Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
KAJIAN PEMBENTUKAN HUKUM INTERNASIONAL DI KOMITE ANTARIKSA PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) Soegiyono Pusat Analisis dan Informasi Kedirgantaraan (Pussisfogan), LAPAN, Jakarta Jl. Cisadane Nomor 25, Cikini, Jakarta Pusat, 10330
[email protected]
ABSTRACT United Nations Commiteee on Peaceful Uses of Outer Space is the first of United Nations Committee which apply using consensus procedures in adopt its decisions. The result of the Committee and the both Subcommittee (Scientific and Technical Subcommitee and Legal Subcommitee) use this method in adopting five United Nations Treaties on Outer Space and become positive international space law and have been ratified by some States. There are several challenge for the implementing of this method such as having much times to make every decisions. This paper investigates how to implement this method in making decisions. Keywords: International Law, United Nations Commiteee, Peaceful
kesuksesannya dalam penerapan metode konsensus,
Pendahuluan Komite Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Penggunaan Antariksa untuk Maksud Da-
cukup banyak permasalahan yang dihadapi dalam penerapan metode konsensus tersebut.
mai United Nations Committe on the Peaceful Uses
Di bawah ini akan diuraikan bagaimana cara
of Outer Space (UNCOPUOS), yang selanjutnya
Komite melaksanakan tugasnya dengan menerapkan
disebut Komite, adalah sebuah Komite yang men-
metode konsensus dalam pengambilan keputusan,
dapat tugas untuk membahas berbagai permasalahan
apa yang dimaksud dengan metode konsensus serta
berkaitan dengan penggunaan antariksa untuk mak-
keuntungan dan kerugian dengan diterapkannya
sud damai dan menyiapkan rancangan hukum inter-
metode tersebut dalam pembuatan hukum interna-
nasional tentang kegiatan keantariksaan. Sejak didi-
sional tentang penggunaan antariksa untuk maksud
rikannya Komite tersebut, maka dapat dikatakan
damai.
bahwa ia merupakan titik sentral dalam pembentu-
Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui
kan hukum internasional yang mengatur kegiatan
lebih jauh mengenai penggunaan metode konsensus
negara-negara di antariksa untuk maksud damai.
sekaligus menambah informasi aktual dan perbenda-
Dalam melaksanakan tugasnya Komite kean-
haraan pustaka mengenai eksistensi suatu sistem hu-
tariksaan telah menerapkan suatu metoda pengam-
kum tentang pengambilan keputusan di Komite An-
bilan keputusan yang cukup unik yaitu metode
tariksa PBB, dengan metodologi analisis deskriptif
pengambilan keputusan secara konsensus. Terlak-
dengan menggunakan data yang diambil dari Reso-
sananya ketentuan konsensus sebagai suatu metode
lusi Majelis Umum PBB, dokumen Perserikatan
pengambilan keputusan. di komite keantariksaan te-
Bangsa-Bangsa dan melakukan studi perbandingan
lah dapat dibuktikan kesuksesannya dalam membuat
tentang pengambilan keputusan dari berbagai Orga-
hukum internasional yang mengatur penggunaan an-
nisasi Internasional serta merujuk kepada pendapat
tariksa untuk maksud damai. Akan tetapi dibalik
para ahli hukum internasional.
102
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Permasalahan dalam kajian ini adalah sampai sejauh
siko, Polandia, Swedia, Uni Soviet, Republik Arab,
mana keberhasilan pengambilan keputusan dengan
Inggris dan Amerika Serikat. Panitia Ad Hoc ini di-
cara konsensus di komite antariksa PBB dan ham-
tugaskan oleh Majelis Umum PBB untuk mem-
batan apa saja yang dihadapi dalam penerapannya?
bentuk sebuah Komite PBB tentang Penggunaan
Tujuan kajian ini adalah untuk menguraikan
Antariksa untuk Maksud Damai. Pada tanggal 12
pembentukan hukum internasional di komite anta-
Desember 1959 Majelis Umum PBB telah mene-
riksa PBB dilihat dari manfaat ilmiah dan segi prak-
rima sebuah Resolusi No. 1472LXIV), yang pada
teknya sekaligus untuk dapat menambah informasi
dasarnya adalah pembentukan Komite PBB tentang
aktual dan perbendaharaan kepustakaan mengenai
Penggunaan Antariksa untuk Maksud Damai. Ko-
eksistensi suatu sistem hukum tentang pengambilan
mite ini telah dilengkapi dengan 2 (dua) Subkomite
keputusan di komite antariksa PBB.
yaitu Subkomite Ilmiah-Teknik dan Subkomite Hu-
Metodologi kajian pembentukan hukum in-
kum.
ternasional di komite antariksa PBB ini adalah metode pendekatan yuridis normatif melalui studi ke-
Keanggotaan Komite
pustakaan dengan melakukan penelusuran bahan
Sejak tahun 1973 keanggotaan komite men-
pustaka dengan menggunakan data yang diambil
jadi 37 negara dan Indonesia termasuk di dalamnya
dari Resolusi-Resolusi Majelis Umum, dokumen
di samping keanggotaan komite lainnya seperti Al
PBB dan melakukan studi perbandingan tentang pe-
bania, Argentina, Australia, Austria, Belgium, Bra
ngambilan keputusan dari berbagai Organisasi Inter-
zil, Bulgaria, Canada, Chad, Chile, Czechoslovakia
nasional serta merujuk kepada pendapat para ahli
(now Czech Republic), Federal Republic of Ger
hukum internasional yang ahli dibidangnya.
many, Egypt, France, German Democratic Republic, Hungary, India, Indonesia, Iran, Italy, Japan, Ke
Pembahasan
nya, Lebanon, Mexico, Mongolia, Morocco, Ni
Komite PBB Tentang Penggunaan Antarik-
geria, Pakistan, Poland, Romania, Sierra Leone,
sa Untuk Maksud Damai
Sudan, Sweden, the Union of Soviet Socialist
Pembentukan Komite PBB tentang Penggu-
Republics (now Russian Federation), the United
naan Antariksa untuk Maksud Damai dapat dikata-
Kingdom of Great Britain and Northern Ireland, the
kan bersamaan waktunya dengan dimulainya kegia-
United States of America, & Venezuela.
tan ilmiah di antariksa, sewaktu dilaksanakannya ta-
Sehingga keanggotaan komite sejak tahun
hun Geofisika Internasional (The International Geo-
2007 berjumlah 69 negara seperti Albania, Algeria,
physical Year) pada tahun 1958 (Space Exploration
Argentina, Australia, Austria, Belgium, Benin, Bo
and Application, 1968). Dengan Resolusi Majelis
livia, Brazil, Bulgaria, Burkina Faso, Cameroon, Ca
Umum PBB No. 1348 (XIII) pada tanggal 13 De-
nada, Chad, Chile, China, Colombia, Cuba, Czech
sember 1950 terbentuklah sebuah Panitia Ad Hoc
Republic, Ecuador, Egypt, France, Hungary, Ger
yang terdiri dari 18 (delapan belas) negara yaitu Ar-
many, Greece, India, Indonesia, Iran, Iraq, Italy,
gentina, Australia, Belgia, Brazil, Kanada, Cekoslo
Japan, Kazakhstan, Kenya, Lebanon, Libyan Arab
vakia, Perancis, India, Iran, Italia, Jepang, Mek
Jamahiriya, Malaysia, Mexico, Mongolia, Morocco,
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
103
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Netherlands, Nicaragua, Niger, Nigeria, Pakistan,
dalam melaksanakan kegiatan keantariksaan.
Peru, Philippines, Poland, Portugal, Republic of
Resolusi Majelis Umum PBB ini juga me-
Korea, Romania, the Russian Federation, Saudi
minta agar Sekretaris Jenderal PBB untuk membuat
Arabia, Senegal, Sierra Leone, Slovakia, South
suatu pendaftaran dari benda antariksa buatan
Africa, Spain, Sudan, Sweden, Switzerland, Syrian
manusia dan sampah antariksa (space objects) yang
Arab Republic, Thailand, Turkey, the United
diluncurkannya ke antariksa, sesuai informasi yang
Kingdom of Great Britain and Northern Ireland, the
disampaikan oleh negara-negara. Hal tersebut telah
United States of America, Ukraine, Uruguay, Vene
merupakan pedoman umum untuk pelaksanaan ke-
zuela & Vietnam.
giatan komite dalam meningkatkan kerja sama internasional bagi penggunaan antariksa untuk maksud damai.
Tugas Komite Komite PBB tentang Penggunaan Antariksa untuk Maksud Damai telah ditugaskan untuk me-
Tugas Subkomite Ilmiah dan Teknik
ninjau kemungkinan dilaksanakannya kerja sama
Tugas Subkomite Ilmiah dan Teknik adalah
internasional dalam penggunaan antariksa untuk
untuk membahas mengenai kegiatan dan masalah-
maksud damai, dan mempelajari kemungkinan di-
masalah yang terkait dengan iptek keantariksaan,
laksanakannya berbagai program yang telah di-
seperti: (i) membuat serangkaian rekomendasi me-
rancang oleh PBB dan mempelajari masalah hukum
ngenai pertukaran informasi, (ii) meningkatkan pro-
yang timbul akibat kegiatan di antariksa.
gram-program internasional khususnya dalam bi-
Pada tahun 1961 Majelis Umum menyata-
dang penggunaan antariksa untuk maksud damai,
kan bahwa PBB seharusnya menjadi titik fokal un-
termasuk program-program yang telah disusun oleh
tuk kerja sama internasional dalam melaksanakan
PBB yang telah dimulai sejak tahun 1971, (iii) spon-
ekplorasi dan penggunaan antariksa untuk maksud
sor yang diberikan oleh PBB dalam memberikan fa-
damai dan komite diminta untuk melakukan kerja
silitas secara internasional dalam melaksanakan pro-
sama dengan Sekretaris Jenderal PBB dan dapat
gram sounding rocket, dan (iv) pendidikan serta lati-
menggunakan berbagai fasilitas dan fungsi yang
han terutama dalam penggunaan praktis dalam pe-
dimiliki Sekretariat Jenderal PBB.
laksanaan teknologi antariksa.
Di samping itu Komite juga diminta untuk: (i) menjalin kerja sama dengan organisasi interna-
Tugas Subkomite Hukum
sional baik pemerintah maupun non penterintah
Tugas Subkomite Hukum antara lain: me-
yang menangani kegiatan antariksa, (ii) mengkoor-
rancang aturan-aturan hukum tentang masalah-ma-
dinasikan dan saling memberikan data informasi
salah keantariksaan yang timbul sebagai akibat dari
sehubungan dengan kegiatan antariksa dan berbagai
kegiatan di antariksa. Hasil kegiatan Subkomite
negara dan saling memberikan informasi mengenai
Hukum yang dapat dicatat hingga saat ini adalah
iptek keantariksaan yang telah dimiliki oleh ber-
berupa 5 (lima) perjanjian internasional yang meng-
bagai negara, dan (iii) membantu untuk melakukan
atur kegiatan keantariksaan dan telah menjadi hu-
studi dan mempromosikan kerja sama internasional 104
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
kum positif. Adapun kelima perjanjian internasional
c) The Principles Relevant to the Use of Nuclear
tersebut adalah :
Power Sources in Outer Space,1992, disahkan
a. Treaty on Principles Governing the Activities of
berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB, No-
States in the Exploration and Use of Outer Spa-
b.
mor 47/68, 14 Desember 1992
ce, including the Moon and Other Celestial Bo-
d) Declaration on International Cooperation in the
dies, 1967 yang telah diratifikasi dengan Un-
Exploration and Use of Outer Space for the
dang-Undang Nomor 16 tahun 2002.
Benefit and in the Interest of All States, Taking
Agreement on the Rescue of Astronauts, the Re-
into Particular Account the Needs of Deve-
turn of Astronauts and the Return of Objects
loping Countries, 1996, disahkan berdasarkan
Launched into Outer Space,1968,. yang telah
Resolusi Majelis Umum PBB, Nomor 53/122,
diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor
14 Desember 1996.
4 Tahun 1999.
e) Application of the concept of the launching sta-
c. Convention on International Liability for Da-
te”, 2005, disahkan berdasarkan Resolusi Ma-
mage caused by Space Objects, 1972, yang te-
jelis Umum PBB, Nomor 59/115, tanggal 25 Ja-
lah diratifikasi dengan Keputusan Presiden No-
nuari 2005.
mor 20 Tahun 1996. d.
e.
f) Recommendations on enhancing the practice of
Convention on Registration of Objects Laun-
States and international intergovernmental or-
ched into Outer Space, 1975 yang telah dirati-
ganizations in registering space objects”, 2008,
fikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 20
disahkan berdasarkan Resolusi Majelis Umum
Tahun 1996.
PBB Nomor 62/101, tanggal 10 Januari 2008.
Agreement Governing the Activities of States on the Moon and Other Celestial Bodies, 1984.
g) Space Debris Mitigation Guideline, 2008 (Doc A/62/20).
Di samping kelima perjanjian internasional
h) Prinsip-Prinsip yang berkaitan dengan Pencega-
keantarikssa yang telah dapat diselesaikan oleh Sub-
han Perlombaan Persenjataan di Antariksa (The
komite Hukum dan telah merupakan hukum positif,
Prevention of an Arms Race in Outer Space -
Subkomite Hukum hingga tahun 2008 telah menye-
PAROS) Doc A/RES/59/65 adopted on 17 De-
lesaikan 8 (delapan) buah rancangan hukum inter-
cember 2004.
nasional yang mengatur mengenai :
Kedelapan rancangan perjanjian internasio-
a) The Principles Governing the Use by States of
nal tersebut di atas belum merupakan hukum positif,
Artificial Earth Satellites for International Di-
karena rancangan tersebut masih dalam bentuk prin-
rect Television Broadcasting, 1982, disahkan
sip-prinsip atau deklarasi Negara-negara. (LAPAN,
berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB, No-
2008)
mor 27/92, 10 Desember 1982. b) The Principles Relating to Remote Sensing of
Prosedur Pengambilan Keputusan di Komite
the Earth from Space, 1986, Resolusi Majelis
Antariksa PBB Tentang Penggunaan Anta-
Umum PBB, Nomor 41/65, 3 Desember 1986
riksa Untuk Maksud Damai Berbagai
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
masalah
berkaitan
dengan 105
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
penggunaan an-tariksa untuk maksud damai perlu
daan pendapat antara kedua negara adikuasa,
dibahas dan di-ambil suatu keputusan dalam komite.
Amerika Serikat dan Uni Soviet, sehingga dirasakan
Dalam perio-de didirikannya komite telah dibahas
perlu untuk melakukan konsultasi dengan negara -
pula mengenai metode pengambilan keputusan yang
negara lain yang menjadi anggota komite. Hasil
selanjutnya akan diterapkan di dalam komite.
pertama yang diperoleh dari perdebatan itu adalah,
Sebagaimana
bahwa setiap negara anggota komite diperbolehkan
di-ketahui
proses
pengambilan
keputusan dalam forum internasional merupakan
membuat suatu pernyataan mengenai hal tersebut.
suatu hal yang cukup sen-sitif, mengingat dalam
Sebagaimana dikemukakan di atas, berbagai
suatu forum internasional terdapat bermacam--
masalah mengenai penggunaan antariksa telah di-
macam kepentingan dan ber-bagai negara di mana
bahas di Komite, termasuk prosedur pengambilan
masing
keputusan, perdebatan yang cukup panjang telah
masing
negara
merasa
perlu
untuk
melindungi kepentingan negaranya.
berlangsung dan berbagai pendapat telah pula dike-
Dalam pelaksanaan kegiatan antariksa dira-
mukakan. Mengenai kesulitan yang dihadapi untuk
sakan adanya dua situasi yang saling berhadapan,
penerapan metode konsensus telah digambarkan
yaitu disatu pihak negara-negara maju yang mem-
oleh Mr. Demetropoulos dari Yunani, yaitu sebagai
punyai kemampuan teknologi tinggi dalam bidang
berikut : Unanimity is certainly something that one
keantariksaan dan di lain pihak negara-negara ber-
should hope for, and delegations make laudoble ef-
kembang yang tidak atau belum memiliki teknologi
forts to reach by private talks, amendments, com-
antariksa tersebut, akan tetapi mereka berkepen-
promise, avoiding a vote on important resolutions
tingan untuk ikut serta atau mendapatkan manfaat
before an acceptable formula has been found. But
dari perkembangan kegiatan antariksa tersebut. De-
the reguire unanimity a priori would impede the
ngan situasi tersebut, suatu proses pengambilan ke-
work of the committee and the possibi1ity of any
putusan dengan metode konsensus kiranya sulit un-
progress. The principle of umanity goes against the
tuk dapat terlaksana. Akan tetapi walaupun terdapat
principle of equality, since one state could have
perbedaan yang cukup menyolok namun demikian
greater importance than all the others.
terdapat suatu kesamaan kehendak di antara anggota
Setelah dilakukan beberapa kali diskusi dan
komite, mengenai masalah yang dianggap cukup
negosiasi suatu rancangan resolusi yang disponsori
sensitif, yaitu tentang minat bersama mengenai
oleh negara anggota Komite dan didukung oleh Du-
penggunaan antariksa untuk maksud damai dan un-
ta Besar Amerika Serikat Adlai E. Stevenson yang
tuk menghilangkan persaingan antara negara-negara
mengatakan bahwa usulan yang baru ini mengenai
serta memberi penekanan pada kerja sama inter-
konsensus merupakan pemikiran yang terbaik untuk
nasional. Dalam situasi dan suasana semacam inilah
melakukan kerjasama dan untuk mencapai hasil
masalah pengambilan keputusan dibahas dalam ko-
yang baik pula bagi semua bangsa. Untuk itu ia te-
mite.
lah mengatakan sebagai berikut: We look foreward Perdebatan mengenai masalah pengambilan
to constructive discussion of these proposals and to
keputusan secara konsensus telah memakan waktu
improvement upon them. They do not represent fixed
yang cukup lama, terutama dengan adanya perbe-
position. We are prepared to consider constructive
106
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
suggestions from any member of the committee so
into accaunt the statements which have just been
that the widest possible mesure of common agree-
made by the delegations of the United States and the
ment may be reached. (Golloway Eiline, 1979).
Union of Soviet Socialist Republics. While there,
Pada mulanya keanggotaan dan Komite se-
can be no question but that this Committee is gover-
bagaimana telah disetujui oleh Majelis Umum PBB
ned by appropriate rules of the General Assembly, I
pada tanggal 12 Desember 1959 terdiri dari 23 (dua
interpret what has been said to mean that it will be
puluh empat) negara, yang kemudian diperluas de-
the aim of the members to conduct the committee’s
ngan 4 (empat) negara pada tanggal 20 Desember
work in such a way that the committee will be able
1961 sehingga keanggotaan komite menjadi dua
to reach agreement in its work without need of
puluh delapan negara dan pada waktu itulah komite
voting. (Golloway Eiline, 1979).
dihadapkan pada suatu keadaan mengenai pengam-
Pengambilan keputusan secara konsensus
bilan keputusan apakah secara konsensus ataukah
memang merupakan suatu hal yang ideal, akan
pengambilan keputusan dengan suara terbanyak. Se-
tetapi jalan menuju pencapaian konsensus tersebut
orang delegasi dari Australia, Phinsoll telah melu-
seringkali memerlukan waktu yang cukup panjang,
kiskan situasi pada waktu itu sebagai berikut : The-
karena diperlukan pembicaraan yang cukup lama,
re were discussions over a period of 2 years bet-
meniadakan pengambilan suara dalam merancang
ween the Soviet Union and the United States, each
suatu resolusi penting untuk mencapai suatu kom-
of them from time to time consulting other Coun-
promi sehingga tidak menghambat pekerjaan ko-
tries of the Committe so that they could not be re-
mite. Kadang-kadang keputusan secara konsensus
garded as speaking only for themselves but rather
dirasakan bertentangan dengan rasa keadilan, karena
each of them speaking for a number of countries. In
suatu negara dapat mempunyai kepentingan yang
the end the final position of the United States, be-
lebih besar dari negara lain. Demikian suatu kea-
fore the General Assembly meeting, was the follo-
daan yang dihadapi untuk sampai kepada suatu ke-
wing one. It was a position that was adopted after
putusan melalui konsensus.
consultation
with
many
countries,
including
Perdebatan mengenai pengambilan keputu-
Australia.Therefore it is the position of the Austra-
san telah memakan waktu lama dan hasil perdebatan
lian Government also.
dapat meniadakan metode pengambilan keputusan
The position was that there should be state-
dengan suara terbanyak dan akhirnya komite memi-
ments made as the Committee on the Peaceful Uses
lih dan menyetujui diterapkannya metode pengam-
of Outer Space by any countries which wish to make
bilan keputusan dengan konsensus.
them, including no doubt the Soviet Union and the
Pada tahun 1962 Komite mulai memprak-
United States, but posible others, on the principles
tekkan penggunaan konsensus sebagai metode pe-
of voting relating to the Committee, and at the end
ngambilan keputusan, yang diawali oleh Ketua ko-
of it the Chairman of the Committee would make the
mite dan pada waktu itu dijabat oleh Pranze Matsch
following statement, agree in advance with all mem-
dari Austria, dengan menyatakan sebagai berikut:
bers. The Chairman of the Committee would say
In the first place, I should like to place on record
this; if there is no objection, the committee takes
that through informal consultations, it has been
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
107
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
agreed among the members of the committee that it
dicapai. Dengan metode konsensus ini proses
will be the aim of all members of the committee and
negosiasi dilakukan secara musyawarah sampai
its subcommittee to conduct the committee’s work in
dicapai suatu kebulatan dalam pengambilan keputu-
such a way that the committee will able to reach
san dan tiada suatu anggota kelompok yang merasa
agreement in its work without need for voting.
dirugikan dengan keputusan yang dicapai.
Dengan demikian komite telah dapat mele-
Walaupun metode konsensus telah dipakai
takkan prosedur dalam pengambilan keputusan de-
dengan sukses di komite, akan tetapi hal ini tidak
ngan mempraktekkan metode konsensus.
ditegaskan secara nyata di dalam prosedur pengambilan keputusan tensebut. Di dalam praktek kerja
Analisis Pengertian Konsensus dan Bebera-
komite mengenai pengambilan keputusan telah
pa Metode Pengambilan Keputusan
diterapkan suatu prosedur tidak berkeberatan (no
Pengambilan keputusan dalam satu orga-
objection procedure), di mana Ketua komite me-
nisasi internasional merupakan suatu subyek yang
ngamati persetujuan yang telah dicapai oleh negara-
menarik untuk dipelajari, oleh karena di dalam or-
negara anggota Komite, dan jika dilihat tidak ada sa-
ganisasi tersebut duduk wakil negara-negara yang
tu negara pun dari anggota komite tersebut yang me-
mewakili bermacam-macam kepentingan negaranya
nyatakan keberatannya, maka keputusan diambil
dan kadang-kadang sangat bertentangan satu dengan
dan ditetapkan oleh Ketua komite, dengan demikian
lainnya, seperti kepentingan politik, ekonomi, so-
maka konsensus telah dapat dicapai serta telah dite-
sial, budaya maupun militer. Untuk mencapai satu
rapkannya metode konsensus di komite antariksa
keputusan dalam suatu organisasi internasional ter-
PBB selama ini.
sebut telah dipergunakan berbagai metode pengambilan keputusan, diantaranya adalah :
Pengambilan Keputusan Secara Bulat Pengambilan keputusan secara bulat memerlukan keputusan dari semua anggota yang hadir dan
Metode Konsensus Konsensus adalah suatu metode pengam-
memberikan suaranya. Pengambilan keputusan se-
bilan keputusan di mana satu kelompok dalam me-
cara bulat pada waktu yang lampau dapat dikatakan
lakukan musyawarah untuk dapat mencapai suatu
merupakan suatu norma hukum pada organisasi in-
keputusan yang bulat. Suatu proses pengambilan ke-
ternasional publik, dan pada saat ini hal tersebut me-
putusan secara konsensus dapat dilakukan dengan
rupakan suatu pengecualian. (Riches, 1940).
suatu sikap tertentu yang berada jauh sebelumnya
Pengambilan suara secara bulat (Unanimity)
persetujuan itu terbentuk dan dimaksud untuk mem-
merupakan pengambilan keputusan yang sangat
buat suatu perjanjian secara formal. Hal mana dapat
penting, sehingga apabila keputusan dengan suara
terjadi karena proses negosiasi di mana terdapat ber-
bulat tersebut tidak tercapai, maka hal itu dapat me-
bagai pandangan yang berbeda itu dilakukan dengan
rupakan hambatan dalam mencapai suatu keputusan
penuh kesabaran, sehingga akhirnya dapat dicapai
penting bagi seluruh anggota kelompok yang ber-
satu titik temu dan tidak satu negara anggotapun
musyawarah. Keputusan dengan sikap bulat dapat
menyatakan keberatannya dengan hasil yang telah
juga berupa suatu keputusan dalam bentuk aklamasi,
108
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
apabila sikap demikian telah dibentuk sebelum dila-
itu pengambilan keputusan dengan kebulatan suara
kukan pengambilan suara yang sekonyong-konyong
berarti memberi hak veto secara efektif kepada
menimbulkan keputusan dengan suara bulat.
setiap anggota.
Bila diteliti lebih lanjut ketentuan suara bu-
Akhirnya dapat dikatakan hahwa perbedaan
lat ini telah diletakkan dasar hukumnya jauh sebe-
antara metode konsensus dan metode keputusan
lum pembentukan Komite, yaitu di Perjanjian Liga
secara bulat terletak pada proses pemungutan suara.
Bangsa-Bangsa The Covenant of the league of Na-
Metode konsensus dicapai tanpa dilakukan suatu
tions yang terdapat pada article 5 (1) yang ber-
pemungutan suara, sedangkan pada metode kepu-
bunyi : Except where otherwise expressly provided
tusan secara bulat diperlukan adanya pemungutan
in this covenant, or by term of the present treaty,
suara, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam hasil
decisións at any meeting of the assembly or of’ the
akhir sebagai produk hukum adalah sama.
council, shall’ require the agreement of all Menbers of the league represented at the meeting. Seperti telah diuraikan di atas, bahwa pe-
Pengambilan Keputusan Secara Mayoritas (majority rule)
ngambilan keputusan secara bulat merupakan suatu
Dalam organisasi internasional baik publik
norma hukum pada organisasi internasional publik
maupun sewasta dapat terjadi bahwa suatu anggota
waktu itu. Pembenaran mengenai hal ini adalah un-
terikat oleh keputusan yang telah diambil oleh or-
tuk melindungi kepentingan dan kedaulatan negara.
ganisasi,
Apabila diadakan pengambilan keputusan secara
dengan keputusan yang diambil. Apa sebenarnya
bulat pada waktu ini, itu hanya merupakan pengam-
yang menyebabkan pembenaran keadaan seperti itu,
bilan keputusan secara praktis dan bukan meru-
untuk menjawab pertanyaan itu kiranya perlu me-
pakan suatu prinsip. Akan tetapi lain halnya dengan
nerapkan analogi dari hukum kontrak, yaitu dengan
Dewan Keamanan PBB yang masih memberlakukan
masuknya satu negara ke dalam suatu organisasi in-
pengambilan keputusan secara bulat diantara ke
ternasional, sebagai anggota baru maka ia secara
lima anggota Dewan Keamanan tarsebut. Dalam
hukum terikat dengan peraturan-peraturan hukum
mempertimbangkan hal yang sangat penting, seperti
yang berlaku bagi organisasi tersebut. Analogi ini
masalah keamanan dunia, maka sangat tidak bijak-
biasa
sana apabila Dewan Keamanan PBB tidak meng-
(Haanappenelitie, 1981). Sebenarnya satu anggota
gunakan metode pengambilan keputusan secara bu-
organisasi tidak dapat diabaikan begitu saja dengan
lat, mengingat hal ini dapat membahayakan kesta-
adanya keputusan yang diambil oleh organisasi ter-
bilan dunia.
sebut karena ia tidak menyetujui keputusan yang di-
sedangkan sebenarnya tidak sependapat
dikenal
dengan
pacta
sunt
servenda.
Dalam kenyataannya metode pengambilan
ambil. Bagaimanapun ia mempunyai kebebasan un-
keputusan dengan suara bulat mempunyai kekura-
tuk menentukan keluar dari keanggotaan onganisasi
ngan, karena pengambilan keputusan tersebut tidak
tersebut sehingga ia tidak terikat lagi kepada kepu-
praktis untuk dipakai dan sulit untuk mencapai ke-
tusan-keputusan yang diambil oleh organisasi itu.
putusan jika dibandingkan dengan metode pengam-
Sejarah dapat memperlihatkan bahwa per-
bilan keputusan dengan suara terbanyak, di samping
kembangan pengambilan keputusan dalam orga-
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
109
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
nisasi internasional dari konsensus kearah suara ter-
capai suatu keputusan, selain dari pada itu masih ter-
banyak Pengambilan keputusan secara mayoritas
dapat cara pengambilan keputusan dengan metode
bergerak sangat lambat. Sedangkan jika dipelajari
lain, misalnya dengan cara menghitung suara (vo-
perkembangan pengambilan keputusan secara ma-
ting) dan dengan menghitung suara inipun dapat
yoritas lebih cepat pada organisasi internasional pri-
beraneka ragam caranya, di antaranya adalah dengan
vat dari pada organisasi internasional publik dan le-
cara pengambilan keputusan secara mayoritas, pe-
bih cepat lagi perkembangannya pada tingkat nasio-
ngambilan keputusan dengan suara 2/3, pengam-
nal dari pada tingkat internasional. Jika diteliti asal
bilan keputusan dengan suara 3/4 suara terbanyak,
mula pengambilan keputusan dengan suara mayo-
Dengan banyaknya ragam cara pengambilan kepu-
ritas berasal dari zaman Yunani kuno, demikian ju-
tusan, tentunya metode yang dipakai disesuaikan de-
ga yang terjadi di Lembaga Hukum Romawi. Dalam
ngan situasi dan keperluan untuk mencapai suatu ke-
Parlemen Inggris pengambilan keputusan dengan
putusan dalam melakukan musyawarah. Tingkatan
suara mayoritas baru berkembang pada pertengahan
pengambilan keputusan sesuai dengan cara-cara se-
abad ke 16. Sedangkan dalam doktrin hokum, pe-
bagaimana telah disebutkan di atas tergantung dari
ngambilan keputusan dengan suara mayoritas telah
kelompok dalam melaksanakan musyawarah dan
diterima oleh penganut faham hukum murni (school
keputusan yang ingin dicapai.
of natural law) dan penganut faham kontrak sosial
Dengan lahirnya PBB dapat dikatakan telah
(school of social contract) yang berlangsung pada
lahir pula organisasi internasional publik yang mo-
abad ke 17 dan 18. Sedangkan jika diperhatikan per-
dern. Untuk pengambilan keputusan dalam orga-
kembangan pengambilan keputusan dengan suara
nisasi internasional publik banyak dipergunakan me-
mayoritas dalam hukum internasional publik ber-
tode pengambilan keputusan dengan suara mayo-
jalan dengan sangat lambat.
ritas, beberapa contoh diantaranya adalah:
Dalam hukum internasional publik penero-
a. Pengambilan Keputusan Dengan Suara Ter-
bosan pengambilan keputusan dari konsensus ke-
banyak yang Sederhana
pada pengambilan keputusan secara mayoritas baru
Pengambilan keputusan dengan suara terbanyak
terlaksana sewaktu didirikannya PBB. (Goodrich,
yang sederhana ini merupakan metode pengam-
1964). Sesuai dengan Piagam PBB Charter of the
bilan keputusan yang banyak dipergunakan.
United Nations mengenai pengambilan keputusan
Yang dimaksud dengan pengambilan keputusan
dengan suara terbanyak, tercantum dalam: Article
dengan suara terbanyak yang sederhana adalah
18 (1): Each member of the general assembly shall
50% ditambah satu suara setuju. Metode ini ka-
have one vote. Dan Article 18 (2): Decisions of the
dang-kadang disebut dengan suara terbanyak
general assembly on important questions shall be
yang mutlak sebagai penekanan pentingnya
made by a two-thirds majority of the members
tambahan satu suara. Prosedur yang ditempuh
present and voting.
dalam metode ini adalah, keputusan didasarkan
Jika diperhatikan pengambilan keputusan se-
kepada suara setuju yang terbanyak dari anggota
cara konsensus bukan merupakan satu-satunya cara
yang hadir dan memberikan suaranya. Kadang-
dalam melakukan musyawarah untuk dapat men-
kadang dibutuhkan suara terbanyak dari semua
110
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
anggota yang hadir, sedangkan anggota yang ti-
they shall decide to apply a different rule.
dak memberi suara sama sekali (abstain) juga
c. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Kriteria
dibutuhkan untuk keperluan penghitungan suara
Pengambilan keputusan berdasarkan kriteria.
terbanyak yang diperlukan. Pengambilan suara
Pengambiian keputusan yang dipakai metode
yang dicapai dengan perbandingan 50 banding
bahwa satu negara dapat mempunyai beberapa
50 tidak memenuhi qourum untuk pengambilan
suara yang didasarkan pada suatu kriteria sesuai
keputusan dengan suara terbanyak yang seder-
dengan kepentingan organisasi tersebut. Misal-
hana. Metode pengambilan keputusan ini lebih
nya dalam organisasi keantariksaan Internatio-
baik jika dibandingkan dengan metode pengam-
nal Telecommunications Satellite Organization
bilan keputusan dengan suara terbanyak secara
(INTELSAT), pengambilan keputusan yang di-
kualitatif. Dalam beberapa organisasi interna-
lakukan dalam The Board of Governours adalah
sional, jika terdapat suara yang seimbang, maka
secara Weighted Voting. Hal ini didasarkan pa-
Presiden atau ketua yang memimpin sidang
da banyaknya saham dalam organisasi tersebut.
mengharuskan adanya pemungutan suara, se-
Ketentuan ini dimuat dalam The Agreement
perti yang tercantum dalam article 55 (2) Mah-
Relating to the International Telecommunica-
kamah Internasional, yang berbunyi : In the e-
tions Satellite Organization, Article IX.
vent of an equality of votes, the President on the judge who acts in his place
shall have a cas-
Satu contoh lain, juga dalam bidang ke-
ting vote ( Lihat Statute of the International
antariksaan, yaitu The International Maritime Sate-
court of justice)
llite Organizations (INMARSAT). Organisasi ini ju-
b. Pengambilan Keputusan dengan Suara Ter-
ga menerapkan pengambilan keputusan dengan
banyak Secara Kualitátif
Weighted Voting, seperti yang tercantum dalam
Pengambilan keputusan dengan suara terbanyak
article XIV (3). Pengambilan keputusan dengan ca-
secara kualitatif biasanya dipergunakan untuk
ra Weighted Voting ini adalah baik untuk organisasi
pengambilan keputusan yang penting. Ini berarti
yang bergerak di bidang teknik atau perdagangan, di
bahwa
mana sistem satu negara satu suara tidak dapat di-
pengambilan
keputusan
didasarkan
kepada suara terbanyak, biasanya 2/3 atau 3/4
terapkan.
suara terbanyak dari anggota yang hadir dan memberikan suara. Kadang-kadang diharapkan
Kesulitan dalam Pengambilan Keputusan
semua suara yang diberikan oleh para anggo-
dengan Metode Konsensus
tanya. Konvensi Wina 1969 tentang Hukum
Seperti telah disinggung di atas bahwa pe-
Perjanjian Internasional dalam article 9 (2)
ngambilan keputusan dengan metode konsensus ma-
memberikan ketentuan 2/3 suara, yang berbunyi
sih mengalami beberapa hambatan. Di antara ham-
sebagai berikut: The adoption of a text of a
batan tersebut adalah sangat dibutuhkannya waktu
treaty at an international conference takes pla-
untuk menyatukan pendapat yang saling berbeda da-
ce
by the vote of two thirds of the states pre-
lam pemecahan permasalahan. Jumlah waktu yang
sent and voting, unless by the same majority
diperlukan sangat bergantung dari berbagai faktor
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
111
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
seperti pentingnya suatu keputusan yang harus di-
sakan menjadi tidak produktif.
ambil dalam menghadapi suatu masalah yang harus diambil berkaitan dengan suatu kejadian yang harus
Keberhasilan yang Dicapai Melalui Metode
segera dihindarkan, misalnya : (i) faktor-faktor po-
Konsensus
litik dan ekonomi yang berhubungan dengan suatu
Komite PBB tentang Penggunaan Antariksa
masalah, sehingga menimbulkan kelambatan dalam
untuk Maksud Damai merupakan Komite pertama
pengambilan keputusan, (ii) adanya unsur-unsur
yang menggunakan prosedur konsensus dalam me-
atau masalah-masalah yang tidak dapat didamaikan
lakukan musyawarah. Berikut ini akan diberikan
dan dianggap masalah itu belum sempurna untuk di-
suatu analisis mengenai keberhasilan dari Kornite
selesaikan, (iii) adanya masalah tenggang waktu
beserta kedua Subkomitenya yaitu Subkomite Il-
Komite untuk bersidang dan (iv) tidak adanya suatu
miah dan Teknik serta Subkomite Hukum dalam
struktur kelembagaan yang disertai suatu otoritas
menggunakan metode konsensus, dan telah sukses
dalam membuat keputusan akhir.
pula dalam menggunakan metode ini dalam me-
Dalam beberapa tahun ini ada beberapa ma-
nyiapkan 5 (lima) buah perjanjian internasional
salah yang belum dapat diselesaikan oleh Komite,
yang telah diratifikasi oleh banyak negara serta telah
belum didapatnya persetujuan mengenai suatu ma-
menjadi hukum positif.
salah, sehingga masih perlu dibahas pada per-
a. Dengan dimulainya suatu era baru dalam kegia-
sidangan yang berikut. Tidak dapat disangkal bahwa
tan di bidang antariksa, maka dirasakan adanya
memang lebih mudah dicapai suatu persetujuan da-
suatu keinginan untuk mengadakan kerjasama
lam kelompok kecil dari pada kelompok yang lebih
internasional, hal ini disebabkan karena adanya
besar. Diakui pula bahwa setiap masalah yang diha-
realisasi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
dapi di Subkomite Hukum merupakan suatu ma-
teknologi antariksa sehingga dapat digunakan-
salah di mana terdapat unsur yang sangat berbeda,
nya antariksa untuk maksud damai serta ber-
sehingga upaya pendekatan atau penyelesaian ma-
tujuan untuk meniadakan situasi konflik, apalagi
salah adalah sangat sulit dan sangat memakan wak-
konflik senjata di antariksa. Demikian kuatnya
tu. Akan tetapi bagaimanapun dalam setiap per-
motifasi bahwa antariksa adalah untuk kepen-
masalahan terdapat celah-celah yang dapat disetujui
tingan seluruh umat manusia, sehingga hal ini
sehingga pendekatan secara musyawarah dapat di-
perlu dituangkan dalam suatu perjanjian inter-
lanjutkan.
nasional (United Nations Resolution No. 1962 I
Hambatan lain yang dirasakan adalah me-
( (XVIII) at 13 December 1963).
ngenai jumlah keanggotaan dari Komite. Dapat di-
b. Antariksa merupakan dimensi keempat dari
katakan bahwa sewaktu keanggotaan Komite masih
lingkungan bumi selain daratan, lautan dan ru-
relatif kecil jumlahnya maka masih mudah untuk
ang udara. Ilmu Pengetahuan dan teknologi an-
melakukan kontak pribadi yang memudahkan pe-
tariksa telah dapat dikembangkan sehingga me-
ngambilan keputusan. Dengan diperluasnya keang-
rupakan suatu kekuatan yang mempunyai sifat
gotaan Komite hal ini dapat memperlambat ter-
dinamika internasional dan dapat digunakan un-
capainya proses konsensus dan kadang-kadang dira-
tuk berbagai kegiatan seperti untuk komunikasi
112
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
secara global, meteorologi, navigasi, pemetaan,
jasama internasional.
monitoring berbagai polusi baik yang terjadi di
e. Permasalahan yang dapat diidentifikasi di ke-
daratan, lautan dan di ruang udara untuk men-
mudian hari adalah masalah multi disipliner dan
jaga kelestarian bumi secara total, dan merupa-
perlu adanya suatu analisa yang terintergrasi da-
kan sebagian kegiatan yang dapat dipergunakan
ri berbagai faktor seperti ilmu pengetahuan, tek-
untuk maksud damai bagi seluruh umat ma-
nologi, politik, ekonomi, hukum, dan kebudaya-
nusia. Akan tetapi pada saat yang sama telah
an. Bila tinjauan ke masa depan adalah untuk
diakui pula bahwa antariksa dapat dijadikan
menghasilkan sesuatu yang bijaksana, maka se-
suatu arena peperangan, sehingga timbul panda-
tiap elemen dari masalah harus dikaji dan di-
pat atau motivasi untuk mencegah agar anta-
evaluasi dengan mempertimbangkan kemungki-
riksa jangan sampai dijadikan tempat bagi kon-
nan konsekuensi yang akan timbul. Kadang-ka-
flik bersenjata.
dang masalah teknologi atau faktor ekonomi
c. Suatu metode untuk menjamin agar antariksa
merupakan masalah penting dalam menyelesai-
dapat dipergunakan untuk maksud damai dan
kan suatu permasalahan, sedangkan pada kea-
bukan ajang tempat peperangan, merupakan
daan lain, masalah politik atau hukum menjadi
pentingnya suatu kreasi dan terbentuknya Hu-
hal yang sangat penting untuk dipecahkan. Da-
kum Antariksa. Untuk ini perlu diciptakan suatu
pat dikatakan bahwa apapun masalahnya dalam
pola pengembangan kerjasama internasional
pencapaian suatu keputusan hal ini sangat me-
yang dapat berbentuk bilateral maupun mul-
makan waktu yang banyak. Bila diperhatikan
tilateral, dengan demikian Hukum Antariksa da-
bahwa komite dalam menyiapkan suatu perjan-
pat dirancang sesuai dengan keputusan kon-
jian internasional, apalagi menghadapi hal-hal
sensus diantara anggota Komite. Dengan demi-
yang sangat rumit, maka dalam menyiapkan
kian dapat dikatakan bahwa bukan hanya kedua
perjanjian internasional tersebut dapat memakan
Space Powers saja, Amerika Serikat dan Uni
waktu kurang iebih sepuluh tahun.
Soviet, yang membuat monopoli pengembangan
f.
Baik Komite maupun kedua Sub-komitenya me-
kegiatan di antariksa, melainkan perjanjian-per-
megang peranan yang sangat menentukan dalam
janjian yang teláh dicapai dengan adanya kerja
tercapainya proses konsensus. Ketua komite ha-
sama internasional adalah dengan partisipasi
rus cukup sensitif dalam memimpin sidang dan
atau keikutsertaan dari banyak negara.
dapat menentukan kapan saat yang paling tepat
d. Sifat dari ilmu pengetahuan dan teknologi anta-
untuk penentuan suatu persetujuan, bila di-
riksa telah memberi tekanan pada penggunaan
perkirakan tidak ada lagi keberatan dari para
antariksa untuk maksud damai, hukum hanya
pihak, maka keputusan konsensus dapat dilak-
mengatur penggunaan yang beraneka ragam
sanakan. Ketua Komite harus benar-benan netral
dari antariksa. Oleh karena sebuah satelit atau
dalam memimpin sidang dan tidak boleh me-
wahana antariksa berorbit atau mengitari ber-
maksakan kehendaknya kepada suatu negara
bagai negara tanpa memandang adanya batas
atau kelompok negara, dan ia harus mendapat
negara, oleh sebab itu perlu adanya suatu ker-
persetujuan dari semua pihak dalam menyele-
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
113
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
saikan suatu masalah. Dapat dikatakan bahwa
dipecahkan diletakkan dalam tanda kurung, se-
sukses yang telah dicapai di Komite maupun
hingga dapat diketahui apa yang masih harus
kedua Sub-Komitenya dalam mencapai konsen-
dikerjakan untuk mencapai konsesnsus. Dengan
sus dan terciptanya perjanjian internasional ten-
melalui kelompok kerja ini telah dirintis suatu
tang antariksa adalah berkat peranan para Ke-
pengertian dalam kerjasama internasional, pen-
tuanya.
capaian pelaksanaan konsensus untuk penggu-
g. Untuk mencapai suatu pensetujuan berdasarkan konsensus, proses yang harus ditempuh adalah
naan antariksa untuk maksud damai. i.
Diantara tahun 1967 dan tahun 1979 ada 5 (li-
melaiui perbuatan memberi dan menerima.
ma) buah perjanjian internasional yang telah di-
Apabila suatu masalah dikemukakan dalam
hasilkan oleh komite dan berlaku sebagai hu-
batas-batas yang wajar, maka hal ini memung-
kum positif, dan pada setiap kasus metode kon-
kinkan suatu proses yang tidak terlalu panjang
sensus telah diterapkan oleh Subkomite hukum
atau bertele-tele untuk mencapai suatu konsen-
dalam merumuskan hukum antariksa.
sus. Pengajuan suatu masalah yang cukup tajam
j.
Walaupun penggunaan konsensus sebagai me-
akan sulit untuk mencapai kata sepakat secara
kanisme pengambilan keputusan telah dibuk-
konsensus. Cukup bukti mengenai banyaknya
tikan dapat bermanfaat dan telah diuji dalam
masalah yang pelik atau cukup sulit yang
mengatasi berbagai masalah yang cukup sulit,
dihadapi oleh komite maupun kedua Sub-ko-
tidaklah dapat diharapkan bahwa metode ini se-
mitenya, akan tetapi secara berangsur, perbe-
cara otomatis dapat memecahkan semua per-
daan pendapat yang cukup tajam dapat didekat-
masalahan.
kan dan akhirnya konsensus dapat dicapai. h. Beberapa metode telah dikembangkan untuk
114
Kesimpulan
memperlancar pencapaian prosedur konsensus.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat di-
baik oleh komite maupun oleh kedua sub-ko-
tarik kesimpulan bahwa, hingga saat ini komite PBB
mitenya telah dibentuk kelompok-kelompok
tentang Penggunaan Antariksa untuk Maksud Damai
kerja (Working Group) untuk melaksanakan
telah berhasil menyiapkan 5 (lima) buah perjanjian
diskusi-diskusi, dalam menyelesaikan masalah.
internasional tentang keantariksaan. Pembahasan da-
Kelompok kerja dapat membentuk suatu ke-
lam komite untuk menyiapkan kelima perjanjian
lompok kerja yang lebih kecil lagi, satu kelom-
tersebut telah memakan waktu yang sangat panjang
pok kerja mini, untuk melakukan pendekatan
dan kadang-kadang berlarut-larut. Bagaimanapun
yang lebih informal dalam memecahkan ma-
hasil yang dicapai oleh komite telah mempercepat
salah yang pelik atau membuat suatu perumusan
penerimaan hasil tersebut di Majeiis Umum PBB
perjanjian, hingga akhirnya dicapai suatu ke-
dan diratifikasinya perjanjian internasional tersebut
sepakatan yang tentunya sifatnya masih infor-
oleh sebagian besar negara. Secara umum dapat di-
mal. Dalam praktek biasanya persetujuan dapat
katakan bahwa kelima perjanjian internasional yang
dicapai, dan dirumuskannya suatu persetujuan,
dihasilkan komite telah diterima oleh masyarakat
dan untuk masalah-masalah yang belum dapat
internasional. Hanya pada perjanjian tentang Bulan
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
agak mengalami hambatan dalam pelaksanaan rati-
masih mengandung unsur suara terbanyak, yang
fikasi oleh beberapa negara maju, di antaranya oleh
sudah barang tentu kurang dapat diterima oleh seba-
Amerika Serikat, hal ini disebabkan karena prinsip
gian kecil negara, apalagi negara-negara tersebut
mengenai eksploitasi bulan belum dapat diterima
adalah negara-negara maju.
oleh negara-negara maju tersebut, walaupun sudah
Di masa mendatang perlu dipertimbangkan,
ada konsesnsus di komite. Memang benar bahwa
apakah suatu kompromi itu mungkin dilakukan oleh
dalam pengambilan keputusan secara konsensus ter-
69 (enam puluh sembilan) negara, yang pada dasar-
dapat suatu kompromi didalamnya, akan tetapi ini
nya mempunyai pandangan politik yang berbeda,
tidak berarti bahwa tidak ada keberatan, itulah
kepentingan sosial ekonomi yang berlainan dan
sebabnya maka kelima perjanjian internasional yang
perbedaan kemajuan dan tingkatan teknologi. De-
telah disiapkan oleh komite belum diratifikasi oleh
ngan suasana semacam ini apakah sistem konsensus
sebagian negara maju kanena masih ada beberapa
senantiasa masih dapat dilaksanakan? Apakah tidak
prinsip yang merupakan keberatan dari negara-ne-
sebaiknya dikatakan bahwa sistem konsensus itu
gara maju tersebut.
telah berhasil dilaksanakan sewaktu anggota komite
Di samping keberhasilan yang telah dicapai,
masih relatif kecil? Ataukah belum ada suatu pemi-
komite masih mengalami beberapa masalah, salah
kiran alternatif sistem lain dalam pengambilan
satu diantaranya adalah masalah pengambilan kepu-
keputusan.
tusan secara konsensus. Bila diperhatikan terdapat kepentingan yang berbeda antara negara-negara ber-
Daftar Pustaka
kembang dan negara-negara maju, yang menonjol
Abdurrasyid Priyatna, “Kedaulatan Negara Di Ru-
adalah perbedaan di bidang teknologi. Negara-ne-
ang Udara”, Pusat Penelitian Hukum Ang-
gara berkembang mempunyai keinginan yang besar
kasa, Jakarta, 1972.
untuk ikut serta dalam kegiatan antariksa baik seka-
Abdurrasyid Priyatna, “Pengantar Hukum Ruang
rang maupun dikemudian hari dan mereka juga
Angkasa dan Space Treaty, 1967”, Bina
mempunyai kepentingan untuk melindungi kedau-
Cipta, Bandung, 1977.
latan negaranya sebagai akibat dari kegiatan an-
Agreement on Rescue of Astronouts and Return of
tariksa. Sedangkan negara-negara maju yang me-
Objects Launched into Outer Space of 1968
miliki teknologi antariksa semakin maju, sehingga
(Rescue Agreement, 1968), yang telah
terdapat suatu perbedaan kepentingan antara negara-
diratifikasi
negara maju dan negara-negara berkembang, de-
Indonesia Nomor 4 Tahun 1999.
dengan
Keppres
Republik
ngan demikian sulit diketemukan persamaan pen-
Bupendra, J., dalam buku “Outer Space A new
dapat dan ditemukannya kata sepakat di dalam ko-
Demension of the Arms Rase, Stockholn
mite. Masalah lain yang dihadapi komite adalah se-
Internasional”, Peace Reserach Institute.
makin besarnya jumlah anggota komite, sehingga
Taylor & Trancis Ltd, London, 1982.
semakin sulit untuk mencapai kata sepakat dalam
Burgenthal I., “Law Making in the International
pengambilan keputusan secara konsensus. Pada
Civil Aviation Organization”, Syracuse
umumnya dalam suatu kompromi yang diterima
University Press, 1969.
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
115
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Convention on International Liability for Damages Caused by Space Objects of, 1972 (Liability
Croweli, Company, New York, 1964.
Convention, 1972), yang telah diratifikasi
Golloway Eiline., “Consensus Decision making by
dengan Keppres Republik Indonesia Nomor
the United Nations Committee on the
20 Tahun 1996.
Peaceful Uses of Outer Space”, Journal of
Convention on Registration of Objects Launched into Outer Space (Registration Convention, 1975),
yang
telah
diratifikasi
dengan
Keppres Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997. Draf
Naskah
Space Law, Volume 7, 1979. Golloway Eiline, “Perspective of Space Law”, Journal of Space Law, Volume 9, 1981. Hambali Yasidi, “Hukum dan Politik Kedirgantaraan”, Pradnya Paramita, Jakarta, 1994.
Akademik
RUU
tentang
keantariksaan, LAPAN Jakarta, 2008.
Haanappenelitie P. P.C, “Decision Making and Law Maki~ in the UN.COPUOS”, Center for
General Assembly Resulution No. 1962 (XVII), of
Research of Air and Space Law, Mc. Gill
13 December 1963, Declaration of legal
University, Mountreal-Canada, 1981.
Principles Governing the Activities in Outer
Komar Kantaatmadja Mieke, “Berbagai Masalah
Space.
Hukum Udara dan Angkasa”, Remadja Kar-
General Assembly Resulution No. 2222 (XXI) of 19 December 1966, Commands the Text of the Outer Space Treaty.
9 December 1967, Commands the Text_of the Agreement on Rescue and Return of Astronauts and Space Objects.
November
1971,
Riches, “Majority Rule in International Organi-
Commands
mity to Majority Decision”, The John Hopkins Press, Baltimore, 1940. Saefullah. E.Wiradipradja, “Hukum Angkasa dan Perkembangannya”,
General Assembly Resulution, No. 2777 (XXVI) of 29
ya, Bandung, 1984.
zation : A Study of the Trend from Unani-
General Assembly Resulution, No. 2345 (XXII) of
Remadja
Karya,
Bandung, 1988.
the
Space Exploration and Applications, The United
Convention on International Liability for
Nations Conference on the Exploration and
Damage Caused y Space Objects.
Peacefull Uses of Outer Space, Vienna, 14-
General Assembly Resulution, No. 3235 (XXIV) of 12
November
1974,
Commands
the
27 August 1968. Supancana Ida Bagus Rahmadi, “Peranan Hukum
convention on Registration of Objects
dalam
Launched into Outer Space.
Mitra karya, Jakarta, 2003.
General Assembly Resulution, No. 34/68 of 5 December 1979, on the Report of the
116
Goodrich L.M., “The United Nations”, Thomas Y,
Pembangunan
Kedirgantaraan”,
United Nations, Doc. No. A/AC105/193 - 1977 , Space Activies and Resaurces.
Special Political Committee (A/34/664),
United Nations, Doc. No. A/37/646 - 1982.
Agreement Governing the Activities of
Principle Governing the Use by States of
States on the Moon and Other Celestia]
Artificial Earth Satellites for International
Bodies.
Direct Television Broadcasting. Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Kajian Pembentukan Hukum Internasional di Komite Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Treaty on Principles Governing the Activities of
United Nations, Doc. A/AC.105/358 - 1986, Space
States in the Exploration and Use of Outer
Activities of the United Nations and
Space of 1967 (Traktat Antariksa, 1967),
International Organization.
yang telah diratifikasi dengan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2002;
United Nations, Doc. No. A/41/751 - 1987, Principles Relating to Remote Sensing. Vienna Convention 1969, on the Law of Treaties.
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
117