KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR TRADISIONAL KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN Oleh M. MUHAMAD RUSMIN NURYADIN (
[email protected])
Abstark Tujuan dari kajian pembangunan pasar tradisional Kota Banjarbaru adalah untuk 1) Mengidentifikasi berbagai spot yang merupakan tempat terjadinya jual beli dalam skala yang relatif kecil yang terletak di Wilayah Kota Banjarbaru. 2) Menentukan lokasi optimal tempat pendirian pasar tradisional sesuai kebutuhan di wilayah Kota Banjarbaru. metode digunakan adalah a).Metode deskriptif analitis, yaitu metode yang mencoba menggambarkan keberadaan spot yang menjadi cikal bakal pasar tradisional di Kota Banjarbaru dan menggambarkan kondisi faktor-faktor penentu untuk menilai apakah spot cikal bakal pasar merupakan lokasi yang tepat untuk membangun pasar tradisional. c).Analitical Hirarki Proses (AHP). Hasil penelitian menunjuukan bahwa 1) Pasar-pasar skala kecil yang merupakan cial bakal berkembangnya aktifitas jual beli masyarakat sebanyak 22 buah tersebar di 5 (lima) Kecamatan. Kecamatan Landasan Ulin 8 buah, Kecamatan Liang Anggang 7 buah, Kecamatan Cempaka 2 buah, kecamatan Banjarbaru Utara 3 buah dan kecamatan Banjarbaru Selatan 2 buah. 2) Lokasi Optimal Pasar Tradisional berdasar identifikasi awal terpilih 3 titik lokasi yakni di Kecamatan Banjarbaru Utara Kelurahan Loktabat Utara, Kecamatan Landasan Ulin Kelurahan Guntung Manggis, dan Kecamatan Cempaka Kelurahan Cempaka. Dengan memperhatikan berbagai dukungan sumberdaya dan pertimbangan kepentingan maka ditentukan sebanyak 2 (dua) titik pembangunan yaitu Kecamatan Banjarbaru Utara Kelurahan Loktabat Utara tepatnya di Jalan Karang Anyar II. dan Kecamatan Cempaka kelurahan Cempaka tepatnya di lokasi Pasar belakang polsek. Kata Kunci : Pasar Tradisional Secara naluriah manusia akan terus berupaya memenuhi kebutuhannya melalui transaksi. Proses untuk pemenuhan itu melibatkan berbagai aspek, tidak hanya kemampuan ekonomi, serta ketersediaan barang dan jasa, tetapi adanya tempat bertransaksi juga sangat penting untuk diperhatikan. Dalam hal dimana tingkat kebutuhan masyarakat semakin kompleks, penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup terbentuk melalui mekanisme yang alami. Akibatnya muncul berbagai titik (spot) tempat jual beli yang terkonsentrasi dari berbagai macam produk dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Spot ini dapat muncul berbagai lokasi sebagai hasil dari pengamatan sederhana pelaku ekonomi. Berbagai manfaat keberadaan spot ini antara lain seperti aksesibilitas yang mudah, kepraktisan, dan harga yang cukup terjangkau. Dengan demikian, kondisi ini membuat berbagai spot yang ada cukup ramai disinggahi utamanya bagi masyarakat sekitar yang secara sengaja menuju ke tempat tersebut atau karena tempatnya berada pada jalur laluan ke tempat aktivitas
utama mereka. Manfaat ekonomi bagi masyarakat yaitu adanya peningkatan taraf hidup masyarakat dari adanya aktivitas perdagangan yang terjadi. Selain memudahkan masyarakat melalui kemudahan membeli berbagai kebutuhan hidup tetapi juga memberikan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan penjual. Selain manfaat yang ditawarkan, ada berbagai kendala terkait keberadaan spot. Pengelolaan yang dilakukan secara mandiri oleh pedagang dan pemilik tanah dimana pedagang yang terlibat di spot tersebut bukan merupakan penduduk setempat dan berpindah-pindah mendatangi hari pasar yang telah mereka tetapkan sebelumnya. Dengan pola pengelolaan seperti ini, masyarakat setempat tidak dapat mendapatkan manfaat yang optimal karena nilai tambah terbesar dikuasai oleh pedagang yang sebenarnya kemungkinan besar bukan warga setempat. Terkonsentrasinya masyarakat dalam satu waktu juga dapat menimbulkan masalah. Kemacetan akibat penyempitan jalan yang disebabkan kurang baiknya penatatan layout lapak dan sempitnya lahan parkir yang membuat orang parkir di badan jalan, sering dikeluhkan pengguna jalan di sekitar lokasi. Selain itu, permasalahan kebersihan kebanyakan menjadi tantang utama tepat seperti ini. Dengan bentuk kepemilikan yang umumnya milik pribadi (bukan milik pemerintah), sedangkan pengelolaan kebersihan lingkungan yang dibebankan pada pemerintah setempat, sehingga ini rentan dengan permasalahan. Perhatian umum pedagang dan pengunjung di tempat seperti ini lebih mengutamakan harga yang relatif murah dan lokasi yang mudah dijangkau sehingga terkadang mengabaikan faktor kebersihan lingkungan. Bila tidak diantisipasi dengan baik, berbagai permasalahan yang ada dapat menjadi semakin kompleks di masa yang akan datang. Proses perpindahan perkantoran pemerintahan Provinsi Kalimanan Selatan dari Banjarmasin ke Banjarbaru membuat pertambahan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Kota Banjarbaru menjadi semakin tinggi, dimana selama peroide 2007-2011 penduduk telah tumbuh 31,47% (159. 230- 209.547 Jiwa) Untuk mengakomodir lonjakan kepadatan penduduk di wilayah Kota Banjarbaru, sesuai amanat Otonomi daerah, menjadi pendorong terjadinya berbagai perubahan di pemerintah pusat maupun daerah (provinsi dan kabupaten/kota). Perubahan tersebut menyangkut tidak hanya kewenangan sumber daya manusia aparatur, sumber keuangan daerah, tetapi juga penyediaan sarana publik yang semakin baik. Menurut Jayadinata (1999), pembangunan tidak dapat berjalan dengan lancar jika prasarana tidak baik. Jadi prasarana dapat dianggap sebagai faktor potensial dalam menentukan masa depan dari perkembangan suatu wilayah perkotaan dan
perdesaan. Dalam upaya menentukan masa depan perkembangan wilayah, Pemerintah Kota Banjarbaru merencanakan untuk mempersiapkan sejumlah infrastruktur dasar yaitu berdirinya beberapa pasar tradisional, yang hal ini juga telah tertuang dalam RPJMD Kota Banjarbaru 2011-2015. Namun dalam upaya mewujudkan hal itu, perlu dilakukan kajian secara teknis mengenai rencana pendirian pasar yang diawali dengan pengidentifikasian berbagai spot yang sudah ada di wilayah Kota Banjarbaru, yang dianggap sebagai rintisan dan cikal bakal berdirinya pasar tradisional. Pengidentifikasian spot yang telah ada di wilayah Kota Banjarbaru kemudian perlu dikaji secara mendalam mengenai kemungkinan dikembangkannya spot tersebut menjadi pasar tradisional dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti kepadatan penduduk, lokasi, topografi tanah, luas lahan, status kepemilikan, aksesibilitas, dan infrastruktur pendukung, dan lain sebagainya. Sehingga dengan mempertimbangkan berbagai aspek tersebut dapat menghasilkan rekomendasi mengenai jumlah pasar tradisinal baru yang dibutuhkan dan lokasi yang paling tepat untuk mendirikannya. Berbagai metode dapat diimplementasikan dalam pengelolaan pasar tradisional di Kota Banjarbaru. Identitias kota yang dituangkan dalam visi dan misi kota, yang termaktub dalam RPJPD Kota Banjarbaru 2011-2030, yang dijabarkan secara detail dalam RPJMD Kota Banjarbaru 2011-2015 harus dapat diakomodasi dalam pemilihan alternatif pengelolaan pasar yang terbaik.
METODE PENELITIAN Tujuan dari kajian pembangunan pasar tradisional Kota Banjarbaru adalah untuk 1) Mengidentifikasi berbagai spot yang merupakan tempat terjadinya jual beli dalam skala yang relatif kecil yang terletak di Wilayah Kota Banjarbaru. 2) Menentukan lokasi optimal tempat pendirian pasar tradisional sesuai kebutuhan di wilayah Kota Banjarbaru. Yang disajikan dalam bentuk keragka penelitian berikut:
Fenomena Ekonomi, Kependudukan, Sosial, Infrastruktur, dan Lingkungan Kota Banjarbaru
Proyeksi Berbagai Aspek
Visi, Misi, RPJPD, RPJMD, RTRW Kota Banjarbaru Keberadaan Spot
Identifikasi Spot
Kriteria Faktor Penentu Lokasi Pasar
Kebutuhan Jumlah Pasar Tradisional Ideal Analisis Matriks Alternatif Lokasi Pasar Tradisional
Lokasi Optimal Pembangunan Pasar Gambaran Alternatif Pengelolaan Pasar Tradisioanl Kesimpulan & Rekomendasi
Data digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer difokuskan untuk menggali permasalahan kualitatif yang dilakukan dengan indepth interview, dan observasi di lapangan. Data sekunder yang digunakan dalam kajian ini adalah diperoleh dari berbagai dokumen yang bersumber dari BPS Kota Banjarbaru, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pengelolaan Pasar Kota Banjarmasin, serta berbagai sumber dan publikasi yang relevan. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud, metode digunakan adalah a).Metode deskriptif
analitis, yaitu metode yang mencoba menggambarkan keberadaan spot yang menjadi cikal bakal pasar tradisional di Kota Banjarbaru, serta memuat gambaran kondisi faktor-faktor penentu untuk menilai apakah spot cikal bakal pasar merupakan lokasi yang tepat untuk membangun pasar tradisional. b).Analitical Hirarki Proses (AHP), Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor lokasi penentu pasar di Kota Banjarbaru berdasarkan persepsi dan preferensi berbagai sumber yang diperoleh melalui kuisioner sehingga diperoleh lokasi yang tepat.. Variabel-variabel yang diujikan dalam kuisioner tersebut merupakan hasil dari kajian literatur. Variabelvariabel tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut: Tabel 1. Faktor Penentu Lokasi Pasar NO.
VARIABEL/FAKTOR PENENTU LOKASI PASAR
K1
Ketersediaan lahan termasuk Iuasannya
K2
Kondisi lahan yang relatif datar/ tingkat kemiringan lahan yang relatif rendah
K3
Lahan yang bebas banjir
K4
Adanya jaringan jalan ke lokasi
K5
Tersedianya alat angkutan ke lokasi
K6
Lokasi lahan yang dekat dengan pemukiman penduduk
K7
Lokasi yang mempunyai kepadatan penduduk relatif tinggi ( > 50 jiwa/ha)
K8
Ketersediaan sarana pembuangan limbah
K9
Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Kota Banjarbaru
Interval nilai skala penilaian masing-masing variabel adalah 1 sampai dengan 5. Nilai 1 berarti sangat tidak berpengaruh, nilai 2 berarti tidak berpengaruh, nilai 3 berarti biasa, nilai 4 berarti berpengaruh dan nilai 5 berarti sangat berpengaruh. Nilai 3 merupakan nilai tengah dalam skala interval penilaian fin yang menentukan tingkat pengaruh suatu faktor. Suatu faktor apabila nilainya berada di atas nilai tengah maka hal itu berarti bahwa faktor tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi dan sebaliknya, apabila nilai tersebut berada di bawah nilai tengah maka itu berarti bahwa faktor tersebut tidak mempengaruhi penentuan lokasi pasar di Kota Banjarbaru. Faktor-faktor yang telah tersaring dalam pengolahan metode ini nantinya akan dipakai untuk menganalisis lokasi optimal pembangunan pasar di Kota Banjarbaru dan mengisi hirarki pada level kriteria dalam Proses Hirarki Analitik (PHA).
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Identifikasi Pasar Kota Banjarbaru Pasar yang berkembang di Kota Banjarbaru jika dilihat dari kelas mutu pelayanan yang diberikan dapat berupa Pasar Modern dan Pasar Tradisional. Dimana hingga tahun 2012 terdiri dari Pasar Modern 2 buah, pasar tradisional 3 buah. Selain Pasar-pasar tersebut berkembang pula pasar keget yang berada pada lingkungan sekitar atau berupa cikal bakal pasar yang jumlahnya mencapai 22 buah. Khusus untuk cikal bakal pasar sebagai berikut: 1). Pasar Kaget Kecamatan Landasan Ulin Menurut Kelurahan No 1.
Landasan Ulin Timur
2.
Guntung Payung
3.
Syamsudin Noor
4.
2)
Kelurahan
Guntung Manggis
Jml Pedagang
Lokasi Pasar 1.Belakang Kamaratih 2.Samping Kelurahan Guntung Payung 3.Jl. Bina Putra 4.Jl. Bina Putra 5.Jl. Kasturi 6. Jl. Karang Rejo 7. Samping Brimob 8. Sampig Kel. Guntung Manggis
Pengelola Masyarakat
136 47 232
Pemilik Tanah Pemilik Tanah Masyarakat Masyarakat Masyarakat Masyarakat
Pasar Kaget Kecamatan Liang Anggang Menurut Kelurahan No
1.
Kelurahan
Landasan Ulin Tengah
Lokasi Pasar 1. Jl. Peramuan 2.Samping Polsek Liang Anggang 3. Samping POM
Jml Pedagang 210 79
Pengelola CV. Idaman Pemilik Tanah Pemilik Tanah
2.
Landasan Ulin Barat
4.Jl.A Yani Sebrang POM
Masyarakat
3.
Landasan Ulin Utara
Masyarakat Banlo Kelurahan
4.
Landasan Ulin Selatan
5.Jln Golf 6. Belakang Kel Landasan Ulin Selatan 7. Jl.Pelaihari(pembataan)
Banlo Kelurahan
3) Pasar Kaget Kecamatan Cempaka Menurut Kelurahan No
Kelurahan
Lokasi Pasar
1. 2.
Bangkal Sungai Tiung
Pasar Bangkal Tidak ada
3.
Cempaka
Belakang Polsek
4.
Palm
Tradisional Palm
Jml Pedagang 233 247
Pengelola Banlo Kelurahan Banlo Kelurahan Koperasi
4) Pasar Kaget Kecamatan Banjarbaru Utara Menurut Kelurahan No
Kelurahan
1.
Loktabat Utara
2. 3. 4.
Mentaos Komet Sungai Ulin
Lokasi Pasar 1. Jl.Karang Anyar 2. Jl.Megaria Lapangan Puma Tidak ada Tidak ada Komplek Permata Biru
Jml Pedagang 190
Pengelola Pemilik Tanah Masyarakat
Masyarakat
5) Pasar Kaget Kecamatan Banjarbaru Selatan Menurut Kelurahan No
Kelurahan
Lokasi Pasar
1.
Loktabat Selatan
Jl.RO Ulin
2.
Kemuning
Tidak ada
3.
Lok Paikat
Tidak ada
4.
Sungai Besar
Depan Toko Seto
Jml Pedagang
Pengelola Masyarakat
Masyarakat
2. Penetuan Lokasi Pasar Tradisional Melalui kajian ini dibatasi pada hal-hal utama diantaranya; 1) Jumlah penduduk sebagai dasar permintaan, 2) Ketersediaan Lokasi, 3) aksesbilitas lingkungan seperti jalan maupun kedekatan dengan pemukiman, 4) dukungan politik, dan 5) jarak dengan pasar terdekat. Selain hal tersebut penentuan pilihan pembangunan lokasi pasar tradisional akan dilakukan melalui pertimbangan akan; pemerataan penyebaran lokasi Kecamatan yakni pertama, pada KecamatanKecamatan yang belum ada pasar tradisionalnya. Kedua, ditinjau dari wilayah pelayanannya yakni ada 2 (dua) pola yang dapat dikembangkan
yaitu: 1) Mengembangkan lokasi pasar
kaget/lingkungan yang sudah ada. 2) Menentukan lokasi pasar tradisional yang baru. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah pertimbangan akan potensi yang berkembang dan kendala yang ada di lokasi tersebut. Berdasar uraian diatas maka penentuan lokasi akan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: tahap pertama, mengidentifikasi terhadap cikal bakal pasar lingkungan, hal ini dilakukan untuk melihat daya dukung lingkungan dan masyarakat akan keberadaaan pasar, baik itu Jumlah pasar, luas, tipe dan lokasi pasar yang lama, maupun kunjungan jumlah pedagang, jumlahnya lokasi pembangunan disesuaikan dengan keperluan. Tahap Kedua, menidentifikasi akan faktor-faktor penentu akan lokasi pembangunan terhadap hasil kajian tahap pertama baik
itu dengan memberi rangking terhadap faktor penentu maupun melalui
pendapat dari
stakeholder maupun ahli. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dari identifikasi keberadaan dan perkembangan pasar kaget/tradisional yang ada di Kota Banjarbaru, baik dilihat dari jumlah lokasi pasar, waktu operasional, jumlah pedagang, luas pasar maupun pengelolaannya sebagaimana disajikan pada bagian 1 maka titik lokasi pasar tradisional yang akan dibangun berada di : 1) Kecamatan Banjarbaru Utara : Pasar Tradisional Idaman
(Jalan Karang Anyar) di Kelurahan
Loktabat Utara. 2) Kecamatan Landasan Ulin : Pasar jalan Karang Rejo di Kelurahan Guntung Manggis. 3) Kecamatan Cempaka : Pasar Cempaka di Kelurahan Cempaka. Daya dukung lokasi-lokasi tersebut dapat di jelaskan sebagaimana tabel 2 berikut: Tabel 2. Daya Dukung Lokasi Pasar Tradisional Terpilih Kota Banjarbaru No 1
2
3
Daya Dukung Data Lokasi Kecamatan Banjarbaru Utara Kelurahan Loktabat Utara a. Penduduk 18.453 Jiwa b. Penduduk Sekitar -Kel. Guntung Payung 6.796 jiwa -Desa Cindai Alus Kec. Martapura Banjar c. Aksebilitas Jalan Poros lingkungan sudah ada, berada disekitar komplek pemukiman d. Pasar Terdekat Pasar kaget idaman jl. Karang Anyar, pasar kaget jl.Megaria lapangan Puma e. Alternatif Lokasi pasar Jl. Karang Anyar II Lokasi Kecamatan Landasan Ulin Kelurahan Guntung Manggis a. Penduduk 20.962 Jiwa b. Penduduk Sekitar -Kel. Guntung Payung 6.796 jiwa -Kel.Loktabat Selatan 8.775 jiwa c. Aksebilitas Jalan Poros lingkungan sudah ada, dan berada di sekitar komplek perumahan d. Pasar Terdekat Pasar kaget jl. Karang Rejo, pasar kaget jl.RO Ulin dan Samping Kelurahan Loktabat Selatan e. Alternatif Lokasi pasar Belum Ada atau negosiasi dengan R.P Soeprapto lokasi pasar Kaget Jl. Karang Rejo Lokasi Kecamatan Cempaka Kelurahan Cempaka a. Penduduk 13.622 Jiwa b. Penduduk Sekitar -Kel. Sungai Tiung 8.382 jiwa -Kel.Sungai Besar 18.491 jiwa c. Aksebilitas Jalan Poros lingkungan sudah ada, dan berada di pemukiman Penduduk d. Pasar Terdekat Pasar kaget muka seto Sungai Besar e. Alternatif Lokasi pasar Relokasi Pasar belakang Polsek milik Pemko
Keterangan
Melalui Metode analisis AHP terhadap 3 (tiga) Lokasi pasar tersebut diperoleh rangking
keseluruhan berdasarkan skor sebagai berikut. Lokasi Skor Skor (%) Lokasi 1 3423,0 34,23 Lokasi 2 2832,7 28,32 Lokasi 3 3744,3 37,44
Rangking 2 3 1
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa prioritas tertinggi diperoleh oleh Lokasi 3 (Lokasi Kecamatan Cempaka Kelurahan Cempaka), kemudian disusul dengan Lokasi 1 (Lokasi Kecamatan Banjarbaru Utara Kelurahan Loktabat Utara) dan terakhir dengan rangking terendah terdapat pada Lokasi 2 (Lokasi Kecamatan Landasan Ulin Kelurahan Guntung Manggis). Pasar Tradisional Idaman (Karang Anyar) dan Pasar Kaget Karang Rejo sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pasar tradisional, karena ditunjang lokasi pasar yang strategis, waktu operasi yang tepat, jumlah pedagang memadai, luas pasar yang cukup dan adanya pengelola. Namun kepemilikan lahan lokasi pasar tradisional Idaman oleh perorangan yang luasnya 35m x 100m dan sebahagian lahan ini sudah dijual oleh pemiliknya. Sedangkan lahan untuk lokasi pasar kaget Karang Rejo hanya dipijami sementara oleh pengusaha R.P. Soeparto, yang sewaktu-waktu lahan ini dapat diambil oleh pemiliknya untuk dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih produktif; oleh karena itu ke 2 (dua) pasar tersebut ke depan tidak dapat lagi dikembangkan di lahan tersebut dan pemangku kepentingan berkewajiban untuk menentukan titik lokasi pasar tradisional yang baru. Hasil indept interview yang dilakukan peneliti, Camat Banjarbaru Utara telah memberikan respon yang positf terhadap permasalahan tersebut, sehingga dengan mempertimbangkan daya dukung rancangan perencanaan tata ruang Kecamatan, banyaknya komplek perumahan yang baru tumbuh, daya beli masyarakat yang cukup tinggi dan tersedianya lahan (rencana zoning pasar) oleh Kecamatan kurang lebih 1 ha, maka dengan pertimbangan tersebut tim peneliti dapat menentukan titik lokasi pasar tradisional yang baru adalah di Kecamatan Banjarbaru Utara di Jalan Karang Anyar II (sesuai rencana zoning pasar). Kemudian untuk menentukan titik lokasi pasar tradisional yang ke 2 (dua), berdasarkan observasi tim peneliti dari keberadaan dan perkembangan pasar kaget atau tradisional yang ada di Kota Banjarbaru, dengan pola mengembangkan lokasi pasar lingkungan/kaget yang sudah ada, melalui pertimbangan Jumlah penduduk, lokasi pasar, jumlah pedagang, luas pasar dan pengelola; maka titik lokasi pasar tradisional yang dipilih adalah Pasar Cempaka di Kelurahan Cempaka Kecamatan Cempaka.
Selain pertimbangan tersebut Pasar Lingkungan Cempaka ditinjau dari sudut pandang luas wilayah pelayanan lebih efektif, dibandingkan dengan Pasar Tradisional Palm yang berada dikecamatan cempaka itu sendiri, karena didukung luas wilayah Kelurahan Cempaka (80,65 ha), penduduk terbanyak (13.662 jiwa), dekat dengan pemukiman penduduk, banyak komplek perumahan dan perkantoran, aksesibilitas transportasi, luas dan tipe lokasi pasar dan berdekatan dengan Kelurahan Sungai Besar Kecamatan Banjarbaru Selatan.
SIMPULAN 1) Pasar-pasar skala kecil yang merupakan cial bakal berkembangnya aktifitas jual beli masyarakat sebanyak 22 buah tersebar di 5 (lima) Kecamatan. Kecamatan Landasan Ulin 8 buah, Kecamatan Liang Anggang 7 buah, Kecamatan Cempaka 2 buah, kecamatan Banjarbaru Utara 3 buah dan kecamatan Banjarbaru Selatan 2 buah. 2) Lokasi Optimal Pasar Tradisional berdasar identifikasi awal terpilih 3 titik lokasi yakni di Kecamatan Banjarbaru Utara Kelurahan Loktabat Utara, Kecamatan Landasan Ulin Kelurahan Guntung Manggis, dan Kecamatan Cempaka Kelurahan Cempaka. Dengan memperhatikan berbagai dukungan sumberdaya dan pertimbangan kepentingan maka ditentukan sebanyak 2 (dua) titik pembangunan yaitu Kecamatan Banjarbaru Utara Kelurahan Loktabat Utara tepatnya di Jalan Karang Anyar II. dan Kecamatan Cempaka kelurahan Cempaka tepatnya di lokasi Pasar belakang polsek. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Banjarbaru 2012, Kota Banjarbaru Dalam Angka. Banjarbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Banjarbaru 2012, Kecamatan Dalam Angka. Banjarbaru Chiara, Joseph dan E Lee Koppelman. 1997. Standar Perencanaan Tapak. Jakarta: Penerbit PT. Erlangga. Dewar, David and Vanessa Watson.1990. Urban Market Developing Informal Rontledge. London
Retailing.
Djojodipuro, Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Ristyanto, Yanuar. 2004. Evaluasi Alternatif Lokasi Pasar Induk Sayur Di Kota Surabaya, Tugas Akhir Tidak Diterbitkan, Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro, Semarang.