KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT B3 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA EVALUATION OF SOLID HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT IN Dr. SOETOMO HOSPITAL SURABAYA Palupi Mutiara Perdana* dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo, Jl. Arief Rahman Hakim Surabaya 60111 Abstrak RSUD Dr. Soetomo yang merupakan pusat rujukan rumah sakit di Indonesia Bagian Timur setiap harinya menangani antara 1.500 sampai 2.000 pasien. Pengelolaan limbah padat B3 di RSUD Dr. Soetomo masih belum memenuhi peraturan yang berlaku. Oleh sebab itu diperlukan adanya penelitian untuk mengidentifikasi jumlah timbulan serta komposisi limbah padat, serta merekomendasikan teknologi pengelolaan yang memenuhi syarat. Dalam penelitian ini laju timbulan dan komposisi limbah padat B3 ditentukan di Ruang Rawat Inap, Poliklinik, Instalasi Penunjang, Laboratorium, Ruang Operasi dan TPS, dengan melakukan sampling selama 8 kali ulangan. Metode yang digunakan mengikuti prosedur sesuai SNI 19-3964-1995 tentang Metoda Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan dan Fasilitas Umum. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan komposisi limbah padat B3 RSUD Dr. Soetomo terdiri atas: limbah toksik bersifat tajam (11.47%); limbah toksik farmasi (22.25%); limbah toksik kimia (1.76%); dan limbah infeksius (64.52%) dari total timbulan sebesar 1131.74 kg/hari pada bulan April 2011. Pengelolaan limbah padat B3 RSUD Dr. Soetomo belum mengikuti peraturan mengenai pengelolaan B3 yang ada. Rekomendasi teknologi alternatif untuk peningkatan pengelolaan limbah B3 meliputi: pengadaaan bahan sesuai kebutuhan untuk menghindari terbuangnya bahan kadaluarsa, sistem pewadahan bervolume memadai dengan sistem pegas pembuka, serta melengkapi insinerator dengan peralatan pembersih gas dan memodifikasi proses agar dapat bekerja pada suhu minimum 1100ºC dengan Destruction Removal Efficiency (DRE) minimum 99.99 %. Kata kunci: Limbah padat B3, pengelolaan, RSUD Dr. Soetomo Abstract RSUD Dr. Soetomo is a reference hospital for easten Indonesia. This hospital serves 1500 to 2000 patients every day. Preliminary research showed that there was still disobedience to the hazardous solid waste treatment regulations. Therefore, it is necessary to do a research on the identification of solid hazardous waste generation and composition in order to provide recommendations for a better management. The generation and composition of solid hazardous waste were determined in patient rooms, polyclinics, support facilities, laboratories, surgery rooms, and solid waste temporary disposal site. Samples were collected 8 times. The methods followed the procedure of Indonesian National Standards SNI 19-3964-1995 concerning Sampling and Measurement Methods for Solid Waste Generation and Composition in Urban Area and Public Facilities. The sampling sites were determined by using stratified random sampling method. Results of this research showed that the composition of solid hazardous waste in RSUD Dr. Soetomo consisted of toxic sharp waste (11.47%), toxic farmacological waste (22.25%), toxic chemical waste (1.76%), and infectious waste (64.52%). The total generation rate in April 2011 was 1131.74 kgs/day. The solid hazardous waste treatment in RSUD Dr. Soetomo had not fully followed the regulations concerning hazardous waste treatment. Recommendations for the improvement of hazardous waste treatment included: implementation of appropriate procurement of materials in order to minimize waste; waste containers should be sufficiently equipped with mechanic lid; incinerator should be equipped with gas cleaning facility, and installation of process modification facility, which could adjust a minimum temperature of 1100ºC and minimum Destruction Removal Efficiency (DRE) of 99.99%. Keywords: Hazardous waste, management, RSUD Dr. Soetomo
PENDAHULUAN Survei yang dilakukan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2006), menyatakan bahwa masih banyak rumah sakit yang kurang memberikan perhatian serius terhadap pengelolaan limbahnya, khususnya limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Definisi limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Sebagian besar rumah sakit (>90%) menghasilkan limbah medis antara lain darah, limbah mikrobiologi, limbah benda tajam, limbah dari isolasi penyakit menular, limbah patologi, limbah otopsi dan limbah bangkai hewan yang telah terkontaminasi. Sedangkan dari kegiatan operasional rumah sakit kecil (>80%) dihasilkan limbah medis dari kegiatan di ruang operasi, laboratorium dan dialisis (Rutala et al., 1989). Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengidentifikasi jumlah timbulan serta komposisi limbah padat B3 berdasarkan jenis dan sumbernya, mengevaluasi kondisi pengelolaan limbah padat B3 serta merekomendasikan alternatif teknologi pengelolaan limbah padat B3 ke depannya untuk dapat meningkatkan kesesuaiannya dengan peraturan. Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi limbah B3 dari sumber tidak spesifik, limbah B3 dari sumber spesifik dan limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Limbah yang tidak termasuk dalam daftar tersebut, diidentifikasi sebagai limbah B3 setelah melalui pengujian salah satu atau lebih karakteristik dari: limbah mudah meledak, limbah mudah terbakar, limbah yang bersifat reaktif, limbah beracun, limbah yang dapat menyababkan infeksi dan limbah yang bersifat korosif. Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (KepmenLH No. 58, 1995). Menurut Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PPM & PL) dan Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI (1995), penggolongan limbah medis menurut potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya terdiri atas: 1. Limbah benda tajam yaitu objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. 2. Limbah infeksius yaitu limbah yang berkaitan dengan penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari ruang perawatan/isolasi penyakit menular. 3. Limbah jaringan tubuh yang meliputi organ, anggota badan, darah, dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsy. 4. Limbah sitotoksik yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. 5. Limbah farmasi yaitu terdiri atas obat-obatan kadaluarsa, obat yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, atau limbah dari proses produksi obat. 6. Limbah kimia yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinary, laboratorium, proses sterilisasi atau riset. 7. Limbah radioaktif yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionuklida. Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, pewadahan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3. Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali. Hal yang penting dilakukan sebelum pengelolaan limbah adalah mereduksi volume limbah agar biaya pengolahan dapat ditekan (PP No. 18 Tahun 1999). Setelah reduksi dilakukan pengemasan, menurut Kepbapedal No. 5 (1995), pengemasan limbah B3 harus dilakukan dengan memberi penandaan pada setiap kemasan untuk memberikan identitas limbah sehingga kehadiran limbah B3 dalam suatu tempat dapat dikenali. Setelah dikemas, limbah B3 diangkut menuju lokasi pengolahan. Kegiatan pengangkutan limbah B3 harus disertai dengan dokumen lengkap mengenai limbah yang diangkut dan dokumen tersebut harus menyertai limbah ke tempat yang dituju. Hal yang selanjutnya dilakukan adalah pengolahan limbah B3 yang merupakan proses mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk menurunkan kadar kontaminan dalam limbah. Pengolahan dilakukan agar kualitas limbah mendekati tingkat kelayakan untuk dibuang ke lingkungan. Setelah diolah, dilakukan penimbunan terhadap residu limbah B3 di tempat penimbunan sesuai dengan Lampiran Kepbapedal No. 3 (1995). Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo (RSUD Dr. Soetomo) berdiri pada tahun 1923 dengan nama NIAS (Netherlandsch Indische Artsen School), yang merupakan salah satu rumah sakit terbaik di Indonesia Bagian Timur. Saat ini RSUD Dr. Soetomo beralamat di Jalan Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya, Jawa Timur, menempati lahan seluas 163.879 m2. Status kepemilikan RSUD Dr. Soetomo adalah milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan merupakan tipe rumah sakit A. Jumlah SDM yang dimiliki RSUD Dr. Soetomo saat ini sebanyak 4.983 orang yang terdiri atas dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi spelialis, dokter gigi, perawat, bidan, ahli kesehatan masyarakat, tenaga gizi, dll. Sedangkan jumlah tempat tidur yang dimiliki sampai saat ini sebanyak 1.505 tempat tidur. Beberapa contoh pelayanan kesehatan yang terdapat di RSUD Dr. Soetomo diantaranya Instalasi Rawat Darurat (IRD); Instalasi Rawat Jalan (IRJ); Instalasi Rawat Inap (Irna); Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT); Graha Amerta dan Gedung Pusat Diagnostik Terpadu (PDT). Sistem pengolahan existing limbah medis padat yang telah tersedia di RSUD Dr. Soetomo meliputi pemilahan, yang dipilah berdasarkan jenis-jenis limbah medis tajam, limbah medis lunak, limbah medis sitotoksik dan limbah farmasi. Setelah dipilah, dilakukan pewadahan dengan kantong plastik sesuai dengan jenisnya. Selanjutnya dilakukan pengumpulan menggunakan trolley menuju insinerator untuk dimusnahkan. Tetapi khusus untuk limbah botol infus bekas pakai, setelah dilakukan pewadahan, langsung disimpan untuk dilakukan pemanfaatan selanjutnya. METODOLOGI Pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan SNI 19-2964-1995 tentang Metoda Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan untuk Fasilitas Umum. Pengukuran ini dilakukan untuk menentukan nilai berat total, densitas dan volume setiap komposisi limbah padat B3 di RSUD Dr. Soetomo. Pengambilan data diawali dengan data sekunder yang bertujuan untuk mengetahui data-data rumah sakit yang berkaitan dengan limbah B3. Data sekunder meliputi denah rumah sakit; jumlah kamar; fasilitas yang tersedia; kondisi eksisting pengelolaan limbah medis yang sudah dilakukan serta spesifikasi alat yang digunakan untuk mengetahui aspek teknis. Sedangkan data primer bertujuan untuk mengetahui kondisi nyata pengelolaan limbah padat B3 rumah sakit. Sasaran dari data primer ini adalah jumlah timbulan, jenis dan komposisi limbah B3; kondisi pengelolaan eksisting limbah padat B3 serta fasilitas atau sarana yang digunakan untuk mengelola limbah padat B3 oleh rumah sakit. Adapun yang dilakukan untuk mendapatkan data primer adalah menentukan jumlah sampel sumber penghasil limbah medis. Tipe sumber penghasil limbah medis dibedakan menjadi tempat 6
yaitu ruang rawat inap, ruang operasi, laboratorium, instalasi penunjang, poliklinik dan TPS. Cara pengambilan data primer, dilakukan dengan teknik sampling stratified random sampling dengan cara alokasi ala Neyman karena beda variance dari stratum-stratum (σ2) sangat mencolok besarnya. Selain menggunakan teknik sampling, pemilihan ruangan atau lokasi sampling dapat ditentukan berdasarkan tingkat kekhususan ruangan atau dari kekompleksan limbah padat B3 yang dihasilkan. Penentuan ini didapatkan dari wawancara terhadap petugas instalasi sanitasi dan petugas pengumpul limbah medis berkategori B3 oleh CV AGS. Berdasarkan teknik sampling dan wawancara didapatkan sampel dari masing-masing tipe sumber penghasil limbah medis, yaitu: 1. Ruang rawat inap = 17 ruang 2. Poliklinik = 1 lokasi keseluruhan di IRJ 3. Instalasi penunjang = 2 instalasi yaitu Instalasi Hemodialisis dan Instalasi Farmasi 4. Laboratorium = 1 lokasi keseluruhan di PDT 5. Ruang operasi = 2 lokasi yaitu GBPT lt. 5 (8 ruang) dan IRD lt. 5 (6 ruang) 6. Tempat Penampungan Sampah Timbulan dan komposisi dari limbah medis berkategori B3 dihitung berdasarkan SNI 193964-1995 dengan cara sebagai berikut: 1. Menentukan lokasi pengambilan dan membagikan trash bag kepada sumber penghasil limbah medis sehari sebelum dikumpulkan 2. Pada hari pengumpulan, kumpulkan trash bag yang telah terisi limbah padat B3 3. Angkut seluruh trash bag ke tempat pengukuran dan pilah limbah yang telah terkumpul berdasarkan komposisinya pada setiap sumber penghasil 4. Timbang bak pengukur 40 L (V1) 5. Masukkan masing-masing komposisi limbah yang telah terpilah ke dalam bak pengukur 40 L 6. Hentak bak pengukur sebanyak 3 kali dengan mengangkat setinggi 20 cm lalu jatuhkan, ukur dan catat volume limbah padat B3 (V2) 7. Timbang dan catat berat dan volume masing-masing komposis limbah dengan rumus V2-V1 8. Prosentase tiap komponen sampah dihitung dengan rumus: Berat Sampah Satu Komponen % Satu Komponen = × 100% Berat Sampah Total 9. Densitas tiap komponen sampah dihitung dengan rumus: Berat (kg ) densitas = Satuan volume (m 3 ) Setelah semua data didapatkan, dilakukan evaluasi kondisi yang merupakan adalah proses perbandingan perlakuan di lapangan dengan peraturan dan studi literatur yang ada. Evaluasi kondisi pada penelitian ini meliputi reduksi, pemilahan, pewadahan, pengumpulan, penyimpanan, pemanfaatan, pengolahan/pemusnahan, pengemasan dan pengangkutan limbah B3 menuju lokasi penimbunan. Setelah melakukan evaluasi kondisi, dilakukan analisis data terhadap hasil yang telah didapatkan berdasarkan pada peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan limbah B3. Hasil yang didapatkan dari analisis data terdiri atas sesuai dan tidak sesuai dengan peraturan pengelolaan limbah medis berkategori B3. Apabila sesuai dengan peraturan, maka akan dilakukan perbaikan dan penyempurnaan pengelolaan yang ada untuk perencanaan yang akan dating. Sedangkan apabila tidak sesuai dengan peraturan, maka akan diberikan rekomendasi alternatif teknologi pengelolaan limbah padat B3 ke depannya
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran terhadap timbulan limbah padat B3 RSUD Dr. Soetomo dilakukan dengan pengambilan sampel selama 8 kali ulangan yang dilakukan mulai tanggal 7 Maret 2011 sampai dengan 8 Mei 2011. Timbulan total limbah padat B3 didapatkan dari data RSUD Dr. Soetomo pada bulan April 2011, sebesar 1136.07 Kg/hari. Untuk mendapatkan timbulan masing-masing komponen limbah padat B3, dilakukan pembagian sesuai dengan prosentase yang telah didapatkan dari perhitungan pada sub bab sebelumnya, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Prosentase Rata-rata Komposisi Limbah Padat B3 Prosentase Rata-rata Komposisi Limbah Padat B3 (%) Prosentase Rata-rata Infeksius Toksik Timbulan Limbah Padat B3 (%) Bersifat tajam Farmasi Kimia Infeksius Botol infus Irna Bedah 15.26 12.37 0.00 40.02 32.36 100 Irna Jiwa 19.12 4.91 0.00 3.62 72.35 100 Irna Anak 11.79 5.94 0.00 62.80 19.47 100 Irna Medik 13.23 11.84 0.00 51.65 23.28 100 Irna Kandungan 10.90 6.84 0.00 71.51 10.76 100 IRJ 12.14 1.59 0.00 86.27 0.00 100 Instalasi Farmasi 4.27 95.73 0.00 0.00 0.00 100 96.17 Instalasi Hemodialisis 0.00 3.83 0.00 100 OK GBPT 5.32 6.19 0.00 88.49 0.00 100 OK IRD 12.70 10.62 0.00 76.68 0.00 100 PDT/ GDC 11.86 2.16 19.31 66.67 0.00 100 TPS 13.08 9.32 0.00 77.59 0.00 100 Prosentase Rata-rata 11.61 21.17 1.61 52.43 13.18 100 Timbulan (%) Sumber Penghasil Limbah B3
Prosentase limbah B3 RSUD Dr. Soetomo terdiri atas limbah toksik bersifat tajam (11.61%); limbah toksik farmasi (21.17%); limbah toksik kimia (1.61%), limbah infeksius lunak (52.43%) dan limbah botol infus (13.18%). Berdasarkan prosentase tersebut, dapat dihitung timbulan rata-rata limbah padat B3 masing-masing komposisi pada Tabel 2. Tabel 2. Timbulan Masing-masing Komposisi Limbah Padat B3 Limbah Padat B3 Bersifat tajam Toksik
Farmasi Kimia Infeksius Infeksius Botol infus Total
Prosentase Total Timbulan per Rata-rata Timbulan komposisi Timbulan (%) (Kg/hari) (Kg/hari) 11.61 21.17 1.61 52.43 13.18 100.00
131.87 1136.07
1136.07
240.52 18.28 595.61 149.78 1136.07
Volume limbah padat B3 didapatkan dari hasil perbandingan antara berat total limbah padat B3 dengan densitas masing-masing komponen. Densitas didapatkan dari rata-rata densitas komponen limbah B3 yang telah disampling dan juga berdasarkan range densitas yang ditulis oleh Diaz et al. (2008) di dalam jurnalnya, dapat dilihat Pada Tabel 3.
Tabel 3. Tipikal Densitas Limbah Padat B3 yang Digunakan Komponen Limbah Padat B3 Bersifat tajam Farmasi Kimia Infeksius Infeksius Botol infus
Toksik
Densitas (Kg/m3) 100 80 225 200 95
Perhitungan volume masing-masing komposisi limbah padat B3 didapat dengan membagi timbulan masing-masing komposisi limbah padat B3 dengan tipikal densitas yang digunakan, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Volume Masing-masing Komposisi Limbah Padat B3 Timbulan per Densitas per Volume per Prosentase komposisi Limbah Padat B3 komposisi komposisi Volume (Kg/hari) (L/hari) (%) (Kg/m3) Bersifat tajam 131.87 100 1318.70 14.72 Toksik Farmasi 240.52 80 3006.53 33.55 Kimia 18.28 225 81.24 0.91 Infeksius 595.61 200 2978.07 33.23 Infeksius Botol infus 149.78 95 1576.66 17.59 Total 1136.07 8961.19 100.00
Dapat ditarik kesimpulan bahwa volume total limbah padat B3 RSUD Dr. Soetomo setiap harinya sebesar 8614.39 L/hari. Prosentase limbahnya terdiri atas limbah toksik bersifat tajam (14.72%); limbah toksik farmasi (33.55%); limbah toksik kimia (0.91%), limbah infeksius lunak (33.23%) dan limbah botol infus (17.59%). Gambar masing-masing komponen limbah padat B3 dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Dari kiri yaitu Limbah Toksik Bersifat Tajam, Limbah Toksik Farmasi, Limbah Toksik Kimia, Limbah Infeksius Lunak Dan Limbah Botol Infus Kondisi pengelolaan limbah B3 RSUD Dr. Soetomo berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan belum sepenuhnya mematuhi peraturan pada Kepmenkes No. 1204 (2004). Masih ditemukan bahwa limbah padat belum sepenuhnya terpilah. Limbah benda tajam yang berkategori limbah B3 toksik banyak yang tidak masuk ke dalam kontainer dan bercampur dengan limbah medis lunak. Pewadahannya pun belum menggunakan identitas wadah berupa warna kantong plastik dan pelabelan. Selanjutnya pada kegiatan pengumpulan, RSUD Dr. Soetomo belum menggunakan trolley tertutup dan belum dilengkapi dengan simbol yang dapat terlihat dari jarak yang memadai. Sedangkan untuk penyimpanan limbah medisnya, terutama yang paling banyak ditemui adalah limbah toksik bersifat tajam, dilakukan lebih dari 24 jam. Sedangkan untuk seluruh kegiatan pengelolaan limbah padat B3, terdapat beberapa peugas yang tidak menggunakan alat pelindung diri (APD). APD yang seharusnya dipakai terdiri atas: topi/helm; masker; pelindung mata; pakaian panjang; sepatu boot; sarung tangan khusus. Pada
kegiatan pengolahan menggunakan insinerator, proses insinerasi belum mencapai suhu maksimal (900ºC) untuk dapat menghancurkan limbah padat B3 (1200ºC). Insinerator juga tidak dilengkapi dengan alat pembersih gas dan emisi. Selanjutnya residu limbah padat B3 yang dihasilkan dari proses insinerasi dikemas dalam tong dan disolidifikasi. Solidifikasi dilakukan tetapi hanya dilakukan uji TCLP setiap setahun sekali, tidak dianalisis karakteristiknya, tidak diuji kuat tekan dan tidak diuji Paint Filter Test. Setelah dikemas, residu limbah padat B3 dibuang bersama dengan tongnya ke TPA Benowo bercampur dengan sampah-sampah umum lainnya. Rekomendasi alternatif teknologi pengelolaan limbah padat B3 yang dapat diberikan untuk RSUD Dr. Soetomo adalah dengan pengadaaan bahan yang sesuai kebutuhan untuk menghindari terbuangnya bahan kadaluarsa. Selain itu upaya reduksi juga dapat dilakukan dengan memilah kemasan yang tidak terkontaminasi dengan upaya 3R dan melaksanakan house keeping yang lebih baik. Fasilitas pewadahan disarankan bervolume memadai dengan pegas pembuka yang dapat dioperasionalkan dengan kaki. Rekomendasikan fasilitas wadah, tempat penampungan sementara, trolley dan kontainer limbah medis berkategori B3 yang dapat dilihat pada Gambar 2, 3 dan 4.
Gambar 2. Rekomendasi Wadah Limbah Medis Berkategori B3
Gambar 3. Rekomendasi Tempat Pengumpulan Sementara Limbah Medis Berkategori B3
Gambar 4. Rekomendasi Trolley dan Kontainer Limbah Medis Berkategori B3 RSUD Dr. Soetomo juga memerlukan suatu rekomendasi mengenai proses insinerasi agar memenuhi berbagai persyaratan peraturan yang berlaku. Rekomendasi proses insinerasi B3 meliputi melengkapi insinerator dengan peralatan pembersih gas dan memodifikasi proses agar dapat bekerja pada suhu minimal 1200ºC dgn DRE minimal 99.99 %. Selain itu bangunan pengolahan harus dilengkapi dengan pendeteksi kebakaran. Melakukan pelatihan bagi operator insinerator terhadap penanggulangan kecelakaan, sistem tanggap darurat, pengolahan limbah medis maupun B3 serta penggunaan insinerator dan mematuhi SOP rumah sakit. SOP RSUD Dr. Soetomo juga harus disusun lebih teliti untuk memastikan setiap tahapan pengelolaan dapat tertangani dengan baik. Kegiatan pengemasan limbah padat B3 dengan proses solidifikasi disarankan memenuhi tahapan sebagai berikut: dianalisis karakteristiknya, diuji TCLP, diuji kuat tekan dan lolos uji Paint Filter Test. Residu atau abu insinerator disarankan ditimbun di landfill Kategori I yaitu Secure Landfill Double Liner. KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan pengelolan limbah padat B3 RSUD Dr. Soetomo didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Timbulan limbah padat B3 pada bulan April 2011 adalah 1092.10 Kg/hari (8961.19 L/hari), yang terdiri atas limbah toksik bersifat tajam (11.61%); limbah toksik farmasi (21.17%); limbah toksik kimia (1.61%) dan limbah infeksius (65.61%). Timbulan limbah B3 terbesar dihasilkan oleh Ruang Rawat Inap Bedah dengan timbulan rata-rata sebesar 105.28 Kg/hari
dengan volume 880.77 L/hari (11 ruangan). Volume limbah B3 terbesar dihasilkan oleh Ruang Operasi lantai 5 dengan volume rata-rata per harinya 320.25 L/hari dengan timbulan 31.50 Kg/hari. Komposisi timbulan limbah B3 terbesar yaitu limbah infeksius sebesar 745.39 Kg/hari dengan volume rata-rata sebesar 4554.73 L/hari. 2. Kondisi pengelolaan limbah padat B3 RSUD Dr. Soetomo saat ini adalah belum benar-benar mengikuti peraturan mengenai pengelolaan B3 yang ada, diantaranya meliputi reduksi, pewadahan, pengumpulan, penyimpanan, pemusnahan, pemanfaatan, pengemasan dan pengangkutan. 3. Alternatif teknologi pengelolaan limbah padat B3 yang dapat direkomendasikan anatara lain dengan pengadaaan bahan yang sesuai kebutuhan; melaksanakan house keeping yang lebih baik; memilah kemasan yang tidak terkontaminasi dengan upaya 3R; merencanakan wadah, tempat penampungan sementara, trolley dan kontainer limbah medis berkategori B3 yang dapat dilihat pada Gambar 2, 3 dan 4; melengkapi insinerator dengan peralatan pembersih gas, memodifikasi proses agar dapat bekerja pada suhu minimal 1200ºC dgn DRE minimal 99.99 % dan melengkapi bangunan pengolahan dengan alat pendeteksi kebakaran. Selain itu SOP RSUD Dr. Soetomo juga harus disusun lebih teliti untuk memastikan setiap tahapan pengelolaan dapat tertangani dengan baik. Untuk pembuangan akhirnya, abu insinerator disarankan ditimbun di Secure Landfill sesuai peraturan yang berlaku. Daftar Pustaka Departemen Pekerjaan Umum. 1995. SNI 19-3964-1995 tentang Metoda Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta, Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1995. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Departemen Kesehatan RI, Jakarta, Indonesia Diaz, L. F., Eggerth, L. L., Enkhtsetseg, Sh., dan Savage, G. M. 2008. Characteristics of Healthcare Wastes. Waste Management 28, 1219-1226 Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI, Jakarta, Indonesia Departemen Lingkungan Hidup RI. 1995. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit. Departemen Lingkungan Hidup RI, Jakarta, Indonesia Sekretariat Bapedal. 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Jakarta, Indonesia Sekretariat Bapedal. 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Jakarta, Indonesia Sekretariat Bapedal. 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan Teknis Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Jakarta, Indonesia Sekretariat Bapedal. 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-05/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Pemberian Label dan Simbol Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Jakarta, Indonesia
Sekretariat Negara. 1999. Peraturan Pemerintahan RI No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta, Indonesia Sekretariat Negara. 1999. Peraturan Pemerintahan RI No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintahan RI No. 18/1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta, Indonesia Yesilnacar, M. I., dan Cetin, H. 2005. Site Selection for Hazardous Wastes: A Case Study from the GAP Area, Turkey. Engineering Geology 81, 371-388