Daftar Isi
KAJIAN PENCEMARAN MERKURI AKIBAT PENGOLAHAN BIJIH EMAS 01 SUNGAI CIKANIKI SUB. OAS CISAOANE, BOGOR Muhammad Suhaemi Syawal, Yustiawati Pusat Penelitian Limnologi-LiPI JI. Raya Jakarta Bogor KM 46 Cibinong, Bogor 16911 Email:
[email protected];
[email protected]
ABSTRAK KAJIAN PENCEMARAN MERKURI AKIBA T PENGOLAHAN BIJIH EMAS 01 SUNGAI CIKANIKI SUB OAS CISADANE, BOGOR. Penurunan kualitas air permukaan sa at ini telah mengancam peruntukannya don bahkan kelestarion sumberdaya air tersebul. Salah satu sungai yang mengalami ancaman tersebut adalah sungai Cikaniki, yang mengalir ke sungai Cianten dan bermuara di Sungai Cisadane. Sungai ini terletak di Kecamatan Nanggun, Kabupaten Bogor. Beberapa kegiatan yang berdampak buruk terjadi pada ruas hulu sungai tersebut. Kegiatan tersebut antara lain berupa penambangan emas tanpa ijin (PETI) yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Penambangan emas liar ini menimbulkan terjadinya erosi, pendangkalan, serta masuknya logam merkuri (Hg) dari proses pengolahan bijih emas ke badan sungai. Proses-proses tersebut sangat berpengaruh pada kualitas air sungai yang selama ini digunakan sebagai tempat mandi dan mencuci bagi penduduk sekitamya.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas fisika-kimia air di badan sungai, tingkat pencemarannya, sumber atau lokasi pencemaran yang potensial. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Oktober 2003, dengan mengumpulkan dan menganalisis parameter kimia dan fisika dalam empat kali pengamatan dan pada waktu yang berbeda di Sungai Cikaniki. Parameter primer yang dianalisis adalah pH, DO, COO, NH3-N dan logam-Iogam Merkuri (T-Hg), Timbal (Pb) serta Kadmium (Cd) dengan menggunakan metode standar APHA AWWA (2000). Oisamping itu dilakukan pula pengukuran parameter pendukung seperti kecepatan arus, kekeruhan, suhu dan konduktifitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Sungai Cikaniki sebagian besar parameter kualitas air masih memiliki nilai yang berada dibawah nilai yang diperbolehkan .menurut standar baku mutu pada PP NO. 82 tahun 2001. Beberapa parameter lain menunjukkan nilai diatas batas maksimum seperti konsentrasi BOD (0,97 - 4,49 mg/L), COD (8,78 - 59,43 mg/L), NH3-N (0,001 - 0,086 mg/L) dan telah terjadi pencemaran terhadap logam Merkuri (T-Hg) (0,0023 - 0,1743 mg/L). Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah bahwa telah terjadi pencemaran di setiap titik pengamatan dan waktu pengamatan oleh limbah BOD, COD, NH3-N dan Merkuri (T-Hg). Merkuri mempunyai konsentrasi rata-rata 35 kali diatas batas maksimum yang telah ditetapkan untuk Kelas III (0,002 mg/L) dan Kelas IV (0.005 mg/L). Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat diketahui parameter yang keberadaannya harus segera diwaspadai dan perlu ditindaklanjuti sesegera mungkin untuk mengatasi pencemaran. Khususnya dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran logam Merkuri yang mempunyai nilai dan pengaruh buruk terhadap lingkungan di sekitamya. Kata kunci : Pencemaran merkuri, Penambang Emas Tanpa Ijin, S. Cikaniki-Pongkor
ABTRACT A STUDY ON MERCURY POLLUTION AS IMPACT OF SMALL SCALE ILLEGAL
GOLD MINING ACTIVITY IN
CIKANIKI RIVER, CISADANE SUB. WA TERSHED, BOGOR. Degradation of surface water has now been threatening the purpose and even its sustainability. One of the rivers get/ing such a threat is Cikaniki, which flows to Cianten River and terminated at Cisadane River. Cikaniki is located in Nanggung, a sub district of Bogor. Some activities such es small scale illegal gold mining that ignore environmental aspect occurred in the upstream pf the river. The gold mining causes erosion, sedimentation, and the disposal of mercury (Hg) as waste of gold ore processing into the river. The process is highly influence on water qus/ffy of the river, which is used by the surrounding community for domestic purposes. The aims of this study were to reveal physic-chemical water quality in the river body, the rote of pollution, potential source or location of pollution and to collect data of water quality status that presumably occurred after getting disposal or waste. The study was carried out in July to October 2003 by collecting and analyzing physical and chemical parameters in four observations and at different time in Cikaniki. Analyzed primary parameters were pH, DO, BOD, COD, NHJ-N. and heavy motals (Hg, Pb, and Cd) by standard mol/lGds of APHA AWWA (2000). Supporting paremators such as current, turbidity, temperoture, conductivity. Some parameters woro diroctly measured In tlro fluId, and ol/rofS were analyzed in Hydrochemistry Laboratory, Research Center for Limnology. The result shows that majority of water quality parameters of Cikanikl River are still under the limit tolerated value based on Indonesian Gogerment rogulation for river water No. 8212001 .. Some other parameters show outside the maximum limit such as concentration of BOD (0.97 - 4.49 mgIL), COD (8.78 - 59.43 mgIL), NH3-N (0.001 - 0.086 mgIL), and Hg (0.0023 - 0.1743 mgIL). Based on tile observation, it is concluded that pollution has occurred in every station and time of observation by BOD, COD, NHrN, and Hg wastes. Mercury had average concentration of 35 times the maximum limit stated for Class 1/1(0.002 mgIL) and Class IV (0.005 mgIL). Based on the result, some parameters have to be taken in to account and need direct follow up to handle the pollution especially the impact of Mercury pollution, which has negative impact to the environment. Key word:
mercury pollution, small scale illegal gold mining (PETI), Cikaniki River, Pongkor
PENOAHULUAN Sungai Cikaniki yang Sungai Cisadane terletak administratif Kecamatan
Kabupaten Daerah Tingkat II Sogor, Jawa Sarat. Sebagian besar penduduk yang mendiami wilayah ini masih menggunakan air Sungai Cikaniki untuk keperluan mandi, cuci
bermuara di di wilayah Nanggung,
85
dan kakus. Air minum sehari-hari diperoleh dari sumur tanah yang dibuat dengan kedalaman rata-rata 10 meter. Bagian hulu Sungai Cikaniki terdapat Unit Penambangan Emas Pongkor resmi dari PT. Antam (Antam UPEP) yang telah melakukan aktivitasnya pad a tahun 1992. Ekstraksi emas dari bijih emas pad a penambangan ini adalah dengan meng-gunakan bahan Sianjda atau yang disebut proses sianidasi. Selain pertambangan emas resmi tersebut, terdapat pula Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang disebut gurandil. PETI tersebut telah memulai penambangan secara diam-diam pad a tahun 1992 dan pad a tahun 1998 sampai akhir tahun 2000 jumlah penambang liar yang berasal dari berbagai wilayah Indonesia semakin meningkat dan diperkirakan mencapai lebih dari 3000 orang. Penambangan liar emas tersebut telah menimbulkan dampak terhadap lingkungan di sekitamya, seperti kerusakan hutan, erosi, pencemaran air, udara dan sampah. Proses penambangan bijih emas di wilayah bukit pongkor oleh masyarakat dilakukan dengan cara menggali tanah di sekitar bukit tersebut kemudian dilakukan proses pencucian ataupun pemisahan bijih emas dari tanahnya di sungai Cikaniki dan beberapa anak sungai lainnya dengan menggunakan senyawasenyawa kimia berbahaya dan beracun bagi lingkungan maupun kesehatan manusia. Proses yang menggunakan Merkuri (Hg) atau kuik (quick silver) sebagai bahan dasar, sang at tidak memperhatikan aspek kesehatan dan lingkungan, baik dalam penggunaan alat gelundungan (tabung besi) atau penggunaan logam merkuri sebagai pengikat bijih emas yang sisanya biasanya langsung dibuang ke sungai. Proses ini diduga telah merusak sifat kimia dari kualitas air sungai tersebut. Keadaan seperti diatas
T ----
--
Titik
-
-
-
diamati pada bagian hulu sungai dekat pegunungan (anak Sungai Cikaniki) dan di beberapa lokasi bagian hilir sungai. Lokasilokasi tersebut menjadi tempat pengoperasian gelundungan yang aliran airnya akhirnya masuk ke Sungai Cikaniki. Beberapa penduduk desa yang berada di wilayah Kec. Nanggung bahkan mengolah dan membuang sisa pengolahannya lat"lgsung ke S. Cikaniki. Bahayanya senyawa merkuri terhadap manusia baik secara langsung maupun tidak dapat mengakibatkan kematian maupun kecacatan pad a generasi selanjutnya apa bila mengkonsumsi makanan yang telah tercemari oleh senyawa tersebut. Hal ini seperti yang terjadi di negara Jepang yaitu di wilayah pantai Minamata pada sekitar tahun 1953 sampai 1960 dimana kurang lebih 146 nelayan diwilayah itu meninggal dan mengalami cacat tubuh karena mengkonsumsi ikan dan kerang laut yang telah tercemar oleh limbah merkuri. Penambang liar emas di sepanjang Sungai Amazon di Brasil membuang satu kilogram merkuri untuk tiap kilogram emas tambang. Merkuri pencemar itu 80 % berasal dari destilasi amalgam yang tidak sempurna, misalnya dengan menguapkan di udara terbuka dan sisanya 20% terbuang bersama tailing atau limbah tanah yang telah diambil emasnyal9J. Penggunaan merkuri untuk pengolahan bijih emas telah lama berkembang, namun teknologi yang digunakan masih tradisional, sehingga menyebabkan merkuri yang digunakan untuk mengekstrak emas banyak terbuang ke lingkungan perairan secara tidak terkendali. Terbuangnya merkuri secara bebas ke lingkungan perairan darat berpotensi mer1yebabkan efek racun pada ekosistem perairan daratl10I.
-- ------~- - - --Kedalaman --- 01.7" k Lokasi 37' 05.6" S--- : ~----06° -34' 12.3" E P Jarak 55 S: 28 67 13150 D esa Cisarua 02400 Desa panjaungan Curug Bitung (G P S) Posisi lebar (m)0,8 1,1~1,8 -1,1 1,0-1,5 lO,kasi Wilayah
bilan C (m)
86
hAir di S.Cikanik"
Untuk mencegah efek pencemaran merkuri yang lebih meluas di kemudian hari, perlu dikembangkan metoda/teknologi yang dapat mengurangi pencemaran logam-Iogam berat di perairan darat khususnya merkuri. Menyadari pentingnya peranan sungai bagi masyarakat ~awa Barat, serta pentingnya penyediaan kebutuhan air baku untuk kehidupan sehari-hari bagi masyarakat Jakarta, maka pemerintah telah melakukan upaya dan kebijakan dengan membuat Peraturan Perundang-undangan Lingkungan Hidup yang menyangkut tata cara pengendalian dan kriteria pencemaran lingkungan antara lain, Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, ten tang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air serta Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : MENKLH, No. 115 Tahun 2003, tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Namun hingga sa at ini peraturan dan perundang-undangan tentang lingkungan hidup masih belum maksimal diterapkan o(eh pemerintah pusat maupun daerah serta masyarakat pada umumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status/ kondisi pencemaran logam berat Kadmium (Cd), Timbal (Pb) dan khususnya merkuri (Hg) pada Sungai Cikaniki yang bermuara di S. Cisadane. Adapun sasaran dari penelitian ini adalah untuk mengkaji status dan dampak kerusakan lingkungan terhadap sumberdaya air di Sungai Cikaniki dan sekitarnya serta mengkaji langkah-Iangkah penghentian pencemaran limbah merkuri akibat pengolahan bijih emas dan kerusakan lingkungan untuk perbaikan kondisi sumberdaya air.
METODOLOGI
Leuwiliang Kabupaten Oaerah Tingkat II Bogor yang bermuara di Oaerah Aliran Sungai Cisadane. Secara geografis daerah ini terletak pad a 06° 90' Lintang Selatan dan 106° 33 ' Bujur Timur dan kurang lebih 30 kilometer sebelah Barat kota Bogor. Pengambilan contoh air dilakukan di tiga desa di Kecamatan Nanggung yang merupakan daerah terdekat yang dilintasi oleh S. Cikaniki, yaitu Os. Cisarua (TS-1), Os. Curug Bitung (TS-2) dan Os Panjaungan (TS-3). Frekuensi pengambilan contoh air dilakukan sebanyak 4 (em pat) kali yaitu bulan Juli, Agustus, September dan Oktober 2003.
2. Pengambilan dan penanganan contoh air Pengambilan contoh air dilakukan menggunakan snatch bottle sampler dan dilakukan dengan metoda integrasi (integrated samples) dalam waktu relatif sama, kemudian contoh air tersebut dicomposite. Contoh air untuk logam dimasukkan kedalam botol gel as yang sudah dicuci dengan larutan asam dan contoh air tersebut ditambahkan asam nitrat sebagai pengawet kemudian disimpan dalam kotak es (cool box), sedangkan analisis logam menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) sesuai dengan Standard Methode APHA, AWWA, 2000. Pengukuran kualitas air dilapangan menggunakan Water Quality Checker, HORIBA U-10.
3. Analisis Data Data hasil pengukuran kualitas air dilapangan dan di laboratorium yaitu dengan membandingkan dengan PP No. 82 Tahun 2001, ten tang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran, khususnya untuk baku mutu air kelas III dan IV.
PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi yaitu di Sungai Cikaniki Kecamatan Nanggung -
87
oosooo
670000
8 ~ '"
is
\.
I
I ----
I-
P~n9olahanbljih ~mas n ----1-----
GD -.----.,
(;,(;1100
2
----.....
.•
I
I~ 8
t:/:;ooo
KIJomCCers
Legenda: ~""""~:
Jalan utama
-----:
Jalan : Sungai
1'5 : Titik Sampling
Gambar 1. Lokasi pengambilan contoh air S. Cikaniki
HASIL DAN PEMBAHASAN HasH pengukuran dan pengujian air Sungai Cikaniki dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan masyarakat diperoleh fakta bahwa dari 10 15 kg tanah galian yang mengandung bijih emas yang dimuatkan pada satu gelundungan, dengan menggunakan 0,5
hingga 1 kg logam merkuri, maka estimasi sisa merkuri yang berasal dari satu gelundungan yang dioperasikan di S. Cikaniki adalah 20 % x 1 kg Merkuri = 200 g/1 buah gelundungan. Sementara itu pada tahun 1999 diperkirakan terdapat lebih dari 1000 buah gelundun~an yang beroperasi setiap harinya 111•
88
Tabel 2. Hasil Rerata Analisis Fisika dan Kimia Air S 5.6 , 104 91 78 51 59 58 52 51 m1detik 107 TS-J TS-l TS-I 111 96 TS-J, !ff 14" 185 114 Oklob,'r 0.003 0,094 0.216 0,008 76 73 40 89 0.48 0.46 3.46 0.5D 124 27.3 27.5 83 134 133 86 NTU flc 4.45 5,77 5.36 5.54 0,005 0,006 0.011 0.005 0,007 0,016 0.016 0,055 0.034 0.045 0.052 0.009 0.023 0,022 0,020 0.073 0,023 0,039 0.219 0.104 0,009 0.136 0.095 0.121 21,3 34.4 69.4 67,1 54.2 56.5 52.3 26.4 28,9 54.8 0,135 0,149 0,276 0,027 19.8 0,334 0,008 18.8 0.65 6.8 6.7 6.2 5.9 6.9 6.6 2.86 3.65 1,43 5,42 4.68 6.49 1.28 1,94 1,97 1.40 4,36 25,8 27.7 27.1 26.8 26.2 27.4 7.56 6.39 ".03 7,48 8,06 5.59 5.02 5,66 0.55 0.54 0.84 , '0.25 0,36 0,011 0.017 0,049 0,015 0.145 0,010 6.1 26.3 26.7 27,8 A~u.lu, Scptcmbcr 0.45 mg/L rny/L mglL 'IS/em 27,7 0.49 SJd~.n" mglL ,1":'·Pa;~~c(cr.' mg/L Kadmium Timbsl
Hingga tahun 2003 pengolahan bijih em as dengan menggunakan gelundungan di S. Cikaniki sudah cukup jauh berkurang, diperkirakan sekitar 100 - 200 gelundungan yang masih beroperasi baik langsung di dalam badan sungai maupun tidak langsung dengan menggunakan listrik/ diesel di rumah atau lokasi-Iokasi tertentu, Hal ini diduga ada keterkaitannya dengan harga em as dipasaran yang sudah mencapai harga yang cukup stabil, disamping lahan (tanah) yang sudah sangat terbatas untuk penggalian. Cara penambangan emas dan pengolahan bijih emas oleh para pen am bang liar ini sangat sederhana, tetapi akibat kesederhanaan dan ketidak-tahuan serta ketidakpedulian mereka telah membawa
aklbat
buruk
" Cikanik"
"t
bagI
bendungan batu-batu juga tersusun secara buatan oleh manusi. Hal ini dilakukan oleh para penambang-penambang emas liar untuk mengalirkan air sungai guna menjalankan gelundungan. Oi beberapa bagian lain dijumpai arus yang tidak terlalu deras, sedang dasarnya berupa batu berkerikil, pasir atau pasir berlumpur. Anakanak sungai di ruas Sungai Cikaniki ini juga berciri sebagai sungai pegunungan yang terdiri atas Sungai Cisarua, S. Cihiris, S. Ciparai dan S. Cileungsi, dan kumpulan anak sungai yang mengalir di daerah pertambangan. Erosi dan tanah longsor akibat dari penggalian batu, pasir atau tanah masih dijumpai di beberapa lokasi bagian hulu maupun bagian hilir Sungai Cikaniki. Hal
kelangsungan hldup
Inl
lingkungan di sekitarnya. Hasil pengamatan terhadap ruas Sungai Cikaniki yang dimulai dari Os. Cisarua hingga Os Panjaungan menunjukkan suatu sungai pegunungan yang berarus tenang, bertebing curam dan berdasar batu, pasir dan kerikil. Batu-batu besar di bagian badan sungai umumnya be~arak relatif dekat satu dengan yang lainnya dengan diameter yang bervariasi antara 0,5 - 5 meter. Batuan yang terdapat di badan sungai ada yang tersusun secara alami membentuk tanggul, bendungan atau lubuk-lubuk di belokan sungai. Namun di beberapa tanggul atau
dlduga
koruna
pongololaan
dan
pengolahan lahan dan pertambangan yang belum sempurna disamping adanya curah hujan yang cukup tinggi. Air Sungai Cikaniki yang bersumber dari daerah pegunungan sang at memungkinkan air ini memiliki suhu yang rendah. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu berkisar antara 25,8 - 27,8 DC. Nilai suhu air antar waktu pengamatan tidak mengalami perubahan yang cukup besar. Oaya Hantar Listrik (OHL) berkisar antara 40 - 104 !-IS/cm. Nilai OHL tertinggi selama pengamatan terjadi pada bulan Oktober 2003 di Desa Panjaungan (TS-3) dan nilai OHL terendah
89
40
JlS/cm terjadi pada bulan Juli 2003 di Desa Curug Bitung (TS-2). Konduktivitas atau Daya Hantar Listrik menggambarkan banyaknya garam terlarut atau terionisasi dalam air. Dalam penentuan kualitas air tawar, parameter ini cukup penting untuk diperhatikan. Daya Hantar listrik adalah suatu ungkapan numerik bagi kemampuan contoh air untuk mengalirkan arus listrik. Ungkapan numerik ini tergantung pada konsentrasi total senyawaan yang terlarut di dalam air dan suhu pada saat pengukuran[131• Hasil pengukuran memperlihatkan nilai kekeruhan air sungai pada tiga titik pengamatan berkisar antara 83 - 185 NTU. Nilai kekeruhan tertinggi dan terendah terjadi pada bulan September dan Juli di Desa Curug Bitung (TS-2). Tinggi rendahnya nilai kekeruhan ini disebabkan karena ada pengaruh dan proses pengendapan selama air sungai tersebut mengalir ke hilir dan ditambah dengan adanya tanggul-tanggul buatan pada badan sungai serta pada pengukuran bulan September hujan sudah mulai turun. Kecepatan arus air sungai pada tiga titik pengamatan berkisar antara 0,250,84 m/dtk. Kecepatan arus terbesar terjadi di Desa Cisarua (TS-1) pada bulan Oktober. Hal ini terjadi karena curah hujan cukup tinggi sehingga mempengaruhi kecepatan arus. Untuk daerah Kecamatan Nanggung (Gn. Pongkor) titik awal terjadinya hujan dimulai pada bulan September dan peningkatan curah hujan terjadi pad a bulan November sampai mencapai puncaknya pada bulan Januari tahun berikutnya. Disamping itu lokasi pengamatan tersebut sungainya lebih sempit dibandingkan lokasi yang lain[111• Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa pH air Sungai Cikaniki pada tiga titik pengamatan berkisar antara 5,6 - 6,9. Selama pengamatan pH air sungai tertinggi terjadl pede bulan Oktober di Dose Curug Bitung (TS-2) dan terendah terjadi pada bulan Juli di desa Cisarua (TS-1). Rendahnya nilai pH diduga bahwa S. Cikaniki sebagai muara dari beberapa anak sungai lainnya berada di daerah mineralisasi yang mengandung mineral pirit yang bersifat asam(3]. Batas toleransi organisme perairan terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi banyak faktor antara lain, suhu, oksigen terlarut, alkalinitas dan adanya berbagai anion dan kation serta dinyatakan pula bahwa perairan yang ideal bagi perikanan adalah yang nilai pH aimya berkisar 6,5 8,5141.
90
Oksigen sang at penting bagi pernapasan dan merupakan salah satu komponen utama bagi metabolisme ikan dan organisme perairan lainnya. Kelarutan oksigen di dalam air dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi garam dan tekanan parsial gas·gas yang ada di udara maupun di air. Makin tinggi suhu, konsentrasi garam dan tekanan parsial gas yang terlarut dalam air maka kelarutan oksigen dalam air makin ber-kurang dan merupakan parameter kualitas air paling kritis di perairan. Selanjutnya dinyatakan bahwa konsentrasi Oksigen Terlarut optimum untuk pertumbuhan ikan harus lebih besar dari 5 mg/L dan apabila tidak terdapat senyawa beracun pada perairan sungai terse but maka kandungan oksigen minimum sebesar 2 mg/L sudah cukup mendukung kehidupan organisme secara normal dan dapat mendukung kehidupan organisme akuatik, tetapi organisme tersebut dapat pula terhambat pertumbuhannya(5]. Berdasarkan hasil pengujian memperfihatkan bahwa konsentrasi Oksigen Terlarut pada tiga stasiun berkisar antara 4,45 - 8,06 mg/L. Fluktuasi konsentrasi Oksigen Terlarut menunjukkan tidak ada perbedaan, hal ini dimungkinkan karena kondisi sungai yang umumnya berarus deras dan berbatu sehingga secara alami dapat menambah konsentrasi oksigen (aerasi) pada perairan tersebut. Menurut Pescod, penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah; apabila suatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut yang dapat mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik sehingga dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebue11J. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa konsentrasi BOD yang lebih dari 12 mg/L menandakan perairan tersebut kotor dan yang melampaui 20 mg/L sudah tidak produktif legi untuk pertumbuhan organisme di perairan. Berdasarkan kriteria yang dipergunakan untuk evaluasi tingkat pencemaran air untuk baku mutu air dinyatakan dalam bentuk klasifikasi, seperti untuk konsentrasi BOD < 1 mg/L disebut pencemaran sangat ringan; untuk konsentrasi BOD 1 - 3 mg/L disebut pencemaran ringan; untuk konsentrasi BOD 3 - 6 mg/L disebut pencemaran sedang dan untuk konsentrasi BOD > 6 mg/L disebut pencemaran berat (Puslitbang Pengairan, Kualitas Lingkungan di Indonesia, 1990). Mengacu kepada kriteria di atas, secara umum air Sungai Cikaniki untuk konsentrasi
BOD dapat dikatakan telah terjadi peneemaran sedang pada tiga lokasi pengamatan, yaitu berkisar antara 1,28 hingga 6,49 mg/L. Berdasarkan kriteria yang diper-gunakan untuk evaluasi tingkat peneemaran air untuk baku mutu air dinyatakan dalam bentuk klasifikasi, seperti untuk konsentrasi COD < 5 mg/L disebut peneemaran sangat ringan; untuk konsentrasi COD 6 - 9 mg/L disebut peneemaran ringan; untuk konsentrasi COD 10 - 15 mg/L disebut peneemaran sedang dan untuk konsentrasi COD > 16 mg/L disebut peneemaran berat (Puslitbang PCiIMSt.1lfgn, Kuc*littu\
adanya kegiatan pengolahan bijih emas pada badan perairan dan di darat, baik di hulu sungai maupun di hilir. Ceeeran, sisa atau limbah merkuri dari pengolahan bijih emas langsung dibuang di sung ai, sedangkan pengolahan yang dilakukan di rumah penduduk pembuangannya dilakukan dengan membuat parit-parit keeil yang aUran limbahnya dapat langsung masuk ke sungai atau tanah. Disamping itu logam merkuri yang terdapat di udara ternyata bukan hanya berasal dan penguapan dan tumpahan dari merkun, tetapi uap merkun ini juga bur.umber gAri pgl.psnnm senyaw9 mfiJrk",ri sebagai efek dari aktivitas bakteri yang hidup pada perairan yang telah tercemar oleh logam merkuri. Proses ini berawal dari perombakan log am merkuri (ion Hg22+) yang mengendap pada dasar sedimen perairan yang telah tereemar sebelumnya dan oleh dukungan faktor suhu, pH, zat padat dan faktor lainnya yang terdapat pad a sedimen perairan tersebut. Selanjutnya ion-ion yang telah dirombak oleh aktivitas bakteri dapat membentuk senyawa metil-merkuri yang sangat mudah menguap ke udara dan sangat beraeun bagi biota perairan[9J• Seeara umum di Sungai Cikaniki telah terjadi peneemaran Merkuri yang cukup berat dibandingkan dengan batas maksimum Baku Mutu Kualitas Air dalam PP. No. 82 Tahun 2001 untuk kelas III dengan batas maksimum yang diperbolehkan adalah 0,002 mg/l. Konsentrasi Timbal air sungai Cikaniki pada tiga stasiun selama pengamatan berkisar antara 0,003 - 0,073 mg/L. Konsentrasi Timbar tertinggi te~adi pada bulan Juli 2003 di Desa Cisarua (TS-1) atau hampir tiga kali lebih tinggi dan konsentrasi maksimum yang diperbolehkan. Sedangkan konsentrasi terendah (0,003 mg/L) terjadi pad a bulan Oktober 2003 di Desa Panjaungan. Adanya konsentrasi timbal pada perairan ini diduga karena masih tingginya aktivitas kendaraan angkutan (motor dan mobil) maupun mesin diesel yang digunakan sebagai penggerak alat pengolahan bijih emas tersebut. Timbal yang ada dalam tatanan udara. terutama bersumber dan buangan (asap) kendaraan bermotor. Asap tersebut akan membentuk partikulatpartikufat di udara bebas dengan unsurunsur lain kemudian akan jatuh ke tanah atau menempel (diserap) oleh tumbuhtumbuhan [9]. Disamping itu melalui prosesproses geologi atau proses korosifikasi dan batuan mineral akibat arus yang deras dan
I.lngkuna!i1n ell IndQ!1li1lh:a,
1990). Mengaeu kepada kriteria di atas, seeara umum air Sungai Cikaniki untuk konsentrasi COD rata-rata dapat dikatakan telah terjadi peneemaran berat, dengan konsentrasi berkisar 18,79 hingga 69,40 mg/L. Ammonia dalam air permukaan umumnya berasal dan limbah rumah tangga atau domestik. Konsentrasi Ammonia selama pengamatan berkisar antara 0,094 0,334 mg/L. Dalam empat kali pengamatan konsentrasi Ammonia tertinggi terjadi pada bulan Juli 2003 di desa Cisarua (TS-1) dan konsentrasi terendah terjadi pad a bulan Oktober 2003 di desa Cisarua (TS-1). Menurut Peseod, air tanah hanya mengandung sedikit ammonia yang dapat menempel pad a partikel-partikel tanah liat selama infiltrasi air ke dalam tanah dan akan sulit terlepas dan partikel tanah liat terse but [11 J. Dinyatakan pula bahwa konsentrasi ammonia sebaiknya tidak melebihi dari 1 mg/L untuk perairan tropis, karena apabila lebih dan 1 mg/L dapat menghambat daya serap haemoglobin terhadap oksigen, yang menyebabkan ikan dan hewan air lainnya akan mati lemas. Ditetapkan pula konsentrasi Ammonia untuk air minum harus dibawah 0,1 mg/L dan pada air sungai harus dibawah 0,5 mg/L sebagai syarat mutu air sungai di Indonesia (Puslitbang Pengairan, Kualitas Lingkungan di Indonesia, 1990). Seeara umum konsentrasi Ammonia di S. Cikaniki telah te~adi peneemaran atau telah melebihi nilai baku mutu air Kelas III dengan konsentrasi 0,02 mg/L. . Konsentrasi merkuri air Sungai Cikaniki pada em pat kali pengamatan berkisar antara 0,0052 0,0394 mg/L. Dari hasil pengamatan terdapat konsentrasi merkun yang meneapai rata-rata 25 kali lebih tinggi dari batas maksimum yang diperbolehkan berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001. Nilai konsentrasi tersebut menunjuk-kan masih
91
•
angin merupakan salah satu jalur sumber timbal yang dapat masuk ke dalam badan perairan. Konsentrasi kadmium pada tiga stasiun selama pengamatan berkisar antara 0,0029 - 0,0158 mg/L atau dari beberapa stasiun pengambilan sedikit lebih tinggi dari kadar maksimum Kelas III yang diperbolehkan (0,01 mg/L). Konsentrasi kadmium tertinggi terjadi pad.a bulan Oktober di desa Curug Bitung (TS-2) hampir dua kali lebih tlnggi dari konsentrasi maksimum yang diperbolehkan, sedangkan konsentrasi terendah terjadi pada bulan Agustus di desa Cisarua (TS-1). Dalam strata lingkungan senyawa Kadmium dan persenyawaannya ditemukan dalam banyak lapisan tanah, secara sederhana dapat diketahui bahwa kandungan logam Kadmium akan dapat dijumpai di daerah-daerah penimbunan sampah yang terbawa aliran air hujan, selain dalam air buangan indu5tri[9J• Secara umum konsentrasi Kadmium pada Sungai Cikaniki masih berada dibawah nilai Baku Mutu Kualitas Air dalam PP. 82 Tahun 2001 untuk Kelas III dan IV dari konsentrasi maksimum yang diperbolehkan adalah 0,01 mg/L.
Merkuri (T-Hg) : berdasarkan hasH uji di laboratorium telah terjadi pence-maran 25 kafi lebih besar dari batas maksimum (sebesar 0,002 mg/L) PP No. 82 Tahun 2001.
2. Saran a)
b)
c)
d) KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Kualitas air di Sungai Cikaniki untuk parameter Suhu, Konduktivitas (DHL), Kekeruhan (Turbiditas), pH, Oksigen Terlarut (DO), Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) berada di bawah batas maksimum dari standar baku mutu kualitas air Kelas III dan IV yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerin18h Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 ten18ng Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran. Beberapa parameter kuali18s air di Sungai Cikaniki kecenderungan atau diduga telah terjadl penoemoren,
•
•
•
e)
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara berkala dan berkesinambungan terhadap dampak yang terjadi serta untuk mengetahui perkembangan kuali18s air Sungai Cikaniki. Sudah selayaknya seluruh lapisan masyarakat menyikapi akan dampak pencemaran dengan ikut terlibat dalam pengelolaan dan pemeliharaan kualitas air sungai dengan tidak membuang limbah merkuri tersebut ke dalam badan sungai dan tidak melakukan pengolahan di badan sungai. Perlu diberikan penyuluhan mengenai pengelolaan dan pengolahan bijih emas dengan cara menyimpan sisa buangan (limbah merkuri). Perlu dilakukan pengawasan dan usaha-usaha dari pihak terkait (khususnya instansi pemerintah) dalam membimbing dan memperkenalkan pengelolaan lingkungan dan pengolahan bijih em as yang baik dengan menyediakan kantongkantong penyimpanan sisa limbah merkuri tersebut. Perlu diberikan alternatif teknologi dengan mengembangkan dan mengkaji penggunaan retort sebagai pemurnian merkuri.
DAFTAR PUSTAKA 1. Anonymous. 2000. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater, APHA, AWWA, WEF Washington DC : 1993 pp. 2. Anonymous, 1999. Laporan hasil-hasH Penelitian Puslit Geoteknologi-LiPI. 3. Anonymous, 1999. Pencemaran Air di Oaerah Jabotabek. Dinas Pengairan PU. Departemen Pekerjaan Umum RI. Laporan Tahunan.
entorea luln :
BOD dan COD : berdasarkan kriteria yang digunakan untuk evaluasi tingkat pencemaran air yang dinyatakan dalam bentuk klasifikasi, diduga bahwa telah te~adi pencemaran ringan sampai sedang. Demikian pula halnya dengan COD, telah te~adi pencemaran berat. Ammonia-N: dapat dikatakan tercemar berdasarkan batas maksimum (sebesar 0,02 mg/L) PP No. 82 tahun 2001. Timbal dan kadmium : tercemar ringan berdasarkan batas maksimum (sebesar 0,03 dan 0,01 mg/L) PP. No. 82 tahun 2001
92
4.
Black, P. E., 1996. Watershed Hydrology. 2nd Edition. State University of New York, College of Environmental Science and Forestry Syracuse, New York. 5. Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Birmingham Pub. Co. Auburn, Alabama, USA.482 6. Maney, K.H & W~ber, J.R, 1971. Analysis of Industrial Wastewater. John Willey and Sons. 7. Maney, Khalil H, (Ed.). 1973. Instrumental Analysis for Water Pollution Con troll. 3th print. Ann Arbor Sei. Inb. Inc., Ann Arbor, Michigan. 8. Metcalf & Eddy, 1991. Wastewater Engineering Treatment Disposal, Reuse. 3th Ed. Singapore: Me Graw Hill Book Co. 9. Moore, J.W & Ramamoorty, S. 1983. Heavy Metals in Natural Waters. Applied Monitoring and Impact Assesment. Springier-Verlag New York Berlin Heidelberg Tokyo.
10. Pratiwi, D., 1993. Kondisi Fisika Kimia Perairan Sungai Siak di Sekitar PT. Rantau Wijaya Sakti Plywood Kelurahan Limbungan Kec. Rumbai Kotamadya Pekan Baru. Skripsi Sarjana Fak. Perikanan Universitas Riau. 11. Syawal, M.S., 2000. pengamatan kualitas air Sungai Cikaniki Sub.DAS Cisadane Leuwiliang, Bogar. Skripsi Sarjana Universitas Pakuan. 12. Syawal, M.S., Shunitz, T., 2002. Influence of Illegal Gold Mining on Mercury Levels in Cikaniki River in Pongkor Area, West Java, Bogor. Proceeding of the International Symposium on Land Management and Biodiversity in Southeast Asia. Bali, Indonesia. 13. Wardoyo, S.T.H., 1983. Metoda Pengukuran Kualitas Air. Training Penyusunan Analasis Mengenai Dampak Lingkungan. PUSDI-PSL-IPB - Bogor.
Daftar Isi
93