KAJIAN OPTIMISASI BIAYA PRODUKSI DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. FEDERAL KARYATAMA
Oleh LONY DUTA PRATAMA H24087038
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
52
KAJIAN OPTIMISASI BIAYA PRODUKSI DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. FEDERAL KARYATAMA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh LONY DUTA PRATAMA H24087038
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
53
Judul skripsi
: Kajian Optimisasi Biaya Produksi Dan Persediaan Bahan Baku Pada PT. Federal Karyatama.
Nama
: Lony Duta Pratama.
NIM
: H 24087038
Menyetujui Pembimbing,
(Ir. Pramono D Fewidarto, M.Sc.) NIP 195802021984031003
Mengetahui : Ketua Departemen,
(Dr.Ir Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP 19610123986011002
Tanggal lulus :
54
RINGKASAN
LONY DUTA PRATAMA. H24087038. Kajian optimisasi biaya produksi dan persediaan bahan baku pada PT. FEDERAL KARYATAMA. Di bawah bimbingan PRAMONO D FEWIDARTO
Pertambahan jumlah kendaraan roda dua sangatlah pesat, menuut data Kepolisian Daerah Metro Jaya tahun 2002-2007 menunjukkan, pertumbuhan jumlah sepeda motor di Jakarta rata-rata 327.540 unit per tahun atau 897 unit per hari. Persaingan diantara para produsen oli mendorong setiap perusahaan untuk mengendalikan produksinya pada setiap lini agar tercapai efisiensi untuk mengurangi biaya produksi. Optimisasi produksi sangat penting mengingat bahwa perusahaan memiliki sumberdaya yang terbatas dan kombinasi produksi yang tepat dapat menekan biaya produksi perusahaan, dan sebaliknya produksi yang tidak optimal akan dapat membuat perusahaan menderita kerugian. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mempelajari pola produksi PT. FKT, dan mengidentifikasi parameter-parameter yang dibutuhkan untuk perumusan formulasi penetapan kombinasi produk dan tingkat persediaan optimal 2) Menghitung dan menganalisis kombinasi produk yang optimal dan menetapkan tingkat persediaan optimal. Peramalan permintaan menggunakan data historis, yaitu data time series total produksi produk dari tahun 2008 sampai dengan 2010, dilakukan dengan menggunakan menggunakan metode weighted moving average. Metode ini dipilih karena pada kasus rencana produksi PT. FKT, metode weighted moving average memiliki tingkat kesalahan paling kecil. Jumlah botol yang diproduksi dengan peramalan metode weighted moving average hanya terpaut sedikit dengan rencana produksi PT.FKT tetapi dengan kombinasi jumlah setiap produk yang berbeda. Total rencana produk PT FKT adalah 49.135.200 botol, sedangkan pada penelitian ini total rencana produksi adalah 49.135.075 botol. Biaya produksi dengan menggunakan rencana produksi PT. FKT adalah sebesar Rp 682.999.878.207. sedangkan dalam penelitian ini didapatkan perkiraan total biaya produksi adalah sebesar Rp 682.682.142.425. Manajemen persediaan bahan baku pada PT. FKT menggunakan sistem continuous review pada keseluruhan bahan untuk memproduksi produk Z1 hingga Z8 berikut botol kemasannya. Total biaya minimum dapat dilakukan dengan menemukan kombinasi produksi yang dapat meminimumkan biaya produksi. Biaya yang digunakan adalah biaya produksi dari bahan dibeli hingga proses blending dan oli dikemas pada botol. Terdapat selisih sebesar Rp, 619.047.446 antara rencana produksi yang telah disusun oleh pihak PT. FKT dengan hasil optimisasi. Total cost yang terjadi selama periode produksi 2011 diperkirakan sebesar Rp 5.959.940.670. Bahan A adalah bahan baku yang memiliki biaya inventory yang paling tinggi diantara 12 bahan yang lainnya, ini disebabkan bahan baku A adalah bahan yang paling banyak digunakan, yaitu hampir 80 persen dibanding bahan cair lainnya sehingga biaya pemesanan dan pengiriman menjadi mahal.
55
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidoarjo pada tanggal 21 Maret 1987, Dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari ayahanda Djoko Pribadi dan ibunda Yuda Ningsih. Penulis menyelesaikan pendidikan formalnya di SDN Pucang 1 Sidoarjo, dilanjutkan di SMPN 1 Sidoarjo. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Serpong. Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas, penulis melanjutkan pendidikan Diploma III pada Program Studi Perencanaan Dan Monitoring Pembangunan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, kemudian pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen , Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertaniaan Bogor.
56
KATA PENGANTAR
Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Manajemen Alih Jenis, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berjudul Kajian optimisasi biaya produksi dan persediaan bahan baku pada PT FEDERAL KARYATAMA. Penulis selalu berusaha agar skripsi ini disusun dengan sebaik mungkin. Namun demikian, saran dan kritik untuk perbaikan yang bersifat membangun dalam penulisan ini sangat diharapkan. Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, serta membalas kebaikan semua pihak yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungannya kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.
Bogor, September 2011
Penulis.
57
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyusunan skripsi telah banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis banyak berterimakasih kepada : 1. Ir, Pramono D Fewidarto, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan pada penulis dan Seluruh staf pendidikan dan staf kependidikan Program Sarjana Alih Jenis Manajemen yang telah membantu penulis selama menjalankan kegiatan perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini. 2. Ibunda Yuda Ningsih dan Ayahhanda Djoko Pribadi terimakasih yang begitu luar biasa atas perhatian , dukungan dan doanya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Prio Adipurwanto, Bapak Aditya Ridwan serta setluruh staf manajemen PT Federal Karyatama yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4.
Seluruh teman-teman dari Program Sarjana Alih Jenis Manajemen yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah.
5. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
58
DAFTAR ISI
RINGKASAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
iii
KATA PENGANTAR
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Manfaat Penelitian 1.5. Ruang Lingkup Penelitian
1 1 4 5 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Manufaktur 2.2. Optimisasi Produksi 2.2.1 Konsep Dasar Linear Programming 2.3. Persediaan 2.3.1 Pengertian Persediaan 2.3.2 Peran dan Fungsi Persediaan 2.4. Teori Peramalan 2.5. Jenis-Jenis Peramalan 2.6. Tahapan Peramalan 2.7. Metode Peramalan 2.8. Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku 2.8.1 Model Probabilistik 2.8.2 Peramalan Penjualan 2.8.3 Optimisasi Pembelian Bahan Baku 2.8.4 Safety Stock 2.8.5 Lead Time 2.8.6 Reorder Point 2.9. Penelitian Terdahulu
6 6 6 7 9 9 10 13 14 15 16 17 17 17 18 18 19 20 21
59
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran 3.2. Lokasi dan Waktu penelitian 3.3. Pengumpulan Data 3.4. Pengolahan Data 3.4.1 Analisa Pola Permintaan Produk 3.4.2 Pola Produksi Optimum 3.4.3 Manajemen Persediaan Bahan Baku 3.5. Tahapan Penelitian
22 22 23 23 23 23 24 24 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.2. Produk-produk FKT 4.3. Proses Pengolahan Oli 4.4. Bahan Baku 4.5. Peramalan Permintaan Oli 4.6. Perumusan Model Pemrograman Linear 4.6.1 Perumusan Persamaan Tujuan 4.6.2 Perumusan Persamaan Kendala 4.6.3 Hasil Optimisasi Fungsi Tujuan 4.7 Analisa Pola Permintaan Produk dan Rencana Produksi 4.8. Manajemen Persediaan Bahan Baku 4.9. Total Inventory Cost 4.10. Implikasi Manajerial
26 26 26 27 29 29 31 31 32 37 37 39 42 43
KESIMPULAN DAN SARAN
44
1. Kesimpulan 2. Saran
44 45
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
46 48
60
DAFTAR GAMBAR
No. 1. 2 3 4 5
Halaman Grafik jumlah penduduk dan populasi sepeda motor tahun 19812009………………………………………………………………... Rasio perbandingan jumlah motor dengan jumlah penduduk tahun 1981-2009 ………………………………………………………… Manufaktur sebagai proses input output (Biegel dalam Kusuma, 2004)……………………………………………………………… Grafik rencana produksi setiap produk tahun 2011………………... Gambar 7. Grafik penjualan produk tahun 2008 hingga 2010……..
1 2 6 38 39
61
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Halaman Rencana Produksi PT.FKT 2011 ………………………………….. Ramalan Permintaan Produk 2011 ……………………………….. Total Rencana Pembelian Bahan Baku Berdasarkan Ramalan Permintaan…………………………………………………………. Tabel Jumlah Produksi Setelah Optimisasi ……………………….. Safety Stock Setiap Bahan ………………………………………… Reorder point Setiap Jenis Bahan ………………………………… Jumlah Pemesanan Bahan pada tahun 2011..……………………… Total Inventory Cost ………………………………………………
30 31 32 38 41 41 42 42
62
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Halaman Diagram Alir Penelitian……………………………………………. Tabel Pengumpulan Data dan Analisis……………………………. Diagram Tahapan Penelitian………………………………………. Struktur Organisasi............................................................................ Alur proses pengolahan oli……….................................................... Data Historis penjualan Tahun 2008 - 2010 ……………………… Metode Peramalan ……………………………………………….... Komposisi dan Biaya Produksi Produk…………………………… Optimisasi Produksi (POM)……………………………………….. Grafik Pola Permintaan Setiap Produk …………………………… Perkiraan Permintaan Produk Perbulan…………………………… Proses Perhitungan ( Microsoft Excel) …………………………… Data Historis Penjualan Tahun 2008 – 2010 ………………………
49 50 51 52 53 54 55 57 58 60 61 62 64
63
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Transportasi adalah salah satu sarana yang paling vital dalam menunjang setiap aktifitas sehari-hari. Jenis kendaraan pribadi yang paling banyak digunakan saat ini adalah sepeda, sepeda motor karena dinilai paling ekonomis. Kemacetan yang sering terjadi di kota-kota besar pun dapat dilalui dengan mudah dengan sepeda motor . Pertambahan jumlah kendaraan bermotor roda dua sangatlah pesat, menurut data Kepolisian Daerah Metro Jaya tahun 2002-2007 menunjukkan, pertumbuhan jumlah sepeda motor di Jakarta rata-rata 327.540 unit per tahun atau 897 unit per hari. Menurut Dinas Perhubungan DKI Jakarta, di daerah Jakarta saja pertumbuhan per harinya antara 700 hingga 900 sepeda motor per harinya. Jumlah sepeda motor pada tahun 2007 mencapai 3,5 juta kendaraan bermotor, dan hingga tahun 2009 jumlah sepeda motor yang beredar di Indonesia mencapai 50 juta unit.
Gambar 1. Grafik populasi sepeda motor dan jumlah penduduk tahun 19812009. a) Hampir setiap satu orang di DKI Jakarta memiliki satu buah sepeda motor, dan rasio antara jumlah sepeda motor dan jumlah penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat.
a) www.otoclink.blogspot.com
64
Gambar 2. Rasio perbandingan jumlah sepeda motor dengan jumlah penduduk tahun 1981-2009.b) Setiap pemilik kendaraan bermotor pasti membutuhkan pelumas mesin untuk menjaga agar kendaraan bermotor-nya tetap berada pada kondisi prima. Kondisi yang demikian menyebabkan produsen pelumas berlombalomba untuk mengajak pengguna kendaraan bermotor agar menggunakan produk mereka. Persaingan yang semakin ketat antar perusahaan produsen oli mesin mendorong setiap perusahaan untuk mengendalikan produksinya pada setiap lini agar tercapai efisiensi untuk mengurangi biaya produksi. Perusahaan produsen oli di Indonesia berjumlah 15 diantaranya adalah Agip, Castrol, Evalube, Indomobil, Mobil 1, Motul, Penzoil, Petronas, Shell, STP, Top 1, Total, Valvoline, Pertamina dan Federal Oil. Setiap perusahaan tersebut pasti menginginkan biaya produksi yang minimum untuk dapat memenangkan persaingan. Masalah produksi merupakan permasalahan yang amat penting untuk bersaing dengan perusahaan lain, karena apabila produksi dapat berlangsung sesuai dengan yang direncanakan maka tujuan perusahaan dapat tercapai. Sedangkan apabila proses produksi tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakan, maka akan mengakibatkan kerugian pada pihak perusahaan. Kelancaran dalam proses produksi dipengaruhi oleh perencanaan jumlah produksi dengan memperhatikan keterbatasan jumlah sumberdaya yang dimiliki perusahaan.
b) www.otoclink.blogspot.com
65
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang bertujuan untuk meraih laba dengan cara memproduksi suatu barang (bukan jasa), oleh sebab itu perhatian perusahaan manufaktur akan terfokus pada proses produksi dan operasi. Efisiensi proses produksi dan operasi yang salah satunya adalah mengoptimasi biaya produksi dan manajemen persediaan bahan baku. Optimisasi produksi sangat penting mengingat bahwa perusahaan memiliki sumberdaya yang terbatas dan kombinasi produksi yang tepat dapat meningkatkan keuntungan perusahaan atau menekan biaya produksi. Sebaliknya produksi yang tidak optimal akan dapat membuat perusahaan menderita kerugian karena biaya produksi lebih besar dari yang seharusnya. Menentukan tingkat persediaan bahan baku adalah kegiatan dalam manajemen persediaan, dan merupakan bagian vital dalam manajemen produksi dan operasi karena memegang peranan kunci dalam rantai produksi dalam industri manufaktur. Tanpa bahan baku maka proses produksi tidak mungkin dilaksanakan, selain itu persediaan bahan baku menyerap biaya yang tidak kecil, oleh karena itu persediaan bahan baku memerlukan pengelolaan persediaan bahan baku yang efektif dan efisien. Persediaan bahan baku untuk proses produksi seharusnya dapat memenuhi standar kualitas yang memadai dan kuantitas yang ditargetkan sehingga perusahaan dapat terhindar dari biaya-biaya yang tidak perlu seperti, biaya pengerjaan kembali, biaya penyimpanan yang terlalu besar, bahkan kerugian akibat proses produksi yang macet karena ketiadaan bahan baku. Kelebihan persediaan bahan baku akan mengakibatkan peningkatan biaya penyimpanan, dan menimbulkan resiko bahan baku rusak karena menunggu penggunaan yang terlalu lama. Sebaliknya apabila persediaan bahan baku kurang atau tidak mencukupi. maka akibatnya lebih fatal, yaitu kegiatan produksi akan berhenti dan permintaan konsumen akan produk tidak akan terpenuhi. Menghindari kerugian-kerugian diatas maka perusahaan harus menerapkan manajemen persediaan bahan baku yang tepat. PT. FEDERAL KARYATAMA (PT. FKT) didirikan sejak tanggal 6 Juni 1988 ( Akte Notaris ) dengan kantor administrasi pertama berada di daerah Sunter, Jakarta Utara, dan lokasi pabrik (produksi) berada di Kawasan
66
Pulo Gadung Jakarta Timur. PT. FKT adalah perusahaan yang memproduksi minyak pelumas dengan merek FEDERAL OIL, yang pertama sekali dipasarkan pada tahun 1988 sebagai pelumas sepeda motor di Indonesia. Saat ini terdapat banyak produsen minyak pelumas dengan berbagai merek beredar di pasaran, kondisi persaingan seperti ini menuntut perusahaan untuk dapat bersaing dengan berbagai strategi. Salah satu cara perusahaan untuk dapat bersaing adalah dengan mengefisienkan biaya produksi. Perusahaan juga harus mampu meramalkan permintaan pasar, sehingga dapat merencanakan jumlah barang yang akan diproduksi, kemudian mengatur persediaan bahan baku pada tingkat yang optimal. Peramalan permintaan dibutuhkan oleh Bagian Perencanaan Produksi PT. FKT untuk melihat permintaan konsumen pada masa mendatang terhadap permintaan yang telah dijanjikan (kontrak kerja) maupun untuk dijual di pasar bebas. Disamping itu dari peramalan juga tergambar prospek terhadap peningkatan penjualan perusahaan, sehingga dapat menentukan atau merumuskan tingkat produksi efektif dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Peramalan permintaan biasanya dilakukan dengan mempelajari data historis perusahaan yang berkaitan dengan penjualan produk. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki perusahaan mengakibatkan perusahaan perlu melakukan optimisasi dengan mengefisiensikan sumberdaya perusahaan untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang paling tepat sehingga efisien dari segi total biaya produksi bagi perusahaan. Optimisasi yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur biasanya dilakukan Divisi Produksi dan Operasi pada sektor tenaga kerja, jam kerja, biaya produksi. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, agar PT. FKT dapat bersaing dengan produsen pelumas lain di pasaran, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut : Bagaimana pola produksi PT. FKT, dan kombinasi produk yang dapat meminimumkan biaya produksi, serta berapa tingkat persediaan yang optimal.
67
1.3. Tujuan Penelitian 1. Mempelajari pola produksi di PT. FKT. 2. Menghitung dan menganalisis kombinasi produk yang optimal dan tingkat persediaan optimal. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama penulis kuliah. 2. Panelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan sumber pemikiran baru pada Divisi Produksi PT.FKT. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian membatasi masalah pada faktor-faktor yang meliputi: 1. Faktor optimisasi produksi pada penelitian ini juga dibatasi pada proses produksi dari saat perusahaan memesan bahan baku hingga produk dikemas pada botol kemasan. 2. Data yang digunakan adalah data produksi dan data permintaan produk perusahaan yang tersedia atau dapat digunakan dalam perencanaan produksi PT. FKT pada tahun 2011. 3. Penelitian difokuskan hanya pada produk oli kemasan botol (bukan bulk) yang dijual bebas di pasaran dengan merk dagang Federal Oil.
68
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Industri Manufaktur Manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti membuat dari tangan (manual) atau dengan mesin, sehingga menghasilkan suatu barang (Prawirosento, 2007). Secara umum manufaktur menurut adalah suatu kegiatan memproses suatu barang atau beberapa bahan menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah yang lebih besar atau kegiatan memproses pengolahaan input
menjadi output. Contoh industri manufaktur adalah
industri oli mesin, indusri obat, industri makanan kaleng, industri automotif dan lain-lain. Proses manufaktur dapat digambarkan
dalam diagram alir pada
Gambar 3, dimana masukan (input) dikonversi, dengan bantuan peralatan, keahlian, uang, dan sumberdaya yang lainnya, menjadi luaran (output) yang disebut sebagai produk akhir.
Gambar 3. Manufaktur sebagai proses input-output (Biegel dalam Kusuma, 2004) 2.2. Optimisasi Produksi Persoalan produksi adalah membuat nilai suatu fungsi beberapa peubah menjadi maksimum atau minimum atau dengan memperhatikan batasanbatasan. Biasanya pembatasan-pembatas tersebut berupa tenaga kerja (men), uang (money). Pemrograman linier (linear programming atau LP) adalah suatu metode yang digunakan dalam penentuan optimisasi produksi suatu perusahaan. LP merupakan metode matematik dalam mengalokasikan
69
sumberdaya untuk
mencapai
suatu tujuan seperti
memaksimumkan
keuntungan atau meminimumkan biaya (Mulyono, 1991). Optimisasi
adalah
penggunaan
faktor-faktor
produksi
seefisien
mungkin, Soekartawi (1992). Faktor-faktor produksi tersebut adalah modal, mesin, bahan baku, bahan pembantu, dan tenaga kerja. Optimisasi yang dilakukan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu : 1. Maksimisasi, yaitu menggunakan atau mengalokasikan input yang ditentukan untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Maksimisasi keuntungan ini dapat dilihat baik dari segi laba sistem kerja yang efektif (rancangan penugasan), maksimisasi pangsa pasar dan lokasi perusahaan. 2. Minimisasi yaitu untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan menggunakan input atau biaya yang paling minimal. Minimisasi dapat berupa minimisasi penggunaan sumberdaya, biaya distribusi biaya persediaan biaya pengendalian mutu, jumlah tenaga kerja, waktu proses pelayanan dan fasilitas perusahaan. 2.2.1 Konsep Dasar Linear Programming. Pemrograman linier adalah suatu metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya, (Mulyono, 1991). Persoalan dalam linear programming adalah berusaha untuk mencari pemecahan optimal di dalam batasan sumber daya perusahaan. Agar pemrograman linier dapat diterapkan maka asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan adalah : a)
Linearity, kata linear secara tidak langsung dapat diartikan sebagai hubungan proporsional yang berarti bahwa tingkat perubahan atau tingkat hubungan antar veriabel adalah konstan oleh karena itu perubahan nilai peubah mengakibatkan perubahan relatif nilai fungsi dalam jumlah yang sama.
b)
Additivity. Hal ini dapat diartikan sebagai tak ada penyesuaian pada perhitungan peubah keriteria karena terjadinya interaksi. Additivitas mengharuskan bahwa fungsi tujuan adalah jumlah
70
langsung dari kontribusi individual dari setiap peubah dari sumber daya yang bersesuaian. c)
Divisibility. Suatu asumsi yang menyatakan bahwa nilai solusi yang diperoleh tidak harus merupakan bilangan bulat. Solusi dari perhitungan dapat terjadi pada pada nilai pecahan manapun. Dalam hal ini peubah keputusan merupakan peubah kontinu, sebagai kebalikan dari peubah diskrit atau bilangan bulat.
d)
Deterministic. Dalam linear programming semua parameter model
diketahui
konstan,
maka
secara
tak
langsung
mengasumsikan bahwa suatu masalah keputusan dalam satu kerangka statis, dimana semua parameter diketahui dengan kepastian. Pemrograman
linier
memiliki
beberapa
keuntungan
dan
kelebihan, yaitu sebagai alat kuantitatif untuk melakukan program linear mudah untuk diterapkan, terutama jika menggunakan alat bantu komputer dan dapat menggunakan banyak peubah, sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya optimum yang dapat dicapai. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia. Kekurangan dari program linear adalah jika komputer tidak tersedia maka pengolahan dengan menggunakan banyak peubah akan menyulitkan dalam penarikan analisisnya. Taylor III (2001), menjelaskan teknik di dalam linear programming menggambarkan bahwa fungsi linear dalam model matematik adalah linier dan teknik pemecahan masalah terdiri dari langkah-langkah matematik yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, tiga tahapan dalam penggunaan dalam penggunaan pemrograman linier yaitu : a)
Masalah harus dapat diidentifikasikan sebaai sesuatu yang dapat diselesaikan dengan pemrograman linier.
b)
Masalah yang tidak terstruktur harus dapat dirumuskan dalam model matematik, sehingga menjadi terstruktur.
71
c)
Model harus diselesaikan dengan teknik matematik yang telah dibuat. Model adalah sebuah tiruan terhadap realita. langkah untuk
membuat peralihan dari realita ke model kuantitatif dinamakan perumusan model yang merupakan salah satu teknik dasar didalam penentuan teknik optimisasi produksi. Siswanto (2007), model pemrograman linier mempunyai tiga unsur utama yaitu: a) Peubah keputusan. Adalah peubah persoaalan yang akan mempengaruhi nilai tujuan yang hendak dicapai. Di dalam proses pemodelan, penemuan peubah keputusan tersebut harus dilakukan terlebih dahulu sebelum merumuskan fungsi tujuan dan kendalakendalanya. b) Fungsi Tujuan. Dalam model pemrograman linier, tujuan yang hendak dicapai harus diwujudkan ke dalam sebuah fungsi matematik
linier
dan
selanjutnya
dimaksimumkan
atau
diminimumkan terhadap kendala-kendala yang ada. c) Fungsi Kendala. Kendala dapat diidentifikasikan sebagai suatu pembatas terhadap kumpulan keputusan yang mungkin dibuat dan harus dituangkan ke dalam fungsi matematik linier. 2.3. Persediaan 2.3.1 Pengertian Persediaan Persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah komponen, material, atau produk jadi yang tersedia di tangan menunggu untuk digunakan atau dijual (Baroto, 2002). Menurut Taylor III (2001) persediaan adalah berbagai stok barang-barang yang disimpan oleh organisasi untuk memenuhi permintaan pelanggan internal atau eksternal. Persediaan adalah segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasi pemenuhan permintaan. Istilah persediaan dapat digunakan dalam beberapa perbendaharaan seperti yang dikemukakan oleh Yamit (2003):
72
1. Persediaan bahan baku di tangan (stock on hand). 2. Daftar persediaan secara fisik. 3. Jumlah item di tangan. 4. Nilai persediaan barang. Persediaan merupakan material yang ditempatkan
di
sepanjang jaringan proses produksi dan jalur distribusi (Heizer dan Render, 2006). Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan pada perusahaan berupa bahan-bahan mentah (bahan baku) yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat di dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barangbarang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu (Rangkuti, 2004). Persediaan merupakan salah satu unsur paling aktif dalam proses produksi dan operasi suatu perusahan yang secara terus-menerus diperoleh, diubah, ditambah yang kemudian dijual kembali. Menurut Riggs dalam Baroto (2002) persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (work in process) barang jadi, barang pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan merupakan kumpulan beberapa jenis barang atau sumber daya yang digunakan dalam suatu organisasi. 2.3.2 Peranan dan Fungsi Persediaan Menurut Rangkuti (2004), persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi berguna untuk: 1.
Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang.
2.
Menghilangkan resiko barang yang rusak.
3.
Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.
73
4.
Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
5.
Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya.
Fungsi-fungsi persediaan diantaranya adalah: 1.
Fungsi
Decoupling;
memungkinkan
Adalah
perusahaan
fungsi
dapat
persediaan
memenuhi
yang
permintaan
pelanggan tanpa tergantung pada pemasok. (Rangkuti, 2004). Atau memisahkan beragam bagian produksi (Heizer dan Render, 2006).
Sebagai
contoh
jika
pasokan
sebuah
perusahaan
berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persedaian tambahan untuk mendecouple (memisahkan) proses produksi dari para pemasok. Disamping itu persediaan dalam hal ini juga untuk memisahkan ikatan perusahaan dari fluktuasi permintaan, juga persedian
barang-barang
akan
memberikan
pilihan
bagi
pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya terjadi pada pedagang eceran. 2.
Fungsi Economic Lot Sizing; Persediaan Lot Size ini perlu untuk penghematan atau potongan pembelian dan juga pengangkutan per-unit jadi lebih murah. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan
biaya-biaya
yang
timbul
karena
besarnya
persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko dan sebagainya). Fungsi persediaan untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang. 3.
Fungsi Antisipasi; disediakan guna menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman
atau
data-data
masa
lalu
perusahaan,
yaitu
permintaan musiman (Rangkuti, 2004). Perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional inventories). Persediaan antisipasi atau berjaga-jaga (anticipation stock) adalah persediaan yang dilakukan untuk
74
menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah diperkirakan sebelumnya atau sering disebut Stabilisation Stock. Fungsi persediaan juga dapat dikategorikan sebagai persediaan pengaman (Sefety Stock) yaitu persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan penyediaan. 4.
Fungsi Transit Stock; Transit Stock adalah persediaan yang masih dalam pengiriman atau transit yang sering pula disebut work in proses. Terdapat dua jenis persediaan dalam pengiriman: A: External Transit Stock Persediaan yang masih berada dalam truk, kapal, kreta api ataupun alat transportasi yang lain. B: Internal Transit Stock Persediaan yang masih menunggu untuk diproses atau menunggu sebelum di pindahkan.
Alasan mengadakan persediaan (Schroeder,1997),diantaranya adalah : 1.
Mengurangi ketidakpastian
2.
Memungkinkan produksi dan pembelian ekonomis
3.
Mengatasi perubahan yang diantisipasi dalam permintaan dan penawaran.
4.
Menyediakan untuk transit
5.
Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang.
6.
Menghilangkan resiko barang yang rusak.
7.
Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.
8.
Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
9.
Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya.
Berdasarkan posisi barang, jenis persediaan dibagi lima yaitu: 1.
Persediaan bahan baku.
2.
Persediaan bagian produk atau komponen yang dibeli.
3.
Persediaan bahan-bahan pembantu atau penolong.
75
4.
Persediaan barang-barang setengah jadi atau barang dalam proses
5.
Persediaan barang jadi.
2.4. Teori Peramalan Menurut Mulyono (1991) menerangkan bahwa peramalan adalah salah satu proses memperkirakan proses secara sistematik tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahan-nya dapat diperkecil. Menurut Handoko (1994) peramalan adalah suatu penafsiran terhadap permintaan akan produk dan jasa di masa mendatang. dan bagian-bagiannya sangat penting di dalam perencanaan dan pengawasan produksi. Peramalan yang baik adalah penting untuk effisiensi industri manufacturing dan jasa, hasil-hasil peramalan digunakan dalam pembuatan keputusan-keputusan yang menyakut pemilihan proses, perencanaan kapasitas dan tataletak fasilitas serta berbagai keputusan yang bersifat terus menerus dan berkenaan dengan perencanaan penjadwalan dan persediaan. Menurut Heizer dan Render ( 2006 ), peramalan adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan yang dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematik. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan karena adanya perbedaan waktu antara dibutuhkannya kebijakan baru dengan waktu pelaksanaan kebijakan tersebut dan untuk mendapatkan peluang serta kesempatan yang ada dan ancaman yang mungkin terjadi di masa mendatang. Terkait dengan penelitian ini aktivitas peramalan dimaksudkan agar perusahaan PT. FKT sebagai pembuat keputusan dalam proses produksi dapat menyiasati pola kemungkinan permintaan oli mesin di masa mendatang, maka perlu dilakukan maksimalisasi produktivitas perusahaan dan untuk meningkatkan keuntungan. Beberapa faktor penting dalam peramalan yang harus dipertimbangkan mencakup: 1.
Jarak waktu ke tujuan di masa depan yang harus diramalkan.
2.
Tenggang waktu yang tersedia untuk mengambil keputusan.
76
3.
Tingkat akurasi yang diperlukan.
4.
Mutu data tersedia untuk dianalisis.
5.
Sifat hubungan yang tercakup dalam masalah peramalan.
6.
Biaya dan keuntungan dalam peramalan untuk menentukan keputusan.
2.5. Jenis-Jenis Peramalan Menurut Assauri (2004) pada umumnya peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi tergantung dari cara melihatnya. Apabila dilihat dari sisi penyusunannya maka peramalan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1.
Peramalan subyektif, yaitu peramalan yang berdasarkan pada perasaan atau intuisi dari orang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan atau judgement dari orang yang menyusunnya sangat menentukan baik atau buruknya hasil ramalan tersebut.
2.
Peramalan obyektif, yaitu peramalan yang berdasarkan pada data relevan pada masa lalu, dengan menggunakan teknik-teknik dan metode-metode dalam menganalisa data tersebut. Menurut Heizer dan Render (2006), peramalan berdasarkan horizon
waktu dapat dibedakan atas beberapa kategori, yaitu: 1.
Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang mencakup jangka waktu hingga 1 tahun tetapi umumnya tidak lebih dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merancanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja dan tingkat produksi.
2.
Peramalan jangka menengah, yaitu peramalan yang mencakup hitungan hingga batas 3 (tiga) tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan anggaran produksi, anggaran kas dan menganalisis bermacam-macam rencana produksi dan operasi.
3.
Peramalan
jangka
panjang,
yaitu
peramalan
yang
mencakup
perencanaan dalam jangka waktu diatas 3 (tiga) tahun atau lebih. Peramalan
ini
digunakan
untuk
merencanakan
produk
baru,
pembelanjaan modal, atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan.
77
Baik tidaknya metode yang digunakan dalam peramalan tergambarkan pada penyimpangan oleh hasil ramalan dengan kenyataan yang terjadi. Metode yang baik adalah metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin. Peramalan kuantitatif hanya digunakan apabila terdapat tiga kondisi sebagai berikut: a.
Adanya informasi tentang keadaan yang lain.
b.
Informasi tersebut dapat dikuantifikasi dalam bentuk data.
c.
Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa mendatang.
2.6. Tahapan Peramalan Peramalan adalah suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa medatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa di waktu mendatang atas dasar pola-pola di waktu yang lalu. Peramalan memerlukan kebijakan, sedangkan proyeksiproyeksi adalah fungsi mekanikal. Menurut Handoko (1994), proses peramalan terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 1.
Penentuan Tujuan; langkah pertama terdiri atas penentuan estimasi yang diinginkan. Sebaliknya, tujuan tergantung kepada kebutuhan para manajer. Analis membicarakan dengan para pembuat keputusan untuk mengetahui apa kebutuhan-kebutuhan dan mengetahui: a. Peubah-peubah apa yang akan di estimasi. b. Siapa yang akan menggunakan hasil peramalan. c. Untuk tujuan-tujuan apa hasil peramalan digunakan. d. Estimasi jangka panjang atau jangka pendek yang diinginkan. e. Derajat kepentingan estimasi yang diinginkan. f. Kapan estimasi dibutuhkan. g. Bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk kelompok pembeli, kelompok produk atau daerah geografis.
2.
Pengembangan Model; Setelah tujuan diterapkan langkah berikutnya adalah mengembangkan suatu model, yang merupakan penyajian secara lebih sederhana dari sistim yang dipelajari. Model adalah suatu kerangka analitik yang bila diberi data masukan menghasilkan estimasi
78
penjualan di masa mendatang. Pemilihan suatu model yang tepat adalah penting, karena setiap model memiliki asumsi-asumsi yang harus dipenuhi sebagai persyaratan penggunaannya. Validitas dan reabilitas estimasi sangat tergantung pada model yang dipakai. 3.
Pengujian Model; Sebelum diterapkan, model biasanya diuji untuk menentukan tingkat akurasi validitas dan realibilitas yang diharapkan. Penerapannya mencakup pada data historik dan penyiapan estimasi untuk tahun-tahun sekarang dengan data nyata yang tersedia. Nilai suatu model ditentukan oleh derajat ketetapan hasil peramalan dengan kenyataan. Dengan kata lain, pengujian model bermaksud untuk mengetahui validitas atau kemampuan prediksi secara logika suatu model.
4.
Penetapan Model; Setelah pengujian, analis menetapkan model dan dalam tahap ini data historis dimasukkan ke dalam model untuk menghasilkan suatu ramalan.
5.
Revisi dan Evaluasi; Ramalan-ramalan yang dibuat harus senantiasa diperbaiki dan ditinjau kembali. Perbaikan mungkin perlu dilakukan, karena adanya perubahan- perubahan yang dilakukan oleh perusahaan atau
lingkungannya
seperti
tingkat
harga
produk
perusahaan,
karakteristik produk, biaya-biaya periklanan, kebijaksanaan moneter dan kemajuan teknologi. Evaluasi merupakan perbandingan hasil ramalan dengan hasil nyata untuk menilai ketetapan penggunaan suatu metodologi atau teknik peramalan. Langkah ini diperlukan untuk menjaga mutu estimasi-estimasi di waktu mendatang. 2.7. Metode Peramalan Terdapat dua pendekatan umum peramalan, sebagai mana ada dua cara mengatasi semua model keputusan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Peramalan kuantitatif menggunakan model matematik yang beragam dengan data masa lalu dan peubah sebab akibat untuk meramalkan permintaan. Peramalan subyektif atau kualitatif, yaitu peramalan yang menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi dan sistim nilai pengambilan keputusan untuk meramal (Handoko, 1994).
79
2.8. Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku Unsur-unsur kebijakan dalam pengawasan persediaan bahan baku terdiri dari model probabilistik, peramalan penjualan, safety stock, lead time, dan reorder point. 2.8.1 Model Probabilistik Model probabilistik (model persediaan stokastik) merupakan metode yang valid dalam penentuan EOQ (Economic Order Quantity) atau simulasi. Model probabilistik akan menghasilkan kemungkinankemungkinan walaupun variabel yang membentuknya diketahui dengan pasti. Model simulasi probabilistik (stokastik) merupakan komponen yang bersifat random (acak) dan akibat random tersebut maka hasil dari model simulasi stokastik hanya merupakan estimasi dari karakteristik sesungguhnya. Model simulasi stokastik mengandung unsur acak atau distribusi peluang sehingga tidak hanya membuat penaksiran keluaran yang definitif tapi juga disertai dengan deviasi (variance). 2.8.2 Peramalan Penjualan Pengertian peramalan penjualan menurut Indrajit dan Pranoto (2003) merupakan kegiatan yang berhubungan dengan meramalkan atau memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa lampau ke masa depan. Peramalan penjualan adalah istilah yang sangat populer di dunia dan menyangkut peramalan permintaan yang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan perhitungan tertentu. Pada metode ini ada tiga tahapan iteratif dalam melakukan pemodelan deret waktu (Montgomery et al.,1990), yakni: 1. Spesifikasi model berdasarkan data historis. 2. Pendugaan parameter 3. Diagnostik model untuk memeriksa kelayakan model.
80
Menurut Baroto (2002) , karakteristik peramalan permintaan adalah sebagai berikut : 1. Faktor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan akan berlaku juga di masa yang akan datang. 2. Peramalan tidak pernah sempurna, permintaan aktual selalu berbeda dengan permintaan yang diramalkan. 3. Tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam rentang waktu yang semakin panjang. Implikasinya peramalan untuk rentang yang pendek akan lebih akurat dibanding peramalan untuk rentang yang waktu yang panjang. 2.8.3 Optimisasi Pembelian Bahan Baku Jumlah pemesanan ekonomis merupakan besarnya pesanan agar menghasilkan biaya-biaya persediaan yang minimal, Assauri (2004). Untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis harus diupayakan agar biaya-biaya pemesanan dan penyimpanan diperkecil. Usaha untuk memperkecil biaya pemesanan dan penyimpanan ini menyebabkan sistem persediaan dihadapkan pada dua sifat biaya yang bertentangan. Sifat pertama menekankan agar jumlah pemesanan sangat kecil sehingga biaya pemesanan menjadi sangat besar selama satu tahun. Berdasarkan kedua sifat tersebut, maka dapat dilihat bahwa
jumlah
pemesanan
ekonomis
terletak
antara
biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan. Optimisasi pembelian bahan baku dan waktu pembelian kembali dapat diperoleh dengan meggunakan metode simulasi. Serangkaian simulasi mencoba beragam jumlah pemesanan untuk mendapatkan total biaya persediaan yang minimal. 2.8.4 Safety Stock Safety stock atau persediaan pengaman adalah persediaan ekstra yang harus diadakan untuk proteksi atau pengamanan dalam menghindari kehabisan persediaan karena berbagai sebab Indrajit dan Pranoto (2003). Persediaan pengaman mempunyai dua aspek dalam pembiayaan perusahaan, yaitu :
81
1. Mengurangi biaya yang timbul karena kehabisan persediaan. Makin besar persediaan pengaman makin kecil kemungkinan kehabisan persediaan, sehingga semakin kecil pula biaya karena kehabisan persediaan. 2. Tetapi adanya persediaan pengaman akan menambah biaya penyediaan barang. Makin besar persediaan pengaman, makin besar pula biaya penyediaan barang. Tujuan Safety Stock adalah untuk menentukan berapa besar stock yang dibutuhkan selama masa tanggang untuk memenuhi besarnya permintaan (Rangkuti, 2004). persediaan pengaman yaitu persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kehabisan bahan atau barang. Safety Stock diperlukan untuk menjaga terhadap ketidakpastian dan perubahan dalam lead time, penjadwalan, kualitas dan permintaan. Safety
stock
dimaksudkan
untuk
menjaga
kemungkinan
terjadinya kekurangan bahan baku yang lebih besar dari pada perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan Assauri (2004). Penentuan besarnya persediaan pengaman
ini
mempergunakan
analisa
statistik.
Standar
penyimpangan dari bahan baku dapat diketahui dengan cara melihat dan memperhitungkan penyimpangan-penyimpangan yang sudah terjadi antara perkiraan kebutuhan bahan baku dengan pemakaian sesunguhnya perusahaan
dalam akan
analisa
menentukan
statistik.
Selanjutnya
seberapa
jauh
manajemen
penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi tersebut dapat ditolerir. 2.8.5 Lead Time Pengertian lead time adalah waktu antara dilakukannya pemesanan atau waktu pengiriman Render dan Heizer (2006). Modelmodel persediaan mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menunggu tingkat persediaan mencapai nol sebelum perusahaan memesan kembali dan dengan seketika kiriman yang dipesan segera diterima. Akan tetepi waktu antara dilakukannya pemesannan bisa
82
cepat, beberapa jam atau bahkan lambat, yaitu beberapa bulan. Oleh karena itu perusahaan harus dapat menentukan waktu yang paling optimal untuk melakukan pemesan kembali, menurut Ahyari (1999), penentuan waktu tunggu ini mempunyai dua macam biaya, yaitu: 1. Biaya penyimpanan tambahan (BPT), atau sering disebut dengan extra carrying cost adalah biaya penyimpanan yang harus dibayar oleh perusahaan oleh karena adanya surplus bahan baku. Keadaan ini disebabkan karena datangnya bahan yang dipesan lebih awal dari waktu yang telah direncanakan. 2. Biaya kekurangan bahan (BKB), atau sering disebut dengan stock out cost adalah merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan kekurangan bahan baku untuk keperluan proses produksinya. Biaya-biaya untuk mendapatkan bahan baku pengganti,
termasuk
selisihnya
merupakan
contoh
biaya
kekurangan bahan ini. Hal ini disebabkan apabila perusahaan tidak mendapatkan pengganti, maka proses produksi akan terhenti. Keadaaan kekurangan bahan ini disebabkan oleh karena bahan baku yang dipesan datangnya lebih lama dari waktu yang sudah ditentukan. 2.8.6 Reorder Point Reorder Point terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus. Perusahaan harus dapat menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Reorder point merupakan titik batas pemesanan kembali, termasuk permintaan yang dinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang, misalnya suatu tambahan atau extra (Rangkuti, 2004). Menurut Heizer dan Render (2006), setelah perusahaan menentukan jumlah bahan baku yang dipesan, maka perusahaan akan melakukan pemesanan yang kedua. Pemesanan kedua atau pemesanan ulang bertujuan agar persediaan tidak sama dengan nol.
83
2.9. Penelitian Terdahulu Mukti (1997) melakukan penelitian mengenai strategi perencanaan produksi agregat industri kayu lapis. Metode perencanaan produksi dimulai dengan
melakukan
peramalan
terhadap
permintaan
kayu
dengan
menggunakan metode peramalan ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average Model) dan hasil penelitian mengenai optimisasi dilakukan dengan menggunakan pemrograman linier dengan bantuan program komputer Linear Interactive of Discrete Optimize (LINDO). Total biaya minimum yang dihasilkan dari optimisasi Rp 335.405.790.000,- Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam perumusan model pemrograman linier adalah jam tenaga kerja reguler, jam tenaga kerja lembur, kapasitas gudang, permintaan produk, dan persediaan produk jadi. Andinova (2009) melakukan penelitian mengenai kajian optimisasi pada PT. Pismatex, Pekalongan. Peubah keputusan didalam proses penelitian tersebut adalah tingkat produksi sarung selama satu periode produksi (12 bulan), yang dikelompokkan menjadi lima (5) kelompok jenis produk. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa PT. Pismatex mengalami kendala dalam upayanya, kendala yang dialami adalah keterbatasan sumberdaya yang dimilikinya, yaitu meliputi ketersedian bahan baku, jam kerja tenaga kerja langsung, jam mesin dan jumlah permintaan.
84
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Perusahaan atau badan usaha pasti memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan
keuntungan
sebesar-besarnya
dengan
menggunakan
sumberdaya yang tersedia serta menekan biaya se-optimal mungkin agar dapat berkompetisi di tengah persaingan yang semakin ketat. Tujuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dicapai dengan cara merancang dan mengimplementasikan strategi manajemen yang tepat. Pada industri manufacturing salah satu elemen terpenting
adalah
bagaimana
perusahaan
dapat
menyusun
sebuah
perencanaan produksi yang optimum, kemudian melakukan pengadaan bahan baku yang sesuai dengan rencana produksi yang telah ditetapkan tersebut. Perencanaan produksi yang baik sangat penting mengingat perusahaan pasti memiliki batasan sumberdaya yang harus dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya untuk memenuhi permintaan pasar. Implementasi dari perencanaan produksi akan berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh perencanaan persediaan bahan baku yang baik pula, sehingga proses produksi dapat berlangsung tanpa hambatan dari segi bahan baku. Kerangka pemikiran yang disusun adalah mengenai usaha untuk mengurangi atau mengefisienkan biaya produksi dengan melakukan peramalan hingga mendapatkan pola produksi yang paling mendekati perkiraan permintaan kemudian dilakukan proses optimisasi produksi dan persediaan bahan baku, setelah pola produksi yang optimal didapatkan maka rencana persediaan bahan baku disesuaikan dengan pola produksi yang baru diagram alir penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Rencana pola produksi yang berbeda pasti memerlukan pengaturan persediaan bahan baku yang berbeda, dan setiap produk membutuhkan jumlah dan komposisi yang berbeda pula. Dengan sumber daya dan kapasitas produksi yang terbatas, penambahan jumlah produksi suatu jenis barang tertentu dapat mengurangi kuantitas produksi jenis barang yang lain.
85
PT. FKT untuk saat ini melakukan produksi untuk memenuhi permintaan dari perusahaan perakitan kendaraan bermotor yang berupa bulk dan permintaan untuk dealer yang berupa oli kemasan botol untuk selanjutnya disebar ke pedagang kecil. Penelitian ini difokuskan kepada produk oli dalam kemasan botol karena permintaan bulk bersifat statis dan cenderung tetap. 3.2. Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian dilakukan di pabrik PT. FKT di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta Timur, dari Oktober 2010 sampai dengan Maret 2011. 3.3. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang didapatkan langsung dari PT. FKT. Data primer yang digunakan dan diolah didapatkan dengan metode wawancara, diantaranya adalah: a. Data mengenai proses produksi secara umum. b. Data mengenai biaya-biaya produksi, kapasitas produksi, permintaan produk. c. Pola pengiriman bahan baku dan pengiriman barang ke pasar. Metode pengumpulan data yang lain adalah dengan melakukan observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung objek yang diteliti. Tabel pengumpulan data dan analisis dapat di lihat pada Lampiran 2. 3.4 Pengolahan Data 3.4.1 Analisa Pola Permintaan Produk Pola permintaan produk diolah berdasarkan data historis jumlah permintan tiap produk sehingga mendapatkan ramalan pola permintaan produk, kemudian hasil analisis disajikan secara visual dengan grafikgrafik dan diagram agar lebih mudah dipahami apakah pola permintaan bersifat trend, musiman, siklus, atau acak. Tahap-tahap kegiatan analisis pola permintaan produk adalah:
86
1. Mengumpulkan data permintaan produk 2008-2010. 2. Mengolah data-data tersebut, mengelompokkan berdasarkan tipe produk, lalu mencari rata-rata, nilai tengah, permintaan tertinggi, permintaan terrendah, masing-masing produk. 3. Menyajikan hasil olahan data tersebut dalam bentuk kurva, baganbagan dan mendeskripsikannya. 3.4.2 Pola Produksi Optimum Setelah mendapatkan ramalan pola permintaan produk, data tersebut akan dipergunakan untuk menyusun pola produksi optimum bagi perusahaan dengan mempertimbangkan kapasitas produksi, dan hambatan sumberdaya yang dialami oleh perusahaan sebagai elemen pembatas dengan menggunakan linear programming dan dengan bantuan software. 3.4.3 Manajemen Persediaan Bahan Baku Setelah mendapatkan pola produksi optimum, kemudian sistim persedian bahan baku yang telah telah diterapkan oleh PT.FKT disesuaikan dengan pola produksi yang telah optimum. Dalam menyesuaikan persediaan bahan baku terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: a. Safety Stock. Safety stock yaitu persediaan tambahan yang disiapkan untuk melindungi perusahaan dari kemungkinan terjadinya kehabisan barang, dalam hal ini bahan baku. Safety Stock diperlukan untuk menjaga terhadap ketidakpastian atau perubahan Lead Time. Safety stock dihitung dengan rumus: safety stock = Dimana :
√ Z = service level. = rata-rata kebutuhan L = lead time.
(1)
87
b. Lead Time. Lead time adalah jeda waktu antara dilakukannya pemesanan hingga barang pesanan sampai dan siap untuk digunakan dalam proses produksi. c. Reorder Point (R). Reorder point adalah titik dimana perusahaan harus kembali
melakukan
pemesanan
setelah
dihitung
dengan
mempertimbangkan lead time dan safety stock sebagaimana hingga ketika barang yang dipesan tersebut tiba kondisi safety stock sama dengan nol (0). Reorder point dihitung dengan rumus: Reorder point = đL + Z.σd .√ Dimana :
(2)
đ
= rata-rata penggunaan per satuan waktu.
Z
= service level.
L
= lead time.
Z.σd √ = safety stock. 3.5. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan di PT.FKT diawali dengan mempelajari kondisi perusahaan secara umum melalui studi literatur dan wawancara dengan plant manager PT. FKT tentang kondisi perusahaan secara umum, sepeti tingkat penjualan, produk yang dihasilkan dan lain-lain. Mendefinisikan faktor-faktor biaya produksi yang dilakukan dengan metode pengamatan, diskusi, studi literatur dan wawancara yang di lakukan di kedua plant produksi di PT. FKT, lalu dilanjutkan dengan pemetaan pola permintaan produksi dari bahan baku didatangkan hingga produk jadi keluar dari mesin dan siap di kemas dalam box. Metode pencarian data yang sama dilakukan untuk mendapatkan pola produksi optimum, yaitu yang paling efisien dari segi biaya produksi. Model persediaan bahan baku disusun dan disesuaikan dengan pola produksi yang sudah optimal dari segi biaya produksi.
88
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. FEDERAL KARYATAMA (PT. FKT) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi oli pelumas, dan memulai usaha pada tahun 1989. PT. FKT pada saat ini memproduksi oli pelumas untuk kendaraan bermotor roda 2 yang didistribusikan dari Sabang hingga Merauke melalui agen-agen yang ditunjuk oleh PT. FKT . Sejak 1 Januari 1997, PT. FKT menempati kantor utama dan pabrik di Kawasan Industri Pulogadung, yang kemudian pada tahun 2009 PT. FKT mendirikan pabrik yang kedua juga di Kawasan Industri Pulogadung. Penelitian dilakukan pada kedua pabrik tersebut, yang memiliki kapasitas produksi total mencapai 176.000 botol oli mesin baik kemasan 1 liter maupun 0,8 liter per hari, dan dengan mempekerjakan 218 karyawan. Presiden direktur pada struktur organisasi PT. FKT merupakan pimpinan tertinggi yang bertanggungjawab atas kelancaran dan kemajuan perusahaan. Meskipun demikian kekuasaan tertinggi perusahaan tetap berada dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Struktur organisasi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. 4.2. Produk-produk PT. FKT Produk yang dihasilkan PT. FKT adalah oli pelumas mesin kendaraan bermotor roda dua kopling basah atau yang biasa disebut kendaraan bermotor roda dua manual dan juga kendaraan bermotor roda dua dengan kopling kering, atau biasa disebut dengan sebutan kendaraan bermotor roda dua matic. PT. FKT memproduksi oli dengan merek dagang sebagai berikut:
EVOTEC, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W-30, dengan spesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MA. Oli ini sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua bermesin 4-Tak dengan sistem kopling basah (manual) dengan teknologi mesin baru yang membutuhkan pelumas encer.
89
REXTRON-R, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W-30, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MA Oli ini sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua bermesin 4-Tak dengan sistem kopling basah (manual), hasil pengembangan bersama R&D Honda dan salah satu perusahaan aditif internasional.
SUPREME FLICK, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W30, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MB. Oli ini sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua bermesin 4-Tak dengan sistem kopling kering (matic) hasil pengembangan PT. FKT sendiri.
PRIME 1 BLUE, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W-30, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MB. Oli ini sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua bermesin 4-Tak dengan sistem kopling kering (matic) pengembangan bersama R&D Honda dan salah satu perusahaan aditif internasional.
SUPREME ULTRATEC, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 20W-50, berspesifikasi standar kualitas API - SG JASO MA. Oli ini sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua 4-Tak dengan sistem kopling basah (manual) untuk mesin standar.
SUPREME XX, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 20W-50, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MA. Oli sintetik yang sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua bermesin 4-Tak dengan sistem kopling basah (manual) untuk mesin generasi baru.
RACING OIL, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W30, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MA. Oli sintetik yang sesuai dengan mesin racing kandungan bahan sintetis untuk perlindungan maksimal pada kondisi ekstrim.
SUPERMATIC, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W30, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MB. Oli sintetik yang sesuai dengan mesin matic racing kandungan bahan sintetis untuk perlindungan maksimal pada kondisi ekstrim.
90
Angka SAE 10W-30 berarti 10W (Winter) menunjukkan pada suhu dingin oli bekerja pada kekentalan 10 dan pada suhu terpanas akan bekerja pada kekentalan 30. Kualitas oli disimbolkan oleh API (American Petroleum Institute), Semakin mengarah ke huruf Z semakin baik kualitas oli. Sebagai contoh oli dengan spesifikasi API-SH lebih baik daripada oli dengan spesifikasi API-SG begitu pula oli dengan spesifikasi API-SL lebih baik daripada oli dengan spesifikasi API-SL. Merk-merk tersebut pada pembahasan selanjutnya akan diganti dengan simbol Z1 hingga Z8, untuk menyederhanakan dalam proses formulasi matematika dan penyajian dalam tabel. 4.3. Proses Pengolahan Oli Oli pelumas mesin berkualitas yang dihasilkan oleh PT. FKT dengan melakukan pengolahan dari oli dasar (base oil) menjadi produk jadi. Produk jadi ini diproses melalui beberapa tahapan yaitu: 1. Pengecekan base oil. Setelah base oil tiba, diambil sampel dari base oil tersebut untuk diteliti apakah memenuhi syarat mutu atau tidak, indikator kualitas base oil yang telah memenuhi syarat mutu diantaranya adalah visikositas dan standart API (American Petroleum Institute) yang digunakan. 2. Proses blending. Pada proses ini oli dicampur dengan aditif sesuai dengan formulasi agar didapatkan karakteristik yang diinginkan menggunakan motor pengaduk. 3. Proses flushing. Pada proses ini oli yang telah dicampur kemudian dipindah ke tangki homogenisasi, untuk membilas (flushing) tangki yang tadi digunakan dalam proses blending digunakan base oil (agar tidak ada aditif yang terbuang percuma). 4. Homogenisasi. Pada tahap ini oli yang tadi telah dicampur kembali diaduk agar campuran merata dengan sempurna hingga pada tingkat molekul.
91
5. Pengepakan. Setelah oli tercampur dengan merata maka oli siap dikemas pada botol kemasan, diagram proses pengolahan oli dapat dilihat pada lembar Lampiran 5 4.4. Bahan Baku Bahan yang digunakan oleh PT. FKT untuk memproduksi 8 jenis oli mesin untuk kendaraan bermotor roda dua terdiri dari 14 jenis bahan yang dapat dikelompokkan menjadi base oil, aditif dan kemasan. Bahan didapatkan sebagian dari dalam negeri dan sebagian lain diimpor dari Singapura. Sistem pemesanan bahan dan jarak menyebabkan lead time untuk bahan lokal yaitu satu minggu dan bahan baku impor adalah satu bulan. 4.5. Peramalan Permintaan Oli Rencana produksi yang digunakan oleh PT. FKT didapatkan dengan menganalisa potensi pasar yang berkembang untuk mendapatkan rencana produksi yang kemudian disesuaikan dengan rencana peningkatan market share. Jumlah produk yang akan diproduksi oleh PT.FKT pada tabel Rencana Produksi PT.FKT 2011 (Tabel 1) dibanding dengan ramalan permintaan pada penelitian ini yang dapat di lihat pada tabel Ramalan Permintaan Produk 2011 (Tabel 2) terdapat perbedaan diantara keduanya. Berikut ini (Tabel 2) adalah rencana produksi yang disusun oleh PT.FKT berdasarkan pada perkiraan kenaikan potensi pasar dan rencana PT.FKT untuk meningkatkan market share pada tahun 2011. Peramalan
permintaan
yang
dilakukan
pada
penelitian
ini
dilaksanakan dengan menggunakan data historis, yaitu data time series total produksi produk dari tahun 2008 sampai dengan 2010 yang disajikan pada Lampiran 6 tanpa dilakukan pengujian pola musiman, dan metode yang digunakan adalah weighted moving average, Naïve method, moving average, exponential smoothing, linear regresion / least squares. Pada kasus rencana produksi PT. FKT metode weighted moving average memiliki tingkat kesalahan paling kecil, hasil perhitungan tingkat kesalahan terhadap seluruh
92
metoda untuk mencari yang paling sesuai digunakan untuk peramalan dapat dilihat pada Lampiran 7. Seluruh produk baik naik maupun turun. Produk Z8 pada Tabel 3 merupakan produk dengan jumlah produksi tertinggi dan produk Z6 merupakan produk dengan tingkat produksi terendah. Tabel 1. Rencana produksi PT.FKT 2011. No.
Jenis produk
Jumlah produksi (botol)
1
Produk
Z11
3.600
2
Produk
Z12
91.200
3
Produk
Z20
403.200
4
Produk
Z30
1.152.000
5
Produk
Z40
2.028.000
6
Produk
Z50
28.800
7
Produk
Z60
14.400
8
Produk
Z71
1.086.000
9
Produk
Z72
5.160.000
10
Produk
Z81
7.644.000
11
Produk
Z82
31.524.000
Total
49.135.200
Sumber : PT. Federal Karyatama (2010). Perbedaan jumlah pada masing-masing produk antara rencana produksi yang dilakukan oleh PT. FKT dan rencana produksi yang disusun pada penelitian ini, bisa disebabkan karena PT. FKT melakukan perencanaan dengan metode yang berbeda, sedangkan peramalan pada penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan pada efisiensi biaya produksi. Perhitungan peramalan penjualan dilakukan dengan memasukkan total penjualan tiap produk pada tahun 2008, 2009, dan 2010 untuk mendapatkan peramalan penjualan pada tahun 2011. Pembobotan dilakukan dengan cara memberi bobot paling kecil yaitu 1 pada data tahun 2008, memberi bobot 2 pada tahun 2009 dan data penjualan tahun 2010 diberi bobot paling besar yaitu 3, karena tahun yang paling akhir merupakan kondisi yang paling mendekati kondisi yang sebenarnya.
93
Tabel 2. Ramalan permintaan produk 2011. No.
Jenis produk
jumlah produksi (botol).
1
Produk
Z11
480
2
Produk
Z12
337.696
3
Produk
Z20
726.352
4
Produk
Z30
237.758
5
Produk
Z40
1.813.885
6
Produk
Z50
28.800
7
Produk
Z60
14.400
8
Produk
Z71
993.837
9
Produk
Z72
5.630.320
10
Produk
Z81
5.912.940
11
Produk
Z82
33.438.607 49.135.075
Total
4.6. Perumusan Model Pemrograman Linier 4.6.1 Perumusan Fungsi Tujuan Fungsi tujuan dalam linear programming menggambarkan tujuan dalam penelitian ini, yaitu menemukan kombinasi produksi yang dapat meminimumkan biaya produksi. Biaya yang digunakan adalah biaya produksi mulai dari pembelian bahan, hingga proses blending dan pengemasan. Bahan-bahan untuk membuat oli hingga menjadi produk jadi terdiri dari 10 jenis bahan baku, 2 produk jadi (dibeli dari pihak ke-3 yang kemudian langsung dikemas pada kemasan botol) dan 2 ukuran botol kemasan, komposisi bahan dari produk Z1 hingga Z8 dan total biaya produksi dapat dilihat pada Lampiran 8. Formulasi matematika pemrograman linier dengan tujuan meminimisasikan biaya produksi adalah sebagai berikut. Z Min = 17.381 X11 + 17.181 X12 + 16.014 X20 + 15.884 X30 + 13.824 X40 + 20.356 X50 + 21.232 X60 + 16.240 X71 + 16.040 X72 + 13.623 X81 + 13.423 X82.
94
Keterangan: Z
: total biaya produksi.
X 11
: jumlah produk Z1 kemasan 1 liter.
X 12
: jumlah produk Z1 kemasan 0,8 liter.
X 20
: jumlah produk Z2 kemasan 0,8 liter.
X 30
: jumlah produk Z3 kemasan 0,8 liter.
X 40
: jumlah produk Z4 kemasan 0,8 liter.
X 50
: jumlah produk Z5 kemasan 1 liter.
X 60
: jumlah produk Z6 kemasan 1 liter.
X 71
: jumlah produk Z7 kemasan 1 liter.
X 72
: jumlah produk Z7 kemasan 0,8 liter.
X 81
: jumlah produk Z8 kemasan 1 liter.
X 82
: jumlah produk Z8 kemasan 0,8 liter.
4.6.2 Perumusan Persamaan Kendala Proses produksi pada perusahaan termasuk PT. FKT pasti dibatasi oleh adanya kendala terkait dengan berbagai keterbatasan yang ada. Tabel 3. Total rencana pembelian bahan baku berdasarkan ramalan permintaan (weighted moving average). Nama bahan baku. A B C D E F G H I J K L Botol 1 Liter (buah)
Botol 0,8 Liter (buah)
Rencana Pembelian. (Liter) 32.651.825 5.488.093 2.115.594 9.510 58.146 126.347 11.729 77.223 11.256 123.351 2.902 173 9.636.456 40.676.150
Catatan: Identitas bahan baku disembunyikan menjadi A sampai dengan L.
95
Kendala yang terkait dengan proses produksi di PT.FKT dan formulasi matematikanya adalah sebagai berikut: 1. Kendala bahan baku Bahan baku oli yang diproduksi oleh PT.FKT terdiri dari 12 jenis. Jumlah total dari aditif pada Tabel 4 ditentukan berdasarkan peramalan permintaan yang diurai berdasarkan formula pada komposisi dan biaya produksi produk Z1 hingga Z8 pada Lampiran 8. Persamaan kendala bahan baku: a) X81 + 0,8 X82 ≤ 32.651.825 (constraint substrat A) b) X71 + 0,8 X72 ≤ 5.488.092 (constraint substrat B) c) 0,8457 X11 + 0,67656X12 +
0,67736 X20 + 0,4144 X30 +
0,6956 X40 + 0,7992 X50 + 0,7938 X60 ≤ 2.115.594 (constraint substrat C) d) 0,04 X30 ≤ 9.510 (constraint substrat D) e) 0,24456X30 ≤ 58.146 (constraint substrat E) f) 0,1233 X11 + 0,09864X12 + 0,08784 X20 + 0,09864 X30 ≤ 126.347 ( constraint substrat F) g) 0,031 X11 + 0,0248X12 + 0,003 X30 ≤ 11.729,4700 (constraint substrat G) h) 0,0304 X20 + 0,0304 X4 ≤ 77.223 (constraint substrat H) i) 0,0044 X20 + 0,0044 X4 ≤ 11.256 (constraint substrat I) j) 0,068 X40 ≤ 123.350 (constraint substrat J) k) 0,0016 X40 ≤ 2.902 (constraint substrat K) l) 0,0044 X50 + 0,0044 X6 ≤ 172 (constraint substrat L) m) X11 + X50 + X60 + X71 + X81 ≤ 9.636.4560 (constraint jumlah botol ukuran 1 liter) n) X12 + X20 + X30 + X40 + X72 + X jumlah botol ukuran 0,8 liter)
82
≤ 40.676.150 (constraint
96
Jumlah
masing-masing
constraint
didapatkan
dengan
menjumlahkan kebutuhan masing-masing jenis produk setiap liternya dikalikan dengan jumlah total rencana produksi pada produk tersebut 2. Kendala jumlah minimum dan maksimum produk Produk oli mesin adalah suatu produk yang dapat dikategorikan substitusi sempurna, dalam artian pelanggan dapat beralih ke lain produk sejenis dengan mudahnya. Kendala jumlah minimum produk adalah minimum jumlah produksi suatu jenis produk dalam setahun, ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekosongan suatu produk di pasaran yang dapat memancing pelanggan untuk berpindah ke produk lain. Persamaan kendala jumlah minimum produk: a) X11 ≥ 480 (constraint permintaan produk Z1 kemasan 1 liter) b) X12 ≥ 52.512 (constraint permintaan minimum produk Z1 kemasan 0,8 liter) c) X12 ≤ 358.569 (constraint permintaan maksimum produk Z1 kemasan 0,8 liter) d) X20 ≥ 283.968 (constraint permintaan minimum produk Z2 kemasan 0,8 liter) e) X20 ≤ 1.199.225 (constraint permintaan maksimum produk Z2 kemasan 0,8 liter) f) X30 ≥ 123.264 (constraint permintaan minimum produk Z3 kemasan 0,8 liter) g) X30 ≤ 3.486.369 (constraint permintaan maksimum produk Z3 kemasan 0,8 liter) h) X40 ≥ 889.344 (constraint permintaan minimum produk Z4 kemasan 0,8 liter) i) X40 ≤ 5.417.157 (constraint permintaan maksimum produk Z4 kemasan 0,8 liter) j) X50 ≥ 28.800 (constraint permintaan minimum produk Z5 kemasan 1 liter)
97
k) X60 ≥ 14.400 (constraint permintaan minimum produk Z6 kemasan 1 liter) l) X71 ≥ 862.876 (constraint permintaan minimum produk Z7 kemasan 1 liter) m) X71 ≤ 2.275.744 (constraint permintaan maksimum produk Z7 kemasan 0,8 liter) n) X72 ≥ 4.889.635 (constraint permintaan minimum produk Z7 kemasan 1 liter) o) X72 ≤ 12.895.887 (constraint permintaan maksimum produk Z7 kemasan 0,8 liter) p) X81 ≥ 5.439.571 (constraint permintaan minimum produk Z8 kemasan 1 liter) q) X81 ≤ 14.831.926 (constraint permintaan maksimum produk Z8 kemasan 0,8 liter) r) X82 ≥ 30.824.236 (constraint permintaan minimum produk Z8 kemasan 1 liter) s) X82 ≤ 84.047.585 (constraint permintaan maksimum produk Z8 kemasan 0,8 liter) Constraint permintaan maksimum dan minimum didapatkan dengan
melihat
kecenderungan
maksimum
dan
minimum
penjualan yang dapat diketahui pada data time series penjualan tahun 2008-2010. 3. Kendala kapasitas produksi Kendala kapasitas produksi adalah jumlah maksimum yang dapat diproduksi oleh PT. FKT. Kendala kapasitas produksi terjadi karena adanya keterbatasan pada kecepatan produksi setiap lini produksi. Pabrik I pada PT. FKT memiliki 2 lini produksi yang menggunakan sistim in-line dengan kapasitas 3.800 botol per-jam yang dapat memproduksi oli dengan ukuran kemasan 1 liter dan 0,8 liter. Pabrik II pada PT. FKT juga memiliki 2 lini produksi tetapi
98
lini produksi pertama menggunakan sistim robotic dengan kecepatan 7.200 botol per jam yang dapat memproduksi oli dengan kemasan hanya 0,8 liter. Lini produksi yang kedua menggunakan sistim in-line dengan kapasitas produksi 3.800 botol per jam yang dapat memproduksi botol dengan ukuran 1 liter dan 0,8 liter. Asumsi hari kerja per-tahun yang digunakan pada penelitian ini adalah adalah 250 hari. Pabrik I memproduksi produk Z1 hingga produk Z7, sedangkan
Pabrik
II
pada
PT.
FKT
dikhususkan
untuk
memproduksi produk Z8. Persamaan kendala kapasitas produksi: a)
X11 + X12 + X20 + X30 + X40 + X50 + X60 + X71 + X72 ≤ 30.400.000 (constraint kapasitas produksi pabrik I)
b) X81 + X82 ≤ 44.000.000 (constraint kapasitas produksi pabrik II) Kapasitas produksi pada masing-masing produk didapatkan dengan menghitung kapasitas maksimum setiap lini produksi dalam satu tahun. 4. Kendala jumlah total produk dalam botol Kendala jumlah total produk dalam botol, dimaksudkan agar hasil perhitungan optimisasi memenuhi target jumlah liter produk yang diproduksi oleh PT. FKT. Kuantitas produksi perlu diperhatikan karena apabila produksi berlebih, maka maka biaya penyimpanan akan bertambah, sedangkan apabila kuantitas produksi tidak memenuhi permintaan pasar maka perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh laba. Penggunaan kendala jumlah total produk dalam botol dimaksutkan agar hasil dari optimasi memenuhi target jumlah target
setiap
produk
minimal
setara
dengan
yang
telah
direncanakan namun tidak melebihi jumlah maksimum penjualan produk yang telah diperkirakan.
99
Persamaan kendala jumlah total produk dalam botol: a) X11 + X50 + X60 + X71 + X81 ≥ 7.070.499 (constraint jumlah total produk 1 ℓ). b) X12 + X20 + X30 + X40 + X72 + X82 ≥ 42.040.570 (constraint jumlah total produk 0,8 ℓ). Constraint jumlah total produk setiap kemasan dihitung dengan menambahkan total perkiraan kebutuhan masing-masing produk pada kemasan 0,8 ℓ dan kemasan 1 ℓ. 4.6.3 Hasil Optimisasi Fungsi Tujuan Setlah formulasi matematik pemrograman linier kemudian dicari solusi optimalnya menggunakan program komputer POM agar diperoleh hasil kombinasi produk yang dapat meminimisasi biaya. Input proses optimisasi pada program komputer POM dapat di lihat pada Lampiran 9. Perbedaan jumlah total produksi pada masing-masing jenis produk terjadi karena dalam perhitungan rencana produksi PT. FKT berbeda dengan yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu fokus pada optimisasi biaya produksi. Biaya produksi dengan rencana produksi yang telah disusun oleh PT. FKT adalah Rp 682.999.878.207, biaya produksi dalam hasil penelitian adalah Rp 682.682.142.425. Selisih antara keduanya adalah Rp 317.735.781. 4.7. Analisa Pola Permintaan Produk dan Rencana Produksi Setelah jumlah optimal diketahui, maka total rencana produksi pada Sub-bab 4.7 dibagi ke dalam jumlah produksi tiap bulan selama satu tahun untuk memenuhi permintaan produk setiap bulan yang besarnya telah diperkirakan sebelumnya oleh PT. FKT. Produk Z8 pada Lampiran 11 dan biaya produksi produk Z1 hingga Z8 terlihat merupakan produk dengan jumlah kontribusi biaya produksi tertinggi dan produk Z60 merupakan produk dengan tingkat kontribusi biaya produksi terendah. Rencana persebaran jumlah produksi tiap produk dapat dilihat pada Lampiran 11.
100
Tabel 4. Jumlah produksi tahunan setelah optimisasi. No. Jenis produk Jumlah produksi (botol) 1
Produk
Z11
480
2
Produk
Z12
337.745
3
Produk
Z20
726.580
4
Produk
Z30
237.718
5
Produk
Z40
1.815.650
6
Produk
Z50
28.800
7
Produk
Z60
14.400
8
Produk
Z71
1.455.206
9
Produk
Z72
5.053.615
10
Produk
Z81
5.449.571
11
Produk
Z82
34.015.310
Total
49.135.075
Gambar 4 di atas terlihat bahwa rencana penjualan produk Z82 atau produk Z8 dalam kemasan ukuran 0,8 liter adalah produk yang akan diproduksi paling banyak, yakni mencapai 34.015.310 unit pada bulan juli 2011, disusul dengan produk Z81 atau produk Z8 dalam kemasan ukuran 1 liter, yang mencapai 25.000 unit pada bulan juli 2011.
Gambar 4. Grafik rencana produksi setiap produk tahun 2011, diolah.
101
Gambar 5. Grafik penjualan produk tahun 2008 hingga 2010, diolah. Grafik penjualan produk tahun 2008 hingga 2010 pada Gambar 5 menunjukkan bahwa produk Z8, baik kemasan 0,8 liter dan 1 liter merupakan produk dengan penjualan paling tinggi yakni mencapai 111.734 unit pada bulan 13, (Januari 2009), disusul dengan penjualan bulan ke 35, (November 2010) sebesar 110.157 unit. Perkiraan jumlah penjualan produk paling tinggi pada Gambar 6 terjadi pada bulan juli, hal yang berbeda terlihat pada Gambar 7. Jumlah penjualan produk pada tahun pertama paling tinggi terjadi pada tahun 2008 adalah pada bulan Desember, sedangkan pada tahun 2009 penjualan tertinggi pada bulan Januari, dan pada tahun 2010 penjualan tertinggi ada pada bulan September. 4.8. Manajemen Persediaan Bahan Baku Manajemen persediaan bahan baku pada PT. FKT menggunakan sistem continuous review pada keseluruhan bahan yang digunakan untuk memproduksi produk Z1 hingga Z8 berikut botol kemasannya. Hal ini untuk menjaga agar sediaan bahan baku produksi selalu tersedia setiap saat. Bahan A, B, C, D, E, dan botol dibeli menggunakan sistem kontrak, dan bahan tersebut harus dipesan seminggu sebelum dapat diterima, sedangkan botol dipesan sebulan sebelumnya. Sedangkan bahan F, G, H, I, J, K harus dipesan sebulan sebelum tersedia di gudang dapat digunakan. Bahan A, B, C dikirim oleh supplier dengan truk container atau tanki dengan volume 24.000 Liter. Sedangkan bahan D dan E dikirim oleh supplier dengan truk container dengan volume 16.000 liter. Bahan H diimpor dari Singapura dalam container dengan volume 16.965 liter.
102
Bahan F, G, I, J, K diimpor dari supplier di Singapura dalam kemasan drum 200 liter. Bahan F, G, I, J, K dikirim dalam volume masing-masing 193, 200, 193, 170, dan 196 liter setiap kali pengiriman. Manajemen persediaan bahan baku pada model probalilistik pada sistem continuous review berfokus pada reorder point yang dihitung dengan menggunakan rumus: R = ̅ L + Z . σd . √ Dimana :
đ
= rata rata penggunaan per satuan waktu.
Z
= service level.
L
= lead time.
Z . σd . √
= safety stock.
Safety stock dihitung dengan menggunakan rumus: Z . σd . √ Dimana :
Z
= Service Level. = Rata-Rata Kebutuhan
L
= Lead Time.
Simbol Z pada Safety stock adalah besar service level yang ditetapkan oleh perusahaan, yaitu 95 persen, service level sebesar 95 persen berarti perusahaan mensyaratkan bahwa tingkat persediaan pengaman mengizinkan kemungkinan terjadi kekurangan stock bahan tidak lebih dari 5 persen, besar nilai Z apabila menggunakan service level sebesar 95 persen adalah 1,65. Contoh perhitungan Safety stock bahan A: SS
√
Simbol σd menerangkan standar deviasi penggunaan bahan per satuan waktu, satuan waktu yang digunakan adalah hari, safety stock untuk setiap bahan cair dan botol dapat dilihat di bawah pada Tabel 5.
103
Reorder point dapat dihitung setelah mengetahui jumlah safety stock dari masing masing bahan. Reorder point untuk masing-masing bahan disajikan pada Tabel 6. Tabel 5. Safety Stock untuk setiap bahan. Safety stock (liter). Jenis bahan A B C D E F G H I J K L Botol 1 Liter (buah)
Botol 0,8 Liter (buah)
2.244.813 377.306 146.261 769 4.700 17.433 1.638 10.633 1.550 17.271 406 30 972.194 5.780.579
Safety stock pada tabel di atas terlihat bahwa jumlah persediaan botol kemasan 0,8 liter adalah bahan yang paling banyak disimpan karena setiap produk pasti memerlukan botol kemasan, sedangkan produk kemasan 0,8 liter diproduksi lebih banyak daripada produk kemasan 1 liter. Tabel 6. Reorder point untuk setiap jenis bahan. Reorder Point (liter). Jenis bahan A B C D E F G H I J K L Botol 1 Liter (buah)
Botol 0,8 Liter (buah)
2.532.217 425.613 164.986 1.700 10.396 27.999 2.630 17.077 2.489 27.739 653 48 1.561.402 9.283.960
104
Jumlah pemesanan bahan didapatkan dengan membagi total kebutuhan bahan pada tahun 2011 dengan jumlah bahan pada setiap pembelian pembelian. Tabel 7. Jumlah pemesanan bahan pada tahun 2011. Jumlah pemesanan bahan (kali). Jenis bahan 13 A B C D E F G H I J K L Botol 1 Liter (buah)
Botol 0,8 Liter (buah)
13 13 7 7 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4.9. Total Inventory Cost Total inventory cost adalah total jumlah biaya pemesanan ditambah biaya penyimpanan setiap bahan. Tabel 8. Total inventory cost. Jenis bahan A B C D E F G H I J K L Botol 1 Liter
Botol 0,8 Liter Total
Total Inventory Cost (Rupiah). 3.773.468.306 777.860.866 162.597.206 980.925 5.997.373 73.123.103 9.388.637 21.388.068 17.698.569 53.872.567 1.383.855 201.741 164.997.830 896.981.624 5.959.940.670
105
Total inventory cost yang terjadi selama periode produksi 2011 adalah Rp 5.959.940.670. Diantara bahan bahan diatas biaya persediaan yang paling besar adalah pada bahan A, sedangkan yang paling kecil adalah bahan L. 4.10. Implikasi Manajerial Dengan perlunya perusahaan menggunakan metoda peramalan dalam membuat rencana produksi, pertimbangannya adalah Untuk mengetahui perkiraan jumlah permintaan produk, agar perusahaan dapat mengetahui periraan jumlah permintaan produk berikut pola permintaan, kapan diperkirakan mengalami puncak tertinggi, dan kapan diperkirakan akan mengalami penuruna permintaan terendah sehingga perusahaan dapat menyiapkan strategi yang tepat. Metoda peramalan yang tepat juga dibutuhkan agar perusahaan dapat memperkirakan kebutuhan bahan baku, sehingga perusahaan dapat melakukan persiapan seperti melakukan tender permintaan bahan baku lebih tinggi untuk mempersiapkan perkiraan lonjakan permintaan produk. Perusahaan juga dapat menghitung perkiraan kebutuhan biaya, sehingga tidak terjadi kekurangan biaya untuk operasional selama periode produksi tersebut Didalam menyusun rencana produksi akhir perusahaan perlu mempertimbangkan untuk menetapkan kombinasi produk yang dapat menekan biaya produksi ketingkat yang minimal. Keuntungan yang optimal dan berlanjut lebih kuat apabila di dukung oleh biaya produksi yang minimal. Pengelolaan persediaan yang baik dapat memudahkan perusahaan dalam menyediakan kebutuhan bahan baku dengan total biaya yang dapat ditekan pada tingkat terkecil. Pengelolaan persediaan bahan baku yang baik juga digunakan untuk menghindari kekurangan bahan baku.
106
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a) PT. FKT memproduksi 8 jenis oli mesin yang masing-masing diproses dalam beberapa tahap, tahap pengecekan base oil, proses blanding, Proses flushing, homogenisasi dan packaging. b) Proses optimisasi menjadikan hasil perencanaan lebih efisien dari segi biaya produksi, setelah dilakukan optimisasi biaya produksi produk pada periode produksi 2011 adalah Rp 682.380.830.761, sedangkan rencana yang disusun oleh PT. FKT adalah sebesar Rp 682.996.998.207, hal ini menunjukan bahwa rencana produksi yang dilakukan pleh PT. FKT masih belum efisien. c) Manajemen persediaan bahan baku pada PT. FKT menggunakan sistem continuous review. Manajemen persediaan bahan baku pada model probalilistik pada sistem continuous review berfokus pada reorder point, Jumlah bahan yang dipesan untuk sekali pemesanan adalah rata-rata penggunaan bahan tersebut selama satu bulan dibulatkan dalam paket pengiriman. d) Total inventory cost yang terjadi selama periode produksi 2011 adalah Rp 5.959.940.670. bahan A adalah bahan baku yang memiliki inventory cost yang paling tinggi di antara bahan-bahan yang lainnya, ini disebabkan bahan baku A adalah bahan yang paling banyak digunakan, yaitu hampir 80 persen dibanding bahan cair lainnya sehingga biaya pemesanan dan pengiriman menjadi mahal sedangkan yang paling kecil adalah bahan L karena paling sedikit digunakan. 2. Saran a) Untuk
efisiensi
dari
segi
biaya
produksi
PT.
FKT
dapat
mempertimbangkan penggunaan peramalan. b) Proses optimisasi juga dapat dilakuka untuk menjadikan hasil perencanaan lebih efisien dari segi biaya produksi, hasil dari penelitian ini menunjukkan perlunya PT. FKT melakukan optimisasi biaya produksi.
107
c) Bahan A, B dan botol kemasan merupakan bahan yang banyak, oleh sebab itu bahan A, B dan botol perlu dijadikan perioritas pertimbangan dalam menentukan jumlah pembelian karena selain pemakaiannya palaing banyak, Tangki penyimpanan juga terbatas. Bahan F, G, H, I, J, K, L perlu diperhatikan dalam jadwal pemesanan karena bahan-bahan tersebut memiliki lead time yang panjang
108
DAFTAR PUSTAKA
Andinova, F 2009. Kajian Optimasi Untuk Meningkatkan Profitabilitas Pada PT. Pismatex, Pekalongan. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga penerbit FE UI, Jakarta. Ahyari, A.1999. Efisiensi Persediaan Bahan. BPFE, Yogyakarta. Baroto, T. 2002.Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Bowerman, B.L, O’Connel, R.T. 1987.Essentials of Business Statistics. Mc Graw Hill Inc, Singapura. Handoko, T.H. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE, Yogyakarta. Heizer dan Render. 2006. Manajemen Operasi (Terjemahan, Jilid I). Penerbit Karyasalemba Empat, Jakarta. Indrajit, R.E dan R.D, Pranoto. 2003. Manajemen Operasi. PT Grasindo, Jakarta. Kusuma, H. 2009. Manajemen Produksi : Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Andi offset, Yogyakarta. Montgomery, D.C, L.A Jhonson and J.S Gardiner . 1990, Forcasting and Time Series Analysis. Mc Graw Hill Inc, Singapura. Mukti, A.1997. Strategi Perencanaan Produksi Agregat Industri Kayu Lapis. Skripsi pada Departemen Tekno. Mulyono, S. 1991. Operation Research. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, jakarta. Prawirosento, S. 2007.Operation Management.Bumi Aksara Jakarta. PT. Federal Karyatama.2010. Rencana Produksi PT. Federal Karyatama 2011.jakarta. PT. Federal Karyatama.2010. Penjualan Produk PT. Federal Karyatama 2010.jakarta. Rangkuti, F. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
109
Schroeder, R. G. 1997. Manajemen Operasi : Pengambilan Keputusan Dalam Suatu Fungsi Operasi Jilid 2 Edisi Ketiga. Terjemahan Erlangga, Jakarta. Soekartawi. 1992. Linear Programing Teori dan Aplikasinya Khususnys dalam bidang pertanian. Rajawali Pers, Jakarta. Siswanto. 2007. Operations Research (Jilid I). Penerbit Erlangga, Jakarta. Taylor III, B.W.2001. Sains Manajemen :Pendekatan Matematika Untuk Bisnis (Terjemahan). Penerbit Salemba Empat, Jakarta. www.otoclink.blogspot.com. 10 Maret 2009. Grafik populasi sepeda motor dan jumlah penduduk tahun 1981-2009. www.otoclink.blogspot.com. 10 Maret 2009. Rasio perbandingan jumlah sepeda motor dengan jumlah penduduk tahun 1981-2009. Yamit, Z. 2008. Manajemen Persediaan Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta. Yusup, M. 2009. Optimalisasi Produksi Kain Tenun Sutra Pada CV Batu Gede Di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Skripsi Pada Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor.
110
49
Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian.
50
Lampiran 2 . Tabel Pengumpulan Data dan Analisis.
51
Lampiran 3. Diagram Tahapan Penelitian.
52
Lampiran 4. Struktur Organisasi PT.FKT.
53
Lampiran 5. Alur Proses Pengolahan Oli.
54
Lampiran 6. Data Historis Penjualan Tahun 2008 - 2010.
55
Lampiran 7. Uji Akurasi Metode Peramalan. Naive method
Moving average
Exponential Smoothing
56
Lanjutan Lampiran 7 Least square
Weighted moving average
57
Lampiran 8. Tabel Komposisi dan biaya produksi produk Z1 hingga Z8.
58
Lampiran 9. Optimisasi Produksi.
59
Lanjutan Lampiran 9.
60
Lampiran 10. Grafik pola permintaan setiap produk.
61
Lampiran 11. Tabel Perkiraan Permintaan Produk Perbulan.
Perhitungan Reorder Point. Perhitungan safety stock.
62
Lampiran 12. Proses Perhitungan.
Perhitungan total inventory cost.
Perhitungan order quantity.
63
Lanjutan Lampiran 12.
64
Lampiran 13. Data Historis Penjualan Tahun 2008 - 2010.