KAJIAN KELULUSAN MAHASISWA JURUSAN SASTRA JEPANG YANG MENGIKUTI UJIAN KEMAMPUAN BAHASA JEPANG PERIODE 2005— 2007 * Puspa Mirani Kadir Pengajar Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran
[email protected]
Abstrak Uji kemampuan bahasa Jepang (UKBJ) akan memberikan pengaruh yang besar pada mahasiswa yang akan mempelajari ketrampilan yang dipersyaratkan oleh sekolah tinggi yang bersangkutan. Mahasiswa yang merasa perlu terhadap UKBJ, walaupun tahun tertentu gagal, akan mencobanya kembali pada tahun berikutnya. Terdapat empat kriteria yang harus dipertimbangkan dalam Uji kemampuan bahasa Jepang: (1) kemahiran kosa kata, (2) kemampuan menyimak, (3) keterampilan tata bahasa, dan (4) kemampuan memahami teks. Semua kriteria tersebut saling berhubungan satu sama lain. Kemahiran dalam kosa kata dan kemampuan dalam huruf kanji Jepang akan mempengaruhi kemampuan menyimak. Demikian pula halnya dengan ketrampilan tata bahasa. Ketrampilan tata bahasa yang rendah akan mengakibatkan kemampuan pemahaman teks yang rendah pula. Uji kemampuan bahasa Jepang (UKBJ) untuk tingkat dasar dibagi menjadi empat kelompok: Level 4 adalah untuk tingkat dasar, level 3 untuk tingkat menengah, dan level 2 dan level 1 untuk tingkat atas. Tingkat kesulitan ini sangat beragam, khususnya untuk ujian dari Level 3 ke Level 2. Terdapat perbedaan yang sangat besar antara jumlah mahasiswa yang lulus level 2 dengan jumlah mahasiswa yang lulus level 4. Jumlah mahasiswa yang lulus level 2 pada tahun 2006 sebanyak 42% dari mahasiswa yang mengilkuti ujian dan kemudian menurun secara drastis pada tahun 2007 sebanyak 18%. Kata Kunci: Uji kemampuan bahasa Jepang, kemahiran kosa kata, kemampuan menyimak, ketrampilan tata bahasa, kemampuan memahami teks.
Abstract Japanese language proficiency test (UKBJ) will be a big impact for students who want to learn more skills that have been acquired while studying in a college. Students who feel the importance of this UKBJ and fail that year, will try the following year. Four criteria must be considered in this Japanese language proficiency: (1) mastery of vocabulary, (2) the ability of hearing, (3) grammar skills, and (4) reading comprehension. All these mentioned criteria basically interrelated with each other. The mastery of vocabulary and the low ability of Japanese kanji will affect the ability of listening. Similarly, low grammar skill will definitely causes low text comprehension ability. Japanese Language Proficiency Test (UKBJ) is divided into four groups: Level 4 is to test basic level, level 3 is for middle level, and level 2 and 1 for the upper level. This difficulty level is very diverse, especially for the exam from Level 3 to Level 2. *
Makalah telah disampaikan dalam Seminar Program Studi Sastra Jepang, Unpad.
16
LINGUA Vol.9 No.1, Maret 16— 39
There is a far different number of students (Students of Padjadjaran University at Japanese Language Department from the years 2005 in 2007) who passes the test between the one passing level 3 and level 2. The number of passing students for level 2 in year 2006 reached 42%, but in the year 2007 decreased drastically to 18%. Key Words: Japanese Language Proficiency Test, vocabulary mastery, the listening , grammar skills, reading comprehension.
1.Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemampuan seseorang dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, dapat dilihat dari bermacam-macam tes yang diadakan oleh lembaga yang sudah ditunjuk atau diakui untuk menyelenggarakan tes kemampuan bahasa tersebut, misalnya tes TOEFL untuk tes kemampuan berbahasa Inggris yang dilaksanakan oleh Pusat Bahasa Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, Pusat Bahasa Institut Teknologi Bandung, dan UPI. Ujian kemampuan berbahasa Jepang yang diadakan setiap akhir tahun serempak di setiap negara. Pembuatan soal dan perhitungan nilai masih dilaksanakan oleh The Japan Foundation Pusat di Tokyo. Ujian kemampuan bahasa Jepang (UKBJ) akan berpengaruh besar bagi siswa yang ingin lebih jauh mengetahui kemampuan yang sudah diperoleh selama belajar di bangku kuliah. Mahasiswa yang merasakan pentingnya UKBJ ini, biasanya akan terus mencoba jika gagal tahun ini, dan dia akan mencoba pada tahun berikutnya. Empat
kriteria yang harus diperhatikan dalam kemampuan berbahasa
Jepang ini yaitu (1) penguasaan kosakata, (2) kemampuan pendengaran, (3) kemampuan tata bahasa, dan (4) kemampuan pemahaman teks. Semua kriteria yang disebutkan pada dasarnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Kemampuan kosakata dan kanji bahasa Jepang yang rendah akan berpengaruh besar pada kemampuan pendengaran. Demikian pula, kemampuan tata Kajian Kelulusan Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang yang Mengikuti Ujian Kemampuan Bahasa Jepang Periode 2005-1007 (Puspa Mirani Kadir)
17
bahasanya rendah maka sudah pasti kemampuan pemahaman teksnya pun akan rendah. Keterkaitan keempat kriteria tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian hasil UKBJ dari tahun 2005— 2007 yang dipaparkan di bawah ini.
1.2 Perumusan Masalah Sejak dimulai adanya UKBJ pada 1984 oleh The Japan Foundation pusat, setiap tahun peserta semakin bertambah di setiap tempat pelaksanaan UKBJ di beberapa kota di dunia.
Bersamaan dengan itu pula, perlunya
kepemilikan sertifikasi kelulusan bagi peserta UKBJ ini sangat berpengaruh besar terhadap mereka untuk terjun ke masyarakat, khususnya di dunia kerja yang menggunakan bahasa Jepang sebagai media komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Di era multimedia
sekarang ini sangat perlu memacu pembelajar
bahasa Jepang untuk terus lebih meningkatkan diri dalam kemampuan berbahasanya mengingat pada akhir belajarnya diharapkan mampu bersaing dengan lulusan dari universitas atau lembaga sejenis lainnya
dalam
memperoleh kerja yang sesuai dengan keahliannya. Bahkan, perusahaanperusahaan Jepang yang cukup besar, seperti Nasional Gobel dan Toyota Astra, memberikan syarat bagi lulusan bahasa Jepang harus mampu berkomunikasi secara aktif dan memiliki sertifikasi level 2. Hal inilah yang membuat pembelajar pada saat belajar di perguruan tinggi atau sejenisnya untuk terus meningkatkan diri mulai pada tingkat pertama sampai tingkat akhir sehingga kepemilikan sertifikasi itu dapat tercapai. Banyak
universitas
atau
lembaga
sejenis lainnya yang sudah
memberlakukan syarat kelulusan pembelajar, yaitu minimal harus memiliki sertifikasi level 3. Namun, tidaklah mudah dalam melaksanakan perubahan mendasar yang akan berdampak positif pada kemampuan pembelajar di akhir 18
LINGUA Vol.9 No.1, Maret 16— 39
perkuliahan tersebut. Adapun salah satu langkah yang dapat ditempuh dengan efektif yakni selalu dapat mengevaluasi kurikulum yang diberlakukan saat ini agar sesuai dengan kebutuhan pasar. Kurikulum yang berbasis kompetensi yang dimiliki sebuah perguruan tinggi harus seimbang dan sejalan dengan keinginan pasar kerja yang menginginkan lulusan itu memiliki keahlian yang tidak diragukan lagi. Selain itu, pemantauan hasil UKBJ yang setiap tahun dilaksanakan akan sangat membantu untuk perbaikan kurikulum secara bertahap sehingga evaluasi yang rutin dan berkala akan menemukan segi kelebihan dan kelemahan kurikulum yang berlaku. Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (UKBJ) ini terbagi dalam empat kelompok, yaitu ujian tingkat dasar (Level 4), tingkat menengah (Level 3), dan tingkat atas yang terdiri dari Level 2 dan Level 1. Tingkat kesulitan ini sangat beragam, khususnya untuk ujian dari Level 3 ke Level 2, sebagaimana tampak dari hasil Ujian mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Universitas Padjadjaran pada 2005— 2006 di bawah ini. TAHUN
JUMLAH YANG LULUS/JUMLAH SISWA YANG IKUT SERTA LEVEL 1
LEVEL 2
LEVEL 3
LEVEL 4
2005
2/7 (28,6%)
6/92 (6,5%)
69/250 (27,6%)
67/139 (48,2%)
2006
1/10 (10%)
4/66 (6,0%)
76/221 (34,4%)
106/173 (61,3%)
Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah kelulusan siswa pada Level 3 sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan jumlah kelulusan siswa pada Level 2. Hal ini perlu diteliti sampai tingkat mana kesulitan siswa dalam UKBJ untuk Level 2 dan Level 3 ini mengingat tingkatan soal ujian yang diberikan sesuai dengan mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Unpad mulai semester 5 sampai dengan 8, baik itu kemampuan dalam mengingat kosakata, kemampuan
Kajian Kelulusan Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang yang Mengikuti Ujian Kemampuan Bahasa Jepang Periode 2005-1007 (Puspa Mirani Kadir)
19
pendengaran, kemampuan tata bahasa maupun kemampuan pemahaman teks cerita. Mengenai data kemampuan berbahasa Jepang mahasiswa Sastra Jepang Universitas Padjadjaran sampai saat ini masih belum ada data yang lengkap dan belum diteliti, baik dalam mengingat kosakata bahasa Jepang, kemampuan pendengaran, dan kemampuan tata bahasa, maupun kemampuan pemahaman teks, secara terpisah. Hasil kelulusan peserta yang telah diproses The Japan Foundation ini berupa gabungan ujian dari tiap-tiap kemampuan siswa. Oleh sebab itu, penelitian ini ingin mengetahui sampai dengan tingkat mana saja kelulusan siswa dalam Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (UKBJ) berdasarkan kriteria kemampuan-kemampuan di atas. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana tingkat kelulusan mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Unpad yang mengikuti UKBJ pada 2006— 2007? 2. Bagaimana gambaran kelulusan mahasiswa tersebut berdasarkan pada kriteria kemampuan dalam mengingat kosakata bahasa Jepang, kemampuan pendengaran, kemampuan tata bahasa, dan pemahaman teks?
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Empat Tingkat Tingkatan dalam UKBJ Dalam presentasi yang disampaikan The Japan Foundation Pusat (Kaneda, Januari 2006) diperoleh gambaran tentang nilai ukur spesifik untuk ujian kemampuan bahasa Jepang, baik Level 4 maupun Level 1.
20
LINGUA Vol.9 No.1, Maret 16— 39
4? ? ? ? ? ? (? ? 6. ?0 ? ? ? ? ? ? ) 5.0 ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
? ? ? ? ? ? ? ? ??? ?? ??? (? ? ·? ? )
? ? ? ? ? ?
4.0
1? 2? 3? 4?
3.0 2.0 1.0 0.0
-9.0 -8.0 -7.0 -6.0 -5.0 -4.0 -3.0 -2.0 -1.0 0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
? ? ? ? ?
Grafik di atas memperlihatkan bahwa Level 4 jumlah (kuantitas) informasi tes secara keseluruhan sangat rendah jika dibandingkan dengan ujian Level 3, 2, atau 1, sedangkan Level 3 dan 2 kuantitas informasi tes itu hampir sama. Dari hasil grafik lain diperoleh data bahwa di satu sisi soal untuk kemampuan pemahaman teks dan tata bahasa (Dokkai-Bunpo) pada Level 4 kuantitas informasi tes sangat tinggi, sedangkan di sisi lain tes kosakata (Goi) dan tes kemampuan pendengaran (Chokai) informasi tes rendah. Semua ini disebabkan masih sedikitnya jumlah materi yang terkandung dalam level 4. Temuan di atas dapat dijadikan acuan untuk penelitian ini, khususnya perbandingan bagaimana kelulusan mahasiswa di Level 3 dan Level 2. Level ini harus setara dengan kemampuan mahasiswa tingkat 3 atau tingkat 4 (semester akhir).
2.2 Kisi-kisi Setiap Tingkatan (Level) Kajian Kelulusan Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang yang Mengikuti Ujian Kemampuan Bahasa Jepang Periode 2005-1007 (Puspa Mirani Kadir)
21
Pada buku yang membahas tentang kisi-kisi setiap level (Nihongo Noryoku Shiken Shutsudai Kijun(NNSSK)) menjelaskan secara rinci bagianbagian yang perlu dipelajari di dalam setiap kriteria, baik untuk kriteria kosakata, pendengaran, tata bahasa, maupun pemahaman wacana. Tabel di bawah merupakan jumlah yang pasti untuk setiap level, baik itu jumlah kosakata maupun kanji yang harus dikuasai oleh setiap pembelajar. NO.
LEVEL
1.
1
JUMLAH KOSAKATA
10.000 *
JUMLAH
TATA BAHASA DAN
HURUF KANJI PEMAHAMAN WACANA
1.926 *
Nihongo
Noryoku
Shiken
Shutsudai Kijun
2.
2
6.000 *
1.000 *
3.
3
1.500 *
300 *
4.
4
800 *
100 *
- idem - idem - idem -
NB: (*) : Dapat dilihat di buku sumber Nihongo Noryoku Shiken Shutsudai Kijun Edisi 1996
Kisi-kisi level 4 dan level 3 yang ada di dalam buku ini, khusus untuk tata bahasa dan pemahaman wacana, telah memperlihatkan sebuah tabel yang mengacu kepada buku pegangan yang ada yang dipakai di universitas, baik yang di dalam maupun luar negeri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada buku pegangan Nihongo Shoho yang dipakai di Universitas Padjadjaran hampir memenuhi kisi-kisi yang sudah ditentukan, hanya beberapa pola kalimat atau tata bahasa yang tidak tercantum dalam buku ini, yaitu pola kalimat dan tata bahasa. Pola kalimat/tata bahasa yang tercantum di atas perlu dicermati dengan baik oleh pengajar bahasa Jepang tingkat dasar, baik pada pelajaran Nihongo Kiso I—II, Hyougen I maupun Enshu I—II. Kisi-kisi untuk level 2 dan level 1 pada buku NNSSK ini tidak memberikan gambaran tentang perbedaan isi materi-materi buku pelajaran 22
LINGUA Vol.9 No.1, Maret 16— 39
yang dipakai untuk tingkat menengah (Chukyuu) atau tingkat atas (Jokyuu), tetapi hanya memberikan contoh kata yang berfungsi secara tata bahasa (? ? ? ? ? ? ? ) yang diambil dari buku pelajaran bahasa Jepang tingkat menengah (Chukyuu ) yang masih banyak dipakai sampai sekarang ini, kemudian dari buku lainnya yang bersifat keilmuan, hasil karya sastra, terjemahan, dari surat kabar, dan majalah. Di bawah ini akan dipaparkan 25 buah buku yang telah dijadikan objek penelitian oleh penyusun buku NNSSK ini.
Dari tujuh pegangan yang tercantum di atas, buku ? ? ? ? ? ? ? ?
? ? I
? merupakan buku yang masih dipakai di Universitas Padjadjaran sampai saat ini. Kajian Kelulusan Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang yang Mengikuti Ujian Kemampuan Bahasa Jepang Periode 2005-1007 (Puspa Mirani Kadir)
23
Batasan yang tepat mengenai standar kisi-kisi di atas yang membuat tujuan pembatasan level 1 dan level 2 itu menjadi hal yang penting. Akan tetapi, perbedaan kedua level tertinggi ini tidak dapat dituturkan secara umum seperti level 3 atau 4 karena untuk satu kejadian/peristiwa tidak mungkin dapat dipisahkan dengan jelas, misalnya bacaan dari koran atau majalah khusus untuk level 1 atau 2. Jadi, di dalam buku kisi-kisi ujian kemampuan bahasa Jepang ini khusus untuk kisi-kisi tata bahasa level 1 dan level 2 telah dibuatkan tabel kelompok kata yang berfungsi secara tata bahasa. Contoh kata yang berfungsi secara tata bahasa ini disampaikan dengan contoh kalimat sederhana seperti berikut. < ? ? ? > ? ?
? ?
~ ? ? ? /~ ? ? ? ?
? ? ? ? ? ?
~ ? ? ? ? ? ?
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
~ ? ? ? ?
? ? ? ? ? ? ?
~ ? ? ? ? /~ ? ? ? /~ ? ? ? /?
? ? ? ? ? ? ? /? ? ? ? ? ? ? ?
? ? ?
? ? ? ? ?
~ ? ? ? ? /~ ? ? ? ? ? ?
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
Contoh kata dan kalimat di atas memberikan gambaran kepada pembelajar bahasa Jepang tentang kata-kata yang berfungsi secara tata bahasa dalam kalimat walaupun tidak dijelaskan secara terperinci kelas katanya. Dalam hal ini perlu kiranya ada petunjuk cara penggunaan buku tentang kisikisi ujian ini, baik dalam pelajaran Imiron (Semantik), Keitairon (Morfologi), maupun Togoron(Sintaksis).
24
LINGUA Vol.9 No.1, Maret 16— 39
3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan
latar
belakang
dan
perumusan
masalah
yang
telah
dikemukakan, penelitian ini bertujuan sebagai berikut: a.
mengkaji kelulusan mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Unpad yang mengikuti UKBJ pada 2005— 2007.
b. mendeskripsikan gambaran kelulusan mahasiswa tersebut berdasarkan pada kriteria kemampuan dalam mengingat kosakata bahasa Jepang, kemampuan pendengaran, kemampuan tata bahasa, dan pemahaman teks.
3.2 Kontribusi Penelitian Secara praktis dan institusional, penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang sangat berharga, baik itu untuk siswa dalam perbaikan cara belajar bahasa Jepang pada umumnya maupun untuk pengajar dalam peningkatan efektivitas pengajarannya. Dengan demikian, kemampuan mahasiswa dapat lebih dioptimalkan. Di dalam pengajaran Percakapan Bahasa Jepang, pengajar agak sulit mengevaluasi kemampuan Percakapan (Kaiwa), baik itu level dasar, menengah, maupun atas. Di dalam UKBJ pun tidak ada tes langsung yang dapat diharapkan, kecuali dalam kemampuan pendengaran saja. Dalam penelitian ini, memperoleh empat kriteria kemampuan yang diujikan dalam UKBJ ini sedikitnya dapat membantu pengajar Kaiwa untuk lebih mengoptimalkan dalam pengajaran sehingga keterkaitan antara empat kemampuan tersebut dan kemampuan Kaiwa- nya pun akan lebih meningkat.
4. Metode Penelitian
Kajian Kelulusan Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang yang Mengikuti Ujian Kemampuan Bahasa Jepang Periode 2005-1007 (Puspa Mirani Kadir)
25
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif (sinkronis). Dalam kaitan ini, hasil kelulusan siswa dibandingkan dalam periode satu tahun mulai 2005— 2006 dan penganalisisan data tidak bersifat menilai (evaluatif). Pengumpulan data dilakukan melalui evaluasi hasil UKBJ pada 2007 yang diperbandingkan dengan hasil UKBJ pada 2005 dan 2006. Jumlah peserta Level 2 pada 2005 sebanyak 92 orang, telah dibandingkan dengan peserta Level 2 pada 2006 sebanyak 66 orang, dan peserta level 3 pada 2004 sebanyak 250 orang telah dibandingkan dengan peserta Level 3 pada 2006 sebanyak 221 orang. Peserta UKBJ Level 2 dan Level 3 tahun 2007 yang dilaksanakan pada 3 Desember 2007 akan disertakan angket yang sudah dikeluarkan pada tanggal yang sama. Analisis data dilaksanakan secara kualitatif dan kuantitatif, dengan menghitung frekuensi dan membuat tabulasi silang. Selain itu, untuk menunjang hasil penelitian ini dilakukan pembagian angket sebanyak 2 kali: pertama kepada seluruh peserta UKBJ level 2 dan 3 pada 2007 dan kedua kepada peserta UKBJ sebanyak 10% dari level 2 dan 3.
5. Pembahasan 5.1 Perbandingan Kelulusan pada 2005— 2007 Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (UKBJ) ini terbagi dalam empat kelompok, yaitu ujian tingkat dasar (Level 4), menengah (Level 3), dan atas yang terdiri dari Level 2 dan Level 1. Tingkat kesulitan ini sangat beragam, khususnya untuk ujian dari Level 3 ke Level 2, sebagaimana tampak dari hasil ujian pada 2005— 2007 di bawah ini.
TAHUN
JUMLAH YANG LULUS/JUMLAH SISWA YANG IKUT SERTA LEVEL 1
26
LEVEL 2
LEVEL 3
LEVEL 4 LINGUA Vol.9 No.1, Maret 16— 39
2005
2/7 (28,6%)
6/92 (6,5%)
69/250 (27,6%)
67/139 (48,2%)
2006
1/10 (10%)
4/66 (6,0%)
76/221 (34,4%)
106/173 (61,3%)
2007
1/10 (10%)
4/64 (6,3%)
125/211 (59,2%)
89/192 (46,35%)
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah kelulusan siswa di level 3 angkatan 2007 mengalami peningkatan, yakni mencapai setengah atau 59,2% dari siswa yang mengikuti ujian. Hal ini menunjukkan keseriusan siswa yang sudah mengikuti ujian level 4 di tahun sebelumnya, terutama yang sudah memperoleh sertifikasi kelulusan sebanyak 61,3%. Dari tabel di atas dapat dilihat pula jumlah kelulusan siswa pada Level 3 sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan jumlah kelulusan siswa pada Level 2. Hal ini perlu diteliti apa saja kesulitan siswa dalam UKBJ untuk Level 2 dan Level 3 ini mengingat tingkatan soal ujian yang diberikan sesuai dengan mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Unpad mulai semester 5 sampai 8 (semester akhir), baik itu kemampuan dalam mengingat kosakata, kemampuan pendengaran, kemampuan tata bahasa maupun kemampuan pemahaman teks cerita. Perbedaan yang sangat jauh antara hasil kelulusan siswa pada level 3 dan level 2 dapat dilihat dari bobot soal huruf kanji sebanyak 300 buah dan kosakata 1500 buah untuk level 3, sedangkan untuk level 2 bobot soal huruf kanji harus hafal 1.000 buah dan kosakata sebanyak 4.800 buah (Lihat kisi-kisi setiap level). 5.2 Pengolahan Data Presentase Kelulusan Berdasarkan Kriteria Mengenai data kemampuan berbahasa Jepang mahasiswa Sastra Jepang Universitas Padjadjaran sampai saat ini masih belum ada data yang lengkap dan belum diteliti, baik dalam mengingat kosakata bahasa Jepang, kemampuan pendengaran, kemampuan
tatabahasa, maupun kemampuan teks secara
Kajian Kelulusan Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang yang Mengikuti Ujian Kemampuan Bahasa Jepang Periode 2005-1007 (Puspa Mirani Kadir)
27
terpisah. Untuk lebih jelasnya, hasil perolehan kelulusan siswa untuk setiap kriteria tersebut telah dicoba untuk menganalisis dengan menghitung frekuensi dan membuat tabulasi silang seperti berikut ini. PRESENTASE KELULUSAN SISWA UNIVERSITAS KELOMPOK
PADJADJARAN BERDASARKAN KELOMPOK KRITERIA PADA 2005— 2007
KRITERIA YANG LULUS
A Kosakata saja B Pendengaran saja
TAHUN 2005
TAHUN 2006
TAHUN 2007
LEVEL 2
LEVEL 3
LEVEL 2
LEVEL 3
LEVEL 2
LEVEL 3
(n=92)
(n=250)
(n=66)
(n=221)
(n=64)
(n=211)
19,6%
59,6%
42,4%
56,6%
18%
72,4%
4,4%
9,2%
15,2%
12,2%
9,4%
32,9%
2,2%
38,4%
4,6%
45,7%
3,1%
66,2%
3,3%
8,8%
12,1%
14,9%
9,4%
30,5%
19,6%
35,2%
4,6%
11,3%
3,1%
58,1%
4,4%
8%
3,0%
32,1%
6,3%
30,5%
2,2%
8%
3,0%
9,5%
3,1%
29,0%
C Tata Bahasa dan Pemahaman Teks A +B Kosakata + Pendengaran A +C Kosakata + Tata Bahasa dan Pemahaman Teks B +C Pendengaran + Tata Bahasa dan Pemahaman Teks A+B+C Kosakata + Pendengaran + Tata Bahasa dan
28
LINGUA Vol.9 No.1, Maret 16— 39
Pemahaman Teks
Hasil di atas menunjukkan bahwa mahasiswa yang lulus kosakata saja umumnya sudah lebih dari 50% untuk level 3, bahkan kecenderungan meningkat pada 2007 mencapai 72,4% dari 210 siswa. Demikian pula untuk kriteria C, yaitu tatabahasa dan pemahaman teks, sudah mencapai setengahnya dari siswa yang ikut ujian, dan mencapai 66,2 % pada 2007. Untuk kriteria A kosakata dan kriteria C untuk tatabahasa dan pemahaman teks setelah ditabulasi silang menghasilkan 58,1% pada 2007. Hal ini merupakan suatu peningkatan yang cukup berarti dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, kelemahan dari tiap siswa masih terlihat pada kriteria B, yaitu pendengaran, siswa yang lulus baru mencapai 32,9% pada 2007 yang kecenderungan meningkat dibanding pada 2005 dan 2006. Kelemahan itu sangat berpengaruh pada kelulusan ketiga kriteria A, B, dan C, yang setelah dilakukan tabulasi silang hanya sekitar 29% yang lulus pada 2007. Walaupun tahun ini menjadi lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hasil yang dicapai masih rendah. Capaian yang diperoleh di level 2 menunjukkan
siswa yang lulus
kosakata saja pada 2006 pernah mencapai 42,4 %,. Akan tetapi, pada 2007 menurun kembali secara drastis, yakni hanya mencapai 18% yang hampir sama dengan 2005. Pada tampilan di atas tabulasi silang antara kriteria A+B, A+C, dan B+C untuk level 2 memiliki kecenderungan presentase yang rendah sesuai dengan masing-masing kelulusan kriteria. Sesuai dengan yang diutarakan Kaneda (Asean Summit Bandung, 2007) bahwa persiapan untuk level 2 harus benar-benar mantap, baik itu belajar mandiri maupun belajar di kelas, mengingat perbedaan yang sangat jauh dari isi soal antara level 2 dan level 3. Dalam belajar mandiri ada buku yang dapat Kajian Kelulusan Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang yang Mengikuti Ujian Kemampuan Bahasa Jepang Periode 2005-1007 (Puspa Mirani Kadir)
29
dijadikan patokan atau kisi-kisi untuk mempersiapkan UKBJ tersebut, baik untuk jumlah kosakata, contoh soal untuk pendengaran, tatabahasa, maupun pemahaman teks. Buku kisi-kisi ini dapat dijadikan referensi pengajar untuk perbaikan bahan ajar dalam memberikan materi pelajaran, khususnya yang berkaitan dengan empat kriteria di atas. Dalam pembahasan berikut, sebagai penunjang penelitian ini, membahas angket yang diiisi oleh peserta ujian: pertama pada waktu UKBJ dilaksanakan dan kedua pada waktu peserta memperoleh hasil kelulusan. Angket yang pertama telah disebarkan kepada 275 peserta ujian terdiri dari laki-laki 78 orang (28,4%) dan perempuan 197 orang (71,6%). Usia terbanyak kelompok umur 20— 24 tahun (80%), sisanya di bawah 20 tahun (17,5%) dan di atas 25 tahun (2,5%). Ditinjau dari pendidikan peserta ujian didominasi oleh mahasiswa program S-1, yaitu 143 orang (52%), D-3 97 orang (35,3%), dan program Ekstensi 35 orang (12,7%). Level yang diikuti hampir sebagian besar level 3,21 orang (76,7%). Gambaran karakteristik subjek penelitian berdasarkan level yang diikuti disajikan pada tabel berikut ini.
L E V E L KARAKTERISTIK
2
3
Jumlah %
Jumlah %
USIA < 20 Tahun 20-24 Tahun 25+ Tahun
30
2 3,1 60 93,8
46 21,8 160 75,8 LINGUA Vol.9 No.1, Maret 16— 39
JENIS KELAMIN Laki-laki Perempuan
PENDIDIKAN Program D-3 Program Ekstensi Program S-1
Pernah Mengikuti Kursus Ya Tidak
2 3,1
5 2,4
19 29,7 45 70,3
59 28,0 152 72,0
13 20,3 20 31,3 31 48,4
84 39,8 15 7,1 112 53,1
8 12,5 56 87,5
30 14,2 181 85,8
L E V E L KARAKTERISTIK
2
3
Jumlah % Mengikuti UKBJ sebanyak: Belum pernah 1 Kali 2 Kali 3 Kali
Jumlah % 1 1,6 3 4,7
Kajian Kelulusan Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang yang Mengikuti Ujian Kemampuan Bahasa Jepang Periode 2005-1007 (Puspa Mirani Kadir)
34 16,1 33 15,6 31
4 Kali 5 Kali 8 Kali
Terakhir mengikuti UKBJ Belum pernah Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006
---
--
18 28,1 32 50,0 6 9,4 4 6,3 --
111 52,6 29 13,7 3 1,4 --1 5,0
--1 1,6 -7 10,9 56 87,5
34 16,1 1 5,0 1 1,6 --5 2,4 168 79,6
Selanjutnya akan membahas hasil angket tentang penilaian peserta terhadap persiapan ujian, baik itu untuk kriteria kosakata, pendengaran, tata bahasa, maupun pemahaman wacana. Selain itu, dibahas pendapat peserta terhadap pemakaian buku ajar yang dipakai selama ini. Persiapan peserta level 3 sebanyak 93 orang (44,1%) yang menyatakan cukup siap untuk menghadapi ujian, sedangkan peserta level 2 sebanyak 41 orang (64,1%) yang menyatakan kurang siap atau setengah lebih dari peserta yang ikut UKBJ. Penilaian mereka terhadap buku pegangan sebanyak 134 orang (63,5%) dari peserta level 3 yang menyatakan menunjang, dan level 2 sebanyak 31 orang (48,4%) yang menyatakan kurang menunjang.
32
LINGUA Vol.9 No.1, Maret 16— 39
Gambaran selanjutnya adalah penilaian kemampuan diri peserta dalam menjawab soal-soal UKBJ berdasarkan tiga kriteria yang telah disebutkan di atas. Untuk kelompok kosakata peserta level 2 sebanyak 21 orang (32,8%), yang menyatakan yakin dapat mengerjakan 25— 50% dan untuk level 3 sebanyak 102 orang (48,3%). Namun, peserta yang menyatakan kurang yakin (< dari 25%), berturut-turut untuk level 2 sebanyak 10 orang (25%) dan untuk level 3 sebanyak 12 orang (5,7%). Ujian Kemampuan Bahasa Jepang untuk kriteria pendengaran, baik level 2 maupun level 3, pada prinsipnya mereka cenderung merasa yakin 25— 50%. Level 2 untuk kriteria ini sekitar 38 orang (59,4%), sedangkan untuk level 3 sekitar 102 orang (48,3%) atau hampir mendekati setengah dari jumlah peserta UKBJ. Untuk kriteria tata bahasa dan pemahaman wacana, peserta level 3 sebanyak 122 orang (57,8%) yang merasa yakin telah mengerjakan soal tersebut (50— 75%), tetapi sangat berbeda dengan level 2 yang menyatakan tidak yakin (25— 50%) sebanyak 27 orang (42,2%). Gambaran hasil di atas akan disajikan pada tabel berikut.
L E V E L KARAKTERISTIK
2
3
Jumlah % Buku Bahan Ajar Sangat Menunjang Menunjang Kurang Menunjang Sangat Tidak
Jumlah % 6 9,4 23 35,9
Kajian Kelulusan Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang yang Mengikuti Ujian Kemampuan Bahasa Jepang Periode 2005-1007 (Puspa Mirani Kadir)
52 24,6 134 63,5 33
Menunjang
Persiapan dalam Ujian Sangat siap Siap Cukup Kurang Siap
--
Kemampuan dalam menjawab KOSAKATA Yakin >75% Yakin 50-75% Yakin 25-50% Yakin <25%
31 48,4 4 6,3
21 10,0 ---
-3 4,7 20 31,3 41 64,1
6 2,8 54 25,6 20 31,3 58 27,5
3 4,7 21 32,8 32 50,0 8 12,5
30 14,2 134 63,5 43 20,4 4 1,9
L E V E L KARAKTERISTIK
2
3
Jumlah % Kemampuan menjawab PENDENGARAN Yakin >75% 34
Jumlah %
dalam --
-9
7 3,3 LINGUA Vol.9 No.1, Maret 16— 39
Yakin 50-75% Yakin 25-50% Yakin <25%
Kemampuan dalam menjawab Tatabahasa dan Pemahaman Wacana Yakin >75% Yakin 50-75% Yakin 25-50% Yakin <25%
--
14,1 38 59,4 16 25,4
71 33,6 102 48,3 12 5,7
-14 21,9 27 42,2 13 20,3
19 9,0 122 57,8 57 27,0 5 2,4
Hasil angket selanjutnya merupakan evaluasi hasil kelulusan mahasiswa yang disebarkan kepada peserta level 2 sebanyak 10 orang dan untuk level 3 sebanyak 25 orang , baik yang lulus maupun tidak lulus, yang dibagi secara acak. Bentuk pertanyaan dibuat soal terbuka sehingga memberikan keleluasaan responden untuk mengungkapkan pendapatnya. Mahasiswa yang telah mengikuti UKBJ level 2 telah memprediksi hasil ujiannya: tujuh orang menyatakan sesuai dengan yang sudah diajarkan, tetapi enam orang menyatakan hasil ujiannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pertanyaan di atas kemudian dilanjutkan dengan saran-saran yang diajukan untuk peningkatan hasil UKBJ di antarnya untuk pengajaran a. kosakata: tidak hanya mengajar kosakata, tetapi cara penggunaan dalam kalimat dan tidak perlu banyak, tetapi kontinyu; b.
pendengaran: frekuensi pengajaran pendengaran diperbanyak, misalnya Ckokai dan Kaiwakai;
Kajian Kelulusan Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang yang Mengikuti Ujian Kemampuan Bahasa Jepang Periode 2005-1007 (Puspa Mirani Kadir)
35
c. tata bahasa dan pemahaman wacana: diberikan tips menyelesaikan soal wacana Pertanyaan berikutnya berupa mendengar pendapat siswa terhadap motivasi untuk perbaikan nilai UKBJ tersebut. Umumnya jawaban dari responden adalah a. memperbanyak membaca dan latihan wacana karena pemahaman wacana adalah bagian yang memberikan kontribusi nilai yang paling besar; b. memperkuat dasar kemampuan bahasa Jepang, dan memperbanyak pengetahuan informasi yang baru dan terkini tentang Jepang; c. banyak megerjakan soal UKBJ. Pertanyaan berikutnya adalah tujuan responden dalam mengikuti UKBJ, baik untuk yang akan mengikuti level 1 atau level 2. Umumnya responden menjawab agar mudah mencari pekerjaan dan mengukur kemampuan berbahasa Jepang sebagai motivasi belajar. Responden level 3 dalam menjawab prediksi mereka tentang hasil ujian, yakni sesuai dengan persiapan belajar sebanyak 14 orang, dan sesuai dengan yang diajarkan sebanyak 16 orang. Meskipun demikian, prediksi tentang hasil kelulusan yang menyatakan tidak sesuai dengan yang diharapkan yakni sekitar 18 orang(72%) dari 25 orang responden. Saran yang diajukan responden level 3 tidak berbeda jauh dengan level 2, yaitu untuk pengajaran a. kosakata: memperbanyak tugas, bacaan, kuis untuk mempelajari kosakata baru; b. pendengaran: lebih banyak latihan mis, dalam MK kaiwa Lab seminggu dua kali (diberi kaset dan buku soal); c. pemahaman teks dan tata bahasa: banyak pelatihan dan lebih variatif + diberi teks bacaan di luar buku wajib. 36
LINGUA Vol.9 No.1, Maret 16— 39
Responden level 3 memberikan kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk perbaikan nilai UKBJ, di antaranya, lebih giat menghafal kanji dan kosakata baru serta belajar lebih lama dan lebih tekun.
6. Simpulan dan Saran 6.1 Simpulan Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Kelulusan mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Unpad yang mengikuti sejak 2005 sampai dengan 2007, khususnya level 3 pada 2007, mengalami peningkatan. Jumlah kelulusan siswa pada level 3 sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan kelulusan siswa pada level 2. 2. Mahasiswa yang lulus kosakata (A) saja pada level 3 mengalami peningkatan dari 59,% pada 2005 menjadi 72,4% pada 2007. Kelulusan untuk kriteria pendengaran (B) masih sangat lemah (32%). Kelulusan untuk kriteria tata bahasa dan pemahaman teks (C) terjadi peningkatan sejak 2005 sampai dengan 2007, yaitu dari 38% menjadi 66%. 3. Kelulusan kombinasi antara kriteria A dan kriteria C pada 2007 mencapai 58%. Kelulusan kombinasi antara kriteria A+B, B+C, dan A+B+C masih relatif rendah. 4. Kelulusan kriteria A untuk level 2 pada 2006 mencapai 42%, tetapi pada tahun 2007
menurun kembali secara drastis, yakni hanya 18%.
5. Kombinasi antara kriteria A+B, A+C, B+C, dan A+B+C untuk level 2 memiliki kecenderungan presentase yang rendah sesuai dengan masingmasing kelulusan kriteria.
6.2 Saran Kajian Kelulusan Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang yang Mengikuti Ujian Kemampuan Bahasa Jepang Periode 2005-1007 (Puspa Mirani Kadir)
37
Dengan tingkat kelulusan UKBJ
yang relatif rendah, institusi,
khususnya Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra, Univeritas Padjadjaran perlu
a. selalu mengevaluasi kurikulum yang diberlakukan saat ini agar sesuai dengan kebutuh pasar kerja. b. memiliki kurikulum yang berbasis kompetensi yang seimbang dan sejalan dengan keinginan pasar kerja yang menginginkan lulusan itu betul-betul memiliki keahlian yang tidak diragukan lagi. c. memantau hasil UKBJ yang setiap tahun dilaksanakan akan dapat membantu untuk perbaikan kurikulum secara bertahap. d. menemukan segi kelebihan dan kelemahan kurikulum yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA Kamada Satoru (2001) ? ACTFL-OPI ? ? ? Aruku, Tokyo Kokusai
Koryuu
Kikin
(2006)
? ? ? ? ? ? ? ?
? ? ? ? ? The
Japan Foundation, Tokyo. Swender, E. ed
(1999)
ACTFL
Oral
Proficiency
Interview
Tester
Training Manual. Hastings— on— Hudson. NY : ACTFL. Yasuaki
Kaneda(2006)
? ? ? ? ? ? ????????? The Japan Foundation,
Tokyo. Zaidan Hojin Nihon Kokusai Kyoiku Shien Kyokai (2006) “ The 2005 Japanese Language Proficiency Test Level 1 and 2 Questions” The Japan foundation, Tokyo.
38
LINGUA Vol.9 No.1, Maret 16— 39