BioETI
ISBN 978-602-14989-0-3
Kajian fase pembungaan dan penyerbukan Nepenthes spp. sebagai upaya konservasi Insitu di Taman Wisata Alam Sicikehcikeh RETNO WIDHIASTUTI DAN SUCI RAHAYU Departemen Biologi – FMIPA Univesitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Padang Bulan, Medan E-mail:
[email protected] dan
[email protected]
ABSTRACT Penelitian tentang kajian fase pembungaan dan penyerbukan Nepenthes spp telah dilakukan di Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-Cikeh Sumatera Utara. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode jelajah. Fase pembungaan diamati pada tiga spesies Nepenthes spp yaitu : N. spectabilis, N. tobaica, dan N. rombicaulis, yang dalam kondisi berbunga. Pengamatan dilakukan ketika awal pembungaan dimulai. Fase pembungaan diklasifikasikan dalam 5 tahap, F0 (Fase inisiasi), F1 (fase perkembangan kuncup), F2 (fase anthesis/bunga mekar), F3 (fase penyerbukan) dan F4 (fase perkembangan buah). Hasil penelitian menunjukan bahwa puncak pembungaan Nepenthes spp. di TWA Sicikeh-cikeh dijumpai pada bulan Juli hingga Agustus. Perkembangan organ generatif pada Nepenthes spp. terjadi dalam waktu yang relatif sama antar spesies, N. spectabilia, N. tobaica, dan N. rombicaulis. Waktu yang diperlukan untuk proses perkembangan dari tahap inisiasi bunga hingga buah masak selama 21 – 30 hari. Lama waktu masing-masing fase berbeda, F0 selama 2-3 hari, F1 selama 1-2 hari, F2 berlangsung 3-5 hari, F3 selama 1-3 hari, dan fase F4 berlangsung 715 hari. Jenis serangga penyerbuk yang berperan pada Nepenthes spp. adalah : Thrips hawaiinensis, Tabanus sp., Catocala sp., Bambus sp., Apis mellifera, Thipid sp., dan Formica sp. Key words: pembungaan, penyerbukan, Nepenthes spp., konservasi, insitu
Pendahuluan Nepenthes spp. tumbuh dan tersebar mulai dari Australia Utara, Asia Tenggara sampai Cina bagian Selatan. Di seluruh dunia diperkirakan terdapat 82 jenis Nepenthes spp., 64 jenis diantaranya hidup di Indonesia. Sumatera menempati urutan kedua yaitu 29 jenis Nepenthes spp. (Hernawati, 2001). Beberapa jenis alami Nepenthes spp. yang ada di Sumatera dan telah teridentifikasi yaitu : Nepenthes aristolochioides, Nepenthes albomarginata, Nepenthes adnata, Nepenthes ampullaria, Nepenthes angasanensis, Nepenthes bongso, Nepenthes gracilis, Nepenthes diata, Nepenthes dubia, Nepenthes raflesiana, Nepenthes spathulata, Nepenthes reinwardtiana, Nepenthes sumaterana, Nepenthes tobaica, dan masih ada beberapa jenis lagi yang merupakan silang alami. Habitat alami dari jenis-jenis Nepenthes spp. di Sumatera setiap tahunnya semakin terancam, baik oleh pembalakan liar, kebakaran hutan
maupun konversi lahan hutan (Akhriadi et. al, 2004; Widhiastuti dan Saputri, 2010). Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-cikeh seluas 575 Ha ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan menteri Kehutanan Nomor 78/KptsII/1989 tanggal 07 Pebruari 1989 sebagai kawasan pelestarian alam. Berbagai spesies flora banyak terdapat di kawasan tersebut, termasuk diantaranya Nepenthes spp. yang merupakan tumbuhan yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999. Informasi tentang fase-fase pembungaan terutama perkembangan bunga dan buah tumbuhan Nepenthes spp. atau yang diistilahkan dengan fenologi merupakan informasi yang sangat penting bagi perluasan pengetahuan tentang tumbuhan itu sendiri maupun untuk kepentingan praktis bagi perencanaan program pemuliaan tumbuhan tersebut terutama bila dilakukan perakitan varietas-varietas hibridisasi dimasa depan. Namun sejauh ini belum dilakukan pada Nepenthes spp Sumatera.
Retno Widhiastuti dan Suci Rahayu
Eksploitasi Nepenthes spp. dari alam untuk kepentingan ekonomi semata, degradasi hutan yang mengancam habitat alami dari Nepenthes spp. memperburuk keberadaannya di alam. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian tentang fase-fase pembungaan terutama perkembangan bunga hingga buah dan serangga penyerbuk serta tempat sintesis atraktan (senyawa penarik) Nepenthes spp. khususnya di hutan Sumatera. Penelitian fenologi untuk mendapatkan data tentang kondisi kesiapan tanaman untuk dapat diserbuki secara buatan dan teknik pemantauan keberhasilan persilangan yang pada prinsipnya sangat dibutuhkan untuk kegiatan perakitan varietas-varietas baru, dan upaya konservasi insitu. Berdasarkan hal-hal tersebut ketersediaan informasi fenologi perkembangan bunga dan buah serta penyerbukan pada Nepenthes spp. di TWA Sicikeh-cikeh merupakan hal yang mendesak harus tersedia. Tujuan penelitian fenologi pembungaan dan penyerbukan yang dilakukan di hutan TWA Sicikeh-Cikeh, antara lain mengetahui waktu berbunga Nepenthes spp, waktu dan tahapan perkembangan organ generatif Nepenthes spp dan jenis-jenis serangga penyerbuk pada Nepenthes spp. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan November 2010, di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh yang secara geografis terletak pada 92o 20” 98o 30” BT dan 02o 35” 02o 41” LU dengan ketinggian 1.500-2.000 m dpl. Secara administratif termasuk Dusun Pancur Nauli, desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Prop. Sumatera Utara. Pelaksanaan Penelitian Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode jelajah. Tumbuhan Nepenthes spp. yang dijumpai sedang berbunga diberi tanda (ditaging) digunakan sebagai sampel. Total sampel pengamatan sebanyak 15 tumbuhan.
140
Sampel tumbuhan yang diamati dipastikan memiliki bakal tunas yang diperkirakan akan berkembang lebih lanjut menjadi bunga. Pada masing-masing sampel diberi tanda dengan memasang label dengan tujuan untuk memudahkan pengamatan dan juga dimaksudkan agar sampel tersebut tidak diganggu oleh orang lain. Pengamatan dimulai sejak adanya tanda inisiasi bunga berupa munculnya bakal bunga pada tangkai bunga sampai buah masak fisiologis. Stadia perkembangan bunga didasarkan kepada kriteria yang digunakan oleh Dafni (1993) dengan beberapa modifikasi yakni stadia inisiasi, stadia kuncup kecil, stadia kuncup besar, stadia bunga terbuka, dan stadia perkembangan buah. Untuk memudahkan pengamatan, maka perlu dibuat pembatasan masing-masing stadia bunga yang akan diamati, terutama yang menyangkut karakteristik masing-maing stadia, seperti perubahan warna, bentuk dan morfologi bunga. Selain pengamatan deskriptif berupa data gambaran perubahan struktur dan morfologi bunga juga dilakukan pengamatan terhadap pengukuran panjang dan jumlah bunga yang membentuk biji. Disamping itu, untuk melengkapi data deskriptif juga dilakukan pendokumentasian struktur dan morfologi bunga dengan menggunakan kamera digital Sony DSC-P8 dengan resolusi 3,2 MP yang dirangkai dengan mikroskop binokuler. Pengamatan Serangga Penyerbuk Pengamatan serangga penyerbuk dilakukan dengan dua katagori metoda penelitian yang digunakan yaitu Metoda Survai Deskriptif dan Metoda Survai Analitis (Leedy, 1974). a. Evaluasi umum (survey deskriptif). Sasaran adalah untuk mengetahui serangga apa yang berperan aktif dalam kegiatan penyerbukan. Kriteria yang digunakan adalah kunjungan kepada suatu bunga. Cara evaluasi dilakukan dengan observasi langsung dan pemotretan. Diamati pada tanaman yang sedang berbunga, jenis serangga yang hadir.
Retno Widhiastuti dan Suci Rahayu
Identifikasi serangga dilakukan di LIPI Serpong. b. Evaluasi khusus (survey analitis). Pengamatan kehadiran dilakukan dari jam 8.00 sampai 15.00 WIB. Untuk menghitung kelimpahan digunakan metoda Vansell dan Todd (1946) berupa daerah pengamatan selebar 1m dan panjang 50 m. Guna pengamatan frekuensi kunjungan, setiap bunga diamati selama lima menit. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian didapatkan tiga jenis Nepenthes yang sedang berbunga. Ketiga Nepenthes yang menunjukkan berbunga yaitu : Nepenthes spectabilis Danser, Nepenthes tobaica Danser, dan Nepenthes rombicaulis. Posisi perbungaan semua jenis Nepenthes terdapat pada ujung (terminal) batang. Perbungaan pada ketiga jenis Nepenthes tersebut merupakan bunga majemuk tandan. Panjang tangkai perbungaan N. spectabilis 618cm, N. tobaica 6-16 cm, dan N. rombicaulis 4-12cm. Masing-masing anak tandan umumnya mempunyai bunga satu, jarang yang dua. Panjang tangkai bunga N. spectabilis, N. tobaica, dan N. rombicaulis berturut-turut 1-2,5 cm, 2-4,5cm, 1-2 cm. Bunga jantan dan bunga betina terletak pada individu yang berbeda. Buah berbentuk silinder, biji banyak berukuran 1-2 cm. Masing-masing tangkai bulir umumnya mempunyai bunga satu, jarang yang dua (Gambar 1). Fase-fase Pembungaan Nepenthes Tahapan perkembangan pembungaan ketiga jenis Nepenthes dapat dilihat pada Tabel 1. Secara umum dapat dikatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk perbungaan Nepenthes memerlukan waktu 15 hari. Perkembangan buah Nepenthes memerlukan waktu kurang lebih 7 hari. Dengan demikian waktu untuk inisasi bunga hingga buah masak semuanya 21 hari. Perubahan morfologi atau perubahan fisik organ generatif Nepenthes spp. dijelaskan sebagai berikut :
141
a. Fase inisiasi bunga Tahap inisiasi bunga merupakan masa transisi perubahan organ vegetatif pada kuncup terminal atau aksial meristem menjadi organ reproduktif (Owens, 1991). Pada tahap inisiasi, kuncup bunga atau buds berbentu bulir berwarna hijau akan tumbuh pada tandan perbungaan. Kuncup-kuncup bunga tersebut bersifat acropetally atau tumbuh dari bawah ke atas. Tandan mempunyai pelindung (seludang.spata) bunga yang berwarna hijau. Pelindung tandan bunga pada bagian ujung membentuk sulur (Gambar 2a).
a
b
c
Gambar 1. Tiga macam bunga betina dari tiga jenis Nepenthes spp : (a) N. spectabilis, (b) N. tobaica, dan (c) N.rombicaulis Tabel 1. Fase-Fase Pembungaan N. spectabilis, N. tobaica dan N. rombicaulis Fase Inisiasi bunga Kuncup kecil Kuncup besar Bunga terbuka Perkembangan buah
Sim bol F0 F1 F2 F3 F4
Lamanya Fase (hari) N.spectabilis N.tobaica N.rombicaulis 1-3 2-3 2-3 2 -3 5 -7
1-3 2-3 1-3 1-3 5-8
1–2 2–3 1–2 1–3 4–7
b. Fase perkembangan kuncup Seiring dengan perkembangan kuncup bunga, pelindung/seludang tandan yang terletak di axil bunga akan mengering dan berubah warna menjadi colat akhirnya rontok. Dalam perkembangan lebih lanjut, kuncup bunga akan
Retno Widhiastuti dan Suci Rahayu
membengkak sehingga terjadilah perubahan ukuran diameter kuncup. Warna kuncup bunga juga akan berubah dari hijau ke putih kekuningan. Pembengkakan ini menunjukkan bahwa di dalam kuncup bunga sedang berlangsung proses pembentukan dan perkembangan ovary serta alat reproduksi, yaitu : putik pada bunga betina, atau benang sari pada bunga jantan (Gambar 2b). Fase perkembangan kuncup atau fase kuncup kecil merupakan fase yang paling genting bagi perkembangan bunga Nepenthes spp. Dalam fase ini mudah sekali terinfeksi mikroba atau dimakan oleh serangga maupun hewan tingkat tinggi lainnya. Jaringan bunga yang masih muda, seludang yang telah terbuka membuat bunga Nepenthes spp. dalam fase ini sangat besar ancaman yang harus dihadapi. Lama fase kuncup kecil yang singkat pada bunga Nepenthes spp. diduga merupakan strategi memperkecil resiko ancaman terhadap lingkungannya. Jika dibandingkan dengan fase-fase lainnya (fase inisiasi, fase anthesis, fase penyerbukan) maka fase kuncup kecil atau perkembangan kuncup ini selama pembungaan Nepenthes spp. merupakan fase yang paling singkat 1 – 2 hari. c. Fase anthesis Stadia bunga terbuka dikenal dengan sebutan anthesis. Pada tahap anthesis ini, mahkota bunga (corolla) akan membuka terlebih dahulu, setelah itu diikuti oleh keluarnya tangkai putik pada bunga betina atau tangkai kepala sari pada bunga jantan. Bunga menjadi sangat mekar kurang lebih satu hari setelah kelopak bunga membuka. Gambar 2c, menunjukkan kuncup bunga sudah mencapai pemekaran maksimal. Ketika dalam tahap pembukaan bunga, organ reprodusi betina atau kepala putik akan terlihat membengkok yang menandakan organ ini belum siap diserbuki. Organ reproduksi jantan, yaitu serbuk sari atau polen yang terdapat pada kepala sari dalam bunga jantan juga belum membuka atau pecah, sehingga dalam tahap ini organ reprodutif belum siap untuk proses penyerbukan. Bunga Nepenthes spp.
142
merupakan bunga unisexsual, artinya dalam satu bunga terdapat organ reproduktif jantan atau organ reproduktif betina saja. Fase tersebut pada N. spectabilis memerlukan waktu 2-3 hari, N. tobaica 1-3 dan N. rombicaulis 1-2 hari. d. Fase penyerbuan dan pembuahan Dalam studi ini, tahap penyerbukan atau bertemunya benang sari (polen) dengan kepala putik (stigma) Nepenthes spp. terjadi dua hari setelah anthesis, dimana stigma pada bunga betina sudah menunjukkan reseptif dan polen dalam bunga jantan sudah berhambur atau keluar dari anther. Fase penyerbuan ditandai dengan mulai gugurnya mahkota bunga (jika ada), sebagai tanda telah terjadinya pembuahan (polinasi) dan awal perkembangan buah. Lama waktu yang digunakan untuk menyelesaikan fase ini pada N. spectabilis 2-3 hari, N. tobaica dan N.rombicaulis selama 2-3 hari. Pada Gambar 2d, tampak adanya serangga dari ordo Hymenoptera yang sedang mengunjungi bunga betina untuk melakukan penyerbukan. Diduga berdasarkan bunga yang sering dikunjungi oleh beberapa jenis serangga ketika bunga mekar, maka sindrom penyerbukan bunga Nepenthes spp. diperantarai oleh serangga. Hasil penelitian pada bunga N. rafflesiana di Kalimantan menunjukkan sindrom penyerbukan Nepenthes oleh serangga. Dua posisi kantong yang berbeda (dimorfisme) pada Nepenthes ternyata juga memiliki fungsi yang berbeda. Kantong Nepenthes yang di atas, yang terdapat pada batang yang memanjat sangat membantu penarikan serangga untuk mengunjungi bunga yang sedang mekar. Bunga Nepenthes mekar yang dikunjungi serangga sangat membantu sukses fertilisasi (Giusto et al., 2010). Bunga betina Nepenthes spp. tidak mempunyai mahkota (corolla), tetapi hanya terdapat kelopak (calix) dan putik (stigma). Setiap satu bulir bunga berukuran 1,5 – 2 cm. Warna bunga orange mencolok, berukuran kecil, dan tanpa hiasan bunga. Bunga dengan
Retno Widhiastuti dan Suci Rahayu
a
143
b
d
c
e
Gambar 2. Fase-fase pembungaan Nepenthes spp. : a) Fase inisiasi, b) Fase perkembangan kuncup, c) Fase enthesis, d) Fase penyerbukan dan pembuahan, e) Fase pemasakan buah. Tabel 2. Jenis dan Jumlah Serangga Penyerbuk Pada Kantung Atas, Kantung Bawah dan Bunga pada N. spectabilis, N.tobaica, dan N. rombicaulis Kantong Atas Kantong Bawah Bunga Jenis Serangga N1 N2 N3 N1 N2 N3 N1 N2 N3 Thrips hawaiiensis 2 1 2 3 3 4 Tabanus sp. 1 1 3 Catokala sp. 1 2 2 Bambus sp. 1 1 1 Apis melifera 1 3 2 Thipid sp. 3 2 2 Formica sp. 4 3 3 Keterangan : N1 = N. spectabilis N2 = N. tobaica, dan N3 = N. rombicaulis warna mencolok merupakan ciri bunga yang secara umum diserbuki oleh serangga. Kuchmeister et al. (1997) dan Ervik et al. (1999) menyatakan hubungan yang spesifik antara bunga dengan serangga penyerbuknya dinamakan sindrom penyerbukan. e. Fase perkembangan buah menuju kemasakan Satu minggu setelah penyerbuan, benang sari dan putik umumnya sudah gugur, sehingga hanya struktur buah yang masih berwarna hijau
1 1 2 1 1 2 1
3 1 2 1 1 2 2
2 1 1 1 1 3 2
saja yang masih melekat pada tangkai perbungaan (inflorencence). Pada hari ke tujuh sesudah pembuahan (atau kurang lebih 2 minggu dari waktu berbunga) struktur buah akan berubah menjadi warna hijau kemerahan. Pada tahap ini, struktur buah sudah terbentuk dengan lengkap, namun ukuran buah masih sama dengan ukuran kuncup bunga semula. Buah Nepenthes spp. berbentuk kapsul yang tersusun atas 5 karpel dan biji-biji terdapat dalam karpel. Kapsul Nepenthes spp. sudah
Retno Widhiastuti dan Suci Rahayu
masak pada hari ke 14 (2 minggu) setelah putik gugur, yang ditandai dengan warna hitam kecoklatan (Gambar 2e). Lama waktu yang digunakan untuk menyelesaikan fase ini pada setiap jenis Nepenthes berbeda. Jenis N. spectabilis 5-7 hari, N. tobaica 5-8 hari, dan N. rombicaulis 4-7 hari. Jumlah dan Jenis Serangga Penyerbuk Nepenthes Jenis dan banyaknya serangga yang didapat pada kantung atas, kantung bawah dan bunga yang sedang mekar sempurna pada N. spectabilis, N. tobaica, dan N. rombicaulis terlihat pada Tabel 2. Fenomena kesamaan dan perbedaan jenis serta jumlah serangga, pada kantong atas, kantong bawah, dan bunga dari setiap jenis Nepenthes sangat menarik untuk dicermati. Perbedaan jenis serta banyaknya serangga yang hadir pada kantung bawah, kantung atas, dan bunga tentunya sangat berkaitan dengan fungsi masing-masing organ tersebut. Serangga yang didapatkan pada bunga dari ketiga jenis Nepenthes menunjukkan banyak kesamaan, namun banyaknya serangga yang mengunjungi tidaklah sama. Jenis serangga yang terjebak dalam kantong atas Nepenthes cenderung menunjukkan kesamaan dengan jenis serangga yang mengunjungi bunga. Fenomena kesamaan tersebut ditunjukkan baik pada N. spectabilis, N. tobaica maupun N. rombicaulis. Pada kantong bawah, jenis serangga yang terjebak berbeda dengan serangga yang mengunjungi bunga. Penelitian sejenis tentang jenis serangga penyerbuk pada Nepenthes rafflesia di hutan Kalimantan yang dilakukan Giesto et al. (2010) menunjukan bahwa kantung atas dan bunga mempunyai kesamaan jenis serangga yang berkunjung, sedangkan kantung bawah cenderung berbeda. Jenis serangga yang datang berkunjung ke organ kantung atas dan bunga Nepenthes rafflesia diantaranya lalat kecil, lalat besar, kupu-kupu, kumbang, lebah, tabuhan, dan semut.
144
KESIMPULAN Dari hasil diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Puncak pembungaan Nepenthes spp. di TWA Sicikeh-cikeh dijumpai pada bulan Juli hingga Agustus. 2. Perkembangan organ generatif pada Nepenthes spp. terjadi dalam waktu yang relatif sama antar spesies, N. spectabilia, N. tobaica, dan N. rombicaulis. Waktu yang diperlukan untuk proses perkembangan dari tahap inisiasi bunga hingga buah masak 21 – 30 hari. 3. Lama waktu masing-masing fase berbeda, fase inisiasi (F0) selama 2-3 hari, fase perkembangan kuncup (F1) 1-2 hari, fase anthesis/mekar sempurna (F2) berlangsung 3-5 hari, fase penyerbukan dan pembuahan (F3) 1-3 hari, dan fase perkembangan buah (F4) berlangsung 7-15 hari. DAFTAR PUSTAKA Akhriadi. P, Hernawati & R. Tamain. 2004. Jenis Baru Nepenthes (Nepenthaceae dari Sumatera. http://www Rimbaraya.blogspot.com/.diakses tanggal 25 Mei 2008. Dafni, A. 1993. Pollination Ecology. The Practical Approach Ser. Oxford University Press. English. Ervik, F., Tollsten, L. and nudsen, T. 1997. Floral Scent Chemistry and Pollination. Ecology in Phytephantoid Palm (Arecaceae) Plant Systematict and Evolution, 217, 279 – 297. Giusto, B. D, Bessiere, Gueroult, M, Lim, L.B.L, Marshall, D.J, McKey, M.H, and Gaume, L. 2010. Flower-Scent Mimicry Masks a Deadly Trap in The Carnivorous Plant Nephenthes rafflesiana. Journal of Ecology. Vol.98, p 845-856. Hernawati. 2001. A Preminilary Research to Conserve Nepenthes spp. in West Sumatra. Final Report Nepenthes Priject 2001, Padang: Supported by BP Conservation. Nepenthes Team. hlm. 1-42. Kuchmeister, H., I. Silbertaver-Gottsberger, and G. Gottsbenger. 1997. Flowering, Pollination, Nectar Standing Crop and Nectaries of Euterpe Precatoria an Amazonian Rain Forrest Palm. Plant Systematiec and Evolution 206, 71-97.
Retno Widhiastuti dan Suci Rahayu
Leedy, P. D. 1974. Practical Research: Planning and Design. Macmillan Publisher. Mansur. 2006. Berita Biologi. Jurnal Ilmiyah. Bogor: Pusat Penelitian Biologi. LIPI. hml: 335. Owen, J.N. 1991. Flowering and Seed Set. Departement of Biology. University Victoria, British Colombia, Canada. Rahayu, S. 2009. Peran Senyawa Volatil Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Dalam Penyerbukan Oleh Serangga Elaidobius kamerunicus (Coleoptera : Curculionidae)
145
dan Trips hawaiiensis (Thysanoptera : Thripidae). Sass, J.E. (1958). Botanical Microtechnique, Third Edition, Iowa State College Press. Vansell, George H. and Frank E. Todd. 1946. Alfalfa Tripping by Insects. Agronomy Journal. Vol. 38 No. 6, p. 470-488. Widhiastuti, R. dan A. Saputri. 2010. Keanekaragaman Tumbuhan Langka Kantong Semar di Taman Wisata Alam Sicieh-cieh Sumatera Utara. USU Press. ISBN : 979-458-485-1 Medan.