KAJIAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TUMBUH KEMBANG BAYI LAHIR DI KOTA AMBON
ANNA HENNY TALAHATU
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : ”Kajian Indeks Massa Tubuh dan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil serta Hubungannya dengan Tumbuh Kembang bayi lahir di Kota Ambon” adalah benar hasil karya saya sendiri dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun selain di IPB. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustakan di bagian akhir tesis ini.
Bogor, November 2006
Anna Henny Talahatu NRP A551040111
ABSTRACT ANNA HENNY TALAHATU. Study on Body Mass Index (BMI), Pregnancy Weight Gain and its Association with Infant Growth and Development in Ambon. Supervised by HARDINSYAH and AHMAD SULAEMAN The objective of this study was to analyze pre-pregnancy body mass index (BMI) and pregnancy weight gain and its relationship with birth weight and Ap gar score. For this purposes a crossectional study design was applied for 200 giving birth mother from three hospitals and three health centers (Puskesmas) based on certain criteria of 18-35 yr, complete medical records. Data collected include medical record, maternal nutrition knowledge, food habit and socio-economic. The results show that 31% of pre-pregnant women was categorized as underweight. Mean weight gain is 12,6 ± 2,4 kg and weight gain by trimester was 1,9 ± 0.6 kg , 4.2 ± 1.1 kg and 6.5 ± 1.6 kg for the first, second and third trimester respectively. Mean birth weight was 2700 ± 617.9 gr, and mean birth length is 47,5 ± 3,6 cm. About 47.5% of the newborn infants were low birth weight and 20% had low Apgar score. BMI, anemic status, pregnancy distance, morbidity, socioeconomic, and maternal nutrition knowledge had a positive significant association with total weight gain (R2 = 0.489). Based on multiple linear regression analysis, the birth weight was associated with BMI, pregnancy weight gain, gestational age, anemic status, blood pressure,and upper arm circumference (R2 = 0.734); and the Apgar score was associated with pregnancy weight gain, anemic status, blood pressure, pregnancy complication, birth weigth especially low birth weight (R2 = 0.820). Key Word : pre-pregnancy BMI, weight gain, birth weight, Apgar score.
ABSTRAK ANNA HENNY TALAHATU. Kajian Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil serta Hubungannya dengan Tumbuh Kembang Bayi Lahir di Kota Ambon. Dibimbing oleh HARDINSYAH dan AHMAD SULAEMAN. Penelitian ini bertujuan untuk me ngkaji indeks massa tubuh dan pertambahan berat badan ibu hamil serta hubungannya dengan tumbuh kembang bayi lahir di kota Ambon. Disain penelitian adalah cross-sectional study. Contoh dalam penelitian ini adalah 200 ibu nifas (18-35 tahun) yang diperole h berdasarkan rekam medik (medical record) ibu selama memeriksakan kehamilan dan ibu yang melahirkan 4 bulan terakhir di rumah sakit dan puskesmas yang mempunyai data catatan medik lengkap, terutama rekam medik kelahiran bayi (BB, PB, dan skor Apgar) serta rekam medik kehamilan (TB, BB awal dan akhir). Data primer yang dikumpulkan meliputi pengetahuan gizi, kebiasaan makan serta keadaan sosial ekonomi keluarga. Status gizi ibu sebelum hamil menunjukkan bahwa sebanyak 38.5% berada pada IMT normal dan 31% contoh tergolong kurus sekali. Rata-rata pertambahan berat badan contoh adalah 12.6 ± 2.4 kg. Pertambahan berat badan selama kehamilan trimester I rata-rata 1.9 ± 0.6 kg dan pada trimester II dan III masing- masing mengalami pertambahan rata-rata 4.2 ± 1.1 kg dan 6.5 ± 1.6 kg. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu hamil adalah pengetahuan gizi, jarak dua kehamilan terakhir, frekuensi penyakit (demam, tifus, dan diabtes), IMT, LILA, dan status anemia (R2 = 0.489). Berdasarkan data dari ketiga Rumah Sakit dan Puskemas diperoleh infomasi berat dan panjang badan bayi lahir dari bulan Januari sampai April yakni berkisar antara 2704 ± 617.9 gr dan 47.5 ± 3.6 cm . Terdapat 47.5 % bayi yang teridentifikasi BBLR dan 20% bayi lahir dengan skor apgar rendah. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi lahir di Kota Ambon adalah IMT ibu sebelum hamil, pertambahan BB selama kehamilan, status anemia serta LILA (R2 = 0.734). Faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi lahir adalah pertambahan berat badan selama hamil, status anemia, tekanan darah, serta komplikasi kehamilan (pendarahan, eklampsia, dan aspiksia), serta berat badan bayi lahir terutama BBLR (R2 = 0.820). Kata kunci : IMT, pertambahan berat badan, berat badan lahir, skor Apgar.
RINGKASAN Tumbuh kembang bayi ditentukan oleh status gizi dan kesehatan ibu selama kehamilan yang secara sederhana ditandai dengan pertambahan berat badan ibu serta status gizi ibu sebelum hamil (IMT). Pertambahan berat badan selama kehamilan yang rendah berkaitan dengan peningkatan resiko retardasi pertumbuhan janin dan kematian prenatal Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengkaji indeks massa tubuh dan pertambahan berat badan ibu hamil serta hubungannya dengan tumbuh kembang bayi lahir di kota Ambon. Disain penelitian ini adalah cross-sectional study. Contoh dalam penelitian ini adalah 200 ibu nifas (usia 18-35 tahun) yang diperolah berdasarkan rekam medik (medical record) ibu selama memeriksakan kehamilan dan ibu yang melahirkan 4 bulan terakhir di rumah sakit dan puskesmas yang mempunyai data catatan medik relatif lengkap, terutama rekam medik kelahiran bayi (BB, PB, dan skor Apgar) serta rekam medik kehamilan (TB, BB, tekanan darah, Hb awal dan akhir). Sebagian besar data yang digunakan adalah data sekunder yakni bersumber dari rekam medik RS dan KMS ibu hamil. Data primer yang dikumpulkan antara lain pengetahuan gizi, kebiasaan makan serta keadaan sosial ekonomi keluarga. Berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) contoh berkisar antara 36-73 kg (49 ± 7.4 kg) dan 144-171 cm (156.9 ± 6.3 cm). Status gizi ibu sebelum hamil menunjukkan bahwa sebanyak 38.5% contoh berada pada IMT normal dan 31% contoh tergolong kurus sekali. Pertambahan berat badan selama kehamilan dalam penelitian ini lebih terkonsentrasi kepada ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir normal. Kenaikan berat badan contoh berkisar antara 5-20 kg (12.6 ± 2.4 kg). Rata-rata pertambahan berat badan menurut IMT adalah sebagai berikut: kurus sekali (14.3 ± 5.1 kg) ; kurus (13.5 ± 3.6 kg); normal (12.9 ± 2.2 kg); gemuk (11.6 ± 1.4 kg); serta obes (11.7 ± 3.4). Pertambahan berat badan selama kehamilan trimester I rata-rata 1.9 ± 0.6 kg dan pada trimester II dan III masing- masing mengalami pertambahan rata-rata 4.2 ± 1.1 kg dan 6.5 ± 1.6 kg. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu hamil adalah IMT sebelum hamil, status anemia, jarak dua kehamilan terakhir, tingkat morbiditas (demam dan tifus) serta pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil (R2 = 0.489). Berat badan bayi lahir dari bulan Januari sampai April (n=200) yakni berkisar antara 1000-4200 gr (2704 ± 617.9 gr), terdapat 47.5 % bayi yang teridentifikasi BBLR. Rata-rata panjang badan bayi lahir berkisar antara 40-52 cm (47.5 ± 3.6 cm), 43% bayi dengan PB = 48 cm. Berdasarkan penilaian skor Apgar pada menit ke-1 dan ke-5 menunjukkan bahwa 20% dari keseluruhan bayi lahir termasuk kategori rendah. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi lahir di Kota Ambon adalah IMT ibu sebelum hamil, pertambahan BB selama kehamilan, status anemia serta LILA (R2 = 0.734). Faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi lahir adalah pertambahan berat badan selama hamil, status anemia, tekanan darah, serta komplikasi kehamilan (pendarahan, eklampsia, dan aspiksia), serta berat badan bayi lahir terutama BBLR (R2 = 0.820).
© Hak cipta milik Anna Henny Talahatu, Hardinsyah & Ahmad Sulaeman tahun 2006 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopi, mikrofilm, dan sebagainya
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ambon pada tanggal 9 Maret 1981 dari ayah Isaac Talahatu dan ibu Merry Maspaitella. Penulis merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Tahun 1999 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Ambon dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Pattimura melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Universitas Pattimura, kemudian pada tahun 2000 pindah ke IPB. Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pada tahun 2003, penulis dinyatakan lulus sebagai sarjana perikanan (Spi). Tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Gizi Masyarakat, Sekolah Pascasarjana, IPB.
KAJIAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TUMBUH KEMBANG BAYI LAHIR DI KOTA AMBON
ANNA HENNY TALAHATU
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Gizi Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
JUDUL PENELITIAN
Nama NRP
: Kajian Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Serta Hubungannya Dengan Tumbuh Kembang Bayi Lahir Di Kota Ambon . : Anna H Talahatu : A551040111
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr.Ir. Hardinsyah, MS
Dr.Ir. Ahmad Sulaeman, MS
Ketua
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Gizi Masyarakat
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr.Ir Ali Khomsan, MS
Prof. Dr.Ir. Khairil Anwar Notodipuro, MS
Tanggal Ujian: 20 Oktober 2006
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tesis dengan judul ”Kajian Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Serta Hubungannya dengan Tumbuh Kembang Bayi Lahir di Kota Ambon” dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih yang tak henti- hentinya penulis sampaikan secara khusus kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr.Ir. Ahmad Sulaeman, MS sebagai anggota komisi pembimbing atas segala kebijaksanaan dan kesabaran serta bimbingan dan arahan mulai dari rencana judul penelitian hingga penulisan tesis ini. Penyusunan tesis ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ir. Cesslia MD, MS sebagai dosen penguji yang telah memberi kritik dan saran dalam perbaikan tesis ini. 2. Pemda dan Dinas Kesehatan Kota Ambon yang telah memberi ijin penelitian serta informasi data untuk mencapai tujuan penelitian ini. 3. Pihak RSU Dr. Haulussy, RS Al-Fatah, RS Hative Kecil, Puskesmas Rijali, Puskesmas Waihaong, dan Puskesmas Tawiri yang telah memberikan informasi rekam medik ibu hamil dan bayi lahir untuk keperluan penelitian ini. 4. Papa dan mama tercinta, serta semua kakakku (B’Jacky, U’Chipie, U’Ellen, B’Donni, U’Mey, U’Eda) dan kedua ponakannku (Elys dan Jack): terima kasih atas untaian doa yang tidak pernah putus, jerih payah, harapan, kepercayaan, motivasi, fasilitas dan kasih sayang yang tak pernah pupus 5. Teman-teman S2 GMK angkatan 2004, atas semanga t dan kebersamaan selama kuliah. 6. Senioritas Ambon (M’Deb, B’Mon, B’Nus, M’Linda, U’Ola, B’Mek, Opes, Tya, dll) untuk segala koreksi dan saran dalam penulisan tesis ini. 7. Member’s of P.2 atas kebersamaan dan semangat tingkat akhir. Bogor, November 2006 Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi PENDAHULUAN LatarBelakang ............................................................................................. 1 Tujuan Pene litian ........................................................................................ 3 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA Tumbuh Kembang Kehamilan ................................................................... 5 Indeks Massa Tubuh (IMT) ...................................................................... 10 Masalah Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil ................................................... 13 Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Ibu Hamil .............................................. 18 Tumbuh Kembang Bayi Lahir ................................................................... 20 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tumbuh Kembang Bayi Lahir.. 22 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran ................................................................................. 28 Hipotesis ................................................................................................... 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu ...................................................................... 32 Contoh dan Teknik Penarikan Contoh ...................................................... 32 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................ 35 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 36 Batasan Operasional .................................................................................. 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 43 Karakteristik Keluarga Responden ............................................................ 45 Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Kehamilan ............................................ 50 Kebiasaan Makan Ibu Hamil ..................................................................... 53 Status Gizi Ibu Sebelum Hamil ................................................................. 58
iii
Pertambahan Berat badan Ibu selama Kehamilan .................................. 59 Pemeriksaan Kehamilan dan Kesehatan ................................................. 64 Status Gizi Ibu Hamil ............................................................................. 65 Jarak Dua Kehamilan Terakhir ............................................................... 67 Paritas ..................................................................................................... 68 Status Kesehatan Ibu Hamil ................................................................... 70 Komplikasi dalam Kehamilan ................................................................ 70 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil ................................................................................................. 71 Masalah Gangguan Tumbuh Kembang pada Bayi Lahir ........................ 76 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tumbuh Kembang Bayi Lahir ............................................................................................... 79 SIMPULAN ............................................................................................ 87 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 89 LAMPIRAN ........................................................................................... 96
iv
DAFTAR TABEL Halaman 1. Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan ................. 6 2. Perkembangan janin sesuai umur kehamilan ................................................. 8 3. Klasifikasi IMT menurut kriteria Komite Obesitas Asia Pasifik ................... 10 4. Nilai titik batas yang direkomendasikan untuk remaja dan dewasa menurut Depkes (1994) ................................................................................. 11 5. Nilai titik batas yang direkomendasikan untuk remaja dan dewasa menurut Depkes 2002 .................................................................................... 11 6. Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan menurut indeks massa tubuh ........................................................................... 12 7. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi ibu hamil yang dianjurkan ............... 19 8. Sistem pengukuran skor Apgar pada bayi baru lahir .................................... 22 9. Sebaran ibu hamil menurut lokasi pengambilan data ................................... 35 10. Jenis dan cara pengumpulan data ............................................................... 36 11. Pengolahan data Pertambahan BB ibu hamil dan tumbuh kembang bayi lahir ....................................................................................................... 39 12. Luas wilayah, jumlah penduduk dan rumah tangga, kepadatan penduduk serta rata-rata jiwa per rumah tangga di kota Ambon per kecamatan tahun 2001-2005 ................................................................. 45 13. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga responden .................. 48 14. Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Kehamilan ............................................. 50 15. Sebaran contoh menurut pengetahuan gizi dan kesehatan .......................... 48 16. Persentasi responden menurut kebiasaan makan selama hamil .................. 55 17. Rata-rata frekuensi konsumsi pangan dan gizi .......................... ................ 57 18. Sebaran Contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT) menurut IOM (1990) ................................................................................... 58 19. Sebaran Contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT) menurut Depkes (1994) .............................................................................. 59 20. Sebaran Contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT) menurut Depkes (2002) .............................................................................. 59
v
21. Sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil menurut BB dan TB sebelum hamil .......................................................... 60 22. Sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil menurut IMT (Depkes 1994) .................................................................... 61 23. Sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil menurut IMT (Depkes 2002) .................................................................... 61 24. Sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil menurut IMT (IOM 1990) ........................................................................ 62 25. Sebaran contoh berdasarkan korelasi antara pertambahan BB ibu selama hamil dengan BB bayi lahir serta skor Apgar ................................ 63 26. Sebaran contoh berdasarkan pemeriksaan kehamilan dan kesehatan ........ 65 27. Sebaran contoh menurut indikator status gizi ............................................ 67 28. Sebaran contoh berdasarkan jarak dua kehamilan terakhir ....................... 67 29. Sebaran contoh berdasarkan paritas ........................................................... 69 30. Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan ........................................ 69 31. Sebaran contoh berdasarkan status kesehatan ............................................ 70 32. Sebaran contoh berdasarkan komplikasi dalam kehamilan ....................... 71 33. Faktor-faktor yang berkorelasi dengan pertambahan BB ibu selama kehamilan ......................................................................................
73
34. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan ......................................................................................
73
35. Sebaran contoh berdasarkan BB dan PB bayi lahir ..................................
77
36. Sebaran contoh berdasarkan korelasi antara umur kehamilan dengan BB dan skor Apgar .......................................................................
77
37. Sebaran responden berdasarkan skor Apgar bayi lahir .............................
78
38 Sebaran contoh berdasarkan BB dan skor Apgar bayi lahir .....................
78
39 Faktor-faktor yang berhubungan pertumbuhan bayi lahir ........................
80
40 Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan (BB) bayi lahir 80
vi
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. AKB, AKI, dan BBLR di Kota Ambon Periode Tahun 2001-2005 ............ 17 2. Kerangka Pemikiran : Faktor- faktor yang berhubungan dengan penambahan badan ibu selama kehamilan serta status gizi bayi lahir .......... 30 3. Kerangka Penarikan Contoh Penelitian ..................................................... 34 4. Pertambahan BB Ibu Hamil menurut BB, TB, dan IMT ............................. 60 5. Rata-rata Pertambahan Berat Badan Ibu selama Trimester Kehamilan ...... 63
vii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data jumlah bayi yang lahir pada triwulan I (periode Januari – April 2006) ..................................................... 96 Lampiran 2. Sampling secara purposif : eligible menurut kriteria ................... 96 Lampiran 3. Pengumpulan data awal Penelitian (rekam medik RS dan Puskesmas) ............................................... 97
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah gizi dapat mempengaruhi status kesehatan yang pada gilirannya dapat berdampak buruk pada kualitas sumberdaya manusia. Oleh karena itu upaya penanggulangan masalah gizi masyarakat harus ditingkatkan melalui program peningkatan kesehatan dan ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) di Indonesia relatif rendah dibandingkan negara- negara lain di dunia. Hasil penelitian UNDP (2004) menempatkan Indonesia pada urutan ke-111 dari 175 negara yang dinilai. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memasukkan tiga parameter penting dalam menghitung tingkat kesejahteraan, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Salah satu peubah kesehatan yang menjadi parameter dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia adalah angka kematian bayi. Kematian bayi berkaitan erat dengan status gizi dan kesehatan bayi lahir. Skor IPM untuk Propinsi Maluku adalah 67.2, dengan angka kematian bayi khususnya di Kota Ambon mencapai 6.3% per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Kota Ambon 2006). Sementara itu dari sisi ekonomi jumlah penduduk miskin Propinsi Maluku adalah 176 217 KK (68.65%), dimana sebanyak 57 982 KK atau sekitar 32.9% berada di wilayah Kota Ambon (BPS Kota Ambon 2005-2006), jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan di kota-kota lain di Indonesia Bagian Barat dan Tengah. Kemiskinan dan kurang gizi merupakan suatu fenomena yang saling terkait, oleh karena itu meningkatkan status gizi suatu masyarakat tidak boleh meninggalkan upaya peningkatan ekonomi. Beberapa penelitian di banyak ne gara menunjukkan bahwa proporsi bayi dengan BBLR berkurang seiring dengan peningkatan pendapatan nasional suatu daerah. Akibat konflik sosial yang terjadi di Kota Ambon serta masih tingginya kesenjangan antar daerah menyebabkan prevalensi BUMIL KEK masih cukup tinggi yakni mencapai 10.53% (Dinkes Kota Ambon 2006). Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil ini dapat berdampak pada tingginya angka BBLR yang diperkirakan mencapai 7.1 – 14.2% bayi (mencakup seluruh Indonesia) setiap tahunnya (Depkes 2003). Ibu Hamil yang mengalami
2
KEK mempunyai resiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 5 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang tidak KEK (Mustika, 2004). Jumlah bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di Kota Ambon pada tahun 2005 mencapai 2.97% atau terdapat 144 bayi dari 4823 kelahiran hidup (Dinkes Kota Ambon 2006). Kehamilan terkait dengan peningkatan berat badan ibu karena zat gizi yang dikonsumsi ibu hamil selain digunakan untuk pemenuhan gizi ibu juga digunakan untuk pertumbuhan fetus, peningkatan cairan amniotik dan pembentukan jaringan lainnya (Tayie & Lartey 2000). Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan adalah status gizi ibu sebelum hamil, etnik, umur dan paritas, aktivitas fisik, status sosial ekonomi dan kebiasaan konsumsi selama kehamilan (merokok dan minum alkohol) (IOM 1990). Anjuran pertambahan berat badan selama kehamilan adalah 12.5 kg (Rosso 1990; Depkes 1997). Penambahan BB yang direkomendasikan untuk ibu hamil saat ini biasanya berpatokan pada indeks massa tub uh (IMT) ibu sebelum hamil. Sub Committee on Nutritional Status and Weight Gain During Pregnancy, Food and Nutrition Board (IOM, 1990) menetapkan anjuran pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester kedua dan ketiga masing- masing menurut ukuran indeks massa tubuh (IMT) misalnya untuk ibu hamil dengan IMT normal rata-rata pertambahan berat badan adalah 0.4 kg per minggu, underweight 0.5 kg per minggu, serta obes 0.3 kg per minggu. Dengan demikian bila dikumulatifkan diperoleh rata-rata pertambahan berat badan selama kehamilan pada trimester kedua dan ketiga menurut IMT misalnya untuk ibu hamil dengan IMT normal adalah 4.8 kg dan 5.6 kg; underweight 6 kg dan 7 kg, serta obes 3.6 kg dan 4.2 kg (IOM 1990). Semakin rendah IMT ibu sebelum konsepsi, semakin tinggi kuantitas pertambahan BB yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abrams et al (2000) anjuran pertambahan berat badan ibu selama kehamilan adalah sebagai berikut : wanita dengan BMI < 20 dianjurkan untuk menambah BB sebesar 12.5 - 18 kg. Wanita yang BMI sebelum hamilnya normal (20.0-26.0) idealnya bertambah BB sekitar 11.5-16 kg. Wanita yang termasuk kategori obes dianjurkan supaya pertambahan BB tak lebih dari 6 kg hingga masa akhir kehamilannya. Kenaikan berat badan selama hamil dapat digunakan sebagai
3
indeks untuk menentukan status gizi ibu hamil dan merupakan indikasi pertumbuhan fetal. Panjang badan dan berat badan lahir serta skor Apgar sering digunakan untuk menilai secara keseluruhan baik fisik maupun adaptasi neonatal atau perkembangan bayi selama beberapa jam sesudah kelahiran. Rata-rata panjang dan berat badan normal untuk bayi baru lahir adalah masing- masing > 48 cm dan > 2500 gr (Depkes 1996). Skor Apgar untuk bayi normal berkisar antara 7-10. Status gizi bayi ditentukan oleh status gizi ibu selama kehamilan yang ditandai dengan pertambahan berat badan ibu serta status gizi ibu sebelum hamil (IMT). Pertambahan berat badan selama kehamilan yang rendah berkaitan dengan peningkatan resiko retardasi pertumbuhan
janin dan kematian prenatal
(Neufeld dkk 2004). Berdasarkan latar belakang di atas adalah penting untuk mengkaji hubungan antara IMT sebelum hamil dengan pertambahan berat badan ibu selama keha milan yang diduga berhubungan dengan tumbuh kembang bayi lahir. Terkait dengan hal tersebut maka lokasi penelitian yang dipilih adalah Kota Ambon, dengan melihat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil dan dampaknya terhadap outcome berat bayi lahir adalah pengaruh demografi dan etnik.
Tujuan Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) sebelum hamil dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan serta dampaknya terhadap tumbuh kembang bayi lahir di Kota Ambon.
4
Tujuan Khusus 1. Menganalisis pertambahan berat badan ibu menurut kategori berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh (IMT) serta pertambahan berat badan pada tiap trimester kehamilan 2. Menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu hamil. 3. Menguraikan masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi lahir (berat badan, panjang badan serta skor Apgar) 4. Menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan gangguan tumbuh kembang bayi lahir.
Manfaat Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan penyusunan program
perbaikan gizi yang berkaitan dengan peningkatan derajat gizi dan kesehatan ibu hamil serta implikasinya terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi informasi dalam rangka penentuan standar pertambahan berat ibu etnik Ambon selama kehamilan kaitannya berat badan bayi lahir normal.
TINJAUAN PUSTAKA Tumbuh Kembang Kehamilan Pertumbuhan terjadi apabila sel bertambah banyak atau bertambah besar ukurannya. Ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat adalah bobot badan atau tinggi badan (Myers 1992). Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ dan tubuh. Proses pertumbuhan tersebut terjadi dalam tiga tahap, yaitu hiperplasia (bertambahnya jumlah sel), hiperplasia dan hipertrofi (bertambahnya jumlah, ukuran, dan kematangan sel), dan hipertrofi (bertambahnya ukuran dan kematangan sel). Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Papalia dan Olds (1989) menyatakan bahwa perkembangan manusia adalah perubahan secara kuantitatif dan kualitatif pada seseorang. Perubahan kuantitatif adalah perubahan yang terjadi seperti tinggi badan, berat badan dan umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Sedangkan kualitatif adalah perubahan pada berbagai macam struktur atau organisasi, seperti perubahan alami pada intelegensi atau dalam cara berpikir. Proses tumbuh kembang kehamilan dimulai dari tahap konsepsi sampai lahir. Pertambahan berat badan selama selama hamil mencerminkan dinamika tumbuh kembang kehamilan (Whitney 1998). Komponen pertambahan berat badan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu produk konsepsi dan pertumbuhan jaringan maternal (ibu). Produk konsepsi mencakup fetus (janin), plasenta dan cairan amniotik. Secara rata-rata janin mewakili 25% pertumbuhan berat badan total ibu, plasenta 5% dan cairan amniotik 6%. Jaringan maternal mencakup uterus, jaringan mammae, darah, cairan ekstraseluler, dan cadangan (simpanan) lemak. Ekspansi jaringan maternal mencapai 2/3 dari total pertambahan berat badan ibu pada minggu ke-20.
Pertambahan uterus dan jaringan mammae
mewakili 10%, volume darah 10% dari pertambahan berat badan total, cairan ekstraseluler 10.4% dan 32% (WHO 1980; 1985 dalam Rosso 1990). Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan seperti pada Tabel 1.
6
Tabel 1 Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan Pertambahan Berat (g) pada Komposisi Jaringan Tubuh
Minggu ke-10
Minggu ke-20
Minggu ke-30
Minggu ke-40
Simpanan Lemak
310
2050
3480
3345
Cairan Interstitial
0
30
80
1680
Darah
100
600
1300
1250
Uterus
140
320
600
970
Kelenjar mammae
45
180
360
405
Total (1)
592
3180
5820
7650
Fetus
5
300
1500
3400
Cairan Amniotik
30
350
750
800
Plasenta
20
170
430
650
Total (2)
55
820
2680
4850
Total (1)-(2)
650
4000
8500
12500
Komponen Maternal
Komponen Janin
Sumber : WHO (1980; 1985) dalam Rosso (1990)
Perubahan fisiologis selama kehamilan mengga mbarkan perkembangan janin dalam kandungan setiap minggu. Pada trimester pertama yang berawal dari konsepsi sampai minggu ke-12 dimana pada tahap ini tanda-tanda kehamilan belum nampak. Perut ibu belum membesar meskipun sebenarnya telah terbentuk bakal janin (embrio).
Periode ini merupakan masa penyesuaian ibu terhadap
kehamilannya, dimana terjadi penurunan selera makan (morning sickness) yang diakibatkan perubahan hormonal dan faktor emosi. Salah satu hasil penelitian di Bogor menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester pertama adalah sebesar 1.0 kg (Husaini & Husaini 1986). Memasuki trimester kedua (minggu ke-12 sampai minggu ke-28), perubahan-perubahan tubuh ibu mulai nampak, seperti perut tampak menonjol, wajah membulat, serta buah dada membesar. Perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan berat badan ibu bertambah. Selera
makan
menjadi
normal
kembali bahkan semakin meningkat. Akibat yang mungkin ditimbulkan karena kekurangan gizi pada tahap ini adalah bobot bayi lahir di bawah normal. Kenaikan berat badan normal pada trimester kedua sebesar 3-8 kg. Pertambahan
7
berat badan merupakan perpaduan antara bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi, bobot janin, plasenta, peningkatan suplai darah ke janin, penimbunan lemak, bertambahnya volume cairan, serta terjadinya pembesaran organ tubuh (rahim dan payudara). Pada usia kehamilan 6 bulan, gerakan janin di dalam rahim mulai terasa. Semakin mendekati masa persalinan, gerakan janin semakin kuat dan keras (Ganong 1987). Pada periode kehamilan ketiga (minggu ke-28 sampai ke-40), proses kehamilan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan ini ditandai dengan semakin sempitnya ruang janin dan ujung rahim mencapai ujung tulang rusuk akibatnya bertambahnya bobot dan ukuran janin. Namun kekurangan gizi pada periode ini menyebabkan bayi lahir kecil, ibu kurang sehat dan lemah sehingga tidak mampu melaksanakan persalinan dengan sempurna. Rata-rata pertambahan berat badan yang dicapai pada akhir triwulan ketiga pada penelitian di Bogor adalah sebesar 3.8 kg (Husaini & Husaini 1986). Perkembangan janin merupakan suatu proses yang rumit. Misalnya sistemsistem utama secara keseluruhan (sistem yang berhubungan dengan jantung, pernapasan, pencernaan dan saluran kemih) yang terbentuk dan mulai berfungsi pada akhir bulan ketiga, pada saat mana janin sudah menjadi mahkluk hidup. Dalam banyak hal, tiga bulan pertama ini merupakan saat-saat yang paling kritis dalam pembentukan dan perkembangannya, karena hampir semua organ terbentuk pada saat-saat ini pula (Robert 2002). Proses perkembangan janin terjadi secara bertahap sesuai dengan umur kehamilan (Tabel 2). Pertambahan berat badan total selama kehamilan (total weght gain) adalah berat badan sesaat sebelum melahirkan dikurangi berat badan sesaat sebelum konsepsi, sedangkan pertambahan berat badan netto selama kehamilan (net weight gain) adalah pertambahan berat badan total dikurangi berat badan bayi lahir. Laju pertambahan berat berat badan per minggu adalah berat badan yang bertambah pada periode waktu tertentu dibagi dengan lamanya periode waktu tersebut (dalam minggu) (IOM 1990).
8
Tabel 2 Perkembangan janin sesuai umur kehamilan Umur Minggu I
• • •
Minggu ke-2
• • •
Minggu ke-4
• • • • • •
Minggu ke-6 Minggu ke-9
• • • • • •
Minggu ke-12
Minggu ke-20
Minggu ke-26
• • • • • • • • • • • •
Minggu ke-30 Minggu ke-32
• • • •
Perkembangan Terjadi pertemuan antara sel telur dan sperma (konsepsi) Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk sel berbentuk bola Bola sel akan terus berkembang dan bergerak turun ke dinding rahim melalui saluran fallopi. Bola sel tumbuh membentuk embrio kecil yang dibungkus oleh selaput pelindung amnion (amnion sac). Selaput pelindung ini berisi cairan amnion. Zat-zat gizi dan oksigen mulai diangkut menuju embrio melalui organ istimewa (ari-ari) Tulang belakang, jantung, sistem pernafasan, bakal tungkai, dan tangan mulai terbentuk Embrio tampak seperti monster kecil Panjang janin mencapai 2-2,5 cm Bakal lengan, tangan, jari-jari tangan, tungkai, kaki, dan jari-jari kaki mulai terbentuk Wajah dan tulang belakang mulai muncul dan berkembang. Rongga perut mulai terbentuk Kepala, rangka, dan jaring-jaringan otak mulai berkembang Jantung mulai berdetak Otak embrio mulai terbentuk Embrio berkembang membentuk janin Panjang janin mencapai 10 cm Lengan, tangan, jari-jari tangan, tungkai, kaki, dan jarijari kaki mulai terbentuk (kuku sudah mulai terbentuk) Saluran kencing dan organ-organ lainnya mulai berkembang dan berfungsi, namun masih sulit terdeteksi. Panjang janin mencapai 23-28 cm Mata, telinga, hidung, dan mulut sudah mulai terbentuk sempurna Rambut dan organ-organ kelamin luar mulai terbentuk Gerakan janin di dalam perut sudah dapat dirasakan Janin mampu menelan dan tidur Panjang janin sekitar 30-35 cm Alis dan bulu mata mulai tumbuh. Mata mulai membuka Sidik jari tangan dan kaki mulai berkembang Panjang janin mencapai 38-40cm Lapisan lemak mulai terbentuk Janin mampu mengisap ibu jari, cegukan, mendengar suara, melihat cahaya, dan merasakan sentuhan Jika kondisi janin sehat, kemungkinan besar dapat bertahan hidup di luar rahim tanpa bantuan medis Panjang janin mencapai 45-55 cm Paru-parunya telah berkembang secara sempurna Kuku jari telah tumbuh mencapai ujung jari Gerakkan janin sangat aktif, namun sangat terbatas
9
karena masih dalam tahap pertumbuhan Minggu ke-40 - ke-42 Masa persiapan persalinan Sumber : Mandleco (2004)
Penelitian yang dilakukan di Jawa Tengah (Winkvist dkk 2002) menunjukkan bahwa pertambahan berat badan selama kehamilan adalah 8,3 ± 3,6 kg. Rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil di Jawa Tengah pada trimester I adalah 0.96 kg, trimester II 4.08 kg dan trimester III 3.12 kg. Namun hasil penelitian Abrams, Carmichael dan Selvin (1995) yang dilakukan di California menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil lebih besar dibandingkan penelitian di Jawa Tengah pada setiap trimesternya dengan rata-rata pertambahan berat badan pada trimester I adalah 2.03 kg, trimester II 6.76 kg dan trimester III 6.22 kg. Perkiraan laju pertambahan berat badan pada tiap trimester masa kehamilan adalah trimester I = 1.3-1.8 kg (0.36 kg/minggu); trimester II = 5.5-6.4 kg (0.45 kg/minggu); trimester III = 3.6-4.5 (0.36-0.4 kg/minggu) (Zeisel 2002). Beberapa studi yang tersebar di berbagai negara menunjukkan bahwa pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan (gestational weight gain) berada pada rentang 814 kg. Lebarnya pertambahan berat badan total ini disebabkan sangat bervariasinya kondisi ibu (misalnya tinggi badan, kondisi sosial ekonomi, tingkat konsumsi pangan). Menurut Rosso (1990), anjuran pertambahan berat badan selama kehamilan adalah 12.5 kg, sementara IOM (1990) menganjurkan 11 kg untuk pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan. Rata-rata pertambahan berat badan yang dianjurkan selama kehamilan bagi ibu yang memiliki IMT normal adalah sekitar 9-12 kg (Bardosono 2006). Periode kritis tumbuh kembang janin terjadi pada akhir bulan ketiga sampai lahir. Pertumbuhan janin terhambat, bayi prematur, dan BBLR merupakan dampak dari malnutrisi, kelainan kongenital, infeksi intrauterin, insufisiensi plasenta, ibu yang merokok dan peminum alkhol selama hamil (Villavieja dkk 1989). Pertumbuhan janin dan kesehatan maternal sangat tergantung pada pertambahan berat badan yang cukup selama kehamilan (Whitney 1998). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan adalah status gizi ibu sebelum hamil, asal etnis, umur dan paritas,
10
aktivitas fisik, status sosial ekonomi dan kebiasaan konsumsi selama kehamilan (merokok dan minum alkohol) (IOM 1990).
Indeks Massa Tubuh (IMT) Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorption) dan penggunaan (utilization) zat gizi (Riyadi 2001). Status gizi seseorang akan mencapai optimal, apabila kebutuhan gizinya dapat dipenuhi dari konsumsi pangannya. Status gizi ibu sebelum hamil sangat dipengaruhi oleh zat gizi yang telah dikonsumsi pada saat lampau, untuk itulah maka konsumsi pangan dan gizi sangat mempengaruhi terhadap pertambahan berat badan selama kehamilan dan status gizi bayi lahir. Pengukuran antropometri yang direkomendasikan untuk menentukan status gizi remaja dan dewasa adalah indeks massa tubuh (IMT). IMT menurut umur diperoleh dari perhitungan sederhana berat badan individu (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2 ). IMT =
Berat Badan ( kg ) Tinggi Badan ( m ) 2
IMT digunakan juga untuk penilaian faktor resiko berbagai penyakit yang berkaitan dengan kelebihan berat badan. Di negara-negara industri, IMT pada remaja berhubungan positif signifikan dengan tekanan darah diastol atau dengan kata lain IMT berhubungan dengan tekanan darah. Seseorang dengan IMT diatas ambang batas aman mempunyai resiko memiliki tekanan darah dia stol yang tinggi (Riyadi 2003). Standar indeks massa tubuh untuk masyarakat Asia-Pasifik yang ditetapkan oleh Komite Obesitas Asia Pasifik dilakukan berdasarkan faktor resiko dan morbiditas (WHO 2000) adalah sebagai berikut: Tabel 3 Klasifikasi IMT menurut kriteria Komite Obesitas Asia Pasifik Kategori Kurus (underweight) Normal (ideal) Overweight At risk Obes I Obes II Sumber : WHO (2000)
IMT (kg/m2 ) < 18.5 18.5 – 22.9 = 23 23.0 – 24.9 25.0 – 29.9 30
Resiko Penyakit Rendah Rata-rata Meningkat Sedang Berbahaya
11
Di Indonesia khususnya, cara pemantauan dan batasan berat badan normal orang dewasa belum jelas mengacu pada patokan tertentu (Sup riasa dkk 2001). Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Akhirnya diambil kesimpulan nilai titik batas IMT yang direkomendasikan untuk Indonesia adalah seperti pada Tabel 4 dan 5. Tabel 4 Nilai titik batas yang direkomendasikan untuk remaja dan dewasa Kategori IMT Kurus Sekali Kurus Normal Gemuk Obes Sumber : Depkes (1994)
Nilai titik batas < 17.0 17.0 – 18.4 18.5 – 24.9 25.0 – 27 > 27
Tabel 5 Nilai titik batas yang direkomendasikan untuk remaja dan dewasa Kategori IMT Kurus Normal Gemuk sehat Obes I Obes II Sumber : Depkes (2002)
Nilai titik batas < 18.5 18.5 – 25 > 25 > 27 = 30
Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, salah satu diantaranya adalah resiko melahirkan bayi dengan BBLR (Depkes 2003). Berat badan sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama hamil berpengaruh terhadap kesehatan dan pertumbuhan janin dalam kandungan. Pertambahan berat badan selama hamil disesuaikan dengan indikator IMT, misalnya bila berat badan ibu sebelum hamil adalah normal, maka kenaikan berat badan ibu sebaiknya antara 9-12 kg. Berat badan sebelumnya adalah berlebih, maka kenaikan berat badannya cukup antara 6-9 kg. Bila sebelum keha milan berat badan ibu adalah kurang, maka kenaikan berat badan sebaiknya antara 12-15 kg Jika ibu mengandung bayi kembar dua atau lebih, maka kenaikan berat badan selama kehamilan harus lebih banyak lagi, tergantung dari jumlah bayi yang dikandung (Poernomo 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jenifer (2004) menunjukkan bahwa pertambahan berat badan bayi berasosiasi kuat dengan IMT ibu sebelum hamil,
12
dalam hal ini berkaitan dengan durasi menyusui dan waktu yang tepat dalam pemberian makanan pendamping ASI. Status gizi sebelum hamil termasuk kategori kurus maupun obes mempunyai masa pemberian ASI yang relatif singkat dibandingkan dengan IMT ibu yang sebelum hamil adalah normal. Menurut Alton (2005) bahwa IMT sebelum hamil merupakan standar pertambahan berat badan selama hamil untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Lebih lanjut dikatakan bahwa IMT sebelum hamil termasuk kurus serta pertambahan berat badan yang tidak cukup dapat meningkatkan resiko melahirkan bayi dengan prematur dan BBLR. Indeks massa tubuh (IMT) sebelum hamil dan pertambahan berat badan selama kehamilan secara normal menggambarkan hubungan yang positif signifikan dengan status gizi bayi lahir. Siega-Riz et al (1996) menyatakan bahwa IMT sebelum hamil < 19.8 mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar melahirkan prematur, meskipun pertambahan berat badan selama hamil sama dengan ibu yang mempunyai IMT sebelum hamil normal. Wanita yang bertambah berat badannya 80% dari acuan pertambahan berat badan selama hamil (12.5 kg), memiliki bayi yang berat lahirnya lebih tinggi dari ibu yang pertambahan beratnya di bawah batas tersebut (FAO/WHO 1985). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berat bayi lahir akan meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan berat badan ibu selama kehamilan. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan para peneliti lainnya (Devadas & Chandy
1980; Calandra & Abel
1981; Fawzi & Forman 1997). Hubungan antara IMT sebelum hamil dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan seperti pada Tabel 5. Tabel 6 Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama keha milan menurut IMT Kategori Indeks Massa Tubuh Kurus (IMT < 19.8) Normal (IMT 19.8-25) Gemuk(IMT 26.-29) Obes (> 29) Sumber : IOM (1990)
Anjuran Pertambahan Berat Badan (kg) 12.5-18.0 11.5-16.0 7.0-11.5 7.0
13
Masalah Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil Masa kehamilan trimester pertama atau saat kehamilan mencapai 1-3 bulan, adalah masa penyesuaian tubuh ibu terhadap awal kehamilannya. Pada masa ini ibu hamil memasuki masa anabolisme yaitu masa untuk menyimpan zat gizi sebanyak-banyaknya dari makanan yang disantap setiap hari untuk cadangan persediaan pada trimester berikutnya.
Dalam keadaan ini biasanya ibu hamil
mengalami mual, muntah- muntah, dan tidak berselera makan, sehingga asupan makanan perlu diatur. Makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk kering, porsi kecil, dan frekuensi pemberian yang sering. Jika diperlukan, bisa mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral untuk menunjang pertumbuhan janin. Namun, hal itu perlu konsultasi dengan dokter atau ahli gizi terlebih dahulu (Soekirman 2006). Keadaan demikian menyebabkan bayi yang lahir sekarang ini tidak memenuhi potensi genetiknya dalam tubuh dan berkembang selain karena faktor utama tidak tercukupnya penyediaan zat makanan
juga faktor sosial dan atau biologis
(Linder 1992). Banyak kepercayaan, kebiasaan dan adat istiadat yang berhubungan dengan makanan ibu selama kehamilan. Ada kebiasaan yang menyehatkan dan ada juga kebiasaan yang merugikan kehamilan. Ada kebiasaan yang melarang ibu makan ikan dan daging, sehingga banyak ibu hamil menderita kekurangan protein hewani dan akhirnya melahirkan bayi kecil dan kurang gizi serta perkembangan otaknya tidak sempurna. Kebiasaan ini salah dan tidak boleh ditiru, karena dalam keadaan hamil, ibu membutuhkan hampir dua kali lebih banyak protein dibandingkan ketika ibu hamil tidak usah besar, karena anak yang ukurannya besar susah dilahirkan. Berbagai nasehat dari orangtua, dari dukun atau sesepuh keluarga melarang ibu hamil makan banyak. Akibat banyak makanan yang menjadi pantangan selama hamil, makanan bergizi tidak lagi menjadi menu hariannya. Hal ini berdampak buruk terhadap kesehatan ibu serta pertumbuhan dan perkembangan janin (Nadesul 1996). Pada wanita hamil tertentu timbul gejala ngidam yaitu ibu menginginkan makanan- makanan tertentu yang dapat berasal dari bahan makanan atau bukan bahan makanan. Wanita hamil yang menginginkan mengkonsumsi sesuatu yang bukan berasal dari makanan disebut pica. Pica umumnya dikenal di antara wanita
14
Amerika turunan Afrika dan sering diasosiasikan dengan anemia kekurangan zat besi. Pica adalah suatu kebudayaan unik yang menggambarkan hikayat bangsa tersebut ratusan tahun yang lalu yang percaya bahwa makan ”bahan” tertentu dapat menghilangkan enek dan memperoleh bayi yang sehat serta memudahkan kelahiran, namun ternyata tidak terbukti (Soekirman 2006). Menurut Giardino (2002) mendefinisikan pica sebagai suatu kebiasaan mangkonsumsi bahan yang tidak mempunyai nilai gizi atau non nutritif. Secara umum faktor- faktor penyebab pica adalah orangtua atau kondisi psikopatologi, depresi lingkungan, epilepsi, kerusakan otak, retardasi mental dan gangguan pertumbuhan. Selama kehamilan, prevalensi anemia meningkat dari trimester pertama ke trimester ketiga, keadaan ini terjadi karena volume plasma ibu meningkat sebagai akibat adanya reaksi fisiologi yang normal pada ibu hamil. Meskipun massa sel darah merah juga meningkat selama kehamilan, tetapi peningkatannya tidak sejalan dengan peningkatan volume plasma (Ladipo 2000). Sebagian besar hasil penelitian membuktikan bahwa anemia pada ibu hamil meningkatkan resiko melahirkan bayi dengan BBLR. Masalah gizi pada ibu hamil yang paling banyak dijumpai di Indonesia adalah anemia dengan prevalensi 40% pada tahun 2001 (Depkes 2003). Masalah anemia merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia (Soekirman 2000). Manifestasi dari masalah gizi makro pada ibu hamil yang kekurangan energi kronik (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir rendah (BBLR). Masalah gizi makro
adalah
masalah
yang
utamanya
disebabkan
kekurangan
atau
ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Data Susenas pada tahun 1999 menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami resiko KEK adalah 27,6%. Selain bumil KEK yang masih cukup tinggi juga terdapat wanita usia subur yang menderita kekurangan energi kronis (KEK) pada tahun 2002, yaitu sebanyak 17,6 persen dari populasi atau sejumlah 11,7 juta orang, meskipun jumlah tersebut turun dari 24,9 persen pada tahun 1999 (Depkes 2003).
15
Perubahan fisiologis kehamilan dapat secara drastis menganggu kebutuhan insulin, dan kehamilan dapat meningkatkan proses terjadinya gangguan pembuluh darah yang menyertai diabetes melitus (DM). Kebutuhan insulin rendah pada awal trimester I, dan mulai meningkat pada akhir trimester I bersamaan dengan peningkatan penggunaan glukosa dan cadangan glikogen oleh ibu dan janin. Ibu hamil yang menderita diabetes mudah terkena preeklampsia, keracunan kehamilan (toksemia), dan polihidramnios (kelebihan cairan amniotik). Efek DM pada bayi dalam kandungan antara lain keguguran, kematian bayi dalam kandungan (karena asidosis, keracunan kehamilan, dan terlalu banyak air ketuban) dan kematian bayi setelah lahir (As’ad 2002). Peningkatan tekanan darah (Pregnancy Induced Hypertension) merupakan bentuk hipertensi yang timbul pada akhir-akhir kehamilan. Tanda-tanda PIH yaitu sakit kepala/pusing, penglihatan kabur, dan berat badan meningkat secara tibatiba. Adanya edema pada PIH menyebabkan pembengkakan pada muka, tangan, kaki, dan mata kaki (Soekirman 2006). Preklampsia-eklampsia merupakan penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Preeklamp sia adalah hipertensi dengan kadar protein urin meningkat dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita preeklampsia yang disusul koma (Sudhaberata 2001). Preeklampsia berat dan eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia (Abidin 2006). Hipoksia dan sianosis merupakan dampak dari kelainan jantung yang diderita oleh ibu selama kehamilan. Hal ini berdampak buruk terhadap kualitas kehamilan, terutama janin yang dikandung misalnya abortus, prematur, janin akan menderita hipoksia dan gawat janin dalam persalinan, sehingga neonatus lahir mati atau dengan nilai Apgar yang rendah. Komplikasi prematuritas dan BBLR pada penderita jantung dalam kehamilan lebih sering terjadi pada ibu dengan volume plasma pada usia kehamilan 32 minggu dan partus kala 1 yang lebih rendah. Nifas juga merupakan masa yang berbahaya dan mengancam keselamatan ibu. Setiap infeksi, baik pada alat kandungan maupun yang lain- lain, dapat menyebabkan endokarditis bakterial (As’ad 2002).
16
Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) mengalami penurunan, namun demikian pada kenyataannya angka tersebut masih cukup tinggi. Angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2003 adalah 307 per 100 000 kelahiran hidup, jauh menurun bila dibandingkan AKI 1990 yaitu 450 per 100 000 kelahiran hidup. Pada kurun waktu yang sama juga angka kematian bayi (AKB) mengalami penurunan dari 51 per 1000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (WKNPG 2004). Hasil survei menunjukkan bahwa komplikasi penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah karena pendarahan, hipertensi selama kehamilan, infeksi, partus lama dan komplikasi keguguran. Sedangkan AKB yang baru lahir disebabkan asfiksia, infeksi dan berat bayi lahir rendah (Azwar 2005). Tingginya angka kelahiran berat badan lahir rendah merupakan manifestasi keadaan masyarakat yang buruk yang dapat mengakibatkan gangguan terutama pada bayi menyebabkan gangguan kecerdasan yang tidak bisa dipulihkan. Oleh karena itu akhir-akhir ini pemerintah dan lembaga kesehatan internasional menaruh perhatian yang tinggi pada pengentasan masalah gizi dan kesehatan ibu hamil sedini mungkin agar ”reproduksi sosial” melahirkan sumberdaya manusia yang berkualitas (UNICEF 1997). Hambatan pertumbuhan janin pada hampir 50% kasus disebabkan gizi ibu yang buruk yang ditandai oleh rendahnya pertambahan berat badan ibu hamil dan berat badan ibu sebelum hamil. Sebanyak 30% ibu hamil di Asia Tenggara dan 10-20% dibagian lain, mempunyai postur tubuh pendek dan berat badan rendah, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu kurang dari 2500 gram. Menurut Depkes (2003) bahwa selama periode tahun 1990-2000 terdapat 2-17% bayi. Jika proporsi ibu hamil 2.5% dari total penduduk maka diperkirakan 355 000-710 000 BBLR dari 5 juta bayi lahir per tahun. Keadaan ini disebabkan pendeknya periode kehamilan (kurang dari 37 minggu) atau gangguan pertumbuhan intrauterin (janin kecil dengan umur kehamilan cukup). Bayi BBLR memiliki kesempatan kecil untuk bertahan hidup dan ketika bertahan mereka mudah terkena penyakit, retardasi pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental (Norton 1994).
17
Berdasarkan laporan yang diperoleh dari Puskesmas se-Kota Ambon, maka jumlah bayi di bawah umur 1 (satu) tahun yang meninggal pada tahun 2001 adalah 1.5/1000 KLH, tahun 2002 sebanyak 10.7/1000 KLH, tahun 2003 5.5/1000, tahun 2004 4.2/1000 KLH dan pada tahun 2005 6.3/1000KLH. Penyebab utama kematian bayi berdasarkan laporan Puskesmas dan RS adalah BBLR dan penyebab lainnya.
Jumlah BBLR pada lima periode terakhir yakni
pada tahun 2001 mencapai 178 dari 7903 kelahiran hidup, tahun 2002 dari 5616 kelahiran hidup terdapat 90 bayi dengan BBLR, kemudian pada tahun 2003 dari 5524 kelahiran hidup terdapat 127 bayi BBLR, dan pada tahun 2004 terdapat 109 bayi BBLR dari 4725 bayi yang lahir hidup, serta pada tahun 2005 terdapat 144 BBLR dari 4823 kelahiran hidup (Gambar 1). Angka Kematian Ibu di Kota Ambon Tahun 2001-2005 (Per 100.000 KLH) 120
10
100
8
80 Jumlah
12
6 4
60 40
2 20
0 2001 2002
2003
2004
2005
0 2001
Tahun
2002
2003
2004
2005
Tahun
Angka Kelahiran Bayi dengan BBLR di Kota Ambon Tahun 2001-2005 200 150 Jumlah
Jumlah
Angka Kematian Bayi Di Kota Ambon Tahun 2001-2005 (Per 1000 KLH)
100 50 0 2001
2002
2003
2004
2005
Tahun
Gambar 1 AKB, AKI, dan BBLR di Kota Ambon Periode 2001-2005. Sumber : Dinkes Kota Ambon (2006)
18
Kebutuhan dan Kecuk upan Gizi Ibu Hamil Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas sumberdaya manusia di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisi saat janin masih dalam kandungan.
Jika keadaan
kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka janin yang dikandungnya akan baik juga. Kekurangan pada saat hamil akan mempengaruhi keadaan fisik dan mental anak hingga dewasa (Jalal & Atmojo 1998) Kebutuhan gizi ibu meningkat selama hamil karena terjadi peningkatan dalam volume darah, plasenta, uterus, kelenjar susu dan lemak. Hal ini sangat penting untuk pertumbuhan janin. Ketidakcukupan zat gizi pada awal trimester pertama dapat menyebabkan keguguran dan kelainan bawaan (IOM 1990). Sementara intik makanan selama hamil menurun pada trimester pertama kahamilan dan meningkat kembali mulai bulan keempat. Untuk menjaga kondisi janin pada trimester I, status gizi ibu selama hamil harus diperhatikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi intik makanan selama hamil adalah hormon, aliran gizi untuk janin, pengeluaran energi ekstra dan penurunan aktivitas fisik. Hormon progesteron
meningkat
pada
pertengahan
masa
gestasi sehingga
dapat
menstimulasi nafsu makan (Rosso 1990). Pemindahan zat makanan ke dalam fetus dipengaruhi oleh mekanisme endokrin reproduksi, aliran darah dan konsentrasi relatif dari zat makanan dalam sirkulasi fetus mela lui ibu. Plasenta merupakan tempat merupakan tempat utama untuk pertukaran metabolik di antara ibu dan janin. Permeabilitas plasenta adalah selektif bahkan untuk zat- zat yang berhubungan erat seperti antibodi terhadap virus dan bakteri, antibodi terhadap virus lebih mudah melalui plasenta (sebagai igG) ketimbang antibodi terhadap bakteri (biasanya igM). Kebanyakan pemindahan kalsium, zat besi, dan imunoglobulin ke janin terjadi di dalam trimester terakhir, dengan akibat bayi yang dilahirkan secara prematur mungkin mempunyai kebutuhan yang luar biasa akan kalsium dan zat besi dan kerentanan yang luar biasa terhadap infeksi (Linder 1992). Selain intik energi dan protein, beberapa zat gizi mikro diperlukan terutama untuk produksi enzim, hormon, pengaturan proses biologis untuk pertumbuhan dan perkembangan, fungsi imun dan sistem reproduksi. Defisiensi zat gizi mikro
19
sering dijumpai terutama pada masa pertumbuhan cepat, kehamilan dan menyusui. Intik zat gizi mikro yang rendah pada saat kehamilan dapat meningkatkan resiko terhadap ibu dan outcome kelahiran yang merugikan. Oleh karena itu direkomendasikan untuk pemberian suplemen zat gizi mikro selama kehamilan seperti
besi,
asam
folat,
seng,
vitamin
A,
kalsium
dan
iodium
(Ladipo 2000). Banyak penelitian membuktikan bahwa vitamin A mempunyai peran yang penting terhadap ketahanan penyakit infeksi. Defisiensi vitamin A juga menyebabkan ketidaknormalan myelin (Dhopeshwarkar 1983). Vitamin C mendukung otak memanfaatkan protein dan vitamin B kompleks untuk pembentukan sel myelin dan neurotransmiter.
Defisiensi vitamin C dan asam
folat akan mengakibatkan kelainan yang disebut spina bifida, suatu keadaan dimana tulang ubun-ubun tidak menutup. Zat besi diperlukan untuk pembentukan energi, pengangkutan oksigen darah serta penyusunan neurotransmiter dan DNA. Bayi yang lahir dari ibu yang anemia akan mengalami defisiensi besi dengan akibat disfungsi otak dan gangguan perbanyakkan jumlah sel otak. Anemia gizi besi pada ibu hamil berakibat luas, antara lain resiko berat bayi yang dilahirkan rendah, pendarahan ibu, infeksi setelah lahir dan partus lama. Angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil seperti pada Tabel 6. Tabel 7 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi ibu hamil yang dianjurkan Energi dan zat gizi
Angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan per hari Trimester I Trimester II Trimester III Energi (Kkal) 2080 2200 2200 Protein (g) 67 67 67 Kalsium (mg) 950 950 950 Phosphor (mg) 600 600 600 Zat besi (Fe) (mg) 26 35 39 Vitamin A 800 800 800 Vitamin C 85 85 85 Vitamin B1 (mg) 1,3 1,3 1,3 Vitamin B2 (mg) 1,4 1,4 1,4 Vitamin B3 (mg) 18 18 18 Vitamin B6 (mg) 1,7 1,7 1,7 Vitamin B12 (mg) 2,6 2,6 2,6 Asam Folat (µg) 600 600 600 Yodium (µg) 200 200 200 Seng (mg) 11 13,5 19,1 Sumber : WKNPG VIII (2004)
20
Tumbuh Kembang Bayi Lahir Tumbuh kembang adalah proses yang berkelanjutan sejak didalam kandungan sampai dewasa, yang terjadi secara bersama-sama. Pertumbuhan anak adalah proses perubahan jasmani secara kuantitatif berupa pertambahan ukuran dan struktur tubuh (Anwar 2002). Perkembangan merupakan hasil proses pematangan organ-organ tubuh yang berlangsung menurut pola dan arah tertentu. Pengukuran tingkat perkembangan lebih difokuskan pada tahap perkembangan mental dan psikomotorik (Bayley 1993). Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka akan mengalami
kelambatan
dalam
perkembangan
aspek
lainnya,
seperti
kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelebihan emosional (Jusuf 2000). Kualitas sumberdaya manusia (SDM) hanya bakal optimal jika gizi dan kesehatan pada beberapa tahun pertama kehidupannya di masa bayi baik dan seimbang. Secara global, tercapainya keadaan gizi dan kesehatan yang baik serta seimbang ini merupakan salah satu tujuan utama Millennium Development Goals (MDG) 2015 yang dirancang UNICEF (Soenardi 2006) Berat badan bayi lahir sangat ditentukan oleh kondisi ibu. Penyakit yang diderita seorang ibu hamil, misalnya infeksi paru-paru, bisa mempengaruhi kondisi janin. Darah si ibu akan tersuplai ke tubuh janin sehingga bayi menderita penyakit atau kelainan organ tubuh. Inilah yang menyebabkan bayi menjadi kurus. Penyebab lainnya adalah kurangnya asupan nutrisi yang dikonsumsi ibu saat hamil.
Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin
tersebut akan mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah yang mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya (As’ad 2002). Penilaian status gizi bayi lahir dapat ditentukan secara langsung melalui antropometri yakni berat badan dan panjang badan serta penilain adaptasi neonatal dengan menggunakan skor Apgar, yang semua itu sangat dipengaruhi oleh asupan gizi ibu selama kehamilan yang diekspresikan melalui pertambahan berat badan ibu. Pengukuran pertumbuhan bayi sebagai manifestasi pertumbuhan dalam kandungan adalah ukuran bayi saat lahir yaitu : berat badan, panjang badan (kepala sampai tumit) dan lingkar kepala (Barker et al., 1993). Penilaian status
21
gizi bayi lahir, selain dinilai dari berat badan lahir, panjang badan lahir dan lingkar kepala, juga dapat dinilai berdasarkan Z-skor dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U) dan panjang badan menurut umur (PB/U) (WHO 1995).
Rendahnya nilai BB/TB (wasting) sering digunakan sebagai
indikator kekurangan gizi akut, rendahnya nilai PB/U (stunting) sebagai indikator kekurangan gizi kronik serta rendahnya nilai BB/U dapat digunakan sebagai indikator kekurangan gizi kronik maupun akut (Gibson 1990). Menurut ukuran standar WHO (1995) dikatakan normal bila Z-skor dari -2 SD sampai 2 SD, underweight dan stunting bila Z-skor < -2 SD sedangkan untuk underweight berat dan stunting berat bila Z-skor < -3 SD atau dengan kata lain kategori gizi kurang bila Z-skor <-3 SD sampai -2 SD dan gizi buruk bila Z-skor < -3 SD. Ukuran standar lain yang sering digunakan untuk menilai status gizi bayi lahir yang normal adalah BB dan PB yakni masing- masing 2500-4000 g dan 44-53 cm (Marjono 1999). Perkembangan bayi baru lahir dilakukan melalui penilaian skor Apgar untuk menentukan keadaan bayi pada menit ke 1 dan ke 5 sesudah lahir. Nilai pada menit pertama : untuk menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan resusitasi. Nilai ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan kela ngsungan hidup. Nilai pada menit kelima : untuk menilai prognosis neurologik. Ada pembatasan dalam penilaian Apgar ini, yaitu : (1). Resusitasi segera dimulai bila diperlukan, dan tidak menunggu sampai ada penilaian pada menit pertama.2. Keputusan perlutidaknya resusitasi maupun penilaian respons resusitasi dapat cukup dengan menggunakan
evaluasi
frekuensi
jantung,
aktifitas
respirasi
dan
tonus
neuromuskular, daripada dengan nilai Apgar total. Hal ini untuk menghemat waktu. Skor Apgar 7-10 untuk kategori bayi dalam kondisi sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewah; skor 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada; skor 0-3 pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. (Nanda 2001). Berikut ini skor Apgar dan hubungannya dengan prognosis menurut US Collaborative Perinatal
22
Project untuk katogori cacat jangka panjang pada bayi yang berhasil hidup, atau mati pada masa neonatal (Tabel 7). Tabel 8 Sistem pengukuran skor Apgar pada bayi baru lahir Karakteristik Skor 0 Skor 1 Skor 2 Penampilan Putih Biru Merah jambu Nadi 0 < 100 kali /menit > 100 kali/menit Seringai pada pembersihan jalan napas 0 Sering Batuk, bersin Aktivitas 0 Fleksi spontan Aktif Upaya bernafas (respirasi effort) 0 Hembusan nafas Teratur, menangis Skor : dinilai pada 1 dan 5 menit (Habel 1988) Keterangan : 0-3 pada 1 menit : asfiksia berat dan 5 menit : resiko palsi serebral; resiko kematian 44 % dan resiko cacat (5%) jika hidup 4-6 pada 1 menit : asfiksia sedang sampai berat 7-10 pada 1 menit : tidak ada asfiksia yang berarti.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tumbuh Kembang Bayi Lahir Dari keseluruhan masa tumbuh kembang anak, pertumbuhan janin di dalam kandungan merupakan masa perkembangan yang paling penting. Berawal dari dua sel (sel telur dan sperma) berubah menjadi suatu bayi yang dapat tersenyum, menangis, dan melakukan hal- hal lainnya; yang berarti dari kedua sel ini perlahan- lahan mulai terbantuk tangan, kaki, kepala, tubuh, mata, hidung, mulut, telinga, dan organ-organ bayi. Apabila tiba-tiba terjadi gangguan atau penyimpangan pada masa ini, maka menimbulkan resiko bayi lahir dengan keterbelakangan mental sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan otak yang kurang sempurna (Nadesul 2006). Adapun faktor- faktor yang berhubungan dengan tumbuh kembang bayi lahir terbagi dalam dua faktor yaitu : (1) faktor lingkungan sebelum lahir dan (2) faktor lingkungan setelah lahir. Faktor lingkungan sebelum lahir antara lain intik gizi ibu pada waktu hamil, pengaruh mekanis (trauma waktu lahir dan cairan ketuban yang sedikit), penggunaan obat-obatan dan zat toksin, endokrin, radiasi, infeksi, stres, morbiditas dan anoksia embrio. Faktor lingkungan setelah lahir menggambarkan keberhasilan bayi baru lahir setelah melewati masa transisi dari suatu sistem yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatis bayi itu sendiri. Faktor lingkungan setelah lahir meliputi gizi anak, penyakit-
23
penyakit, gangguan hormon, perumahan, kebersihan, stimulasi, stres, kasih sayang,
stabilitas
rumah
tangga,
adat
istiadat,
dan
sebagainya
(Soetjiningsih 2000). Menurut WHO (1978) faktor resiko kehamilan yang mempunyai hubungan dengan tumbuh kembang bayi lahir terbagi menjadi menjadi tiga hal utama antara lain : 1. Resiko sebelum terjadinya konsepsi (umur, pend idikan, status sosial, paritas, jarak kelahiran, dan pernah mempunyai janin atau bayi lahir mati) 2. Resiko pada masa kehamilan (pernah mengalami komplikasi pada persalinan terdahulu, pendarahan, anemia, berat badan, tekanan darah, posisi janin, kehamilan ganda, kehamilan > 9 bulan, proteinuria) 3. Resiko saat persalinan (persalinan lama, jumlah pendaraha n, dan pertolongan persalinanan). Seiring dengan berkembangnya penelitian yang berhubungan dengan obstetri ginekologi maka beberapa para ahli mengemukakan bahwa karakteristik ibu hamil yang diduga berhubungan dengan tumbuh kembang bayi lahir dapat dibedakan menjadi dua golongan yakni faktor sosio demo grafi dan faktor medik obstetri. Faktor sosio demografi antara lain meliputi : umur ibu dan nomor urut anak yang dilahirkan, pendidikan ibu, status ibu (cerai, meninggal, madu), status ekonomi, perokok berat atau pecandu narkotika. Sedangkan faktor medik obstetri mencakup : riwayat kesehatan yang diketahui pada kunjungan pertama ke tempat pemeriksaan, pengamatan kesehatan selama kehamilan, keadaan pada waktu melahirkan dan keadaan gizi ibu (Husaini 1990). Faktor riwayat kesehatan kehamilan antara lain : pernah menderita sakit kuning, tuberkolosis, tipus atau ginjal yang kronis sebelum hamil, pernah aborsi atau keguguran sebelumnya, pernah melahirkan bayi kurang bulan, pernah melahirkan bayi BBLR, eklampsia, jarak kehamilan kurang dari 6 bulan, serta kehamilan ketiga dalam waktu dua tahun terakhir. Pengamatan kesehatan selama kehamilan meliputi pemeriksaan kadar Hb (< 11 g ; terendah 9.5 g), tekanan darah (> 150/90 mmHg), protein dalam urin positif, terjadi pendarahan, dan eklampsia. Hal-hal yang mencakup dalam pengamatan pada waktu melahirkan adalah : proses partus lama, bayi lahir tidak segera nangis, bayi lahir biru, ketuban pecah
24
dini, sebelum melahirkan keluar darah segar, setelah melahirkan terjadi pendarahan, dan tungkai bengkak. Keadaan gizi ibu meliputi berat badan sebelum hamil (< 45.0 kg), tinggi badan (< 150 cm), pertambahan berat badan tidak adekuat (< 1 kg/bulan) dan pertambahan berat badan berlebihan (> 1 kg/bulan) selama kehamilan (Arisman 2002). Ibu hamil yang mengalami satu atau lebih faktor resiko diatas, maka akan berdampak terhadap kualitas janin yang dikandung dan pada akhirnya terjadi gangguan tumbuh kembang bayi lahir. Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan dan tumbuh kembang bayi lahir. Menurut Pudjiadi (2001) bahwa lingkungan yang bersih merupakan faktor yang berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan bayi. Sanitasi lingkungan yang buruk baik dari keluarga maupun lingkungan itu sendiri dapat menciptakan kondisi yang tidak sehat, sehingga berpeluang besar terhadap munculnya berbagai penyakit infeksi terutama untuk kelompok ibu hamil yang sangat rentan karena pada akhirnya akan menganggu tumbuh kembang bayi yang dilahirkan. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhardjo dan Riyadi (1990) yang juga menyatakan adanya hubungan timbal balik antara infeksi bakteri, virus dan parasit dengan gizi kurang. Lebih lanjut menurut Sediaoetomo (1996) bahwa penyakit infeksi dari investasi cacing dapat memberikan hambatan utilisasi zat gizi yang menjadi dasar timbulnya penyakit kurang gizi pada ibu hamil. Infeksi, intrauterine yang menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis, Rubella,
Cytomegalovirus,
Herpes
Simplex).
Infeksi
lain
yang
dapat
menyebabkan penyakit pada janin adalah varisella, Coxsackie, Echovirus, malaria, HIV, polio, campak, Listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus influensa, dan virus hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu hamil dapat merusak janin (Prawirohardjo 1987) Berbagai faktor penyebab yang secara tidak langsung yang berkaitan dengan tumbuh kembang bayi lahir adalah yang disebut sebagi faktor sosio demografi antara lain : pendidikan orang tua, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga. Dari sekian banyak faktor antara yang mempengaruhi kematian ibu dan bayi, menurut Utomo (1985) adalah pendidikan ib u. Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pengertiannya pada perawatan kesehatan dan
25
higiene,
perlunya
pemeriksaan
kehamilan
dan
pasca
persalinan,
serta
kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarganya. Disamping itu pendidikan berkaitan erat dengan faktor sosial ekonomi lainnya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan dan tempat tinggal. Penduduk dengan pendidikan rendah biasanya berpendapatan rendah, bertempat tinggal di lingkungan miskin dan buruk sehingga resiko kesakitan dan kematian yang tinggi. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan keadaan gizi anak. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak yaitu : 1) Tingkat pendidikan kepala rumah tangga secara langsung atau tidak langsung menentukan keadaan ekonomi rumah tangga, 2) pendidikan istri disamping modal utama dalam perekonomian rumah tangga juga berperan dalam menyusun pola makanan untuk ruma h tangga (Tarwotjo & Soekirman 1988). Tingkat pendidikan yang dimiliki ibu hamil juga berperan penting dalam kepedulian ibu terhadap janin yang dikandungnya. Sajogyo dkk (1994) menyatakan bahwa secara tidak langsung pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi status gizi anak. Tetapi berdasarkan penelitian Schafer, dkk (1993), pengetahuan gizi yang baik tidaklah selalu diikuti oleh perilaku gizi yang baik.
Hal ini disebabkan oleh rendahnya daya beli dan
ketersediaan waktu ibu untuk menyiapkan makanan. Menurut Hardinsyah (1986), tingginya status ekonomi seseorang belum dapat menjamin tercapainya keadaan gizi yang baik bila tidak disertai dengan pengetahuan gizi yang baik pula. Pengetahuan ibu terhadap gizi dan permasalahannya sangat berpengaruh terhadap status gizi keluarga (Suhardjo 1989). Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mampu memilih jenis makanan yang tepat untuk dirinya dan janinnya baik dari segi kuantitas maupun kualitas makanan yang dikonsumsi. Selain pengetahuan gizi, pengetahuan kesehatan kehamilan juga perlu bagi ibu hamil. Denga n demikian pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan salah satu faktor protektif dalam mempertahankan kualitas kehamilan. Pendapatan keluarga mempunyai peran yang penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Efek disini lebih berorie ntasi pada kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan
26
dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan, kesehatan, dll) yang dapat mempengaruhi status gizi. Sajogyo dkk (1994) bahwa pendapatan keluarga mempunyai peran yang penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kartika dkk (2002) bahwa faktor pendapatan berkorelasi positif dengan tumbuh kembang anak dalam hal ini terkait dengan pemenuhan asupan energi dan zat gizi terutama protein. Pendapatan menyebabkan daya beli yang rendah sehingga tidak mampu membeli makanan dalam jumlah yang diperlukan, keadaan ini sangat berbahaya untuk kesehatan keluarga dan akhirnya dapat berakibat buruk terhadap keadaan status gizi terutama bagi ibu hamil, menyusui, dan anak balita. Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Suhardjo (1989) mengatakan bahwa ada hubungan nyata antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing- masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan dapat menyebabkan distribusi pangan dan gizi semakin tidak merata.
Pangan yang
tersedia untuk satu keluarga yang besar mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Keadaan yang demikian tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar. Dalam kaitannya dengan pengeluaran rumah tangga baik pangan maupun non pangan, Harper (1988) mencoba menghubungkan dua variabel utama yakni besar keluarga dengan konsumsi pangan, yakni menunjukkan bahwa keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya, jika dibandingkan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Lebih lanjut dikatakan bahwa keluarga dengan konsumsi pangan yang kurang dapat menimbulkan defisiensi gizi terutama pada ibu hamil dan menyusui, bayi dan anak balitanya. Rachmawati (2004) menyatakan bahwa pengeluaran keluarga untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan ibu hamil seperti pemeriksaan kehamilan serta persalinan untuk kelurga miskin masih sangat rendah. Hal ini terbukti bahwa besar keluarga serta tingkat pendapatan keluarga juga menentukan kualitas kehamilan dan persalinan. Saat ini fasilitas yang tersedia bagi keluarga miskin adalah Kartu Sehat sebagai alternatif pemecahan berbagai masalah
27
kesehatan terutama dalam menangani masalah- masalah yang terkait denga n kehamilan misalnya komplikasi kehamilan (pereklampsia berat dan eklampsia) serta upaya peningkatan pemeriksaan selama kehamilan sehingga pada akhirnya bayi yang dilahirkan dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Depkes 1998).
METODE Desain, Tempat dan Waktu Disain penelitian ini adalah Cross-Sectional Study, yaitu studi yang dirancang untuk mengumpulkan peubah-peubah bebas (faktor resiko) dan tidak bebas (outcome) secara bersamaan dan hanya sekali selama penelitian berlangsung. Lokasi penelitian dipilih secara purposif, yaitu pada Rumah Sakit Umum Dr. Haulussy, Rumah Sakit Al-Fatah, Rumah Sakit Hative Besar, Puskesmas Waihaong, Puskesmas Rijali, dan Puskesmas Tawiri yang terletak di Kota Ambon. Pemilihan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan bahwa rumah sakit tersebut berlokasi di Kota Ambon, pengunjung rumah sakit berasal dari golongan sosial ekonomi menengah keatas dan bersedia memberikan data serta keterangan yang diperlukan. Sedangkan ketiga puskesmas mewakili sampel dari golongan sosial ekonomi menengah dan bawah. Pada lokasi tersebut ditemukan masalah gizi buruk pada balita yang relatif tinggi dibandingkan tempat-tempat lain yang ada di Kota Ambon. Misalnya pada Kecamatan Sirimau jumlah balita gizi buruk 0,7% dan paling banyak terdapat pada Puskesmas Rijali (192 orang), sementara pada kedua kecamatan lainnya yakni Kecamatan Baguala (Puskesmas Tawiri terdapat 103 balita gizi buruk) dan Nusaniwe (Puskesmas Waihaong terdapat 20 balita gizi buruk) atau masing- masing sekitar 0,4% dan 0,07% (Dinkes Kota Ambon 2006). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu April sampai Mei 2006.
Contoh dan Teknik Penarikan Contoh Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan selama empat bulan terakhir yakni bulan Januari hingga April 2006 di Rumah Sakit Umum Dr. Haulussy, Rumah Sakit Al-Fatah, Rumah Sakit Hative Besar serta di Puskesmas Waihaong, Rijali, dan Tawiri yang berada dalam wilayah Kota Ambon. Untuk mengetahui populasi dalam penelitian ini berdasarkan rekam medik (medical record) ibu selama memeriksakan kehamilan atau ibu yang melahirkan selama 4 bulan terakhir di rumah sakit dan puskesmas
33
pada lokasi penelitian yang mempunyai data catatan medik relatif lengkap, terutama rekam medik kelahiran bayi (BB, PB, dan skor Apgar) serta rekam medik kehamilan ibu meliputi TB, BB awal dan akhir, dan pemerisaan kehamilan. Contoh diambil dari populasi secara purposif yaitu yang memenuhi kriteria sebagai berikut ibu berusia 18-35 tahun dan telah mela hirkan selama 4 bulan terakhir, sehat (tidak menderita sakit kronis), mempunyai data catatan medik kelahiran bayi (PB, BB, dan skor Apgar) serta catatan medik kehamilan ibu (BB dan TB sebelum hamil serta pertambahan berat badan selama hamil), melakukan kontrol selama kehamilan minimal 2 kali (baik trimester 1 dan 3 maupun pada trimeter 2 dan 3), melahirkan bayi tunggal hidup, tidak merokok dan minum alkohol, jumlah anggota keluarga = 7 orang. Jumlah contoh minimal yang diambil ditentuk an secara proporsi berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Ariawan (1997) sebagai berikut :
n=
Z 21 − α / 2 p (1 − p) d2
Dimana : n = Jumlah contoh p = Perkiraan proporsi berat bayi lahir normal 80% Z = Selang kepercayaan 95% (1,96) d = Kesalahan yang dapat ditolerir dari mengestimasi proporsi sebesar 5,5% Jadi :
(1,96) 2 (0,8) (0,2) n= (0.055) 2 n = 200 orang ibu nifas
Dari perhitungan diperoleh jumlah sampel (ibu nifas) yang memenuhi syarat adalah 200 orang. Untuk meningkatkan ketelitian serta keterbatasan kemampuan dan logistik serta maka penarikan ukuran contoh adalah 200 ibu hamil. Dengan demikian jumlah contoh yang dianalisis datanya adalah 200 ibu nifas yang dianggap memenuhi kriteria tersebut di atas. Kerangka penarikan contoh penelitian dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
34
Daftar Ibu Nifas Triwulan I (Periode : Januari-April 2006) pada Lokasi Penelitian (N = 1498)
RSU Dr.Haulussy (A. N=537:)
RS Al-Fatah (B. N=358)
RS Hative Besar (C. N=88)
Puskesmas Rijali (D. N=249)
Puskesmas Waihaong (E. N=140)
Puskesmas Tawiri (F. N=126)
Rekam medik kehamilan lengkap ibu maupun bayi (N=800) 1.
A (N=300)
Kontrol kehamilan minimal 2 kali.
B (N=200)
C (N=50)
D (N=150)
E (N=50)
F (N=50)
Daftar ibu Nifas umur 18-35 tahun, melahirkan bayi tunggal, dan memiliki jumlah anggota keluarga = 7 orang (N=400)
A (N=165)
B (N=100)
C (N=20)
D (N=50)
E (N=15)
F (N=50)
Ibu Nifas dan Bayi yang menjadi Contoh dalam Penelitian ini (n=200)
Kontrol kehamilan minimal 2 kali.
A n= 65:
B n=50:
C n= 13:
D n= 30:
E n=7
F n = 35
Normal : 21 BBLR : 44 Apgar Rndh :15
Normal : 20 BBLR : 30 Apgar Rndh :20
Normal : 7 BBLR : 6 Apgar Rndh :5
Normal : 15 BBLR : 15 Apgar Rndh: 0
Normal : 7 BBLR : 0 Apgar Rndh: 0 0
Normal : 35 BBLR : 0 Apgar Rndh: 0 0
Gambar 3 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian.
35
Dari ketiga RS dan Puskesmas diperoleh 1498 ibu nifas (ibu yang melahirkan dari bulan Januari hingga April 2006). Dari jumlah tersebut dipetakkan lagi berdasarkan ada tidaknya BBLR serta skor apgar rendah, sehingga ditemukan 800 ibu nifas dan bayi. Selanjutnya dilakukan stratifikasi menurut umur ibu nifas (18-35 tahun), melahirkan bayi tunggal serta memiliki jumlah anggota keluarga = 7 orang maka diperoleh sejumlah 400 ibu nifas. Dari 400 ibu nifas dilakukan penarikan kesimpulan contoh dengan menggunakan beberapa kriteria terakhir maka contoh ibu nifas dan bayi untuk keperluan penelitian ini adalah 200 orang. Adapun sebaran responden dalam hal ini ibu nifas yang tersaring
untuk
kepentingan
penelitian
ini
masing- masing
pada
lokasi
pengambilan data seperti pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran ibu hamil menurut lokasi pengambilan data No 1 2 3 4 5 6
Lokasi Pengambilan Data RSU Dr Haulussy RS Al-Fatah RS Hative Besar Puskesmas Rijali Puskesmas Tawiri Puskesmas Waihaong
Jumlah (n) 65 50 13 30 7 35
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden yaitu ibu hamil yang telah melahirkan berdasarkan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data primer yang dikumpulkan meliputi (1) keadaan sosial ekonomi keluarga responden antara lain umur ibu, umur suami, pendidikan ibu dan suami, pekerjaan ibu maupun suami, pendapatan, dan besar keluarga, (2) pengetahuan gizi dan kesehatan, (3) kebiasan makan ibu selama hamil antara lain frekuensi makan dan makanan pantangan/tabu, morbiditas (kejadian penyakit ISPA dan lain- lain), pelayanan kesehatan (suplementasi Fe dan imunisasi TT), catatan pertambahan berat badan selama trimester kehamilan, serta masalah persalinan antara lain pernah tidak mengalami pendarahan, eklampsia, dan aspiksia serta pecahnya ketuban lebih dini (Tabel 8).
36
Sebagian besar data
dalam penelitian adalah data sekunder yang mana
mengacu pada rekam medik (medical record) ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan hingga persalinan mulai bulan Mei 2005 sampai April 2006 baik di Rumah Sakit maupun Puskesmas pada lokasi penelitian. Tabel 10 Jenis dan cara pengumpulan data No 1
Data Keadaan umum wilayah penelitian
2
Status sosial ekonomi keluarga
3
Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil Kebiasaan makan selama hamil : A. Frekuensi makan B. Makanan pantang/tabu
4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Morbiditas Keguguran (abortus) Paritas Jarak dua kehamilan terakhir Berat badan sebelum hamil Tinggi badan sebelum hamil Pertambahan berat badan trimester kehamilan Lingkar lengan kiri atas (LILA) Tekanan darah dan kadar Hb Pelayanan kesehatan : A. Pemberian suplemen B. Imunisasi TT Berat badan (BB) dan panjang badan (PB) bayi lahir Skor Apgar
Cara Pengumpulan Catatan tertulis (Sumber : Bapeda Kota Ambon) Wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner Kuisioner yang terdiri dari sejumlah pertanyaan Food frequency questions Kuisioner (sejumlah pertanyaan kebiasaan makan) Catatan medik dan wawancara langsung Catatan medik dan wawancara langsung Catatan medik Catatan medik Catatan medik dan wawancara langsung Catatan medik dan wawancara langsung Wawancara langsung dan KMS Ibu Hamil Catatan medik dan KMS Ibu Hamil Catatan medik KMS Ibu Hamil dan Wawancara langsung Catatan medik Catatan medik
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan menggunakan program SPSS 10.0 for Windows Keadaan umum wilayah penelitian seperti demografi dan sosial ekonomi penduduk, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Karakteristik sosial ekonomi keluarga ibu hamil seperti jumlah anggota keluarga, umur, tingkat pendidikan, pendapatan, penge tahuan gizi, riwayat kehamilan seperti paritas, jarak 2 kehamilan terakhir, abortus serta morbditas akan ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentasi, rata-rata dan standar deviasi.
37
Analisis pertambahan berat badan ibu pada tiap trimester kehamilan menurut kategori tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh (IMT) disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Masalah gangguan tumbuh kembang bayi lahir berdasarkan ukuran antropometri (BB atau PB) serta skor Apgar diuraikan secara deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase, ratarata. Selanjutnya pengolahan data untuk indeks massa tubuh, pertambahan berat badan ibu hamil, serta pengukuran status gizi bayi lahir dapat dilihat pada Tabel 9. Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan maupun tumbuh kembang bayi lahir dapat dilakukan menggunakan analisis korelasi Pearson dan Spearman antara variabel dependen dengan variabel independen. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dilakukan analisis regresi linier berganda (Agresti 1997). Adapun persamaan statistik secara umum yang digunakan adalah sebagai berikut : Y1 = a+ ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4 + ß5 X5 + …+ ß13 X13 + e Dimana : Y1
= Pertambahan
BB ibu selama kehamilan (kg)
a
= Konstanta (intercep)
ß1...13 = Koefisien Regresi X1
= Status sosial ekonomi keluarga
X2
= Kebiasaan makan ibu hamil
X3
= Pengetahuan gizi dan kesehatan
X4
= Pemberian suple men tablet besi
X5
= Imunisasi TT
X6
= Paritas
X7
= Jarak dua kehamilan terakhir
X8
= Umur kehamilan
X9
= Frekuensi penyakit
X10 = Status gizi ibu sebelum hamil (IMT) X11 = Status anemia; 0 = jika ibu mengalami anemia, 1 = jika tidak X12
= Abortus ;
0 = jika ibu mengalami abortus, 1 = jika tidak
X13 = Lahir mati; 0 = jika ibu mengalami lahir mati, 1 = jika tidak
38
e
= Pengaruh galat (error) Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi
lahir (BB/PB) dilakukan analisis regresi linier berganda (Agresti 1997). Adapun persamaan statistik secara umum yang digunakan adalah sebagai berikut : Y1 = a+ ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4 + ß5 X5 + ß6 X6 + ß7 X7 + e Dimana : Y1
= Pertumbuhan bayi lahir, BB (gr) atau PB (cm)
a
= Konstanta (intercep)
ß1...7 = Koefisien Regresi X1
= IMT ibu sebelum hamil
X2
= Pertambahan BB ibu selama kehamilan
X3
= LILA
X4
= Status anemia; 0 = jika ibu mengalami anemia, 1 = jika tidak
X5
= Umur kehamilan
X6
= Pendarahan, eklampsia, dan aspiksia
X7
= Ketuban pecah lebih dini
e
= Pengaruh galat (error) Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi
lahir (skor Apgar) dilakukan analisis regresi linier berganda (Agresti 1997). Adapun persamaan statistik secara umum yang digunakan adalah sebagai berikut : Y2 = a + ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4 + ß5 X5 + ß6 X6 + ß7 X7 + e Dimana : Y2
= Perkembangan bayi
lahir (skor Apgar)
a
= Konstanta (intercep)
ß1...7 = Koefisien Regresi X1
= Umur kehamilan
X2
= Status anemia; 0 = jika ibu mengalami anemia, 1 = jika tidak
X3
= Tekanan darah
X4
= Pertambahan BB ibu selama kehamilan
X5
= Pendarahan, eklampsia, dan aspiksia
39
X6
= Ketuban pecah lebih dini
X7
= Berat badan bayi lahir
e
= Pengaruh galat (error)
Tabel 11 Pengolahan data pertambahan BB ibu hamil dan tumbuh kembang bayi lahir No 1
Data Variabel yang diolah Karakteristik sosial Pendidikan suami & istri, ekonomi keluarga pekerjaan istri dan suami, umur, pendapatan, jumlah anggota keluarga
2
Indeks Massa Tubuh
BB (kg)/TB2 (m)
3
Pertambahan BB
Pertambahan BB normal selama kehamilan
4
LILA
Lingkar lengan kiri atas
5
Profil biokimia Ibu Tekanan darah Hb Kondisi bayi lahir
6
Massa gestasi
7
Status gizi bayi lahir Panjang badan (PB) Berat badan (BB)
8
Perkembangan lahir
bayi Skor Apgar
Cutt off Point Kriteria pendapatan BPS Kota Ambon (2005) : I.Miskin
Rp.392.227/kap/bulan Kriteria jumlah anggota keluarga (BKKBN dalam Pranadji dkk 2001) : 1. Kecil : = 4 orang 2. Besar : > 4 orang Depkes (1994) Kurus sekali : < 17,0 Kurus : 17-18,4 Normal : 18,5-24.9 Gemuk : 25,0-27,0 Obesitas : >27,0 [IOM] 1990 : BB kurang : 12,5-18 kg BB normal : 11,5-16 kg BB lebih/obes : 7-11,5 kg Depkes (2002) : Normal : > 23,5 cm KEK : < 23,5 cm (Arisman 2002) Normal : 140/90 mmhg Normal : > 11 mg/dl As’ad (2002) Prematur : < 37 mgg Cukup bulan : 37-42 mgg Postterm : > 42 mgg Depkes (1995) Normal : > 48 cm Tidak normal : = 48 cm Normal : > 2500 gr BBLR : = 2500 gr Nanda (2001) : Sehat : 7 – 10 Moderate/sedang : 4 – 6 Berat/Bermasalah : 0 - 3
40
Batasan Operasional 1. Indeks massa tubuh (IMT) : ukuran antropometri unt uk mengukur status gizi ibu sebelum hamil berdasarkan data berat badan (kg) dan tinggi badan (cm) (BB/TB2 ) dengan kategori menurut Depkes (1996) sebagai berikut : kurus sekali (IMT < 17,0); kurus ( IMT 17-18,4); normal ( IMT : 18,5-24,9); gemuk (IMT 25,0-27,0) serta obesitas (IMT > 27). 2. Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan : selisih berat badan ibu hamil menjelang persalinan dengan berat badan awal sebelum hamil yang dihitung dalam kilogram. 3. Pertumbuhan bayi lahir : kondisi gizi bayi yang diukur berasarkan berat badan (BB) dan panjang badan (PB). BB bayi ditimbang dengan menggunakan Baby Spring Scale (gr), sedangkan pengukuran PB bayi dilakukan dengan menggunakan headboard (cm) . Berat badan normal bayi lahir > 2500 gram dengan panjang > 48 cm. 4. Perkembangan bayi lahir : kemampuan adaptasi bayi baru lahir yang diukur dengan skor Apgar yang dilakukan oleh dokter sebagai indikator bayi dalam keadaan sehat, moderate atau berat. Untuk bayi sehat : 7-10; moderate : 4-6; berat : 0-3. 5. Status gizi sebelum hamil : keadaan tubuh ibu sebelum hamil yang diukur secara antropometri dengan metode Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan berat badan (BB) dengan kuadrat tinggi badan (TB): (BB /TB2 ). 6. Status gizi ibu hamil : kondisi ibu hamil uang diukur berdasrkan kadar Hb darah, tekanan darah, dan LILA. Kadar Hb darah normal = 11gr/dL; anemia tingkat ringan (Hb > 10 gr/dL; sedang Hb = 8-10gr/dL; dan berat : Hb < 8 gr/dL) (Depkes, 1996). Sedangkan tekanan darah normal berkisar antara 140/90 mmHg. Ibu Hamil dikatakan normal bila memiliki ukuran LILA = 23,5 cm, tetapi jika < 23,5 cm maka ibu hamil tersebut beresiko KEK (kurang energi kronis). 7. Status kesehatan ibu hamil : Kondisi kesehatan ibu yang diukur berdasarkan frekuensi kejadian penyakit, misalnya ISPA dan penyakit lainnya selama kehamilan.
41
8. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil : Tingkat pemahaman ibu terhadap kesehatan dan gizi, diperoleh dari penilaian pada jawaban ibu hamil terhadap sejumlah pertanyaan (kuisioner) yang diajukan, dinyatakan dengan persen terhadap skor total yang dicapai oleh seorang ibu hamil. Pengkategorian dilakukan menurut Khomsan (2000) bahwa ibu yang dapat menjawab benar > 80% tergolong memiliki pengetahuan gizi tinggi, sedang bila menjawab benar 60-80%, dan rendah bila menjawab benar < 60% dari pertanyaan yang diajukan. 9. Kebiasaan makan ibu hamil : Perilaku konsumsi pangan dan gizi ibu hamil baik jumlah (frekuensi makan) maupun jenis pangan, serta ada tidaknya makanan pantangan/tabu. 10. Jarak dua kehamilan terakhir : Kurun waktu antara kehamilan terakhir (baik normal mupun tidak normal) dengan waktu kehamilan sekarang. kategori yang digunakan untuk jarak dua kehamilan terakhir : = 2 tahun dan > 2 tahun. 11. Paritas : Jumlah kehamilan (baik kelahiran bayi hidup atau mati, bayi tunggal atau kembar) yang pernah dialami oleh ibu tersebut. Pengkategorian paritas sebagai berikut : = 2 kali dan > 2 kali. 12. Umur kehamilan : jangka waktu mulai dari terbentuknya konsepsi sampai dengan waktu persalinan (melahirkan) dilakukan menurut perkiraan tenaga kesehatan. 13. Tingkat
pendidikan :
jenjang pendidikan formal dan non formal yang
dicapai anggota keluarga contoh. Tingkat pendidikan formal antara lain SD, SLTP, SLTA, dan Sarjana (S1). 14. Pekerjaan : jenis mata pencaharian yang menghasilkan nafkah dari setiap anggota keluarga contoh yang sudah bekerja, baik utama maupun tambahan. Jenis pekerjaan antara lain : petani, sopir/ojek, pedagang/wiraswasta, karyawan swasta, polisi dan TNI, serta pegawai negeri sipil (PNS). 15. Besar keluarga : jumlah seluruh anggota keluarga yang hidup dalam satu pengelolaan
sumberdaya
keluarga.
Besar
keluarga
dikelompokkan
berdasarkan kriteria BKKBN (BPS 2002) yaitu keluarga kecil dengan jumlah
42
anggota keluarga = 4 orang, keluarga sedang 5-7 orang, dan keluarga besar > 7 orang.
KERANGKA PEMIKIRAN Seorang ibu yang sedang hamil memerlukan suatu kondisi yang optimal agar dapat melahirkan bayi cukup bulan, lahir spontan, berat lahir cukup, dan sehat. Untuk mencapai kondisi tersebut perlu diupayakan
keadaan gizi dan
kesehatan selama hamil tetap baik, tidak mengalami gangguan psikis maupun tekanan sosial dan tidak mengalami komplikasi kehamilan (Vermeersch 1981). Pada kenyataannya kondisi optimal tersebut tidak mudah dicapai oleh beberapa wanita hamil, karena dapat memiliki faktor resiko tinggi yang bisa mempengaruhi keadaan bayi yang akan dilahirkan. Kehamilan terkait dengan pertambahan berat badan
ibu atau pertambahan berat antenatal merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi berat badan bayi lahir dan penanganan masalah obstetri (persalinan). Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan berkaitan erat dengan berat badan bayi lahir. Semakin besar peningkatan berat badan ibu selama hamil maka semakin besar pula peluang berat badan bayi lahir normal. Penambahan berat badan ibu selama kehamilan secara langsung ditentukan oleh status gizi ibu sebelum hamil, jarak kelahiran, paritas, riwayat penyakit infeksi (morbiditas) serta keadaan sosial dan ekonomi keluarga. Status ekonomi keluarga menggambarkan kemampuan keluarga dalam pengambilan keputusan untuk bertindak seperti kemampuan untuk menjangkau pangan, kemampuan dalam mengakses pendidikan baik melalui formal maupun non formal, serta kemampuan dalam mengakses pelayanan kesehatan. Semakin tinggi status ekonomi keluarga semakin meningkat kemampuan anggota keluarga dalam mengakses pangan, pengetahuan, serta pelayanan kesehatan. Kondisi–kondisi tersebut diatas dapat dibedakan dalam dua faktor utama yakni faktor sosial ekonomi dan faktor mediko-obstetri. Faktor sosial ekonomi meliputi faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, pengetahuan gizi dan kesehatan kehamilan serta kebiasaan makan ibu hamil. Faktor mediko-obstetri meliputi faktor riwayat kesehatan sebelum hamil, riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu (paritas, jarak antara dua kehamilan terakhir, umur kehamilan, morbiditas, abortus, lahir mati) dan keadaan gizi serta
29
kesehatan selama kehamilan yang sekarang ini. Ibu hamil dengan faktor mediko obstetri yang baik berpeluang besar akan melahirkan bayi dengan selamat dan berat bayi lahir cukup (> 2500 g). Sebaliknya ibu dengan faktor mediko obstetri buruk berpeluang besar akan mengakibatkan kematian bayi pada saat lahir. BBLR merupakan manifestasi dari telah terjadinya hambatan pertumbuhan selama dalam kandungan atau janin yang menderita kurang gizi. Indikator yang dapat digunakan untuk menentukan pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir adalah berat badan atau panjang badan, dan skor Apgar. Status gizi ibu hamil dapat dinilai dari penamb ahan berat badan pada tiap trimester kehamilan serta status gizi ibu sebelum hamil (IMT).
30
Faktor sosial ekonomi: umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga
Pengetahuan gizi dan kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kehamilan dan persalinan : • Penimbangan BB tiap bulan • Pemberian suplemen • Imunisasi TT
Kebiasaan makan ibu hamil
Konsumsi pangan dan gizi
Faktor Medik-Obstetri: Paritas, jarak dua kehamilan terakhir, umur kehamilan, morbiditas, abortus, lahir mati
• BB dan TB sebelum hamil (IMT) • Status gizi berdasarkan: (LILA, Hb, Tekanan darah)
• • • •
Komplikasi Dalam Kehamilan : Pendarahan dan Eklampsia Ketuban pecah lebih dini Kelainan posisi janin Odema
Pertambahan BB ibu tiap Trimester Kehamilan
Sanitasi lingkungan
Pertumbuhan Bayi Lahir: (BB atau PB)
Infeksi
Normal
BBLR Indeks Perkembangan Bayi Lahir : Skor Apgar
Kematian neonatal/postnatal
Normal
Gambar 2
Rendah
Kerangka pemikiran: faktor- faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu hamil serta tumbuh kembang bayi lahir.
Keterangan :
: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti
31
HIPOTESIS 1. Terdapat hubungan antara pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dengan berat badan bayi lahir. 2. Terdapat hubungan antara pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dengan indeks perkembangan (skor Apgar) bayi lahir.
METODE Desain, Tempat dan Waktu Disain penelitian ini adalah Cross-Sectional Study, yaitu studi yang dirancang untuk mengumpulkan peubah-peubah bebas (faktor resiko) dan tidak bebas (outcome) secara bersamaan dan hanya sekali selama penelitian berlangsung. Lokasi penelitian dipilih secara purposif, yaitu pada Rumah Sakit Umum Dr. Haulussy, Rumah Sakit Al-Fatah, Rumah Sakit Hative Besar, Puskesmas Waihaong, Puskesmas Rijali, dan Puskesmas Tawiri yang terletak di Kota Ambon. Pemilihan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan bahwa rumah sakit tersebut berlokasi di Kota Ambon, pengunjung rumah sakit berasal dari golongan sosial ekonomi menengah keatas dan bersedia memberikan data serta keterangan yang diperlukan. Sedangkan ketiga puskesmas mewakili sampel dari golongan sosial ekonomi menengah dan bawah. Pada lokasi tersebut ditemukan masalah gizi buruk pada balita yang relatif tinggi dibandingkan tempat-tempat lain yang ada di Kota Ambon. Misalnya pada Kecamatan Sirimau jumlah balita gizi buruk 0,7% dan paling banyak terdapat pada Puskesmas Rijali (192 orang), sementara pada kedua kecamatan lainnya yakni Kecamatan Baguala (Puskesmas Tawiri terdapat 103 balita gizi buruk) dan Nusaniwe (Puskesmas Waihaong terdapat 20 balita gizi buruk) atau masing- masing sekitar 0,4% dan 0,07% (Dinkes Kota Ambon 2006). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu April sampai Mei 2006.
Contoh dan Teknik Penarikan Contoh Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan selama empat bulan terakhir yakni bulan Januari hingga April 2006 di Rumah Sakit Umum Dr. Haulussy, Rumah Sakit Al-Fatah, Rumah Sakit Hative Besar serta di Puskesmas Waihaong, Rijali, dan Tawiri yang berada dalam wilayah Kota Ambon. Untuk mengetahui populasi dalam penelitian ini berdasarkan rekam medik (medical record) ibu selama memeriksakan kehamilan atau ibu yang melahirkan selama 4 bulan terakhir di rumah sakit dan puskesmas
33
pada lokasi penelitian yang mempunyai data catatan medik relatif lengkap, terutama rekam medik kelahiran bayi (BB, PB, dan skor Apgar) serta rekam medik kehamilan ibu meliputi TB, BB awal dan akhir, dan pemerisaan kehamilan. Contoh diambil dari populasi secara purposif yaitu yang memenuhi kriteria sebagai berikut ibu berusia 18-35 tahun dan telah mela hirkan selama 4 bulan terakhir, sehat (tidak menderita sakit kronis), mempunyai data catatan medik kelahiran bayi (PB, BB, dan skor Apgar) serta catatan medik kehamilan ibu (BB dan TB sebelum hamil serta pertambahan berat badan selama hamil), melakukan kontrol selama kehamilan minimal 2 kali (baik trimester 1 dan 3 maupun pada trimeter 2 dan 3), melahirkan bayi tunggal hidup, tidak merokok dan minum alkohol, jumlah anggota keluarga = 7 orang. Jumlah contoh minimal yang diambil ditentuk an secara proporsi berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Ariawan (1997) sebagai berikut :
n=
Z 21 − α / 2 p (1 − p) d2
Dimana : n = Jumlah contoh p = Perkiraan proporsi berat bayi lahir normal 80% Z = Selang kepercayaan 95% (1,96) d = Kesalahan yang dapat ditolerir dari mengestimasi proporsi sebesar 5,5% Jadi :
(1,96) 2 (0,8) (0,2) n= (0.055) 2 n = 200 orang ibu nifas
Dari perhitungan diperoleh jumlah sampel (ibu nifas) yang memenuhi syarat adalah 200 orang. Untuk meningkatkan ketelitian serta keterbatasan kemampuan dan logistik serta maka penarikan ukuran contoh adalah 200 ibu hamil. Dengan demikian jumlah contoh yang dianalisis datanya adalah 200 ibu nifas yang dianggap memenuhi kriteria tersebut di atas. Kerangka penarikan contoh penelitian dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
34
Daftar Ibu Nifas Triwulan I (Periode : Januari-April 2006) pada Lokasi Penelitian (N = 1498)
RSU Dr.Haulussy (A. N=537:)
RS Al-Fatah (B. N=358)
RS Hative Besar (C. N=88)
Puskesmas Rijali (D. N=249)
Puskesmas Waihaong (E. N=140)
Puskesmas Tawiri (F. N=126)
Rekam medik kehamilan lengkap ibu maupun bayi (N=800) 1.
A (N=300)
Kontrol kehamilan minimal 2 kali.
B (N=200)
C (N=50)
D (N=150)
E (N=50)
F (N=50)
Daftar ibu Nifas umur 18-35 tahun, melahirkan bayi tunggal, dan memiliki jumlah anggota keluarga = 7 orang (N=400)
A (N=165)
B (N=100)
C (N=20)
D (N=50)
E (N=15)
F (N=50)
Ibu Nifas dan Bayi yang menjadi Contoh dalam Penelitian ini (n=200)
Kontrol kehamilan minimal 2 kali.
A n= 65:
B n=50:
C n= 13:
D n= 30:
E n=7
F n = 35
Normal : 21 BBLR : 44 Apgar Rndh :15
Normal : 20 BBLR : 30 Apgar Rndh :20
Normal : 7 BBLR : 6 Apgar Rndh :5
Normal : 15 BBLR : 15 Apgar Rndh: 0
Normal : 7 BBLR : 0 Apgar Rndh: 0 0
Normal : 35 BBLR : 0 Apgar Rndh: 0 0
Gambar 3 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian.
35
Dari ketiga RS dan Puskesmas diperoleh 1498 ibu nifas (ibu yang melahirkan dari bulan Januari hingga April 2006). Dari jumlah tersebut dipetakkan lagi berdasarkan ada tidaknya BBLR serta skor apgar rendah, sehingga ditemukan 800 ibu nifas dan bayi. Selanjutnya dilakukan stratifikasi menurut umur ibu nifas (18-35 tahun), melahirkan bayi tunggal serta memiliki jumlah anggota keluarga = 7 orang maka diperoleh sejumlah 400 ibu nifas. Dari 400 ibu nifas dilakukan penarikan kesimpulan contoh dengan menggunakan beberapa kriteria terakhir maka contoh ibu nifas dan bayi untuk keperluan penelitian ini adalah 200 orang. Adapun sebaran responden dalam hal ini ibu nifas yang tersaring
untuk
kepentingan
penelitian
ini
masing- masing
pada
lokasi
pengambilan data seperti pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran ibu hamil menurut lokasi pengambilan data No 1 2 3 4 5 6
Lokasi Pengambilan Data RSU Dr Haulussy RS Al-Fatah RS Hative Besar Puskesmas Rijali Puskesmas Tawiri Puskesmas Waihaong
Jumlah (n) 65 50 13 30 7 35
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden yaitu ibu hamil yang telah melahirkan berdasarkan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data primer yang dikumpulkan meliputi (1) keadaan sosial ekonomi keluarga responden antara lain umur ibu, umur suami, pendidikan ibu dan suami, pekerjaan ibu maupun suami, pendapatan, dan besar keluarga, (2) pengetahuan gizi dan kesehatan, (3) kebiasan makan ibu selama hamil antara lain frekuensi makan dan makanan pantangan/tabu, morbiditas (kejadian penyakit ISPA dan lain- lain), pelayanan kesehatan (suplementasi Fe dan imunisasi TT), catatan pertambahan berat badan selama trimester kehamilan, serta masalah persalinan antara lain pernah tidak mengalami pendarahan, eklampsia, dan aspiksia serta pecahnya ketuban lebih dini (Tabel 8).
36
Sebagian besar data
dalam penelitian adalah data sekunder yang mana
mengacu pada rekam medik (medical record) ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan hingga persalinan mulai bulan Mei 2005 sampai April 2006 baik di Rumah Sakit maupun Puskesmas pada lokasi penelitian. Tabel 10 Jenis dan cara pengumpulan data No 1
Data Keadaan umum wilayah penelitian
2
Status sosial ekonomi keluarga
3
Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil Kebiasaan makan selama hamil : A. Frekuensi makan B. Makanan pantang/tabu
4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Morbiditas Keguguran (abortus) Paritas Jarak dua kehamilan terakhir Berat badan sebelum hamil Tinggi badan sebelum hamil Pertambahan berat badan trimester kehamilan Lingkar lengan kiri atas (LILA) Tekanan darah dan kadar Hb Pelayanan kesehatan : A. Pemberian suplemen B. Imunisasi TT Berat badan (BB) dan panjang badan (PB) bayi lahir Skor Apgar
Cara Pengumpulan Catatan tertulis (Sumber : Bapeda Kota Ambon) Wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner Kuisioner yang terdiri dari sejumlah pertanyaan Food frequency questions Kuisioner (sejumlah pertanyaan kebiasaan makan) Catatan medik dan wawancara langsung Catatan medik dan wawancara langsung Catatan medik Catatan medik Catatan medik dan wawancara langsung Catatan medik dan wawancara langsung Wawancara langsung dan KMS Ibu Hamil Catatan medik dan KMS Ibu Hamil Catatan medik KMS Ibu Hamil dan Wawancara langsung Catatan medik Catatan medik
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan menggunakan program SPSS 10.0 for Windows Keadaan umum wilayah penelitian seperti demografi dan sosial ekonomi penduduk, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Karakteristik sosial ekonomi keluarga ibu hamil seperti jumlah anggota keluarga, umur, tingkat pendidikan, pendapatan, penge tahuan gizi, riwayat kehamilan seperti paritas, jarak 2 kehamilan terakhir, abortus serta morbditas akan ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentasi, rata-rata dan standar deviasi.
37
Analisis pertambahan berat badan ibu pada tiap trimester kehamilan menurut kategori tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh (IMT) disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Masalah gangguan tumbuh kembang bayi lahir berdasarkan ukuran antropometri (BB atau PB) serta skor Apgar diuraikan secara deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase, ratarata. Selanjutnya pengolahan data untuk indeks massa tubuh, pertambahan berat badan ibu hamil, serta pengukuran status gizi bayi lahir dapat dilihat pada Tabel 9. Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan maupun tumbuh kembang bayi lahir dapat dilakukan menggunakan analisis korelasi Pearson dan Spearman antara variabel dependen dengan variabel independen. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dilakukan analisis regresi linier berganda (Agresti 1997). Adapun persamaan statistik secara umum yang digunakan adalah sebagai berikut : Y1 = a+ ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4 + ß5 X5 + …+ ß13 X13 + e Dimana : Y1
= Pertambahan
BB ibu selama kehamilan (kg)
a
= Konstanta (intercep)
ß1...13 = Koefisien Regresi X1
= Status sosial ekonomi keluarga
X2
= Kebiasaan makan ibu hamil
X3
= Pengetahuan gizi dan kesehatan
X4
= Pemberian suple men tablet besi
X5
= Imunisasi TT
X6
= Paritas
X7
= Jarak dua kehamilan terakhir
X8
= Umur kehamilan
X9
= Frekuensi penyakit
X10 = Status gizi ibu sebelum hamil (IMT) X11 = Status anemia; 0 = jika ibu mengalami anemia, 1 = jika tidak X12
= Abortus ;
0 = jika ibu mengalami abortus, 1 = jika tidak
X13 = Lahir mati; 0 = jika ibu mengalami lahir mati, 1 = jika tidak
38
e
= Pengaruh galat (error) Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi
lahir (BB/PB) dilakukan analisis regresi linier berganda (Agresti 1997). Adapun persamaan statistik secara umum yang digunakan adalah sebagai berikut : Y1 = a+ ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4 + ß5 X5 + ß6 X6 + ß7 X7 + e Dimana : Y1
= Pertumbuhan bayi lahir, BB (gr) atau PB (cm)
a
= Konstanta (intercep)
ß1...7 = Koefisien Regresi X1
= IMT ibu sebelum hamil
X2
= Pertambahan BB ibu selama kehamilan
X3
= LILA
X4
= Status anemia; 0 = jika ibu mengalami anemia, 1 = jika tidak
X5
= Umur kehamilan
X6
= Pendarahan, eklampsia, dan aspiksia
X7
= Ketuban pecah lebih dini
e
= Pengaruh galat (error) Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi
lahir (skor Apgar) dilakukan analisis regresi linier berganda (Agresti 1997). Adapun persamaan statistik secara umum yang digunakan adalah sebagai berikut : Y2 = a + ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4 + ß5 X5 + ß6 X6 + ß7 X7 + e Dimana : Y2
= Perkembangan bayi
lahir (skor Apgar)
a
= Konstanta (intercep)
ß1...7 = Koefisien Regresi X1
= Umur kehamilan
X2
= Status anemia; 0 = jika ibu mengalami anemia, 1 = jika tidak
X3
= Tekanan darah
X4
= Pertambahan BB ibu selama kehamilan
X5
= Pendarahan, eklampsia, dan aspiksia
39
X6
= Ketuban pecah lebih dini
X7
= Berat badan bayi lahir
e
= Pengaruh galat (error)
Tabel 11 Pengolahan data pertambahan BB ibu hamil dan tumbuh kembang bayi lahir No 1
Data Variabel yang diolah Karakteristik sosial Pendidikan suami & istri, ekonomi keluarga pekerjaan istri dan suami, umur, pendapatan, jumlah anggota keluarga
2
Indeks Massa Tubuh
BB (kg)/TB2 (m)
3
Pertambahan BB
Pertambahan BB normal selama kehamilan
4
LILA
Lingkar lengan kiri atas
5
Profil biokimia Ibu Tekanan darah Hb Kondisi bayi lahir
6
Massa gestasi
7
Status gizi bayi lahir Panjang badan (PB) Berat badan (BB)
8
Perkembangan lahir
bayi Skor Apgar
Cutt off Point Kriteria pendapatan BPS Kota Ambon (2005) : I.Miskin Rp.392.227/kap/bulan Kriteria jumlah anggota keluarga (BKKBN dalam Pranadji dkk 2001) : 1. Kecil : = 4 orang 2. Besar : > 4 orang Depkes (1994) Kurus sekali : < 17,0 Kurus : 17-18,4 Normal : 18,5-24.9 Gemuk : 25,0-27,0 Obesitas : >27,0 [IOM] 1990 : BB kurang : 12,5-18 kg BB normal : 11,5-16 kg BB lebih/obes : 7-11,5 kg Depkes (2002) : Normal : > 23,5 cm KEK : < 23,5 cm (Arisman 2002) Normal : 140/90 mmhg Normal : > 11 mg/dl As’ad (2002) Prematur : < 37 mgg Cukup bulan : 37-42 mgg Postterm : > 42 mgg Depkes (1995) Normal : > 48 cm Tidak normal : = 48 cm Normal : > 2500 gr BBLR : = 2500 gr Nanda (2001) : Sehat : 7 – 10 Moderate/sedang : 4 – 6 Berat/Bermasalah : 0 - 3
40
Batasan Operasional 1. Indeks massa tubuh (IMT) : ukuran antropometri unt uk mengukur status gizi ibu sebelum hamil berdasarkan data berat badan (kg) dan tinggi badan (cm) (BB/TB2 ) dengan kategori menurut Depkes (1996) sebagai berikut : kurus sekali (IMT < 17,0); kurus ( IMT 17-18,4); normal ( IMT : 18,5-24,9); gemuk (IMT 25,0-27,0) serta obesitas (IMT > 27). 2. Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan : selisih berat badan ibu hamil menjelang persalinan dengan berat badan awal sebelum hamil yang dihitung dalam kilogram. 3. Pertumbuhan bayi lahir : kondisi gizi bayi yang diukur berasarkan berat badan (BB) dan panjang badan (PB). BB bayi ditimbang dengan menggunakan Baby Spring Scale (gr), sedangkan pengukuran PB bayi dilakukan dengan menggunakan headboard (cm) . Berat badan normal bayi lahir > 2500 gram dengan panjang > 48 cm. 4. Perkembangan bayi lahir : kemampuan adaptasi bayi baru lahir yang diukur dengan skor Apgar yang dilakukan oleh dokter sebagai indikator bayi dalam keadaan sehat, moderate atau berat. Untuk bayi sehat : 7-10; moderate : 4-6; berat : 0-3. 5. Status gizi sebelum hamil : keadaan tubuh ibu sebelum hamil yang diukur secara antropometri dengan metode Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan berat badan (BB) dengan kuadrat tinggi badan (TB): (BB /TB2 ). 6. Status gizi ibu hamil : kondisi ibu hamil uang diukur berdasrkan kadar Hb darah, tekanan darah, dan LILA. Kadar Hb darah normal = 11gr/dL; anemia tingkat ringan (Hb > 10 gr/dL; sedang Hb = 8-10gr/dL; dan berat : Hb < 8 gr/dL) (Depkes, 1996). Sedangkan tekanan darah normal berkisar antara 140/90 mmHg. Ibu Hamil dikatakan normal bila memiliki ukuran LILA = 23,5 cm, tetapi jika < 23,5 cm maka ibu hamil tersebut beresiko KEK (kurang energi kronis). 7. Status kesehatan ibu hamil : Kondisi kesehatan ibu yang diukur berdasarkan frekuensi kejadian penyakit, misalnya ISPA dan penyakit lainnya selama kehamilan.
41
8. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil : Tingkat pemahaman ibu terhadap kesehatan dan gizi, diperoleh dari penilaian pada jawaban ibu hamil terhadap sejumlah pertanyaan (kuisioner) yang diajukan, dinyatakan dengan persen terhadap skor total yang dicapai oleh seorang ibu hamil. Pengkategorian dilakukan menurut Khomsan (2000) bahwa ibu yang dapat menjawab benar > 80% tergolong memiliki pengetahuan gizi tinggi, sedang bila menjawab benar 60-80%, dan rendah bila menjawab benar < 60% dari pertanyaan yang diajukan. 9. Kebiasaan makan ibu hamil : Perilaku konsumsi pangan dan gizi ibu hamil baik jumlah (frekuensi makan) maupun jenis pangan, serta ada tidaknya makanan pantangan/tabu. 10. Jarak dua kehamilan terakhir : Kurun waktu antara kehamilan terakhir (baik normal mupun tidak normal) dengan waktu kehamilan sekarang. kategori yang digunakan untuk jarak dua kehamilan terakhir : = 2 tahun dan > 2 tahun. 11. Paritas : Jumlah kehamilan (baik kelahiran bayi hidup atau mati, bayi tunggal atau kembar) yang pernah dialami oleh ibu tersebut. Pengkategorian paritas sebagai berikut : = 2 kali dan > 2 kali. 12. Umur kehamilan : jangka waktu mulai dari terbentuknya konsepsi sampai dengan waktu persalinan (melahirkan) dilakukan menurut perkiraan tenaga kesehatan. 13. Tingkat
pendidikan :
jenjang pendidikan formal dan non formal yang
dicapai anggota keluarga contoh. Tingkat pendidikan formal antara lain SD, SLTP, SLTA, dan Sarjana (S1). 14. Pekerjaan : jenis mata pencaharian yang menghasilkan nafkah dari setiap anggota keluarga contoh yang sudah bekerja, baik utama maupun tambahan. Jenis pekerjaan antara lain : petani, sopir/ojek, pedagang/wiraswasta, karyawan swasta, polisi dan TNI, serta pegawai negeri sipil (PNS). 15. Besar keluarga : jumlah seluruh anggota keluarga yang hidup dalam satu pengelolaan
sumberdaya
keluarga.
Besar
keluarga
dikelompokkan
berdasarkan kriteria BKKBN (BPS 2002) yaitu keluarga kecil dengan jumlah
42
anggota keluarga = 4 orang, keluarga sedang 5-7 orang, dan keluarga besar > 7 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis Kota Ambon berada sebagian di dalam wilayah Pulau Ambon. Secara geografis Kota Ambon terletak pada posisi : 30 -40 lintang selatan dan 1280 -1290 bujur timur, dimana pada bagian utara berbatasan dengan Petuanan Desa Hitu dan Kaitetu (Kecamatan Leihitu/Kabupaten Maluku Tengah), sebelah selatan berbatasan dengan Laut Banda (Kecamatan Banda/Kabupaten Maluku Tengah), sebelah
timur
berbatasan
dengan
Petuanan
Desa
Suli
(Kecamatan
Salahutu/Kabupaten Maluku Tengah) dan sebelah barat berbatasan dengan Petuanan Desa Hattu (Kecamatan Leihitu/Kabupaten Maluku Tengah). Luas wilayah Kota Ambon seluruhnya 377 Km2 dan sesuai hasil survey Tata Guna Tanah tahun 1980 luas daratan Kota Ambon tercatat 359.45 km yang terbagi atas tiga kecamatan, yakni : Kecamatan Teluk Ambon Baguala dengan luas 158.79 km2 diikuti Kecamatan Sirimau dengan luas 112.31 km2 dan Kecamatan Nusaniwe seluas 88.35 km2 . Sementara jarak dari ibukota kecamatan adalah sebagai berikut : 1. Kecamatan Nusaniwe : Yang terjauh adalah 10 km dari desa Latuhalat, sedangkan yang terdekat berjarak 3 km dari kelurahan Mangga Dua. 2. Kecamatan Sirimau : Yang terjauh 16 km dari desa Hukurila, sedangkan yang terdekat 0.5 km dari Kelurahan Karang Panjang. 3. Kecamatan Teluk Ambon Baguala Yang terjauh 34 km dari desa Laha, sedangkan yang terdekat 3 km dari desa Galala.
44
Kondisi Fisik Kondisi fisik Kota Ambon dalam tinjauan penelitian ini mencakup : 1. Topografi Wilayah Kota Ambon sebagian besar terdiri dari daerah berbukit yang berlereng terjal seluas ± 186.90 km2 atau 73% dan daerah dataran dengan kemiringan sekitar 10% seluas ± 55 km2 atau 17% dari luas seluruh wilayah daratan. Wilayah daratan tersebar pada tiga kecamatan . Kota Ambon memiliki 10 buah gunung, diantaranya yang tertinggi adalah gunung Nona yaitu 600 m dari permukaan laut; dialiri oleh sebanyak 15 buah sungai, diantaranya yang terpanjang adalah sungai Sikula (Way-Sikula) yaitu 15.50 km. 2. Iklim Iklim Kota Ambon adalah laut tropis dan iklim musim, karena letak Pulau Ambon dikelilingi oleh laut. Oleh karena itu iklim sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim barat atau utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musim pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret, sedangkan pada bulan April merupakan masa transisi ke musim Timur dan musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai denga n bulan Oktober disusul oleh musim pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim Barat. Penduduk Penduduk merupakan faktor dominan dalam perencanaan pembangunan. Berdasarkan angka Registrasi Penduduk, jumlah penduduk Kota Ambon pada tahun 2005 berjumlah 262.967 jiwa, meningkat sebesar 2.01 persen dari tahun sebelumnya, yang merupakan peningkatan terendah dalam waktu lima tahun terakhir. Serupa dengan tahun-tahun sebelumnya, pola penyebaran penduduk di Kota Ambon masih terkonsentrasi di Kecamatan Nusaniwe dan Kecamatan Sirimau
45
yang merupakan daerah pusat kota, dengan masing- masing sebesar 943 jiwa per km2 dan 924 per km2 . Wilayah terluas dimiliki Kecamatan Teluk Ambon Baguala, namun jumlah penduduknya paling rendah, sehingga kepadatannya hanya 477 jiwa untuk setiap km2 wilayahnya. Secara keseluruhan, tercatat kepadatan penduduk di Kota Ambon sebesar 732 jiwa per km2 (Tabel 12). Tabel 12 Luas wilayah, jumlah penduduk dan rumah tangga, kepadatan penduduk serta rata-rata jiwa per rumah tangga di kota Ambon per kecamatan tahun 2001-2005 Jumlah Penduduk Rumah Tangga (4) 16891 20518 15558
(5) 943.01 924.94 477.20
Rata-rata Jiwa Per Rumah Tangga (6) 4.93 5.06 4.87
Kota Ambon 2005 359.45 262967 52967 2004 359.45 257774 52103 2003 359.45 244890 49395 2002 359.45 233319 50917 2001 359.45 220988 49806 Sumber: Registrasi Penduduk BPS Kota Ambon (2005-2006)
731.58 717.13 681.29 649.10 614.79
4.96 4.95 4.96 4.58 4.44
Kecamatan
(1) Nusaniwe Sirimau Teluk Ambon Baguala
Luas Wilayah
(2) 88.35 112.31 158.79
(3) 83315 103877 75775
Kepadatan Penduduk Tiap Km2
Karakteristik Keluarga Contoh Umur Umur contoh berkisar antara 18-35 tahun (27 ± 4.5 tahun). Umur Kepala Keluarga (KK) berkisar antara 20-37 tahun (29 ± 4.4 tahun). Apabila umur dikelompokkan, persentase terbesar contoh dan KK berumur 20-35 tahun yaitu masing- masing 96.5% dan 93% (Tabel 13). Secara keseluruhan terlihat bahwa contoh dan KK masih berada pada usia subur dan produktif yang berarti kemampuan reproduksi masih tinggi. Menurut Hurlock (1980), tingkat umur dapat mempengaruhi cara berpikir, bertindak dan emosional seseorang, karena seseorang yang mempunyai umur lebih tua (dewasa) relatif lebih stabil emosinya dan mempunyai wawasan yang lebih luas dibandingkan orang yang lebih muda usianya.
46
Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan memberikan pengaruh terhadap sikap dan gaya hidup termasuk gaya hidup yang berhubungan dengan gizi dan kesehatan sehingga ikut menentukan status gizi seseorang. Tingkat pendidikan contoh dan KK bervariasi mulai dari SD sampai tingkat Akademi (D3) dan Sarjana (S1) (Tabel 13). Sebagian besar contoh dan KK memiliki tingkat pendidikan formal sampai SLTA, masing- masing 57% dan 61.5%. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan keadaan gizi anak. Ada dua sisi kemungkinan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak yaitu : 1) Tingkat pendidikan kepala rumah tangga secara langsung atau tidak langsung menentukan keadaan ekonomi rumah tangga, 2) pendidikan istri disamping modal utama dalam perekonomian rumah tangga juga berperan dalam menyusun pola makanan untuk rumah tangga (Tarwotjo & Soekirman 1988). Tingkat pendidikan yang dimiliki ibu hamil juga berperan penting dalam kepedulian ibu terhadap janin yang dikandungnya. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan. Jenis Pekerjaan Dari 200 contoh yang terlibat dalam penelitian ini terdapat 128 orang (64%) berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan diantaranya yang masih berstatus mahasiswa serta lulusan S1 yang belum mendapat pekerjaan. Sebanyak 18% contoh
bekerja
sebagai
karyawan
swasta,
lainnya
PNS
(17%)
dan
Pedagang/Wiraswasta (1%). Walaupun lokasi penelitian di daerah perkotaan namun didalamnya terdapat beberapa wilayah yang berstatus pedesaan sehingga jenis pekerjaan KK bervariasi mulai dari petani hingga PNS. Terdapat 8% KK bermata pencaharian sebagai petani, sopir/ojek (19%), pedagang /wiraswasta (24.5%), karyawan swasta (9%), polisi dan TNI (19.0%), serta PNS (20.5%) (Tabel 13). Jenis pekerjaan berkaitan erat dengan tingkat pendapatan yang dapat
47
dicapai untuk memenuhi kebutuhan keluarga (pangan dan non pangan) baik kuantitas maupun kualitas.
Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga mempunyai peran yang penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Efek disini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan, kesehatan, dll) yang dapat mempengaruhi status gizi. Pendapatan total keluarga contoh diperoleh dari beberapa sumber yaitu pendapatan KK dan pendapatan contoh sendiri yang bekerja. Pendapatan total keluarga contoh
per bulan berkisar antara
Rp 300 000.00 sampai Rp 4 000 000.00 (Rp1 470 750.00 ± Rp 1 110 155.00). Apabila pendapatan keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga, maka diperoleh pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita perbulan berkisar dari Rp 27 777.00 sampai Rp 1 333 333.00 (Rp 354 032.00 ± Rp 293 148.00). Berdasarkan batasan garis kemiskinan Kotamadya Ambon tahun 2004 menurut BPS (2005-2006) dengan rata-rata pendapatan perkapita sebesar Rp 392 227.00 per bulan, sekitar 18% keluarga contoh tergolong keluarga miskin (Tabel 13). Rendahnya pendapatan dan pendidikan, ketrampilan dan akses sumber pelayanan sosial, akan semakin sulit memperoleh pekerjaan yang layak sehingga sulit memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan anggota keluarga (Hikmat 2004) Sanjur (1982) menyatakan bahwa pendapatan merupakan penentu utama yang berhubungan dengan kualitas dan kuantitas makanan. Hal ini diperkuat oleh Suhardjo (1989) bahwa apabila penghasilan keluarga meningkat, penyediaan lauk pauk akan meningkat pula mutunya. Pendapatan menyebabkan daya beli yang rendah sehingga tidak mampu membeli makanan dalam jumlah yang diperlukan, keadaan ini sangat berbahaya untuk kesehatan keluarga dan akhirnya dapat berakibat buruk terhadap keadaan status gizi terutama bagi ibu hamil, menyusui, dan anak balita.
48
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga No A
B
C
D
E F
Faktor Sosial Ekonomi Umur Contoh (tahun) Ibu : 1. < 20 2. 20-35 Kepala Keluarga (KK) : 1. 20-35 2. > 35 Tingkat Pendidikan Ibu : 1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. D3 5. (S1) KK : 1. SLTP 2. SLTA 3. S1 Jenis Pekerjaan Ibu : 1. Ibu Rumah Tangga 2. Pedagang/wiraswasta 3. Karyawan Swasta 4. Pegawai Negeri Sipil (PNS) KK : 1. Petani/Buruh 2. Sopir/Ojek 3. Pedagang/Wiraswasta 4. Karyawan Swasta 5. Polisi dan TNI 6. Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pendapatan Keluarga (per bulan) 1. < Rp 500 000.00 2. Rp 500 000.00 – Rp 1 000 000.00 3. Rp 1 500 000.00 – Rp 2 000 000.00 4. > Rp 2 500 000.00 Besar Keluarga 1. Kecil (= 4 orang) 2. Sedang (5-7 orang) Jumlah Bayi lahir : 1. Perempuan 2. Laki-laki Berat Bayi Lahir : 1. = 2500 gr 2. > 2500 gr Skor Apgar 1. Ringan 2. Sedang 3. Sehat
Jumlah (n)
Persentase (%)
7 193
3.5 96.5
186 14
93 7
2 12 114 13 59
1 6 57 6.5 29.5
16 123 61
8 61.5 30.5
128 2 36 34
64 1 18 17
16 38 49 18 38 41
8 19 24.5 9 19 20.5
18 88 56 38
9 44 28 38
112 80
56 44
105 95
52.5 47.5
95 105
47.5 52.5
40 16 144
20 8 72
49
Besar Keluarga Ukuran atau jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi konsumsi pangan. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata. Keadaan yang demikian tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar. Jumlah anggota keluarga contoh berkisar antara 3 sampai 7 orang (4 ± 1orang). Besar keluarga dikelompokkan berdasarkan kriteria BKKBN (BPS 2002) yaitu keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga = 4 orang, keluarga sedang 5-7 orang, dan keluarga besar > 7 orang. Dengan demikian persentase untuk jumlah anggota keluarga contoh yang = 4 adalah 56%, lainnya termasuk keluarga sedang (34.5%) dan keluarga besar (9.5%) (Tabel 13). Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Suhardjo (1989) mengatakan bahwa ada hubungan nyata antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing- masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga yang besar mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Keadaan yang demikian tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar.
Jumlah Bayi Lahir Berdasarkan rekam medik dari ketiga Rumah Sakit diperoleh informasi bahwa jumlah bayi yang dilahirkan dari bulan Januari sampai April adala h 1498. Setelah melalui proses screening berdasarkan kriteria panelitian diperoleh 200 bayi yang terdiri dari perempuan (52.5%) dan laki- laki (47.5%). Jumlah bayi dengan berat lahir normal adalah 52.5% dan yang teridentifikasi BBLR sejumlah 47.5%. Pengukuran skor Apgar pada bayi lahir yang menghasilkan bayi sehat 72%, sedang 8%, dan rendah 20% (Tabel 13).
50
Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Kehamilan Pengetahuan gizi ibu hamil mempengaruhi konsumsi pangan dan gizi selama masa kehamilan baik kuantitas maupun kualitas, dalam hal ini keragaman sumber pangan. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil dinilai berdasarkan pemahaman responden tentang jumlah dan jenis makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi selama hamil, fungsi makanan, zat gizi yang dibutuhkan untuk ibu dan janin, 4 Sehat 5 Sempurna, Frekuensi pemeriksaan kehamilan, manfaat pemeriksaan kehamilan, manfaat imuninsasi pada ibu hamil, tanda-tanda kehamilan dan kebiasaan yang membahayakan janin, jarak kehamilan yang aman, usia ideal untuk hamil serta berat bayi lahir yang dikatakan normal. Pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice test). Instrumen ini merupakan bentuk tes objektif yang paling sering digunakan. Didalam menyusun instrumen ini diperlukan jawaban-jawaban yang sudah tertera di dalam tes, dan responden hanya memilih jawaban yang menurutnya benar. Pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 20 pertanyaan diantaranya 10 pertanyaan menyangkut pengetahuan gizi contoh sedangkan 10 pertanyaan lainnya tentang kesehatan kehamilan (Tabel 14). Bila jawaban benar menurut ilmu gizi dan kesehatan diberi skor 1 dan jika salah skornya 0. Skor pengetahuan gizi dan kesehatan contoh berkisar dari 10-18 (13 ± 2.7). Berdasarkan kriteria pengetahuan gizi dan kesehatan menurut Khomsan (2000) terdapat sebagian besar contoh (43.5%) memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan sedang (jawaban benar antara 60-80% dari keseluruhan pertanyaan) dan hanya 24% contoh yang memiliki pengetahuan gizi tinggi. Sementara 32.5% contoh memiliki pengetahuan gizi rendah (Tabel 15). Tabel 14 Pengetahuan gizi dan kesehatan kehamilan No
Pengetahuan Gizi dan Kesehatan
n
%
1
Mengetahui tentang 4 sehat 5 sempurna
120
60
2
Mengetahui bahwa mengkonsumsi susu selama hamil sangat baik untuk kesehatan ibu dan anak
120
60
3
Mengetahui dan mengenal jenis pangan sumber karbohidrat, protein, dan lemak serta kegunaanya.
115
57.5
51
4
Mengetahui zat gizi yang penting untuk pertumbuhan tulang janin
91
45.5
5
Mengetahui bahan makanan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak janin
87
43.5
6
Mengetahui jenis makanan untuk mengatasi kekurangan darah
120
60
7
Mengetahui bahwa besi (Fe) sebagai tablet tambah darah
120
60
8
Mengetahui bahwa pentingnya mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral untuk mengatasi kekurangan zat gizi selama kehamilan
74
37
9
Mengetahui bahwa semasa kehamilan porsi makanan harus ditambah
135
67.5
10
Mengetahui bagaimana tindakan mengatasi mual-mual, muntah pada tiga bula n I: mengkonsumsi makanan dalam porsi kecil namun sering
74
37
11
Mengetahui bahwa pelayanan pada pemeriksaan kehamilan: Timbang BB, tekanan darah, imunisasi TT, pemberian tablet besi, pengukuran tinggi fundus uteri
90
45
12
Mengetahui dan memahami manfaat dan frekuensi pemeriksaan kehamilan selama
150
75
13
Mengetahui bahwa gejala dari penyakit: pusing, muka pucat, berkunang-kunang adalah anemia
127
63.5
14
Mengetahui dan memahami kehamilan yang aman
jarak
87
43.5
15
Mengetahui dan memahami manfaat jenis imunisasi yang diberikan selama hamil
90
45
16
Mengetahui dan memahami bahaya yang timbul bila hamil kurang dari 20 tahun
165
82.5
17
Mengetahui bahwa berat bayi yang sehat = 2500 gr
138
69
18
Mengetahui bahwa kebiasaan merokok dan alkohol dapat membahayakan janin
200
100
19
Mengetahui dan memahami tentang bayi yang lahir hidup tidak cukup bulan kehamilan (prematur)
138
69
20
Mengetahui resiko yang sering dialami oleh bayi yang lahir ridak cukup bulan kehamilan: BBLR dan kematian
120
60
pentingnya
menjaga
Tabel 15 Sebaran contoh menurut pengetahuan gizi dan kesehatan Kategori Pengetahuan Gizi Kurang (skor < 60%) Sedang (skor 60-80%) Tinggi (skor > 80%)
Contoh (Ibu Nifas) Jumlah (n) Persen (%) 65 32.5 87 43.5 48 24
52
Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson terdapat hubungan positif nyata antara pengetahuan gizi dan kesehatan dengan tingkat pendidikan formal contoh dengan koefisien korelasi 0.304 (p>0.01). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh menempuh tingkat pendidikan formal menengah (SLTA) sehingga skor pengetahuan gizi dan kesehatan termasuk kategori sedang. Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pengertiannya pada perawatan kesehatan dan higiene, perlunya pemeriksaan kehamilan dan pascapersalinan, serta kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarganya (Utomo 1985). Pada umumnya contoh telah mengetahui pentingnya konsumsi makanan sehat dan bergizi. Namun dalam prakteknya, baik sikap maupun perilaku mengalami hambatan, salah satu diantaranya masih kurang adanya kesadaran dan motivasi dalam diri contoh. Di sisi lain masih ditemukan juga sebagian besar contoh yang belum mengetahui zat gizi apa yang diperluk an untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandung, porsi makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil serta pertambahan berat badan yang dianjurkan selama kehamilan. Faktor lain yang turut menentukan adalah status ekonomi keluarga. Namun demikian menur ut Hardinsyah (1986), tingginya status ekonomi seseorang belum dapat menjamin tercapainya keadaan gizi yang baik bila tidak disertai dengan pengetahuan gizi yang baik pula. Berdasarkan kenyataan yang terjadi maka sangat diperlukan suatu program perbaikan gizi dalam upaya peningkatan pengetahuan gizi dan membangun motivasi dalam diri contoh melalui penyuluhan dan konseling gizi secara dini terhadap calon ibu yang akan hamil atau sedang hamil dengan selalu memperhatikan latarbelakang contoh. Namun demikian selama wawancara terjadi diskusi singkat dengan contoh terutama tentang pertambahan berat badan selam kehamilan serta porsi makanan yang seharusnya dikonsumsi selama hamil, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penerimaan dan harapan mereka terutama bagi yang bertempat tinggal bukan di pusat Kota Ambon terhadap penyuluhan dan konseling gizi secara intensif sangat besar.
53
Kebiasaan Makan Ibu Hamil Konsumsi pangan dan gizi yang cukup serta beragam akan menghasilkan status gizi yang baik pula, keadaan ini dapat dicapai apabila terjadi keseimbangan antara banyaknya jenis-jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan banyaknya yang dibutuhkan tubuh (Suhardjo 1990). Atas dasar demikian maka untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang atau kelompok orang dapat dilakukan dengan cara menilai konsumsi pangan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian secara kualitatif berkaitan dengan frekuensi makan, dimana frekuensi makan menurut jenis yang dikonsumsi dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara memperoleh pangan. Kebiasaan makan merupakan cara seseorang dalam memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan atas pengaruh fisiologi, psikologis, budaya dan sosial. Kebiasaan makan dalam kelompok memberikan dampak pada distribusi makanan antar anggota kelompok. Dalam kebiasaan makan keluarga, ditemui keluarga-keluarga yang memprioritaskan makanan bagi seseorang dengan alasan tertentu. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar (76%) contoh lebih memprioritaskan makanan untuk ibu hamil karena penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandung serta kesehatan ibu. Sedangkan 15.5% contoh memprioritaskan makanan untuk kepala keluarga dan 8.5% contoh memilih untuk lebih memprioritaskan makanan untuk anak. Pada kehamilan trimester pertama lebih dari separuh contoh (57%) mengalami penurunan selera makan dan sebesar 43% tidak mengalami penurunan selera makan. Rata-rata contoh mengalami penurunan selera makan selama 3-4 bulan pertama kehamilan. Penuruan selera makan contoh biasanya mual- mual, muntah, dan pusing (86%). Untuk mengatasi kurang nafsu makan, makanan yang paling sering dikonsumsi contoh antara lain makanan yang asam, pedas, dan buahbuahan. Hal itu dilakukan untuk menimbulkan selera makan ibu hamil yang mengalami gejala-gejala tersebut diatas. Memasuki trimester kedua, selera makan sebagian besar contoh kembali normal bahkan meningkat. Pada umumnya kebiasaan makan contoh selama 6 bulan kehamilan terakhir (trimester II dan III) adalah lebih banyak dibandingkan sebelum hamil (72%), namun ada juga yang tidak mengalami perubahan kuantitas makanan, dimana sebelum dan selama
54
hamil selera makan tidak jauh berbeda (20%). Hanya sebagian kecil contoh (8%) yang memiliki kebiasaan makan selama hamil adalah lebih sedik it dibanding sebelum hamil Menurut Khumaidi (1997) dalam kondisi hamil seorang ibu dianjurkan untuk makan satu sampai dua piring lebih banyak daripada keadaan sebelum hamil atau tidak hamil. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan frekuensi makan (menambah jumlah makan setiap kali makan selama hamil). Mengingat bahwa konsumsi makanan selama hamil bukan hanya untuk ibu sendiri tetapi untuk dua orang yakni ibu dan pertumbuhan serta perkembangan janin dalam kandungan. Adapun jenis makanan utama yang paling sering dikonsumsi contoh selama hamil adalah makanan pokok (nasi, sagu), lauk pauk (ikan segar), serta sayuran antara lain bayam, kangkung, daun singkong, sawi dan sayuran hijau lainnya serta buah (pisang, jeruk, pepaya, semangka). Selain makanan utama, contoh juga mengkonsumsi makanan selingan atau jajanan (60.5%). Makanan selingan atau jajanan yang paling sering antara lain roti, biskuit, rujak, cokelat, bakso. Sebagian besar contoh memilih untuk mengkonsumsi makanan selingan karena ingin mengatasi gejala- gejala kehamilan, misalnya morning sickness dan memenuhi rasa ngidam atau yang disebut sebagai bawaan bayi. Dalam penelitian ini hampir sebagian besar contoh (58%) memiliki kesadaran pentingnya mengkonsumsi susu bi u hamil selama hamil dan sebesar 19.5% tidak mengkonsumsi susu ibu hamil karena faktor ekonomi keluarga, tidak mampu menjangkau harga susu ibu hamil dan tingkat kesukaan karena menyebabkan mual- mual dan muntah. Ada juga contoh yang memilih untuk mengkonsumsi susu ibu hamil tapi hanya kadang-kadang mengkonsumsi (22.5%), Hal ini disebabkan selain karena faktor ekonomi juga karena contoh memiliki rasa takut gemuk sehingga akan menyebabkan kesulitan dalam persalinan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan adalah faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia) yakni pengaruh kelompok sosial. Dalam penelitian ini anjuran untuk mengkonsumsi makanan tertentu misalnya buah-buahan, sayur, dan susu paling banyak berasal dari pihak keluarga (67%) dan teman (14.5%). Hampir sebagian besar contoh mengikuti anjuran yang
55
berasal dari keluarga maupun teman (57%) dan lainnya kadang-kadang (24.5%) dan tidak mengikuti (18.5%). Tabel 16 Persentasi contoh menurut kebiasaan makan selama hamil Indikator A. Kebiasaan makan : - Trimester I : 1. Penurunan selera makan selama hamil 2. peningkatan selera makan selama hamil - Trimester II & III : 1. Penurunan selera makan selama hamil 2. Sama banyak dengan sebelum hamil 3. peningkatan selera makan selama hamil B. Frekuensi makan : 1. Satu kali 2. Dua kali 3. Tiga kali 4. Empat kali C. Gejala -gejala pada trimester I kehamilan : 1. Mual-mual 2. mual, muntah, dan pusing 3. Tidak D. Mengkonsumsi makanan jajanan/selingan : 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak E. Minum susu ibu hamil : 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak F. Makanan pantangan/tabu : 1. Ya 2. Tidak
Jumlah (n)
Persen (%)
114 86
57 43
16 40 144
8 20 72
16 38 12 34
8 19 56 17
131 41 28
65.5 20.5 14
121 38 41
60.5 19 20.5
116 45 39
58 22.5 19.5
48 152
24 76
Mayoritas contoh dalam penelitian ini tidak memiliki makanan pantangan, namun demikian sekitar 24% contoh mengetahui tentang makanan pantangan serta tidak mengkonsumsinya selama hamil (Tabel 16). Makanan yang dianggap pantang untuk dikonsumsi selama kehamilan antara lain durian, nenas, nangka, cempedak, sukun serta jenis makanan laut tertentu misalnya cumi-cumi, sotong, penyu. Alasannya bila mengkonsumsi makanan- makanan tersebut selama hamil maka tubuh janin atau bayi mereka sewaktu lahir akan kotor serta menyebabkan keguguran. Sedangkan untuk makanan laut tertentu seperti disebutkan diatas akan menyebabkan gatal- gatal bahkan contoh beranggapan janin atau bayinya akan sering kena penyakit gatal-gatal atau bisul. Namun kenyataan yang terjadi contoh
56
tetap mengkonsumsinya dengan pertimbangan pentingnya zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut. Analisis kuantitatif yang didasarkan atas kelompok bahan makanan dan frekuensi konsumsinya per bulan menunjukkan bahwa makanan pokok nasi merupakan jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari dengan rata-rata konsumsi 2-3 kali per hari, sedangkan rata-rata frekuensi konsumsi pada saat hamil adalah 3-4 kali per hari. Jenis pangan pokok yang paling sering dikonsumsi contoh sebelum dan saat hamil adalah nasi dan sagu. Zat- zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan diperoleh dari konsumsi makanan ibu selama hamil. Sumber energi protein hewani yang paling banyak dikonsumsi contoh adalah ikan segar, telur ayam, daging ayam, daging sapi, dan daging babi. Jenis pangan hewani yang paling sering dikonsumsi adalah ikan segar dengan rata-rata konsumsi per hari sebelum hamil adalah 2 kali dan pada saat hamil 2-3 kali. Pada umumnya jenis pangan hewani yang banyak dikonsumsi contoh meningkat frekuensinya pada saat hamil dibandingkan sebelum hamil. Sementara sumber energi dari pangan nabati yang dikonsumsi oleh contoh adalah tempe, tahu, kangkung, bayam, sawi, kacang panjang, kacang hijau, daun singkong dan daun melinjo. Pada umumnya cara mengkonsumsi pangan nabati terutama sayuran hijau setiap hari dengan jenis yang berbeda-beda. Rata-rata konsumsi pangan nabati meningkat pada saat hamil dibandingkan dengan sebelum hamil. Selain
pangan
pokok,
pangan
hewani,
dan
nabati,
contoh juga
mengkonsumsi buah-buahan, antara lain pepaya, jeruk, pisang, apel, dan mangga. Rata-rata contoh mengalami peningkatan dalam mengkons umsi buah-buahan selama hamil dibandingkan sebelum hamil. Jenis makanan jajanan yang paling sering dikonsumsi contoh selama hamil adalah roti, pisang goreng, kue, dan rujak. Hal ini paling sering terjadi pada ibu hamil karena tuntutan janin atau dengan kata lain bawaan bayi (ngidam) serta untuk mengurangi rasa mual- mual, muntah, dan pusing selama trimester kehamilan terutama trimester I. Selain makanan- makanan tersebut diatas, contoh juga banyak mengkonsumsi susu, gula, dan teh. Pada umumnya kebiasaan makan ibu meningkat selama hamil dibandingkan sebelum hamil (Tabel 17).
57
Tabel 17 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan dan gizi Kelompok Bahan Pangan dan Jenis Makanan Pangan pokok : 1. Nasi 2. Singkong 3. Sagu 4. Keladi 5. Pisang Pangan Hewani : 1. Daging sapi 2. Daging ayam 2. Daging babi 4. Ikan segar 5. Telur ayam Pangan Nabati : 1. Tahu 2. Tempe 3. Kangkung 4. Bayam 5. Sawi 6. Daun Singkong 7. Kacang Panjang 8. Kacang hijau 9. Daun Melinjo Buah-buahan : 1. Pepaya 2. Jeruk 3. Apel 4. Mangga 5. Pisang Makanan Selingan/Jajanan : 1. Pisang goreng 2. Roti 3. Kue 4. Biskuit 5. Bakso 6. Cokelat 7. Rujak Lain-lain : 1. Gula 2. Susu 3. Teh
Rata-rata Frekuensi Konsumsi per hari (kali) Sebelum Saat Hamil Hamil
Rata-rata Frekuensi Konsumsi per minggu (kali) Sebelum Saat Hamil Hamil
2 1 1 1 1
3–4 1-2 1-2 1 1-2
14 2-3 2-3 2-3 2-3
21-28 3-4 3-4 3-4 3-4
2-3 2-3 1 2-3 1-2
3-4 3-4 1-2 3-4 1-2
2* 2-3 1* 14 1-2
3* 3-4 1* 21-28 2-3
1-2 1-2 1-2 1-2 1-2 2-3 1-2 1-2 2-3
2-3 2-3 2-3 2-3 1-2 2-3 1-2 2-3 1-2
2-3 2-3 1-2 1-2 1-2 2-3 1-2 1-2 2-3
3-4 3-4 1-2 2-3 2-3 3-4 2-3 3-4 2-3
1-2 1-2 1-2 1-2 1-2
2-3 3-4 2-3 3-4 3-4
2-3 2-3 1-2 2-3 1-2
3-4 3-4 2-3 3-4 3-4
1-2 1-2 1-2 1-2 1 1 1
1-2 2-3 3-4 3-4 1 2-3 1-2
2-3 3-4 2-3 2-3 2-3 2-3 1-2
2-3 5-6 3-4 12-14 2-3 5-6 2-3
2 2 2
1-2 2-3 1-2
10-12 10-12 10-12
12-14 12-14 10-12
Keterangan: * bila tersedia dalam menu
58
Status Gizi Ibu Sebelum Hamil Salah satu cara yang mudah untuk mengetahui keadaan gizi adalah dengan menilai ukuran tubuh. Berat dan tinggi badan merupakan ukuran antropometri, dimana informasi data berat badan dapat memberi gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak) sedangkan tinggi badan menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dari antara kedua ukuran antropometri tersebut, berat badan dikatakan lebih labil dibandingkan dengan tinggi badan, karena berat badan (massa tubuh) sangat sensitif terhadap perubahan keadaan mendadak, misalnya terserang penyakit infeksi, penurunan nafsu makan atau penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan relatif kurang sensitif terhadap defisiensi gizi dalam jangka pendek. Pengaruh defisiensi gizi terhadap tinggi badan akan muncul setelah beberapa waktu yang cukup lama (Riyadi 2003). Berdasarkan hasil penelitian BB dan TB contoh masing- masing berkisar antara 36-73 kg (49 ± 7.4 kg) dan 144-171 cm (156.9 ± 6.3 cm). Index berat/tinggi banyak digunakan dalam surve i maupun keperluan klinik adalah index quetelet yang kemudian oleh Keys dkk (1972) disebut sebagai Body Mass Index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT). Nilai IMT dapat memberikan indikasi kelebihan timbunan lemak tubuh yang dapat dikaitkan dengan resiko penyakit. IMT akan sangat bermanfaat apabila dikaitkan dengan mortalitas, morbiditas dan kemampuan berproduksi. Berdasarkan kategori Depkes (1994) tentang IMT, menunjukkan bahwa sebanyak 38.5% contoh berstatus gizi normal dan 31% contoh tergolong kurus sekali. Sedangkan yang lainnya termasuk kategori kurus, gemuk, dan obes (Tabel 19). Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT) Berat Badan (kg) Kategori IMT (IOM 1990)
36-54
Tinggi Badan (cm)
55-73
144-157
Umur
158-171
< 20
20-35
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
109
54.5
1
0.5
37
18.5
73
36.5
2
1
108
54
Normal
45
22.5
23
11.5
57
28.5
11
5.5
3
1.5
65
32.5
Gemuk
0
0
19
9.5
16
8
3
1.5
2
1
17
8.5
Obes
0
0
3
1.5
3
1.5
0
0
0
0
3
1.5
Total
154
77
46
23
113
56.5
87
43.5
7
3.5
193
96.5
Kurus
59
Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT) Berat Badan (kg) Kategori IMT
36-54
Tinggi Badan (cm)
55-73
144-157
Umur
158-171
< 20
20-35
(Depkes 1994)
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Kurus sekali
62
31.5
0
0
22
11
40
20
0
0
62
31
Kurus
32
16
0
0
10
5
22
11
2
1
30
15
Normal
60
30
17
8.5
55
27.5
22
11
3
1.5
74
37
Gemuk
0
0
20
10
18
9
1
0.5
2
1
18
9
Obes
0
0
9
4.5
8
4
2
1
0
0
9
4.5
154
77.5
46
23
113
56.5
87
43.5
7
3.5
193
96.5
Total
Status gizi ibu (IMT) sebelum hamil menurut kategori IOM (1990) menunjukkan bahwa sejumlah besar contoh (57%) tergolong dalam IMT kurus dan 32.5% termasuk normal (Tabel 18). Selanjutnya bila dibandingkan dengan kategori IMT menurut Depkes (2002) menunjukkkan bahwa 46% contoh tergolong dalam IMT kurus dan 37.5% contoh berada dalam batas IMT normal (Tabel 20). Dengan demikian dapat dilihat bahwa kategori IMT menurut IOM (1990), Depkes (1994), dan Depkes (2002) tidak memiliki perbedaan yang berarti. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT) Berat Badan (kg) Kategori IMT
36-54
Tinggi Badan (cm)
55-73
144-157
Umur
158-171
< 20
20-35
(Depkes 2002)
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Kurus
94
47
94
47
32
16
63
31
2
1
92
46
Normal
60
30
78
39
56
28
22
11
3
1.5
75
37.5
Gemuk
0
0
18
9
17
8.5
1
0.5
2
1
16
8.0
Obes I
0
0
10
5
8
4
2
1
0
0
10
5.0
Obes II
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
154
77
113
56.5
113
56.5
87
43.5
7
3.5
193
96.5
Total
Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil Pertambahan berat badan selama kehamilan dalam penelitian ini lebih terkonsentrasi kepada ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir normal. Kenaikan berat badan contoh berkisar antara 5-20 kg (12.6 ± 2.4 kg). Sebagaimana anjuran pertambahan berat badan selama kehamilan menurut
60
Depkes (2002) adalah berkisar antara 10-12.5 kg. Berdasarkan anjuran tersebut maka dapat dibuat kategori pertambahan berat badan ibu selama kehamilan menurut berat dan tinggi badan sebelum hamil. Pertambahan berat badan selama kehamilan baik menurut BB maupun TB sebelum hamil menunjukkan bahwa sebagian besar contoh lebih menyebar normal pada BB dan TB sebelum hamil yakni 39-55 kg serta 144-156 dengan pertambahan berat badan berkisar antara 10-12.5 kg serta lebih dari 12.5 kg. Rata-rata pertambahan berat badan contoh menurut IMT adalah sebagai berikut: kurus sekali (14.3 ± 5.1); kurus (13.5 ± 3.6); normal (12.9 ± 2.2); gemuk (11.6 ± 1.4); serta obes (11.7 ± 3.4). Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan pertambahan BB selama hamil menurut BB dan TB sebelum hamil Pertambahan berat badan (kg) < 10 10 -12.5 > 12.5
Berat badan (kg) 39 - 55 56 -72 n % n % 2 1.9 2 1.9 25 23.8 21 20 47 44.8 8 7.5
Tinggi Badan 144 - 156 157 - 170 n % n % 2 1.9 2 1.9 39 37.1 7 6.7 38 36.2 17 16.2
Total n % 8 7.6 92 87.6 110 104.7
Sumber data (BB, TB, dan Pertambahan BB) : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara (N = 105)
50
Jumlah
40 30 20 10 0
< 10
10 - 12,5 kg
> 12,5
Range Pertambahan BB Selama Hamil BB ibu sebelum hamil 39-55 TB ibu 144-156 Indeks Massa Tubuh Kurus sekali
BB ibu sebelum hamil 56-72 TB ibu 157-170 Indeks Massa Tubuh Kurus
Indeks Massa Tubuh Normal Indeks Massa Tubuh Obes
Indeks Massa Tubuh Gemuk
Gambar 5 Pertambahan BB Ibu Hamil menurut BB, TB, dan IMT.
Berdasarkan status gizi sebelum hamil dalam hal ini indeks massa tubuh menurut kategori Depkes (1994) maka dalam penelitian lebih banyak ditemukan ibu hamil dengan IMT normal (62.9%), dimana pertambahan berat badan ibu
61
selama kehamilan adalah berkisar antara 5-17 kg (12.9 ± 2.2). Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa studi yang menunjukkan bahwa pertambahan berat total badan ibu selama kehamilan berada pada rentang 8-14 kg. Lebarnya rentang pertambahan berat badan total ini disebabkan sangat bervariasinya kondisi ibu misalnya TB, kondisi sosial ekonomi, tingkat konsumsi pangan. Hasil penelitian yang berkaitan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dari beberapa lokasi yang berbeda menunjukkan angka pertambahan berat badan yang berbeda pula yaitu 11.3 kg di kota Manado (Kawengiang 2004); di pedesaan Kabupaten Bogor 7.8 kg (Hardinsyah 2000) serta di pedesaan Purworedjo 8.3 kg (Winkvist dkk 2002). Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan pertambahan BB selama hamil menurut IMT (Depkes 1994) IMT sebelum hamil Pertambahan BB (kg) Jumlah (n) Persen (%) Kurus sekali 10 – 20 (14.3 ± 5.1) 3 2.9 Kurus 8 – 20 (13.5 ± 3.6) 8 7.6 Normal 5 – 20 (12.8 ± 2.2) 66 62.9 Gemuk 10 - 15 (11.6 ± 1.4) 19 18.1 Obes 8 - 20 (11.7 ± 3.4) 9 8.6 Total 105 100 Sumber data (BB, TB, dan Pertambahan BB) : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara
Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan pertambahan BB selama hamil menurut IMT (Depkes 2002) IMT sebelum hamil Pertambahan BB (kg) Jumlah (n) Persen (%) Kurus 8-20 (13.73 ± 3.80) 11 10.47 Normal 5-20 (12.88 ± 2.15) 66 62.86 Gemuk 10-13 (11.44 ± 1.20) 18 17.14 Obes I 8-20 (11.60 ± 3.24) 10 9.52 Obes II 0 0 0 Total 105 100 Sumber data (BB, TB, dan Pertambahan BB) : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara
Pertambahan berat badan selama hamil berdasarkan kategori IMT menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (62.9%) menurut Depkes (1994) dan 62.86% (Depkes 2002) berada pada IMT normal serta masing- masing mengalami pertambahan berat badan berkisar antara 12.8 ± 2.2 kg dan 12.88 ± 2.15 kg (Tabel 22 dan 23). Hal ini bila dibandingkan dengan anjuran pertambahan berat badan menurut IOM (1990) maka terlihat bahwa 61% contoh yang termasuk dalam IMT normal mengalami pertambahan berat badan berkisar antara
62
12.62 ± 1.85 kg, sedangkan yang dianjurkan oleh IOM adalah 11.5-16 kg (Tabel 24). Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan pertambahan BB selama hamil IMT n % Pertambahan BB (kg) Pertambahan BB (kg) sebelum Hamil IOM (1990) Contoh Kurus 22 22.95 12.5 – 18 8 – 20 (13.86 ± 3.28) Normal 61 58.10 11.5 – 16 5 – 20 (12.62 ± 1.85) Gemuk 19 18.10 7.0 – 11.5 9 – 13 (10.95 ± 1.13) Obes 3 2.86 7.0 8 – 20 (13.33 ± 6.11) Sumber data (BB, TB, dan Pertambahan BB) : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara
Pertambahan berat badan contoh selama kehamilan trimester I rata-rata 1.9 ± 0.6 kg dan pada trimester II dan III masing- masing mengalami pertambahan rata-rata 4.2 ± 1.1 kg dan 6.5 ± 1.6 kg (Gambar 6). Dengan demikian dapat diprediksikan bahwa pada trimester I
rata-rata pertambahan berat badan ibu
adalah 0.1 kg per minggu, selanjutnya mulai mengalami peningkatan pada trimester II dan III, masing- masing 0.3 kg dan 0.5 kg per minggu. Hal ini sangat sejalan dengan beberapa hasil penelitian, salah satunya oleh Kawengian (2004) tentang pertambahan berat badan ibu hamil (n=155 orang) di Kota Manado, Sulawesi Utara yakni berkisar antara 4-24 kg (11.3 ± 3.8 kg), sementara pertambahan berat badan tiap trimester kehamilan adalah 1.4 ± 2.4 kg; 3.7 ± 2.9 kg; dan 4.8 ± 2.6 kg. Selanjutnya bila dibandingkan dengan studi yang dilakukan oleh Winkvist dkk (2002) terhadap 251 ibu hamil di daerah Purworejo, Jawa Tengah menunjukkan adanya perbedaan yakni rata-rata pertambahan berat badan ibu selama kehamilan trimester I adalah 0.08 kg per minggu dan meningkat pada trimester II dan III masing- masing 0.34 dan 0.26 kg per minggu. Sebagian besar contoh terutama yang memiliki IMT normal sebelum hamil mengalami pertambahan berat badan pada trimester kedua dan ketiga, hal ini karena terjadi peningkatan selera makan baik makanan pokok maupun makanan selingan. Sebaliknya contoh yang mengalami penurunan selera makan atau tidak mengalami perubahan kuantitas makan, pertambahan berat badan cenderung lebih rendah.
63
7.00
Rata-rata Pertambahan BB Ibu Tiap Trimester Kehamilan 6.49
Pertambahan BB
6.00 5.00 4.27
4.00 3.00 2.00
1.87
1.00 0.00 Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
Gambar 6 Rata-rata Pertambahan BB Ibu selama Trimester Kehamilan Kenyataan menunjukkan bahwa ibu yang mengalami pertambahan berat badan 5-9 kg rata-rata melahirkan bayi dengan berat lahir relatif rendah yakni 2600 gr, namun demikan dalam penelitian ini hanya sebagian kecil dari contoh mengalami hal tersebut (1.9%). Sebaliknya ibu dengan pertambahan berat badan sebagaimana yang dianjurkan Depkes (2002) cenderung melahirkan bayi dengan berat lahir rata-rata = 3000 gr. Pertambahan berat < 1 kg selama trimester II, apalagi trimester III akan menimbulkan resiko yang tinggi terhadap kelahiran berat badan rendah, pemunduran pertumbuhan dalam rahim, serta kematian prenatal (As’ad 2002). Pertambahan berat badan yang berlebihan setelah minggu XX menyiratkan terjadinya retensi air, yang sekaligus bertalian dengan janin besar dan resiko penyulit disproporsi kepala panggul (DKP), dimana retensi yang berkelebihan juga merupakan tanda awal preeklampsia (Arisman, 2002). Tabel 25
Sebaran contoh berdasarkan korelasi antara pertambahan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi lahir serta skor Apgar
Pertambahan BB Ibu Hamil (kg) < 10 10 -12.5 > 12.5 Total
Berat Badan Bayi Lahir BBLR Normal n % n % 16 8 4 2 77 38.5 45 22.5 2 1 56 28 95 47.5 105 52.5
Rendah n % 10 5 30 15 0 0 40 20
Skor Apgar Sedang Sehat n % n % 6 3 4 2 9 4.5 83 41.5 1 0.5 57 28.5 16 8 144 71
Meskipun laju pertambahan berat badan pada trimester II dan III pada dasarnya sama, penimbunan proporsi ibu dan pertambahan jaringan janin tidak berlangsung serentak. Pertambahan komponen dalam tubuh ibu terjadi sepanjang trimester II. Sementara pertumbuhan janin dan plasenta serta pertambahan jumlah cairan amnion berlangsung sangat cepat selama trimester III.
64
Status gizi ibu, baik sebelum hamil maupun ketika sedang hamil, merupakan faktor utama, disamping faktor lain seperti multiparitas, jarak kehamilan dan keadaan kesehatan, sangat mempengaruhi terhadap hasil konsepsi. Bila status gizi ibu baik dan status kesehatannya selama kehamilan tidak jelek (tidak menderita misalnya hipertensi), serta tidak mempunyai kebiasaan buruk (perokok atau pecandu alkohol) maka status gizi bayi yang dilahirkan juga baik dan sebaliknya.
Pemeriksaan Kehamilan dan Kesehatan
Pemeriksaan kehamilan dan kesehatan dilakukan oleh petugas puskesmas dan bidan di desa untuk mengetahui secara dini kemungkinan adanya penyakit lain. Pada pemeriksaan ini dilakukan pelayanan kesehatan secara berkala pada ibu hamil, meliputi: penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi puncak rahim, pemberian tablet besi (Fe) dan yodium, serta pemberian imunisasi. Dari tiga puskesmas (puskesmas Rijali, puskesmas Waihaong, dan puskesmas Tawir i) diperoleh informasi bahwa pelayanan kesehatan seperti yang disebutkan diatas sampai saat ini berjalan sebagaimana mestinya, bahkan pelayanan posyandu untuk bumil dan balita masih aktif. Pada umumnya selama kehamilan contoh melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur baik melalui dokter spesial kandungan maupun melalui puskesmas dan posyandu. Hal ini terlihat dengan banyaknya jumlah contoh (96%) yang memperoleh imunisasi TT sebanyak dua kali yakni pada kehamilan bulan ke-7 dan ke-9 serta mengkonsumsi tablet besi (85%). Sebagian kecil responden tidak mengkonsumsi suplemen tablet besi dan imunisasi TT, karena alasan tidak cocok atau alergi dan adanya anggapan bahwa mengkonsumsi berbagai jenis pil/obat akan menyebabkan banyak kelainan pada bayi serta karena tidak rutinnya melakukan pemeriksaan kehamilan ke puskesmas dengan alasan faktor ekonomi. Hal ini berhubungan dengan masih terbatasnya informasi tentang pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil, terutama bagi mereka yang berada pada kalangan ekonomi lemah serta status pernikahan yang belum jelas. Namun yang paling mendasar dalam masalah ini adalah kurang adanya kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan selama hamil.
65
Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan pemeriksaan kehamilan dan kesehatan Pemeriksaan Kehamilan *Jumlah (n) Persen (%) Pertambahan BB selama dan Kesehatan kehamilan (kg) Suplementasi Fe 170 85 11.85 ± 2.30 Imunisasi TT 192 96 11.60 ± 2.32 Sumber data : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara * Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200)
Status Gizi Ibu Hamil Indikator penilaian status gizi ibu hamil secara antropometri selain berdasarkan berat badan dapat juga dilihat berdasarkan ukuran LILA (lingkar lengan atas). Pada wanita hamil, malnutrisi (gizi kurang atau gizi lebih) menunjukkan odem, tetapi jarang mengenai lengan atas. Menurut Depkes (1994) pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat umum, untuk mengetahui kelompok beresiko kekurangan energi kronis (KEK), jumlah hemoglobin (Hb) darah, serta tekanan darah. Dalam penelitian ini ukuran LILA contoh berkisar antara 20-27.5 cm (23.3 ± 2 cm) dimana sebanyak 52.5% contoh memiliki ukuran LILA = 23.5 cm, sedangkan yang lainnya (47.5%) memiliki LILA < 23.5 cm. Salah satu ciri dari anemia gizi besi adalah berkurangnya jumlah Hb darah. Nilai hemoglobin darah contoh berkisar antara 8.4-14 g/dL (11.6 ± 1.7 g/dL). Sebanyak 38.2% contoh memiliki kadar Hb < 11 g/dL yakni, sedangkan 61.8% contoh memiliki kadar Hb > 11 g/dL. Namun demikian kondisi contoh yang tergolong anemia (Hb < 11 g/dL) sebelum hamil
sampai pada trimester I
memiliki jumlah Hb normal (Hb > 11 g/dL) dan sebagian besar dari mereka mengalami penurunan jumlah HB darah setelah memasuki trimester terakhir kehamilan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ladipo (2000) yang menyatakan bahwa prevalensi anemia meningkat dari trimester kedua ke trimester ketiga, keadaan ini terjadi karena volume plasma ibu meningkat sebagai akibatnya adanya reaksi fisiologi normal pada ibu. Meskipun sel darah merah juga meningkat selama kehamilan, tetapi peningkatannya tidak sejalan dengan peningkatan volume plasma. Hanya sebagian kecil dari contoh yang sebelum
66
hamil sudah mempunyai resiko anemia gizi besi sehingga pada saat hamil pun mengalami kondisi demikian. Beberapa penelitian epidemiologis menunjukkan terdapat hubungan antara anemia ibu hamil trimester terakhir dengan bayi prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), dan kematian bayi. Penelitian lain menunjukkan bahwa anemia merupakan penyebab utama dari tingginya angka kematian ibu melahirkan di negara berkembang. Berdasarkan Depkes (2003) bahwa masalah gizi pada ibu hamil yang paling banyak dijumpai di Indonesia adalah anemia dengan prevalensi 40% pada tahun 2001. Hasil penelitian terhadap ibu hamil di Kota Bogor menunjukkan bahwa faktor utama anemia bumil adalah KEK, umur kehamilan trimester III serta paritas, dimana ibu hamil yang beresiko KEK berpeluang menderita anemia 2.76 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak beresiko, umur kehamilan trimester III 1.92 kali lebih besar dibandingkan trimester I dan II (Darlina dan Hardinsyah 2003). Selain ukuran
LILA dan jumlah Hb darah, dalam penelitian ini juga
menggunakan indikator tekanan darah sebagai penilaian status gizi ibu hamil. Sebagian besar contoh (57.5%) memiliki tekanan darah normal (< 140/90 mmHg), tekanan darah rendah (32.5%) dan sisanya (20%) contoh memiliki tekanan darah tinggi. Hubungan antara kehamilan dengan tekanan darah terutama yang disebut sebagai hipertensi adalah tergambar melalui kejadian preeklampsia dan eklampsia. Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh kehamilan, yang ditandai dengan hipertensi, edema dan proteinuri masif setelah minggu ke 20 dan jika disertai kejang disebut eklampsia (Sudinaya 2000). Dengan semakin buruknya keadaan ini, wanita hamil bisa mengalami nyeri kepala, pening, gangguan penglihatan, dan nyeri di bagian atas perut (Trish Booth 2004). Kejadian ini paling sering terjadi pada ibu hamil yang berusia 20-35 tahun yang berasal dari golongan ekonomi lemah dan menderita kekurangan gizi. Hal tersebut juga ditemukan pada responden dalam penelitian ini, dimana responden yang memiliki tekanan darah tinggi paling banyak berus ia 20-35 tahun dan mempunyai tingkat ekonomi keluarga lemah. Namun demikian kondisi tersebut tidak teridentifikasi sebagai defisiensi zat gizi, hanya penurunan selera makan sebagai akibat bawaan bayi.
67
Tabel 27 Sebaran contoh menurut indikator status gizi Indikator Status Gizi
Ukuran Lingkar lengan Atas (LILA) : A. Normal (= 23.5 cm) B. KEK (< 23.5 cm) Kadar Hb Darah : A. Normal (= 11 gr/dL) B. Anemia (< 11gr/dL) Tekanan Darah (TD) : A. Rendah (< 140/90 mmHg) B. Normal (140/90 mmHg) C. Tinggi (> 140/90 mmHg)
*n
%
Pertambahan BB Ibu Hamil (kg)
BB Bayi Lahir (gr)
Skor Apgar
105 95
52.5 47.5
12.55 ± 2.41 10.35 ± 1.60
3160.00 ± 395.80 2200.00 ± 382.18
7-9 3-6
124 76
61.8 38.2
12.38 ± 2.34 10.08 ± 1.48
3.32.66 ± 447.22 2167.76 ± 463.88
7-9 3-6
65 115 20
32.5 57.5 20
10.43 ± 1.42 12.26 ± 2.62 10.65 ± 0.99
2175.38 ± 444.95 3081.74 ± 452.06 2250.00 ± 264.08
3-9 7-9 3-9
Sumber data (LILA, Hb darah, TD): KMS Ibu Hamil Contoh * Hasil perhitungan dari keseluruhan responden (N = 200)
Jarak Dua Kehamilan Terakhir Status kesehatan dan gizi akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan biologis seseorang. Faktor penyebab natalitas dan mortalitas antara lain faktor biologis dan paling sering dialami oleh wanita usia subur (15-49 tahun) yang memiliki potensi untuk hamil. Melahirkan anak pada usia ibu yang terlalu muda atau tua mengakibatkan kualitas janin/bayi yang rendah dan juga merugikan kesehatan ibu. Jarak kehamilan yang terlalu dekat pun akan menyebabkan hal yang serupa. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki kondisi tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya. Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi bagi si ibu maupun janin/bayi berikut yang dikandungnya. Sebagian besar (54%) contoh mempunyai jarak kehamilan = 2 tahun dan > 2 tahun (46%). Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan pemeriksaan kehamilan dan kesehatan Jarak Dua Kehamilan Terakhir
*Jumlah (n)
Persen (%)
Pertambahan BB selama kehamilan (kg) 11.66 ± 1.87 11.37 ± 2.67
92 54 108 46 Sumber data : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200)
=2 >2
Berdasarkan kenyataan yang paling sering terjadi bahwa jarak kehamilan ibu hamil di Kota Ambon adalah = 3 tahun, alasan utama yang mendasari adalah
68
kehidupan perekonomian yang relatif mahal baik pangan maupun non pangan. Oleh karena itu dalam penelitian ini, hampir sebagian besar contoh mengatur jarak kehamilan (rata-rata > 2 tahun). Hal ini nampak jelas dalam laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2005 di Kota Ambon hanya mencapai 2.01% dimana peningkatan ini merupakan yang terendah dalam waktu lima tahun terakhir (BPS Kota Ambon 2005-2006). Belakangan ini setelah pemulihan kondisi Kota Ambon dari konflik kemanusiaan baru banyak ditemukan kehamilan dengan jarak = 2 tahun dan biasanya pada umur = 25 tahun terutama di kalangan remaja (SLTA) dan mahasiswa. Hal ini terkait dengan masalah seksualitas yang sedang meningkat dan mewarnai kehidupan remaja putri Kota Ambon. Menurut King (2003) bahwa pada keha milan remaja, BBLR dan keguguran lebih sering dialami sampai dua kalinya dibandingkan dengan wanita hamil cukup dewasa sedangkan kematian neonatal hampir mencapai tiga kalinya. Wanita dengan jarak antar kehamilan pendek ataupun kehamilan usia muda berada pada usia muda berada pada resiko tinggi mengalami keguguran, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), dan prematur. Paritas Mata dan Wyatt (1985) dalam Satoto (1990) menganalisis bahwa paritas pada umumnya menggambarkan jarak dua kehamilan, yang manifestasinya nyata pada persediaan energi dan zat gizi ibu dan kemampuan ibu untuk memelihara dan memberikan ASI sesudah kelahiran anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh telah mengalami satu kali kehamilan, dan diikuti contoh yang belum pernah hamil (sedang hamil anak pertama) dan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 29. Berdasarkan informasi paritas dapat diketahui frekuensi kehamilan. Dalam penelitian ini frekuensi kehamilan contoh berkisar antara 1-5 kali kehamilan (2 ± 1 kali). Dari 200 contoh yang pada persalinan terakhir dengan bayi lahir hidup, sebelumnya mengalami keguguran = 1kali ( 21%), lahir dengan bayi prematur (10.5%) dan bayi lahir meninggal (26%). Frekuensi keguguran yang dialami
69
berkisar antara 1 sampai 2 kali, lahir prematur dan lahir meninggal dengan frekuensi rata-rata 1 (Tabel 30). Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan paritas Paritas * Jumlah (n) Persen (%) Pertambahan BB selama Kehamilan (kg) 0 41 20.5 11.54 ± 3.17 1 60 30 12.27 ± 2.33 2 39 19.5 11.18 ± 2.44 3 37 18.5 11.14 ± 1.80 4 18 9 11.39 ± 1.33 5 5 2.5 9.80 ± 1.10 Sumber data : Rekam medik pada ketiga RS dan Puskesmas * Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200)
Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan Riwayat Kehamilan
* Jumlah (n)
Persen (%)
Pertambahan BB Ibu Hamil (kg)
1. Keguguran (Abortus) : A. Pernah (1 kali) 39 19.5 10.90 ± 2.38 B. = 3 kali 3 1.5 9.67 ± 1.53 C. Tidak pernah 158 79 11.69 ± 2.31 2. Lahir Mati A. Pernah (1 kali) 52 26 11.37 ± 2.21 B. 2 kali 1 0.5 11 C. Tidak pernah 147 73.5 11.56 ± 2.39 sumber data : Rekam medik pada ketiga RS dan wawancara * Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200)
BB Bayi Lahir (gr) 2614.10 ± 700.46 2100.00 ± 0 2377.66 ± 595.92 2527.88 ± 553.19 1900 2771.77 ± 627.26
Kejadian abortus (keguguran) dan lahir mati yang terjadi pada contoh disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penyakit infeksi (demam/tifus, diabetes), kandungan yang lemah, kurang adanya kesadaran dalam memelihara kehamilan seperti pemeriksaan kehamilan dan kesehatan (penimbangan BB, pengukuran TD dan tinggi puncak rahim, pemberian tablet Fe dan yodium, serta imunisasi TT), kebiasaan selama hamil (mengkonsumsi obat, gejala kehamilan: mual dan muntah yang berlebihan sehingga mengurangi nafsu makan) serta aktivitas fisik yang berlebihan. Selain faktor- faktor tersebut, status sosial ekonomi keluarga juga mempengaruhi. Sebagian besar yang mengalami abortus dan lahir mati berasal keluarga dengan tingkat pendapatan (= Rp 500 000.00) dan pendidikan yang relatif rendah (SMA) serta umur saat hamil masih relatif muda.
70
Status Kesehatan Ibu Hamil Status kesehatan contoh dilihat berdasarkan frekuensi kejadian penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan penyakit lainnya yang dialami selama hamil. Kejadian penyakit yang paling sering dialami oleh beberapa contoh (sebagian kecil) antara lain pilek/influenza, tifus, diabetes, demam/panas. Sebanyak 34.5% contoh mengaku pernah mengalami penyakit ISPA pada kehamilan trimester terakhir yakni demam/panas (34%), pilek/influenza (35.5%), batuk (25%). Namun demikian dalam penelitian terdapat contoh yang menderita tifus (5.5%) dan malaria serta diabetes (0.5%) (Tabel 31). Analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi penyakit dengan pertambahan berat badan selama kehamilan, misalnya ibu yang sering mengalami pilek/influenza (= 2 kali) cenderung mengalami pertambahan berat badan cenderung rendah (10.62 ± 1.19 kg). Selanjutnya pertambahan berat badan pada ibu yang menderita tifus/malaria relatif rendah. Demikian halnya bagi ibu yang menderita diabetes mengalami pertambahan berat badan yang relatif rendah (8.00 ± 00 kg) (Tabel 31). Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan status kesehatan Jenis Penyakit
* Jumlah (n)
Persen (%)
Pertambahan BB selama Kehamilan (kg) 10.62 ± 1.19 10.60 ± 1.09 10.38 ± 1.18 8.09 ± 2.21 8.00 ± 00
Pilek/influenza 69 35,5 Batuk 50 25 Demam/panas 68 34 Tifus/malaria 11 5,5 Diabetes melitus (DM) 1 0,5 Sumber data : Wawancara langsung dengan contoh * : Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200)
Komplikasi dalam Kehamilan Faktor resiko diet dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu resiko selama hamil dan resiko selama perawatan. Riwayat obstetri merupakan salah satu resiko yang melatarbelakangi masalah gizi dan kesehatan ibu selama hamil sedangkan pertambahan berat badan merupakan faktor resiko selama perawatan yang ditandai sebagai respon terhadap intake zat gizi baik jumlah maupun mutu. Korelasi antara kedua faktor resiko diatas merupakan gambaran dari masalah
71
persalinan misalnya pendarahan dan eklampsia, ketuban pecah lebih dini, kelainan posisi janin, serta odema. Dalam penelitian ini masalah persalinan yang dialami oleh sebagian kecil contoh adalah pendarahan dan eklampsia (18%) serta ketuban pecah lebih dini (22.5%). Contoh yang mengalami pendarahan dan eklampsia rata-rata memiliki Hb < 11 g/dL dan memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini terkait dengan beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan pendarahan sebelum dan pada saat melahirkan, keguguran, kelahiran bayi prematur, dan BBLR (Depkes 1995). Ibu hamil dengan faktor mediko obstetri yang baik berpeluang besar akan melahirkan bayi dengan selamat dan berat bayi lahir cukup (> 2500 g), sebaliknya ibu dengan faktor mediko obstetri buruk berpeluang besar akan mengakibatkan kematian bayi pada saat lahir. Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan komplikasi dalam kehamilan Masalah Persalinan
* Jumlah Persen BB Bayi lahir (n) (%) (gr) Aspiksia, eklampsia, dan pendarahan 36 18 1830.56 ± 358.82 Ketuban pecah lebih dini 36 18 1830.56 ± 358.82 Sumber data : Rekam Medik pada ketiga RS. * : Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200)
Skor Apgar 0-3 0-3
Berdasarkan data retrospektif dari RSU Dr. Haulussy dan RS Al-Fatah bahwa biasanya pasien ibu hamil yang mengalami masalah persalinan (aspiksia, eklampsia dan pendarahan) sering berakhir dengan kematian baik ibu dan janin atau salah satu diantara dalam hal ini ibu atau bayi. Namun demikian belakangan ini masalah persalinan tersebut jarang terjadi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman. Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier berganda terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan. Berdasarkan analisis korelasi Pearson dan Spearman ditemukan adanya beberapa faktor yang berhubungan signifikan atau mempunyai korelasi yang kuat
72
dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan antara lain pendidikan ibu (r= 0.310 p < 0.01) serta pengetahuan gizi dan kesehatan (r= 0.150 p < 0.05). Hal ini nampak jelas dari tingkat pendidikan contoh yakni dari sejumlah besar (105) ibu yang memiliki bayi dengan berat lahir normal adalah SMA (45.7%) dan S1 (39%). Sementara rata-rata pengetahuan gizi dan kesehatan dari contoh dengan berat bayi normal adalah sedang (51.4%) dan tinggi (41%). Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi pula pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan ibu hamil sehingga sangat berimplikasi terhadap pertambahan berat badan ibu sesuai standar normal dan outcome dalam hal ini berat badan bayi lahir juga normal. Lebih lanjut terdapat korelasi antara pekerjaan ayah (r= 0.207 p < 0.01) dan tingkat pendapatan keluarga (r= 0.325 p< 0.01) dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan. Jenis pekerjaan dengan tingkat pendapatan keluarga yang memadai dapat menjamin ketersediaan pangan dan gizi dalam keluarga terutama untuk ibu hamil yang terekspresikan melalui pertambahan berat badan. Tingkat pendidikan formal dan pengetahuan gizi yang tinggi serta didukung oleh faktor pendapatan keluarga yang memadai sangat berpengaruh terhadap perilaku dalam mengelola rumah tangga termasuk konsumsi pangan dan gizi untuk keluarga. Kebiasaan makan ibu hamil mempunyai korelasi yang cukup kuat dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil terutama yang melahirkan bayi dengan berat badan normal. Sebagian besar contoh (98.1%) memiliki kebiasaan makan selama hamil lebih banyak dibandingkan sebelum hamil dengan frekuensi makan dalam sehari 3-4 kali. Hal ini terkait denga n tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dengan tingkat pendapatan contoh dalam penelitian ini cukup memadai. Status ekonomi yang memadai serta didukung tingkat pengetahuan gizi yang baik akan menjamin tercapainya keadaan gizi yang baik (Hardinsyah 1986). Pengetahuan ibu terhadap gizi dan permasalahannya sangat berpengaruh pada keadaan gizi keluarga (Suhardjo, 1989). Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mampu memilih jenis makanan yang tepat untuk dirinya dan janinnya baik dari segi kuantitas maupun kualitas makanan yang dikonsumsi.
73
Tabel 33 Faktor-faktor yang berkorelasi dengan pertambahan BB ibu selama kehamilan Variabel Bebas Pendidikan ibu Pekerjaan ayah Pekerjaan ibu Pendapatan keluarga Besar keluarga Umur ibu Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil Kebiasaan makan ibu hamil IMT sebelum hamil Resiko KEK Paritas Abortus Lahir mati Jarak dua kehamilan terakhir Umur kehamilan Status anemia Suplementasi Fe Tekanan darah Imunisasi TT Pilek Demam Batuk Tifus Diabetes Keterangan :* signifikan pada level (a) 0.01 **signifikan pada level (a) 0.05
r 0.310 0.207 0.216 0.325 -0.156 -0.127 0.150 0.972 0.154 0.417 -0.059 -0.119 -0.121 0.177 0.427 0.301 0.476 0.402 0.319 -0.328 -0.265 -0.408 -0.279 -0.128
Sig 0.000* 0.000* 0.003** 0.000* 0.027** 0.074 0.034** 0.003* 0.029** 0.000* 0.406 0.092 0.087 0.012* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.051**
Lampian 34 Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan Variabel Bebas B Intercept 3.884 Pengetahuan gizi dan kesehatan 0.231 IMT ibu sebelum hamil -0.347 Anemia 0.340 Jarak dua kehamilan terakhir -0.325 Demam -0.500 Tifus -1.026 Diabetes -1.579 Keterangan : R2 = 0.489 Standar error = 0.459
t 8.462 2.471 -4.412 2.173 -2.640 -2.148 -3.738 -2.528
Sig 0.000 0.014* 0.000* 0.031* 0.009* 0.033* 0.000* 0.0012*
* signifikan pada level (a) 0.05
Faktor lain yang berhubungan signifikan dengan pertambahan berat badan ibu
selama
kehamilan
adalah
status
gizi
sebelum
hamil
(IMT)
(r = 0.154; P < 0.05), dimana ibu yang memiliki IMT kurang (kurus sekali atau kurus) maka dibutuhkan pertambahan berat badan yang adekuat sehingga dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan serta
74
kesehatan ibu sendiri. Hal ini terlihat jelas bahwa contoh dengan IMT tergolong kurus mengalami kenaikan berat badan yang berkisar antara 8-20 kg (13,5 ± 3,6 kg) (Tabel 24). Sesuai dengan anjuran pertambahan berat badan selama hamil yang direkomendasikan oleh IOM (1990) bahwa ibu dengan IMT tergolong kurus dianjurkan untuk menambah berat badan sebesar 14-20 kg. Dengan demikian IMT dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan pertambahan berat badan selama hamil. Kenaikan berat badan ibu hamil dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan status gizi wanita hamil, karena terdapat kesamaan dalam jumlah kenaikan berat badan di waktu hamil pada semua ibu hamil (As’ad 2002). Menurut Winkvist (2002) dalam penelitiannya tentang pola pertambahan BB sebelum hamil dan selama kehamilan di Jawa Tengah menyatakan bahwa Pertambahan berat badan selama hamil yang tidak adekuat merupakan dampak dari IMT yang rendah, pendidikan yang rendah, serta status ekonomi yang rendah. Status anemia juga berhubungan dengan pertambahan BB selama kehamilan (r = 0.301; p < 0.01). Dalam penelitian ini terdapat sekitar 38.2% contoh yang tergolong anemia. Namun demikian anemia tersebut hanya terjadi selama kehamilan berlangsung, bukan karena dari kondisi sebelum hamil. Menurut Arisman (2002) kehamilan dengan anemia sangat berpengaruh terhadap ketersediaan cadangan besi maupun nutrien lain dalam tubuh yang cukup signifikan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dan pertumbuhan janin, pertumbuhan plasenta serta peningkatan volume darah ibu selama hamil. Hal ini diperkuat dengan adanya hubungan yang signifikan antara jarak dua kehamilan terakhir dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan, dimana ibu yang memiliki jarak dua kehamilan terakhir > 2 tahun mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kondisi tubuh dalam hal ini memperbaiki persediaan zat gizi dalam tubuh terutama zat besi. Sebagian besar (n= 72; 68.6%) contoh yang melahirkan bayi dengan berat badan normal memiliki jarak dua kehamilan terakhir > 2 tahun. frekuensi penyakit berkorelasi kuat dengan pertambahan berat badan selama hamil, misalnya pilek (r = -0.328; p < 0.01), batuk (r = -0.408; p< 0.01), demam (r = -0.265; p < 0.01), tifus(r = -0.279; p < 0.01), dan DM (r =0.128; p <0.05).
75
Dalam penelitian ini, ibu nifas yang menderita penyakit tertentu (pilek, batuk, demam, dan tifus) selama hamil cenderung mengalami penurunan selera makan, sedangkan ibu yang menderita DM (0.5%) lebih mengontrol pertambahan berat badan selama hamil dengn membatasi pangan sumber karbohidrat. Hubungan antara morbiditas dengan pertambahan berat badan merupakan manifestasi dari terjadinya perubahan metabolisme tubuh. Pertambahan berat badan harus tetap terkontrol melalui peningkatan porsi makanan bergizi guna menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan (Arisman 2002). Demam dan tifus berhubungan dengan persediaan cadangan gizi dan imunitas tubuh yang rendah, dimana nampak jelas melalui penurunan selera makan. Selama kehamilan berlangsung, seorang ibu yang mengalami DM tidak diizinkan untuk menambah BB lebih dari 10 kg (As’ad 2002). Faktor lain yang juga berhubungan namun tidak signifikan dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil adalah umur ibu, besar keluarga, paritas, abortus serta suplementasi Fe. Dari hasil analisis menunjukkan adanya faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan. Selanjut nya dilakukan uji regresi linier berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan selama kehamilan, ditemukan bahwa anemia sangat mempengaruhi pertambahan berat badan, dimana ibu yang mempunyai resiko anemia selama hamil harus dianjurkan untuk menambah berat badan lebih besar dibandingkan ibu yang tidak mengalami anemia. Status gizi ibu sebelum hamil (IMT) juga mempengaruhi pertambahan berat badan selama kehamilan, dimana ibu yang memiliki IMT sebelum hamil kategori rendah harus menambah berat badan lebih besar (14-20 kg), sebaliknya ibu yang tergolong obes harus menambah berat badan tidak lebih dari 7.5-12.5 kg (IOM 1990). Jarak dua kehamilan terakhir juga mempengaruhi pertambahan berat badan ibu hamil, dimana ibu dengan jarak kehamilan terlalu dekat harus mengalami pertambahan berat badan lebih besar melalui peningkatan konsumsi pangan dan gizi sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan. Jarak kehamilan yang terlalu dekat berdampak buruk
terhadap kondisi kesehatan ibu, dalam hal ini ibu tidak
mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kondisi tubuh terutama persediaan zat gizi dala m tubuh. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat
76
badan ibu hamil adalah pengetahuan gizi, jarak dua kehamilan terakhir, frekuensi penyakit (demam, tifus, dan diabtes), IMT, LILA, dan status anemia. Hal ini dapat dilihat melalui persamaan regresi yang dihasilkan: Y= 3,884 + 0.231x1 + (-0.325x2 ) + (-0.500x3 ) + (-1.026x4 ) + (-1.579x5 ) + (-0.347x6 ) + 0.340x7 + 0.672x8 + 0.459 (R2 = 0.489 dan a= 0.05). Faktor-faktor tersebut mempunyai kontribusi terhadap pertambahan berat badan selama hamil sebesar 48,9%.
Masalah Gangguaan Tumbuh Kembang pada Bayi lahir Pertumbuhan Bayi (berat badan atau panjang badan lahir) Pengukuran pertumbuhan bayi sebagai manifestasi pertumbuhan dalam kandungan adalah ukuran bayi saat lahir yaitu: berat badan, panjang badan (kepala sampai tumit) dan lingkar kepala. Berdasarkan data dari ketiga Rumah Sakit dan Puskemas diperoleh infomasi tentang berat badan dan panjang badan bayi yang lahir dari bulan Januari sampai April yakni rata-rata berat badan bayi yang lahir berkisar antara 1000-4200 g (2704 ± 617.9 g). Dari 200 contoh terdapat 52.5 % bayi dengan berat lahir normal dan yang teridentifikasi BBLR adalah 47.5%. Berdasarkan panjang badan normal menurut Depkes (1995) adalah > 48 cm maka rata-rata panjang badan bayi lahir dalam penelitian ini berkisar antara 40-52 cm (47.5 ± 3.6 cm), dimana 57% contoh mempunyai bayi dengan PB > 48 cm dan sisanya 43% melahirkan bayi dengan PB = 48 cm (Tabel 35). Bila dikorelasikan dengan faktor jenis kelamin maka dari Tabel diatas dapat dikatakan bahwa bayi perempuan cenderung mempunyai berat badan dan panjang badan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan bayi laki- laki. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Husaini, dkk (1985) terhadap 8177 bayi sehat di bogor untuk melihat rata-rata berat badan dan panjang badan bayi umur 0-12 bulan, dimana dinyatakan bahwa bayi laki- laki umumnya mempunyai BB dan PB lebih tinggi dari perempuan. Analisis korelasi lebih lanjut menunjukkan adanya hubungan antara umur kehamilan dengan berat badan serta skor Apgar bayi lahir. Bayi yang lahir kurang dari 37 minggu cenderung memiliki berat badan lebih rendah 1738.10 ± 316.59 gr dengan skor Ap gar rendah (1.12 ± 3.19) (Tabel 36).
77
Tabel 35 Sebaran contoh berdasarkan BB dan PB bayi lahir Indikator Status Gizi
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki n % n %
Total n
Berat badan (gr) 95 A. = 2500 65 32.5 30 15 105 B. > 2500 40 20 65 32.5 Panjang badan (cm) 86 A. = 48 27 13.5 59 29.5 114 B. > 48 68 34 46 23 Sumber data (pengukuran BB dan PB bayi): Rekam Medik pada ketiga RS.
% 47.5 52.5 57 43
Tabel 36 Sebaran contoh berdasarkan korelasi antara umur kehamilan dengan BB dan skor Apgar Umur Kehamilan Jumlah (n) Persen (%) Berat Badan Lahir Skor Apgar (mgg) < 37 22 0.11 1738.10 ± 316.59 1.12 ± 3.19 37 - 42 179 89.5 2817.32 ± 540.97 1.76 ± 6.97 Sumber data (pengukuran BB dan PB bayi): Rekam Medik pada ketiga RS.
Perkembangan Bayi (Skor Apgar) Perkembangan bayi baru lahir dilakukan melalui penilaian skor Apgar untuk menentukan keadaan bayi pada menit ke 1 dan ke 5 sesudah lahir. Nilai pada menit pertama : untuk menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan resusitasi. Nilai ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan kelangsungan hidup. Nilai pada menit kelima : untuk menilai prognosis neurologik. Ada 5 faktor yang dinilai yaitu denyut jantung, pernafasan, tonus otot (lemah/aktif), warna kulit (merah muda/biru), dan gerakan refleks. Tiap faktor bernilai 0,1, atau 2. Skor Apgar 7-10 untuk kategori bayi dalam kondisi sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewah; skor 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada; skor 0-3 pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. (Nanda 2001). Sebagian besar contoh melahirkan bayi sehat baik perempuan (30.5%) maupun laki- laki (41.5%) (Tabel 37). Berdasarkan wawancara dengan dokter yang selalu menangani persalinan baik dari ketiga RS menyatakan bahwa pada umumnya jarang sekali bayi
78
mendapat skor 10 pada penilaian Apgar satu menit, biasanya skor Apgar lima menit lebih baik daripada satu menit. Selanjutnya bila bayi lahir dengan skor Apgar rendah (6 atau kurang) merupakan dampak dari kondisi ibu sebelum hamil, perawatan antenatal selama hamil jelek, serta faktor lingkungan postnatal. Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi dari suatu sistem yang sebagian besar bergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Salah satu contoh hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatrum terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2 (Price &Wilson 1995). Tabel 37 Sebaran contoh berdasarkan skor Apgar bayi lahir Jenis Kelamin Skor Apgar Perempuan Laki-laki Total n % n % n % Rendah 35 17.5 5 2.5 40 20 Moderate/sedang 9 4.5 7 3.5 16 8 Sehat 61 30.5 83 41.5 144 72 Sumber data (penilaian skor Apgar): Rekam Medik pada ketiga RS.
Tabel 38 Sebaran contoh berdasarkan BB dan skor Apgar bayi lahir Berat Badan Bayi Lahir (gr) A. = 2500 B. > 2500 Total
Rendah (0-3) n % 39 19.5 1 0.5 40 20
Skor Apgar Sedang (4-6) n % 16 8 0 0 16 8
Sehat (7-9) n % 40 20 104 52 144 72
Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia yang bersifat sementara. Proses ini sangat perlu untuk merangsang homoreseptor pusat pernafasan untuk terjadinya usaha pernafasan yang pertama yang kemudian akan berlanjut menjadi pernafasan yang teratur. Pada penderita asfiksia berat usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya dalam periode apneu. Pada tingkat ini disamping penurunan frekuensi denyut jantung ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi nampak lemas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayi perempuan (17.5%) mempunyai skor apgar yang lebih rendah. Namun
79
demikian menurut Price & Wilson (1995) dan Towel (1996) bahwa penilaian skor Apgar tidak
dipengaruhi
jenis
kelamin
bayi.
Asidosis
dan
gangguan
kardiovaskuler dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel-sel otak, dimana kerusakan sel-sel otak ini dapat menimbulkan kematian.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tumbuh Kembang Bayi Lahir Ganguan Pertumbuhan Bayi Lahir (BB atau PB) Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pertumbuhan bayi lahir (BB atau PB) dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman. Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier berganda terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi lahir. Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson dan Spearman terhadap faktorfaktor yang berhubungan dengan pertumbuhan bayi lahir antara lain IMT ibu sebelum hamil (p < 0.01), yang mana bila dihubungkan dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil serta dampaknya terhadap pertumbuhan bayi lahir. IMT ibu sebelum hamil merupakan standar untuk menentukan anjuran pertambahan berat badan. Sementara itu pertambahan berat badan pada tiap trimester kehamilan berhubungan signifikan yang positif dengan pertumbuhan bayi lahir (p < 0.01). Hal ini senada dengan salah satu hasil penelitian bahwa perubahan berat badan ibu selama trimester kehamilan mempunyai korelasi yang kuat dengan pertumbuhan janin dalam kandungan (Neufeld dkk 2004). Selain itu periode kehamilan yang cukup bulan sangat sensitif terhadap pertumbuhan janin. Hasil analisis korelasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa umur kehamilan berhubungan signifikan (r = 0.360, p < 0.01) dengan pertumbuhan bayi lahir. Menurut Euser dkk (2005) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara umur kehamilan dengan ukuran tubuh (bukan komposisi tubuh dan distribusi lemak). Dalam penelitian ini ditemukan adanya umur kehamilan yang preterm yakni sebesar 10.5% dari keseluruhan responden yang melahirkan bayi BBLR. Variabel- variabel penting lainnya yang berhubungan signifikan dengan pertumbuhan bayi lahir adalah LILA (r = 0.816, p< 0.01), status anemia (r = -0.179, p < 0.05), komplikasi kehamilan antara lain pendarahan, eklampsia,
80
dan aspiksia (r = 0.493, p < 0.01) serta pecahnya ketuban lebih dini (r = 0.493, p < 0.01). Tabel 39 Faktor- faktor yang berhubungan pertumbuhan bayi lahir Variabel Bebas R IMT ibu sebelum hamil (< 17.0) 0.639 Pertambahan BB ibu selama hamil 0.475 Status Anemia -0.179 LILA 0.816 Umur kehamilan 0.360 Pendarahan, eklampsia, dan aspiksia 0.493 Pecahnya ketuban lebih dini 0.493 Keterangan : * signifikan pada level (a) .001 ** signifikan pada level (a) 0.05
Sig 0.000* 0.000* 0.011** 0.000* 0.000* 0.000* 0.000*
Tabel 40 Faktor- faktor yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan (BB) bayi lahir Variabel Bebas Intercept IMT ibu sebelum hamil (< 17.0) Pertambahan BB ibu selama hamil Status Anemia LILA Ketuban pecah lebih dini Keterangan : R2 = 0.734 Standar errror = 354.596 * signifikan pada level (a) 0.05
B 1774.084 -38.231 -44.647 0.274 122.528 411.993
t 5.003 3.448 3.930 0.511 5.036 4.428
Sig 0.000 0.037* 0.042* 0.030* 0.014* 0.000*
Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa pertumbuhan bayi lahir dipengaruhi oleh IMT sebelum hamil, pertambahan BB ibu selama hamil, status anemia, LILA, serta ketubah pecah lebih dini, dengan persamaan sebagai berikut: Y = 1774.084 + (-38.231x1 )+ (-44.674x2 ) + 0.274x3 + 122.528x4 + 411.993x5 + 354.596 (R2 = 0.734; a = 0.05). Faktor-faktor yang diuji mempunyai kontribusi sebesar 73,4% terhadap pertumbuhan bayi lahir. Pertambahan berat badan selama trimester kehamilan sangat mempengaruhi pertumbuhan janin, dalam hal ini bila ibu pada awal trimester kehamilan tidak mengalami kenaikan berat badan yang cukup berarti maka berpeluang beresiko melahirkan bayi yang menderita kerusakan otak dan sum-sum tulang belakang, karena sistem saraf pusat amat peka pada 2-5 minggu pertama. Defisiensi zat gizi pada minggu terakhir kehamilan, terekspresikan melalui pertambahan berat badan pada trimester II dan III sehingga berpeluang melahirkan anak dengan berat lahir rendah (BBLR). Dengan demikian sudah sangat jelas bahwa pertambahan berat
81
badan pada trimester II dan III mempunyai hubungan yang kuat dan sangat berpengaruh terhadap berat badan bayi lahir. Proporsi pertambahan berat badan pada trimester II adalah 60% bagian dari komponen dalam tubuh ibu dan pada trimester III sekitar 60% adalah bagian dari janin (pertumbuhan janin, plasenta, dan penambahan jumlah cairan amnion) (WHO 1980;1985 dalam Rosso 1990). Kenaikan berat badan ibu pada trimester I sangat penting artinya karena pada waktu inilah janin dan plasenta dibentuk. Kegagalan kenaikan berat badan trimester I dan II akan meningkatkan ukuran plasenta kecil dan kurangnya suplai makanan ke janin. Kekurangan gizi pada ibu lebih cenderung mengakibatkan BBLR atau kelainan yang bersifat umum daripada kelainan anatomik yang spesifik. Menurut Baker (2004) terdapat hubungan yang kuat antara IMT ibu dengan berat badan bayi lahir. Hal ini terlihat jelas dalam penelitian ini, dimana terdapat sebagian besar ibu dengan IMT normal mengalami kenaikan berat badan selama hamil berkisar antara 5-20 kg (12,8 ± 2,2 kg) cenderung untuk melahirkan bayi dengan berat badan normal (2700-3500 gr) dan sebaliknya ibu dengan IMT kurang serta mengalami pertambahan berat badan yang rendah akan melahirkan bayi BBLR. Dengan demikian terdapat korelasi yang cukup kuat antara status gizi sebelum hamil (IMT) dengan pertambahan BB selama kehamilan serta pengaruhnya terhadap berat badan bayi yang dilahirkan (Jenifer dkk 2004) Faktor-faktor yang berhubungan dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan bayi lahir dinilai sangat multidimensi, misalnya suplementasi tablet besi dan imunisasi TT selama masih dalam kandungan. Pelayanan kesehatan selama kehamilan yakni suplementasi tablet Fe dan imunisasi TT sangat berguna dalam perawatan antenatal, karena
mempunyai korelasi positif dengan
pertumbuhan janin dalam kandungan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Neufeld dkk (2004) bahwa defisiensi gizi pada ibu hamil berhubungan dengan pertumbuhan janin, yang mana berkaitan dengan respon metabolik ibu terhadap nutrisi terutama yang mengalami penuruan selera makan selama ha mil. Waktu yang tepat untuk pemberian suplementasi gizi ibu adalah trimester II dan III dimana pertumbuhan janin berjalan cepat. Pemberian suplementasi gizi berdampak dalam menurunkan angka BBLR bila diberikan kepada masyarakat yang memang benar-benar membutuhkan, yaitu
82
mereka yang makanan sehari- harinya kurang gizi dan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah (Rush David 1998). Lebih lanjut dikatakan bahwa suplementasi Fe berhubungan dengan fungsi imunitas, hal ini lebih jelas terlihat pada ibu hamil yang memiliki kadar Hb darah rendah (< 11 g/dL) atau tergolong anemia sedang dimana terdapat proporsi T dan lymphosite B cukup rendah sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit infeksi. Dengan demikian pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa status anemia juga berhubungan signifikan
dan sangat berpengaruh terhadap berat bayi lahir. Terkait dengan
masalah tersebut dalam peneltian ini terdapat responden yang mengalami anemia selama kehamilan adalah 38,2%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ibu yang mengalami masalah dengan faktor-faktor tersebut diatas, misalnya memiliki IMT sebelum hamil rendah dengan pertambahan berat badan selama hamil tidak mencukupi standar normal, mengalami anemia baik sebelum maupun selama hamil serta termasuk dalam kategori KEK (LILA < 23,5 cm) mempunyai resiko tinggi melahirkan bayi BBLR. Secara tidak langsung bila dihubungkan dengan faktor sosial ekonomi dari contoh yang melahirkan bayi BBLR terlihat dari tingkat pendidikan ibu rata-rata SMA (69.5%) dan memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan relatif rendah (96,8%), rata-rata pendapatan keluarga berkisar antara Rp 300 000.00 sampai Rp 500 000.00 per bulan dan mata pencaharian utama kepala keluarga adalah sopir/ojek (26.3%) dan wiraswasta (36.8%) serta memiliki jumlah anggota keluarga > 4 orang (52.6%). Faktor lain yang secara tidak langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap berat bayi lahir adalah jarak dua kehamilan terakhir, sebagian besar (n = 74; 78.7%) mempunyai jarak kehamilan = 2 tahun, baru pertama kali hamil (24.2%) serta tiga kali kehamilan (25.3%), memiliki riwayat kehamilan sebelumnya antara lain abortus (20%) dan lahir mati sekali (33.7%).
Gangguan Perkembangan Bayi Lahir (Skor Apgar) Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan perkembangan bayi lahir (skor Apgar) dilakukan melalui analisis uji korelasi Pearson dan Spearman. Selanjutnya untuk menganalis faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi lahir dilakukan uji regresi linier berganda.
83
Berdasarkan hasil analisis Pearson dan Spearman diperoleh informasi bahwa faktor yang dinilai mempunyai hubungan signifikan dengan perkembangan bayi lahir adalah berat badan lahir (terutama BBLR) (r = 0.690, p < 0.01), tekanan darah (r = 0.465, P < 0.01), status anemia (r = -0.165, P < 0.05), umur kehamilan (r = 0.565, p < 0.01), komplikasi kehamilan (pendarahan, eklampsia, dan aspiksia, ketuban pecah lebih dini) (r = 0.826, p < 0.01). Tekanan darah yang relatif tinggi selama hamil dapat merusak plasenta dan membahayakan suplai oksigen dan zat gizi pada janin. Lebih lanjut dikatakan oleh Hickey (2000) bahwa tekanan darah yang tinggi dapat merusak sistem peredaran darah, hati, dan ginjal. Hipertensi akibat kehamilan yang parah bisa membahayakan jiwa ibu dan bayi. Dalam kaitannya dengan tekanan darah maka salah satu faktor yang juga berhubungan signifikan positif dan berpengaruh terhadap perkembangan bayi lahir adalah komplikasi kehamilan (pendarahan, eklampsia, dan aspiksia, serta ketuban pecah lebih dini). Salah satu contoh hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatrum terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan persediaan O2 dan menghilangkan CO2 (Price&Wilson
1995).
Status
anemia
berhubunga n
signifikan
dengan
perkembangan bayi lahir dalam hal ini terjadi defisiensi gizi pada ibu selama hamil sehingga ketersediaan pertumbuhan
dan
terutama zat besi tidak memenuhi kebutuhan
perkembangan
janin,
sementara
selama
dalam
masa
pertumbuhan dan perkembangan janin kebutuha n terhadap Fe meningkat drastis. Tabel 41 Faktor- faktor yang berhubungan dengan perkembangan bayi lahir Variabel Bebas Pertambahan BB ibu selama hamil Berat badan lahir Tekanan darah Status Anemia Umur kehamilan Pendarahan, eklampsia, dan aspiksia Ketuban pecah lebih dini Keterangan :* signifikan pada level (a) .001 ** signifikan pada level (a) 0.05
R 0.480 0.690 0.465 -0.165 0.565 0.826 0.826
Sig 0.000* 0.000* 0.000* 0.019** 0.000* 0.000* 0.000*
84
Tabel 42 Faktor- faktor yang mempengaruhi gangguan perkembangan bayi lahir Variabel Bebas Intercept Pertambahan BB ibu selama kehamilan Tekanan darah Status anemia Pendarahan, eklampsia, dan aspiksia Ketuban pecah lebih dini Berat badan lahir Keterangan : R2 = 0.820 Standar errror = 0.171 * signifikan pada level (a) 0.05
B 0.825 -5.007 0.119 6.116 0.778 1.608 2.284
t 4.814 4.138 1.666 1.065 19.196 15.846 3.266
Sig 0.000* 0.000* 0.010* 0.029* 0.000* 0.000* 0.001*
Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa pertambahan berat badan selama kehamilan, status anemia, tekanan darah, komplikasi kehamilan (pendarahan, ekalmpsia, dan aspiksia), ketuban pecah lebih dini, serta berat badan lahir merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi lahir, diperoleh persamaan sebagai berikut :Y = 0.825 + (-5.007x1 ) + 6.116x2 + 0.119x3 + 0.778x4 + 1.608x5 + 2.284x6 + 0.171 (R2 =0.820; a= 0.05). Faktor- faktor tersebut memberikan kontribusi terhadap perkembangan bayi lahir sebesar 82%. Hasil analisis me nunjukkan bahwa ibu yang menderita anemia selama ha mil beresiko tinggi melahirkan anak dengan skor apgar yang rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami anemia. Dampak dari anemia gizi antara lain kematian janin dalam kandungan, abortus, BBLR, cacat bawaan. Bayi yang lahir dengan skor Apgar rendah (6 atau kurang) merupakan dampak dari kondisi ibu sebelum hamil, perawatan antenatal selama hamil jelek, serta faktor lingkungan postnatal (Dereure 2000). Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi dari suatu sistem yang sebagian besar bergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Menurut Tamura (1992) identifikasi faktor resiko fetal growth retardation (FGR) atau pertumbuhan janin terhambat dapat dilakukan melalui evaluasi hubungan antara konsentrasi serum folat dan seng pada minggu kehamilan ke-30, dimana suplementasi asam folat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap berat lahir dan skor Apgar serta menurunkan prevalensi FGR dan infeksi maternal, mortalitas dan morbiditas. Hal ini terkait dengan status anemia yang merupakan salah satu faktor yang berhubungan nyata dan berpengaruh kuat terhadap
85
perkembangan bayi lahir melalui penilaian skor Apgar. Anemia gizi sering terjadi akibat kekurangan Fe, asam folat, dan vitamin B12. Anemia zat gizi dapat mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, BBLR, mortalitas dan morbiditas ibu dan kematian prenatal secara bermakna lebih tinggi. Volume darah yang rendah pada ibu hamil dapat mengurangi efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan, mensintesis dan mentransport zat-zat makanan, sehingga menganggu suplai makanan ke janin. Janin yang kekurangan gizi pada umumnya disebabkan oleh gangguan suplai makanan dari ibu, misalnya pada kelainan pembuluh darah plasenta, ibu dengan KEP atau akibat berkurangnya transport zat-zat makanan melalui plasenta. Diperkirakan 1/3-1/2 BBLR mempunyai lama dikandung lebih dari 37 minggu, jadi BBLR tersebut disebabkan gangguan pertumbuhan sejak dikandung. Berat badan lahir memiliki korelasi kuat dengan skor Apgar pada menit ke-5, dimana bayi yang lahir dengan berat yang cukup/normal mempunyai adaptasi yang kuat, hal ini terlihat dari kemampuan pernafasan melalui frekuensi jantung yang aktif, didukung tonus otot dan rangsangan refleks yang normal (Ancri, 1977). Bila dikaitkan dengan IMT ibu maka ibu yang tergolong kategori obes beresiko tinggi melahirkan bayi dengan skor Apgar yang rendah, makrosomia, dan neural tube defect (NTD) (Dereure 2000). Dalam penelitian ini menunjukkan ibu dengan IMT kurus sekali (n = 62; 31%) yang berpotensi melahirkan anak dengan skor Apgar rendah, hal ini jelas terlihat dari rata-rata pertambahan berat badan selama hamil cenderung kurang (10,7 ± 1,6 kg). Faktor sosial ekonomi walaupun secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang signifikan serta berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi lahir. Namun demikian pada kenyataannya faktor tersebut cukup berpotensi untuk menentukan pertumbuhan dan perkembangan bayi lahir yang tergambar melalui pertambahan berat badan ibu selama hamil serta perawatan antenatal lainnya. Misalnya faktor usia sangat diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan diberikan. Status sosial ekonomi, untuk memberikan gambaran kemampuan ibu hamil dalam menjangkau pangan yang terlihat melalui daya beli dan memilih makanan yang bergizi. Hal ini tentu didukung juga dengan faktor pendidikan serta pengetahuan gizi dan
86
kesehatan ibu hamil. Kemanfaatan riwayat obstetri dapat digunakan untuk membantu menentukan besaran kebutuhan akan zat gizi, karena terlampua sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh.
SIMPULAN Pertambahan BB contoh menurut IMT adalah sebagai berikut : kurus sekali (10,7 ± 1,6); kurus (11,4 ± 2,4); normal (12,2 ± 2,6); gemuk (11,6 ± 1,4); dan obes (11,7 ± 3,6). Pertambahan berat badan responden selama hamil berkisar antara 520 kg (12,6 ± 2,4 kg), dimana pada trimester I 1,9 ± 0,6 kg serta pada trimester II dan III masing- masing mengalami pertambahan berat badan sebesar 4,2 ± 1,1 kg dan 6,5 ± 1,6 kg. Status gizi sebelum hamil (IMT) yang rendah (kurus) dianjurkan untuk mengalami pertambahan berat badan harus lebih besar, sebaliknya ibu yang termasuk dalam kategori IMT gemuk dan obes dianjurkan agar menambah berat badan lebih rendah. Faktor-faktor yang berhubungan signifikan dan mempunyai kontribusi terhadap pertambahan BB selama hamil di Kota Ambon adalah IMT sebelum hamil, status anemia, jarak dua kehamilan terakhir, frekuensi penyakit (demam dan tifus) serta pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil (R2 = 0.489). Ibu yang mengalami anemia, demam serta tifus, memiliki jarak kehamilan yang dekat (=2 tahun) cenderung mengalami pertambahan berat badan selama hamil lebih rendah. Faktor pengetahuan gizi dan status sosial ekonomi dianggap sebagai faktor protektif yang berhubungan signifikan baik terhadap pertambahan berat badan selama hamil maupun masalah gangguan tumbuh kembang bayi lahir di Kota Ambon. Dari 200 responden (ibu nifas) terdapat 46% bayi yang teridentifikasi BBLR, serta 20% termasuk kategori skor Apgar rendah. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi lahir di Kota Ambon adalah IMT ibu sebelum hamil, pertambahan BB selama kehamilan, status anemia serta LILA (R2 = 0.734). Faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi lahir adalah pertambahan berat badan selama hamil, status anemia, tekanan darah, serta komplikasi kehamilan (pendarahan, eklampsia, dan aspiksia), serta berat badan bayi lahir terutama BBLR (R2 = 0.820). Status gizi ibu sebelum hamil (IMT) mengalami pertambahan berat badan sebesar 12,2 ± 2,6 kg cenderung melahirkan bayi dengan BB normal (2969.62 ± 488.35 gr) serta memiliki skor Apgar tinggi (sehat). Sebaliknya ibu yang termasuk kategori IMT kurus mengalami pertambahan berat badan sebesar
88
11,4 ± 2,4 kg cenderung melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (2123.77 ± 383.15 gr) dan memiliki skor Apgar rendah.
SARAN 1. Mengingat masih tingginya jumlah anemia gizi besi selama kehamilan maka perlu adanya kebijakan yang efektif dalam mendistribusikan tablet besi secara
merata
dan
tepat
sasaran
serta
memotivasi
untuk
mengkonsumsi secara benar. 2. Perlu adanya program perbaikan gizi dalam upaya peningkatan pengetahuan gizi dan membangun motivasi melalui penyuluhan dan konseling gizi secara dini terhadap calon ibu yang akan hamil atau sedang hamil. 3. Disain penelitian yang menggunakan rekam medik (medical record) dimana ditemui banyak ketidaklengkapan data berat badan ibu hamil setiap bulan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian cohort study dengan ukuran contoh yang lebih besar untuk melihat lebih lanjut gambaran pola pertambahan berat badan ibu hamil setiap bulan. 4. Perlu dilakukan riset lebih lanjut untuk melihat dampak pemberian ASI terhadap pertambahan berat badan bayi terutama yang pada saat lahir termasuk kategori BBLR serta perkembangan mental dan motorik bayi yang lahir dengan skor Apgar rendah.
DAFTAR PUSTAKA Abrams, Carmichael dan Selvin. 2000. Factor Associated with the Pattern of Maternal Weigth Gain during Pregnancy. National Institute of Child Health and Human Development, University of California ACC/SCN. Nutrition throught the Life Cycle. 2000. Fourth Report on the World Nutrition Situation. ACC/SCN dan IFPRI. Genewa. Agresti, Alan & Barbara, Finlay. 1997. Statistical Methods for the Social Sciences (3rd ed). Prentice Hall, Inc Alton I. 2005. Reproductive Health Issues. Association of reproductive Health Professionals, Pennsylvania Ave, Washington DC. Ancri, Morse, & Clarke. 1977. Comparison of the Nutritional Status of Pregnant Adolescents with Adult Pregnant Women. III. Maternal Protein and Calorie Intake and Weight Gain in Relation to Size of Infant at Birth. Am J Clin Nutr, Vol 30, 568572. Anwar F. 2002. Model Pengasuhan Anak Bawah Dua Tahun dalam Meningkatkan Status Gizi dan Perkembangan Psikososial. Disertasi. Program Pascasarjana, IPB. Bogor. As’ad, S. 2002. Gizi – Kesehatan Ibu dan Anak. Proyek penelitian Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Makassar Ariawan, I. 1997. Besar Sampel Pada Penelitian Kese hatan dan Gizi Masyarakat. Jurusan Biostatistik dan Kependuduk an. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UI, Depok. Arisman. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya. Palembang. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Azwar A. 2005. Setiap jam, dua ibu hamil meninggal. Dirjen Binkesmas, Depkes. http://www.gizinet.com.html [5 April 2005]. Baker, Michaelsen, Rasmussen, dan Sorensen. 2004. Maternal prepregnant body mass index, duration of breastfeeding, and timing of complementary food introduction are associated with infant weight gain. Am J Clin Nutr, Vol 80, No.6, 1579-1588. Bardosono S. 2006. Tubuh Tetap Mungil Selagi Hamil. SEAMEO-TROPMED-RCCN Fakultas Kedokteran Univer sitas Indonesia. Jakarta.
90 Bayley. 1993. Bayley Scale of Infant Development. The Psychological Corporation, San Antonio. USA Biro Pusat Statistik (BPS). 2006. Kota Ambon Dalam Angka 2005-2006. Calandra C & DA Abel. 1981. Maternal Obesity in Pregnancy. Obstet Gynecol. Depkes RI. 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa. Departemen Kesehatan, Jakarta. Depkes RI. 1995. Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Edisi XV. Departemen Kesehatan, Jakarta. . 1998. Kematian ibu: Tragedi yang Tidak Perlu Terjadi. Depertemen Kesehatan, Jakarta. .2000.
Penanggulangan
Anak-anak
yang
Terpuruk
Akibat
Krisis.
Disampaikan pada Konferensi Nasioanl III Kesejahteraan Anak, 26-28 Oktober. Departemen Kesehatan, Jakarta. . 2003. Gizi Dalam Angka (sampai denga n tahun 2002). Departemen Kesehatan, Jakarta Dinkes Kota Ambon. 2006. Profil Kesehatan Kota Ambon. Darlina & Hardinsyah. 2003. Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil di Kota Bogor. Media Gizi dan Keluarga Edisi Desember 2003 Vol.27 No.2. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Dereure, Bougner, & Bringer. 2000. Suplements. Obesity and Pregnancy: Complications and Cost. Am J Clin Nutr, Vol. 71, No. 5, 1242S-1248s. Devadas RP & A Chandy. 1980. Nutritional Status of the Expectant Mothers and the offspring. Indian. J Nutr Diet, 17(8):275-280. Euser dkk. 2005. Associtions between Prenatal and Infancy Weight Gain and BMI, Fat Masss, and Fat Distribution in Young Adulthood : a Prospective Cohort Study in Males and Females Born Very Preterm. Am J Clin Nutr Vol. 81, No.2, 480-487. FAO/WHO. 1985. Energi and Protein Requirements. Technical Report Series 724. WHO, Genewa. Fawzi W. F & Forman. 1997. Maternal Anthropometri and Infant Feeding Practice in Israel in Relation to Growth in Infancy; The North African Infant Feeding Study. Am.J.Clin.Nutr.
91 Ganong, William F. 1987. Review of Medical Physiology. Published by Appleton & Lange. San Francisco, California. Giardino, A.P. 2002. Eating Disorder: PICA. Medine Journal, Agustus 28 2002. Volume 3, Number 8 Habel, A. 1988. Aids to Pediatrics. Churchill Livingstone. London. Hardinsyah. 1986. Survey Konsumsi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Hardinsyah. 2000. Studi Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hickey, C.A. 2000. Sosiocultural and behavioral influences on weight gain during pregnancy. Am J Clin Nutr, Vol. 71, No.5, 1364S-1370S. Hikmat, R. Harry. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama. Bandung. Husaini YK, Husaini MA. 1985. Gizi ibu dalam Hubungannya dengan berat badan lahir. Medika no.10 th 11. Jakarta. Husaini YK, Husaini MA. 1986. Keadaan Gizi, Makanan Tambahan dan Hasil Kehamilan. Makalah Disajikan pada Seminar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Gizi dan kesehatan Ibu Hamil. Cipanas – Cianjur. [IOM] Institute of Medicine. 1990. Nutrition during Pregnancy-Weight Gained. Food and Nutrition Board. Subcommittee on Nutritional Status and Weight Gain during Pregnancy, Lactation-. National Academy Press, Washington, D.C Indonesia Human Development Report. 2004. UNDP, Jakarta. Jennifer L Baker dkk. 2004. Maternal prepregnant body mass index, duration of breastfeeding, and timing of complementary food introduction are associated with infant weight gain1,2,3 . . Am J Clin Nutr, Vol. 80, no.6: 1579-1588 Jusuf S. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Rosda Karya, Bandung. Kartika dkk. 2002. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik Anak Usia 12-18 Bulan Di Keluarga Miskin dan Tidak Miskin. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan Vol.25 No.2. Desemb er 2002. ISSN 0125-9717. Puslitbang Gizi dan Makanan. Bogor.
92 Kaweingiang S. 2004. Pola Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan dan Kaitannya dengan Berat Badan Bayi Lahir Di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara. Tesis. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor. Keys AK, Fidanza F, Karvonen MJ, Kimura N, Taylor HL. 1972. Indicates of Relative Weight and Obesity. J Chronic Dis; 25: 329-343. Khomsan, A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Khumaidi. 1994. Gizi Masyarakat. Pusat Antar Universitas. IPB. Bogor. Khumaidi. 1997. Gizi Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia. IPB. Bogor. King JC. 2003. Physiology of pregnancy and nutrient metabolism1,2,3 Am J Clin Nutr 1994;59(suppl): Vol. 71, No. 5, 1218S-1225s,.[Abstract] Ladipo, O.A. 2000. Nutrition in Pregnancy : Mineral and Vitamines Suplements. Am J Clin Nutr 2000;71:280s-290s. Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Dengan Pemakaian secara Klinis. Terjemahan. Universitas Indonesia. UI-press. Lisdiana. 1997. Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi. Trubus Agriwidya. Unggaran. Mandleco, B. L. 2004. Growth and Development of The Newborn. Delmar Learning, Division of Thomson Learning, Inc. Marjono, A.B. 1999. Perinatologi. Catatan Kuliah Obstetri Ginekologi Plus Buat Ko-as FK-UI. Universitas Indonesia. Http:www.obgin-cakul-plus.com/10/0./06). Myers R. 1992. The Twelve WHO Survive: Strengthening Programmes of Early Childhood Development in the Third World. Published by Routledge in co-operation with UNESCO for the Consultative Group on Early Childhood Care and Development, London. Nadesul. 1996. Makanan Sehat Untuk Ibu Hamil. Puspa Swara. Jakarta Nadesul H. 2006. Apakah Pertumbuhan Bayi Saya Normal. Jakarta Nanda. 2001. Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2001-2002. Philadelphia. Neufeld, Haas, Grajeda, dan Martorell. 2004. Changes in maternal weight from first to second trimester of pregnancy are associated with fetal growth and infant length at birth. Am J Clin Nutr, Vol. 79, 646-652.
93 Norton. 1994. Maternal Nutrition during Pregnancy as it affect infant Growth, Development and Health. SCN News. Papalia DE & SW Olds. 1989. Human Development. McGraw Hill Book Company, USA. Poernomo HO. 2006. Berat Badan dan Pertumbuhan Janin.RS Internasional Bintaro, Tangerang. Prawirohardjo. 1987. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Price & Wilson. 1995. Patofisiology. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta, 17-19 Mei 2004. Pudjiadi S. 2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi keempat. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta. Rachmawati E. 2004. Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin : Antara Harapan Hidup dan Kenyataan Kematian. Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation. Bandung. Rasmussen, K.M. 2001. Is There a Causal Relationship between Iron Deficiency or Iiron Deficiency Anemia and Weight at Birth, Length of Gestations and Perinatal Mortality?. Am J Clin Nutr. Riyadi, H. 2003. Penilaian Gizi Secara Antropometri. Diktat Kuliah. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Robert E. Hall. 2002. Petunjuk Medis Wanita Hamil. Misky Dudi, Penerjemah; Jakarta: PT. Pustaka Delapratasa. Terjemahan dari: Nine Months a Medical Guide for Pregnant Women Rosso, P. 1990. Nutrition and Metabolism in Pregnancy. Oxford Univesity Press. New York. Rush, D. 1998. Nutrition and maternal mortality in the developing world. Am J Clin Nutr. Washington Street, Boston. Sajogyo, Suhardjo & M. Khumaidi. 1994. Proyek Studi Sektoral/Regional Penetuan Atas Tingkat Pendapatan Rumah Tangga dan Kecukupan Pangan. LPSP, IPB. Bogor.
94 Satoto. 1990. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Pengamatan Anak Umur 0-18 bulan di Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Disertasi. untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Kedokteran. Fakultas Kedokteran, Undip. Semarang. Sears et al,. 1999. Psikologi Sosial (5th ed). Terjemahan (M.Adryanto dan S. Soekrisno). Erlangga. Jakarta Siega-Riz et al. 1996. Maternal underweight status and inadequate rate of weight during the third trimester of pregnancy increase the risk of preterm delivery. J Nutr. 126:146-153. Soehardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Depertemen Pendidikan Nasional. Jakarta Soekirman SW. 2006. Gizi Seimbang untuk Ibu Hamil. Didalam: Soekirman, editor. Hidup Sehat. PT Gramedia, Jakarta. Soenardi T. 2006. Gizi Seimbang untuk bayi dan Balita. Didalam: Soekirman, editor. Hidup Sehat. PT Gramedia, Jakarta. Soetjiningsih. 2000. Kalender Tumbuh Kembang Balita Pendekatan Baru Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Balita Oleh Keluarga Tahun 2000. Editor: DR. Rohadi Haryanto, MSc. Puslitbang Keluarga Sejahtera. Jakarta. Sudhaberata Ketut. 2001. Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia. UPF. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, RS Tarakan, Kalimantan Timur. Sudinaya, I Putu. 2000. Insiden Preeklampsi dan Eklampsia di RSU Tarakan, Kalimantan Timur. Bagian Ostetri dan Ginekologi RSU Tarakan, Kalimantan Timur. Supriasa I D, Bakri B, & Fajar. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran IGC. Jakarta. Tamura, Goldenberg, Freeberg, Cliver, Cutter and Hoffman. 1992. Maternal Serum Folate and Zinc Concentrations and Their Relationships to Pregnancy Outcome. Am J Clin Nutr, Vol 56, 365-370. Tayie & Lartey. 2000. Practice among Pregnant Ghanians: Relationship with Infant Birth Weight and Maternal Haemoglobin Level. Ghana. Medical Journal, 33:67-76. Trish, Booth. 2004. Pregnancy Q & A. Meadowbrook Press. Smetana Drive, Minnetonka, USA.
95 Unicef. 1997. Care and Nutrition. Inte rnational Food Policy Research Institute, Washington,D.C. Utomo, B. 1985. Abortus di Indonesia : Suatu Telaah Pustaka. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta Whitney, Eleanor Noss. 1998. Understanding Normal and Clinical Nutrition. Ed ke-5. Wadsworth Publishing Company, USA. WHO. 1995. Physical Status : the Use and Interpretation of Antropometry. Report of a WHO Expert Committee. WHO Technical Report. WHO, Genewa WHO. 2000. WHO’s classification oof BMI. Geneva. Winkvist, Stenlund, Hakimi, Nurdiati, dan Dibley. 2002. Weight gain pattern from prepregnancy until delivery among women in Central Java, Indonesia. Am J Clin Nutr, Vol. 75, No.6, 1072-1077. Zeisel. 2002. Maternal and Infant Nutrition. Nutrition in Medicine. University of North Carolina at Chapel Hill. .
Maaf ....................... Lembar Halaman Ini Pada Aslinya Memang Tidak Ada