KAJIAN ENTREPRENEURIAL MARKETING UNTUK PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN USAHA INDUSTRI RUMAHAN KECAMATAN KALIWUNGU, KABUPATEN KENDAL
BIBI ARFANLY
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Entrepreneurial Marketing Untuk Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2015 Bibi Arfanly NIM H24110019
ABSTRAK BIBI ARFANLY. Kajian Entrepreneurial Marketing Untuk Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal di bawah bimbingan MA’MUN SARMA. Industri rumahan merupakan industri padat karya yang berhasil menghasilkan berbagai produk serta menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Pengembangan entrepreneurial marketing dirasa sesuai dengan industri rumahan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri rumahan, (2) menganalisis pencapaian entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha, serta (3) menganalisis pengaruh entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, transformasi indeks, dan Structural Equation Modeling (SEM) melalui pendekatan Partial Least Squares (PLS). Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik pelaku usaha memiliki tingkat pendidikan yang rendah namun berada pada usia produktif, kemampuan entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha termasuk pada tingkat yang cukup tinggi, entrepreneurial marketing berpengaruh secara signifikan terhadap pengembangan usaha sebesar 53,7%. Kata kunci : Industri rumahan, entrepreneurial marketing, Partial Least Square (PLS) ABSTRACT BIBI ARFANLY. Study of Entrepreneurial Marketing Towards Development and Sustainability on home industries at Kaliwungu subdistrict, Kendal district. Supervised by MA’MUN SARMA. Home industries are the industries that involved several workers which succesfully produce products and give job opportunities in big scale. The development of entrepreneurial marketing is considered in accordance with the home industries. This study aims to (1) identify characteristics of entrepreneurs and business characteristics of home industries, (2) analyze the ability of entrepreneurial marketing, business development, and business sustainability, (3)analyze the effect of entrepreneurial marketing for development and sustainability on home industries at Kaliwungu subdistrict, Kendal district. The analytic tools for this study were descriptive analyze, index transformation analysis, and structural equation modeling (SEM) with partial least squares (PLS). The result showed the characteristics of entrepreneurs included the low level education but are in the productive age, the ablility of entrepreneurial marketing, business development and business sustainability level is high enough, entrepreneurial marketing affects significantly the business development around 53,7%. Keywords : Home industries, entrepreneurial marketing, Partial Least Square (PLS)
KAJIAN ENTREPRENEURIAL MARKETING UNTUK PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN USAHA INDUSTRI RUMAHAN KECAMATAN KALIWUNGU, KABUPATEN KENDAL
BIBI ARFANLY
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Kajian Entrepreneurial Marketing Untuk Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ma’mun Sarma, MS. M.Ec selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, terima kasih penulis juga sampaikan kepada Bapak Hendra Sukma Arianto yang telah menemani dan membantu proses turun lapang di Kabupaten Kendal. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2015 Bibi Arfanly
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
4
Entrepreneurial marketing
4
Klasifikasi Usaha
5
Industri Rumahan
6
Pengembangan Usaha
6
Keberlanjutan Usaha
7
Penelitian Terdahulu
8
METODE Kerangka Penelitian
9 9
Lokasi dan waktu Penelitian
10
Pengumpulan Data
10
Pengambilan Sampel
10
Hipotesis
11
Pengolahan dan Analisis Data
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan
14
Karakteristik Usaha Industri Rumahan
15
Analisis Transformasi Indeks
17
Analisis SEM PLS
19
Implikasi Manajerial
24
SIMPULAN DAN SARAN
25
Simpulan
25
Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
28
RIWAYAT HIDUP
36
DAFTAR TABEL 1. Data perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Usaha Besar di 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Indonesia tahun 2011-2012 Data UMKM Binaan Provinsi Jawa Tengah Kecamatan dengan jumlah industri rumahan terbanyak Perbandingan prinsip pemasaran tradisional dan entrepreneurial marketing Tipologi industri rumahan menurut hasil survey IPB (2012) Penelitian terdahulu Operasionalisasi variabel Karakteristik pelaku usaha industri rumahan Karakteristik usaha industri rumahan Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif Hasil penilaian kriteria Inner Model dan standar nilai Inner Model Implikasi manajerial pada prinsip entrepreneurial marketing.
1 1 2 5 6 8 12 14 15 20 22 24
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kerangka pemikiran penelitian Model penelitian Indeks entrepreneurial marketing (%) Indeks Pengembangan Usaha (%) Indeks Keberlanjutan Usaha (%) Model akhir penelitian pada analisis SEM PLS Hasil pengolahan bootstrapping model entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha
9 11 17 18 19 21 23
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Indepth Interview Kuesioner penelitian Model awal SEM PLS Hasil kriteria Outer Model Hasil kriteria Inner Model Dokumentasi
28 29 33 34 35 35
PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi sangat penting karena potensinya yang sangat besar dalam menggerakan kegiatan ekonomi masyarakat dan sekaligus menjadi sumber pendapatan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. UMKM di Indonesia terus mengalami perkembangan dilihat dari jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja. Perkembangan UMKM di Indonesia pada tahun 2011 sampai 2012 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Data perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Usaha Besar di Indonesia tahun 2011-2012 Indikator
Unit Usaha A. Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) 1. Usaha Mikro 2. Usaha Kecil 3. Usaha Menengah B. Usaha Besar (UB) Tenaga Kerja A. Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) 1. Usaha Mikro 2. Usaha Kecil 3. Usaha Menengah B. Usaha Besar (UB)
Tahun 2011 Jumlah Pangsa (%)
Tahun 2012 Jumlah Pangsa (%)
Perkembangan Jumlah Pangsa (%)
55 206 444
99.99
56 534 592
99.99
1 328 147
2.41
54 559 969 602 195 44 280 4 952
98.82 1.09 0.08 0.01
55 856 176 629 418 48 997 4 968
98.79 1.11 0.09 0.01
1 296 207 27 223 4 717 16
2.38 4.52 10.65 0.32
101 722 458
97.24
107 657 509
97.16
5 935 051
5.83
94 957 797 3 919 992 2 844 669 2 891 224
90.77 3.75 2.72 2.76
99 856 517 4 535 970 3 262 023 3 150 645
90.12 4.09 2.94 2.84
4 901 720 615 977 417 354 259 422
5.16 15.71 14.67 8.97
Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM (2014) Tabel 1 menunjukan eksistensi dan peran UMKM pada tahun 2012 hingga mencapai 56.53 juta unit usaha, dan merupakan 99.99% dari pelaku usaha nasional. Jumlah unit usaha tersebut merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya dimana hanya terdapat 55.20 juta unit usaha. Selain dari total unit usaha, eksistensi dan peran UMKM dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2012, total tenaga kerja yang mampu diserap UMKM sebanyak 107.65 juta orang. Jumlah tersebut merupakan peningkatan sebesar 5.83% dari tahun sebelumnya di mana total tenaga kerja yang diserap hanya berjumlah 101.72 juta orang. UMKM di Provinsi Jawa Tengah terus mengalami peningkatan yang pesat setiap tahunnya. UMKM binaan Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 2012 hingga tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Data UMKM Binaan Provinsi Jawa Tengah Deskripsi Data Jumlah UMKM (unit)
Penyerapan Tenaga Kerja (orang)
2012 80 538
345 622
Tahun 2013 90 339 (+12.11%)
2014 99 681 (+10.34%)
480 508 (+39.03%)
608 893 (+26.72%)
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah (2015)
2 Data tersebut menunjukan bahwa terdapat 80 583 unit usaha pada tahun 2012 dan mengalami peningkatan sebesar 12.11% atau menjadi 90 339 unit usaha pada tahun 2013. Jumlah tersebut masih mengalami perkembangan hingga mencapai 99 681 unit usaha pada tahun 2014, atau meningkat sebesar 10.34%. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, UMKM di Jawa Tengah juga mengalami perkembangan yang pesat setiap tahunnya. Tenaga kerja pada UMKM meningkat sebesar 39.03% atau menjadi 480 508 orang pada tahun 2013 dan terus mengalami peningkatan hingga berjumlah 608 893 orang pada tahun 2014, atau meningkat sebesar 26.72%. Pertumbuhan UMKM di Jawa Tengah merupakan perpaduan dari kekuatan dan potensi UMKM lokal di berbagai daerah di Jawa Tengah. Salah satu daerah yang memiliki potensi UMKM yang besar adalah Kabupaten Kendal. Menurut Bappeda (2014), Kabupaten Kendal memiliki sekitar 16 700 UMKM yang efektif menyerap tenaga kerja regional hingga mencapai 80% di tahun 2011. Kabupaten Kendal memiliki lokasi yang strategis untuk kegiatan bisnis karena letaknya tidak jauh dari pusat ibukota Jawa Tengah maupun akses bandara dan pelabuhan. Selain itu Kabupaten Kendal berada di jalur utama lintas perdagangan Pulau Jawa. Namun, kurangnya lapangan pekerjaan menyebabkan tingginya angka pengangguran di Kabupaten Kendal. Berdasarkan data BPS Jawa Tengah (2014), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Kendal sebesar 6.34 pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 6.42 pada tahun 2013. Kurangnya lapangan pekerjaan juga menyebabkan sejumlah penduduk memutuskan untuk menjadi pekerja di luar negeri, dimana Kabupaten Kendal merupakan kabupaten kedua yang berkontribusi terbesar pada jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Jawa Tengah pada tahun 2013, yaitu sejumlah 5 296 orang. Kabupaten Kendal banyak memiliki potensi daerah seperti hasil pertanian, perikanan, kerajinan, dan industri rumahan yang menghasilkan produk-produk unggulan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi banyaknya pengangguran dan jumlah TKI adalah melalui pengembangan industri rumahan. Industri rumahan memiliki peran penting bagi perkembangan perekonomian masyarakat maupun nasional. Bappeda (2014) mencatat bahwa industri rumahan Kabupaten Kendal memiliki jumlah unit usaha sebanyak 1 988 unit usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 9 940 orang. Pada tahun 2012, Kabupaten Kendal dipilih sebagai lokasi percontohan pengembangan industri rumahan nasional oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Lokasi percontohan industri rumahan nasional dilakukan di dua kecamatan di Kabupaten Kendal, salah satunya adalah Kecamatan Kaliwungu. Kecamatan Kaliwungu memiliki jumlah industri rumahan terbanyak dibandingkan dengan jumlah industri rumahan di kecamatan lain. Lima kecamatan dengan jumlah industri rumahan terbanyak dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kecamatan dengan jumlah industri rumahan terbanyak No Kecamatan Jumlah industri rumahan 1 Kaliwungu 332 2 Rowosari 252 3 Limbangan 220 4 Kendal 216 5 Weleri 119 Sumber : Bappeda Kabupaten Kendal (2014)
3 Pengembangan industri rumahan perlu dilakukan di Kabupaten Kendal. Selain dapat menjadi icon daerah, pengembangan industri rumahan dapat memberikan berbagai manfaat diantaranya; mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kendal, menyerap tenaga kerja karena terciptanya lapangan pekerjaan baru sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran daerah, juga sebagai cikal bakal berkembangnya kegiatan usaha berskala besar. Namun pengembangan industri rumahan mengalami berbagai kendala salah satunya aspek pemasaran. Bappeda (2014) memaparkan bahwa pemasaran merupakan aspek penting yang dibutuhkan untuk pengembangan industri rumahan selain dari aspek teknologi, standarisasi, dan pembukuan keuangan. Agar pengembangan Industri rumahan dapat terlaksana dengan baik, dibutuhkan metode dan strategi pemasaran yang tepat. Salah satu pendekatan yang saat ini muncul dalam penerapan pemasaran produk oleh pelaku usaha kecil menengah adalah entrepreneurial marketing (Sarma 2013). Pendekatan entrepreneurial marketing (pemasaran kewirausahaan) merupakan pendekatan yang lebih sesuai jika ditinjau dari keterbatasan sumber daya dan permasalahan yang ada pada UKM (Stokes 2000). Hal tersebut sesuai dengan pandangan Kotler dalam Bjerke dan Hultman (2002) yang mendefinisikan entrepreneurial marketing sebagai pemasaran dalam tahap perkembangan awal sebuah bisnis. Sehingga entrepreneurial marketing merupakan pendekatan yang sesuai bila diterapkan pada UMKM termasuk industri rumahan. Oleh karena itu diperlukan kajian mengenai entrepreneurial marketing untuk pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan. entrepreneurial marketing untuk pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan. Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu? 2. Sejauh mana pencapaian dari entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha industri rumahan Kecamatan Kaliwungu? 3. Bagaimana penerapan entrepreneurial marketing pada pengembangan usaha dan keberlanjutan usaha Industri rumahan di Kecamaatan Kaliwungu?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu. 2. Menganalisis pencapaian entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha industri rumahan Kecamatan Kaliwungu.
4 3. Menyusun model penerapan entrepreneurial marketing pada pengembangan usaha dan keberlanjutan usaha Industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu.
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya: 1. Pelaku usaha Industri Rumahan Pelaku industri rumahan dapat memperoleh gambaran mengenai potensi untuk berkembang melalui pendekatan entrepreneurial marketing. 2. Pemerintah Daerah Kendal Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam perencanaan dan implementasi kebijakan dalam memajukan industri rumahan Kendal. 3. Kalangan Akademisi dan Masyarakat luas Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, bahan referensi atau sebagai data dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan penambahan wawasan di bidang entrepreneurial marketing.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berfokus pada penerapan entrepreneurial marketing di industri rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Pada penelitian ini industri rumahan dibahas secara general, dalam arti penelitian ini tidak memilah milah sentra produksi yang dilakukan oleh industri rumahan (pangan, kerajinan atau konveksi). Hal tersebut bertujuan untuk melihat potensi industri rumahan secara umum dan menyeluruh. Variabel – variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha.
TINJAUAN PUSTAKA Entrepreneurial marketing Entrepreneurial marketing merupakan sebuah ilmu baru dalam penelitian pemasaran yang merupakan refleksi dari sikap proaktif pelaku usaha dalam mengidentifikasi dan mengeksploitasi berbagai peluang untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan melalui berbagai pendekatan inovatif, pengelolaan risiko, pengoptimalan sumber daya, penciptaan nilai tambah, hingga menjaga hubungan dengan stakeholder melalui berbagai karakteristik wirausaha sebagai konsep dasarnya (Sarma 2013). Stokes (2000) menyatakan perbandingan prinsip pemasaran tradisional dan pemasaran kewirausahaan, dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.
5 Tabel 4 Perbandingan prinsip pemasaran tradisional dan entrepreneurial marketing Prinsip Pemasaran Tradisional Pemasaran Kewirausahaan Pemasaran Konsep Berorientasi konsumen; Berorientasi inovasi;dorongan dorongan pasar, ide,taksiran intuitif tentang pengembangan produk kebutuhan pasar Strategi Strategi topdown, Target bottom-up dari konsumen segmentasi targeting dan dan kelompok pengaruh lainnya. positioning Metode Bauran pemasaran, 4p/7p Metode pemasaran interaktif, pemasaran berita dari mulut ke mulut Intelegensi Penelitian formal dan sistem Jaringan informal dan pasar inteligensi pengumpulan informasi Sumber : Stokes 2000 Pada Tabel 4 tersebut, dijelaskan bahwa konsep entrepreneurial marketing berfokus pada inovasi dan pengembangan ide yang sesuai dengan pemahaman kebutuhan pasar. Pada tingkat strategis, entrepreneurial marketing mentargetkan konsumen melalui pendekatan bottom-up ke pasar, tidak menggunakan pendekatan proses segmentasi, targeting dan positioning top-down seperti yang biasa digunakan pada praktik pemasaran tradisional. Pemasaran kewirausahaan lebih suka metode pemasaran interaktif, dimana mereka lebih berkontak langsung dengan pelanggan dan menyebarkan informasi dari mulut ke mulut (word of mouth marketing). Pada prinsip yang terakhir yaitu intelegensi pasar, hal tersebut berkaitan dengan pemantauan lingkungan pemasaran, pengusaha melakukan pengumpulan informasi melalui jaringan kontak personal.
Klasifikasi Usaha Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, kriteria UMKM adalah sebagai berikut: 1. Kriteria Usaha Mikro: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50 000 000.00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300 000 000.00 (tiga ratus juta rupiah). 2. Kriteria Usaha Kecil: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50 000 000.00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500 000 000.00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 000 000.00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2 500 000 000.00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Kriteria Usaha Menengah: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500 000 000.00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10 000 000 000.00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
6 b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2 500 000 000.00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50 000 000 000.00 (lima puluh milyar rupiah). Berbeda dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 yang mendefinisikan UMKM berdasarkan asset dan pendapatan, Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Menurut BPS, usaha mikro merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang. Sedangkan usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang dan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.
Industri Rumahan Industri rumahan diartikan sebagai suatu sistem produksi dari bahan baku tertentu untuk menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai tambah dimana proses produksinya dikerjakan di lokasi rumah dan bukan pabrik (Bappeda 2014). Siahaan (1996) mendefinisikan industri rumahan sebagai industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang dengan ciri ciri memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Industri rumahan menghasilkan produk yang unik, memiliki ciri khas dan tidak diproduksi secara massal. Bappeda (2014) menyebutkan ciri dari industri rumahan memiliki modal yang sangat terbatas dengan jumlah tenaga kerja berkisar antara 1-19 orang. Berdasarkan ciri tersebut, industri rumahan tergolong kedalam usaha mikro dan usaha kecil bila dilihat berdasarkan kriteria BPS, dimana usaha mikro merupakan entitas usaha yang miliki jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang dan usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang. Tipologi industri rumahan terbagi berdasarkan karakteristik berikut: Tabel 5 Tipologi industri rumahan menurut hasil survey IPB (2012) Pemula Berkembang Maju Produksi tidak kontinu Produksi semi kontinu Produksi kontinu Jual Lepas Jual lepas dan pesanan Pesanan khusus tak tentu Produksi manual Teknologi sederhana Teknologi maju Modal sendiri (1-5juta) Modal sendiri dan Modal sendiri atau pinjaman (5-50juta) pinjaman (50-100 juta) Tenaga kerja 1-2 orang Tenaga kerja 2-5 orang Tenaga kerja 5-10 orang Sumber: Bappeda Kabupaten Kendal (2014)
Pengembangan Usaha Hubeis (1997) mengatakan bahwa beberapa strategi pemberdayaan industri kecil adalah: (1) peningkatan pemahaman (cara berpikir) tentang proses pembuatan keputusan untuk merumuskan dan mencari altenatif pemecahan masalah yang dihadapi, (2) peningkatan kemampuan mengenali lingkungan untuk mencari dan
7 menciptakan peluang usaha yang efektif dan prospektif melalui suatu perencanan bisnis (business plan) komprehensif dan terpadu, (3) menciptakan keunggulan dalam persaingan dengan cara menekan biaya produksi, membuat diferensiasi produk dan menemukan peluang pasar yang kurang dimanfaatkan pesaing serta penguasaan informasi pasar (market intelligence),(4) memilih dan menjalin kerjasama usaha melalui berbagai jalur kemitraan, baik bersifat sementara maupun permanen, bersifat backward (pemasok) atau forward linkage (penjual) secara serentak, dan (5) peningkatan kualitas SDM melalui pemberdayaan (empowerment) profesionalisme (keterampilan, pengetahuan dan etika bisnis), learning organization, komunikasi timbal balik dan berpikir reaktif-proaktif, dan pembinaan kelembagaan (pelatihan, magang, dan inkubasi bisnis) Partomo dan Soejoedono (2002) merumuskan strategi pengembangan UKM yang diantaranya adalah kemitraan, bantuan keuangan, dan modal ventura. 1. Kemitraan usaha adalah hubungan kerja sama usaha di antara berbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela, dan berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan diserta pembinaan dan pengembangan UKM oleh usaha besar. Kemitraan usaha merupakan suatu cara untuk mengurangi risiko usaha, meningkatkan efisiensi, dan daya saing usaha. Keuntungan kemitraan usaha dengan usaha besar bagi UKM adalah dapat turut mengambil manfaat dari pasar, modal, teknologi, manajemen, dan kewirausahaan. 2. Permodalan UKM, pada umumnya permodalan UKM masih lemah. Hal ini turut menentukan keberhasilan strategi pengembangan dibidang permodalan termasuk bagaimana pemerintah dan masyarakat melaksanakan konsep permodalan untuk membantu UKM yang dimaksud. 3. Modal Ventura, pada umumnya UKM kurang paham dan tidak menyukai prosedur atau persyaratan yang diwajibkan perbankan. UKM berusaha untuk memperoleh modal atau dana dari individu-individu atau badan-badan yang bersedia memberikan modal dengan cara yang sangat mudah dan sangat cepat. Modal ventura merupakan alternatif dalam permasalahan pembiayaan UKM. Menurut Keppres No.61 Tahun 1998, perusahaan modal ventura adalah badan usaha yang melakukan usaha pengembangan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.
Keberlanjutan Usaha Chambers dan Conway (1992) mendefinisikan keberlanjutan usaha sebagai upaya seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan segala kemampuan, pengetahuan, akses, dan tuntutan serta kekayaan yang dimiliki secara lokal maupun global dan terus meningkatkan kemampuan dirinya dengan bekerja sama dengan orang lain, berinovasi, berkompetisi agar dapat bertahan dalam kondisi berbagai perubahan. Sedangkan menurut Nurlina (2009), keberlanjutan usaha merupakan suatu indikasi adanya kemampuan untuk terus memanfaatkan kesempatan usaha, sumber daya alam yang ada di lingkungannya dan sumber daya manusia yang dimilikinya agar tetap dapat bertahan dalam menghadapi berbagai resiko dan perubahan. Dari definisi tersebut
8 ditekankan bahwa pentingnya pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia secara baik dan berkelanjutan.
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan oleh penulis disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Penelitian terdahulu Peneliti Kara Nisa Surya (2014)
Judul Penelitian Pengembangan Entrepreneurial Marketing terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha pada UMKM Kuliner di Depok
Metode Penelitian Penelitian dilakukan di 6 Kecamatan di Kota Depok. Teknik pengambilan sampel dengan non probability sampling dan dengan metode convenience sampling. Metode pengumpulan data dengan wawancara terstruktur. Pengolahan dan analisis data menggunakan SEM PLS.
Sanjoyo Yanuar (2014)
Kajian Entrepreneurial Marketing Terhadap Pengembangan Dan Keberlanjutan Usaha Industri Kecil Menengah Furniture Di Bogor
Teknik pengambilan sampel dengan non probability sampling dan metode convenience sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara lalu diolah menggunakan alat analisis SEM PLS
Stevia Septiani (2012)
Analisis Pengaruh Entrepreneurial Marketing dan Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Industri Alas Kaki di Bogor
Pengumpulan data dengan indepth interview dan menggunakan data sekunder. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive cluster sampling. Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif, transformasi indeks dan SEM PLS
Hasil Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi entrepreneurial marketing adalah keaktifan mencari informasi perkembangan usaha, ketanggapan dalam merespon kritik/saran dari pelanggan, kemampuan pelaku usaha dalam membaca peluang pasar, keberanian mengambil resiko, dan frekuensi dalam berekspansi. Entrepreneurial marketing berpengaruh terhadap pengembangan usaha sebesar 63.2% dan pengembangan usaha terhadap keberlanjutan usaha 44%. Entrepreneurial marketing berpengaruh secara signifikan terhadap keberlanjutan usaha, namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengembangan usaha. Faktorfaktor yang mempengaruhi pengembangan entrepreneurial marketing adalah diversifikasi produk, frekuensi pembuatan model atau tren baru, dan tingkat mengikuti perkembangan kebutuhan/selera pelanggan. Kemampuan entrepreneurial marketing pelaku usaha alas kaki di Bogor termasuk pada kategori cukup tinggi. Berdasarkan analisis SEM PLS, diketahui bahwa variabel entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap daya saing, sedangkan variabel laten kebijakan pemerintah berpengaruh positif terhadap entrepreneurial marketing.
9
METODE Kerangka Penelitian
Pentingnya Industri Rumahan di Kabupaten Kendal Pengembangan Industri Rumahan di Kabupaten Kendal Dibutuhkan pemasaran yang tepat agar Industri rumahan dapat berkembang dengan baik Karakteristik pengusaha dan Profil Industri rumahan
Studi entrepreneurial marketing
Mengukur Pengaruh
Mengukur kemampuan Entrepreneuri al marketing
Pengembanga n usaha
Keberlanjutan usaha
Transformasi indeks Entrepreneurial Marketing Analisis Deskriptif SEM PLS Pengembangan Usaha
Keberlanjutan Usaha
Implikasi Manajerial dari kajian penerapan entrepreneurial marketing untuk pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Industri rumahan merupakan sektor yang sangat penting dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Kendal. Pengembangan industri rumahan perlu dilakukan untuk mendorong kemajuan perekonomian masyarakat dan daerah. Pemasaran merupakan salah satu permasalahan penting dalam pengembangan industri rumahan. Sehingga agar industri rumahan dapat berkembang dan berkelanjutan dibutuhkan strategi dan metode pemasaran yang sesuai dan tepat. Entrepreneurial marketing muncul sebagai konsep yang digunakan untuk
10 mengembangkan usaha pada tingkat awal. Hal ini menimbulkan ketertarikan untuk mengkaji apakah penerapan entrepreunerial marketing dapat mempengaruhi pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kabupaten Kendal khususnya di Kecamatan Kaliwungu sebagai kecamatan yang memiliki jumlah industri rumahan terbanyak. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik pengusaha dan profil dari industri rumahan itu sendiri. Sedangkan untuk melihat pengaruh entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha digunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Squeres (PLS), dimana pencapaian pada masingmasing variabel tersebut telah diketahui sebelumnya melalui analisis transformasi indeks. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap pengambil kebijakan pada pengembangan industri rumahan serta memberikan gambaran kepada pemilik industri rumahan mengenai potensi pengembangan usaha yang dijalaninya.
Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan model percontohan industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Data sekunder pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2014. Sedangkan indepth interview dilaksanakan pada bulan Februari 2015
Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer umumnya bersifat kualitatif yang diperoleh melalui informasi yang diberikan pelaku usaha yang dilakukan dengan metode wawancara (indepth interview) dan pengamatan lapang secara langsung, kuisioner wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui data penelitian Kementerian Pemberdayaaan Perempuan dan Pengembangan Anak (KPPPA) yang bekerja sama Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor pada tahun 2014, dengan judul penelitian “Penanggulangan Kemiskinan Melalui Industri Rumahan Dalam Mewujudkan Ketahanan Keluarga”, yang umumnya bersifat kuantitatif. Kuisioner pada data sekunder dapat dilihat pada Lampiran 2. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari buku, jurnal, surat kabar, serta penelitian terdahulu yang berhubungan dengan industri rumahan dan entrepreneurial marketing guna melengkapi data atau informasi yang diperlukan.
Pengambilan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah Industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu. Metode pengambilan sampel menggunakan metode non probability sampling dengan menggunakan teknik convenience sampling. Peneliti mengambil
11 sampel pada anggota populasi berdasarkan kebetulan dimana anggota populasi yang ditemui bersedia untuk menjadi responden. Industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu berjumlah 332 (Bappeda, 2014). Penentuan jumlah sampel mengikuti pendapat Gay dimana jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 yang sesuai dengan batas minimal metode deskriptifkorelasional (Suharso 2009). Untuk mengurangi adanya data yang tidak sesuai, sampel yang diambil adalah sebanyak 33 responden.
Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual dan tujuan pada penelitian ini, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 𝐻0 1: Entrepreneurial marketing tidak berpengaruh positif terhadap pengembangan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu. 𝐻𝑎 1: Entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap pengembangan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu. 𝐻0 2 : Pengembangan usaha tidak berpengaruh positif terhadap keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu. 𝐻𝑎 2: Pengembangan usaha berpengaruh positif terhadap keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu. 𝐻0 3: Entrepreneurial marketing tidak berpengaruh positif terhadap keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu. 𝐻𝑎 3: Entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu. Entrepreneurial Marketing
𝐻0 3, 𝐻𝑎 3
𝐻0 1, 𝐻𝑎 1
Keberlanjutan Usaha
𝐻0 2, 𝐻𝑎 2 Pengembangan Usaha
Gambar 2 Model penelitian
Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono 2008). Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri rumahan.
12
Analisis Transformasi Indeks Sumardjo (1999) mendefinisikan transformasi indeks sebagai suatu teknik kuantitatif yang mampu mengidentifikasi nilai keragaman yang terjadi pada setiap variabel penelitian yang berskala ordinal. Pengukuran parameter atau indikatorindikator dari setiap variabel dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat pencapaian dalam kontinum nilai total terendah (sama dengan jumlah indikator) dan tertinggi (sama dengan jumlah skor maksimum), dimana skor setiap indikator merupakan skala ordinalnya itu sendiri. Structural Equation Modeling (SEM) Menurut Ghozali et al. (2005), Structural Equation Modelling (SEM) merupakan suatu teknik analisis statistik multivariat, yang dapat menguji hubungan antara variabel yang kompleks baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai suatu model. Secara teknis SEM dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu SEM berbasis covariance yang diwakili dengan software LISREL dan SEM berbasis variance atau sering disebut Component Based SEM, yang mempergunakan software SmartPLS atau PLS Graph. Covariance Based SEM lebih bertujuan memberikan pernyataan tentang hubungan kausalitas atau memberikan deskripsi mekanisme hubungan kausalitas (sebab-akibat). Sedangkan Component Based SEM dengan PLS bertujuan mencari hubungan linear prediktif antar variabel (Ghozali 2008). Tabel 7 menunjukan operasionalisasi variabel yang digunakan sebagai kerangka pemikiran penyusunan model. Tabel 7 Operasionalisasi variabel Variabel Entrepreneu rial Marketing
Sub variabel Konsep
Strategi
Metode
Definisi
Indikator
Pemasaran kewirausahaan berfokus pada orientasi inovasi dan keberadaan ide serta intuisi sebagai alat untuk menilai kebutuhan pasar (Stokes,2000)
1 Tingkat kemampuan diversifikasi produk 2 Tingkat keyakinan akan keberhasilan usaha 3 Tingkat keragaman jenis produk 4 Tingkat kemampuan menghasilkan barang berkualitas 5 Tingkat kemampuan menghasilkan tampilan barang yang menarik
K1
1 Tingkat ekspansi ke daerah pemasaran baru 2 Tingkat kemampuan mengikuti selera pelanggan
S1
1 Tingkat kemampuan menjalin hubungan baik dengan pelanggan
M1
Pemasaran Kewirausahaan mempraktikan proses bottom-up atau menyediakan produk sesuai permintaan klien (Stokes 2000) Pemasaran kewirausahaan melakukan pendekatan pemasaran interaktif atau berkontak langsung dengan pelanggan (Stokes,2000)
Kode
K2 K3 K4
K5
S2
13 Variabel
Pengembang an Usaha
Keberlanjuta n Usaha
Sub variabel Intelegen si pasar
Definisi
Indikator
Pemasaran kewirausahaan menggunakan pendekatan informal seperti pengamatan pribadi atau menggunakan jaringan informal (Stokes,2000)
1 Tingkat kemampuan menjalin hubungan baik dengan pemasok 2 Tingkat kemampuan menjalin hubungan baik dengan instansi pemerintah 3 Tingkat keaktifan mencari modal dari pemerintah 4 Tingkat keaktifan mencari informasi dari luar lingkungan 1 Tingkat kemudahan memperoleh bahan baku 2 Tingkat kemampuan menjual di berbagai pasar
I1
1 Tingkat kemampuan bersaing dengan usaha sejenis
PU4
1 Tingkat penambahan modal usaha 2 Tingkat kemampuan memperoleh dana dari bank atau pemerintah
PU2
1 Tingkat peningkatan jumlah pelanggan 2 Tingkat perpindahan pelanggan 3 Tingkat pemasaran di berbagai daerah 4 Tingkat pendapatan secara kuantitas 5 Tingkat kepuasan pekerja
KU1
Salah satu strategi pemberdayaan usaha kecil adalah memilih dan menjalin kerjasama usaha melalui berbagai jalur kemitraan, baik bersifat backward (pemasok) atau forward linkage (penjual) (Hubeis, 1997) Menciptakan keunggulan bersaing dengan cara menekan biaya produksi, diferensiasi produk, dan menemukan peluang pasar (Hubeis,1997) Keberhasilan strategi pengembangan dibidang permodalan adalah bagaimana pemerintah dan masyarakat melaksanakan konsep permodalan untuk membantu UKM (Partomo dan Soejoedono,2002) Upaya seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan segala kemampuan, pengetahuan, akses, dan tuntutan serta kekayaan yang dimiliki secara lokal maupun global dan terus meningkatkan kemampuan dirinya dengan bekerja sama dengan orang lain, berinovasi, berkompetisi agar dapat bertahan dalam kondisi berbagai perubahan (Chambers dan Conway,1992).
Kode
I2
I3 I4
PU1 PU3
PU5
KU2 KU3 KU4 KU5
14
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan Responden pada penelitian ini adalah perempuan pelaku industri rumahan yang tergabung dalam kelompok usaha industri rumahan. Jumlah responden terdiri atas 33 perempuan dari Kecamatan Kaliwungu yang juga berstatus sebagai istri dan ibu rumahtangga. Karakteristik pelaku usaha industri rumahan pada Kecamatan Kaliwungu dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Karakteristik pelaku usaha industri rumahan No
Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan N
1
2
3
4
5
6
Umur pelaku usaha 1) <30 tahun 2) 30-40 tahun 3) >40- 50 tahun 4) >50 tahun Pendidikan Formal 1)Tidak Bersekolah 2) SD/MI 3) SMP/MTs 4) SMA/SMK/MA 5) Perguruan Tinggi Alasan berusaha 1) Mengikuti jejak orang tua 2) Diajak teman/tetangga 3) Tidak punya pilihan lain 4) Usaha ini ada harapan (menguntungkan) Pekerjaan sebelumnya 1) Petani 2) Peternak 3) Karyawan swasta 4) Guru/PNS 5) TNI 6) Ibu rumah tangga Apa pekerjaan tersebut masih berlangsung? 1) Ya 2) Tidak Awal mula menjalankan usaha 1) Dari awal sampai sekarang ikut keluarga; 2) Awalnya ikut keluarga, setelah usahanya jalan, lalu mengelola sendiri; 3) Ikut keluarga kurang dari enam bulan; 4) Memulai usaha sendiri.
Jumlah (n=33) %
3 13 10 7
9.1 39.4 30.3 21.2
0 10 11 10 2
0.0 30.3 33.3 30.3 9.1
5 1 6 21
15.2 3.0 18.2 63.6
1 0 5 1 0 26
3.0 0.0 15.2 3.0 0.0 78.8
32 1
97.0 3.0
4 6
12.1 18.2
0 23
0.0 69.7
Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015) Seperti yang terlihat pada Tabel 8, pada dasarnya pelaku usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu memiliki usia yang beragam, namun persentase terbesar berada pada rentang umur 30 tahun sampai 40 tahun dengan jumlah 39.4%. Hal tersebut menunjukan mayoritas pelaku usaha berada pada usia produktif dalam bekerja dimana kondisi kesehatan masih terjaga dan mendukung.
15 Sebagian besar pelaku usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu merupakan lulusan SMP/MTs, yaitu sebesar 33.3%. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata lama bersekolah pelaku usaha industri rumahan yang mencapai 9 tahun. Selain itu, lulusan SD/MI dan lulusan SMA/SMK/MA memiliki jumlah persentase yang berimbang yaitu masing-masing sebesar 30.3%. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan formal yang dimiliki pelaku usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu masih rendah. Mayoritas pelaku usaha industri rumahan memiliki alasan bahwa usaha yang dijalani memiliki harapan yang bagus (63.6%). Hal tersebut menggambarkan bahwa ada kesadaran yang tinggi dari pelaku usaha bahwa berbisnis dapat menciptakan berbagai peluang untuk sukses dan memberikan keuntungan. Dalam arti lain bahwa pelaku usaha industri rumahan menjalankan bisnis atas kemauan dan kesadaran sendiri bukan dari paksaan keluarga ataupun teman. Pernyataan tersebut didukung oleh data penelitian yang menyatakan bahwa 69.7% pelaku usaha menjalankan usahanya sendiri dan tidak mengikuti orang tua ataupun keluarga lainnya.
Karakteristik Usaha Industri Rumahan Berdasarkan karakteristik lama usaha yang dijalankan, data yang diperoleh menunjukan bahwa usaha industri rumahan memiliki lama usaha yang cukup beragam. Mayoritas lamanya usaha yang dijalankan berada pada rentang 1-3 tahun, yaitu 30.3%. Hal tersebut menunjukan bahwa mayoritas usaha industri rumahan yang ada saat ini merupakan pelaku baru yang belum lama ini merintis usahanya. Mayoritas pelaku usaha mendapatkan omset rata-rata kurang dari 2 juta perbulan (33.3%). Meskipun mayoritas tergolong pada omset yang cukup kecil, mayoritas pelaku usaha mengaku bahwa usaha yang dijalankan dapat memenuhi kebutuhan keluarganya hingga 50% dari keseluruhan (45.5%). Karakteristik usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Karakteristik usaha industri rumahan No 1
2
3
Karakteristik Usaha Industri Rumahan Saat Ini Lama Usaha 1) <1 tahun 2) 1-3 tahun 3) 3-6 tahun 4) 6-9 tahun 5) 9-12 tahun 6) >12 tahun Omset rata-rata perbulan (Rp) 1) <2 000 000 2) 2 000 001-4 000 000 3) 4 000 001-6 000 000 4) 6 000 001-8 000 000 5) 8 000 001-10 000 000 6) >10 000 000 Berapa kali Ibu bepergian ke luar desa/daerah untuk menjalankan usaha ini ? 1) Tidak pernah
Kec. Kaliwungu (n=33) N % 0 10 4 6 5 8
0.0 30.3 12.1 18.2 15.2 24.2
11 10 3 3 3 3
33.3 30.3 9.1 9.1 9.1 9.1
5
38.5
16 No
4
5
6
Karakteristik Usaha Industri Rumahan Saat Ini 2) 1-5 kali/per bulan 3) 6-10 kali/per bulan 4) Diatas 11 kali/per bulan Apakah usaha ini menjadi sumber pendapatan utama keluarga ? 1) Tidak menjadi sumber utama 2) Sebagai tambahan pendapatan keluaga 3) Menjadi sumber utama 4) Sangat menjadi sumber utama Dengan usaha ini kebutuhan keluarga terpenuhi berapa persen ? 1) 0 -25 % 2) 26 – 50 % 3) 51 – 75 % 4) 76 – 100 % Selain usaha ini apakah Ibu punya usaha lain? 1) Tidak punya 2) Punya satu lagi 3) Punya dua lagi 4) Punya tiga lagi
Kec. Kaliwungu (n=33) N % 3 23.1 2 15.4 3 23.1 0 15 12 6
0.0 45.5 36.4 18.2
6 15 8 4
18.2 45.5 24.2 12.1
23 8 2 0
69.7 24.2 6.1 0.0
Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015) Berdasarkan tipologi industri rumahan pada Tabel 4, industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu dapat dikategorikan secara mayoritas berada pada tahap pemula. Hal tersebut dapat tergambarkan melalui modal awal, modal yang dimiliki saat ini, produksi yang tidak kontinu, jual lepas, serta jumlah tenaga kerja. Dari sisi modal awal, 78.8% pelaku usaha industri rumahan menggunakan modal kurang dari Rp1 000 000, sedangkan modal saat ini yang dikelola mayoritas (65.5% dari pelaku usaha) masih berada dibawah Rp 2 000 000. Kedua hal tersebut menggambarkan bahwa rendahnya tingkat perputaran uang yang berada pada usaha yang dijalankan. Produksi yang tidak kontinu sering terjadi akibat tidak stabilnya permintaan serta keterbatasan sumber daya produksi, baik itu bahan baku maupun tenaga kerja. Pelaku usaha 5 : “Salah satu kendala yaitu karyawan lambat, nanti ada kebutuhan lain atau anaknya lagi sakit, sehingga kerjaan ketunda dan gak lancar” Sistem jual lepas mayoritas terjadi pada sentra produksi batik serta kerajinan tangan. Hal tersebut dikarenakan pelaku usaha tidak memiliki kios sendiri dalam memasarkan produksinya. Sedangkan pada usaha sentra makanan mayoritas sudah bekerja sama dengan pedagang di pasar maupun kios oleh-oleh, sehingga sudah terdapat pesanan pada periode tertentu. Dari sisi kepemilikan tenaga kerja, sebesar 42.9% memiliki 3-4 orang tenaga kerja, 32.1% memiliki 1-2 orang tenaga kerja, 17.9% tidak menggunakan tenaga kerja, dan 7.1% memiliki 5-7 tenaga kerja. Hal tersebut dapat menggambarkan bahwa tenaga kerja yang digunakan masih berjumlah sedikit bahkan beberapa usaha tidak menggunakan tenaga kerja. Sehingga dapat disimpulkan mayoritas usaha di Kecamatan Kaliwungu masih berada pada tahap pemula.
17 Analisis Transformasi Indeks Kemampuan Entrepreneurial Marketing Berdasarkan analisis transformasi indeks yang telah dilakukan, kemampuan entrepreneurial marketing pelaku usaha industri rumahan secara keseluruhan mencapai angka 62 %. Hal tersebut mengindikasikan para pelaku usaha memiliki kemampuan entrepreneurial marketing yang cukup baik sehingga terdapat peluang yang besar agar usaha yang dijalankan dapat berkembang secara mandiri dan berkelanjutan. Kemampuan entrepreneurial marketing pada masing-masing indikator ditunjukan pada Gambar 3. 80 70
73 65
65 55
60 50 40 30 20 10 0 Concept
Strategy
Methods
Market Intelligence
Gambar 3 Indeks entrepreneurial marketing (%) Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015) Kemampuan entrepreneurial marketing yang terbesar ditunjukan oleh kemampuan methods, yaitu sebesar 73%. Hal tersebut menunjukan bahwa pelaku industri rumahan mampu melakukan pendekatan pemasaran secara interaktif atau dengan kata lain mampu untuk berkontak langsung dengan pelanggan dan menjalin hubungan baik dengan pelanggan. Pendekatan pada kemampuan methods ini tidak hanya terletak pada kemampuan berkontak langsung dengan pelanggan, namun juga bagaimana pelaku usaha mampu menjaga hubungan baik dengan pelanggan, baik itu pelanggan baru maupun pelanggan lama. Pelaku usaha 5 : “Permasalahan utama adalah pemasaran. Sudah bikin batik, belum tentu kita bisa pasarkan. Kalau bukan sistem kerja sama pasti sulit terjual, karna harga dipasar lebih murah” Selanjutnya, kemampuan yang juga cukup besar diperlihatkan oleh kemampuan concept dan strategy yang masing-masing memperoleh nilai indeks sebesar 65%. Hal tersebut menunjukan para pelaku usaha cukup baik dalam melakukan inovasi produk, menciptakan produk yang beragam, serta intuitif terhadap kebutuhan pasar. Selain itu pelaku usaha juga cukup baik dalam menciptakan produk yang sesuai dengan permintaan pelanggan sesuai dengan strategi bottom up. Kemampuan pelaku usaha pada tingkat market intelligence adalah sebesar 55%. Meskipun dapat dikatakan kemampuan pada level tersebut sudah cukup baik, namun pelaku usaha masih mengalami kendala pada pengumpulan informasi dan
18 menjalin hubungan yang baik dengan pihak luar. Kendala terbesar pada kemampuan ini adalah kemampuan untuk mencari modal usaha dari kebijakan pemerintah. Hal tersebut mengindikasikan perlunya sosialisasi yang menyeluruh mengenai berbagai kebijakan terkait modal usaha kepada pelaku usaha industri rumahan. Kemampuan Pengembangan Usaha Secara keseluruhan, kemampuan pengembangan usaha para pelaku industri rumahan sudah cukup baik. Analisis indeks menunjukan bahwa pengembangan usaha sudah mencapai 62%. Nilai indeks pada masing-masing indikator variabel pengembangan usaha dapat dilihat pada Gambar 4. 80 65
64
66
68
60 44 40 20 0 Kemampuan Memperoleh Bahan Baku
Penambahan Modal Usaha
Keberagaman Pasar
Kemampuan Bersaing
Kemampuan Memperoleh Dana
Gambar 4 Indeks Pengembangan Usaha (%) Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015) Gambar 4 menunjukan bahwa kemampuan bersaing dengan usaha sejenis merupakan kemampuan terbesar dengan tingkat implementasi sebesar 68%. Indikator keberagaman pasar dan kemampuan penambahan modal dari keuntungan usaha juga diimplementasikan dengan cukup baik, dengan masing masing nilai indeks sebesar 66% dan 64%. Hal tersebut menggambarkan bahwa pelaku usaha mampu menjual produknya diberbagai pasar yang berbeda dan juga mampu menyisihkan keuntungannya untuk penambahan pada modal usaha. Nilai terendah dari kemampuan pengembangan usaha terlihat pada kemampuan memperoleh dana (44%). Hal tersebut menggambarkan pelaku usaha industri rumahan mengalami kendala pada perolehan dana baik dari pihak bank maupun pemerintah. Beberapa pelaku usaha merasa pihak dinas masih lambat dalam merespon kendala yang dihadapi pelaku usaha. Pelaku usaha 1 : “pak, tolong difasilitasi penyempurnaan tempat kami. Bila ada lampu hijau, akan dibuat proposal.” “Setelah dilaporkan tidak ada respon.” Kemampuan Keberlanjutan Usaha Transformasi indeks juga dilakukan terhadap indikator-indikator variabel keberlanjutan usaha. Secara keseluruhan kemampuan keberlanjutan usaha industri rumahan mencapai 62%. Nilai indeks pada masing-masing indikator keberlanjutan usaha dapat dilihat pada Gambar 5.
19 80
71
70 60
56
58
66 57
50 40 30 20 10 0 Jumlah Pelanggan
Perpindahan Pelanggan
Pemasaran di Berbagai Daerah
Pendapatan Secara Kuantitas
Kepuasan Pekerja
Gambar 5 Indeks Keberlanjutan Usaha (%) Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015) Kemampuan terbesar ditunjukan oleh indikator pemasaran di berbagai daerah, yaitu sebesar 71%. Hal tersebut menunjukan bahwa pelaku usaha memiliki wilayah pemasaran yang cukup luas untuk menempatkan produk-produknya. Pelaku usaha 2: “Dulu saya bingung jualnya, kalau sekarang sudah masuk ke tiga kios oleh-oleh. Udah dikirim juga ke semarang” Dari indikator kepuasan pekerja memiliki pencapaian yang cukup baik dengan nilai indeks 66%. Hal tersebut berarti karyawan yang bekerja untuk industri rumahan merasa puas dalam bekerja sehingga keberlanjutan usaha diharapkan dapat berkembang dari loyalitas dan motivasi kerja yang tinggi dari karyawan. Di sisi lain, pencapaian yang cukup rendah dicapai oleh kemampuan meningkatkan jumlah pelanggan dan kemampuan meningkatkan pendapatan secara kuantitas yang masing-masing memperoleh nilai indeks 56% dan 57%. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah pelanggan dan pendapatan industri rumahan tidak melonjak secara signifikan setiap tahunnya. Meskipun pelanggan dan pendapatan bertambah namun pertambahan tersebut dirasa tidak terlalu besar.
Analisis SEM PLS Analisis Structural Equation Modelling dengan pendekatan Partial Least Square (SEM with PLS) digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel laten dan juga hubungan antara variabel laten dengan indikator konstruknya. Terdapat tiga buah variabel laten pada penelitian kali ini, yaitu entrepreneurial marketing (EM), pengembangan usaha (PU), dan keberlanjutan usaha (KU). Masing-masing variabel laten memiliki beberapa variabel manifest (indikator) yang diperoleh melalui kajian pustaka. Model awal SEM PLS pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Model evaluasi PLS dilakukan dengan menilai outer model atau biasa disebut model pengukuran dan inner model atau sering disebut model struktural.
20 Model pengukuran (outer model) adalah model yang mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Evaluasi model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Outer model dengan indikator reflektif dievaluasi melalui validitas convergent dan discriminant dari indikator pembentuk konstruk laten dan composite reliability untuk blok indikatornya (Ghozali 2015). Sedangkan evaluasi model struktural (inner model) bertujuan untuk memprediksi hubungan antar variabel laten. Analisis inner model akan menjawab hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Proses dalam inner model menggunakan teknik bootstrapping yang bertujuan untuk menghasilkan T-statistik. Dari T-statistik yang diperoleh dapat diketahui hubungan antar variabel yang diukur. Analisis Outer Model Pada evaluasi model pengukuran (outer model) terlebih dahulu dilakukan evaluasi convergent validity yang meliputi pengukuran loading faktor dan nilai Average Variance Extracted (AVE). Ghozali (2015) menyatakan bahwa Konstruk dapat memiliki nilai validity yang baik ketika nilai loading faktor lebih dari 0.7 dan nilai AVE lebih dari 0.5. Tahap selanjutnya adalah evaluasi diskriminan validity yang dapat dilakukan dalam dua cara yaitu melihat nilai cross loading atau dengan membandingkan korelasi antar konstruk dengan akar AVE. Selain uji validitas, pengukuran model juga dilakukan untuk menguji reliabilitas suatu konstruk. Uji reliabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk. Pada uji ini, Reliabilitas dikatakan baik apabila nilai composite reliability lebih besar dari 0.7. Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif pada penelitian kali ini terangkum dalam Tabel 10. Dari Tabel 10 diketahui bahwa model ini telah memenuhi nilai standar pada kriteria outer model. Hal tersebut mengindikasikan bahwa model ini memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Hasil kriteria outer model secara lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 10 Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif No
Kriteria
Standar
1
Loading Factor
≥ 0.7
2
Composite Reliability
≥ 0.7
3
Average Variance Extracted (AVE) Akar Kuadrat AVE
≥ 0.5
4
Lebih besar dari nilai korelasi antar variabel
Hasil Penilaiana
Kesimpulan
EM K1 = 0.811 EM I2 = 0.889 PU 3 = 0.872 PU 4 = 0.871 KU 1 = 0.761 KU 3 = 0.796 KU 4 = 0.718 EM = 0.840 PU = 0.863 KU = 0.803 EM = 0.724 PU = 0.760 KU = 0.576 Semua nilai akar kuadrat AVE dari peubah laten lebih besar dari korelasi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
21 No
5
Kriteria
Cross Loading
Standar
Setiap indikator memilliki loading factor lebih tinggi untuk setiap laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk laten lainnya
Hasil Penilaiana peubah laten lainnya. Semua indikator EM,PU,KU memiliki korelasi yang lebih besar pada latem sendiri daripada korelasi ke laten lainnya
Kesimpulan
Memenuhi
Sumber : Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015) a
Variabel dan indikator; EM: entrepreneurial marketing, PU: pengembangan usaha, KU: keberlanjutan usaha; K1: kemampuan melakukan diversifikasi produk, I2: kemampuan menjalin hubungan dengan instansi pemerintah, PU3: kemampuan penjualan di berbagai wilayah pasar, PU4: kemampuan bersaing dengan usaha sejenis,KU1: peningkatan jumlah pelanggan setiap tahun,KU3:wilayah pemasaran di berbagai daerah,KU4 :pendapatan meningkat secara kuantitas.
Berdasarkan model akhir pada Gambar 6, variabel laten EM dicerminkan oleh dua indikator utama, yaitu EM K1 (Kemampuan melakukan diversifikasi produk) dan EM I2 (kemampuan menjalin hubungan dengan instansi pemerintah). Hal ini berarti bahwa, berdasarkan persepsi pelaku usaha, kemampuan entrepreneurial marketing yang baik adalah ketika setidaknya dua indikator utama reflektif tersebut dapat terlaksana dengan optimal.
Gambar 6 Model akhir penelitian pada analisis SEM PLS Kemampuan menjalin hubungan dengan instansi pemerintah merupakan indikator dengan loading factor terbesar yaitu 0.889. Upaya pelaku usaha dalam menjalin hubungan baik dengan instansi pemerintah merupakan bagian dari pembentukan jaringan informal demi tercapainya intelegensi pemasaran yang baik. Menjalin hubungan yang baik dengan instansi terkait dapat dilakukan pelaku usaha
22 dengan menghadiri berbagai kegiatan yang dilaksanakan seperti pelatihan, pameran ataupun pembentukan kelompok usaha. Di sisi lain, kemampuan melakukan diversifikasi produk merupakan indikator penting yang mencerminkan kemampuan EM. Pada industri rumahan, pembuatan model baru dilakukan berdasarkan permintaan konsumen dan trend yang sedang berkembang dipasaran. Dapat dikatakan bahwa tidak ada waktu yang pasti untuk melakukan diversifikasi produk. Kemampuan menyesuaikan produk dengan permintaan pelanggan merupakan hal terpenting untuk memuaskan pelanggan dan menjaga hubungan yang berkelanjutan. Selanjutnya, variabel laten PU dicerminkan oleh dua indikator utama, yaitu: PU 3 (kemampuan penjualan di berbagai wilayah pasar) dan PU 4 (kemampuan bersaing dengan usaha sejenis). Dilihat dari indikator kemampuan penjualan di berbagai wilayah pasar, pelaku usaha merasa produknya cukup mampu terjual dengan baik. Hal tersebut berhubungan dengan karakteristik produk industri rumahan yang unik dan padat karya sehingga pelanggan mudah tertarik dengan produk yang memiliki karakteristik yang unik Sedangkan pada indikator kemampuan bersaing, terimpilikasi bahwa usaha akan berkembang jika usaha mampu untuk bersaing dengan usaha sejenis lainnya. Munculnya persaingan yang ketat, akan meningkatkan kinerja industri rumahan kearah efisiensi dan tingkat produktivitas yang tinggi. Sehingga kemampuan bersaing akan mengarah kepada pengembangan usaha yang baik. Variabel terakhir adalah keberlanjutan usaha. Variabel laten KU dicerminkan oleh tiga indikator utama yaitu KU 1 (peningkatan jumlah pelanggan setiap tahun), KU 3 (wilayah pemasaran di berbagai daerah), KU 4 (pendapatan meningkat secara kuantitas). Pelanggan merupakan ukuran yang berkontribusi besar dalam mengukur keberlanjutan usaha. Pada indikator peningkatan jumlah pelanggan setiap tahun sangat berkaitan erat dengan kemampuan pelaku usaha memperoleh pelanggan baru serta tingkat penerimaan konsumen baru terhadap produk yang ditawarkan. Peningkatan jumlah pelanggan akan meningkatkan jumlah pendapatan secara kuantitas yang akhirnya dapat mendorong keberlanjutan usaha. Analisis Inner Model Evaluasi model struktural (inner model) merupakan analisis yang menggambarkan hubungan antara variabel, apakah terdapat pengaruh positif atau negatif. Pada inner model, pengujian dilakukan terhadap 2 kriteria yaitu: R² dari peubah laten endogen dan estimasi koefisien jalur (Ghozali 2008). Pengamatan R² dari peubah laten endogen dilakukan untuk melihat seberapa besar variabilitas konstruk endogen dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk eksogen sedangkan estimasi koefisien jalur meliputi pengaruh positif langsung suatu konstruk laten dengan konstruk laten lainnya. Hasil penilaian kriteria dan standar nilai inner model penelitian kali ini dapat dilihat pada Tabel 11. Secara lebih lengkap hasil penilaian inner model dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 11 Hasil penilaian kriteria Inner Model dan standar nilai Inner Model No 1
Kriteria 2 𝑅 dari peubah laten endogen
Standar Chin (1998) mengelompokan nilai 𝑅 2 sebesar 0.67 sebagai substansial;
Hasil Penilaiana 𝑅 2 untuk PU = 0.289
Kesimpulan 𝑅 moderat
𝑅 2 untuk KU = 0.146
𝑅 2 lemah
2
23 No
2
Kriteria
Estimasi koefisien jalur
Standar 0.33 sebagai moderat; dan 0.19 sebagai lemah Pengaruh nyata jika T-statistik > T-tabel. Pada alpha 5%, nilai T-tabel adalah 1.96
Hasil Penilaiana
Nilai T-statistik EM → PU = 4.068 EM → KU = 0.973 PU → KU = 0.127
Kesimpulan
EM berpengaruh terhadap PU
Nilai Koefisien EM → PU = 0.537 EM → KU = 0.352 PU → KU = 0.051
Sumber: Penelitian KPPPA dan PKGA IPB (data diolah 2015) a
Variabel laten; EM: entrepreneurial marketing, PU: pengembangan usaha, KU: keberlanjutan usaha
Berdasarkan kriteria R² pada Tabel 11, hasil dari R² untuk variabel PU adalah sebesar 0.289 sedangkan R² untuk variabel KU adalah sebesar 0.146. Hal tersebut mengindikasikan variabilitas laten PU dapat dijelaskan oleh variabilitas laten EM sebesar 28.9% sedangkan variabilitas laten KU dapat dijelaskan oleh variabilitas laten EM dan PU sebesar 14.6%. Selanjutnya dilakukan uji estimasi koefisien jalur yang melihat Nilai Tstatistik sebagai dasar dalam menilai pengaruh signifikan suatu konstruk dan melihat nilai Original Sample sebagai dasar dalam menilai seberapa besar pengaruhnya. Inner model dapat dilihat berdasarkan hasil bootstraping seperti pada Gambar 7.
Gambar 7 Hasil pengolahan bootstrapping model entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha Berdasarkan hasil bootstraping, diketahui bahwa dari tiga path yang ada, hanya ada satu path yang memiliki pengaruh yang signifikan (lebih besar dari Ttabel). Hasilnya menunjukkan bahwa variabel EM memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel PU, dengan nilai T-statistik sebesar 4.068 (lebih besar
24 dari T-tabel). Berdasarkan nilai koefisien, EM mempunyai pengaruh positif terhadap PU dengan nilai sebesar 0.537. Hal tersebut dapat diintrepretasikan bahwa ketika terjadi peningkatan dalam kemampuan entrepreneurial marketing maka akan meningkatkan pengembangan usaha sebesar 53.7%. Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis 1 diterima (tolak 𝐻0 1). Di sisi lain, tidak terdapat pengaruh signifikan pada 2 path lainnya. Pada penelitian kali ini ditemukan bahwa variabel PU tidak mempunyai pengaruh signifikan terdapat variabel KU, dengan nilai T-statistik sebesar 0.127 (lebih kecil dari T-tabel), hal ini berarti hipotesis 2 tidak dapat diterima (terima 𝐻0 2). Begitu juga dengan variabel EM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap KU, dengan nilai T-statistik sebesar 0.973. Sehingga dapat dikatakan juga hipotesis 3 tidak dapat diterima (terima 𝐻0 3).
Implikasi Manajerial Serangkaian tindakan manajerial perlu dilakukan untuk pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Sesuai dengan karakteristik dan keterbatasan industri rumahan yang ada, tindakan manajerial tersebut dapat diimplementasikan melalui entrepreneurial marketing dengan berfokus kepada empat prinsip utama yaitu konsep, strategi, metode, dan intelegensi pasar. Implikasi manajerial pada prinsip entrepreneurial marketing terangkum pada Tabel 12. Tabel 12 Implikasi manajerial pada prinsip entrepreneurial marketing. Konsep 1. Berorientasi kepada inovasi, inovasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari menciptakan model baru, menciptakan produk unik, serta menciptakan proses produksi yang berbeda. 2. Kunjungan ke pelaku usaha lain di berbagai daerah yang diharapkan terjadinya proses tukar pikiran
Strategi 1. Mampu menyediak an produk sesuai dengan permintaan pelanggan 2. Mengikuti perkemban gan pada kebutuhan dan selera pelanggan
Metode Intelegensi pasar 1. Penjualan 1. Pelaku usaha personal harus dilakukan berpartisipasi secara interaktif aktif dalam 2. Menepati kegiatan yang komitmen yang diadakan oleh diberikan pemerintah seperti 2. Sikap fleksibel memberikan perlu produk yang ditingkatkan berkualitas, pelaku usaha tepat waktu, agar pelaku serta usaha dapat berpedoman menerima pada kejujuran. kritik, saran, dan berbagai informasi baru
25
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Karakteristik pelaku usaha industri rumahan secara umum memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Meski demikian, mayoritas dari mereka masih berada pada usia produktif yang memiliki semangat kerja serta pengembangan usaha ke arah yang jelas. Selanjutnya, karakteristik usaha industri rumahan Kecamatan kaliwungu dapat dikatakan berada pada tahap pemula. 2. Kemampuan entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, serta keberlanjutan usaha yang dimiliki pelaku usaha industri rumahan termasuk pada tingkat yang cukup tinggi. Namun terdapat beberapa indikatorindikator utama dari variabel tersebut yang masih belum optimal. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi entrepreneurial marketing dalam pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu adalah kemampuan melakukan diversifikasi produk dan kemampuan menjalin hubungan dengan instansi pemerintah. Berdasarkan analisis SEM dengan pendekatan PLS, diketahui bahwa variabel laten entrepreneurial marketing berpengaruh positif secara langsung terhadap pengembangan usaha industri rumahan di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Saran Pelaku usaha industri rumahan dapat meningkatkan kemampuan pengembangan usaha melalui peningkatan kemampuan entrepreneurial marketing. Pelaku usaha perlu memahami empat kunci utama entrepreneurial marketing yaitu konsep, strategi, metode, dan inteligensi pasar dengan setidaknya melakukan realisasi optimal pada 2 indikator utama yaitu melakukan diversifikasi produk dan kemampuan menjalin hubungan dengan instansi pemerintah. Dari sisi pemerintah daerah, perhatian dan pengembangan industri rumahan masih perlu ditingkatkan lagi. Diharapkan dinas terkait lebih gencar memberikan informasi dan bantuan kepada pelaku usaha dengan merata pada pelaku usaha yang potensial.
DAFTAR PUSTAKA [Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Kabupaten Kendal. 2014. Masterplan Percepatan Pengembangan Industri Rumahan 2015-2030. Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Statistika Indonesia. Jakarta (ID) :Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2014. Berita Resmi Statistik Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Tengah. Dapat diunduh pada: http://jateng.bps.go.id
26 Bjerke, Hutlman. 2002. Entrepreneurial Marketing: The Growth of Small Firms in the New Economic Era. Gloucestershier (UK): Edward Elgar Chambers R. & Conway GR. (1992). Sustainable Livelihood: Practical Concept for the 21 St Century. Institute of Development Studies (Discussion Paper, 296 At The University of Sussex). England. Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah. 2015. Time Series Data UMKM Binaan Provinsi Jawa Tengah Posisi Per: Triwulan I 2015. Dapat diunduh pada: http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/ Ghozali I. 2005. Structural Equation Modelling Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Program Lisrel 8.45. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali I. 2008. Structural Equation Modelling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Edisi 2. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali I. 2015. Partial Least Squaeres Konsep Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 3.0. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hadiyati E. 2009. Kajian Pendekatan Pemasaran Kewirausahaan dan Kinerja Penjualan Usaha Kecil. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 11(2): 183192 Hubeis M. 1997. Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi Melalui Pemberdayaan Manajemen Industri. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Manajemen Industri. Bogor (ID): IPB Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. (2014). Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) tahun 20112012. Dapat diunduh di http://www.depkop.go.id Nisa KS. 2014. Pengembangan Entrepreneurial Marketing Terhadap Pengembangan dan keberlanjutan Usaha pada UMKM Kuliner di Depok [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Nurlina L. 2009. Hubungan Antara Tingkat Pelayanan sarana produksi dan Kegiatan Penyuluhan dengan Keberlanjutan Usaha Anggota Koperasi. Jurnal Ekonomi Koperasi, 2009. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Partomo TS, Soejoedono AR. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Sarma M. 2013. Entrepreneurial Marketing untuk Keberhasilan Pemasaran bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia. Bogor (ID): IPB Press. Sarma M, Herien P, Hendra SA. 2014. Analisis Penanggulangan Kemiskinan Melalui Industri Rumahan Dalam Mewujudkan Ketahanan Keluarga. Kerjasama Pusat Kajian Gender dan Anak LPPM IPB dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak- Republik Indonesia. Sarma M, Stevia S, Farida R, Edward HS. 2013. The Impact of Entrepreneurial Marketing and Business Development on Business Sustainability. Small and Household Footwear Industries in Indonesia. International Journal of Marketing Studies. 5(4). Septiani S. 2012. Pengaruh Entrepreneurial Marketing dan Kebijakan Pemerintah terhadap Daya Saing Industri Alas Kaki di Bogor. [Thesis]. Bogor (ID) :
27 Program Studi Ilmu Manajemen, Sekolah PascaSarjana Institut Pertanian Bogor Septiani S, Ma’mun S, Wilson HL. 2013. Pengaruh Entrepreneurial Marketing dan Kebijakan Pemerintah terhadap Daya Saing Industri Alas Kaki di Bogor. Jurnal Manajemen dan Organisasi. IV (2) Siahaan. 1996. Pola Pengembangan Industri. Jakarta [ID]: Departemen Perindustrian. Stokes D. 2000. Putting Entrepreneurship into Marketing. Journal of Researh in Marketing & Entrepreneurship. 2(1). Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung (ID): Alfabeta Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan Kemandirian Petani. Bogor (ID): Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. Yanuwar S. 2014. Kajian Entrepreneurial Marketing Terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha Industri Kecil Menengah Furniture di Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
28 Lampiran 1 Indepth Interview No. Responden :
PERTANYAAN WAWANCARA
Bagaimana awal mula usaha ini didirikan? Bagaimana pengelolaannya? Berapa jumlah karyawan yang dimiliki? Bagaimana cara ibu menjual produk? Kemana produk dijual? Apakah ada produksi/barang ibu yang disesuaikan dengan keinginan pelanggan? 5. Bagaimana upaya menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan? 6. Bagaimana kondisi perkumpulan usaha? 7. Permasalahan apa yang paling sering dihadapi? 8. Bagaimana kemampuan memperoleh dana dari bank/pemerintah? Apa kendalanya? 9. Bantuan apa yang dirasakan UKM atas bantuan dari pemerintah? 10. Pengembangan seperti apa yang ingin dilakukan kedepannya? Apa harapan harapan ibu terkait usaha ini? 1. 2. 3. 4.
.........................TERIMA KASIH.........................
29 Lampiran 2 Kuesioner penelitian No. Responden :
KUESIONER PENELITIAN (Kuesioner ini merupakan sebagian dari kuesioner penelitian yang berjudul “Penanggulangan Kemiskinan Melalui Industri Rumahan Dalam Mewujudkan Ketahanan Keluarga”)
Identitas Responden Nama Responden (Ibu) Umur Alamat : RT/RW Desa/Kelurahan Kecamatan Nomor HandPhone (HP) Hari/Tanggal Pengisian Angket Jenis Usaha Omset Rata-rata per bulan Lama berusaha (tahun) Tahun mulai usaha industri rumahan
: ............................................... : ............................................... : ............................................... :................................................ : ............................................... : ............................................... : ............................................... : ............................................... : ............................................... : ............................................... : ...............................................
Karakteristik Pelaku Usaha No 1
2
3
Karakteristik Pelaku Usaha Umur pelaku usaha 1) <30 tahun 2) 30-40 tahun 3) >40- 50 tahun 4) >50 tahun Pendidikan Formal 1)Tidak Bersekolah 2) SD/MI 3) SMP/MTs 4) SMA/SMK/MA 5) Perguruan Tinggi Sudah berapa lama Bapak/Ibu menekuni usaha ini ? 1) Belum satu tahun 2) Satu sampai tiga tahun 3) Empat sampai 5 tahun 4) Lebih dari lima tahun
30 No 4
5
6 7
Karakteristik Pelaku Usaha Alasan Bapak/Ibu berusaha dibidang ini (dapat lebih dari satu): 1) Mengikuti jejak orang tua 2) Diajak teman/tetangga 3) Tidak punya pilihan lain 4) Usaha ini ada harapan (menguntungkan) Apa pekerjaan Bapak/Ibu sebelum berusaha di bidang ini? 1) Petani 2) peternak 3) Karyawan swasta 4) Guru/PNS 5)TNI 6)Tdk Ada Apa pekerjaan tersebut masih berlangsung sampai sekarang ? 1) Ya 2) Tidak Apakah Ibu menjalankan usaha ini mengikuti orang tua atau Saudara (keluarga) ? 1) Dari awal sampai sekarang ikut keluarga; 2) Awalnya ikut keluarga, setelah usahanya jalan, lalu mengelola sendiri; 3) Ikut keluarga kurang dari enam bulan; 4) Tidak mengikuti dari keluarga dalam mengelola usaha ini.
Karakeristik Usaha Industri Rumahan No 1
2
3
4
Karakteristik Usaha Lama Usaha 1) <1 tahun 2) 1-3 tahun 3) 3-6 tahun 4) 6-9 tahun 5) 9-12 tahun 6) >12 tahun Omset rata-rata perbulan (Rp) 1)<2.000.000 2) 2.000.001-4.000.000 3) 4.000.001-6.000.000 4) 6.000.001-8.000.000 5) 8.000.001-10.000.000 6) >10.000.000 Berapa kali Ibu bepergian ke luar desa/daerah untuk menjalankan usaha ini ? 1) Tidak pernah 2) 1-5 kali/per bulan 3) 6-10 kali/per bulan 4) Diatas 11 kali/per bulan Apakah usaha ini menjadi sumber pendapatan utama keluarga ? 1) Tidak menjadi sumber utama 2) Sebagai tambahan pendapatan keluaga 3) Menjadi sumber utama 4) Sangat menjadi sumber utama
31 No 5
6
Karakteristik Usaha Dengan usaha ini kebutuhan keluarga terpenuhi berapa persen ? 1) 0 -25 % 2) 26 – 50 % 3) 51 – 75 % 4) 76 – 100 % Selain usaha ini apakah Ibu punya usaha lain? 1) Tidak punya 2) Punya satu lagi 3) Punya dua lagi 4) Punya tiga lagi
Entrepreneurial marketing Konsep 1 Apakah Bapak/Ibu melakukan diversifikasi (keragaman produk)? 2 Keyakinan akan keberhasilan usahanya 3 Jenis produk/barang yang diproduksi oleh Ibu 4 Produk/barang yang dihasilkan oleh Ibu 5
Tampilan produk/barang Ibu
Strategi 6 Selalu mencari daerah pemasaran baru 7 Pelanggan merasa sesuai/cocok atas produk/barang yang dibeli dari usaha Ibu Metode 8 Mampu menjalin hubungan baik dengan pelanggan Intelegensi Pasar 9 Mampu menciptakan hubungan baik dengan pemasok bahan baku/penjual bahan jadi. 10 Mampu menjalin hubungan baik dengan petugas Dinas/Instansi Pemerintah
1) Tidak pernah 2) Sekali-kali
3) Sering 4) Selalu
1) Sangat tidak yakin 3) Yakin 2) Tidak yakin 4) Sangat yakin 1) Kurang beragam 3) beragam 2) Cukup beragam 4) Sangat beragam 1) Kurang berkualitas 3) Berkualitas 2) Cukup berkualitas 4) Sangat berkualitas 1) Kurang menarik 3) Menarik 2) Cukup menarik 4) Sangat menarik 1) Tidak pernah 2) Sekali-kali 1) Tidak pernah 2) Sekali-kali
3) Sering 4) Selalu 3) Sering 4) Selalu
1) Kurang mampu 2) Cukup mampu mampu
3) Mampu 4) Sangat
1) Kurang mampu 2) Cukup mampu mampu 1) Kurang mampu 2) Cukup mampu mampu
3) Mampu 4) Sangat 3) Mampu 4) Sangat
32 11
12
Aktif/rajin mencari peluang modal dari kebijakan pemerintah Apakah Ibu sering mencari informasi bisnis/usaha dari luar lingkungannya/ kelompoknya ?
1) Tidak rajin 2) Cukup rajin 1) Tidak pernah 2) Jarang
3) Rajin 4) Sangat rajin 3) Sering 4) Selalu
Pengembangan Usaha 1
2
3
4
5
Mampu memperoleh bahan baku/barang jadi dengan mudah Keuntungan yang diperoleh digunakan untuk tambahan modal usaha Produk/barang Bapak/Ibu dijual di berbagai wilayah pasar (pasar desa, pasar kecamatan & kabupaten) Usaha Bapak/Ibu mampu bersaing dengan usaha lain yang sejenis Mudah memperoleh dana dari Bank (atau bantuan pemerintah)
1) Kurang mampu 2) Cukup mampu mampu 1) Tidak pernah 2) Sekali-kali
3) Mampu 4) Sangat
1) Kurang laku 2) Cukup laku
3) Laku 4) Sangat laku
1) Kurang mampu 2) Cukup mampu mampu 1) Tidak mudah 2) Cukup mudah
3) Mampu 4) Sangat
3) Sering 4) Selalu
3) Mudah 4) Sangat mudah
Keberlanjutan Usaha 1
Jumlah pelanggan Ibu setiap tahun
2
Pelanggan Ibu pernah pindah membeli ke produk yang sama dari pengusaha yang lain Wilayah pemasaran produk/barang Ibu di berbagai daerah Pendapatan (keuntungan) usaha Ibu secara kuantitas
3
4
5
Para pekerja yang membantu kegiatan usaha Ibu merasa
1) Tidak pernah meningkat 2) Meningkat relatif kecil (1-5 %) 3) Cukup meningkat (6-25%) 4) Sangat meningkat (>25%) 1) Sering pindah 3) Jarang pindah 2) Tidak tahu 4) Tidak pindah 1) Sangat menurun 3) Meningkat 2) Menurun 4) Sangat meningkat 1) Kurang meningkat 2) Cukup meningkat meningkat 1) Kurang puas 2) Cukup puas
3) Meningkat 4) Sangat 3) Puas 4) Sangat puas
.........................TERIMA KASIH.........................
33 Lampiran 3 Model awal SEM PLS
34 Lampiran 4 Hasil kriteria Outer Model Loading Factor EM I2 K1 KU1 KU3 KU4 PU3 PU4
KU
PU
0,889 0,811 0,761 0,796 0,718 0,872 0,871
Composite Reliability Composite Reliability EM KU PU
0,840 0,803 0,863
AVE AVE EM KU PU
0,724 0,576 0,760
Cross Loadings EM I2 K1 KU1 KU3 KU4 PU3 PU4
0,889 0,811 0,276 0,329 0,256 0,478 0,459
KU 0,368 0,269 0,761 0,796 0,718 0,191 0,228
PU 0,502 0,405 0,388 0,051 0,095 0,872 0,871
KU
PU
0,759 0,241
0,872
Akar kuadrat AVE EM EM KU PU
0,851 0,380 0,537
35 Lampiran 5 Hasil kriteria Inner Model Tabel R square Original Sample (O) KU 0,146 PU 0,289
Sample Mean (M) 0,291 0,316
Tabel Path Coefficient Original Sample (O) EM -> KU EM -> PU PU -> KU
0,352 0,537 0,051
Standard Error T Statistics P Values (STERR) 0,109 1,340 0,181 0,134 2,157 0,031
Sample Mean (M) 0,332 0,547 0,083
Standard Error (STERR) 0,362 0,132 0,403
T Statistics
P Values
0,973 4,068 0,127
0,331 0,000 0,899
Lampiran 6 Dokumentasi
Outlet penjualan Bandeng Rozal
Produk olahan bandeng Bandeng Rozal
Produk usaha Semprong Lezaat
Proses produksi Semprong Lezaat
36
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Bibi Arfanly, dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 Maret 1993. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Thomin Jamin dan Ibu Sunalia. Bertempat tinggal di Jl Pedati no 17 RT 05/01 Depok II Tengah. Riwayat pendidikan penulis bermula dari SDN Mekarjaya I Depok hingga lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke SMPN 4 Depok hingga lulus dan melanjutkan lagi ke SMAN 3 Depok lulus pada tahun 2011. Penulis kemudian mengambil kuliah di program sarjana Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor hingga lulus pada tahun 2015. Penulis aktif dalam organisasi Keluarga Mahasiswa Buddhis IPB (KMBIPB). Selama masa kuliah, penulis mengabdikan dirinya pada organisasi tersebut, mulai dari menjadi panitia berbagai acara, pengurus inti, hingga menjadi Ketua Umum KMB IPB pada periode 2012-2013 serta Dewan Penasihat KMB IPB periode 2013-2014.