言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 4 2016
KEMAMPUAN PENGGUNAAN VERBA MEMBERI DAN MENERIMA DALAM BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA PRODI BAHASA JEPANG STBA HAJI AGUS SALIM BUKIT TINGGI
Dini Maulia Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kemapuan mahasiswa dalam memahami penggunaan verba memberi dan menerima dalam bahasa Jepang. Adapun responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Prodi Bahasa Jepang STBA H. Agus Salim Bukit Tinggi. Pengukuran dilakukan dengan mengajukan soal bersifat objektif kepada mahasiswa yng berisi tentang uji penggunaan verba memberi dan menerima bahasa Jepang. Adapun verba yang diujikan, diantaranya agemasu, kuremasu, moraimasu, sashiagemasu, kudasaimasu,dan itadakimasu. Hasil uji kemampuan menunjukkan bahwa, keberhasilan tertinggi mahasiswa dalam menjawab dengan benar 55,56% dari 36 soal yang diajukan, sedangkan keberhasilan terendah mahasiswa menjawab dengan benar 25% soal yang diajukan. Disimpulkan juga bahwa verba yang paling dipahami oleh mahasiswa adalah verba ageru dan sashiageru, sedangkan yang paling banyak tidak dipahami adalah verba kuremasu dan kudasaimasu. Kata Kunci: verba memberi, verba menerima, bahasa Jepang, STBA Agus Salim Bukit Tinggi Pendahuluan Istilah verba dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan doushi. Kelas kata doushi ini didefinisikan oleh Tanaka (1990:85) sebagai berikut: 人や事物の動作、作用、存在、状態を表す言葉を動詞と言い ます。名詞が「何は」「何が」の形で文を構成する要差を受 持つのに対して、動詞は 「どうする」「どうした」の部分、 つまり事態の叙述にあずかる役目をします。 Hito ya jibutsu no dousa, sayou, sonzai, jyoutai wo arawasu kotoba wo doushi to iimasu. Meishi ga nani wa, nani ga no kataachi de bun wo kousei suru yousa wo ukemotsu noni taishite, doushi wa dousuru, doushita no bunbun, tsumari jitai no jujutsu ni azukaru yakume wo shimasu. ‘Kata yang menyatakan gerak, fungsi, keberadaan dan kondisi dari manusia, makhluk hidup, benda, perkara, atau suatu hal disebut dengan doushi. Di dalam sebuah kalimat, meishi adalah faktor yang mengisi komposisi bagian ‘apa’ dan ‘siapa’, sedangkan doushi bertugas untuk menunjuk kepada ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ terhadap suatu keadaan. |1
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 4 2016
Verba memberi dan menerima dalam bahasa Jepang diekspresikan dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu: ageru, morau, dan kureru. Ketiganya memiliki fungsinya tersendiri dalam membentuk kalimat bermakna memberi dan menerima di dalam bahasa Jepang. Itu dapat dilihat melalui contoh berikut: (1) 田中さんは木村さんに本をあげます。 Tanaka san wa Kimura san ni hon o agemasu Tanaka memberi buku kepada Kimura (2) 花子さんは母にケーキをくれます。 Hanako san wa haha ni keeki o kuremasu Hanako memberi kue kepada Ibu (3) 私は砂糖さんに手紙をもらいます。 Watashi wa Satou san ni tegami o moraimasu Saya menerima surat dari Satou Kalimat (1)-(3) menunujukkan penggunaan verba agemasu, kuremasu, dan moraimasu dalam bahasa Jepang. Kalimat (1) dan (2) sama-sama menunjukkan makna memberi, sedangkan kalimat (3) menunjukkan makna menerima. Ketiga verba tersebut dapat hadir dalam bentuk yang berbeda sesuai dengan kondisi sosial penuturnya. Verba memberi yang diekspresikan dengan verba agemasu, dapat juga dituturkan dengan bentuk lain sashiagemasu. Verba memberi yang diekspresikan dengan verba kuremasu juga memiliki bentuk lain, yaitu kudasaimasu. Kemudian verba menerima yang diekspresikan dengan verba moraimasu juga memiliki bentuk lain, yaitu itadakimasu. Terdapatnya keberagaman bentuk verba bahasa Jepang dalam menghasilkan makna memberi dan menerima, menjadi permasalahan bagi para pembelajar bahasa Jepang, khususnya bagi penutur asli bahasa Indonesia. Hal tersebut dikarenkan perbedaan interpretasi makna dalam sistem kedua bahasa tersebut. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengukur kemampuan para pembelajar bahasa Jepang dalam memaknai verba bahasa Jepang yang digunakan untuk mengekspresikan makna memberi dan menerima. Adapun penelitian ini dilaksanakan dengan penyebaran angket yang berisi soal seputar penggunaan verba memberi dan menerima yang terdapat dalam kalimat bahasa Jepang. Penelitian ini dilakukan pada para mahasiswa Prodi Bahasa Jepang STBA Haji Agus Salim Bukit Tinggi. Adapun pengukuran kemampuan dilakukan terhadap penggunaan verba agemasu, sashiagemasu, kuremasu, kudasaimasu, moraimasu, dan itadakimasu. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan penggunaan verba memberi dan menerima dalam bahasa Jepang oleh Mahasiswa Prodi Bahasa Jepang STBA Haji Agus Salim Bukit Tinggi.
|2
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 4 2016
Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan terhadap pengukuran kemampuan penggunaan verba bermakna memberi dan menerima dalam bahasa Jepang oleh mahasiswa Prodi Bahasa Jepang STBA Haji Agus Salim Bukit Tinggi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pelaksanaan secara kuantitatif digunakan untuk mengukur presentase kemampuan mahasiswa tersebut. Penelitian secara kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan kesulitan seperti apa yang dihadapi para mahasiswa tersebut dalam memahami verba bermakna memberi dan menerima dalam bahasa Jepang. 1. Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran angket kepada para mahasiswa Prodi Bahasa Jepang STBA Haji Agus Salim Bukit Tinggi. Angket yang disebar berisikan seputar pertanyaan mengenai kemampuan mahasiswa dalam penggunaan verba bermakna memberi dan menerima dalam bahasa Jepang. Selain angket, disebarkan pula beberapa soal mengenai penggunaan verba bermakna memberi dan menerima dalam bahasa Jepang. 2. Metode Analisis Data Data yang telah dikumpulkan melalui penyebaran angket akan dinilai presentase kemampuan para mahasiswa tersebut. Jawaban terhadap soal penggunaan verba bermakna memberi dan menerima dalam bahasa Jepang merupakan alat ukur kemampuan mahasiswa tersebut. 3. Metode Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penyajian formal dan penyajian informal. Penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang–lambang (Sudaryanto,1993:145). Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata–kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya. Penelitian ini menggunakan penyajian data secara formal dan informal, karena pada penulisan nantinya peneliti akan menggunakan tanda-tanda, lambang-lambang, serta kata-kata biasa yang mudah dipahami. Kerangka Teori Verba agemasu merupakan verba yang mengekpresikan proses memberi yang dilakukan oleh suatu pihak, dimana pihak pemberi merupakan si pembicara atau seseorang yang secara psikologis memiliki kekerabatan yang dekat kepada pihak pemberi. Verba ini digunakan dalam bentuk sashiagemasu ketika penerimanya secara tingkat social memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Verba agemasu juga digunakan dalam bentuk yarimasu apabila ditujukan untuk binatang. Verba yarimasu juga ditujukan untuk pihak penerima dalam lingkungan keluarga, ketika pihak pemberi ingin menginformasikan kepada seseorang yang berada di luar keluarga bersangkutan (Tomomatsu, 2007:25) Verba kuremasu memiliki arti memberi. Penerima adalah si pembicara atau biasanya merupakan diri sendri ataupun seseorang yang berada dalam pihak keluarga ataupun teman yang memiliki kekerabatan yang dekat. Verba kuremasu juga dapat digunakan dalam bentuk kudasaimasu apabila pihak pemberi merupakan seseorang yang berada pada tingkat sosial yang lebih tinggi (Tomomatsu, 2007:77). Verba moraimasu memiliki arti menerima. Pihak penerima disini dapat merupakan si pembicara ataupun orang yang dekat dengan |3
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 4 2016
si pembicara. Verba ini juga dapat hadir dalam bentuk itadakimasu, apabila pihak pemberi memiliki tingkat sosial yang lebih tinggi. (Tomomatsu, 2007:388). Pembahasan Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif yang diuraikan secara deskriptif. Pengukuran kemampuan mahasiswa dalam penggunaan verba memberi dan menerima dalam bahasa Jepang dilakukan dengan penyebaran angket berisi soal pilihan berganda. Soal-soal tersebut dibuat dengan pembagian presentase yang merata antara penggunaan verba memberi dan menerima dalam bahasa Jepang. Adapun verba member dan menerima yang diuji dalam penelitian ini adalah, agemasu, kuremasu, dan itadakimasu. Terdapat 6 (enam) verba yang diukur penguasaannnya dalam angket tersebut, yaitu: 1. Agemasu 2. Kuremasu 3. Moraimasu 4. Sashiagemasu 5. Kudasaimasu 6. Itadakimasu Keenam verba tersebut merupakan verba bahasa Jepang yang memiliki arti memberi dan menerima. Verba (1) – (3) merupakan verba dalam bentuk biasa, sedangkan verba (4) – (6) merupakan verba dalam bentuk ragam hormat. Verba (1), (2), (4), dan (5) memiliki arti ‘memberi’, sedangkan verba (3) dan (6) memiliki arti ‘menerima’. Jumlah soal yang dimuat dalam angket berjumlah 36 soal. Dimana soal tersebut disajikan dalam bentuk verba tunggal maupun verba majemuk. Masing-masing verba disajikan dalam soal sebanyak 2 varian. Dimana 1 (satu) verba, diuji kemampuan penggunaannya sebanyak 3 (tiga) soal dalam varian tunggal, dan 3 (tiga) soal dalam varian verba majemmuk. Sehingga, keseluruhan soal berjumlah 36 soal. Dimana keenam verba memiliki komposisi seimbang dalam pengujian kemampuannya. Mahasiswa STBA H. Agus Salim Bukit Tinggi yang diuji kemampuannya berjumlah 6 (enam) orang. Dimana keenam ini merupakan mahasiswa semester III yang telah memperoleh pengajaran mengenai verba memberi dan menerima, baik dalam bentuk verba tunggal maupun verba majemuk. Berikut diperoleh hasil uji kemampuan penggunaan verba memberi dan menerima dalam bahasa Jepang: 1. 1 (satu) orang yang menjawab dengan benar sebanyak 20 soal, dari 36 soal yang diajukan. 2. 1 (satu) orang yang menjawab dengan benar sebanyak 19 soal, dari 36 soal yang diajukan. 3. 1 (satu) orang yang menjawab dengan benar sebanyak 17 soal, dari 36 soal yang diajukan. 4. 2 (dua) orang yang menjawab dengan benar sebanyak 16 soal, dari 36 soal yang diajukan. 5. 1 (satu) orang yang menjawab dengan benar sebanyak 9 soal, dari 36 soal yang diajukan. Hasil uji kemampuan menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh mahasiswa adalah menjawab dengan benar 20 buah soal dari 36 soal yang diajukan. Hal tersebut menunjukkan kemampuan terbaik memperoleh presentase keberhasilan menjawab sebanyak 55,56 % Sedangkan nilai terendah menunjukkan |4
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 4 2016
bahwa didapat 9 soal yang dijawab dengan benar dari 36 soal yang diajukan. Hal tersebut menunjukkan presentase keberhasilan yang terendah dalam menjawab yaitu 25%. Dari 36 soal yang diajukan, soal yang dapat dijawab dengan benar oleh keseluruhan responden adalah soal nomor (33). Soal ini merupakan soal pengujian kemampuan mahasiswa untuk verba sashiagemasu. Verba ini memiliki arti ‘memberi’ dan merupakan bentuk ragam hormat dari verba agemasu. Soal yang hanya 1 (satu) orang responden yang menjawab salah adalah soal nomor (16) dan (32). Kedua soal ini merupaka soal uji kemampuan verba memberi, yaitu agemasu dan sashiagemasu. Kemudian untuk soal yang yang tidak dapat dijawab oleh keseluruhan responden adalah soal nomor (12), (17), (27), (29), dan (31). Soal nomor (12), (27), dan (31) merupakan soal pengukur kemampuan verba menerima, yaitu moraimasu dan itadakimasu. Soal nomor (17) dan (29) adalah soal uji kemampuan memberi kuremasu dan kudasaimasu. Kemudian soal yang hanya 1 (orang) dapat menjawab dengan benar adalah soal nomor (9) dan (21). Kedua soal ini merupakan soal berisi uji kemampuan memberi kuremasu dan kudasaimasu. Dapat diketahui bahwa verba yang paling dipahami penggunaannya oleh mahasiswa adalah verba agemasu dan sashiagemasu. Untuk verba yang tidak dipahami penggunaannya oleh mahasiswa adalah verba kuremasu dan kudasaimasu. Keempat verba tersebut merupakan verba bahasa Jepang yang memiliki arti ‘memberi’. Persamaan arti ‘memberi’ terhadap keempatnya menyebabkan verba ini menjadi bagian paling mudah sekaligus paling sulit dipahami oleh mahasiswa. Hal tersebut dikarenakan penggunaannya yang sering terbalik serta meragukan para pembelajara bahasa Jepang. Perbedaan diantara keduanya pada dasarnya cukup mudah diketahui. Itu dapat dilihat dari pihak penerima yang ditandai dalam kalimat. Pihak penerima dalam verba agemasu dan sahiagemasu bersifat bebas, sedangkan pihak penerima pada verba kuremasu dan kudasaimasu bersifat terbatas hanya pada pihak diri sendiri, keluarga, ataupun teman yang memiliki kekerabatan dekat. Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman mahasiswa STBA Haji Agus Salim Bukit Tinggi terhadap penggunaan verba member dan menerima dalam bahasa Jepang masih cukup rendah. Selain pengujian soal, juga disediakan butir untuk komentar bagi mahasiswa dalam pengerjaan soal. Komentar tersebut diharapkan dapat menguraikan secara subjektif bagaimana kesulitan dalam pengerjaan soal. Adapun komentar yang ditulis oleh mahasiswa dikarenakan beberapa kanji yang tidak memiliki cara baca. Ketidaktahuan mengenai kanji, akan mengakibatkan ketidakpahaman mengenai arti kalimat yang diajukan, sehingga hal tersebut membuat kesulitan dalam pengisian soal. Penutup Terdapat 6 (enam ) buah verba bahasa Jepang yang memiliki arti memberi dan menerima yang diuji dalam penelitian ini, yaitu: agemasu, kuremasu, moramasu, sashiagemasu, kudasaimasu, dan itadakimasu. Masing-masing verba tersebut diuji dalam dua bentuk ragam, yaitu ragam biasa dan ragam hormat. Soalsoal penguji kemampuan juga disajikan dalam 2 (dua) varian, yaitu varian verba |5
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 4 2016
tunggal dan verba majemuk. Jumlah soal diajukan berjumlah 36 soal, dengan sebaran seimbang untuk setiap verba yang diuji. Hasil uji kemampuan menunjukkan bahwa presentase keberhasilan tertinggi dalam menjawab soal penggunaan verba memberi dan menerima dalam bahasa Jepang oleh mahasiswa STBA H. Agus Salim Bukit Tinggi menunjukkan nilai 55,56 %. Sedangkan presentase keberhasilan terendah menunjukkan nilai 25%. Didapatkan juga bahwa verba yang paling dipahami oleh mahasiswa adalah verba agemasu dan sashiagemasu, sedangkan yang paling tidak dipahami adalah verba kuremasu dan kudasaimasu.
|6
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 4 2016
Daftar Pustaka Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Djadjasudarma, T Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Rancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung : PT Eresco. Iriantini, Sri. 2008. “Karakteristik Verba Bahasa Jepang”. Makalah. Bandung: Universitas Kristen Maranatha. Isao, Iori. 2001. Nihongo Bunpou Handobukku. Japan:3A Corporation. Itsuo, Harasawa. 2010. Kangaete, Toite Manabu Nihongo Kyooiku no Bunpo. Tokyo: 3A Network. Kazama, Kiyozo. 2004. Linguistics: An Introduction. Japan: University of Tokyo Press. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ogawa, Iwao. 1998. Minna No Nihongo II: Terjemahan dan Keterangan Tata Bahasa. Surabaya :IMA Foundation Press. Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta Wacana University Press. ---------------.1990. Aneka dan Konsep Kedataan Lingual. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sudjianto dan Ahmad Dahidi. 2009. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta:Kesaint Blanc. Tallerman, Maggie. 1998. Understanding Syntax. New York: Oxford University Press. Tomomatsu, Etsuko dkk. 2007. Donna Toki Donna Tsukau: Nihongo Hyougen Bunkei Jiten. Japan: Aruku. Verhaar, J. W. M. 2006. Asas - Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
|7