HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN POLA MAKAN IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN BERAT LAHIR BAYI DI RUMAH BERSALIN BHAKTI IBU SEMARANG
Manuscript
Oleh Nugrahaini Widyaningtyas G2A009078
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Manuscript HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN POLA MAKAN IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN BERAT LAHIR BAYI DI RUMAH BERSALIN BHAKTI IBU SEMARANG
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang, Oktober 2013
Hubungan Karakteristik Dan Pola Makan Ibu Hamil Trimester III Dengan Berat Lahir Bayi Di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang Nugrahaini Widyaningtyas¹, Sri Rejeki², Pawestri³ 1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS Wakil Rektor UNIMUS 3 Dosen Keperawatan Maternitas Fikkes UNIMUS 2
Abstrak Berat lahir bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti karakteristik ibu dan pola makan ibu saat trimester III. Pola makan ibu hamil saat trimester III sangat mempengaruhi asupan gizi dan nutrisi ibu hamil. Status gizi ibu baik maka janin akan berkembang dengan baik dan berat lahir bayipun juga baik. Namun di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang masih banyak ibu yang tidak begitu mementingkan pola makan dengan berbagai macam alasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik dan pola makan ibu hamil trimester III di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang. Disain penelitian ini adalah korelasi yang menggunakan pedekatan cross sectional. Responden yang menjadi subjek penelitian ini adalah Ibu-Ibu yang mempunyai bayi 0-1 bulan di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang. Tehnik sampling berupa porposif sampling dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 73 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data diproses dengan menggunakan dan tehnik statistik Chi-Square. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu dengan berat lahir bayi dengan nilai p sebesar 0,89, ada hubungan antara pendidikan ibu dengan berat lahir bayi dengan nilai p sebesar 0,04, tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan berat lahir bayi dengan nilai p sebesar 0,145, ada hubungan antara Pendapatan dengan berat lahir bayi dengan nilai p sebesar 0,025. Ada hubungan antara jenis makanan dengan berat lahir bayi dengan nilai p sebesar 0,002, tidak ada hubungan antara jumlah makanan dengan berat lahir bayi dengan nilai p sebesar 0,634, tidak ada hubungan antara frekuensi makan dengan berat lahir bayi di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang dengan nilai p sebesar 0,914. Ibu hamil dapat lebih memperhatikan pola makan saat trimester III agar kebutuhan nutrisi terpenuhi dan janin berkembang dengan baik. Untuk tenaga kesehatan harus selalu memberikan pendidikan kesehatan mengenai pola makan yang baik untuk ibu hamil. Kata kunci : Karakteristik, Pola Makan, Berat Lahir Bayi
Abstract Baby’s weight is influenced by many factors such as characteristic of mother and her consuming pattern in third trimester. The mother’s consuming pattern when in the third trimester will influent her nutrient. If her nutrient are good, the embryo is growing good and the baby’s weight also will be better. But in fact, in Bhakti Ibu maternity hospital Semarang, there still many mother who didn’t care with their consuming pattern with so many reasons. The purpose of this research is to know the relationship between characteristic and consuming pattern of pregnant mother in third trimester at Bhakti Ibu maternity hospital Semarang This research is a quantitative research with correlation research design which using sectional cross design. Respondent whom being as subject in this research are mothers who has a baby in their very first month at bhakti ibu maternity hospital semarang. This research uses sample technique which is porposif sampling that gets 73 respondents as a sample. This research uses questionnair instrument. The data is processed by chi-square technic. Here’s the results from this research no relationship between the mother’s age with baby’s weight with the P value about 0.89, there is relationship between their educations with baby’s weight by p value 0,04. There is no relationship between her jobs with baby’s weight by p value 0,145. There isrelationship between their incomes with their baby’s weight by p value 0,025. There is relationship between kinds of food with baby’s weight by p value 0,002. There is no relationship between a numbers of food with baby’s weight at by p value 0,634. There is no relationship between frequencies for consuming food with baby’s weight at Bhakti Ibu maternity hospital Semarang with p value 0,914. Pregnant mother should pay more attention to their consuming pattern in third trimester, in order to fill their nutrition and embryo is growing good. A sanitarian should give an education of health about the pattern for consuming food to pregnant mothers. Keyword: characteristic, consuming pattern, baby’s weight.
PENDAHULUAN Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus dan pada masa ini ibu harus mempersiapkan diri dengan baik agar bayi yang dilahirkan sehat. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu adalah status gizi ibu (Waryana, 2010). Selain kebutuhan gizi tubuh, ibu hamil juga harus memberikan nutrisi yang cukup untuk perkembangan janin serta kesehatan ibu. Pemenuhan kebutuhan gizi pada tiap trimester berbeda-beda (Kristiyanasari, 2010). Pada trimester pertama lebih mengutamakan kualitas dari pada kuantitas asupan makanan yang dikonsumsi ibu hamil. Pemenuhan gizi pada trimester kedua dan ketiga kualitas dan kuantitas asupan gizi harus terpenuhi (Kasdu, 2004). Gizi ibu hamil dapat terpenuhi dengan menjaga fisik dan pola hidup untuk mempertahankan kondisi tubuh tetap sehat dan janin
berkembang normal, seperti makan makanan yang bergizi, istirahat, menghindari alcohol dan tidak merokok, serta menjaga pola makan (Walker WA, 2012). Kekurangan asupan gizi pada ibu hamil selama kehamilan selain berdampak pada berat bayi lahir juga akan berdampak pada ibu hamil yaitu akan menyebabkan anemia pada ibu hamil. Kurangnya asupan gizi ibu saat kehamilan akan menyebabkan terjadinya berat bayi lahir rendah (BBLR). Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Yuliana, 2007) kadar Hb dan lingkar lengan atas (LILA) yang merupakan indikator penilaian status gizi ibu hamil mempengaruhi berat bayi lahir dan Penelitian yang dilakukan oleh (Nurhariyanto, 2009) menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir rendah ( BBLR). Persentase bayi berat lahir rendah di Kota Semarang sebesar 1,65% pada tahun 2012 (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2012). Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik dan pola makan ibu hamil trimester III dengan berat lahir bayi di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang.
METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan disain penelitian korelasi yang menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu post partum di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang, menurut data tiga bulan terakhir yaitu sebanyak 120 orang. Sampel penelitian ini ditentukan dengan rumus perhitungan sampel dari (Riyanto A. , 2011), dan didapatkan hasil sebanyak 73 sampel. Tekhnik pengolahan sampel menggunakan tekhnik pourposive sampling, dengan kriteria yang telah ditentukan. Adapun kriteria sampel penelitian sebagai berikut kriteria inklusi ibu-ibu yang mempunyai bayi berumur 0-1 bulan, tidak memiliki penyakit anemia, diabetes, hipertensi dan jantung, bisa membaca, menulis dan berkomunikasi dengan baik, bersedia menjadi responden, dan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berumur lebih dari 1 bulan, memiliki penyakit anemia, diabetes, hipertensi dan jantung, ibu yang tidak mau mengisi kuosioner, ibu yang tidak mau menjadi responden. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuosioner. Kuosioner terdiri dari dua bagian yaitu mengetahui karakteristik responden dan pola makan responden pada saat trimester III. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi-square.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik ibu hamil meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Umur ibu sebagian besar adalah kategori 20-35 tahun sebanyak 72 responden (98,6%), pendidikan ibu sebagian besar adalah SMA sebanyak 44 responden (60,3%), pekerjaan ibu sebagian besar adalah IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak 47 responden (64,4%), pendapatan sebagian besar adalah > 1.200.000 sebanyak 37 responden (50,7%). Pola makan ibu hamil mengukur jenis makanan, jumlah makanan, dan frekuensi makan pada saat trimester III. jenis makanan sebagian besar dalam kategori normal sebanyak 46 responden (63,0%), jumlah makanan sebagian besar dalam kategori Kurang sebanyak 64 responden (87,7%), frekuensi makan sebagian besar dalam kategori normal sebanyak 61 responden (83,6%) dan berat lahir bayi sebagian besar dalam kategori normal sebanyak 65 orang (89,0%), terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Dan Pola Makan Ibu Hamil Trimester III Variable Umur : 20-35 tahun >20 tahun Pendidikan : SMP SMA PT Pekerjaan : IRT Swasta PNS Pendapatan : <1.200.000 >1.200.000 Jenis makanan : Lebih Normal Kurang Jumlah makanan : Lebih Normal Kurang Frekuensi makan : Lebih Normal Kurang Berat lahir bayi: Normal Kurang
Frekuensi (f)
Presentase (%)
72 1
98,6 1,4
6 44 23
8,2 60,3 31,5
47 19 7
64,4 26,0 9,6
35 38
47,9 52,1
3 46 24
4,1 63,0 32,9
5 4 64
6,8 5,5 87,7
11 61 1
15,1 83,6 1,4
65 8
89,0 11,0
Tabel 2. Hubungan Umur Ibu Dengan Berat Lahir Bayi Di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang Berat lahir bayi Umur
Kurang
Total
Normal
f
%
f
%
f
%
20-35 tahun
8
11,1
64
88,9
72
100
> 35 tahun
0
0
1
100
1
100
Total
8
11
65
89
73
100
Korelasi
P Value
1
0,89
Tabel 3. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Berat Lahir Bayi Di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang Berat lahir bayi Pendidikan
Kurang
Total
Normal
f
%
f
%
f
%
SMP+SMA
8
16,0
42
84,0
50
100
PT
0
0,0
23
100
23
100
Total
8
11
65
89
73
100
Korelasi
P Value
0,05
0,04
Tabel 4. Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Berat Lahir Bayi Di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang Berat lahir bayi Pekerjaan
Kurang
Total
Normal
f
%
f
%
f
%
IRT
7
14,9
40
85,1
47
100
Swasta+PNS
1
3,8
25
96,2
26
100
Total
8
11
65
89
73
100
Korelasi
P Value
0,245
0,145
Tabel 5. Hubungan Pendapatan Ibu Dengan Berat Lahir Bayi Di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang Berat lahir bayi Pendapatan
Kurang
Total
Normal
f
%
f
%
f
%
< 1.200.000
7
20
28
80
35
100
>1.200.000
1
2,6
37
97,4
38
100
8
11
65
89
73
100
Total
Korelasi
P Value
0,024
0,021
Tabel 6. Hubungan Jenis Makanan Ibu Dengan Berat Lahir Bayi Di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang Berat lahir bayi
Jenis Makanan
Kurang
Total
Normal
Lebih
f 0
% 0
f 3
% 100
f 3
% 100
Normal
1
2,2
45
97,8
46
100
Kurang
7
29,2
17
70,8
24
100
Total
8
11
65
89
73
100
Korelasi
P Value
12,161
0,002
Tabel 7. Hubungan Jumlah Makanan Ibu Dengan Berat Lahir Bayi Di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang Berat lahir bayi
Jumlah Makanan
Kurang
Total
Normal
Lebih
f 1
% 20
f 4
% 80
f 5
% 100
Normal
0
0
4
100
4
100
Kurang
7
10,9
57
89,1
64
100
Total
8
11
65
89
73
100
Korelasi
P Value
0,911
0,634
Tabel 8. Hubungan Frekuensi Makan Ibu Dengan Berat Lahir Bayi Di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang Berat lahir bayi
Frekuensi makan
Kurang
Total
Normal
Lebih
f 1
% 9,1
f 10
% 90,9
f 11
% 100
Normal
7
11,5
54
88,5
61
100
Kurang
0
0
1
100
1
8
11
65
89
73
100 100
Total
Korelasi
0,179
P Value
0,914
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan umur ibu hamil dengan berat lahir bayi di rumah bersalin bhakti ibu Semarang dengan hasil p value 0,89 > α (0,05). Pada dasarnya umur seseorang mempengaruhi keputusan dalam pengambilan suatu tindakan pada seseorang, umur ibu hamil yang cukup dalam hal ini memegang peranan penting dengan berat badan bayi lahir, sehingga kemungkinan berat lahir bayi tidak hanya dipengaruhi umur saja, tetapi faktor lain misalnya lingkungan atau kepercayaan (Sediaoetama, 1997 dalam Handayani, 2007).
Seorang perempuan dengan umur pernikahan yang cukup tetapi kondisi tubuh yang kurang sehat menyebabkan disaat hamil mempengaruhi berat bayi yang dikandungnya, walaupun mempunyai cukup umur untuk hamil, tetapi secara fisiologis dan psikologis sudah siap menerima sebuah kehamilan (Sjahmien, 2003). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trihardiani (2011) tentang faktor resiko kejadian berat bayi lahir didapatkan bahwa Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan berat lahir bayi. Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan pendidikan ibu dengan berat lahir bayi di rumah bersalin bhakti ibu semarang dengan nilai p value 0,04 < α (0,05). Hal ini sejalan dengan pendapat dari Supariasa (2001) yang menyatakkan bahwa peran pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam penerimaan informasi, wawasan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pengetahuan ibu terutama pengetahuan tentang gizi yang baik saat kehamilan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2007) tentang pengaruh lingkar lengan atas dan kadar hemoglobin terhadap berat bayi lahir didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan berat lahir bayi dengan nilai p value 0,011. Dalam penelitiannya Yuliana (2007) berpendapat bahwa pendidikan seseorang juga pempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat kesehatan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsephidup sehat secara mandiri dan berkesinambungan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan pekerjaan dengan berat lahir bayi di rumah bersalin bhakti ibu Semarang dengan nilai p value 0,145 > α (0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trihardiani (2011) tentang faktor resiko kejadian berat bayi lahir didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan berat lahir bayi. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar (64,4%) resonden tidak bekerja, dan juga ada kemungkinan dikarenakan sebagian besar ibu yang bekerja memiliki pekerjaan yang tidak membahayakan kesehatan janin seperti ibu rumah tangga, selain itu ibu yang tidak bekerja mempunyai pendidikan tinggi sehingga mereka dapat mengurangi faktor risiko dari pekerjaan mereka dengan melakukan pencegahan secara dini. Pekerjaan bukanlah faktor yang mempengaruhi berat badan bayi baru lahir saja, bisa juga karena kondisi tiap ibu hamil berbeda-beda, walaupun banyak waktu tetapi perhatian akan kehamilan kurang akan mengganggu kesehatan tubuh serta gizi makanan yang dikonsumsi (Handayani, 2007). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan pendapatan dengan berat lahir bayi di rumah bersalin bhakti ibu Semarang dengan nilai p value 0,021 < α (0,05). Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2000) yang meneliti tentang karakteristik ibu hamil dengan status gizi bayi baru lahir yang menyatakan bahwa pendapatan keluarga perbulan berpengaruh terhadap status gizi bayi baru lahir. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas maupun kualitas makanannya semingga mempengaruhi keadaan gizi ibu hamil dimana keadaan gizi ibu hamil berdampak pada berat lahir bayi (Kodyat, 1993 dalam Handayani, 2007). Dari hasil penelitian juga didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan jenis makanan dengan berat lahir bayi di rumah bersalin bhakti ibu Semarang dengan nilai p value 0,002 < α (0,05). Jenis makanan yang dikonsumsi ibu hamil sangat mempengaruhi gizi ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya menerapkan menu makan 4 sehat 5 sempurna seperti nasi, lauk pauk, sayuran, buah dan susu. Status gizi ibu baik maka berkembangan janin juga baik sehingga berat bayi lahir normal, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hanifah (2009) mengenai hubungan status gizi dengan berat bayi lahir hasilnya adalah ada hubungan yang signifikan antara status gizi ibu hamil dengan berat lahir bayi. Dari hasil penelitian juga didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan jumlah makanan dengan berat lahir bayi di rumah bersalin bhakti ibu Semarang dengan nilai p value 0,634 > α (0,05). Hal ini bisa terjadi karena sebagian besar jumlah makanan responden kurang (87,7%) tetapi jenis asupan makanan yang dikonsumsi normal. Status gizi terpenuhi jika seseorang mengkonsumsi jenis makanan yang bergizi, jika jumlah makanan lebih tetapi makan makanan yang tidak bergizi maka status gizi tidak akan baik, tetapi jika jumlah makanan baik status gizi juga akan baik. Suparyanto (2010) menyatakan bahwa jumlah dan frekuensi makan tidak berpengaruh pada janin tetapi berpengaruh pada energi ibu hamil. Dari hasil penelitian juga didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan frekuensi makan dengan berat lahir bayi di rumah bersalin bhakti ibu Semarang dengan nilai p value 0,914 > α (0,05). Adanya pendapat bahwa saat hamil, ibu hamil makanannya harus dikurangi karena takut janin menjadi besar sehingga kesulitan waktu melahirkan. Sebaliknya ada pula yang berpendapat bahwa saat hamil harus banyak makan karena menganggap makan untuk dua orang yaitu ibu dan janin. Kebutuhan zat gizi umumnya meningkat selama kehamilan oleh karena itu penting sekali menganjurkan ibu hamil agar mengkonsumsi makanan yang cukup zat gizinya. Zat gizi itu diperoleh dari makanan yang dimakan setiap hari oleh ibu hamil disamping untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil itu sendiri juga diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
(Sarwono Prawihardjo, 2002). Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat dari Suparyanto (2010) yang menyatakan bahwa jumlah dan frekuensi makan tidak berpengaruh pada janin tetapi berpengaruh pada energi ibu hamil. Kualitas makanan yang berpengaruh terhadap janin. Para responden selalu makan 3x per hari, para responden yang mempunyai bayi dengan berat lahir redahpun juga mengkonsumsi makanan 3x per hari, tetapi jumlah dan jenis makanan yang mereka konsumsi masih kurang.
KEPUSTAKAAN Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Perana Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Alimul, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hadyanto. (2002). Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6. Cetakan 1. Jakarta: Hipokrates. Hall. (2000). Petunjuk Medis Bagi Wanita Hamil. Jakarta: PT Pustaka Delapratasa. Handayani, D. F. (2007). Hubungan Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Tentang Gizi Ibu Hamil Dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir Di Desa Sowan Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Kasdu, D. (2004). Gizi Ibu Hamil Agar Bayi Cerdas. Jakarta: Batavia Press. Kristiyanasari, W. (2010). Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika. Maryana, A., & Bambang, W. (2012). peranan gizi dalam siklus kehidupan. jakarta: kencana. Maulana, M. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan. Yogyakarta: Katahati. Muliarini, P. (2010). Pola Makan dan Gaya Hidup Sehat Selama Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika. Musbikin, I. (2005). panduan bagi ibu hamil dan melahirkan. Yogyakarta: mitra pustaka. Nurhariyanto. (2009). hubungan karakteristik dan status gizi ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir rendah (BBLR) . Nursalam. (2011). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Proverawati, A., & Misaroh, S. (2010). Nutrisi Janin Dan Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika. Pudjiadi, S. (2005). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan . Yogyakarta: Nuha Medika.
Saryono. (2009). Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagai Pemula. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Sulistyoningsih, h. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Supariasa, I. D., Bachyar, B., & Fajar, I. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Trihardiani, I. (2011). Faktor Resiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkawang Timur Dan Utara Kta Singkawang. Semarang. W Allan Walker, M. (2012). Pola Makan Sehat Untuk Hamil. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Popular. Waryana, S. M. (2010). gizi reproduksi. Yogyakarta: pustaka rihana. Yuliana, S. (2007). Pengaruh Antara Lingkar Lengan Atas (LILA) dan Kadar Hemoglobin (Hb) Ibu Hamil Trimester III terhadap Berat Bayi Laihir di Kecematan Bojong-Pekalongan .