KAJIAN ENTREPRENEURIAL MARKETING TERHADAP PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN UMKM KULINER DI DEPOK
KARA NISA SURYA
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Entrepreneurial Marketing terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Kara Nisa Surya NIM H24100144
iv
ABSTRAK KARA NISA SURYA. Kajian Entrepreneurial Marketing terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok. Di bawah bimbingan MA’MUN SARMA. Pengembangan dan keberlanjutan UMKM belakangan ini menjadi fokus pihak pemerintah hingga institusi pendidikan. Hal ini terkait peran UMKM yang sangat besar bagi perekonomian negara, namun UMKM memiliki masalah terkait pemasaran. Pengembangan entrepreneurial marketing dirasa sesuai dengan usaha pada tahap awal. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha khususnya di bidang kuliner. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara lalu diolah menggunakan alat analisis Structural Equation Modeling (SEM) melalui pendekatan Partial Least Squares (PLS). Hasil penelitian didapatkan bahwa entrepreneurial marketing dapat mencapai keberlanjutan usaha dengan melalui tahapan pengembangan usaha terlebih dahulu. Pengaruh langsung yang diberikan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan usaha sejumlah 63.2%. Selanjutnya pengaruh langsung pengembangan usaha terhadap keberlanjutan usaha sejumlah 44%. Kata kunci : entrepreneurial marketing, keberlanjutan usaha, pengembangan usaha, usaha kuliner ABTRACT KARA NISA SURYA. Study of Entrepreneurial Marketing towards Development and Sustainability on Culinary SMEs at Depok City. Supervised by MA’MUN SARMA. The development and the sustainability of SMEs have recently become the focus of the government and education institutions. This is related to the role of SMEs which have a big contribution to the country's economy, but SMEs face a marketing related issues. The development of entrepreneurial marketing is considered in accordance with the business at an early stage. This study was conducted to analyze the effect on the development of entrepreneurial marketing and business sustainability, especially in culinary. The used data was primary data that obtained from interviews and analyzed by using Structural Equation Modeling (SEM) analysis tools through a Partial Least Squares (PLS) approach. The results showed that entrepreneurial marketing can achieve business sustainability through business development first. The direct impact that entrepreneurial marketing give for the business development is 63.2%. Furthermore, the direct impact of business development for the business sustainability is 44%. Keywords : business development, business sustainability, culinary enterprise, entrepreneurial marketing
KAJIAN ENTREPRENEURIAL MARKETING TERHADAP PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN UMKM KULINER DI DEPOK
KARA NISA SURYA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
vi
Judul Skripsi Nama NIM
: Kajian Entrepreneurial Marketing terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok : Kara Nisa Surya : H24100144
Disetujui oleh
Dr Ir Ma’mun Sarma, MS, MEc
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
viii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kajian Entrepreneurial Marketing terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha serta menjadikan faktor-faktor yang mempengaruhi entrepreneurial marketing sebagai implikasi manajerial bagi usaha kuliner. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Ma’mun Sarma, MS MEc selaku dosen pembimbing. Disamping itu, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, kakak, dua adik serta seluruh keluarga, dosen beserta staf Departemen Manajemen, sahabat-sahabat, teman-teman di Manajemen 47, para responden, dan pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Mei 2014 Kara Nisa Surya
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Entrepreneurial Marketing
3
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
4
Usaha Kuliner
4
Pengembangan Usaha
5
Keberlanjutan Usaha
5
METODE
5
Kerangka Pemikiran Penelitian
5
Hipotesis
6
Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
7
Jumlah Sampel dan Metode Penarikan Sampel
7
Metode Pengumpulan Data
7
Pengujian Kuesioner
7
Pengolahan dan Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Karakteristik Pemilik Usaha UMKM Kuliner di Depok Profil UMKM Kuliner di Depok Analisis SEM PLS
8 8 8 10 11
Analisis Outer Model
12
Analisis Inner Model
16
x
IMPLIKASI MANAJERIAL
18
SIMPULAN DAN SARAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
23
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Prinsip pemasaran tradisional dan pemasaran kewirausahaan Kriteria UMKM Analisis korelasi chi-square Keterangan indikator EM, PU, dan KU Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif Nilai analisis inner model vs standar
3 4 11 12 14 16
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Pertumbuhan UMKM Kota Depok Kerangka pemikiran penelitian Karakteristik pemilik usaha UMKM Kuliner Depok Profil UMKM Kuliner Depok Model awal penelitian Model akhir penelitian Bootstrapping Model tahapan entrepreneurial marketing terhadap PU dan KU
1 6 9 10 12 13 17 18
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Kuesioner penelitian Hasil uji validitas Hasil uji reliabilitas kuesioner Karakteristik responden dan profil usaha Hasil tabulasi silang Hasil quality criteria, cross loading, dan path coefficient
23 27 28 29 30 32
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pada tahun 2008 dunia mengalami krisis ekonomi yang berat, hal tersebut cukup berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Namun Indonesia mampu bertahan bahkan perekonomian saat itu semakin meningkat. Pada tahun 2011 dari angka pertumbuhan ekonomi nasional 6.5%, 60% perekonomian negara ini merupakan kontribusi dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Ini salah satu bukti bahwa UMKM cukup berperan besar bagi perekonomian Negara Indonesia karena UMKM sudah terbukti menjadi benteng kokoh saat perekonomian negara diterpa krisis. Oleh karena itu, pengembangan dan keberlanjutan UMKM senantiasa menjadi perhatian berbagai pihak baik pemerintah maupun berbagai institusi pendidikan. Salah satu kota yang mengalami pertumbuhan UMKM yang pesat adalah Kota Depok. Hingga tahun 2011 tercatat 15.067 UMKM yang tersebar di sebelas kecamatan, walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun 2009 dan 2011 seperti yang terlihat pada Gambar 1, namun pada usaha mikro dan kecil terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. 18000 16000
15298 14232
13922
15067
Jumlah (Unit)
14000 12000 10000 8000
8919 7250
7550
3690
3774
6000 4000 2000
3292
9861
Usaha Mikro Usaha Kecil
4166
3774
2213
4554
Usaha Menengah Total
652
0 2008
2009
2010
2011
Tahun
Gambar 1 Pertumbuhan UMKM Kota Depok (Sumber : Dinas Koperasi, UMKM,dan Pasar Kota Depok, diolah 2014) Melihat pertumbuhan ekonomi Kota Depok yang mencapai 7.1%, pada tahun 2012 (lebih besar dari pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat yang hanya 6.2%) dan indeks daya beli masyarakat sebagai salah satu indikator yang digunakan untuk melihat pertumbuhan tersebut, maka dapat dikatakan potensi berkembang dan majunya usaha di Kota Depok sangatlah besar. Salah satu usaha yang sangat menjanjikan adalah usaha kuliner. Usaha kuliner merupakan bisnis yang tidak akan pernah mati, bahkan bisnis ini terus berkembang pesat seiring dengan permintaan konsumen yang terus bertambah. Menurut data dari Dinas Koperasi, UMKM, dan Pasar Kota Depok,
2
jumlah UMKM Kuliner mengalami pertumbuhan sebesar 24.76% pada tahun 2012 dan terus meningkat hingga tahun 2014. Pertumbuhan yang pesat ini membuat para pebisnis kuliner bersaing ketat . Ketatnya persaingan pasar di bisnis kuliner, menuntut para pelakunya untuk bisa lebih kreatif dan inovatif. Selain inovatif, pemasaran yang baik juga dibutuhkan dalam usaha agar dapat bersaing. Sesuai dengan pernyataan Zimmerer et al. (2002) perusahaan yang memperhatikan dan melayani kebutuhan konsumennya akan lebih berhasil dibanding perusahaan yang mengabaikannya. Namun, pada umumnya pemasaran merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh UMKM di negara-negara berkembang (Aziz 2009). Oleh karena itu dibutuhkan pemasaran yang tepat untuk UMKM. Menurut pandangan Kotler dalam Bjerke dan Hultman (2002) entrepreneurial marketing merupakan pemasaran dalam tahap perkembangan awal sebuah bisnis. Sehingga dinilai lebih sesuai dengan permasalahan dan keterbatasan sumberdaya yang ada pada UMKM. Selain itu, Stokes dalam Sarma (2013) juga mendefinisikan entrepreneurial marketing sebagai sebuah sikap proaktif dalam mengidentifikasi dan mengeksploitasi berbagai peluang dalam rangka mendapatkan dan mempertahankan pelanggan yang menguntungkan melalui berbagai pendekatan yang inovatif untuk mengelola resiko, mengoptimalkan sumberdaya dan menciptakan nilai. Peningkatan kemampuan dalam menerapkan entrepreneurial marketing dirasa dapat memberikan pengaruh terhadap pengembangan dan keberlanjutan UMKM. Pengembangan dan keberlanjutan dalam penelitian ini memiliki hubungan yang satu arah, dimana pengaruh akan dilihat dari tahap pengembangan menuju keberlanjutan usaha dan tidak secara sebaliknya. Mengingat pentingnya pengembangan UMKM serta keberlanjutannya khususnya bagi perekonomian negara, maka perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai konsep entrepreneurial marketing terhadap pengembangan usaha dan keberlanjutan usaha pada UMKM Kuliner khususnya. Rumusan Masalah Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas, dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan pemasaran berbasis kewirausahaan (entrepreneurial marketing) terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha. Berikut adalah rumusan masalah pada penelitian kali ini : (1) Bagaimana karakteristik pemilik usaha dan profil UMKM Kuliner di Depok? (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi entrepreneurial marketing dalam pengembangan dan keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok? (3) Bagaimana tahapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi karakteristik pemilik usaha dan profil UMKM Kuliner di Depok (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi entrepreneurial marketing dalam pengembangan dan
3
keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok (3) Menyusun tahapan entrepreneurial marketing untuk pengembangan dan keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis maupun praktis sebagai berikut : (1) Secara Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek keilmuan pemasaran dan manajemen usaha khususnya bagi pengembangan entrepreneurial marketing. (2) Secara Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan kepada para pemilik UMKM Kuliner di Kota Depok serta bagi pembaca, diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan informasi untuk penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian difokuskan pada kajian entrepreneurial marketing pada UMKM Kuliner di Kota Depok yang mana variabel-variabel yang akan diteliti adalah entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah para pemilik UMKM Kuliner di Depok.
TINJAUAN PUSTAKA
Entrepreneurial Marketing Stokes et al. dalam Sarma (2013) mendefinisikan entrepreneurial marketing sebagai sebuah sikap proaktif dalam mengidentifikasi dan mengeksploitasi berbagai peluang dalam rangka mendapatkan dan mempertahankan pelanggan yang menguntungkan melalui berbagai pendekatan yang inovatif untuk mengelola resiko, mengoptimalkan sumberdaya, dan menciptakan nilai. Perbandingan prinsip pemasaran tradisional dan pemasaran kewirausahaan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Prinsip pemasaran tradisional dan pemasaran kewirausahaan Prinsip Pemasaran Konsep
Strategi
Metode
Pemasaran Tradisional Berorientasi konsumen (dorongan pasar) pengembangan produk melalui penilaian formal Pendekatan top down (segmentation, targeting, dan positioning) Bauran pemasaran 4P/7P
Inteligensi Riset pasar formal dan sistem Pasar inteligensi Sumber : Stokes (2000)
Pemasaran Kewirausahaan (Entrepreneurial Marketing) Berorientasi inovasi (dorongan ide) taksiran intuitif tentang kebutuhan pasar Pendekatan bottom up dari konsumen dan kelompok pengaruh lainnya Metode pemasaran interaktif, word of mouth marketing dan direct selling. Jaringan informal dan pengumpulan informasi
4
Pada prinsip konsep membahas mengenai orientasi bisnis, entrepreneurial marketing lebih kepada menciptakan kebutuhan pasar dibandingkan memenuhi kebutuhan pasar. Pada tingkat strategis, entrepreneurial marketing mempraktikkan pendekatan bottom-up yaitu mengidentifikasi peluang pasar kemudian mengujinya melalui proses trial and error, setelah itu mulai melayani kebutuhan pelanggan dan memperluasnya dengan melakukan kontak langsung sehingga diperoleh informasi mengenai kebutuhan dan preferensi mereka. Pada prinsip metode atau tingkat taktis, para pelaku usaha lebih memilih metode pemasaran interaktif dibandingkan model 4P atau 7P (product,place, price, promotion, process, people, dan physical evidence). Melalui pemasaran interaktif, mereka berusaha untuk berkontak langsung dengan pelanggan (dapat melalui personal selling) dan selanjutnya hasil interaksi dapat ditingkatkan dengan pemasaran word of mouth. Pada prinsip yang terakhir yaitu inteligensi pasar, hal ini berkaitan dengan pemantauan lingkungan pemasaran. Pengusaha skala kecil lebih memilih untuk menggunakan metode tidak resmi seperti pengamatan pribadi dibanding riset formal. Usaha Mikro Kecil dan Menengah Badan Pusat Statistik (BPS) membagi perusahaan menjadi beberapa kelompok berdasarkan jumlah tenaga kerjanya yakni suatu usaha diklasifikasikan sebagai usaha mikro apabila memperkerjakan 1-4 orang tenaga kerja, usaha kecil dengan 5-19 orang tenaga kerja, dan usaha menengah dengan 20-99 orang tenaga kerja. Sedangkan usaha dengan jumlah 100 orang atau lebih tenaga kerja digolongkan ke dalam usaha besar. Berbeda dengan BPS, menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berlaku saat ini didasarkan kepada nilai kekayaan bersih dan nilai hasil penjualan sebagaimana tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Kriteria UMKM No.
Uraian
Aset (Kekayaan besih)
1. Usaha Mikro Maksimal 50 Juta 2. Usaha Kecil >50 Juta – 500 Juta 3. Usaha Menengah >500 Juta – 10 Milyar Sumber : Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008
Kriteria Omzet (Hasil Penjualan Tahunan) Maksimal 300 Juta >300 Juta – 2,5 Milyar >2,5 Milyar – 50 Milyar
Usaha Kuliner Kata kuliner berarti suatu seni mengolah bahan makanan dari memilih bahan makanan hingga memasak dengan berbagai teknik memasak serta menyajikan makanan atau hidangan yang menarik sehingga dapat menggugah selera makanan dan menciptakan cita rasa yang lezat. Keterampilan dan kesenian dibutuhkan disini (Tarwotjo 1998). Sehingga dapat dikatakan usaha kuliner adalah usaha yang menawarkan produk berupa makanan kepada konsumen atau pasar.
5
Pengembangan Usaha Menurut Achma (2004) terdapat empat tahap pengembangan yang akan dilalui UKM yaitu tahap memulai usaha (start-up), tahap pertumbuhan (growth), tahap perluasan (expansion), dan sampai akhirnya merambah ke luar negeri (going overseas). Banyak cara untuk memperluas dan memperbesar usaha, diantaranya adalah dengan penetrasi pasar, perluasan pasar, pengembangan produk, dan diversifikasi produk dan pasar. Menurut Suryana (2011) teori dynamic dan resource-based strategy sangat sesuai bila diterapkan pada pengembangan UKM nasional. Sumber daya perusahaan yang dapat dikembangkan adalah tanah, teknologi, tenaga kerja (kemampuan dan pengetahuannya), modal, dan warisan bakat keahlian. Selain itu Utami (2007) merekomendasikan dua hal dalam strategi pengembangan usaha (1) peningkatan kualitas perilaku usaha dan kemandirian usaha, serta (2) adanya kelembagaan usaha dengan dukungan dari pemerintah daerah dan lain-lainnya. Keberlanjutan Usaha Keberlanjutan adalah tentang memastikan keberhasilan bisnis jangka panjang dengan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan sosial, lingkungan yang sehat dan masyarakat yang stabil. Ada tiga elemen proses keberlanjutan berkaitan dengan akuntabilitas, transparansi dan keterlibatan dengan para pemangku kepentingan. Berikut adalah faktor-faktor keberlanjutan untuk UKM dan pengusaha lokal (SA; IFC; EI 2012) : (1) Perbaikan proses lingkungan, (2) pertumbuhan ekonomi lokal (3) Keterlibatan pemangku kepentingan, (4) Manajemen sumber daya manusia, (5) pemerintahan dan sistem manajemen (6) Pengembangan komunitas dan (7) Produk yang ramah lingkungan.
METODE Kerangka Pemikiran Penelitian UMKM Kuliner merupakan salah satu usaha yang paling populer dan potensial di Kota Depok. Namun banyaknya usaha-usaha sejenis menuntut pelaku usaha untuk melakukan pemasaran yang baik demi keberhasilan usahanya. Pada kenyataannya, hingga saat ini banyak UMKM yang mengalami masalah dalam pemasaran sehingga menghambat pengembangan usahanya. Hal ini menimbulkan keinginan untuk melihat apakah konsep entrepreneurial marketing memiliki pengaruh terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha, serta bagaimana karakteristik pemilik usaha serta profil UMKM Kuliner di Depok. Data yang diperoleh melalui alat bantu kuesioner dianalisis secara deskriptif untuk melihat karakteristik pemilik usaha dan profil UMKM kuliner serta analisis secara korelatif untuk melihat hubungan antara karakteristik dengan kemampuan
6
entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha. Sedangkan untuk melihat pengaruh entrepreneurial marketing berdasarkan empat komponen yaitu konsep, strategi, metode, dan inteligensi pasar terhadap pengembangan dan keberlanjutan UMKM Kuliner, menggunakan alat analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Squares (PLS). Hasil dari penelitian ini berupa tahapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan UMKM serta implikasi manajerial yang disarankan bagi pemilik UMKM kuliner. Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kuliner di Depok Persaingan ketat dalam dunia bisnis dan permasalahan dalam pemasaran Dibutuhkan pemasaran yang sesuai dengan karakteristik UMKM
Entrepreneurial Marketing
Karakteristik pengusaha dan Profil UMKM
1. 2. 3. 4.
Analisis Deskriptif & Korelasi
Structural Equation Modeling (SEM)
Konsep Strategi Metode Inteligensi Pasar
Pengembangan Usaha
Keberlanjutan Usaha
Tahapan entrepreneurial marketing dan Implikasi manajerial melalui pendekatan empat komponen entrepreneurial marketing
: Menjelaskan teknik analisis yang digunakan Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian Hipotesis Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian dan dibuktikan melalui pengujian pada data yang terkumpul (Arikunto dan Suharsini 2002). Berdasarkan kerangka konseptuan dan kajian pustaka terdahulu maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah : 1. Entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap pengembangan UMKM Kuliner di Depok. 2. Pengembangan usaha berpengaruh positif terhadap keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok. 3. Entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok.
7
Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang berjudul “Kajian Entrepreneurial Marketing terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan UMKM Kuliner di Depok” dilakukan di enam kecamatan Kota Depok, yaitu : Kecamatan Beji, Kecamatan Cilodong, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Sukmajaya, dan Kecamatan Tapos. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2014.
Jumlah Sampel dan Metode Penarikan Sampel Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Koperasi , UMKM dan Pasar Kota Depok (2011), jumlah populasi untuk UMKM seluruhnya adalah 15.067, sedangkan untuk UMKM yang khusus bergerak dibidang kuliner tidak diketahui dengan jelas jumlahnya. Maka penentuan jumlah sampel ditetapkan menurut Gay yaitu sebanyak 30 sampel yang sesuai dengan batas minimal metode deskriptifkorelasional (Suharso 2009). Namun untuk mengurangi adanya data yang tidak sesuai maka sampel yang digunakan sebanyak 32 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah penarikan sampel nonprobabilitas (non probability sampling). Berdasarkan teknik ini, probabilitas elemen dalam populasi untuk terpilih sebagai subjek sampel tidak diketahui. Sedangkan metode yang digunakan adalah dengan convenience sampling yaitu metode penetapan sampel berdasarkan kebetulan dimana anggota populasi yang ditemui bersedia untuk menjadi responden. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara : (1) wawancara terstruktur (structured interviews) dengan bantuan alat kuesioner (lembar kuesioner dilampirkan pada Lampiran 1), serta (2) dokumentasi, yaitu data sekunder yang disimpan dalam bentuk dokumen atau file, buku, dan lain sebagainya yang sifatnya melengkapi data atau informasi yang diperlukan peneliti (Suharso 2009). Pengujian Kuesioner Salah satu syarat bagi analisis data adalah dimilikinya data yang valid dan reliabel. Untuk itu, dalam kegiatan penelitian dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap hasil data kuesioner yang diperoleh. Uji Validitas dan Reliabilitas Terkait dengan keabsahan data dalam penelitian kuantitatif, maka akan dilihat validitas butir instrumen dan validitas instrumen/skala. Valid bermakna kemampuan butir dalam mendukung konstruk dalam instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid (sah) apabila instrumen tersebut betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur (Idrus 2009). Uji validitas dilakukan melalui perbandingan antara nilai r hitung terhadap r tabel. Bila r hitung > r tabel, maka pertanyaan
8
dalam kuesioner dinyatakan valid (Ghozali dan Fuad 2005). Sedangkan reliabilitas (consistency) instrumen adalah tingkat keajekan instrumen saat digunakan kapan dan oleh siapa saja sehingga akan cenderung menghasilkan data yang sama atau hampir sama dengan sebelumnya. Software yang digunakan untuk pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner ini menggunakan SPSS Statistics 16 (hasil uji kuesioner menyatakan bahwa kuesioner telah valid dan reliabel. Hasil dilampirkan pada Lampiran 2 & 3).
Pengolahan dan Analisis Data Dari hasil wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner, data penelitian kemudian diolah dengan beberapa teknik analisis sebagai berikut: (1) analisis deskriptif frekuensi untuk melihat sebaran frekuensi dalam presentase variabel-variabel yang diamati yang meliputi karakteristik dan profil UMKM Kuliner serta analisis korelasi untuk melihat hubungan antara karakteristik dengan kemampuan entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha, (2) analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Squares (PLS) untuk melihat pengaruh langsung dan tak langsung antar peubah penelitian, mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi entrepreneurial marketing serta dapat merumuskan model entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan UMKM Kuliner Structural Equation Modeling (SEM) Menurut Ghozali dan Fuad (2005) Structural Equation Modeling (SEM) merupakan suatu teknik analisis statistic multivariate yang dapat menguji hubungan antara variabel yang kompleks baik secara recursive maupun nonrecursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai suatu model. Secara teknis SEM dibagi menjadi dua kelompok, yaitu SEM covariance yang diwakili dengan software LISREL dan SEM berbasis variance atau sering disebut Component Based SEM, yang mempergunakan software SmartPLS atau PLS Graph. Covariance Based SEM lebih bertujuan memberikan pernyataan tentang hubungan kausalitas (sebab-akibat). Sedangkan Component Based SEM dengan PLS bertujuan mencari hubungan linear prediktif antar variabel. Partial least squares merupakan metode analisis yang powerful dan sering disebut sebagai soft modeling karena meniadakan asumsi-asumsi OLS (Ordinary Least Squares) regresi, seperti data harus terdistribusi normal secara multivariate dan tidak adanya problem multikolonieritas antar variabel eksogen (Wold 1985).
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Karakteristik Pemilik Usaha UMKM Kuliner di Depok Mayoritas pemilik usaha kuliner di Depok berjenis kelamin Pria (56%), walaupun jumlah pemilik usaha pria lebih banyak namun jumlah pemilik usaha wanita tidak jauh berbeda dengan pria. Sebesar 44% usaha mikro, kecil, dan
9
menengah di Depok dijalani oleh wanita. Hal ini dikarenakan sebagian besar UMKM Kuliner di Depok merupakan usaha bersama antara istri dan suami, dan sebagian kecil pengusaha wanita sisanya hanya menjadikan usaha sampingan yang didasari hobi semata. Sebesar 63% pemilik usaha menekuni bidang ini karena merasa bahwa usaha kuliner ini ada harapan, sedangkan 28% mengikuti jejak orang tua dan sisanya (9%) karena tidak mempunyai pilihan lain. Mereka mengakui tidak adanya pilihan lain selain berbisnis dikarenakan pendidikan formal yang mereka dapat tidak tinggi sehingga sulit mencari kerja. Hal ini terbukti mayoritas pengusaha hanya mengemban pendidikan hingga bangku SMA (44%). Namun tidak sedikit juga dari mereka yang mendapat gelar sarjana (22%). Berikut presentase karakteristik pelaku usaha.
Gambar 3 Karakteristik pemilik usaha UMKM Kuliner Depok (Data primer diolah, 2014) Sebagian besar UMKM Kuliner di Depok mempunyai cabang dan bahkan sebagian pemilik usaha terus mencari daerah pemasaran baru untuk usahanya. Hal tersebut sesuai dengan usia pemilik usaha yang mayoritas (76%) berkisar 31-50 tahun dimana umur tersebut masih terbilang produktif dan masih mempunyai semangat tinggi dalam menjalani usaha. Berbeda dengan 15% lainnya yang berusia diatas 51 tahun. Mereka mengaku tidak ingin melakukan inovasi apapun dan mencari daerah pemasaran baru untuk usahanya. Menurut hasil penelitian, terdapat 25% pelaku usaha yang pernah mengikuti pelatihan sebelumnya, baik berupa pelatihan kewirausahaan maupun pelatihan keterampilan seperti memasak dan 75% darinya merasa pelatihan yang diikutinya sangat bermanfaat bagi usahanya sekarang.
10
Profil UMKM Kuliner di Depok Berdasarkan sampel yang digunakan, Jenis usaha pada UMKM di Kota Depok didominasi oleh usaha kecil dengan presentase 56%, diikuti dengan usaha mikro (38%), dan sisanya (6%) adalah usaha menengah. Dari jumlah total responden sebanyak 32 unit usaha, didapat total pekerja sebanyak 255 orang atau dengan rata-rata 8 pekerja setiap usahanya. Walaupun sebagian besar usaha tergolong usaha kecil namun rata-rata hasil penjualan perbulannya terbilang relatif besar yaitu Rp 77.390.625. Hal ini menggambarkan bahwa peran UMKM tidak dapat dipandang sebelah mata, kemampuannya dalam meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dapat membantu terwujudnya pemerataan hasil pembangunan, khususnya di Kota Depok. Sebesar 38% usaha kuliner di Depok menjual makanan berat dengan menu utama nasi diikuti dengan bakmi yaitu 25%. Sebesar 59% usaha sudah berlangsung selama lebih dari lima tahun. Sedangkan usaha yang baru berjalan kurang dari satu tahun hanya sebanyak 10%.
Gambar 4 Profil UMKM Kuliner Depok (Data primer diolah, 2014) Sebagian pemilik usaha merintis usahanya dari nol hingga akhirnya berkembang menjadi lebih besar. Hal ini ditandai oleh 44% usaha hanya bermodal awal Rp 1.000.000 hingga 10.000.000. Namun tidak sedikit pula yang mempunyai modal awal yang cukup besar, yaitu sebanyak 22% pemilik usaha mengeluarkan lebih dari Rp 50.000.000 untuk mendirikan usahanya. Hal tersebut sesuai dengan hasil presentase yang menggambarkan bahwa kurangnya modal bukan menjadi faktor utama kendala dalam menjalani usaha kuliner, hanya 16% berpendapat demikian. Sebagian besar (50%) berpendapat bahwa pegawai yang kurang terampilah yang menjadi kendala utama usahanya selama ini. Sulitnya mendapat SDM yang terampil, jujur, berkomitmen tinggi, dan loyal menjadi penghambat berkembanganya usaha mereka. Di luar dari empat kendala diatas, sebanyak 16% pemilik usaha merasa bahwa pemasaran juga menjadi kendala utamanya dalam menjalankan usaha.
11
Selain gambaran deskriptif mengenai karakteristik pelaku usaha dan profil UMKM, penelitian ini juga melihat hubungan antara karakteristik tersebut dengan kemampuan Entrepreneurial Marketing (EM), Pengembangan Usaha (PU), dan Keberlanjutan Usaha (KU). Hubungan ini diperoleh melalui tabulasi silang (crosstab). Hasil tabulasi silang dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil analisis korelasi dengan menggunakan chi-square pada Tabel 4 menunjukan tidak adanya korelasi/hubungan antara variabel jenis kelamin, pendidikan, alasan berusaha, golongan usaha, dan omzet baik dengan kemampuan entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, maupun keberlanjutan usaha. Namun pada variabel usia pelaku usaha, jenis produk, dan umur usaha terdapat hubungan dengan keberlanjutan usaha. Hal ini terlihat dari nilai asimtot signifikan<0.05. Tabel 3 Analisis korelasi chi-square Variabel
Entrepreneurial Pengembangan Keberlanjutan Marketing Usaha Usaha Jenis kelamin 0.892 0.286 0.620 Usia 0.087 0.201 0.010 Pendidikan 0.062 0.088 0.901 Alasan 0.856 0.633 0.784 Golongan Usaha 0.748 0.157 0.222 Jenis Produk 0.292 0.439 0.031 Umur Usaha 0.144 0.593 0.010 Omzet 0.672 0.206 0.489 Modal Awal 0.852 0.254 0.254 Jam Kerja 0.599 0.732 0.489 Kendala 0.548 0.252 0.469 Catatan : variabel mempunyai hubungan dengan variabel lain jika nilai asimtot signifikan<0.05 (Sumber : Data primer diolah 2014)
Umur usaha memiliki hubungan dengan keberlanjutan usaha. Hal ini disebabkan karena salah satu indikator keberlanjutan usaha adalah peningkatan pelanggan dari tahun ke tahun sehingga umur usaha tentunya mempunyai hubungan dengan keberlanjutan usaha. Jika membicarakan umur usaha maka erat kaitannya dengan usia pemilik usaha tersebut. Semakin lama suatu usaha berjalan, pada umumnya menandakan semakin tua usia pemilik usahanya. Terkecuali untuk usaha yang bersifat franchise dan semacamnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa usia pelaku usaha mempunyai hubungan dengan umur usaha serta keberlanjutan usaha. Begitu juga dengan jenis produk yang memiliki hubungan dengan keberlanjutan usaha. Analisis SEM PLS Pada penelitian kali ini terdapat tiga variabel laten (konstruk), yaitu entrepreneurial marketing (EM), pengembangan usaha (PU), dan keberlanjutan usaha (KU). Masing-masing variabel laten memiliki beberapa variabel manifest (indikator). Dimana indikator-indikator reflektif tersebut diperoleh melalui kajian pustaka. Analisis SEM PLS terdiri dari dua sub model yaitu model pengukuran
12
(measurement model) atau sering disebut dengan outer model dan model struktural (structural model) atau sering disebut dengan inner model. Outer model menunjukan variabel manifest merepresentasikan variabel laten untuk diukur. Evaluasi outer model dapat terlihat dari nilai loading factor pada masing-masing indikator. Ukuran reflektif indikator dengan latennya dikatakan tinggi jika memiliki loading factor diatas 0.7. Sedangkan inner model menunjukan kekuatan estimasi antar variabel laten atau konstruk. Analisis Outer Model Gambar 5 menunjukan model awal penelitian, variabel laten EM (Entrepreneurial Marketing) direfleksikan oleh 14 variabel manifest (indikator) yang berasal dari empat sub variabel yaitu EM K (Konsep), EM S (Strategi), EM M (Metode), dan EM I (Inteligensi Pasar), serta variabel Pengembangan Usaha (PU) dan Keberlanjutan Usaha (KU) yang masing-masing direfleksikan oleh 4 indikator. Indikator-indikator tersebut diperoleh melalui buku entrepreneurial marketing untuk keberhasilan pemasaran bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia (Sarma 2013). Keterangan seluruh indikator dapat dilihat pada Tabel 6.
Gambar 5 Model awal penelitian
Tabel 4 Keterangan indikator EM, PU, dan KU No 1 2 3 4 5
Indikator EMK1 EMK2 EMK3 EMK4 EMK5
Keterangan Membaca peluang pasar Berani mengambil resiko Mampu berkreasi dalam produk Mampu berkreasi dalam penjualan Diversifikasi produk
13
Lanjutan Tabel 4 No 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Indikator EMK6 EMK7 EMS1 EMS2 EMM1 EMM2 EMI1 EMI2 EMI3 PU1 PU2 PU3 PU4 KU1 KU2 KU3 KU4
Keterangan Variasi produk Membuat model/tren baru Mengikuti selera pelanggan Frekuensi berekspansi Menjalin hubungan dengan pelanggan baru Meningkatkan hubungan dengan pelanggan lama Ketanggapan dalam menerima kritik saran pelanggan Keaktifan mencari peluang modal dari pemerintah Keaktifan mencari info perkembangan usaha Permintaan produk di berbagai wilayah Kemampuan bersaing dengan pesaing Kemudahan memperoleh dana dari Bank Menciptakan hubungan dengan pemasok Peningkatan jumlah pelanggan setiap tahunnya Keberhasilan menjual produk pada pelanggan baru Minat konsumen terhadap produk dibanding produk pesaing Jumlah penjualan dibanding pesaing
Setelah dilakukan pengujian yang sesuai dengan standar kriteria loading factor bahwa minimal kekuatan indikator mencerminkan variabel latennya adalah 0,7. Maka dilakukanlah dropping terhadap sembilan indikator EM yaitu EM K3, EM K4, EM K5, EM K6, EM K7, EM S1, EM M1, EM M2, dan EM I2. Sehingga didapat model akhir yang menyisakan lima indikator yang kuat mencerminkan variabel EM seperti yang terlihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Model akhir penelitian
14
Pengujian mode reflektif terlebih dahulu dilakukan terhadap model akhir menggunakan lima kriteria yaitu : Loading factor, Composite reliability, Average Variance Extracted, akar kuadrat AVE, dan Cross loading (Ghozali 2008). Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif pada Tabel 5 diketahui bahwa model ini telah memenuhi nilai standar pada kelima kriteria outer model. Hal ini mengindikasikan bahwa model ini memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Tabel 5 Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif No
Kriteria
Penjelasan
Standar
Hasil Penilaian
1.
Loading Factor (LF)
Kekuatan indikator dalam merefleksikan laten
≥ 0,7
2.
Composite Reliability
Konsistensi internal
≥ 0,7
3.
Average Variance Extracted (AVE) Akar Kuadrat AVE
Validitas konstruk
≥ 0,5
Validitas diskriminan
Cross Loading
Validitas diskriminan
Lebih besar dari nilai Semua nilai akar korelasi antar variabel kuadrat AVE dari peubah laten lebih besar dari korelasi peubah laten lainnya. Setiap indikator memiliki Semua indikator LF lebih tinggi untuk EM, PU, dan KU setiap laten yang diukur memiliki korelasi dibandingkan dengan yang lebih besar indikator untuk laten pada laten sendiri lainnya daripada korelasi ke laten lainnya
4.
5.
EM K1 = 0.778 EM K2 = 0.716 EM S2 = 0.779 EM I1 = 0.707 EM I3 = 0.826 PU 2 = 0.835 PU 3 = 0.723 KU 2 = 0.776 KU 3 = 0.829 KU 4 = 0.716 EM = 0.874 PU = 0.756 KU = 0.818 EM = 0.581 PU = 0.610 KU = 0.601
Sumber : Data primer, diolah (2014)
Kelima indikator yang tinggi merefleksikan EM adalah EM K1 (kemampuan membaca peluang pasar), EM K2 (keberanian mengambil resiko), EM S2 (frekuensi berekspansi), EM I1 (ketanggapan dalam merespon kritik/saran dari pelanggan), dan EM I3 (keaktifan mencari informasi perkembangan usaha). Dalam hal ini sub variabel konsep dan inteligensi pasar dianggap dominan mencerminkan variabel EM, lain halnya dengan sub variabel metode dimana tidak ada satupun indikator dari metode yang berhasil mencerminkan variabel EM. Jika dilihat dari loading factor yang paling tinggi dari kelima indikator tersebut
15
didapatkan EM I3 (keaktifan mencari informasi perkembangan usaha) sebesar 0.826. Keaktifan pelaku usaha dalam mencari informasi perkembangan usaha merupakan bagian dari pembentukan jaringan informal dan pengumpulan informasi demi tercapainya intelegensi pemasaran yang baik. Selain itu, ketanggapan dalam merespon kritik/saran dari pelanggan juga merupakan faktor yang sangat mencerminkan entrepreneurial marketing. Berbeda dengan pemasaran tradisional yang diposisikan sebagai monolog yang diarahkan pelanggan, entrepreneurial marketing berbicara mengenai dialog dengan pelanggan. Pelaku UMKM menganggap bahwa dengan berbicara dan mendengarkan pelanggan, mereka akan mendapatkan ide-ide terbaik untuk peningkatan produk yang ada atau produk baru (Sarma 2013). Faktor-faktor selanjutnya adalah kemampuan membaca peluang pasar dan keberanian mengambil resiko yang merupakan bagian dari sub variabel konsep. Kirzner dalam Alma (2003) menjelaskan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang memiliki kemampuan untuk melihat peluang yang belum pernah dilihat oleh orang lain. Entrepreneurial marketing merupakan pendekatan oportunistik dimana pelaku usaha lebih proaktif mencari cara baru untuk menciptakan nilai yang diinginkan pelanggan. Melalui sumber daya yang terbatas, para pelaku usaha dituntut untuk mampu melakukan inovasi. Entrepreneurial marketing menganggap bahwa kegiatan pemasaran menjadi mesin untuk menghitung resiko. Disini pemilik usaha adalah sebagai penentu resiko bukan sebagai penanggung resiko. Fokusnya adalah pada pengelolaan resiko mulai dari identifikasi hingga mitigasi. Setelah faktor membaca peluang pasar dengan baik dan keberanian dalam mengambil resiko, faktor selanjutnya yang mencerminkan entrepreneurial marketing adalah sering melakukan ekspansi untuk mencari daerah pemasaran baru dengan karakteristik yang sama. Ekspansi merupakan usaha pengusaha dalam memperluas basis konsumennya agar meningkatkan jumlah konsumen dengan profil yang sama di berbagai daerah. Faktor tersebut merupakan bagian dari sub variabel strategi. Selanjutnya penjelasan mengenai indikator-indikator yang merefleksikan variabel laten PU dan KU. Dua indikator yang kuat mencerminkan variabel PU (pengembangan usaha) adalah PU 2 (kemampuan bersaing dengan usaha sejenis) dan PU 3 (kemudahan memperoleh dana dari Bank). Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas seperti saat ini, prioritas pengembangan UMKM adalah pada peningkatan daya saing dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas pada berbagai lini (Aziz 2009). Usaha dapat dikatakan berkembang jika usaha tersebut sudah mampu bersaing dengan usaha sejenis lainnya. Selain itu, pengembangan usaha juga dapat dilihat dari kemudahan usaha dalam memperoleh dana dari Bank. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Inggris, dikatakan bahwa besar kecilnya skala UMKM sangat menentukan dalam memperoleh pembiayaan dari eksternal perusahaan termasuk perbankan. Dengan kata lain usaha mikro relatif lebih sulit memperoleh kredit dari bank dibandingkan usaha kecil. Hal ini dikarenakan pada umumnya bank memiliki aturan main yang baku dalam pemberian kredit. Sehingga apabila suatu usaha sudah berkembang dengan menunjukan keuntungan atau kinerjanya yang baik maka pembiayaan dari bank akan lebih mudah diperoleh.
16
Variabel laten terakhir adalah keberlanjutan usaha. Tiga indikator yang kuat mencerminkan KU adalah KU 2 (keberhasilan menjual produk pada pelanggan baru), KU 3 (minat konsumen terhadap produk usaha dibanding produk pesaing), dan KU 4 (jumlah penjualan dibanding pesaing). Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, pelanggan adalah salah satu stakeholder yang sangat berperan dalam kesuksesan dan keberlanjutan sebuah bisnis. Keberlanjutan usaha dapat dilihat dari kemampuan usaha dapat menjual produknya kepada pelanggan baru. Hal ini dapat terjadi karena pelanggan baru merupakan perubahan dari konsumen biasa yang mana dalam perubahannya membutuhkan waktu. Sehingga jika suatu usaha berhasil menjual produknya kepada pelanggan baru maka dapat dikatakan usaha tersebut telah mengalami keberlanjutan usaha. Selain pelanggan, pesaing juga merupakan bagian dari stakeholder yang memegang peran penting terhadap kemajuan dan keberlanjutan usaha. Peran pesaing adalah sebagai motivator dan inspirator pelaku usaha agar dapat menciptakan produk yang berbeda (inovatif) dibanding usaha sejenis lainnya. Sehingga produk usaha yang kita pasarkan dapat lebih diminati oleh konsumen dibandingkan dengan produk usaha sejenis lainnya. Hal ini dapat menjadi indikator dalam mencerminkan keberlanjutan usaha karena pada umumnya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk merebut pangsa pasar yang ada. Begitu juga halnya dengan penjelasan mengenai indikator jumlah penjualan yang lebih besar dibandingkan pesaing. Hadiyati (2009) menyatakan usaha kecil dapat bertahan dalam lingkungan yang dinamis bukan hanya dengan pemasaran ke pihak pembeli melainkan pengembangan hubungan dengan stakeholder lainnya meliputi supplier, manajer bank, investor, penasehat, asosiasi dagang, pemerintah lokal, dan otoritas publik. Network merupakan salah satu hal penting dalam entrepreneurial marketing. Analisis Inner Model Pengujian analisis inner model dilakukan melalui dua kriteria yaitu R² dari peubah laten endogen dan estimasi koefisien jalur. Hasil dari R² untuk variabel PU adalah sebesar 0.400 hal ini menandakan bahwa variabilitas laten PU dapat dijelaskan oleh variabilitas laten EM sebesar 40%. Sedangkan hasil R² untuk variabel laten KU adalah sebesar 0.357 sehingga dapat dikatakan variabilitas laten KU dapat dijelaskan oleh variabilitas laten EM dan PU sebesar 35.7%. Untuk lebih jelasnya analisis inner model dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 6 Nilai analisis inner model vs standar No. 1.
Kriteria
Penjelasan
Standar
Hasil Penilaian
R² dari peubah laten endogen
Variabilitas konstruk endogen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk eksogen
Chin dan Peter (1999) mengelompokkan nilai R² sebesar 0.67 sebagai substansial; 0.33 sebagai moderat; dan 0.19 sebagai lemah
R² untuk PU = 0.400 R² untuk KU= 0.357
17
No. 2.
Kriteria Estimasi koefisien jalur
Lanjutan Tabel 6 Penjelasan Standar Konsistensi internal
Pengaruh nyata jika T-statistik> T-tabel. Pada alpha 5%, nilai T-tabel adalah 1.96
Hasil Penilaian Nilai T-statistik : EM PU = 5.747 PU KU= 2.870 EM KU= 1.260 Nilai koefisien : EM PU = 0.632 PU KU= 0.440 EM KU= 0.212
Sumber: Data primer, diolah (2014)
Melalui metode bootstrapping diperoleh nilai T-statistik sebagai acuan menilai signifikansi statistik model penelitian dengan menguji hipotesis untuk setiap jalur hubungan. Berdasarkan Tabel 7 dan Gambar 7, diketahui bahwa hanya dua dari tiga jalur yang mempunyai pengaruh signifikan (lebih besar dari nilai Ttabel yaitu 1.96). Variabel eksogen EM berpengaruh terhadap variabel endogen PU dengan nilai T-statistik sebesar 5.747. Variabel PU juga mempunyai pengaruh terhadap variabel KU dengan nilai statistik 2.870. Dari hasil boostrapping pada penelitian kali ini, didapatkan hasil bahwa variabel EM tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel KU. Hal ini dapat dilihat dari nilai Tstatistik EM ke KU yaitu sebesar 1.260 (lebih kecil dari T-tabel: 1.96). Sehingga hipotesis 3 tidak dapat diterima.
Gambar 7 Bootstrapping Besarnya pengaruh laten eksogen terhadap laten endogen dapat dilihat dari nilai koefisien pada tiap jalur (path coefficient). EM mempunyai pengaruh positif terhadap PU dengan nilai sebesar 0.632. Dapat dikatakan bahwa hipotesis 1 dapat diterima. Angka 0.632 dapat diintrepretasikan bahwa ketika terjadi kemajuan dalam kemampuan entrepreneurial marketing akan meningkatkan pengembangan usaha sebesar 63.2%. Sedangkan PU terhadap KU mempunyai pengaruh dengan
18
nilai koefisien positif sebesar 0.440. Hal ini berarti jika usaha kuliner mengalami pengembangan usaha maka akan berpengaruh sebesar 44% terhadap keberlanjutan usaha. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarma (2013:4) yang menunjukkan adanya pengaruh langsung entrepreneurial marketing terhadap pengembangan usaha pada IKM (Industri Kecil Menengah) Alas kaki di Bogor. Tidak jauh berbeda, jumlah pengaruh yang diberikan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan usaha adalah 51.1%. Hal ini sejalan dengan pendapat Stokes (2000) yang menyatakan bahwa entrepreneurial marketing begitu penting dalam menentukan kelangsungan hidup, pengembangan dan keberhasilan usaha kecil. Walaupun entrepreneurial marketing tidak memberikan pengaruh langsung kepada keberlanjutan usaha, namun jika usaha mengalami pengembangan yang mana dapat dipengaruhi oleh entrepreneurial marketing, maka keberlanjutan usaha juga dapat terjadi. Hasil analisis ini menunjukan bahwa entrepreneurial marketing sangat dibutuhkan dalam pengembangan usaha dan keberlanjutan usaha baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga didapatkan model akhir tahapan entrepreneurial marketing seperti pada Gambar 8 berikut.
Keberlanjutan Usaha
Entrepreneurial Marketing
Pengembangan Usaha
: Berpengaruh secara signifikan : Tidak berpengaruh secara signifikan
Gambar 8 Model tahapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha
IMPLIKASI MANAJERIAL Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya. Maka melalui Dinas Koperasi, UMKM, dan Pasar Kota Depok, sosialisasi mengenai hasil penelitian kepada para pemilik usaha kuliner diharapkan dapat terlaksana. Pengembangan dan keberlanjutan usaha kuliner dapat dicapai melalui serangkaian tindakan manajerial. Beberapa peneliti merumuskan tindakan manajerial berdasarkan bauran pemasaran 4P/7P (product, price, place, promotion untuk produk bersifat barang dan tambahan process, people, dan physical evidence untuk produk bersifat jasa). Namun karena terdapat beberapa perbedaan dalam prinsip entrepreneurial marketing, maka tindakan
19
manajerial yang dihasilkan pada penelitian kali ini lebih melihat melalui empat komponen yaitu konsep, strategi, metode, dan inteligensi pasar. Konsep. Dalam menjalankan usahanya sebaiknya pelaku usaha kuliner lebih berorientasi kepada inovasi. Inovasi yang dimaksud bukanlah suatu temuan yang luar biasa, tetapi temuan yang menyebabkan berdayagunanya sumber ekonomi ke arah yang lebih produktif. Tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh pelaku usaha kuliner adalah selalu membaca peluang pasar dengan melakukan eksplorasi terhadap peluang-peluang yang belum tereskplorasi yang diiringi dengan perencanaan bisnis (business plan) yang komprehensif dan terpadu. Dengan begitu pelaku usaha dapat menciptakan suatu kebutuhan dalam pasar. Selain itu pelaku usaha kuliner dituntut agar berani dalam mengambil resiko, namun pelaku usaha sebaiknya dapat berperan sebagai penentu resiko bukan sebagai penanggung resiko. Setiap resiko yang akan diambil harus diperhitungkan terlebih dahulu. Baik meliputi resiko persaingan, harga bahan baku yang fluktuatif, tidak lakunya produk yang dijual dan lain sebagainya. Strategi. Pendekatan yang paling sesuai dengan UMKM adalah dengan menerapkan strategi “Bottom-up”, dimana suatu usaha mengawalinya dengan melayani kebutuhan sedikit konsumen dan kemudian memperluas basisnya secara bertahap (ekspansi) dengan pengalaman dan sumberdaya yang memungkinkan. Dengan begitu, produk yang dijual dapat dikenal lebih banyak calon pelanggan dari berbagai daerah, sehingga pengembangan usaha pun akan terjadi. Metode. Alat terpenting dalam pemasaran kewirausahaan adalah interactive marketing dan word of mouth. Melakukan interaksi langsung dengan konsumen adalah cara terbaik untuk meningkatkan hubungan dengan pelanggan. Berikan pelayanan yang terbaik agar mereka merasa puas dan loyal. Selain itu berikan kualitas yang terbaik pula agar nantinya dapat menciptakan word of mouth (pembicaraan dari mulut ke mulut). Inteligensi Pasar. Dalam menjalankan usaha kuliner, pengetahuan/informasi dan jaringan sangat diperlukan. Pelaku usaha kuliner sebaiknya terus mencari informasi mengenai perkembangan usaha yang dijalaninya. Informasi dapat melalui surat kabar, majalah, wawancara langsung dengan konsumen, pemasok, ataupun mengamati kegiatan yang dilakukan oleh pesaing. Upaya ini dapat membantu para pelaku usaha dalam memantau lingkungan pasar yang sedang dijalani dan menginventarisasi berbagai peluang potensial untuk pengembangan dan keberlanjutan usahanya. Selain itu, pelaku usaha juga sebaiknya dapat menjalin hubungan baik dengan para stakeholder, meliputi pelanggan, konsumen, pemasok bahan baku, dan bahkan pesaing. Keluwesan sangat dibutuhkan dalam hal ini. Menerima kritik yang diberikan konsumen dan menanggapi saran dengan baik dan cepat merupakan hal yang sebaiknya menjadi kebiasaan bagi pelaku usaha kuliner. Hal ini sejalan dengan prinsip “the customer is king” yang mempunyai pandangan bahwa pembeli adalah orang yang harus dilayani dan dimengerti dengan penuh perhatian karena sebenarnya pembeli tidak tergantung pada suatu usaha, melainkan usahalah yang membutuhkan pembeli.
20
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Mayoritas karakteristik pemilik usaha kuliner di Depok berjenis kelamin pria (56%) dan sejumlah 76% pelaku usaha berusia 31-50 tahun. Mereka mengaku alasan menekuni usaha bidang kuliner karena merasa ada harapan (63%). Walaupun mayoritas pemilik usaha hanya mengemban pendidikan hingga bangku SMA (44%), namun tidak sedikit juga dari mereka yang mendapat gelar sarjana (22%). Sedangkan Profil usaha UMKM Kuliner Depok terbanyak adalah usaha kecil (56%). Sebagian besar (59%) usaha kuliner di Depok sudah berjalan lebih dari lima tahun. Sebesar (50%) berpendapat bahwa pegawai yang kurang terampil menjadi kendala utama usahanya selama ini. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi entrepreneurial marketing dalam pengembangan dan keberlanjutan usaha kuliner Depok adalah keaktifan mencari informasi perkembangan usaha, ketanggapan dalam merespon kritik/saran dari pelanggan, kemampuan pelaku usaha dalam membaca peluang pasar, keberanian pelaku usaha mengambil resiko, dan frekuensi dalam berekspansi. 3. Tahapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha kuliner Depok adalah entrepreneurial marketing mencapai keberlanjutan usaha dengan melalui tahapan pengembangan usaha terlebih dahulu dengan jumlah pengaruh entrepreneurial marketing terhadap pengembangan usaha 63.2% dan pengembangan usaha terhadap keberlanjutan usaha 44%. Dalam proses pencapaiannya dibutuhkan peningkatan keterampilan oleh pegawai dan juga peningkatan kemampuan pemasaran oleh pemilik usaha kuliner. Saran 1. Dinas Koperasi, UMKM, dan Pasar Kota Depok diharapkan dapat mensosialisasikan hasil penelitian ini kepada para pemilik usaha kuliner Kota Depok agar dapat membantu pengembangan serta keberlanjutan usahanya. 2. Berdasarkan hasil penelitian, entrepreneurial marketing mempunyai pengaruh langsung terhadap pengembangan usaha dan pengaruh secara tidak langsung terhadap keberlanjutan usaha. Oleh karena itu dapat dijadikan masukan bagi pemilik usaha kuliner di Depok khususnya untuk meningkatkan kemampuan entrepreneurial marketing yang terfokus pada lima faktor yang telah dijelaskan sebelumnya. 3. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, salah satunya adalah tidak terdapat indikator yang mencerminkan subvariabel metode dalam entrepreneurial marketing. Sebaiknya indikator yang digunakan diganti dengan indikator lain yang sesuai dengan metode pemasaran interaktif.
21
DAFTAR PUSTAKA Achma HS. 2004. Fleksibilitas Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Jurnal Dinamika Pembangunan. 1(2): 118 - 124 Alma B. 2003. Kewirausahaan. Bandung (ID) : Alfabeta Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta (ID): Rineka Cipta Aziz A. 2009. Peranan Bank Indonesia di dalam Mendukung Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jakarta (ID) : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan. Bjerke, Hutlman. 2002. Entrepreneurial Marketing: The Growth of Small Firms in the New Economic Era. Gloucestershier (UK): Edward Elgar. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Golongan Usaha berdasarkan Tenaga Kerja. Jakarta (ID) : BPS. Chin W, Peter R N. 1999. Structural Equation Modeling Analysis with Small Samples Using Partial Least Squares. in Rick Hoyle (Ed.). Statistical Strategies for Small Sample Research. Thousand Oaks (US) : Sage Publications. Dinas Koperasi, UMKM, dan Pasar Kota Depok. 2014. Pertumbuhan Jumlah UMKM Kota Depok. Depok (ID) : Dinas Koperasi, UMKM, dan Pasar. Ghozali I, Fuad. 2005. Structural Equation Modelling Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Program Lisrel 8.45. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali I. 2008. Structural Equation Modelling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Edisi 2. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hadiyati E. 2009. Kajian Pendekatan Pemasaran Kewirausahaan dan Kinerja Penjualan Usaha Kecil. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan [Internet]. [diunduh 2014 Jun 4]; 11(2): 183-192. Tersedia pada: puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/view/17975. Idrus M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta (ID): Erlangga. [SA;IFC;EI] SustainAbility (UK), International Finance Corporation (US), Ethos Institute (BR).c2012. Developing Value The Business case for Sustainability in Emerging Markets. Sarma M, Stevia S, Farida R, Edward HS. 2013. The Impact of Entrepreneurial Marketing and Business Development on Business Sustainability: Small and Household Footwear Industries in Indonesia. International Journal of Marketing Studies [Internet]. [diunduh 2013 Des 2]; 5 (4): 110-122. Tersedia pada: www.ccsenet.org/journal/index.php/ijms/article/view/26908. Sarma M. 2013. Entrepreneurial Marketing untuk Keberhasilan Pemasaran bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia. Bogor (ID): IPB Press. Stokes D. 2000. Putting Entrepreneurship Into Marketing. Journal of Research in Marketing & Entrepreneurship [Internet]. [diunduh Jun 2014]; 2(1):1-16. Tersedia pada: scholar.google.co.id/scholar_url?hl=en&q=http://web.ewu.
22
edu/groups/cbpacea/2000SpringArticles/puttingentrepreneurship.pdf&sa=X &scisig=AAGBfm3qB5vERIUKIBTTB_5MsfoXed69FQ&oi=scholar&ei= P5COU9r-N80iugS6rILABg&ved=OCB4QgAMoADAA. Suharso P. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis. Jakarta (ID): Indeks. Suryana. 2011. Kewirausahaan. Jakarta (ID): Salemba Empat. Tarwotjo C S. 1998. Dasar-dasar Gizi Kuliner. Jakarta (ID) : Grasindo. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008. Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Utami HN. 2007. Keberdayaan, Kemajuan dan Keberlanjutan Usaha Pengrajin : Kasus Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. Wold H. 1985. Partial Least Squares. In Encyclopedia of Statistical Sciences. 6: 581-591. Zimmerer, Thomas W, Scarborough, Norman M. 2002. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta (ID): Prenhallindo.
23
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner penelitian KUESIONER PENELITIAN KAJIAN ENTREPRENEURIAL MARKETING TERHADAP PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN UMKM KULINER DI DEPOK Nama Peneliti Departemen/ Fakultas Universitas
: Kara Nisa Surya : Manajemen / Ekonomi dan Manajemen : Institut Pertanian Bogor
Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar. Informasi yang diterima dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Terima kasih atas bantuan dan kerja sama Bapak/Ibu.
IDENTITAS RESPONDEN (PEMILIK USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KULINER)
Nama Perusahaan Jenis Produk Nama Pengusaha Jenis Kelamin Umur No. HP Email Desa/Kelurahan Kecamatan Kabupaten/ Kota Tanggal Penelitian
24
Lanjutan Lampiran 1 Isilah pertanyaan dibawah ini dengan menyilang nomor pada pilihan jawaban berikut Karakteristik Pengusaha UMKM 1 Apakah pendidikan formal Bapak/Ibu? 1) SD/MI 2) SMP/MTs 3) SMA/SMK/MA 4) Perguruan Tinggi 5) Tidak tamat sekolah (sampai kelas ...........) 6) D3 2 Pelatihan/kursus/praktek/magang atau kunjungan yang telah Bapak/Ibu ikuti selama dua tahun terakhir Nama Waktu/ Manfaat bagi usaha Bapak/Ibu kursus/pelatihan lamanya a. ....... 1) Tidak bermanfaat 2) Kurang bermanfaat ........................... 3) Bermanfaat 4) Sangat bermanfaat .. 3 Sudah berapa lama Bapak/Ibu menekuni usaha ini ? 1) Belum satu tahun 2) 1-3 tahun 3) 4- 5 tahun 4) > 5 tahun 4 Alasan Bapak/Ibu berusaha dibidang ini (dapat lebih dari satu): 1) Mengikuti jejak orang tua 2) Diajak teman/tetangga 3) Tidak punya pilihan lain 4) Usaha ini ada harapan (menguntungkan) 5 Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum berusaha di bidang ini? 1) Petani 2) peternak 3) Karyawan swasta 4) Guru/PNS 5)TNI 6) Lainnya .......... 6 Apa pekerjaan tersebut masih berlangsung sampai sekarang ? 1) Ya 2) Tidak Karakteristik UMKM 7 Lama berusaha? 1) < 1 Tahun 8 Jumlah Pekerja :
2) 1-3 Tahun
3) 4-5 Tahun
4) > 5 Tahun
9
Omzet rata-rata per bulan (Rp) :
10
Jenis Usaha : 1) Usaha Mikro 2) Usaha Kecil 2) Usaha Menengah Modal Usaha awal : 1) 1.000.000 - 10.000.000 2) 11.000.000 – 30.000.000 3) 30.000.000 - 50.000.000 4) >50.000.000 Berapa jam Bapak/Ibu bekerja dalam sehari untuk menjalankan usaha ini ? 1) Paling sedikit ...........jam/hari 2) Paling banyak ............jam/hari Apakah para pengusaha kecil menengah umumnya memiliki alat produksi yang memadai? 1) Sangat kurang memadai 2) Kurang memadai 3) Memadai 4) Sangat memadai Hambatan / kendala dalam menjalankan usaha : 1) Kurangnya modal 2) Sulit untuk mencari bahan baku 3) Staf /pegawai kurang terampil 4) banyak usaha yang sejenis
11
12 13
14
25
Lanjutan Lampiran 1 Entrepreneurial Marketing Konsep (Inovasi dan Intuitif) 15 Mampu membaca peluang pasar 16
1) Kurang mampu 2) Cukup mampu Berani mengambil resiko atas 1) Kurang berani usaha yang dijalankannya 2) Cukup berani
17
Mampu berkreasi dlm produk 1) Kurang mampu (varian rasa) 2) Cukup mampu 18 Mampu berkreasi dlm penjualan 1) Kurang mampu 2) Cukup mampu 19 Apakah Bapak/Ibu melakukan 1) Tidak pernah diversifikasi (keragaman 2) Sekali-kali produk)? 20 Jenis produk/barang yang 1) Kurang beragam diproduksi oleh Bapak/Ibu 2) Cukup beragam 21 Selalu berusaha membuat model 1) Tidak pernah atau tren baru 2) Sekali-kali Strategi (bottom up) 22 Apakah Bapak/Ibu mengikuti 1) Kurang mengikuti perkembangan kebutuhan/selera 2) Cukup mengikuti para pelanggan 3) Mengikuti 4) Sangat mengikuti 23 Selalu ekspansi untuk mencari 1) Tidak pernah daerah pemasaran baru dengan 2) Sekali-kali karakteristik yang sama Metode (Pemasaran Interaktif; word of mouth, direct selling) 24 Mampu menjalin hubungan baik 1) Kurang mampu dengan pelanggan yang baru 2) Cukup mampu dikenal 25 Mampu meningkatkan hubungan 1) Kurang mampu baik dengan pelanggan yang 2) Cukup mampu sudah lama dikenal Inteligensi Pasar 26 Tanggapan terhadap saran/kritik 1) Kurang tanggap dari pelanggan 2) Cukup tanggap 27 Aktif/rajin mencari peluang 1) Tidak rajin modal dari kebijakan pemerintah 2) Cukup rajin 28 Aktif mencari info perkmbngn 1) Tidak rajin usaha yg sdg ditekuni 2) Cukup rajin Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah 29 Produk/barang Bapak/Ibu dijual 1) Kurang laku di berbagai wilayah pasar 2) Cukup laku
3) Mampu 4) Sangat mampu 3) Berani 4) Sangat berani 3) Mampu 4) Sangat mampu 3) Mampu 4) Sangat mampu 3) Sering 4) Selalu 3) Beragam 4) Sangat beragam 3) Sering 4) Selalu
3) Sering 4) Selalu
3) Mampu 4) Sangat mampu 3) Mampu 4) Sangat mampu
3) Tanggap 4) Sangat tanggap 3) Rajin 4) Sangat rajin 3) Rajin 4) Sangat rajin
3) Laku 4) Sangat laku
26
Lanjutan Lampiran 1 Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah 30 Usaha Bapak/Ibu mampu 1) Kurang mampu bersaing dengan usaha sejenis 2) Cukup mampu 31 Mudah memperoleh dana dari 1) Tidak mudah Bank 2) Cukup mudah 32 Mampu menciptakan hubungan 1) Kurang mampu baik dengan pemasok 2) Cukup mampu
3) Mampu 4) Sangat mampu 3) Mudah 4) Sangat mudah 3) Mampu 4) Sangat mampu
Keberlanjutan Usaha Kecil dan Menengah 33 Jumlah pelanggan Bapak/Ibu 1) Tidak pernah meningkat setiap tahun 2) Meningkat relatif kecil (1-5 %) 3) Cukup meningkat (6-25%) 4) Sangat meningkat (>25%) 34 Produk/barang Bapak/Ibu 1) Tidak berhasil 3) Cukup berhasil berhasil dijual pada pelanggan 2) Kurang berhasil 4) Sangat berhasil baru 35 Produk/barang Bapak/Ibu 1) Kurang diminati 3) Lebih diminati dibanding dengan produk dari 2) Cukup diminati 4) Sangat diminati pengusaha kecil lainya 36 Jumlah penjualan produk/barang 1) Lebih kecil 3) Sama Bapak/Ibu dibandingkan dengan 2) Tidak tahu 4) Lebih besar pengusaha yang lain TERIMA KASIH ATAS KESEDIAAN BAPAK/IBU UNTUK MENGISI KUESIONER INI
27
Lampiran 2 Hasil uji validitas
Variabel Entrepreneurial Marketing (EM)
Pengembangan Usaha (PU)
Keberlanjutan Usaha (KU)
Item (Q) EM K1 EM K2 EM K3 EM K4 EM K5 EM K6 EM K7 EM S1 EM S2 EM M1 EM M2 EM I1 EM I2 EM I3 PU 1 PU 2 PU 3 PU 4 KU 1 KU 2 KU 3 KU 4
R Hitung 0.653 0.556 0.494 0.411 0.514 0.525 0.621 0.546 0.617 0.629 0.462 0.642 0.486 0.699 0.579 0.570 0.731 0.716 0.632 0.659 0.672 0.792
R Tabel 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349
Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
28
Lampiran 3 Hasil uji reliabilitas kuesioner Case Processing Summary N % Cases Valid 32 100.0 Excludeda 0 0.0 Total 32 100.0
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items 0.876 22
EMK1 EMK2 EMK3 EMK4 EMK5 EMK6 EMK7 EMS1 EMS2 EMM1 EMM2 EMI1 EMI2 EMI3 PU1 PU2 PU3 PU4 KU1 KU2 KU3 KU4
Scale Mean if Item Deleted 52.9688 52.5625 52.8438 53.1875 53.1250 52.7812 53.2812 52.2500 52.8750 52.3750 52.0312 52.1562 53.6250 52.9688 52.6562 52.5000 52.8438 52.2188 52.5625 52.0000 52.9062 52.8750
Item-Total Statistics Scale Corrected Variance if Item-Total Item Deleted Correlation 92.676 95.415 97.620 100.609 97.210 97.596 95.434 97.355 91.532 94.242 97.644 94.265 94.629 90.547 100.362 96.452 96.265 96.757 100.125 99.548 97.507 92.371
0.575 0.520 0.346 0.256 0.415 0.380 0.428 0.452 0.565 0.529 0.434 0.582 0.512 0.625 0.284 0.521 0.388 0.452 0.267 0.462 0.552 0.624
Cronbach's Alpha if Item Deleted 0.867 0.870 0.875 0.877 0.873 0.874 0.873 0.872 0.868 0.869 0.872 0.868 0.870 0.865 0.876 0.870 0.874 0.872 0.877 0.872 0.870 0.866
29
Lampiran 4 Karakteristik responden dan profil usaha 1
Jenis Kelamin
2
Usia
3
Pendidikan Formal
4
Alasan Menekuni Usaha
5
Kelompok Usaha (berdasarkan jumlah tenaga kerja)
6
Jenis Produk Kuliner
7
Umur Usaha
8
Modal Usaha Awal
9
Omset rata-rata perbulan
10
Jam bekerja sehari
11
Hambatan dalam Usaha
Laki-laki Perempuan 20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun >70 tahun SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA D3 Perguruan Tinggi Mengikuti jejak orang tua Diajak teman/tetangga Tidak punya pilihan lain Usaha ini ada harapan Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Bakmi Jajanan Nasi Martabak Snacks Roti <1 tahun 1-3 tahun 4-5 tahun >5 tahun 1.000.000 -10.000.000 11.000.000-30.000.000 30.000.000-50.000.000 >50.000.000 ≤ 10.000.000 11.000.000 - 20.000.000 21.000.000 - 50.000.000 51.000.000 - 100.000.000 > 100.000.000 1 – 4 Jam 5 – 9 Jam 10 – 12 Jam 13 – 14 Jam Kurangnya modal Sulit mencari bahan baku pegawai yang kurang terampil Banyak usaha sejenis
18 14 3 12 12 2 2 1 3 4 14 4 7 9 0 3 20 12 18 2 8 3 12 3 3 3 3 8 2 19 14 7 4 7 10 4 2 9 7 4 6 19 3 5 2 16 9
30
Lampiran 5 Hasil tabulasi silang Karakteristik
Entrepreneurial Marketing (EM) K C M Total M M
Pengembangan Usaha (PU)
Keberlanjutan Usaha (KU)
KM
CM
M
SM
Total
K M
C M
M
SM
Total
Jenis Kelamin Laki-laki
2
13
3
18
0
10
5
3
18
2
9
6
1
18
Perempuan
1
10
3
14
1
8
5
0
14
0
7
6
1
14
Total
3
23
6
32
1
18
10
3
32
2
16
12
2
32
20-30 Tahun
0
1
2
3
0
2
1
0
3
0
1
1
1
3
31-40 Tahun
0
10
2
12
0
8
3
1
12
2
3
7
0
12
41-50 Tahun
2
9
1
12
0
5
5
2
12
0
9
3
0
12
51-60 Tahun
1
1
0
2
1
1
0
0
2
0
2
0
0
2
61-70 Tahun
0
2
0
2
0
1
1
0
2
0
1
1
0
2
>70 Tahun
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
Total Pendidikan
3
23
6
32
1
18
10
3
32
2
16
12
2
32
SD
2
1
0
3
1
1
1
0
3
0
2
1
0
3
SMP
0
3
1
4
0
0
3
1
4
0
2
2
0
4
SMA
1
10
3
14
0
10
3
1
14
1
7
5
1
14
Sarjana
0
5
2
7
0
5
1
1
7
1
4
1
1
7
D3
0
4
0
4
0
2
2
0
4
0
1
3
0
4
Total
3
23
6
32
1
18
10
3
32
2
16
12
2
32
Alasan Ikut orang tua
1
6
2
9
0
6
3
0
9
0
4
4
1
9
0
3
0
3
0
1
2
0
3
0
1
2
0
3
2
14
4
20
1
11
5
3
20
2
11
6
1
20
3
23
6
32
1
18
10
3
32
2
16
12
2
32
Usaha Mikro
2
8
2
12
1
9
1
1
12
2
6
4
0
12
Usaha Kecil
1
13
4
18
0
9
7
2
18
0
10
6
2
18
Usaha Menengah
0
2
0
2
0
0
2
0
2
0
0
2
0
2
Total
3
23
6
32
1
18
10
3
32
2
16
12
2
32
Nasi
0
8
4
12
0
7
5
0
12
0
5
6
1
12
Bakmi
2
6
0
8
1
2
4
1
8
0
5
3
0
8
Martabak
1
1
1
3
0
2
1
0
3
0
1
1
1
3
Roti
0
3
0
3
0
2
0
1
3
0
2
1
0
3
Jajanan
0
2
1
3
0
2
0
1
3
2
1
0
0
3
Snacks
0
3
0
3
0
3
0
0
3
0
2
1
0
3
Total
3
23
6
32
1
18
10
3
32
2
16
12
2
32
Usia
Tidak punya pilihan lain Usaha ada harapan Total Golongan Usaha
Jenis Produk
31
Lanjutan Lampiran 5 Karakteristik
Entrepreneurial Marketing (EM) K C M Total M M
Pengembangan Usaha (PU)
Keberlanjutan Usaha (KU)
KM
CM
M
SM
Total
K M
C M
M
SM
Total
1-3 tahun
2
4
2
8
1
5
2
0
8
0
4
3
1
8
4-5 tahun
0
2
0
2
0
1
1
0
2
0
1
1
0
2
>5 tahun
1
16
2
19
0
10
7
2
19
0
10
8
1
19
Total
3
23
6
32
1
18
10
3
32
2
16
12
2
32
2
10
2
14
0
9
3
2
14
2
8
4
0
14
0
6
1
7
0
3
4
0
7
0
3
4
0
7
0
3
1
4
0
4
0
0
4
0
2
2
0
4
1
4
2
7
1
2
3
1
7
0
3
2
2
7
3
23
6
32
1
18
10
3
32
2
16
12
2
32
1
7
2
10
0
7
2
1
10
2
4
4
0
10
1
2
2
5
1
3
1
0
5
0
4
1
0
5
0
2
0
2
0
2
0
0
2
0
1
1
0
2
1
6
2
9
0
5
4
0
9
0
4
3
2
9
Modal Awal 1.000.000 10.000.000 11.000.00030.000.000 30.000.00050.000.000 >50.000.000 Total Omzet/bulan ≤ 10.000.000 11.000.000 20.000.000 21.000.000 50.000.000 51.000.000 100.000.000 > 100.000.000
0
6
0
6
0
1
3
2
6
0
3
3
0
6
Total
3
23
6
32
1
18
10
3
32
2
16
12
2
32
Jam Kerja/hr 1 – 4 Jam
0
4
0
4
0
2
2
0
4
0
2
2
0
4
5 – 9 Jam
1
5
0
6
0
5
1
0
6
0
4
2
0
6
10 – 12 Jam
2
12
5
19
1
10
5
3
19
2
10
6
1
19
13 – 14 Jam
0
2
1
3
0
1
2
0
3
0
0
2
1
3
Total
3
23
6
32
1
18
10
3
32
2
16
12
2
32
Kendala Kurang modal
1
2
2
5
0
4
0
1
5
1
3
1
0
5
bahan baku
0
2
0
2
0
0
2
0
2
0
0
2
0
2
pegawai
2
11
3
16
1
7
7
1
16
0
8
6
2
16
Banyak pesaing
0
8
1
9
0
7
1
1
9
1
5
3
0
9
Total
3
23
6
32
1
18
10
3
32
2
16
12
2
32
Catatan : KM : Kurang Mampu, CM : Cukup Mampu, M : Mampu, SM : Sangat Mampu
32
Lampiran 6 Hasil quality criteria, cross loading, dan path coefficient
Quality Criteria AVE EM KU PU
0.581393 0.600629 0.609624
Composite R Square Reliability 0.873756 0.818039 0.356731 0.756525 0.399653
Cronbachs Alpha 0.819045 0.667000 0.364471
Communality 0.581393 0.600629 0.609624
Redundancy
0.096684 0.242220
Cross Loadings EM I1 EM I3 EM K1 EM K2 EM S2 KU 2 KU 3 KU 4 PU 2 PU 3
EM 0.707213 0.825883 0.778006 0.716216 0.778764 0.326344 0.430914 0.370625 0.558687 0.418064
KU 0.392896 0.363701 0.418278 0.378433 0.316795 0.775897 0.829201 0.715748 0.481067 0.413018
PU 0.520764 0.544574 0.429842 0.364342 0.525446 0.388534 0.498590 0.436023 0.834780 0.722766
Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) Hubungan antar variabel laten EM -> KU EM -> PU PU -> KU
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
0.211695 0.632181 0.440476
0.230299 0.652465 0.456369
0.167998 0.109993 0.153465
0.167998 0.109993 0.153465
1.260106 5.747484 2.870198
33
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 November 1992 dari ayah Surya Nursyah Din Doeana dan ibu Yunita Setyawati (alm). Penulis adalah putri kedua dari empat bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 70 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui SNMPTN dan diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti serta menjadi panitia di berbagai kegiatan yang diadakan fakultas. Salah satu bentuk partisipasi penulis terhadap kegiatan fakultas adalah dengan mengikuti ajang FEM Ambassador 2011. Selain itu, penulis juga aktif dalam lembaga kemahasiswaan BEM FEM periode 2012 dan menjabat sebagai sekretaris Departemen Olahraga.