HUBUNGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL TRIMESTER II DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI KABUPATEN SEMARANG NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
DIAJUKAN OLEH:
FIFTIN DESY AULIAFADINA J 500 100 072
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
ABSTRAK HUBUNGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL TRIMESTER II DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI KABUPATEN SEMARANG Fiftin Desy Auliafadina, Yusuf Alam Romadhon, Anika Candrasari, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Latar Belakang : Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rawan akan masalah-masalah gizi. Gizi merupakan salah satu faktor terpenting dalam menentukan berat bayi lahir. Waktu yang tepat untuk melaksanakan program suplementasi gizi ibu hamil adalah trimester II dan III dimana pertumbuhan janin berjalan cepat. Ibu-ibu yang kondisinya buruk saat kehamilan, sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pertambahan berat badan ibu hamil trimester II dengan berat bayi lahir di Kabupaten Semarang. Metode : Jenis penelitian adalah analitik cross sectional, pemilihan puskesmas menggunakan teknik purposive sampling dilanjutkan dengan pengambilan sampel menggunakan random sampling. Data diperoleh dari rekam medis. Hasil : Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Semarang meliputi Puskesmas Bancak, Tuntang, Pringapus, dan Sumowono dengan jumlah sampel sebanyak 86. Sampel adalah ibu yang melahirkan pada tahun 2012. Rentang usia terbanyak pada 20-34 tahun berjumlah 66 orang (76,74%), pertambahan berat badan kehamilan trimester II ≥ 3 kilogram merupakan yang terbanyak, berjumlah 69 orang (80, 2%), dan berat bayi lahir terbanyak pada 2.500-3.999 gram berjumlah 78 bayi (90, 6%). Dari uji Pearson, didapatkan nilai r = 0,039 dan nilai p = 0,725 yang berarti korelasi antar variabel sangat lemah dan tidak signifikan. Kesimpulan : Tidak ada hubungan pertambahan berat badan ibu hamil trimester II dengan berat bayi lahir di Kabupaten Semarang. Kata kunci : Pertambahan berat badan, Kehamilan trimester II, Berat bayi lahir
ABSTRACT RELATIONSHIP BETWEEN MATERNAL WEIGHT GAIN AT SECOND TRIMESTER PREGNANCY AND INFANTS BIRTH WEIGHT IN THE SEMARANG Fiftin Desy Auliafadina, Yusuf Alam Romadhon, Anika Candrasari, Medical Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta
Background : Pregnant women are one of the groups vulnerable to nutritional problems. Nutrition is one of the most important factors in determining birth weight. The best time to implement a program of nutritional supplementation of pregnant women is where the second and third trimester where fetal growth running fast. Mothers during pregnancy in a poor condition, often have labour to Low Birth Weight (LBW), low vitality and a high mortalities. Objective : This study aims to analyze the relationship between maternal weight gain at second trimester pregnancy with infants birth weight in Semarang. Methods : The study was cross sectional analytic , the selection of health centers using purposive sampling technique was followed by sampling using random sampling. Data were obtained from medical records. Results : The study was conducted in Semarang district includes Bancak Health Center , Tuntang , Pringapus , and Sumowono with 86 sample. Samples were mothers who have labour in 2012. Age range 20-34 years at most amounted to 66 people (76.74 %), weight gain pregnancy trimester II ≥ 3 kilograms, numbering 69 persons (80, 2 %) , and highest birth weight in grams totaling 2500-3999 78 infants (90, 6 %). From the Pearson test , a score r = 0.039 and p = 0.725 , it means the correlation between variables is very weak and not significant. Conclusions : There is no relationship between maternal weight gain at second pregnancy and infants birth weight in Semarang. Keywords : Weight gain , the second trimester of pregnancy , birth weight
PENDAHULUAN Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rawan akan masalahmasalah gizi. Hal tersebut bisa berakibat fatal bukan hanya untuk ibu tapi juga membahayakan anak didalam kandungannya. Karena kondisi gizi seseorang dipengaruhi oleh status gizinya semasa dalam kandungan. Dengan kata lain status gizi ibu hamil merupakan hal yang sangat berpengaruh besar terhadap status gizi bayi baru lahir. Hal ini disebabkan asupan makanan janin hanya dapat melalui tali pusat yang terhubung kepada tubuh ibu (Depkes RI, 2003 dalam Indreswari et al, 2008). Pada umumnya, pada ibu-ibu yang hamil dengan kondisi kesehatan yang baik, dengan sistem reproduksi yang normal, tidak sedang menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra-hamil maupun pada saat hamil, akan menghasilkan bayi yang lebih besar dan lebih sehat daripada ibuibu yang kondisinya tidak seperti itu. Kurang gizi yang kronis pada masa anak-anak dengan/tanpa sakit yang berulang, akan menyebabkan bentuk tubuh yang “stunting/kuntet” pada masa dewasa. Ibu-ibu yang kondisinya seperti ini sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, lebih-lebih bila ibu tadi juga menderita anemia. Terdapat hubungan antara bentuk tubuh ibu, sistem reproduksi dan sosial ekonomi terhadap pertumbuhan janin (Soetjiningsih, 2012). Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (<2500 g) banyak dihubungkan dengan meningkatnya resiko kesakitan dan kematian bayi, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan selanjutnya menderita penyakit kronik di kemudian hari (Sukarni, 1999 dalam Kusumawati & Mutalazimah, 2004). BBLR mempunyai resiko kematian neonatal hampir 40 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal (Institute of Medicine, 2000 dalam Fikawati et al, 2012). Pertambahan berat badan dan pelebaran tubuh yang nyata mulai terjadi pada minggu 21 sampai 25 masa kehamilan (Rohen & Drecoll, 2009). Teori juga didukung oleh (Barker & Clark, 1997) yang menyebutkan
kekurangan gizi pada trimester II dapat menyebabkan ukuran badan bayi yang kurang proporsional. Khususnya pada trimester ini, bayi dapat menjadi wasting atau kurus. Oleh karena itu, waktu yang tepat untuk melaksanakan program suplementasi gizi ibu hamil adalah trimester II dan III dimana pertumbuhan janin berjalan cepat. Dikatakan bahwa suplementasi gizi memberikan dampak penurunan kejadian BBLR kalau diberikan kepada masyarakat yang benarbenar membutuhkan, yaitu mereka yang berasal dari golongan sosial ekonomi yang rendah (Soetjiningsih, 2012).
TINJAUAN PUSTAKA Tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh status gizi ibu selama janin masih terdapat didalam kandungannya. Selanjutnya, status gizi anak berusia dibawah lima tahun atau balita akan mempengaruhi kualitas pada saat sekolah, remaja, dan seterusnya (Hartanto & Kodim, 2009). Perilaku konsumsi gizi orang tua dapat mempengaruhi status gizi anak, gaya hidup orang tua dengan pemberian gizi tidak seimbang pada anak berakibat terganggunya proses pertumbuhan dan perkembangan, ditandai dengan status berat badan anak yang tidak terkendali (Tovar et al, 2012). Jika
kenaikan
berat
badan
ibu
kurang
dari
target
yang
direkomendasikan, maka bayi yang akan diahirkan akan sangat berisiko mengalami BBLR. Dan BBLR mempunyai resiko kematian neonatal hampir 40 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal. Namun, jika berat badan ibu hamil itu berlebih ibu akan berisiko mengalami pre eklampsia dan kesulitan persalinan (Fikawati, 2012). Dampak jangka pendek dari BBLR adalah resiko kesakitan dan kematian bayi, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Sedangkan dampak jangka panjang BBLR disebutkan (Zwicker & Harris, 2008 dalam Putra, et al, 2012), yaitu hambatan tumbuh kembang, baik fisik, psikomotor,
emosional,
intelektual,
dan
kecacatan,
sehingga
akan
menurunkan kualitas sumber daya manusia dan akan menjadi beban bagi keluarga. Pada
trimester
kedua,
defisiensi
gizi
dapat
mengganggu
pembentukan neuroblast yang berakibat pengecilan ukuran kepala janin sehingga terjadi microcephaly yang berkaitan dengan penurunan kecerdasan (Soetjiningsih, 1995 dalam Damiati, 2010). Didukung oleh (Barker & Clark, 1997) yang menyatakan bahwa Janin dalam kandungan ibu yang mengalami keadaan kekurangan nutrisi di usia kehamilan trimester II, berakibat proporsi badannya kurus. Beresiko mengalami penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan penyakit kolesterol lebih dini usianya daripada janin yang kecukupan nutrisi saat di dalam perut ibu. Pada umumnya penyakit degeneratif mulai muncul saat memasuki usia 50 tahun lebih, pada kelompok bayi yang dalam kandungannya menderita kekurangan gizi menderita penyakit dalam usia lebih muda yaitu di usia 40 tahun ke bawah.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dilakukan di Puskesmas-puskesmas dalam wilayah kerja Kabupaten Semarang pada bulan Desember. Populasi target pada penelitian ini yaitu ibu yang melahirkan anak dan mempunyai kartu menuju sehat atau rekam medis (lengkap). Sedangkan populasi aktualnya adalah yaitu ibu yang melahirkan anak dan mempunyai kartu menuju sehat dan rekam medis (lengkap) dan termasuk dalam cakupan puskesmaspuskesmas di Kabupaten Semarang pada tahun 2012 Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah empat kecamatan di kabupaten Semarang yang mencerminkan daerah kota dan desa. Selanjutnya dilakukan pemilihan puskesmas setiap kecamatan yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, dan dilakukan teknik random sampling dalam mendapatkan data rekam medis.
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah Ibu yang melahirkan di kabupaten Semarang pada tahun 2012, persalinan normal dan aterm, dan ibu yang rutin periksa ANC (Antenatal Care). Sedangkan kriteria eksklusinya adalah ibu melahirkan dengan data pemeriksaan kehamilan di KMS yang tidak lengkap dan penyakit penyerta yang dimiliki ibu semasa hamil. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pertambahan berat badan ibu pada kehamilan trimester II. Dan variabel terikatnya adalah berat bayi baru lahir. Instrumen pada penelitian ini adalah rekam medis selama kehamilan. Untuk pengolahan data menggunakan bantuan program SPSS versi 17 for windows. Teknik analisis bivariat dengan menggunakan rumus korelasi Pearson dengan syarat distribusi data harus normal (nilai p > 0,05). Jika distribusi data tidak normal (nilai p < 0,05) maka dipilih uji statistiknya yaitu uji spearman. Untuk mengetahui data terdistribusi normal, digunakan uji Kolmogorov Smirnov karena jumlah sampel > 50.
HASIL Penelitian ini dilakukan di empat puskesmas yang berada di kota Semarang. Tepatnya di Puskesmas Bancak, Puskesmas Tuntang, Puskesmas Pringapus, dan Puskesmas Sumowono. Masing-masing puskesmas mewakili beberapa karakter. Penelitian dilaksanakan
pada tanggal 13 Desember
sampai dengan tanggal 16 Desember 2013 dan didapatkan
sampel
penelitian yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu berjumlah 86 orang. Semua sampel merupakan ibu yang melahirkan pada tahun 2012 di Kabupaten Semarang. Dari penelitian tersebut didapatkan data sebagai berikut:
Usia < 20 20 – 34 ≥ 35 Total
Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan usia Frekuensi (86) Presentase (%) 16 18, 6 66 76, 74 4 4, 7 86 100
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari jumlah seluruh sampel yaitu 86 sampel, didapatkan bahwa rentang usia terbanyak adalah 20 – 34 yaitu sejumlah 66 orang ibu (76,74%). Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan pertambahan berat badan Pertambahan Berat Frekuensi (86) Presentase (%) Normal (≥ 3kg) 69 80, 2 Kurang (< 3kg) 17 19, 8 Total 86 100 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pertambahan berat kehamilan trimester II terbanyak adalah yang lebih dari sama dengan 3 kg,
ada
sejumlah 69 orang (80, 2 %). Tabel 3. Distribusi sampel berdasarkan berat bayi lahir Berat Bayi Lahir Frekuensi (86) Presentase (%) <2500 g 4 4, 7 2500 – 3999 g 78 90, 6 ≥4000 g 4 4, 7 Total 86 100 Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa berat bayi yang terbanyak adalah berat bayi lahir normal (2500 - 3999 g) yaitu sebanyak 78 bayi (90, 6%). Tabel 4. Analisis Data Bivariat Variabel Pertambahan berat badan Trimester 2 ≥3000 <3000 Berat bayi lahir <2500 2500 – 3999 ≥4000
Frekuensi (n=86)
69 17
Rata-rata
Nilai r
4701, 16 0, 039
4 78 4
Nilai p
3206, 40
0,725
Hasil yang dapat dilihat dari tabel diatas diketahui bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima yang berarti tidak ada hubungan antara pertambahan berat badan ibu hamil trimester II dengan berat bayi lahir di Kabupaten Semarang. Pertambahan berat badan ibu hamil trimester II dipakai sebagai variabel bebas dan berat bayi lahir sebagai variabel terikat, maka diketahui dari hasil uji korelasi Pearson mempunyai nilai korelasi (r) sebesar 0,039 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan sangat lemah dengan arah hubungan searah, yaitu kenaikan nilai dari satu variabel akan diikuti degan kenaikan variabel lainnya. Dan penurunan satu variabel akan diikuti penurunan variabel lainnya. Dengan nilai kemaknaan 0,725, hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara pertambahan berat badan ibu hamil trimester II dengan berat bayi lahir secara statistika tidak bermakna karena nilai p>0,05.
PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan korelasi Pearson mempunyai nilai korelasi (r) sebesar 0,039 dan p sebesar 0,725. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pertambahan berat kehamilan trimester II dengan berat bayi lahir di Puskesmas Bancak, Puskesmas Tuntang, Puskesmas Pringapus, dan Puskesmas Sumowono. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Costa et al., (2013), yang menyatakan bahwa pertambahan berat badan kehamilan dipengaruhi oleh tingkat sosial, ekonomi, dan gaya hidup. Keadaan sosial ekonomi mencerminkan kualitas intake makanan yang dikonsumsi ibu selama kehamilan. Sedangkan gaya hidup mempengaruhi pola makan pada ibu. Pada penelitian ini menggunakan metode kohort prospektif yang diikuti 200 ibu hamil, 21 ibu tergolong perokok aktif, 13 ibu perokok dengan pertambahan berat badan kehamilan berlebih dan 8 ibu perokok dengan pertambahan berat kehamilan normal. 179 ibu yang tidak merokok
didapatkan 87 ibu mengalami pertambahan berat badan kehamilan berlebih dan 92 ibu mengalami pertambahan berat badan normal. Dari data tersebut didapatkan 13 kasus berat bayi lahir lebih dari ibu yang mengalami pertambahan berat badan kehamilan berlebih. Pertambahan berat badan kehamilan memiliki hubungan dengan berat bayi lahir. Sedangkan menurut penelitian (Yuliva, et al., 2009) yang menggunakan desain kohort prospektif dan memasukkan sampel ibu hamil yang memasuki usia kehamilan 32 minggu dan melakukan antenatal care di RSUP Dr.M. Djamil Padang dalam penelitiannya, faktor-faktor yang mempengaruhi berat lahir bayi adalah penyakit yang menyertai kehamilan (hipertensi), umur kehamilan, jenis kelamin anak, kenaikan berat badan ibu selama hamil dan intake nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu selama kehamilannya. Namun dari hasil yang diperoleh kenaikan berat badan ibu selama hamil tidak mempunyai hubungan yang cukup erat dengan berat bayi lahir. Ibu yang mengalami hipertensi akan mempengaruhi sirkulasi darah ibu ke janin yang menyebabkan kurangnya suplai darah ke plasenta, mengakibatkan timbulnya iskemia plasenta yang berakibat pada ibu dan janin sehingga suplai makanan ke janin berkurang dan berakhir dengan terganggunya pertumbuhan janin dalam kandungan. Menurut (Shah &Ohlsson dalam Yuliva, et al., 2009), berat rata-rata bayi laki-laki 150 gram lebih berat dibandingkan dengan bayi perempuan. Hal ini dipercayai karena dipengaruhi oleh dua efek, yaitu efek androgen dan perbedaan antigen fetal maternal atau faktor genetik dari kromosom Y yang berfungsi untuk pertumbuhan. Ditambahkan oleh (Carmichael et al, dalam Yuliva, et al., 2009) melaporkan bahwa kenaikan berat badan pada ibu menggambarkan pemasukan kalori dan mikronutrien yang cukup dan kenaikan berat badan yang kurang menggambarkan kekurangan substansi penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan janin. Berdasarkan teori ini dapat disimpulkan bahwa kenaikan berat badan ibu akan mempengaruhi berat lahir bayi yang akan
dilahirkan. Sehingga pada penelitian (Yuliva, et al., 2009) tidak ditemukan faktor perancu, karena semua aspek yang mempengaruhi berat lahir bayi diteliti. Tabel 1 menyajikan distribusi sampel menurut usia. Didapatkan bahwa rentang usia <20 ada 15 orang (17,44%), rentang usia 20 – 34 ada 66 orang (76,74%), dan rentang usia ≥35 ada 5 orang (5,82%). Mekanisme biologis peningkatan lahirnya bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada ibu remaja < 20 tahun dapat diterangkan sebagai berikut. Peredaran darah menuju serviks dan juga menuju uterus pada remaja masih belum sempurna sehingga hal ini dapat mengganggu proses penyaluran nutrisi dari ibu ke janin yang dikandungnya. Nutrisi remaja hamil juga berperan karena remaja masih membutuhkan nutrien yang akan dibagi pada janin yang dikandungnya dibanding dengan ibu hamil dewasa yang tidak membutuhkan lagi nutrien untuk pertumbuhan (Johanes, 2009 dalam Rahardjo et al, 2011). Namun dalam penelitian ini tidak memberikan hasil yang signifikan antara hubungan usia ibu dengan berat lahir bayi. Karena pada ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dapat melahirkan bayi yang mempunyai berat lahir normal (2500-3999 g). Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Dalam penelitian ini dilakukan observasi (faktor risiko) dan variabel terikat (efek) dalam sekali waktu serta pada saat yang sama, sehingga terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, kelemahan dalam penelitian ini disebabkan oleh keterbatasan waktu dan teknik pengumpulan data dengan melihat data rekam medis pasien yang kurang lengkap mengenai jarak kehamilan (Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun memiliki risiko melahirkan BBLR 3,17 kali dibandingkan dengan ibu yang memiliki jarak kehamilan lebih dari 2 tahun (Saraswati, 2006)), paritas (dimana ibu dengan paritas > 3 anak berisiko 2 kali melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Zaenab dan Joeharno, 2006 dalam Rahardjo, et al., 2011)), sosial budaya (mempengaruhi
pola makan dan intake nutrisi) dan ibu hamil yang mengalami penyakit sistemik (terganggunya sirkulasi darah ibu ke janin sehingga dapat mengganggu kegiatan transplasenta (Yuliva, et al., 2009)). KESIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pertambahan berat badan ibu hamil trimester II dengan berat bayi lahir. SARAN Untuk semua ibu hamil hendaknya memeriksakan ANC secara rutin khususnya ibu hamil yang memiliki riwayat keguguran, paritas tinggi, jarak kehamilan dekat, menderita penyakit sitemik, dan pada kondisi sosial ekonomi keluarga miskin, sehingga kondisi janin dapat selalu dipantau dengan baik. Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan memperhatikan: a. Menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dengan memperhatikan criteria sampel yang lebih spesifik. Meliputi riwayat paritas, jarak kehamilan, penyakit sitemik, dan kondisi sosial ekonomi keluarga serta mencakup lingkungan perkotaan dan pedesaan, agar lebih terlihat nilai korelasi antara pertambahan berat badan ibu hamil trimester II dengan berat bayi lahir b. Memilih rancangan studi kohort prospektif, sehingga pertambahan berat badan ibu hamil trimester II dapat dinilai selama kehamilan masih berlangsung sehingga dapat diketahui besar risikonya terhadap berat bayi lahir.
DAFTAR PUSTAKA Arif, M. (2010). Pengantar Metodogi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. Arisman. (2004). Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
Barasi, E. M. (2007). At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta : Erlangga Medical Series. Barker, David J. P, Phillipa M. Clark. (1997). Fetal undernutrition and disease in later life. MRC Environmental Epidemiology Unit, University of Southampton, Southampton General Hospital, Southampton, SO16 6YD, UK. Reviews of Reproduction (1997) 2, 105–112 Biol, Econ Hum. 2012. Socioeconomic Disparities And The Familial Coexistence Of Child Stunting And Maternal Overweight In Guatemala. NIH Public Access Author Manuscript. Econ Hum Biol. Author manuscript; available in PMC 2013 March 03. 10(3): 232–241. doi:10.1016/j.ehb.2011.08.002 Damiati (2010). Peranan Pengetahuan Gizi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Terhadap Kecerdasan Anak Melalui Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Jurnal Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, volume 7 No. 1 FTK, UNDIKSHA. Depkes (2011). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2011. Diunduh dari http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profil2011/BABIVI2011a.pdf. Tanggal Akses : 15 Juni 2013 Depkes (2011). Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Diunduh dari : http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/BUKU-GIZIBURUK-I-2011.pdf. Tanggal Akses : 18 Juni 2013. Depkes (2011). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Diunduh dari : http://www.depkes.go.id/downloads/jica/kia.pdf . Tanggal Akses : 20 Juni 2013 Depkes RI (2013). Gizi Seimbang Atasi Masalah Gizi Ganda. Diunduh dari : http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2239-giziseimbang-atasi-masalah-gizi-ganda.html. Tanggal Akses : 22 April 2013. Fikawati, S., Wahyuni, D., & Syafiq, A. (2012). Status Gizi Ibu Hamil dan Berat Lahir Bayi pada Kelompok Vegetarian. Makara Kesehatan Volume 16, No. 1. Ganong, W. F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Gant, F. N., & Cunningham, G. F. (2011). Dasar-dasar Ginekologi & Obstetri. Jakarta : EGC. Hartanto, W. D. D. R., & Kodim, N. (2009). Pengaruh Status Gizi Anak di Bawah Lima Tahun terhadap Nilai Belajar Verbal dan Numerik. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, Volume 3 No. 4. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hops, Nutr. (2012). Association Between Maternal Perceptions And Actual Nutritional Status For Children In A Study Group In Mexico. Nutr. Hosp. vol.27 no.1 Madrid Jan.-Feb. 2012. 209-12 doi: 10. 1590/S0212161120120000100026 Indreswari, M., Hardinsyah, & Damanik, M. R. M. (2008). Hubungan antara Intensitas Pemeriksaan Kehamilan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Konsumsi Tablet Besi dengan Keluhan Selama Kehamilan. Jurnal Gizi dan Pangan Maret 2008. Krinansari, D. (2010). Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health Volume 4, No. 1 Kusumawati, Y., & Mutalazimah. (2004). Hubungan Pendidikan Gizi Ibu dengan Berat Bayi Lahir di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Infokes Volume 8, No. 1 Marimbi, H. (2010). Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Putra, Y., Kordana, M., Artana, D., & Putra, J. (2012). Karakteristik dan Luaran Bayi Berat Lahir Sangat Rendah yang Lahir di RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Ilmiah Kedokteran. Denpasar : Universitas Udayana. Rohen, W. J., & Drecoll, L.E. (2009). Embriologi Fungsional. Jakarta : EGC. Sadler, W. T. (2010). Langman Embriologi Kedokteran. Jakarta :EGC. Santos, M. M. A. S., Mirian R. B., Denise C. B., Alessandra A. P., Priscila M. P., Claudia S., (2012). Pre-Pregnancy Nutritional Status, Maternal Weight Gain, Prenatal Care, And Adverse Perinatal Outcomes Among Adolescent Mother. UFRJ. Rev Bras Epidemiol. 2012 Mar;15(1):14354143-54 Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung.
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC Soetjiningsih . (2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. Supariasa, N. D. I., Bakri, B., & Fajar, I. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Tovar, A., Hennesy, E., Pirie, A., Must, A., Gute, M. D., Hyatt, R. R., Kamins, L. C., Hughes, O. S., Boulos, R., Sliwa, S., Galva, H., & Economos, D. C. (2012). Feeding Styles and Child Weight Status Among Recent Immigrant Mother-child Dyads. International Journal Of Behavioral Nutrition And Physical Activity. ijbnpa.org/content/9/1/62 Wirakusumah, F. F., Mose, C. J., & Handono, B. (2012). Obstetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC.