΔYmaks rata-rata antara dua kelompok yang berurutan tidak nyata, maka kedua kelompok digabung menjadi satu. Berdasarkan jumlah kelompok baru, prosedur kembali ke langkah 4 dan terus ke langkah 5. Hal ini diulang terus sampai perbedaan nilai rata-rata antara dua kelompok yang berurutan nyata. 3. Penyusunan Rekomendasi Pemupukan P dan K Data respon tanaman terhadap pemupukan P dan K pada setiap tingkat status hara P tanah diperoleh dari percobaan kalibrasi. Selanjutnya kurva respon umum dari setiap kelas uji tanah ditentukan dengan menggunakan analisis regresi. Analisis regresi terhadap biji kering dari tiap kelompok uji tanah dihitung dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least square), yaitu dengan meminimumkan jumlah kuadrat dari sisaan. Asumsi yang mendasari metode ini
Lap PK 04.doc
9
adalah sisaannya menyebar normal, bebas dan ragam sama. Persamaan regresinya adalah : Y = a + bx - cx2 dimana : a, b, c
= koefisien regresi
X
= dosis pupuk P atau K, dan
Y
= hasil biji kering
4. Analisis Usahatani Untuk melihat apakah suatu kegiatan usahatani yang dilaksanakan dapat bermanfaat maka perlu dilakukan analisis usahatani agar efesiensi usahatani dapat diukur. Menurut Soekartawi (1995) terdapat beberapa macam analisis yang dapat digunakan, diantaranya analisis R/C (Return Cost Ratio) dengan rumus matematiknya sebagai berikut : a = R/C dimana : R C Bila R/C = R/C < R/C >.
Lap PK 04.doc
= Return (penerimaan) = Cost (biaya) 1 artinya penerimaan dan pengeluaran sama/impas 1 artinya usahatani yang dilakukan merugi 1 artinya usahatani yang dilakukan untung
10
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Studi Korelasi Ditinjau dari ilmu statistika, uji korelasi diartikan sebagai suatu ukuran derajat bervariasinya dua peubah secara bersama-sama. Studi ini bertujuan untuk mencari pengekstrak terbaik bagi satu jenis tanaman dari beberapa pengekstrak yang diuji. Dalam penerapannya percobaan studi korelasi, akan dicari nilai koefisien korelasi antara peubah jenis-jenis pengekstrak hara dan respon tanaman. Pengekstrak yang mempunyai nilai korelasi tinggi dengan respon tanaman dianggap yang paling erat hubungannya dan dapat menggambarkan kondisi hara terekstrak dalam tanah. Pengamatan terhadap tinggi tanaman baik pada pengamatan tanaman 6 minggu setelah tanam (6 mst) maupun saat tanaman menjelang panen memperlihatkan interaksi antara level status hara fosfor (P) maupun kalium (K) dengan takaran pupuk seperti yang disajikan dalam Tabel 1. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa tinggi tanaman baik pada saat 6 minggu setelah tanam (6 mst) maupun saat panen terdapat pengaruh interaksi. Pada level hara fosfor (P) dan kalium (K) sangat rendah hingga rendah memperlihatkan peningkatan sejalan dengan meningkatnya takaran pupuk yang diberikan dengan hasil terbaik pada takaran pupuk 160 kg/ha. Sedangkan pada level status hara tinggi hingga sangat tinggi pengaruh peningkatan takaran pupuk fosfor (P) maupun pupuk kalium (K) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Lap PK 04.doc
11
Tabel 1. Tinggi Tanaman (cm) Pada Kegiatan Rakitan Rekomendasi Pemupukan P dan K Untuk Tanaman Jagung di Lahan Kering Perlakuan P K Petak Utama Anak 6 mst Saat panen 6 mst Saat panen Petak 0 106,33 a 199,00 b 106,33 a 189,67 a 20 116,67 d 217,33 d 116,67 c 213,33 c Sangat Rendah 40 120,00 e 228,67 ef 120,00 e 226,67 e 80 128,33 fg 235,7 fg 128,33 i 236,33 gh 160 130,68 h 242,33 gh 130,67 j 249,00 j 0 110,00 b 188,00 a 112,00 b 206,00 b 20 118,33 de 208,33 c 118,33 d 226,00 e Rendah 40 122,67 f 227,00 e 122,67 f 234,67 fg 80 129,67 fg 232,67 f 129,67 ij 238,67 gh 160 133,33 g 237,7 g 133,33 k 242,00 hi 0 112,33 c 207,33 c 112,33 b 211,33 c 20 121,33 d 232,67 f 121,33 ef 221,67 d Sedang 40 123,33 f 226,00 e 123,00 f 230,33 f 80 129,67 gh 233,67 fg 129,67 ij 235,33 g 160 132,00 i 241,67 gh 131,00 j 238,33 gh 0 124,33 d 227,00 e 124,33 fg 231,67 f 20 124,67 e 239,33 gh 124,67 g 234,00 fg Tinggi 40 126,33 f 237,00 fg 126,33 h 239,67 h 80 127,67 f 241,00 gh 127,67 hi 240,33 h 160 129,00 fg 244,67 h 129,00 i 245,33 i 0 125,33 d 234,33 fg 125,33 gh 237,66 gh 20 125,67 e 236,00 fg 125,67 gh 236,67 gh Sangat Tinggi 40 125,67 f 239,00 gh 125,67 gh 242,00 hi 80 126,33 f 243,00 h 126,33 h 245,67 ij 160 127,67 fg 244,67 h 127,67 hi 250,67 ij KK (%) 13,21 15,46 14,69 17,13 Pengamatan terhadap berat klobot dan tongkol tidak memperlihatan perbedaan secara statistik, baik pada perlakuan/kajian pupuk P maupun pada perlakuan/kajian pupuk K (Tabel 2).
Lap PK 04.doc
12
Tabel 2. Berat Klobot (t/ha) dan Hasil Panen (t/ha) Jagung Pada Kegiatan Rakitan Rekomendasi Pemupukan P dan K Untuk Tanaman Jagung di Lahan Kering Perlakuan P. Utama A. Petak
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi KK (%)
0 20 40 80 160 0 20 40 80 160 0 20 40 80 160 0 20 40 80 160 0 20 40 80 160
P Klobot + tongkol (t/ha) 1,61 ns 1,09 1,08 1,88 1,17 1,13 1,39 1,27 1,89 1,12 1,42 1,57 1,47 0,91 1,02 1,12 1,47 1,09 1,64 1,08 1,68 1,31 1,23 1,13 1,50 16,26
Hasil Panen (t/ha) 2,69 a 3,88 b 5,78 d 6,53 e 6,97 e 2,56 a 4,22 bc 5,97 d 6,14 d 6,22 de 3,13 b 5,39 cd 6,22 de 5,07 cd 6,00 de 5,30 cd 5,61 d 5,58 d 5,03 cd 5,33 cd 5,58 d 5,28 cd 5,83 de 5,08 cd 5,72 d 17,29
Klobot + tongkol (kg/ha) 1,16 ns 1,68 1,56 1,69 1,84 0,86 1,54 1,59 1,21 1,17 1,40 1,54 1,53 1,67 1,85 1,54 1,00 1,63 1,60 1,37 1,63 1,47 1,31 1,19 1,37 13,98
K Hasil Panen (t/ha) 3,10 a 4,25 b 4,91 c 6,11 e 6,51 ef 3,38 a 5,55d 6,14 e 6,28 e 6,38 ef 3,39 b 6,32 e 7,08 g 7,26 g 6,85 f 3,95ab 6,32 ef 7,08 g 7,26 g 6,85fg 4,95 c 6,22 ef 6,51 ef 7,03fg 7,06 g 14,35
Pengamatan terhadap bobot 100 biji, baik pada perlakuan pemupukan P maupun pada K tidak memperlihatkan pengaruh interaksi. Perbedaan hanya pada anak petak seperti pada Tabel 3. Berbeda dengan hasil panen terlihat adanya interaksi. Hasil biji meningkat dengan bertambahnya takaran pupuk P hanya pada status hara sangat rendah hingga rendah. Pada level status hara P sedang hingga sangat tinggi peningkatan takaran pupuk P tidak lagi diikuti oleh peningkatan hasil biji secara
Lap PK 04.doc
13
konsisten. Berbeda dengan K, pada semua level hasil yang diperoleh tetap meningkat seiring dengan meningkatnya takaran pupuk pada semua status hara. Tabel 3. Bobot 100 biji ( g ) Pada Kegiatan Rakitan Rekomendasi Pemupukan P dan K Untuk Tanaman Jagung di Lahan Kering Perlakuan P K 0 20 40 80 160 KK (%)
28,266 a 30,343 b 31,467 c 31,205 b 31,300 bc 16,18
28,467 a 29,843 b 28,993 a 29,823 b 29,867 b 14,22
Hasil analisis jaringan terhadap serapan hara terlihat bahwa tingkat serapan hara P dan K tidak menunjukkan respon yang sejalan dengan peningkatan takaran pupuk. Serapan hara meningkat pada perlakuan P hanya pada level status hara P sangat rendah hingga rendah. Tingkat serapan hara P masuk ke dalam batas kecukupan berdasarkan kelas serapan hara yang dikemukakan Sanchez 1976 dimana dikemukakan bahwa untuk tanaman jagung prosentase serapan hara P dan K dalam jaringan tanaman lebih 0, 20 % dan 1, 90 % telah cukup untuk pertumbuhan tanaman jagung. Pada Tabel 4 terlihat bahwa pada perlakuan P, tingkat serapan hara berada pada level rendah kurang dari batas kecukupan hara hanya terjadi pada status hara P sangat rendah hingga rendah dengan pemberian pupuk P sampai pada takaran 20 kg P/ha. Pada takaran 40 kg P tingkat serapan hara masuk ke dalam taraf kecukupan. Berbeda dengan perlakuan K taraf kecukupan hara pada level status hara sangat rendah dicapai pada pemberian pupuk K hingga 80 kg / ha, sedangkan pada level status hara rendah hingga sedang status kecukupan hara tercapai pada pemberian
Lap PK 04.doc
14
pupuk 20 kg K. Pada status hara tinggi hingga sangat tinggi status kecukupan hara dapat dicapai tanpa pemberian pupuk. Tabel 4. Serapan Hara P dan K Pada Kegiatan Rakitan Rekomendasi Pemupukan P dan K Untuk Tanaman Jagung di Lahan Kering Perlakuan Petak Utama Anak Petak 0 20 Sangat Rendah 40 80 160 0 20 40 Rendah 80 160 0 20 Sedang 40 80 160 0 20 Tinggi 40 80 160 0 20 40 Sangat Tinggi 80 160
P (%) 0,14 0,17 0,25 0,22 0,33 0,13 0,12 0,23 0,23 0,29 0,21 0,20 0,20 0,28 0,24 0,23 0,23 0,24 0,28 0,24 0,20 0,21 0,21 0,20 0,28
K (%) 0,84 1,41 1,41 1,94 1,96 1,69 2,24 1,94 2,12 1,91 1,41 2,12 2,17 1,94 2,32 1,94 1,86 2,42 2,22 1,96 1,72 1,91 2,29 1,97 1,90
- Korelasi Ketersediaan Hara dan Pertumbuhan Tanaman Hasil analisis tanah pada saat selesai penjenuhan hara P dan K pada beberapa metode ekstraksi tertera pada Tabel 5 dan Tabel 6. Pembuatan level status hara P terlihat konsisten meningkatkan jumlah unsur yang terekstrak. Berbeda dengan pembuatan level K tidak konsisten terutama yang menggunakan pengekstrak HCl 25 % dan NH 4 O Ac 1 1 N pH 7. Lap PK 04.doc
15
Analisis korelasi terhadap ketersediaan hara P dengan pertumbuhan tanaman terlihat metode/pengekstrak Colwell memperlihatkan korelasi terbaik disusul pengekstrak Truogh, Bray I. Hal ini ditandai dengan korelasi yang positif terhadap hasil panen dengan tingkat ketersediaan hara dengan nilai r pada uji regresi di atas nilai r tabel. Berbeda dengan ketersediaan unsur K hanya satu metode yang nilai r nya lebih besar dari r tabel yaitu metode Mechlich (Tabel 6). Tabel 5. Hasil Analsis P Pada Kegiatan Kajian Rakitan Pemupukan P dan K Pada Lahan Kering Untuk Tanaman Jagung No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Perlakuan
SR R S T ST SR R S T ST SR R S T ST
Korelasi % Y
Lap PK 04.doc
Ulangan
1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3
P2O5 (ppm) Truogh Colwell
Mechlich
HCl 25 %
13, 6 26,5 36,2 57,3 101,0 8,1 16,3 22,3 27,1 29,8 11,6 22,2 27,4 57,3 10,2,0
25 27 28 43 46 21 22 22 29 29 24 28 29 39 44
20,5 18,9 47,3 44,9 70,3 14,2 15,8 21,7 46,3 70,3 17,3 20,4 37,4 45,0 69,8
0,571
0,746*
0,412 r tabel 0,05 = 0,497
16
61 69 136 161 188 47 47 103 142 167 52 59 122 157 169
Olsen
Bray 1
%Y
26 31 50 6 79 14 17 20 23 37 17 27 38 54 64
23,8 35,6 82,4 124,0 139,5 13,7 19,7 45,9 53,6 139,4 20,8 19,8 46,8 59,8 129,8
48 37 43 79 65 32 30 63 97 100 35 41 94 94 97
0,810* 0,364 0,626* r tabel 0,01 = 0,623
Tabel 6. No
Hasil Analisis K Pada Kegiatan Kajian Rakitan Pemupukan P dan K Pada Lahan Kering Untuk Tanaman Jagung
Perlakuan
Ulangan
1. SR 2. R 3. S 4. T 5. ST 6. SR 7. R 8. S 9. T 10. ST 11. SR 12. R 13. S 14. T 15. ST Korelasi % Y r tabel 0,05 = 0,497
Mechlich
HCl 25 %
77 105 157 146 149 53 107 189 149 203 63 111 160 149 158 0,626*
67 87 80 84 85 46 69 90 45 41 58 72 80 59 89 0,297
1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3
K2O (ppm) Truogh Morgan
107 133 169 169 173 107 133 160 196 190 104 124 160 149 158 0,398
NH4OAC 1N pH 7
64 0,13 84 0,16 156 0,31 109 0,22 113 0,22 84 0,16 107 0,23 117 0,26 142 0,32 159 0,28 68 0,14 92 0,20 112 0,26 114 0,26 159 0,28 0,435 0,357 r tabel 0,01 = 0,623
%Y
49 44 61 56 64 40 29 62 40 70 56 55 73 62 71 -
2. Uji Kalibrasi dan Penentuan Kelas Ketersediaan Hara P dan K Dari sekian banyak metode uji tanah yang digunakan untuk pengekstrak P terlihat bahwa metode/pengekstrak Truogh, Colwell dan Bray I memperlihatkan nilai yang positif terhadap ketersediaan hara, ditandai dengan nilai r yang lebih besar dari r tabel. Dari hasil analisis kalibrasi hara dengan respon tanaman, maka kelas ketersediaan hara P dan K
pada
tanah inceptisol Petimbe Kecamatan Palolo
Kabupaten Donggala dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yaitu : respon tinggi, sedang dan rendah seperti terlihat pada Tabel 7.
Lap PK 04.doc
17
Tabel 7. Tingkat Respon Tanaman Jagung Terhadap Hara P dan K Kegiatan Kajian Rakitan Pemupkan P dan K Pada Lahan Kering Untuk Tanaman Jagung N o 1. 2. 3. 4.
Metode Uji Tanah Mechlich Truogh Colwell Bray 1
Tinggi < 18, 1 < 75 < 29,8
Respon Tanaman Jagung Terhadap P dan K P K Sedang Rendah Tinggi Sedang
Rendah
99,5-147,5 -
> 147,5 -
18,1 – 33,3 75 – 122,5 29,8 – 52,8
> 33,3 > 122,5 > 52,8
< 99,5 -
3. Penyusunan Rekomendasi Pupuk P dan K Penetapan rekomendasi pemupukan suatu tanaman sebaiknya mengacu pada kondisi tanah dan kebutuhan tanaman agar produktivitas dan efisiensi usahatani dapat ditingkatkan. Untuk menentukan rekomendasi takaran pemupukan P dan K dilakukan dengan analisis regresi dan respon tanaman jagung terhadap pemberian pupuk P dan K pada setiap status hara ditampilkan pada Gambar 1 dan 2. Dari hasil analisis regresi (Tabel 7), maka dapat ditentukan takaran pemupukan P tanah dengan status hara sangat rendah hingga rendah membutuhkan pupuk sebanya 76 - 77 kg P2O5 /ha (setara dengan 200 kg SP 36/ha atau 170 kg TSP/ha) dan tanah dengan level status hara sedang membutuhkan pupuk sebanyak 41 kg P2O5 /ha (setara 113 kg SP 36/ha atau 90 kg TSP/ha, sedangkan pada tanah dengan status hara P tinggi hingga sangat tinggi tidak membutuhkan pupuk P. Sedangkan untuk K terdiri atas tanah dengan status hara sangat rendah membutuhkan pupuk sebanyak 72 kg K2O/ha (setara dengan 120 kg KCl/ha) dan tanah yang level status hara rendah membutuhkan pupuk
Lap PK 04.doc
hingga tinggi
sebanyak 46 kg K2O /ha (setara dengan 80 kg KCl/ha)
18
sedangkan pada tanah dengan status hara sangat tinggi membutuhkan pupuk sebanyak 25 kg K2O /ha (setara dengan 40 kg KCl/ha) ( Tabel 7 ). Tabel 7. Persamaan regresi dan Takaran Pupuk Pada Kajian Rekomendasi Pemupukan P dan K Untuk Tanaman Jagung di Lahan Kering Status Hara Persamaan Regresi R2 Dosis Maks Opt (kg/ha) (kg/ha) P2O5 Sangat Rendah Y = 2,726 + 0,0759X – 0,0003X2 0,969 126,5 77 Rendah Y = 0,823+ 0,0753 X – 0,0003X 2 0,921 125,5 76 2 Y= 3,939 + 0,0385 X – 0,0002X Sedang 0,538 96 41 Tinggi Y= 5,058 + 0,311 X – 0, 553 X 2 0,323 56 0 Sangat Tinggi Y = 0,053 + 0,019 X – 0, 053 X 2 0,427 3,33 0 K2O Sangat Rendah Y = 3,16 + 0,0537 X – 0,0002 X2 0,998 134 72 Rendah Y = 3,84 + 0,0739 X – 0,0004 X 2 0,872 92 49 Sedang Y = 4,59 + 0,0392 X – 0,0002 X 2 0,987 98 43 2 Y = 5,036 + 0,0575X – 0,0003X 0,666 Tinggi 96 46 Sangat Tinggi Y = 5,375 + 0,0341X – 0,0002X 2 0,983 85 25 Hasil Panen Jagung pada Pem upukan P 8 7
Hasil Panen (t/ha)
6 Sangat Rendah
5
Rendah
4
Sedang Tinggi
3
Sangat Tinggi
2 1 0 0
50
100
150
200
Takaran pupuk P (kg/ha)
Gambar 1. Grafik Respon Tanaman Jagung Terhadap Pemupukan P
Lap PK 04.doc
19
Hasil Panen Jagung Pada Pem upukan K 9 8
Hasil Panen (t/ha)
7 6
Sangat Rendah Rendah
5
Sedang
4
Tinggi
3
Sangat Tinggi
2 1 0 0
50
100
150
200
Takaran Pupuk K (kg/ha)
Gambar 2. Grafik Respon Tanaman Jagung Terhadap Pemupukan K 5. Analisis Usahatani Hasil analisis usahatani jagung pada kegiatan rakitan teknologi pemupukan P dan K pada takaran optimum pada masing-masing level status hara secara ekonomi layak diterapkan dengan B/C rata-rata di atas 1,5 seperti tampak pada Tabel 8 dan 9 . Tabel 8. Analisis Usahatani Jagung Pada Dosis Optimum Dalam Semua Status Hara Pupuk P Struktur Biaya A. B. C. D.
Pengeluaran Penerimaan Keuntungan R/C
Sangat Rendah Rp. 3.331.300 Rp. 6.770.000 Rp. 3.438.700 2,03
Biaya Usahatani Pada Takaran Optimum Rendah Sedang Tinggi Rp. 3.329.900 Rp. 6.790.000 Rp. 3.460.100 2,04
Ket : harga jagung pipilan Rp. 1.000/kg
Lap PK 04.doc
20
Rp. 3.280.900 Rp. 5.210.000 Rp. 1.929.100 1,59
Rp. 3.223.500 Rp. 4.950.000 Rp. 1.726.500 1,54
Sangat Tinggi Rp. 3.223.500 Rp. 5.010.000 Rp. 1.786.500 1,55
Tabel 9. Analisis Usahatani Jagung Pada Dosis Optimum Dalam Semua Status Hara Pupuk K Struktur Biaya E. F. G. H.
Pengeluaran Penerimaan Keuntungan R/C
Sangat Rendah Rp. 3.287.900 Rp. 6.090.000 Rp. 2.802.100 1,85
Biaya Usahatani Pada Takaran Optimum Rendah Sedang Tinggi Rp. 3.225.800 Rp. 6.530.000 Rp. 3.304.200 2,02
Rp. 3.209.600 Rp. 5.860.000 Rp. 2.650.400 1,83
Sangat Tinggi
Rp. 3.217.700 Rp. 7.010.000 Rp. 3.792.300 2,18
Rp. 3.161.000 Rp. 6.150.000 Rp. 2.989.000 1,95
Ket : harga jagung pipilan Rp. 1.000/kg
Kesimpulan 1. Dari
beberapa
metode/pengekstrak
yang
digunakan
terdapat
satu
metode/pengekstrak yang berkorelasi positif antara kelas ketersediaan hara dengan respon terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. 2. Rekomendasi/takaran pupuk P dan K untuk tanaman jagung di lahan kering dikelompokkan dalam tiga kelompok masing masing : P terdiri dari status sangat rendah hingga rendah membutuhkan pupuk sebanyak 76 kg P2O5 /ha (setara dengan 200 kg SP 36/ha atau 170 kg TSP/ha); status sedang membutuhkan pupuk sebanyak 41 kg P2O5 /ha (setara dengan 113 kg SP 36/ha atau 90 kg TSP/ha dan status tinggi hingga sangat tinggi tidak membutuhkan pupuk P. 3. K terdiri dari status sangat rendah membutuhkan pupuk sebanyak 72 kg K2O/ha (setara dengan 120 kg KCl/ha) status
rendah hingga tinggi
membutuhkan pupuk sebanyak 46 kg K2O /ha (setara dengan 80 Kg KCl/ha) dan status sangat tinggi membutuhkan pupuk sebanyak 25 kg K2O /ha. (setara dengan 40 kg KCl/ha)
Lap PK 04.doc
21
DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, J.S. 1992. Peranan efesiensi penggunaan pupuk untuk melestarikan swasembada pangan. Orasi pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. April 1992. Cate R. B. Jr and L.A. Nelson. 1971. A simple statistical procedure for partitioning Soil-list correlation into classes. SSSAP 35:858-860. Fagi, A.M., Soeripto, Badruddin, Y. Dai, Hendiarto, Dam Dam dan Soebandi, S., 1993. Potensi dan Peluang Pengambangan serta Strategi Penelitian Pertanian Propinsi Sulawesi Tengah. Badan Litbang Pertanian. Fagi, A.M., I. Las, dan M. Syam. 2002. Penelitian Padi menjawab tantangan ketahanan pangan nasional. Balai Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. Sukamandi. Melsted, S.W., and T.R. Peck. 1973. The Principle of Soil Testing. In : L.M.Walsh and J.D. Beaton (Eds) Soil Testing and Plant Analysis. Soil Sci. Soc. Am. Inc. Madison, Wisc. USA. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta. Sutanto, R. 1997. Konservasi sumberdaya lahan dalam pemapanan sistem pertanian berdasarkan usahatani rakyat di Indonesia. Dalam Cerapan UU RI No. 12/1992. Kumpulan makalah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. Syafruddin, T. Rumayar, J.G. Kindangen, R. Aksono, A. Negara, D. Bulo dan J. Limbongan. 1999. Analisis Zona Agro-ekologi (ZAE) Propinsi Sulawesi Tengah (Bio-Fisik). Balai Pengkajian Teknologi (BPTP) Biromaru Sulawesi Tengah. Palu Syafruddin, Saidah, Chatijah, A. Ardjanhar, C. Manopo, Mulaydi D. Mario dan Diah Setyiorini, 2004. Kajian Kajian Rekomendasi Pemupukan P dan K Untuk Tanaman Jagung di Lahan Kering. Balai Pengkajian Teknologi (BPTP) Biromaru Sulawesi Tengah. Palu Widjaja-Adhi, IPG. 1986. Penentuan kelas ketersediaan hara dengan metode analisis keragaman yang dimodifikasi. Pemberitaan Tanah dan Pupuk, No. 5.23-28. Widjaya-Adhi, IPG. dan J.A. Silva. 1986 Calibration os soil phosphrous test for maize on Typic Paleudults dan Tropeptic Eutustox. Pemberitaan Tanah dan Pupuk. No.6/1986.
Lap PK 04.doc
22
LAMPIRAN
Lap PK 04.doc
23
Tabel Lampiran 1. Hasil Jagung Pada Percobaan Kalibrasi hara P Pada Lahan Kering Tanah Inceptisol di Palolo Kab. Donggala No Perlakuan Hasil Biji (t/ha) %Y Y max I II III Rataan I II III I II III 2,56 2,50 3,00 2,69 SR-0 48 32 36 2,84 5,42 5,25 1. 3,80 3,33 4,50 3,88 SR-20 2, 3,50 6,83 7,00 5,78 SR-40 3. 4,75 7,92 6,92 6,53 SR-80 4. 5,42 7,25 8,25 6,97 SR-160 5. 6. 7. 8. 9. 10.
R-0 R-20 R-40 R-80 R-160
2,90 6,25 6,42 7,83 5,92
2,08 3,75 6,92 5,17 6,00
2,67 2,67 4,58 5,42 6,75
2,56 4,22 5,97 6,14 6,22
37
30
41
4,91 4,84 4,08
11. 12. 13. 14. 15.
S-0 S-20 S-40 S-80 S160
2,50 6,33 6,45 4,92 5,75
3,17 4,67 6,67 6,25 5,92
3,71 5,75 4,08 4,30 6,33
3,13 5,39 6,22 5,07 6,00
43
63
94
1,75 2,75 2,62
16. 17. 18. 19. 20.
T-0 T-20 T-40 T-80 T-160
4,08 5,17 4,42 4,58 5,00
5,50 5,67 5,08 5,50 5,67
6,33 6,00 6,25 5,00 6,33
5,30 5,61 5,58 5,03 5,33
79
97
94
0,42 0,17 0, 31
21. 22. 23. 24. 25.
ST-0 ST-20 ST-40 ST-80 ST-160
4,58 5,00 6,25 5,00 5,08
6,75 5,08 4,83 4,00 4,67
5,42 5,75 6,42 6,25 5,42
5,58 5,28 5,83 5,08 5,72
65
100 97
0,50 0,84 1,00
Lap PK 04.doc
24
Tabel Lampiran 2. Hasil Jagung Pada Percobaan Kalibrasi hara K Pada Lahan Kering Tanah Inceptisol di Palolo Kab. Donggala No Perlakuan Hasil Biji (t/ha) %Y Y max I II III Rataan I II III I II III 1,67 3,67 3,96 3,10 SR-0 49 40 56 3,41 4,07 3,08 1. 3,48 3,85 5,41 4,25 SR-20 2, 3,59 4,81 6,52 4,91 SR-40 3. 5,19 6,74 6,41 6,11 SR-80 4. 6,74 6,21 6,59 6,51 SR-160 5. 6. 7. 8. 9. 10.
R-0 R-20 R-40 R-80 R-160
2,59 4,88 5,93 5,78 5,93
3,25 6,67 7,76 7,78 7,04
4,00 5,89 6,11 7,26 7,28
3,38 5,55 6,14 6,28 6,38
44
29
55
3,34 4,53 3,28
11. 12. 13. 14. 15.
S-0 S-20 S-40 S-80 S160
4,22 5,26 6,81 6,96 6,19
4,32 5,81 5,98 6,22 6,98
4,44 5,59 5,65 5,68 6,06
3,39 6,32 7,08 7,26 6,85
61
62
73
2,74 2,66 1,62
16. 17. 18. 19. 20.
T-0 T-20 T-40 T-80 T-160
4,30 6,50 6,93 7,63 6,30
4,04 7,78 7,64 6,28 7,00
4,52 6,67 7,21 7,26 7,26
3,95 6,32 7,08 7,26 6,85
56
40
62
2,00 2,96 2,74
21. 22. 23. 24. 25.
ST-0 ST-20 ST-40 ST-80 ST-160
5,11 5,70 6,15 7,89 7,99
5,78 6,37 6,83 6,70 6,52
4,96 6,32 6,55 6,49 6,00
4,95 6,22 6,51 7,03 7,06
64
70
71
2,88 0,74 1,04
Lap PK 04.doc
25