perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN POTENSI WISATA KETEP PASS DALAM ANALISIS SPASIAL
Skripsi
Oleh : FARIS AMIRUDIN A NIM : K5403032
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN POTENSI WISATA KETEP PASS DALAM ANALISIS SPASIAL
Oleh : FARIS AMIRUDIN A NIM : K5403032
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. M. Gamal Rindardjono, M.Si
Dr. Sarwono, M.Pd
NIP. 19640803 199512 1 001
NIP. 19640414 198903 1 020 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Diterima untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Senin
Tanggal
: 6 Desember 2010
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Partoso Hadi, M.Si.
...........................
Sekretaris
: Setya Nugraha, S.Si, M.Si.
...........................
Anggota I
: Dr. Muh. Gamal Rindardjono, M.Si
...........................
Anggota II
: Dr. Sarwono, M.Pd
...........................
Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Faris Amirudin A. KAJIAN POTENSI WISATA KETEP PASS DALAM ANALISIS SPASIAL. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2010. Tujuan penelitian ini adalah : (1) mengetahui potensi wisata Ketep Pass, (2) mengetahui pengembangan potensi wisata Ketep Pass ditinjau dari sudut spasial. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Populasi penelitian ini adalah pengunjung, pengelola obyek wisata, masyarakat sekitar obyek wisata. Teknik sampling penelitian ini menggunakan sampel acak berstrata (stratified random sampling) untuk pengunjung dan masyarakat sekitar, sedangkan untuk pengelola obyek wisata menggunakan sampel purposif.. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara. Analisis data yang digunakan adalah analisis spasial untuk mengetahui letak koordinat fasilitas yang ada di Obyek Wisata Ketep Pass, analisis skoring untuk mengetahui potensi wisata Ketep Pass dan analisis SWOT untuk mengetahui pengembangan Obyek Wisata Ketep Pass. Hasil penelitian ini berupa Peta Fasilitas Obyek Wisata Ketep Pass. Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) obyek wisata Ketep pass merupakan obyek wisata dengan potensi tinggi. (2) Pengembangan obyek wisata berdasarkan faktor penghambat terutama pada faktor daya tarik obyek wisata, aksesibilitas, fasilitas dasar, fasilitas pendukung.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Faris Amirudin A, STUDY OF POTENTIAL FOR TOURISM IN THE ANALYSIS OF SPATIAL KETEP PASS. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Sebelas Maret University, July 2010. The purpose of this study are: (1) To know the potential of tourism Ketep Pass, (2) knowing Ketep Pass development of tourism potential in terms of spatial. This this research used descriptive qualitative method. The population of this research were visitors, tourism managers, community attractions. Sampling technique using a quota sample of this research. Data collection technique used observation, interviews. Analysis of data used spatial analysis to determine the location coordinates of the existing facilities in Tourism Ketep Pass, descriptive analysis to know the potential and development of Tourism Ketep Pass. The results of this research is a Map Object Facility Tour Ketep Pass. The conclusion of this research are: (1) Ketep pass attractions is a tourist attraction with high potential. (2) development of tourism based on the inhibiting factors, especially accessibility, facilities, accommodation by considering the balance of nature as a protected area.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Qs. Ar – Ra’ad: 11)
Sesungguhnya disetiap kesulitan terdapat kemudahan. (Qs. Al Insyiroh:6)
Jangan pernah ragu, hentakkan maju kakimu Jangan pernah ragu, lantangkan suara hatimu Pantang akan mundur, jangan pernah engkau bayangkan Jangan pernah ragu untuk dapat selalu terdepan. (Mari Bangkit – Superglad)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Bapak dan Ibu tercinta
Adikku
Rekan-rekan Geografi
Almamater
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menurunkan limpahan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan kemudahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat
guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
2.
Bapak Drs. Syaiful Bahri, M.Pd selaku Ketua Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
3.
Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
4.
Bapak Dr. M. Gamal Rindardjono, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran.
5.
Bapak Dr. Sarwono, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah memberikan petunjuk sehingga skripsi ini diselesaikan.
6.
Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Magelang yang telah memberikan ijin.
7.
Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Magelang yang telah memberikan ijin.
8.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang yang telah memberikan data penelitian.
9.
Kepala Badan Pengelola Obyek Wisata Ketep Pass yang telah memberikan data penelitian. commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
10.
digilib.uns.ac.id
Bapak, ibu, Pipit yang senantiasa memberikan doa dan semangat atas penyelesaian skripsi ini.
11.
Chefa yang selalu memberikan doa, dorongan, semangat atas penyelesaian skripsi ini.
12.
Tim survey Ketep Pass, Ali, Agus Fredi, Ruly, Donny, Chefa yang telah membantu dalam penelitian.
13.
Teman-teman Kost Arjuna (Shodiq, Ali, Ganjar, Alex, Daryanto, Roni, Ridwan, Deni, Edi, Sigit, Sendi, Virman, Bayu, Qomar, Heri, Tohadi, Beni, Alm Budi) terima kasih atas persahabatannya.
14.
Mbak Tanti, Sunarso, Mas Dani yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Sangat disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat. Surakarta, Desember 2010 Penulis
Faris Amirudin A
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
halaman HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iv
ABSTRAK ......................................................................................................
v
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii KATA PENGANTAR .....................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xvi
DAFTAR PETA .............................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6 1. Manfaat Teoritis..................................................................................6 2. Manfaat Praktis...................................................................................6 BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 7 A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 7 1. Potensi Obyek Wisata ........................................................................ 7 2. Pengembangan Pariwisata.................................................................. 9 3. Analisis Spasial ................................................................................ 18 B. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 19 C. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 23 commit ............................................................. to user BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 25 1. Tempat Penelitian..............................................................................25 2. Waktu Penelitian...............................................................................25 B. Bentuk dan Metode Penelitian ............................................................... 26 C. Sumber Data........................................................................................... 26 1. Data Primer ...................................................................................... 26 2. Data Sekunder .................................................................................. 26 D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 27 1. Observasi .......................................................................................... 27 2. Wawancara ....................................................................................... 27 E. Populasi dan Sampel............................................................................... 27 F. Analisis Data .......................................................................................... 28 F. Prosedur Penelitian ................................................................................ 33 1. Tahap Persiapan ............................................................................... 33 2. Tahap Penyusuan Proposal Penelitian ............................................. 33 3. Tahap Penyusunan Instrumen Penelitian ......................................... 33 4. Tahap Pengumpulan Data ................................................................ 33 5. Tahap Analisis Data ........................................................................ .33 6. Tahap Penulisan Laporan ................................................................. 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 35 A.
Deskripsi Daerah Penelitian ................................................................ 35
1. Letak, Luas, dan Batas ........................................................................ 35 2. Keadaan Iklim ..................................................................................... 37 3. Keadaan Penduduk .............................................................................. 40 a. Jumlah, Persebaran, dan Kepadatan Penduduk ............................. 40 b. Komposisi Penduduk .................................................................... 41 1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin....... 41 2) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian .................. 42 B.
Hasil Penelitian ................................................................................... 43
1. Penilaian Potensi Wisata Ketep Pass .................................................. 43 to user 2. Pengembangan Obyekcommit Wisata............................................................. 47
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Distribusi Spasial Fasilitas di Obyek Wisata Ketep Pass.................... 51 C.
Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 60
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ....................................... 61 A. Kesimpulan ............................................................................................... 61 B. Implikasi ................................................................................................... 61 C. Saran ......................................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 62 LAMPIRAN .......................................................................................................... 64
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Penelitian yang Relevan .............................................................................. 22
2.
Waktu Penelitian ......................................................................................... 25
3.
Jenis Data Primer yang Digunakan dalam Penelitian.................................. 26
4.
Jenis Data Sekunder yang Digunakan dalam Penelitian ............................. 27
5.
Parameter Daya Tarik Obyek Wisata .......................................................... 29
6.
Parameter Aksesibilitas ............................................................................... 30
7.
Parameter Fasilitas Dasar ............................................................................ 31
8.
Parameter Fasilitas Pendukung.................................................................... 31
9.
Luas Kecamatan Sawangan Tahun 2008 ..................................................... 35
10. Data Curah Hujan di Kecamatan Sawangan Periode 2000-2009. ............... 37 11. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson .................................... 38 12. Distribusi Kepadatan Penduduk di Kecamatan Sawangan .......................... 40 13. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ........................... 41 14. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ...................................... 42 15. Penilaian Variabel Daya Tarik Wisata ........................................................ 43 16. Penilaian Variabel Aksesibilitas .................................................................. 44 17. Penilaian Variabel Fasilitas Dasar ............................................................... 44 18. Penilaian Variabel Fasilitas Pendukung ...................................................... 46 19. Pembagian Klas Potensi Obyek Wisata ...................................................... 47 20. Analisis SWOT............................................................................................ 48 21. Letak Koordinat Parkir Motor ..................................................................... 54 22. Letak Koordinat Parkir Mobil ..................................................................... 55 23. Letak Koordinat Toilet ................................................................................ 57 24. Pengembangan Obyek Wisata Ketep Pass .................................................. 60
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 24 2. Diagram Tipe Curah Hujan Daerah Penelitian Menurut Schmidth dan Fergusson ............................................................. 39 3. Gardu Pandang ........................................................................................... 51 4. Ketep Volcano Theatre .............................................................................. 51 5. Ketep Volcano Center ................................................................................ 52 6. Pelataran Panca Arga ................................................................................. 52 7. Restoran Ketep Pass ................................................................................... 53 8. Teropong .................................................................................................... 53 9. Mushola...................................................................................................... 53 10. Area Parkir Motor ...................................................................................... 54 11. Area Parkir Mobil ...................................................................................... 54 12. Pintu Masuk ............................................................................................... 56 13. Pos Keamanan ............................................................................................ 56 14. Pendopo...................................................................................................... 56 15. Tugu Peresmian ......................................................................................... 56 16. Toilet .......................................................................................................... 57 17. Warung ....................................................................................................... 57
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PETA Halaman
1. Peta Administrasi Kecamatan Sawangan ..................................................... .36 2. Peta Jaringan Jalan ........................................................................................ 45 3. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................... 50 4. Peta Fasilitas Obyek Wisata Ketep Pass ....................................................... 58 5. Peta Ketinggian ............................................................................................. 59
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN 1. Tabel Letak Koordinat Warung makan. 2. Daftar Nama Responden. 3. Pedoman Wawancara dengan Pengunjung. 4. Pedoman Wawancara dengan Masyarakat Sekitar. 5. Pedoman Wawancara dengan Pengelola Obyek Wisata. 6. Jawaban Wawancara Kajian Potensi Wisata Ketep Pass dalam Analisis Spasial 7. Surat Perijinan
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan devisa negara dari sektor non migas, sektor pariwisata menduduki peranan penting serta mendapat perhatian khusus dalam penanganannya. Pariwisata sebagai salah satu komoditas non migas merupakan alternatif yang tepat mengingat sektor pariwisata mempunyai potensi yang terus berkembang dari tahun ke tahun serta melibatkan peran aktif masyarakat, swasta dan pemerintah. Hal ini sejalan dengan dengan peningkatan standar hidup bangsa Indonesia yang membawa dampak perubahan pada pola kehidupan, seiring dengan berkembangnya rekreasi menjadi salah satu kebutuhan hidup. Peran pariwisata dalam pembangunan nasional, disamping dari perolehan devisa juga sumbangan terhadap bidang-bidang strategis dalam pembangunan nasional, antara lain: menciptakan dan memperluas lapangan usaha, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian
dan pengembangan budaya
bangsa,
mendorong peningkatan bidang pembangunan sektor lainnya, memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, menumbuhkan rasa cinta tanah air, dan mendorong perkembangan daerah (Karyono. 1997: 89). Sektor pariwisata di Indonesia masih menduduki peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional serta merupakan sektor yang sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa negara. Seperti yang diungkapkan Spilane (1997: 57), beberapa alasan yang mendasari sektor pariwisata dijadikan sektor andalan dalam pembangunan nasional, antara lain: 1. makin berkurangnya minyak bumi sebagai penghasil devisa. 2. prospek pariwisata yang tetap memperlihatkan kecenderungan meningkat secara konsisten.
commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. besarnya potensi yang dimiliki bagi perkembangan pariwisata di Indonesia Menurut Pendit (1965: 1) pariwisata bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan, keindahan alam, dan kepribadian Indonesia sekaligus membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan membuka kesempatan wisatawan dalam negeri untuk mengenal tanah airnya sendiri. Sektor pariwisata berfungsi sebagai faktor penunjang utama dalam pembangunan ekonomi nasional antara lain: 1. Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung akan harus mengikuti perkembangan dunia kepariwisataan internasional yang demikian pesatnya terutama dalam menghadapi Mass Travel. 2. situasi dan kondisi kepariwisataan domestik yang menjadi tanggungjawab daerah, sehubungan dengan orientasi pemerintah pusat yang tertuju pada Tourism Internasional. 3. kedudukan sektor kepariwisataan di tingkat ketiga dalam klasifikasi pendapatan pemerintah, serta kemungkinan-kemungkinan situasi sektor keminyakan dan kekayaan Indonesia di masa yang akan datang. 4. potensi-potensi kepariwisataan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata internasional. 5. tersedianya bantuan dari negara luar untuk pengembangan kepariwisataan Indonesia yang perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Pentingnya sektor pariwisata dalam perekonomian Indonesia terlihat dari peranannya, sebagai salah satu sarana memperluas kesempatan kerja, kesempatan berusaha. Pengembangan dan pengelolaan yang baik dan terarah akan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit bagi kesejahteraan, seperti yang dikemukakan Wahab dalam Pendit (1981: 29) bahwa: pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Dalam pengembangan pariwisata telah dilaksanakan beberapa program pokok dalam pengembangan produk, seperti dikemukakan oleh Wiwoho B.dkk (1990: 19), bahwa : pengembangan kepariwisataan mencakup peningkatan aksesibilitas ke dan di dalam wilayah Indonesia, peningkatan mutu dan pelayanan serta produk wisata, peningkatan daerah tujuan wisata dan pengembangan peristiwa wisata (calendar of event). Hakekat pengembangan pariwisata adalah pengembangan terpadu yang melibatkan atau membutuhkan dukungan dari sektor atau bidang lainnya. pengembangan kepariwisataan harus tetap dijaga terpeliharanya kepribadian bangsa serta kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup. Kepariwisataan perlu ditata secara menyeluruh, terpadu dengan melibatkan sektor lain yang terkait dalam satu keutuhan usaha kepariwisataan yang saling menunjang dan saling menguntungkan baik yang skala kecil, menengah maupun besar. Pembangunan dan pengembangan pariwisata merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, oleh karena itu dalam proses pengembangan pariwisata baik tingkat perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, maupun pengawasan diperlukan kerjasama yang kuat antar lintas sektoral dan daerah. Pembangunan obyek wisata tersebut dilakukan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan pihak swasta maupun masyarakat sekitar, yang tidak hanya terbatas pada pengembangan obyek wisata yang sudah ada tetapi pengembangan juga akan mencari alternatif-alternatif baru misalnya tentang kesuburan dan keindahan alam Indonesia. Policies for sustainable tourism require close coordination with other sectors including taxation, transportation, housing, social development, environmental conservation and protection and resource management. Because often policy is subjected to change during implementation these other sectors need to be aware of each other and communicate their needs and concerns in order to achieve progress in policy implementation (Younis, 1990). ( http://www.chios.aegean.gr/tourism/vol5iss1.htm ) Pariwisata sangat berpengaruh terhadap pengembangan wilayah, selain itu pengembangan periwisata akan berpengaruh pada perkembangan sektor-sektor lain seperti industri, kerajinan, transportasi, penginapan, dan restoran. Selain itu commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga dapat meningkatkan sumber pendapatan daerah. Jadi pengembangan pariwisata bertujuan untuk memperoleh nilai ekonomi yang positif, dimana pariwisata diharapkan dapat berfungsi sebagai katalisator dalam pembangunan ekonomi pada beberapa sektor. Perencanaan dan penataan daerah obyek wisata atau daerah tujuan wisata akan memperoleh hasil yang optimal apabila setiap daerah memiliki analisa daerah operasi. Penilaian tingkat perkembangan pariwisata suatu daerah sangat penting guna menentukan prioritas dan strategi pengembangannya serta memproyeksikan kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya untuk masa yang akan datang. Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang sedang berkembang. Dalam rangka pengembangan kepariwisataan, Jawa Tengah dibagi menjadi 4 DTW dimana setiap DTW mempunyai daerah pengelolaan masing-masing. Pembagiannya adalah sebagai berikut: 1. Kawasan A (DTW Merapi-Merbabu) Meliputi 16 Kabupaten dan Kota, yaitu: Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, Kota Surakarta, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Magelang, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Salatiga. 2. Kawasan B (DTW Demak-Kudus-Jepara) Meliputi 7 Kabupaten, yaitu: Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kabupaten Jepara, Kabupaten Rembang, Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora. 3. Kawasan C (DTW Tegal) Meliputi 7 Kabupaten dan Kota, yaitu: Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten Pemalang, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
4. Kawasan D (DTW Cilacap-Banyumas) Meliputi 5 Kabupaten yaitu Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen. (Dinas Pariwisata Jawa Tengah dalam Setyowati 2005: 4) Potensi obyek dan daya tarik wisata di Jawa Tengah terutama yang menjadi andalan dan unggulan secara umum telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan. DTW Jawa Tengah memiliki aset potensi wisata yang berfariasi dan berdaya dukung tinggi sehingga dapat dijadikan atraksi andalan. Meskipun demikian aset potensi tersebut belum semua didayagunakan dan dikembangkan secara maksimal. Salah satu kawasan yang menjadi andalan wisata Jawa Tengah adalah kawasan wisata yang ada di Kabupaten Magelang. Dalam pembagian DTW Jawa Tengah. Kabupaten Magelang termasuk dalam kawasan A DTW (MerapiMerbabu). Pada Bulan September 2003 Magelang dicanangkan sebagai jalur wisata Solo-Selo-Borobudur (SSB). Ini merupakan entry point bagi kunjungan wisatawan ke berbagai obyek dan daya tarik wisata (ODTW) di Kabupaten Magelang. Salah satu obyek andalan Kabupaten Magelang obyek wisata Ketep Pass. Obyek wisata Ketep adalah kawasan wisata pegunungan yang terletak di puncak Bukit Ketep, berada pada ketinggian 1.200 mdpl (di atas permukaan laut) dengan luas area sekitar 8.000 m². Obyek wisata Ketep terletak di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kawasan wisata yang terletak pada jalur SSB (Solo-Selo-Borobudur) ini terkenal dengan pemandangan alam pegunungannya yang indah dan memiliki suhu udara yang sejuk. Sebelum dibangun menjadi kawasan wisata, Ketep sudah sering didatangi banyak pengunjung yang ingin menikmati keindahan panorama pegunungan. Pembangunan kawasan wisata Ketep diprakarsai oleh Gubernur Jawa Tengah, Mardiyanto, dan diresmikan oleh Presiden Megawati pada tanggal 17 Oktober 2002. Sejak diresmikan, kawasan wisata Ketep ditetapkan sebagai obyek wisata kegunungapian. Untuk mendukung citra tersebut, di Ketep telah dibangun commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berbagai fasilitas yang berhubungan dengan seluk-beluk kegunungapian, seperti Volcano Theatre dan Volcano Centre. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah potensi wisata Ketep Pass? 2. Bagaimanakah pengembangan potensi wisata Ketep Pass ditinjau dari sudut spasial? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah suatu sasaran yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini tujuan penelitiannya adalah: 1. Mengetahui potensi wisata Ketep Pass. 2. Mengetahui pengembangan potensi wisata Ketep Pass ditinjau dari sudut spasial. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis 1. Menambah pengetahuan tentang pariwisata serta menambah sumbangan terhadap geografi pariwisata dalam usaha pengembangan pariwisata. 2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran berbasis kompetensi untuk matapelajaran Geografi tingkat SMA pada kompetensi dasar sebaran sumber daya alam di Indonesia.
2. Manfaat Praktis 1. Memberikan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Magelang mengenai kondisi kepariwisataan khususnya di Ketep Pass. 2. Memberikan masukan kepada pihak internal Ketep Pass mengenai potensi obyek wisata Ketep Pass. 3. Memberikan
informasi
kepada
masyarakat
mengenai
kepariwisataan khususnyacommit di obyek towisata user Ketep Pass.
kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Potensi Obyek Wisata Pariwisata adalah perpindahan sementara orang-orang ke daerah tujuan di luar tempat kerja dan tempat tinggal sehari-harinya, kegiatan yang telah dilakukannya dan fasilitas yang digunakan ditujukan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Fandeli (1995: 47). Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik kepentingan sosial maupun kebudayaan. Pada umumnya tujuan utama wisatawan untuk berpariwisata adalah mendapat kesenangan, namun wisatawan moderen akhir-akhir ini selama perjalanan berpariwisata ingin memperoleh beberapa manfaat. Ada 2 (dua) faktor penting yang menetukan kepergian untuk berwisata yaitu: 1) faktor pendorong Faktor yang mendorong seseorang untuk berpariwisata adalah ingin terlepas (meskipun untuk sementara) dari kehidupan yang rutin setiap hari, lingkungan yang tercemar, kemacetan lalu lintas, dan kesibukan kota. 2) faktor penarik Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di tempat tujuan wasata. Atraksi ini dapat berupa kemashuran akan obyek, tempattempat yang banyak diperbincangkan orang, serta sedang menjadi berita. Dorongan berkunjung ke tempat teman atau keluarga atau ingin menyaksikan kesenian
serta pertandingan
olahraga
yang sedang
berlangsung juga menjadi daya tarik di daerah tujuan wisata (Fandeli, 1995: 40). commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
Wahab dalam Musanef (1996: 10) mengemukakan bahwa pariwisata terdiri dari 3 unsur yaitu: 1. manusia (man), adalah orang yang melakukan perjalanan wisata. 2. ruang (space), adalah daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan. 3. waktu (time), adalah waktu yang digunakan selama perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata. Yoeti (1996: 172) mengemukakan bahwa: “obyek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu”. Dari pengertian tersebut diketahui bahwa obyek wisata adalah potensi dari suatu daerah yang merupakan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. Dengan kata lain obyek wisata merupakan tempat yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan berpariwisata untuk mendapat kepuasan. Suwantoro (1997: 18) menyebutkan bahwa obyek wisata itu antara lain: a. keindahan alam (obyek wisata alam) Obyek wisata alam ini mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya. b. ciptaan manusia (obyek wisata budaya) Yang termasuk obyek wisata ini antara lain: candi, monument, art gallery dan lain-lain. Obyek wisata ini mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian dan nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau. Namun pendapat lain menyebutkan bahwa obyek wisata dikelompokkan menjadi 3 jenis (Sammeng, 2001: 31), antara lain: 1. obyek wisata alam, misalnya: laut, pantai, gunung (berapi), flora-fauna (langka), kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam dan lain-lain. 2. obyek wisata budaya, misalnya: cagar budaya, bangunan bersejarah, musik tradisional, peninggalan tradisional, festival budaya dan lain-lain. 3. obyek wisata buatan, misalnya: sarana dan prasarana olahraga, hiburan, taman rekreasi, taman nasional dan lain-lain. commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Damardjati (1995: 108), “potensi obyek wisata adalah segala hal dan keadaan baik yang nyata dan dapat diraba, maupun tidak teraba, yang digarap, diatur, dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat atau dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai kemampuan, faktor dan unsur yang diperlakukan atau menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan, baik itu berupa suasana, kejadian, benda maupun layanan atau jasa-jasa”. Daerah atau tempat dapat menjadi obyek wisata bila mempunyai potensi yang dapat menarik pengunjung, baik potensi alam maupun potensi yang dibuat oleh manusia. Sujali (1989: 11), mengungkapkan bahwa potensi obyek wisata terjadi karena proses, dapat disebabkan oleh proses alam maupun proses budidaya manusia. Potensi alam yang dimiliki obyek wisata merupakan kekuatan yang paling besar untuk menarik wisatawan, kemudian dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang ada pada obyek wisata tersebut. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa potensi wisata adalah kemampuan dari obyek wisata yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, potensi yang dapat dikembangkan dapat berupa daya tarik tertentu atau sesuatu yang menarik untuk dikunjungi. Semua obyek wisata mempunyai keunggulan masing-masing sesuai dengan situasi dan kondisinya. Keunggulan inilah yang menarik wisatawan mengunjungi obyek wisata yang ditawarkan. Magelang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki potensi wisata diantaranya wisata alam. Secara geografis Kabupaten Magelang memiliki potensi yang besar terutama kekayaan alamnya. Kawasan obyek wisata Ketep Pass merupakan salah satu kawasan wisata yang menjadi andalan bagi Kabupaten Magelang karena memiliki lingkungan alam yang menarik, khususnya dari aspek topografi, lahan, serta kawasan Merapi yang dapat dilihat jelas dari lokasi ini. 2. Pengembangan Pariwisata Pada hakekatnya pengembangan adalah suatu proses untuk memperbaiki dan meningkatkan suatu yang sudah ada. Musanef (1996: 1), pengembangan commit user yang terencana untuk menarik pariwisata adalah segala kegiatan dan to usaha
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
wisatawan, menyediakan semua prasarana dan sarana, barang dan jasa fasilitas yang diperlukan, guna melayani kebutuhan wisatawan. Musanef juga menyebutkan manfaat pengembangan pariwisata, antara lain : 1. memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja. 2. meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah. 3. mendorong pelestarian budaya, peninggalan sejarah serta lingkungan hidup. Pengusahaan pengembangan obyek dan daya tarik wisata meliputi kegiatan membangun dan mengelola obyek wisata beserta prasarana dan sarana yang diperlukan atau kegiatan mengelola obyek dan daya tarik wisata yang sudah ada. Fandeli (1995:24) mengemukakan bahwa pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayah yang didasarkan pada: 1. memajukan tingkat kehidupan masyarakat sekaligus melestarikan identitas budaya dan tradisi lokal. 2. Meningkatkan
tingkat
pendapatan
secara
ekonomis
sekaligus
mendistribusikan secara merata pada penduduk lokal. 3. Berorientasi pada pengembangan wirausaha berskala kecil dan menengah dengan daya serap tenaga kerja besar dan berpotensi pada teknologi komparatif. 4. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi budaya dengan dampak dampak negatif seminimal mungkin. Ada 4 aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pariwisata, yaitu : 1. Atraksi Atraksi adalah sesuatu yang disajikan atau yang dapat kita lihat di obyek wisata baik yang alami maupun buatan. Atraksi merupakan daya tarik yang mampu menarik perhatian masayarakat untuk berkunjung ke suatu obyek wisata. Atraksi yang disajikan adalah atraksi wisata yang menarik dan dapat dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung sehingga mereka akan tertarik untuk kembali ke commit to user obyek wisata.
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
Atraksi wisata merupakan main tourism suprastucture atau sarana pokok kepariwisataan yaitu fasilitas yang sangat dibutuhkan dan dirasakan perlu sekali adanya bagi wisatawan selama perlawatan mereka di suatu daerah.(Damardjati, 2001:70). Atraksi wisata sebagai wujud peristiwa, kejadian, baik terjadi secara periodik, maupun sekali saja, baik yang bersifat tradisional maupun yang telah dikembangkan dalam kehidupan modern, yang semuanya itu mempunyai daya tarik positif kepada para wisatawan untuk mengunjungi, menyaksikan, dan menikmati sehingga memberikan kepuasan maksimal bagi motif-motif wisatawan yang telah tergerak untuk mengunjunginya. (Damardjati, 2001:102). 2. Aksesibilitas Berupa sarana-prasarana yang menyebabkan wisatawan dapat berkunjung di sebuah tujuan (obyek). Dalam konteks ini, sarana dan prasarana dibangun agar wisatawan dapat mencapai obyek dengan aman, nyaman dan layak. Dengan demikian aksesibilitas menyebabkan wisatawan mencapai obyek wisata dengan mudah, aman dan nyaman/layak. 3. Aktifitas Aktifitas adalah sesuatu yang dilakukan oleh wisatawan maupun penduduk sekitar obyek. Aktifitas yang dilakukan wisatawan misalnya bersantai, menikmati pemandangan, dan sebagainya. Sedangkan aktifitas yang dilakukan penduduk misalnya menyediakan jasa penginapan, warung makan, jasa parkir, dan sebagainya. 4. Amenitas Amenitas adalah fasilitas pendukung kelancaran kegiatan pariwisata yang memberikan rasa nyaman kepada wisatawan. Dapat juga diartikan sebagai sarana pelengkap untuk menunjang kepariwisataan atau supplementing tourism superstructure yaitu fasilitas-fasilitas wisata yang dapat melengkapi sarana-sarana pokok sehingga wisatawan akan merasa lebih betah dan kerasan untuk tinggal lebih lama di suatu daerah atau negara tujuan wisata. Misalnya lapangan golf, kolam renang, lapangan tenis, tempat perkemahan, dan sebagainya. (Damardjati, commit to user 2001:100).
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
Menurut Departemen Kehutanan (1993), pengembangan wisata pada obyek wisata harus memperhatikan beberapa aspek. Aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan pada obyek wisata suatu daerah. Aspek tersebut adalah: 1. Daya tarik obyek wisata Daya tarik merupakan modal pokok yang memungkinkan wisatawan untuk mengunjungi suatu obyek wisata. Daya tarik bisa berupa daya tarik alami dan daya tarik buatan (ciptaan manusia). Daya tarik alami meliputi keindahan alam, pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya. Daya tarik buatan terdiri dari candi, monumen, art gallery, seni budaya, taman rekreasi, dan lain-lain. 2. Potensi pasar Potensi pasar mempunyai peranan penting karena berhasil tidaknya pemanfaatan suatu obyek sebagai obyek wisata tergantung tinggi rendahnya pasar. 3. Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan daya jangkau menuju obyek wisata. Aksesibilitas merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan pariwisata. Dukungan aksesibilitas yang baik akan semakin menekan waktu tempuh wisatawan menuju obyek wisata
yang ditunggu sehingga akan
mempengaruhi minat wisatawan serta penilaian/persepsi wisatawan terhadap obyek wisata. 4. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan yang dimaksud meliputi sikap masyarakat terhadap wisatawan, tingkat kepadatan penduduk di sekitar obyek. Faktor ini sangat penting karena berkaitan dengan kenyamanan wisatawan dalam menikmati obyek wisata. 5. Kondisi iklim Iklim sangat berpengaruh terhadap pengembangan obyek wisata alam karena iklim yang baik akan lebih banyak mengundang wisatawan. commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Tingkat sarana dan prasarana penunjang Peranan
sarana
dan
prasarana
penunjang
adalah
untuk
mendukung/menunjang kemudahan dan kenikmatan wisatawan. Tanpa adanya sarana dan prasarana penunjang wisatawan akan merasa sesuatu yang kurang. Sarana prasarana penunjang meliputi rumah makan, pusat perbelanjaan, telepon umum, toko souvenir dan sebagainya. 7. Hubungan dengan obyek wisata lain Pengembangan suatu obyek disatu pihak perlu memperhatikan adanya obyek lain di lingkungannya yang mencerminkan paket wisata sehingga menujang kunjungan, tetapi di lain pihak mungkin merupakan saingan obyek yang sedang/akan dikembangkan. 8. Kemudahan air bersih Adanya air bersih merupakan faktor yang perlu tersedia dalam pengembangan suatu obyek baik untuk pengelolaan maupun pelayanan. Air tersebut tidak harus bersumber dari dalam lokasi, tetapi bisa didatangkan/dialirkan dari luar lokasi. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata harus dilakukan secara optimal, artinya harus dilakukan sesuai potensi yang sudah ada dan dimiliki obyek wisata tersebut. Perlu adanya perencanaan yang terpadu antara beberapa komponen yang berguna untuk menunjang keberhasilan pengembangan pariwisata. Ada 3 komponen penting yang harus dipersiapkan, antara lain : 1. tersedianya obyek wisata yang dapat dinikmati, atau adanya atraksi yang dapat dilihat. 2. tersedianya sarana transportasi dan perhubungan. 3. komponen penunjang yang berupa akomodasi dan sarana infrastruktur. (Sujali, 1989: 41). Penentuan sistem pengelolaan untuk setiap jenis obyek dan daya tarik wisata dilakukan pendekatan dengan dasar pertimbangan : a. pengembangan suatu obyek dan daya tarik wisata berdasarkan urutan prioritas yang dimiliki sehingga potensi obyek dan daya tarik wisata yang to user tinggi mempunyai prioritascommit untuk dikembangkan lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
b. dalam aspek ekonomi, potensi obyek dan daya tarik wisata sebagai faktor penentu. Penentuan sistem pengelolaan lebih dipengaruhi dan ditentukan oleh potensi dari obyek dan daya tarik wisata tersebut. Berdasarkan faktor tersebut dapat diklasifikasikan potensi obyek dan daya tarik wisata sebagai berikut : a. Kelas A = kelas obyek yang memiliki potensi tinggi. b. Kelas B = kelas obyek yang memiliki potensi sedang. c. Kelas C = kelas obyek yang memiliki potensi cukup. (Musanef, 1996: 184) Untuk mengetahui potensi yang dapat dikembangkan perlu dilakukan penilaian dan pengkajian dengan menetapkan kriterianya. Kriteria penilaian berguna sebagai alat dalam menentukan dasar serta memudahkan dalam usaha menilai, merencanakan, membina dan mengembangkan obyek wisata. Penilaian potensi obyek wisata Ketep Pass digunakan kriteria dan asumsi sebagai berikut : a. Daya Tarik Obyek Wisata Daya tarik obyek wisata merupakan modal utama dalam pengembangan obyek wisata. Untuk menilai variabel ini digunakan beberapa parameter seperti yang dijelaskan Sugiyanto (2004). Parameter itu antara lain : 1. Tingkat keunikan obyek dinilai dari kelangkaan obyek wisatanya, yaitu apakah obyek tersebut mudah ditemukan di daerah lain atau tidak. Nilai keunikan ini dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu tingkat lokal, regional, nasional dan internasional. Asumsinya semakin tinggi tingkat keunikan berarti semakin tinggi potensi untuk dikunjungi wisatawan. 2. Nilai obyek bermaksud mengidentifikasi nilai-nilai obyek yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Nilai obyek ini dibagi menjadi nilai rekreasi, nilai pengetahuan, nilai kepercayaan, dan nilai kebudayaan. Asumsinya semakin banyak nilai obyek pada obyek wisata semakin banyak potensi untuk dikunjungi wisatawan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
3. Ketersediaan lahan untuk rekreasi (aktifitas bersantai, bermain, olah raga, hiking) menunjuk pada ketersediaan lahan untuk melakukan aktifitas rekreasi. Asumsinya semakin banyak lahan yang tersedia semakin banyak potensi untuk dikunjungi wisatawan. 4. Kondisi fisik obyek wisata dinilai dari ada tidaknya kerusakan yang dialami obyek tersebut. Hal ini berkaitan dengan pengelolaan obyek wisata. Kondisi ini dibagi menjadi tiga, yaitu obyek wisata mengalami kerusakan dominan, hanya sedikit kerusakan, dan tidak mengalami kerusakan. Asumsinya jika obyek wisata dalam kondisi baik dalam arti sudah ada pengelolaan terhadap obyek wisata sehingga tidak mengalami kerusakan maka semakin baik nilai kesannya dan semakin besar potensi untuk dikunjungi. b. Aksesibilitas Aksesibilitas adalah kemudahan daya jangkau obyek wisata. Kemudahan pencapaian dan kualitas aksesibilitas merupakan salah satu faktor utama untuk menarik kunjungan wisatawan. Menurut Sugiyanto (2004), faktor yang mempengaruhi aksesibilitas adalah sebagai berikut : 1. Jarak dari jalan raya Jalan raya merupakan parameter keterjangkauan suatu tempat. Obyek wisata yang memiliki jarak lebih dekat dengan jalan raya menunjukkan obyek wisata tersebut lebih mudah dijangkau oleh wisatawan baik dari dalam maupun luar daerah. Penilaian jarak dibagi tiga, yaitu: < 1km, 23 km, >4 km. 2. Kondisi jalan Kondisi jalan (jalan tanah, berbatu, dan aspal) mendukung kelancaran perjalanan menuju obyek. Kualitas jalan dinilai dari jalan desa yang dilewati menuju obyek. Asumsinya kondisi jalan yang baik dalam arti aspal kondisi baik dan lebar akan dapat memperlancar perjalanan menuju obyek, sebaliknya jalan setapak menunjukkan kendala bagi alat transportasi menuju obyek. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
3. Kendaraan menuju obyek Alat transportasi yang tersedia menuju obyek dijadikan instrumen untuk mengukur kemudahan wisatawan menuju setiap obyek. Ketersediaan transportasi umum menunjukkan kemudahan menuju obyek, sebaliknya ketidakadanya transportasi umum berarti lebih sulit menuju obyek. Prideaux (2000) defined the transport system relevant to tourism "as the operation of, and interaction between, transport modes, ways and terminals that support tourists into and out of destinations and also the provision of transport services within the destination". A good and attractive transportation system rests to a large extent on quality and availability of transportation infrastructures. These can be seen as comprising of international / domestic air services and international/domestic airport, land transport systems and routes and water transport infrastructures as well. Transport plays a big part of the tourist equation. In fact the transport system is responsible for connecting tourism generating regions to tourism destination regions and providing transport within the tourism destination (to attraction, hotels, shopping etc). A destination should be easy to get to and easy to get around, particularly if the country is geographically dispersed. Moreover, improved transport infrastructure, particularly for the case of road and land transport, lead to reduced price of transport. In fact road capacity improvements such as more lanes and higher speed, improved reliability or via higher quality road surfacing causing less strain on vehicles parts, improved access to new destinations and attractions, improved safety (more overtaking lanes, wider road shoulders and improved signage) results in fuel economy and reduced wear and tear and reduced transit time of traffic in general. So these hard transport infrastructure investments will impact the price and quality of tourism travel experiences. In turn these improvements to the price and quality of using hard transport infrastructure can influence the choice of destination and travel mode. ( http://www.chios.aegean.gr/tourism/vol1no1.pdf )
c. Amenitas
Fasilitas dasar Fasilitas dasar merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan wisata karena fasilitas ini berfungsi untuk memenuhi commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebutuhan dasar bagi setiap obyek wisata. Yang dimaksud fasilitas dasar antara lain : warung makan, MCK, dan akomodasi. Akomodasi adalah semua jenis sarana yang menyediakan tempat penginapan bagi seseorang yang sedang dalam perjalanan, seperti hotel, motel, wisma, pondok wisma, villa, apartemen, perkemahan, kapal pesiar. (Sammeng 2005 : 28). Unsur yang digunakan dalam menilai kriteria ini didasarkan pada jumlah fasilitas dasar yang berada di sekitar obyek wisata. Semakin banyak fasilitas dasar yang tersedia maka akan memberikan rasa aman karena tersedianya fasilitas dasar tersebut.
Fasilitas pendukung Peran fasilitas pendukung adalah untuk menunjang kemudahan dan kenikmatan pengunjung. Yang termasuk fasilitas pendukung adalah : listrik, tempat ibadah, wartel, dan tempat parkir. Dengan adanya fasilitas yang lengkap akan memberikan kepuasan dan rasa aman bagi wisatawan dalam memenuhi kebutuhannya selama berkunjung.
Usaha pengembangan obyek wisata Analisis SWOT dalam skenario pengembangan pariwisata digunakan untuk mengetahui dan menginventarisasi faktor-faktor sebagai berikut: 1. Kekuatan (Strength) Dengan mengetahui kekuatan pariwisata suatu wilayah maka akan dapat dikembangkan sehingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk pengembangan selanjutnya. Dalam hal ini kekuatan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meraih peluang. 2. Kelemahan (Weaknesses) Yaitu segala fator yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi sektor pariwisata.
Pada
umumnya
kelemahan-kelemahan
yang
dapat
diidentifikasi adalah kurangnya promosi, jeleknya pelayanan, kurang profesionalnya pelaksana pariwisata di lapangan, terbatasnya kendaraan umum ke obyek wisata, dan lain-lain. Dalam hal ini kelemahan dapat commit to user dimanfaatkan untuk meraih peluang.
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Kesempatan (Oportunity) Yaitu semua kesempatan yang ada sebagai akibat kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku, atau kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap dapat member peluang bagi kegiatan pariwisata. 4. Ancaman (Threats) Dalam hal ini ancaman dapat berupa hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi pariwisata, seperti peraturan yang tidak memberikan kemudahan dalam berusaha, rusaknya lingkungan, dan lain sebagainya.
3. Analisis Spasial Ruang menurut Blaut dalam Wahyuni (2002: 6) dibedakan menjadi ruang absolut, ruang relatif dan ruang relasional. Ruang absolut atau Euclidian space adalah ruang yang merupakan wadah yang bersifat khas, fisik dan empiris yang ditentukan berdasarkan ukuran geometri, berdimensi 3 yaitu panjang, lebar dan tinggi. Ruang relatif adalah ruang berlangsungnya suatu relasi kegiatan yang terikat pada proses dan waktu. Pertanyaan utama dalam penelitian berkenaan dengan ruang relatif adalah : apa ? letaknya dimana ? Ruang relasional adalah ruang yang berisi dan mencerminkan dirinya sendiri yang berupa hubungan dengan obyek lain. Suatu proses kegitan selalu berhubungan dan terikat dengan lokasi. Ruang relasional selalu berkaitan dengan referensi organisasi, keruangan dan interaksi keruangan yang berkaitan dengan lokasi. Menurut Bintarto (1992:74), pada hakekatnya analisa keruangan adalah analisa lokasi yang menitikberatkan pada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction) dan gerakan (movement). Analisis keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting maupun seri sifat-sifat yang penting, dengan pertanyaan mengenai faktorfaktor yang menguasai pola persebaran dan bagaimana pola tersebut diubah agar penyebaran tersebut menjadi lebih efisien dan wajar. Dengan kata lain dapat diutarakan bahwa dalam analisa keruangan yang harus diperhatikan adalah pertama penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan kedua penyediaan commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan (Bintarto, 1982: 12). Analisa keruangan dalam geografi bermanfaat dalam aplikasinya terhadap permasalahan perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada unsur penting geografi yaitu : 1.
Integration of Phenomena in Place (kesatuan keruangan) Dalam hal ini dipelajari tentang unit keruangan, seperti region atau areas. Selain itu juga dianalisa keruangan seperti luas dan sifat wilayah, interaksi antar wilayah, fungsi ruang dan sebagainya.
2.
Distribution or the Association of Element Over Space (pola keruangan) Dipelajari mengenai pola keruangan misalnya mendeteksi daerah surplus dan daerah minus air.
3.
The Organization of Phenomena in Space (struktur keruangan wilayah).
B. Penelitian yang Relevan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Judul Peneliti
: Analisis Potensi Obyek Wisata di Kabupaten Boyolali : Ira Dewi Setyowati (2005) Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui sebaran potensi obyek
wisata di Kabupaten Boyolali, (2) mengetahui arah pengembangan obyek wisata yang paling optimal di Kabupaten Boyolali. Peneliti menggunakan metode deskriptif, variabel yang digunakan dalam penilaian potensi yaitu daya tarik obyek, aksesibilitas, fasilitas dasar, fasilitas pendukung. Sumber datanya adalah pengamatan lapangan didukung sumber data sekunder seperti Dinas Pariwisata, BPS, Dinas Pertanian. Hasil penelitiannya adalah obyek berpotensi tinggi adalah Umbul Pengging, Tlatar, dan Joglo Merapi. Arah pengembangan yang optimal yaitu menetapkan beberapa obyek sebagai magnet utama dan generator penggerak bagi obyek lainnya serta melakukan pengembangan berdasarkan faktor commit to user penghambatnya.
perpustakaan.uns.ac.id
2. Judul
20 digilib.uns.ac.id
: Analisis Potensi Obyek Wisata Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara
Peneliti
: Eka Nir Romadhoni (2008)
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menyajikan informasi distribusi spasial obyek wisata di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, (2) menyajikan informasi potensi obyek wisata di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, (3) mengetahui arah pengembangan obyek wisata yang paling optimal di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kalitatif. Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi, observasi dan wawancara. Variabel yang digunakan dalam penilaian potensi yaitu daya tarik obyek, aksesibilitas, fasilitas dasar, fasilitas pendukung. Hasil penelitian adalah: (1) distribusi spasial obyek wisata di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara tersebar di 5 desa, (2) potensi obyek wisata ada 4 obyek dengan potensi tinggi, 8 obyek wisata dengan potensi sedang, dan 3 obyek wisata dengan potensi rendah, (3) 5 prioritas pengembangan yaitu: prioritas 1 meliputi kelompok Candi Arjuna, Candi Gatot Kaca, Museum Purbakala, dan Kawah Sikidang. Prioritas 2 meliputi Candi Bima dan Candi Dwarawati. Prioritas 3 meliputi Telaga Balekambang. Pioritas 4 meliputi Telaga Merdada, Kawah Sileri, Sumur Jalatunda. Prioritas 5 meliputi Kawah Candradimuka, Pemandian Air Panas Bitingan, Curug Sirawe, Gua Jimat. 3. Judul
: Studi Tentang Potensi Pariwisata dan Pengembangannya pada Obyek Wisata Alam di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang.
Peneliti
: Siti Nur Khasanah (2007)
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui potensi obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan. (2) mengetahui faktor-faktor yang mendukung commit user alam di Kecamatan Sawangan. pengembangan pariwisata pada obyektowisata
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan wawancara, observasi, angket, dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah: (1) obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan terbagi dalam kategori potensial (Wonolelo Rest Area, Air Terjun Kedung Kayang, Ketep Pass) dan kategori kuang potensial (Bumi Perkemahan Wonolelo). (2) faktor yang mendukung pengembangan pariwisata pada obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan adalah pemerintah, pengelola, dan penduduk.
commit to user
22
Tabel 1. Penelitian yang Relevan No 1
Peneliti Ira Dewi Setyowati (2005)
Judul Penelitian Analisis Potensi Obyek Wisata di Kabupaten Boyolali
Lokasi Penelitian Kabupaten Boyolali
Tujuan Mengetahui sebaran potensi obyek wisata di Kabupaten Boyolali Mengetahui arah pengembangan obyek wisata yang paling optimal di Kabupaten Boyolali
Metode Deskriptif
2
Eka Nir Romadhoni (2008)
Analisis Potensi Obyek Wisata Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara
Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara
Menyajikan informasi distribusi spasial obyek wisata di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Menyajikan informasi potensi obyek wisata di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Mengetahui arah pengembangan obyek wisata yang paling optimal di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara
Deskriptif kualitatif
3
Siti Nur Khasanah (2007)
Studi Tentang Potensi Pariwisata dan Pengembangannya pada Obyek Wisata Alam di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang
Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang
Mengetahui potensi obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan Mengetahui faktor-faktor yang mendukung pengembangan pariwisata pada obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan
Deskriptif kualitatif
4
Faris Amirudin A (2011)
Kajian Potensi Wisata Ketep Pass dalam Analisis Spasial
Ketep Pass, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang
Mengetahui potensi wisata Ketep Pass. Mengetahui pengembangan potensi wisata Ketep Pass ditinjau dari sudut spasial
Hasil Penelitian Obyek berpotensi tinggi adalah Umbul Pengging, Tlatar, dan Joglo Merapi. Arah pengembangan yang optimal yaitu menetapkan beberapa obyek sebagai magnet utama dan generator penggerak bagi obyek lainnya serta melakukan pengembangan berdasarkan faktor penghambatnya Distribusi spasial obyek wisata di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara tersebar di 5 desa, potensi obyek wisata ada 4 obyek dengan potensi tinggi, 8 obyek wisata dengan potensi sedang, dan 3 obyek wisata dengan potensi rendah, 5 prioritas pengembangan yaitu: prioritas 1 meliputi kelompok Candi Arjuna, Candi Gatot Kaca, Museum Purbakala, dan Kawah Sikidang. Prioritas 2 meliputi Candi Bima dan Candi Dwarawati. Prioritas 3 meliputi Telaga Balekambang. Pioritas 4 meliputi Telaga Merdada, Kawah Sileri, Sumur Jalatunda. Prioritas 5 meliputi Kawah Candradimuka, Pemandian Air Panas Bitingan, Curug Sirawe, Gua Jimat Obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan terbagi dalam kategori potensial (Wonolelo Rest Area, Air Terjun Kedung Kayang, Ketep Pass) dan kategori kuang potensial (Bumi Perkemahan Wonolelo). Faktor yang mendukung pengembangan pariwisata pada obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan adalah pemerintah, pengelola, dan penduduk.
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Pemikiran
Sektor pariwisata di Indonesia mendapat peran yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional dan merupakan sektor yang sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa negara. Adanya pembangunan, penyediaan sarana dan prasarana, serta menambah fasilitas akan menambah wisatawan yang berkunjung ke suatu obyek wisata. Sehingga jumlah
wisatawan
akan meningkat
dan menambah kegiatan
perekonomian penduduk. Dengan meningkatnya perekonomian penduduk maka pendapatan penduduk dan daerah akan meningkat. Untuk menumbuhkan industri pariwisata, geografi dapat memberikan usulan terutama dalam perencanaan pengembangan pariwisata melalui analisis keruangan atau spasial. Fasilitas obyek wisata Ketep Pass akan disajikan berdasarkan distribusi spasialnya (dalam bentuk peta). Ketep Pass mempunyai potensi untuk dikembangkan , maka perlu dibuat klasifikasi untuk menentukan potensi yang dimiliki. Klasifikasi tersebut berdasarkan penilaian daya tarik obyek wisata, aksesibilitas, fasilitas dasar, fasilitas pendukung.
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk mengetahui alur pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat dalam kerangka pemikiran seperti pada gambar berikut :
Obyek wisata Ketep Pass
Analisis potensi obyek wisata 1. daya tarik obyek wisata 2. aksesibilitas 3. fasilitas dasar 4. fasilitas pendukung
Klasifikasi tingkat potensi
Arah pengembangan pariwisata
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
commit to user
Analisis spasial
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Di dalam melaksanakan penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di obyek wisata Ketep Pass di Kabupaten Magelang. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa obyek wisata Ketep Pass merupakan obyek wisata yang cukup menarik minat wisatawan, terutama dengan kondisi alamnya. Meskipun demikian potensi tersebut masih perlu dikembangkan secara maksimal. 2. Waktu Penelitian Jangka waktu penelitian 16 bulan terhitung sejak proposal ini disusun pada Bulan Juli tahun 2009 sampai dengan selesainya penyusunan laporan penelitian pada Bulan November 2010. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut: Tabel 2. Waktu Penelitian Tahun/Bulan No
2009
Kegiatan Jul
1
Tahap Persiapan
2
Penyusunan Proposal
3
Penyusunan
Instrument
Penelitian 4
Pengumpulan Data
5
Analisis Data
6
Penyusunan
Laporan
Penelitian
commit to user
25
2010
Agust-
Nov-
Jan-
Apr-
Jul-
Okt
Des
Mar
Jun
Nov
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.
Bentuk dan Metode Penelitian
Nawawi (1983: 62) mengemukakan bahwa “Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”. Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif sedangkan strategi yang digunakan dalam penelitian dengan survei untuk mendeskripsikan potensi obyek wisata Ketep Pass dalam analisis spasial. C. 1.
Sumber Data Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti. Data primer dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 3. Jenis Data Primer yang Digunakan dalam Penelitian No 1
2
3
4
Jenis Data Primer Variabel Daya Tarik Obyek Tingkat keunikan Nilai obyek Ketersediaan lahan Kondisi fisik obyek Variabel aksesibilitas Jarak Kondisi jalan Kendaraan menuju obyek Variabel fasilitas dasar Warung makan MCK Akomodasi Variabel fasilitas pendukung Listrik Tempat ibadah Wartel Tempat Parkir
Sumber Data Observasi Observasi Observasi Observasi Observasi dan wawancara Observasi dan wawancara Observasi dan wawancara Observasi dan wawancara Observasi dan wawancara Observasi Observasi Observasi dan wawancara Observasi Observasi dan wawancara
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli. Tabel 4. Jenis Data Sekunder yang Digunakan dalam Penelitian No
Jenis Data Sekunder
Sumber Data
1
Peta RBI skala 1 : 25.000
Bakosurtanal
3
Jumlah Penduduk
BPS Kabupaten Magelang
4
Data Curah Hujan
Dinas Pertanian Kabupaten Magelang
5
Jumlah pengunjung obyek wisata Ketep Pass Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang
D.
Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi
Observasi adalah cara atau teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada pada obyek penelitian. Sasaran observasi lapangan pada penelitian ini adalah lokasi obyek wisata Ketep Pass. Data diperoleh dengan cara melakukan pencatatan dan pengamatan dengan menggunakan GPS yang mengacu pada fenomena yang diteliti. Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang ada dilapangan berupa letak obyek wisata, fasilitas, dan aksesibilitas menuju obyek. 2. Wawancara Wawancara yang dilakukan adalah wawancara berstruktur. Informan yang bertindak sebagai responden terdiri dari mereka yang terpilih karena mereka mengetahui kondisi obyek wisata baik fisik maupun sosial. Wawancara dilakukan terhadap pengelola obyek wisata, penduduk sekitar obyek wisata, dan pengunjung obyek wisata. Data yang diperoleh dari wawancara adalah peran serta penduduk dan pengelola terhadap pengembangan obyek wisata, pengaruh obyek wisata terhadap kehidupan masyarakat sekitar, kekurangan fasilitas obyek wisata, dan upaya pengembangan yang akan dilakukan. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas (Tika, 1997: 32). Pada penelitian ini yang dimaksud populasi adalah pengunjung, pengelola, dan masyarakat sekitar Obyek Wisata Ketep Pass. Mardailis (2002: 55) berpendapat bahwa “Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitain”. Tujuan penentuan sampel untuk mengemukakan dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan untuk menarik generalisasi dari hasil penyelidikan. Dalam menentukan sampel hendaknya dipenuhi syarat-syarat utama dalam menentukannya didalam penelitian, artinya bahwa sampel yang digunakan harus dapat mewakili populasi yang telah dikemukakan. Pengambilan
sampel
untuk
pengunjung
dan
masyarakat
sekitar
menggunakan sampel acak berstrata ( stratified random sampling ), sedangkan untuk pengelola obyek wisata menggunakan sampel purposif.
F.
Analisis Data
Dalam penelitian ini untuk mengetahuin potensi obyek wisata Ketep Pass digunakan teknik analisis skoring dan klasifikasi, untuk mengetahui usaha pengembangan obyek wisata Ketep pass digunakan teknik analisis SWOT. Analisis data tersebut dimulai dengan tahapan sebagai berikut: 1. Pemilihan indikator penelitian Pemilihan indikator ini diperoleh dari penelitian sejenis kemudian dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi kepariwisataan obyek wisata Ketep pass. 2. Analisis skoring Analisis skoring menggunakan 4 variabel yaitu daya tarik obyek wisata, aksesibilitas, fasilitas dasar, fasilitas pendukung.Nilai skor ditentukan untuk membedakan pengaruh antara beberapa kriteria penilaian dari satu variabel penelitian yang digunakan, sedangkan bobot yang diberikan untuk membedakan besar pengaruh antar variabel. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai masing-masing krieria tinggal memilih salah satu angka yang terdapat di dalam tabel yang sudah ada sesuai dengan potensi dan kondisi lokasi. Nilai tertinggi menunjukkan bahwa kriteria tersebut merupakan faktor pendukung yang potensial untuk dikembangkan di lokasi itu. Sedangkan nilai terendah merupakan kriteria yang menjadi faktor penghambat. Selanjutnya parameter dan skor yang digunakan dalam variabel tersebut dibuat dan disesuaikan dengan obyek wisata Ketep pass sehingga parameter yang digunakan bersifat lokasional, artinya parameter dan skor ini hanya valid digunakan untuk obyek wisata Ketep Pass. Penilaian potensi obyek wisata digunakan kriteria dan asumsi sebagai berikut: d.
Daya Tarik Obyek Wisata Daya tarik obyek wisata merupakan modal utama dalam pengembangan obyek wisata. Untuk menilai variabel ini digunakan beberapa parameter seperti yang dijelaskan Sugiyanto (2004). Variabel daya tarik diberi bobot angka tertinggi yaitu 4 karena daya tarik memberikan pengaruh yang besar terhadap kunjungan wisatawan. Masingmasing parameter diberi skor berbeda sesuai fungsinya dalam menarik wisatawan.
Tabel 5. Parameter Daya Tarik Obyek Wisata Variabel
Faktor
Kriteria
Tingkat keunikan/kelangkaan
Daya tarik obyek wisata
Tingkat lokal Tingkat regional Tingkat nasional-internasional Nilai obyek wisata Hanya ada 1 obyek (rekreasi, Ada 2 nilai obyek pengetahuan, Ada > 3 nilai obyek kepercayaan/religius, kebudayaan) Ketersediaan lahan Tidak tersedia untuk rekreasi Hanya ada 1 lahan untuk bersantai (bersantai, bermain, Tersedia > 2 lahan untuk bersantai berolah raga, hiking) Kondisi fisik obyek Obyek wisata mengalami kerusakan dominan commit to user wisata secara umum Obyek wisata mengalami sedikit kerusakan
Skor 10 15 20 3 6 9
Bobot 4 4 4 4 4 4
1 3 6
4 4 4
1 3
4 4
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Obyek wisata tidak mengalami kerusakan dominan
6
4
Sumber : Sugiyanto (2004) dengan modifikasi e.
Aksesibilitas Aksesibilitas adalah kemudahan daya jangkau obyek wisata. Kemudahan pencapaian dan kualitas aksesibilitas merupakan salah satu faktor utama untuk menarik kunjungan wisatawan. Menurut Sugiyanto (2004), faktor yang mempengaruhi aksesibilitas adalah jarak, kondisi jalan, dan kendaraan menuju obyek. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada tabel 5. Variabel
aksesibilitas diberi bobot 3 karena aksesibilitas merupakan hal
penting dalam pertimbangan wisatawan untuk berkunjung. Tabel 6. Parameter Aksesibilitas Skor
Bobot
kabupaten
3
3
Jarak dari ibukota menuju obyek 5-
6
3
9
3
Jalan tanah/setapak
3
3
Jalan berbatu
6
3
Jalan aspal
9
3
Kendaraan
Jalan kaki
3
3
menuju
Roda 2 - roda 4 pribadi
6
3
obyek
Umum roda 4
9
3
Variabel
Faktor
Kriteria Jarak
dari
ibukota
menuju obyek > 15 km Jarak
15 km Jarak
dari
ibukota
kabupaten
menuju obyek < 5 km Aksesibilitas Kondisi jalan
Sumber : Sugiyanto (2004) dengan modifikasi f. Amenitas Fasilitas dasar Fasilitas dasar merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan wisata karena fasilitas ini toberfungsi untuk memenuhi kebutuhan commit user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dasar bagi setiap obyek wisata. Yang dimaksud fasilitas dasar antara lain : warung makan, MCK, dan akomodasi. Unsur yang digunakan dalam menilai kriteria ini didasarkan pada jumlah fasilitas dasar yang berada di sekitar obyek wisata. Penilaian kriteria fasilitas dasar diberi bobot 2 karena pengaruh fasilitas dasar terhadap kedatangan pengunjung lebih kecil dibanding faktor daya tarik dan aksesibilitas.
Tabel 7. Parameter Fasilitas Dasar Varibel
Parameter Warung makan
Faslitas
MCK
Dasar
Akomodasi
Kriteria
Skor
Bobot
Tidak ada sama sekali
1
2
Jika hanya ada 1-3 unit
3
2
Jika tersedia > 4 unit
6
2
Tidak ada sama sekali
1
2
Jika hanya ada 1-3 unit
3
2
Jika tersedia > 4 unit
6
2
Belum ada sama sekali
1
2
Jika hanya ada 1-3 unit
3
2
Jika tersedia > 4 unit
6
2
Sumber : Sugiyanto (2004) dengan modifikasi Fasilitas pendukung Peran fasilitas pendukung adalah untuk menunjang kemudahan dan kenikmatan pengunjung. Yang termasuk fasilitas pendukung adalah : listrik, tempat ibadah, wartel, dan tempat parkir. Penilaian kriteria fasilitas pendukung diberi bobot 1 karena fasilitas pendukung merupakan hal yang menjadi pendukung saja dalam menarik wisatawan untuk berkunjung. Tabel 8. Parameter Fasilitas Pendukung Variabel
Parameter Listrik
Kriteria Belum terjangkau sama sekali Sudah terjangkau namun sebagian
commit to user
Skor 1 3
Bobot 1 1
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fasilitas pendukung
Tempat ibadah
Wartel
Tempat parker
Terjangkau dengan baik
6
1
Belum tersedia sama sekali
1
1
Tersedia namun kurang terawatt Tersedia dengan kondisi baik Belum tersedia sama sekali Terdapat 1-2 unit Tersedia > 3 unit Belum tersedia sama sekali Tersedia dengan area yang sempit Tersedia cukup luas
3 6 1 3 6 1 3 6
1 1 1 1 1 1 1 1
Sumber : Departemen Kehutanan dengan modifikasi.
Besarnya nilai masing-masing variabel merupakan jumlah skor dari masing-masing kriteria setelah dikalikan bobotnya. Untuk menentukan klasifikasi potensi obyek wisata, keempat variabel tersebut dijumlah skornya. Total skor dari seluruh variabel yang telah diukur kemudian diklasifikasikan.pengklasifikasian ini dimaksudkan untuk mengetahui obyek wisata termasuk kategori potensial tinggi, sedang atau rendah dengan menggunakan metode klas interval sebagai berikut: I=
a−b n
Keterangan: I = interval klas a = nilai skor tertinggi = ( X1 x 4 ) + ( X2 x 3 ) + ( X3 x 2 ) + ( X4 x 1 ) b = nilai skor terendah = ( Y1 x 4 ) + ( Y2 x 3 ) + ( Y3 x 2 ) + ( Y4 x 1 ) n = jumlah klas X1, X2 = skor tertinggi pada variabel 1, skor tertinggi pada variabel 2, dst. Y1, Y2 = skor terendah pada variabel 1, skor terendah pada variabel 2, dst.
3. Analisis SWOT dan arah pengembangan Analisis SWOT ( Strength, weakness, opportunities, threats ) merupakan analisis yang cukup baik, efektif dan efisien serta sebagai alat yang cepat dalam menemukan kemungkinan-kemungkinan yang berkaitan dengan commit to user pengembangan awal program-program inovasi baru dalam kepariwisataan.
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kebijakan yang dapat mempengaruhi kerja pariwisata dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kebijakan eksternal dan internal. Kondisi kebijakan eksternal menyangkut kendala yang berasal dari luar lingkungan pariwisata yang potensial dapat menghambat kerja kebijakan pariwisata. Sedangkan kondisi kebijakan internal menyangkut aspek kepariwisataan yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan dalam kepariwisataan. Makna analisis SWOT adalah apapun cara dan tindakan yang diambil, proses pembuatan keputusan harus mengandung dan mempunyai prinsip-prinsip mengembangkan
kekuatan,
meminimalkan
kelemahan,
menangkap
kesempatan, dan menghilangkan ancaman.
G. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan penjelasan yang memberikan gambaran tentang keseluruhan dari kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, sampai dengan penulisan laporan. Prosedur dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap paling awal dalam sebuah penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi : a. menentukan lokasi dan waktu penelitian b. mengamati permasalahan yang ada pada lokasi yang telah ditentukan c. survei ketersediaan data d. studi pustaka 2. Tahap Penyusunan Proposal Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap persiapan, yaitu berupa kegiatan merumuskan permasalahan yang ada ke dalam tulisan berupa proposal penelitian yang terdiri dari pendahuluan, kajian teori dan metodologi penelitian. Peneliti menyusun kerangka penelitian secara garis besar, yang ditulis hanya bagian-bagian penting saja dari penelitian. 3. Tahap Penyusunan Instrumen commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kegiatan pada tahap ini adalah mempersiapkan sarana yang digunakan untuk mengumpulkan data. 4. Tahap Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Teknik yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah dengan wawancara dan observasi dan analisis dokumen. 5. Tahap Analisis Data Data yang terkumpul dianalisis bersama dengan hasil wawancara dari informan. Analisis dimulai dengan memahami seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil wawancara, observasi dan analisis dokumen. Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis skoring untuk menentukan potensi wisata Ketep Pass dan analisis SWOT untuk mengetahui arah pengembangan obyek wisata Ketep Pass. 6. Tahap Penulisan Laporan Langkah terakhir dari penelitian ini adalah penyusunan laporan hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk buku berupa skripsi. Laporan ditulis berdasarkan dengan kaidah yang telah ditetapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Luas, dan Batas Kecamatan Sawangan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Magelang. Secara astronomis Kecamatan Sawangan terletak antara 1100 15’ 15” BT – 1100 28’ 39” BT dan 70 30’ 39” LS – 70 30’ 45” LS. Kecamatan Sawangan dibatasi oleh:
Sebelah Utara
Sebelah Timur : Kecamatan Selo (Kabupaten Boyolali)
Sebelah Selatan : Kecamatan Dukun
Sebelah Barat
: Kecamatan Pakis
: Kecamatan Mungkid
Secara administrasi Kecamatan Sawangan terdiri dari 15 Desa. Desa terluas adalah Desa Wonolelo dengan luas 12,35 Km2, desa tersempit adalah Desa Mangunsari dengan luas 2,67 Km2. Luas masing-masing desa di Kecamatan Sawangan adalah sebagai berikut: Tabel 9. Luas Kecamatan Sawangan Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Desa
Luas Km2 % Gondangwangi 3,97 5,48 Sawangan 3,57 4,93 Mangunsari 2,67 3,68 Tirtosari 2,95 4,08 Podosoko 5,7 7,88 Butuh 6,15 8,50 Krogowanan 3,02 4,17 Kapuhan 4,32 5,97 Gantang 4,42 6,11 Jati 5,17 7,14 Soronalan 3,96 5,47 Wulunggunung 3,32 4,59 Ketep 4,18 5,78 Wonolelo 12,35 17,06 Banyuroto 6,62 9,15 Jumlah 72,37 100 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang 2008 commit to user
35
36
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Keadaan Iklim Curah hujan berpengaruh dalam penentuan tipe iklim suatu daerah. Besar kecilnya hujan diketahui melalui pengukuran dari stasiun pengukuran curah hujan di Kecamatan Sawangan dalam waktu sepuluh tahun terakhir (2000-2009). Tabel 10. Data Curah Hujan di Kecamatan Sawangan Periode 2000-2009. Bulan
Curah Hujan (mm) 2000
2001
2002
2003
2004
2005
Rata-
2006
2007
2008
2009
rata (mm)
Januari
352
303
254
572
306
337
247
81
274
736
346,2
Februari
347
327
182
469
289
448
446
421
284
553
376,6
Maret
446
405
305
546
268
864
221
463
650
218
438,6
April
146
159
118
115
147
231
289
540
277
1446
346,8
Mei
77
173
138
74
210
0
322
66
29
267
135,6
Juni
52
29
33
70
16
94
17
70
158
88
62,7
Juli
40
12
0
0
75
312
17
0
0
0
45,6
Agustus
25
0
0
0
3
0
0
4
0
0
3,2
September
24
8
0
0
22
196
0
0
0
0
25
Oktober
329
31
0
82
61
206
0
60
298
72
113,9
November
243
158
468
549
189
223
425
609
678
492
403,4
Desember
270
408
751
402
117
816
232
996
407
304
470,3
Bulan kering
4
5
5
3
3
2
5
3
4
3
3,7
Bulan lembab
1
0
0
3
2
1
0
4
0
2
1,3
Bulan basah
7
7
7
6
7
9
7
5
8
7
7,0
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Magelang dan Hasil Perhitungan
Schmidt dan Fegusson menentukan tipe curah hujan berdasarkan nilan Q dan menggolongkan tiga tipe bulan, yaitu: 1) Bulan basah, yaitu bulan yang curah hujannya lebih besar 100 mm perbulan. Bulan lembab, yaitu bulan yang curah hujannya antara 60-100 mm perbulan. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Bulan kering, yaitu bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm perbulan.
Q=
Rata−rata bulan kering Rata −rata bulan basah
100%
Dari rumus tersebut maka dapat dihitung nilai Q untuk daerah Kecamatan Sawangan. Berdasarkan data curah hujan pada tabel 8 diketahui rata-rata bulan kering 3,7 dan rata-rata bulan basah 7,0 sehingga nilai Q adalah: Q=
3,7 7,0
100%
= 52% Berdasarkan nilai Q tersebut maka Kecamatan Sawangan termasuk dalam zona agak basah (fairly wet). Tabel 11. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson Zona
Nilai Q
Kondisi Iklim
A
0% ≤ Q < 14,3%
Sangat basah (very wet)
B
14,3% ≤ Q < 33,3%
Basah (wet)
C
33,3% ≤ Q < 60,0%
Agak basah (fairly wet)
D
60,0% ≤ Q < 100,0%
Sedang (fair)
E
100,0% ≤ Q < 167,0%
Agak kering (fairly dry)
F
167,0% ≤ Q < 300,0%
Kering (dry)
G
300,0% ≤ Q < 700%
Sangat kering (very dry)
H
700,0% Q ≥
Luar biasa kering (extremely dry)
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12 11
700 %
10 300%
9
Nilai Q ( % )
Jumlah rata-rata bulan kering
8 157 %
H 7 G
100 %
6 5 E
60 %
4
3,7
D
3
(3,7 ; 7,0) 7.0)
33,3 %
C 2 14,3 %
B 1 7,0
0 0
1
2
3
A
4 5 6 7 8 Jumlah rata-rata bulan basah
9
10
11
12
Gambar 2. Diagram Tipe Curah Hujan Daerah Penelitian Menurut Schmidth dan Fergusson
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Keadaan Penduduk a. Jumlah, Persebaran, dan Kepadatan Penduduk Penduduk menjadi pendukung utama dalam kegiatan pariwisata, tanpa dukungan penduduk, pariwisata tidak akan berjalan. Jumlah penduduk di Kecamatan Sawangan adalah 55.327 jiwa yang terdiri dari 27.417 jiwa penduduk laki-laki, dan 27.910 jiwa penduduk perempuan. Luas Kecamatan Sawangan adalah 72,37 Km2 dengan jumlah penduduk 55.327 jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayahnya maka kepadatan penduduk di Kecamatan Sawangan adalah 764,50 jiwa/Km2. Untuk mengetahui jumlah, persebaran, dan kepadatan tiap-tiap desa di Kecamatan Sawangan dapat dilihat pada tabel 10. Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa Desa Gondangwangi mempunyai kepadatan tertinggi yaitu 1462 jiwa/Km2 dan Desa Butuh mempunyai kepadatan terendah, yaitu 503 jiwa/Km2. Tabel 12. Distribusi Kepadatan Penduduk di Kecamatan Sawangan No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Desa
Luas wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2) Gondangwangi 3,97 5.804 1462,0 Sawangan 3,57 4.711 1319,6 Mangunsari 2,67 2.969 1112,0 Tirtosari 2,95 2.962 1004,1 Podosoko 5,7 4.893 858,4 Butuh 6,15 3.097 503,6 Krogowanan 3,02 3.772 1249,0 Kapuhan 4,32 3.412 789,8 Gantang 4,42 3.251 735,5 Jati 5,17 3.621 700,4 Soronalan 3,96 2.224 561,6 Wulunggunung 3,32 2.137 643,7 Ketep 4,18 2.270 543,1 Wonolelo 12,35 6.375 516,3 Banyuroto 6,62 3.829 578,4 Jumlah 72,37 55.327 764,50 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang 2008 commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk merupakan gambaran susunan penduduk berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang sama. 1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin digunakan untuk mengetahui struktur penduduk, penduduk usia produktif, usia non produktif, dan angka ketergantungan. Tabel 13. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kelompok Umur
Penduduk Laki-laki Perempuan 0–4 2.497 2.346 5–9 2.989 2.765 10 – 14 2.853 2.625 15 – 19 2.279 2.094 20 – 24 1.616 1.873 25 – 29 2.741 3.013 30 – 34 2.549 2.624 35 – 39 2.303 2.206 40 – 44 1.782 1.871 45 – 49 1.754 1.897 50 – 54 1.125 1.257 55 – 59 932 1.034 60 – 64 852 894 65 – 69 520 557 70 – 74 329 441 75 + 296 413 Jumlah 27.417 27.910 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang 2008
Jumlah 4.843 5.754 5.478 4.373 3.489 5.754 5.173 4.509 3.653 3.651 2.382 1.966 1.746 1.077 770 709 55.327
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui besarnya angka ketergantungan (Dependency Ratio) di daerah penelitian. Menurut Kusumowisudho (2000: 209) besarnya angka ketergantungan dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝐷𝑅 =
P(0 − 14) + P(> 65) × 100 P(15 − 64)
DR = Dependency Ratio / Angka Ketergantungan P
= Penduduk
K
= Bilangan Konstan yang Besarnya 100 commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari
rumus
tersebut
dapat
diketahui
besarnya
angka
ketergantungan di Kecamatan Sawangan adalah: 𝐷𝑅 =
16075 + 2556 × 100 36696
= 50,77 = 51 Besarnya angka ketergantungan adalah 51, artinya setiap 100 penduduk yang produktif harus menanggung beban ekonomi sebesar 51 penduduk yang tidak produktif. 2)
Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat digunakan untuk mengukur keadaan sosial ekonomi penduduk. Tabel 14. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian No
Mata Pencaharian
Jumlah
%
1
Petani Sendiri
20240
46,28
2
Buruh Tani
10633
24,32
3
Pengusaha
123
0,28
4
Buruh Industri
1376
3,15
5
Buruh Bangunan
953
2,18
6
Pedagang
749
1,71
7
Angkutan
238
0,54
8
PNS, TNI/POLRI
562
1,29
9
Pensiunan
331
0,76
10
Lain-lain
8525
19,49
43730
100
Jumlah
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang 2008
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Hasil Penelitian 1. Penilaian Potensi Wisata Ketep Pass Penilaian variabel penelitian obyek wisata untuk menghasilkan suatu analisis yang matematis maka pengamatan yang semula bersifat kualitatif kemudian dikonversikan ke dalam angka matematis dengan metode skoring. Metode skoring ini menggunakan 4 variabel yaitu variabel daya tarik obyek, variabel aksesibilitas, variabel fasilitas dasar, variabel fasilitas pendukung. Tiap variabel diberi bobot bebeda untuk membedakan besar pengaruh tiap variabel dalam menarik wisatawan. Nilai skor ditentukan untuk membedakan pengaruh antara beberapa kriteria dalam suatu variabel penelitian. Hasil penilaian variabel penelitian adalah sebagai berikut: a. Penilaian Variabel Daya Tarik Obyek Wisata Daya tarik obyek wisata Ketep Pass adalah keindahan alam di sekitar Gunung Merapi dan Merbabu, selain itu juga ada Ketep Volcano Theatre dan Ketep Volcano Center sebagai andalan wisata di Ketep Pass. Variabel daya tarik obyek wisata mempunyai pengaruh paling besar dalam menarik wisatawan, oleh karena itu variabel ini diberi bobot tertinggi yaitu 4. Penilaian variabel daya tarik wisata disajikan dalam tabel berikut. Tabel 15 . Penilaian Variabel Daya Tarik Wisata No
Parameter
Hasil observasi/wawancara
1
Tingkat keunikam/kelangkaan
2
Nilai obyek wisata (rekreasi, pengetahuan, kepercayaan/religius, kebudayaan)
3
Ketersediaan lahan intuk rekreasi (bersantai, bermain, berolahraga, hiking) Kondisi fisik obyek wisata secara umum
Mempunyai tingkat keunikan regional Mempunyai 2 nilai obyek wisata yaitu: Rekreasi (adanya keindahan alam ) Pengetahuan (adanya Ketep Volcano Theatre dan Ketep Volcano Center) Tersedia ≥2 lahan untuk bersantai, terdapat gazebo yang tersebar diseluruh obyek wisata Ketep Pass Dari hasil observasi, kondisi fisik obyek wisata Ketep Pass tidak mengalami kerusakan dominan
4
Jumlah
commit to user
skor
bobot
15
4
Skor x bobot 60
6
4
24
6
4
24
6
4
24
132
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Penilaian Variabel Aksesibilitas Aksesibilitas
merupakan
komponen
yang
penting
dalam
kegiatan
kepariwisataan karena tanpa kualitas aksesibilitas yang baik maka wisatawan akan kesulitan berkunjung ke suatu obyek wisata. Penilaian variabel aksesibilitas menggunakan 3 parameter yaitu jarak, kondisi jalan, dan kendaraan menuju obyek. Variabel aksesibilitas diberi bobot 3. Penilaiannya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 16. Penilaian Variabel Aksesibilitas No
Parameter
1
Jarak
2
Kondisi jalan
3
Kendaraan menuju obyek Jumlah
Hasil observasi/wawancara
skor
bobot
Jarak dari ibukota kabupaten menuju obyek > 15 km Dari hasil observasi, jalan menuju Ketep Pass merupakan jalan aspal Umum roda 4
3
3
Skor x bobot 9
9
3
27
9
3
27 63
c. Penilaian Variabel Fasilitas Dasar Fasilitas dasar berfungsi untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama berada di obyek wisata. Dalam penelitian ini ada 3 fasilitas dasar yang dinilai yaitu warung makan, MCK, akomodasi. Fasilitas dasar mempunyai pengaruh lebih kecil terhadap kunjungan wisatawan dibanding faktor daya tarik dan aksesibilitas. Variabel fasilitas dasar diberi bobot 2. Penilaiannya disajikan dalam tabel berikut. Tabel 17. Penilaian Variabel Fasilitas Dasar No 1 2 3
Parameter Warung makan MCK Akomodasi Jumlah
Hasil observasi/wawancara tersedia > 4 unit tersedia > 4 unit ada 1-3 unit
commit to user
skor
Bobot
6 6 3
2 2 2
Skor x bobot 12 12 6 30
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peta jaringan jalan
d. Penilaian Variabel Fasilitas Pendukung Variabel fasilitas pendukung sebenarnya juga memberi peran yang penting dalam kegiatan kepariwisataan yaitu memberi kemudahan bagi wisatawan. Variabel ini diberi bobot penilaian terendah yaitu 1 karena variabel ini memiliki pengaruh paling kecil terhadap kunjungan wisatawan. Penilaiannya disajikan dalam tabel berikut. Tabel 18. Penilaian Fasilitas Pendukung No
Parameter
1 2 3 4
Listrik Tempat ibadah Wartel Tempat parker Jumlah
Hasil observasi/wawancara Terjangkau dengan baik Tersedia dengan kondisi baik Belum tersedia sama sekali Tersedia cukup luas
skor
Bobot
6 6 1 6
1 1 1 1
Skor penilaian variabel penelitian adalah: I=
a−b n
Keterangan: I = interval klas a = nilai skor tertinggi = ( X1 x 4 ) + ( X2 x 3 ) + ( X3 x 2 ) + ( X4 x 1 ) b = nilai skor terendah = ( Y1 x 4 ) + ( Y2 x 3 ) + ( Y3 x 2 ) + ( Y4 x 1 ) n = jumlah klas X1, X2 = skor tertinggi pada variabel 1, skor tertinggi pada variabel 2, dst. Y1, Y2 = skor terendah pada variabel 1, skor terendah pada variabel 2, dst. Dalam penelitian ini dibuat 3 klas potensi yaitu potensi tinggi, potensi sedang, potensi rendah maka dapat dibuat interval klas dengan rentangan sebagai berikut: a
= ( 41 x 4 ) + ( 27 x 3 ) + ( 18 x 2 ) + ( 24 x 1 ) = 164 + 81 + 36 + 24 = 305
b
commit to user = ( 15 x 4 ) + ( 9 x 3 ) + ( 3 x 2 ) + ( 4 x 1 )
Skor x bobot 6 6 1 6 19
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
= 60 + 27 + 6 + 4 = 97
I=
305−97 3
= 69,33
Dibulatkan menjadi 69
Interval klas potensi obyek wisata dari perhitungan di atas adalah sebagai berikut; Tabel 19. Pembagian Klas Potensi Obyek Wisata No
Jumlah
Klasifikasi
1
305 – 236
Potensi tinggi
2
235 – 166
Potensi sedang
3
165 – 96
Potensi rendah
Skor akhir penilaian variabel penelitian adalah jumlah total semua variabel penilaian (penilaian variabel daya tarik wisata, penilaian variabel aksesibilitas, penilaian variabel fasilitas dasar, penilaian variabel fasilitas pendukung) : 132 + 63 + 30 + 19 = 244 Berdasar tabel pembagian klas potensi di atas maka dapat diketahui bahwa obyek wisata Ketep Pass termasuk dalam kelas potensi tinggi.
2. Pengembangan Obyek Wisata Setelah hasil penilaian variabel penelitian dan klasifikasi potensi Ketep Pass diketahui maka selanjutnya dapat dilakukan analisis pengembangan Obyek Wisata Ketep Pass. Dalam penelitian ini usaha pengembangan obyek wisata ditetapkan dari hasil analisis SWOT ( Strength, weakness, opportunities, threats ), yaitu menganalisis berdasarkan aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terdapat pada obyek wisata Ketep Pass.
commit to user
47 Tabel 20. Analisis SWOT No 1
Variabel
Faktor eksternal Kelemahan
Peluang
Ancaman
Menampilkan pemandangan alam, Ketep Volcano Theater, dan Ketep Volcano center
Masih berada pada kriteria regional
Penambahan atraksi yang berbeda dengan obyek wisata lain agar punya nilai lebih unik
Adanya obyek wisata sejenis di sekitar merapi akan menimbulkan persaingan
Nilai obyek
Ada 2 nilai obyek, yaitu rekreasi dan pengetahuan.
Hanya ada 2 nilai obyek, masih perlu penambahan nilai obyek
Nilai obyek bisa ditingkatkan dengan menambah fasilitas
Nilai obyek yang sama dengan obyek wisata lain akan menjadi saingan
Ketersediaan lahan
Tersedia ≥ 2 lahan untuk bersantai
Variabel Daya Tarik Obyek Tingkat keunikan
Kondisi fisik obyek 2
Faktor internal Kekuatan
Variabel aksesibilitas Jarak
Pengembangan daerah sekitar obyek untuk pembangunan failitas wisata
Kondisi fisik obyek tidak mengalami kerusakan dominan
Menampilkan pemandangan alam pegunungan yang indah
Pengembangan fasilitas di sekitar obyekbisa merusak kondisi alam di sekitar obyek
Jalan beraspal dengan kondisi baik
Jarak obyek dengan ibukota kabupaten ≥15km
Pelebaran jalan untuk mempermudah keterjangkauan
Jarak tempuh yang jauh menyebabkan wisatawan sulit menuju obyek
Kondisi jalan
Kondisi jalan sudah beraspal
Ada beberapa bagian jalan yang rusak
Perbaikan jalan yang rusak agar mudah dilewati kendaraan
Kerusakan jalan menyulitkan wisatawan mencapai obyek
Kendaraan menuju obyek
Sudah terdapat angkutan umum roda 4
Jumlah armadanya masih kurang banyak, belum
Perlu adanya penambahan jumlah angkutan umum
Jumlah angkutan yang masih kurang menjadi kendala
48
3
4
memadai
menuju obyek wisata
menuju obyek
Tersedia ≥4 unit
Kondisi warung yang kurang bersih
Pengelolaan warung makan yang baik agar memberi kenyamanan pengunjung
Kondisi yang kurang bersih bisa menyebabkan wisatawan kurang nyaman
MCK
Tersedia ≥4 unit
Kondisi MCK kurang bersih
Perbaikan sarana MCK
Kondisi yang kurang bersih bisa menyebabkan wisatawan kurang nyaman
Akomodasi
Adanya akomodasi yang memadai akan mendatangkan lebih banyak wisatawan
Hanya tersedia 1- 3 unit
Penambahan akomodasi untuk memenuhi kebutuhan wisatawan
Kurangnya akomodasi menyebabkan wisatawan enggan berkunjung
Masih kurang luas
Perlu perluasan agar tidak menimbulkan antrian untuk beribadah
Saat pengunjung ramai banyak antrian untuk beribadah
Belum tersedia sama sekali
Pengadaan sarana komunikasi terutama wartel
Belum tertata rapi
Perlu penataan yamg lebih rapi agar nyaman bagi pengunjung
Variabel fasilitas dasar Warung makan
Variabel fasilitas pendukung Listrik
Tempat ibadah
Terjangkau dengan baik
Tersedia dengan kondisi baik
Wartel
Tempat Parkir
Tersedia cukup luas
49
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Distribusi Spasial Fasilitas di Obyek Wisata Ketep Pass Salah satu alternatif tempat wisata yang berhawa sejuk dan segar adalah Obyek Wisata Ketep Pass di kabupaten Magelang Jawa Tengah. Ketep Pass tepatnya terletak pada jarak 21 km dari Mungkid, 17 km ke arah Timur dari Desa Blabak, 30 km dari Magelang, 30 Km dari Candi Borobudur, kurang lebih 35 km dari Boyolali dan 25 km dari Salatiga melalui Kopeng. Kawasan Ketep Pass merupakan kawasan wisata pada ketinggian sekitar 1200 m dari permukaan laut. Tempatnya yang lapang dan berada di puncak bukit menjadikan pemandangan dari Ketep Pass bisa leluasa ke segala penjuru arah. Fasilitas yang ada di Ketep Pass antara lain: 1. Gardu Pandang Berupa 2 buah gazebo masing-masing ukuran empat pesegi panjang dan bangunan segi delapan dengan panjang sisi 5 m. Tempat untuk melihat keindahan alam Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, serta hamparan lahan di kedua kaki gunung tersebut. Gambar 3. Gardu Pandang Terdapat 2 buah gazebo yang secara astronomis terletak pada 070 29’ 739” LS, 110 0 22’ 889” BT atau 0431752 mT, 9171409 mU dengan ketinggian 1188 mdpal. 2. Ketep Volcano Theatre Sebuah gedung tempat pemutaran film dokumenter tentang aktifitas Gunung Merapi dengan kapasitas tempat duduk 78 kursi. Film ilmiah yang menceritakan tentang terjadinya, jalur-jalur pendakian, penelitian di Puncak Garuda, serta Gambar 4. Ketep Volcano Theatre letusan dahsyat Gunung Merapi. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara astronomis terletak pada 070 29’ 696” LS, 1100 22’ 896” BT atau 0431770 mT, 9171489 mU dengan ketinggian 1208 mdpal. 3. Ketep Volcano Center Sebuah gedung yang disebut museum dengan luas ± 500 m2. Sebuah museum volcanologi yang di dalamnya berdiri miniatur Gunung Merapi. Komputer interaktif yang berisi tentang dokumen kegunungapian, beberapa contoh batubatuan bukti letusan dari tahun ke Gambar 5. Ketep Volcano Center tahun, poster Puncak Garuda berukuran 3 × 3 m, poster peringatan dini lahar Gunung Merapi. Secara astronomis terletak pada 070 29’ 652” LS, 1100 22’ 912” BT atau 0431791 mT, 9171570 mU dengan ketinggian 1184 mdpal. 4. Pelataran Panca Arga Panca
Arga
mempunyai
arti
lima
gunung. Pada lokasi ini merupakan puncak tertinggi di obyek Wisata Ketep Pass.
Dari
puncak
tertinggi
ini
pengunjung dapat melihat lima gunung yaitu:
Gunung
Merapi,
Gunung
Merbabu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Slamet. Gambar 6. Pelataran Panca Arga Selain lima gunung tersebut, pengunjung masih dapat melihat dan menikmati bukit dan gunung kecil antara lain Gunung Tidar, Gunung Andong, Bukit Menoreh, dan Bukit Telomoyo. Secara astronomis terletak pada 070 29’ 672” LS, 1100 22’ 895” BT atau 0431767 mT, 9171531 mU dengan ketinggian 1204 mdpal. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Restoran Ketep Pass Disini pengunjung dapat menikmati menu yang disajikan di restoran sesuai selera. Bangunan di atas Ketep Volcano Theatre yang berdinding kaca ini sangat cocok untuk menikmati hidangan juga sambil menikmati indahnya panorama alam di kaki Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Gambar 7. Restoran Ketep Pass Secara astronomis terletak pada 070 29’ 683” LS, 1100 22’ 895” BT atau 0431773 mT, 9171511 mU dengan ketinggian 1204 mdpal. 6. Teropong Sebanyak 2 buah yang berada di puncak Panca Arga dan Gardu Pandang. Dengan teropong
ini
pengunjug
dapat
melihat
dengan jelas keindahan panorama Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Terdapat 2 buah
teropong,
masing-masing
secara
0
astronomis terletak pada 07 29’ 670” LS, 1100 22’ 906” BT atau 0431788 mT, Gambar 8. Teropong
9171536 mU dan 070 29’ 739” LS, 1100 22’ 879” BT atau 0431741 mT, 9171410 mU.
7. Mushola Luas bangunan mushola ± 10 m2 dengan bentuk bangunan yang artistik, lengkap dengan tempat wudhlu dan toilet. Secara astronomis terletak pada 070 29’ 660” LS, 1100 22’ 912” BT atau 0431808 mT, 9171553 mU dengan ketinggian 1184 mdpal. commit to user Gambar 9. Mushola
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Area Parkir
Gambar 11. Area Parkir Mobil
Gambar 10. Area Parkir Motor
Areal parkir yang luas dan cukup memadai. Terdapat parkir sepeda motor dan parkir mobil, untuk parkir sepeda motor terletak memanjang di depan pintu masuk. Letak koordinat parkir motor dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21. Tabel Letak Koordinat Parkir Motor. No 1
Nama Obyek Parkir motor 1
Geografis
UTM
Ketinggian (mdpal)
070 29’ 711” LS
0431758 mT
1204
110 22’ 889” BT
9171462 mU
07 29’ 699” LS
0431754 mT
110 22’ 888” BT
9171483 mU
07 29’ 692” LS
0431752 mT
110 22’ 886” BT
9171498 mU
07 29’ 648” LS
0431746 mT
110 22’ 884” BT
9171510 mU
07 22’ 683” LS
0431738 mT
110 22’ 880” BT
9171515 mU
0
2
Parkir motor 2
0
0
3
Parkir motor 3
0
0
4
Parkir motor 4
0
0
5
Parkir motor 5
0
0
1203 1202 1201 1199
Sedangkan untuk parkir mobil memanjang di pinggir jalan dan di depan pintu masuk 2
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 22. Tabel Letak Koordinat Parkir Mobil. No
Nama Obyek
Geografis
UTM
Ketinggian (mdpal)
1
Parkir mobil 1
070 29’ 633” LS
0431731 mT
1195
1100 22’ 873” BT 9171513 mU 2
Parkir mobil 2
070 29’ 674” LS
0431694 mT
1195
1100 22’ 853” BT 9171527 mU 3
Parkir mobil 3
070 29’ 666” LS
0431814 mT
1184
0
110 22’ 920” BT 9171545 mU 4
Parkir mobil 4
070 29’ 651” LS
0431784 mT
1183
1100 22’ 904” BT 9171573 mU 5
Parkir mobil 5
070 22’ 648” LS
0431776 mT
1183
1100 22’ 898” BT 9171577 mU
9. Pintu Masuk Terdapat 2 pintu masuk. Secara astronomis terletak pada 070 29’ 679” LS, 1100 22’ 878” BT atau 0431735 mT, 9171520 mU dengan ketinggian 1198 mdpal, dan 070 29’ 641” LS, 1100 22’ 908” atau 0431792 mT, 9171592 mU dengan ketinggian 1183 mdpal. 10. Pos keamanan Terdapat 1 pos keamanan terletak di depan Ketep Volcano Theater. Secara astronomis terletak pada 070 29’ 703” LS, 1100 22’ 896” BT atau 0431771 mT, 9171475 mU dengan ketinggian 1207 mdpal. 11. Pendopo Secara astronomis terletak pada 070 29’ 724” LS, 1100 22’ 887” BT atau 0431755 mT, 9171438 mU dengan ketinggian 1189 mdpal. 12. Tugu peresmian Letaknya berada di dekat pos keamanan. Secara astronomis terletak pada 070 29’ 709” LS, 1100 22’ 893” BT atau 0431764 mT, 9171465 mU dengan ketinggian 1204 mdpal. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 12. Pintu Masuk
Gambar 13. Pos Keamanan
Gambar 14. Pendopo
Gambar 15. Tugu Peresmian
13. Kantor Secara astronomis terletak pada 070 29’ 748” LS, 1100 22’ 882” BT atau 0431744 mT, 9171395 mU dengan ketinggian 1185 mdpal. 14. Toilet Terdapat 7 toilet yang tersebar di area obyek wisata, masing-masing dapat dilihat pada tabel 23.
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 23. Letak Koordinat Toilet. Nama Obyek
No
Geografis
UTM
Ketinggian (mdpal)
1
Toilet 1
07 29’ 689” LS
0431723 mT
110 22’ 896” BT
9171562 mU
07 29’ 715” LS
0431759 mT
110 22’ 890” BT
9171456 mU
070 29’ 715” LS
0431763 mT
110 22’ 894” BT
9171456 mU
070 29’ 741” LS
0431733 mT
110 22’ 875” BT
9171408 mU
070 29’ 685” LS
0431750 mT
110 22’ 886” BT
9171508 mU
07 29’ 715” LS
0431759 mT
110 22’ 890” BT
9171456 mU
07 29’ 715” LS
0431763 mT
0
0
2
Toilet 2
0
0
3
Toilet 3
0
4
Toilet 4
0
5
Toilet 5
0
6
Toilet 5
0
0
7
Toilet 7
0
1197 1190 1189 1194 1200 1190 1189
1100 22’ 894” BT 9171456 mU 15.
15. Warung Warung kaki lima terletak memanjang di depan obyek wisata, juga memanjang di area obyek wisata Ketep Pass. Kebanyakan adalah warung penjual makanan. Selain itu juga terdapat kios tanaman hias, toko souvenir, dan penjual jagung bakar. Untuk mengetahui letak geografis lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Jumlah pedagang yang ada di area ketep Pass berdasarkan wawancara dengan masyarakat ada sekitar 100 pedagang. Semuanya berasal dari daerah sekitar obyek, tidak ada pedagang dari luar daerah.
commit to user Gambar 16 . Toilet
Gambar 17. Warung
57
58
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan penilaian potensi obyek wisata dan analisis SWOT di atas kemudian dapat ditentukan prioritas usaha pengembangan obyek wisata Ketep Pass. Langkah-langkah dalam menentukan usaha pengembangan ini didasarkan pada kelemahan dan ancaman yang dapat menghambat pengembangan. Serta dengan mengoptimalkan peluang dan kekuatan yang ada untuk menarik wisatawan. Usaha pengembangan dalam penelitian ini masih berupa gambaran secara umum, artinya perlu penelitian lebih lanjut. Lebih jauh mengenai pengembangan obyek wisata Ketep Pass disajikan dalam tabel berikut: Tabel 24. Pengembangan Obyek Wisata Ketep Pass No 1
Aspek Pengembangan Daya tarik obyek wisata
Analisis SWOT Obyek wisata Ketep Pass mempunyai nilai unik regional karena tidak ada obyek wisata serupa di Kabupaten Magelang, tetapi di daerah lain masih ada obyek wisata yang serupa dengan Ketep Pass, misalnya di Kaliurang Yogyakarta. Kondisi jalan yang sempit dan ada beberapa bagian jalan yang rusak
2
Aksesibilitas
3
Fasilitas dasar
Jumlah tempat menginap yang masih kurang, serta kondisi warung makan dan toilet yang belum terkelola dengan baik
4
Fasilitas pendukung
Tempat ibadah yang kurang luas, belum tersedia wartel, kondisi parkir yang kurang rapi.
commit to user
Usaha Pengembangan Perlu penambahan atraksi yang berbeda dan belum ada di obyek wisata lain agar keunikannya juga berbeda sehingga wisatawan lebih tertarik berkunjung ke Ketep Pass Perlu pelebaran jalan dan perbaikan agar memudahkan wisatawan berkunjung ke Ketep Pass Penambahan tempat menginap disekitar obyek serta perbaikan fasilitas warung makan dan toilet agar wisatawan lebih nyaman berkunjung ke Ketep Pass Perluasan tempat ibadah, pengadaan wartel, dan penataan tempat parkir agar wisatawan merasa nyaman selama berkunjung ke Ketep Pass
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Obyek Wisata Ketep Pass dapat disimpulkan bahwa Obyek Wisata Ketep Pass masuk dalam kategori potensi tinggi. 2. Pengembangan obyek wisata berdasarkan faktor penghambat terutama pada faktor daya tarik obyek wisata, aksesibilitas, fasilitas dasar, fasilitas pendukung. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat diambil implikasi sebagai berikut: 1. Ketep Pass merupakan daerah yang sangat cocok untuk pengembangan obyek wisata alam karena lokasinya strategis. Dengan kondisi yang seperti itu, dilakukan usaha-usaha untuk pengembangannya yang melibatkan komponen-komponen yang ada, yaitu pemerintah, pengelola dan penduduk. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran Geografi di sekolah tingkat SMA pada kompetensi dasar persebaran lokasi sumber daya alam di Indonesia. C. Saran 1. Sebagian besar kendala atau faktor penghambat obyek wisata adalah masalah aksesibilitas dan kurangnya fasilitas umum yang disediakan. Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk melakukan pembangunan sarana akomodasi yang memadai dan pembangunan fasilitas umum untuk meningkatkan kualitas obyek wisata yang nantinya berdampak pada peningkatan jumlah wisatawan.
commit to user
60
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Dalam pembangunan obyek wisata Ketep Pass perlu memperhatikan kondisi alam di sekitar agar tidak merusak kondisi alam dan menurunkan potensi alam di daerah tersebut.
Suplemen / Saran dari Ketua Panitia Ujian :
Di kawasan obyek wisata Ketep Pass, tata guna lahan adalah peraturan dan arahan penggunaan lahan yang pada dasarnya mengatur fungsi apa saja yang boleh dan tidak boleh berada di kawasan tersebut.
Konsep utama pengembangan kawasan Ketep Pass: 1. Keterpaduan fisik Kawasan Ketep Pass merupakan kawasan dengan karakter alam pegunungan yang berpotensi agraris. Sebagai lahan hijau berstatus kawasan konservasi alam yang dilindungi dan berfungsi sebagai kawasan lindung yang telah berkembang serta menjadi kawasan berpotensi tumbuh cepat. Penetapan fungsi kawasan wisata memunculkan peluang bagi sebuah lingkungan binaan yang selanjutnya dapat memunculkan sebuah perbedaan dengan karakter konservasi alam itu sendiri. Dengan demikian perlu adanya sebuah keterpaduan antara karakter alam pegunungan sebagai kawasan lindung dengan karakter fisik buatan sebagai lingkungan binaan. Ketep Pass sebagai tempat tertinggi di Bukit Ketep difungsikan sebagai fasilitas umum publik. Peruntukan lahan di sekitar obyek wisata Ketep Pass ditetapkan sebagai daerah hijau (bukan daerah terbangun), dengan maksud agar Ketep Pass menjadi satu-satunya fasilitas umum publik yang diijinkan.
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel Penataan Kawasan Alam yang Dilindungi No 1
2
3
Peruntukan Lahan
Pemanfaatan Lahan
Kawasan alam yang dilindungi
Dengan
Aplikasi Konsep
dikembangkannya Pengembangan
kawasan
Kawasan sumber air
wisata
Kawasan konservasi
(pengembangan
Kawasan studi ilmiah
budidaya
Kawasan wisata hutan
pemanfaatan lahan kawasan syarat Kepemendagri Nomor
Pinggiran Kawasan Lindung
vulkanologi Ketep Pass. Masing-masing
di
lahan segmen
diperhitungkan
tengah terhadap pemenuhan syarat-
lindung)
tetap 59 Tahun 1988 tentang unit
Kawasan wisata air
mengutamakan syarat-syarat lingkungan mencakup KDB,
Kawasan wisata hutan
kawasan
Kawasan konservasi
Kawasan studi ilmiah
Kebun rakyat
Hutan rakyat
Kawasan pertanian
Pertanian
Irigasi
Permukiman
alam
yang KLB, tinggi bangunan, dan
dilindungi.
Pembangunan penetapan fungsi lahan.
fisik
ada
yang
di
luar
persyaratan yang diijinkan dikembalikan
agar
memenuhi syarat menjadi kawasan lindung.
2. Keterpaduan visual Sebagai kawasan yang sedang tumbuh, kawasan Ketep Pass diprediksikan akan tumbuh bangunan-bangunan penunjang aktifitas pariwisata. Ketep Pass sebagai kawasan budidaya di wilayah konservasi alam seharusnya diterjemahkan ke dalam menjadi sebuah kosep penataan fisik. Bangunan-bangunan yang direncanakan harus memiliki keterpaduan dengan alam.
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No 1
Aspek
Aplikasi Konsep
Tata guna lahan
Potensi alam, keunikan khas, pertanian, hutan, sumber air bersih yang ada harus dikuatkan tampilannya.
Tempat-tempat dengan pemandangan baik adalah tempat terbuka publik
Perlu menggali upaya-upaya pengaturan tata guna lahan agar konsistensi kuantitas dan kualitas alam ruang hijau tetap terjaga.
2
Bentuk
dan
massa
bangunan
Bentuk bangunan menonjolkan bangunan geospacevulkanologi sebagai ciri khas kawasan
Penataan massa bangunan menempatkan alam sebagai obyek utama.
3
Sirkulasi dan parkir
Sirkulasi dan parkir ditata agar wisatawan dapat menikmati obyek wisata alam dengan nyaman.
4
Sarana dan prasarana
Ketersediaan listrik, air bersih, drainase, tempat sampah, serta fasilitas lain disesuaikan dengan arahan fungsi, visual, dan fisik yang terpadu.
Ada peredaan dalam menilai antara obyek wisata buatan dan obyek wisata buatan, terutama dalam penilaian fasilitas yang ada. Hal ini dimaksudkan agar tidak merusak kondisi
alamnya. Semakin banyak fasilitas yang
tersedia di obyek wisata alam, maka akan merusak kondisi alamnya, dan akan menurunkan potensi alamnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel Perbedaan Penilaian Parameter Daya Tarik Obyek Wisata No
Parameter
1
Tingkat keunikam/kelangkaan
2
Nilai obyek wisata (rekreasi, pengetahuan, kepercayaan/religius, kebudayaan) Ketersediaan lahan intuk rekreasi (bersantai, bermain,
3
Penilaian SWOT untuk obyek wisata buatan Penilaian tertinggi adalah tingkat nasionalinternasional. Semakin banyak nilai obyek wisata, nilainya semakin tinggi. Semakin banyak lahan commit to user
untuk rekreasi, semakin
Penilaian untuk obyek wisata alam Penilaian tertinggi adalah tingkat nasionalinternasional. Semakin sedikit nilai obyek wisata, yaitu hanya wisata alam, nilainya semakin tinggi. Semakin sedikit lahan untuk rekreasi, semakin
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4
berolahraga, hiking)
tinggi nilainya.
tinggi nilainya karena tidak akan merusak kondisi alam.
Kondisi fisik obyek wisata secara umum
Nilai tertinggi jika obyek wisata tidak mengalami kerusakan dominan.
Nilai tertinggi jika obyek wisata tidak mengalami kerusakan dominan.
Tabel Perbedaan Penilaian Parameter Aksesibilitas No
Parameter
1
Jarak
2
Kondisi jalan
3
Kendaraan menuju obyek
Penilaian SWOT untuk obyek wisata buatan
Penilaian untuk obyek wisata alam
Nilai tertinggi jika jarak dengan ibukota kabupaten dekat. Nilai tertinggi jika
Nilai tertinggi jika jarak dengan ibukota kabupaten dekat. Nilai tertinggi jika
kondisi jalan sudah beraspal
kondisi jalan belum beraspal, masih alami.
Nilai tertinggi jika sudah bisa dilalui kendaraan roda 4
Nilai tertinggi jika belum banyak dilalui kendaraan.
Tabel Perbedaan Penilaian Parameter Fasilitas Dasar No
Parameter
Penilaian SWOT untuk obyek wisata buatan
Penilaian untuk obyek wisata alam
Semakin sedikit warung makan yang tersedia, maka nilainya semakin tinggi Semakin sedikit MCK yang tersedia, maka nilainya semakin tinggi Semakin sedikit akomodasi yang tersedia, maka nilainya semakin tinggi
1
Warung makan
Nilai tertinggi jika banyak tersedia warung makan.
2
MCK
Nilai tertinggi jika banyak tersedia MCK
3
Akomodasi
Nilai tertinggi jika banyak tersedia akomodasi
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel Perbedaan Penilaian Parameter Fasilitas Pendukung No
Parameter
1
Listrik
2
Tempat ibadah
3
Wartel
4
Tempat parkir
Penilaian SWOT untuk obyek wisata buatan
Nilai tertinggi jika sudah terjangkau dengan baik. Nilai tertinggi jika kondisinya baik. Nilai tertinggi jika tersedia > 3 unit Nilai tertinggi jika tersedia cukup luas
commit to user
Penilaian untuk obyek wisata alam
Nilai tertinggi jika sudah terjangkau dengan baik. Nilai tertinggi jika kondisinya baik Nilai tertinggi jika belum ada wartel Nilai tertinggi jika tersedia cukup luas