KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN ISO FSSC 22000 DI PT. SARIWANGI A.E.A DIVISI INTERNASIONAL
RATNA DEWI ASIH
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014 Ratna Dewi Asih NIM H24114071
ABSTRAK RATNA DEWI ASIH. Kajian Penerapan Sistem Manajemen ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi International. Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN S. PT Sariwangi AEA divisi Internasional merupakan salah satu perusahaan industri khususnya teh dalam bentuk bulk, yang menerapkan FSMS (Food Safety Management System) berdasarkan standar internasional FSSC 22000 sejak Maret 2012. Dengan tuntutan persyaratan keamanan pangan yang terus berkembang diiringi dengan tuntutan pelanggan terkait kualitas produk PT. Sariwangi AEA divisi internasional harus dapat mempertahankan sistem manajemen kualitas yang telah dicapai perusahaan dan mencapai keunggulan bersaing di industri ekspor teh, dengan menjamin produk yang dihasilkan adalah produk yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi melalui penerapan ISO FSSC 22000 yang efektif. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis penerapan ISO FSSC 22000 pada PT Sariwangi AEA divisi internasional, (2) menganalisis masalah, aktor dan strategi dalam penerapan ISO FSSC 22000, (3) menganalisis alternatif pemecahan masalah dalam penerapan ISO FSSC 22000. Ada Sembilan jenis alterrnatif strategi yang dihasilkan melaui matriks SWOT, namun tiga prioritas alternatif strategi yang dipilih berdasarkan hasil perhitungan dengan metode AHP adalah (1) meningkatkan partisipasi pihak manajemen untuk mengacu pada komitmen manajemen yang telah dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan, dengan nilai bobot 0.152, (2) meningkatkan kualitas mutu bahan baku maupun kemasan dengan acuan standar spesifikasi yang telah ditetapkan dalam prosedur, dengan nilai bobot 0.125, (3) meningkatkan kualitas produk dengan menghasilkan produk yang aman dikonsumsi dengan pelaksanaan segala macam kegiatan terkait ISO FSSC 22000 secara konsisten dan penuh dengan kesadaran, dengan nilai bobot 0.114. Kata kunci : AHP, ISO FSSC 22000, sistem manajemen mutu pangan, strategi
ABSTRACT RATNA DEWI ASIH. Implementation Study of Management System ISO FSSC 22000 in International Division of PT. Sariwangi A.E.A. Supervisor by ALIM SETIAWAN S. International division of PT Sariwangi AEA is one of tea producer particularly in bulk tea which implement the FSMS (Food Safety Management System) based on International standard FSSC 22000 since March 2012. In requisite of food safety requirements which growth in line with the customer requirements relate to the quality of the product. International division of PT Sariwangi AEA should be able to maintain the quality management system that has been achieved and compete in world wide tea export industrial which ensure the best and safe products through the implementation of SMKP. The aim of this study were (1) to analyze the application of ISO FSSC 22000 in International division of PT Sariwangi AEA, (2) to identify the issues, actors and strategies in the application of ISO FSSC 22000, (3) to provide the alternative solution to solve the problem in the implementation of ISO FSSC 22000. There were nine types of the alternative strategies through the SWOT matrix, however the three priorities chosen based on the calculation AHP method were (1) increasing the participation of management refers to the commitment set forth in the quality and safety policy, the value was 0.152, (2) improving the quality of raw materials and packaging refer to the standart spesification defined in the procedure, the value was 0.125, (3) improving the quality of product in producing the safe product refer to the implementation of ISO FSSC 22000 consistently and full of awareness, the value was 0.114. Keywords : AHP, food quality management system, ISO FSSC 22000, strategy
KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN ISO FSSC 22000 DI PT. SARIWANGI A.E.A DIVISI INTERNASIONAL
RATNA DEWI ASIH
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi Nama NIM
: Kajian Penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi International : Ratna Dewi Asih : H24114071
Disetujui Oleh
Alim Setiawan S, STP, MSi Pembimbing
Diketahui Oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas segala karuniaNYA sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 sampai Februari 2014 ini ialah Sistem Manajemen Keamanan Pangan dengan judul Kajian Penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alim Setiawan S, STP, Msi selaku dosen pembimbing. Selain itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak PT. Sariwangi A.E.A khususnya kepada bapak Juanto selaku Quality Management Representative, Ibu Hilda selaku General Manager, bapak Jajat selaku Manager Warehouse, Ibu Defi Rahmawati selaku manager HRD, dan ibu Khairani selaku Supervisor QC, yang telah membantu saya dalam pengumpulan data. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua (Iwan dan Eni), atas segala doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, serta sahabat-sahabat terbaik atas dukungannya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian, agar skripsi ini lebih baik lagi pada masa mendatang. Penulis juga mengharapkan hasil dari penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.
Bogor, Mei 2014
Ratna Dewi Asih H24114071
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Kerangka Pemikiran
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
METODE PENELITIAN
4
Lokasi dan Waktu Penelitian
4
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
6
Pengolahan dan Analisis Data
6
Analisis Deskriptif
6
Matriks SWOT
7
AHP (Analitycal Hierarki Process)
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan Perusahaan
8
Penerapan ISO FSSC 22000 di PT Sariwangi A.E.A divisi Internasional
9
Identifikasi Masalah dan Kendala dalam Penerapan ISO FSSC 22000
12
Tujuan yang ingin dicapai Perusahaan dalam Penerapan ISO FSSC 22000
17
Perumusan Alternatif Strategi Penerapan ISO FSSC 22000
19
Identifikasi Faktor- Faktor Internal
19
Identifikasi Faktor- Faktor Eksternal
22
Identifikasi Aktor yang terkait dalam penerapan ISO FSSC 22000
26
Matriks Hubungan Keterkaitan Antara Aktor, Masalah dan Strategi
28
Penetapan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Metode AHP
29
Hasil Pengolahan Data Horizontal Faktor, Aktor, dan Alternatif Strategi
30
Hasil Pengolahan Data Vertikal Faktor, Aktor, dan Alternatif Strategi
33
IMPLIKASI MANAJERIAL
38
SIMPULAN DAN SARAN
38
DAFTAR PUSTAKA
39
RIWAYAT HIDUP
44
DAFTAR TABEL 1. Indeks pertumbuhan produksi industri manufaktur sedang dan besar 2010 – 2013 Triwulan II 2. Produksi dan ekspor teh di Indonesia 3. Perkembangan ekspor teh 2008-2012 4. Syarat mutu teh kering dalam kemasan 5. Skala Perbandingan Saaty 6. Hasil penilaian penerapan FSSC 22000 berdasarkan unsur SMKP 7. Hasil uji teh berdasarkan syarat mutu terkait dengan keamanan pangan 8. Hasil analisis penerapan persyaratan ISO FSSC 22000 9. Matriks SWOT PT. Sariwangi AEA divisi internasional 10. Alterrnatif strategi dan kata kuncinya 11. Matriks hubungan keterkaitan antar aktor, masalah, dan strategi 12. Hasil perhitungan jumlah aktor yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan dan strategi 13. Hasil pengolahan horizontal kriteria masalah 14. Hasil pengolahan horizontal aktor 15. Hasil pengolahan horizontal tujuan 16. Hasil pengolahan horizontal alternatif strategi 17. Susunan prioritas kriteria masalah 18. Susunan prioritas aktor 19. Susunan prioritas tujuan 20. Susunan prioritas alternatif strategi
1 1 1 3 8 10 11 12 25 26 28 29 30 31 31 32 33 34 35 36
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3.
Kerangka pemikiran penelitian Diagram kategori permasalahan Susunan hierarki strategi penerapan ISO FSSC 22000
5 16 29
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3.
Penilaian identifikasi masalah berdasarkan pendapat gabungan empat orang ahli dengan metode perbandingan berpasangan Contoh hasil pengolahan horizontal dengan Expert Choice Perhitungan pengolahan data vertikal dengan Microsoft Excel
41 42 43
1
PENDAHULUAN Latar belakang Seiring dengan meningkatnya persaingan global dalam dunia industri, para pelaku bisnis dalam industri pangan mulai menyadari bahwa produk yang mereka hasilkan haruslah produk yang memiliki daya saing tinggi. Persaingan usaha yang terus meningkat akan berdampak pada kemajuan sektor industri dan akan mendorong pertumbuhan sektor industri lainnya. Berdasarkan data indeks pertumbuhan produksi manufaktur menurut BPS (2013), hampir setiap tahunnya produksi manufaktur di Indonesia mengalami peningkatan. Data indeks produksi manufaktur sedang dan besar periode 2010 – 2013 triwulan II dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Indeks pertumbuhan produksi industri manufaktur sedang dan besar 2010 – 2013 Triwulan II Tahun 2010 2011 2012 2013 Sumber : BPS (2013)
Triwulan I 98.66 99.86 103.62 112.94
II 102.61 104.84 107.16 114.76
III 98.37 107.74 107.27 -
IV 100.00 104.09 108.38 -
Dibidang Manufaktur, khususnya produksi teh, hasil produksi teh Indonesia sebagian besar dipasarkan kemancanegara (diekspor), hal ini dilihat berdasarkan data produksi teh yang dihasilkan di Indonesia pada setiap tahunnya dan data teh yang diekspor Indonesia disetiap tahunnya pada Tabel 2 (BPS 2010). Tabel 2. Produksi dan ekspor teh di Indonesia Tahun Produksi Teh di Indonesia (ton) Ekspor Teh di Indonesia (ton) Sumber : BPS (2010)
2007 137.248 83.659
2008 137.499 96.210
2009 136.481 92.304
2010 129.200 87.101
2011 119.651 75.450
Jika dilihat berdasarkan perkembangan ekspornya pada Tabel 3, teh yang diekspor selama periode 2008-2012 mengalami penurunan (BPS 2010). Hal ini dikarenakan volume teh yang mengalami penurunan disetiap tahunnya tidak berimbang dengan kenaikan dan penurunan nilai teh disetiap tahunnya. Dalam hal ini, persaingan para pelaku usaha dalam industri teh menuntut perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan daya saing produknya, khususnya teh di mancanegara. Tabel 3. Perkembangan ekspor teh 2008-2012 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Teh Hijau Volume Nilai/Value (Ton) (000 US$) 12058 33815 11065 29729 11403 34781 9525 34315 11607 36767
Sumber : BPS (2010)
Teh Hitam Volume Nilai/Value (Ton) (000 US$) 84151 125144 81249 141899 75698 143768 65925 132402 58464 119974
Jumlah Total Volume Nilai/Value (Ton) (000 US$) 96210 158959 92304 171628 87101 178549 75450 166717 70071 156741
Pertumbuhan Vol(%) 15.00 -4.06 -5.64 -13.38 -7.13
2
Untuk dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat, maka perusahaan dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang mempunyai keunggulan dengan memperhatikan kulitas atau mutu dari produk tersebut. Menurut Deming dalam Nasution (2004), produk yang bermutu adalah produk yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pasar, dimana, perusahaan harus benar- benar memahami apa yang dibutuhkan oleh konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan. Kualitas atau mutu yang baik dari sebuah produk, dapat diperoleh jika perusahaan memiliki manajemen mutu yang baik. Menurut US Department Defense dalam Gasperz (2002), Manajemen Mutu Menyeluruh (TQM) adalah sebuah filosofi dan sekumpulan dari prinsip- prinsip yang menjadi landasan dan yang menggambarkan landasan dari sebuah organisasi yang terus- menerus meningkat. Mutu produk yang baik akan memberikan kepuasan bagi konsumen dan merupakan modal utama bagi pelaku usaha untuk berkembang dan bertahan dalam menghadapi persaingan usaha. Dalam pecapaian peningkatan kualitas pada produk, diperlukan penerapan sistem jaminan keamanan pangan yang optimal mulai dari penerimaan bahan baku hingga produk sampai ketangan konsumen. The Internasional Organization for Standardization (ISO) adalah badan standar dunia yang dibentuk untuk mendukung pengembangan standardisasi dan kegiatan terkait lainnya dengan harapan untuk membantu perdagangan internasional. ISO menghasilkan kesepakatan-kesepakatan internasional yang kemudian dipublikasikan sebagai standar internasional, sehingga industri dapat bersaing dalam perdagangan global. Pada tahun 2005 ISO telah menerbitkan standar pangan terbaru, yaitu ISO 22000. ISO 22000 adalah panduan bagi industri untuk mengelola sebuah sistem manajemen keamanan pangan. Pada tahun 2010 ISO telah menerbitkan kembali persyaratan keamanan pangan ISO 22000 : 2010, atau dikenal dengan Food Safety System Certification (FSSC) 22000. Menurut Koto (2012), ISO FSSC 22000 adalah SMKP (Sistem Manajemen Keamanan Pangan) yang merupakan gabungan prinsip-prinsip sistem analisis bahaya dan pengendalian titik kritis serta langkah-langkah penerapan yang dikembangkan oleh Codec Alimentarius Commision. Konsep SMKP adalah menjamin keamanan pangan sepanjang rantai pangan, dengan menjamin bahwa pangan yang akan diproses hingga dikirim kepada konsumen akhir adalah pangan yang bebas dari cemaran mikrobiologi, cemaran kimia, dan cemaran fisik. Cemaran mikrobiologi yang dimaksudkan adalah seperti cemaran angka lempeng total, bakteri coliform, kapang, APM E. Coli dan lainnya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pada standar dari tiap jenis bahan pangan. Sedangkan cemaran kimia yang dimaksudkan adalah seperti cemaran logam, cemaran residu pestisida dan lainya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pada standar dari tiap jenis bahan pangan. Untuk cemaran fisik, dapat berupa benda, serangga atau apapun yang berpotensi mengkontaminasi atau mencemarkan bahan pangan seperti tali, kayu, serangga, sejenis logam dan lainnya. Untuk dapat menjamin keamanan pangannya dan dapat bertahan pada persaingan yang semakin ketat diindustri pangan khususnya teh serta menghasilkan produk dengan kulitas yang baik untuk dapat memuaskan kebutuhan konsumen, maka PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional menerapkan Food Safety Management System (FSMS) atau biasa dikenal dengan istilah SMKP berdasarkan standar internasional FSSC 22000.Perusahaan ini baru menerapkan
3
standar ini sejak November 2011 dan mendapatkan sertifikat resmi pada Maret 2012. PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional memproduksi dan mendistribusikan produk teh dalam bentuk Bulk ke beberapa customer untuk diekspor ke beberapa negara, dengan menerapkan FSMS perusahaan berusaha untuk menghasilkan produk teh yang memiliki kualitas baik dan aman dikonsumsi. Menurut BSN (2013) standar nasional Indonesia (SNI) 3836 : 2013 mengenai teh kering dalam kemasan, kualitas teh yang baik harus sesuai dengan standar atau syarat mutu yang ditetapkan. Syarat mutu teh kering dalam kemasan yang baik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Syarat mutu teh kering dalam kemasan No Kriteria Uji A. Syarat mutu teh yang tidak mempengaruhi keamanan pangan : 1 Keadaan air seduhan 1.1 Warna 1.2 Bau 1.3 Rasa 2 Kadar Polifenol (b/b) 3 Kadar air (b/b) 4 Kadar ekstrak dalam air (b/b) 5 Kadar abu total (b/b) 6 Kadar abu larut dalam air abu total (b/b) 7 Kadar abu tak larut dalam asam (b/b) 8 Alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH) (b/b) 9 Serat kasar (b/b) B. Syarat mutu teh yang mempengaruhi keamanan pangan : 1 Cemaran logam 1.1 Kadmium (Cd) 1.2 Timbal (Pb) 1.3 Timah (Sn) 1.4 Merkuri (Hg) 2 Cemaran arsen (As) 3 Cemaran mikroba : 3.1 Angka lempeng total (ALT) 3.2 Bakteri Coliform 3.3 Kapang
Satuan
Persyaratan
% % % % % % % %
Khas produk teh Khas produk teh Khas produk teh Minimal 5.2 Maksimal 8.0 Minimal 32 Maksimal 8,0 Minimal 45 Maksimal 1.0 1–3 Maksimal 16.5
mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg
Maksimal 0.2 Maksimal 2.0 Maksimal 40.0 Maksimal 0.03 Maksimal 1.0
koloni/g APM/g koloni/g
Maksimal 3x103 <3 Maksimal 5x102
Sumber : SNI 3836 tahun 2013
Dengan tuntutan persyaratan keamanan pangan yang terus berkembang diiringi dengan tuntuntan pelanggan terkait kualitas produk, untuk itu dengan penelitian ini diharapkan PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional dapat mempertahankan sistem manajemen kualitas yang telah dicapai perusahaan dan mencapai keunggulan bersaing di industri ekspor teh, dengan menjamin produk yang dihasilkan adalah produk yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi melalui penerapan SMKP ISO FSSC 22000. Perumusan masalah Sistem jaminan keamanan pangan yang optimal merupakan suatu tuntutan bagi perusahaan untuk menghasilkan produk yang aman di konsumsi dengan kulitas mutu yang baik, dan memberikan nilai tambah dalam kelangsungan usahanya. PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional, merupakan salah satu produsen dan distributor teh di Indonesia yang menerapkan FSMS berdasarkan standar internasional ISO FSSC 22000. Berdasarkan hasil wawancara dengan
4
Management Representative di perusahaan ini, masih terdapat permasalahan yaitu dalam konsistensi Penerapan ISO FSSC 22000 pada karyawan tingkatan pelaksana. Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan ISO FSSC 22.000 pada PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional ? 2. Kendala dan strategi apa, serta siapa saja aktor dalam penerapan ISO FSSC 22000 ? 3. Bagaimana alternatif tindakan yang harus dilakukan dari permasalahan yang dihadapi dalam penerapan ISO FSSC 22000 ?
Tujuan penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis penerapan ISO FSSC 22000 pada PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional 2. Menganalisis masalah, aktor dan strategi dalam penerapan ISO FSSC 22000 3. Menganalisis alternatif pemecahan masalah dalam penerapan ISO FSSC 22000
Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya mengkaji penerapan sistem manajemen keamanan pangan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional yang bergerak di industri teh dalam bentuk bulk, dan pemberian alternatif tindakan pemecahan masalah dalam penerapan ISO FSSC 22000. Pemilihan alternatif diserahkan sepenuhnya kepada manajemen PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional sebagai pengambil keputusan akhir.
METODE PENELITIAN Kerangka pemikiran Persaingan usaha dan tuntutan keamanan pangan yang terus meningkat pada dunia industri pangan menimbulkan tuntutan tersendiri bagi para pelaku usaha, terutama yang dihadapi oleh PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional saat ini. Dalam penerapan sistem jaminan keamanan pangan yaitu ISO FSSC 22000 PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional dihadapkan dengan beberapa masalah. permasalah yang sering dihadapi perusahaan ini adalah terkait konsistensi karyawan dalam melakukan penerapan ISO FSSC 22000.
5
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Berdasarkan Gambar 1, penelitian mengenai penerapan ISO FSSC 22000 diawali dengan menjabarkan kebijakan mutu perusahaan yang dijalankan oleh perusahaan. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis penerapan ISO FSSC 22000 berdasarkan unsur-unsur SMKP. Setelah menganalisis penerapan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000 dengan audit internal berdasarkan kalusul FSSC 22000 dan menghasilkan diagram fishbone, masalah yang teridentifikasi dalam fish bone kemudian diolah kembali menggunakan metode Perbandingan berpasangan untuk mendapatkan masalah yang paling penting dalam penerapan ISO FSSC 22000. Kemudian berdasarkan masalah utama yang teridentifikasi dibuat tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000. Setelah mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, penilitian ini berlanjut dengan melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan untuk mendapatkan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000. Selanjutnya adalah mengolah data faktor internal dan eksternal perusahaan untuk mendapatkan strategi alternatif melalui matriks SWOT. Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi aktor-aktor yang berperan dalam penerapan FSSC 22000 dan membuat matriks hubungan masalah, strategi dan aktor dalam penerapan ISO FSSC 22000. Tahap terakhir adalah dengan menggunakan metode AHP untuk dapat memberikan rekomendasi tindakan
6
pemecahan masalah yang dapat dilakukan perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000 dan mempertahankan sistem manajemen kualitas yang telah dicapai perusahaan. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional, yang berlokasi di Jalan Mercedes Benz No.288 Gunung Putri, Bogor. Pemilihan lokasi penelitian secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Perusahaan ini telah mendapatkan sertifikasi FSSC 22000 sejak Maret 2012. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Januari 2014. Jenis dan metode pengumpulan data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan data yang diperoleh dari hasil wawancara serta pengisian kuesioner untuk mendapatkan prioritas alternatif tindakan pemecahan masalah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Purposive sampling, dimana responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah reponden yang memiliki kriteria tertentu, yaitu responden yang dianggap benar-benar ahli dan berkepentingan ataupun yang paling memilki keterkaitan dalam SMKP ISO FSSC 22000 serta telah memilki sertifikat pelatihan ISO FSSC 22000. Responden pilihan tersebut adalah, general manager, manager warehouse, management representative, dan manager CHR. Sedangkan data sekunder merupakan data pendukung dari data primer yang diperoleh melalui data yang dimiliki oleh perusahaan atau laporan internal perusahaan, studi pustaka, maupun studi literatur yang relevan. Pengolahan dan analisis data Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, analisis SWOT, serta analisis AHP (Analitycal Hierarki Process). Berikut adalah penjelasan dari ke tiga analisis tersebut. Analisis deskriptif Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, yaitu menurut Sulistyo (2006) adalah mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktivitas, objek, proses, dan manusia. Analisis deskripttif pada penelitian ini bertujuan untuk mendefinisikan kebijakan mutu yang diterapkan perusahaan, menganalisis penerapan ISO FSSC 22000 berdasarkan unsur-unsur SMKP dan mengidentifikasi kendala yang dihadapi oleh perusahaan serta menganalisis aktor yang berperan dalam penerapan ISO FSSC 22000. Analisis ini dilakukan berdasarkan pengamatan langsung, wawancara, audit internal dan dokumentasi internal perusahaan, yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi riil perusahaan.
7
Matriks SWOT Matriks ini digunakan untuk merumuskan strategi penerapan FSSC 22000. Sebelum membuat suatu matriks SWOT, terlebih dahulu mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan. Identifikasi faktor internal bertujuan untuk untuk mendata kekuatan dan kelemahan, sementara identifikasi faktor eksternal digunakan untuk mendata peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Untuk memperoleh strategi yang tepat dan menjelaskan alternatif strategi yang dapat dilakukan maka dilakukan pembuatan matriks SWOT. Menurut David (2009), delapan langkah dalam penyusunan matriks SWOT adalah : 1. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang mentukan 2. Tuliskan ancaman perusahaan yang menentukan 3. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan 4. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan 5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi SO 6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi WO 7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi ST 8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi WT. Analitycal Hierarki Process (AHP) Dalam analisis ini, peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada responden pilihan berjumlah empat orang yaitu, management representative yang beperan juga sebagai ketua tim keamanan pangan, manager warehouse, general manager dan manager CHR. Data dari pengisian kuesioner tersebut berupa matriks pendapat individu yang kemudian diolah dengan menggunakan alat analisis AHP. AHP merupakan sistem pengambilan keputusan yang menggunakan beberapa variabel dengan proses analisis bertingkat, dan dalam pengolahan datanya dapat menggunakan bantuan software AHP yaitu Expert Cohice, (Nasibu 2009). Dalam penelitian ini, setelah mendapatkan data dari responden, data diolah dengan metode AHP menggunakan software Expert Cohice untuk pengolahan data secara horizontal dan dengan menggunakan Microsoft Excel untuk pengolahan data secara vertikal. Menurut Marimin dan Maghfiroh (2011), Expert Choice merupakan salah satu software AHP yang memiliki kelebihan antara lain memiliki tampilan antar muka yang lebih menarik, mampu untuk mengintegrasikan pendapatan pakar, dan tidak membatasi level dari struktur hierarki. Menurut Marimin (2008), ide dasar prinsip kerja AHP adalah : 1. Penyusunan Hierarki persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki. 2. Penilaian Kriteria dan Alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui analisis perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1991), untuk berbagai persoalan skala 1 sampai dengan 9 adalah skala terbaik dan mengekspresikan pendapat. Ketentuan nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 5.
8
Tabel 5. Skala Perbandingan Saaty Nilai 1 3 5 7 9 2,4,6,8
Keterangan sama penting lebih penting jelas lebih penting sangat jelas lebih penting mutlak lebih penting Apabila ragu-ragu antara dua nilai elemen yang berdekatan
3. Penentuan Prioritas Nilai-nilai perbandingan relatif diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif, kemudian dibandingkan untuk menghasilkan bobot dan proiritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau penyelesaian persamaan matematik. 4. Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kebijakan mutu dan keamanan pangan perusahaan PT Sariwangi A.E.A divisi Internasional merupakan salah satu divisi di PT. Sariwangi A.E.A & Group yang bergerak dibidang industri manufaktur teh dalam bentuk bulk, dan hasil produksinya diekspor ke berbagai negara. Dalam menjalankan bisnisnya PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional telah menerapkan SMKP, guna menghasilkan produk yang berkualitas dan aman dikonsumsi serta memenuhi kepuasan pelanggan. Dalam pelaksanaan sistem tersebut perusahaan ini telah di dasari dengan suatu komitmen manajemen yang dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan, dimana kebijakan tersebut menjadi bukti komitmen manajemen dalam pengembangan dan penerapan SMKP untuk meningkatkan efektivitas secara berkesinambungan. Berikut adalah kebijakan mutu dan keamanan pangan PT sariwangi A.E.A. PT. Sariwangi A.E.A berkomitmen akan meningkatkan kepuasan pelanggan dengan cara : - Meningkatkan mutu produk. - Meningkatkan mutu proses produksi. - Meningkatkan quality control. - Melakukan pengiriman yang tepat waktu. - Menekan keluhan pelanggan. - Meningkatkan kebersihan diri pribadi, tempat kerja, pabrik dan lingkungan
9
Semua hal diatas ini dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Untuk mencapai komitmen tersebut, selain didukung oleh karyawan yang berkualitas dan berdedikasi tinggi, PT. Sariwangi A.E.A juga akan : - Meningkatkan disiplin kerja karyawan. - Meningkatkan keahlian karyawan melalui pelatihan. - Meningkatkan manajemen mutu. - Meningkatkan keselamatan kerja. - Meningkatkan kesejahteraan karyawan. - Tidak mempekerjakan anak-anak (dibawah 18 tahun) dan tidak melakukan kerja secara paksa. - Tidak melakukan diskriminasi terhadap ras, suku, agama, kasta, jenis kelamin, ketidakmampuan/cacat, anggota suatu organisasi atau politik dalam hal penerimaan karyawan dan promosi jabatan serta pelatihan. - Tidak melakukan hukuman secara fisik dan penghinaan secara langsung. - Memberikan upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup karyawan sesuai dengan peraturan yang berlaku. - Memberikan kesempatan yang sama untuk dipromosikan dan menduduki jabatan yang lebih tinggi kepada setiap karyawan. - Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berorganisasi dan kebebasan mengeluarkan pendapat. - Mengikuti etika bisnis yang baik dan anti Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) - Menjamin produk yang dihasilkan aman untuk di konsumsi. Manajemen dan karyawan PT. Sariwangi A.E.A akan mematuhi segala peraturan perusahaan, regulasi atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dan semua ketentuan yang ditetapkan didalam standar sertifikat yang telah diraih. Semua peraturan perusahaan, regulasi dan atau peraturan perundang-undangan serta standar sertifikat yang berhubungan dengan produk, prosedur dan kegiatan perusahaan akan didokumentasikan, disimpan dan disosialisasikan kepada seluruh manajemen, karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan demikian PT. Sariwangi A.E.A menjadi perusahaan yang terus berkembang secara inovatif dan terpercaya yang memiliki sistem kebijakan mutu dan keamanan pangan yang baik. Penerapan ISO FSSC 22000 di PT Sariwangi A.E.A divisi Internasional PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional mulai melaksanakan penerapan ISO FSSC 22000 sejak November 2011, dan mendapatkan sertifikat pada Maret 2012, akan tetapi perusahaan masih belum sepenuhnya efektif dalam melaksanakan penerapannya. Hal ini dilihat berdasarkan penilaian unsur kunci umum SMKP di perusahaan, dimana unsur kunci menjamin kemanan pangan sepanjang rantai pangan, hingga konsumen akhir (Junais et al 2011). Penerapan SMKP yang tidak sepenuhnya efektif, tidak dapat mejamin bahwa produk yang dihasilkan berkualitas dan aman dikonsumsi. Hasil penilaian penerapan SMKP di PT. Sariwangi AEA divisi Internaional dapat dilihat pada Tabel 6.
10
Tabel 6. Hasil penilaian penerapan FSSC 22000 berdasarkan unsur SMKP No 1
2
3
4
Unsur Kunci SMKP Komunikasi Interaktif - Kebijakan Mutu - Personil dan Pelatihan - Persyaratan Pelanggan dan Pemasok Manajemen Sistem - Struktur organisasi - Manual sistem - Management Review - Audit Internal - Evaluasi sistem Program Persyaratan Dasar - Pembentukan Tim HACCP - GMP - SSOP Prinsip HACCP - Analisa Bahaya - Penetapan Titik Kendali kritis - Penetapan batas kritis - Penetapan sistem monitoring - Tindakan koreksi terhadap penyimpangan - Penetapan verifikasi - Catatan dan dokumentasi
Penerapan di PT Sariwangi divisi Internasional Dipenuhi Sebagian Dipenuhi Tidak dipenuhi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Sumber : Data Audit Internal FSSC 22000 Perusahaan Tahun 2013
Hasil penilaian penerapan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi ointernasional berdasarkan unsur – unsur kunci SMKP menunjukkan bahwa PT Sariwangi divisi internasional hampir memenuhi sebagian besar unsur- unsur SMKP. Ada beberapa unsur kunci yang belum terpenuhi atau sebagian terpenuhi oleh perusahaan. Unsur kunci SMKP yang dimaksud pada sebagian dipenuhi adalah PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional telah memiliki dokumen, prosedur, ataupun catatan lainnya terkait dengan apa yang termasuk di dalam unsur kunci SMKP, namun unsur kunci tersebut belum diterapkan dengan baik diperusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur kunci yang tidak dipenuhi adalah tidak ada bukti dokumen, prosedur ataupun catatan lainnya yang menunjukkan bahwa perusahaan telah memiliki dan menerapkan unsur kunci SMKP. Unsur kunci yang belum terpenuhi di PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional adalah pada kriteria manajemen sistem yaitu terkait denagan evaluasi sistem, dimana perusahaan belum melakukan evaluasi sistem secara keseluruhan dan tidak ada bukti catatan atau rekaman dari evaluasi sistem yang menunjukkan bahwa perusahaan telah melakukan evaluasi SMKP. Sedangkan unsur kunci yang sebagian dipenuhi di PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional adalah sebagai berikut : 1. Personil dan pelatihan, dimana masih kurangnya pemahaman dan kesadaran karyawan dalam pelaksanaan SMKP, yaitu belum dapat melaksanakan pemenuhan persyaratan ISO FSSC 22000 secara konsisten. 2. Persyaratan pelanggan dan pemasok, dimana peusahaan telah melakukan persyaratan pelanggan dan pemasok bahan baku maupun bahan kemasan tetapi tidak dilakukan secara konsisten, dan perusahaan juga tidak memiliki bukti catatan atau rekaman dari persyaratan pemasok jasa.
11
3. Tindakan koreksi terhadap penyimpangan, dimana perusahaan telah melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan yang ada, namun tindakan koreksi tersebut belum meliputi analisis penyebabnya. 4. Catatan dan dokumentasi, dimana perusahaan telah melakukan sistem pengendalian dokumen, tetapi tidak berjalan dengan konsisten. Meskipun hasil penilaian penerapan ISO FSSC 22000 berdasarkan unsur – unsur kunci SMKP masih ada yang belum terpenuhi atau masih sebagian terpenuhi, namun hasil uji teh berdasarkan syarat mutu teh terutama yang terkait dengan keamanan pangan, hasil ujinya masih sesuai dengan ketentuan atau persyaratan yang ditetapkan oleh Badan Standariasi Nasional tentang teh hitam dalam kemasan. Pengujian teh yang berkaitan dengan unsur keamanan pangan ini, dilakukan setiap satu tahun sekali untuk memvalidasi bahan baku dan produk jadi. Pengujian bahan baku dilakukan sebagai validasi bahwa bahan baku yang dikirim aman sesuai dengan syarat mutu ataupun standar keamanan pangan yang berlaku, sedangkan pengujian produk jadi dilakukan sebagai validasi atas sistem sanitasi yang telah dilakukan terkait dengan potensi kontaminasi dari manusia, gedung, mesin, peralatan dan hama. Hasil uji produk berdasarkan syarat mutu teh yang terkait dengan keamanan pangan produk di PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil uji teh berdasarkan syarat mutu terkait dengan keamanan pangan Jenis uji analisis
Persyarat Satuan —an
Nama sampel Teh Hitam Teh Hitam Teh Hitam import Lokal (Barang Jadi) 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
1. Cemara logam : Kadmium mg/kg Maks. 0.2 (Cd) Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0 Tidak Tidak Terde- Terdeteksi teksi Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 Tidak Tidak Terde- Terdeteksi teksi Merkuri (Hg) mg/kg Maks. Tidak Tidak 0,03 Terde- Terdeteksi teksi Cemaran mg/kg Maks. 1,0 Tidak Tidak arsen (As) Terde- Terdeteksi teksi 2. Cemaran mikrobiologi : Angka koloni/g Maks. < < lempeng total 3x103 10 10 (ALT) Bakteri APM/g <3 <3 <3 Coliform Kapang koloni/g Maks. < 5x102 10 APM E. coli APM/g <3 <3 -
-
-
-
-
-
-
-
Tidak Tidak Terde- Terdeteksi teksi - Tidak Tidak Terde- Terdeteksi teksi - Tidak Tidak Terde- Terdeteksi teksi - Tidak Tidak Terde- Terdeteksi teksi
-
-
< 10
< 10
-
< 10
< 10
2.6x 103
-
<3
<3
-
<3
<3
<3
-
2.0 x102 <3
-
-
-
-
-
-
< 10 <3
-
-
-
-
Sumber : Data hasil Pengujian Validasi Teh oleh Laboratorium Saraswanti
Tidak Tidak Tidak Terde- Terde- Terdeteksi teksi teksi - Tidak Tidak Tidak Terde- Terde- Terdeteksi teksi teksi - Tidak Tidak Tidak Terde- Terde- Terdeteksi teksi teksi - Tidak Tidak Tidak Terde- Terde- Terdeteksi teksi teksi
12
Berdasarkan data hasil uji validasi teh yang berkaitan dengan unsur keamanan pangan pada Tabel 7 yang telah dilakukan di PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional, dapat dilihat bahwa hasil uji cemaran logam maupun cemaran mikrobiologi pada bahan baku maupun produk jadi teh yang diuji pada setiap akhir tahun yaitu tahun 2011 – 2013 masih sesuai dengan peryaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia 3836 : 2013 mengenai teh kering dalam kemasan. Untuk pengujian bahan baku impor maupun bahan baku lokal pada tahun 2013, hasil ujinya masih dalam proses, karena pemberian sampel uji bahan baku kepada pihak laboratorium baru dilakukan di akhir bulan Februari 2014. Identifikasi masalah dan kendala dalam penerapan ISO FSSC 22000 Masalah dan kendala yang dihadapi oleh PT Sariwangi divisi Internasional da;am penerapan ISO FSSC 22000, diidentifikasi dengan melakukan audit internal berdasarkan persyaratan ISO FSSC 22000. Menurut Koto (2012), ISO FSSC 22000 adalah persyaratan dari gabungan standar ISO 22000:2005, ISO TS 22002 dan tiga persyaratan tambahan. Hasil analisis penerapan persyaratan ISO FSSC 22000 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil analisis penerapan persyaratan ISO FSSC 22000 Pemenuhan Klausul
Kriteria
sesuai
A. Berdasarkan Persyaratan Standar ISO 22000 : 2005 4 SMKP (Sistem manajemen keamanan pangan ) 4.1 Persyaratan Umum √ 4.2 Persyaratan Dokumentasi
5
6
Tanggung jawab Manajemen 5.1 Komitmen manajemen 5.2 Kebijakan keamanan pangan 5.3 Perencanaan SMKP 5.4 Tanggung jawab dan wewenang 5.5 Pemimpin tim keamanan pangan 5.6 Komunikasi 5.7 Persiapan dan tanggap darurat 5.8 Tinjauan manajemen Manajemen Sumber Daya 6.1 Ketentuan tentang sumber daya 6.2 Sumber daya manusia
Tidak Sesuai
Keterangan (Bila ada ketidaksesuaian)
√
Dokumen atprosedur baru atau yang sudah direvisi, tidak terdistribusi dengan baik sesuai dengan daftar distribusi pemegang dokumen.
√
kurangnya kesadaran karyawan dalam pelaksanaan SMKP secara konsisten seperti, karyawan tidak memakai masker, dan pencatatan formulir kegiatan yang tidak konsisten
√ √ √ √ √ √ √ √ √
13
Lanjutan Tabel 8. Pemenuhan Klausul
Kriteria
6.3 Infrastruktur
6.4 Lingkungan Kerja 7 Perencanaan dan Realisasi Produk yang Aman 7.1 Persyaratan Umum 7.2 PPD (program persyaratan dasar) 7.3 Langkah awal untuk melakukan analisis bahaya 7.4 Analisis Bahaya 7.5 Penetapan PPD Operasional 7.6 Pengembangan Rencana Titik Kendali Kritis 7.7 Pemutakhiran informasi awal dan dokumen yang dispesifikasika PPD dan rencana HACCP 7.8 Perencanaan Verifikasi 7.9 Sistem Kemamputelusuran 7.10 Pengendalian Ketidaksesuaian 8 Validasi, Verifikasi, dan Perbaikan SMKP 8.1 Persyaratan Umum 8.2 Validasi Kombinasi tindakan pengendalian 8.3 Pengendalian pemantauan dan pengukuran 8.4 Verifikasi SMKP
8.5 Perbaikan B. Berdasarkan Persyaratan Standar ISO TS 22002 Konstruksi dan Tata Letak Dari Bangunan 4 4.1 Persyaratan Umum 4.2 Lingkungan 4.3 Pembentukan / pendirian lokasi 5 Tata Letak dari Tempat Dan Ruang Kerja 5.1 Persyaratan Umum 5.2 Desain Internal, Tata Letak dan Pola-pola Pergerakan (Lalu Lalang) 5.3 5.4 5.5 5.6
Struktur internal, pemasangan/penempatan Lokasi Peralatan (Equipment) Fasilitas Laboratorium Struktur/Peralatan Sementara/ Mobile dan Mesin Bergerak (Keliling) 5.7 Penyimpanan Pangan, Material Kemasan, bahan Baku dan Kimia Non Pangan 6 Sarana Penunjang, Udara, Air, Energi 6.1 Persyaratan Umum 6.2 Penyediaan Air 6.3 Bahan Kimia Boiler
sesuai
Tidak Sesuai
√
Keterangan (Bila ada ketidaksesuaian) Masih ada beberapa infrastuktur yang rusak / belum diperbaiki seperti diinding retak, gagang pintu toilet rusak dan lokasi umpan tikus sudah tidak layak
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√
√
Audit internal telah dilaksanakan tetapi tidak ada penyebab dari ketidaksesuaian yang ditemukan Belum ada evaluasi SMKP
√ √ √
√ √
√ √ √ √ √
√ √ -
-
masih ada penyimpanan material yang menempel kedinding
14
Lanjutan Tabel 8. Pemenuhan Klausul
7
8
8
9
6.4 Kualitas Udara dan Ventilasi 6.5 Udara Bertekanan dan Gas Lainnya 6.6 Pencahayaan Pembuangan Sampah 7.1 Persyaratan Umum 7.2 Tempat Sampah dan Sampah Non Pangan atau Material Berbahaya 7.3 Manajemen Sampah dan Pembuangan 7.4 Saluran Pembuangan Kesesuaian Peralatan,kebersihan dan Perawatan 8.1 Persyaratan Umum 8.2 Pengaturan Kebersihan 8.3 Permukaan Kontak Produk 8.4 Kontrol Temperatur dan Pemantauan Peralatan 8.5 Pembersihan Plants, perkakas dan peralatan 8.6 Perawatan, Pencegahan, Perbaikan Manajemen Pembelian Material 9.1 Persyaratan Umum 9.2 Seleksi dan Manajemen Pemasok 9.3
10
11
12 13
14
15
Kriteria
Persyaratan Kedatangan Material (Bahan Baku, Bahan Pembantu, Kemasan) Pemastian Untuk Pencegahan dari Kontaminasi Silang 10.1 Persyaratan Umum 10.2 Kontaminasi Silang Mikrobiologi 10.3 Manajemen Allergen 10.4 Kontaminasi Fisika Kebersihan Dan Sanitasi 11.1 Persyaratan Umum 11.2 Bahan Pembersih, sanitasi dan Peralatan 11.3 Program Kebersihan dan Sanitasi 11.4 Sistem Pembersihan di dalam (CIP) 11.5 Kefektifan Pengawasan Sanitasi Pest Control Kebersihan Personal Dan Fasilitas Pekerja 13.1 Persyaratan Umum 13.2 Fasilitas Higienis Karyawan dan Toilet 13.3 Kantin Karyawan dan Desain Area Makan 13.4 Pakaian Kerja dan Baju Pelindung 13.5 Status Kesehatan 13.6 Sakit dan Terluka 13.7 Kebersihan Karyawan 13.8 Perilaku Karyawan Pengerjaan Ulang (Rework) 14.1 Persyaratan Umum 14.2 Penyimpanan, Identifikasi dan Pelacakan 14.3 Pemakaian Pengerjaan Ulang Prosedur Penarikan Produk 15.1 Persyaratan Umum
sesuai
Tidak Sesuai
Keterangan (Bila ada ketidaksesuaian)
√ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
-
Tidak semua pemasok ada kualifikasi dan evaluasi
15
Lanjutan Tabel 8. Pemenuhan Klausul
Kriteria
15.2 Persyaratan Penarikan Produk Gudang 16.1 Persyaratan Umum 16.2 Persyaratan Untuk Gudang 16.3 Kendaraan, Kendaraan Pengangkut dan Kontainer 17 Informasi Produk / Kesadaran Konsumen 17.1 Informasi Produk 17.2 Label Pada Kemasan Produk 18 Ketahanan / Pertahanan, Kewaspadaan -Bio/ Sabotase & Bio-Terorisme 18.1 Persyaratan Umum 18.2 Akses Pengawasan C. Berdasarkan 3 (tiga) Persyaratan Tambahan 1 Inventory dari regulasi, statutory 2 Spesifikasi dari Jasa / Service
16
sesuai
Tidak Sesuai
Keterangan (Bila ada ketidaksesuaian)
√ √ √ √
√ √
√ √ √ √
kualifikasi dan evaluasi supplier jasa belum dilaksanakan secara konsisten
Supervisi dari personil keamanan pangan √ dalam aplikasi penerapan prinsip-prinsip keamanan pangan Sumber : Data Audit Internal FSSC 22000 Perusahaan tahun 2013 3
Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa masih ditemukan ketidaksesuaian dalam implementasi FSSC 22000. Beberapa masalah yang teridentifikasi adalah : 1. Persyaratan Dokumentasi Prosedur-prosedur SMKP sudah didokumentasikan dengan baik. Hal ini terlihat bahwa prosedur-prosedur yang menyangkut SMKP telah lengkap, namun berdasarkan catatan tanda terima dokumen perusahaan, ditemukan bahwa pengendalian distribusi yang dilakukan tidak konsisten, dokumen atau prosedur baru atau yang sudah direvisi, tidak terdistribusi dengan baik sesuai dengan daftar distribusi pemegang dokumen dan masih belum ada catatan yang mengatur terkait masa simpan dokumen. 2. Sumber Daya Manusia Tersedianya sumber daya manusia diperusahaan yang telah diberi pelatihan dasar berupa pelatihan personal hygiene, Keamanan pangan, K3, Halal, dan SJH, namun masih lambatnya realisasi pelaksanaan dari program pelatihan yang direncanakan dan masih kurangnya kesadaran karyawan dalam pelaksanaan SMKP, diantaranya ditemukan satu orang karyawan yang tidak menggunakan masker, masih ditemukan adanya material yang disimpan menempel atau jaraknya kurang dari 30 cm dari dinding, dan ditemukan catatan terkait pelaksanaan sanitasi kebersihan gedung dan area sekitarnya tidak dikonisten dilakukan, akan tetapi kondisi gedung yang diperiksa sudah cukup bersih. 3. Verifikasi SMKP Verifikasi sistem HACCP telah dilakukan untuk menjamin tindakan pengendalian dilakukan secara efektif, salah satunya adalah melalui
16
pelaksanaan audit internal. Audit internal dilakukan secara rutin sesuai pengaturan yang terencana. Audit Internal bertujuan meninjau keefektifan penerapan SMKP pada lini produksi dan sekitarnya serta menjadi acuan dari verifikasi sebagai tindakan pengendalian, akan tetapi belum ada keterangan penyebab masalah atas ketidaksesuaian yang ditemukan. 4. Manajemen Sistem Pengembangan atau system perbaikan pada PT Sariwangi divisi internasional bertujuan untuk meningkatkan efektifitas, mengembangkan kinerja perusahaan, memperoleh perbaikan maupun pembaharuan informasi SMKP. Perusahaan telah melakukan suatu system perbaikan berupa hasil tinjauan sebelumnya yaitu dari hasil audit internal ataupun eksternal, hasil analisis dari verifikasi berdasarkan kecocokan, kecukupan, dan keefektifitas SMKP yang tercakup pada rencana HACCP. Akan tetapi perusahaan belum melakukan evaluasi SMKP secara keseluruhan, tidak ada bukti catatan atau rekaman bahwa perusahaan telah melakukan evaluasi tersebut. Selain itu, jika dilihat dari perbaikan infrastruktur, masih ditemukan beberapa infrastruktur yang rusak atau belum diperbaiki seperti dinding yang retak, kunci atau gagang pintu toilet dan lokasi titik umpan tikus. 5. Manajemen Pembelian Material / Jasa Manajemen pembelian material / jasa di PT Sariwangi divisi internasional telah dituangkan dalam SOP pembelian. Kualifikasi dan evaluasi sudah dijalankan untuk supplier bahan baku, namun masih ditemukan bahwa tidak semua pemasok ada kualifikasinya, dan evaluasi untuk supplier jasa / service belum dilaksanakan secara konsisten. Berdasarkah hasil identifikasi masalah yang didapat secara keseluruhan melalui audit internal FSSC 22200, penyebab permasalahan dalam implementasi FSSC 22000 disusun menjadi diagram kategori permasalahan atau fish bone diagram pada Gambar 2, untuk mengetahui akar masalah ataupun sebab dan akibat dari permasalahan yang terjadi dengan permasalahan penerapan ISO FSSC 22000 sebagai sumbu utamanya.
Gambar 2. Diagram kategori permasalahan
17
Penyebab permasalahan dalam implementasi FSSC 22000 yang disusun menjadi diagram kategori permasalahan atau fish bone kemudian diolah kembali menggunakan analisis perbandingan berpasangan untuk mendapatkan permasalahan terpenting dari beberapa masalah yang teridentifikasi yaitu dengan menggunakan matriks pendapat berdasarkan 4 orang ahli, dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut adalah hasil penilaian permasalahan yang teridentifikasi dalam penerapan ISO FSSC 22000 berdasarkan metode perbandingan berpasangan. 1. Sumber Daya Manusia Nilai bobot terbesar adalah 0.581 pada permasalahan kurangnya sosialisasi ISO FSSC 22000, kemudian dengan nilai bobot 0.238 pada kurangnya pengawasan supervisi terhadap kedisiplinan karyawan dalam melaksanakan penerapan ISO FSSC 22000, dan nilai bobot terendah sebesar 0.181 pada kurangnya kegiatan bersama. 2. Manajemen Sistem Nilai bobot terbesar adalah 0.505 pada permasalahan lambatnya realisasi perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja dari pihak manajemen, kemudian dengan nilai bobot 0.288 pada kurangnya evaluasi terhadap SMKP, dan nilai bobot terendah sebesar 0.206 pada tidak adanya akar penyebab dari setiap ketidaksesuaian. 3. Dokumen Nilai bobot terbesar adalah 0.557 pada permasalahan tidak konsisten dalam pendokumentasian, kemudian dengan nilai bobot 0.311 pada prosedur tidak direview, dan nilai bobot terendah sebesar 0.132 pada pendokumentasian yang tidak lengkap. 4. Manajemen Pembelian Permasalahan pada manajemen pembelian adalah kualifikasi dan evaluasi untuk supplier bahan baku tidak dilaksanakan secara konsisten. Sedangkan untuk supplier jasa belum dilaksanakan kualifikasi maupun evaluasi untuk setiap supplier jasa. Permasalahan ini tidak nilai dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan, karena hanya ada satu masalah dalam manajemen pembelian. Berdasarkan data diatas terdapat empat permasalahan dengan nilai bobot tertinggi dari masing-masing kriteria permasalahan, yang akan dimasukkan untuk pengolahan lebih lanjut dengan menggunakan metode AHP yaitu (1) pada kriteria sumber daya manusia dengan permasalahan kurangnya sosialisasi ISO FSSC 22000, (2) pada kriteria manajemen sistem dengan permasalahan lambatnya realisasi perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja dari pihak manajemen, (3) pada kriteria dokumen dengan permasalahan tidak konisten dalam pendokumentasian, dan (4) pada kriteria pembelian yaitu pada permasalahan kualifikasi dan evaluasi dari supplier bahan baku atau kemasan dan jasa yang tidak dilaksanakan secara konsisten. Tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000 Berdasarkan empat permasalahan utama yang teridentifikasi, maka tujuan yang ingin dicapai oleh PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional melalui penerapan ISO FSSC 22000, yaitu :
18
1. Peningkatan sosialisasi ISO FSSC 22000 PT. Sariwangi AEA divisi internasional memiliki sumber daya manusia sebanyak 172 orang dan telah memiliki program pelatihan untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tersedia. Karyawan memiliki peranan penting dalam pelaksanaan ISO FSSC 22000, namun karyawan masih belum dapat melaksakannya secara konsisten. Hal ini dilihat karena masih kurangnya kesadaran maupun pemasaham karyawan terkait ISO FSSC 22000. Untuk itu, Perusahaan tidak hanya harus memiliki program pelatihan, namun program tersebut harus dijalankan sesuai dengan yang telah dijadwalkan. Seluruh karyawan harus mendapatkan pelatihan ataupun sosialisasi terkait ISO FSSC 22000 secara kontinu agar karyawan dapat lebih memahami aturan maupun persyaratan yang diharuskan dalam ISO tersebut. Untuk itu, peningkatan sosialisasi ISO FSSC 22000 diharapkan menunjang pelaksanaan ISO FSSC 22000 dapat dilakukan secara konsisten dan dapat berjalan dengan efektif untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas serta aman dikonsumsi. 2. Peningkatan Komitmen Manajemen dalam Penerapan ISO FSSC 22000 Peranan pihak Manajamen sangat dibutuhkan untuk dapat menunjang pelaksanaan ISO FSSC 22000. Peranan manajemen dapat dilihat dari bentuk komitmen manajemen dalam mendukung penerapan ISO FSSC 22000. Komitmen manajemen merupakan bukti maksud dan arahan secara menyeluruh sebuah organisasi tentang keamanan produk yang dihasilkan yang dinyatakan secara resmi oleh manajemen puncak. PT Sariwangi A.E.A divisi Internasional telah memiliki komitmen manajamen yang dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan yang disahkan oleh Presiden Direktur, namun komitmen manajemen yang ada belum sepenuhnya dapat terimplementasi dilapangan. Hal ini dilihat dari masih lambatnya realisasi terkait perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja, dimana perbaikan tersebut bertujuan untuk memenuhi kesesuaian dengan persyaratan ISO FSSC 22000. Untuk itu, peningkatan komitmen manajemen di harapkan dapat memotivasi pihak manajemen untuk dapat sepenuhnya menjalankan komitmen manajemen yang ada untuk dapat menunjang pelaksanaan ISO FSSC 22000 secara efektif. 3. Perbaikan Administrasi dan Dokumentasi Dalam persyaratan ISO FSSC 22000, dokumentasi merupakan hal yang sangat penting, karena dari hasil dokumentasi dapat dilakukan penelusuran jika terjadi suatu permasalahan terkait mutu dan keamanan pangan produk. PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional masih belum dapat secara optimal dalam melakukan proses pendokumentasian, sedangkan setiap persyaratan yang berkaitan dengan ISO FSSC 22000 harus di didokumentasikan, disimpan dan dipelihara dengan baik. Semua kegiatan terkait dengan persyaratan ISO yang tidak dilakukan pendokumentasiannya, secara aturan sertifikasi hal tersebut dianggap tidak dilakukan. Untuk itu, perbaikan sistem administrasi dan dokumentasi diharapkan dapat membuat proses pendokumentasian dilakukan dengan efekif sesuai dengan standar atau persyaratan ISO FSSC 22000. 4. Peningkatan Kualitas Jaminan Mutu Bahan Baku dan Kemasan Jaminan mutu bahan baku dan kemasan merupakan seluruh perencanaan dan kegiatan sistimatik yang diperlukan untuk memberikan suatu
19
keyakinan yang memadai bahwa bahan baku dan kemasan dapat memenuhi persyaratan mutu. Jaminan mutu merupakan bagian dari manajemen mutu dan keamanan pangan yang difokuskan pada peningkatan kemampuan untuk memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan. Dalam menjamin kualitas bahan baku dan kemasan, PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional telah menetapkan prosedur terkait kualifikasi dan evaluasi supplier, namun dalam pelaksanaannya belum sepenuhnya efektif. Sedangkan untuk meningkatkan jaminan kualitas bahan baku dan kemasan diperlukan pelaksanaan kualifikasi dan evaluasi secara konsisten. Untuk itu, perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kulitas jaminan mutu bahan baku dan kemasan sekaligus menunjang pelaksanaan ISO FSSC 22000 yang efektif, dimana pelaksanaan kualifikasi dan evaluasi supplier merupakan salah satu persyaratan dalam ISO FSSC 22000. Perumusan alternatif strategi penerapan ISO FSSC 22000 Identifikasi faktor- faktor internal Identifikasi faktor-faktor internal perusahaan merupakan cara untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan terkait penerapan ISO FSSC 22000. Hal ini dilihat berdasakan permasalahan yang sebelumnya telah teridentifikasi di perusahaan Adapun faktor-faktor internal penting yang dimiliki PT. Sariwangi AEA divisi internasional yang menjadi faktor kekuatan perusahaan adalah : 1. Adanya perencanaan sistem manajemen mutu melalui sasaran mutu untuk perbaikan berkelanjutan Dalam meningkatkan efektifitas, mengembangkan kinerja perusahaan, dan memperoleh perbaikan maupun pembaharuan, PT. Sariwangi AEA divisi internasional merencanakan sistem manajemen mutu dan keamanan pangan melalui sasaran mutu. Sasaran mutu dilakukan per 3 bulan sekali, yaitu dengan melakukan penilaian dari setiap bagian dalam divisi dengan kriteria penilaiaan dan target mutu yang telah ditentukan. 2. Sumber daya manusia yang cukup berpengalaman PT. Sariwangi AEA divisi internasional memiliki sumber daya manusia sebanyak 172 orang. Sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan ini adalah karyawan yang cukup berpengalaman dibidangnya, karena jika dilihat dari masa kerjanya, sekitar 35 % karyawan telah bekerja di perusahaan ini lebih dari 10 tahun kerja dan sekitar 23 % karyawan bekerja 5 – 10 tahun kerja. Tidak hanya masa kerjanya yang cukup lama, karyawan di perusahaan ini juga selalu diberikan pelatihan sesuai tanggung jawab dan tugasnya masing-masing. 3. Adanya program pelatihan seperti keamanan pangan, alat pelindung diri, personal hygiene, K3 dan lainnya. PT. Sariwangi AEA divisi internasional telah memiliki program pelatihan dan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan bagi karyawan disesuaikan dengan tanggung jawab dan tugasnya masing-masing. Pelatihan yang diberikan kepada karyawan adalah pelatihan dasar berupa pelatihan personal hygiene, Keamanan pangan, Alat pelindung diri, K3, Halal, dan Sistem Jaminan Halal.
20
4.
Prosedur yang lengkap terdiri dari SOP dan SSOP Prosedur-prosedur SMKP sudah dijalankan dan didokumentasikan dengan baik. Hal ini terlihat bahwa prosedur-prosedur yang menyangkut SMKP telah lengkap. PT. sariwangi AEA divisi Internasional memiliki empat prosedur sanitasi atau Sanitation Standard Operational Procedure (SSOP) yaitu, prosdur sanitasi gedung; sanitasi mesin dan fasilitas produksi; sanitasi tenaga kerja; serta pest control dan waste management. Selain SSOP perusahaan ini juga memiliki 18 Standard Operational Procedure (SOP) yaitu, prosedur pengecekan mutu produk; Job description; pengadaan, penerimaan serta pengiriman bahan baku dan kemasan; proses blending dan ayak; pengelolaan mesin produksi dan utilitas pabrik; penerimaan dan penyerahan barang jadi; dokumentasi, pengelolaan sumber daya manusia; analisa bahaya dan penetapan titik kritis; identifikasi, penelusuran dan penarikan produk; kontrol record; verifikasi; Penanganan pelanggan; cegah tanggap darurat; komunikasi; validasi; penjualan; dan pengadaan supplier jasa. 5. Bangunan dan tata letak yang mendukung pelaksanaan ISO FSSC 22000 Area bangunan di PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya area security, area kantor, area laboratorium, area merokok, area makan, toilet, musholla, area warehouse dan area produksi. Bangunan dan tata letak telah di desain dan dikonstruksi sesuai dengan persyaratan ISO FSSC 22000 diantaranya yaitu menetapkan area cuci tangan menuju ruang produksi, adanya ruang antara sebelum masuk ke ruang produksi, sudut tembok tidak bersiku atau telah dibuat radius, area penyimpanan bahan baku, bahan kemasan, dan barang jadi yang terpisah dari ruang produksi dan sebagainya. 6. Memiliki Laboratorium internal yang terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) terkait pengujian keamanan pangan produk Dalam melakukan verifikasi keamanan pangan terhadap produk yang dihasilkan, PT. Sariwangi AEA malakukan analisa pengujian terkait keamanan pangan yang dilakukan oleh laboratorium internal milik PT Sariwangi AEA. Selain itu, tidak hanya produk jadi yang diuji, tetapi bahan baku juga diuji dilaboratorium internal perusahaan. Laboratorium internal ini telah terakreditasi oleh lembaga KAN sehingga hasil ujinya dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Selain itu, PT. Sariwangi AEA divisi internasional juga memiliki faktorfaktor kelemahan yang dapat mempengaruhi dalam penerapan ISO FSSC 22000. Faktor kelemahan yang teridentifikasi antara lain : 1. Sebagian karyawan lama masih berpendidikan rendah Hampir 30 % karyawan yang telah lama bekerja di PT. Sariwangi AEA divisi internasional, masih berpendidikan rendah atau dibawah tingkatan SMA sederajat. 12 orang karyawan berpendidikan tamatan Sekolah Dasar, dan 39 Karyawan berpendidikan tamatan SMP. Hal ini menjadi kelemahan bagi perusahaan, karena untuk dapat menjalankan SMKP yang efektif memerlukan sumber daya manusia dengan pendidikan yang memadai yang dapat memahami prosedur dan peraturan dengan cepat dan tanggap yaitu pada tingkatan SMA sederajat.
21
2.
3.
4.
5.
6.
Lambatnya realisasi program pelatihan PT. Sariwangi AEA telah memiliki program pelatihan dengan tujuan dapat meningkatkan efektifitas, kesadaran maupun kedisiplinan karyawan dalam penerapan ISO FSSC 22000. Namun dalam pelaksanaannya program pelatihan yang telah dijadwalkan tidak terealisasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Lambatnya realisasi satu program pelatihan dapat berdampak pada program pelatihan lainnya yang telah dijadwalkan akan mundur juga waktu pelaksanaanya. Selain itu, hal ini juga dapat menyebabkan penyampaian informasi terkini terkait keamanan pangan maupun informasi lainnya yang harusnya dapat disosialisasikan pada saat pelatihan akan tertunda. Konsistensi karyawan dalam penerapan FSSC 22000 yang belum optimal Dalam penerapan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi AEA divisi Internasional, karyawan masih belum secara optimal melakukannya. Karyawan sudah dapat bekerja dengan baik, namun seringkali hasil dari apa yang telah dikerjakan tidak secara konsisten dilakukan pencatatan. Sehingga secara aturan sistem sertifikasi hal tersebut dianggap tidak dilakukan karena tidak ada bukti pencatatanya. Kurangnya minat karyawan untuk memahami prosedur Prosedur-prosedur SMKP sudah dijalankan dan didokumentasikan dengan baik. Hal ini terlihat bahwa prosedur-prosedur yang menyangkut SMKP telah lengkap terdiri dari 4 SSOP dan 18 SOP. Namun yang menjadi kelemahan perusahaan adalah masih kurangnya minat karyawan untuk memahami prosedur. Sedangkan prosedur merupakan suatu standar yang menjabarkan proses-proses atau aktivitas-aktivitas utama yang ada di pabrik. Jika dilihat dalam penerapan ISO FSSC 22000, masih ditemukan beberapa karyawan yang tidak mengikuti prosedur yang telah dibuat oleh perusahaan, salah satunya adalah masih adanya karyawan yang tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja, tidak konsisten dan masih banyak yang lainnya. Lambatnya realisasi dari pihak manajemen terkait perbaikan infarstruktur dan peralatan kerja Perusahaan belum bisa sepenuhnya melakukan perbaikan atau pemeliharaan terhadap infrastruktur dan peralatan kerja terutama perbaikan terkait keamanan pangan. Hal ini dilihat dari masih lambatnya realisasi manajemen terkait perbaikan tersebut seperti masih adanya kerusakan dibeberapa bagian tertentu ada yang berlubang, tembok retak dan sebagainya yang sampai saat ini belum ada tindakan perbaikan terhadap kerusakan tersebut. Tindakan yang dilakukan sampai saat ini hanya berupa permintaan perbaikan kepada bagian terkait ataupun rencana program perbaikan tetapi masih belum terealisasi. Kurangnya komunikasi yang baik antar bagian Dalam melakukan komunikasi internal, perusahaan telah menetapkan dan menerapkan komunikasi yang cukup baik dengan personel dalam satu bagian. Namun, komunikasi internal antar bagian dalam satu divisi masih belum berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari kurangnya kerja sama antar bagian dalam melakukan penyelesaian ataupun perbaikan terkait temuan
22
audit internal maupun eksternal. Selain itu, kurangnya komunikasi antar bagian menyebabkan perubahan – perubahan secara internal yang memiliki dampak pada keamanan pangan tidak dapat terinformasikan keseluruh bagian. Identifikasi faktor- faktor eksternal Identifikasi faktor eksternal bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan terkait dengan penerapan ISO FSSC 22000. Hal ini dilihat dari situasi dan kondisi yang berada diluar perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000. Adapun faktor-faktor eksternal penting yang dimiliki PT. Sariwangi AEA divisi internasional yang menjadi faktor peluang perusahaan adalah : 1. Pasar yang luas Teh merupakan komoditas perkebunan unggulan di Indonesia. Meskipun komoditas teh di Indonesia terkadang mengalami penurunan, namun perkembangan industri teh semakin berkembang. Adanya komoditas teh di Indonesia sangat menguntungkan bagi produsen teh di Indonesia terutama PT. Sariwangi AEA divisi Internasional, dengan pasar yang luas baik di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk dapat beratahan di persaingan global dan menggapai pasar yang luas ke manca negara, maka PT. Sariwangi AEA divisi Internasional harus dapat menghasilkan produk teh dengan kualitas yang baik dan aman dikonsumsi. Untuk dapat mencapai hal tersebut, diperlukan penerapan ISO FSSC 22000 yang dilakukan secara efektif. 2. Ketersediaan tenaga kerja Tenaga kerja di PT. Sariwangi AEA divisi Internasional hampir sebagian besar berasal dari wilayah sekitar perusahaan, terutama pada tingkatan pelaksana. Pemilihan tenaga kerja yang diperoleh dari lingkungan warga sekitar, juga merupakan salah satu program Corporate social responsibility (CSR) perusahaan guna menggali potensi sumber daya manusia yang berada disekitar perusahaan. Selain itu, jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan tingkat pendidikan yang semakin tinggi berpotensi menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh perusahaan guna mendukung kefektifan SMKP di perusahaan. 3. Peningkatan citra perusahaan di mata konsumen PT. Sariwangi AEA divisi Internasional telah bersertifikasi ISO FSSC 22000 sejak Maret 2012. ISO FSSC 22000 merupkan standar keamanan pangan internasional, dimana dengan standar ini diharapkan dapat membatu perusahaan dalam persaingan global. Dengan memiliki sertifikat ISO FSSC 22000, citra perusahaan di mata konsumen semakin meningkat yaitu sebagai Perusahaan manufaktur teh yang memiliki sistem kemanan pangan yang baik dan dapat menjamin bahwa produk yang dihasilkan adalah produk yang bermutu dan aman dikonsumsi. 4. Adanya persyaratan pelanggan terkait mutu dan keamanan pangan Standar Internasional ISO FSSC 22000 telah ditetapkan di PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional. Namun, ada pula persyaratan yang
23
ditetapkan pelanggan terkait mutu dan keamanan pangan, tidak hanya persyaratan dimana perusahaan harus memiliki sertifikasi keamanan pangan. Seperti perusahaan Nestle dan Coca Cola, perusahaan-perusahaan tersebut menetapkan persyaratan standar sendiri, dimana PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional harus memenuhi persyaratan pelanggan tersebut. Hal ini menjadi peluang perusahaan, karena semakin ketat persyaratan yang diharuskan oleh pelanggan, maka perusahaan akan terus berusaha untu memenuhinya dan menjalankan SMKP dengan baik. Jika perusahaan tidak dapat memenuhi persyaratan pelanggan yang diajukan, maka perusahaan akan kehilang kesempatan untuk mendapatkan pelanggan atau Customer. 5. Adanya peraturan / undang-undang terkait pangan Ditetapkannya UU No.18 tahun 2012 terkait dengan pangan, UU No. 33 tahun 2012 terkait bahan tambahn pangan, dan Peraturan lainnya maupun standar nasional Indonesia (SNI) terkait teh yang ditetapkan di Indonesia. Undang- undang, peraturan maupun standar tersebut mendukung dan atau mengharuskan perusahaan untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu dan aman dikonsumsi. Sama halnya dengan persyaratan pelanggan, hal ini menjadi peluang bagi PT. Sariwangi AEA divisi Internasional untuk dapat menjalankan SMKP secara efektif dan dapat memenuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, PT. Sariwangi AEA divisi internasional juga memiliki faktorfaktor ancaman yang dapat mempengaruhi dalam penerapan ISO FSSC 22000. Faktor ancaman yang teridentifikasi antara lain : 1. Pasar Bebas, persaingan negara lain. Sejak di berlakukannya pasar bebas di Indonesia, maka persaingan yang dihadapi oleh perusahaan pengolah teh di Indonesia khususnya PT. Sariwangi AEA semakin tinggi dengan pesaing negara-negara lain. Perdangangan bebas ini merupakan suatu ancaman yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan. 2. Ketetapan UMK pemerintah Adanya ketetapan UMK pemerintah yang tiap tahunnya terus meningkat terutama peningkatan UMK di tahun 2013 dan 2014 ini untuk kabupaten Bogor, merupakan salah datu faktor ancaman bagi PT. Sariwangi AEA divisi Internasional. Dengan adanya ketetapan UMK yang cukup tinggi maka perusahaan harus melakukan efisiensi tenaga kerja mulai dari pengurangan tenaga kerja maupun pembatasan jam lembur kerja. Dengan adanya hal ini, kemungkinan akan dapat menggangu efektifitas pelaksanaan program SMKP yang didalamnya mencakup proses produksi dan lainnya. Meskipun banyak sumber daya manusia yang tersedia di luar perusahaan, namun hal ini menjadi problematika sendri bagi perusahaan. 3. Persaingan perusahaan sejenis. Industri ataupun manufaktur pengolahan teh, tidak hanya di PT. sariwangi AEA divisi internasional saja. Tetapi masih ada perusahaan sejenis lainnya yang mengelola industri teh dalam bentuk bulk, bahkan ada diantara mereka yang telah bersertifikasi kemanan pangan juga. Perusahan industri lainnya yang mengelola teh dalam bentuk bulk antara lain PT. Unilever Indonesia, PT. Van Rees, PT. Agro Pangan Putra Mandiri (Sosro), Jakarta Tea Trader, PT. Cakra, PT. Pada Kersa dan lainnya. Diantara perusahaan
24
4.
5.
tersebut, sebagian telah bersertifikasi keamanan pangan seperti PT. Unilever Indonesia dan PT. Agro Pangan Putra Mandiri (Sosro). Penolakan dari konsumen karena alasan mutu dan keamanan pangan sehingga dicabutnya sertifikat Jika perusahaan tidak benar-benar menerapkan ISO FSSC 22000 secara efektif maka dapat terjadi penolakan dari konsumen karena alasan mutu dan kemanan pangan terkait dengan produk jadi yang telah dikirim ke tangan konsumen. Hal ini dapat berakibat dicabutnya sertifikat ISO FSSC 22000 yang telah dimiliki oleh perusahaan. Jika dilihat secara prosedural, apabila terjadi keluhan pelanggan terkait dengan produk reject, maka PT. Sariwangi AEA divisi internasional harus melakukan penelusuran terkait produk tersebut dan melaporkan ke lembaga sertifikasi terkait masalah tersebut. Jika hasil penelusuran merupakan kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan dan penilaian lembaga sertifikasi bahwa produk reject tersebut dapat membahayakan konsumen bila dikonsumsi, maka besar kemungkinan sertifikat yang telah diraih oleh perusahaan akan dicabut oleh lembaga sertifikasi. Minimnya supplier yang bersertifikasi Supplier teh untuk PT. Sariwangi AEA divisi Internasional terdiri dari supplier dalam negeri dan luar negeri. Hanya sedikit supplier teh yang telah bersertifikasi. Supplier teh yang telah bersertifikasi diantaranya yaitu PT. MP indorub sumber wadung dan PTPN yang telah bersertifikasi Rainforest Aliance. Sedangkan untuk mendapatkan bahan baku yang berkualitas dan aman dibutuhkan supplier yang dapat menjamin bahwa daun teh yang mereka hasilkan adalah daun teh dengan kualitas yang baik aman. Untuk supplier di dalam negeri yang tidak bersertifikasi masih bisa dilakukan penilaian dengan melakukan kualifikasi dan evaluasi serta kunjungan ke supplier terkait. Namun untuk supplier diluar negeri, hal ini sangat sulit dijangkau, jadi sangat dibutuhkan supplier yang benar-benar memiliki sertifikasi. Sama halnya dengan supplier untuk bahan baku teh, supplier untuk bahan kamasan pun tidak semua bersertifikasi yaitu memiliki sertifikat food grade. Sedangkan dalam persyaratan ISO FSSC 22000, semua jenis bahan kemasan atau bahan apapun yang kontak langsung dengan produk harus memiliki sertifikat food grade.
Analisis matriks SWOT Matriks SWOT merupakan langkah untuk menginteraksikan faktor dari internal dengan eksternal yang nantinya akan menghasilkan alternatif-alternatif strategi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh PT. Sariwangi AEA divisi Internasional dalam penerapan SMKP yaitu ISO FSSC 22000. Hasil dari analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 9, matriks ini disusun dengan menggunakan data yang diperoleh dari identifikasi factor internal dan eksternal.
25
Tabel 9. Matriks SWOT PT. Sariwangi AEA divisi internasional Kekuatan (Strengths) 1. Adanya program pelatihan seperti keamanan pangan, APD, personal hygiene, K3, halal, sistem jaminan halal, dan lainnya 2. SDM yang cukup berpengalaman 3. Prosedur yang lengkap 4. Bangunan dan tata letak yang mendukung pelaksanaan ISO FSSC 22000 5. Adanya perencanaan sistem manajemen mutu melalui sasaran mutu untuk perbaikan berkelanjutan 6. Memiliki laboratorium internal yang terakreditasi KAN terkait pengujian keamanan pangan EFE produk Peluang Strategi S – O (Oppotunities) 1. Meningkatkan SMKP yang sudah 1. Pasar yang luas berjalan dengan melakukan 2. Ketersediaan tenaga verifikasi SMKP secara kerja keseluruhan. (S5,S6,O3) 3. Peningkatan citra 2. Meningkatkan partisipasi karyawan perusahaan di mata dalam menerapkan SMKP ISO konsumen. FSSC 22000 (S1,S2,04,05) 4. Adanya persyaratan 3. Meningkatkan kualitas produk dan pelanggan terkait menghasilkan produk yang aman mutu dan keamanan dikonsumsi dengan pelaksanaan pangan produk segala macam kegiatan terkait ISO 5. Adanya peraturan / FSSC 22000 secara konsisten dan undang-undang penuh dengan kesadaran terkait pangan (S1,S2,S3,S4,S5,S6,O1,O3,O4,O5) Ancaman (Threats) Strategi S – T 1. Pasar bebas, 1. Meningkatkan volume/selang persaingan negara waktu pengujian melebihi standar lain yang ditentukan pada umumnya 2. Ketetapan UMK sebagai jaminan mutu produk yang Pemerintah aman dikonsumsi. 3. Persaingan (S6,T3,T4,T5,T6) perusahaan sejenis 4. Penolakan dari 2. Efisiensi Tenaga kerja dengan konsumen karena memanfaatkan SDM yang ada. alasan mutu dan (S1,S2,A2) keamanan pangan sehingga dicabutnya sertifikat 5. Minimnya supplier yang bersertifikasi. IFE
Kelemahan (Weaknesses) 1. Lambatnya realisasi program pelatihan 2. Sebagian karyawan lama masih berpendidikan rendah 3. Lambatnya realisasi dari pihak manajemen terkait perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja 4. Kurangnya minat karyawan untuk memahami prosedur 5. Kurangnya komunikasi yang baik antar bagian 6. Konsistensi karyawan dalam penerapan FSSC 22000 yang belum optimal
Strategi W – O 1. Team Buliding untuk membangun kebersamaan dalam pelaksanaan prosedur maupun peratutan yang berlaku terkait dengan keamanan pangan. (W4,W5,W6,O4,O5) 2. Meningkatkan kualitas SDM dengan meningkatkan keefektifan pelatihan sesuai dengan program yang telah direncanakan (W1,W2,W3,W4,W5,W6,O 1,O2,O3) Strategi W – T 1. Meningkatkan kualitas mutu bahan baku maupun kemasan dengan acuan standar spesifikasi yang telah ditetapkan dalam prosedur (W4,W6,T3,T4,T5) 2. Meningkatkan partisipasi pihak manajemen untuk mengacu pada komitmen manajemen yang telah dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan. (W1,W3,T1,T3,T4)
Berdasarkan hasil penyusunan strategi matriks SWOT pada Tabel 9, dihasilkan sembilan alternatif strategi dalam penerapan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional. Alternatif strategi dan kata kunci dari setiap alternatif dapat dilihat pada Tabel 10.
26
Tabel 10. Alterrnatif strategi dan kata kuncinya Strategi
Penjelasan Strategi
Kata Kunci
SO-1
Meningkatkan SMKP yang sudah berjalan dengan melakukan verifikasi SMKP secara keseluruhan
SO-2
Meningkatkan partisipasi karyawan dalam menerapkan SMKP ISO FSSC 22000
SO-3
Meningkatkan kualitas produk dengan menghasilkan produk yang aman dikonsumsi dengan pelaksanaan segala macam kegiatan terkait ISO FSSC 22000 secara konsisten dan penuh dengan kesadaran Team Buliding untuk membangun kebersamaan dalam pelaksanaan prosedur maupun peratutan yang berlaku terkait dengan keamanan pangan Meningkatkan kualitas SDM dengan meningkatkan keefektifan pelatihan sesuai dengan program yang telah direncanakan Meningkatkan volume/selang waktu pengujian melebihi standar yang ditentukan pada ummnya sebagai jaminan mutu produk yang aman dikonsumsi Efisiensi Tenaga kerja dengan memanfaatkan SDM yang ada
Meningkatkan SMKP yang sudah berjalan Meningkatkan Partisipasi Karyawan Meningkatkan Kualitas Produk
WO-1
WO-2 ST-1
ST-2 WT-1
Meningkatkan kualitas mutu bahan baku maupun kemasan dengan acuan standar spesifikasi yang telah ditetapkan dalam prosedur
WT-2
Meningkatkan partisipasi pihak manajemen untuk mengacu pada komitmen manajemen yang telah dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan
Team Building
Meningkatkan Kualitas SDM Meningkatkan volume/selang waktu pengujian Efisiensi Tenaga Kerja Meningkatkan Kualitas Mutu Bahan Baku dan Kemasan Meningkatkan Partsipasi Pihak Manajemen
Identifikasi aktor yang terkait dalam penerapan ISO FSSC 22000 Aktor memiliki peran penting dalam penerapan ISO FSSC 22000, yaitu sebagai pihak-pihak yang berkaitan dan bertanggung jawab sesuai dengan kepentingannya masing-masing dalam menjalankan SMKP. PT. Sariwangi AEA menyadari bahwa keterlibatan seluruh aktor merupakan hal penting dalam pelaksanaan SMKP yang efektif. Berikut adalah aktor yang terkait dalam pengambilan keputusan dalam penerapan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi AEA divisi Internasional beserta kepentingannya yaitu : 1. Direktur Utama - Merumuskan kebijakan mutu dan keamanan pangan; - Menjamin bahwa tanggung jawab dan wewenang dalam organisasi ditetapkan dan dikomunikasikan untuk menjamin proses operasi dan pemeliharaan SMKP yang efektif; - Menunjuk ketua Tim keamanan pangan dan wakil manajemen 2. Business Unit Director - Memastikan sasaran mutu dijalankan sebagai evaluasi dari SMKP yang dijalankan - Menetapkan proses komunikasi yang tepat di PT. Sariwangi AEA divisi Internasional.
27
3. General Manager - Memberikan arahan kepada bawahan mengenai teknis pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan prosedur manajemen mutu dan keamanan pangan serta peraturan yang berlaku. - Menjaga kegiatan operasional agar dapat berjalan dengan efisien dan efektif sesuai dengan SMKP. - Memastikan anggaran yang dibuat benar-benar sesuai dengan kebutuhan baik yang terkait dengan konsistensi penerapan SMKP ataupun yang lainnya. 4. Manager CHR - Melaksanakan kebijakan HRD terkait pengelolaan aktivitas rekrutmen sesuai dengan kebutuhan, people and training management, performance management dan kompensasi and benefit management. 5. Manager Produksi - Bertanggung jawan atas pengendalian bahan baku, seluruh proses produksi, efisiensi penggunaan tenaga kerja, mesin dan peralatan. - Mengkoordinir dan mengawasi serta memberikan arahan kerja kepada setiap seksi dibawahnya untuk menjamin terlaksananya SMKP - Memonitor pelaksanaan rencana produksi agar dapat dicapai hasil sesuai jadwal, volume dan mutu yang ditetapkan. 6. Management Representative - Bertanggung jawab terhadap control seluruh sistem dan prosedur, dokumentasi serta proses sertifikasi. - Melaksanakan audit internal dan berkomunikasi dangan top management terkait kinerja SMKP, isu-isu keamanan pangan, ketidaksesuaian dan laporan audit. - Meninjau semua fungsi untuk memriksa pelaksanaan SMKP yang efektif. 7. Manager Warehouse - Bertanggung jawab untuk menganalisa dan mengawasi segala kegiatan yang terjadi dibagian area raw material, area packaging material dan area produk jadi. - Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan pergudangan, pengiriman, persediaan, serta pembelian agar berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan persyaratan SMKP. Selain tujuh aktor diatas, perusahaan juga memiliki aktor lainnya yang juga menujang dalam pelaksanaan ISO FSSC 22000, antara lain : 1. Supervisor Quality Control - Menjamin mutu produk dengan melakukan incoming inspection untuk barang datang, QC in process untuk menjamin mutu sesuai dengan standar yang ditetapkan atas proses produksi, dan outgoing inspection untuk memastikan bahwa produk jadi hasil dari proses produksi sesuai dengan standar yang ditetapkan. 2. Supervisor Produksi - Memberikan arahan kepada bawahan mengenai teknis pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan prosedur manajemen mutu dan keamanan pangan yan ditetapkan serta peraturan yang berlaku - Mengendalikan kualitas dan kuantitas produksi sesuai dengan target dan persyaratan SMKP
28
3.
4.
5.
- Bertanggung jawab atas pelaksanaan prosedur sanitasi Supervisor Warehouse - Memberikan arahan kepada bawahan mengenai teknis pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan prosedur manajemen mutu dan keamanan pangan yan ditetapkan serta peraturan yang berlaku - Bertanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi keluar masuknya barang serta penempatan raw/packing material dan barang jadi sesuai dengan persyaratan SMKP. Operator - Memberikan arahan kepada bawahan mengenai teknis pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan prosedur manajemen mutu dan keamanan pangan yang berlaku serta peraturan yang berlaku - Menjaga disiplin dan keselamatan kerja serta melaksanakan prosedur sanitasi Pelaksana - Menunjang pelaksanaan sistem manajemen mutu dan keamanan pangan - Menjaga disiplin dan keselamatan kerja serta melaksanakan prosedur sanitasi.
Matriks hubungan keterkaitan antara aktor, masalah dan strategi Matriks keterkaitan ini, bertujuan untuk menghubungkan keterkaitan antara aktor, masalah dan strategi. Ada empat masalah yang dimasukkan kedalam matriks ini yaitu masalah yang didapat dari hasil audit internal kemudian diolah kembali datanya dan dipilih yang paling terkait dalam penerapan ISO FSSC 22000, serta ada sembilan strategi yaitu strategi yang di dapat dari matriks SWOT. Matriks hubungan keterkaitan antara aktor, masalah dan strategi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Matriks hubungan keterkaitan antar aktor, masalah, dan strategi Masalah SO-1 Kurangnya Sosialisai ISO FSSC 22000 Lambatnya realisasi perbaikan dari pihak manajemen terkait perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja Tidak konsisten dalam pendokumentasian
SO-2 SO-3 1,2,3,4, 5, 6, 7
WO-1
Strategi WO-2 3,4
ST-1 ST-2 3,4,5
WT- 1 WT- 2
2,3,6
2,6
3,4,5, 6,7
Kualifikasi dan evaluasi dari supplier tidak dilaksanakan konsisten
Keterangan : 1 : DU (Direktur Utama) 2 : BUD (Business Unit Director) 3 : GM (General Manager) 4 : MC (Manager CHR)
1,2,3, 4,6
3,4,5, 6,7 3,6, 7
3,4,5, 6,7 2,6, 7
2,6,7
5 : MP (Manager Produksi) 6 : MR (Manager Representative) 7 : MW (Manager Warhouse)
Berdasarkan data matriks hubungan keterkaitan pada Tabel 11, dapat dilihat aktor mana yang paling memiliki keterkaitan dengan masalah dan strategi dalam
29
penerapan ISO FSSC 22000. Berikut adalah hasil perhitungan jumlah aktor yang paling memiliki keterkaitan, dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil perhitungan jumlah aktor yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan dan strategi No 1 2 3 4 5 6 7
Aktor dalam kaitannya dengan permasalahan dan strategi MR (Management Representative) GM (General Manager) MW (Manager Warehouse) MC (Manager CHR) BUD (Business Unit Director) MP (Manager Produksi) DU (Direktur Utama)
Jumlah Nilai 10 9 7 7 6 5 2
Dari data hasil perhitungan jumlah aktor yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan dan strategi pada Tabel 10, dapat dilihat aktor dengan tiga peringkat nilai teratas yang paling memiliki keterkaitan dengan masalah dan strategi dalam penerapan ISO FSSC 22000 adalah MR dengan jumlah 10, kemudian GM dengan jumlah 9 dan yang ketiga adalah MW serta MC dengan jumlah 7. Aktor-aktor tersebut merupakan aktor yang akan dimasukkan dalam struktur hierarki untuk pengolahan data lebih lanjut menggunakan metode AHP. Penetapan prioritas pemecahan masalah dengan metode AHP Menurut Saaty dalam Marimin (2008), AHP adalah metode yang digunakan untuk memecahkan suatu persoalan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir dalam hierarki, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Model struktur hierarki yang digunakan dalam penelitian ini terdiri lima tingkat, dapat dilihat pada Gambar 3. Tingkat pertama adalah strategi penerapan ISO FSSC 22000, tingkat kedua adalah kriteria masalah yang dihadapi perusahaan dalam penerapan, tingkat ketiga adalah aktor yang berperan penting dalam penerapan, tingkat keempat adalah tujuan yang ingin dicapai, dan tingkat kelima adalah alternatif strategi.
Gambar 3. Susunan hierarki strategi penerapan ISO FSSC 22000
30
Hasil pengolahan data horizontal faktor, aktor, dan alternatif strategi Menurut Saaty dalam Marimin (2008), Pengolahan data secara horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hierarki keputusan. Pengolahan horizontal pada penelitian ini dibagi menjadi lima bagian yaitu : a. Pengolahan Horizontal Level Dua (Faktor/kriteria masalah) Hasil pengolahan horizontal pada level dua mengenai faktor-faktor yang menjadi kriteria permasalahan dalam penerapan ISO FSSC 22000, dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil pengolahan horizontal kriteria masalah Faktor LRM (Lambatnya realisasi dari pihak manajemen terkait perbaikan infrastruktur & peralatan kerja) KSF (Kurangnya sosialisasi ISO FSSC 22000)
Bobot 0.339
Persentasi Prioritas 34 % 1
0.308
31 %
2
KSTK (Kualifikasi & evaluasi supplier tidak dilaksanakan secara konsisten) TKD (Tidak konsisten dalam pendokumentasian)
0.191
19 %
3
0.163
16 %
4
Hasil pengolahan horizontal pada level dua mengenai kriteria masalah antara lain (1) lambatnya realisasi dari pihak manajemen terkait perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja dengan bobot nilai 0.339, hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen sangat berperan penting dalam mendukung pelaksanaan ISO FSSC 22000 yaitu dalam melaksanakan komitmen atau tanggung jawab manajemen yang telah dituangkan dalam bentuk kebijakan mutu dan keamanan pangan, (2) kurangnya sosialisasi ISO FSSC 22000 dengan bobot 0.308, sosialiasi ISO FSSC 22000 dibutuhkan oleh setiap karyawan untuk dapat meningkatkan pemahaman terkait sertifikasi ini, agar karyawan dapat melakasakannya 22000 secara efektif, (3) kualifikasi dan evaluasi supplier tidak dilaksanakan secara konsisten dengan nilai bobot 0.191, kualifikasi dan evaluasi supplier juga menjadi perhatian dalam proses penerapan ISO FSSC 22000. Pemilihan yang selektif terhadap supplier bertujuan untuk dapat memilihi supplier yang dapat memenuhi kualifikasi dan persyaratan yang ditetapkan oleh perusahaan maupun standar ISO FSSC agar produk yang dibuat benar-benar menjadi produk yang aman dikonsumsi, (4) tidak konsisten dalam pendokumentasian dengan nilai bobot 0.163, dokumentasi merupakan bagian dari persyaratan ISO FSSC 22000 dimana setiap setiap kegiatan terkait dengan persyaratan tersebut tidak dilakukan pendokumentasiannya maka secara aturan sertifikasi hal tersebut dianggap tidak dilakukan. Untuk itu pendokumentasian perlu dilakukan secara konsisten untuk dapat memenuhi persyaratan ISO FSSC 22000. b. Pengolahan Horizontal Level Tiga (Aktor) Pengolahan horizontal pada level tiga membandingkan tingkat kepentingan aktor terhadap kriteria masalah. Hasil pengolahan horizontal pada level tiga mengenai aktor yang berperan penting dalam dalam penerapan ISO FSSC 22000, dapat dilihat pada Tabel 14.
31
Tabel 14. Hasil pengolahan horizontal aktor MR (Management Representative) GM (General Manager) MW (Manager Warehouse) MC (Manager CHR)
KSF 0.238 0.203 0.240 0.320
LRM 0.287 0.348 0.172 0.194
TKD 0.290 0.163 0.271 0.276
KSTK 0.222 0.286 0.355 0.137
Aktor – aktor yang berperan penting dalam kaitannya terhadap kriteria masalah adalah (1) MW dengan nilai bobot 0.355 dalam kaitannya dengan faktor masalah kualifikasi dan evaluasi supplier tidak dilaksanakan secara konsisten. MW memiliki peranan penting dalam hal menghasilkan bahan yang berkualitas dan aman. Untuk dapat menghasilkan bahan yang berkualitas dan aman serta memenuhi persyaratan ISO FSSC 22000 perlu dilakukan pemilihan supplier secara selektif melalui pelaksanaan kualifikasi dan evaluasi supplier, (2) aktor GM dengan nilai bobot 0.348 dalam kaitannya dengan masalah lambatnya realisasi dari pihak manajemen terkait perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja, yaitu sesuai dengan kepentingannya dalam ISO FSSC 22000 yaitu memastikan anggaran yang dibuat benar-benar sesuai dengan kebutuhan baik yang terkait dengan penerapan ISO atau lainnya dan turut serta dalam melaksanakan komitmen manajemen, (3) aktor yang memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dalam kaitannya dengan masalah kurangnya sosiaiasi ISO FSSC 22000 adalah MC dengan bobot 0.320. Aktor MC memiliki peranan penting dalam peningkatan kualitas SDM yaitu melalui pemberian atau peningkatan pelatihan maupun sosialiasi ISO FSSC 22000, dimana sosialiasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap karayawan untuk dapat memenuhi persyaratan dan menjalankan ISO FSSC 22000 secara efektif, (4) aktor MR dengan nilai bobot 0.290 pada faktor masalah tidak konsisten dalam pendokumentasian. Semua karyawan memiliki peran serta yang sama penting dalam pelaksanaan pendokumentasian, namun yang bertanggung jawab terhadap kontrol seleuruh sistem, prosedur dan dokumentasi serta proses sertifikasi adalah MR. c. Pengolahan Horizontal Level Empat (Tujuan) Pengolahan horizontal pada level empat yaitu membandingkan prioritas tujuan yang ingin dicapai dalam penerepan ISO FSSC 22000 berdasarkan tingkat perhatian aktor. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil pengolahan horizontal tujuan PSF (Peningkatan Sosialisasi ISO FSSC 22000) PKM (Peningkatan Komitmen Manajemen) PAD (Perbaikan Administrasi dan Dokumentasi) PKJM (Peningkatan Kualitas Jaminan Mutu Bahan Baku dan Kemasan)
MR 0.208 0.302 0.200 0.290
GM 0.201 0.409 0.106 0.285
MW 0.283 0.130 0.201 0.385
MC 0.434 0.283 0.136 0.147
Tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan ISO FSSC 22000 berdasarkan tingkat perhatian aktor adalah : (1) berdasarkan tingkat perhatian MC tujuan utama yang ingin dicapai adalah peningkatan sosialisasi ISO FSSC 22000 dengan nilai bobot 0.434. jika dilihat dari beberapa masalah yang dihadapi oleh perusahaan adalah ketidakkonsistenan karyawan dalam
32
pelaksanaan dalam pelaksanaan ISO FSSC 22000 termasuk pada tingkatan level manajemen yang masih belum sepenuhnya mengimplementasikan kebijakan mutu dan keamanan pangan. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman dan partisipasi seluruh karyawan terkait segala persyaratan yang ditetapkan dalam ISO FSSC 22000. Untuk itu, peran serta MC sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan sosialisasi ISO FSSC 22000 kepada seluruh karyawan agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan menerapkan ISO FSSC 22000 secara efektif, (2) tujuan utama yang ingin dicapai adalah peningkatan komitmen manajemen berdasarkan tingkat perhatian GM dengan bobot 0.409, hal ini disebabkan komitmen manajemen merupakan bukti dari keseriusan pihak manajemen dalam turut serta melaksanakan ISO FSSC 22000 dimana peran serta GM merupakan orang yang memiliki tanggung jawab dalam mengimplentasikan komitmen manajemen guna menunjang pelaksanaan ISO FSSC 22000 yang efektif, (3) berdasarkan tingkat perhatian MW tujuan utama yang ingin dicapai adalah peningkatan kualitas jaminan mutu bahan baku dan kemasan dengan nilai bobot 0.385. Peningkatan kualitas jaminan mutu bahan diperlukan kareena dari beberapa permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan salah satunya adalah tekait pelaksanaan kualifikasi dan evaluasi supplier yang tidak konsisten. Peran serta MW sangat dibutuhkan untuk dapat memastikan dan menjamin bahwa segala proses maupun persyaratan bahan dapat sesuai dengan persyaratan ISO FSSC 2200, (4) berdasarkan tingkat perhatian MR tujuan utama yang ingin dicapai adalah peningkatan komitmen manajemen. Sama halnya berdasarkan tingkat perhatian GM, MR juga memilki tanggung jawab dalam mengimplentasikan komitmen manajemen guna menunjang pelaksanaan ISO FSSC 22000 yang efektif. d. Pengolahan Horizontal Level 5 (Alternatif Strategi) Hasil pengolahan horizontal pada level lima mengenai alternatif strategi dalam penerapan ISO FSSC 22000, dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Hasil pengolahan horizontal alternatif strategi Alternatif Strategi Meningkatkan SMKP yang sudah berjalan Meningkatkan partisipasi karyawan Meningkatkan kualitas produk Team Building Meningkatkan Kualitas SDM Meningkatkan Volume/selang waktu pengujian Efisiensi tenaga kerja Meningkatkan kualitas mutu bahan baku dan kemasan Meningkatkan partisipasi pihak manajemen
PSF 0.072 0.124 0.110 0.098 0.133 0.080 0.113 0.127
PKM 0.142 0.072 0.113 0.110 0.081 0.089 0.068 0.098
PAD 0.114 0.144 0.095 0.119 0.139 0.083 0.070 0.112
PKJM 0.065 0.109 0.130 0.108 0.095 0.118 0.092 0.160
0.143
0.227
0.125
0.121
Alternatif strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan antara lain (1) meningkatkan partisipasi pihak manajemen merupakan alternatif strategi prioritas utama dengan nilai bobot 0.227, dalam mencapai tujuan peningkatan komitmen manajemen. Hal ini bertujuan agar pihak manajemen dapat bekerja sama dan terlibat aktif dalam proses pelaksanaan ISO FSSC 22000 yaitu dengan melaksanakan komitmen manajemen dan sepenuhnya mendukung
33
segala proses yang berkaitan dengan sertifikasi ISO FSSC 22000, sebagai tanda bukti telah dukungan pihak manajemen terkait sertifikasi ini, (2) meningkatkan kualitas mutu bahan baku maupun kemasan dengan acuan standar spesifikasi yang telah ditetapkan dalam prosedur merupakan alternatif prioritas utama dengan nilai bobot 0.160, dalam mencapai tujuan peningkatan kualitas jaminan mutu bahan baku dan kemasan. Tindakan ini bertujuan agar dapat menjamin bahan baku maupun kemasan yang diperoleh untuk diproses nanti adalah bahan yang yang berkualitas, aman, sesuai persyaratan mapun standar spesifikasi yang telah ditetapkan, (3) alternatif tindakan yang menjadi perioritas utama dalam mencapai tujuan perbaikan administrasi dan dokumentasi adalah meningkatkan partisipasi karyawan dalam menerapkan SMKP ISO FSSC 22000 dengan nilai bobot 0.144. Tindakan ini bertujuan agar setiap karyawan dapat berpartisipasi untuk mendokumentasikan, menyimpan dan memelihara segala bentuk dokumen ataupun hasil kegiatan yang memerlukan pencatatan yang terkait dengan ISO FSSC 22000 dan, (4) alternatif startegi yang menjadi prioritas utama dalam mencapai tujuan peningkatan sosialisasi ISO FSSC 22000 adalah meningkatkan partisipasi pihak manajemen untuk mengacu pada komitmen manajemen yang telah dituangkan dalam kebijakan mutu dan kemanan pangan merupakan alternatif strategi prioritas utama dengan nilai bobot 0.143. Peningkatan partisipasi dari pihak manajemen bertujuan agar mendukung segala bentuk kegiatan terkait dengan ISO FSSC 22000 yang salah satunya seperti peningkatan program sosialisasi ISO FSSC 22000. Partisipasi pihak manajemen dibutuhkan agar program tersebut dapat terealisasi dengan baik agar dapat meningkatkan pemahaman karyawan mengenai ISO FSSC 22000. Hasil pengolahan data vertikal faktor, aktor, dan alternatif strategi Menurut Saaty dalam Marimin (2008), pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun proiritas setiap elemen dalam hierarki terhadap sasaran utama. Pengolahan vertikal pada penelitian ini dibagi menjadi empat bagian yaitu : a. Pengolahan Vertikal Level Dua (Faktor/kriteria masalah) Hasil pengolahan vertikal pada level dua mengenai faktor-faktor yang menjadi kriteria permasalahan dalam penerapan ISO FSSC 22000, dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Susunan prioritas kriteria masalah Kriteria Masalah LRM (Lambatnya realisasi dari pihak manajemen terkait perbaikan infrastruktur & peralatan kerja) KSF (Kurangnya sosialisasi ISO FSSC 22000) KSTK (Kualifikasi & evaluasi supplier tidak dilaksanakan secara konsisten) TKD (Tidak konsisten dalam pendokumentasian)
Bobot 0.339
Persentasi Prioritas 34 % 1
0.308 0.191
31 % 19 %
2 3
0.163
16 %
4
Hasil pengolahan vertikal pada level dua menunjukkan bahwa kriteria masalah dalam penerapan ISO FSSC 22000 dimulai dari prioritas utama adalah lambatnya realisasi dari pihak manajemen terkait perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja dengan bobot nilai 0.339. Hal ini dilihat dari masih adanya infrastruktur ataupun peralatan kerja yang rusak. Perusahaan
34
belum bisa sepenuhnya melakukan perbaikan atau melakukan pemelihaaran terhadap infrastruktur dan peralatan kerja yang terutama terkait dengan pemenuhan persyaratan standar ISO FSSC 22000. Hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen berperan penting dalam mendukung pelaksanaan ISO FSSC 22000 yaitu dalam melaksanakan komitmen atau tanggung jawab manajemen dan mendukung segala sesuatu yang berkaitan dalam hal pemenuhan kesesuaian dengan persyaratan standar ISO FSSC 22000. Prioritas kedua adalah kurangnya sosialisasi ISO FSSC 22000 dengan bobot nilai 0.308. Kurangnya sosialisasi menjadi prioritas permasalahan kedua yang dihadapi oleh PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional, yaitu dilihat dari karyawan yang belum sepenuhnya dapat memahami apa saja yang dipersyaratakan dalam ISO FSSC 22000 dan karyawan belum sepenuhnya menyadari akan pentingnya sertifikasi ini. PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional telah memiliki program pelatihan untuk karyawannya, namun program pelatihan tersebut belum terelaisasi sepenuhnya sesuai dengan apa yang sudah diprogramkan. Hal ini pula, yang menyebabkan karyawan masih perlu diberikan sosialisasi terkait penerapan ISO FSSC 22000. Selanjutnya yang menjadi prioritas ketiga adalah kualifikasi dan evaluasi supplier tidak dilaksanakan secara konsisten dengan nilai bobot 0.191, dan prioritas terakhir adalah tidak konsisten dalam pendokumentasian dengan nilai bobot 0.163. b. Pengolahan Vertikal Level Tiga (Aktor) Hasil pengolahan vertikal pada level tiga mengenai aktor yang berperan penting dalam penerapan ISO FSSC 22000, dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 18. Susunan prioritas aktor Aktor MR (Management Representative) MW (Manager Warehouse) GM (General Manager) MC (Manager CHR)
Bobot 0.266 0.250 0.247 0.227
Persentasi Prioritas 27 % 1 26 % 2 25 % 3 22 % 4
Hasil pengolahan vertikal level tiga menunjukkan bahwa aktor yang memiliki keterkaitan dalam penerapan ISO FSSC 22000 dimulai dari prioritas utama adalah MR dengan nilai bobot 0.266, dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa MR merupakan aktor yang memilki pengaruh besar dalam berjalannya SMKP ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional. MR merupakan wakil dari manajemen yang ditunjuk langsung oleh direktur utama dimana salah satu kepentingan utamanya dalam SMKP ISO FSSC 2200 adalah meninjau semua fungsi untuk memeriksa pelaksanaan SMKP yang efektif. Pada prioritas kedua, aktor yang berperan penting dalam penerapan ISO FSSC 22000 adalah MW dengan nilai bobot 0.250. Peranan penting MW dalam penerapan ISO ini adalah dalam hal mengawasi segala kegiatan di area bahan baku, bahan kemasan dan produk jadi, dimana MW harus dapat memastikan bahwa bahan baku yang akan diproses dan bahan kemasan yang akan digunakan adalah bahan dengan kulitas mutu yang baik, sesuai dengan standar spesifikasi dan persyaratan yang ditetapkan serta aman dikonsumsi.
35
Selain itu, MW juga harus mengawasi dan memastikan bahwa produk jadi yang dihasilkan dan yang akan dikirim ke konsumen adalah produk yang benar-benar sudah melewati dan lulus tahap quality control dan terjamin kualitas serta kemanan pangannya. Pada prioritas ketiga, aktor yang berperan penting adalah GM dengan nilai bobot 0.247, dimana GM merupakan salah satu bagian dari pihak manajemen yang juga berperan dalam pelaksanaan komitmen manajemen yang telah dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan, serta mendukung segala sesuatu yang berkaitan dalam hal pemenuhan kesesuaian dengan persyaratan standar ISO FSSC 22000. Prioritas terakhir adalah MC dengan nilai bobot 0.227. Peranan MC dalam penerapan ISO FSSC 22000 adalah untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat dengan tanggap dalam menunjang pelaksanaan ISO ini, yaitu dengan membuat program pelatihan dan merealisasikan program pelatihan tersebut agar dapat memberikan pemahaman kepada karyawan tentang persyaratan pada ISO ini dan memberikan kesadaran kepada karyawan untuk berparstisipasi dalam pelaksanaan penerapan ISO ini secara konsisten serta menyadari pentingnya sertifikasi ini bagi perusahaan. c. Pengolahan Vertikal Level Empat (Tujuan) Hasil pengolahan vertikal pada level empat mengenai tujuan yang ingin dicapai perusahan dalam penerapan ISO FSSC 22000, dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Susunan prioritas tujuan Tujuan Peningkatan Sosialiasi ISO FSSC 22000 Peningkatan Kualitsa Jaminan Mutu Bahan Baku dan Kemasan Peningkatan Komitmen Manajemen Perbaikan Administrasi dan Dokumentasi
Bobot 0.284 0.277 0.275 0.164
Persentasi Prioritas 28.4 % 1 27.7 % 2 27.5 % 16.4 %
3 4
Hasil pengolahan vertikal level empat menunjukkan bahwa tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000 dimulai dari prioritas utama adalah peningkatan sosialisasi ISO FSSC 22000 dengan nilai bobot 0.284, prioritas kedua adalah peningkatan kualitas jaminan mutu bahan baku dan kemasan dengan nilai bobot 0.277. Selanjutnya prioritas ketiga adalah peningkatan komitmen manajemen dengan nilai bobot 0.275, dan prioritas terakhir adalah perbaikan administrasi dan dokumentasi dengan nilai bobot 0.164. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang menjadi prioritas tujuan utama dan kedua adalah peningkatan sosialisasi ISO FSSC 22000 dalam pelaksanaan ISO FSSC 22000 yang efektif dan peningkatan kualitas jaminan mutu bahan baku dan kemasan. Pada prioritas utama, hal ini dilihat dari masih kurangnya partisipasi dari seluruh karyawan yang ada di PT. Sariwangi A.E.A baik karyawan pada tingkatan fungsional hingga tingkatan manajemen dalam penerapan ISO FSSC 22000, yang dikarenakan kurangnya pemahaman terkait ISO ini dan kurangnya kesadaran seluruh karyawan akan pentingnya sertifikasi ini. Untuk itu, peningkatan sosialisasi ISO FSSC 22000
36
d.
dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran seluruh karyawan untuk berpasrtisipasi dalam pelaksanaan ISO FSSC 22000 yang efektif. Pada prioritas tujuan kedua adalah peningkatan kualitas jaminan mutu bahan baku dan kemasan, hal ini dapat dilihat dari salah satu permasalahan yang dihadapi oleh PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional yaitu pelaksanaan kualifikasi dan evaluasi supplier yang belum dijalankan secara konsisten. Selain itu, untuk supplier yang berasal dari luar negeri sangat sulit sekali bagi PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional untuk melakukan kunjungan memverifikasi apakah area serta proses produksi dari teh yang dikirim sesuai dengan yang dicantumkan pada kualifikasi supplier. Untuk itu, pihak trader sebaiknya melakukan percobaan-percobaan untuk membuat hasil blend teh dengan mengutamakan dari supplier lokal. Karena untuk dapat menjamin produk yang dihasilkan adalah produk yang bermutu dan aman dikonsumsi, harus dipenuhi dari bahan baku dan kemasan yang bemutu dan aman juga. Untuk itu, perusahaan harus dapat meningkatkan jaminan mutu dan bahan baku dengan melakukan manajemen pembelian yang baik untuk dapat memilih supplier secara selektif sesuai dengan kriteria persyaratan keamanan pangan. Pengolahan Vertikal Level Lima (Alternatif Startegi) Hasil pengolahan vertikal pada level lima mengenai alternatif strategi yang dapat digunakan perusahaan untuk memecahkan permasalahan dalam penerapan ISO FSSC 22000, dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 20. Susunan prioritas alternatif strategi Alternatif Strategi Meningkatkan partisipasi pihak manajemen Meningkatkan kualitas mutu bahan baku dan kemasan Meningkatkan kualitas produk Meningkatkan Kualitas SDM Meningkatkan partisipasi karyawan Team Building Meningkatkan SMKP yang sudah berjalan Meningkatkan Volume/selang waktu pengujian Efisiensi tenaga kerja
Bobot 0.152 0.125 0.114 0.112 0.111 0.111 0.095 0.093 0.086
Persentasi Prioritas 15 % 1 13 % 2 11 % 3 11 % 4 11 % 5 11% 6 10 % 7 9% 8 9% 9
Hasil pengolahan vertikal level lima menunjukkan bahwa alternatif strategi yang dapat perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000 dimulai dari prioritas utama adalah meningkatkan partisipasi pihak manajemen untuk mengacu pada komitmen manajemen yang telah dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan (WT-2) dengan nilai bobot 0.152. Hal ini dapat dilihat dari permasalahan utama yang dihadapi oleh PT. Sariwangi A.E.A adalah masih lambatnya realisasi dari pihak manajemen terkait perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja. Untuk itu, peningkatan partisipasi pihak manajemen diharapkan dapat mendukung segala bentuk kegiatan terkait dengan ISO FSSC 22000 untuk dapat memenuhi persyaratan pada ISO tersebut dan menjalankan SMKP ISO FSSC 22000 secara efektif. Peningkatan partisipasi pihak manajemen dalam menghadapi permasalah utama pada perusahaan, dapat dilakukan pihak manajemen dengan mengantisipasi hal tersebut yaitu dengan melakukan perencanaan dana atau
37
budget terlebih dahulu untuk perbaikan infrastruktur dan peralatan maupun pengembangan serta segala sesuatunya dalam hal yang mendukung proses pelaksanaan ISO FSSC 22000 yang efektif. Alternatif startegi prioritas kedua adalah meningkatkan kualitas mutu bahan baku maupun kemasan dengan acuan standar spesifikasi yang telah ditetapkan dalam prosedur (WT-1) dengan nilai bobot 0.125. Jaminan kualitas mutu sangat penting dalam mendukung pelaksanaan ISO FSSC 22000 yaitu sebagai dasar dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan aman dikonsumsi. Untuk dapat menjamin kualitas mutu bahan baku dan kemasan yang dibeli oleh PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional, perusahaan harus lebih selektif dalam melakukan pemilihan supplier dengan melakukan sistem manajemen pembelian yang baik. Perusahaan harus dapat melaksanakan kualifikasi dan evaluasi supplier secara konsisten sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh prosedur. Perusahaan juga harus memilih supplier yang memiliki Certificate of Analysis (COA) dari setiap bahan yang dikirim ke perusahaan, dan juga memiliki sertifikat yang menunjukan bahwa bahan yang dikirim adalah bahan dengan mutu yang baik dan aman. Selanjutnya yang menjadi prioritas ketiga adalah meningkatkan kualitas produk dengan menghasilkan produk yang aman dikonsumsi dengan pelaksanaan segala macam kegiatan terkait ISO FSSC 22000 secara konsisten dan penuh dengan kesadaran (SO-3) dengan nilai bobot 0.114. Peningkatkan kualitas produk sangat membantu perusahaan untuk dapat bertahan dalam persaiangan industri yang semakin ketat dan mengikuti tuntutan persyaratan kemanan pangan yang terus berkembang. Hal ini hanya dapat didukung apabila pelaksanaan kegiatan terkair ISO FSSC 22000 dilaksanakan secara konsisten dan penuh kesadaran oleh setiap karyawan. Prioritas keempat adalah meningkatkan kualitas SDM dengan meningkatkan keefektifan pelatihan sesuai dengan program yang telah direncanakan (WO-2) dengan nilai bobot 0.112. SDM memiliki peranan penting dalam pelaksanaan ISO FSSC 22000. SDM yang berkualitas dapat dihasilkan apabila SDM tersebut diberi pelatihan ataupun sosialisasi secara efektif untuk dapat meningkatkan pemahamannya dan mengimplementasikan apa yang telah didapat dari pelatihan dengan baik. Kemudian pada prioritas kelima dan keenam dengan nilai bobot 0.111 adalah meningkatkan partisipasi karyawan dalam menerapkan SMKP ISO FSSC 22000 (SO-2), dan team buliding untuk membangun kebersamaan dalam pelaksanaan prosedur maupun peratutan yang berlaku terkait dengan keamanan pangan (WO-1). Prioritas selanjutnya adalah meningkatkan SMKP yang sudah berjalan dengan melakukan verifikasi SMKP secara keseluruhan (S0-1) dengan nilai bobot 0.095. Prioritas ke delapan adalah Meningkatkan volume/selang waktu pengujian melebihi standar yang ditentukan pada ummnya sebagai jaminan mutu produk yang aman dikonsumsi (ST-1) dengan nilai bobot 0.093. Prioritas terakhir adalah efisiensi tenaga kerja dengan memanfaatkan SDM yang ada (ST-2) dengan nilai bobot 0.086.
38
IMPLIKASI MANAJERIAL Penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi alternatif dalam memecahkan masalah terkait penerapan ISO FSSC 22000. Dari Sembilan alternatif, tiga prioritas alternatif teratas adalah meningkatkan partisipasi pihak manajemen untuk mengacu pada komitmen manajemen yang telah dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan; meningkatkan kualitas mutu bahan baku maupun kemasan dengan acuan standar spesifikasi yang telah ditetapkan dalam prosedur; dan meningkatkan kualitas produk dengan menghasilkan produk yang aman dikonsumsi dengan pelaksanaan segala macam kegiatan terkait ISO FSSC 22000 secara konsisten dan penuh dengan kesadaran. Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi, antara lain dapat meningkatkan partisipasi dan kerja sama yang baik antara seluruh karyawan maupun pihak manajemen dalam mendukung pelaksanaan ISO FSSC 22000 yang lebih baik dan efektif. Kemudian dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan dengan menghasilkan produk yang berkualitas dan aman dikonsumsi melalui jaminan mutu yang diberikan oleh perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga dapat meningkatkan pemahaman karyawan mengenai ISO FSSC 22000 dan aturan terkait lainnya serta juga meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya sertifikasi ini bagi perusahaan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
2.
3.
Penerapan ISO FSSC 22000 berdasarkan unsur kunci SMKP di PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional hampir memenuhi sebagian besar unsur-unsur tersebut. Unsur kunci yang belum terpenuhi adalah terkait dengan verifikasi sistem dan dokumentasi. Elemen penyusun hierarki perumusan strategi penerapan ISO FSSC 22000 terdiri dari Faktor, actor, tujuan dan alternatif strategi. Faktor atau kriteria masalah yang dihadapi oleh perusahaan adalah lambatnya realisasi perbaikan dari pihak manajemen terkait perbaikan infrastruktur dan peralatan kerjakurangnya sosialiasi ISO FSSC 22000; kurangnya sosialisasi ISO FSSC 22000; kualifikasi dan evaluasi supplier tidak dilaksanakan secara konsisten; dan tidak konsisten dalam pendokumentasian. Aktor yang terkait dalam penerapan ISO FSSC 22000 adalah MR, MW, GM dan MC. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah peningkatan sosialiasi ISO FSSC 22000; peningkatan kualitas jaminan mutu bahan; peningkatan komitmen manajemen; perbaikan administrasi dan dokumentasi. Pada perumusan sembilan alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional, tiga alternatif strategi dengan prioritas teratas adalah meningkatkan partisipasi pihak manajemen untuk mengacu pada komitmen manajemen yang telah dituangkan dalam kebijakan mutu dan
39
keamanan pangan menjadi altenatif prioritas utama; prioritas kedua adalah meningkatkan kualitas mutu bahan baku maupun kemasan dengan acuan standar spesifikasi yang telah ditetapkan dalam prosedur; dan prioritas ketiga adalah meningkatkan kualitas produk dengan menghasilkan produk yang aman dikonsumsi dengan pelaksanaan segala macam kegiatan terkait ISO FSSC 22000 secara konsisten dan penuh dengan kesadaran. Saran 1.
2.
3.
Pihak manajemen sebaiknya membuat perencanaan dana atau budget terkait segala hal yang berkaitan dengan proses, perbaiakan maupun pengembangan yang dapat mendukung dan memenuhi persyaratan ISO FSSC 22000. Selain itu, pihak manajemen diharapkan agar melakukan evaluasi secara konsisten dan terencana sehingga implementasi dari penerapan kebijakan mutu dan keamanan pangan dapat terkontrol dengan baik. Untuk dapat menjamin kualitas mutu dan keamanan bahan baku dan kemasan yang dibeli, perusahaan harus dapat memilih supplier secara selektif. Pada saat pembukaan Purchase Order (PO), sebaiknya perusahaan harus mencantumkan ketentuan kedatangan produk yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan tindakan atas ketidaksesuaian dari kedatangan produk tersebut. Selain itu, perusahaan sebaiknya memberikan pelatihan khusus bagi personil yang terkait dengan mutu bahan baku dan kemasan, sehingga standar spesifikasi yang ada dalam prosedur dapat diterapkan demi terwujudnya jaminan mutu bahan baku dan kemasan yang digunakan. Perusahan sebaiknya melakukan evaluasi hasil pelatihan terkait kinerja personil dalam hal penerapan SMKP ISO FSSC 22000, yaitu dengan membuat catatan harian terkait dengan hal-hal yang dianggap menyimpang atau berpotensi menyimpang dari SMKP ISO FSSC 22000, kemudian menindaklanjuti dari hasil pencatatan tersebut sehingga masalah-masalah ketidaksesuaian maupun ketidakkonsistenan dalam pelaksanaan penerapan dapat dikurangi bahkan dihilangkan demi tercapainya peningkatan kualitas produk serta menghasilkan produk yang aman dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Teh Indonesia. Jakarta (ID): BadanPusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Indeks Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Sedang dan Besar 2010 – 2013. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI 3836 : 2013 Teh Kering dalam Kemasan. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional. David FR. 2009. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta (ID): Salemba Empat.
40
Gasperz V. 2002. Total Quality Management. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Junais I, Brasit N, Latief R. 2011. Kajian Strategi Pengawasan dan Pengendalian Mutu Produk Ebi Furay PT. Bogatama Marinusa. Jurnal Program Studi Ilmu dan Teknologi pangan [internet]. [diunduh 2014 Januari 2014]; 3(2) : 01-14. Tersedia pada: http: //pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ 5bfa5f2d1eba 625351aac989609e6962.pdf. Koto ES. 2012. Panduan Lengkap Sistem Manajemen Keamanan Pangan FSSC 22000 / ISO 2000. Jakarta (ID): REI. Marimin. 2008. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan. Jakarta (ID): Grasindo. Marimin dan Maghfiroh N. 2011. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Pres. Nasibu IZ. 2009. Penetapan Metode AHP Dalam Sistem Pendukung Keputusan Penempatan Karyawan Menggunakan Aplikasi Expert Choice. Jurnal Pelangi [internet]. [diunduh 2014 Januari 20]; 2(5) : 180-193. Tersedia pada : http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/view/599. Nasution M. 2004. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Saaty TL. 1991. Decision Making For Leaders The Analytical Heirarchy Process For Decisions In Complex World. Edisi 1 Terjemahan. Jakarta (ID): Pustaka Binaman Pressindo. Sulistyo B. 2006. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
41
LAMPIRAN Lampiran 1. Penilaian identifikasi masalah berdasarkan pendapat gabungan empat orang ahli dengan metode perbandingan berpasangan A. Sumber Daya Manusia UG A B 1 2.449 A 0.366 1 B 0.324 0.707 C
C 3.080 1.414 1
VE 1.961 0.803 0.612 3.376
VP 0.581 0.238 0.181 1.000
B. Manajemen Sistem UG A 1 A 0.509 B 0.458 C
B 1.967 1 0.638
C 2.178 1.565 1
VE 1.624 0.927 0.664 3.215
VP 0.505 0.288 0.206 1.000
C. Dokumen UG A 1 A 0.453 B 0.289 C
B 2.213 1 0.344
C 3.409 2.913 1
VE 1.961 1.097 0.463 3.521
VP 0.557 0.311 0.132 1.000
Keterangan : A. Sumber Daya manusia A : Kurangnya Pendidikan FSSC 22000 Kurangnya Pengawasan Supervisi terhadap kedisiplinan karyawan B: dalam melaksanakan penerapan ISO FSSC 22000 C : Kurangnya kegiatan bersama B. Manajemen Sistem A : Lambatnya realisasi perbaikan dari pihak manajemen B : Kurangnya evaluasi tehadap SMKP C : Tidak adanya akar penyebab dari setiap ketidaksesuaian C. Dokumen A : Tidak konsisten dalam pencatatan B : Prosedur tidak direview C : Pendokumentasian tidak lengkap
42
Lampiran 2. Contoh hasil pengolahan horizontal dengan Expert Choice
43
Lampiran 3. Perhitungan pengolahan data vertikal dengan Microsoft Excel 1. Pengolahan data Vertikal level 2 (Kriteria Masalah) UG KSF LRM TKD KSK
KSF LRM TKD 1 1.18921 2.05977 0.8409 1 1.96799 0.4855 0.5 1 0.9036 0.4 1.05737
KSK 1.10668 2.44949 0.94574 1
2.711 4.054 0.233 0.390
VE 1.283 1.419 0.695 0.790 4.187
VP 0.306 0.339 0.166 0.189 1.000
VE 0.258 0.240 0.251 0.220 0.968
VP 0.266 0.247 0.259 0.227 1.000
VE 0.268 0.260 0.155 0.262 0.944
VP 0.284 0.275 0.164 0.277 1.000
VE 0.093 0.109 0.111 0.108 0.109 0.091 0.084 0.122 0.149 0.977
VP 0.095 0.111 0.114 0.111 0.112 0.093 0.086 0.125 0.152 1.000
2. Pengolahan data Vertikal level 3 (Aktor) MR GM MW MC
KSF 0.238 0.203 0.240 0.320
LRM 0.287 0.348 0.172 0.194
TKD 0.290 0.163 0.271 0.276
KSTK 0.222 0.286 0.355 0.137
0.004 0.003 0.004 0.002
3. Pengolahan data Vertikal level 4 (Tujuan) PSF PKM PAD PKJM
MR 0.208 0.302 0.200 0.290
GM 0.201 0.409 0.106 0.285
MW 0.283 0.130 0.201 0.385
MC 0.434 0.283 0.136 0.147
0.005 0.005 0.001 0.005
4. Pengolahan data Vertikal level 5 (Alternatif) S0-1 SO-2 SO-3 WO-1 WO-2 ST-1 ST-2 WT-1 WT-2
PSF 0.072 0.124 0.110 0.098 0.133 0.080 0.113 0.127 0.143
PKM 0.142 0.072 0.113 0.110 0.081 0.089 0.068 0.098 0.227
PAD 0.114 0.144 0.095 0.119 0.139 0.083 0.070
PKJM 0.065 0.109 0.130 0.108 0.095 0.118 0.092
0.112 0.125
0.160 0.121
0.00008 0.00014 0.00015 0.00014 0.00014 0.00007 0.00005 0.00022 0.00049
44
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 10 Februari 1990, merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan bapak Iwan Gunawan dan ibu Eni Rohaeni. Menempuh pendidikan formal pada Sekolah Dasar Negeri 07 Jakarta tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 09 Jakarta dan lulus pada tahun 2004. Kemudian melanjutkan kembali pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 64 dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Diploma Tiga pada Program Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi dan lulus pada tahun 2010. Setelah lulus, penulis bekerja di PT. Sariwangi A.E.A sebagai Quality Management sejak Desember 2010. Kemudian penulis melanjutkan kuliah di Program Alih Jenis Manajemen IPB jurusan Manajemen pada tahun 2011. Pada akhir studinya, penulis melakukan penelitian dengan judul “Kajian Penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional”.